You are on page 1of 19

Kuliyatun Penanaman nilai …

PENANAMAN NILAI-NILAI RELIGIUS PADA PESRTA DIDIK DI SMA


MUHAMMADIYAH 01 METRO LAMPUNG

Oleh.
Kuliyatun
Universitas Muhammadiyah Metro Lampung
e-mail: kuliyatun1971@gmail.com

Abstact

This research is motivated by the findings of the negative effects of the


development of globalization on the religious values in students, such
as low manners, ethics. So there needs to be innovation and strategies
that can reduce and overcome the problems that occur in educational
institutions. Muhammadiyah 1 Metro High School has a program of
planting religious values for students who adopt Islamic boarding
school values. School believes that Islamic boarding school education
can form a religious character. This research is included in qualitative
field research. While data collection in this study uses the method of
observation, interviews, and documentation. The analysis in this study
uses data reduction techniques, data presentation and verification. The
implementation of the planting of religious values in students uses an
internalization strategy with habituation methods, advice methods,
exemplary methods, and punishment methods. The results obtained
from the study, namely: 1) Planting the value of worship using
habituation and counselling methods, consisting of 4 activities,
namely: a) prayer activities in the congregation, b) prayer together
before and after learning, c) prayer dhuha, d ) tausiyah. 2. Planting
moral values and discipline, using habituation and exemplary
methods, consisting of 3 activities, namely: a) morning greetings, b)
sunnah fasts c) social services. 3. Planting trustworthy and sincere
values are realized in infaq activities. 4. Planting the value of the spirit
of jihad using the method of counselling. This research also found
inhibiting factors in the planting of religious values, such as low
awareness of children, a diverse ethnic community.

Keywords: Planting, Religious Value, Boarding School Value

Abstrak

Penelitian ini dilatar belakangi oleh temuan-temuan pengaruh negative


dari perkembangan globalisasi terhadap nilai religius pada diri peserta
didik, seperti rendahnya etika. Maka perlu adanya inovasi dan strategi
yang bisa mengurangi dan menangulangi permasalahan yang terjadi
pada lembaga pendidikan. SMA Muhammadiyah 1 Metro menerapkan
program penanaman nilai-nilai religius pada peserta didik dengan
mengadopsi nilai-nilai pesantren. Sekolah meyakini pendidikan
pesantren dapat membentuk karakter siswa yang religius. Penelitian ini
termasuk dalam penelitian lapangan (Field Resarch) yang bersifat
180
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Analisis penelitian, menggunakan
teknik reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Adapun
implementasi dalam penanaman nilai-nilai religius pada peserta didik
mengunakan strategi internalisasi dengan metode pembiasaan, metode
nasihat, metode keteladanan, dan metode hukuman. Hasil yang
diperoleh dari penelitian, yaitu: 1) Penanaman nilai ibadah
menggunakan metode pembiasaan dan nasihat, terdiri dari 4 kegiatan
yaitu: a) kegiatan sholat berjama’ah, b) Do’a bersama sebelum dan
sesudah pembelajaran, c) sholat dhuha, d) tausiyah. 2. Penanaman nilai
akhlak dan kedisiplinan, mengunkan metode pembiasaan dan
keteladanan, terdiri dari 3 kegiatan yaitu: a) salam pagi, b) puasa
sunnah, c) baksos. 3. Penanaman nilai amanah dan ikhlas terealisasi
dalam kegiatan infaq. 4. Penanaman nilai ruhul jihad menggunkan
metode nasihat. Penelitian ini juga ditemukan factor penghambat
dalam penanaman nilai-nilai religius, seperti: rendahnya kesadaran
anak, lingkungan masyarakt yang beragam suku.

Kata Kunci: Penanaman, Nila Religius, Nilai Pesantren

A. PENDAHULUAN lembaga pendidikan ialah kasus


Pendidikan merupakan suatu pembunuhan seorang siswa kelas XI
rekayasa sosial dalam sebuah yang memukuli guru seninya sendiri
masyarakat yang bertujuan untuk hingga tewas, hanya persoalan sepele
menanamkan sebuah nilai tertentu yang yaitu guru tersebut hanya menegur
diinginkan. Selain itu disebutkan pula untuk tidak menggangu temannya di
bahwa pendidikan merupakan proses jam pelajaran berlangsung, peristiwa
dalam membentuk manusia untuk itu terjadi di SMAN 1 Torjun Sampang
memiliki taraf kemanusiaanya Madura, Jawa Timur.1 Ada juga kasus
(humanisasi). Penanaman nilai dalam bullying terhadap temannya sendiri
pendidikan sangat bervariasi hingga depresi, kasus seorang anak
tergantung pada lembaga pendidikan berusia 10 tahun diduga melakukan
yang merancang nilai apa saja yang kekerasan terhadap beberapa temannya
ingin ditanamkan. Dikarenakan sebuah karena sering menonton situs youtube
pendidikan memiliki visi dan misi yang tidak sesuai dengan umurnya.2
sendiri yang ingin dicapai dalam diri Dengan peristiwa yang telah terjadi
manusia maupun lembaga pendidikan. tersebut, pastilah ada fator-faktor yang
Saat ini, dunia pendidikan dihadapi mempengaruhinya sampai seorang
dengan arus globalisasi dan anak berani melakukan tidakan seperti
perkembangan tekhnologi yang
signifikan dampaknya dapat dirasakan.
Dampak negative pada anak, 1
Http://m.tribunnews.com/regional/20
seperti kurangnya etika, hal ini dapat 18/02/03/kronologi-pemukulan-guru-oleh-
siswa, jumat, 12-04-2018
dilihat dari beberapa peristiwa dan 2
https://m.detik.com/news/berita/d-
kasus yang cukup mengegerkan pada 3845912, Jumat 12-04-2018
itu dan yang melatar belakangi lebih baik dan dapat menanamkan
peristiwa tersebut. nilai-nilai religious kepada peserta
Oleh karena itu, bertumpu pada didik. SMA Muhammadiyah 1 Metro
realita yang terjadi bahwa dibutuhkan telah menerapkan sekolah berasrama
strategi-strategi yang mampu (Boarding School) yang mengadopsi
mengatasi dan mengintegrasikan pendidikan pesantren. Karena sekolah
kecerdasan spiritual, intelektual dan sadar, dengan eksistensi pesantren yang
emosianal para peserta didik. Agar dapat mendukung misi pendidikan
tujuan dari pendidikan nasional bisa nasional untuk mencerdasakan bangsa,
tercapai dengan baik. Secara psikologi, sesuai dengan lampiran Undang-
tujuan pendidikan adalah pembentukan undang Nomer 20 tahun 2003 tentang
karakter yang terwujud dalam kesatuan System Pendidikan Nasional, Peraturan
esensial si subyek dengan prilaku dan Pemerintah Nomer 19 Tahun 2005
sikap hidup yang dimilikinya.3Karakter tentang Standar Proses, dan Peraturan
mengacu pada serangkaian sikap Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007
perilaku (behaviour), motivasi tentang Pendidikan Agama dan
(motivation), dan keterampilan (skill) Keagamaan.4
yang meliputi keinginan untuk Dengan demikian, pendidikan
melakukan hal baik. Tetapi karakter pesantren yang dibingkai dengan
juga bisa diartikan sebagai kehidupan sekolah berasrama (Boarding School)
psikis seseorang yang merupakan hasil dapat diterapkan di lembaga-lembaga
interaksi antara faktor internal dan pendidikan umum, tidak hanya
faktor eksternal atau pengalaman yang diterapkan disekolah swasta yang
dialaminya. berbasis pondok pesantren maupun
Lembaga pendidikan perlu sekolah yang dibawah naungan pondok
membuat program-program yang dapat pesantren atau yayasan, tetapi bisa
mengatasi dan menghadapi arus digunakan disemua sekolah-sekolah
globalisasi yang semakin signifikan umum yang tidak memiliki basis
perkembangnnya. Dengan demikian, pesantren, sesuai dengan kebutuhan
SMA Muhammadiyah 1 Metro, dan tujuan pendidikan yang ingin
memiliki program bagi para peserta dicapai. Menurut M. Nuh (Mendiknas)
didiknya, bertujuan untuk membentuk dalam Republik Online yang dikutip
insan yang berkarakter, bernilai religius oleh Maragustam dalam bukunya,
dan berintelektual ilmu sains maupun Filasafat Pendidikan Islam Menuju
agama. Program yang dibuat oleh SMA Pembentukan Karakter, tradisi
Muhammadiyah 1 Metro ialah program (pembiasaan) dipesantren sangat
5
yang menganjurkan kepada khususnya penting di sekolah. Dengan demikian,
siswa baru dan umumnya untuk seluruh
4
peserta didik untuk tinggal diasrama Abd, Halim Soebahar, Kebijakan
Pendidikan Islam dari Ordonansi Guru sampai
supaya mendapatkan pelajaran agama UU Sisdiknas, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2013), hlm. 42.
3 5
Alwi, Hasan dkk, Kamus Besar Maragustam, Filsafat Pendidikan
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Islam Menuju Pembentukan Karakter,
Departemen Pendidikan Nasional dan Balai (Yogyakarta: Pascasarjana FITK UIN Sunan
Pustaka, 2005), hlm. 1270. Kalijaga, 2018), hlm. 287.
182
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
pendidikan dan nilai-nilai pesantren Muhammdiyah 1 Metro sendiri adalah
memang sangat dibutuhkan dalam sekolah SMA yang pertama kali
pendidikan saat ini, karena proses memprogramkan penanaman nilai-nilai
pendidikan tidak hanya transfer religius dengan mendirikan boarding
knowledge saja tetapi juga penanaman school yang diadopsi dari pendidikan
nilai-nilai religious dalm pembentuk pesantren. Tetapi tidak bisa dipungkiri,
karakter pada peseta didik. Karena dalam penerapan program nilai
melihat eksistensi pesantren dalam pesantren ini, sekolah tidak langsung
membentuk karakter, akhlak peserta sukses dan berhasil, tetapi banyak
didik dan mendapatkan apresiasi masalah atau kendala yang dihadapinya
terhadap lembaga-lembaga pendidikan sampai saat ini. Kendala yang selalu
yang bukan berbasis pesantren. menghambat berjalannya program ini
Berdasarkan permasalahan ialah Karena kultur didaerah sekitar
tersebut, perlu adanya inovasi terbaru beragam dan lingkungan masyarakat
yang mampu mengatasi permasalahan- dan pergaulan, karena SMA
permasalahan yang berkaitan dengan Muhammadiyah 1 Metro berletak
rendahnya tingkat religiusitas peserta diperkotaan.
didik. Salah satunya dengan cara Untuk membatasi penelitian ini,
menanamkan nilai religus pada peserta peneliti berfokus pada bagaimana
didik di SMA Muhammadiyah 1 implementasi penanaman nilia-nilai
Metro. Dalam penanaman nilai-nilai religius yang mengadopsi pendidikan
religius di SMA Muhammadiyah 1 pesantren di SMA Muhammadiyah 1
Metro ini sebagian besar mengadopsi Metro?, serta bagaimana hasil dari
dari pendidikan pesantren. Tujuannya proses implementasi penanaman
agar siswa mampu memiliki nilai tersebut bagi peserta didik?
karakter yang kuat sesuai dengan visi
dan misi SMA Muhammadiyah 1 B. METODE PENELITIAN
Metro. Dalam penelitian ini, untuk
SMA Muhammadiyah 1 Metro memperoleh data yang dibutuhkan
sendiri telah menerapkan penanaman akan menggunakan beberapa metode
nilai religius pada peserta didik dengan penelitian sebagai berikut:
system boarding school yang 1. Jenis Penelitian
mengadopsi pendidikan pesantren sejak Jenis penelitian yang digunakan
empat tahun yang lalu, tepatnya pada adalah penelitian kualitatif, yaitu
tahun 2015. SMA Muhammadiya 1 penelitian yang dilakukan pada kondisi
Metro mengadopsi pendidikan yang alamiah.6Sedangkan Pendekatan
pesantren ini, bukan untuk merubah yang digunakan dalam penelitian ini
sekolah menjadi pesantren, tetapi adalah pendekatan psikologi. Psikologi
sekolah hanya mengadopsi pendidikan atau ilmu jiwa adalah ilmu yang
pesantren yang diyakininya dapat mempelajari jiwa dan prilaku
menanamakn nilai-nilai religius dan
6
membentuk karakter yang Sugiyono, Metode Penelitian
Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
berintelektual dan religius. SMA dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.
14
183
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
seseorang melalui gejala yang dapat teknik pengecekan data dari berbagai
diamatinya. Lokasi penelitian ini sumber dengan berbagai waktu. Dalam
dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 penelitian ini peneliti menggunakan
Metro Lampung beralamatkan di jalan trangulasi sumber dan trangulasi
Khiarbras No. 65 Ganajarsari, Metro teknik.9
Barat, Kota Metro provinsi Lampung. 5. Teknik Analisis Data
2. Sumber Data Analisis data yang digunakan
Sumber data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data model Miles
adalah semua data, kegiatan, ataupun dan Huberman yaitu dalam penelitian
informasi yang dapat dijadikan sebagai analisi data dilakukan terus menerus
sumber rujukan dalam penelitian ini. sampai akhir penelitian.10 Kemudian
Namun yang diutamakan adalah data dianalisis melalui tiga kompenen yang
yang berupa informasi dari informan meliputi reduksi data, penyajian data,
yang terbentuk kata-kata dan kejadian dan pengambilan kesimpulan
11
lapangan secara realita. Subjek yang (verifikasi).
dijadikan sebagai sumber data dalam
penelitian ini diantaranya, ialah: a. C. KAJIAN TEORI DAN
Kepala asrama, b. Kepala sekolah, b. PEMBAHASAN
Guru (Ustadz), c. Peserta didik. 1. Penanaman Niali-nilai Religius
3. Metode Pengumpulan Data Penanaman secara etimologis
Metode pengumpulan data yang berasal dari kata “tanam” yang berarti
akan digunakan dalam penelitian ini menabur benih, yang semakin jelas jika
adalah sebagai berikut: a. Metode mendapatkan awalan dan akhirat
observasi dilakukan untuk memperoleh menjadi “penanaman” yang berarti
informasi tentang kelakuan manusia proses, cara, perbuatan menanam,
seperti terjadi dalam kenyataan,7 b. menanami atau menanamkan.12
Metode wawancara digunakan untuk Sedangkan nilai adalah prinsip atau
mencari dan menggali data penelitian c. hakikatnya yang menentukan harga
Metode Dokumentasi merupakan atau nilai dan makna bagi sesuatu.
teknik mencari data mengenai hal-hal Nilai adalah suatu perangkat keyakinan
atau variable yang berupa catatan, atau perasaan yang diyakini sebagai
traskip, buku, surat kabar, majalah, suatu identitas yang memberikan corak
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda,
dan sebagainya.8
4. Uji Keabsahan
9
Dalam penelitian ini, Sugiyono, Metode Penelitian
Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
menggunakan teknik untuk menguji dan R & D..., hlm. 372.
keabsahan data, yaitu Triangulasi, yaitu 10
Ibid..., hlm. 337.
11
Uhar Suharsaputra, Metode
Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan Tindakan,
7
S. Nasution, Metode Research, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), hlm.
(Peneltian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 216.
12
Cetak ke-1, 1996), hlm.106. Pusat Bahasa Departemen
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm.
PT. Rineka Cipta, 2013), hlm. 274. 1134.
184
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
yang khusus kepada pola pemikiran, berhubungan dengan agamanya.15
perasaan, keterikatan maupun prilaku.13 Religius adalah menjalankan ajaran
a. Pengertian Religius agama secara menyeluruh dan hal yang
Religius adalah nilai kerohanian paling mendasar ialah menjadikan
yang tertinggi, sifatnya mutlak dan sebagai landasan pendidikan.16
abadi, serta bersumber pada b. Nilai Religius yang
kepercayaan dan keyakinan manusia. Ditanamkan
Religius merupakan kata sifat dari Menurut Fathurrahman nilai-nilai
religious (inggris) “connected with religious terbagi menjadi 5, sebagai
religion or with particular religion”. berikut:17
Glock dan Stark menyatakan bahwa, 1) Nilai Ibadah
Religius sebagai keyakinan yang Secara istilah berarti khidmat
berhubungan dengan agama, yang kepada Tuhan, taat mengerjakan
dapat dilihat melalui aktivitas atau perintah-Nya dan menjauhi larangan-
perilaku individu yang bersangkutan Nya. Ibadah adalah ketaatan manusia
dengan agama dan keyakinan yang di kepada tuhan yang diimplementasikan
anut. Religius bukanlah merupakan dalam kegiatan sehari-hari misalnya,
sesuatu yang tunggal tetapi merupakan sholat, puasa, zakat dan lain
system yang terdiri dari beberapa sebagainya.18 Ibadah baik umum
aspek. Didalam psikologi agama maupun khusus merupakan
dikenal dengan religius consciousness konsekuensi dan implikasi dari
(kesadaran beragama) dan religius keimanan terhadap Allah SWT yang
experiences (pengalaman beragama). tercantum dalam dua kalimat
Glock dan Stark membagi religiuitas syahadat.”asyhadu alla ilaaha
menjadi lima dimensi, yaitu religious illallaah, waasyhadu anna
belief, religious practice, religious Muhammadar Rasulullah. Bahwa
felling, religions knowledge dan ibadah adalah ketaatan manusia kepada
religious effect.14 Tuhan yang diimplementasikan dalam
Religius atau sikap keagamaan kegiatan sehari-hari
dapat diartikan sebagai suatu proses 2) Nilai Ruhul Jihad
terhadap daya ruhaniyah yang menjadi Ruhul jihad adalah jiwa yang
motor penggerak mengarahkan tingkah mendorong manusia untuk bekerja atau
laku manusia dalam kehidupan sehari- berjuang dengan sungguh-sungguh.
hari terdiri dari perasaan, fikiran,
angan-angan untuk melaksanakan 15
Imam Bawai, Pengantar Ilmu Jiwa
kepercayaan kepada tuhan dengan Perkembangan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1985), hlm. 19.
anjuran dan kewajiban yang 16
Asmaun Sahlan, Mewujudkan
Budaya Religius di Sekolah, (Malang: UIN
Maliki Pres, 2009), hlm. 27
17
Faturrohman, Budaya Religius
13
Abu Ahmad dan Noor Salim, Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,
Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, Tinjauan Teoritik dan Praktik
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 202. Konstekstualisasi Pendidikan Agama Di
14
Charles Y. Glock and Rodney Stark, Sekolah, (Yogyakarta: Kalimemedia, 2015),
Religion and Society in Tension, (Chicago: hlm. 60-69.
Rand McNally and Company, 1965). 18
Ibid,…, hlm. 61
185
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
Hal ini didasari adanya tujuan hidup 2. Strategi Penanaman Nilai-nilai
manusia, yaitu Hablumminallah, Religius
Hamblumminnas dan Hamblum min al- a. Pengertian Strategi
alam. Dengan adanya komitmen ruhul Strategi adalah suatu pola yang
jihad maka aktualisasi diri dan direncanakan dan ditetapkan secara
melakukan perkerjaan selalu didasari sengaja untuk melakukan kegiatan atau
sikap berjuang dan ikhtiar dengan tindakan.22 Menurut J.R David dalam
sungguh-sungguh.19Mencari ilmu pendidikan strategi diartikan sebagai
merupakan salah satu manifestasi dari perencanaan yang berisi tentang
sifat Jihadunnafsi yaitu memerangi rangkaian kegiatan yang didesain untuk
kebodohan dan kemalasan. mencapai tujuan pendidikan tertentu.23
3) Nilai Akhlak dan Disiplin Strategi pendidikan pada
Akhlak merupakan bentuk jama’ dasarnya masih bersifat konseptual
dari khuluq, artinya perangai, tabiat, tentang keputusan yang akan diambil
rasa malu dan adat kebiasaan. dalam suatu pembelajaran. Oleh karena
Sedangkan kedisiplinan itu itu, untuk mengimplementasikannya
termanifestasi dalam kebiasaan dalam strategi tersebut disesuaikan dengan
kebiasaan manusia ketika metode pembelajaran tertentu sebagai
melaksanakan ibadah rutin setiap hari. cara kerja yang bersistem untuk
Apabila manusia melaksanakan memudahkan pelaksanaan kegiatan
ibadahnya dengan tepat waktu, maka penanaman nilai religius guna untuk
secara otomatis nilai kedisiplinan telah mencapai tujuan yang telah
tertanam pada diri orang tersebut.20 direncanaka.
4) Nilai Keteladanan b. Strategi dan Metode
Nilai keteladanan tercermin dari Pembentukan Nilai Religius
perilaku guru, keteladanan merupakan Strategi yang akan di teterapkan
hal yang sangat penting dalam sesuai dengan kebutuhan dan
pendidikan dan pembelajaran. kapasitasnya. Startegi yang akan
5) Nilai Amanah dan Ikhlas digunakan dalam penenaman nilai-nilai
Secara etimologi amanah artinya religious pada peserta didik, yaitu
dapat dipercaya dan tanggung jawab. Startegi internalisasi adalah
Dalam konteks pendidikan, nilai penghayatan terhadap suatu doktrin
amanah harus dipegang oleh seluruh atau nilai, sehingga merupakan
pengelola lembaga pendidikan. keyakinan dan kesadaran akan
Sedangkan ikhlas diartikan bersih atau kebenaran doktrin atau nilai yang
hilangnya rasa pamrih atas segala diwujudkan dalam sikap dan prilaku.24
sesuatu yang diperbuatnya.21

22
Abdul Majid, Strategi
Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013), hlm. 4.
23
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan
19
Faturrohman, Budaya Religius Islam, (Bandung: Remaja Rosdakrya, 2004),
Dalam Peningkatan Mutu..., hlm. 62. hlm. 8.
20 24
Ibid,..., hlm. 63. Depdikbud, Kamus Bahasa
21
Ibid,…, hlm. 60-69. Indonesia, (Jakarta: Tim penyusun Pusat
186
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
Maragustam berpendapat, bahwa penamanan nilai-nilai religius guna
jika karakter merupakan 100% dapat membentuk karakter yang
keturunan atau bawaan sejak lahir, religius dan berintelektual. Boarding
maka karakter tidak bisa terbentuk. school adalah sekolah berasrma yang
Namun, jika bawaan (heriditas) tidak hanya memberikan ilmu (transfer
hanyalah salah satu factor pembentuk knowledge) terhadap peserta didik,
karaker, maka bisa dibentuk semenjak tetapi juga membina dan mendidik
dini. Dengan diajarkan secara peserta didik dalam berbagai aspek
sistematis dalam model pendidikan kehidupannya yang akan datang.
karaker holistic integrative (pendidikan Berdasarkan Hasil obeservasi
formal, informal, dan non formal).25 yang telah dilakukan kegiatan
Ada lima rukun pembentukan karakter, keagamaan dalam penanaman nilai-
yaitu:26 1) Moral Acting (tindakan yang nilai religious yang terdapat di SMA
baik) dengan cara habituasi Muhammadiyah 1 Metro sebagian
(pembiasaan) dan pembudayaan, 2) besar mengadopsi nilai-nilai pesanter,
Membelajarkan pengetahuan tentang seperti peserta didik masuk sekolah
nilai-nilai yang baik (moral knowing), pukul 07:00 setiap pagi selalu tadarus
3) Moral feeling dan loving (merasakan Qur’an dan menyetorkan hafalan
dan mencintai yang baik), 4) Moral kepada guru yang bertugas, sebelum
loving berawal dari mindset (pola jam istirahat peserta didik diberi waktu
pikir), 4) Keteladanan (moral 15 menit untuk melakukan sholat
modelling) dari lingkungan sekitar, 5) dhuha, peserta didik diwajibkan sholat
Pertaubatan dari segala dosa dan hal- berjama’ah di masjid dan
hal yang tidak bermanfaat sekalipun. mendengarkan tausyiah ba’da dzuhur.
3. Hasil Penanaman Nilai-nilai Berdasarkan hasil penilitian dapat
Religius di SMA disimpulkan, bahwa SMA
Muhammadiyah 01 Metro, Muhammadiyah 1 Metro memiliki
Lampung. keinginan untuk membentuk peserta
a. Implementasi Penanaman didik yang berkarater religius,
Nilai-nilai Religius Kepada berintelektual, disiplin ilmu, tanggung
Peserta Didik jawab dan mandiri. Hal ini merupakan
SMA Muhammadiyah 01 Metro sebagai gambaran bahwa SMA
merupakan sekolah pertama di kota Muhammmadiyah 1 Metro benar-benar
Metro yang mendirikan system sekolah mendidik dan menanamkan nilai-nilai
berasrma (Boarding School) sejak religious pada seluruh penghuni
tahun 2015, dengan mengadopsi sekolah tersebut, baik itu peserta didik,
pendidikan pesantren dalam proses karyawan maupun guru yang berada
dalam lingkungan sekolah. Peserta
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2002), didik yang ada di SMA
hlm.439
25
Maragustam, Filsafat Pendidikan Muhammadiyah 1 Metro keseluruhan
Islam, Menuju Pembentukan Karakter, beragama Islam, oleh karena itu,
(Yogyakarata: Pascasarjana Fakultas Ilmu maksud dari program penanaman nilai
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas UIN
Sunan Kalijaga, 2018), hlm. 285-291. religious yang ditanamkan pada diri
26
Ibid..., hlm. 285-289.
187
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
peserta didik guna dapat menjadi penanamn nilai religius pada diri
landasan keagamaan bagi para peserta peserta didik. Kegiatan pesantren yang
didik untuk tidak mudah terpengaruh diadopsi oleh sekolah SMA
dengan budaya barat atau Muhammadiayah 1 Metro, seperti
perkembangan zaman dan bisa Tadarus Al-Qur’an, sholat dhuha,
mengambil keputusan dengan sholat berjam’ah, mengkaji kitab
bijaksana sesuai dengan ajaran Hadist dan kegiatan tausyiah.
agamanya. Berdasarkan hasil wawancara
Satuan pendidikan sebenarnya bersama bapak Rudion27, selaku guru
selama ini sudah mengembangkan dan al Islam, penanaman nilai religius pada
melaksnakan nilai-nilai religious dalam peserta didik melalui kegiatan Tadarus
pembentukan karakter, melalui Qur’an, menunjukan bahwa guru Al-
program operasional satuan pendidikan Islam berupaya menanamkan nilai
masing-masing. Hal ini merupakan religius melalui kegiatan Tadarus
prakondisi pendidikan karakter pada Qur’an. Hal ini bisa terlihat ketika guru
satuan pendidikan yang untuk Al-Islam memberikan arahan langsung
selanjutnya telah dijelakan atau dirinci tentang pentingnya menjaga sopan
dalam kajian kurikulum 2013 yang santun ketika kegiatan Tadarus Qur’an
mengarah dalam pembentukan berlangsung.
karakter. Nilai karakter yang dijelaskan Nilai kegiatan keagamaan
dalam kurikulum 2013 seperti, Tadarus Qur’an adalah salah satu
keagamaan, gotong royong, dalam penamanan nilai-nilai religius
kebersihan, kedisiplinan, kebersamaan, yang diberikan pada peserta didik.
toleransi, peduli terhadap sekitar, kerja Dalam pelaksanaan kegiatan ini,
keras dan sebagainya. seluruh guru atau warga sekolah juga
SMA Muhammadiyah 1 Metro memberikan contoh secara langsung
dalam mengimplementasikan kepada peserta didik dengan menjaga
penanaman nilai-nilai religius pada sikap ketika kegiatan tadarus Qur’an
perta didik sebagaian besar sedang berlangsung. Para guru
mengadopsi pendidikan pesantren, berusaha untuk menanamkan nilai
karena bila diamati pendidikan akhlak melalui kegiatan Tadarus
pesantren dalam membentuk karakter Qur’an. Penanaman nilai-nilai religious
santri dan menanaman nilai-nilai pada diri peserta didik ini dilakukan
religius bisa berjalan dengan baik dan dalam setiap hari. Proses penanaman
menghasilkan output-output yang nilai-nilai religious di SMA
berkulitas, secara intelektualnya Muhammadiyah 1 Metro ini
maupun religiusitasnya. Oleh sebab itu, mengunakan beberapa metode yang
sekolah melihat dan tidak meragukan dianggap efektif oleh pihak sekolah
untuk mengadopsi pola pendidikan dan asrama. Metode yang digunakan
pesantren dalam penanaman nilai dalam proses implementasi penanaman
religius pada diri peserta didik.
Pendidikan pesantren diyakini dapat 27
Wawancara dengan Rudion, selaku
membantu dan mempermudah proses Waka Al-Islam Di SMA Muhammadiyah 1
Metro, 06 Maret 2019, pukul 10:00
188
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
nilia-nilai religius adalah mengunakan dengan cara yang dogmatis yaitu
metode pembiasaan, metode nasihat, memaparkan pandangan agama
metode keteladanan dan metode terhadap nilai tertentu. Hal ini
hukuman. Semua metode tersebut dibuktikan dengan materi kajian yang
digunakan untuk membentuk peserta dilakukan. Dengan demikin, maka
didik agar dapat memiliki karkater nasihat yang diberikan merupakan
yang religious sesuai dengan tujuan nasihat yang didasari dari hadits-hadits
SMA Muhammadiyah 1 Metro yang yang ada, sehingga terlihat bahwa
tertuang dalam visi yaitu terdidik nasihat yang diberikan merupakan
berdasarkan aqidah Islam, cerdas dan nasihat dogmatis. Dalam Penanaman
unggul dalam ilmu pengetahuan dan nilai-nilai religious pada peserta didik
teknologi serta berbudaya lingkungan. tidak hanya mengunakan nasihat saja,
Metode nasihat dalam melainkan ada beberpa metode yang
menanamkan nilai-nilai religious digunkan di SMA Muhammadiyah 1
diaplikasikan dengan secara intensif Metro. Hal ini dimakasudkan agar
dan berkelanjutan. Metode ini nilai-nilai religious tertanam dengan
digunakan ketika dilaksanakan optimal. Metode yang digunankan
kegiatan kajian, mengaji yang selain nasihat adalah metode
terjadwal rutin maupun dalam keadaan- pembiasaan. Dalam hal ini pembiasaan
keadaan tertentu yang tidak terjadwal. dilakukan sesuai dengan nilai-nilai
Kegiatan kajian yang menggunakan religious dalam penanaman nilai-nilai
metode nasihat ini berupa kajian ba’da religious pada peserta didik.
magrib yaitu tausiyah, kajian Riyadush Menurut Nurcholis Madjid,
Shalihin28, HPT (Himpunan Putusan suasana religius yang berbentuk ritual
Tarjih)29, dan pembinaan angkatan dan simbolik dianggap sebagai
yang terjadwal.30 “bingkai” atau “kerangka”, sebab itu
Nasihat yang diberikan ritus (kegiatan keagamaan) dan
merupakan nilai-nilai agama sebagai formalitas bukanlah tujuan, ia akan
dasar pemahaman agar terbentuknya baru memiliki makna yang hakiki jika
karakter religious peserta didik. Dalam menghantarkan orang yang
keseharian nasihat ini selalu diberikan bersangkutan kepada tujuannya yang
hakiki, yaitu kedekatan (taqarrub)
28
Riyadush Shalihin merupakan kepada Allah dan kebaikan kepada
sebuah buku dari kumpulan hadits-hadits sesama manusia (akhlak karimah).31
pilihan yang ditulis oleh Imam Nawawi yang
digunakan sebagai materi yang dibahas dalam Kegiatan demi kegiatan yang
kajian rutin diasram dilaksanakan disekolah SMA
29
HPT (Himpunan Putusan Tarjih)
merupakan sebuah buku, produk intelektual
Muhammadiyah 1 Metro, semuanya
tertinggi dari Majelis Tarjih yang digodok mengarahkan agar siswa dapat
secara intensif dalam Musyawarah Nasional merasakan dan terbiasa melakukan
Tarjih
30
Pembinaan angkatan merupakan sesutu yang baik dan bermanfaat.
kegiatan rutin yang dilakukan. Pembinaan
angkatan ini dilakukan sehari dalam 2 minggu
31
yang bertempatan pada hari minggu, Nurcholis Majid, Masyarakat
pembinaan ini dilakukan pada penghuni Religius, (Jakarta: Paramedina, 1997), hlm.
asrama. 128.
189
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
Seperti kegiatan bakti social yang kegiatan ini biasa disebut dengan
dilakukan diberbagai tempat, seperti Baksos (Bakti Sosial).
panti asuhan, dijalana dan lain Metode selanjutnya yang
sebagainya. Kegiatan ini membiasakan digunkan dalam penanaman Nilai-nilai
peserta didik untuk selalu membantu religious pada peserta didik ialah
dan menghargai kehidupan orang lain dengan memberikan keteladanan.
tanpa mengharapkan sesuatu (pamrih). Keteladanan ini diberikan oleh para
Pembiasaan mengabdi pada Alllah guru SMA Muhammadiyah 1 Metro.
SWT sebagai Tuhan Pencipta telah Hasil wawancara bersama bapak
dilakukan dan menjadi sebuah Sriyanto, bahwa mengindikasikan
kewajiban yang harus dilakukan setiap bahwa keteladanan telah diberikan
orang muslim. Hal ini diwujudkan sebagai metode dalam menanamkan
supaya para peserta didik di SMA nilai-nilai religious yang diinginkan.
Muhammadiyah 1 Metro dapat Selain itu dalam kajian atau kultum
menjadikan dirinya sebagai hamba yang dilakukan oleh para guru selalu
Allah SWT. dianjurkan agar guru dapat selalu
Seperti halnya nilai amanah dan memberikan contoh dan menjadil
tanggung jawab juga dibiasakan dalam modelling yang baik bagi para peserta
setiap aktivitas yang dilaksanakan. Hal didiknya. Seperti yang dikatakan oleh
ini berkenaan dengan, dijadikannya Feri Irawan setelah usai kultum, yang
peserta didik menjadi pengurus dalam diberikan bahwa guru harus menjadi
organisasi maupun dalam setiap acara contoh pada para peserta didiknya.
atau event. Keduanya merupakan Hukum (punishment) menjadi
amanah yang diberikan oleh SMA metode selanjutnya yang digunakan
Muhammadiyah 1 Metro kepada para sekolah SMA Muhammadiyah 1 Metro
peserta didik untuk senantiasa dalam penanaman nilai-nilai religious.
dilaksanakannya dengan penuh rasa Pada dasarnya aturan yang ada
tanggung jawab atas apa yang telah semuanya diciptakan agar seluruh
diamanahkan. Dalam melaksanakan peserta didik terbiasa dengan nilai-nilai
amanah ini harus diikut dengan religious yang ada, sehingga proses
tanggung jawab terhadap amanah yang pembentukan karkater pun dapat
telah diberikan. Sehingga amanah dan tercapai dengan baik. Berdasarkan
tanggung jawab dibiasakan keterangan bapak Rudion, ketika
dilingkungan sekolah melalui tugas diberikan pertanyaan tentang
yang diberikan. Ini semua dibuktikan menggunakan metode hukuman
dengan wajibkannya para peserta terhadap pembinaan, bahwa diharapkan
didiknya untuk melaksanakan tahfidz peserta didik yang melanggar akan
Qur’an dan melakukan sholat diberi hukuman, supaya sadar dan
berjama’ah, selain itu sekolah membuat paham atas kesalahan yang
kegiatan yang dilaksanakan setiap dilakukannya.
tahunnya untuk membiasakan para Berkaitan dengan hukuman yang
peserta didik beramal kepada sesama, diberikan merupakan salah satu
langkah dan upaya dalam membentuk

190
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
peserta didik menjadi peserta didik Metro terindikasi mengunakan atau
yang bernilai religious. Dalam mengadopsi pola pendidikan
praktiknya hukuman yang diberikan pesanteran, guna untuk menunjang dan
juga mengedepankan pembiasaan membantu proses pembentukan
dalam mengamalkan nilai-nilai karakter religius.
religious. Berdasarkan hasil observasi Berdasarkan hasil observasi yang
dan wawancara terhadap para warga telah lakukan, kegiatan keagamaan
sekolah dapat ditarik kesimpulan yang diadopsi dari pendidikan
bahwa implementasi penanaman nilai- pesantren yang diterapkan di SMA
nilai religius siswa di SMA Muhammadiyah 1 metro ini sesuai
Muhammadiyah 1 Metro bisa dilihat dengan teori Muhammad
dari siswa terbiasa berbuat baik, Fathurrohman, antara lain tadarus al-
melakukan kegiatan baksos, aktif Qur’an, sholat dhuha, sholat
organisasi keislaman, dan taat berjama’ah, puasa sunnah, peringatan
peraturan yang memberikan hari besar Islam, dan doa bersama
pembelajaran agama dan bisa (istighosah). Disamping itu, kegiatan
mengetahui kompetensi yang dimiliki lain juga ada seperti dibiasakan
siswa, siswa menjadi lebih kuat mendengarkan murotal, infaq dan
taqwanya, kuat aqidahnya, mengetahui selalu peduli dengan sekitar.
nilai-nilai religius yang lain seperti Berdasarkan dari hasil penelitian,
punya wawasan ma’rifat dan tentang penanaman nilai-nilai religius
mempunyai adap kepada guru, teman, pada peserta didik yang mengadopsi
kedua orangtua. nilai pesantren, dapat dikatakan
berhasil, terlihat dari peserta didik yang
4. Hasil Penanaman Nilai-Nilai menunjukan sikap positif seperti
Religius Pada Peserta Didik Di beribadah secara rutin dari mulai
SMA Muhammadiyah 01 kegiatan 3S (senyum, sapa dan salam)
Metro tadarus al-Qur’an, berdoa di awal dan
Berdasarkan hasil penelitian yang diakhir pelajaran, sholat dhuha, puasa
dilakukan dalam penanaman nilai-nilai sunnah, sholat berjama’ah, sholat
religious pada peserta didik di SMA jum’at, infaq dan peringatan hari besar
Muhammadiyah 1 Metro, mencakup Islam, dan istighosah. Peserta didik
kegiatan-kegiatan keagamaan yang menunjukan sikap ramah ketika
sudah diprogram oleh guru Pendidikan bertemu dengan oranng lain. Hal ini
Agama Islam, kepala sekolah, wakil terbukti ketika peneliti datang pertama
kepala sekolah dan pembina asrama. kalinya disambut dengan ramah dan
Penanaman nilai nilai religious di SMA berjabat tangan meskipun belum saling
Muhammadiyah 1 Metro diwujudkan kenal. Menurut ibu resesi guru
dalam berbagai kegiatan keagamaan. bimbinang konseling (BK),
Berdasarkan hasil observasi yang telah mengatakan perilaku para siswa sudah
dilakukan, dalam melaksanakan terarah dan terjadi perubahan, seperti
penanaman nilai-nilai religius pada sikap/etika yang baik. Pendidikan
peserta didik SMA Muhammaduyah 1 pesantren yang dilakukan disekolah

191
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
memberikan dampak yang positif bagi dengan baik. Hal ini, dapat diketahui
siswa maupun warga sekolah. melalui absensi sholat yang terlampir.
Berdasarkan hasil observasi yang Selain itu juga, dibuktikan dengan hasil
dilakukan, setelah diterapkannya nilai- observasi peneliti ketika waktunya
nilai dan budaya pesantren disekolah, istirahat tiba, peserta didik dengan
para peserta didik lebih mengerti kesadarannya sendiri menuju kemesjid
tentang kewajibannya sebagai seorang untuk melaksanakan ibadah sholat
muslim, seperti ibadah lebih terjaga, sunnah (sholat dhuha).
sopan dan patuh terhadap guru. Maka Berdasarkan hasil wawancara
emosional peserta didik dapat terjaga bersama bapak Fikri, bapak Ridwan
dan kedekatan lahir batin dalam dan Puji Lestari (siswi)33 dan observasi
pembelajaran berjalan dengan baik dan yang telah dilakukan, bahwasannya
sesuai yang diharapkan. nilai-nilai ibadah sudah terlaksana
a. Nilai-nilai Religius yang dengan baik sesuai dengan tujuan dan
ditanamkan pada peserta didik harapan sekolah dalam menanamkan
Dalam nilai-nilai yang nilai-nilai religious melalui pembiasaan
ditanamkan merupakan religiusitas melakukan sholat dhuha, sholat
dimana suatu hal yang multidimensi berjama’ah, infaq dan lainnya. Berjalan
yang meliputi kognitif, emosi, perilaku dengan baik tanpa adanya paksaan dan
dan interpersonal.32 Sehingga dilakukan dengan kemauan sendiri
religiusitas dibagi menjadi lima aspek tanpa adanya embel-embel (reward)
yaitu ideological, intellectual, public dan juga tidak perlu dioprak-oprak dari
practice, private practice dan religious bapak ataupun ibu guru. Selain
experience. Nilai-nilai religius yang disekolah, praktik ibada juga
diberikan kepada peserta didik adalah dilakukan, karena merak sudah mulai
sebagai berikut: sadar atas kewajibanya sebagai seorang
1) Nilai Ibadah muslim.
Nilai ibadah yang ditunjukan Penanaman nilai ibadah
oleh peserta didik dapat dilihat dari selanjutnya yaitu, membiasakan
kegiatan sehari-hari seperti sholat membacaan do’a setiap pagi yang
dhuha, sholat berjama’ah, sholat dipandu oleh guru yang bertugas.
jum’at, tadarus al-Qur’an dan lain- Kegiatan ini dilakukan untuk
lainnya. Dengan menunjukan karakter mendapatkan ridho Allah SWT, agar
religious terutama nilai ibadah ini, apa yang dikerjakannya bernilai
dapat terlihat bahwa nilai-nilai dan ibadah. Berdasarkan hasil wawancara
budaya pesantren yang digunakan
sebagai penanaman nilai-nilai religious 33
Wawancara Dengan Bapak Fikri,
pada peserta didik sudah berhasil Selaku Wakil Kepala Sekolah SMA
Muahmmadiyah 1 Metro di Bidang Sarpra, 30-
01-2019, Pukul 09.00 WIB, Wawancara
32
Doanea, M. J. The Associantion Dengan Bapak Ridawan Awalludin, S.E,
Between Religiosty and Subjective Well-Being: Selaku Guru Kewarganegaraan di SMA
The Unique contribution of religious service Muhammadiyah 1 Metro, 05-02-05, Pukul
attendance and the mediating role of perceived 09.30, Wawancara Dengan Puji Lestari, peserta
religious social support. The iris Jourbal of didik SMA Muhammadiyah 1 Metro Kelas XI
Psyhology, 43 (1), 2013, hlm. 49-66. IPB, 05-02-19, Pukul 12.30 WIB.
192
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
bersama bapak Fikri, mengatakan disiplin waktu dan lain sebagainya.
bahwa, membiasakan membaca doa Berdasarkan hasil observasi dan
sebelum melakukan kegiatan belajar ini wawancara yang telah dilakukan, maka
dengan harapan agar apa yang kita dapat disimpulkan bahwa nilai akhlak
terima selama kegiatan pembelajaran dan kedisiplinan telah tertanam dengan
bermanfaat dan bernilai ibadah. baik. Dengan adanya pembiasaan dan
2) Nilai Akhlak dan Kedisiplinan nasihat yang diberikan terus menurus
Nilai akhlak yang disampaikan kepada peserata didik, maka tanpa
oleh peserta didik SMA disadari peserta didik dengan
Muhammadiyah 1 Metro adalah sendirinya akan melakukan hal-hal
senyum, sapa dan salam. Setiap peserta yang diajarkan atau yang ditanamkan
didik bertemu dengan orang lain, baik pada diri peserta didik. Dengan
orang yang dikenalnya maupun tidak, demikian, maka dalam nilai akhlak dan
peserta didik selalu membiasakan kedisiplinan telah berjalan dengan baik
untuk bersikap ramah, senyum dan dan berhasil sesuai dengan harapan dan
menggucapkan salam kepada setiap tujuan sekolah.
orang yang ditemuinnya. Siswa juga 3) Nilai Amanah dan Ikhlas
menunjukan etika yang baik jika Nilai amanah atau dalam konsep
bertemu dengan orang tidak meraka kepemimpinan menurut Faturrahman
kenal. Ini terbukti ketika peneliti dalam kosep kepemimpinan, amanah
datang untuk pertama kalinya pada disebut juga dengan tanggung jawab.
tanggal 19 Febuari 2019 disambut Dalam konteks pendidikan, nilai
dengan ramah dan keterbukaan amanah harus dipegang oleh seluruh
meskipun belum pernah bertemu atau pengelola lembaga pendidikan.
mengenal satu sama lain. Sedangkan ikhlas diartikan bersih dari
Nilai kedisplinan yang campuran dari hal kotor, secara umum
ditunjukan oleh siswa dengan selalu ikhlas ialah hilangnya rasa pamrih atas
membiasakan tepat waktu dalam segala sesuata yang dilakukannya.
melakukan segala hal, termasuk dalam Dengan ditunjukannya nilai amanah
mengikuti atau melakukan kegiatan dalam penanaman nilai-nilai religious,
nilai religious yang ditanamkan pada maka peserta didik akan lebih sadar
dirinya, seperti sholat dhuha, sholat tentang pengertian nilai amanah. Oleh
berjama’ah dan lain sebagainya. Para Karenanya nilai amanah disini adalah
peserta didik melakukannya dengan kewajiban atau tugas sebagai peserta
tertib dan disiplin. Hal ini juga didik yang diamanahi kepadanaya.
disampaikan oleh Arif Rahman34 Yang harus di pertanggungjawabkan
(siswa) mengatakan bahwa, sikap kepada Allah SWT, tidak hanya
disiplin yang diterapan disekolah, tanggung jawab pada diri sendiri dan
berdampak positif, dan kita mulai juga tanggung jawab terhadap
terbiasa dengan sikap disiplin, seperti perbuatan yang dilakukannya.
Nilai ikhlas ditunjukkan dengan
34 melaksanakan semua kegiatan
Wawancara dengan Arif Rahman,
Siswa Kelas XI IPA di SMA Muhammadiyah 1 keagamaan tanpa adanya paksaan.
Metro, 22-02-2019, pukul 10.00 WIB.
193
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
semua kegiatan dilakukan dengan didalam pesantren, karena para pesarta
senang hati dan ikhlas menjalaninya. didik menumbuhkan nilai dan budaya
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang ada di pesantren. Bersadasarkan
bersama Nurma Maisa Rahma (siswi), wawancara bersama Arif Rahman
mengatakan bahwa Kegiatan yang (siswa), mengatakan bahwa semua
diadakan oleh sekolah pasti bersifat kegiatan yang bersifat positif wajib
baik dan membangun diri para siswa, diikuti dengan baik dan sungguh-
jadi harus diikuti dengan penuh sungguh demi kebaikan kami semua,
tanggung jawab dan keikhlasa. agar bisa menjadi anak yang baik dan
Menurut Esti Ernawati (siswi), juga menjadi kebanggaan orang tua.
menambahkan, bahwa nilai ikhlas Kegiatan dalam penanaman nilai-
harus dimiliki oleh setiap orang agar nilai religious di sekolah SMA
dalam melakukan suatu perkerjaan atau Muhammadiyah 1 Metro dilaksanakan
kegiatan apapun kalau itu baik maka ia menyeluruh dan berjalan dengan baik,
kan mendapatkan pahala dari Allah diikuti dengan antusia para peserta
SWT. didik. Berdasarkan hasil penelitian
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, bahwa hasil
yang telah dilakukan, bahwa penanaman nilai-nilai religious pada
penanaman nilai-nilai religious dengan peserta didik terlihat melalui
mengadopsi pendidikan pesantren yang perkembangannya setiap individu
diterapkan disekolah mencakup nilai dalam hal nilai keagamaan dan karakter
amanah dan nilai ikhlas yang berjalan religius yang dimiliki para peserta
dengan baik, dibuktikan dengan para didik. Untuk menanamkan nilai-nilai
peserta didik yang bertanggung jawab religious, para peserta didik perlu
dengan kewajibannya dan tugasnya adanya pendamping untuk
sebagai seorang muslim dan mengikuti mengembangkan dirinya dalam
kegiatan keagamaan tanpa perlu adanya menghayati nilai religious tersebut.
keterpaksaan dan menjalankannya 5. Faktor Pendorong dan
dengan keikhlasan. Penghambat dalam
4) Nilai Ruhul Jihad Penanaman Nilai-nilai Religius
Berdasarkan hasil observasi yang Pada Peserta Didik
telah dilakukan, bahwa nilai Ruhul Dalam sebuah proses yang
Jihad berperan sebagai pembangkit berlangsung tidak bisa dipungkiri lagi
(motivasi) diri, untuk mendorong bahwa masalah, kendala, keuntungan,
dalam melaksanakan semua kegiatan kelebihan dan lain sebagainya menjadi
keagaman dalam penanaman nilai suatu hal yang wajar terjadi. Ini
religius yang dilakukan oleh sekolah menandakan bahwa proses yang ada
dan hasilnya kegiatan keagamaan yang benar-benar terjadi dan terlaksana
diadopsi dari pesantren telah dicapai sesuai dengan apa yang dirumuskan
dengan baik, dibuktikannya dengan sejak awal. Dalam hal ini sesuai
sikap pada diri peserta didik dalam
melaksanakan kegiatan keIslaman dan
membuat suasana sekolah seperti

194
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
dengan pendapat Thoules Rebert35, keteladanan orangtua dirumah akan
sebagai berikut: nampak ketika anak bertingkah laku
a. Faktor Penghambat dalam kurang baik, dan tidak mengikuti
penanaman nilai-nilai religius kegiatan-kegiatan keagamaan disekolah
1) Kurang dan rendahnya Keluarga merupakan awal anak
kesadaran para peserta didik mendapatkan pendidikan, oleh karena
Rendahnya kesadaran peserta itu betapa pentingnya peran keluarga
didik terhadap pentingnya nilai-nilai (orangtua) dalam membentuk karakter
religious, seperti saat akan anak. Penanaman nilai-nilai religius
melaksanakan kegitan pagi hari seperti yang dilakukan disekolah dalam
membaca dan menyetorkan hafal al membentuk karakter religius siswa
Qur’an kepada guru pembimbing, tanpa adanya peran aktif serta
melaksanakan sholat dhuha berjamaah, dukungan dari orang tua juga tak akan
masih ada siswa yang menggunakan memperoleh hasil yang maksimal.
cara paksaan atau di oprak-oprak oleh Sebab waktu siswa di sekolah lebih
guru untuk segera pergi kemesjid dan sedikit dari pada waktu siswa di rumah.
melaksanakan sholat dan khususnya Oleh karena itu peran orangtua juga
siswa yang perempuan ada beberapa dibutuhkan dalam proses penanaman
yang beralasan berhalangan atau haid, nilai religius yang telah ditanamkan
entah itu benar atau tidaknya. disekolah.
2) Kesulitan guru dalam 4) Faktor lingkungan masyarakat
pemantauan dan pengawasan Lingkungan masyarakat
siswa mempunyai pengaruh sangat besar
Karakteristik siswa yang dalam membentuk dan menentukan
berbeda-beda menjadikan kesulitan perubahan sikap anak. Dari pergaulan
guru dalam hal memantau sikap atau orangtuanya dan teman-temannya
perbuatan anak didiknya. Hal ini akan inilah yang akan mempengaruhi
terlihat ketika kegiatan keagamaan, bagaimana anak akan berperilaku.
misalnya tadarus Qur’an, sholat dhuha Anak akan dapat mengetahui peristiwa
dan lainnya. Disekolah mana pun pasti dan pengalaman yang terjadi
juga mengalami masalah umum seperti dimasyarakat. Oleh karena itu, dalam
ini, karena jumlah siswan yang lebih pergaulan dapat mempengaruhi pola
banyak, dan mempunyai karakteristik pikir, sifat dan tingkah laku.
yang berbeda-beda sehingga jelas tidak b. Faktor pendukung dalam
mungkin guru dapat memantau seluruh penanaman nilai-nilai religius
siswa. Kegiatan harian yang dilakukan
3) Kuranganya keteladanan oleh peserta didik merupakan kegiatan
orangtua rutin yang didalamnya ditanamkan
Berdasarkan hasil observasi yang nilai-nilai religius. kegiatan harian
telah dilakukan, Kurangnya yang dilakukan ini merupakan salah
satu kekuatan yang dimiliki dalam
35 menanamkan nilai religius pada peserta
Thouless, Robert H. Pengantar
Psikologi Agama, Terj. Machnun Husein, didik agar dapat memiliki karakter
(Jakarta: PT. Raja Grafindi, 2000), hlm. 119.
195
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
yang religius. Dengan adanya kegiatan Metro sebagian besar mengadopsi
yang berdasarkan nilai pesantren yang pendidikan pesantrean, seperti kegiatan
diadopsi, maka peserta didik akan tadarus Qur’an, hafalan Qur’an, berdoa
terbiasa untuk menjalankan, bersama, sholat dhuha, sholat
memprakatekkan dan merealisasikan berjam’ah, mendengarkan tausyiah.
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Karena diyakini pendidikan dan nilai
demikian nilai-nilai yang ada akan pesantren dapat menghasilan peserta
dapat diinternalisasikan dalam sebuah didik yang berkuliatas, memiliki
tindakan nyata dalam kehidupan karakter religius, disiplin, mandiri,
sehari-hari. tanggung jawab dan solidaritas yang
Berdasarkan hasil observasi yang tinggi.
dilakukan, bahwasannya Faktor Dalam implementasi
pendukung dalam penanaman nilai- penanaman nilai-nilai religius pada
nilai religius pada peserta didik tidak pesarta didik, SMA Muhammadiyah 1
hanya dengan cara internalisasi yang Metro mengunakan startegi
dilakukan oleh warga sekolah saja, internalisasi, hal ini dapat memberikan
tetapi didukung juga dengan peraturan penghayatan terhadap suatu nilai,
atau tata tertib yang dibuat untuk sehingga merupakan keyakinan dan
membiasakan peserta didik disiplin dan kesadaran akan kebenaran nilai yang
amanah atas tugasnya dan peraturan ditanamkan pada diri setiap peserta
yang tidak boleh dilanggar.36 Dalam didik. Berdasarkan penelitian yang
mendukung penanaman nilai-nilai telah dilaksanakan, diketahui SMA
religious adanya peran penting warga Muhammadiyah 1 Metro juga
sekolah yang menciptakan suasana menggunakan metode untuk
lingkungan religius dan dibuatnya tata menunjang proses penanaman nilai-nili
tertib sekolah, dan kegiatan tambahan religius pada peserta didik, metode
dari sekolah sehingga siswa akan yang digunakan ialah metode
terbiasa untuk melaksanakannya dalam pembiasaan, nasihat, keteladanan dan
kehidupan sehari-hari. hukuman. Metode disini memegang
peranan yang cukup penting dalam
D. KESIMPULAN penanaman nilai religius pada peserta
Berdasarkan Dari hasil didik. Oleh karena itu, dengan adanya
penelitian yang telah dilaksanakan strategi dan metode dapat
bahwa dalam implementasi mempermudah proses pelaksanaan
penanaman nilai-nilai religius pada penanaman nilai-nilai religius dan
peserta didik di SMA Muhammadiyah menghasilkan peserta didik yang
01 Metro juga menyediakan asrama berkarater religius.
(boarding school) untuk menunjang Berdasarkan hasil penelitian,
proses penanaman nilai religius pada dalam penanaman nilai-nilai religius
peserta didik. Dalam proses penanaman pada peserta didik dengan mengadopsi
nilai religius SMA Muhammadiyah 1 pendidikan pesantren menuai
keberhasilan, dapat berjalan dengan
36
Hasil Observasi di SMA baik dan maksimal sesuai dengan yang
Muhammadiyah 1 Metro, Rabu 6 Maret 2019
196
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
direncanakan pihak sekolah. Nilai menjadi religius, dengan
pesantren yang diadopsi, seperti nilai membudayakan 3S (senyum, sapa dan
ibadah, nilai akhlak dan disiplin, nilai salam), saling menghormati satu sama
amanah dan ikhlas, dan nilai ruhul lain, bertanggung jawab, mandiri,
jihad. Keberhasil penanaman nilai-nilai disiplin dan toleransi. Oleh karena itu,
religius pada peserta didik dapat kegitan keagamaan dalam penanaman
terlihat dari perkembangan setiap nilai-nilai religius yang diterapkan di
individu. Perubah yang terjadi pada diri SMA Muhammadiyah 1 Metro
peserta didik ialah mempunyai berorientasi kepada kehidupan dunia
kesadaran diri untuk melaksanakan dan akhirat. Penanaman nilai-nilai
kewajibannya sebagai seorang muslim. religius pada peserta didik menuai
Kegiatan keagamaan yang keberhasilan yang baik dan berjalan
mengadopsi dari pesantren seperti sesuai dengan harapan.
sholat wajib berjama’ah, sholat jum’at 1. Faktor penghambat dan pendukung
berjama’ah, sholat dhuha, puasa Faktor yang mempengaruhi
sunnah, mengkaji al’Qur’an dan hadist penanaman nilai-nilai religius pada
dan sebagainya. Dalam proses ini, guru peserta didik di pengaruhi oleh factor
pengelola mencontohkan sebagai yang bersifat eksternal dan internal.
bentuk keteladanan pada peserta didik Jika dilihat secara rinci factor
agar dapat mengikuti dan melakukan penghambat dalam penanaman nilai
yang telah dicontohkan. Dalam religius pada peserta didik, yaitu: 1)
penanaman nilai religius SMA factor lingkungan masyarakat. 2).
Muhammadiyah membiasakan peserta Pergaulan dengan teman sebaya. 3).
didiknya untuk berinfaq tidak hanya Kurangnya peran orangtua. 4).
dilakukan pada hari jum’at saja Rendahnya kesadaran diri peserta
melainkan setiap hari, karena hasil terhadap kewajibannya.
infaq tersebut akan digunakan untuk Faktor pedukung dalam
bakti social atau membantu orang yang penanaman nilai-nilai religius pada
membutuhkannya. Peserta didik juga peserta didik di SMA Muhammadiyah
dibiasakan untuk melakukan kegiatan 1 Metro, sebagai berikut: 1). Sekolah
keagamaan seperti, tadarus Qur’an dan menerapkan kegiatan-kegiatan
hafalan Qur’an, doa bersama sebelum keagaman yang diadopsi dari nilai-nilai
dimulainya pelajaran, sholat dhuha dan pesantren, yang harus dilakukan oleh
mendengarkan tausiyah ba’da dzuhur. peserta didik. 2). Sekolah membuat
Selain itu kegiatan tersebut dapat peraturan atau tata tertib agar siswa
menumbuhkan rasa disiplin dan menaati dan tidak melanggar apa yang
tanggung jawab pada diri peserta didik, sudah ditentukan, hal ini dapat
dalam melakukan kewajiban dan mendukung dalam penaman nilai-nilai
tugasnya sebagai seorang yang religius pada peserta didik.
beragama dan pelajar.
Hasil penanaman nilai-nilai
religius yang di terapkan dapat
membuat suasana lingkungan sekolah

197
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019
DAFTAR PUSTAKA religious social support. The
Abd, Halim Soebahar, Kebijakan iris Jourbal of Psyhology, 43
Pendidikan Islam dari (1), 2013
Ordonansi Guru sampai UU Faturrohman, Budaya Religius Dalam
Sisdiknas, Jakarta: PT Peningkatan Mutu Pendidikan,
RajaGrafindo Persada, 2013. Tinjauan Teoritik dan Praktik
Abu Yasid, Paradigma Pesantren, Konstekstualisasi Pendidikan
Meuju Pendidikan Islam Agama Di Sekolah, Yogyakarta:
Transformatif, Yogyakarta: Kalimemedia, 2015.
IRCiSoD, 2018 Imam Bawai, Pengantar Ilmu Jiwa
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Perkembangan, Surabaya: PT.
Bandung: PT. Remaja Bina Ilmu, 1985.
Rosdakarya, 2013. Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam
Abu Ahmad dan Noor Salim, Dasar- Menuju Pembentukan Karakter,
Dasar Pendidikan Agama Yogyakarta: Pascasarjana FITK
Islam, Jakarta: Bumi Aksara, UIN Sunan Kalijaga, 2018.
2008. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Nasional, Kamus Besar Bahasa
Bandung: Remaja Rosdakrya, Indonesia, Jakarta: Balai
2004. Pustaka, 2003.
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan S. Nasution, Metode Research,
Islam  Barat, Jakarta: PT (Peneltian Ilmiah), Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2013. Bumi Aksara, Cetak ke-1, 1996.
Alwi, Hasan dkk, Kamus Besar Bahasa Sugiyono, Metode Penelitian
Indonesia, Jakarta: Pusat Pendidikan, Pendekatan
Bahasa Departemen Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R &
Nasional dan Balai Pustaka, D, Bandung: Alfabeta, 2011.
2005. Thouless, Robert H. Pengantar
Asmaun Sahlan, Mewujidkan Budaya Psikologi Agama, Terj.
Religius di Sekolah: Upaya Machnun Husein, Jakarta: PT.
Mengembangkan PAI dan Teori Raja Grafindo, 2000.
ke Aksi, Malang: UIN Press, Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian
2010. Kualitatif, Kuantitatif dan
Charles Y. Glock and Rodney Stark, Tindakan, Bandung: PT. Refika
Religion and Society in Tension, Aditama, 2012.
Chicago: Rand McNally and
Company, 1965
Doanea, M. J. The Associantion
Between Religiosty and
Subjective Well-Being: The
Unique contribution of religious
service attendance and the
mediating role of perceived

198
At-Tajdid: Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2019

You might also like