You are on page 1of 23

1

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP RANGKAP JABATAN DIREKSI DAN


DEWAN KOMISARIS PERUSAHAAN BUMN BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG
LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN
PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
(Studi Kasus PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk)

Nilla Sonia
(Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta Km 4 Pakupatan, E-mail:
nilla.sonia06@gmail.com)

Dr. Rani Sri Agustina, S.H., M.H.


(Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta Km 4 Pakupatan, E-mail:
@gmail.com)

Dede Agus, S.H., M.H.


(Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta Km 4 Pakupatan, E-mail:
@gmail.com)

ABSTRACT

Monopolistic practices and business competition in company management


activities are concurrent positions. KPPU handles the initiative case in the
alleged violation of Article 26 of Law Number 5 of 1999 committed by PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk on the alleged cartel carried out by several airlines in
Indonesia which resulted in high ticket prices, however this case was dismissed by
KPPU. This study aims to examine the validity of the status of concurrent
dismissal of directors and commissioners of PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
based on Law Number 5 of 1999 Juncto Law Number 19 of 2003. The framework
used is the theory of legal certainty and the theory of the rule approach. of reason
as a knife to analyze this research. The research method used in this research is
normative juridical and uses a statutory approach as well as a case approach.
The data source used is secondary data which is supported by primary data. The
data collection technique used is through document studies and interviews and
then the data is processed by descriptive analysis. The results of this study are the
dismissal of the alleged violation of multiple positions by airlines in Indonesia is a
legal decision because the concurrent position is carried out on the orders of the
Ministry of SOEs. Suggestions that are expected after this research is the
revocation or renewal of the Regulation of the Minister of SOEs to be in line with
the relevant laws and regulations

Keyword: KPPU, Company, Monopoly, Concurrent Positions, BUMN.


2

ABSTRAK

Praktik monopoli dan persaingan usaha dalam kegiatan manajemen


perusahaan adalah rangkap jabatan. KPPU menangani perkara inisiatif dalam
dugaan pelanggaran Pasal 26 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang
dilakukan oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas dugaan kartel yang
dilakukan oleh beberapa maskapai di Indonesia yang mengakibatkan mahalnya
harga tiket pesawat, namun kasus ini dihentikan oleh KPPU. Penelitian ini
bertujuan untuk meneliti keabsahan status pemberhentian rangkap jabatan direksi
dan dewan komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk berdasarkan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 Juncto Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003.
Kerangka pemikiran yang gunakan adalah teori kepastian hukum dan teori
pendekatan rule of reason sebagai mata pisau untuk menganalisis penelitian ini.
Metode penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan
menggunakan jenis pendekatan perundang-undangan serta pendekatan kasus.
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang ditunjang dengan data
primer. Teknik pengumpulan data yang digunakan ini melalui studi dokumen dan
wawancara kemudian data diolah secara deskriptif analisis. Hasil penelitian ini
adalah pemberhentian atas dugaan pelanggaran rangkap jabatan oleh maskapai
pesawat udara di Indonesia merupakan suatu keputusan yang sah karena rangkap
jabatan tersebut dilakukan atas perintah Kementerian BUMN. Saran yang
diharapkan setelah adanya penelitian ini adalah pencabutan atau pembaruan
Peraturan Menteri BUMN agar sejalan dengan peraturan perundang-undangan
terkait.

Kata Kunci: KPPU, Perusahaan, Monopoli, Rangkap Jabatan, BUMN.


PENDAHULUAN

Perusahaan dipandang sebagai salah satu penggerak perekonomian

nasional yang berperan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pembangunan bidang ekonomi harus mengarah kepada terlaksananya

kesejahteraan rakyat berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 1

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN dalam

pertimbangan dasarnya merumuskan bahwa BUMN mempunyai peran yang

penting dalam pelaksanaan perekonomian nasional demi terwujudnya

kesejahteraan masyarakat. Penjelasan ini mengartikan bahwa BUMN merupakan

salah satu pelaku ekonomi yang ada pada sistem perekonomian nasional, selain

usaha swasta dan koperasi.2

BUMN merupakan badan usaha yang keseluruhan modalnya atau sebagian

besar modalnya dimiliki oleh negara yang berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan.3 Modal saham yang dimiliki negara pada perusahaan BUMN paling

sedikit sebanyak 51% dari keseluruhan saham perusahaan yang berasal dari

APBN dengan tujuan utamanya mengejar keuntungan.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan terbatas

menyebutkan terdapat tiga organ perseroan terbatas, yaitu Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS), direksi, dan dewan komisaris. Fungsi RUPS adalah

sebagai wadah pemegang saham dalam penyampaian untuk pengambilan suatu

keputusan dalam kebijakan dari suatu perusahaan. Direksi dan dewan komisaris
1
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
2
Junus Sidabalok, Hukum Perusahaan:Analisis Terhadap Pengaturan Peran Perusahaan
Dalam Pembangunan Ekonomian Nasional Di Indonesia, Nuansa Aulia, Bandung, 2012, hlm. 47.
3
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.
4

mempunyai kedudukan penting dalam keberlangsungan kegiatan usaha dalam

perseroan. Direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan perannya sesuai

dengan peraturan yang ada, baik direksi maupun dewan komisaris harus

bertindak sesuai dengan anggaran dasar serta peraturan yang berlaku agar tidak

merugikan perseroan.

Praktik monopoli adalah salah satu tindakan yang merugikan perusahaan

perseroan. Bentuk praktik monopoli dalam kegiatan manajemen perusahaan

merupakan rangkap jabatan yang dilakukan oleh direksi dan komisaris. Rangkap

jabatan terjadi apabila seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau

komisaris pada suatu perusahaan pada waktu yang bersamaan di perusahaan lain.

Dugaan pelanggaran rangkap jabatan oleh PT Garuda Indonesia (Persero)

Tbk ini karena adanya pengangkatan direksi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

tersebut yang juga memegang jabatan sebagai Komisaris di PT Sriwijaya Air

diwaktu yang sama. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dengan didasari

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat menemukan dugaan adanya pelanggaran

persaingan usaha tidak sehat berupa jabatan rangkap yang dilakukan kedua

perusahaan tersebut.4

Kasus ini diawali karena adanya dugaan kartel yang dilakukan PT Garuda

Indonesia (Persero) Tbk dan beberapa maskapai di Indonesia yang mengakibatkan

mahalnya tiket pesawat. KPPU kemudian melakukan penyelidikan untuk

4
Fitri Novia Heriani, “Alasan KPPU Hentikan Penyelidikan Kasus Rangkap Jabatan Direktur
Garuda”, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5d67c16995ecf/alasan-kppu-hentikan
penyelidikan-kasus-rangkap-jabatan-direktur-garuda, diakses pada tanggal 1 februari 2021 pukul
14.50 wib.
5

mendalami kasus ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat karena timbul

adanya dugaan persaingan usaha tidak sehat.

Direktur utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pada saat investigasi

pertamanya menjelaskan bahwa rangkap jabatan yang dilakukannya adalah legal

dan tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku serta telah memperoleh izin

dari Menteri BUMN. Direktur utama, direktur komersial PT Garuda Indonesia

(Persero) Tbk, berserta Presiden Direktur PT Citilink Indonesia mengundurkan

diri dari jabatan komisaris PT Sriwijaya Air setelah dilakukannya investigasi

tersebut.5 Penyelidikan ini dihentikan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha

(KPPU) dengan alasan rangkap jabatan yang terjadi tersebut dilakukan atas

perintah resmi dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Hal ini bertolak belakang dengan aturan yang ada di Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN yang

mana jelas-jelas melarang adanya rangkap jabatan bagi direksi dan dewan

komisaris.

Berdasarkan uraian tersebut penelitian ini berfokus untuk menjawab

pertanyaan bagaimana keabsahan status pemberhentian dugaan rangkap jabatan

dewan komisaris PT Garuda Indonesia Tbk berdasarkan Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat Juncto Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
5
Risanti Suci Pratiwi, Legalitas Rangkap Jabatan Direksi dan Dewan Komisaris Pada
Badan Usaha Milik Negara Yang Berbentuk Perseroan Terbatas, Vol. 4 No. 2, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta, 2019, hlm 268-269.
6

Negara?. Penulis akan menguraikan mengapa dugaan rangkap jabatan PT Garuda

Indonesia (Persero) Tbk dihentikan atas dasar arahan Kementerian BUMN

menggunakan pendekatan rule of reason, meskipun tindakan rangkap tersebut

jelas tidak pro persaingan usaha yang didukung dengan adanya pengecualian pada

Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sehingga sering kali perusahaan

BUMN dapat melakukan kegiatan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah

persaingan usaha yang sehat.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif.

Penelitian yuridis normatif adalah metode yang digunakan dalam penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara mengkaji suatu teori, konsep, asas hukum,

serta peraturan perundang-undangan terkait penelitian ini. Penelitian ini berfungsi

untuk memberi argumentasi yuridis ketika terjadi kekosongan, kekaburan, dan

konflik norma.6

Spesifikasi penelitian atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah dengan memakai pendekatan perundang-undangan (statute approch)

dan pendekatan kasus (case approch). Sumber data yang digunakan adalah data

sekunder yang ditunjang dengan data primer. Teknik pengumpulan data yang

digunakan ini melalui studi dokumen dan wawancara kemudian data diolah secara

deskriptif analisis untuk mendeskripsikan suatu objek penelitian melalui sampel

6
I Made Pesek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Judifikasi Teori
Hukum,Pewnada Media Group, Jakarta, 2016, hlm. 12.
7

kemudian disusun dan diklasifikasikan dengan data yang sama untuk digunakan

dalam menjawab identifikasi masalah dengan tidak menggunakan rumus

matematika dan data stasistika, serta dipaparkan secara deskriptif dan ditarik

kesimpulan.

PEMBAHASAN

RUPS, Direksi, dan Dewan Komisaris merupakan organ dalam sebuah

perseoran. RUPS atau Rapat Umum Pemegang Saham adalah organ tertinggi

dalam suatu perseroan dan merupakan forum pengambil keputusan yang akan

mempengaruhi kebijakan operasional perseroan. Pasal 75 Ayat (1) Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa

RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi dan dewan

komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang dan/atau anggaran

dasar.

Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan untuk

kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan 7 serta bertugas

mewakili peseroan dalam bertindak di luar maupun di dalam pengadilan.

Keputusan yang diambil oleh direksi dilakukan dengan tetap memegang prinsip

kehati-hatian dan itikad baik sesuai dengan maksud, tujuan, serta

kepentingan perseroan.

Dewan Komisaris melaksanakan pengawasan terhadap kebijakan

pengurusan serta memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan

7
Pasal 97 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perseroan Terbatas.
8

perseroan. Dewan komisaris berfungsi melakukan pengawasan dan memastikan

keseimbangan (check and balance) apakah target-target Key Perfomance

Indicator (KPI) direksi sudah sesuai dengan target pemegang saham. 8 Keduanya sama-

sama pentingnya dalam sebuah perusahaan.

Kedudukan direksi dan dewan komisaris sebagai organ perseroan harus

mempunyai keahlian, integritas, kejujuran, kepemimpinan, pengalaman, perilaku

baik, dan dedikasi yang tinggi, serta mempunyai visi dan misi pengembangan

perusahaan. Penempatan direksi dan komisaris juga tidak boleh berbenturan

dengan kepentingan.

Organ perseroan tersebut harus menjalankan tugasnya sesuai dengan tujuan

perseroan dalam segala tindakannya agar tidak merugikan. PT Garuda Indonesia

(Persero) Tbk merupakan perusahaan BUMN yang tunduk serta patuh pada

undang-undang yang berlaku. Perusahaan BUMN dibentuk dan ditunjuk oleh

pemerintah mempunyai hak monopoli seperti yang dicantumkan pada Pasal 51

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Monopoli dalam perusahaan BUMN dapat menimbulkan penguasaan

pangsa pasar lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis barang atau jenis tertentu,

sehingga dapat menimbulkan posisi dominan. Dugaan rangkap jabatan yang

dilakukan oleh direksi dan dewan komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

merupakan salah satu jenis pelanggaran yang disebabkan dari posisi dominan.

8
Suparjo Ramlan, “Soroti Hubungan Kerja Direksi dan Komisaris di BUMN,
Erick:Teamwork Itu Kunci”, https://ekbis.sindonews.com/read/466990/34/soroti-hubungan-kerja-
direksi-dan-komisaris-di-bumn-erick-teamwork-itu-kunci-1624691218 diakases pada tanggal 18
Oktober 2021 pukul 18.32 wib.
9

Dugaan persaingan tidak sehat ini berawal dari adanya dugaan praktik kartel

yang dilakukan oleh beberapa maskapai penerbangan. Dugaan diawali dengan

fakta bahwa adanya indikasi harga tiket pesawat yang tidak normal setelah peak

season9 pada bulan Desember 2018 sampai dengan pertengahan bulan Januari

2019. Normalnya harga tiket pesawat akan mengalami penurunan setelah minggu

kedua bulan Januari. Harga tiket pesawat yang mengalamai kenaikan ini

menjadi kurang rasional karena harga bahan bakar pesawat saat itu sedang

mengalami penurunan sejak bukan November 2018.

Dugaan kartel dan rangkap jabatan diperkuat ketika Garuda Group menjalin

Kerja Sama Operasional dan/atau Kerja Sama Manajemen dengan Sriwijaya

Group. Tanggal 9 November 2018, PT Citilink Indonesia, PT Sriwijaya Air dan

PT Nam Air telah menyepakati perjanjian kerja sama operasional Nomor

CITILINK/JKTSQG/PERJ-6274/1118 yang telah diubah oleh para pihak secara

menyeluruh melalui perubahan dan melakukan amandemen perjanjian kerja sama

operasional sebanyak tiga kali.

Hal-hal mengenai perjanjian kerja sama tersebut disepakati antara lain

adalah mengenai pengelolaan pesawat oleh PT Citilink Indonesia, pengadaan

yang terpusat melalui Garuda Group, kerja sama dalam pemasaran, dan

pengelolaan manajemen Sriwijawa Group oleh Garuda Group.

Akibat dari perjanjian ini menjadikan Garuda Group secara langsung

maupun tidak langsung mengendalikan kegiatan operasional Sriwijaya Group.

9
Peak season adalah kondisi dimana kebutuhan akan jasa meningkat drastis yang disebabkan
oleh liburan panjang, biasanya terjadi beberapa kali dalam satu tahun kalender seperti Hari Raya
Idul Fitri, liburan sekolah, Libur Hari Natal, libur tahun baru, long weekend, weekend, dan Hari
Raya Imlek.
10

Rangkap jabatan yang dilakukan oleh I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, Pikri

Ilham Kurniansyah, dan Juliandra dalam kepengurusannya memperkuat dugaan

praktik persaingan usaha yang dilakukannya.

Dikutip dari CNN Indonesia, Komisioner KPPU Guntur Syahputra Saragih

mengatakan:10

“Rangkap jabatan sangat rentan membuat Garuda Indonesia memiliki

wewenang lebih pada pengaturan bisnis yang dijalankan Sriwijaya Air.

Apalagi, kedua perusahaan bergerak disektor usaha yang sama.”

Aturan-aturan mengenai rangkap jabatan seperti halnya yang sudah

dijelaskan pada bab-bab sebelumnya merupakan suatu tindakan yang dilarang.

Unsur-unsur Pasal 26 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang terpenuhi dalam

dugaan praktik persaingan usaha tidak sehat kasus ini adalah sebagai berikut:11

1. Seseorang

Penyebutan seseorang dalam perumusan Pasal 26 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat adalah menegaskan bahwa hanya individu perorangan,

dan bukan badan hukum yang berhak dan dapat diangkat sebagai Direksi atau

Komisaris perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

10
Anonim, “KPPU Selidiki Rangkap Jabatan Bos Garuda di Sriwijaya Air”,
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190212092746-92-368422/kppu-selidiki-rangkap-
jabatan-bos-garuda-di-sriwijaya-air diakses pada tanggal 24 Oktober 2021 pukul 17.20 wib.
11
Pedoman Jabatan Rangkap sesuai Pasal 26 Tahun Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
Tentanng Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
11

Unsur yang terpenuhi bahwa yang dimaksud seseorang dalam dugaan

pelanggaran Pasal 26 ini adalah I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, Pikri

Ilham Kurniansyah, dan Juliandra.

2. Direksi

Pasal 1 Angka 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas, Direksi adalah badan suatu perusahaan, yang

bertanggung jawab penuh atas pengelolaan perusahaan bersangkutan demi

kepentingan dan tujuan yang dianut perusahaan tersebut dan yang mewakili

perusahaan baik di dalam maupun luar pengadilan sesuai dengan ketentuan

anggaran dasar.

3. Dewan Komisaris

Pasal 1 Angka 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas, Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas

melakukan pengawasan secara umum dan/atau sesuai dengan ketentuan

anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.

4. Waktu yang Bersamaan

Waktu yang bersamaan adalah saat dimana seseorang secara sah

menduduki 2 (dua) atau lebih jabatan sebagai direksi atau komisaris dalam 1

(satu) atau lebih perusahaan lainnya. Rangkap jabatan dilakukan dengan

saat yang bersamaan dilakukan oleh perusahaan Garuda Group dengan

perusahaan Sriwijaya Group. Adapun direksi dan dewan komisaris yang

melakukan rangkap jabatan tersebut adalah:


12

a. I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra menjabat tiga jabatan sekaligus

sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Komisaris

Utama PT Citilink Indonesia, serta Komisaris Utama di PT Sriwijaya Air.

b. Pikri Ilham Kurniansyah menjabat sebagai Direktur Niaga PT Garuda

Indonesia (Persero) Tbk, Komisaris di PT Citilink Indonesia, serta

Komisaris di PT Sriwijaya Air.

c. Juliandra yang menjabat sebagai Direktur Utama PT Citilink Indonesia

juga menjabat sebagai Komisaris PT Sriwijaya Air.

5. Perusahaan

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis

usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus dan yang didirikan, bekerja, serta

berkedudukan dalam wilayah Negara RI, untuk tujuan memperoleh

keuntungan atau laba, termasuk juga perusahaan-perusahaan yang dimiliki

oleh atau bernaung di bawah lembaga-lembaga sosial.

6. Pasar Bersangkutan

Sebagaimana dimaksud Pasal 1 Butir 10 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat, pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan

jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang

dan/atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi dari barang dan/atau

jasa tersebut.
13

Pasar bersangkutan dalam dugaan rangkap jabatan pada PT Garuda

Indonesia (Persero) Tbk adalah layanan jasa angkutan udara niaga berjadwal

penumpang kelas ekonomi seluruh rute penerbangan dalam negeri.

7. Adanya Keterkaitan Erat Bidang dan/atau Jenis Usaha

Sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 26 Huruf b Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat, perusahaan-perusahaan memiliki keterkaitan

yang erat bila perusahaan-perusahaan tersebut saling mendukung atau

berhubungan langsung dalam proses produksi, pemasaran, atau produksi dan

pemasaran. Ketentuan ini tidak hanya diterapkan terhadap jabatan rangkap

direksi yang horizontal tetapi juga jabatan rangkap yang melibatkan direksi

perusahaan produsen dan pemasoknya. Adanya keterkaitan erat bidang

dan/atau jenis usaha ini dapat dilihat dari keterlibatan Garuda Group yang

memiliki banyak anak perusahaan dibidang pesawat terbang.

8. Menguasai

Pengertian menguasai dapat diartikan sebagai posisi dominan sesuai

Pasal 1 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yaitu keadaan dimana

pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti dipasar bersangkutan

dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha

mempunyai posisi tertinggi diantara pesaingnya dipasar bersangkutan dalam

kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau


14

penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan

barang atau jasa tertentu.

Unsur menguasai dibuktikan dengan sedikitnya pilihan bagi konsumen

untuk memilih layanan pesawat udara yang diinginkan karena tingginya harga

tiket pesawat terbang saat itu. Hal ini disebabkan karena PT Garuda Indonesia

(Persero) Tbk, PT Citilink Indonesia, PT Sriwijaya Air, PT NAM Air, PT

Batik Air Indonesia, PT Lion Mentari dan PT Wings Air menguasai sebanyak

82,42% jumlah pesawat udara yang beroperasi Indonesia pada tahun 2018

dan 82,12% jumlah pesawat udara yang beroperasi Indonesia pada tahun

2019.

9. Pangsa Pasar

Pangsa pasar sebagaimana dimaksud Pasal 1 Ayat 13 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat, yaitu persentase nilai jual atau beli barang

atau jasa tertentu yang dikuasai oleh pelaku usaha pada pasar bersangkutan

dalam tahun kalender tertentu.

Diketahui bahwa pangsa pasar pada pasar yang bersangkutan

mengacu pada eksistensi badan usaha yang tegabung dalam beberapa

kelompok usaha sebagai berikut:

a. Tahun 2017, Lion Group menguasai 51%, Garuda Group menguasai 33%,

Sriwijaya Group menguasai 13% dan lainnya sebesar 3%.

b. Tahun 2018, Lion Group menguasai 51%, Garuda Group menguasai

33%, Sriwijaya Group menguasai 12% dan lainnya sebesar 4%.


15

c. Tahun 2019 (Januari-Mei), Lion Group menguasai 49%, Garuda Group

dan Sriwijaya Group menguasai 46% dan lainnya sebesar 5%.

10. Barang

Pengertian barang sebagaimana dimaksud Pasal 1 Ayat (16) Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat, yaitu setiap benda, baik berwujud maupun

tidak berwujud baik bergerak maupun tidak bergerak yang dapat

diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen

atau pelaku usaha.

11. Jasa

Jasa sebagaimana dimaksud Pasal 1 Ayat (17) Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat, yaitu setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau presentasi

yang diperdagangkan dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen

atau pelaku usaha. Jasa dalam dugaan rangkap jabatan PT Garuda Indonesia

adalah layanan jasa angkutan udara niaga berjadwal penumpang kelas

ekonomi rute penerbangan dalam negeri.

12. Mengakibatkan Praktek Monopoli

Sebagaimana dimaksud Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat, praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu

atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau


16

pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan

persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.

Akibat dari perilaku yang membuat persaingan usaha tidak sehat

adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh beberapa pelaku usaha yang

mengakibatkan semakin terkonsentrasinya pasar dan/atau semakin

dikuasainya produksi dan/atau pemasaran produk pada pasar bersangkutan.

Dampak lain adalah konsumen merasakan berkurangnya pilihan baik dalam

tingkat layanan maupun harga yang ditawarkan.

Akibat lain dari perilaku yang mengakibatkan persaingan usaha tidak

sehat dalam kasus ini adalah kenaikan harga layanan jasa angkutan udara

niaga berjadwal penumpang kelas ekonomi dalam negeri yang harus dibayar

oleh konsumen atau pelanggan produk tersebut. Dampak tersebut ditambah

dengan penerapan kebijakan yang dibuat petinggi perusahaan yang

bersamaan menghapus kebijakan bebas biaya bagasi mulai bulan Januari

dan/atua Febuari 2019.

13. Persaingan Usaha Tidak Sehat

Sebagaimana dimaksud Pasal 1 Ayat (6) Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat, persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku

usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang atau

jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau

menghambat persaingan usaha.


17

Pembahasan sebelumnya sudah peneliti bahas mengenai pendekatan rule of

reason dimana sebuah kasus akan dilihat sejauh mana dampak dari perbuatan

tersebut, oleh karena itu diperlukan pembuktian lebih lanjut apakah perbuatan

berakibat menghambat persaingan. Pasal 26 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

mengenai jabatan rangkap merupakan salah satu perilaku praktik persaingan usaha

tidak sehat yang menggunakan pendekatan ini.

Berdasarkan penjabaran unsur Pasal 26 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat, dapat disimpulkan bahwa kasus ini sudah memenuhi unsur-unsur jabatan

rangkap sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang tersebut, yaitu pihak

yang terlibat berasal dari pasar yang bersangkutan, memiliki keterkatan yang erat

dalam bidang dan/atau jenis usaha, dan/atau secara bersama-sama dapat

menguasai pangsa pasar barang dan/atau jasa bertentu yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

Aturan mengenai larangan rangkap jabatan juga terdapat pada Pasal 25 dan

Pasal 33 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara. Larangan ini diatur untuk menghidari adanya benturan kepentingan antara

perusahaan satu dengan perusahaan lainnya yang saling berkaitan. Akibat indikasi

tersebut, maka dilakukannya investigasi terkait rangkap jabatan ini. Proses

penyelidikan ini pihak Garuda menyatakan bahwa rangkap jabatan tersebut

merupakan atas arahan Menteri BUMN. Setelah peyelidikan tersebut ketiganya


18

menyatakan mengundurkan diri dari posisi rangkap jabatan sebagai direktur

utama, direktur niaga, dan komisaris di perusahaan tersebut.

Dugaan pelanggaran ini dihentikan KPPU pada tahap penyelidikan karena

dianggap tidak menyalahi aturan yang ada atas arahan Menteri BUMN. Adapun

alasan rangkap jabatan ini adalah untuk kepentingan perusahan dalam rangka

penyehatan perusahaan berdasarkan perintah pemerintah. Dasar dihentikannya

dugaan rangkap jabatan oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yaitu, Peraturan

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PER-02/MBU/02/2015 tentang

Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Dewan

Komisaris dan Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara.

Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha Guntur Syahputra Saragih

mengatakan bahwa pemberhentian penyelidikan tersebut karena KPPU mendapati

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menjalankan kebijakan pemerintah.

Kebijakan tersebut merupakan bentuk doktrin dalam perspektif profesional yang

tidak masuk dalam duduk perkara.12

Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

PER-02/MBU/02/2015 merupakan salah satu aturan dasar pengaturan rangkap

jabatan bagi perusahaan BUMN yang menyatakan bahwa:

“Anggota Dewan Komisaris dan/atau Dewan Pengawas BUMN/Perusahaan,


kecuali menandatangani surat pernyataan bersedia mengundurkan
diri/diberhentikan pada salah satu jabatan jika terpilih. Ketentuan ini tidak
berlaku apabila pengangkatan anggota Dewan Komisaris/Dewan Pengawas
dilakukan dalam rangka pengawasan BUMN/Perusahaan dalam program
penyehatan berdasarkan penugasan khusus dan Menteri.”

12
Anonim, “KPPU: Masalah Rangkap Jabatan Dirut Garuda Resmi Dihentikan”,
https://money.kompas.com/read/2019/08/26/202700426/kppu--masalah-rangkap-jabatan-dirut-
garuda-resmi-dihentikan diakses pada tanggal 26 Oktober 2021 pukul 22.48 wib.
19

Syarat materiil menyebutkan bahwa memiliki pengetahuan yang memadai

dibidang usaha Persero/Perum dimana yang calon direksi atau komisaris

dicalonkan menjadi alasan mengapa terjadi rangkap jabatan pada PT Garuda

Indonesia (Persero) Tbk, PT Citilink Indonesia, dan PT Sriwijaya Air juga

menjadi pertimbangan dalam pengangkatan I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra,

Pikri Ilham Kurniansyah, dan Juliandra sebagai direksi dan dewan komisaris

didua perusahaan yang berada dalam pasar bersangkutan yang sama.

I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, Pikri Ilham Kurniansyah, dan

Juliandra yang juga direksi maupun dewan komisaris di perusahaan angkutan

udara dianggap lebih memahami permasalahan dan bisa memberikan solusi bagi

permasalah yang sedang terjadi, sehingga ketiganya atas kesepakatan bersama

dijadikan direksi dan dewan komisaris pada PT Sriwijaya Air atas perintah

Menteri BUMN untuk usaha penyehatan perusahaan.

Alasan pemberhentian ini juga didukung dengan Pasal 50 Huruf (a)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat yang berisi tentang pengecualian dari ketentuan

undang-undang tersebut, yang menyatakan perbuatan dan/atau perjanjian yang

bertujuan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PER-02/MBU/02/2015 merupakan

peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara.

Alasan ini juga dikuatkan dengan adanya Pasal 51 Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
20

Sehat sebagai penegasan bahwa BUMN dapat melakukan perbuatan monopoli.

Pemberhentian dugaan pelanggaran rangkap jabatan oleh PT Garuda Indonesia

(Persero) Tbk ini tidak berakibat pada penjatuhan sanksi kepada pihak-pihak yang

terlibat. Namun, proses pengawasan tetap dijalani KPPU terkait rangkap jabatan

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dengan cara memberikan saran pertimbangan

untuk menjalankan usahanya dengan baik dikemudian hari.

Pengaturan rangkap jabatan sudah secara jelas menyatakan bahwa

perilaku rangkap jabatan baik direksi dan dewan komisaris tidak diperbolehkan

termasuk Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PER

02/MBU/02/2015 memberi pengecualian untuk memperbolehkan seorang direksi

dan dewan komisaris untuk melakukan rangkap jabatan pada perusahaan BUMN,

namun jika dikaji secara hierarki Peraturan Menteri tidak boleh bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan terkait. Pengencualian ini menjadi

kontradiksi apabila dibandingkan dengan undang-undang lainnya yang melarang

kegiatan rangkap jabatan. Perbedaan ini akan menjadi permasalah bagi

penegakkan dan pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Pengawas Persaingan

Usaha.

Akibat dari rangkap jabatan lainnya selain melanggar Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat, juga berpengaruh pada tata kelola perusahaan sebagaimana yang
21

tercantum dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha

Milik Negara.

Penutup

Berdasarkan Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Keabsahan status

pemberhentian rangkap jabatan direksi dan dewan komisaris PT Garuda

Indonesia (Persero) Tbk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat Juncto Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan

Usaha Milik Negara merupakan bukan sebuah pelanggaran Pasal 5

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat karena rangkap jabatan

tersebut dilakukan untuk melakukan penyehatan perusahaan atas

perintah Menteri BUMN. Pemberhentian dugaan pelanggaran rangkap

jabatan oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk ini tidak berakibat pada

penjatuhan sanksi kepada pihak-pihak yang terlibat. Namun, proses

pengawasan tetap dijalani KPPU terkait rangkap jabatan PT Garuda

Indonesia (Persero) Tbk dengan cara memberikan saran pertimbangan

untuk menjalankan usahanya dengan baik dikemudian hari. Peraturan

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PER-02/MBU/02/2015

terdapat aturan larangan rangkap jabatan mendapat pengecualian yaitu

apabila pengangkatan anggota Dewan Komisaris/Dewan Pengawas


22

dilakukan dalam rangka pengawasan BUMN/Perusahaan dalam program

penyehatan berdasarkan penugasan khusus dari Menteri BUMN. Namun

Peraturan Menteri tersebut menjadi kontradiksi apabila dibandingkan

dengan undang-undang lainnya yang melarang kegiatan rangkap jabatan.

Perbedaan ini akan menjadi permasalah bagi penegakkan dan

pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Daftar Pustaka

I Made Pesek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam


Judifikasi Teori Hukum,Pewnada Media Group, Jakarta, 2016, hlm.
12.

Junus Sidabalok, Hukum Perusahaan:Analisis Terhadap Pengaturan Peran


Perusahaan Dalam Pembangunan Ekonomian Nasional Di Indonesia,
Nuansa Aulia, Bandung, 2012, hlm. 47.

Sunaryati Hartono, Analisa dan Evaluasi Hukum tentang Privatiusasi Badan


Usaha Milik Negara (BUMN),Badan Pembinaan Hukum Nasional
Departemen Hukum dan Ham RI, 2005, hlm.55.

Suparjo Ramlan, “Soroti Hubungan Kerja Direksi dan Komisaris di


BUMN, Erick:Teamwork Itu Kunci”,
https://ekbis.sindonews.com/read/466990/34/soroti-hubungan-
kerja-direksi-dankomisaris-di-bumn-erick-teamwork-itu-kunci-
1624691218

Fitri Novia Heriani, “Alasan KPPU Hentikan Penyelidikan Kasus


Rangkap Jabatan Direktur Garuda”,
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5d67c16995ecf/al
asan-kppu-hentikanpenyelidikan-kasus-rangkap-jabatan-direktur-
garuda

______,KPPU: Masalah Rangkap Jabatan Dirut Garuda Resmi


Dihentikan”,https://money.kompas.com/read/2019/08/26/2027
00426/kppu--masalah-rangkap-jabatan-dirut-garuda-resmi-
dihenti
23

You might also like