Professional Documents
Culture Documents
Makalah THT
Makalah THT
Disusun oleh
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pasien dengan Otitis” tepat pada waktu. Tujuan dari makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis. Makalah tentang Asuhan Keperawatan Pasien dengan anemia ini
dapat terwujud dan terlaksana atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada:
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan pada telinga
bagian tengah yang terjadi secara cepat dan singkat dalam waktu kurang
dari 3 minggu disertai dengan gejala lokal seperti demam, nyeri,
pendengaran berkurang, dan keluarnya cairan (Tesfa et.al, 2020). Otitis
Media Akut disebabkan oleh bakteri dan virus yang paling sering
ditemukan pada penderita OMA yaitu bakteri Streptococcus pneumaniae,
diikuti oleh virus Haemophilus influenza (Buku Ajar Penyakit THT,
2015). Apabila penderita OMA kurang mendapatkan penanganan yang
adekuat maka akan mengalami komplikasi lanjutan yaitu Otitis Media
Supuratif Kronik (OMSK) yaitu peradangan pada mukosa telinga tengah
yang disertai keluarnya cairan melalui perforasi membran timpani selama
lebih dari 2 bulan (Buku Ajar THT-KL, 2012).
Otitis media akut stadium perforasi memiliki komplikasi yang
tersering yaitu mastoiditis. Kejadian mastoiditis yang kronis akan menjadi
masalah bagi anak yaitu adanya penurunan pendengaran, pada anak yang
mengalami penurunan pendengaran menyebabkan penurunan konsentrasi
dalam proses belajar di sekolah (Mattos et al., 2014). Kementrian
kesehatan Indonesia memiliki target kesehatan nasional di tahun 2030
akan menjamin semua penduduk di seluruh wilayah Indonesia akan
terbebas dari kejadian tuli (PGPKT, 2017).
Data yang di dapatkan menunjukkan bahwa sebesar 5/1000 anak
menderita otitis media akut (OMA), 4/1000 anak menderita otitis media
efusi (OME) dan 27/1000 anak menderita otitis media supuratif kronis
(OMSK). Penderita OMSK terbanyak adalah di Provinsi Bali yaitu sebesar
36.5/1000 anak. Indonesia masih menduduki angka yang tinggi untuk
penderita OMA di bandingkan dengan negara-negara di dunia. Negara
yang masih tinggi prevalensinya yaitu sebesar 12-46% terdapat di Inuit
Alaska, Aborigin Australia dan Native America. Negara yang memiliki
prevalensi sebesar 4-8% terdapat di New Zeland, Nepal dan Malaysia.
Negara maju yang memiliki prevalensi rendah yaitu sebesar <1% yaitu
terdapat di Amerika Serikat, Inggris, Finlandia dan Denmark (Anggraeni,
2014). Data yang didapatkan dari rekam medis rawat inap dan rawat jalan
pada Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang pada tahun 2017 untuk
penderita OMA sebesar 279 orang. Penderita OMA pada usia 0-12 tahun
berjumlah 102 anak. Usia remaja berjumlah 19 orang dan untuk usia
dewasa dan usia lanjut berjumlah 158 orang (Rekam medis RSI Sultan
Agung Semarang, 2017).
Otitis Media Akut dan Otitis Media Kronik merupakan penyakit
yang masih tinggi prefelensinya di dunia dan Indonesia dengan penuntasan
masalah yang lambat berdasarkan gambaran data maka diperlukan sebuah
langkah strategis untuk mengatasinya melalui pemahaman tentang
penyakit Otitis Media. Berdasarakan pemaparan diatas maka pada makalah
ini akan membahas tentang konsep penyakit Otitis dan Asuhan
keperawatan pada pasien yang menderita penyakit Otitis.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit otitis
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit otitis
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep teori penyakit otitis
b. Menyusun pengkajian keperawatan pada pasien otitis
c. Menyusun diagnose keperawatan pada pasien otitis
d. Menyusun rencana keperawatan pada pasien otitis
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Klasifikasi
Menurut Lukmantya,dkk (2008) memamaparkan bahwa klasifikasi papada
penyakit otitis ekternal adalah sebagai berikut:
2.1.2.1 Inflammatory external otitis
a. Acute localized external otitis / otitis eksterna sirkumskripta, misal :
furunkulosis, infeksi yang terbatas pada 1/3 pars kartilago MAE
b. Acute diffuse external otitis / otitis eksterna diffusa (swimmer’s ear),
infeksi yang mengenai kulit MAE 2/3 dalam.
c. Chronic diffuse external otitis, umumnya disebabkan oleh
jamur/otomikosis
2.1.2.2 Eczematoid external otitis
2.1.2.3 Seborrheic external otitis
Sedangkan otitis Media di bagi menjadi 2 jenis yaitu:
2.1.2.1 Otitis Media Akut (OMA) yang merupakan peradangan pada telinga
bagian tengah yang terjadi secara cepat dan singkat dalam waktu kurang
dari 3 minggu disertai dengan gejala lokal seperti demam, nyeri,
pendengaran berkurang, dan keluarnya cairan.(Tesfa et.al, 2020 dalam
Arief, 2021). Otitis Media Akut (OMA) dibagi menjadi 5 stadium yaitu :
a. Stadium oklusi yang ditandai dengan gambaran retraksi membran
timpani akibat tekanan negatif telinga tengah dengan membran timpani
kadang tampak normal atau berwarna suram,
b. Stadium hiperemis ditandai tampak pembuluh darah yang melebar di
sebagian atau seluruh membran timpani, membran timpani tampak
hiperemis disertai edema,
c. Stadium supurasi ditandai edem yang hebat telinga tengah disertai
hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di
kavum timpani sehingga membran timpani tampak menonjol (bulging)
ke arah liang telinga luar,
d. Stadium perforasi ditandai ruptur membran timpani sehingga nanah
keluar dari telinga tengah ke liang telinga dan
e. Stadium resolusi ditandai dengan membran timpani berangsur normal,
perforasi membran timpani kembali menutup dan sekret purulen tidak
ada lagi.(Astri,2020)
2.1.2.2 Radang telinga tengah kronik (OMSK/Otitis Media Supuratif Kronik)
adalah peradangan selaput mukosa telinga tengah yang berlangsung lebih
dari 2 bulan. OMSK dapat terjadi pada semua umur. Gejala yang dominan
dari OMSK adalah keluar cairan telinga yang terus menerus dan tidak
membaik dengan pengobatan.(Awanis dan Aryani,2020)
2.1.3 Etiologi
Menurut Danishya & Ashurst (2020) Otitis media merupakan
penyakit multifaktorial. Faktor infeksi, alergi, dan lingkungan
berkontribusi terhadap otitis media. Penyebab dan faktor risiko ini
meliputi:
2.1.3.1 Penurunan imunitas akibat human immunodeficiency virus (HIV),
diabetes, dan defisiensi imun lainnya
2.1.3.2 Predisposisi genetik
2.1.3.3 Lendir yang termasuk kelainan ekspresi gen ini, terutama upregulasi
MUC5B
2.1.3.4 Kelainan anatomi palatum dan tensor veli palatini
2.1.3.5 Disfungsi silia
2.1.3.6 Implan koklea
2.1.3.7 Kekurangan vitamin A
2.1.3.8 Bakteri patogen, Streptococcus pneumoniae , Haemophilus influenza, dan
Moraxella (Branhamella) catarrhalis bertanggung jawab atas lebih dari
95%
2.1.3.9 Patogen virus seperti virus syncytial pernapasan, virus influenza, virus
parainfluenza, rhinovirus, dan adenovirus
2.1.3.10 Alergi
2.1.3.11 Paparan asap pasif
2.1.3.12 Status sosial ekonomi rendah
2.1.3.13 Riwayat keluarga OMA berulang pada orang tua atau saudara
kandung
2.1.5 Pemeriksaan
Bila pasien di diagnose penyakit otitis maka dokter THT akan melakukan
pemeriksaan penunjang telinga sebagai berikut :
2.1.5.1 Timpanometri berguna untuk mengukur gerakan gendang telinga terhadap
perubahan tekanan udara.
2.1.5.2 Reflektometri akustik untuk mengukur seberapa banyak suara yang
dipantulkan kembali oleh gendang telinga.
2.1.5.3 Timpanosentesis digunakan untuk pengambilan sampel cairan dari telinga
untuk diperiksa apakah mengandung kuman.
2.1.5.4 Otoskopi digunakan untuk melihat tipe perforasi, mukosa kavum timpani,
dan sekret
2.1.6 Penatalaksanaan
Menurut Lukmantya,dkk (2008) menjelaskan bahwa penatalaksanaan
dalam mengatasi penyakit otitis adalah dengan Pembersihan serumen :
2.6.1.1 tergantung pada konsistensi. Bila cair, bersihkan dengan kapas yang
dililitkan pada pelilit kapas. Serumen keras dikeluarkan dengan kuret
atau pengait.
2.6.1.2 Bila sukar dikeluarkan, dapat dilunakkan dulu dengan karbogliserin
10% atau H2O2 3%, selama 3 hari.
2.6.1.3 Atau dengan irigasi telinga menggunakan air dengan suhu sesuai suhu
tubuh. Tidak boleh jika terdapat riwayat perforasi membran timpani.
Sedangkan Prinsip penatalaksanaan yang dapat diterapkan pada
semua tipe otitis eksterna adalah :
2.6.1.1 Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan
berhati-hati.
2.6.1.2 Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis, dan membrana
timpai dalam kemungkinan menentukan keputusan apakah akan
menggunakan sumbu untuk mengoleskan obat.
2.6.1.3 Pemilihan pengobatan lokal
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS
1.1.PENGKAJIAN
Menurut Rosida dan Miftachur (2013) dan Rahayu (2014) ,Pengkajian
merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan dan dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi suatu kesehatan klien. Hal-hal
yang perlu dikaji pada pasien otitis media akut antara lain :
1.1.1. Identitas klien
Meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, alamat, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
suku/bangsa/golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, NO RM, dan diagnosis mendis.
1.1.2. Keluhan utama
Apa yang dirasakan saat ini keluhan yang paling dominan.
1.1.3. Riwayat kesehatan sekarang
Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya,
apakah secara tiba tiba atau berangsur angsur, apa tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa yang
digunakan, adakah keluhan seperti pilek dan batuk. Mengkaji
keluhan kesehatan yang dirasakan pasien seperti meliputi
(PQRST).
1.1.4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah ada kebiasaan renang. Apakah pernah menderita
gangguan pendengaran (kapan, berapa lama, pengobatan apa
yang dilakukan, bagaimana kebiasaan membersihkan telinga,
keadaan lingkungan tenang, daerah idnsutri, daerah polusi).
1.1.5. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami
penyakit yang asma. Ada atau tidaknya riwayat penyakit
infeksi saluran nafas atas yang berulang dan riwayat alergi
pada keluarga.
1.1.6. Riwayat psikososial
Psikososialsagat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien,
dengan timbul gejala gejala yang dialami, apakah pasien dapat
menerima pada apa yang dideritanya. Riwayat psikososial yang
dapat terjadi yaitu takut mengahadapi tindakan pembedahan.
1.1.7. Pemeriksaan fisik (keadaan umum, status hemodinamik,
inspeksi adakah cairan yang keluar dari telinga, bagaimana
warn jumlah, bau, apakah ada tanda tanda radang, pemeriksaan
dengan otoskop tentang stadium).
1.1.8. Pemeriksaan diagnostik
1.1.8.1. Tes audiometri : AC menurun
1.1.8.2. X ray: terhadap kondisi patologi, misal
cholestetatoma, kekaburan mastoid.
1.1.8.3. Pemeriksaan pendengaran (tes suara bisikan dan tes
garputala).
1.2.DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Menurut Rosida dan Miftachur (2013) dan Rahayu (2014) diagnosis
keperawatan yang dapat muncul yaitu :
1.2.1. Hipertermia
1.2.2. Gangguan pola tidur
1.2.3. Risiko Infeksi
1.2.4. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
penurunan pendengaran
1.2.5. Nyeri akut
BAB 3
Arief, T. (2021). Karakteristik Pasien Otitis Media Akut. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada, 7-11. Retrieved from https://akper-sandikarsa.e-
journal.id/JIKSH