You are on page 1of 11

SITTAH: Journal of Primary Education

P-ISSN: 2745-4479 E-ISSN: 2745-4487


Journal Homepage: https://jurnalfaktarbiyah.iainkediri.ac.id/index.php/sittah
Journal e-mail: jurnalsittah@iainkediri.ac.id
Page : xx-xx

PENINGKATAN NILAI KARAKTER MELALUI SENI BELA DIRI PENCAK


SILAT PADA KELAS IV MI AN NAJAH KEDIRI

Rika Ananda Putri,1* Nehaala Salsabiela,2 Lailatun Nasiho,3 M. Mirza Latiful Huda,4
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama
Islam Negeri Kediri, Indonesia
1
rikaananda04273@gmail.com, 2salsabielanehaala@gmail.com,
3
lailatunnasiho@gmail.com, 4mirza220502@gmail.com

ABSTRACT
This research is based on the low level of character values among students. Based
on this background, the purpose of this study is to evaluate the sports achievement
development program in the martial art of Pencak Silat and investigate the
potential improvement of character values through the teaching of Pencak Silat in
fourth-grade students at MI An Najah in Kediri. The research method used is
qualitative research with data collection through direct field observation. The
collected data focus on the behavior and activities of students involved in Pencak
Silat activities, and the approach used in this study involves subjective assessment
using categories of values or qualities. The results of this study indicate that the
development of achievements through the martial art of Pencak Silat can support
the character education of students. The implementation of Pencak Silat as a
martial art has had a positive impact on the cultivation of students' character
values, such as taqwa (devotion), resilience, agility, responsiveness, and self-
control.

KEYWORDS: Achievement Development, Character Values, Pencak Silat.

ABSTRAK
Penelitian ini berangkat dari rendahnya nilai karakter yang dimiliki peserta didik.
Berdasarkan latar belakang tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi program pembinaan prestasi cabang olahraga pencak silat dan
menyelidiki potensi peningkatan nilai karakter melalui pengajaran seni bela diri
pencak silat pada siswa kelas IV MI An Najah di Kediri. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pengumpulan data melalui
observasi langsung di lapangan. Data yang dikumpulkan berfokus pada perilaku
dan aktivitas siswa yang terlibat dalam kegiatan pencak silat, pendekatan yang
digunakan pada penelitian ini penilaian subjektif dengan menggunakan kategori
nilai atau kualitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembinaan prestasi
melalui seni bela diri pencak silat ini dapat mendukung pendidikan karakter siswa.
Dampak penerapan seni bela diri pencak silat telah memberikan pengaruh positif
terhadap penumbuhan karakter siswa, seperti taqwa, tangguh, trengginas, tanggap,
dan tanggon.

KATA KUNCI: Bina Prestasi, Nilai Karakter, Pencak Silat.

Copyright © 20XX by the authors.


Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons
Attribution (CC BY NC SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/). [1
SITTAH, Vol. X (X), XXX, 20XX

PENDAHULUAN
Pada zaman dulu, pencak silat adalah sebuah sistem bela diri yang digunakan untuk
keperluan pertempuran. Namun, seiring berjalannya waktu, pencak silat mengalami
perubahan dari bentuk bela diri tradisional menjadi sebuah olahraga yang menekankan
sportivitas dan kompetisi. Kini, pencak silat telah berkembang secara global dan dikenal
sebagai bagian dari budaya Indonesia. Istilah "pencak silat" sendiri mengacu pada
keterampilan dalam mempertahankan diri menggunakan teknik memblok, menyerang, dan
bertahan, baik dengan atau tanpa senjata (sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia, KKBI).
Menurut Anggraeni (2013:2), pencak silat merupakan salah satu cabang olahraga yang
diharapkan dapat membentuk generasi muda Indonesia menjadi individu yang sehat, kuat,
dan mandiri dalam menghadapi tantangan hidup di masa depan.
Anak-anak adalah penerus generasi keluarga dan bangsa, dan mereka perlu
mendapatkan pendidikan yang baik agar potensi mereka dapat berkembang secara optimal.
Dengan demikian, mereka akan tumbuh menjadi individu yang memiliki kepribadian yang
kuat dan berbagai kemampuan dan keterampilan yang bermanfaat. Oleh karena itu,
keluarga dan lembaga pendidikan memiliki peran dan tanggung jawab penting dalam
memberikan berbagai stimulasi dan bimbingan yang tepat, sehingga dapat terbentuk
generasi penerus yang tangguh (Sakti, 2015). Mengingat meningkatnya kasus kekerasan
terhadap anak yang sangat memprihatinkan, penting bagi anak-anak untuk diberikan
pendidikan yang mampu membentuk karakter yang tangguh sehingga mereka dapat
melindungi diri ketika menghadapi ancaman kekerasan.
Pencak silat, sebagai salah satu aset budaya Indonesia, seharusnya diperkenalkan
kembali kepada generasi muda untuk membantu menanamkan nilai-nilai moral dan
karakter yang penting. Pendidikan karakter menjadi sangat penting pada saat ini, terutama
di Indonesia, karena dapat membangun dan menguatkan karakter anak-anak bangsa.
Pendidikan karakter sebaiknya dimulai sejak dini, mulai dari lingkungan keluarga dan
dilanjutkan di lingkungan pendidikan, baik itu formal maupun non formal. Hal ini dapat
membantu membangun sumber daya manusia yang unggul dengan karakter baik dan nilai-
nilai moral yang mulia dan universal (Tyas et al., 2020). Proses pembentukan karakter
dapat dimulai dengan menggali kembali nilai-nilai kearifan lokal. Penelitian ini bertujuan
untuk mengeksplorasi nilai-nilai kearifan lokal dalam seni bela diri, yang didasarkan pada
nilai-nilai karakter, serta menganalisis bagaimana seni bela diri tersebut memperkuat
karakter para pesilatnya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengevaluasi

Author(s), Title [2
DOI: XXX

program pembinaan prestasi cabang olahraga pencak silat di MI AN-NAJAH Kabupaten


Kediri.
Adapun pada penelitian yang telah dilakukan oleh Siti Nur’ariyani, Jumyati, dan Ila
Rosmilawati tentang “Upaya Menumbuhkembangkan Karakter Cinta Tanah Air Melalui
Kegiatan Pencak Silat Bandrong Di Sekolah Dasar” menyatakan bahwa penerapan
kegiatan pencak silat bandrong ini telah memberikan pengaruh yang positif terhadap
penumbuhkembangan karakter cinta tanah air peserta didik di sekolah dasar khususnya di
SDN Drangong 1. Pada awalnya para peserta didik masih banyak yang belum mengenal
pencak silat bandrong, bahkan masih banyak di antara mereka lebih mengagumi serta
menyenangi seni bela diri dari luar, sekarang maindset mereka berubah menganggap
bahwa kebudayaan yang ada di Indonesia tidak kalah bagus.
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Pitri Arisandi, dkk terkait
“Implementasi Pendidikan Karakter pada Kesenian Pencak Silat” menyatakan bahwa
keberadaan kesenian tradisional disikapi sebagai kearifan lokal masyarakat, sebagai
kesenian yang dianggap kurang sejalan dengan perkembangan zaman. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui penguatan pendidikan karakter pada nilai nilai religius, nilai
nasionalis, nilai kemandirian, nilai gotong-royong, dan nilai integritas pada kesenian
pencak silat di Paguron Purwa Kencana Karawang. Penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif dengan metode desktiptif. Data yang dianalasis adalah data hasil wawancara
dengan pengurus pencak silat, pelatih pencak silat, tokoh masyarakat, peserta didik dan
orang tua peserta didik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui penguatan
pendidikan dapat dibentuk melalui kesenian pencak silat melalui nilai religius, nilai
nasionalis, nilai kemandirian, nilai gotong-royong dan nilai integritas.
Dilain itu dari penelitian yang telah dilakukan oleh Nia Nuraida terkait
”Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Melalui Pendidikan Pencak Silat Untuk Anak Usia
Dini (Studi Kasus di Paguron Pencak Silat Galura Panglipur Bandung)” menyatakan
bahwa pentingnya pendidikan karakter untuk anak usia dini melalui pendidikan pencak
silat mengingatkan maraknya fenomena negatif yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari
pada anak, dapat dijumpai kasus-kasus kekerasan pada anak yang salah satunya terjadi
karena anak terlalu lemah serta tidak memiliki keberanian untuk sekedar melindungi
dirinya dan melalakukan perlawanan ketika menerima kekerasan, maka dari itu anak perlu
dibekali suatu keterampilan untuk melindungi dirinya, diharapkan dengan pencak silat
anak dapat memiliki karakter “taqwa, tangguh, trengginas, tanggap dan tanggon”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program pendidikan pencak silat, implementasi

Author(s), Title [3]


SITTAH, Vol. X (X), XXX, 20XX

program pendidikan pencak silat, proses penilaian, profil nilai karakter serta kendala yang
dihadapi dalam menerapkan pencak silat untuk anak usia dini di Paguron Pencak Silat
Galura Panglipur Bandung.
Penelitian ini memberikan dukungan kepada penelitian sebelumnya. Berdasarkan
hasil penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penerapan seni bela diri pencak silat
memiliki kemampuan untuk meningkatkan nilai karakter pada siswa kelas 4 MI An Najah.
Melalui kegiatan pencak silat, pengaruh positif terhadap pengembangan karakter seperti
"taqwa, tangguh, trengginas, tanggap, dan tanggon" telah terlihat. Oleh karena itu,
pendidikan karakter melalui seni bela diri pencak silat sangat penting, karena tujuannya
bukan hanya untuk melindungi diri dan melawan kekerasan, tetapi juga untuk memberikan
keterampilan kepada anak-anak agar dapat melindungi diri mereka sendiri. Dengan
demikian, penelitian sebelumnya secara kuat mendukung pendidikan karakter melalui seni
bela diri pencak silat.
Berdasarkan uraian sebelumnya, terdapat beberapa permasalahan yang terjadi di MI
AN-NAJAH. Penurunan prestasi dan minat siswa menjadi salah satu permasalahan yang
dihadapi. Beberapa masalah yang teridentifikasi antara lain adalah pembibitan, prestasi
atlet, perekrutan atlet dan pelatih, latihan, sarana dan prasarana, serta pendanaan untuk
pembinaan pencak silat. Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada beberapa
masalah yang akan dibahas melalui proses pembinaan prestasi. Apakah dari segi
perekrutan atlet, latihan yang diberikan pelatih, atau motivasi atlet untuk bisa berprestasi.
Apakah dari segi sarana dan prasarana sudah memadai, kualitas pelatih, serta pendanaan
dapat mempengaruhi prestasi atlet. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Nilai Karakter Melalui Seni Bela Diri
Pencak Silat Pada Kelas IV MI An Najah Kediri”

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan melalui
observasi langsung di lapangan. Data dikumpulkan melalui pengamatan yang difokuskan
pada perilaku dan aktivitas siswa yang terlibat dalam kegiatan pencak silat. Tujuan utama
pengamatan ini adalah untuk meningkatkan moral siswa dalam mengembangkan potensi
diri melalui pencak silat. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode
observasi, seperti yang dijelaskan oleh Creswell (2014) dan Punch (2009).
Metode kualitatif ini memiliki sifat yang alamiah dan kontekstual, dengan
penekanan pada pengumpulan data langsung yang disengaja, dan menggunakan analisis

Author(s), Title [4
DOI: XXX

induktif sepanjang proses penelitian. Pendekatan ini didasarkan pada penilaian subjektif
dengan menggunakan kategori nilai atau kualitas. Penelitian ini bersifat subjektif dan
memiliki potensi untuk ditransfer (Ibrahim, 2015).
Penelitian dilakukan secara langsung dengan berinteraksi, mendampingi, dan
membina kegiatan latihan dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler pencak silat di MI An-
Najah Joho. Metode ini melibatkan pengumpulan data melalui pengamatan langsung
terhadap 20 siswa kelas IV MI An-Najah, di mana peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-
hari subjek yang diamati atau digunakan sebagai sumber penelitian. Data yang
dikumpulkan mencakup berbagai informasi, fakta, dan realitas yang terkait atau relevan
dengan objek penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pendidikan Karakter
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan setiap individu.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk menciptakan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri
dalam hal kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan untuk dirinya sendiri, masyarakat, bangsa,
dan negara. Oleh karena itu, pendidikan perlu diperoleh sejak dini karena melalui
pendidikan, seseorang akan lebih memahami hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri
dan orang lain sepanjang hidupnya.
Menurut Aristoteles (dalam Lickona 2013:81), karakter yang baik adalah
kehidupan yang melibatkan tindakan-tindakan yang dianggap benar terkait dengan diri
sendiri dan orang lain. Sementara itu, menurut Lickona (2012:13), karakter adalah
kepemilikan dari "hal-hal yang baik". Sjarkawi (2006:1) mengartikan karakter sebagai ciri
khas seseorang yang berasal dari pengaruh lingkungan, seperti keluarga pada masa kecil,
serta bawaan sejak lahir.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa
karakter adalah sifat khas seseorang yang ada sejak lahir dan dipengaruhi oleh lingkungan
yang dianggap baik dan benar oleh diri sendiri dan orang lain. Hal-hal yang baik tersebut
dapat berupa nilai-nilai yang dianut dan dipercayai oleh masyarakat secara luas.
Masyarakat secara sadar mengakui nilai-nilai yang mereka pegang tanpa adanya paksaan
dari pihak manapun. Karakter sangat dihormati oleh masyarakat secara keseluruhan. Di sisi

Author(s), Title [5]


SITTAH, Vol. X (X), XXX, 20XX

lain, karakter juga dianggap sangat penting, bahkan lebih penting daripada kecerdasan.
Karena karakter seseorang tidak hanya diukur dari tingkat kecerdasannya saja, sebaliknya
seseorang yang cerdas belum tentu memiliki karakter yang baik.
Menurut Raharjo (2010), pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang
menyeluruh yang menghubungkan dimensi moral dengan aspek sosial dalam kehidupan
peserta didik sebagai dasar bagi terbentuknya generasi berkualitas yang mampu hidup
secara mandiri dan memiliki prinsip-prinsip kebenaran yang dapat
dipertanggungjawabkan. Prasetyo dan Rivasintha (2013) menjelaskan bahwa pendidikan
karakter adalah sistem yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada
peserta didik, meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan
dalam menerapkan nilai-nilai tersebut terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama, lingkungan,
dan bangsa, sehingga menjadi manusia yang sempurna. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah proses penanaman nilai-nilai karakter yang
meliputi dimensi kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, dan akhlak mulia, dengan tujuan membentuk generasi yang berkualitas,
mandiri, dan bertanggung jawab.
Aspek Pendidikan Karakter
Karakter adalah sekumpulan nilai-nilai yang terdapat dalam diri individu, yang
terbentuk melalui proses pendidikan, pengalaman, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan.
Nilai-nilai tersebut bersifat intrinsik dan tercermin dalam sistem daya juang yang menjadi
dasar dari pemikiran, sikap, dan perilaku individu. Dalam pendidikan karakter, terdapat
beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Adapun beberapa aspek nilai karakter tersebut
diantaranya :
1. Taqwa
Takwa sebagai pesilat, penting untuk taat kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
memiliki perilaku yang baik. Pesilat harus menjalankan segala perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya. Selain itu, pesilat juga diwajibkan untuk menghormati
orang tua dan selalu bersikap sopan santun terhadap sesama. Mengacu pada
keyakinan yang kuat dan teguh kepada Allah SWT, Sang Pencipta alam semesta.
Manusia sebagai ciptaan-Nya memiliki tujuan untuk beribadah dengan mengikuti
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semua ini harus dilakukan secara
konsisten, konsekuen, dan berkelanjutan. Salah satu bentuk nyata dari keimanan
dan ketakwaan kepada Tuhan adalah melalui sikap dan perilaku yang baik. Dalam
konteks pendidikan pencak silat, takwa berarti selalu memohon kekuatan,

Author(s), Title [6
DOI: XXX

perlindungan, bimbingan, dan petunjuk dari Allah SWT, baik dalam aspek lahir
maupun batin. Seorang pesilat harus senantiasa memohon petunjuk Allah agar
memiliki keunggulan kompetitif yang terukur dan terkendali, tanpa memberikan
dampak negatif kepada orang lain.
2. Tangguh
Tangguh merupakan pribadi yang tidak merasa lemah terhadap sesuatu yang
diberikan (Mufarriq, 2021). Tangguh adalah sikap ulet dan sanggup
mengembangkan kemampuan diri dalam mengatasi setiap persoalan, hambatan dan
gangguan dengan baik Groot dan Notosoejitno (2006) dalam Mulyana 2013:102).
3. Trengginas
Trengginas dalam bahasa Jawa memiliki arti sebagai seseorang yang penuh energi,
aktif, kreatif, dan inovatif. Mereka memiliki pemikiran yang luas dan siap bekerja
keras untuk mencapai kemajuan yang berkualitas dan bermanfaat bagi diri sendiri
dan masyarakat. Mereka juga memiliki sikap yang siap untuk terus
mengembangkan diri sendiri dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
masyarakatnya.
4. Tanggap
Berdasarkan Groot dan Notosoejitno (2006) sebagaimana dikutip dalam Mulyana
(2013:102), sikap tanggap mencakup sifat peka, peduli, antisipatif, proaktif, dan
memiliki kesiapan diri terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi,
termasuk semua kecenderungan, tuntutan, dan tantangan yang melingkupinya.
Dalam konteks pencak silat, seorang pesilat harus memiliki sikap berani,
introspeksi, dan usaha terus-menerus untuk meningkatkan kualitas diri. Pesilat yang
tanggap memiliki kepekaan, kecerdasan, dan kecerdikan dalam mengantisipasi dan
memahami situasi yang terjadi di sekitarnya. Selain itu, tanggap juga berarti
mampu menyusun strategi dan kiat untuk mengungguli lawan dengan cepat dan
tepat. Semua sikap ini didasarkan pada kewaspadaan, kehati-hatian, dan
kecermatan yang tinggi.
5. Tanggon
Tanggon, yang berasal dari bahasa Jawa, memiliki makna tegur, tegar, konsisten,
kejujuran, dan kebenaran (Groot dan Notosoejitno, 2006, dalam Mulyana
2013:103). Tanggon menggambarkan seseorang yang memiliki harga diri dan
kepribadian yang kuat, selalu mempertimbangkan tindakannya dengan cermat,
disiplin, dan mampu melewati berbagai ujian serta tahan terhadap godaan dan

Author(s), Title [7]


SITTAH, Vol. X (X), XXX, 20XX

cobaan. Dalam konteks pendidikan pencak silat, tanggon mengartikan ketahanan


terhadap ujian, keuletan, ketegasan, dan ketidakmudahan terprovokasi oleh situasi
yang dapat merusak. Semua sikap ini didasari oleh keyakinan diri yang kokoh dan
moral yang tinggi. Tanggon juga berarti memiliki harga diri dan kepribadian yang
kuat serta mempertimbangkan tindakannya secara bijaksana. Selain itu, trengginas
menggambarkan sifat energik, inovatif, aktif, dan kreatif dalam mengejar kemajuan
yang berkualitas dan bermanfaat bagi diri sendiri.

Pencak Silat
Pencak silat, sebuah seni bela diri tradisional, berasal dari Indonesia dan merupakan
bagian penting dari kebudayaan Indonesia yang telah berkembang seiring dengan
perkembangan masyarakat. Saat ini, pencak silat telah menjadi semakin populer di
Indonesia dan bahkan mulai menyebar ke negara-negara tetangga yang memiliki budaya
Melayu (Kholis, 2016).
Asal usul kata "pencak silat" terdiri dari dua suku kata, yaitu "pencak" dan "silat".
"Pencak" mengacu pada gerakan dasar berdiri yang berkaitan dengan peraturan dan
menekankan unsur seni serta keindahan gerakan. Sementara itu, "silat" merujuk pada
gerakan bela diri yang sempurna yang berakar pada dimensi rohani yang suci. Tujuan dari
silat adalah melindungi diri sendiri atau keselamatan bersama, serta menjauhkan diri atau
masyarakat dari bahaya, bencana, dan segala hal yang bersifat jahat atau merugikan
(seperti perampokan, penyakit, ilmu hitam, dan sebagainya). Menurut Muryono (1999),
perbedaan antara arti "pencak" dan arti "silat" terletak pada apakah gerakan tersebut dapat
dipertontonkan secara umum atau tidak. Dalam perkembangannya, istilah "pencak" lebih
menekankan aspek seni dan penampilan gerakan yang indah, sedangkan "silat" merujuk
pada esensi inti dari ajaran bela diri dan pertarungan.
Istilah pencak silat sebagai seni bela diri bangsa Indonesia yang merupakan kata
majemuk adalah hasil keputusan seminar pencak silat tahun 1973 ditugu Bogor. Kata
pencak maupun silat sama-sama mengandung pengertian kerohanian, irama, keindahan,
kiat, maupun praktek, kinerja atau aplikasinya. Notosoejitno (2011) menyatakan bahwa
dilihat dari sosok, profil atau tampilan pencak silat di Indonesia ada tiga, yaitu:
1. Pencak silat asli (original), ialah pencak silat yang berasal dari lokal dan
masyarakat etnis di Indonesia.
2. Pencak silat bukan asli yang sebagian besar dari kungfu, karate, dan jujitsu.

Author(s), Title [8
DOI: XXX

3. Pencak silat campuran, ialah campuran antara pencak silat asli dan beladiri asing
(beladiri asing yang ingin bergabung dengan nama pencak silat sesuai peraturan).

Dalam kegiatan pencak silat, guru dapat melihat dan menilai peserta didik apakah
nilai karakter taqwa, tangguh, tanggap, tanggon dan trengginas sudah terlaksana yaitu
dengan cara mengikuti esktrakurikuler pencak silat. Ekstrakurikuler pencak silat mmapu
memberikan dampak positif bagi peserta didik selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini
mampu melatih peserta didik mengatur waktu dengan baik, melatih percaya diri, serta
melatih mental yang kuat. Peserta didik yang awalnya malu-malu dalam proses
pembelajaran di kelas, akan dilatih menjadi pemberani dalam melakukan semua hal,
seperti menyampaikan pendapatnya di depan banyak orang. Dalam hal ini, mental peserta
didik siswa akan terlatih melalui kegiatan pencak silat tersebut.
Hasil observasi dilapangan penulis menemukan kegiatan ekstrakurikuler pencak
silat di MI An Najah Joho, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler ini dilakukan setelah
pulang sekolah tepatnya pukul 13.30 WIB di halaman sekolah. Kegiatan ini dilakukan
seminggu dua kali pada hari jum’at dan hari sabtu pelatih pencak silat selalu memotivasi
siswa dalam mengikuti ekstrakurikuler pencak silat. Kegiatan ini tidak diwajibkan oleh
seluruh siswa, hanya kelas III sampai dengan kelas V. Dengan terselanggaranya kegiatan
ekstrakurikuler pencak silat diharapkan dapat mendidik siswa menjadi siswa yang berbudi
pekerti luhur serta menjadi siswa yang dapat memiliki rasa tanggung jawab dan anti
diskriminasi. Namun, keadaan dilapangan masih ada beberapa siswa yang berperilaku
menyimpang, contohnya saling memukul, berkata tidak sopan, saling mengejek, kurangnya
rasa peduli sesama teman, tidak mematuhi aturan sekolah dan kurangnya gotong-royong
(individual).
Menurut (Muis & Suprayitno, 2018) hasil dari latihan pencak silat dapat
memberikan pengaruh serta dampak positif terhadap perkembangan moral siswa. Hal
tersebut dibuktikan dengan perubahan sikap baik terhadap teman, sikap terhadap guru,
sikap terhadap orang tua, serta sikap siswa baik di sekolah maupun di rumah. Pada
umumnya, siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena adanya motivasi dari keluarga
bahkan teman. Menurut (Yanti & dkk, 2016) secara umum motivasi bertujuan untuk
menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk
melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau pencapaian tujuan tertentu.
Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasarnya ada di dalam

Author(s), Title [9]


SITTAH, Vol. X (X), XXX, 20XX

keluarga. Jika seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya,
maka anak tersebut akan berkarakter baik pada tahap selanjutnya (Laelah, 2016).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa seni
bela diri pencak silat dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan nilai karakter
pada siswa kelas IV MI An Najah di Kediri. Seni bela diri ini memiliki pengaruh positif
dalam pembentukan karakter siswa, seperti meningkatkan nilai-nilai moral dan
karakteristik seperti taqwa, tangguh, trengginas, tanggap, dan tanggon. Oleh karena itu,
pendidikan karakter melalui seni bela diri pencak silat sangat penting untuk memberikan
perlindungan dan keamanan kepada siswa, serta melatih mereka dalam menghadapi
ancaman kekerasan. Penelitian sebelumnya juga mendukung pendidikan karakter melalui
seni bela diri pencak silat, yang menjadikan penelitian ini semakin relevan dalam upaya
meningkatkan nilai-nilai karakter pada generasi muda.

REFERENSI
Aang S. A., Yeni Amalia. 2023. Penerapan Disiplin Melalui Kegiatan Ektrakurikuler
Pencak Silat Di Sekolah Dasar. Jurnal Buana Pengabdian, Vol. 5 No. 1.
Anting D.G., dkk. 2012. Persepsi Pelajar Terhadap Pencak Silat Sebagai Warisan Budaya
Bangsa Sekota Semarang Tahun 2012. Journal of Physical Education, Sport,
Health and Recreation 1 (3).
Creswell, J. W. (2014). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.
Pustaka Pelajar
Depertemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia
Kholis, N. (2016). Aplikasi Nilai-Nilai Luhur Pencak Silat Sarana Membentuk Moralitas
Bangsa. Jurnal SPORTIF : Jurnal Penelitian Pembelajaran, 2(2), 76.
Lickona, T. (1992). Educating for Character/ Mendidik untuk Membentuk Karakter.
Penerjemah Jumu Abdu Wamaunguno. Ed. 1. Cet. 3. (2013). Jakarta: Bumi Aksara
Muhammad Sukron, Zuhar Ricky. 2020. Peningkatan Karakter Peserta Didik (Religius,
Jujur, Dan (Disiplin) Melalui Pencak Silat. DE_JOURNAL (Dharmas Education
Journal), 1 (1).
Mulyana. (2014). Pendidikan Pencak Silat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nia Nuraida. 2016. Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Melalui Pendidikan Pencak Silat
Untuk Anak Usia Dini (Studi Kasus di Paguron Pencak Silat Galura Panglipur
Bandung). Tunas Siliwangi Vol.2, No.1, 59-77.
Nur Pitri Arisandi, dkk. 2022. Implementasi Pendidikan Karakter pada Kesenian Pencak
Silat. Formosa Journal of Applied Sciences (FJAS) Vol.1, No.5.

Author(s), Title [1
DOI: XXX

Punch, M. (2009). Politik dan Etika dalam Penelitian Kualitatif. In N. & L. Y. Denzin
(Ed.), Handbook of Qualitative Research (pp. 103–122). Pustaka Pelajar
Sakti, Awang, K. (2015). Pola Asuh Orang tua dalam Bimbingan Moral Anak Usia
Prasekolah. Skripsi : Bimbingan dan Konseling Islam. Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga: Yogyakarta.
Sigit Ruswinarsih, dkk. 2023. Penguatan Karakter Melalui Seni Bela Diri Pencak Silat
Kuntau Pada Masyarakat Kalimantan Selatan, Indonesia. Padaringan : Jurnal
Pendidikan Sosiologi Antropologi Vol.5, No. 1.
Siti Nur’ariyani, dkk. 2023. Upaya Menumbuhkembangkan Karakter Cinta Tanah Air
Melalui Kegiatan Pencak Silat Bandrong Di Sekolah Dasar, Jurnal Ilmiah Mandala
Education (JIME) Vol. 9 No. 1.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20. (2003). Sistem Pendidikan Nasional

Author(s), Title [11]

You might also like