You are on page 1of 8

Jurnal Etika Demokrasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Volume 4 No. 2 Juni 2019


ISSN e-2615-4374 ISSN p-2540-8763

JED (Jurnal Etika Demokrasi)

PPKn
JED (Jurnal Etika Demokrasi) http://journal.unismuh.ac.id/index.php/jed

www.unismuh.ac.id Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Vol 4 Juni No. 2 2019

Evaluasi Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan


Sosial di Sekolah Dasar

Hasnah Kanji1), Nursalam2), Muhammad Nawir3) & Suardi4)


Program Magister Pendidikan Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar Indonesia1, 3)
Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar Indonesia 2,4)
hasnahk10071987@gmail.com1), nursalam.h@unismuh.ac.id2), m.nawir@unismuh.ac.id3), suardi@unismuh.ac.id4)

Abstract. The main problem in this study is that students experience moral decadence that requires evaluation of
the integration of character education in learning. The purpose of this study is to evaluate the application of
character education in learning social science. The research method uses descriptive qualitative. Determination of
research informants by purposive sampling, namely the principal, teachers, students and parents. Data collection
techniques using observation, depth-interview and documentation. Analysis techniques through data reduction,
data display and conclusion drawing. The technique of data validity is done through triangulation of sources, time
and techniques. The results showed that social science learning input in instilling character education includes
learning implementation plans, learning materials, learning media, learning models and test questions. Learning
input is applied by the teacher in the learning process. The output of the input and learning process is students
have the values of honest character, discipline, responsibility, courtesy, social care character, character of
confidence, tolerance, creative, friendly / communicative, curiosity, and hard work character.

Keywords: Integration Model, Character Education, Learning, Social Sciences.

Abstrak. Masalah utama dalam penelitian ini adalah kalangan pelajar mengalami dekadensi moral yang
membutuhkan evaluasi integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran. Tujuan penelitian ini untuk
mengevaluasi penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Metode penelitian
menggunakan deskriptif kualitatif. Penentuan informan penelitian secara purposive sampling, yaitu kepala sekolah,
guru, siswa dan orang tua. Teknik pengumpulan data menggunakan observation, depth-Interview dan dokumentasi.
Teknik Analisis melalui data reduction, data display dan conclusion drawing. Teknik keabasahan data dilakukan
melalui triangulasi sumber, waktu dan teknik. Hasil penelitian menunjukkan input pembelajaran ilmu pengetahuan
sosial dalam menanamkan pendidikan karakter mencakup rencana pelaksanaan pembelajaran, materi
pembelajaran, media pembelajaram, model pembelajaran dan soal tes. Input pembelajaran diaplikasikan oleh guru
pada proses pembelajaran. Output dari input dan proses pembelajaran adalah siswa memiliki nilai-nilai karakter
jujur, disiplin, tanggung-jawab, santun, karakter peduli sosial, karakter percaya diri, toleransi, kreatif,
bersahabat/komunikatif, rasa ingin tahu, dan karakter kerja keras.

Kata kunci: Model Integrasi, Pendidikan Karakter, Pembelajaran, Ilmu Pengetahuan Sosial.

Jurnal Equilibrium e-2477-0221 p-2339-2401 56


Jurnal Etika Demokrasi p-2339-2401 e-2615-4374 56
Jurnal Etika Demokrasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Volume 4 No. 2 Juni 2019
ISSN e-2615-4374 ISSN p-2540-8763

PENDAHULUAN jawab. Hal ini juga dipertegas oleh Peraturan


Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar Menteri, no 22 tahun 2006 tentang standar isi
dan sistematis dalam mengembangkan potensi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
peserta didik. Pendidikan juga merupakan suatu Untuk dapat meraih tujuan tersebut, pendidikan
usaha masyarakat dan bangsa dalam tidak cukup hanya menekankan pada proses dan
mempersiapkan generasi mudanya bagi penyediaan fasilitas yang mengarah pada
keberlangsungan kehidupan masyarakat dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (hard
bangsa yang lebih baik di masa depan. skill) tetapi juga harus memfasilitasi tumbuh
Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan kembangnya karakter-karakter mulia seperti yang
budaya dan karakter yang telah dimiliki dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional di
masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, atas.
pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan Namun kenyataannya (das sein) kalangan
karakter bangsa bagi generasi muda dan juga pelajar sekarang sedang mengalami dekadensi
proses pengembangan budaya dan karakter moral yang sangat memprihatinkan seperti perilaku
bangsa untuk meningkatkan kualitas kehidupan menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan
masyarakat dan bangsa di masa yang akan datang. sampai yang berat masih kerap diperlihatkan oleh
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar pelajar (Ahya, H. 2013), Kebiasaan mencontek pada
dan sistematis dalam mengembangkan potensi saat ulangan atau ujian masih dilakukan (Akhwan,
siswa. Seharusnya (das sollen) penyelenggaraan M. 2014), terlihat adanya yang menggejala di
pendidikan di suatu negara menjadi tanggung kalangan pelajar berbentuk kenakalan (Unayah, N.,
jawab negara untuk melaksanakannya dalam & Sabarisman, M. 2015), Beberapa di antaranya
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. adalah tawuran antar pelajar (Herawan, K. D., &
Meskipun demikian, rakyat juga memiliki hak Sudarsana, I. K. 2017), meningkatnya kekerasan di
untuk ikut serta dalam penyelenggaraan kalangan pelajar (Pulungan, F. R. 2012), semakin
pendidikan. Praktik pendidikan di negara kita kaburnya moral baik dan buruk (Rohendi, E. 2018),
mengindikasikan bahwa pemerintah (negara) menurunnya etos kerja (Arifin, I. 2017), semakin
bersama-sama dengan rakyat cukup intens dalam rendahnya rasa hormat terhadap orang tua dan
penyelenggaraan pendidikan. Untuk kelancaran guru (Novitasari, K. 2017), rendahnya rasa tanggung
dan keberhasilan pendidikan, maka ditetapkan jawab individu dan warga negara (Suhono, S., &
dalam Undang-undang (UU) No. 2 tahun 1989 Khumairo, A. 2018,), membudayanya
tentang sistem pendidikan nasional yang kemudian ketidakjujuran (Rohendi, E. 2018,), adanya rasa
diamandemen dengan keluarnya Undang-undang saling curiga dan benci di antara sesama (Marlina,
No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan L., & Nurman, G. 2017). Di beberapa kota besar
nasional. Undang-undang inilah yang menjadi tawuran pelajar menjadi tradisi dan membentuk
patokan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pola yang tetap, sehingga di antara mereka
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Pasal 3 membentuk musuh bebuyutan (Azmi, N. (2017),
UU No. 20 tahun 2003 menegaskan bahwa meminum minuman keras (mabuk-mabukan)
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan (Tasik, F., & Purwanto, A. 2018), pergaulan bebas
kemampuan dan membentuk watak serta (Sudarsana, I. K. 2018), ngisap lem (Simatupang, L.
peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka Y. 2018), gaya hidup hura-hura (hedonisme) (Tasik,
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk F., & Purwanto, A. 2018), penyalahgunaan obat-
berkembangnya potensi murid agar menjadi obat terlarang, (Soeroso, S. 2016), maraknya geng
manusia yang beriman dan bertagwa kepada pelajar dan geng motor (Qibtiyah, M. 2017),
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, kekerasan (bullying) (Amini, Y. S. J. 2008) dan
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi bahkan tindakan kriminal seperti pemalakan,
warga negara yang demokratis serta bertanggung penganiayaan, bahkan pembunuhan (Rohayati, N.

Jurnal Equilibrium e-2477-0221 p-2339-2401 57


Jurnal Etika Demokrasi p-2339-2401 e-2615-4374 57
Jurnal Etika Demokrasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Volume 4 No. 2 Juni 2019
ISSN e-2615-4374 ISSN p-2540-8763

2018), semua itu merupakan perbuatan tercela baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
(amoral) yang itu jelas-jelas tidak mencerminkan menimpa masyarakat serta memiliki sikap mental
adat dan budaya ketimuran kita yang diperparah positif terhadap perbaikan segala ketimpangan
oleh kendala guru dalam menginternalisasikan nilai yang terjadi. Oleh karena itu, IPS sangat berperan
karakter (Ahmad, T. A. 2014) dan kegagalan orag terhadap interaksi sosial murid guna membentuk
tua mendidik karakter anak-anaknya (Daniel karakter dalam mengembangkan potensi yang
Goleman, 2000) bermanfaat untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa
Semua perilaku negatif di kalangan pelajar dan negara. Maka demikian, IPS yang bersentuhan
tersebut, jelas menunjukkan kerapuhan karakter langsung terhadap kehidupan sosial murid, perlu
yang cukup parah dan salah satunya disebabkan dirancang sedemikian rupa untuk membentuk
oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di kepribadian yang berkarakter dalam menopang
lembaga pendidikan di samping karena kondisi pengalaman-pengalaman sosial untuk membangun
lingkungan yang tidak mendukung. Untuk itu perlu potensi diri. Selain itu, IPS juga dirancang untuk
mengevaluasi pendidikan karakter yang dilakukan mencapai tujuan bersama dalam membentuk
oleh guru dalam pembelajaran di setiap jenjang hubungan dengan sikap dan keterampilan sosial.
pendidikan. Hal tersebut penting untuk Dengan mengondisikan pembelajaran IPS yang
membangun dan mengembangkan karakter kondusif, akan memungkinkan murid terlibat
manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki langsung dalam pembelajaran sebagai upaya
karakter yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral,
tepat untuk itu adalah melalui pendidikan sekolah dan keterampilan sosial. Murid mampu berperan
(Ahya, H. 2013) untuk membentuk karakter dan serta dalam melakoni kehidupan masyarakat
mengatasi penyimpangan (Suardi, S., Megawati, modern yang dinamis dalam rangka menyonsong
M., & Kanji, H. 2018), karena pendidikan memiliki era globalisasi sebagai generasi millenial. Pada
peran penting dan sentral dalam pengembangan akhirnya peran kritis yang diemban IPS untuk
potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui membentuk warga negara yang baik dapat
pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang terwujud. Sehingga pembelajaran IPS bukan
dapat menumbuhkembangkan karakter positif, hanya dirancang dan diselenggarakan, namun perlu
serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi juga dievaluasi secara sistematis mulai dari kelas
baik. Ki Hajar Dewantara dalam Usman, H., & rendah sampai pada kelas tinggi guna mencapai
Raharjo, N. E. (2012) dengan tegas menyatakan tujuan tersebut. Evaluasi pendidikan karakter di
bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk sekolah khususnya pendidikan ilmu pengetahuan
memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan sosial di kelas tinggi sangat penting dilakukan,
batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. karena masa kelas tinggi di Sekolah Dasar (9 tahun
Oleh karena itu pentingnya pendidikan karakter sampai umur 12 tahun) termasuk dalam kelas IV,
untuk memfasilitasi penguatan dan pengembangan V,dan VI memiliki ciri-ciri yaitu (1) Sudah mulai
nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam prilaku mandiri; (2) Sudah ada rasa tanggung jawab
anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah pribadi; (3) penilaian terhadap dunia luar tidak
proses sekolah atau setelah lulus dari sekolah hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga
(Kesuma, Triatna dan Permana, 2011: 9). dilihat dari diri orang lain; (4) sudah menunjukkan
Pendidikan sangat perlu dilakukan di lingkup sikap yang kritis dan rasional (Boojest, 2013). (5)
sekolah khususnya dalam pembelajaran IPS Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang
(Akhwan, M. 2014), Karena pada dasarnya tujuan konkret; (6) Sangat realistik, rasa ingin tahu dan
pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan ingin belajar; (7) Menjelang akhir masa ini telah ada
potensi murid agar mampu beradaptasi dengan minat kepada hal-hal atau pembelajaran khusus
lingkungan sekitar, peka terhadap masalah yang sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus; (8)
terjadi di masyarakat dan mampu mengatasinya Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru

Jurnal Equilibrium e-2477-0221 p-2339-2401 58


Jurnal Etika Demokrasi p-2339-2401 e-2615-4374 58
Jurnal Etika Demokrasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Volume 4 No. 2 Juni 2019
ISSN e-2615-4374 ISSN p-2540-8763

atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan verification (conclusion drawing) atau menarik
tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini kesimpulan berdasarkan hasil temuan. Teknik
pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya kebasahan data dilakukan melalui triangulasi
dengan bebas dan berusaha untuk sumber, triangulasi waktu dan triangulasi teknik.
menyelesaikannya; (9) Pada masa ini anak
memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran
tepat mengenai prestasi sekolahnya, dan; (10) PEMBAHASAN
Gemar membentuk kelompok sebaya untuk Input Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
bermain bersama. Dalam permainan itu mereka dalam Menanamkan Pendidikan Karakter kepada
tidak terikat lagi dengan aturan permainan Siswa di Kelas Tinggi (IV, V dan VI)
tradisional (yang sudah ada), mereka membuat 1) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada
peraturan sendiri (Sebrinariz, 2014). Sehingga IPS (IPS yang memuat pendidikan karakter. Guru
evaluasi pendidikan karakter pada tahap kelas mengintegrasikkan nilai-nilai karakter kedalam
tinggi sangat memungkinkan dan mulai tampak rencana pelaksanaan pembelajran (RPP) baik
hasilnya. pada kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) yang berlaku pada kelas VI dan kurikulum
K13 yang berlaku pada kelas IV dan kelas V.
METODE PENELITIAN Berbagai karakter yang diintegrasikan seperti
Penelitian ini adalah jenis penelitian karakter disiplin, karakter tanggung-jawab,
deskriptif kualitatif yaitu untuk memahami karakter santun, karakter peduli, dan karakter
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek percaya diri. Nilai-nilai budaya dan karakter
penelitian (Lexy J Moleong, 2007), dengan bangsa yang terintegrasi dalam silabus
pemahaman yang mendalam dari individu, pembelajaran ilmu pengetahuan social adalah
kelompok atau situasi (Emzir, 2010: 20), untuk karakter toleransi, karakter peduli lingkungan,
memaparkan, menggambarkan, dan memetakan karakter peduli social, karakter tanggung-jawab,
fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau karakter jujur, karakter kerja keras, dan karakter
kerangka berfikir tertentu (Burhan Bungin, 2007). kreatif. Integrasi karakter dalam rencana
Penelitian ini dilaksaakan di SD Inpres 34 Bungung pelaksanaan pembelajran (RPP) sangat didukung
Katammu Kecamatan Bissappu Kabupaten oleh oleh kebijakan dan perhatian kepala
Bantaeng, berfokus pada penemuan model sekolah, guna menciptkan pembelajaran yang
integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran berkualitas dan berkarakter maka sebelum guru
ilmu pengetahuan social. Penentuan subjek dalam memulai proses pembelajaran kepala sekolah
penelitian dilakukan dengan teknik purposive terlebih dahulu memeriksa rencana pelaksanaan
mencakup kepala sekolah, guru, siswa dan orang pembelajran (RPP) yang telah dikembangkan
tua. Dalam penelitian ini yang menjadi instrument oleh guru.
utama (key instrument) adalah peneliti sendiri 2) Materi pelajaran pada IPS yang memuat
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih pendidikan karakter. Guru mempersiapkan
informan sebagai sumber data, melakukan materi pelajaran pada IPS yang memuat
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis pendidikan karakter melalui integrasi materi IPS
data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan dengan nilai-nilai moral yang ada di masyarakat
atas temuannya (Sugiyono, 2011). Teknik sehingga lebih kontekstual dengan kehidupan
pengumpulan data menggunakan pengamatan siswa. Integrasi karakter dalam materi pelajaran
(observation), wawancara mendalam (depth- sangat didukung oleh perhatian kepala sekolah,
Interview) dan dokumentasi. Teknik Analisis Data guna menciptkan pembelajaran yang berkualitas
penelitian ini dengan cara, reduksi data (data dan berkarakter maka kepala selalu
reduction), penyajian data (data display) dan memonitoring proses pembelajaran yang
Jurnal Equilibrium e-2477-0221 p-2339-2401 59
Jurnal Etika Demokrasi p-2339-2401 e-2615-4374 59
Jurnal Etika Demokrasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Volume 4 No. 2 Juni 2019
ISSN e-2615-4374 ISSN p-2540-8763

dilaksanakan oleh guru. Nilai karakter termuat karakter diantaranya adalah karakter disiplin
dalam materi pelajaran seperti pada materi dan karakter tanggung-jawab dalam setiap
keragaman social dilingkungan social dan langkah-langkah pembelajarannya.
kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia, Proses Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
memuat nilai-nilai karakter toleransi, karakter dalam Menanamkan Pendidikan Karakter kepada
jujur, karakter kreatif, karakter disiplin, karakter Siswa di Kelas Tinggi (IV, V dan VI)
bersahabat/komunikatif, karakter peduli sosial, 1) Mengaplikasikan rencana pelaksanaan
karakter bersahabat, karakter tanggung-jawab, pembelajaran (RPP) pada IPS yang memuat
karakter santun, karakter peduli, dan karakter pendidikan karakter. Pada pembelajaran IPS
percaya diri. guru mengaplikasikan rencana pelaksanaan
3) Media pembelajaran pada IPS yang memuat pembelajaran (RPP) pada IPS yang memuat
pendidikan karakter. Guru mempersiapkan pendidikan karakter dengan cara mengikuti
media pembelajaran pada IPS yang memuat langkah-langkah pembelajaran mulai dari
pendidikan karakter melalui media-media nilai- kegiatan awal, inti dan akhir yang diintegrasikan
nilai sosial, alat-alat tradisional yang telah guru dengan karakter jujur, karakter disiplin,
disiapkan oleh guru di dalam kelas dan media karakter tanggung-jawab, karakter santun,
pembelajaran yang ada di luar kelas yang ada karakter peduli, dan karakter percaya diri. Untuk
dilingkungan sekolah. Karena media kearifan menjaga kualaitas pembelajaran kepala sekolah
local dapat membangun karakter bangsa selalu memonitoring pengaplikasian rencana
(Suardi, S. 2018). Meskipun media pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada IPS yang
pembelajarannya masih manual karena memuat pendidikan karakter yang telah dibuat
keterbatasan guru dan sekolah sehingga belum oleh guru secara langsung agar proses
menggunakan media teknologi dan komunikasi pembelajaran berlangsung sesuai dengan
sebagai media pembelajaran, namun media rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
yang digunakan sudah memuat nilai-nilai 2) Menjelaskan materi pelajaran pada IPS yang
karakter pada media pembelajaran guru. memuat pendidikan karakter. Guru menjelaskan
4) Soal-soal tes pada IPS yang memuat pendidikan materi pelajaran pada IPS yang memuat
karakter. Guru mempersiapkan soal-soal tes pendidikan karakter dengan cara
pada IPS yang memuat pendidikan karakter mengintegrasikan penjelasan materi IPS dengan
melalui pemberian soal-soal yang berbasis nilai-nilai moral yang ada di masyarakat
higher order tinking skills (HOTS). Karena di sehingga lebih kontekstual dengan kehidupan
dalam soal higher order tinking skills (HOTS) siswa. Dalam proses penyampaian materi,
mengandung karakter rasa ingin tahu, karakter kepala sekolah biasa memonitoring pelaksanaan
kreatif dan karakter kerja keras yang pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
diintegrasikan guru pada kegiatan akhir atau 3) Menyajikan media pembelajaran pada IPS yang
penutup proses pembelajaran. memuat pendidikan karakter. Guru menyajikan
5) Model pembelajaran pada IPS yang memuat media pembelajaran pada IPS yang memuat
pendidikan karakter. Guru mempersiapkan pendidikan karakter dengan cara menyampaikan
model pembelajaran pada IPS dengan materi dengan bantuan media pembelajaran
menggunakan pendekatan saintifik (scientific yang memuat nilai-nilai sosial, alat-alat
approad) yang merupakan pendekatan tradisonal yang telah disiapkan oleh guru di
pembelajaran yang berpusat pada siswa atau dalam kelas dan media pembelajaran yang ada
student centered bukan lagi teacher centered diluar kelas yang ada dilingkungan sekolah.
yang termuat dalam kurikulum K13. Selain itu Upaya tersebut terus dilakukan dengan bantuan
pendekatan saintifik (scientific approad) juga kepala sekolah yang terus memonitoring
merupakan pendekatan yang memuat nilai-nilai penyajian media pembelajaran pada IPS yang

Jurnal Equilibrium e-2477-0221 p-2339-2401 60


Jurnal Etika Demokrasi p-2339-2401 e-2615-4374 60
Jurnal Etika Demokrasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Volume 4 No. 2 Juni 2019
ISSN e-2615-4374 ISSN p-2540-8763

memuat pendidikan karakter yang telah dibuat pendidikan (KTSP) di kelas enam dan kurikulum
oleh guru secara langsung dalam proses K13.
pembelajaran di kelas. Meskipun media yang Output Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
digunakan oleh guru masih manual, belum dalam Menanamkan Pendidikan Karakter kepada
menggunakan dan memanfaatkan media Siswa di Kelas Tinggi (IV, V dan VI)
teknologi dan komunikasi sebagai media 1) Karakter yang termuat dalam rencana
pembelajaran. pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada IPS di
4) Mengaplikasikan soal-soal tes pada IPS yang kelas tinggi (kelas IV, V dan VI). Nilai-nilai
memuat pendidikan karakter. Guru karakter yang termuat dalam rencana
mengaplikasikan soal-soal tes pada IPS di kelas pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada IPS di
tinggi (IV, V, dav VI) yang memuat pendidikan kelas tinggi (kelas IV, V dan VI) yaitu karakter
karakter dengan cara pemberian soal-soal yang jujur, karakter disiplin, karakter tanggung-jawab,
berbasis higher order tinking skills (HOTS) karakter santun, karakter peduli, dan karakter
disetiap evaluasi yang dilakukan oleh guru baik percaya diri.
evaluasi yang dilakukan perpertemuan maupun 2) Karakter yang termuat dalam materi pelajaran
yang dilakukan persemester, Karena di dalam pada IPS di kelas tinggi (kelas IV, V dan VI). Nilai-
soal higher order tinking skills (HOTS) nilai karakter yang termuat dalam materi
mengandung karakter rasa ingin tahu, karakter pelajaran pada IPS di kelas tinggi (kelas IV, V dan
kreatif dan karakter kerja keras. Oleh karena itu VI) yaitu nilai-nilai karakter toleransi, karakter
kepala sekolah sebagai penentu kebijakan terus jujur, karakter kreatif, karakter disiplin, karakter
menghimbau guru-guru untuk menggunakan bersahabat/komunikatif, karakter peduli sosial,
soal-soal tes yang berbasis higher order tinking karakter bersahabat, karakter tanggung-jawab,
skills (HOTS) dalam setiap pembelajaran. karakter santun, karakter peduli, dan karakter
5) Menerapkan model pembelajaran pada IPS yang percaya diri.
memuat pendidikan karakter. Guru menerapkan 3) Karakter yang termuat dalam media
model pembelajaran pada IPS yang memuat pembelajaran pada IPS di kelas tinggi (kelas IV, V
pendidikan karakter dengan cara mengikuti dan VI). Nilai-nilai karakter yang termuat dalam
setiap prosedur dan sistematika setiap langkah- media pembelajaran pada IPS di kelas tinggi
langkah pembelajaran yang termuat dalam (kelas IV, V dan VI) yaitu nilai-nilai kearifan lokal
model pembelajaran. Model yang digunakan masyarakat Bungung Katammung Kecamatan
adalah pendekatan saintifik (scientific approad) Bissappu Kabupaten Bantaeng, yang disesuaikan
yang merupakan pendekatan pembelajaran dengan materi pada pembelajaran IPS.
yang berpusat pada siswa. Selain itu pendekatan 4) Karakter yang termuat dalam soal-soal tes pada
saintifik (scientific approad) juga merupakan IPS di kelas tinggi (kelas IV, V dan VI). Nilai-nilai
pendekatan yang memuat nilai-nilai karakter karakter yang termuat dalam soal-soal tes yang
diantaranya adalah karakter disiplin dan berbasis higher order tinking skills (HOTS) pada
karakter tanggung-jawab dalam setiap langkah- IPS di kelas tinggi (kelas IV, V dan VI) yaitu
langkah pembelajarannya. Kurikulum yang karakter rasa ingin tahu, karakter kreatif dan
digunakan sekolah ada dua yaitu kurikulum karakter kerja keras.
tingkat satuan pendidikan (KTSP) di kelas enam 5) Karakter yang termuat dalam model
dan kurikulum K13, sehingga kepala sekolah pembelajaran pada IPS di kelas tinggi (kelas IV, V
memonitoring penerapan model pembelajaran dan VI). Nilai-nilai karakter yang termuat dalam
guru sesuai dengan kurikulum yang diterapkan model pembelajaran pada IPS di kelas tinggi
di setiap jenjang kelas. Namun demikian arah (kelas IV, V dan VI) yaitu karakter disiplin dan
kurikulum dalam pembentukan karakter tetap karakter tanggung-jawab dalam setiap langkah-
sama antara kurikulum tingkat satuan

Jurnal Equilibrium e-2477-0221 p-2339-2401 61


Jurnal Etika Demokrasi p-2339-2401 e-2615-4374 61
Jurnal Etika Demokrasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Volume 4 No. 2 Juni 2019
ISSN e-2615-4374 ISSN p-2540-8763

langkah pembelajaran pendekatan saintifik [5] Arifin, I. 2017. Kompetensi Kepribadian Kepala
(scientific approad). Sekolah Berbasis Moral Spiritual dalam
Mengimplementasi Pendidikan Karakter.
[6] Ariyani, Neni & Wismiarti. 2004. Panduan
KESIMPULAN Pendidikan Sentra untuk PAUD. Jakarta: CCCRT.
[7] Azmi, N. 2017 Manajemen Pendidikan Karakter
Evaluasi integrasi pendidikan karakter Siswa Man 1 Brebes dan MAN 2 Brebes.
dalam ilmu pengetahuan social di kelas tinggi (IV, V Purwekerto: Institut Agma Islam Negeri
dan VI) terdiri dari tiga aspek yaitu (1) Input Purwerkerto.
[8] Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemenpan.
pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dalam 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter.
menanamkan pendidikan karakter kepada siswa Jakarta: Pusat Kurikulum dan perbukuan.
sekolah dasar di kelas tinggi (IV, V dan VI) [9] Boojest. 2013. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
mencakup rencana pelaksanaan pembelajaran (online)
https://jejecmsbhnajar.wordpress.com/2013/04/2
(RPP), materi pelajaran, media pembelajaran, soal- 3/karakteristik-dan-perkembangan-belajar-siswa-
soal tes dan model pembelajaran, (2) proses di-sekolah-dasar/. Diakses tanggal 27 bulan Mei
pembelajaran dilakukan oleh guru dengan cara Tahun 2018.
[10] Cahyono, H., Suhono, S., & Khumairo, A. 2018.
mengaplikasikan input pembelajaran ilmu
Pendidikan Karakter Bagi Pelaku Pedofilia (sebuah
pengetahuan sosial yang mencakup rencana Strategi dalam Mengatasi Amoral). JMKSP (Jurnal
pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi pelajaran, Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi
media pembelajaran, soal-soal tes dan model Pendidikan), 3(1).
[11] Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-
pembelajaran untuk menanamkan pendidikan
Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem
karakter kepada siswa sekolah dasar di kelas tinggi Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
(IV, V dan VI). (3) Output pembelajaran merupakan [12] Depdiknas. 2006. Permen Nomor 22 Tahun 2006.
hasil dari input pembelajaran dan proses Jakarta: Depdiknas.
[13] Echols, John M dan Hassan Shadily. 2014. Kamus
pembelajaran ilmu pengetahuan sosial yang
Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
mencakup rencana pelaksanaan pembelajaran [14] Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif
(RPP), materi pelajaran, media pembelajaran, soal- Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
soal tes dan model pembelajaran dalam [15] Goleman, Daniel. 2000. Working With Emotional
Intelligence (Terjemahan Alex Kantjono W)”.
menanamkan pendidikan karakter kepada siswa Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
sekolah dasar di kelas tinggi (IV, V dan VI) yaitu [16] Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter (Konsep
siswa memiliki nilai-nilai karakter jujur, disiplin, Dan Implementasi). Bandung: Alfabeta.
tanggung-jawab, santun, karakter peduli sosial, [17] Herawan, K. D., & Sudarsana, I. K. 2017. Relevansi
Nilai Pendidikan Karakter Dalam Geguritan
karakter percaya diri, toleransi, kreatif, Suddhamala Untuk Meningkatkan Mutu
bersahabat/komunikatif, rasa ingin tahu, dan Pendidikan Di Indonesia. Jurnal Penjaminan
karakter kerja keras. Mutu, 3(2), 223-236.
[18] Kesuma, Dharma, Dkk. 2011. Pendidikan Karakter,
Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT
DAFTAR PUSTAKA Remaja Rosdakarya Offset.
[1] Ahmad, T. A. 2014. Kendala Guru dalam [19] Lickona, Thomas (2012) Education for Character:
Internalisasi Nilai Karakter pada Pembelajaran Mendidik untuk Membentuk Karakter. Jakarta: PT
Sejarah. Khazanah Pendidikan, 7(1). Aksara.
[2] Ahya, H. 2013. Pendidikan Karakter di SMA Santo [20] Losa, J., Tasik, F., & Purwanto, A. 2018. Peranan
Bonaventura Madiun (Doctoral dissertation, Orang Tua dalam Mengatasi Kenakalan Remaja
University of Muhammadiyah Malang). Akibat Meminum Alkhohol Cap Tikus (Studi Kasus
[3] Akhwan, M. 2014. Pendidikan Karakter: Konsep di Desa Talawaan Kecamatan Talawaan Kabupaten
dan Implementasinya dalam Pembelajaran di Minahasa Utara)”. JURNAL Administrasi
Sekolah/Madrasah. El Tarbawi, 8(1), 61-67. Publik, 1(043).
[4] Amini, Y. S. J. 2008. Bullying: mengatasi kekerasan [21] Marlina, L., & Nurman, G. 2017. Pengembangan
di sekolah dan lingkungan sekitar anak. Grasindo. Pendidikan Karakter Dan Kebangsaan Di SMK Pab 1
Helvetia.

Jurnal Equilibrium e-2477-0221 p-2339-2401 62


Jurnal Etika Demokrasi p-2339-2401 e-2615-4374 62
Jurnal Etika Demokrasi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Volume 4 No. 2 Juni 2019
ISSN e-2615-4374 ISSN p-2540-8763

[22] Megawangi, Ratna. 2006. Pendidikan Yang Patut Kewarganegaraan di SMA Jaya Negara
Dan Menyenangkan. Jakarta: Viscom Pratama. Makassar. Jurnal Etika Demokrasi Prodi PPKn
[23] Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Unismuh Makassar, 4(1).
Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja [36] Triestuning, E., Wachid, W., & Sari, L. N. (2016).
Rodaskarya. Gambaran Sikap Remaja Dalam Mengkonsumsi
[24] Novitasari, K. 2017. Pembelajaran Berbasis Proyek Minuman Keras Di Desa Sidowayah RW. 05
untuk Menanamkan Karakter Tanggung Jawab Sidoarjo. Nurse and Health, 5(2), 4-6.
pada Anak Kelompok B Di Tk Nasima Kota [37] Usman, H., & Raharjo, N. E. 2012. Model
Semarang. PG PAUD Universitas PGRI Yogyakarta. Pendidikan Karakter Kewirausahaan di Sekolah
[25] Pulungan, F. R. 2012. Pengaruh Model Menengah Kejuruan. Jurnal Pendidikan Teknologi
Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis dan Kejuruan, 21(2).
Pendidikan Karakter terhadap Perubahan Karakter
dan Kemampuan Menyelesaikan Masalah
Fisika. Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran
Fisika, 4, 38-43.
[26] Qibtiyah, M. 2017. Manajemen pendidikan
Madrasah Aliyah Binaan Pesantren dalam
Pengembangan karakter Peserta Didik. Jurnal
Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman, 2(1).
[27] Rohayati, N. 2018. Peranan Muhammadiyah Dalam
Membina Generasi Muda Melalui Pendidikan
Karakter Di Sukajadi Kota
Bandung. Empowerment, 2(2), 116-125.
[28] Rohendi, E. 2018. Mengembangkan Sikap dan
Perilaku Anak Usia Dini melalui Pendidikan Berbasis
Karakter. Cakrawala Dini, 3(1).
[29] Sebrinariz. 2014. Karakteristik dan Ciri Khas Anak
SD Serta Implikasi Terhadap Pendidik (Online)
http://sabrinariz.blogspot.co.id/2014/05/karakteris
tik-dan-ciri-khas-anak-sd.html. Diakses tanggal 27
bulan Mei Tahun 2018.
[30] Simatupang, L. Y. 2018. Perilaku Menyimpang Para
Remaja Penghisap Lem di Kelurahan Pasar Merah
Barat Kecamatan Medan Kota Sumatera Utara.
[31] Sudarsana, I. K. 2018. Membina Kerukunan Antar
Siswa Di Sekolah Melalui Penanaman Pendidikan
Budi Pekerti Berbasis Kearifan Lokal. In Prosiding
Seminar Nasional Kearifan Lokal Indonesia Untuk
Pembangunan Karakter Universal 2015 (pp. 242-
250).
[32] Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
[33] Suardi, S. (2018). Penerapan Model Pembelajaran
Saintifik Approacd Berbasis Media Pembelajaran
Kearifan Lokal pada Mata Kuliah Dasar-Dasar
Sosiologi dalam Membangun Karakter dan
Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan
Sosiologi Universitas Muhammadiyah
Makassar. Jurnal Etika Demokrasi Prodi PPKn
Unismuh Makassar, 3(2).
[34] Suardi, S., Megawati, M., & Kanji, H. (2018).
Pendidikan Karakter di Sekolah (Studi
Penyimpangan Siswa di Mts Muhammadiyah
Tallo). Jurnal Etika Demokrasi Prodi PPKn Unismuh
Makassar, 3(1).
[35] Suardi, S., Herdiansyah, H., Ramlan, H., & Mutiara,
I. A. (2019). Implementasi Pendidikan Karakter
Melalui Mata Pelajaran Pendidikan

Jurnal Equilibrium e-2477-0221 p-2339-2401 63


Jurnal Etika Demokrasi p-2339-2401 e-2615-4374 63

You might also like