You are on page 1of 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324009024

PENERAPAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PROGRAM INTRAKURIKULER


DAN EKSTRAKURIKULER

Article · April 2017


DOI: 10.30997/dt.v4i1.824

CITATIONS READS

0 1,154

3 authors, including:

Hasan Bisri
Universitas Djuanda
3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PENERAPAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PROGRAM INTRAKURIKULER DAN EKSTRAKURIKULER View project

All content following this page was uploaded by Hasan Bisri on 07 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Didaktika Tauhidi p-ISSN 2442-4544 e-ISSN 2550-0252 Volume 4 Nomor 1, April 2017 59

PENERAPAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI PROGRAM INTRAKURIKULER


DAN EKSTRAKURIKULER

APLICATION OF CHARACTER VALUES THROUGH INTRACURRICULAR AND


EXTRACURRICULAR PROGRAMS
Nurliyah1a, H Bisri1, dan Y Hartati1
1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Djuanda Bogor, Jl. Tol Ciawi No. 1 Kotak Pos 35 Ciawi Bogor 16720
a Korespondensi: Nurliyah, Email: nurliyah@unida.ac.id

(Diterima: 22-01-2017; Ditelaah: 23-01-2017; Disetujui: 05-04-2017)

ABSTRACT
Character education is a proactive effort by formal, informal, and non-formal institutions. It
is one of the solutions to overcome moral decline especially among teenagers (students). It is
closely related to education in schools as a formal institution. Schools play an important role
as a vehicle to strengthen the nation's character. This study aims to find and describe
character education SDIT Al-Utsmaniyah. The method of this study is qualitative
ethnography. The results showed that character education programs are designed through
school intra-curricular and extracurricular programs. Curriculum used is the curriculum
Kemendiknas combined with the curriculum Kemenag and special curriculum SDIT Al-
Utsmaniyah. School stakeholders play an important role in fostering the character values of
SDIT Al-Utsmaniyah students. It can be seen that in applying the character education
program, schools involved not only teachers but also all foundations, committees, education
personnel, parents and the surrounding community.
Keywords: character education, ethnography education.

ABSTRAK
Pendidikan karakter merupakan upaya proaktif yang dilakukan oleh lembaga formal,
informal, maupun nonformal. Pendidikan karakter merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi kemerosotan moral khususnya kemerosotan moral di kalangan remaja (peserta
didik). Pendidikan karakter berkaitan erat dengan pendidikan di sekolah sebagai lembaga
formal. Sekolah berperan penting sebagai wahana memperteguh karakter bangsa. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan pendidikan karakter SDIT Al-Utsmaniyah.
Metode penelitian ini adalah kualitatif etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
program pendidikan karakter dirancang melalui program intrakurikuler dan ekstrakurikuler
sekolah. Kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum dari Kemendiknas yang dipadukan
dengan kurikulum Kemenag dan kurikulum khusus SDIT Al-Utsmaniyah. Stakeholder
sekolah berperan penting dalam menumbuhkan nilai-nilai karakter pada peserta didik SDIT
Al-Utsmaniyah. Hal ini dapat dilihat bahwa dalam menerapkan program pendidikan karakter
sekolah tidak hanya melibatkan guru tetapi melibatkan seluruh yayasan, komite, tenaga
kependidikan, orang tua serta masyarakat sekitar.
Kata kunci: etnografi pendidikan, pendidikan karakter.

Nurliyah, H Bisri, dan Y Hartati. 2017. Penerapan nilai-nilai karakter melalui program
intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Didaktika Tauhidi Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar 4(1): 59-74.
60 Nurliyah et al. Penerapan nilai-nilai karakter

efektif untuk menumbuhkan kembali


PENDAHULUAN karakter bangsa yaitu melalui pendidikan
Indonesia merupakan negara yang terkenal karakter.
dengan budaya ketimuran. Budaya timur Salah satu upaya untuk menumbuhkan
menjadi karakter bangsa Indonesia yang nilai-nilai karakter yaitu melalui pendidikan
dipuji negara lain. Bangsa Indonesia karakter di sekolah. Pada umumnya Sekolah
terkenal dengan karakter yang religius, Dasar Islam Terpadu (SDIT) menggunakan
jujur, toleransi, demokratis, dan cinta damai. sistem full day school. Bentuk full day school
Tujuh puluh dua tahun Indonesia merdeka yang diterapkan yaitu
sudah banyak perkembangan yang mengimplementasikan pendidikan karakter
dirasakan. Walaupun demikian, dewasa ini dengan memadukan kurikulum
bangsa Indonesia mengalami degradasi kemendiknas dengan kurikulum kemenag
sebagai bangsa yang berkarakter. dan kurikulum khusus yang dibuat sekolah.
Degradasi karakter bangsa terlihat dari Penerapan full day school merupakan
banyaknya kejahatan yang terjadi di alternatif dari revolusi pendidikan terhadap
Indonesia. Menurut laporan Numbeo dalam masalah- masalah yang ada dan terjadi pada
jurnal Indonesia Corruption Watch (2015), siswa. Sebagai solusi alternatif pelaksanaan
indeks kejahatan di Indonesia adalah 46,10 full day school ditunjang dengan berbagai
kasus kejahatan yang terjadi di antaranya alasan yang patut dipertimbangkan dalam
kriminalitas, kekerasan dan korupsi. Data pendidikan siswa. Meskipun SDIT Al-
terakhir dari Komisi Nasional Perlindungan Utsmaniyah terletak di sebuah desa yang
Anak periode Maret 2015, kasus kekerasan jauh dari pusat kota Bogor akan tetapi SDIT
seksual memiliki persentase tertinggi yaitu Al- Utsmaniyah memiliki best practice dalam
sebesar 35%. Meningkatnya kejahatan di program pendidikan karakter.
masyarakat bahkan berujung pembunuhan Penelitian ini didukung oleh pendapat
serta berkembangnya kasus bullying di para ahli. Samami dan Hariyanto (2011)
sekolah yang mengatas namakan suku mendefinisikan pendidikan karakter adalah
bahkan agama, sudah menjadi sajian yang proses pemberian tuntunan kepada peserta
selalu hangat di surat kabar maupun didik untuk menjadi manusia seutuhnya
televisi. Ketua KPAI Asrorun Ni'am Sholeh yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir,
mengatakan angka kekerasan anak sebagai raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan
pelaku bullying (kekerasan di sekolah) karakter menurut Mulyasa (2013) tidak
mengalami peningkatan dari 67 kasus hanya berkaitan dengan masalah benar-
(2014) menjadi 79 kasus (2015). Sementara salah, tetapi bagaimana menanamkan
itu, angka anak sebagai pelaku aksi tawuran kebiasaan (habit) tentang hal-hal baik
meningkat dari 46 kasus (2014) menjadi dalam kehidupan, sehingga siswa memiliki
103 kasus (2015). kesadaran, dan pemahaman yang tinggi,
Uraian di atas merupakan beberapa fakta serta kepedulian dan komitmen untuk
yang menunjukkan bahwa karakter bangsa menerapkan kebajikan dalam kehidupan
ini mulai lemah dan hilang. Di tengah sehari-hari.
permasalahan tersebut banyak kalangan Dari uraian di atas perlu diadakan
mencari solusi terbaik untuk menumbuhkan penelitan etnografi guna menumbuhkan
kembali karakter ketimuran, salah satu cara nilai-nilai karakter pada peserta didik
Didaktika Tauhidi p-ISSN 2442-4544 e-ISSN 2550-0252 Volume 4 Nomor 1, April 2017 61

khususnya di sekolah dasar, antara lain pencapaian pembentukan karakter dan


untuk mendeskripsikan program akhlak mulia peserta didik secara utuh,
pendidikan karakter di Sekolah Dasar Islam terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan
Terpadu (SDIT) serta memperoleh dan karakter diharapkan peserta didik mampu
mensosialisasikan praktik terbaik secara mandiri meningkatkan dan
pendidikan karakter di Sekolah Dasar Islam menggunakan pengetahuannya, mengkaji
Terpadu (SDIT). dan menginternalisasi, serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan
akhlak mulia sehingga terwujud dalam
MATERI DAN METODE perilaku sehari-hari. Pada tingkat institusi,
pendidikan karakter mengarah pada
Materi pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-
Pendidikan karakter tidak hanya berkaitan nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
dengan masalah benar-salah, tetapi kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol
bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) yang dipraktikkan oleh semua warga
tentang hal-hal baik dalam kehidupan, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.
sehingga siswa memiliki kesadaran, dan Budaya sekolah merupakan ciri khas,
pemahaman yang tinggi, serta kepedulian karakter, atau watak, dan citra sekolah
dan komitmen untuk menerapkan kebajikan tersebut di mata masyarakat luas.
dalam kehidupan sehari-hari. Sasaran pendidikan karakter adalah
Pendidikan karakter mempunyai seluruh warga civitas akademika yang
kedudukan penting dalam Islam, terdapat pada setiap satuan pendidikan,
Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al- baik negeri maupun swasta. Semua warga
Qur’an surat An-Nahl ayat 90: sekolah, yang meliputi para peserta didik,
guru, karyawan administrasi, dan pimpinan
sekolah, menjadi sasaran program ini.
Sekolah-sekolah yang selama ini telah
Artinya:
berhasil melaksanakan pendidikan karakter
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) dengan baik dapat dijadikan sebagai best
berlaku adil dan berbuat kebajikan, practice, yang menjadi contoh untuk
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah disebarluaskan ke sekolah-sekolah lain.
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran Melalui program ini diharapkan lulusannya
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran memiliki keimanan dan ketakwaan kepada
kepadamu agar kamu dapat mengambil Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
pelajaran.” berkarakter mulia, kompetensi akademik
yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia
kepribadian yang baik sesuai norma-norma
diperintahkan Sang Khalik untuk
dan budaya Indonesia. Pada tataran yang
menjauhkan diri dari permusuhan, sebab
lebih luas, pendidikan karakter nantinya
tindakan tersebut dapat menjadikan
diharapkan menjadi budaya sekolah.
manusia menjadi insan yang berkarakter,
baik dalam hal pikiran, hati, rasa serta karsa. Dasyim Budimasyah berpendapat bahwa
program pendidikan karakter di sekolah
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk
perlu dikembangkan dengan berdasarkan
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1)
hasil pendidikan yang mengarah pada
62 Nurliyah et al. Penerapan nilai-nilai karakter

Pendidikan karakter di sekolah harus manusia, selain itu pendidikan karakter


dilaksanakan secara berkelanjutan merupakan upaya untuk menjadikan
(kontinuitas). Hal ini mengandung arti manusia seutuhnya dalam berbagai dimensi
bahwa proses pengembangan nilai-nilai baik hati, raga, rasa serta karsa.
karakter merupakan proses yang panjang, Hal tersebut berarti pendidikan karakter
mulai sejak awal peserta didik masuk merupakan salah satu unsur kebudayaan
sekolah hingga mereka lulus sekolah pada yang penting. Pembentukan karakter dapat
suatu satuan pendidikan, 2) Pendidikan dimulai dari pembiasaan di lembaga formal,
karakter hendaknya dikembangkan melalui informal maupun non-formal. Kebudayaan
semua mata pelajaran (terintegrasi), melalui akan lebih baik jika ditopang oleh
pengembangan diri, dan budaya suatu pembiasaan, sebab segala sesuatu yang
satuan pendidikan. Pembinaan karakter sudah menjadi kebiasaan atau telah berpola
bangsa dilakukan dengan mengintegrasikan akan melekat dalam diri setiap individu.
dalam seluruh mata pelajaran, dalam Dalam konteks inilah terlihat bahwa
kurikuler mata pelajaran, sehingga semua kebudayaan tidak dapat terlepas dari unsur
mata pelajaran diarahkan pada pendidikan.
pengembangan nilai-nilai karakter tersebut. Pendidikan karakter dapat
Pengembangan nilai-nilai karakter juga diimplementasikan melalui budaya sekolah.
dapat dilakukan melalui pengembangan diri, Budaya sekolah adalah sekumpulan norma,
baik melalui konseling maupun kegiatan nilai, dan tradisi yang telah dibangun dalam
ekstrakurikuler, seperti kegiatan waktu lama oleh semua warga sekolah dan
kepramukaan, dan lain sebagainya, 3) mengarah ke seluruh aktivitas personel
sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan
sekolah. Budaya yang baik akan secara
(dalam bentuk pengetahuan), jika hal efektif menghasilkan kinerja yang baik pada
tersebut diintegrasikan dalam mata setiap individu, kelompok kerja, sekolah
pelajaran. Kecuali bila dalam bentuk mata sebagai satu institusi, dan hubungan
pelajaran agama (yang di dalamnya sinergis antara ketiga tingkatan kinerja
mengandung ajaran) maka tetap diajarkan tersebut. Budaya sekolah bersifat mengikat
dengan proses, pengetahuan (knowing), dan akan menjadi tingkah laku yang berpola
melakukan (doing), dan akhirnya jika dilaksanakan secara kontinu. Dari sifat
membiasakan (habit). 4) proses pendidikan tersebut maka nilai-nilai karakter akan
dilakukan peserta didik secara aktif (active mulai terbentuk dan secara lambat-laun
learning) dan menyenangkan (enjoy full akan mendarah daging dalam setiap
learning). Proses ini menunjukkan bahwa
aktivitas seseorang. Dengan demikian dapat
proses pendidikan karakter dilakukan oleh dikatakan bahwa pendidikan karakter telah
peserta didik bukan oleh guru. Sedangkan menjadi sebuah pembiasaan.
guru menerapkan prinsip “tut wuri
handayani” dalam setiap perilaku yang Metode
ditunjukkan oleh agama.
Pendidikan karakter merupakan wujud Lokasi Penelitian
kebudayaan sistem yakni tingkah laku dan Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar
tindakan yang berpola. Sebagai wujud Islam Terpadu (SDIT) Al-Utsmaniyah
kebudayaan pendidikan karakter bersifat Kabupaten Bogor.
kontinu sepanjang perjalanan hidup
Didaktika Tauhidi p-ISSN 2442-4544 e-ISSN 2550-0252 Volume 4 Nomor 1, April 2017 63

Metode Penelitian 3. Kuesioner. Kuesioner bertujuan untuk


Jenis penelitian ini ialah penelitian kualitatif memperoleh data atau informasi
etnografi. Penelitian ini menggunakan mengenai masalah penelitian yang
metode kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan variabel-variabel yang
berpegang kepada paradigma naturalistic diteliti.
atau fenomenologi. Penelitian kualitatif 4. Studi dokumentasi. Teknik ini
senantiasa dilakukan dalam setting alamiah merupakan penelaahan terhadap
terhadap suatu fenomena (Iskandar 2013). referensi-referensi yang berhubungan
Data yang diperoleh akan disajikan dalam dengan fokus permasalahan penelitian.
bentuk deskripsi untuk mengetahui
program pendidikan karakter di SDIT Al- Teknik Analisis Data
Utsmaniyah. Teknik analisis data pada penelitian ini
menggunakan analisis data Spradley dimana
Sumber Data langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
Pada penelitian ini sumber data mencakup 1. Analisis Domain
key person dan partisipan. Adapun yang Analisis domain dilakukan untuk
dimaksud sebagai key person dalam memperoleh gambaran yang umum dan
penelitian ini adalah kepala sekolah di SDIT menyeluruh dari objek penelitian atau
Al- Utsmaniyah. Partisipan penelitian adalah setting sosial. Domain-domain fenomena
orang-orang yang menjadi sumber data yang terjadi di lapangan dilakukan
tambahan yang terlibat dalam penelitian. dengan melakukan grand tour dan mini
Partisipan penelitian yaitu wakil kepala tour. Dalam analisis domain peneliti
sekolah bagian kurikulum, wakil kepala menetapkan domain-domain yang akan
sekolah bagian kesiswaan, guru-guru, diteliti melalui fenomena-fenomena
peserta didik, dan orang tua. lapangan yang berhubungan dengan
aktivitas, tempat, subjek (place, actor,
Teknik Pengumpulan Data
activity), dan aktivitas di lapangan.
Teknik Pengumpulan data dilakukan untuk Pengumpulan data lapangan sangat
memperoleh data yang diperlukan dalam diperlukan sebagai dasar menjalankan
penelitian. Dalam penelitian ini digunakan penelitian, semakin banyak yang dipilih,
beberapa metode sebagai berikut. maka semakin banyak waktu diperlukan
1. Wawancara mendalam. Wawancara untuk pengumpulan data dan analisis
mendalam dilakukan karena peneliti data, sehingga diharapkan mendapat
ingin mengetahui hal-hal yang lebih temuan yang baik.
mendalam dari responden. Wawancara 2. Analisis Taksonomi
mendalam dilakukan kepada kepala Analisis taksonomi merupakan langkah
sekolah, guru, dan peserta didik. lanjut dari analisis domain, hasil analisis
2. Observasi. Teknik ini digunakan peneliti domain tersebut dijabarkan lebih rinci
untuk mengamati, memahami peristiwa dan lebih terfokus, sehingga nampak
secara cermat, mendalam dan terfokus secara detail apa-apa yang berhubungan
terhadap subjek penelitian, baik dalam dengan domain-domain tersebut.
suasana formal maupun santai. Analisis taksonomi ini dilakuakn dengan
menggunakan teknik observasi terfokus,
64 Nurliyah et al. Penerapan nilai-nilai karakter

wawancara mendalam, dan studi karakter pada peserta didik. Program yang
dokumen yang berhubungan dengan diterapkan diharapkan mampu
domain-domain yang diteliti. mengintegrasikan kurikulum kemendiknas
3. Analisis Komponensial dengan kurikulum kemenag dan kurikulum
khusus yang dibuat oleh SDIT Al-
Analisis komponensial merupakan
Utsmaniyah, serta dapat mewujudkan visi
kelanjutan dari analisis taksonomi,
SDIT Al-Utsmaniyah yaitu “pelopor
dimana domain yang telah dijadikan
pendidikan terpadu menuju terbentuknya
fokus melalui analisis taksonomi.
generasi atau lulusan shalih dan
Analisis komponenesial untuk mencari
berprestasi”.
perbedaan atau yang kontras dari data
studi dokumen. Adapun hasil dari penelitian ini terdiri
dari tiga data yaitu program pendidikan
4. Analisis Tema Budaya
karakter, penerapan pendidikan karakter,
Analisis tema budaya merupakan
dan peran guru dan orang tua dalam
kelanjutan dari analisis domain, analisis
menumbuhkan karakter peserta didik.
taksonomi, dan analisis komponensial.
Dari ketiga analisis ini, maka akan Program Pendidikan Karakter
mendapatkan konstruksi bangunan yang
Program merupakan susunan dari beberapa
utuh yang menjelaskan tentang (place,
kegiatan yang dibuat untuk mencapai tujuan
actor, activity) setting sosial yang selama
tertentu. Sekolah sebagai lembaga
ini kabur, dengan adanya analisis ini
pendidikan pasti memiliki tujuan. Tujuan
maka akan menjadi terang (Iskandar
tersebut dapat tercapai jika didukung
2013).
dengan program-program yang bermutu.
SDIT Al-Utsmaniyah sebagai suatu lembaga
pendidikan telah merancang sebuah
HASIL DAN PEMBAHASAN
program pendidikan karakter yang
Hasil bertujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai
karakter pada peserta didik. Tujuan dari
Gambaran Umum SDIT Al-Utsmaniyah program yang dibuat SDIT Al-Utsmaniyah
SDIT Al-Utsmaniyah merupakan salah satu tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan
sekolah yang mengedepankan pendidikan nasional yang tercantum dalam
karakter. Sekolah ini berdiri sejak tahun Permendikbud Nomor 23 tahun 2015.
2006 terletak di Jalan Sabilillah Kampung Untuk mempermudah proses penumbuhan
Dukuh Desa Pasir Mukti Citeureup-Bogor. nilai-nilai karakter pada peserta didik SDIT
SDIT Al-Utsmaniyah berada di sebelah kiri Al-Utsmaniyah dapat dilihat pada alur
jalan dari arah tol Jagorawi dan berada Gambar 1.
diantara pemukiman warga. Sekolah ini Pada alur Gambar 1 menunjukkan bahwa
berdiri di atas tanah wakaf seluas 5000 m² untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter
dengan luas bangunan sebesar 2500 m² pada peserta didik maka SDIT Al-
serta memiliki status akreditasi A. Utsmaniyah menerapkan sistem full day
SDIT Al-Utsmaniyah sebagai suatu school, dimana peserta didik memiliki jam
lembaga pendidikan telah merancang belajar mulai dari pukul 07.30-15.00. Jam
sebuah program pendidikan karakter yang belajar tersebut dianggap efektif untuk
bertujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai menerapkan program pendidikan karakter
Didaktika Tauhidi p-ISSN 2442-4544 e-ISSN 2550-0252 Volume 4 Nomor 1, April 2017 65

yang sudah dirancang. Program dirancang menanamkan nilai-nilai karakter pada


melalui pengintegrasian dengan kegiatan peserta didik dan mengembangkan proses
belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, pembelajaran di SDIT Al-Utsmaniyah.
dan melalui budaya sekolah. Ketiga b. Pembiasaan Islami
rancangan program tersebut diharapkan Pembiasaan islami merupakan salah satu
dapat menumbuhkan nilai-nilai karakter program dari kurikulum khusus. Peserta
dalam diri peserta didik dan akan menjadi didik SDIT Al-Utsmaniyah dalam keseharian
sebuah ciri khas dari setiap individu. di sekolah dibiasakan untuk menerapkan
pembiasaan islami seperti makan dan
minum sambil duduk, melaksanakan salat
sunah dhuha, berbagi kebaikan dengan
sesama, membiasakan salat wajib
berjamaah serta membiasakan membaca Al-
Qur’an.
Sekolah menerapkan program ini dengan
tujuan agar peserta didik paham akan
kewajibannya sebagai umat muslim serta
menumbuhkan nilai-nilai karakter seperti
Gambar 1 Alur proses penumbuhan nilai- religius, jujur, toleransi, disiplin, mandiri,
nilai karakter pada peserta didik peduli dan tanggung jawab. Selain peserta
Berdasarkan perencanaan yang telah didik guru SDIT Al-Utsmaniyah pun menjadi
dibuat, SDIT Al-Utsmaniyah menerapkan sasaran dalam program pembiasaan islami
program-program pendidikan karakter karena guru merupakan teladan bagi
dengan mengintegrasikannya melalui peserta didik, sehingga sebelum peserta
program intrakurikuler maupun didik melakukan maka guru terlebih dahulu
ektrakurikuler sekolah. Adapun program yang harus melakukan.
intrakurikuler sekolah terkait pendidikan c. Outing Class
karakter di SDIT Al-Utsmaniyah di
Sumber belajar bukan hanya guru dan
antaranya sebagai berikut.
buku akan tetapi sebuah tempat juga dapat
a. Outdoor Learning dijadikan sumber belajar untuk peserta
Outdoor Learning merupakan program didik. SDIT Al-Utsmaniyah mengadakan
belajar di luar kelas, maksudnya yaitu outing class satu tahun sebanyak 1 kali,
sekolah memberikan wewenang kepada biasanya sekolah mengunjungi tempat yang
wali kelas maupun guru mata pelajaran dapat memberikan wawasan kepada
untuk membuat proses pembelajaran lebih peserta didik. Program ini bertujuan
bervariasi. Sasaran dari program outdoor mengenalkan dunia luar pada peserta didik
learning yaitu seluruh peserta didik SDIT Al- sehingga peserta didik dapat
Utsmaniyah dan guru SDIT Al-Utsmaniyah, mengembangkan cara berpikir nya menjadi
karena selain peserta didik yang belajar lebih kritis dan ilmiah. Secara tidak
tetapi guru pun dapat belajar dari teman langsung sekolah pun sedang membentuk
sejawat untuk bertukar pikiran karakter peserta didik agar menjadi pribadi
mengembangkan kegiatan belajar di luar yang kreatif, memiliki rasa ingin tau yang
kelas. Tujuan dari program ini adalah untuk tinggi serta mampu bertanggung jawab.
66 Nurliyah et al. Penerapan nilai-nilai karakter

d. Arabic and English Time dimilki, selain itu sekolah mengundang


Program ini merupakan program terbaru orang tua untuk dapat hadir menyaksikan
di SDIT Al-Utsmaniyah yang bertujuan agar pentas seni
peserta didik memiliki kemampuan g. Keputrian
berkomunikasi dengan multi bahasa, dapat Keputrian merupakan program SDIT Al-
bersaing di ranah nasional maupun Utsmaniyah yang dikhususkan untuk
internasional. Setiap hari Rabu di minggu peserta didik perempuan. Peserta didik
pertama dan ketiga pada jam istirahat perempuan berkumpul satu minggu sekali
peserta didik dan guru diharuskan yakni pada hari Jum’at saat peserta didik
berkomunikasi menggunakan bahasa laki-laki melaksanakan salat Jum’at.
Inggris, sedangkan minggu kedua dan Keputrian biasanya diisi dengan berbagai
keempat peserta didik dan guru diharuskan kegiatan diantaranya kajian mengenai
berkomunikasi dengan bahasa Arab. perempuan, bercerita kisah-kisah nabi,
e. Supercamp shalawatan, mengaji, permainan, dan acara
Supercamp merupakan program SDIT Al- ngarujak bersama.
Utsmaniyah yang mengajak peserta didik Pembina atau mentor adalah guru SDIT
untuk berkemah di luar sekolah. Program Al-Utsmaniyah. SDIT Al-Utsmaniyah
ini dilakukan satu tahun sekali dan biasanya membuat program keputrian dengan tujuan
sekolah melibatkan pembina pramuka dan mengenalkan hal-hal yang berkenaan
guru-guru untuk merancang kegiataan pada dengan perempuan dan agama Islam sejak
saat supercamp. Peserta didik tidak hanya usia dini agar kelak saat dewasa peserta
berkemah, akan tetapi pembina merancang didik sudah paham dan mengaplikasikan
pula kegiatan yang bertujuan untuk dengan baik.
menumbuhkan nilai-nilai karakter pada Program pendidikan karakter lain di
peserta didik. Nilai-nilai karakter tersebut SDIT Al-Utsmaniyah dirancang dalam
diantaranya nilai religius yang diaplikasikan bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Pembina
ke dalam kegiatan salat berjamaah, nilai dalam setiap ekstrakurikuler diberikan
peduli sosial seperti kegiatan tanggung jawab untuk merancang program
mengumpulkan dana peduli bencana dari sendiri dan dipresentasikan saat rapat kerja
masyarakat sekitar, dan nilai karakter tahunan di awal tahun pelajaran baru.
peduli lingkungan yang diaplikasikan dalam Tujuan dari kegiatan esktrakurikuler yaitu
bentuk kegiatan penghijauan. sebagai wadah berkembangnya minat bakat
f. Pentas Seni peserta didik serta menumbuhkan nilai-nilai
SDIT Al-Utsmaniyah mengadakan pentas karakter dalam bentuk kegiatan yang
seni satu tahun sekali saat kenaikan kelas. menyenangkan.
Program ini bertujuan agar peserta didik Ada tujuh ekstrakurikuler di antaranya
mampu menampilkan bakat yang dimilki pramuka, futsal, pencak silat, marawis,
serta melatih peserta didik untuk berkreasi kaligrafi, dokter kecil, dan sains club. Berikut
dalam bidang seni. Saat pentas seni penjelasan dari setiap ekstrakurikuler.
diadakan setiap kelas wajib menampilkan a. Pramuka
bakat yang dimilki oleh peserta didik. Guru Pramuka merupakan ektrakurikuler
bertugas melatih dan mengelompokkan wajib untuk peserta didik SDIT AL-
peserta didik sesuai dengan bakat yang
Utsmaniyah. Kegiatan ekstrakurikuler
Didaktika Tauhidi p-ISSN 2442-4544 e-ISSN 2550-0252 Volume 4 Nomor 1, April 2017 67

pramuka diadakan setiap hari Jum’at setelah yang lebih sedikit. Futsal kemudian banyak
salat Jum’at dan sebelum peserta didik dijadikan kegiatan ekstrakurikuler di
mengikuti esktrakurikuler pilihan. sekolah termasuk di SDIT Al-Utsmaniyah.
Pramuka merupakan wadah gerak bagi Tujuan diadakannya esktrakurikuler
peserta didik dalam rangka melakukan futsal di SDIT Al-Utsmaniyah yaitu sebagai
kegiatan-kegiatan yang positif, inovatif dan salah satu wadah untuk mengembangkan
produktif yang akan membantu peserta hobi dan menumbuhkan nilai-nilai karakter
didik dalam menumbuhkan karakter. Peran pada peserta didik. Visi dari ektrakurikuler
pramuka SDIT Al-Utsmaniyah dalam futsal adalah sebagai pelopor pendidikan
menumbuhkan karakter kemudian sepak bola yang fair play dalam bermain
dijabarkan dalam visi dan misi yang telah sepak bola, sedangkan untuk menunjang
dibuat dan disepakati bersama antara visi tersebut kemudian dikembangkan misi
pembina, guru, serta orang tua dan telah yaitu membentuk pemain yang disiplin,
disampaikan kepada peserta didik. Adapun kreatif, dan mampu menahan emosi dalam
visi dan misi pramuka SDIT Al-Utsmaniyah bertanding serta mampu menjadi pemain
adalah: yang mampu disegani oleh lawan. Dari
Visi: penjabaran visi dan misi tersebut maka
dapat dikatakan bahwa karakter yang
 Mewujudkan jiwa pramuka yang
ditumbuhkan melalui kegiatan futsal ini di
tangguh, unggul, berprestasi dan
antaranya adalah sportif, disiplin, kreatif,
berbudi pekerti luhur berdasarkan iman
mandiri, toleransi, dan kerja keras.
islam yang kuat.
c. Pencak Silat
Misi:
Pencak silat merupakan budaya
 Menjunjung tinggi nilai-nilai islam yang
Indonesia yang harus dilestarikan. Unsur
terkandung dalam kitab suci Al-qur’an.
yang terkandung di dalam pencak silat
 Mengembangkan nilai-nilai trisatya dan diantaranya olahraga, seni, dan bela diri.
dasadharma. SDIT Al-Ustmaniyah memiliki
 Memperkokoh sikap disiplin dan patuh ekstrakurikuler pencak silat yang
disetiap anggota pramuka. merupakan salah satu esktrakurikuler
 Menjaga ukhuwah Islamiyah sesama pilihan bagi peserta didik. Visi dan misi dari
anggota, kakak dewan penggalangdan ekstrakurikuler pencak silat ini adalah
kepada kakak Pembina. “mengembangkan budaya asli Indonesia
 Rutin mengikuti semua kegiatan dan menumbuhkembangkan bakat dan
pramuka. prestasi siswa dibidang pencak silat”. Nilai-
nilai karakter akan tumbuh seiring
 Melatih keberanian mental dan pikiran
berkembangnya bakat dan potensi yang
dalam diri masing-masing anggota.
dimiliki peserta didik serta proses
 Mengembangkan jiwa pramuka yang sosialisasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.
mandiri, jujur, dan bertanggung jawab. d. Marawis
b. Futsal Marawis merupakan salah satu
Futsal saat ini menjadi salah satu ekstrakurikuler pilihan di SDIT Al-
olahraga populer dan paling banyak Utsmaniyah. Kegiatan marawis melatih
diminati. Olahraga ini merupakan turunan peserta didik untuk dapat memainkan alat
dari sepak bola tapi dengan jumlah pemain
68 Nurliyah et al. Penerapan nilai-nilai karakter

musik marawis (hajir, sambal, dumbuk kegiatan ektrakurikuler kaligrafi ini adalah
pinggang, dumbuk batu, dan kepak mempelajari karya seni kaligrafi dan
marawis) serta menyanyikan lagu-lagu memperoleh karya kaligrafi yang indah.
islami. Pembina ekstrakurikuler melatih Kaligrafi sebagai kegiatan
peserta didik secara bergantian agar semua ekstrakurikuler dapat dijadikan wadah
dapat memainkan alat musik dengan baik penumbuhan nilai-nilai karakter seperti
dan benar serta dapat bernyanyi lagu islami karakter religius, kreatif, disiplin, kerja
dengan indah. keras, dan mandiri. Tujuan dari
Marawis selalu menjadi pertunjukkan penumbuhan nilai-nilai karakter pada
yang dinantikan saat pentas seni maupun peserta didik secara tidak langsung dapat
saat perayaan besar umat islam seperti dikembangkan melalui kegiatan yang ada
rajaban dan maulid nabi. Peserta didik dari dalam ektrakurikuler kaligrafi. SDIT Al-
ektrakurikuler marawis dilatih untuk berani Utsmaniyah mengadakan lomba membuat
tampil di depan umum. Tujuan Kegiatan kaligrafi antar peserta ektrakurikuler
marawis SDIT Al-Utsmaniyah selain untuk bahkan antar kelas. Lomba tersebut
mengembangkan minat peserta didik juga diadakan untuk memberikan semangat
untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter. kepada peserta didik dalam membuat karya
Hal ini dibuktikan dengan dirancangnya visi seni kaligrafi dan terus mengembangkan
dan misi untuk menunjang penumbuhan karya seni tersebut.
nilai-nilai karakter dalam kegiatan f. Dokter Cilik
esktrakurikuler marawis. Visi dan misi Dokter kecil merupakan ekstrakurikuler
tersebut di antaranya adalah: yang ada di SDIT Al-Utsmaniyah.
Misi Ekstrakurikuler ini memiliki visi yaitu sehat
 Mengembangkan bakat dan prestasi bersama dokter kecil dan memiliki misi
siswa dalam seni musik islami dan yakni “membantu siswa dan masyarakat
melatih mental serta karakter siswa. sekitar agar lebih sehat dan ceria”.
Visi Peserta didik dalam kegiatan
 Melatih pukulan dasar seni marawis. ekstrakurikuler dokcil diajarkan untuk
dapat memberikan pertolongan pertama
 Menghadirkan seni islam khususnya
pada luka ringan. Dokter kecil juga memiliki
marawis dalam ajang pendidikan yang
peran sebagai petugas kesehatan kelas
berkarakter.
dengan tugas memberikan pertololongan
e. Kaligrafi pada teman yang luka ringan. Selain itu
Kaligrafi merupakan salah satu karya Pembina mengenalkan berbagai manfaat
seni yang menekankan keindahan pada dari tanaman disekitar sekolah agar mereka
huruf arab. Kaligrafi menuntut sebuah mengetahui bahwa setiap tanaman memiliki
estetika pada pembuatnya. Seni menulis manfaat dan mereka bias merawatnya
kaligrafi biasanya diajarkan di sekolah- dengan baik.
sekolah islam. SDIT Al-Utsmaniyah sebagai Pembina melibatkan dokter kecil untuk
salah satu sekolah islam menjadikan membantu kegiatan imunisasi yang
kaligrafi sebagai ektrakurikuler yang diadakan oleh puskesmas setempat.
bertujuan mengembangkan bakat dan Imunisasi diberikan untuk peserta kelas
potensi peserta didik dalam mengenal dan satu sampai kelas tiga, dengan adanya
melatih penulisan kaligrafi. Misi dari
Didaktika Tauhidi p-ISSN 2442-4544 e-ISSN 2550-0252 Volume 4 Nomor 1, April 2017 69

bantuan dokcil petugas tidak terlalu seperti yayasan, komite, tenaga pendidik
kerepotan mengatur peserta didik kelas dan kependidikan, orang tua serta
rendah tersebut. Kegiatan dokter kecil masyarakat. Adapun tujuan dari program
merupakan salah satu bentuk kegiatan yang pendidikan karakter yang dirancang dalam
dapat menumbuhkan nilai-nilai karakter berbagai bentuk kegiatan di SDIT Al-
seperti toleransi, mandiri, peduli, dan Utsmaniyah pada dasarnya adalah untuk
tanggung jawab. menumbuhkan nilai-nilai karakter pada diri
g. Sains Club peserta didik SDIT Al-Utsmaniyah.
Sains Club merupakan ektrakurikuler
Penerapan Pendidikan Karakter
yang banyak menghantarkan SDIT AL-
Utsmaniyah meraih prestasi dan dikenal Pendidikan karakter merupakan pondasi
oleh masyarakat luas. Latar balakang utama dalam menumbuhkan dan membina
dibentuk ektrakurikuler sains club yaitu karakter peserta didik. Proses pendidikan
karena setiap tahunnya ada olimpiade sains sudah sepatutnya menanamkan karakter di
atau lomba sejenisnya yang mengundang dalam setiap kegiatannya, jika pendidikan
sekolah dasar untuk menjadi peserta. hanya menerapkan ilmu pengetahuan saja
maka manusia dapat diibaratkan seperti
Tujuan dari ektrakurikuler sains club
pohon yang terlihat kokoh hanya dari luar
adalah mempersiapkan peserta didik yang
saja akan tetapi rapuh akibat dari akar yang
kompeten dalam mata pelajaran khususnya
tidak kuat menopang. Penerapan
IPA serta menumbuhkan kesiapan mental
pendidikan karakter di setiap lembaga
dan emosional peserta didik dalam
pendidikan akan berbeda satu sama lain
menghadapi lomba. Ekstrakurikuler sains
tapi sangat jelas bahwa tujuannya yaitu
club dikhususkan untuk peserta didik kelas
menumbuhkan nilai-nilai karakter pada
4, 5, dan 6. Pembina akan membentuk
peserta didik sebagai calon penerus bangsa.
peserta didik ke dalam tim-tim kecil serta
melatih tim kecil tersebut agar siap SDIT Al-Utsmaniyah merupakan sekolah
mengikuti lomba. yang menerapkan pendidikan karakter di
setiap proses kegiatan intrakurikuler
Ekstrakurikuler sains club telah
maupun ekstrakurikuler sekolah. Hasil
menjuarai lomba yang diadakan oleh KALBE
penelitian menunjukkan bahwa penerapan
dan sebagai hadiah pembina serta peserta
pendidikan karakter di SDIT Al- Utsmaniyah
diajak pergi liburan ke Jepang. Dari sini
diimplementasikan dengan berbagai model
kemudian peserta didik yang lain terpacu
di antaranya adalah sebagai berikut.
untuk terus mengembangkan ilmu sains dan
mengikuti berbagai lomba. Dari uraian 1. Pembiasaan
tersebut terlihat bahwa sains club bukan Manusia pada dasarnya adalah makhluk
hanya sebagai wadah menyalurkan bakat yang taat, sejak dalam kandungan manusia
akan tetapi sebagai wadah menumbuhkan diperkenalkan dengan sebuah proses
nilai-nilai karakter pada peserta didik. kehidupan. Proses bukanlah hal yang tabu
Berdasarkan uraian program bagi manusia, sebuah proses juga yang
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler menuntun manusia menemukan
SDIT AL-Utsmaniyah di atas maka dapat karakternya. Seiring dengan berjalannya
diketahui bahwa sasaran dalam program waktu banyak proses yang sudah dilalui dan
sekolah adalah seluruh stakeholder sekolah banyak pula hal yang mempengaruhi
sehingga menjadikan manusia memiliki
70 Nurliyah et al. Penerapan nilai-nilai karakter

berbagai karakter. Karakter hakikatnya bahwa ada beberapa peserta didik yang
bersifat dinamis, karakter merupakan belum terbiasa atau lupa dengan hal
sebuah perwujudan dari jalinan yang tersebut. Sekolah menerapkan
berkesinambungan dan dilakukan secara punishment kepada peserta didik yang
terus menerus sehingga menjadi kebiasaan. melanggar aturan makan dan minum
Pembiasaan merupakan proses yang sambil duduk. Jika ada peserta didik
dilakukan secara terus-menerus dalam yang terlihat makan dan minum sambil
kurun waktu tertentu. Jika nilai-nilai berdiri maka dikenakan hukuman
karakter sudah dijadikan sebuah bending berkelipatan. Maksud bending
pembiasaan maka lambat laun akan berkelipatan adalah jika satu kali
mengkristal di sanubari. Sekolah sebagai melanggar maka bending 5 kali
lembaga pendidikan sudah sangat dekat sedangkan jika mengulang kesalahan
dengan sebuah pembiasaan maka dianggap maka bending ditambahkan menjadi dua
perlu bahwa nilai-nilai karakter dapat lebih kali lipat begitu seterusnya dalam satu
didekatkan dengan peserta didik melalui hari. Hukuman tersebut menimbulkan
proses dalam kegiatan. Sejak awal masuk efek jera pada diri peserta didik terbukti
sekolah peserta didik SDIT Al- Utsmaniyah semakin hari peserta didik sudah mulai
sudah mulai diperkenalkan dengan tata sepenuhnya sadar terhadap pembiasaan
tertib dan kebiasan-kebiasaan islami karena tersebut.
ada pepatah yang mengatakan tak kenal c. Salat dzuhur dan ashar berjamaah
maka tak sayang, jadi setelah kenal maka Salat 5 waktu merupakan kewajiban
secara perlahan peserta didik akan sayang bagi umat muslim, pahala salat
atau dalam kata lain akan mulai terbiasa. berjamaah lebih besar 27x lipat
Pembiasaan yang diterapkan di SDIT Al- dibandingkan dengan salat munfarid
Utsmaniyah adalah sebagai berikut. (sendiri). Islam juga menganjurkan
a. Kegiatan berdoa sebelum belajar untuk melakukan amalan- amalan sunah
seperti salat dhuha, salat qobliah
Kegiatan berdo’a sebelum memulai
ba’diah, dan salat jum’at. Sistem fullday
proses pembelajaran menjadi sebuah
school yang diterapkan sekolah
pembiasaan yang sudah tertanam dalam
menuntut guru mengembangkan
diri peserta didik dan guru SDIT Al-
kebijakan terkait salat dhuha dan salat
Utsmaniyah. Pendidik atau guru
dzuhur serta salat jum’at di sekolah.
menekankan bahwa tujuan berdo’a
Jadwal dirancang oleh kepala sekolah
adalah untuk mempermudah peserta
bersama- sama dengan guru dan peserta
didik menerima dan menyerap pelajaran
didik, yang kemudian diinformasikan
yang disampaikan serta mempermudah
kepada orang tua peserta didik.
segala kegiatan yang akan dijalani.
d. Membuang sampah pada tempatnya
b. Pembiasaan makan dan minum sambil
duduk. Membuang sampah pada tempatnya
perlu menjadi sebuah pembiasaan,
Pembiasaan makan dan minum sambil
karena banyak bencana di dunia
duduk sudah mulai dilakukan oleh
peserta didik dengan kesadaran sendiri khususnya Indonesia terjadi akibat
kelalaian manusia yang sering
tanpa harus diawasi atau diminta oleh
membuang sampah tidak pada
guru. Meskipun tidak dapat dipungkiri
tempatnya. Belakangan ini banjir dan
Didaktika Tauhidi p-ISSN 2442-4544 e-ISSN 2550-0252 Volume 4 Nomor 1, April 2017 71

longsor sudah menjadi fenomena yang pendidikan karakter yang berkaitan dengan
sering terjadi dan faktanya hal tersebut keteladanan di SDIT Al-Utsmaniyah
terjadi akibat banyaknya sampah. Salah tercakup dalam keteladan berbuat, berucap,
satu upaya untuk mengatasi masalah berpakaian, bersikap serta keteladanan
sampah yaitu dengan membiasakan diri bersosialisasi. Guru bukan satu- satunya
untuk membuang sampah di tempat teladan bagi peserta didik akan tetapi
yang sudah disediakan. seluruh civitas sekolah berperan sebagai
Pembiasaan yang dilakukan di SDIT Al- teladan bagi peserta didik.
Utsmaniyah berdampak positif terhadap 3. Pembinaan
perubahan karakter peserta didik. Terlihat Karakter peserta didik berkembang
bahwa nilai- nilai karakter mulai tumbuh sesuai dengan pengalaman hidupnya.
dalam diri peserta didik. Nilai- nilai karakter Peserta didik memiliki pemahaman dan
yang terbentuk dari proses pembiasaan daya tangkap yang berbeda, sehingga ada
diantaranya cinta Allah, tanggung jawab, peserta didik yang dengan mudah
disiplin dan mandiri, hormat dan santun, menerima dan ada pula yang harus dipaksa
peduli dan kerjasama, serta toleran dan untuk menerima. Paksaan tersebut biasanya
cinta damai. Hal tersebut terlihat dari dikembangkan di dalam sebuah peraturan
kegiatan keseharian peserta didik. yang kemudian berkembang pula sanksi dan
2. Keteladanan penghargaan di dalamnya. Sanksi harus
Meskipun jaman sudah modern dan alat bersifat membangun bukan malah
komunikasi sudah sangat canggih akan menjatuhkan mental peserta didik, begitu
tetapi peran pendidik dalam proses pula dengan penghargaan harus membuat
internalisasi nilai-nilai karakter tidak dapat peserta didik semakin termotivasi bukan
tergantikan begitu saja. Pendidik malah tinggi hati.
merupakan contoh ideal terutama dalam Contoh pembinaan yang ada di SDIT Al-
pandangan peserta didik, sehingga tingkah Utsmaniyah adalah penerapan sanksi bagi
laku dan penampilan pendidik secara sadar peserta didik yang tidak mentaati tata tertib
atau tidak akan ditiru oleh peserta didik. seperti terlambat datang ke sekolah, 2
Keteladanan dalam pendidikan minggu berturut-turut tidak melaksanakan
merupakan bagian dari sejumlah metode salat wajib maupun dhuha, nilai pelajaran
yang dianggap efektif dalam membentuk menurun, serta membuat kegaduhan di
karakter peserta didik. Keteladanan menjadi kelas maupun sekolah. Sedangkan
efektif karena pada dasarnya setiap diri penghargaan biasanya dilakukan oleh setiap
manusia memiliki rasa untuk meniru atau wali kelas serta setiap kelas memiliki cara
mengikuti orang lain. Pendidik sebagai figur pemberian penghargaan yang berbeda.
yang digugu dan ditiru memiliki tanggung Prosedur pemberian sanksi di SDIT Al-
jawab yang sangat besar untuk Utsmaniyah yaitu ketika terjadi masalah
menanamkan nilai-nilai karakter, karena maka wali kelas yang terlebih dahulu akan
tugas pendidik bukan hanya mentransfer menanganinya, kemudian jika masalah
ilmu pengetahuan. Tanggung jawab tersebut tersebut sulit ditangani oleh wali kelas maka
harus dapat dilaksanakan semaksimal wali kelas akan memanggil pihak ketiga
mungkin, oleh karena itu pendidik harus yakni wakil kepala sekolah bidang
memiliki kepribadian yang baik agar dapat kesiswaan. Masalah yang dianggap sulit
menjadi teladan bagi peserta didik. Proses dipecahkan walaupun dengan pihak ketiga
72 Nurliyah et al. Penerapan nilai-nilai karakter

maka sekolah akan memanggil orang tua pendidik profesional dengan tugas utama
sebagai langkah akhir pemecahan masalah. mendidik, mengajar, membimbing,
Oleh karena itu, pada saat rapat awal mengarahkan, melatih, menilai, dan
penerimaan peserta didik pihak sekolah mengevaluasi peserta didik. Guru sebagai
selalu memberikan informasi hal-hal terkait sosok yang digugu dan ditiru, mempunyai
kebijakan sekolah supaya nantinya orang peranan penting dalam implementasi
tua tidak kaget dan dapat menerima program pendidikan karakter. Nilai-nilai
kebijakan yang sudah didiskusikan dari karakter sudah sepatutnya diterapkan
awal selain itu juga supaya orang tua dapat dalam setiap kegiatan sekolah baik kegiatan
membantu memberikan pemahaman kelas maupun di luar kelas.
kepada peserta didik. Peran guru selain sebagai implementasi
4. Pembelajaran berbasis CTL program juga berperan sebagai fasilitator
dan motivator. Program yang dijalankan
Contextual Teaching and Learning
pasti akan membutuhkan fasilitas, oleh
merupakan sebuah konsep belajar yang
sebab itu guru harus senantiasa
mendorong guru untuk menghubungkan
memfasilitasi kebutuhan peserta didik
antara materi yang diajarkan dan situasi
terkait program yang akan dijalankan.
nyata peserta didik. CTL dapat
Fasilitas yang memadai akan menunjang
dikembangkan menjadi salah satu model
kelancaran dan keberhasilan kegiatan,
pembelajaran berkarakter, karena dalam
sehingga program berjalan efektif dan
pelaksanaannya lebih menekankan pada
efisien. Secara naluri peserta didik pasti
keterkaitan antara materi pembelajaran
akan merasakan kejenuhan terhadap
dengan dunia kehidupan peserta didik
rutinitas yang dilaksanakan, dalam keadaan
secara nyata, sehingga para peserta didik
seperti ini maka guru harus senantiasa
mampu menghubungkan dan menerapkan
membangkitkan motivasi peserta didik.
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan
Motivasi eksternal memang bersifat
sehari-hari. Guru berperan penting
sementara akan tetapi biasanya peserta
membuat proses pembelajaran menjadi
didik akan merasa terkesan jika guru
menarik karena yang mengetahui situasi
memberikan perhatian.
peserta didik di kelas yaitu guru. Proses
pembelajaran dir SDIT Al- Utsmaniyah di Implementasi program pendidikan
cover secara kreatif oleh guru selain itu di karakter di SDIT Al-Utsmaniyah tidak
setiap mata pelajaran dan materi terlepas dari peran guru sebagai pelaksana
pembelajaran selalu menanamkan nilai-nilai kegiatan di kelas maupun luar kelas. Guru
karakter. Karakter yang diharapkan dari SDIT Al-Utsmaniyah mengimplementasikan
proses pembelajaran tidak hanya tertuang program pendidikan karakter dengan
dalam RPP akan tetapi dalam bentuk nyata mengintegrasikannya melalui mata
pembelajaran. pelajaran dan kegiatan intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler sekolah. Keaktifan
Peran Guru dan Orang Tua dan kekreatifan guru merupakan faktor
Penerapan pendidikan karakter akan penentu ketercapaian program di SDIT Al-
maksimal hasilnya jika stakeholder sekolah Utsmaniyah.
melaksanakan dengan komitmen yang SDIT Al-Utsmaniyah senantiasa
tinggi. Ujung tombak pelaksanaan memfasilitasi setiap program yang
pendidikan adalah guru. Guru adalah diterapkan di sekolah, guru diberikan
Didaktika Tauhidi p-ISSN 2442-4544 e-ISSN 2550-0252 Volume 4 Nomor 1, April 2017 73

tanggung jawab untuk mengelola fasilitas maupun non materi. Fasilitas sekolah yang
yang sudah tersedia. Sekolah berharap memadai akan mendukung terbentuknya
bahwa fasilitas tersebut akan lebih tepat motivasi belajar peserta didik, motivasi
penggunaannya jika dikelola oleh guru, bukan hanya terkait fasilitas melainkan bisa
karena guru yang lebih mengetahui apa terbentuk dari guru maupun orang tua.
yang dibutuhkan oleh peserta didik. Motivasi yang diberikan oleh guru tidak
Fasilitas yang disediakan sekolah untuk akan cukup jika tidak diiringi motivasi dari
menunjang program pendidikan karakter di orang tua. Guru dan orang tua di SDIT Al-
antaranya masjid, ruang multimedia, Utsmaniyah saling bekerjasama memotivasi
lapangan olahraga, dan laboratorium alam. peserta didik dengan cara berkomunikasi
Pada saat peserta didik mulai bosan dengan baik secara langsung maupun melalui media
kegiatan belajar, guru memotivasi dengan sosial, hal ini bertujuan untuk bertukar
cara memberikan ice breaking, games, dan pikiran mengenai perkembangan dan
mengajak peserta didik belajar di alam motivasi peserta didik.
(outing class).
Peran orang tua merupakan faktor
pendukung dalam menumbuhkan karakter KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
peserta didik, karena pendidikan utama
Kesimpulan
terbentuk dari keluarga. Peserta didik lebih
banyak menghabiskan waktu di rumah Berdasarkan hasil hasil penelitian, maka
dibandingkan di sekolah, sehingga orang tua dapat disimpulkan beberapa hal yakni:
harus berperan aktif dalam membimbing 1. program pendidikan karakter SDIT Al-
setiap kegiatan peserta didik di rumah. Utsmaniyah diimplementasikan melalui
Adapun peran orang tua SDIT Al- program intrakurikuler dan
Utsmaniyah di antaranya sebagai fasilitator ektrakurikuler;
yaitu memberikan fasilitas untuk 2. guru dan orang tua memiliki peranan
memudahkan proses belajar peserta didik, dalam proses penerapan pendidikan
dan sebagai motivator artinya orang tua karakter di SDIT Al-Utsmaniyah.
berperan untuk meningkatkan semangat
belajar peserta didik, serta pendukung Implikasi
implementasi program sekolah agar tujuan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
sekolah dapat terlaksana dengan baik. diperoleh, implikasi dari penelitian ini
SDIT Al-Utsmaniyah bekerjasama dengan adalah:
orang tua untuk mengimplementasikan 1. bagi Sekolah Dasar negeri dan swasta,
program pendidikan karakter melalui diharapkan dapat menerapkan
pengisian buku penghubung, kajian rutin 1 pendidikan karakter dalam program
bulan sekali, dan rapat tahunan. Selain sekolah;
sebagai pendukung implementasi program, 2. guru senantiasa menjadi teladan bagi
orang tua juga senantiasa bekerjasama peserta didik dalam hal penumbuhan
dengan sekolah untuk memfasilitasi nilai-nilai karakter dan selalu menjalin
kebutuhan peserta didik, seperti pada saat silaturahmi yang baik dengan orang tua
akan diadakan praktek, pentas seni, study agar setiap program dapat berjalan
tour, dan outing class. Fasilitas yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
diberikan oleh orang tua berupa materi
74 Nurliyah et al. Penerapan nilai-nilai karakter

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan H. 2012. Pendidikan karakter: Mulyasa E. 2013. Manajemen pendidikan
konsep dan implementasi. Alfabeta, karakter. Bumi Aksara, Jakarta.
Bandung. Muslich M. 2011. Pendidikan karakter:
Indonesia Corruption Watch. 2015. Bulletin menjawab tantangan krisis
Mingguan Anti-Korupsi: 14-18 multidimensional. Bumi Aksara, Jakarta.
Iskandar. 2013. Metodologi penelitian Samami M dan Hariyanto. 2011. Pendidikan
pendidikan dan sosial. Referensi, Jakarta. karakter. Remaja Rosdakarya, Bandung.

View publication stats

You might also like