You are on page 1of 9

RESUME MATERI HARI 1

1. Desain Ruang dan Tata Udara di Ruang Isolasi (Pemateri: Jajang Jamaludin,
S.Kep.,Ners)
A. Desain Tata Ruang & Komponen Bangunan
a. Desain meminimalisir resiko penyebaran infeksi dengan cara pengaturan jarak
antar tempat duduk di ruang tunggu, jarak antar bed, tata ruang dg zonasi, sistem
tata udara, material bangunan non porosif, dll
b. To be concern : desain perhatikan alur/ pergerakan petugas, pasien dan barang
merupakan one way flow, no cross.
c. Selain akses masuk/keluar pasien dan barang diupayakan terdapat akses khusus
pasien PIE yang jelas pada area strictly limited access
Rumah sakit harus memiliki konsep penataan ruang isolasi berdasarkan resiko dan area
mana saja yang termasuk zona hijau, kuning dan merah.
B. Penempatan pasien kewaspadaan isolasi (kewaspadaan berdasarkan transmisi)
1. Penempatan pasien dengan transmisi kontak
Penempatan pasien dengan transmisi kontak harus ditempatkan sesuai
dengan lokasi penempatan yaitu dengan cara :
- Pilihan kamar sendiri (single room)
- Bila tidak memungkinkan dan ada lebih dari satu pasien yang terinfeksi
lakukan isolasi secara kohort (yaitu dengan penempatan pasien dengan jenis
penhyakit yang sama)
- Jika pada ruangan bersamaan dengan pasien non infeksi tempatkan pasien
dengan mencegah resiko kontaminasi silang dengan batas jarak yang tegas
- Jangan pernah menggabungkan pasien dalam ruangan pada pasien dengan
sistem kekebalan yang lemah (immono compromised atau dengan prosedur
invasive
2. Penempatan Pasien Dengan Transmisi Droplet
- Instalasi diperlukan untukmemenuhi tindakan pencegahan standar
- Pertimbangkan ruang tempat Penempatan APD dan area penggunaan APD
minimal dengan jarak kurang dari satu meter dari pasien
- Menjaga pintu tertutup dan pengelolaan udara melalui sistem tekanan mekanis
dan ekstraksi udara dari luar ruangan atau dengan dukungan jendela terbuka
yang memastikan pergantian udara yang memadai per jam
- Tempatkan peringatan (signed) yang mudah terlihat dan dimengerti yang
meminta perhatian pada kondisi isolasi, jenis, dan tindakan yang perlu
dipertimbangkan
3. Penempatan Pasien Dengan Transmisi Airborne
- Sistem tekanan udara negatif, dengan ventilasi selalu mengarah ke luar
bangunan (tidak pernah menuju lorong internal maupun eksternal)
- Dukungan pintu selalu tertutup
- Natural Ventilasi : jendela terbuka lebar dapat digunakan sistem menarik
udara ke arah luar dengan 6 sampai 12 perubahan per jam.
- Ventilasi dengan exhaust tidak boleh menuju area rawat inap, ruang tertutup,
atau saluran ventilasi. Jika tidak ada area lain di mana untuk mendapatkan
ventilasi harus digunakan filter dengan efisiensi tinggi dalam retensi partikel
(HEPA).

2. Review Program PPI (Agnes Dwikusdirini, S.Kep., Ners.,)

1. Program PPI terdiri dari


1. kewaspadaan isolasi (kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi)
2. surveilans HAIs
3. penerapan bundles
4. penggunaan antimikroba
5. pendidikan dan pelatihan
2. Sistematika Penyusunan Program
1. Nama judul program
2. Pendahuluan
3. Latar Belakang
4. TujuanUmum danTujuan Khusus
5. StrukturOrganisasi dan UraianTugas
6. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
7. Cara pelaksanaan Kegiatan
8. Sasaran
9. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
10. RencanaAnggaran Biaya
11. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
12. Penutup

3. Keselamatan Pasien Di Fasilitas Kesehatan (Dr. Elis Puji Utami, S.Kep, Ners.,
MPH., FISQua)
Keselamatan Pasien Di Fasilitas Kesehatan Dalam penerapannya perlu diperhatikan adanya
Insiden Keselamatan Pasien di fasilitas Kesehatan, 7 standar keselamatan pasien, 7 langkah
keselamatan pasien dan 6 sasaran keselamatan pasien.
1. Insiden Keselamatan Pasien
1. Kejadian Sentinel : KTD yg mengakibatkan kematian atau cedera yg serius
2. KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) – Adverse event : insiden yang mengakibatkan pasien
cedera
3. KNC (Kejadian Nyaris Cedera ) – Near miss, Close call : terjadinya insiden yg belum
sampai terpapar ke pasien (pasien tidak cedera)
4. KTC (Kejadian Tidak Cedera) – No harm incident : insiden sudah terpapar ke pasien, tetapi
pasien tidak timbul cedera
5. KPC (Kondisi Potensial Cedera) – Reportable circumstance: kondisi / situasi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden. Contoh
:Alat defibrilator yg standby di IGD, tetapi kmd diketahui rusak ; ICU yg under staff
2. 7 standar keselamatan pasien
1. Hak Pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
3. 7 langkah keselamatan pasien
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Mengembangkan system pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem kes pasien
4. 6 sasaran keselamatan pasien
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar
Pastikan nama dan tanggal lahir pasien sudah tepat sebelum melakukan kegiatan asuhan
kepada pasien pada gelang pasien. Dimana gelang pasien terdapat 6 warna : pink
(Perempuan), Biru (laki-laki), Merah (pasien alergi), kuning (resiko jatuh), ungun (don’t
Resucitate) dan putih (radiasi).
2. Meningkatkan komunikasi efektif
Meningkatkan komunikasi yang efektif yaitu dengan Teknik SBAR (Situation,
Background, Analysis, Recommendation)
3. Meningkatan keamanan obat –obat yang harus diwaspadai (High Alert Medication)
- Obat risiko tinggi
- LASA (Look alike sound alike)
- Elektrolit pekat (Potasium fosfat > 3mmol/ml, NaCl >0,9%, MgSO4 ≥ 50%)
- Elektrolit dg konsentrasi tertentu (Potasium Klorida ≥1 meq, MgSo4 20%, 40 %
atau lebih)
4. memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar dan pembedahan
pasien yang benar.
memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar dan pembedahan
pasien yang benar dengan cara :
- Penandaan lokasi operasi
- Verifikasi praoperasi
- Sign in
- Time Out
- Sign out
- Dokumentasi
- monitoring
5. Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan Kesehatan
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan Kesehatan dengan melakukan
kebersihan tangan
6. Mengurangi cedera akibat pasien jatuh
Mengurangi cedera akibat pasien jatuh dengan cara Pengkajian Risiko Jatuh yaitu
- Anak : Humpty Dumpty
- Dewasa : Skala Morse
- Usia > 60 tahun : Ann Hendrik
- Rawat Jalan : Get Up and Go Test

4. Peran Dan Kompetensi Perawat PPI (IPCN) Sesuai Jenjang


Karir (Dr. Elis Puji Utami, S.Kep, Ners., MPH., FISQua)
IPCN (Perawat PPI): Seorang Perawat professional sebagai anggota Komite PPI yang bekerja
purna waktu dalam menjalankan program PPI di fasilitas pelayanan Kesehatan. Peran dan fungsi
perawat (IPCN) sesuai jenjang karir meliputi :
1. Standar Kompetensi IPCN
- Standar Profesi
- Jenjang karir IPCN
- Standar kompetensi dan core kompetensi IPCN
- Tugas jabatan IPCN
- Sistem kredensial IPCN
2. Level Kompetensi IPCN
- Pemula
- Madya
- Ahli
3. Klasifikasi jenjang karir IPCN
- IPCN Pemula PK 3
- IPCN Madya PK 4
- IPCN Ahli PK 5

5. Implementasi Pengelolaan Linen Dan Alat Kesehatan Di Pelayanan Emerging


Dan Re-Emerging dan CSSD
(Yoga Sugiharto, S.Kep.,Ners)
Pengelolaan peralatan dan linen di fasilitas pelayanan Kesehatan adalah salah satu pelayanan
pendukung penting di rumah sakit masa kini dengan mencakup berbagai kegiatan yang memiliki
risiko untuk pasien dan petugas yang mengelola.
Pengelolaan Linen dapat dilakukan dengan cara :
1. Gunakan APD sesuai indikasi saat menangani linen kotor
2. Linen kotor dan infeksius harus ditempatkan dalam kantong atau konteiner anti bocor
dengan memberi label yang jelas dan diperlakukan infeksius.
3. Gulung linen kotor dengan hati-hati untuk mencegah kontaminasi udara, permukaan
lingkungan dan petugas.
4. Jangan membawa linen kotor dengan tangan keluar area perawatan pasien tertentu
dari tempat linen tersebut
5. Kebersihan tangan harus selalu dilakukan setelah penanganan linen bekas pakai
6. Linen tidak boleh dibilas atau disortir diarea perawatan pasien atau dicuci di mesin cuci
rumah tangga
7. Hati-hati untuk mencegah kontaminasi permukaan lingkungan atau orang-orang
sekitarnya
8. Bersihkan trolly setelah pengiriman rutin menggunakan detergen dan air hangat
9. Jangan mencampur linen. Jika ada kotoran padat pada linen, seperti feces atau muntah
kikis dengan hati-hati.
Pengangkutan linen
1. Gunakan APD untuk petugas
2. Pengangkutan linen harus sesuai prosedur atau SOP
3. Gunakan Trolley tertutup saat pengangkutan linen kotor dan infeksius
4. Tidak boleh ada cairan atau tumpahan saat proses pengangkutan
5. Jangan mengguncang linen atau menyebabkan aerosolisasi partikel infeksius dari linen
Tahapan Proses Pencucian
1. Penerimaan linen kotor dan penimbangan prosedur pencatatan
2. Pencucian
3. Pengeringan

Penanganan peralatan perawatan pasien


1. Dekontaminasi
Suatu proses untuk menghilangkan/memusnahkan mikroorganisme dan kotoran yang
melekat pada peralatan medis sehingga aman untuk digunakan selanjutnya yaitu dengan
cara :
- Pembersihan
- Disinfeksi
- Sterilisasi
2. Alur dari setiap unit ke CSSD
- Penggunaan peralatan
- Pembersihan
- Desinfeksi
- Pengemasan
- Sterilisasi
- Distribusi
3. Metode sterilisasi
- suhu tinggi (Uap dan panas kering)
- Suhu rendah
6. Peran PPI dalam menghadapi new emerging desease: Hepatitis, Monkey fox
(Riyadi,dr Sp.A (K). M.Kes)
Gejala Monkeypox
1. Mirip cacar namun daya tular rendah, gejala lebih ringan dan angka kematian rendah
2. Berlangsung 2-4 minggu
3. Gejala muncul 5-21 hari setelah terinfeksi
4. Dimulai dengan campuran demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung,
menggigil, lemas dan pembengkakan kelenjar getah bening
5. Adanya paparan invasif, seperti gigitan atau cakaran yang berakibat kulit terbuka
6. ada manifestasi kulit
7. potensi paparan noninvasiv
8. Kontak dengan binatang yang terinfeksi
9. tidak ada manifestasi kulit
- Masa inkubasi: Rata rata 7-14 hari (5-21 hari)
- Masa penularan (isolasi) : mulai enanthem sampai pembentukan keropeng (7-14 hari)
- Masa penularan (isolasi) :
mulai enam hari sampai pembentukan keropeng (7-14 hari)
- Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
Perlindungan diri yang dianjurkan bagi petugas kesehatan yang melakukan
perawatan penderita Monkeypox :
1. Mencuci tangan dengan baik dan benar:
- Sebelum dan setelah memakai APD
- Setiap kali selesai kontak dengan penderita dan atau kotoran atau sekretnya atau
lingkungan yang berpotensi terkontaminasi
2. Menggunakan APD berbasis transmisi kontak dan droplet, saat melakukan perawaran
/ memasuki ruang isolasi.
3. Memperhatikan urutan cara memakai dan melepas APD sehingga permukaan yang
mungkin terkontaminasi tidak akan tersentuh oleh tangan, wajah atau peralatan yang
masih bersih, di ruang yang disediakan tersendiri.
4. Tidak perlu memakai 2 lembar sarung tangan (double gloving), cuci tangan sebelum
dan setelah memakai sarung tangan
5. Menggunakan sepatu boot karet apabila adanya risiko terpercik cairan tubuh yang
tidak tertampung atau tercecer di ruangan/lingkungan.
6. Menghindari kontak langsung tanpa alat pelindung diri dengan penderita, kotoran
atau sampel yang diambil dari penderita, serta lingkungan yang berpotensi
terkontaminasi dengan kotoran/ cairan tubuh penderita.
7. Membatasi kontak yang tidak perlu bagi petugas yang tidak berkepentingan merawat
penderita.

You might also like