You are on page 1of 13

ANALISIS KINERJA BATERAI VENTED LEAD ACID SEBAGAI BACKUP ENERGI PADA

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP 1.3 MUARA KARANG

Aloysius Agus Yogiant 1, Mia Kristin2


1,2
Institut Teknologi PLN Jakarta
1
agus.yogianto@itpln.ac.id
2
sasimia110100@gmail.com

ABSTRACT
The role of the battery is very important to distribute direct current (DC) sources, if the battery is damaged
which results in the battery can no longer be used, then the role of the battery supply will be reduced
which causes a disturbance in the distribution of electricity. Unit 1.3 Muara Karang is required to be in
a reliable condition to supply electricity and improve operations. The purpose of this research is to
determine the performance of the battery in supplying DC components and as a backup in the event of a
power outage / blackout and to determine the capacity of the battery to supply components in PLTGU
Unit 1.3 Muara Karang, from the results of the calculation of the total electrical energy that can be
supplied by the battery to the DC component is 87.5 kWh. Unit 1.3 Muara Karang has an energy backup
system for DC components using batteries, where the batteries used have a voltage of 125 VDC. For the
ability of the battery to support the DC component on a 125 VDC battery with a load of 275 A for 2 hours
32 minutes at Unit 1.3 Muara Karang. And from the results of tests carried out with unloaded and loaded
batteries, it produces a total battery voltage without load of 125.6 VDC where the load voltage carried
out for 10 hours on 56 battery cells has a total voltage of 112.16 VDC, and has decreased, for 10 hours
the lowest voltage is 106.96 VDC, still meeting the 125 VDC voltage standard, which means that the
voltage on the battery during unloading is 125 VDC.
Keywords: Battery, Backup system, DC components
ABSTRAK
Peran baterai sangat penting untuk menyalurkan sumber arus searah (DC), apabila baterai mengalami
kerusakan yang mengakibatkan baterai tidak bisa digunakan lagi, maka peran dari suplai baterai akan
berkurang yang menyebabkan adanya ganggung pada penyaluran tenaga listrik. Unit 1.3 Muara Karang
diwajibkan dalam kondisi andal dapat menyuplai listrik dan meningkatkan operasional. Tujuan
dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui kineja pada baterai dalam menyuplai kompone DC
dan sebagai backup apabila terjadi pemadaman listrik/blackout dan mengetahui kapasitas pada baterai
untuk menyuplai komponen di PLTGU Unit 1.3 Muara Karang, dari hasil perhitungan total energi listik
yang dapat di suplai oleh baterai terhadap komponen DC yaitu 87,5 kWh. Unit 1.3 Muara Karang
terdapat sistem backup energi pada komponen DC menggunakan baterai, dimana baterai yang digunakan
memiliki tegangan 125 VDC. Untuk kemampuan baterai dapat menompang komponen DC pada baterai
125 VDC dengan beban 275 A selama 2 jam 32 Menit pada Unit 1.3 Muara Karang. Dan dari hasil
pengujian yang dilakukan dengan baterai tidak berbeban dan berbeban menghasilkan total tegangan
baterai tanpa beban sebesar 125,6 VDC dimana tegangan berbeban yang dilakukan selama 10 jam
terhadap 56 cell baterai yang memiliki tegangan totalnya sebesar 112,16 VDC, dan mengalami
penurunan, selama 10 jam tegangan terendah sebesar 106,96 VDC, masih memenuhi standar tegangan
125 VDC yang artinya tegangan pada baterai selama tidak berbenan dan berbeban pun dalam keadaan
yang baik.
Kata kunci : Baterai, Sistem backup, Komponen-komponen DC
1. PENDAHULUAN

Unit Pembangkitan Muara Karang adalah sebuah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan
pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) yang dikelola oleh PT PLN Nusantara Power.
Pembangkit ini berada di daerah Pluit, Jakarta Utara. Yang mengoperasikan 2 PLTU dan 5 Gas
turbine dan 4 Steam turbine (PLTGU) dengan total kapasitas 1.200 MW. Pembangkit Muara Karang
terdapat perangakt seperti proteksi, breaker, sistem kontrol yang disupply oleh tegangan DC.
Tegangan DC bersumber dari Baterai dan Trafo AC yang di konverterkan oleh UPS (Uninterruptible
Power Supply).
pada skripsi ini membahas baterai Gas Turbin 1.3 Muara Karang karena ada permasalahan
yang terajdi saat kondisi blackout pada komponen DC mengalami gangguan sehingga menyebabkan
penyuplaian yang dilakukan oleh baterai tidak optimal, sehingga perlu dilakukannya penelitian ini
untuk mengatasi permasalhan yang ada. Pada saat terjadi gangguan di PLTGU Unit 1.3 Muara
Karang dapat disuplai dari sumber listrik PLN untuk pemakaian operasional. Selain dari sumber PLN
pada PLTGU Unit 1.3 Muara Karang jika terjadi shutdown unit maka akan didapatkan sumber dari
diesel generator dan baterai untuk menunjang kebutuhan listrik sesuai dengan kebutuhan yang
diinginkan pada penggunaan operasional pada PLTGU Unit 1.3 Muara Karang yang tidak boleh off
seperti pada komponen penting pada suatu pembangkit. Komponen DC merupakan peralatan atau
beban yang tidak boleh dalam kondisi off dengan kata lain harus dijaga untuk tetap beroperasi. Pada
komponen ini jika terjadi off pada beban tersebut dapat menyebabkan kerusakan baik berupa
fungsinya atau pada umur komponen semakin pendek, maka dari itu harus tetap terjaga dalam kondisi
beroperasi atau bisa dalam kondisi stand by. Sehingga pada saat terjadi kondisi off pada unit maka
komponen harus tetap dalam kondisi terjaga dengan melakukan suplai dari sumber lain, seperti
dengan menggunakan baterai untuk komponen DC agar tetap terjaga dan beroperasi sehingga dapat
mengalirkan pasokan energi listrik seperti sedia kala.
Baterai mempunyai peranan yang sangat penting demi menjamin kelancaran operasional pada
suatu pembangkit sehingga kondisi baterai harus tetap terjaga maka dari itu diperlukan melakukan
kegiatan pengecekan dan pengujian secara rutin dan melakukan beberapa pengujian saat overhaul
untuk mengetahui kondisi baterai pada saat itu guna dapat mengoptimalkan kebutuhan dari konsumen
yang membutuhkan energi listrik. Baterai yang merupakan sumber daya DC biasanya disusun seri
dan dapat menyuplai beberapa komponen yang membutuhkan sumber DC yang tidak boleh dalam
kondisi off. Baterai juga berfugsi sebagai salah satu media penyimpanan energi yang paling banyak
digunakan saat ini, karena hal tersebut baterai menjadi salah satu teknologi yang sangat penting dalam
penggunaan energi terbarukan, baterai yang sering digunakan untuk media penyimpanan energi yang
berasal dari energi surya adalah baterai Lead-Acid. Tetapi baterai jenis Lead-Acid mempunyai
kekurangan diantaranya terpengaruh oleh suhu udara, jika suhu udara rata-rata 92°F maka siklus
hidup baterai akan turun menjadi 50%, baterai Lead-Acid dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
pada skala pendek, baterai Lead-Acid juga rentan terhadap korosi akibat elektrolisis dan baterai Lead-
Acid hanya mempunyai efisiensi energi sebesar 60% oleh sebab itu diperlukan jenis baterai yang
mempunyai efisiensi energi yang tinggi agar energi saat pengisian dan pengosongan muatan baterai
tidak terbuang sia-sia. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian Charging/Discharging Baterai
Vented Lead Acid dengan untuk mengetahui efisiensi energi nya dan serta pengaruh variasikan arus
pada proses Charging/Discharging.
2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan setelah sidang proposal skripsi dengan waktu penggambilan data
kurang lebih tiga bulan. Lokasi yang digunkan dalam penelitian ini yaitu : PT PLN Nusantra Power
UP PJB Muara Karang,, Jl. Pluit Karang Ayu Barat No. 1C, pluit, Kec. Panjaringan, Kota Jakarta
Utara, Unit Kerja,Unit Maintenance Repair Overhaul (UMRO).

Gambar 2.1 Diagram Alir Penelitian


2.1 Landasan Teori
2.2.1 Spesifikasi Baterai
Sistem baterai dapat menyuplai komponen DC dengan kapasitas yang sesuai dengan suplai
baterai maka dari itu baterai harus disesuaikan dengan kebutuhan komponen. Baterai timbal-asam
berventilasi terdiri dari pelat tubular positif dan pelat kisi negatif dan, karena strukturnya,
menawarkan masa pakai yang sangat lama. Hal ini dicapai dengan perlindungan bahan aktif melalui
sarung tangan tenun poliester. Oleh karena itu ideal untuk digunakan di area dengan beban siklus dan
kapasitif tinggi, seperti sistem pasokan energi, peralatan telekomunikasi, atau waktu beban yang lama
(antara 1 jam dan > 10 jam) untuk penerangan keselamatan. Kondisi penggunaan baterai dilakukan
saat sistem kelistrikan mengalami blackout sehingga perlu disesuaikan dengan komponen yang ada
berikut data yang didapatkan dari PLTGU Unit GT 1.3 Muara Karang adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Baterai Vented Lead Acid


 Baterai 125 VDC
Tipe : OPzS
Kontruksi : Vanted Baterai elektrolit
Sistem : Vented Lead Acid
Kapasitas : 700 Ah
Nominal Voltage : 2 VDC/Cell
Electrolyte : H2SO4 (Liquid)
Technology : Lead Acid
Product : Cell
Standards : IEC-60896-11
Float Voltage : 2,23 VDC/Cell
Jumlah Cell : 56 Cell Tegangan total output baterai : 56 cell x 2,23 VDC = 129,34
VDC ≈ 125 VDC
1.4 Metode Analisis Data
Metode ini bertujuan untuk menganalisis data dari hasil perhitungan pada saat melakukan
penelitian agar dapat menentukan serta mengambil solusi dari suatu permasalahan, berikut adalah
tahapannya :
1. Pengambilan Data, Pengambilan data dilakuakan pada PLTGU Unit GT 1.3 Muara Karang
terkhusus pada data spesifikasi komponen DC dan spesifikasi baterai.
2. Pengolahan Data, Pengolahan data untuk mencari total komponen DC dan kapasitas baterai
backup energy pada PLTGU Unit GT 1.3 Muara Karang dengan mengunakan data sesuai dengan
dilapangan. Lalu diolah menggunakan rumus sebagai berikut :
a. Rumus total tegangan baterai
Total Tegangan = nCell x Floating Voltage ………………… (3.1)
Keterangan :
nCell : Jumlah Cell baterai
Floating Voltage : Tegangan maksimum baterai saat charging.
b. Rumus energi listrik yang disalurkan oleh baterai
𝐸� = V x I x h ………...…………………….…………………… (3.2)
Keterangan :
E : Total energi listrik (Wh)
V : Tegangan (V)
I : Arus (A)
h : waktu (h)
c. Perhitungan Kapasitas, Untuk menghitung kapasitas baterai dalam ampere-jam (Ah), dapat
menggunakan persamaan berikut :
Total�Muatan�Listrik�(C)
Ah = ……………………………………. (3.3)
Tegangan�(V)
Keterangan :
Ah =Kapasitas baterai yang diinginkan dalam ampere-jam.
C = Jumlah muatan listrik yang mengalir melalui baterai.
V = Tegangan baterai dalam volt.
d. Kemampuan Baterai menyuplai komponen baterai dalam waktu
Ampere atau besaran arus listrik yamg disuplai ke suatu beban dari baterai untuk memberikan
tegangan. Untuk menghitung kapasitas baterai dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut
C = I × 𝑡 …………………………………………………..…. (3.4)
(Iklik & Ir. Agung Warsito, 2014)
Keterangan :
C= Kapasitas Baterai (Ah)
I = Besar Arus (A)
t = Waktu (Jam/Hour)
e. Rumus Discharge Current
Idisch Alkali : 0,2 x C ………………….……………………… (3.5)
Idisch Asam : 0,1 x C ………..………………………………… (3.6)
Keterangan :
Idisch : Discharge Current (A)
C : Kapasitas Baterai (Ah)
f. Timing Limited
Tstop = C : Idisch ……………………………………………… (3.7)
Keterangan :
Tstop : waktu henti
C : Kapasitas Baterai (Ah)
Idisch : Discharge Current (A)

3. Analisis Data Pada tahapan ini hasil pengolahan data untuk mendapatkan kapasitas baterai
yang harus digunakan untuk menyuplai komponen sehingga tetap beroperasi meskipun PLTGU
dalam kondisi off.
4. Pembuatan laporan hasil dari pengambilan data, pengolahan data dan dapat dibuat sebuah
laporan skripsi.
Tabel 2. 1 Datasheet electrical Baterai

Electrical characteristics
Cell type

Final voltage (V) 1,85


Float voltage (V) 2,20-2,25
Massa Jenis 1,20
Arus Charging (A) 50 A
Tegangan Charging (V) 125

Datasheet adalah dokumen teknis yang berisi informasi rinci tentang suatu produk, komponen
atau perangkat. Datasheet biasanya digunakan dalam konteks industri, teknologi, dan ilmu
pengetahuan. Dokumen ini memberikan informasi penting tentang spesifikasi, fitur, kinerja, dan
karakteristik dari suatu produk atau perangkat. Pada tabel 3.1 diatas merupakan datasheet baterai
yang di gunakan pada unit GT 1.3 Muara Karang.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Dari hasil penelitian pada PLTGU unit GT 1.3 PT. Pembangkit Jawa Bali Muara Karang
mendapatkan data dengan tujuan melakukan evaluasi dari kondisi baterai yang berfugsi untuk
membackup komponen DC pada PLTGU tersebut. Backup energi yang dilakukan oleh baterai
bertujuan untuk meminimalisir kerusakan pada komponen essensial pada saat hilang tegangan.
Sistem kelistrikan yang diperlukan pada komponen DC dalam pengoperasian PLTGU Unit GT 1.3
Muara Karang. Pembangkit Jawa Bali (PJB) yang aman dan andal untuk keselamatan terkait sistem
pemasok daya lisrik oleh pusat listrik tersebut. Sistem ini terdiri dari sistem kelistrikan yang secara
langsung mendukung dalam pemenuhan dasar fungsi keselamatan.
Sumber daya darurat terdiri dari sumber daya alternatif yaitu Emergency Diesel Generator
(EDG) dan sumber arus searah (DC Power Supply) baterai. EDG diharapkan untuk memulai dan
menyediakan daya listrik ketika daya listrik dari jaringan listrik atau generator utama tidak tersedia.
Kegagalan sewaktu-waktu dapat terjadi bersamaan dengan hilangnya semua sumber daya alternatif
yang dikenal sebagai peristiwa blackout. Selama blackout, instrumentasi dan sistem kontrol yang
paling penting didukung oleh baterai dalam jangka waktu tertentu sebagai antisipasi kegagalan untuk
keamanan dan keselamatan pusat listrik. Baterai merupakan pendukung paling pertama yang
menyediakan daya listrik ketika terjadinya blackout untuk keselamatan pada komponen DC.
3.1.1 Parameter Baterai
Parameter dalam baterai merujuk pada berbagai karakteristik dan properti fisik yang
menggambarkan kinerja, kapasitas dan ciri-ciri operasional dari baterai. Berikut adalah beberapa
parameter penting dalam baterai :
1. Kapasitas baterai mengukur jumlah energi yang dapat disimpan dan dilepaskan. Ini diukur dalam
ampere-jam (Ah) atau coulomb (C).
2. Tegangan baterai mengacu pada perbedaan potensial listrik antara dua terminal baterai.
3. Suhu baterai adalah suhu lingkungan atau suhu internal baterai yang dapat memiliki dampak
signifikan pada kinerja, umur pakai, dan keselamatan baterai. Suhu baterai memainkan peran
penting dalam operasi, pengisian, dan penyimpanan baterai.
4. Level elektrolit merujuk pada tingkat atau ketinggian cairan elektrolit di dalam baterai. Elektrolit
adalah larutan yang mengandung ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Pada baterai
tipe tertentu, seperti aki asam timbal (Lead Acid Battery) yang umum digunakan dalam
kendaraan, level elektrolit sangat penting untuk menjaga kinerja dan daya tahan baterai.
5. Charging (Pengisian) adalah proses mengisi ulang energi ke dalam baterai. Ini terjadi ketika
baterai yang sebelumnya telah digunakan dan sebagian atau sepenuhnya terdepleted perlu diisi
ulang untuk digunakan lagi. Selama proses pengisian, energi listrik disuplai ke baterai, dan reaksi
kimia dalam baterai mengubah energi listrik ini menjadi energi kimia yang tersimpan dalam
baterai.
6. Discharging (Pengosongan) adalah proses pemakaian energi dari baterai. Ini terjadi saat baterai
digunakan untuk menyediakan listrik kepada perangkat atau sistem yang memerlukan daya.
Selama proses ini, reaksi kimia dalam baterai mengubah energi kimia menjadi energi listrik yang
dilepaskan ke perangkat eksternal.
3.1.2 Parameter baterai yang digunakan
Ada beberapa parameter yang digunakan sebagai acuan dalam melihat kenerja dari baterai
yaitu seperti kapasitas, tegangan, suhu, level elektrolit, pengisian dan pengosongan baterai. Namun
pada pembahasan ini parameter utama yang digunakan pada baterai yaitu tegangan dan kapasitas
baterai, berikut adalah pembahasan mengenai parameter tegangan dan kapasitas.
1. Tegangan
Parameter tegangan mengacu pada nilai tegangan listrik yang diukur dalam satuan volt (V).
Perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam sebuah rangkaian. Ini adalah ukuran energi listrik
yang tersedia dalam baterai dan memberikan petunjuk tentang seberapa banyak daya baterai dapat
memberikan.
2. Kapasitas
Kapasitas mengacu pada jumlah muatan yang dapat diberikan baterai pada voltase pengenal,
yang berbanding lurus dengan jumlah bahan elektroda di dalam baterai. Satuan untuk mengukur
kapasitas baterai adalah ampere-hour atau amp-hour, dilambangkan dengan (Ah). Kapasitas juga
dapat dinyatakan dalam kapasitas energi baterai. Kapasitas energi adalah nilai tegangan baterai dalam
volt dikalikan dengan kapasitas baterai dalam amp-jam, sehingga menghasilkan total kapasitas energi
baterai dalam watt-jam (wh). Secara umum, ini adalah jumlah total energi yang dapat disimpan
perangkat. (https://www.e-education.psu.edu/ae868/node/896, 2023)
3.1.3 Konfigurasi Baterai

Gambar 3. 1 konfigurasi baterai(PLTGU GT 1.3 MK)

Gambar 3. 2 Rangkain Seri Baterai


Konfigurasi pada PLTGU unit GT 1.3 Muara Karang menggunakan konfigurasi seri yang
mengacu pada menghubungkan baterai secara berurutan atau seri untuk meningkatkan tegangan
keseluruhan sambil mempertahankan kapasitas arus yang sama. Dalam konfigurasi ini, ujung positif
dari satu baterai dihubungkan ke ujung negatif baterai lainnya. Dengan menggabungkan baterai
secara seri, tegangan dari setiap baterai akan ditambahkan bersama-sama.
Misalnya, jika memiliki dua baterai dengan tegangan masing-masing 2 volt dan menghubungkannya
secara seri, tegangan totalnya akan menjadi 2 + 2 = 4 volt. Namun, kapasitas arus (mAh atau Ah) dari
sistem ini tetap sama dengan kapasitas baterai tunggal, karena arus mengalir melalui keduanya.
Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun tegangan total meningkat dalam konfigurasi seri,
kapasitas keseluruhan dari sistem ini tetap sama dengan kapasitas baterai tunggal. Konfigurasi seri
biasanya digunakan dalam aplikasi di mana diperlukan tegangan yang lebih tinggi, seperti sistem
penyimpanan energi, mobil listrik, atau aplikasi industri.
3.1.4 Pengujuan Baterai Unit GT 1.3 Muara Karang
Dalam menjaga keandalan dari baterai Unit GT 1.3 Muara Karang memiliki sistem backup
energy pada saat unit dalam kondisi off atau kondisi blackout. Baterai pada Unit GT 1.3 Muara Karang
memiliki 1 baterai yang dikategorikan berdasarkan tegangan yaitu tegangan 125 VDC dengan
kapasitas 700 Ah. Untuk menjaga baterai dalam kondisi yang baik dalam menyuplai energi ke
kompone DC maka dilakukan pemeriksaan serta pengujian secara rutin dan dilakukan pemeriksaan
dan pengujian untuk mencari kapasitas dari baterai pada saat unit pembangkit dalam keadaan
overhaul untuk mengetahui kondisi baterai.

Gambar 3. 3 Baterai Vented Lead Acid


Gambar diatas menunjukan Baterai Vented Lead Acid yang digunakan pada GT 1.3 Muara Karang,
mempunyai 56 sell baterai sebagai energi cadangan saat pembangkit dalam keadaan
emergency/darurat yang disebabkan oleh tripnya pembangkit.
3.2 Pembahasan
PLTGU Muara Karang adalah perusahaan yang bergerak di bidang kelistrikan pada
pembangkit. Di mana ketersediaan listrik sangat dipengaruhi oleh keseimbangan sistem kelistrikan
salah satunya harus menjaga sistem kelistrikan pada unit pembangkit. Sehingga, pembangkit
mempunyai sistem kelistrikan yang sangat andal dimana terdapat beberapa komponen essensial yang
harus tetap beroperasi dikarenakan untuk menjaga komponen essensial tidak mengalami kerusakan.
Dengan adanya sistem backup energy pada baterai tegangan 125 VDC Unit GT 1.3 Muara karang
dapat menjaga komponen-komponen DC agar dapat mensuplai energi pada saat terjadi kondisi
darurat. Agar komponen DC dapat beroperasi dan meminimalisir kerusakan pada komponen DC.
Gambar 3. 4 Presentase Kondisi Baterai 125 VDC
Dari Pengujian baterai 125 VDC yang terdiri 56 cell dengan tegangan tiap cellnya sebesar
2,23 VDC sehingga tegangan total baterai sebesar 125,6 VDC untuk menyesuaikan dengan suplai
komponen DC pada tegangan 125 VDC terdapat regulator yang berfungsi untuk menyesuaikan
tegangan. Pada komponen DC harus terjaga untuk suplai energinya sehingga dari baterai perlu adanya
perawatan untuk menghasilkan sistem operasional PLTGU Muara Karang yang andal. Hasil
pengecekan yang dilakukan pada tegangan total sebesar 125,6 VDC, jika dilihat dari tegangan total
baterai awal sebesar 99,55% dapat dikategorikan kondisi baterai baik. Dari perhitungan komponen-
komponen DC yang disuplai oleh baterai memiliki tegangan sebesar 125 VDC dengan kapasitas
baterai yang mensuplai energi sebesar 87,5 kWh dan dapat menyuplai energi ke komponen-
komponen DC selama 2 jam 32 menit. Sehingga pada komponen DC dapat suplai dari baterai pada
kondisi darurat dan tetap harus memperhatikan kondisi baterai dengan melakukan preventif pengujian
baterai. Jika baterai tidak dalam kondisi normal maka akan mempengaruhi suplai pada komponen DC
yang akan berdampak pada kondisi komponen DC tersebut bisa menyebabkan kerusakana pada
bagian-bagian yang harus beroperasi.
Pada Unit GT 1.3 Muara Karang terjadi gangguan pada pemeliharaan bulan Agustus tahun
2022 pada cell baterai yang menyebabkan terjadinya gangguan pada komponen DC seperti field
Flasihing, sistem Computer, inverter, switchagear, fire protection dan motor-motor DC. Karena
penyuplain tidak maksimal sehingga menyebabkan komponen DC mengalami kerusakan yang cukup
merugikan. Adapun masalah atau penyebab dari baterai yang menyebabkan gangguan pada
komponen DC adalah sebagai berikut :

1. Kapasitas Baterai yang Berkurang, seiring waktu, kapasitas baterai dapat berkurang karena
siklus pengisian dan pengosongan yang terjadi secara berulang. Baterai yang telah mencapai
umur pakai akhirnya tidak dapat menyuplai daya sebanyak yang seharusnya.

2. Degradasi kimia, baterai mengalami degradasi kimia seiring penggunaan dan penuaan. Ini
dapat mengakibatkan resistansi internal baterai meningkat, yang pada gilirannya mengurangi
kemampuan baterai untuk menyuplai daya dengan efisien.
3. Suhu lingkungan, dapat memengaruhi kinerja baterai. Baterai cenderung memiliki kinerja
yang lebih baik pada suhu yang optimal. Suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat
mengurangi efisiensi baterai dalam menyuplai daya.

4. Koneksi kuruk atau kabel rusak, koneksi buruk atau kabel yang rusak antara baterai dan
komponen DC dapat menyebabkan resistansi tambahan dan penurunan efisiensi dalam
penyampaian daya.

5. Fisik baterai, masalah fisik pada baterai juga dapat mempengaruhi kemampuannya dalam
menyuplai daya pada komponen DC. Kerusakan fisik baterai seperti kebocoran pada baterai,
baterai mengalami keretakan dan korosi pada baterai.

6. Umur baterai, setiap baterai memiliki batas umur pakai. Seiring waktu, kinerja baterai dapat
memburuk secara alami, yang akan mempengaruhi kemampuan baterai untuk menyuplai daya
dengan maksimal.
Enam point di atas menjelaskan kerusakan pada baterai sehingga penyuplain pada komponen DC
tidak maksimal yang menyebakan kerusakan. Adapun cara atau solusi yang bisa di ambil untuk
menguranggi kegagalan pada saat penyuplain terhadap komponen DC yaitu dengan cara, pemilihan
baterai yang tepat pastikan baterai yang di gunakan sesuai dengan kebutuhan komponen DC.
Perhatikan kapasitas, tegangan, dan arus yang dibutuhkan oleh komponen tersebut, perencanaan
penggunaan hindari beban yang melebihi kapasitas baterai. Menggunakan beban yang melebihi
kapasitas dapat menyebabkan penurunan tegangan keluaran baterai dan mempercepat degradasi
baterai, pengisian yang tepat hindari pengisian baterai terlalu cepat atau terlalu lambat, hindari
pengosongan penuh usahakan untuk tidak mengosongkan baterai hingga habis sebelum mengisi
ulang. pengosongan hingga habis secara teratur dapat mempercepat degradasi baterai, penghindaran
suhu ekstrem jaga baterai agar tidak terkena suhu ekstrem. Suhu terlalu panas atau terlalu dingin dapat
merusak baterai dan mengurangi kinerjanya, pemantauan tegangan dan kapasitas jika
memungkinkan, gunakan peralatan untuk memantau tegangan dan kapasitas baterai secara teratur. Ini
dapat membantu mendeteksi masalah sejak dini, pemeliharaan rutin lakukan perawatan rutin sesuai
dengan panduan produsen. Ini bisa termasuk pembersihan terminal, pemeriksaan fisik, dan
penggantian baterai sesuai dengan umur pakai yang direkomendasikan dan yang terakhir yaitu
penggunaan baterai cadangan, gunakan lebih dari satu baterai sebagai cadangan. Ini dapat membantu
mencegah kegagalan total jika satu baterai mengalami masalah, penambahan cell baterai pada unit
sehingga bisa menopang untuk penyuplaian jika terjadi gangguan atau kerusakan pada baterai agar
tidak terjadi kerusakan pada komponen DC yang merugikan
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil observasi dan pengolahan data pada PLTGU Unit GT 1.3 pada pembagkit
Jawa Bali Muara Karang proses pemeliharaan baterai sebagai pembackap apabila terjadi mati total
pada pembangkit. Yang dilakukan melalui pemeliharaan rutin:
1. Baterai 125 VDC dari kapasitas 700 Ah tidak ada yang terindikasi rusak sehingga dapat
mensuplai komponen DC pada PLTGU Unit GT 1.3 Muara Karang. Baterai berbeban yang dilakukan
selama 10 jam dengan beban hasil yang didapatkan tegangan total nominal sebesar 112,162 VDC,
tegangan terendah yaitu 106,96 VDC, Sehingga kinerja baterai dikatakan baik.
2. Kemampuan baterai dapat menompang komponen DC pada baterai 125 VDC dengan beban
275 A selama 2 jam 32 Menit pada Unit 1.3 Muara Karang.
SARAN
Penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Baterai Vented Lead Acid Sebagai Backup Energi
Pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap 1.3 Muara Karang” memiliki berbagai macam kekurangan
yang harus dilengkapi untuk penelitian berikutnya, saran dari peneliti untuk mengembangkan
penelitian ini adalah pada penelitian berikutnya diharapkan dapat mendapatkan data terkait mengenai
kinerja Baterai sebagi pembackup komponen-komponen DC pada saat terjadi blackout semakin baik.
Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna terutama penelitian ini hanya membahas beberapa
komponen untuk menentukan masa pakai baterai..
.UCAPAN TERIMAKASIH
Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing saya
yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam proses penulisan jurnal ini. Dengan bantuan
beliau, saya bisa menyelesaikan penulisan ini dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

King, B. F., Panjaitan, S. D., & Hartoyo, A. (2020). Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Tanjungpura. Sistem Kontrol Charging dan Discharging Serta Monitoring
Kesehatan Baterai, 1-13.
Rizal, R. F., & Atmaja, H. D. (2022). Universitas Islam kediri, Jl. Sersan Suharmaji 38, Kediri, Jawa
Timur, 64128, Indonesia. Analisis Chekup Pemeliharaan Batteray Capacity Test (BCT) 110
VDCDi PT. PLN (Persero) Gardu Induk 150 KV Jatigedong Jombang, 70-80.
Azzouzi, M. (2016). Methtodology for Predictive Maintenance of Lead-Acid Batteries in
Photovolataic Systems.
Dany , W. M. (2020). Engineering and Science. Baterai Charger VLA dengan metode constant
carrent constant voltage berbasis PI, 1-8.
Dzikron, M. S. (2021). Analisa Kinerja Baterai Berumur Lebih 10 Tahun Pada Gardu Induk Jepara
150 KV. MS Dzikron, 138.
I. N., & Liliana. (2022). Analisis Kelayakan Battery 110 VDC Dalam Menyuplai Pembebanan (Studi
Kasus Gardu Induk Parawang 150 Kv). Teknik Elektro, 29-38.
Iklil, M., & I. W. (2014). Teknologi Elektro. Sistem DC 220 V PLTGU Pacitan 2x315 MW, 1-8.
Iskandar, H. R. (2021). Jurnal Teknologi . Analisa Peforma Baterai Jenis Valve Lead Ecid Pada
PLTS OFF-GRID 1 KWP, 129-140.
J. H. (n.d.). Analisis Regresi S.
J. S. (2018). Analisis Regresi Logistik. Gunadarma, 133.
Karyono. (2013, September ). Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk
Jawa Bali. PT PLN (Persero). Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu
Induk Jawa Bali. PT PLN (Persero), 513
King, B. F., Panjaitan, S. D., & Hartoyo, A. (2020). Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Tanjungpura. Sistem Kontrol Charging dan Discharging Serta Monitoring
Kesehatan Baterai, 1-13.
Rizal, R. F., & Atmaja, H. D. (2022). Universitas Islam kediri, Jl. Sersan Suharmaji 38, Kediri, Jawa
Timur, 64128, Indonesia. Analisis Chekup Pemeliharaan Batteray Capacity Test (BCT) 110
VDCDi PT. PLN (Persero) Gardu Induk 150 KV Jatigedong Jombang, 70-80.
Azzouzi, M. (2016). Methtodology for Predictive Maintenance of Lead-Acid Batteries in
Photovolataic Systems.
Dany , W. M. (2020). Engineering and Science. Baterai Charger VLA dengan metode constant
carrent constant voltage berbasis PI, 1-8.
Dzikron, M. S. (2021). Analisa Kinerja Baterai Berumur Lebih 10 Tahun Pada Gardu Induk Jepara
150 KV. MS Dzikron, 138.
I. N., & Liliana. (2022). Analisis Kelayakan Battery 110 VDC Dalam Menyuplai Pembebanan (Studi
Kasus Gardu Induk Parawang 150 Kv). Teknik Elektro, 29-38.
Iklil, M., & I. W. (2014). Teknologi Elektro. Sistem DC 220 V PLTGU Pacitan 2x315 MW, 1-8.
Iskandar, H. R. (2021). Jurnal Teknologi . Analisa Peforma Baterai Jenis Valve Lead Ecid Pada
PLTS OFF-GRID 1 KWP, 129-140.
J. H. (n.d.). Analisis Regresi S.
J. S. (2018). Analisis Regresi Logistik. Gunadarma, 133.
Karyono. (2013, September ). Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk
Jawa Bali. PT PLN (Persero). Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu
Induk Jawa Bali. PT PLN (Persero), 513.
Lithium-ion, T. B. (2016, 10 29). Baterai VRLA. Retrieved from Litihium-ion:
https://galanghakim.wordpress.com/2016/10/11/baterai-vrla/
Lonteng, L., Allo, E. K., & Lily , P. S. (2022). Analisa Kemampuan Sumber DC (Baterai dan Charger)
Dalam Memenuhi Kebutuhan Gardu Induk Teling. Dept. of Electrical Engineering, Sam
Ratulangi University Manado, Kampus Bahu St., 95115, Indonesia, IV, 1-8.
M. A. (2016). Methodology for Predictive Maintenance of Lead-Acid Batteries in Photovolataic
Systems.
M. A., & M. B. (2016). Methodology for Predictive Maintenance of Lead-acid Batteries. Ulasan
Energi Terbarukan dan Berkelanjutan, 798-807.

You might also like