You are on page 1of 116

PERSEPSI SISWA PUTRA PESERTA EKSTRA KURIKULER SENAM TERHADAP

PEMBELAJARAN SENAM LANTAI GULING BELAKANG

SMP WIDYA SAKTI DENPASAR

TAHUN PELAJARAN

2019/2020

OLEH :

BRENDAN NDAMUNG LAKINDIMA

NIM : 2016IV10112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI MAHADEWA INDONESIA

TAHUN 2020
ii
PERSEPSI SISWA PUTRA PESERTA EKSTRA
KURIKULER SENAM TERHADAP PEMBELAJARAN
SENAM LANTAI GULING BELAKANG SMP WIDYA
SAKTI DENPASAR TAHUN AJARAN 2019/2020

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas PGRI Mahadewa Indonesia

Untuk Memenuhi Salah Satu Persaratan dalam Menyelesaikan

Program Sarjana Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh

Brendan Ndamung Lakindima

NIM. 2016IV10112

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI MAHADEWA INDONESIA

2020

iii
MOTTO

“ KESABARAN ADALAH OBAT


TERBAIK DARI SEGALA
KESULITAN”

( Brendan Ndamung Lakindima, 2020)

viii
KATA PERSEMBAHAN :

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

1. Orang tuaku tercinta, yang telah banyak memberikan dorongan dan motivasi

baik berupa materil maupun moral sehingga terselaikannya studi dan skripsi

ini.

2. Kepada kedua dosen pembimbing skripsi saya, pembimbing I ( I Made Bagia,

S.E.,M.Fis ) dan pembimbing II ( Drs I Putu Merta yasa, M.Si ) terima kasih

atas semua dukungan, bimbingan serta ilmu yang diberikan kepada saya.

3. Almamater jurusan Pendidikan ,Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan UNIVERSITAS PGRI MAHADEWA Indonesia.

4. Saudara – saudaraku dan sahabat yang terkasih , yang dengan penuh kasih

memberikan dukungan menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

5. Menwa Widya Patuh yang penuh kasih memberikan dukungan

menyelesaikan skipsi ini.

ix
PERSEPSI SISWA PUTRA PESERTA EKSTRA KURIKULER
SENAM TERHADAP PEMBELAJARAN SENAM LANTAI
GULING BELAKANG SMP WIDYA SAKTI DENPASAR
TAHUN PELAJARAN 2019/ 2020

Oleh

Brendan Ndamung Lakindima


2016IVI0112
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNIVERSITAS PGRI MAHADEWA Indonesia

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah kemampuan senam lantai


siswa yang masih perlu ditingkatkan, sehingga diperlukan pembelajaran
menarik yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani untuk meningkatkan
motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran senam lantai guling belakang.
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa putra
peserta ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai guling
belakang SMP Widya Sakti Denpasar.
Subjek penelitian ini adalah siswa ekstra kurikuler senam SMP Widya
Sakti Denpasar. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif
dengan menggunakan instrument angket. Analisis data yang akan dilakukan
menggunakan rumus presentase. Data yang diperoleh adalah data yang
berwujud angka-angka hasil perhitungan, selanjutnya diproses dengan cara
dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah responden dan diperoleh
presentase.
Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan, gambaran persepsi
siswa putra peserta ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai
guling belakang dengan kategori (baik). Persepsi terhadap faktor pengetahuan/
pengalaman berkategori (baik). Persepsi terhadap faktor kebutuhan siswa
berkategori (baik). Persepsi terhadap faktor kesenangan/ hobi berkategori
(baik). Persepsi terhadap faktor kebiasaan/ pola hidup sehari – hari
berkategori (baik).

x
Kata kunci : Persepsi senam laintai guling belakang.

xi
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis haturkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PERSEPSI SISWA PUTRA PESERTA EKSTRA KURIKULER SENAM

TERHADAP PEMBELAJARAN SENAM LANTAI GULING BELAKANG SMP

WIDYA SAKTI DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2019/2020”, telah dapat saya

selesaikan dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan,

dorongan, arahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini

peneliti mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Dr. I Made Suarta, S.H., M.Hum, selaku Rektor UNIVERSITAS PGRI

MAHADEWA Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada

Peneliti untuk melanjutkan pendidikan di Jurusan pendidikan jasmani,

kesehatan dan Rekreasi.

2. Dr. Komang Indra Wirawan,S.sn.,M.Fil.H, selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu pendidikan UNIVERSITAS PGRI MAHADEWA

Indonesia. yang telah memberikan petunjuk-petunjuk dan bimbingan

dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.

3. Dr. Anak Agung Ngurah Putra Laksana, M.Pd, selaku ketua Program Studi

Penjaskesrek UNIVERSITAS PGRI MAHADEWA Indonesia yang telah

xi
memberikan petunjuk-petunjuk dan bimbingan dalam menyelesaikan

skripsi penelitian ini.

4. I Gusti Putu Ngurah Adi Santika, S.Pd., M.Fis, selaku sekretaris jurusan

Program studi Pendidikan jasmani kesehatan dan Rekreasi Universitas

PGRI Mahadewa Indonesia yang telah memberikan petunjuk-petunjuk dan

bimbingan dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.

5. I Made Bagia, S.E.,M.Fis, selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan tuntunan dan bimbingan yang sangat berarti dalam upaya

menyelesaikan penelitian dan skripsi penelitian ini.

6. Drs I Putu Merta yasa, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan tuntuan dan bimbingan yang sangat berarti dalam upaya

menyelesaikan penelitian dan skripsi penelitian ini.

7. Bapak dan Ibu yang mengajar mata kuliah di lingkungan FKIP program

studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi

8. Drs. I Wayan Nendra S.Pd, selaku kepala SMP Widya Sakti Denpasar

yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

9. Ni Made Mardiani Susanti Dewi, S.Pd, selaku guru penjaskes di SMP

Widya Sakti Denpasar yang telah membantu dan membimbing selama

penelitian.

10. Seluruh siswa peserta ekstra kurikuler yang telah membantu dalam

penelitian ini.

11. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan yang telah

banyak memberikan dukungan dalam penelitian ini.

xii
12. Orang tua dan seluruh keluarga yang sangat mendukung dari mulai

perkuliahan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini dan mencapai tahap

akhir tepat pada waktunya.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu, peneliti mengharapkan masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan pendidikan jasmani, olahraga

dan kesehatan kedepannya.

Denpasar, 27 Juli 2020

Penulis

xiii
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .......................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI .............................................. v

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN .................................. vi

SURAT PERNYATAAN ............................................................................. vii

MOTTO ........................................................................................................ viii

KATA PERSEMBAHAN ............................................................................ ix

ABSTRAK .................................................................................................... x

KATA PENGANTAR .................................................................................. xi

DAFTAR ISI ................................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 5
1.5 Identifikasi Masalah ............................................................... 6
1.6 Identifikasi Masalah ............................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

xiv
2.1 Kajian Teori ............................................................................ 8
2.2 Karakteristik Siswa ................................................................. 44
2.3 Kerangka Berpikir .................................................................. 46
2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................ 49

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian .................................................................... 51


3.2 Definisi Operasional Variabel ................................................ 51
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 53
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian.............................................. 53
3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ............ 54
3.6 Uji Coba Instrumen Penelitian .............................................. 62
3.7 Teknik Analisis Data .............................................................. 63

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Faktor Pengetahuan/Pengalaman ....................................... 65


4.2 Faktor KebutuhanSiswa ........................................................ 71
4.3 Faktor Kesenangan/Hobi ...................................................... 76
4.4 Faktor Kebiasaan/ Pola HidupSehari-hari ........................... 81

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................................. 88


5.2 Saran ...................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

Tabel : Halaman

Tabel 3.4 Kategori Persepsi .............................................................................. 64

Tabel 4.1 Skor Jawaban Faktor Pengetahuan/Pengalaman ............................. 65

Tabel 4.2 Alternatif Jawaban ............................................................................ 66

Tabel 4.3 Alternatif Jawaban ............................................................................ 67

Tabel 4.4 Alternatif Jawaban ............................................................................ 67

Tabel 4.5 Alternatif Jawaban ............................................................................ 68

Tabel 4.6 Alternatif Jawaban ............................................................................ 68

Tabel 4.7 Alternatif Jawaban ............................................................................ 69

Tabel 4.8 Alternatif Jawaban ............................................................................ 70

Tabel 4.9 hasil Persepsi.................................................................................... 70

Tabel 4.10 Skor Jawaban faktor kebutuhan siswa ........................................... 71

Tabel 4.11 Alternatif Jawaban .......................................................................... 72

Tabel 4.12 Alternatif Jawaban .......................................................................... 73

Tabel 4.13 Alternatif Jawaban .......................................................................... 73

Tabel 4.14 Alternatif Jawaban .......................................................................... 74

Tabel 4.15 Alternatif Jawaban .......................................................................... 74

Tabel 4.16 Alternatif Jawaban .......................................................................... 75

Tabel 4.17 Hasil Persepsi ................................................................................. 75

Tabel 4.18 Skor Jawaban Faktor Kesenangan / Hobi ....................................... 76

xvi
Tabel 4.19 Alternatif Jawaban .......................................................................... 77

Tabel 4.20 Alternatif Jawaban .......................................................................... 78

Tabel 4.21 Alternatif Jawaban .......................................................................... 78

Tabel 4.22 Alternatif Jawaban .......................................................................... 79

Tabel 4.23 Alternatif Jawaban .......................................................................... 80

Tabel 4.24 Alternatif Jawaban .......................................................................... 80

Tabel 4.25 Hasil Persepsi ................................................................................. 81

Tabel 4.26 Skor Jawaban Faktor Kebiasaan / Pola Hidup Sehari-hari............... 81

Tabel 4.27 Alternatif Jawaban .......................................................................... 83

Tabel 4.28 Alternatif Jawaban .......................................................................... 83

Tabel 4.29 Alternatif Jawaban .......................................................................... 84

Tabel 4.30 Alternatif Jawaban .......................................................................... 84

Tabel 4.31 Alternatif Jawaban .......................................................................... 85

Tabel 4.32 Alternatif Jawaban .......................................................................... 85

Tabel 4.33 Hasil Persepsi ................................................................................. 86

Tabel 4.34 Hasil persepsi keseluruhan .............................................................. 87

xvii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Sikap Kayang ............................................................................... 19

Gambar 1.2 Sikap Lilin ..................................................................................... 20

Gambar 1.3 Handstand.................................................................................... 22

Gambar 1.4 Headstand .................................................................................... 24

Gambar 1.5 Roll Depan (Forward Roll) .............................................................. 26

Gambar 1.6 Lompat Kangkang ......................................................................... 28

Gambar 1.7 Meroda (Cart Wheel) .................................................................... 30

Gambar 1.8 Salto (Summersault) ...................................................................... 32

Gambar 1.9 Lompat Harimau ........................................................................... 34

Gambar 1.10 Lompat Jongkok.......................................................................... 35

Gambar 1.11 Guling Belakang (Roll).. ............................................................... 38

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan suatu bagian

penting dari sistem pendidikan yang memfokuskan pada aspek kebugaran

jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional,

keterampilan sosial, dan tindakan moral. Melalui aktivitas pendidikan jasmani,

peserta didik dapat menjadi lebih baik dalam segi fisik dan mentalnya dikarenakan

aktivitas jasmani yang menuntut aspek-aspek yang kompleks dalam setiap

kegiatannya.

Pendidikan jasmani sendiri memiliki peranan yang sangat penting dalam

proses pembinaan sifat dan karakter manusia dalam kehidupan dengan

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat secara langsung

dalam aktivitas jasmani yang nantinya mendapatkan pengalaman belajar

sistematis yang didalamnya mengandung aspek-aspek dari pendidikan jasmani itu

sendiri. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina

pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus

membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat (Permendiknas, 2006:

702).

Ruang lingkup pendidikan jasmani menurut Depdiknas (2006 :703)

meliputi: permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam,

1
2

aktivitas ritmik, aktivitas air atau akuatik dan pendidikan luar kelas. Materi

pelajaran disusun secara berjenjang dari yang sederhana ke yang kompleks, dari

yang ringan ke yang berat, dari yang mudah ke yang sulit. Berbagai pendekatan

dan strategi dilakukan guru untuk lebih memberdayakan potensi siswa.

Salah satu materi yang diajarkan di sekolah menengah adalah senam

lantai yang merupakan ruang lingkup dari aktivitas senam. Senam lantai adalah

salah satu cabang olahraga yang melibatkan seluruh anggota tubuh. Senam lantai

mengacu pada gerak yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu setiap komponen

motorik/gerak, seperti kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan,

kelincahan, dan ketepatan (Dadan & Giri, 2010: 89).

Dengan diberikan pembelajaran senam lantai peserta didik mendapatkan

manfaat berupa komponen fisik yang baik dan kemampuan gerak (motor ability)

yang baik pula. Lewat berbagai kegiatannya, anak yang terlibat senam akan

berkembang daya tahan ototnya, kekuatannya, powernya, kelentukannya,

koordinasi, kelincahan, serta keseimbangannya. Apalagi jika ditekankan pula

kegiatan yang menuntut sistem kerja jantung dan paru-paru (cardio-vaskular

system), program senam akan menyumbang pada perkembangan fisik yang

seimbang (Agus Mahendra, 2000: 14). Selain memiliki manfaat yang banyak,

senam lantai memang memerlukan keterampilan yang spesifik dan membutuhkan

disiplin serta konsentrasi yang tinggi. Hal tersebutlah yang membuat senam lantai

menjadi sedikit lebih sulit dan kurang digemari bagi sebagian peserta didik SMP

Widya Sakti Denpasar Tahun Pelajaran 2019/2020.


3

Berdasarkan pengamatan PPL pada saat pembelajaran senam lantai

khususnya guling belakang berlangsung, tiap kelas hanya beberapa peserta didik

yang mampu melakukan guling belakang, namun itupun hasilnya kurang

sempurna dan masih perlu bantuan. Sisanya masih banyak sekali yang belum bisa

bahkan takut untuk mencoba. Hal tersebut menjadikan senam lantai guling

belakang menjadi salah satu permasalahan tersendiri di SMP Widya Sakti

Denpasar khususnya siswa putra peserta ekstra kurikuler senam yang harus segera

diatasi.

Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran

pendidikan jasmani dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan

tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan

materi dan hasil belajar. Rendahnya hasil belajar pendidikan jasmani bergantung

pada proses pembelajaran yang dihadapi oleh siswa. Dalam pembelajaran

pendidikan jasmani guru harus menguasai materi yang diajarkan dan cara

menyampaikannya.

Selain itu peneliti juga mengamati, sarana dan prasarana masih kurang

memadai dikarenakan tempat pelaksanaan pembelajaran senam lantai yang kurang

luas sehingga pembelajaran senam lantai belum dapat berjalan secara maksimal.

Setelah mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam melakukan guling belakang.

Dari hasil pengamatan peneliti mengungkapkan bahwa hasil guling belakang

siswa masih jauh dari harapan dengan standar kompetensi yang telah ditentukan.

Persepsi siswa putra peserta ekstra kurikuler senam mengenai pembelajaran

senam lantai guling belakang di SMP Widya Sakti Denpasar sendiri masih belum

diketahui. Persepsi dalam pembelajaran dapat dikatakan baik bila mana siswa
4

aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Persepsi merupakan tanggapan

seseorang mengenai penafsiran yang dilakukan terhadap segala objek yang

diterimanya dan memberi arti atau gambaran terhadap objek tersebut dengan cara

yang berbeda-beda. Dengan demikian persepsi tergantung kepada kemampuan

dan keadaan dari diri masing-masing individu, Sehingga akan sangat mungkin

bila masing-masing individu memiliki persepsi yang berbeda terhadap suatu

peristiwa atau objek yang ada disekelilingnya. Persepsi yang didapat dari siswa

dalam pembelajaran senam lantai guling belakang akan digunakan sebagai bahan

evaluasi kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran senam lantai guling

belakang oleh guru pendidikan jasmani. Sehingga, persepsi yang diberikan siswa

menjadi penting karena akan menentukan hasil akhir dari proses pembelajaran

senam lantai guling belakang di SMP Widya Sakti Denpasar Tahun Pelajaran

2019/2020.

Kemampuan senam lantai guling belakang siswa putra peserta ekstra

kurikuler senam masih perlu ditingkatkan lagi, namun belum diketahui seberapa

besar persepsi siswa putra peserta ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran

senam lantai guling belakang SMP Widya Sakti Denpasar itu sendiri. motivasi

dari peserta didik terhadap pembelajaran senam lantai guling belakang. Hal ini

sangatlah penting untuk diteliti, Mengingat pentingnya senam lantai bagi peserta

ekstra kurikuler yang memiliki banyak sekali manfaat dan juga untuk

meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran senam lantai guling belakang

khususnya SMP Widya Sakti Denpasar Tahun Pelajaran 2019/2020.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti berniat melakukan

penelitian tentang “Persepsi Siswa Putra peserta ekstra kurikuler senam Terhadap
5

Pembelajaran Senam Lantai Guling Belakang SMP Widya Sakti Denpasar Tahun

Pelajaran 2019/2020”. Nantinya penelitian dilakukan dengan memberikan angket

kepada peserta didik tentang presepsi mereka terhadap pembelajaran senam lantai

guling belakang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas maka

permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: bagaimanakah

persepsi siswa putra ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai

guling belakang SMP Widya Sakti Denpasar Tahun Pelajaran 2019/2020?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa putra

peserta ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai guling

belakang SMP Widya Sakti Denpasar Tahun Pelajaran 2019/2020.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan ruang lingkup dan permasalahan yang diteliti,

penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Menjadi salah satu bahan kajian ilmiah bagi guru maupun sekolah

dalam menerapkan pembelajaran PJOK khususnya materi senam lantai

guling belakang.
6

b. Menambah wawasan kepada peserta didik dan masyarakat pada

umumnya tentang pembelajaran senam lantai guling belakang.

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa Meningkatkan motivasi belajar dalam mengikuti proses

pembelajaran PJOK khususnya senam lantai guling belakang agar

lebih giat dan sungguh-sungguh sehingga siswa dapat menyerap ilmu

secara maksimal.

b. Bagi guru Memberikan feedback positif untuk mengadakan perbaikan

dalam proses pembelajaran guling belakang agar proses pembelajaran

guling belakang dapat lebih baik dan para peserta didik pun dapat

menguasai materi guling belakang dengan baik pula.

c. Bagi sekolah Sebagai pedoman atau acauan dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran di sekolah terutama pembelajaran PJOK materi

senam lantai guling belakang.

d. Bagi peneliti yang lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

acuan untuk para peneliti lain supaya dapat memperdalam penelitian

senam lantai khususnya senam lantai guling belakang. Penelitian ini

juga dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang

lebih mutakhir.

1.5 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

maka masalah dalam penilitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :


7

1. Kurangnya tanggapan siswa dalam mengikuti pembelajaran senam

lantai guling belakang.

2. Sarana dan prasarana masih kurang memadai untuk menerapkan

pembelajaran senam guling belakang yang lebih baik.

3. Kemampuan senam lantai guling belakang siswa putra ekstra kurikuler

senam masih perlu ditingkatkan.

4. Penelitian mengenai persepsi siswa putra peserta ekstra kurikuler

senam terhadap pembelajaran senam lantai guling belakang SMP

Widya Sakti Denpasar belum pernah dilakukan.

1.6 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan

di atas, serta untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka

dibuat batasan permasalahan. Permasalahan dalam penelitian ini hanya membahas

pada persepsi siswa putra peserta ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran

senam lantai guling belakang SMP Widya Sakti Denpasar Tahun Pelajaran

2019/2020.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Definisi Persepsi

Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Persepsi ini adalah sebuah proses individu

mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan sensoris untuk memberikan

pengertian pada lingkungannya.

Persepsi didefinisikan sebagai proses kongnitif di mana seseorang individu

memilih, mengorganisasikan, dan memberikan arti kepala stimulus lingkungan.

Melalui persepsi, individu berusaha untuk merasionalisasikan lingkungan dan

objek, orang, dan peristiwa di dalamnya karna setiap orang memberi pengertian

mereka sendiri terhadap stimulus, individu yang berbeda akan mempersepsikan

hal yang sama dengan cara yang berbeda

Istilah persepsi sering disebut juga pandangan, gambaran, atau anggapan,

sebab dalam peresepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai suatu hal atau

objek. Persepsi mempunyai banyak pengertian, Menurut Bimo Walgito (2010:

99), menyatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengindraan, yakni

merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat

reseptornya. Proses persepsi tidak lepas dari sistem sensori karena proses persepsi

didahului oleh sistem sensori (pengindraan). Lebih lanjut Slameto (2003: 104),

8
9

mengatakan persepsi merupakan suatu proses yang menyangkut masuknya pesan

atau informasi dalam otak manusia melalui indera. Kemudian Thoha (2011: 141),

menjelaskan bahwa setiap persepsi selalu didahului oleh penginderaan yaitu

proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera yang selanjutnya

diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf dan disinilah terjadi

proses fisiologi yang menyebabkan individu dapat menyadari tentang apa yang

diterima dengan alat indera atau alat reseptornya

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, penulis dapat menyimpulkan

bahwa persepsi adalah sebuah rangsangan berfikir didalam otak manusia yang

merupakan proses dari pengamatan yang dilakukan oleh individu dalam

mengorganisasikan dan manafsirkan rangsangan yang telah diperoleh untuk

kemudian diproses didalam otak, kemudian individu tersebut mengaplikasikan ke

dalam lingkungannya. Proses tersebut bermula dari pengamatan secara langsung

yang dilakukan oleh individu tersebut, sehingga nantinya individu tersebut

bertindak sesuai dengan apa yang diamatinya.

Menurut Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab (2004: 118-119)

menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi sebagai berikut:

a. Perhatian yang selektif, artinya rangsang (stimulus) harus ditanggapi tetapi

individu memusatkan perhtian pada rangsang tertentu saja.

b. Ciri-ciri rangsang artinya intensitas rangsang yang paling kuat, rangsang

yang bergerak atau dengan lebih menarik untuk dialami.

c. Nilai-nilai kebutuhan individu, artinya antara individu yang satu dengan yang

lain tidak tergantung pada nilai tiap kebutuhan.


10

d. Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang

mempersepsikan dari sekelilingnya, setiap individu kecenderungan melihat

sesuatu yang sama dengan cara yang berbeda-beda, oleh karena itu setiap

orang memberi arti kepada stimulus dengan cara berbeda pula.

Dari hal tersebut dapat disimpulkan apabila persepsi positif maka siswa

tersebut termotivasi dalam mengikuti atau melakukan pembelajaran. Dalam diri

siswa sendiri persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal.

Faktor-faktor internal sendiri seperti fisiologis dan psikologis. Sedangkan faktor-

faktor eksternal seperti lingkungan, guru, dan orang tua.

Menurut Sugihartono, dkk (2007: 9) perbedaan hasil persepsi dipengaruhi oleh:

a. Pengetahuan, pengalaman atau wawasan seseorang

Besarnya pengetahuan seseorang serta banyaknya pengalaman yang

dimiliki seseorang dan luasnya wawasan yang diperoleh seseorang sangat

mempengaruhi persepsi seseorang.

b. Kebutuhan seseorang

Perbedaan kebutuhan seseorang terhadap sesuatu juga mempengaruhi

persepsi seseorang terhadap suatu hal.

c. Kesenangan atau hobi seseorang

Kesenangan atau hobi seseorang terhadap suatu hal sangat mempengaruhi

persepsi, misalnya dua orang yang masing-masing menyukai dan tidak


11

menyukai senam akan berbeda persepsi jika ditanya pendapat tentang

olahraga senam.

d. Kebiasaan atau pola hidup sehari-hari

Kebiasaan hidup dan pola hidup seseorang dalam menjalani kehidupan

sehari-hari juga mempengaruhi persepsi seseorang.

2.1.2 Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu kata yang berasal dari kata belajar.

Menurut Sugihartono (2007: 74) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu

proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan Sardiman

(2011: 22) menyatakan bahwa belajar dalam pengertian luas dapat diartikan

sebagai kegiatan psikofisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya.

Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan

materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya

kepribadian seutuhnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan

pembelajaran menurut Slameto (2010: 54-72) sebagai berikut:

1. Faktor internal

a. Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-

bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.

Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Agar seseorang dapat

belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya terjamin dengan


12

cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat,

tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.

b. Perhatian

Untuk dapat menjamin hasil yang baik, maka siswa harus mempunyai

perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi

perhatian siswa, maka timbulah kebosanan sehingga ia tidak suka lagi belajar.

c. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan

terus menerus yang disertai dengan rasa senang.

d. Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru terealisasi

menjadi kecapakan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat itu

mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan

bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena senang belajar.

2. Faktor eksternal

a. Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam

mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar

siswa yang tidak baik pula.


13

b. Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat

pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu belajar dipakai pula oleh siswa untuk

menerima bahan yang diajarkan.

c. Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri

siswa. Lingkungan siswa sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya

ada tiga, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Oemar Hamalik (2008, 57), menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran. Sedangkan pembelajaran menurut Agus Suprijono (2011: 13)

diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan dan menyediakan fasilitas

belajar bagi peserta didik untuk mempelajarinya.

Lebih lanjut Winarno Surakhmad (1994: 16), menjelaskan bahwa dalam

proses pembelajaran pendidikan umumnya agar interaksi edukatif dapat berjalan

dengan lancar, maka paling tidak harus ada komponen-komponen sebagai berikut:

a) Adanya tujuan yang hendak dicapai.

b) Adanya materi atau bahan pembelajaran yang menjadi isi kegiatan.

c) Adanya siswa/i yang menjadi subyek dan obyek yang aktif mengalami.

d) Adanya guru yang melaksanakan kurikulum.


14

e) Adanya sarana dan prasarana yang menunjang terselenggaranya

pembelajaran.

f) Adanya metode untuk mencapai tujuan

g) Adanya situasi yang memungkinkan proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar

h) Adanya penilaian untuk mengetahui proses dan hasil pembelajaran

yang dilakukan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa mengenai materi

pengajaran yang mana bertujuan untuk meningkatkan suatu kemampuan

mengenai materi pengajaran yang diajarkan ke siswa tersebut. Dalam proses

pembelajaran sendiri diperlukan kurikulum yang mengatur segala aktivitas

pembelajaran yang berkaitan dengan materi pembelajaran, metode mengajar, dll.

Dalam hal ini, SMP Widya Sakti Denpasar telah memakai kurikulum 2013

sebagai kurikulum yang dipakai dalam pembelajaran PJOK.

Menurut Nurgiyantoro (2008: 5), menjelaskan bahwa kurikulum

merupakan sesuatu yang dijadikan pedoman dalam segala kegiatan pendidikan

yang dilakukan, termasuk kegiatan belajar mengajar di kelas. Kurikulum dapat

dipandang sebagai suatu program yang didesain, direncanakan, dikembangkan,

dan akan dilaksanakan dalam situasi belajar mengajar yang sengaja diciptakan di

sekolah. Dalam hal ini, kurikulum yang dipakai di SMP Widya Sakti Denpasar.

adalah kurikulum 2013.


15

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi yang

sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi

manusia yang berkualitas di zaman yang sudah maju ini. Konsep Kurikulum 2013

merupakan tindak lanjut dari kurikulum sebelumya yang pernah di ujicobakan

yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.

Fadillah dalam Resmaningrum (2015: 15-16), mendefinisikan bahwa

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai ditetapkan pada tahun

pelajaran 2013/2014. Kurikulum 2013 ini menitikberatkan pada peningkatan

softskills dan hardskills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan. Dengan materi dan metode pengajaran yang diterapkan di

kurikulum 2013, nantinya siswa diharapkan akan mampu berkembang seiring

dengan perkembangan zaman dan mampu bersaing secara global.

Salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di SMP Widya Sakti Denpasar

dengan kurikulum 2013 adalah Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

(PJOK) dengan materi aktivitas senam. Dalam Silabus Pendidikan Jasmani

Olahraga dan Kesehatan Kurikulum 2013 SMP edisi revisi (2017: 2), disebutkan

bahwa dalam aktivitas senam, materi yang diajarkan adalah keterampilan dasar

senam yang meliputi keseimbangan, berguling, berguling lenting, dan rangkaian

gerak. Dalam hal ini, materi untuk kelas adalah kombinasi guling depan dan

guling belakang yang mana guling belakang yang digunakan adalah guling

belakang dengan sikap awal berdiri.


16

Berdasarkan pengalaman peneliti saat mengajar berlangsung masih

banyak ditemui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh peserta didik pada materi

guling belakang. Maka dari itu, peneliti mencoba untuk meneliti seberapa besar

persepsi siswa putra peserta ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam

lantai guling belakang itu sendiri.

2.1.3 Senam

Pengertian senam secara umum sendiri merupakan terjemahan dari kata

Gymnastic yang berasal dari Bahasa Inggris dari asal kata Gymnos yang berasal

dari Bahasa Yunani yang berarti telanjang. Istilah Gymnos tersebut dipakai untuk

menunjukkan kegiatan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak,

sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang. Hal ini terjadi

karena pada saat itu belum memungkinkan teknologi untuk membuat pakaian

yang bersifat lentur. Tujuan dari senam adalah meningkatkan daya tahan tubuh,

kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh (Agus

Mahendra, 2001: 9).

Senam merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat menarik dan

dapat menyegarkan tubuh karena menampilkan gerakan-gerakan yang atraktif dan

menganggumkan. Untuk menampilkan gerakan senam yang baik dibutuhkan

keberanian, kekuatan, ketangkasan, kelenturan, kecepatan, dan koordinasi gerakan

yang baik dengan penguasaan teknik senam yang baik pula.

Menurut Agus Mukholid (2004: 151), senam dapat didefinisikan sebagai

latihan jasmani yang diciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematis, dan

dilakukan secara sadar dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi


17

secara sadar dan harmonis. Sedangkan menurut Mahmudi Sholeh (1992: 8) senam

adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan terencana disusun secara

sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara

harmonis.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

senam merupakan suatu bentuk latihan tubuh yang disusun secara sistematis yang

membangun pola gerak lokomotor sekaligus manipulatif dengan tujuan

membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis. Dalam hal ini,

olahraga senam dapat diberikan kepada siswa karena dapat mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani serta

perkembangan sosial

Senam ialah salah satu olahraga yang melibatkan suatu gerakan semua

anggota tubuh dari ujung kaki sampai kepala yang memerlukan gerakan fisik yang

teratur dan kecepetan. Pengertian lain dari senam merupakan salah satu olahraga

latihan tubuh yang disusun secara sistematis dalam bentuk pilihan secara sengaja

dan terencana untuk bertujuan meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan

pada nilai mental seseorang.

2.2.1 Jenis Jenis Senam Lantai

Senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras. Gerakan

olahraga ini melibatkan berguling, melompat, meloncat, berputar di udara,

menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap seimbang atau

untuk melompat ke depan atau belakang. Olahraga ini terkadang juga disebut

dengan latihan bebas, karena gerakan senam lantai dilakukan tanpa menggunakan
18

peralatan khusus. Peralatan yang digunakan umumnya hanya untuk meningkatkan

fungsi gerakan kelentukan, pelemasan, kekuatan, keterampilan, dan

keseimbangan.

Tidak diketahui sejak kapan senam lantai ini ada. Namun untuk senam

sendiri, diperkirakan sudah ada sejak zaman Yunani Kuno. Pada tahun 1776,

seorang berkebangsaan Jerman mencoba memasukkan senam ke dalam

pendidikan sekolah. Di tahun yang sama, Johan Christian Fedrich Gathmuts

menciptakan gerakan senam yang sistematis yang disebut dengan Gymnastick

Furfie Jugend. Berkat jasanya dalam dunia senam, Gathmuts dinobatkan sebagai

bapak senam dunia.

Ada banyak sekali jenis dari senam lantai yang tingkat kesulitannya

berbeda diantara satu dengan lainnya. Bahkan untuk melakukannya

dibutuhkan latihan bertahun-tahun lamanya.

1. Sikap Kayang

Sikap kayang merupakan salah satu gerakan dari senam lantai dengan

posisi kedua tangan serta kaki bertumpu pada matras dengan posisi tubuh yang

terbalik. Kemudian meregang dan juga panggul serta perut diangkat ke atas.

Manfaat dan tujuan dari kayang ini ialah guna meningkatkan kelenturan tubuh.

Terutama pada bagian otot perut, kaki, bahu, tangan dan juga pinggang. Dalam

melakukan sikap kayang terdapat dua teknik yang berbeda, yaitu dengan teknik

awalan tidur serta teknik awalan berdiri.

Menurut Bambang Priyono, Kayang adalah sikap membusur dengan posisi

kaki dan tangan bertumpu pada matras dalam keadaan terbalik dengan meregang
19

dan mengangkat perut dan panggul. Nilai dari pada gerakan kayang yaitu dengan

menempatkan kaki lebih tinggi memberikan tekanan pada bahu dan sedikit pada

pinggang.

Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan gerakan kayang dengan

menggunakan awalan berdiri:

Gambar 1.1

Sumber: https://manfaat.co.id/manfaat-kayang

1. Ambil sikap berdiri tegak serta kaki dengan posisi sedikit terbuka.

2. Posisi tangan masing-masing berada di samping kaki.

3. Gerakan tangan secara bersamaan atau dengan satu tangan

mengayunkannya ke belakang. Kepala posisinya tengadah lalu badan

melenting ke bagian belakang.

4. Pastikan supaya posisi telapak tangan menyentuh atau mendarat pada

matras dengan posisi yang benar dan baik.

5. Untuk kamu yang masih pemula, dapat menggunakan bantuan

tembok sebagai penyangga atau dapat pula dengan meminta bantuan

kepada teman. Guna membantu menahan pada bagian perut.


20

Adapaun langkah-langkah untuk melakukan gerakan kayang dengan

menggunakan awalan berbaring:

1. Awali dengan gerakan berbaring diatas lantai ataupun matras.

2. Tekuk kedua lutut, sehabis itu rapatkan kedua tumit pada bagian

pinggul.

3. Tekuk kedua siku tangan, lalu diikuti dengan telapak tangan

bertumpu pada matras serta tempatkan ibu jari di samping telinga.

4. Lakukan gerakan badan diangkat secara perlahan ke atas, selanjutnya

disusul dengan dorongan dari kedua tangan dan kaki lurus.

5. Terakhir lakukan dengan gerakan kepala masuk diantara kedua

tangan.

2. Sikap Lilin

Sikap lillin merupakan salah satu dari gerakan senam lantai yang

biasanya dilakukan di atas matras. Dengan kaki yang tegak berada di atas

sementara kepala berada dibawah sehingga akan berbentuk menyerupai lilin.


21

Gambar 1.2

Sumber: http//ww.sanaconypaz.com/sarvangasana/

Tujuan dari sikap lilin ialah guna melatih keseimbangan tubuh serta

menjaga tubuh agar tetap sehat. Tak hanya itu saja, sikap lilin merupakan senam

lantai dasar untuk senam kategori yang lainnya. Untuk dapat melakukan gerakan

ini diperlukan latihan yang rutin supaya hasil yang diperoleh maksimal. Dan buat

kamu yang masih pemula dapat meminta bantuan kepada teman. Tetapi perlu

diingat ya, sebelum melakukan gerakan ini harus dipastikan terlebih dahulu jika

kalian sudah melakukan pemanasan terlebih dahulu. Hal tersebut supaya tidak

terjadi kecelakaan maupun cedera.

Menurut Bambang Priyono, Sikap lilin merupakan sikap tidur terlentang

kemudian kedua kaki diangkat keras di atas (rapat) bersama-sama, pinggang

ditopang kedua tangan dan pundak tetap menempel pada lantai. Dalam melakukan

sikap lilin, kekuatan otot perut berfungsi untuk kedua tangan menopang pinggang.

Berikut beberapa langkah untuk melakukan sikap lilin yang benar:

1. Langkah pertama yang harus dilakukan ialah tidur terlentang dengan

kedua kaki lurus. Semenara kedua tangan lurus berada di samping

kanan dan kiri badan.

2. Pandangan lurus ke atas. Setelah itu angkat kedua kaki dan juga

pinggul dibantu dengan menggunakan kedua tangan untuk

mendorong kaki ke atas. Kaki harus rapat serta didorong dengan

menggunakan tangan yang berbentuk seperti siku. Pastikan kaki dan

juga pinggul kalian lurus, setelah itu atur dan jaga keseimbangannya.
22

3. Ketika sedang melakukan pendaratan atau

yang simplenya menurunkan kaki harus dilakukan secara pelan -

pelan. Hal tersebut berguna supaya tidak terjadi cedera.

3. Handstand

Handstand merupakan posisi berdiri dengan memanfaatkan kedua tangan

untuk menopang seluruh badan. Dan tangan berada di bawah serta kaki lurus ke

atas. Gerakan ini termasuk ke dalam tingkatan senam lantai yang cukup sulit

untuk dilakukan sebab akan membutuhkan keseimbangan yang tinggi. handstand

pada senam lantai menurut Schembri, G. (1983), bahwa: Dalam pemanasan perlu

banyak di rangsangkan tekanan-tekanan pada tangan dalam keadaan lurus”.

Teknik gerakan handstand adalah jongkok ditempat yang tinggi, letakkan telapak

tangan dibawah.

Gambar 1.3

Sumber: Australian Sports Commission 2007.Autralian: Paragon PPrinters

1. Langkah pertama yang harus dilakukan ialah berdiri tegak dengan

kedua tangan lurus di samping badan.


23

2. Selanjutnya gerakan secara perlahan salah satu kaki untuk lebih maju

dari kaki yang lainnya.

3. Bungkukkan badan dengan menggunakan kedua telapak tangan yang

bertumpu ke matras ataupun lantai.

4. Kemudian angkat tungkai kaki secara perlahan satu persatu.

5. Dorong bokong setinggi-tingginya sampai dapat terangkat.

6. Bengkokkan tungkai kearah depan sedangkan tungkai belakang

diluruskan.

7. Posisi akhir ialah badan yang dalam posisi terbalik sebesar 180

derajat. Serta dalam keseimbangan dengan kedua tungkai rapat dan

juga lurus.

8. Bagi kamu yang pemula. Bila belum berpengalaman dalam

melakukannya bisa memanfaatkan dinding ataupun tembok sebagai

bantuan sandaran maupun tumpuan kedua kaki.

4. Headstand

Headstand merupakan salah satu gerakan senam lantai dengan posisi

berdiri kepala berada di bawah. Serta badan ditopang dengan menggunakan kedua

tangan yang membentuk segitiga. Gerakan headstand adalah turunan dari gerakan

handstand. Yang juga membutuhkan konsentrasi serta koordinasi yang lebih

tinggi.

Sehingga memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi daripada handstand.

Headstand adalah gerakan keseimbangan yang dilakukan dengan kepala yang

menumpu berat badan, disebut juga berdiri dengan kepala. Menurut Agus
24

Mahendra (2001:240) poin penting saat headstand adalah memastikan bahwa

tulang leher tidak terlalu melenting. Handstand Menurut Agus Mahendra

(2001:248)

Berikut beberapa langkah untuk melakukan headstand:

Gambar 1.4

Sumber: http://sragenspotman. Blogspot.com/2018/03/senam-lantai-

headstans-kopstand. htmi

1. Langkah awal yang harus dilakukan adalah membungkukkan badan

dengan dahi serta kedua tangan bertumpu pada lantai.

2. Pastikan dahi dan juga kedua tangan akan membentuk segitiga sama

sisi.

3. Letakan kepala pas di depan dengan membentuk segitiga.

4. Jalankan kaki pelan-pelan ke arah depan.

5. Pada waktu tulang punggung sudah dalam posisi lurus, kuatkan otot

perut, tarik nafas, serta angkat 1 kaki lurus ke atas, kemudian kaki

yang lainnya ke atas.


25

5. Roll Depan (Forward Roll)

Rolling depan atau yang kita kenal dengan gerakan guling ke depan

merupakan berguling ke depan dengan bagian belakang badan (tengkuk,

punggung, pinggang serta panggul bagian belakang). Secara teknis, roll

depan bisa dilakukan dengan menggunakan 2 cara. Yakni dengan

menggunakan teknik awalan berdiri dan juga teknik awalan jongkok. Roll

Depan (Forward Roll) Menurut Roji (2004:115) yang dimaksud dengan

berguling ke depan ialah gerakan badan berguling ke arah depan melalui

bagian belakang badan (tengkuk), pinggul, dan panggul bagian belakang.

Sedangkan menurut Suyati (1997:428) Roll depan atau forward roll berarti

mengguling ke depan.

1. Langkah pertama yang harus dilakukan ialah berjongkok dengan

kedua tangan dilebarkan sebahu serta telapak tangan diletakkan di

atas matras.

2. Selanjutnya luruskan kedua kaki kemudian tekuk sedikit siku tangan.

3. Gerakkan kepala ke arah dagu sampai menyentuh bagian dada.

4. Selanjutnya berguling ke depan.

5. Diikuti dengan tekukan kedua lutut, tarik dagu dan juga lutut ke

depan dada dengan posisi tangan sedang merangkul lutut.

6. Posisi akhir dari roll depan atau guling depan yaitu jongkok

kemudian berdiri tegak


26

Berikut beberapa langkah untuk melakukan roll depan dengan menggunakan

awalan berdiri:

1. Pertama, angkat kedua tangan ke arah depan serta bungkukkan

badan, kemudian letakkan telapak tangan di atas matras.

2. Lipat kedua siku sedikit ke samping, selanjutnya masukkan kepala

diantara kedua tangan.

3. Sentuhkan bahu pada matras dan bergulinglah ke arah depan.

4. Tekuk kedua lutut, kemudian tarik dagu dan juga lutut ke dada

dengan posisi tangan merangkul lutut

Berikut beberapa cara untuk memberikan bantuan untuk melakukan roll

depan:

Gambar 1.5

Sumber: Australian Sports Commission 2007. Australia: Paragon Printers

1. Pegang belakang kepala serta menolak ke kedua lutut.

2. Dorong punggung pada waktu akan duduk.


27

3. Membantu dengan menekukkan kepala serta menempatkannya di

lantai diantara kedua tangan.

Kesalahan yang sering kali terjadi pada saat melakukan roll depan:

1. Kedua tangan yang bertumpu tidak bisa dibuka terlalu lebar atau

terlalu sempit, terlalu jauh atau terlalu dekat dengan ujung kaki.

2. Tumpuan tangan kurang atau tidak kuat, sehingga akan membuat

keseimbangan badan kurang sempurna serta dapat mengakibatkan

badan jatuh kesamping.

3. Bahu tidak diposisikan di atas matras pada waktu tangan

dibengkokkan.

4. Pada waktu berguling ke depan tangan tidak ikut melolak.

6. Lompat Kangkang

Lompat kangkang adalah salah satu jenis lompatan yang biasanya

dilakukan dengan melakukan lompatan dengan melewati atas peti. Serta dengan

posisi kaki yang terbuka lebar ke kanan dan juga ke kiri. Untuk melakukan lompat

kangkang diperluan suatu keberanian supaya nantinya tidak akan terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan. Berikut beberapa langkah untuk melakukan gerakan

lompat lompat kangkang. Namun alangkah baiknya jika sebelum melakukan

lompat kangkang diawali dengan melakukan pemanasan supaya tidak terjadi

cedera. Merriam-Webster, Lompat kangkang adalah salah satu jenis senam lantai

di mana tubuh melewati peralatan dalam posisi duduk dengan kaki membuka

lebar ke setiap sisi.


28

1. Gerakan pertama yang dilakukan adalah berlari secepat mungkin

ke arah papan dengan badan yang cenderung condong ke depan.

2. Kedua kaki menolak pada papan tolakan dan dilakukan dengan

sekuat tenaga. Diikuti dengan ayunan lengan ke bawah dan juga

ke depan, badan lurus serta tungkai dibuka.

3. Pandangan mata fokus kearah peti lompatan.

4. Pada waktu kedua tangan menyentuh peti loncat, segera lakukan

tolakkan dengan menggunakan kedua tangan dengan sekuat

tenaga. Badan lurus diikuti dengan posisi kedua tangan yang

direntangkan.

5. Pendaratan dilakukan dengan posisi ujung kaki, lutut mengeper

serta kedua tangan lurus ke atas.

Gambar 1.6

Sumber: http://www.freedmsiana.com

Kesalahan yang sering kali terjadi pada saat melakukan lompat kangkang:
29

1. Lari yang tidak begitu cepat atau kurang sehingga lompatan yang

diperoleh kurang maksimal.

2. Pada waktu melakukan tolakan kaki pada papan tolakan, tungkai kaki

kurang terangkat tinggi dan juga posisi badan kurang lurus.

3. Pada waktu tangan bertumpu, kepala terlalu condong ke depan sehingga

lengan tidak dapat lurus dengan posisi badan.

4. Panggul kurang diangkat tinggi sehingga tidak berhasil untuk membuat

sikap kangkang di atas peti.

5. Pada waktu melakukan lompatan, lutut dalam posisi bengkok.

6. Kepala dan juga dada tidak terangkat pada waktu tangan menyentuh peti

lompat.

7. Pada waktu melakukan lompatan, lengan posisinya tidak lurus.

7. Meroda (Cart Wheel)

Meroda merupakan suatu gerakan ke samping dalam senam lantai.

Pada waktu bertumpu dengan menggunakan kedua tangan dengan kaki yang

terbuka lebar. Meroda bisa dilakukan dengan menggunakan awalan ke kiri

atau ke kanan, terserah sesuai dengan bagaimana posisi yang menurut kalian

enak. Gerakan meroda akan membutuhkan koordinasi gerak yang baik dan

akurat. Meroda (Cartwhell) Menurut Roji (2004:124) gerakan meroda

merupakan gerakan memutar badan dengan sikap awal menyamping arah


30

gerakan dan tumpuan berat badan ketika berputar menggunakan kedua

tangan dan kaki. Sedangkan pengertian meroda menurut Agus Mahendra

(2001:275) adalah gerak dinamis yang berkelanjutan yang memindahkan

berat badan dari kaki, tangan-tangan, kaki-kaki. Gerakan berlangsung ke

depan dalam garis lurus, yang bergerak secara horizontal ketika setiap

bagian tubuh ditumpukan ke lantai.

Gambar 1.7

Sumber: http://reddish-chan.blogspot.com/2012/11

Berikut beberapa langkah untuk melakukan gerakan meroda:

1. Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu dengan berdiri tegak

serta kedua tangan lurus di samping badan.

2. Kemudian buka kaki selebar bahu sedangkan kedua tangan lurus ke

atas dan membentuk huruf V.

3. Jatuhkan badan ke arah kiri sembari meletakkan telapak tangan kiri

ke atas matras.

4. Angkat kaki yang kiri lurus ke atas.

5. Selanjutnya, taruh tangan kanan di samping tangan kiri.


31

6. Angkat kaki kanan lurus ke atas sedangkan kaki kiri juga mulai turun

kembali.

7. Angkat tangan kiri diikuti dengan kaki kiri.

8. Kembali ke posisi awal saat berdiri tegak.

Berikut beberapa cara untuk memberikan bantuan untuk melakukan cart

wheel :

1. Satu orang teman akan memberikan pertolongan dengan cara berdiri

di belakang orang yang nantinya akan melakukan gerakan meroda.

2. Pada waktu badan dan juga kedua kaki yang melakukan meroda

terangkat ke atas. Maka si teman akan dengan cepat memegang

kedua sisi pinggulnya

3. Diikuti dengan melakukan gerakan meroda ke samping. Serta teman

yang membantu tetap memegang kedua sisi pinggulnya hingga

kedua kaki menumpu di lantai.

Kesalahan yang sering kali terjadi pada saat melakukan meroda:

1. Hentakan atau lemparan kaki yang kurang kuat.

2. Hentakan atau lemparan kaki bergerak ke arah depan, yang dimana

seharusnya ke arah atas.

3. Penempatan tangan pertama di lantai yang terlalu dekat dengan kaki

tolakan.

4. Sikap badan kurang melenting.

5. Kedua siku yang dibengkokan.


32

8. Salto (Summersault)

Salto merupakan salah satu gerakan berguling di udara, salto juga dapat

dilakukan ke depan ataupun kebelakang. Mungkin salto merupakan salah satu

gerakan senam lantai yang tersulit. Sehingga harus sering dilatih supaya dapat

melakukan gerakan ini. Sebab apabila gagal dalam melakukan salto dapat

berakibat fatal. Sebelum melakukan salto ada baiknya melakukan pemanasan

salah satunya dengan melakukan loncat harimau. Menurut pendapat Mahendra

senam ialah suatu kegiatan utama yang mengembangan bentuk gerak secara

harmonis dalam komponen fisik dan kemampuan gerak.

Gambar 1.8

Sumber: p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com

Berikut beberapa cara untuk memberikan bantuan untuk melakukan salto:

1. Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu dengan berdiri tegak

dan posisi kedua tangan lurus di samping badan.

2. Selanjutnya melangkahlah kaki beberapa kali atau bila perlu

berlarilah, sebelum melakukan tolakan sekuat tenaga.

3. Ayunkan tangan ke bawah pada waktu melakukan tolakan untuk

memberikan dorongan tambahan.


33

4. Ketika badan sedang melayang di udara, lipat tangan ke arah lutut

serta kemudian tundukkan kepala.

5. Sesudah badan berputar 360 derajat, luruskan tungkai untuk

melakukan pendaratan.

6. Dan diikuti dengan tangan diangkat ke atas.

7. Posisi terakhir yaitu berdiri tegak kembali dengan menggunakan

tangan sebagai keseimbangan.

Kesalahan yang sering kali terjadi pada saat melakukan salto:

1. Pada waktu sedang melakukan tolakan, kedua kaki kurang kuat.

2. Kedua lengan kurang atau tidak kuat terayun ke atas.

3. Loncatan condong ke depan, bukan ke atas. Hal tersebut akan

mengakibatkan loncatan tidak dapat mencapai tinggi yang maksimal.

Kesalahan jenis ini seringkali akan membuat kalian mendarat dengan

posisi duduk.

4. Posisi badan yang kurang melingkar. Sebab, lutut serta tangan tidak

rapat, kepala juga tidak menunduk.

5. Pada waktu pendaratan lengan tidak merentang ke atas tetapi di ayun

ke arah depan. Hal ini tentunya akan mengurangi keseimbangan.

9. Lompat Harimau

Sesuai dengan namanya, lompat harimau merupakan gerakan melompat

yang sangat mirip dengan harimau pada saat akan menerkam mangsa. Secara

teknis, teknik yang biasa digunakan pada saat lompat harimau kurang lebih sama
34

halnya dengan teknik yang digunakan pada guling depan. Yang membedakan

hanya pada awalannya saja. Menurut Suyati (1997: 430) Dive roll adalah roll

depan dengan awalan meloncat, seperti meloncat untuk menyelam. Pada dasarnya

sama teknik gerakan dive roll dengan roll depan. Bedanya pada dive roll ada saat

badan melayang setelah kaki menolak, setelah tangan menumpu dilanjutkan roll

depan.

Gambar 1.9

Sumber: freepik.com

Berikut beberapa cara untuk memberikan bantuan untuk melakukan lompat

harimau:

1. Posisi pertama yang harus dilakaukan yaitu berdiri tegak dengan

kedua tangan lurus di samping badan.

2. Menggunakan papan tolakan, serta melompatlah ke arah depan

dengan lengan diayunkan ke atas.

3. Ketika tubuh sedang melayang di udara, lentingkan badan serta lipat

lutut di depan dada.

4. Luruskan tungkai sesaat sebelum akan melakukan pendaratan.


35

5. Posisi terakhir yang dilakukan adalah jongkok yang dilanjutkan

dengan berdiri.

Kesalahan yang sering kali terjadi pada saat melakukan lompat harimau:

1. Loncatan kaki yang kurang kuat.

2. Tumpuan tangan yang kurang kuat.

3. Kepala digunakan sebagai tumpuan.

4. Pada waktu roll ke depan gerakannya kurang sempurna.

10. Lompat Jongkok

Lompat jongkok adalah salah satu jenis lompatan yang dilakukan dengan

memanfaatkan peti lompat dan dilakukan dalam posisi badan jongkok pada waktu

melewati peti lompat. Menurut Merriam-Webster, Lompat jongkok adalah senam

di mana tubuh ditopang di kedua tangan, lutut ditekuk dan ditarik ke arah dada,

dan kaki melewati antara lengan saat tubuh melewati peralatan.

Gambar 1.10

Sumber: http://www.freedmsiana.com
36

Berikut beberapa langkah untuk melakukan gerakan lompat jongkok:

1. Posisi pertama yang harus dilakukan yaitu berdiri tegak dengan

kedua tangan lurus di samping badan.

2. Mulai berlari dengan posisi badan yang cenderung condong ke

depan.

3. Melakukan tolakan dengan sekuat-kuatnya dalam papan tolakan

dengan menggunakan kedua kaki.

4. Ayunkan lengan ke arah depan sedangkan posisi tubuh tetap

diluruskan serta tungkai dibuka.

5. Mendaratlah dengan menggunakan kaki dan juga tubuh yang

menuju posisi jongkok sedangkan untuk tangan direntangkan ke

atas.

6. Posisi terakhir yang dikalakukan adalah jongkok dan diikuti

dengan posisi berdiri.

Kesalahan yang sering kali terjadi pada saat melakukan lompat jongkok:

1. Awalan lari yang kurang cepat.

2. Pada saat melompat tolakan pada kedua kaki tidak bersamaan.

3. Pada saat melompat, tungkai kaki kurang terbuka lebar.

4. Lompatan yang dilakukan kurang kuat.


37

5. Pada waktu pendaratan kaki tidak secara bersamaan serta tidak

berurutan.

6. Pandangan mata tidak fokus ke arah depan.

11. Guling Belakang (Roll)

Guling belakang merupakan salah satu materi didalam cabang olahraga

senam. Menurut Sunarsih, dkk (2006: 33), gerak guling disebut juga dengan roll.

Gerakan berguling dapat dilakukan ke depan dan dapat pula dilakukan

kebelakang. Guling belakang adalah gerakan mengguling dengan posisi badan

mengarah ke depan kemudian mengguling ke belakang dengan tumpuan kedua

tangan yang kuat dan diakhiri dengan sikap awal. Oleh karena itu, dalam

pembelajaran materi pokok senam terutama guling belakang diperlukan

komunikasi atau arahan yang tepat dari guru kepada siswa supaya cedera dapat

dihindari dan mendapatkan hasil yang maksimal dalam melakukan guling

belakang. Menurut Agus Mukholid (2004: 152), guling belakang adalah bentuk

gerakan mengguling yang dimulai dari pantat, pinggang bagian belakang,

punggung, kepala

Bagian belakang, dan kedua kaki. Sedangkan Muhajir (2007: 72),

berpendapat bahwa berguling kebelakang adalah sikap atau gerakan badan

menggulingkan ke belakang, yang mengakibatkan posisi badan membulat, dengan

cara kaki dilipat, lutut tetap melekat di dada, kepala ditundukkan sampai dagu

melekat di dada.
38

Menurut Roji (2007: 113), berguling ke belakang ialah gerakan badan

berguling ke arah belakang melalui bagian belakang badan mulai dari panggul

bagian belakang, pinggang, punggung, dan tengkuk. Teknik melakukan gerakan

guling belakang dengan tahap persiapan berdiri dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu

sebagai berikut:

Gambar 1.11

Sumber: http://www.tutorialolahraga.com/2015/12

1. Kepala posisinya menunduk dan juga dagu rapat ke bagian dada.

2. Kedua tangan terletak disamping telinga serta telapak tangan menghadap

ke arah atas.

3. Jatuhkan pantat ke arah belakang, namun badan tetap bulat.

4. Pada waktu punggung menyentuh matras, kedua lutut segera ditarik ke

bagian belakang kepala.

5. Pada waktu kedua ujung kaki menyentuh matras di belakang kepala, kedua

telapak tangan menekan matras sampai tangan lurus dan juga kepala

terangkat.

6. Mengambil sikap jongkok, dengan cara lurus ke depan sejajar dengan

bahu, kemudian berdiri.


39

Berikut beberapa cara untuk memberikan bantuan untuk melakukan roll belakang:

1. Menopang sekaligus mendorong pinggang ke arah guling belakang serta

membawanya ke arah guling.

2. Membantu dengan mengangkat panggul dan juga membawa ke arah

guling.

Kesalahan yang sering kali terjadi pada saat melakukan roll belakang:

1. Peletakan tangan terlalu jauh ke bagian belakang, sehingga pada waktu

tolakan, tubuh dan tangan tidak kuat.

2. Keseimbangan tubuh kurang atau tidak baik pada saat mengguling ke

belakang. Hal ini dapat terjadi dikarenakan sikap tubuh yang kurang bulat.

3. Posisi pada saat mengguling kurang sempurna. Hal ini dapat terjadi karena

kepala menoleh ke samping.

4. Keseimbangan tidak terjaga dengan baik sebab mendarat dengan lutut

(seharusnya telapak kaki).

2.1.3.2 Unsur-unsur Gerakan Senam Lantai

1. Unsur Keindahan

Keindahan ditumbuhkan dengan cara membuat beragam variasi gerakan

yang digunakan dari disiplin tari serta akrobat. Contohnya dengan berbagai gestur

dalam tari balet dan juga gerakan-gerakan kecil yang mengandung unsur tari.
40

2. Unsur Kekuatan

Kekuatan tentu saja akan menjadi unsur terpenting dalam senam lantai.

Sebab beberapa gerakan yang ekstrim hanya dapat dilakukan apabila sang atlet

mau dan juga melebarkan jangkauan energi tubuhnya. Melalui latihan-latihan

dasar senam lantai.

3. Unsur Keberanian

Senam lantai dan senam artistik lainnya akan memerlukan keberanian

tersendiri untuk melakukannya. Sebab dalam olah raga ini sang atlet dituntut agar

dapat mengalahkan rasa takutnya sendiri. Sehingga ia mampu dan berani

melakukan gerakan ekstrim. Serta tetap bisa menjaga keseimbangan, keluwesan

dan juga keindahan geraknya.

4. Unsur Kelenturan

Tubuh yang lentur mempunyai flesibilitas tinggi untuk melakukan

berbagai jenis gerakan sulit, contohnya kayang, salto, meroda, roll dan lain

sebagainya. Kelenturan juga menjadi hal yang penting guna menciptakan gerakan-

gerakan yang estetis.

5. Unsur Keluwesan

Keluwesan gerak pada waktu melakukan performativitas tubuh akan

menandakan ketekunan dan juga kedalaman latihan yang telah dilakukan oleh

sang atlet. Dalam sekali penampilan, seringkali sang atlet telah melakukan
41

gerakan tersebut berulangkali supaya pada saat melakukannya lagi, ia tidak lagi

canggung dan juga bingung.

6. Unsur Keseimbangan

Tanpa keseimbangan yang baik, rasanya akan sangat mustahil bagi sang

atlet untuk dapat melakukan performa terbaiknya. Alih-alih ia akan jatuh duluan

sebelum melompat jika keseimbangan sang atlet tidak dapat dikelola dengan baik

2.1.3.3 Peraturan dalam Senam Lantai

Dalam pertandingan senam lantai, aturan yang berlaku sangatlah

sederhana, yakni sang atlet tidak boleh keluar arena pertandingan sebelum

penampilannya selesai. Dengan kata lain, performanya hanya dapat ditampilkan

dan disahkan di dalam arena sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.

Apabila, ada bagian tubuh dari sang atlet (contoh: kaki dan tangan) yang keluar

sedikit saja dari arena. Maka sang wasit akan memberikan bendera merah dan

skor akan dikurangi. Tak hanya itu, skor juga akan berkurang. Jika sang atlet

kurang atau tidak dapat melakukan gerakan tertentu di dalam koreografi geraknya.

Tak hanya itu saja, bahkan apabila sang atlet sedikit saja mengalami ketidak

seimbangan. Contoh sedikit oleng setelah melakukan rangkaian flip, maka hal itu

akan dapat mengurani nilai atau skronya. Dari semua aspek gerak yang dihadirkan

sang atlet senam lantai dalam kompetisi, nantinya sang juri akan memberi nilai

ataupun skor. Atlet yang mendapatkan skor tertinggi ialah atlet yang berhak

mendapatkan gelar juara atau menang.


42

2.1.3.4 Matras yang digunakan dalam Senam Lantai

Matras ini fungsinya untuk melindungi para atlet dari hal-hal yang tidak

diinginkan. Misalnya pada waktu sang atlet terlempar hingga keluar arena.

Sewaktu melakukan gerakan akrobatik salto dengan beberapa kali flip (putaran)

diudara. Lapangan untuk senam lantai sendiri adalah arena dengan permukaan

datar yang terbuat dari bahan kayu. Dengan permukaan yang halus namun tidak

licin dan memiliki ukuran 12×12 meter. Matras nantinya akan ditempatkan di

sekeliling lapangan dengan lebar masing-masing 1 meter. Matras tersebut telah

didesain sedemikian rupa, sehingga permukannya akan sangat datar dan seolah

akan menyatu pada lapangan itu sendiri. Walaupun begitu, matras yang dipasang

sebagai pengaman lapangan senam lantai juga tidak setebal. Serta seempuk matras

untuk latihan senam lantai pada umumnya. Lantas, bagaimana untuk matras yang

digunakan untuk latihan? Berikut penjelasnnya: Matras yang digunakan terdapat

beberapa jenis.

Tetapi kebanyakan latihan senam lantai hanya menggunakan matras tipis

yang mempunyai ketebalan sekitar 3-5 cm. Matras yang terlalu tebal justru akan

mengganggu waktu latihan. Sebab atlet akan sulit dalam mengatur keseimbangan

tubuhnya ketika latihan di atas matras yang tebal. Matras alami yang

direkomendasikan untuk latihan senam lantai justru ialah matras yang permukaan

berpasir. Seperti pantai, atau taman berumput yang gembur.


43

2.1.3.5 Tujuan

Menjadi juara ataupun memiliki tubuh yang atletis dan sexy tampaknya

menjadi salah satu tujuan seseorang berlatih senam lantai. Namun, ada hal lain

yang juga menjadi tujuan dari senam lantai ini. Yaitu rasa hidup yang hanya dapat

diperoleh saat seorang atlet senam lantai sukses dalam melampaui batasan-batasan

tubuhnya. Seperti rasa takutnya, serta rasa tidak percaya bahwa tubuh mampu

melakukan hal yang sangat berbahaya sekalipun. Pada umumnya, tujuan dari sang

atlet senam lantai terus melakukan latihan ialah untuk terus menerus berusaha

memperlebar jangkauan dari tubuhnya sendiri. Sehingga ia tidak lagi sanggup

melakukannya. Atau tidak ada seorang pun yang dapat melakukan gerakan tubuh

seperti yang telah ia capai.

2.1.3.6 Manfaat Senam Lantai

Adapun beberapa manfaat senam lantai yang harus kalian ketahui selain untuk

menjaga kesehatan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kesehatan tubuh lebih terjaga

2. Memperbaiki bentuk tubuh yang kurang proposional (membentuk tubuh

yang proposional)

3. Mengurangi berat badan

4. Tubuh akan menjadi lebih lentur

5. Sebagai proses dalam pembentukan tubuh (proposional)

6. Tinggi badan menjadi lebih bertambah

7. Membantu dalam penguatan dan pertumbuhan tulang


44

8. Proses dalam melentukan bahu

9. Sebagai detoksifikasi

10. Meningkatkan kepercayaan diri

11. Membantu merangsang sel-sel pertumbuhan

12. Melatih badan untuk bergerak lebih lincah

13. Melatih kesehatan jantung untuk berdetak dengan teratur dan juga

kuat

14. Memelihara kebugaran dan kesegaran tubuh

2.2 Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa

yang telah dimilikinya (Asri Budiningsih, 2003: 10). Dalam hal ini, karakteristik

siswa yang dijadikan subjek oleh penulis yaitu siswa ekstra kurikuler senam SMP

Widya Sakti Denpasar.

Menurut Abin Syamsuddin Makmun (2004: 78-79) siswa sebagai input

dari proses pendidikan memiliki profil perilaku maupun pribadi yang senantiasa

berkembang menuju taraf kedewasaan. Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)

sendiri pada umumnya masih memasuki masa remaja yang umurnya ada di

rentang 12-14 tahun. Usia tersebut memang termasuk dalam usia remaja yang

oleh para ahli psikologi telah ditentukan usia remaja itu yaitu pada usia 12 sampai

22 tahun.

Harold Alberty dalam Abin Syamsuddin Makmun (2004: 130)

mengungkapkan para ahli umumnya sependapat bahwa rentangan masa remaja itu

berlangsung dari sekitar 11-13 tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender
45

kelahiran seseorang. Masa remaja sendiri terbagi menjadi dua, yaitu masa remaja

awal (11-13 tahun sampai 14-15 tahun) dan masa remaja akhir (usia 14-16 tahun

sampai 18-20 tahun). Dengan demikian, siswa SMP yang dijadikan subjek oleh

penulis termasuk dalam golongan masa remaja awal (11-13 tahun sampai 14- 15

tahun).Menurut Sri Rumini (1995: 32-38), masa remaja awal memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1. Keadaan perasaan dan emosi

Keadaan perasaan dan emosinya sangat peka sehingga tidak stabil.

Remaja awal dilanda pergolakan sehingga selalu mengalami perubahan

dalam perbuatannya. Hal ini pun berpengaruh kepada kondisi belajar

yang mana keadaan emosi yang peka dan tidak stabil menimbulkan

semangat belajar yang fluktuatif.

2. Keadaan mental

Kemampuan mental khususnya kemampuan berpikirnya mulai

sempurna dan kritis. Ia mulai menolak hal-hal yang kurang dimengerti.

Maka sering terjadi pertentangan dengan orang tua, guru, maupun

orang dewasa lainnya.

3. Keadaan kemauan

Kemauan dan keinginan mengetahui berbagai hal dengan mencoba

melakukan segala hal yang dilakukan oleh orang lain. Dalam hal ini,

remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

4. Keadaan moral
46

Pada awal remaja, dorongan seks sudah cenderung memperoleh

pemuasan sehingga mulai berani menujukkan sikap-sikap agar menarik

perhatian.

Penjelasan diatas sangatlah sesuai dengan karakteristik siswa SMP Widya

Sakti Denpasar. Berdasarkan pengalaman, karakteristik siswa SMP Widya Sakti

Denpasar memiliki keadaan perasaan/emosi yang tidak stabil yang cenderung

membuat semangat belajarnya juga tidak stabil. Dari segi mental siswa SMP

Widya Sakti Denpasar mulai menolak hal-hal yang kurang dimengerti dalam hal

ini adalah pembelajaran senam lantai guling belakang, mereka cenderung kurang

tertarik dan tidak semangat ketika mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan

senam lantai yang mereka sendiri kurang paham/mengerti. Hal inilah yang

menjadikan penelitian ini menjadi suatu hal yang penting, mengingat persepsi

siswa putra peserta ekstra kurekuler senam terhadap pembelajaran senam lantai

guling belakang masih belum diketahui besarannya.

2.3 Kerangka Berpikir

Persepsi merupakan tanggapan seseorang mengenai penafsiran yang

dilakukan terhadap segala objek yang diterimanya dan memberi arti atau

gambaran terhadap objek tersebut dengan cara yang berbeda-beda. Dengan

demikian persepsi tergantung kepada kemampuan dan keadaan dari diri masing-

masing individu, sehingga akan sangat mungkin bila masing-masing individu

memiliki persepsi yang berbeda terhadap suatu peristiwa atau objek yang ada

disekelilingnya. Persepsi tersebut nantinya digunakan sebagai bahan acuan dalam

penilaian pembelajaran.
47

Pembelajaran senam lantai guling belakang di SMP Widya Sakti Denpasar

sudah dilakukan. Namun masih belum diketahui manfaat yang sebenarnya yang

dapat diambil dari pembelajaran senam lantai guling belakang tersebut. Siswa

masih banyak yang belum bisa melakukan senam lantai guling belakang

dikarenakan kurangnya pemahaman terhadap teknik dan kurangnya latihan. Hal

tersebut sangatlah memprihatinkan, mengingat pentingnya senam lantai guling

belakang sendiri dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pada

pelajaran PJOK. Oleh karena itu, perlu adanya persepsi dari siswa SMP Widya

Sakti Denpasar tentang keterkaitannya dengan pembelajaran senam lantai guling

belakang. Persepsi tersebut berasal dari pengamatan siswa selama mengikuti

pembelajaran senam lantai guling belakang.

Dari pengamatan tersebut nantinya akan memunculkan tanggapan yang

bersifat positif maupun negatif yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa

pentingnya pembelajaran senam lantai guling belakang dan digunakan sebagai

bahan penilaian keberhasilan pembelajaran bagi guru.

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui presepsi siswa

terhadap pembelajaran senam lantai guling belakang di SMP Widya Sakti

Denpasar. Sehingga nantinya penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk

pembelajaran senam lantai guling belakang agar tingkat keberhasilan guru dalam

mengajar lebih meningkat.


48

Persepsi suatu proses yang di alami


oleh suatu individu dalam
Persepsi awal
perorganisasiaan
menginterprestasikan penapsiran.

1. Perhatian
Di Pengaruhi Oleh
2. Minat
Persepsi 3. Pengalaman Dan Ingatan

Guru Memberikan Motivasi guna


membangkitkan semangat, termasuk
menggunakan lingkungan sebangai
Motivasi Oleh Guru
sumber belajar untuk menjadikan
pembelajaran menarik,
menyenangkan bagi peserta didik

Pentingnya pembelajaran senam


lantai guling belakang dan
digunakan sebagai bahan penilaian
Sisi Positif Dan Negatif keberhasilan pembelajaran bagi
guru.

Bagan kerangka Berpikir


49

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat

untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya

Menurut Sudjana (1992:219),

Hipotesis penelitian berfungsi memberikan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah, hipotesis penelitian pada umumnya sama banyak dengan

rumusan masalah yang telah ditetapkan dalam rencana penelitian. Bahwa

hipotesis merupakan jawaban / dugaan sementara terhadap rumusan masalah,

yang dimana dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.

Menurut John W. Creswell, di dalam bukunya, Creswell (2012)

mengemukakan bahwa hipotesis terbagi menjadi dua jenis, yakni Hipotesis

alternatif (alternative hypothesis) dan hipotesis nol (null hypothesis). Hipotesis

Alternatif (alternative hypothesis) disebut juga sebagai hipotesis kerja atau

hipotesis penelitian, merupakan hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti ketika

melakukan penelitiannya. Biasanya hipotesis alternatif ini menyatakan adanya

perbedaan, adanya hubungan, atau adanya pengaruh. Hipotesis Nol (null

hypothesis) merupakan sebuah hipotesis yang diharapkan tertolak, biasanya

hipotesis nol ini menyatakan tidak adanya hubungan, tidak adanya pengaruh, atau

bahkan tidak adanya perbedaan.

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah : Mengetahui adanya persepsi siswa putra peserta

ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai guling belakang SMP
50

Widya Sakti Denpasar berada pada kategori sangat baik, baik, cukup, kurang,

sangat kurang.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan penelitian kualitatif deskriftif. Menurut

Sugiono, penelitian kualitatif adalah penelitian dimana peneliti ditempatkan sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara penggabungan dan

analisis data bersifat induktif (Sugiono. 2010 : 9). Menurut Poerwardani (2005),

penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang bersifat deskriftif. Dengan

demikian penelitian ini untuk menggambarkan apa adanya tentang persepsi siswa

putra peserta ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai guling

belakang SMP Widya Sakti Denpasar.

Pengukuran gejala yang diamati berdasarkan pada fakta yang terjadi pada diri

responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

dengan menggunakan instrumen angket untuk mengetahui presepsi siswa putra

peserta ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai guling belakang

SMP Widya Sakti Denpasar. Dari angket tersebut, dapat diperoleh skor yang nantinya

dianalisis dengan menggunakan presentase.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Defenisi persepsi adalah suatu proses kongnitif yang di alami setiap individu

dalam pemilihan, pengorganisasian, penginterprestasian dan penafsiran masukan-

51
52

masukan informasi dan sensasi yang di terima melalui penglihatan, pendengaran,

penciuaman, sentuhan, perasaan dan penghayatan sehingga menghasilkan sesuatu

gambaran yang bermakna tentang dunia. Persepsi sesungguhnya memerlukan proses

belajar dan pengalaman. Persepsi dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan

sekitar. Persepsi seseorang timbul sejak kecil melalui interaksi dengan manusia lain.

Menurut Walgito ( 1989 ) terbentuknya persepsi melalui suatu alur proses, yaitu

sebagai berikut berawal dari objek yang menimbulkan ransangan terdapat mengenai

alat indra atau reseptor.

Satu persepsi menurut Jalaludin (1996 : 51) ialah proses memberi makna

pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain,

pengetahuan tentang senam lantai di peroleh dari pemahaman peserta didik melalui

pembelajaran teori.

Senam lantai guling belakang merupakan kelompok dari senam lantai yang

bergerak kebelakang (dinamis). Gerakan guling belakang adalah gerakan menguling

atau mengilidingkan badan kebelakang dengan bentuk bulat seperti roda. Gerakan

tersebut dilakukan dengan posisi badan ketika berguling adalah membulat. Senam

lantai guling belakang merupakan bagian dari artistik, menurut Wuryati Seokarno

(1986: 110) “senam dengan istilah lantai merupakan gerakan atau bentuk latihan yang

di lakukan di atas lantai.”

Ekstra kurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah

maupun di luar sekolah, bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas
53

diri. Menurut Usman dan Setyowati (1993:22), ekstra kurikuler adalah kegiatan yang

dilakukan di luar jam pelajaran baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah

dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan

kemampuan yang telah di miliki siswa dari berbagai bidang studi.

Definisi variabel adalah pernyataan yang menerangkan tentang definisi, cara,

alat ukur, hasil ukur, dan skala ukur dari variabel yang akan di teliti. Menurut Wahab

definisi oprasional adalah mendefinisikan variabel secara oprasional berdasarkan

katarestik yang diamati, sehingga memungkinkan penelitian untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Untuk

menghindari kesalahan tentang penelitian ini, maka perlu adanya batasan operasional

variabel.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Widya Sakti Denpasar yang terletak di Jl.

Trenggana No. 8, Penatih, Kec. Denpasar Timur. Pengambilan data dilakukan pada

tanggal 27 Juli 2020 yang mana hal tersebut dilakukan secara daring atau online,

mengunakan media elektronik atau Handphone dan juga tatap muka secara langsung

dengan siswa.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi
54

Menurut Sugiyono (2013: 80), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2013: 173) yang dimaksud populasi adalah

keseluruhan subyek penelitian. Populasi penelitian ini adalah siswa putra peserta

ekstra kurikuler senam lantai guling belakang SMP Widya Sakti Denpasar dengan

jumlah keseluruhan 25 siswa.

3.4.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2013: 81), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan total sampling dikarenakan peneliti ingin mendapatkan data yang lebih

berkualitas dan lebih adil bagi seluruh responden yang membantu dalam penelitian

ini. Dengan begitu nantinya seluruh siswa putra peserta ekstra kurikuler senam SMP

Widya Sakti Denpasar dijadikan sebagai sampel penelitian.

Jumlah dari seluruh siswa peserta ekstra kurikuler senam adalah 25 siswa.

Rincian dari daftar siswa tersebut dapat dilihat di lampiran.

3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Instrumen Penelitian


55

Pengumpulan data sebuah penelitian yang dilakukan dengan berbagai metode-

metode penelitian dan memerlukan alat bantu sebagai instrumen yang di maksud

yaitu :

1. Handphone

2. Buku dan pulpen

3. Angket (kuesioner)
56

Penelitian ini menggunakan metode penelitian jenis kualitatif/deskriftif,

responden yang diteliti adalah siswa putra peserta ekstra kurikuler senam SMP Widya

Sakti Denpasar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan angket. Sutrisno Hadi (1991: 6-11) mengemukakan langkah-langkah

menyusun instrumen yang baik, yaitu:

a. Mendefinisi Langkah ini berarti membatasi variabel yang akan diteliti atau

diukur. Konstrak dalam penelitian ini adalah persepsi siswa putra peserta

ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai guling

belakang SMP Widya Sakti Denpasar. Persepsi dalam penelitian ini

didefinisikan sebagai suatu kecenderungan yang berkaitan dengan peserta

didik terkait dengan ketertarikan dalam suatu hal yang ia lakukan.

b. Menyidik Faktor Faktor atau indikator ditetapkan dari variabel yang

dijadikan titik tolak untuk menyusun instrumen bagian pernyataan-

pernyataan yang diajukan kepada responden (siswa). Berhubungan dengan

hal tersebut, berdasarkan pendapat para ahli dapat dirumuskan faktor-


57

faktor yang dapat mempengaruhi persepsi siswa yaitu faktor

pengetahuan/pengalaman, kebutuhan siswa, kesenangan/hobi, dan

kebiasaan/pola hidup sehari-hari.

c. Menyusun Butir-Butir Soal Berdasarkan faktor-faktor, kemudian

dijabarkan menjadi butir-butir pernyataan. Setiap butir pernyataan akan

mengacu ke salah satu faktor proses pembelajaran senam lantai guling

belakang. Sehingga keseluruhan butir pernyataan mencakup komponen

secara lengkap.

Menurut Sutrisno Hadi (1991: 7), petunjuk dalam penyusunan angket ini adalah

sebagai berikut:

a. Gunakan kata-kata yang tidak rangkap.

b. Susunlah kalimat yang sederhana dan jelas.

c. Hindari memasukan kata-kata yang tidak ada gunanya.

d. Hindari memasukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu.

e. Perhatikan item yang dimasukan harus diterapkan pada situasi dari

kacamata responden.

f. Jangan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengancam.

g. Hindari logical question (pertanyaan yang mengarahkan jawaban

responden).

h. Ikutilah logical question yaitu berawal dari masalah yang bersifat umum

menuju ke hal-hal yang bersifat khusus.

i. Berikan kemudahan-kemudahan kepada responden.


58

j. Usahakan agar angket tidak terlalu tebal atau panjang, oleh karenanya

gunakan kalimat-kalimat yang singkat.

k. Susunlah pertanyaan sedemikian rupa sehingga dapat dijawab dengan

hanya memberikan silang atau checking.

Konstrak Faktor Indikator Butir Jumlah

Persepsi siswa Pengetahuan/ Pengetahuan 1, 2*, 3 3

putra peserta Pengalaman siswa tentang

ekstra kurikuler guling

senam terhadap belakang

pembelajaran
Pengalaman 4*, 5, 4
senam lantai
siswa dalam 6*, 7
guling belakang
melakukan
SMP Widya Sakti
guling
Denpasar.
belakang

Kebutuhan Sarana & 8, 9*, 3

Siswa prasarana 10

Keterampilan 11, 12, 3

13*
59

Kesenangan Minat siswa 14, 15, 3

16*
/hobi

Motivasi 17, 3

18*, 19

Kebiasaan/pola Kebiasaan 20, 3

hidup sehari- siswa 21*, 22

hari dirumah

Kebiasaan 23, 3

siswa 24*, 25

disekolah

Total 25

Keterangan: * (pernyataan negatif)

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling utama dalam proses

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik

pengumpulan data yang di perlukan disini adalah teknik mana yang paling tepat,

sehingga benar-benar di dapat data yang valid. Dalam suatu penelitian langkah

pengumpulan data adalah suatu tahap yang sangat menentukan terhadap proses dan

hasil penelitian yang akan dilaksanakan tersebut. Kesalahan dalam mengumpulkan


60

data dalam satu penelitian, akan akibat langsung terhadap proses dan hasil satu

penelitian.

Kegiatan proses pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan

penggunaan metode dan instrumen yang telah di tentukan dan di uji validitas dan

secara sederhana, pengumpulan data di artikan sebagai proses atau kegiatan yang di

lakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena,informasi atau

kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkungan.

Proses pengumpulan data harus memiliki teknik untuk mendapatkan data atau

informasi yang baik dan stuktur serta akurat dari setiap apa yang diteliti, sehingga

informasi data yang di peroleh dapat di pertanggung jawabkan.

Tahapan-tahapan dalam penlitian itu meliputi langkah-langkah antara lain.

1. Menyusun rencangan penelitian.

Penelitian yang dilakukan berangkat dari permasalahan dalam lingkup

peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta diverifikasi secara

nyata pada saat berlangsungnya penelitian

2. Memilih lokasi

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih

lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data.

3. Menyiapkan instrumen penelitian


61

Dalam penelitian kualitatif, penelitian ini ujung tombak sebagai pengumpul

data (instrumen). Peneliti terjun langsung kelapangan untuk mengumpulkan sejumlah

informasi yang dibutuhkan.

Pengumpulan data merupakan pencatatan-pencatatan peristiwa, hal-hal,

keterangan atau karasteristik sebagian seluruh elemen populasi yang akan menunjang

penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karna tujuan utama adalah mendapatkan data guna terlaksananya sebuah

penelitian terkait pengumpulan data dapat dilakukan menggunakan teknik tertentu,

antara lain :

A. Metode Dokumentasi

Dokumentasi biasanya di gunakan untuk memperoleh data yang di

pertanggung jawabkan kebenarannya. Bahkan tidak menutup kemungkinan penulis

juga akan mencari data dokumentasi melalu internet tetap memperhatikan kebenaran

informasi.

B. Metode Angket (kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberikan pertayaan atau pertayaan tertulis kepada respoden untuk di

jawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efesien bila peneliti

tahu dengan pasti variabel yang akan di ukur dan tahu apa yang di harapkan dari

responden (Sugiyono, 2010:199)


62

C. Tatap Muka

Tatap muka, atau disebut juga dengan wawancara personal dapat dilakukan

dengan cara mendatangi tempat tinggal responden atau mengundang responden ke

tempat peneliti. Terdapat dua tipe dasar wawancara tatap muka : terstuktur dan tidak

terstuktur. Dalam suatu wawancara terstuktur, suatu pertayaan baku (standar) telah

disiapkan sebelumnya, dan pewancara tidak memiliki banyak kebebasan dalam

bertanya dalam satu wawancara tidak terstruktur pewawancara memiliki kebebasan

luas dalam mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi yang di inginkan.

Melalui tatap muka secara langsung peneliti melakukan pengamatan ditempat

terhadap objek. Ada kelebihan wawancara tatap muka :

- Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden

- Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan

3.6 Uji Coba Instrumen Penelitian

Pelaksanaan uji coba di maksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan

dan kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi pada item-item angket,baik dalam

hal jawaban yang tersedia maupun dalam pertanyaan dan jawaban tersebut. Uji coba

di lakukan untuk menganalisisis terhadap instrumen sehingga diketahui sumbangan

butir-butir pertanyaan terhadap indikator yang telah di tentukan masing-masing

variabel. Uji coba sangat penting di lakukan pada istrumen yang belum ada persedian

di lembaga pengukuran dan penilaian, kemudian direvisi apabila instrumen belum

baik. Suharini Arikunto (2010:209) mengemukakan bahwa jika sudah di uji coba
63

ternyata istrumen belum baik, maka perlu di adakan revisi sampai benar-benar

diperoleh instrumen yang baik.

Instrumen yang sudah dibuat tidak dapat langsung digunakan untuk

pengambilan data, melainkan harus diuji coba terlebih dahulu. Uji coba instrumen

dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun benar-benar

instrumen yang baik. Uji coba ini dilakukan di SMP Widya Sakti Denpasar. dengan

responden yang digunakan untuk uji coba instrumen diambil dari peserta ekstra

kurikuler yang juga nantinya digunakan sebagai sampel dalam penelitian. Sampel uji

coba dipilih dengan sistem undian menggunakan jadwal pelajaran PJOK, yang mana

terdahulu bisa diambil datanya maka siswa peserta ekstra kurikuler senam

tersebutlah.

Kemudian dari hasil uji coba akan dihitung validitas dan realibitas sehingga

akan diketahui apakah instrumen yang digunakan layak atau tidak untuk digunakan.

Untuk dapat memutuskan instrumen layak atau tidak untuk digunakan, dapat

diketahui melalui uji validitas dan realibitas, karena validitas dan realibitas

merupakan ketentuan pokok untuk menilai suatu alat ukur.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik deskriptif yang

dituangkan dalam bentuk persentase. Persepsi siswa dalam pembelajaran senam lantai

guling belakang disusun dengan 5 kategori yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang,

dan sangat kurang (Syarifudin, 2010: 113).


64

Tabel 3.4 Kategori Persepsi

X > M + 1,5 SD Sangat Baik

M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD Baik

M – 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD Cukup

M – 1,5 SD < X ≤ M – 0,5 SD Kurang

X ≤ M – 1,5 SD Sangat Kurang

Keterangan:

M : Mean Hitung

SD : Standar Deviasi Hitung

X : Skor

Untuk menghitung persentase responden yang termasuk dalam kategori

tertentu yang ditentukan dari kelas interval dari penelitian disetiap aspek

menggunakan rumus menurut sebagai berikut Sugiyono (1997: 21)

P = f x100%

Keterangan:

P : persentase

f : frekuensi data

N : jumlah
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Deskripsi hasil penelitian persepsi siswa putra peserta ekstra kurikuler

senam terhadap pembelajaran senam lantai guling belakang SMP Widya Sakti

Denpasar yang diukur dengan angket yang terdiri dari 25 butir pernyataan dan

dibagi menjadi empat indikator antara lain berdasarkan pengetahuan/pengalaman,

kebutuhan siswa, kesenangan/hobi, kebiasaan/pola hidup sehari-hari. Dari

indikator tersebut di deskripsikan berdasarkan skor tertinggi dan terendah, rata-

rata simpang baku (standar deviation).

4.1 Faktor Pengetahuan/Pengalaman

Tabel 4.1 Skor Jawaban Faktor Pengetahuan/Pengalaman

Jawaban

Pernyataan Faktor Sangat


NO Nilai
Pengetahuan/Pengalaman Sangat Tidak
Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju

Saya sudah mengerti


tentang pembelajaran
senam lantai guling 1 24 0 0 76
1
belakang
Guling belakang adalah
gerakan menggulingkan 8 17 0 0 83
2
badan ke arah belakang
Guling belakang
3 8 17 0 0 83
biasanya dilaksanakan

65
66

diatas matras
Guling belakang
merupakan sesuatu hal
4 1 1 14 9 44
yang baru buat saya
Saya pernah mempelajari
guling belakang sebelum
5 13 10 2 0 86
SMP
Saya belum pernah
melihat senam lantai
guling belakang
6 2 3 11 9 48
sebelumnya
Saya pernah melakukan
senam lantai guling
7 12 12 1 0 86
belakang sebelumnya
Jumlah
45 84 28 18 175

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata faktor

pengetahuan / pengalaman dari 7 pertanyaan yang di jawab oleh 25 orang

responden, yang memilih sangat setuju berjumlah 45, setuju berjumlah 84,

tidak setuju berjumlah 28, dan sangat tidak setuju berjumlah 18. jadi hasil

keseluruhan berjumlah 175.

Berdasarkan pertanyaan nomor 1 yang bertulis, Saya sudah mengerti

tentang pembelajaran senam lantai guling belakang.

Tabel 4.2 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 1 4
Setuju 3 24 72
67

Tidak Setuju 2 0 0
Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 25 76

𝑓 4
Berdasarkan tabel 4.2 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% = 5,26%
𝑁 76

72
menyatakan sangat setuju, dan 76 𝑥 100% = 94,73% setuju.

Berdasarkan pertanyaan nomor 2 yang bertulis, Guling belakang adalah

gerakan menggulingkan badan ke arah belakang.

Tabel 4.3 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 8 32
Setuju 3 17 51
Tidak Setuju 2 0 0
Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 25 83

𝑓 32
Berdasarkan tabel 4.3 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% = 38,55%
𝑁 83

51
menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 61,44% menyatakan setuju.
83

Berdasarkan pertanyaan nomor 3 yang bertulis, Guling belakang biasanya

dilaksanakan diatas matras.

Tabel 4.4 Alternatif Jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 8 32
Setuju 3 17 51
Tidak Setuju 2 0 0
Sangat Tidak Setuju 1 0 0
68

Jumlah 25 83

𝑓 32
Berdasarkan tabel 4.4 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% = 38,55%
𝑁 83

51
menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 61,44% menyatakan setuju.
83

Berdasarkan pertanyaan nomor 4 yang bertulis, Guling belakang

merupakan sesuatu hal yang baru buat saya.

Tabel 4.5 Alternatif Jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 1 4
Setuju 3 1 3
Tidak Setuju 2 14 28
Sangat Tidak Setuju 1 9 9
Jumlah 25 44

𝑓 4
Berdasarkan tabel 4.5 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% = 9,09%
𝑁 44

3
menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 6,81% menyatakan setuju, dan
44

28 9
𝑥 100% = 63,63% menyatakan tidak setuju, dan 𝑥 100% = 20,45%
44 44

menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan pertanyaan nomor 5 yang bertulis, Saya pernah mempelajari

guling belakang sebelum SMP.

Tabel 4.6 Alternatif Jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 13 52
Setuju 3 10 30
Tidak Setuju 2 2 4
69

Sangat Tidak Setuju 1 0 0


Jumlah 25 86

𝑓 52
Berdasarkan tabel 4.6 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% = 60,46%
𝑁 86

30
menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 34,88% menyatakan setuju, dan
86

4
𝑥 100% = 4,65% menyatakan tidak setuju.
86

Berdasarkan pertanyaan nomor 6 yang bertulis, Saya belum pernah melihat

senam lantai guling belakang sebelumnya.

Tabel 4.7 Alternatif Jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 2 8
Setuju 3 3 9
Tidak Setuju 2 11 22
Sangat Tidak Setuju 1 9 9
Jumlah 25 48

𝑓 8
Berdasarkan tabel 4.7 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% = 16,66%
𝑁 48

9
menyatakan sangat setuju,dan 𝑥 100% = 18,75% menyatakan setuju, dan
48

22 9
𝑥 100% = 45,83% menyatakan tidak setuju dan 𝑥 100% = 18,75%
48 48

menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan pertanyaan nomor 7 yang bertulis, Saya pernah melakukan

senam lantai guling belakang sebelumnya.


70

Tabel 4.8 Alternatif Jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai

Sangat Setuju 4 12 48
Setuju 3 12 36
Tidak Setuju 2 1 2
Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 25 86

𝑓 48
Berdasarkan tabel 4.8 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% =
𝑁 86

36
55,81% menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 41,86% menyatakan
86

2
setuju, dan 86 𝑥 100% = 2,32% menyatakan tidak setuju.

Berdasarkan analisis data faktor pengetahuan/pengalaman, persepsi

siswa putra peserta ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai

guling belakang SMP Widya Sakti Denpasar. bahwa hasil perhitungan skor

faktor pengetahuan/pengalaman.

SMI ( Skor Maks. Ideal ) : 700

MI ( Mean Ideal ) : 350

SDI ( Standar dasar ideal ) : 116.667

Tabel 4.9 hasil persepsi


X > M + 1,5 SDI X > 525,00 Sangat Baik
M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD 408,33 < X < 525,00 Baik
M – 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD 291,67 < X < 408,33 Cukup
M – 1,5 SD < X ≤ M – 0,5 SD 175,00 < X < 291,67 Kurang
X ≤ M – 1,5 SD X < 175,00 Sangat Kurang

Berdasarkan tabel 4.9 hasil diatas tentang persepsi siswa putra peserta

ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai guling belakang SMP
71

Widya Sakti Denpasar, dibagi menjadi lima kategori diantaranya : kategori sangat

baik, kategori baik, kategori cukup, kategori kurang, kategori sangat kurang.

Setelah di masukan dalam rumus, skor yang di dapat untuk faktor

pengetahuan/pengalaman adalah di posisi dengan skor 506. skor tersebut berada di

posisi baik dimana posisi baik itu adalah X lebih besar dari pada 408,33 dan lebih

kecil 525,00, berdasarkan perhitungan (408,33 < X < 525,00), sehingga hasil

persepsi siswa di kategorikan baik.

4.2 Faktor KebutuhanSiswa

Tabel 4.10 Skor Jawaban faktor kebutuhan siswa

Jawaban
Pernyataan Faktor
NO Sangat Nilai
Kebutuhan Siswa Sangat Tidak
Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
Matras yang digunakan
untuk guling belakang
8 9 14 2 0 82
disekolah cukup nyaman
digunakan
Saya kurang puas dengan
peralatan senam lantai
9 1 1 15 8 45
guling belakang yang
tersedia di sekolah
Tempat yang digunakan
untuk berlatih guling
10 5 20 0 0 80
belakang disekolah cukup
baik
Saya dapat melakukan
11 guling belakang dengan 2 17 6 0 71
mudah
72

Saya melakukan gerakan


guling belakang dengan
12 sikap akhir kedua tangan 7 16 2 0 80
lurus kedepan untuk
menjaga keseimbangan
Saya belum bisa
melakukan gerakan kedua
13 tangan mendorong di 2 7 16 0 61
matras saat melakukan
teknik guling belakang

Jumlah 26 75 41 8 150

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai rata-rata faktor

kebutuhan siswa pengalaman dari 6 pertanyaan yang di jawab oleh 25 orang

responden, yang memilih sangat setuju berjumlah 26, setuju berjumlah 75,

tidak setuju berjumlah 41 dan sangat tidak setuju berjumlah 8. jadi hasil

keseluruhan berjumlah 150.

Berdasarkan pertanyaan nomor 8 yang bertulis, Matras yang digunakan

untuk guling belakang disekolah cukup nyaman digunakan.

Tabel 4.11 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 9 36
Setuju 3 14 42
Tidak Setuju 2 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 25 82

𝑓 36
Berdasarkan tabel 4.11 nilai P = 𝑁 𝑥 100% yakni; 82 𝑥 100% = 43,90%
73

42
menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 51,21% menyatakan setuju, dan
82

4
𝑥 100% = 4,87% menyatakan tidak setuju.
82

Berdasarkan pertanyaan nomor 9 yang bertulis, Saya kurang puas dengan

peralatan senam lantai guling belakang yang tersedia di sekolah.

Tabel 4.12 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 1 4
Setuju 3 1 3
Tidak Setuju 2 15 30
Sangat Tidak Setuju 1 8 8
Jumlah 25 45

𝑓 4
Berdasarkan tabel 4.12 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% = 8,88%
𝑁 45

3
menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 6,66% menyatakan setuju, dan
45

30 8
𝑥 100% = 66,66% menyatakan tidak setuju, dan 𝑥 100% = 17,77%
45 45

menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan pertanyaan nomor 10 yang bertulis, Tempat yang digunakan

untuk berlatih guling belakang disekolah cukup baik.

Tabel 4.13 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 5 20
Setuju 3 20 60
Tidak Setuju 2 0 0
Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 25 80

𝑓 20
Berdasarkan tabel 4.13 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% = 25%
𝑁 80
74

60
menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 75% menyatakan setuju.
80

Berdasarkan pertanyaan nomor 11 yang bertulis, Saya dapat melakukan

guling belakang dengan mudah.

Tabel 4.14 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 2 8
Setuju 3 17 51
Tidak Setuju 2 6 12
Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 25 71

𝑓 8
Berdasarkan tabel 4.14 nilai P = 𝑁 𝑥 100% yakni; 71 𝑥 100% = 11,26%

51
menyatakan sangat tidak setuju, dan 𝑥 100% = 71,83% menyatakan setuju,
71

12
dan 71 𝑥 100% = 16,90% menyatakan tidak setuju.

Berdasarkan pertanyaan nomor 12 yang bertulis, Saya melakukan gerakan

guling belakang dengan sikap akhir kedua tangan lurus kedepan untuk menjaga

keseimbangan.

Tabel 4.15 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 7 28
Setuju 3 16 48
Tidak Setuju 2 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 25 80

𝑓 28
Berdasarkan tabel 4.15 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% = 35%
𝑁 80

48
menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 60% menyatakan setuju, dan
80
75

4
𝑥 100% = 5% menyatakan tidak setuju.
80

Berdasarkan pertanyaan nomor 13 yang bertulis, Saya belum bisa

melakukan gerakan kedua tangan mendorong di matras saat melakukan teknik

guling belakang.

Tabel 4.16 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 2 8
Setuju 3 7 21
Tidak Setuju 2 16 32
Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 25 61

𝑓 8
Berdasarkan tabel 4.16 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% =
𝑁 61

21
13,11% menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 34,42% menyatakan
61

32
setuju, dan 61 𝑥 100% = 52,45% menyatakan tidak setuju.

Berdasarkan analisis data faktor kebutuhan siswa tentang persepsi

siswa putra peserta ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai

guling belakang SMP Widya Sakti Denpasar. bahwa hasil perhitungan skor

faktor kebutuhan siswa.

SMI ( Skor Maks. Ideal ) : 600

MI ( Mean Ideal ) : 300

SDI ( Standar dasar ideal ) : 100

Tabel 4.17 hasil persepsi


X > M + 1,5 SD X > 450,00 Sangat Baik
M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD 350,00 < X < 450,00 Baik
76

M – 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD 250,00 < X < 350,00 Cukup


M – 1,5 SD < X ≤ M – 0,5 SD 150,00 < X < 250,00 Kurang
X ≤ M – 1,5 SD X < 150,00 Sangat Kurang

Berdasarkan tabel 4.17 hasil diatas tentang persepsi siswa putra peserta

ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai guling belakang SMP

Widya Sakti Denpasar, dibagi menjadi lima kategori diantaranya : kategori sangat

baik, kategori baik, kategori cukup, kategori kurang, kategori sangat kurang.

Setelah di masukan dalam rumus, skor yang di dapat untuk faktor kebutuhan

siswa adalah di posisi dengan skor 419. skor tersebut berada di posisi baik dimana

posisi baik itu adalah X lebih besar dari pada 350,00 dan lebih kecil 450,00,

berdasarkan perhitungan (350,00 < X < 450,00), sehingga hasil persepsi siswa di

kategorikan baik.

4.3 Faktor Kesenangan/Hobi

Tabel 4.18 Skor Jawaban Faktor Kesenangan/ Hobi

Jawaban
Pernyataan Faktor
NO Sangat Nilai
Kesenangan/Hobbi Sangat Tidak
Setuju Tidak
Setuju Setuju
Setuju
Saya mengikuti pembelajaran
14 senam lantai guling belakang 12 11 1 1 84
tanpa terbebani atau tertekan
Saya bersemangat mengikuti
15 pembelajaran senam lantai 12 13 0 0 87
guling belakang
Saya malas memperhatikan
16 1 2 10 12 42
teknik guling belakang yang
77

diperagakan oleh guru


Saya merasa termotivasi
ketika teman saya dapat
17 melakukan gerakan guling 16 9 0 0 91
belakang lebih baik dari pada
saya
Saya tidak menyukai
18 pembelajaran senam lantai 0 1 18 6 45
guling belakang
Senam lantai guling belakang
19 adalah salah satu olahraga 0 8 15 2 56
favorit saya

Jumlah 41 44 44 21 150

Berdasarkan tabel 4.18 menunjukkan bahwa nilai rata-rata faktor

Kesenangan / Hobi dari 6 pertanyaan yang di jawab oleh 25 orang responden,

yang memilih sangat setuju berjumlah 41, setuju berjumlah 44, tidak setuju

berjumlah 44 dan sangat tidak setuju berjumlah 21, jadi hasil keseluruhan

berjumlah 150.

Berdasarkan pertanyaan nomor 14 yang bertulis, Saya mengikuti

pembelajaran senam lantai guling belakang tanpa terbebani atau tertekan.

Tabel 4.19 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 12 48
Setuju 3 11 33
Tidak Setuju 2 1 2
Sangat Tidak Setuju 1 1 1
78

Jumlah 25 84

𝑓 48
Berdasarkan tabel 4.19 nilai P = 𝑁 𝑥 100% yakni; 84 𝑥 100% = 57,14%

33
menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 39,28% menyatakan setuju, dan
84

2 1
𝑥 100% = 2,38% menyatakan tidak setuju, dan 𝑥 100% = 1,19%
84 84

menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan pertanyaan nomor 15 yang bertulis, Saya bersemangat

mengikuti pembelajaran senam lantai guling belakang.

Tabel 4.20 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 12 48
Setuju 3 13 39
Tidak Ssetuju 2 0 0
Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 25 87

𝑓 48
Berdasarkan tabel 4.20 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% =
𝑁 87

39
55,17% menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 44,82% menyatakan
87

setuju.

Berdasarkan pertanyaan nomor 16 yang bertulis, Saya malas

memperhatikan teknik guling belakang yang diperagakan oleh guru.

Tabel 4.21 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 1 4
Setuju 3 2 6
Tidak Setuju 2 10 20
79

Sangat Tidak Setuju 1 12 12


Jumlah 25 42

𝑓 4
Berdasarkan tabel 4.21 nilai P = 𝑁 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% = 9,52%
42

6
menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 14,28% menyatakan setuju, dan
42

20 12
𝑥 100% = 47,61% menyatakan tidak setuju, dan 𝑥 100% = 28,57%
42 42

menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan pertanyaan nomor 17 yang bertulis, Saya merasa termotivasi

ketika teman saya dapat melakukan gerakan guling gerakan belakang lebih baik

dari saya.

Tabel 4.22 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 16 64
Setuju 3 9 27
Tidak Setuju 2 0 0
Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 25 91

𝑓 64
Berdasarkan tabel 4.22 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% =
𝑁 91

27
70,32% menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 29,67% menyatakan
91

setuju.

Berdasarkan pertanyaan nomor 18 yang bertulis, Saya tidak menyukai

pembelajaran senam lantai guling belakang.


80

Tabel 4.23 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 0 0
Setuju 3 1 3
Tidak Setuju 2 18 36
Sangat Tidak Setuju 1 6 6
Jumlah 25 45

𝑓 3
Berdasarkan tabel 4.23 nilai P = 𝑁 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% = 6,66%
45

36
menyatakan setuju, dan 𝑥 100% = 80% menyatakan tidak setuju,dan
45

6
𝑥 100% = 13,33% menyatakan sangat tidak setuju.
45

Berdasarkan pertanyaan nomor 19 yang bertulis, Senam lantai guling

belakang adalah salah satu olahraga favorit saya.

Tabel 4.24 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 0 0
Setuju 3 8 24
Tidak Setuju 2 15 30
Sangat Tidak Setuju 1 2 2
Jumlah 25 56

𝑓 24
Berdasarkan tabel 4.24 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% =
𝑁 56

30
42,85% menyatakan setuju, dan 𝑥 100% = 53,57% menyatakan tidak
56

2
setuju, dan 56 𝑥 100% = 3,57% menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan analisis data faktor kesenangan/hobi tentang persepsi siswa

putra peserta ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai


81

guling belakang SMP Widya Sakti Denpasar. bahwa hasil perhitungan skor

faktor kesenangan/hobi.

SMI ( Skor Maks. Ideal ) : 600

MI ( Mean Ideal ) : 300

SDI ( Standar dasar ideal ) : 100

Tabel 4.25 hasil persepsi


X > M + 1,5 SD X > 450,00 Sangat Baik
M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD 350,00 < X < 450,00 Baik
M – 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD 250,00 < X < 350,00 Cukup
M – 1,5 SD < X ≤ M – 0,5 SD 150,00 < X < 250,00 Kurang
X ≤ M – 1,5 SD X < 150,00 Sangat Kurang

Berdasarkan tabel 4.25 hasil diatas tentang persepsi siswa putra peserta

ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai guling belakang SMP

Widya Sakti Denpasar, dibagi menjadi lima kategori diantaranya : kategori sangat

baik, kategori baik, kategori cukup, kategori kurang, kategori sangat kurang.

Setelah di masukan dalam rumus, skor yang di dapat untuk faktor

kesenangan/hobi adalah di posisi dengan skor 405. skor tersebut berada di posisi

baik dimana posisi baik itu adalah X lebih besar dari pada 350,00 dan lebih kecil

450,00, berdasarkan perhitungan (350,00 < X < 450,00), sehingga hasil persepsi

siswa di kategorikan baik.

4.4 Faktor Kebiasaan/ Pola HidupSehari-hari

Tabel 4.26 Skor Jawaban Faktor Kebiasaan / Pola Hidup Sehari-hari

Pernyataan Faktor Kebiasaan/Pola Jawaban


NO Hidup Sehari-Hari Nilai
Sangat Setuju Tidak Sangat
82

Setuju Setuju Tidak


Setuju
Saya senang mempelajari materi
terlebih dahulu sebelum diberikan
20 6 14 4 1 75
oleh guru termasuk senam lantai
guling belakang
Saya senang mengulang teknik
21 senam lantai guling belakang di 0 16 9 0 66
rumah
Saya sering mempelajari senam
22 lantai guling belakang bersama 1 9 11 4 57
teman di luar jam sekolah
Saya cukup aktif dalam
23 pembelajaran senam lantai guling 2 18 4 1 71
belakang
Saya lebih asyik bercanda bersama
teman saat guru menjelaskan
24 0 4 12 9 45
materi senam lantai guling
belakang
Saya senang bertanya kepada guru
25 mengenai materi senam lantai 10 14 1 0 84
guling belakang jika belum jelas

Jumlah 19 75 41 15 150

Berdasarkan tabel 4.26 menunjukkan bahwa nilai rata-rata Faktor

Kebiasaan / Pola Hidup Sehari-hari dari 6 pertanyaan yang di jawab 25 orang

responden, yang memilih sangat setuju berjumlah 19, setuju berjumlah 75,

tidak setuju berjumlah 41, dan sangat tidak setuju berjumlah 15, jadi hasil

keseluruhan berjumlah 150.


83

Berdasarkan pertanyaan nomor 20 yang bertulis, Saya senang mempelajari

materi terlebih dahulu sebelum diberikan oleh guru termasuk senam lantai guling

belakang.

Tabel 4.27 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 6 24
Setuju 3 14 42
Tidak Setuju 2 4 8
Sangat Tidak Setuju 1 1 1
Jumlah 25 75

𝑓 24
Berdasarkan tabel 4.27 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% = 32%
𝑁 75

42
menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 56% menyatakan setuju, dan
75

8 1
𝑥 100% = 10,66% menyatakan tidak setuju, dan 𝑥 100% = 1,33%
75 75

menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan pertanyaan nomor 21 yang bertulis, Saya senang mengulang

teknik senam lantai guling belakang di rumah.

Tabel 4.28 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 0 0
Setuju 3 16 48
Tidak Setuju 2 9 18
Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 25 66

𝑓 48
Berdasarkan tabel 4.28 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% =
𝑁 66

18
72,72% menyatakan setuju, dan 𝑥 100% = 27,27% menyatakan tidak
66
84

setuju.

Berdasarkan pertanyaan nomor 22 yang bertulis, Saya sering mempelajari

senam lantai guling belakang bersama teman di luar jam sekolah.

Tabel 4.29 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai

Sangat Setuju 4 1 4
Setuju 3 9 27
Tidak Setuju 2 11 22
Sangat Tidak Setuju 1 4 4
Jumlah 25 57

𝑓 4
Berdasarkan tabel 4.29 nilai P = 𝑁 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% = 7,01%
57

27
menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 47,36% menyatakan setuju, dan
57

22 4
𝑥 100% = 38,59% menyatakan tidak setuju, dan 𝑥 100% = 7,01%
57 57

menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan pertanyaan nomor 23 yang bertulis, Saya cukup aktif dalam

pembelajaran senam lantai guling belakang.

Tabel 4.30 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 2 8
Setuju 3 18 54
Tidak Setuju 2 4 8
Sangat Tidak Setuju 1 1 1
Jumlah 25 71

𝑓 8
Berdasarkan tabel 4.30 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% =
𝑁 71
85

54
11,26% menyatakn sangat setuju, dan 𝑥 100% = 76,05% menyatakan
71

8 1
setuju, dan 𝑥 100% = 11,26% menyatakan tidak setuju, dan 𝑥 100% =
71 71

1,408% menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan pertanyaan nomor 24 yang bertulis, Saya lebih asyik bercanda

bersama teman saat guru menjelaskan materi senam lantai guling belakang.

Tabel 4.31 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 0 0
Setuju 3 4 12
Tidak Setuju 2 12 24
Sangat Tidak Setuju 1 9 9
Jumlah 25 45

𝑓 12
Berdasarkan tabel 4.31 nilai P = 𝑥 100% yakni; 𝑥 100% =
𝑁 45

24
26,66% menyatakan setuju, dan 𝑥 100% = 53,33% menyatakan tidak
45

9
setuju, dan 45 𝑥 100% = 20% menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan pertanyaan nomor 25 yang bertulis, Saya senang bertanya

kepada guru mengenai materi senam lantai guling belakang jika belum jelas.

Tabel 4.32 Alternatif jawaban

Alternatif jawaban Skor Frekuensi Nilai


Sangat Setuju 4 10 40
Setuju 3 14 42
Tidak Setuju 2 1 2
Sangat Tidak Setuju 1 0 0
Jumlah 25 84

𝑓 40
Berdasarkan tabel 4.32 nilai P = 𝑁 𝑥 100% yakni; 84 𝑥 100% = 47,61%
86

42
menyatakan sangat setuju, dan 𝑥 100% = 50% menyatakan setuju, dan
84

2
𝑥 100% = 2,38% menyatakan tidak setuju.
84

Berdasarkan analisi data faktor pola hidup sehari/hari tentang persepsi

siswa putra peserta ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai

guling belakang SMP Widya Sakti Denpasar, bahwa hasil perhitungan skor

faktor pola hidup sehari/hari.

SMI ( Skor Maks. Ideal ) : 600

MI ( Mean Ideal ) : 300

SDI ( Standar dasar ideal ) : 100

Tabel 4.33 hasil persepsi

X > M + 1,5 SD X > 450,00 Sangat Baik


M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD 350,00 < X < 450,00 Baik
M – 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD 250,00 < X < 350,00 Cukup
M – 1,5 SD < X ≤ M – 0,5 SD 150,00 < X < 250,00 Kurang
X ≤ M – 1,5 SD X < 150,00 Sangat Kurang

Berdasarkan tabel 4.33 hasil diatas tentang persepsi siswa putra peserta

ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai guling belakang SMP

Widya Sakti Denpasar, dibagi menjadi lima kategori diantaranya : kategori sangat

baik, kategori baik, kategori cukup, kategori kurang, kategori sangat kurang.

Setelah di masukan dalam rumus, skor yang di dapat untuk faktor pola hidup

sehari-hari adalah di posisi dengan skor 398. skor tersebut berada di posisi baik

dimana posisi baik itu adalah X lebih besar dari pada 350,00 dan lebih kecil

450,00, berdasarkan perhitungan (350,00 < X < 450,00), sehingga hasil persepsi

siswa di kategorikan baik.


87

Berdasarkan hasil analisis data ke empat faktor hasil persepsi siswa putra

peserta ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai guling

belakang SMP Widya Sakti Denpasar, bahwa hasil perhitungan skor.

SMI ( Skor Maks. Ideal ) : 2.500

MI ( Mean Ideal ) : 1.250

SDI ( Standar dasar ideal ) : 416,67

Tabel 4.34 hasil persepsi keseluruhan

X > M + 1,5 SD X > 1.875,01 Sangat Baik


M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD 1.458,34 < X < 1.875,01 Baik
M – 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD 1.041,67 < X < 1.458,34 Cukup
M – 1,5 SD < X ≤ M – 0,5 SD 625,00 < X < 1.041,67 Kurang
X ≤ M – 1,5 SD X < 625,00 Sangat Kurang

Berdasarkan tabel 4.34 tentang persepsi siswa putra peserta ekstra

kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai guling belakang SMP Widya

Sakti Denpasar, dibagi menjadi lima kategori diantaranya : kategori sangat baik,

kategori baik, kategori cukup, kategori kurang, kategori sangat kurang. Setelah

dimasukan dalam rumus, skor yang didapat untuk keempat faktor adalah diposisi

dengan skor 1.728. Skor tersebut berada di posisi baik dimana posisi baik itu

adalah X lebih besar dari pada 1.458,34 dan lebih kecil 1.875,01. Berdasarkan

perhitungan (1.458,34 <X< 1.875,01), sehingga hasil persepsi siswa keseluruhan

di kategorikan baik.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa persepsi siswa

putra ekstra kurikuler senam terhadap pembelajaran senam lantai guling belakang

SMP Widya Sakti Denpasar Tahun Pelajaran 2019/2020 berada dalam kategori

baik.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, beberapa saran yang perlu

disampaikan yaitu:

1. Bagi guru, untuk lebih meningkatkan strategi dalam mengajar

sehingga, membuat siswa tertarik akan senam lantai guling belakang.

2. Bagi sekolah untuk lebih mendukung lagi kegiatan belajar mengajar

senam lantai guling belakang dengan memberikan fasilitas yang baik

serta memenuhi standar keselamatan bagi siswa dalam melaksanakan

olahraga tersebut.

88
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Saleh & Muhbib Abdul Wahab. (2004). Psikologi Suatu Pengantar
(Dalam Perspektif Islam). Jakarta: Kencana.
Abin Syamsuddin Makmun. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.
Agus Mahendra. (2001). Pembelajaran Senam di Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdikbud Dirjen Dikti P2TK.
Agus Mukholid. (2004). Pendidikan Jasmani. Jakarta: Yudistira.
Agus Suprijono. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anas Sudjiono. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo.
Bimo Walgito. (2010). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi Offset.
C. Asri Budiningsih. (2003). Belajar dan Pembelajaran Edisi Revisi. Yogyakarta:
UNY.
Dadan & Giri. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk Siswa
SD-MI Kelas V. Jakarta: Kemendiknas.
Deni Kurniawan. (2012). Pengaruh Fleksibilitas Tubuh terhadap Keterampilan
Senam Lantai di SMP Pasundan 2 Cimahi. Skripsi. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Depdiknas. (2008). Materi Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Depdiknas.
Lutan, Rusli. (2001). Asas-Asas Pendidikan Jasmani: Pendekatan Pendidikan
Gerak di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
Mahmudi Sholeh. (1992). Olahraga Pilihan: Senam. Jakarta: Dirjen Dikti.
Miftah Thoha. (2011). Perilaku Organisasi, Konsep Dasar, dan Aplikasi. Jakarta:
RajaGrafindo.
Muhajir. (2007). Pendidikan Jasmani Olahraga & Kesehatan Untuk SMA Kelas
X. Bandung: Yudhistira.
Nurgiyantoro, Burhan. (2008). Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu
Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Oemar Hamalik. (2008). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Permendikbud. (2017). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24
Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Jakarta:
Kemdikbud.
Permendiknas. (2006). Peraturan Menteri Depdiknas Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Depdiknas.
Resmaningrum. (2015). Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMPN 4 Kalasan. Skripsi. Yogyakarta: UNY.
Roji. (2007). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMP Kelas VII.
Jakarta: Erlangga.
Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
_ _ _ _ _. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Jakarta:
Rineka Cipta.
Sri Rumini, dkk. (1995). Psikologi Pendidikan. UPP IKIP Yogyakarta.
Yogyakarta: Transit
Sri Sunarsih, dkk. (2006). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Penjasorkes.
Jakarta: Erlangga.
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sutrisno Hadi. (1991). Analisis Butir Untuk Instrumen Angket, Tes, dan Skala
Nilai Dengan Basica. Yogyakarta: Andi Offset.
Syarifudin, B. (2010). Panduan TA Keperawatan dan Kebidanan dengan SPSS.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Winarno Surakhmad. (1994). Pengantar Ilmiah dan Dasar Metode Teknik.
Bandung.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Berikut ini adalah rincian jumlah siswa putra peserta ekstra kurikuler senam SMP

Widya Sakti Denpasar.

Tabel. Populasi siswa putra peserta ekstra kurikuler senam SMP Widya

Sakti Denpasar.

No Nama Siswa

1 Putu Adithiya Pratama

2 I Wayan Wiratama

3 I Wayan Kusumayadi

4 I Wayan Ardhi Mahardika

5 I Putu Denero Widya Prasigis

6 I Putu Gd Wahyu Triana Saputra

7 I Nyoman Gede Pradnyisma

8 I Made Sudivya Mustika

9 I Made Pebriawan Mahardika

10 I Made Juli Kurniawan

11 I Komang Satrya Artha Guna

12 I Komang Alit Mahendra Dinata

13 I Gede Hendrik Costa Putra

14 I Gede Agus Putra Widya Kusuma

15 Ketut Yoga Prayana

16 Putu Agus Yoga Pratama

17 Putu Candra Wiguna

18 Putu Dedi Nata Palguna


19 Putu Restu Prasetya Bukian

20 Putu Suka Aditya Wardana

21 Putu Yudika Triana Prayoga

22 Gede Ngurah Yudiantara

23 Gede Putra Ananda

24 I kadek Febryawan

25 I Putu Arsadana
SISWA MELAKSANAKAN PENGISIAN ANGKET

FOTO BERSAMA DENGAN IBU GURU OLAHRAGA SMP WIDYA SAKTI DENPASAR

You might also like