You are on page 1of 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT OTITIS

Pembimbing : Theresia Tatik Pujiastuti, Ns.,M.Kep

Disusun oleh

Anita Rayung 202243001


Ririn Ambarita 202243007
Ervan Pratama P 202243019
Hestina Uli Sianipar 202243028
Maria Vinta Putri Sari 202243032
Ni Komang K B 202243037
Rusmia Wulansari 202243048
Wilis Sukawati 202243058

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pasien dengan Otitis” tepat pada waktu. Tujuan dari makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis. Makalah tentang Asuhan Keperawatan Pasien dengan anemia ini
dapat terwujud dan terlaksana atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Theresia Tatik Pujiastuti, Ns.,M.Kep selaku dosen Mata Kuliah


Keperawatan Medikal Bedah 3.
2. Teman - teman kelompok 8 yang bekerjasama, saling mendukung,
memotivasi dalam menyelesaikan tugas pembuatan makalah.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.

Yogyakarta, 5 Mei 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan pada telinga
bagian tengah yang terjadi secara cepat dan singkat dalam waktu kurang
dari 3 minggu disertai dengan gejala lokal seperti demam, nyeri,
pendengaran berkurang, dan keluarnya cairan (Tesfa et.al, 2020). Otitis
Media Akut disebabkan oleh bakteri dan virus yang paling sering
ditemukan pada penderita OMA yaitu bakteri Streptococcus pneumaniae,
diikuti oleh virus Haemophilus influenza (Buku Ajar Penyakit THT,
2015). Apabila penderita OMA kurang mendapatkan penanganan yang
adekuat maka akan mengalami komplikasi lanjutan yaitu Otitis Media
Supuratif Kronik (OMSK) yaitu peradangan pada mukosa telinga tengah
yang disertai keluarnya cairan melalui perforasi membran timpani selama
lebih dari 2 bulan (Buku Ajar THT-KL, 2012).
Otitis media akut stadium perforasi memiliki komplikasi yang
tersering yaitu mastoiditis. Kejadian mastoiditis yang kronis akan menjadi
masalah bagi anak yaitu adanya penurunan pendengaran, pada anak yang
mengalami penurunan pendengaran menyebabkan penurunan konsentrasi
dalam proses belajar di sekolah (Mattos et al., 2014). Kementrian
kesehatan Indonesia memiliki target kesehatan nasional di tahun 2030
akan menjamin semua penduduk di seluruh wilayah Indonesia akan
terbebas dari kejadian tuli (PGPKT, 2017).
Data yang di dapatkan menunjukkan bahwa sebesar 5/1000 anak
menderita otitis media akut (OMA), 4/1000 anak menderita otitis media
efusi (OME) dan 27/1000 anak menderita otitis media supuratif kronis
(OMSK). Penderita OMSK terbanyak adalah di Provinsi Bali yaitu sebesar
36.5/1000 anak. Indonesia masih menduduki angka yang tinggi untuk
penderita OMA di bandingkan dengan negara-negara di dunia. Negara
yang masih tinggi prevalensinya yaitu sebesar 12-46% terdapat di Inuit
Alaska, Aborigin Australia dan Native America. Negara yang memiliki
prevalensi sebesar 4-8% terdapat di New Zeland, Nepal dan Malaysia.
Negara maju yang memiliki prevalensi rendah yaitu sebesar <1% yaitu
terdapat di Amerika Serikat, Inggris, Finlandia dan Denmark (Anggraeni,
2014). Data yang didapatkan dari rekam medis rawat inap dan rawat jalan
pada Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang pada tahun 2017 untuk
penderita OMA sebesar 279 orang. Penderita OMA pada usia 0-12 tahun
berjumlah 102 anak. Usia remaja berjumlah 19 orang dan untuk usia
dewasa dan usia lanjut berjumlah 158 orang (Rekam medis RSI Sultan
Agung Semarang, 2017).
Otitis Media Akut dan Otitis Media Kronik merupakan penyakit
yang masih tinggi prefelensinya di dunia dan Indonesia dengan penuntasan
masalah yang lambat berdasarkan gambaran data maka diperlukan sebuah
langkah strategis untuk mengatasinya melalui pemahaman tentang
penyakit Otitis Media. Berdasarakan pemaparan diatas maka pada makalah
ini akan membahas tentang konsep penyakit Otitis dan Asuhan
keperawatan pada pasien yang menderita penyakit Otitis.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit otitis

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit otitis
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep teori penyakit otitis
b. Menyusun pengkajian keperawatan pada pasien otitis
c. Menyusun diagnose keperawatan pada pasien otitis
d. Menyusun rencana keperawatan pada pasien otitis
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Pengertian
Otitis adalah Peradangan pada telinga bagian dalam, tengah, atau luar,
biasanya disertai infeksi.
2.1.1.1 Otitis media adalah Radang telinga tengah yang ditandai dengan
penumpukan cairan yang terinfeksi di telinga tengah, gendang telinga
menggembung, nyeri di telinga dan, jika gendang telinga berlubang,
keluarnya bahan bernanah (nanah) ke dalam saluran telinga (Melissa
Conrad Stöppler, MD, 2021)
2.1.1.2 Menurut Lukmantya,dkk (2008) menjelaskan bahwa Otitsi Ekternal adalah
radang liang telinga (MAE) akut maupun kronis yang sering disebabkan
oleh jamur atau bakteri seperti, Staphylococcus, Streptococcus (beberapa
bakteri gram negatif) dan Aspergillus atau Candida sp (jamur)
2.1.1.3 Labirinitis adalah infeksi pada labirin telinga, yaitu saluran di telinga
bagian dalam. Labirinitis atau labirintitis dapat menyebabkan gejala
berupa mual, vertigo, dan gangguan pendengaran. Labirin telinga terdiri
dari saluran setengah lingkaran (kanalis semisirkularis) dan saluran
berbentuk seperti siput (koklea) (Lukmantya,dkk (2008)

2.1.2 Klasifikasi
Menurut Lukmantya,dkk (2008) memamaparkan bahwa klasifikasi papada
penyakit otitis ekternal adalah sebagai berikut:
2.1.2.1 Inflammatory external otitis
a. Acute localized external otitis / otitis eksterna sirkumskripta, misal :
furunkulosis, infeksi yang terbatas pada 1/3 pars kartilago MAE
b. Acute diffuse external otitis / otitis eksterna diffusa (swimmer’s ear),
infeksi yang mengenai kulit MAE 2/3 dalam.
c. Chronic diffuse external otitis, umumnya disebabkan oleh
jamur/otomikosis
2.1.2.2 Eczematoid external otitis
2.1.2.3 Seborrheic external otitis
Sedangkan otitis Media di bagi menjadi 2 jenis yaitu:
2.1.2.1 Otitis Media Akut (OMA) yang merupakan peradangan pada telinga
bagian tengah yang terjadi secara cepat dan singkat dalam waktu kurang
dari 3 minggu disertai dengan gejala lokal seperti demam, nyeri,
pendengaran berkurang, dan keluarnya cairan.(Tesfa et.al, 2020 dalam
Arief, 2021). Otitis Media Akut (OMA) dibagi menjadi 5 stadium yaitu :
a. Stadium oklusi yang ditandai dengan gambaran retraksi membran
timpani akibat tekanan negatif telinga tengah dengan membran timpani
kadang tampak normal atau berwarna suram,
b. Stadium hiperemis ditandai tampak pembuluh darah yang melebar di
sebagian atau seluruh membran timpani, membran timpani tampak
hiperemis disertai edema,
c. Stadium supurasi ditandai edem yang hebat telinga tengah disertai
hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di
kavum timpani sehingga membran timpani tampak menonjol (bulging)
ke arah liang telinga luar,
d. Stadium perforasi ditandai ruptur membran timpani sehingga nanah
keluar dari telinga tengah ke liang telinga dan
e. Stadium resolusi ditandai dengan membran timpani berangsur normal,
perforasi membran timpani kembali menutup dan sekret purulen tidak
ada lagi.(Astri,2020)
2.1.2.2 Radang telinga tengah kronik (OMSK/Otitis Media Supuratif Kronik)
adalah peradangan selaput mukosa telinga tengah yang berlangsung lebih
dari 2 bulan. OMSK dapat terjadi pada semua umur. Gejala yang dominan
dari OMSK adalah keluar cairan telinga yang terus menerus dan tidak
membaik dengan pengobatan.(Awanis dan Aryani,2020)

2.1.3 Etiologi
Menurut Danishya & Ashurst (2020) Otitis media merupakan
penyakit multifaktorial. Faktor infeksi, alergi, dan lingkungan
berkontribusi terhadap otitis media. Penyebab dan faktor risiko ini
meliputi:
2.1.3.1 Penurunan imunitas akibat human immunodeficiency virus (HIV),
diabetes, dan defisiensi imun lainnya
2.1.3.2 Predisposisi genetik
2.1.3.3 Lendir yang termasuk kelainan ekspresi gen ini, terutama upregulasi
MUC5B
2.1.3.4 Kelainan anatomi palatum dan tensor veli palatini
2.1.3.5 Disfungsi silia
2.1.3.6 Implan koklea
2.1.3.7 Kekurangan vitamin A
2.1.3.8 Bakteri patogen, Streptococcus pneumoniae , Haemophilus influenza, dan
Moraxella (Branhamella) catarrhalis bertanggung jawab atas lebih dari
95%
2.1.3.9 Patogen virus seperti virus syncytial pernapasan, virus influenza, virus
parainfluenza, rhinovirus, dan adenovirus
2.1.3.10 Alergi
2.1.3.11 Paparan asap pasif
2.1.3.12 Status sosial ekonomi rendah
2.1.3.13 Riwayat keluarga OMA berulang pada orang tua atau saudara
kandung

2.1.4 Tanda dan Gejala


Gejala otitis media cenderung muncul mendadak dan berkembang dengan
cepat. Gejala tersebut antara lain :
2.1.4.1 Sakit di telinga.
2.1.4.2 Keluar cairan dari telinga.
2.1.4.3 Kesulitan mendengar
2.1.4.4 Sakit kepala
2.1.4.5 Demam
2.1.4.6 Telinga bau (Tim Promkes RSST,2020)

2.1.5 Pemeriksaan
Bila pasien di diagnose penyakit otitis maka dokter THT akan melakukan
pemeriksaan penunjang telinga sebagai berikut :
2.1.5.1 Timpanometri berguna untuk mengukur gerakan gendang telinga terhadap
perubahan tekanan udara.
2.1.5.2 Reflektometri akustik untuk mengukur seberapa banyak suara yang
dipantulkan kembali oleh gendang telinga.
2.1.5.3 Timpanosentesis digunakan untuk pengambilan sampel cairan dari telinga
untuk diperiksa apakah mengandung kuman.
2.1.5.4 Otoskopi digunakan untuk melihat tipe perforasi, mukosa kavum timpani,
dan sekret

2.1.6 Penatalaksanaan
Menurut Lukmantya,dkk (2008) menjelaskan bahwa penatalaksanaan
dalam mengatasi penyakit otitis adalah dengan Pembersihan serumen :
2.6.1.1 tergantung pada konsistensi. Bila cair, bersihkan dengan kapas yang
dililitkan pada pelilit kapas. Serumen keras dikeluarkan dengan kuret
atau pengait.
2.6.1.2 Bila sukar dikeluarkan, dapat dilunakkan dulu dengan karbogliserin
10% atau H2O2 3%, selama 3 hari.
2.6.1.3 Atau dengan irigasi telinga menggunakan air dengan suhu sesuai suhu
tubuh. Tidak boleh jika terdapat riwayat perforasi membran timpani.
Sedangkan Prinsip penatalaksanaan yang dapat diterapkan pada
semua tipe otitis eksterna adalah :
2.6.1.1 Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan
berhati-hati.
2.6.1.2 Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis, dan membrana
timpai dalam kemungkinan menentukan keputusan apakah akan
menggunakan sumbu untuk mengoleskan obat.
2.6.1.3 Pemilihan pengobatan lokal
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS
1.1.PENGKAJIAN
Menurut Rosida dan Miftachur (2013) dan Rahayu (2014) ,Pengkajian
merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan dan dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi suatu kesehatan klien. Hal-hal
yang perlu dikaji pada pasien otitis media akut antara lain :
1.1.1. Identitas klien
Meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, alamat, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
suku/bangsa/golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, NO RM, dan diagnosis mendis.
1.1.2. Keluhan utama
Apa yang dirasakan saat ini keluhan yang paling dominan.
1.1.3. Riwayat kesehatan sekarang
Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya,
apakah secara tiba tiba atau berangsur angsur, apa tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa yang
digunakan, adakah keluhan seperti pilek dan batuk. Mengkaji
keluhan kesehatan yang dirasakan pasien seperti meliputi
(PQRST).
1.1.4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah ada kebiasaan renang. Apakah pernah menderita
gangguan pendengaran (kapan, berapa lama, pengobatan apa
yang dilakukan, bagaimana kebiasaan membersihkan telinga,
keadaan lingkungan tenang, daerah idnsutri, daerah polusi).
1.1.5. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami
penyakit yang asma. Ada atau tidaknya riwayat penyakit
infeksi saluran nafas atas yang berulang dan riwayat alergi
pada keluarga.
1.1.6. Riwayat psikososial
Psikososialsagat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien,
dengan timbul gejala gejala yang dialami, apakah pasien dapat
menerima pada apa yang dideritanya. Riwayat psikososial yang
dapat terjadi yaitu takut mengahadapi tindakan pembedahan.
1.1.7. Pemeriksaan fisik (keadaan umum, status hemodinamik,
inspeksi adakah cairan yang keluar dari telinga, bagaimana
warn jumlah, bau, apakah ada tanda tanda radang, pemeriksaan
dengan otoskop tentang stadium).
1.1.8. Pemeriksaan diagnostik
1.1.8.1. Tes audiometri : AC menurun
1.1.8.2. X ray: terhadap kondisi patologi, misal
cholestetatoma, kekaburan mastoid.
1.1.8.3. Pemeriksaan pendengaran (tes suara bisikan dan tes
garputala).
1.2.DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Menurut Rosida dan Miftachur (2013) dan Rahayu (2014) diagnosis
keperawatan yang dapat muncul yaitu :
1.2.1. Hipertermia
1.2.2. Gangguan pola tidur
1.2.3. Risiko Infeksi
1.2.4. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
penurunan pendengaran
1.2.5. Nyeri akut
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS

Kasus Otitis Media


Tn. R, usia 17 tahun, agama islam, pelajar, belum menikah.
Diagnosa medic : Otitis media supuratif kronik (OMSK)
Keluhan utama: Keluhan utama: keluar cairan pada telinga sebelah kiri.
Sejak ± 3 bulan yang lalu pasien mengeluhkan telinga sebelah kiri
mengeluarkan cairan lengket berwarna putih kekuningan tapi tidak disertai darah,
cairan yang keluar hilang timbul, cairan banyak keluar saat pagi hari. Selain itu
pasien juga mengatakan bahwa telinganya yang sebelah kiri nyeri, dan terasa
penuh sehingga pasien juga sulit untuk mendengar dengan jelas. Sejak ± 2 bulan
yang lalu, pasien berobat ke puskesmas dan diberikan obat tetes telinga namun
keluhan tidak membaik. Pasien tidak mengalami penurunan nafsu makan ataupun
penurunan berat badan. Pasien mengaku memiliki riwayat batuk pilek berulang.
Riwayat alergi disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan,
Tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit, frekuensi napas
20x/menit, suhu 37,8 0C, mata tampak konjungtiva ananemis, sklera anikterik.
Pemeriksaan leher, paru, jantung, abdomen, dan extremitas dalam batas normal.
Status lokalis regio aurikula didapatkan daerah aurikula, preaurikula, retroaurikula
telinga kiri dan kanan dalam batas normal. Pada daerah meatus akustikus telinga
kiri tampak secret berwarna kuning kental yang menutupi sebagian besar meatus
sehingga tidak dapat dinilai apakah terdapat edema, hiperemi, dan serumen.
Meatus akustikus telinga kanan tidak didapatkan kelainan. Dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik pasien disimpulkan bahwa pasien mengalami Otitis Media
Supuratif Kronik Tipe Benigna Fase Aktif Aurikularis Sinistra. Hasil analisa
cairan telinga : Pseudomonas aeruginosa (+), Staphylococcus aureus (+)
Penatalaksanaan pada pasien berupa pencucian telinga menggunakan H202
3% diberikan untuk 3 hari dan pemberian antibiotika oral berupa co amoxiclav 3 x
500 mg selama 7 hari.
3.1.Pengkajian
3.1.1. Identitas klien
Nama Pasien : Sdr R
Usia : 17 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum Menikah
Diagnostic medic : Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
Tipe Benigna Fase Aktif Aurikularis Sinistra.
3.1.2. Keluhan utama
Pasien mengatakan keluar cairan pada telinga sebelah kiri.
3.1.3. Riwayat kesehatan sekarang
Sejak ± 3 bulan yang lalu pasien mengeluhkan telinga sebelah
kiri mengeluarkan cairan lengket berwarna putih kekuningan tapi
tidak disertai darah, cairan yang keluar hilang timbul, cairan
banyak keluar saat pagi hari. Selain itu pasien juga mengatakan
bahwa telinganya yang sebelah kiri nyeri, dan terasa penuh
sehingga pasien juga sulit untuk mendengar dengan jelas. Sejak ± 2
bulan yang lalu, pasien berobat ke puskesmas dan diberikan obat
tetes telinga namun keluhan tidak membaik. Pasien tidak
mengalami penurunan nafsu makan ataupun penurunan berat
badan. Pasien mengaku memiliki riwayat batuk pilek berulang.
Riwayat alergi disangkal.
3.1.4. Pemeriksaan fisik.
Keadaan umum : tampak sakit ringan.
Status hemodinamik : tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi
nadi 80x/menit, frekuensi napas 20x/menit, suhu 37,8 0 C.
Mata tampak konjungtiva ananemis, iagno anikterik.
Pemeriksaan leher, paru, jantung, abdomen, dan extremitas dalam
batas normal. Status lokalis iagno aurikula didapatkan daerah
aurikula, preaurikula, retroaurikula telinga kiri dan kanan dalam
batas normal. Pada daerah meatus akustikus telinga kiri tampak
secret berwarna kuning kental yang menutupi sebagian besar
meatus sehingga tidak dapat dinilai apakah terdapat edema,
hiperemi, dan serumen. Meatus akustikus telinga kanan tidak
didapatkan kelainan.
3.1.5. Pemeriksaan diagnostic
Hasil analisa cairan telinga
Pseudomonas aeruginosa (+)
Staphylococcus aureus (+)
3.1.6. Terapi
3.1.6.1. Pencucian telinga menggunakan H202 3% diberikan
untuk 3 hari
3.1.6.2. Antibiotika oral co amoxiclav 3 x 500 mg selama 7
hari
3.2. Pengelompokan data

Data Subyektif Data Obyektif

- Pasien mengatakan keluar cairan - Pasien tampak sakit ringan.


pada telinga sebelah kiri. - Tekanan darah 120/80 mmHg,
- Sejak ± 3 bulan yang lalu pasien - Frekuensi nadi 80x/menit,
mengeluhkan telinga sebelah kiri - Frekuensi napas 20x/menit,
mengeluarkan cairan lengket - Suhu 37,8 0 C.
berwarna putih kekuningan tapi tidak - Mata tampak konjungtiva
disertai darah, ananemis,
- Pasien mengatakan cairan yang - Pada daerah meatus akustikus
keluar hilang timbul, cairan banyak telinga kiri tampak secret berwarna
keluar saat pagi hari. kuning kental yang menutupi
- Pasien mengatakan bahwa telinganya sebagian besar meatus sehingga
yang sebelah kiri nyeri, tidak dapat dinilai apakah terdapat
- Pasien mengatakan telinga sebelah edema, hiperemi, dan serumen.
kiri terasa penuh sehingga pasien - Hasil analisa cairan telinga
juga sulit untuk mendengar dengan Pseudomonas aeruginosa (+)
jelas. Staphylococcus aureus (+)
- Sejak ± 2 bulan yang lalu, pasien - Terapi
berobat ke puskesmas dan diberikan Pencucian telinga menggunakan
obat tetes telinga namun keluhan H202 3% diberikan untuk 3 hari
tidak membaik. Antibiotik oral co amoxiclav 3 x
- Pasien mengaku memiliki riwayat 500 mg selama 7 hari
batuk pilek berulang.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, T. (2021). Karakteristik Pasien Otitis Media Akut. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada, 7-11. Retrieved from https://akper-sandikarsa.e-
journal.id/JIKSH

Yanti Cahyati, S. N. (2022). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah DIII


Keperawatan Jilid II. jakarta selatan: Mahakarya Citra Utama Group. Retrieved
from
https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Ajar_Keperawatan_Medikal_Beda
h_DIII/JO2tEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1

You might also like