You are on page 1of 7

FUNGSI KPPU DALAM MERGE DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.

5
TAHUN 1999 TENTANG ANTI MONOPOLI
La Ode Muhamad Hazarul Azwani
22109174
Facultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Kendari
Email : laodemuhamadhazarulazwani@gmail.com
Abstract
The position of KPPU in carrying out its functions of authority becomes a very important
matter to be discussed. Given Law No. 5 of 1999 has given KPPU a very large authority
resembles the authority of the Judicial Institution (quasi judicial). The authority of the
commission that resembles the judiciary is the authority of the commission to carry out the
function of investigating, examining, deciding and ultimately imposing administrative
punishment on the case he terminates. Likewise, the authority to impose a sanction of
compensation or a fine to the reporting business actor. The type of this research is normative
juridical research, which is a descriptive documentary study. This legal research is done by
examining the library materials or secondary data only, which is also called legal research
literature. The effectiveness of the Business Competition Supervisory Commission (KPPU)
as an Independent institution established by the government for the settlement of cases of
business competition practices has been known in Indonesia since 1999, this can be seen with
the issuance of Law Number 5 Year 1999. With so many cases of business competition
demanding KPPU that has the duty and authority to work hard to solve the case of the
business competition. A decision of KPPU is deemed to have permanent legal power, if The
business actor does not object to the KPPU's decision within the stipulated timeframe (Article
44 paragraph (3) and Article 46 paragraph (1) of the Antimonopoly Law; The reasons for the
objection to KPPU's Decision shall be rejected by the District Court and within the stipulated
period of time the business actor has not filed an appeal to the Supreme Court (Article 45
paragraph (3) of the Antimonopoly Law, and; The reasons for appeal filed by a business actor
(reported) are rejected by the Supreme Court.
Keywords: Effectiveness, KPPU, Case Settlement
1. Latar Belakang
Kedudukan Komisi Pengawas Persaingan juga dengan lembaga negara independen
Usaha (KPPU) sebagai lembaga (quasi organs)1 . Extra Auxilary Organ
ExtraAuxiliary Organ merupkan lembaga sebenarnyatelah ada pada lembaga pokok,
negara atau komisi negara yang di luar namun pada proses transisi kondisi negara
konstitusi yang tigas utamanya adalah yang lebih demokratis dan di satu sisi
membantu, menguatkan tugas lembaga terdapat ketidakpercayaan rakyat yang
negara pokok (eksekutif, legislatif dan bergitu besar kepada lembaga negara pokok
yudikatif) dan menyelesaikan permasalahan yang sudah ada maka dibentuklah lembaga
dengan cepat dan efektif, yang biasa Extra Auxilary Organs. Latar belakang
disebut1 lahir-
nya UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan adalah kewenangan komisi melakukan
Praktek Monopoli dan persaingan Usaha fungsi penyelidikan, memeriksa,
Tidak Sehat adalah sebagai berikut: memutuskan dan akhirnya menjatuhkan
1.Masyarakat belum mampu berpartisipasi hukuman administratif atas perkara yang
dala peluang usaha yang ada; diputusnya. Demikian juga kewenangannya
2.Perkembangan usaha swasta sangat menjatuhkan sanksi ganti rugi atau denda
diwarnai oleh berbagai bentuk kebijakan kepada pelaku usaha terlapor. KPPU
pemerintah yang kurang tepat; didirikan pada tanggal 7 Juni 2000 setelah
3.Para pengusaha yang dekat dengan elit satu tahun di sahkannya Undang-Undang
kekuasaan untuk mendapatkan kemudahan No 5 Tahun 1999. Dalam rentang waktu 16
yang berlebihan; tahun dirasa cukup oleh Komisi Pengawas
4.Adanya hubungan antara pengambil Persaingan Usaha (KPPU) untuk
keputusan dengan para pelaku usaha; mengidentifikasi sejumlah kelemahan yang
5.Kurang mempunyai pelaku usaha yang terkandung dalam UU No 5 Tahun 1999
mampu bersaing baik di pasar dalam negeri tentang Larangan Praktek Monopoli dan
atau luar negeri. Persaingan Usaha Tidak Sehat. Oleh
KPPU mempunyai tugas untuk karenanya, KPPU berencana mengusulkan
mengawasi dunia usaha di indonesia guna revisi UU No 5 Tahun 1999 kepada DPR.
menciptakan suatu iklim usaha yang sehat Saat ini, KPPU tengah menyiapkan naskah
dimana KPPU mempunyai tugas dan akademis RUU beserta bahan-bahan terkait.
tanggung jawab sebagai tombak Revisi UU No 5 Tahun 1999 diharapkan
perencanaan pelaksanaan penegakkan dapat memperjelas kewenangan serta
hukum persaingan usaha di indonesia. kelembagaan KPPU. Dalam revisi undang-
KPPU dibentuk berdasarkan Undang- undang juga dapat memperjelas sejumlah
Undang nomor 5 Tahun 1999 tentang pasal dalam UU No 5 Tahun 1999 seperti
Larangan Praktek Monopoli dan ketentuan pidana dan tata cara
Persaiangan Usaha Tidak Sehat dan salah pelaksanaannya. Dan KPPU juga ingin
satu amanah yang ada dalam UU No 5 diberi kewenangan penyitaan dan upaya
Tahun 1999 salah satunya adalah paksa dalam penanganan perkara.3 KPPU
pembentukkan komisi negara yang tugas diberikan tugas (Pasal 35 UndangUndang
dan fungsi utamanya adalah mengawal dan No 5 Tahun 1999) dan wewenang yang
menciptakan demokrasi di bidang sudah terperinci pada pasal 36 dan Pasal 47
pereknomian dan persaingan usaha yang Undang-Undang No 5 Tahun 1999 tentang
sehat bagi seluruh rakyat indonesia untuk Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
berpartisipasi dalam proses produksi dan Usaha Tidak Sehat. Namun dalam
pemasaran barang dan jasa, dalam iklim menjalankan kewenangannya itu, KPPU
usaha yang sehat dan efektif, efisien mengalami banyak kendala. Karena
sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi kewenangan yang dimiliki saat ini masih
dan pasar yang sehat, sempurna dan merata. sebatas pada upaya pencegahan dan
Kedudukan atau status dari KPPU dalam penegakan hukum (law enforcement)
menjalankan fungsi kewenangannya persaingan usaha. Keterbatasan 2yang paling
menjadi hal yang sangat penting untuk utama dalam penegakkan hukum adalah
dibicarakan. Mengingat Undang-Undang No tidak dimilikinya kewenangan untuk
5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek penggeledahan dalam menemukan bukti
monopoli dan persiangan usaha tidak sehat nyata atas suatu pelanggaran, khususnya
telah memberikan KPPU kewenangan yang bukti kartel antar pelaku usaha.

1 Jhon Alder, 1989, Constitutions and


adnimistrative Law, The Macmillan Press LTD,
1 London, hlm. 56.

2 Laporan Tahun 2007 Reformasi Regulasi Persaingan Usaha, KPPU.


sangat besar menyerupai kewenangan
Lembaga ini
2. Rumusan Masalah
Bagaimana Relevansi pengecualian Bank yang di kelola dan naik secara
praktik monopoli terhadap perusahaan signifikan, diperkirakan dana literasi
BUMN dalam merger 3 bank syariah keuangan untuk produk BSI akan naik
BUMN? secara drastis sehingga masyarakat lebih
cepat dalam mengetahui produk-produk
Bank Syariah.
3. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Merger atau Penggabungan menurut
yuridis normatif, yaitu suatu studi ketentuan Pasal 1 angka (9) 40/2007
dokumenter yang bersifat deskriptif. sebagaimana diubah dengan UU
Penelitian hukum ini dilakukan dengan 11/2020, adalah perbuatan hukum yang
cara meneliti bahan pustaka atau data dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih
sekunder, yang disebut juga penelitian untuk menggabungkan diri dengan
hukum kepustakaan. 4 Penelitian ini Perseroan lain yang telah ada yang
akan memfokuskan pada taraf mengakibatkan aktiva dan pasiva dari
sinkronisasi hukum secara horizontal. Perseroan yang menggabungkan diri
Di dalam penelitian terhadap taraf beralih karena hukum kepada Perseroan
sinkronisasi, maka yang diteliti adalah yang menerima penggabungan dan
sampai sejauh manakah hukum positif selanjutnya status badan hukum
tertulis yang ada serasi. Perseroan yang menggabungkan diri
berakhir karena hukum.
Merger/penggabungan tersebut
merupakan salah satu bentuk
restrukturisasi dari sebuah s korporasi.
4. Pembahasan
Pada tanggal 21 Oktober 2020 telah Menurut Patrick A. Gaughan,
dipublikasikan Ringkasan Rancangan restrukturisasi korporat adalah
Penggabungan Usaha (merger) antara PT serangkaian aktivitas perusahaan yang
Bank BRI Syariah Tbk, PT Bank Syariah bertujuan untuk memperbaiki kinerja di
Mandiri dan PT Bank BNI Syariah. masa mendatang. Berbagai aktivitas itu
Ketiganya adalah bagian dari Badan adalah dimaksudkan untuk menata
Usaha Milik Negara (BUMN). Hasil dari kembali bagian dari perusahaan yang
merger akan membuat bank tersebut bisa saja meliputi aset perusahaan,
memiliki total aset Rp. 214,6 triliun. pendanaan perusahaan, ataupun jenis
Bank tersebut akan menjadi perusahaan usaha pokok perusahaan (core
terbuka dan tetap ada dalam Bursa Efek business). Pada umumnya
Indonesia dengan code BRIS. Pemegang restrukturisasi korporat dikelompokkan
saham pada bank hasil merger yaitu PT dalam tiga kelompok besar yaitu:
Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) restrukturisasi portofolio, restrukturisasi
51,2%, PT Bank Negara Indonesia keuangan, dan restrukturisasi organisasi.
(Persero) Tbk. (BNI) 25,0%, PT Bank Restrukturisasi dalam ranah perbankan
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) bisa meliputi aktivitas melepaskan anak
17,4%, DPLK BRI – Saham Syariah 2% perusahaan (sister company) atau
dan publik 4,4%.6 Kemudian pada mengubah jenis usaha pokok bank (core
tanggal 15 Desember 2020 telah business). Termasuk di dalam kategori
disetujui merger ketiga bank syariah ini adalah mengonversi dari bank
dalam Rapat Umum Pemegang Saham konvensional menjadi bank syariah
Luar Biasa (RUPSLB). Bank hasil dengan basis Islam (Islamic banking).
merger akan diberi nama PT Bank Sedangkan alasan melakukan
Syariah Indonesia. restrukturisasi korporat diantaranya 4
Mergernya tiga bank Syariah 3menjadi Menguasai pasararan
adalah: Akibat hukum merger terhadap
1) berhasil diidentifikasi adanya peluang persaingan usaha tidak sehat adalah
baru (new opportunities), kegiatan merger tersebut tidak menutup
2) terjadinya perubahan akses permdalan kemungkinan akan terjadinya
dan kebutuhan keuangan, serta konsentrasi pasar yang dilarang oleh
3)perubahan kebijakan pemerintah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
(government policy) sebagai antisipasi tentang Anti Monopoli.14 Larangan
atas perubahan tatanan ekonomi dunia. praktik monopoli dan persaingan usaha
Seperti diketahui bahwa setelah tidak sehat sebagai akibat dari adanya
dilakukannya merger atau penggabungan penggabungan atau peleburan badan
ketiga bank syariah milik BUMN ini, usaha dapat dilihat dari beberapa
menjadikan bank syariah BUMN ketentuan peraturan perundang-
tersebut sebagai satusatunya bank undangan sebagai berikut: 1. Ketentuan
syariah yang memiliki modal yang besar Pasal 28 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
dibandingkan bank-bank syariah lainnya. Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Sebagai contoh, Bank Muamalat sebagai Anti Monopoli; 2. Ketentuan Pasal 2
bank pertama yang menerapkan sistem ayat (1) dan ayat (2) Peraturan
syariah di Indonesia, modal inti dan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010
modal pelengkap per kuartal III 2020 tentang Penggabungan atau Peleburan
tercatat sebanyak Rp. 3,78 triliun.11 Badan Usaha dan Pengambilalihan
Angka tersebut sangat jauh di bawah Saham Perusahaan Yang Dapat
Bank Syariah Indonesia hasil merger Mengakibatkan Terjadinya Praktik
atau penggabungan ketiga bank milik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak
BUMN, yang modal intinya saja Sehat (PP 57/2010); 3. Ketentuan Pasal
mencapai Rp. 22,61 triliun12 dan sampai 6 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa
saat ini angkanya terus merangkak naik. Keuangan Nomor 41/POJK.03/2019
Dengan modal yang besar tersebut, Bank tentang Penggabungan, Peleburan,
Syariah Indonesia saat ini tercatat Pengambilalihan, Integrasi, dan
sebagai bank dengan urutan ketujuh Konvensi Bank Umum; Berdasarkan
terbesar di industri perbankan nasional. ketentuan Pasal 2 ayat (2) PP 57/2010,
Hal tersebut berpotensi menimbulkan Praktik monopoli dan persaingan usaha
terjadinya praktik monopoli serta tidak sehat terjadi jika badan usaha hasil
persaingan usaha tidak sehat bagi penggabungan, diduga melakukan: a)
perbankan-perbankan syariah di perjanjian yang dilarang; b) kegiatan
Indonesia. Monopoli menurut ketentuan yang dilarang; dan/atau penyalahgunaan
Pasal 1 ayat (1) UU 5/1999 adalah posisi dominan. Selain itu, UU 5/1999
penguasaan atas produksi dan atau juga telah menyebutkan tiga bentuk
pemasaran barang dan/atau atas larangan bagi para pelaku usaha terkait
3
Bank Negara Indonesia (BNI), “Rampungkan Rencana Merger 3 Bank Syariah, Bank Hasil Penggabungan
akan Berevolusi Jadi Bank Syariah Nasional Terbesar”, yang dikutip dari Jurnal Nabilah Anika, Nabila Indah
Chairunnisa dan Aditya Wahyu Saputro, “Potensi Praktik Monopoli Dalam Merger Bank Syariah Indonesia:
Tinjauan Hukum Ekonomi Islam dan Hukum Larangan Monopoli”, Jurnal Hukum Lex Generalis, Vol. 2 No. 2,
2021, hlm. 181.
4
Happy Fajrian (Ed.), “Rencana Merger Disetujui Bank Syariah Indonesia Beroperasi 1 Februari”, yang dikutip
dari Nabilah Anika, Nabila Indah Chairunnisa dan Aditya Wahyu Saputro, “Potensi...”, Ibid.
penggunaan jasa tertentu oleh satu monopoli dan persaingan usaha tidak
pelaku usaha atau satu kelompok pelaku sehat, antara lain: 1. Perjanjian yang
usaha. Monopoli dalam pasal tersebut dilarang sebagaimana yang terdapat di
bermakna suatu penguasaan/kuasa dalam Bab III, Pasal 4 sampai dengan
terhadap suatu bisnis/ atau usaha tertentu Pasal 16, yaitu perjanjian yang
oleh satu pelaku usaha atau satu bertujuan untuk: a) melakukan praktik
kelompok pelaku usaha. Hal ini oligopoli, b) menetapkan harga (price
bertujuan menghindari posisi dominan fixing), c) membagi wilayah (market
seorang/sekelompok pelaku usaha dan allocation), d) pemboikotan (boycott),
disisi lain posisi pesaingnya menjadi e) kartel (cartel), f) trust, g) oligopsoni,
lemah, maka semakin lama pelaku usaha h) integrasi vertikal (vertical
yang melakukan penguasaan akan integration), i) perjanji-
semakin melakukan praktik-praktik yang dapat
an tertutup (exlusive dealings) dan j) dikualifikasikan sebagai praktik
perjanjian dengan pihak luar negeri. 2. monopoli dan persaingan usaha tidak
Kegiatan yang dilarang terdapat pada sehat. Dengan melihat perkembangan
Bab IV, Pasal 17 sampai dengan Pasal Bank Syariah Indonesia sebagai bank
24, adalah kegiatan yang dilakukan oleh hasil merger atau penggabungan ketiga
pelaku usaha seperti: monopoli, bank syariah BUMN saat ini, dapat
monopsoni, penguasaan pasar dan menimbulkan ketimpangan dalam
persekongkolan (collusive tendering). persaingan usaha antar bank syariah di
Perbedaan antara kegiatan yang dilarang Indonesia. Salah satu dampak yang
dengan perjanjian yang dilarang terletak diakibatkan oleh penggabungan 3 bank
pada jumlah pelaku usaha. Dalam syariah BUMN ini adalah
perjanjian yang dilarang paling tidak ada dikhawatirkan dapat mengurangi jumlah
dua pihak pelaku usaha, karena suatu bank syariah di Indonesia sebagai
perjanjian menghendaki sedikitnya dua pilihan bagi masyarakat atau konsumen,
subjek hukum. Sementara dalam sehingga membuat persaingan usaha
kegiatan yang dilarang tidak tertutup menjadi tidak berjalan dengan baik.
untuk dilakukan oleh satu pelaku Terkait dengan penggabungan atau
usaha.15 3. Larangan yang berkaitan merger ketiga bank syariah BUMN,
dengan posisi dominan terdapat pada ketentuan Pasal 28 ayat (1) UU 5/1999
Bab V, Pasal 25 sampai dengan Pasal 29. telah memberikan batasan bahwa pelaku
Undang-undang tersebut bertujuan untuk usaha dilarang melakukan
memelihara pasar kompetitif dari penggabungan atau peleburan badan
pengaruh kesepakatan dan konspirasi usaha yang dapat mengakibatkan
yang cenderung mengurangi dan atau terjadinya praktik monopoli dan atau
menghilangkan persaingan.16 Kemudian persaingan usaha tidak sehat. Namun
dalam ketentuan POJK 41/2019, terdapat demikian, ternyata UU 5/1999 secara
salah satu syarat yang harus dilakukan tersirat memberikan pengecualian
oleh bank sebelum melakukan kepada Badan Usaha Milik Negara
merger/penggabungan, yaitu untuk melakukan praktik monopoli. Hal
sebagaimana diatur dalam Pasal 6 yang ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 51
berbunyi: Bank yang akan melakukan UU 5/1999, yang menyebutkan bahwa
penggabungan, peleburan, monopoli dan atau pemusatan kegiatan
pengambilalihan, atau integrasi wajib yang berkaitan dengan produksi dan
membuat pernyataan kepada OJK dan atau pemasaran barang dan atau jasa
RUPS bahwa penggabungan, peleburan, yang menguasai hajat hidup orang
pengambilalihan, atau integrasi banyak serta cabang-cabang produksi
dilakukan dengan memperhatikan yang penting bagi negara diatur dengan
kepentingan Bank, masyarakat, undang-undang dan diselenggarakan
persaingan sehat dalam melakukan oleh Badan Usaha Milik Negara dan
usaha, dan jaminan tetap terpenuhinya atau badan atau lembaga yang dibentuk,
hak pemegang saham dan karyawan kebijakan ini seharusnya ditinjau
sesuai dengan ketentuan peraturan kembali. Langkah yang perlu dilakukan
perundang-undangan. Meskipun POJK oleh KPPU saat ini adalah mengawasi
41/2019 telah mewajibkan kepada bank aktivitas bisnis dari Bank Syariah
yang akan melakukan Indonesia agar tidak keluar dari rambu-
merger/penggabungan untuk membuat rambu persaingan usaha yang sehat.
pernyataan terkait persaingan sehat
dalam melakukan usaha, serta dengan
memperhatikan ketentuan anti monopoli
dan persaingan usaha tidak sehat, maka
perbankan dilarang untuk ditunjuk oleh
Pemerintah. Dalam ketentuan tersebut,
terdapat beberapa unsur utama yang
perlu diperhatikan, antara lain:
1. Adanya unsur “monopoli dan atau
pemusatan kegiatan yang berkaitan
dengan produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa”;
2. Adanya unsur “menguasai hajat hidup
orang banyak serta cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara”;
3. Adanya unsur “diatur dengan undang-
undang”;
4. Adanya unsur “diselenggarakan oleh
Badan Usaha Milik Negara dan atau
badan atau lembaga yang dibentuk atau
ditunjuk oleh Pemerintah”.

5. Kesimpulan
Merger 3 bank syariah BUMN termasuk
merger dengan kriteria praktik monopoli,
yaitu kegiatan yang dilarang dalam UU
5/1999 dengan pertimbangan kegiatan
usaha dibidang perbankan, khususnya
perbankan syariah, tidak termasuk ke
dalam kegiatan usaha yang menguasai
hajat hidup orang banyak serta cabang-
cabang produksi yang penting bagi
Negara, karena tidak memenuhi unsur-
unsur sebagaimana diuraikan dalam
Pedoman Pelaksanaan Pasal 51 Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999.5
Pasal 51 UU 5/1999 tidak lagi relevan

5
I Ketut Karmi Nurjaya, “Peranan KPPU Dalam Menegakkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 9 No. 1,
Januari 2009, hlm. 85-86
diterapkan pada kasus merger atau
penggabungan 3 bank syariah BUMN,
karena tidak memenuhi kriteria yang
ditetapkan dalam pasal tersebut sehingga

You might also like