You are on page 1of 127

Ketentuan Umum &

Tata Cara Perpajakan


Perpajakan
TA 21/22 Fahmi R. Dalimunthe, CA., CPA., BKP
CONTENTS
Pengantar Hukum Pajak

NPWP

SPT

Wakil dan Kuasa


OUTLINE Pembayaran Pajak

Pembukuan dan Pencatatan

Ketetapan Pajak
PENGANTAR
HUKUM PAJAK
Definisi Pajak
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat

(UU KUP No. 28 tahun 2007 Pasal 1 (1))


Ciri-ciri Pajak
1. Kontribusi, Prestasi, Iuran yang dibayarkan kepada
penguasa / Negara (yang berhak memungut pajak
hanyalah Negara)
2. Berdasarkan Undang-undang serta aturan
pelaksanaannya (dapat dipaksakan)
3. Tanpa jasa timbal (kontraprestasi) dari Negara yang
secara langsung dapat ditunjukkan
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara,
yaitu pengeluaran umum yang bermanfaat bagi
masyarakat luas
Fungsi Pajak
◼ Fungsi Budgeter
sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran - pengeluaran pemerintah. Misal:
dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan
dalam negeri
◼ Fungsi Reguler (mengatur)
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
dibidang sosial dan ekonomi. Misal: pajak yang tinggi
dikenakan kepada minuman keras, dengan tujuan untuk
mengurangi konsumsi minuman keras
Asas-asas Pemungutan Pajak
(Four Maxims of Adam Smith)

1. Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu


pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus
sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability
to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima

ECCE
Equality, Certainty, Convenience, Economy
Asas-asas Pemungutan Pajak
(Four Maxims of Adam Smith)

2. Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang


Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas
dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus
dibayar serta batas waktu pembayaran

ECCE
Equality, Certainty, Convenience, Economy
Asas-asas Pemungutan Pajak
(Four Maxims of Adam Smith)

3. Convenience

Pemungutan pajak harus “nyaman” bagi Wajib Pajak


Baik terkait dengan waktu dan tempat pembayaran maupun
pelaporan, pelayanan dll

ECCE
Equality, Certainty, Convenience, Economy
Asas-asas Pemungutan Pajak
(Four Maxims of Adam Smith)

4. Economy

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya


pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan
seminimum mungkin

ECCE
Equality, Certainty, Convenience, Economy
Teori-teori Pemungutan Pajak

Teori Asuransi

Dalam perjanjian asuransi diperlukan pembayaran premi.


Premi tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran atas
usaha melindungi orang dari segala kepentingannya,
misalnya keselamatan atau keamanan harta bendanya
Teori asuransi ini menyamakan pembayaran pajak dengan
pembayaran premi
Teori-teori Pemungutan Pajak
Teori Kepentingan

Memperhatikan beban pajak yang harus dipungut dari


masyarakat. Pembebanan ini harus didasarkan pada
kepentingan setiap orang pada tugas pemerintah
termasuk perlindungan jiwa dan hartanya
Oleh karena itu, pengeluaran Negara untuk
melindunginya dibebankan pada masyarakat
Teori-teori Pemungutan Pajak

Teori Gaya Pikul

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak dalam jasa-


jasa yang diberikan oleh Negara kepada masyarakat
berupa perlindungan jiwa dan harta bendanya
Oleh karena itu, untuk kepentingan perlindungan, maka
masyarakat akan membayar pajak menurut gaya pikul
seseorang
Teori-teori Pemungutan Pajak

Teori Bakti (teori kewajiban pajak mutlak)

berdasarkan pada pertimbangan bahwa Negara


mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak
Di lain pihak, masyarakat menyadari bahwa pembayaran
pajak sebagai suatu kewajiban untuk membuktikan tanda
baktinya terhadap Negara
Dengan demikian, dasar hukum pajak terletak pada
hubungan masyarakat dengan Negara
Teori-teori Pemungutan Pajak

Teori Asas Daya Beli

Mendasarkan bahwa penyelenggaraan kepentingan


masyarakat yang dianggap sebagai dasar keadilan
pemungutan pajak, sehingga lebih menitikberatkan pada
fungsi mengatur
Sistem Pemungutan Pajak
A. OFFICIAL ASSESSMENT SYSTEM
- Fiskus berwenang menentukan besarnya pajak terutang
- WP bersifat pasif
- Utang pajak timbul setelah diterbitkan surat ketetapan pajak
oleh fiskus
B. SELF ASSESSMENT SYSTEM
- Wewenang
- Kepercayaan diberikan kepada
- Tanggung jawab wajib pajak
C. WITHHOLDING SYSTEM
Wewenang diberikan kepada pihak ketiga untuk memotong/memungut
besarnya pajak terutang oleh WP
Stelsel Pajak
A. STELSEL NYATA (RIIL STELSEL)
- Penggunaan pajak berdasarkan obyek (penghasilan yang nyata)
- Pemungutan dilakukan pada akhir tahun pajak
B. STELSEL FIKTIF (FICTIVE STELSEL)/ ANGGAPAN
Pengenaan pajak berdasarkan suatu anggapan yang diatur Undang-
undang
C. STELSEL CAMPURAN
Kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel anggapan
Tarif Pajak
1. Tarif sebanding / proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun
jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak
yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang
dikenai pajak
Contoh:
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah
pabean akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar
10%
Tarif Pajak
2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap
berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya
pajak yang terutang tetap
Contoh :
Besarnya tarif Bea Meterai untuk cek dan bilyet giro
dengan nilai nominal berapapun adalah Rp 3.000
Tarif Pajak
3. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah
yang dikenai pajak semakin besar

Contoh :
Besarnya tarif PPh
Tarif Pajak
4.Tarif degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila
jumlah yang dikenai pajak semakin besar
Contoh : Tarif di Bea cukai
◼ objek pajak atas impor atau ekspor kisaran antara 0 sampai Rp
25.000.000 terkena tarif 15%
◼ objek pajak atas impor atau ekspor kisaran antara 25.000.000 sampai
Rp 50.000.000 terkena tarif 12.5%
◼ objek pajak atas impor atau ekspor kisaran antara 50.000.000 sampai
Rp 100.000.000 terkena tarif 10%
HUKUM PAJAK

Kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur


hubungan antara pemerintah sebagai pemungut
pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak
Sistematika Hukum Pajak
◼ Hukum Pajak Materiil
Memuat norma-norma yang menerangkan keadaan,
perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan pajak
(objek-objek), siapa yang dikenakan pajak (subjek),
berapa besar pajak yang dikenakan, segala sesuatu
tentang timbul dan hapusnya utang pajak dan
hubungan hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak
Contoh: UU PPh, UU PPN
Sistematika Hukum Pajak
◼ Hukum Pajak Formal
memuat bentuk / tata cara untuk mewujudkan hukum
pajak materiil menjadi kenyataan, hukum pajak formal ini
memuat:
❑ Tata cara penetapan utang pajak
❑ Hak-hak fiskus untuk mengawasi WP mengenai
keadaan, perbuatan dan peristiwa yang dapat
menimbulkan utang pajak
❑ Kewajiban WP, misal penyelenggaraan pembukuan /
pencatatan dan hak-hak Wajib Pajak mengajukan
keberatan dan banding
Contoh: UU KUP
Jenis Pajak Berdasarkan Golongan
◼ Pajak Langsung
Pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan
tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain
Contoh: Pajak Penghasilan
◼ Pajak Tidak Langsung
Pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan
kepada pihak lain
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai
Jenis Pajak berdasarkan Wewenang
Pemungut
◼ Pajak Pusat
pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara
Contoh: PPh, PPN
◼ Pajak Daerah
pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah
Pajak Daerah terdiri atas :
◼ Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
◼ Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame
Jenis Pajak berdasarkan Sifat
◼ Pajak Subjektif
Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib
Pajak
Contoh: PPh
◼ Pajak Objektif
Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak
Contoh: PPN dan PPnBM
Perlawanan terhadap Pajak
◼ Perlawanan Pasif
Berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan
mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi
◼ Perlawanan Aktif
Secara nyata terlihat pada semua usaha dan perbuatan yang
secara langsung ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan
tujuan untuk menghindari pajak, bisa dalam bentuk Tax
Avoidance dan Tax Evasion
Penugasan-Persetujuan-
UU No. 6 Tahun 1983 s.t.d.t.d
Instruksi-
UU No. 16Tahun 2009 tentang
Pemeriksaan
KUP
Subyek Pajak NPWP/
Mendaftar Diri
NPPKP

Menghitung
SPT
Memperhitungkan

Wajib Pajak Menyetor SSP

Obyek Pajak Melapor SPT


Ketentuan Formal Ketentuan Material
30
CIRCUMNAVIGATION UU KUP Pelaporan pajak

Kewajiban mendaftarkan NPWP


Pembukuan & pencatatan Pemeriksaan pajak
dan pengukuhan PKP

Pembayaran pajak
Wajib Pajak
Upaya Hukum

Penagihan pajak Penetapan &


ketetapan

Pengembalian kelebihan
pembayaran pajak
Ketentuan khusus Tindak pidana perpajakan &
penyidikan Imbalan bunga
NPWP
(NOMOR POKOK WAJIB PAJAK)
WAJIB PAJAK

ORANG PRIBADI BADAN

MELIPUTI

PEMBAYAR PEMOTONG PEMUNGUT


PAJAK PAJAK PAJAK

YANG MEMPUNYAI HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN


SESUAI DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN
PERPAJAKAN

page 33
BADAN
Sekumpulan ORANG dan/atau MODAL yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi:

PERSEROAN TERBATAS

PERSEROAN KOMANDITER

PERSEROAN LAINNYA

BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun

Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan,


Yayasan, Ormas, Orsospol, atau Organisasi Lainnya, Lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk Kontrak Investasi Kolektif dan BUT
page 34
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Kewajiban Mendaftarkan Diri

BADAN ORANG PRIBADI

Syarat Objektif
Syarat Subjektif

Wilayah tempat Wilayah tempat


kedudukan tinggal
KANTOR PELAYANAN
PAJAK

35
Pasal 2
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK

Nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam


administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai:

TANDA IDENTITAS
PENGENAL WAJIB
DIRI PAJAK

DALAM MELAKSANAKAN
HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKANNYA
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Wanita Kawin

Wanita Kawin yg Memiliki Penghasilan

hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau


Penghasilan isteri
dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
digabung dgn suami pemisahan penghasilan & harta
NPWP isteri = NPWP suami
(Hak & kewajiban perpajakan YA TIDAK
digabung)
ingin melaksanakan hak &
bila telah memiliki NPWP sebelum memenuhi kewajiban perpajakan
kawin maka harus mengajukan terpisah dari hak & kewajiban
penghapusan perpajakan suami

bila telah memiliki NPWP sebelum


kawin maka tidak perlu
Isteri &suami masing-masing memiliki NPWP,
mendaftarkan diri lagi (Hak & kewajiban perpajakan terpisah)
37
Pasal 2
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Anak yang Belum Dewasa

Sesuai UU PPh 1984 dan perubahannya


Anak yang belum dewasa
Belum berumur 18 tahun
dan
Belum pernah menikah
Kewajiban perpajakan digabung
dengan orang tuanya

NPWP ikut dengan orang


tuanya

38
Pasal 2
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Warisan Yang Belum terbagi

Warisan yg belum terbagi sebagai satu


kesatuan menggantikan yang berhak

menggunakan

NPWP dari orang pribadi yg meninggalkan


warisan

diwakili oleh
o salah seorang ahli waris;
o pelaksana wasiat; atau
o pihak yang mengurus harta
peninggalan.
39
Pasal 3
PENGUSAHA KENA PAJAK

PENGUSAHA YANG MELAKUKAN PENYERAHAN

BARANG JASA
KENA KENA
PAJAK PAJAK

YANG DIKENAI PAJAK BERDASARKAN


UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 1984
DAN PERUBAHANNYA
KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA
Pasal 2 ayat (2)

SETIAP WAJIB PAJAK SEBAGAI PENGUSAHA


YANG DIKENAI PAJAK BERDASARKAN UU PPN 1984 DAN PERUBAHANNYA

WAJIB MELAPORKAN USAHANYA PADA KANTOR


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK YANG WILAYAH KERJANYA
MELIPUTI:

TEMPAT
TEMPAT
TEMPAT TINGGAL KEGIATAN USAHA
KEDUDUKAN
DILAKUKAN

DIKUKUHKAN MENJADI PENGUSAHA KENA PAJAK


PENERBITAN NPWP & PKP
SECARA JABATAN
Pasal 2 ayat (4)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK MENERBITKAN NPWP


DAN MENGUKUHKAN PKP

SECARA
JABATAN

APABILA WAJIB PAJAK atau PENGUSAHA KENA PAJAK


TIDAK MELAKSANAKAN KEWAJIBANNYA
KEWAJIBAN PERPAJAKAN
SELAMA 5 TAHUN KE BELAKANG
Pasal 2 ayat (4a)
PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BAGI WAJIB PAJAK
ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK YANG DITERBITKAN
NPWP DAN/ATAU PKP

SECARA
JABATAN
DIMULAI SEJAK SAAT WAJIB PAJAK MEMENUHI PERSYARATAN

SUBJEKTIF OBJEKTIF

PALING LAMA 5 (LIMA) TAHUN SEBELUM DITERBITKANNYA NPWP


DAN/ATAU DIKUKUHKANNYA SEBAGAI PKP
PENGHAPUSAN NPWP
Pasal 2 ayat (6)
DIAJUKAN PERMOHONAN PENGHAPUSAN NPWP oleh WAJIB PAJAK
dan/atau AHLI WARISNYA apabila WAJIB PAJAK SUDAH TIDAK
MEMENUHI PERSYARATAN SUBJEKTIF DAN/ATAU OBJEKTIF
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

WAJIB PAJAK BADAN


DILIKUIDASI karena PENGHENTIAN atau PENGGABUNGAN USAHA

WAJIB PAJAK BENTUK USAHA TETAP


MENGHENTIKAN USAHANYA DI INDONESIA

DIANGGAP PERLU oleh DIRJEN PAJAK untuk MENGHAPUSKAN


NPWP dari WAJIB PAJAK yang SUDAH TIDAK MEMENUHI
PERSYARATAN SUBJEKTIF DAN/ATAU OBJEKTF
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
PENGHAPUSAN NPWP DAN/ATAU PENCABUTAN PKP

Jabatan Permohonan WP

Catatan: Penelitian
Dirjen Pajak dapat juga untuk
penerbitan NPWP
secara jabatan

WP TERTENTU

Pemeriksaan Penelitian

Penghapusan NPWP dan/atau Pencabutan


Pengukuhan PKP

45
Pasal 4
KEPUTUSAN atas PERMOHONAN
PENGHAPUSAN NPWP
Pasal 2 ayat (7)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK SETELAH MELAKUKAN

PEMERIKSAAN
HARUS MEMBERIKAN KEPUTUSAN ATAS PERMOHONAN
PENGHAPUSAN NPWP DALAM JANGKA WAKTU

6 BLN 12 BLN

WP OP WP BADAN

SEJAK PERMOHONAN DITERIMA SECARA LENGKAP


PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP
Pasal 2 ayat (8)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MELAKUKAN


PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK

PERMOHONAN
JABATAN
WP

PEMERIKSAAN

KEPUTUSAN 6 BLN
a. OP telah meninggal dunia & tidak meninggalkan warisan;
b.Bendahara Pemerintah yg tidak lagi memenuhi syarat sebagai WP;
c. OP yg telah meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;
d.WP memiliki lebih dari 1 NPWP untuk menentukan NPWP yg dapat digunakan sebagai sarana
administratif dlm pelaksanaan hak & pemenuhan kewajiban perpajakan;
e. WP badan kantor perwakilan perusahaan asing yg tidak mempunyai kewajiban PPh Badan yg
telah menghentikan kegiatan usahanya;
f. Warisan yg belum terbagi dlm kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai dibagi;
g. Wanita yg sebelumnya telah memiliki NPWP & menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan
harta & penghasilan serta tidak ingin melaksanakan hak & memenuhi kewajiban perpajakannya
terpisah dari suaminya;
h.WP BUT yg telah menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia;
i. PKP yg telah dipusatkan tempat terutangnya PPN di tempat lain;
j. PKP yg pindah alamat ke wilayah kerja kantor DJP lainnya; atau
k. PKP yg sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai PKP.
l. WP lain yg diatur dalam PMK.
48
Pasal 4
SPT
(SURAT PEMBERITAHUAN)
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

SURAT yang oleh WAJIB PAJAK digunakan untuk MELAPORKAN:

PENGHITUNGAN dan/atau PEMBAYARAN PAJAK

OBYEK PAJAK dan/atau BUKAN OBYEK PAJAK

HARTA dan KEWAJIBAN

SESUAI DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN


1. Kewajiban Menyampaikan Surat Pemberitahuan
 Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan:
▪ benar, lengkap, dan jelas,
▪ dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan
mata uang Rupiah, dan
▪ menandatangani serta menyampaikannya

 Penandatanganan SPT dapat dilakukan:


▪ secara biasa,
▪ dengan tanda tangan stempel, atau
▪ tanda tangan elektronik atau digital,
yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama
tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan PerMenKeu
51
Penyampaian SPT
• Benar benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam
penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya;

memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan


• Lengkap objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan
dalam Surat Pemberitahuan; dan

• Jelas melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan


unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan

52
Fungsi Surat Pemberitahuan
 pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu)
• Pajak Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;
 penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;
Penghasilan  harta dan kewajiban; dan/atau
 pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

 pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan


 pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakansendiri
• PPN/PPnBM oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu
Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
 sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
• Bagi Pemotong/
pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya
Pemungut Pajak 53
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
Pasal 3 ayat (3)

PALING LAMA 20 (dua puluh) HARI


SPT MASA
setelah AKHIR MASA PAJAK

SPT TAHUNAN PPh PALING LAMA 3 (tiga) BULAN


WP OP setelah AKHIR TAHUN PAJAK

SPT TAHUNAN PPh PALING LAMA 4 (empat) BULAN


WP BADAN setelah AKHIR TAHUN PAJAK

AKHIR MASA PAJAK atau AKHIR TAHUN PAJAK


page 54
PERPANJANGAN JANGKA WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 3 ayat (4)

WAJIB PAJAK DAPAT MEMPERPANJANG JANGKA WAKTU


PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PALING
LAMA 2 (DUA) BULAN DENGAN SYARAT :
a. Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis, atau
b. Dengan cara lain

KEPADA DIRJEN PAJAK


KETENTUANNYA DIATUR DALAM PERMENKEU
Pasal 13 ayat (1) PMK-243/PMK.03/2014 beserta perubahannya pada PMK-
9/PMK.03/2018

page 55
PERPANJANGAN JANGKA WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 3 ayat (5)

SELAIN PEMBERITAHUAN sebagaimana dimaksud


PASAL 3 AYAT (4), SYARAT LAIN YANG DITENTUKAN ADALAH :

1. PEMBERITAHUAN HARUS DISERTAI DENGAN PENGHITUNGAN


SEMENTARA PAJAK YANG TERUTANG DALAM 1 (SATU) TAHUN,
2. SURAT SETORAN PAJAK SEBAGAI BUKTI PELUNASAN
KEKURANGAN PEMBAYARAN PAJAK YANG TERUTANG.

page 56
SURAT TEGURAN
KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SPT
Pasal 3 ayat (5a)

APABILA SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) :

• TIDAK DISAMPAIKAN PADA WAKTU YANG TELAH DITENTUKAN,


ATAU
• PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN TERLAMPAUI,

DIRJEN PAJAK DAPAT MENERBITKAN


SURAT TEGURAN

page 57
SURAT PEMBERITAHUAN
DIANGGAP TIDAK DISAMPAIKAN
Pasal 3 ayat (7)

APABILA :
1. SPT TIDAK DITANDATANGANI,
2. SPT TIDAK SEPENUHNYA DILAMPIRI KETERANGAN sebagaimana
dimaksud ayat (6),
3. SPT YANG MENYATAKAN LEBIH BAYAR DISAMPAIKAN SETELAH 3
(TIGA) TAHUN SESUDAH BERAKHIRNYA MASA PAJAK, BAGIAN
TAHUN PAJAK ATAU TAHUN PAJAK, DAN WAJIB PAJAK TELAH
DITEGUR SECARA TERTULIS, ATAU
4. SPT DISAMPAIKAN SETELAH DIRJEN PAJAK MELAKUKAN
PEMERIKSAAN ATAU MENERBITKAN SURAT KETETAPAN PAJAK.

page 58
KEWAJIBAN DIRJEN PAJAK
sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (7)
Pasal 3 ayat (7a)

DIRJEN PAJAK WAJIB MEMBERITAHUKAN


KEPADA WAJIB PAJAK,

APABILA DIANGGAP
SURAT PEMBERITAHUAN TIDAK DISAMPAIKAN SEBAGAIMANA
DIMAKSUD DALAM
PASAL 3 AYAT (7)

page 59
SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA
Pasal 7 ayat (1)

APABILA SPT TIDAK DISAMPAIKAN DALAM JANGKA WAKTU


ATAU BATAS WAKTU PERPANJANGAN, DIKENAKAN
SANKSI ADMINISTRASI
BERUPA DENDA Denda Pasal 7 (1)
1. SPT MASA PPN Rp. 500.000,00

2. SPT MASA LAINNYA Rp. 100.000,00

3. SPT TAHUNAN PPh Rp. 1.000.000,00


WP BADAN
4. SPT TAHUNAN PPh Rp. 100.000,00
WP ORANG PRIBADI
page 60
SANKSI DENDA
TIDAK DILAKUKAN TERHADAP
Pasal 17 ayat (2) PMK-243/PMK.03/2014 serta Perubahannya PMK
9/PMK.03/2018
1. WP ORANG PRIBADI yang TELAH MENINGGAL DUNIA;
2. WP ORANG PRIBADI yang SUDAH TIDAK MELAKUKAN KE GIATAN USAHA
ATAU PEKERJAAN BEBAS;
3. WP ORANG PRIBADI yang BERSTATUS SEBAGAI WARGA NEGARA ASING
yang TIDAK TINGGAL LAGI DI INDONESIA;
4. BUT yang TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN LAGI DI INDONESIA;
5. WP BADAN yang TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA LAGI TETAPI
BELUM DIBUBARKAN SESUAI KETENTUAN YANG BERLAKU;
6. BENDAHARA yang TIDAK MELAKUKAN PEMBAYARAN LAGI;
7. WP yang TERKENA BENCANA, yang KETENTUANNYA DI ATUR DENGAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN; ATAU
8. WAJIB PAJAK LAIN yang DIATUR DENGAN ATAU BERDASARKAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN.
page 61
WAJIB PAJAK LAIN
Pasal 17 ayat (3) PMK-243/PMK.03/2014

Yang dimaksud dalam ketentuan di atas adalah: WP yang tidak dapat


menyampaikan SPT dalam jangka waktu yang telah ditentukan, karena :
• KERUSUHAN MASSAL,
• KEBAKARAN,
• LEDAKAN BOM ATAU AKSI TERORISME,
• PERANG ANTAR SUKU, ATAU
• KEGAGALAN SISTEM KOMPUTER ADMINISTRASI PENERIMAAN
NEGARA ATAU PERPAJAKAN, ATAU
• KEADAAN LAIN BERDASARKAN PERTIMBANGAN DIRJEN PAJAK

page 62
PEMBETULAN SPT
Pasal 8 ayat (1)

WAJIB PAJAK DENGAN KEMAUAN SENDIRI DAPAT


MEMBETULKAN SPT YANG TELAH DISAMPAIKAN,

DENGAN MENYAMPAIKAN
SURAT PERNYATAAN

SYARAT :
BELUM DILAKUKAN TINDAKAN PEMERIKSAAN
oleh DIREKTUR JENDERAL PAJAK.
page 63
PEMBETULAN SPT
Pasal 8 ayat (1a)

DALAM HAL PEMBETULAN SPT MENYATAKAN :

▪ RUGI ATAU
▪ LEBIH BAYAR

PEMBETULAN SPT HARUS DISAMPAIKAN


PALING LAMA 2 (DUA) TAHUN
SEBELUM DALUWARSA PENETAPAN

page 64
PEMBETULAN SPT TAHUNAN
Pasal 8 ayat (2)

DALAM HAL WAJIB PAJAK MEMBETULKAN SENDIRI

SPT TAHUNAN YANG MENGAKIBATKAN UTANG PAJAK


MENJADI LEBIH BESAR,
DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA SEBESAR 2% (DUA
PERSEN) PER BULAN ATAS JUMLAH PAJAK YANG KURANG
DIBAYAR,
Bunga Pasal 8 (2)
DIHITUNG SEJAK PENYAMPAIAN SPT BERAKHIR SAMPAI DENGAN
TANGGAL PEMBAYARAN,
BAGIAN DARI BULAN DIHITUNG PENUH
1 (SATU) BULAN. page 65
PEMBETULAN SPT MASA
Pasal 8 ayat (2a)

DALAM HAL WAJIB PAJAK MEMBETULKAN SENDIRI

SPT MASA YANG MENGAKIBATKAN UTANG PAJAK MENJADI


LEBIH BESAR,
DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA SEBESAR 2% (DUA
PERSEN) PER BULAN ATAS JUMLAH PAJAK YANG KURANG
DIBAYAR,
Bunga Pasal 8 (2a)
DIHITUNG SEJAK JATUH TEMPO PEMBAYARAN SAMPAI DENGAN
TANGGAL PEMBAYARAN,
BAGIAN DARI BULAN DIHITUNG PENUH
1 (SATU) BULAN.
page 66
PEMBETULAN SPT WP Membetulkan SPT dengan
menyampaikan pernyataan tertulis

Syarat, belum dilakukan:


▪ Verifikasi/Penelitian dalam rangka menerbitkan skp;
▪ Pemeriksaan; atau
▪ Pemeriksaan Bukti Permulaan.

rugi atau lebih bayar

TIDAK YA

sampai paling lama 2 (dua) tahun


daluwarsa sebelum daluwarsa
67
Pasal 5
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN PERBUATAN
Pasal 8 ayat (3)

Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum


dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran
yang dilakukan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38,
terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak tersebut
tidak akan dilakukan penyidikan,
apabila Wajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang
beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 150% (seratus
lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.

Denda Pasal 8 (3)


page 68
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN PENGISIAN SPT
Pasal 8 ayat (4)

Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan syarat


Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak, Wajib Pajak
dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri
tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan
sesuai
keadaan yang sebenarnya, yang dapat mengakibatkan:

a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil;
b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar;
c. jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil

dan proses pemeriksaan tetap dilanjutkan.


page 69
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN PENGISIAN SPT

Dirjen Wajib Pajak Pemeriksaan


Pajak tetap dilanjutkan
SKP
Pengungkapan
Pemeriksaan Ketidakbenaran Pengisian SPT
Syarat: Ditandatangani WP
Kesadaran sendiri penghitungan
Laporan tertulis kekurangan pajak
Sepanjang SPHP belum dalam format
SSP Kurang SPT
Bayar
disampaikan SSP kenaikan sebesar

Kenaikan Pasal 8 (5) 50%


Catatan untuk SPT Masa PPN:
PM yg tidak dilaporkan dalam SPT ➔ tidak dapat diperhitungkan dalam pengungkapan ketidakbenaran
pengisian SPT
70
Pasal 8
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN PERBUATAN (1)
Wajib
Pengungkapan Pajak
Ketidakbenaran
Perbuatan Tidak sesuai
Usulan Penyidikan
dengan
keadaan yg
Dirjen Pemeriksaan sebenarnya
Pajak Bukper
Terbuka tetap sesuai dengan
Pemeriksaan dilanjutkan > dengan Temuan
keadaan yg Pemeriksaan Bukper
Bukper Terbuka sebenarnya
Pemberitahuan
Tidak Dilakukan
Laporan Hasil Penyidikan
Pemeriksaan
Bukper
Pemeriksaan terdapat
Bukper data lain

71
Pasal 7
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN PERBUATAN (2)

tidak menyampaikan SPT


alpa/
sengaja menyampaikan SPT tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yg isinya tidak benar

Syarat:
Kemauan sendiri
Pernyataan tertulis Ditandatangani WP
Sepanjang mulainya penyidikan belum penghitungan kekurangan pajak dalam format SPT
diberitahukan kpd penuntut umum

SSP Kurang Bayar


SSP denda sebesar 150%

Dirjen Pajak
72
Pasal 7
WAKIL/
KUASA
PASAL 32 UU KUP
Ayat 1
Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal :

Badan Pengurus

Badan yang dinyatakan pailit Kurator

orang atau badan yang ditugasi untuk


Badan dalam pembubaran
melakukan pemberesan

Badan dalam likuidasi Likuidator

suatu warisan yang belum salah seorang ahli warisnya, pelaksana


wasiatnya atau yang mengurus harta
terbagi peninggalannya

anak yang belum dewasa atau orang yang wali atau pengampunya
berada dalam pengampuan
PASAL 32 UU KUP
Ayat (2)
Wakil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab secara pribadi
dan/atau secara renteng atas pembayaran pajak yang terutang, kecuali apabila
dapat membuktikan dan meyakinkan Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka dalam
kedudukannya benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas
pajak yang terutang tersebut.

Ayat (3)

Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa
khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan

Penjelasan Ayat (3)


Yang dimaksud dengan "kuasa" adalah orang yang menerima kuasa khusus dari
Wajib Pajak untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan tertentu
dari Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan
perpajakan.
PMK 229 Tahun 2014
Pasal 5
1 Persyaratan Kuasa (Bukan Konsultan Pajak)

Dalam hal seorang kuasa bukan konsultan pajak, persyaratan menguasai ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf a dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat brevet atau ijazah pendidikan formal
di bidang perpajakan yang diterbitkan oleh Perguruan tinggi negeri atau swasta
dengan status terakreditasi A, sekurang-kurangnya tingkat Diploma III yang dibuktikan
dengan menyerahkan fotokopi sertifikat brevet atau ijazah

2 Persyaratan Kuasa (Konsultan Pajak)


Dalam hal seorang kuasa adalah konsultan pajak, persyaratan menguasai ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf a dibuktikan dengan kepemilikan Surat Izin Praktek Konsultan Pajak yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan dan menyerahkan
fotokopi Surat Izin Praktek Konsultan Pajak yang dilengkapi dengan Surat
Pernyataan Sebagai Konsultan Pajak dengan format sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini
PEMBAYARAN
PAJAK
Batas Waktu Pembayaran Pajak Untuk Masa Pajak
Paling Lama Jenis Setoran
PPh Pasal 4 ayat (2)
PPh Pasal 15
PPh Pasal 21
Tanggal 10 bulan PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26
berikutnya PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas kepada
penyalur/agen atau industri
PPh pasal 22 yang dipungut WP badan tertentu sebagai Pemungut Pajak

PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri
Tanggal 15 bulan PPh Pasal 25
berikutnya PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP
dari luar Daerah Pabean
PPN atau PPN dan PPnBM oleh Pemungut PPN selain Bendahara Pemerintah
atau instansi Pemerintah yang ditunjuk
Batas Waktu Pembayaran Pajak Untuk Masa Pajak
Disetor Paling Lama Jenis Setoran
Bersamaan dengan
PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor
pembayaran BM
Dalam Jangka waktu satu PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang dipungut oleh
hari setelah pemungutan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara


Pada hari yang sama PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh Pejabat
Penandatangan SPM sebagai Pemungut PPN
Tanggal tujuh bulan PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
berikutnya Bendahara Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk
Pada akhir masa pajak PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana
terakhir dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) UU KUP
SPT Masa PPN
Sebelum SPT disampaikan
SPT Tahunan
Sanksi Administrasi Atas Keterlambatan
Pembayaran Pajak

Untuk Masa dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran


Pajak sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan
(Pasal 9 ayat (2a) dikenai sanksi
administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua
Untuk PPh dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu persen) per bulan
Setahun penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian
dari bulan penuh 1 (satu) bulan
(Pasal 9 ayat (2b)
Pembayaran Pajak

Jika hari hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional
libur termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum yang
ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang
ditetapkan oleh Pemerintah
pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya
Tempat menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran
Pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
Mengangsur atau Menunda Pembayaran PPh
Tahunan Pasal 9 ayat (4) UU KUP

Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan


persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk
kekurangan pembayaran yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh paling
lama 12 (dua belas) bulan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan
PMK
Permohonan diajukan paling lama 9 (sembilan) hari kerja sebelum saat jatuh
tempo pembayaran utang pajak berakhir disertai alasan dan jumlah pembayaran
pajak yang dimohon diangsur atau ditunda, kecuali karena keadaan di luar
kekuasaannya
surat keputusan berupa menerima seluruhnya, menerima sebagian, atau
menolak, paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal diterimanya
permohonan
Pasal 10 & 11 PMK Nomor: 184/PMK.03/2007
Mengangsur atau Menunda Pembayaran PPh
Tahunan Pasal 9 ayat (4) UU KUP

Apabila jangka waktu tersebut telah lewat, Direktur Jenderal Pajak tidak
memberi suatu keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap diterima
Terhadap utang pajak yang telah diterbitkan surat keputusan tidak dapat lagi
diajukan permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran
Terhadap Wajib Pajak yang diperbolehkan mengangsur atau menunda
pembayaran pajak juga dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
perbulan dari jumlah pajak yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan
dihitung penuh satu bulan berdasarkan ketentuan Pasal 19 ayat (2) UU KUP

Pasal 10 & 11 PMK Nomor: 184/PMK.03/2007


PEMBUKUAN
& PENCATATAN
Subjek Pajak Orang Pribadi

WP OP yang tidak
melakukan usaha atau
pekerjaan bebas

e.g.: Karyawan, ASN,TNI/Polri 1 WP OP yang


melakukan usaha

3
e.g. Pengacara, Akuntan, Konsultan,
Penilai, Arsitek, Notaris, Dokter, Aktuaris; WP OP yang melakukan pekerjaan
bebas
pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi
yang mempunyai keahlian khusus sebagai
usaha untuk memperoleh penghasilan yang
tidak terikat oleh suatu hubungan kerja
Subjek Pajak Badan
Sekumpulan ORANG dan/atau MODAL yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi:

PERSEROAN TERBATAS

PERSEROAN KOMANDITER

PERSEROAN LAINNYA

BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun

Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan,


Yayasan, Ormas, Orsospol, atau Organisasi Lainnya, Lembaga, BUT,
Dan bentuk badan lainnya termasuk Kontrak Investasi Kolektif
Pembukuan Menurut UU Pajak
(Pasal 28 UU KUP)

“Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan


usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di
Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan.”
(Ps 28 ayat (1) UU KUP)

Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan


pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib
melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Peredaran < 4,8 M
Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
(Ps 28 ayat (2) UU KUP)
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)

• WP OP (kegiatan usaha/ pekerjaan bebas)


Siapa? • WP Badan

• WP OP Norma (peredaran < Rp 4,8 miliar)


Pengecualian (Tetap • WP OP tidak melakukan kegiatan
Wajib Pencatatan) usaha/pekerjaan bebas

Page ▪ 88
Sanksi terkait Pembukuan

Sanksi Administratif (Pasal 13 ayat (3) UU KUP)

Tidak memenuhi kewajiban terkait pembukuan sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak
terutang:
atas SKPKB terbit, pokok pajak yang kurang ditambah sanksi kenaikan sebesar 50% untuk
PPh dan 100% untuk PPh Potput, PPN & PPNBM dari pajak yang tidak/kurang
dibayar/dipotong/ dipungut/disetor

Sanksi Pidana (Pasal 39 ayat (1) UU KUP)

•Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen yang palsu/dipalsukan;


•Tidak menyelenggarakan pembukuan di Indonesia/tidak meminjamkan buku, catatan atau
dokumen; maka
dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun
dan didenda paling sedikit 2 kali jumlah pajak tidak/kurang bayar dan paling banyak 4 kali
kali jumlah pajak tidak/kurang bayar
KETETAPAN
PAJAK
PENETAPAN
Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan
pajak.
(Pasal 12 ayat 1 UU KUP)

Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh
Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
(Pasal 12 ayat 2 UU KUP)
PENETAPAN
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang-barang
elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang diperoleh selama tahun 2008 dan
kredit pajaknya dalam SPT PPh badan Tahun 2008, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00

jumlah pajak yang Pembayaran oleh WP tanpa didahului dengan


terutang sesuai dengan surat ketetapan pajak, yaitu melalui
ketentuan peraturan pemotongan/pemungutan pihak ketiga dan
perundang-undangan dibayar sendiri.
perpajakan
KETETAPAN
Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak benar, Direktur Jenderal Pajak
menetapkan jumlah pajak yang terutang.
(Pasal 12 ayat 3 UU KUP)

KETETAPAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan
atau keterangan lain

Surat Ketetapan
Pajak
Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang-barang
elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang diperoleh selama tahun 2008 dan
kredit pajaknya dalam SPT PPh badan Tahun 2008, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa pajak yang dihitung dan


dilaporkan PT XYZ dalam SPT PPh Tahun 2008 tidak benar, misalnya
pembebanan biaya ternyata melebihi yang sebenarnya sehingga PPh
terutang kurang dilaporkan.

maka Direktur Jenderal Pajak menetapkan besarnya pajak yang Surat


terutang sebagaimana mestinya menurut ketentuan peraturan Ketetapan
perundang-undangan perpajakan. Pajak
Surat Ketetapan Pajak
(SKP)

SKPKB SKPKBT SKPLB SKPN

95
SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR
(SKPKB)
(Pasal 1 Angka 16)

SURAT KETETAPAN PAJAK yang MENENTUKAN BESARNYA


JUMLAH POKOK PAJAK,
JUMLAH KREDIT PAJAK,
JUMLAH KEKURANGAN PEMBAYARAN POKOK PAJAK,
BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI,
dan JUMLAH PAJAK yang MASIH HARUS DIBAYAR

page 96
SURAT KETETAPAN PAJAK
KURANG BAYAR TAMBAHAN (SKPKBT)
(Pasal 1 Angka 17)

SURAT KETETAPAN PAJAK


yang MENENTUKAN
TAMBAHAN
ATAS JUMLAH PAJAK yang TELAH DITETAPKAN

page 97
SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL
(SKPN)
(Pasal 1 Angka 18)

SURAT KETETAPAN PAJAK yang MENENTUKAN JUMLAH


POKOK PAJAK
SAMA BESARNYA DENGAN
JUMLAH KREDIT PAJAK
atau
PAJAK TIDAK TERUTANG
dan TIDAK ADA KREDIT PAJAK

page 98
SURAT KETETAPAN PAJAK
LEBIH BAYAR (SKPLB)
(Pasal 1 Angka 19)

SURAT KETETAPAN PAJAK yang MENENTUKAN JUMLAH


KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK KARENA
JUMLAH KREDIT PAJAK LEBIH BESAR
DARIPADA
PAJAK YANG TERUTANG atau
SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG

page 99
SKPKB Ps 13 KUP

• Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain terdapat


pajak yang tidak atau kurang bayar

Dalam jangka waktu • WP diterbitkan NPWP &/ dikukuhkan PKP secara jabatan
5 tahun setelah saat Dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
terutangnya pajak, sebesar 2% sebulan
SKPKB dapat • SPT tidak disampaikan dan telah disampaikan
diterbitkan apabila teguran secara tertulis
• Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan
lain mengenai PPN atau PPnBM ternyata tidak
seharusnya dikompensasikan
Setelah lewat waktu 5 tahun → • apabila WP tidak melaksanakan pembukuan dan/
apabila WP dipidana karena tindak atau pencatatan
pidana perpajakan/ lainnya yang Dikenakan sanksi administrasi kenaikan:
dapat menimbulkan kerugian pada ➢ 50% dr PPh yg tdk/kurang dibayar
➢100% dr PPh yg tdk/kurang; dipotong,
pendapatan negara berdasarkan dipungut, disetor & dipot/dipungut
putusan pengadilan yang ttpi tdk/kurang disetor
mempunyai kekuatan hukum dr PPN & PPnBM tdk/krng dibayar
tetap
Sanksi administrasi bunga sebesar 48% dari Pajak
yang Kurang dibayar 100
SKPKBT

dalam jangka waktu 5 th


S Ditemukan data baru yg
mengakibatkan Sanksi Administrasi Kenaikan
penambahan jumlah Sebesar 100% dari Pajak yg
K SKPKBT
kurang dibayar
pajak terutang setelah
pemeriksaan dalam
P rangka penerbitan setelah lewat waktu 5 th
SKPKBT

Dipidana karena melakukan


Tindak Pidana di Bidang
Perpajakan / lainnya yg dapat
menimbulkan kerugian pd
Sanksi Administrasi Bunga pendapatan negara
sebesar 48% dari Pajak
yang Kurang dibayar 101
PENERBITAN SKPKBT Pasal 15 UU KUP
ayat 1

Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan


Pajak Kurang Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila
ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah
pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

Apabila skp terdahulu terbit berdasarkan


termasuk data
sudah pernah pemeriksaan maka dilakukan pemeriksaan
baru adalah data
diterbitkan surat ulang. Apabila skp terbit berdasarkan
yang semula
ketetapan pajak keterangan lain maka dilakukan pemeriksaan,
belum terungkap
bukan pemeriksaan ulang
SKPKBT Ps 15 PP 74/2011

Data Baru

dimiliki Dirjen Pajak Pengakuan WP

Pemeriksaan/ Pemeriksaan Verifikasi/ Pemeriksaan/


Pemeriksaan Ulang Verifikasi Verifikasi
Ulang

data baru selain Putusan pengadilan, hasil hasil klarifikasi/ konfirmasi Keterangan tertulis dari WP
Putusan Pengadilan yang dapat menimbulkan
klarifikasi/ konfirmasi faktur pajak, keterangan faktur pajak atas kehendak sendiri
kerugian pada pendapatan negara
tertulis dari WP atas kehendak sendiri

SKPKBT (5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau


berakhirnya masa pajak/bagian tahun pajak/tahun pajak)

Sanksi 100% ➔ bila terbit dalam jangka waktu 5 Sanksi kenaikan 100% Sanksi 0%
Sanksi kenaikan 100%
tahun
Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKPKBT
lebih dari 5 tahun dengan sanksi bunga
48%
DATA BARU

data atau keterangan mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah
pajak yang terutang yang oleh Wajib Pajak belum diberitahukan pada
waktu penetapan semula, baik dalam Surat Pemberitahuan dan lampiran-
lampirannya maupun dalam pembukuan perusahaan yang diserahkan pada waktu
pemeriksaan.
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
DATA BARU
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
Selain itu, yang termasuk dalam data baru adalah data yang semula belum terungkap, yaitu data
yang:

a. tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan beserta lampirannya
(termasuk laporan keuangan); dan/atau
b. pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan
data dan/atau memberikan keterangan lain secara benar, lengkap, dan terinci sehingga
tidak memungkinkan fiskus dapat menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dengan benar dalam menghitung jumlah pajak yang terutang.

Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan data dalam Surat Pemberitahuan atau mengungkapkannya
pada waktu pemeriksaan, tetapi apabila memberitahukannya atau mengungkapkannya dengan cara
sedemikian rupa sehingga membuat fiskus tidak mungkin menghitung besarnya jumlah pajak yang
terutang secara benar sehingga jumlah pajak yang terutang ditetapkan kurang dari yang seharusnya, hal
tersebut termasuk dalam pengertian data yang semula belum terungkap.
Data yang semula belum terungkap

misalnya
Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan tertulis adanya biaya iklan
Rp10.000.000,00 sedangkan sesungguhnya biaya tersebut terdiri dari Rp5.000.000,00
biaya iklan di media masa dan Rp5.000.000,00 sisanya adalah sumbangan atau hadiah.

Apabila pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak


mengungkapkan perincian tersebut sehingga fiskus tidak melakukan
koreksi atas pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah, sehingga
pajak yang terutang tidak dapat dihitung secara benar, maka data
mengenai pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah tersebut adalah
tergolong data yang semula belum terungkap.
Data yang semula belum terungkap

misalnya
Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan disebutkan pengelompokan
harta tetap yang disusutkan tanpa disertai dengan perincian harta pada setiap kelompok
yang dimaksud, demikian pula pada saat pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak
tidak mengungkapkan perincian tersebut, sehingga fiskus tidak dapat meneliti kebenaran
pengelompokan dimaksud.

Dalam pengelompokan tersebut sesungguhnya terdapat kesalahan, misalnya harta yang


seharusnya termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan kelompok 3 namun
dikelompokkan ke dalam kelompok 2.
Oleh karena pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan perincian yang dimaksud maka tidak dilakukan koreksi
atas kesalahan pengelompokan harta tersebut, dan sebagai akibatnya
pajak yang terutang tidak dapat dihitung secara benar. Apabila
kemudian diketahui adanya kesalahan, maka data pengelompokan harta
tersebut adalah data yang semula belum terungkap.
SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL

Pemeriksaan

Jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yg dibayar


sama dgn jumlah pajak yang terutang, atau pajak
tidak terutang & tidak ada kredit pajak atau tidak
ada pembayaran pajak

SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL


Pasal-Pasal dalam UU KUP yang berkaitan dengan restitusi

kredit pajak / jml pajak yg dibayar > jml


PASAL 17(1) PEMERIKSAAN pajak yg terutang

Pajak yang seharusnya tidak


PASAL 17(2) WP MENGAJUKAN RESTITUSI
terutang

PASAL 17B WP MENGAJUKAN RESTITUSI (selain 17C & 17 D)

PASAL 17C WP KRITERIA TERTENTU

PASAL 17D WP PERSYARATAN TERTENTU

Beli BKP di dalam Daerah Pabean


PASAL 17E OP BUKAN SPDN namun tidak dikonsumsi di DP

109
SKPLB
PASAL 17 Dirjen Pajak menerbitkan SKPLB dalam hal:

jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang


PEMERIKSAAN
dibayar > jumlah pajak yang terutang

PERMOHONAN kelebihan pembayaran pajak yang


PENELITIAN
WP seharusnya tidak terutang

110
Pasal 17 (1) KUP
PENERBITAN SKPLB
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila jumlah kredit pajak atau
jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang.

untuk PPh, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang,
untuk PPN, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang.
Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN, jumlah pajak yang terutang dihitung
dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN
tersebut
untuk PPnBM, jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.

SKPLB tersebut diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas SPT yang disampaikan WP yang menyatakan
kurang bayar, nihil, atau lebih bayar yang tidak disertai dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak. Apabila WP setelah menerima SKPLB dan menghendaki pengembalian kelebihan pembayaran pajak, wajib
mengajukan permohonan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2).
PENERBITAN SKPLB Pasal 17 (2) KUP

Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak, setelah


meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Dalam hal terjadi kesalahan Jangka waktu paling lama 3 bulan sejak surat
pemotongan atau pemungutan permohonan diterima
a. Terlalu besar dipotong/dipungut; b. Seharusnya tidak dipotong/tidak dipungut
dan pajak yang salah dipotong/dipungut tsb telah disetorkan dan dilaporkan, WP yang melakukan
pemotongan/pemungutan atau PKP yang melakukan pemungutan tidak dapat meminta kembali pajak
yang salah dipotong atau dipungut tsb.
PPh yang salah dipotong atau dipungut tsb dapat diminta kembali oleh Wajib Pajak yang
dipotong/dipungut dengan surat permohonan, sepanjang belum dikreditkan.
PPN dan PPnBM yang salah dipungut tsb dapat diminta kembali oleh PKP yang dipungut dengan surat
permohonan, sepanjang belum dikreditkan atau belum dibebankan sebagai biaya.

Pengembalian dapat dilakukan melalui WP/PKP yang memotong/memungut, dalam hal: a) tidak
memiliki NPWP; b) subjek pajak luar negeri; atau c) terdapat kesalahan penerapan ketentuan oleh
pemotong/pemungut.
SKPLB
PASAL 17B WP MENGAJUKAN RESTITUSI

SKPN SKPLB
PERMOHONAN
WP
12 SKPKB 1
bulan =
bulan
SPT
PEMERIKSAAN
SKPLB

ketentuan 12 bulan tidak berlaku terhadap WP yang sedang dilakukan pemeriksaan Bukper

BILA DITERBITKAN LEWAT JANGKA WAKTU 1 BULAN


WP mendapatkan imbalan bunga 2 % sebulan s.d. diterbitkan SKPLB

113
SKPPKP
(SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK)

Permohonan WP

Penelitian

Pasal 17C (1) UU KUP Pasal 17D (1) UU KUP Pasal 9 (4c) UU PPN
PPh & PPN PPh & PPN PPN

PPh 3 bulan PPN 1 bulan


SKPPKP

diperhitungkan dengan utang pajak Ps. 11 (1) UU KUP


Ps. 26 PP 74

SKPKPP
1 bulan sejak tanggal SKPPKP
Pasal 17 C&D
SKPPKP
WP KRITERIA TERTENTU

Tepat waktu dalam menyampaikan SPT

PASAL 17C Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,
kecuali tunggakan tsb telah memperoleh izin untuk
mengangsur/menunda

LK diaudit dengan pendapat WTP selama 3 tahun berturut-turut

Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di


bidang perpajakan dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.

115
SKPPKP
PASAL 17C WP KRITERIA TERTENTU

SK
PERMOHONAN Pengembalian
WP
PENELITIAN
Pendahuluan
DAPAT
DIPERIKSA skp
Kelebihan Pajak

PPh
PPN
3 Bulan
1 Bulan 5 tahun

SANKSI
SKPKB KENAIKAN
100%
116
PENCABUTAN WAJIB PAJAK KRITERIA TERTENTU

WP dengan kriteria tertentu


17C (3) UU KUP

dicabut penetapannya dalam hal :


1. dilakukan Pemeriksaan Bukper secara terbuka atau
tindakan Penyidikan pidana pajak;
2. terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis
pajak tertentu 2 Masa Pajak berturut-turut;
3. terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis
pajak tertentu 3 Masa Pajak dalam 1 tahun kalender;
atau
4. terlambat menyampaikan SPT Tahunan.

Pasal 27
SKPPKP
WP PERSYARATAN TERTENTU

WPOP yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

PASAL 17D WPOP


Pembukuan dg omzet maksimal
batas Norma Penghitungan Pengh.
menjalankan usaha atau Neto
pekerjaan bebas LB = 0,5% omset atau
LB < 1 Juta

omset < 5 Milyar


WP Badan
LB < 10 Juta

PKP yang menyampaikan SPT Penyerahan < 400 Juta


Masa PPN LB < 28 Juta

PMK No: 193/PMK.03/2007 dirubah PMK No: 54/PMK.03/2009 118


SKPPKP
WP PERSYARATAN TERTENTU

WPOP yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

PASAL 17D WPOP


menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas LB max 10 juta

WP Badan
LB max 100Juta

PKP yang menyampaikan SPT


Masa PPN LB max 100Juta

PMK No: 198 tahun 2013 mulai berlaku 1 januari 2014 119
SKPPKP
PASAL 17D WP PERSYARATAN TERTENTU

SK
PERMOHONAN Pengembalian DAPAT
WP PENELITIAN
Pendahuluan DIPERIKSA skp
Kelebihan Pajak

PPh
PPN
3 Bulan
1 Bulan 5 tahun

SANKSI
SKPKB KENAIKAN
100%
120
STP
surat untuk melakukan tagihan pajak dan/ atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.

PPh dalam tahun berjalan Tidak atau Kurang Bayar


+ SANKSI
BUNGA 2%/bln
Terdapat Kurang Bayar akibat salah tulis &/hitung

PENYEBAB DITERBITKANNYA Sesuai Pasal yg


WP dikenai sanksi berupa Bunga atau Denda
mengatur
STP Tidak membuat FP atau membuat FP tapi tidak tepat
waktu

(Ps.14) Tidak mengisi FP secara lengkap


SANKSI
DENDA 2% x
PKP
DPP
Melaporkan FP ≠ masa
penerbitan FP
+ SANKSI
Gagal berproduksi & telah diberikan pengembalian PM
BUNGA 2%/bln

Diterbitkan berdasarkan penelitian atau pemeriksaan


121
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi berupa bunga

Pasal 8 ayat (2) KUP: dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Tahunan yang mengakibatkan utang
pajak menjadi lebih besar;
Pasal 8 ayat (2a) KUP: dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Masa yang mengakibatkan utang
pajak menjadi lebih besar;
Pasal 9 ayat (2a) KUP : pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang dalam suatu Masa Pajak
dilakukan setelah tanggal jatuh tempo;
Pasal 9 ayat (2b) KUP : pembayaran atau penyetoran kekurangan pajak yang terutang berdasarkan
SPT Tahunan PPh dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian SPT Tahunan

Pasal 19 ayat (1) KUP: dalam hal jumlah pajak yang masih harus dibayar menurut ketetapan, pada
saat jatuh tempo tidak atau kurang dibayar;
Pasal 19 ayat (2) KUP: dalam hal WP diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak;

Pasal 19 ayat (3) KUP: dalam hal WP menunda penyampaian SPT Tahunan yang penghitungan
sementara pajak yang terutang kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang.

Pasal 14 ayat (1) huruf g: PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak
Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) UU PPN 1984 dan perubahannya.
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi berupa denda

Pasal 14 ayat 1 huruf d: pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi
tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;

Pasal 14 ayat 1 huruf e: pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur
pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984 dan
perubahannya, selain: 1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b
UU PPN 1984 dan perubahannya; atau 2. identitas pembeli serta nama dan tandatangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan
perubahannya, dalam hal penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran;
Pasal 14 ayat 1 huruf f: PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur
pajak; atau
Terhadap Pengusaha atau PKP tsb, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak. (Pasal 14 ayat 4 UU
KUP)
Pasal 7 ayat 1 KUP yaitu sanksi administrasi berupa denda apabila SPT tidak disampaikan dalam
jangka waktunya;
PENERBITAN STP Pasal 14 (1) UU KUP

e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984 dan perubahannya, selain: 1.
identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984 dan
perubahannya; atau 2. identitas pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal
penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran;

Terhadap Pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak tersebut masing-


masing, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar
Pengenaan Pajak.
(Pasal 14 ayat 5 UU KUP)
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

Pasal 14 ayat 1 huruf g:


PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) UU PPN 1984 dan perubahannya.

Terhadap Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah pajak yang ditagih
kembali, dihitung dari tanggal penerbitan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pajak (SKPKPP) sampai dengan tanggal penerbitan Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 14 ayat 5 UU KUP)

Pajak Masukan yang telah dikreditkan (atas perolehan dan/atau impor barang modal) dan telah
diberikan pengembalian wajib dibayar kembali oleh PKP dalam hal PKP tersebut mengalami keadaan
gagal berproduksi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak Masa Pajak pengkreditan Pajak
Masukan dimulai.
JANGKA WAKTU PENERBITAN SKP DAN/ ATAU STP

NPWP
Daftar PKP Hapus

Diterbitkan skp/STP dalam


Data/ informasi kewajiban jangka 5 tahun kecuali pidana
perpajakan

Data/ informasi kewajiban


Diterbitkan skp/STP dalam
perpajakan jangka 5 tahun kecuali pidana

Pasal 24
TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA
DAN
SEMOGA BERMANFAAT

SONNY SOEBAGYO
REGISTERED TAX CONSULTANT
License No. KEP-4421/IP.C/PJ/2019
ATTORNEY IN TAX COURT
License No. KEP-823/PP/IKH/2020
email : sonny.soebagyo@gmail.com

You might also like