Professional Documents
Culture Documents
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum
Volume 1, Nomor 1, Mei 2016
P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224
ABSTRACT
Character education is an educational process aimed at learners to develop the values,
attitudes, and behaviours that emit noble character or noble character. Research with the aim
of, (1) To describe the implementation of character education to students at SMPN 5 Malang;
(2) To describe the form of school activities in the implementation of character education to
students at SMPN 5 Malang; (3) To explain the constraints faced in the implementation of
character education to students at SMPN 5 Malang; (4) To explain a solution that is made
to overcome the obstacles to implementation of character education to students at SMPN 5
Malang. This study uses qualitative research techniques. Researchers directly involved in
collecting information related to their topic. The collection of data obtained by observation
techniques, interviewing techniques, and technical documentation. The informant information
that needs to be explored is the principal SMPN5 Malang, Student representatives, Islamic
Teachers, PPKn Teachers, and class 7, 8, and 9. Then the data were analyzed by descriptive
qualitative. The results showed that the implementation of character education to students
in Junior High School 5 Malang to implement school culture that prays together, implement
5S, flag ceremonies and manners of incorporating the materials into every subject. Form
of school activities in the field of religion is Imtaq, Khotmil Qur’an, and commemorating
religious holidays. Field of self-development and winning personality to hold extracurricular,
flag ceremony, student council activities and comply with regulations. And social fields which
carry out social service. Constraints on the internal factors that character education lessons
were removed, and students are still unstable, external factors are the impact of globalization,
parents and children often indulge milieu wrong. The solution is to provide guidance that
provide insight, training and supervision, teachers set a good example, providing facilities
supporting character education and establish good communication between parents and
the school. The conclusion that the implementation of character education to students at
SMPN 5 Malang to implement and incorporate the material culture of the school moral and
character are integrated into each subject. School events that shape the field of religion,
self-development field and superior personality, and social areas. The obstacles are internal
factors and external factors. And solutions to overcome these obstacles is to provide guidance,
teachers give good example, providing character education support facilities and establish
excellent communication between parents and the school.
38
39
persekolahan, haruslah diakui berkaitan disekolah untuk saat ini sudah mengalami
erat dengan semakin berkembangnya kemunduran. Data empiris menunjukkan
pandangan dalam masyarakat luas bahwa bahwa para guru sudah merasa enggan
pendidikan nasional dalam berbagai menegur anak didik yang berlaku tidak
jenjang, khususnya jenjang menengah sopan, Zuriah (2008:163).
dan tinggi, telah gagal dalam membentuk Menurut Muslich (2011: 172-173)
peserta didik yang memiliki akhlak, moral, pendidikan yang bernuansakan budi
dan budi pekerti yang baik. Lebih jauh pekerti seperti PPKn dan Agama telah
lagi, banyak peserta didik sering dinilai gagal menjalankan misinya. Kegagalan
tidak hanya kurang memiliki kesantunan ini disebabkan karena beberapa hal,
baik disekolah, di rumah, dan lingkungan pertama, pelajaran-pelajaran yang
masyarakat, tetapi juga sering terlibat mengembangkan budi pekerti seperti
dalam tindak kekerasan massal. Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan
Kalangan pelajar dan mahasiswa Agama dan Ilmu pengetahuan sosial
dekadensi moral ini tidak kalah dalam pelaksanaan pembelajarannya lebih
memprihatinkan. Perilaku menabrak etika, banyak mengedepankan aspek kognitif,
moral dan hukum dari yang ringan sampai dari pada aspek afektif dan psikomotor.
yang berat masih kerap diperlihatkan Kedua, subtansi pelajaran itu lebih teoritis
oleh pelajar dan mahasiswa. Hal lain tidak heran kalau terdapat kesenjangan
yang menggejala di kalangan pelajar yang jelas antara teoritis dan wacana yang
dan mahasiswa berbentuk kenakalan‘. di bahas dengan realita sosial yang ada.
Beberapa di antaranya adalah tawuran Selain itu menurut Azizy (2003:108)
antar pelajar dan antar mahasiswa. penyebab bobroknya budi pekerti dan
Bentuk kenakalan lain yang moralitas bangsa Indonesia diperparah
dilakukan pelajar dan mahasiswa adalah oleh tidak ada tawaran solusi dari semua
meminum minuman keras, pergaulan lembaga, semua ahli, semua pejabat,
bebas dan penyalahgunaan narkoba yang semua pendidik, dan semua profesi
bisa mengakibatkan depresi bahkan lainnya, hampir semuanya mengedepankan
terkena HIV/AIDS. Fenomena lain kepentingan pribadi, khususnya berupa
yang mencoreng citra pelajar adalah dan tuntutan uang, (seperti kenaikan gaji,
lembaga pendidikan adalah maraknya gang tunjangan dan semacamnya).
pelajar‘ dan gang motor‘. Perilaku mereka Oleh karena itu, pendidikan budi
bahkan seringkali menjurus pada tindak pekerti perlu diajarkan agar generasi
kekerasan (bullying) yang meresahkan sekarang dan yang akan datang agar
masyarakat dan bahkan tindakan kriminal terwujudnya manusia Indonesia yang
seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan bermoral, berkarakter, berakhlak mulia dan
pembunuhan, http://puskurbuk.net (diakses berbudi pekerti luhur merupakan tujuan
25 Januari 2014). dari pembangunan manusia Indonesia yang
Semua perilaku negatif di kalangan kemudian diimplementasikan ke dalam
pelajar dan mahasiswa tersebut atas, jelas tujuan pendidikan nasional.
menunjukkan kerapuhan karakter dan Pendidikan budi pekerti kurang
budi pekerti yang cukup parah yang salah tepat yang hanya dilaksanakan pada
satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pelajaran Agama dan Kewarganegaraan
pengembangan karakter dan budi pekerti karena dengan menekankan pendidikan
di lembaga pendidikan di samping karena budi pekerti hanya pada dua pelajaran
kondisi lingkungan yang tidak mendukung. tersebut, maka hanya Guru Agama dan
Ditambah lagi penanaman budi pekerti Kewarganegaraan yang bertanggung
jawab terhadap budi pekerti siswa, dan pembentukan teori substansif berdasarkan
guru-guru mata pelajaran lain tidak ikut konsep-konsep yang timbul dari data
terlibat dalam penanaman budi pekerti. empiris. Dalam penilaian kualitatif,
Bahkan pendidikan budi pekerti juga harus peneliti merasa ”tidak tahu apa yang tidak
ada diluar pelajaran, seperti dalam situasi diketahui”, sehingga desain penelitian
sekolah ,pergaulan, kegiatan ektrakurikuler yang dikembangkan selalu merupakan
dan lain-lain, Zuriah (2008:171). kemungkinan yang terbuka akan berbagai
Berkaitan penjelasan diatas bahwa perubahan yang diperlukan dan lentur
siswa harus mendapatkan pendidikan terhadap perubahan yang diperlukan
budi pekerti disekolah karena pendidikan dan lentur terhadap kondisi yang ada
budi pekerti merupakan gerakan untuk di lapangan pengamatan. Penelitian
menciptakan sekolah yang mampu kualitatif adalah prosedur penelitian yang
membentuk etika, tanggung jawab, dan menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kepedulian peserta didik dengan cara kata tertulis atau lisan dari orang-orang
pemberian contoh dan pengajaran sikap dan perilaku yang dapat di amati, Moleong
yang dapat diterima secara universal. (dalam Zuriah 2009:92). Penelitian ini
SMPN 5 Malang, Ialah salah satu menggunakan pendekatan kualitatif karena
sekolah negeri yang ada di kota Malang,. : a) lebih mudah mengadakan penyesuaian
SMPN 5 Malang mempunyai visi dengan kenyataan yang berdimensi
"Mewujudkan sekolah unggul dengan ganda, b) lebih mudah menyajikan secara
mengembangkan ilmu pengetahuan dan langsung hakikat hubungan antara peneliti
teknologi serta berwawasan lingkungan dan subjek penelitian.
dengan dilandasi iman dan taqwa". Jenis penelitian yang digunakan
Dengan latar belakang yang di paparkan adalah penelitian lapangan. Penelitian
diatas penulis tertarik untuk melaksanakan lapangan dapat di anggap sebagai
penelitian terkait dengan implementasi pendekatan luas dalam penelitian kualitatif
pendidikan budi pekerti pada siswa yang atau sebagai metode untuk mengumpulkan
dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul data kualitatif. Ide pentingnya adalah
“IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDI bahwa peneliti berangkat ke lapangan untuk
PEKERTI PADA SISWA DI SMPN 5 mengadakan pengamatan terhadap suatu
MALANG” keadaan alamiah. Pendekatan ini terikat
erat dengan pengamatan-pengamatan
METODE berprasyarat (Moleong, 2011: 26).
Dalam perspektif pendekatan
penelitian penulis menggunakan metode HASIL DAN PEMBAHASAN
kualitatif menurut Zuriah (2009:92) Implementasi Pendidikan Budi Pekerti
dalam bukunya metodologi penelitian Pada Siswa di SMPN 5 Malang
sosial dan pendidikan yang mengatakan Pendidikan budi pekerti adalah
bahwa penelitian kualitatif memerlukan gerakan untuk menciptakan sekolah yang
ketajaman analisis, objektifitas, sistematis mampu membentuk etika, tanggung jawab,
dan sistemik sehingga diperoleh ketepatan dan kepedulian peserta didik dengan cara
dalam interprestasi, sebab akibat dari pemberian contoh dan pengajaran sikap
suatu fenomena atau gejala bagi penganut yang dapat diterima secara universal.
penelitian kualitatif adalah totalitas atau Semua orang dewasa di sekolah menjadi
Gestalt. model pendidikan budi pekerti bagi
Pendekatan penelitian kualitatif siswa. Secara terus menerus, siswa akan
perhatiannya lebih banyak ditujukan pada mengamati semua orang dewasa di sekolah
guru, pengelola, staf, pengelola kantin, yang digunakan adalah pembinaan kepada
sampai dengan bagian kebersihan yang peserta didik secara terus menerus misalnya
dilihat sebagai contoh model mana yang melaksanakan kegiatan keagamaan seperti
baik dan mana yang buruk. Setiap guru, sholat berjamaah, kegiatan imtaq setiap
baik dalam kegiatan akademik maupun hari rabu pagi sebelum pelajaran mulai,
kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan budi melaksanakan kegiatan jumaat bersih ini
pekerti adalah upaya untuk membekali melatih kerjasama dan gotong royong
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, siswa dan sekolah menyisipkan materi
pengajaran, dan latihan selama pertumbuhan budi pekerti pada mata pelajaran Agama,
dan perkembangan dirinya sebagai bekal PPKn dan semua mata pelajaran juga
bagi masa depannya, agar memiliki hati menyisipkan budi pekerti.
nurani yang bersih, berperangai baik, serta Seperti yang sudah dijelaskan
menjaga kesusilaan dalam melaksanakan tersebut nilai-nilai budi pekerti menurut
kewajiban terhadap Tuhan dan terhadap Depdiknas, (dalam Zuriah 2008;69-70)
sesama makhluk sehingga terbentuk adalah ada 18 nilai-nilai budi pekerti
pribadi seutuhnya yang tercermin pada perilaku dasar dan sikap yang diharapkan
perilaku berupa ucapan, perbuatan, sikap, dimiliki peserta didik sebagai dasar
pikiran, perasaan, kerja dan hasil karya pembentukan pribadinya. Serta strategi
berdasarkan nilai-nilai agama serta norma pendidikan budi pekerti menurut Zuriah
dan moral luhur bangsa, Muslich (2011: (2008 :80) dilakukan pembinaan dan upaya
173-174). Ini terlihat dari pengamatan pembinaan. Berdasarkan hasil wawancara,
yang dilakukan peneliti secara kontinyu, observasi dan dokumentasi dapat ditarik
bahwa segala suatu yang baik dalam proses kesimpulan bahwa seluruh siswa telah
belajar mengajar maupun diluar proses mendapatkan pendidikan budi pekerti,
pembelajaran dikelas, melalui kegiatan- contoh nilai-nilai budi pekerti yang
kegiatan sekolah dan budaya sekolah dalam dilaksanakan di SMPN 5 Malang adalah
menanamkan nilai-nilai budi pekerti. para siswa melaksanakan budaya 5S yaitu
Berdasarkan wawancara dengan salam, salim, senyum, sapa dan sopan
Bapak Kepala sekolah SMPN 5 Malang R.V. santun yang dimana dalam budaya 5S
Sudharmanto S.Pd. MK.Pd. menegaskan tersebut siswa telah melaksanaan nilai-nilai
bahwa dalam implementasi pendidikan budi pekerti seperti memiliki tatakrama
budi pekerti pada siswa di SMPN 5 dan sopan santun, saling menghormati,
Malang sangat penting, masyarakat yang disiplin diri, dan menumbuhkan cinta dan
berkarakter dan budi pekerti luhur sangat kasih sayang.
dibutuhkan. Pendidikan budi pekerti peserta Strategi yang dilakukan sekolah
didik dapat dilaksanakan melalui kegiatan- adalah memasukkan materi moral dan
kegiatan yang dilaksanakan di sekolah budi pekerti ini secara terpadu (integrated)
dan budaya-budaya yang dikembangkan ke dalam setiap mata pelajaran dan
sekolah. disimpulkan bahwa SMPN 5 memberikan bimbingan yaitu pemahaman
Malang telah melaksanakan pendidikan kepada siswa apabila sudah paham
budi pekerti yaitu dengan mengembangkan selanjutnya dilatih dan diawasi. Seperti
dan melaksanakan budaya sekolah seperti yang sudah dijelaskan tersebut nilai-nilai
5S dalam kehidupan sehari-hari yaitu budi pekerti menurut Depdiknas, (dalam
salam, senyum, sapa, salim dan sopan Zuriah 2008;69-70) adalah ada 18 nilai-
santun, membudayakan hidup tertib dan nilai budi pekerti perilaku dasar dan sikap
mengikuti kegiatan ektrakurikuler untuk yang diharapkan dimiliki peserta didik
mengembangkat bakat siswa. Strategi sebagai dasar pembentukan pribadinya.
menirukan gaya artis kesukaannya tanpa budaya malu jika melakukan hal yang
ada filter dan pengawasan dari orang tua, kurang baik disekolah seperti yang pertama
kurangnya kedisiplinan siswa sehingga malu jika datang terlambat atau pulang
siswa berlaku sesuka hatinya, bersikap cepat (harus disiplin), kedua malu karena
apatis yaitu apabila tidak diperintah maka melihat rekannya sibuk melakukan aktifitas
siswa itu tetap berdiam diri, lingkungan (harus lebih aktif), ketiga malu karena
pergaulan yang salah akan mengakibatkan melanggar peraturan(harus mematuhi tata
siswa terjerumus,dan faktor usia siswa tertib), keempat malu untuk berbuat salah
yang masih menginjak awal remaja (harus berperilaku yang baik) ,kelima malu
sehingga masih labil. Oleh karena itu karena bekerja tidak berprestasi (harus
implementasi pendidikan budi pekerti pada lebih rajin lagi), keenam malu karena tugas
siswa harus dilaksanakan dengan konsisten tidak terlaksana atau tidak selesai(harus
dengan dukungan dari semua pihak, baik lebih bertanggung jawab), ketujuh malu
pihak sekolah guru, karyawan, kepala karena tidak tidak berperan aktif dalam
sekolah dengan orang tua murid dan selalu mewujudkan kebersihan lingkungan kantor/
bersinergis untuk mewujudkan budi pekerti sekolah (hurus menjaga kebersihan). Pihak
anak yang luhur. sekolah harus cermat dalam melihat apa
saja yang menjadi kendala-kendala dalam
Solusi yang dilakukan untuk mengatasi implementasi pendidikan budi pekerti
kendala-kendala implementasi pendidikan pada siswa agar dapat segera memberikan
budi pekerti pada siswa di SMPN 5 Malang. sebuah solusi yang dilaksanakan dalam
Berdasarkan permasalahan yang ada menyelesaikan permasalahan tersebut.
sebagai kendala-kendala implementasi Untuk itu perlu adanya kerjasama
pendidikan budi pekerti pada siswa dari dan kepedulian dari berbagai pihak dalam
informan, maka peneliti ingin mengetahui sekolah maupun luar sekolah untuk
bagaimana solusi yang diambil dalam melaksanakan pendidikan budi pekerti
mengatasi kendala-kendala tersebut melalui pada siswa yang sesuai dengan visi dan
pendekatan-pendekatan terhadap siswa dan misi SMPN 5 Malang. Hal ini sesuai
orang tua atau program-program kegiatan dengan yang diamanatkan UU No. 20
sekolah. Implementasi pendidikan budi Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
pekerti di sekolah dapat membangun etika Nasional tentang dasar fungsi dan tujuan
kemampuan bersosialisasi, dan meningkatkan pendidikan berdasarkan Pasal 3 dikatakan
kemampuan akademik siswa. Pendidikan sebagai berikut: “Pendidikan Nasional
budi pekerti meliputi emosi, intelektual dan berfungsi mengembangkan kemampuan
kualitas moral seseorang atau sekelompok dan membentuk watak serta peradapan
orang dalam berperilaku. Pendidikan budi bangsa yang bermartabat dalam rangka
pekerti berhubungan dengan kejujuran, mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
keadilan dan sportifitas, dapat dipercaya, untuk berkembangnya potensi peserta didik
tanggungjawab, respek, sampai dengan agar menjadi manusia yang beriman dan
memahami perbedaan antar individu dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
kelompok. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
Berdasarkan hasil wawancara, observasi kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa yang demokratis dan bertanggung jawab”.
dalam implementasi pendidikan budi pekerti
pada siswa tidak hanya diajarkan melalui SIMPULAN
teori saja akan tetapi diberikan contoh Berdasarkan pada fokus penelitian,
tauladan, sehingga anak akan memiliki paparan data, dan temuan penelitian