You are on page 1of 10

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar | p-ISSN 2085-1243 | e-ISSN 2579-5457

Vol. 12 No.1 Januari 2020 | Hal 15-24

MODEL PENDIDIKAN HOLISTIK BERBASIS KARAKTER


DI SEKOLAH KARAKTER INDONESIA HERITAGE FOUNDATION

Niya Yuliana1, M. Dahlan R2, Muhammad Fahri3


Universitas Ibn Khaldun Bogor

Abstract: The destruction of the nation's character makes character education important
in the current world of education. The development of character education is expected to
be able to provide changes to the behavior of students. Therefore character education is
not only a theory, but must be implemented in every activity, especially in school. In an
effort to implement it, character education requires the right model to be applied in his
life. One approach taken by the Indonesian Heritage Foundation (IHF) is to bring up the
Character Based Holistic Education (PHBK) model. This study aims to describe a PHBK
model that is successful in shaping children's character. This research is a type of field
research with a qualitative approach. The data collection techniques using observations,
interviews, and documentation to deepen data on research findings. The data analysis
technique used is data reduction, data presentation, and conclusions used to process data
in the discussion of research results. The results obtained in this study indicate that this
model has succeeded in growing the character of children in IHF Character Primary
Schools. In the teaching process, this model creates two forms of teaching, namely
character education that is integrated with subjects, and specifically through the flow of
character pillars..
Keyword: Holistic, Character, Education

Abstrak: Rusaknya karakter bangsa menjadikan pendidikan karakter penting ditengah


dunia pendidikan saat ini. Perkembangan pendidikan karakter diharapkan mampu
memberikan perubahan terhadap tingkah laku pada peserta didik. Karena itu pendidikan
karakter tidak hanya menjadi sebuah teori semata, melainkan harus terimplementasi di
setiap kegiatan terutama di sekolah. Dalam upaya penerapannya, maka pendidikan
karakter membutuhkan model yang tepat agar teraplikasikan dalam kehidupannya. Salah
satu pendekatan yang dilakukan oleh lembaga Indonesia Heritage Foundation (IHF)
adalah dengan memunculkan model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK).
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan sebuah model PHBK yang berhasil dalam
membentuk karakter anak. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan dengan
pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dengan menggunakan
pengamatan, wawancara, dan dokumentasi guna memperdalam data hasil temuan
penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan
kesimpulan yang digunakan untuk mengolah data pada pembahasan hasil penelitian.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model ini telah berhasil
dalam menumbuhkan karakter anak pada Sekolah Dasar Karakter IHF. Dalam proses
pengajarannya, model ini menciptakan dua bentuk pengajaran yaitu pendidikan karakter
yang terintegrasi dengan mata pelajaran, dan secara khusus melalui pengaliran pilar
karakter.
Kata kunci: Holistik, Karakter, Pendidikan

1
Universitas Ibn Khaldun Bogor, Email: niyayuliana45@gmail.com
2
Universitas Ibn Khaldun Bogor, Email: dahlan@uika-bogor.ac.id
3
Universitas Ibn Khaldun Bogor, Email: fahri@fai.uika-bogor.ac.id

Yuliana, M. Dahlan, Muhammad Fahri: Pendidikan Holistik Berbasis Karakter Di Sekolah Karakter Indonesia Heritage Foundation 15
PENDAHULUAN atau kebiasaan yang terus menerus
Pendidikan bukan hanya sekedar dipraktikkan dan diamalkan (Mulyasa,
untuk mengembangkan potensi 2011, hlm. 3).
intelektualitas dan keterampilan peserta Pendidikan karakter bertujuan untuk
didik saja, akan tetapi pendidikan juga meningkatkan mutu proses dan hasil
harus mampu menanamkan etika, dan pendidikan yang mengarah pada
akhlak yang baik dalam kehidupan ini. pembentukan karakter dan akhlak mulia
Pendidikan akan menjadi seimbang dan peserta didik secara utuh, terpadu, dan
sesuai yang diharapkan apabila semua seimbang, sesuai dengan standar
aspek lingkungan saling berhubungan serta kompetensi lulusan pada setiap satuan
bertanggung jawab dan berperan di pendidikan. Melalui pendidikan karakter
dalamnya. Lingkungan tersebut meliputi peserta didik diharapkan mampu secara
keluarga, masyarakat, dan sekolah. Ketiga mandiri meningkatkan dan menggunakan
lingkungan ini memiliki keterikatan antara pengetahuannya, mengkaji dan
satu dengan yang lainnya, dengan kata lain menginternalisasikan serta
setiap pembelajaran akan dipengaruhi oleh mempersonalisasikan nilai-nilai karakter
ketiga lingkungan ini (Dahlan, 2016, hlm. dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam
49) agar dapat membentuk karakter peserta perilaku sehari-hari (Mulyasa, 2011, hlm.
didik seutuhnya sesuai dengan UU No. 20 9).
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Dalam Islam terdapat tiga nilai
Nasional Bab II Pasal 3, menyebutkan utama, yaitu akhlak, adab, dan
bahwa: “Tujuan pendidikan nasional keteladanan. Akhlak merujuk kepada tugas
adalah mengembangkan potensi peserta dan tanggung jawab selain syari’ah dan
didik agar menjadi manusia yang beriman ajaran Islam secara umum. Sedangkan
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha adab merujuk kepada sikap yang
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, dihubungkan dengan tingkah laku yang
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi baik. Dan keteladanan merujuk pada
warga negara yang demokratis serta kualitas karakter yang ditampilkan oleh
bertanggung jawab (Sisdiknas No. 20 seorang muslim yang baik dan mengikuti
Tahun 2003, hlm. 3). keteladanan Nabi Muhammad SAW.
Pendidikan karakter tidak hanya Ketiga nilai inilah yang menjadi pilar
berkaitan dengan masalah benar-salah, pendidikan karakter dalam Islam (Majid &
tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan Andayani, 2011, hlm. 58). Islam
(habit) tentang hal-hal yang baik dalam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan
kehidupan, sehingga peserta didik progresif dengan senantiasa
memiliki kesadaran, dan pemahaman yang mengembangkan kepedulian sosial,
tinggi, serta kepedulian dan komitmen menghargai waktu, bersikap terbuka,
untuk menerapkan kebajikan demokratis, berorientasi pada kualitas,
dalamkehidupan sehari-hari. Dengan egaliter, kemitraan, anti-feodalistik,
demikian dapat dikatakan bahwa karakter mencintai kebersihan, mengutamakan
merupakan sifat alami seseorang dalam persaudaraan, berakhlak mulia dan sikap-
merespons situasi secara bermoral, yang sikap positif lainnya dalam makna yang
diwujudkan dalam tindakan nyata melalui sederhana (Dahlan, 2018, hlm. 298).
perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, Implementasi pendidikan karakter
hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai telah dicontohkan oleh kepribadiannya
karakter mulia lainnya. Dalam konteks Rasullullah SAW dalam kehidupannya
pemikiran islam, karakter berkaitan sehari-hari yang memiliki nilai-nilai
dengan iman dan ikhsan. Hal ini sejalan akhlak yang terpuji serta mulia. Banyak
dengan ungkapan Aristoteles, bahwa sekali sifat Rasullulah yang patut untuk
karakter erat kaitannya dengan “habit” ditiru sebagai bagian dari pendidikan

16 EduHumaniora: Vol. 12 No. 1, Januari 2020


karakter yang secara garis besar ia berikan kepribadian islami dalam dirinya. Kedua,
kepada umatnya seperti shiddiq, amanah, guru mengajarkan pendidikan karakter
tabligh, fathonah. Keempat kepribadian namun masih seputar teori dan konsep
Rasulullah tersebut merupakan pondasi saja, belum sampai pada ranah tahapan
utama yang akan membentuk kepribadian aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
seorang muslim yang seutuhnya. Ketiga, kurangnya model atau contoh yang
Namun realita yang terjadi di dunia tepat dalam penerapan pendidikan karakter
pendidikan saat ini tidak bisa dipungkiri di setiap sekolah. Maka tidak heran jika
bahwa sejak dulu hingga saat ini dan karakter yang dimiliki bangsa Indonesia
zaman yang akan datang, salah satu semakin hari semakin merosot. Jika
problematika yang hangat di dunia penyebab masalahnya seperti itu, apa dan
pendidikan ialah karakter. Karakter bagaimanapun upaya pemerintah untuk
merupakan persoalan yang besar dan mengembalikan karakter anak bangsa dan
paling darurat dalam suatu negara. menciptakan generasi terbaik akan
Indonesia belum mempunyai pendidikan menjadi sia-sia jika tidak adanya
karakter yang efektif untuk menjadikan keseimbangan antara konsep, teori dan
bangsa Indonesia yang berkarakter model yang nyata dalam
(tercermin dari tingkah lakunya). Padahal pengimplementasiannya di sekolah.
ada beberapa mata pelajaran yang Dengan demikian, untuk membuat
berisikan pesan-pesan moral, misalnya pendidikan karakter di Indonesia menjadi
pelajaran agama, kewarganegaraan dan lebih efektif dan teraplikasikan di setiap
Pancasila. Namun proses pembelajaran sekolah, maka ibu Ratna Megawangi
yang dilakukan adalah dengan pendekatan mendirikan Indonesia Heritage Foundation
pengahafalan (kognitif) saja. Dengan itu (IHF) dengan memunculkan ide untuk
para murid diharapkan dapat menguasai membuat sesuatu yang baru dalam
materi yang keberhasilannya diukur hanya memperbaharui penerapan pendidikan
dengan kemampuan anak menjawab soal karakter di Indonesia saat ini agar lebih
ujian yang orientasinya semata-mata dapat dipahami para pendidik maupun
hanyalah untuk memperoleh nilai bagus. peserta didik dengan mengembangkan
Pendidikan karakter saat ini amat model Pendidikan Holistik Berbasis
mendesak dan perlu mendapatkan Karakter (PHBK). IHF telah menjalankan
perhatian langsung dari negara. Melihat sebuah model pendidikan karakter secara
kondisi fakta yang terjadi, sekolah-sekolah komprehensif yaitu model PHBK yang
saat ini sangat marak terjadinya aksi dapat membentuk karakter siswa.
peningkatan tawuran antar-pelajar, Tujuan penelitian ini diharapkan
kekerasan, pemerkosaan, pembunuhan, agar dapat membuka paradigma berpikir
narkoba, dan bentuk-bentuk kenakalan para guru tentang model pendidikan
remaja lainnya. Bahkan yang paling holistik bahwa dengan model tersebut
memprihatinkan adalah pada saat Ujian mampu menciptakan anak-anak yang
Nasional (UN), nilai-nilai kejujuran sudah inovatif, kreatif, dan pembelajar sejati.
dihilangkan dari diri siswa itu sendiri.
Bahkan ada beberapa sekolah dan para TINJAUAN PUSTAKA
guru terlibat melakukan kecurangan pada Pendidikan merupakan sebagai
saat UN berlangsung, dan ini merupakan usaha untuk membina dan
salah satu problematika yang sampai saat mengembangkan pribadi manusia, aspek
ini belum mendapatkan pemecahan rohaniah dan jasmaniah, juga harus
masalahnya (Dharma dkk., 2011, hlm. 16). berlangsung secara bertahap. Oleh karena
Problematika pendidikan karakter di itu, suatu kematangan yang bertitik akhir
Indonesia saat ini dikarenakan tiga hal, pada optimalisasi perkembangan atau
pertama adalah hilangnya karakter dan pertumbuhan baru dapat tercapai bilamana

Yuliana, M. Dahlan, Muhammad Fahri: Pendidikan Holistik Berbasis Karakter Di Sekolah Karakter Indonesia Heritage Foundation 17
berlangsung melalui proses demi proses ke hari, sehingga mereka dapat memberikan
arah tujuan akhir perkembangan atau kontribusi yang positif kepada
pertumbuhannya (Arifin, 2012, hlm. 13). lingkungannya.
Istilah karakter secara harfiah berasal Kata “holistik” (holistic) berasal dari
dari bahasa Latin “character”, yang antara kata “holisme” (holism). Kata 'holisme'
lain berarti : watak, tabiat, sifat-sifat pertama kali diperkenalkan pada tahun
kejiwaan, budi pekerti, kepribadian, atau 1926 oleh Jan Smuts, seorang negarawan
akhlak. Adapun secara istilah, karakter dari Afrika Selatan, dalam bukunya yang
diartikan sebagai sifat manusia pada berjudul Holism and Evolution. Asal kata
umumnya, dimana manusia mempunyai 'holisme' diambil dari bahasa Yunani,
banyak sifat yang tergantung dari faktor holos, yang berarti semua atau
kehidupannya sendiri. Karakter adalah keseluruhan. Holisme adalah suatu
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti pemikiran yang menyatakan bahwa
yang menjadi ciri khas seseorang atau sistem alam semesta, baik yang bersifat
sekelompok orang. Karakter merupakan fisik, kimiawi, hayati, sosial,
nilai-nilai perilaku manusia yang ekonomi, mental-psikis, dan kebahasaan,
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha serta segala kelengkapannya harus
Esa, diri sendiri, sesama manusia, dipandang sebagai sesuatu yang utuh dan
lingkungan, dan kebangsaan yang bukan merupakan kesatuan dari bagian-
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, bagian yang terpisah (Wikipedia, 2019).
perkataan, dan perbuatan berdasarkan Pendidikan holistik merupakan suatu
norma-norma agama, hukum, tata krama, filsafat pendidikan yang berangkat dari
budaya, dan adat istiadat (Musfah, 2012, pemikiran bahwa pada dasarnya seorang
hlm. 44-45). Menurut (Suyanto, 2010, individu dapat menemukan identitas,
hlm. 34) karakter adalah cara berpikir dan makna, dan tujuan hidup melalui
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap hubungannya dengan masyarakat,
individu untuk hidup dan bekerjasama, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual.
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, Secara historis, pendidikan holistik
bangsa dan negara. Individu yang sebenarnya bukan hal yang baru. Strategi
berkarakter baik adalah individu yang bisa ini selalu mengalami revolusi
membuat keputusan dan siap perkembangan dan saat ini membawa
mempertanggung jawabkan tiap akibat banyak kemajuan menakjubkan di
dari keputusan yang ia buat. berbagai sekolah-sekolah Eropa dan Asia
Pendidikan karakter adalah sebuah yang berkembang (Rubiyanto & Haryanto,
usaha untuk mendidik anak-anak agar 2010, hlm. 32). Pendidikan holistik adalah
dapat mengambil keputusan dengan bijak pendidikan yang bertujuan memberi
dan mempraktikannya dalam kehidupan kebebasan peserta didik untuk
sehari-hari, sehingga mereka dapat mengembangkan diri tidak hanya secara
memberikan kontribusi yang positif intelektual saja, akan tetapi juga
kepada lingkungan. Nilai-nilai karakter memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga
yang perlu ditanamkan kepada anak-anak secara keseluruhan sehingga tercipta
adalah nilai-nilai universal dimana seluruh manusia Indonesia yang berkarakter kuat
agama, tradisi, dan budaya pasti yang mampu mengangkat harkat bangsa
menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dengan mewujudkan manusia merdeka
(Megawangi, 2016, hlm. 113). Sedangkan (Rubiyanto & Haryanto, 2010, hlm. 1)
menurut (Dharma dkk, 2011, hlm. 5)
pendidikan karakter ialah usaha untuk METODOLOGI PENELITIAN
mendidik peserta didik agar dapat Penelitian ini merupakan jenis
mengambil keputusan dengan bijak dan penelitian lapangan (field research),
mempraktikannya dalam kehidupan sehari- dengan pendekatan kualitatif. Metode

18 EduHumaniora: Vol. 12 No. 1, Januari 2020


penelitian ini digunakan untuk sosial, dan juga kebobrokan moral
memaparkan bagaimana bentuk model (Momonika, 2014). Artinya bangsa ini
pendidikan holistik berbasis karakter akan menuju jurang kehancuran jika
(PHBK) dalam upaya penanaman karakter dibiarkan terus menerus. Rendahnya
siswa di Sekolah Karakter Indonesia kredibilitas Indonesia di mata dunia
Heritage Foundation (IHF). Penelitian ini internasional merupakan cerminan dari
dimulai pada tanggal 3 Januari 2019 perilaku individu-individu yang tidak
sampai dengan 4 Maret 2019 yang berkarakter, sehingga berdampak negatif
dilaksanakan Sekolah Dasar Karakter terhadap pengelolaan negara, korporasi,
Indonesia Heritage Foundation (IHF) yang sistem hukum, yang akhirnya akan
terletak di Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 31 menurunkan daya saing Indonesia menjadi
No. 46 Cisalak, Cimanggis Kota Depok. terpuruk secara sosial, ekonomi, dan
Sumber data yang dibutuhkan dalam budaya (Megawangi, 2016, hlm. 7).
penelitian ini adalah pihak yang Kemudian disusul juga dengan
bersangkutan yaitu Direktur sekolah sumberdaya manusia (SDM) yang sangat
karakter IHF, kepala sekolah dasar rendah.
karakter IHF, dan para guru yang mengajar Pemerintah Indonesia memberikan
di sekolah dasar karakter sebagai sumber perhatian besar terhadap pendidikan,
informasi yang dicari tentang model dengan dibangunnya sekolah-sekolah dari
pendidikan holistik berbasis karakter tingkat dasar sampai perguruan tinggi,
(PHBK) serta peluang dan tantangan di dengan kurikulum, metode, dan sistem
sekolah karakter IHF. Dan data sekunder hampir lima tahun sekali mengalami
adalah sumber data yang dijadikan perubahan. Bahkan untuk memajukan
penunjang dalam pokok bahasan berupa proses pendidikan, pemerintah telah
buku penunjang dan data hasil observasi mengeluarkan anggaran yang sangat besar
lingkungan yang berhubungan dengan dari APBN. Agar tujuan pendidikan
fokus penelitian. Semua data tersebut nasional bisa terwujud dengan maksimal
diharapkan mampu memberikan gambaran (Dahlan, 2015, hlm. 56). Fakta di lapangan
dan pemahaman tentang model pendidikan yang terjadi bahwa dunia pendidikan saat
holistik berbasis karakter (PHBK) di SD ini hanya membangun aspek kognitifnya
Karakter IHF. Adapun teknik dalam saja, bahkan hampir tidak ada aplikasi
pengumpulan data melalui pengamatan, dalam penerapan pendidikan karakter,
wawancara, dan dokumentasi agar sehingga dalam membangun karakter
memperoleh hasil temuan yang mendalam. (character building) tidak memiliki titik
Teknik analisis data dengan melakukan temu yang menjadi solusi bagi pendidikan
reduksi data, penyajian data sehingga karakter. Padahal pendidikan karakter
dapat ditarik kesimpulan. adalah pendidikan yang membangun dan
menanamkan nilai-nilai karakter pada anak
HASIL PENELITIAN DAN sehingga dirinya mampu menjadi problem
PEMBAHASAN solver bagi lingkungan sekitar.
1. Pendidikan Holistik Berbasis Karakter Lahirnya sebuah gagasan tentang
(PHBK) pendidikan karakter menjadi sebuah alasan
Persoalan karakter bangsa setelah melihat proses yang dihasilkan
menjadikan negeri ini berada dalam krisis dalam dunia pendidikan belum
multidemensional. Krisis menciptakan manusia yang berkarakter.
multidimensional adalah suatu situasi Kondisi tersebut di buktikan dengan
dimana bangsa dan negeri ini sedang perilaku dan moral para remaja bangsa
dilanda oleh berbagai macam pertentangan Indonesia yang semakin rusak. Hal itu
besar maupun kecil dan berbagai dapat dilihat pada kondisi saat ini yang
keruwetan di bidang politik, ekonomi, marak dengan aksi tawuran antar pelajar,

Yuliana, M. Dahlan, Muhammad Fahri: Pendidikan Holistik Berbasis Karakter Di Sekolah Karakter Indonesia Heritage Foundation 19
narkoba, seks bebas, dan kenakalan remaja terjadinya kerusuhan pada tahun 1998.
lainnya yang sulit dikendalikan. Salah satu tokoh pemerhati pendidikan
Permasalahan pendidikan karakter saat ini karakter menjadi terpacu untuk melakukan
perlu mendapatkan respon dari berbagai perbaikan terhadap bangsanya dengan
pihak yang terkait terutama pihak yang digagasnya sebuah model pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan. Setelah akan mampu mengembalikan karakter
melihat rusaknya moral bangsa Indonesia, bangsa Indonesia yaitu Ibu Dr. Ir. Ratna
maka perlu adanya solusi sebagai upaya Megawangi, M.Sc, Ph.D. Beliau
mengembalikan karakter bangsa Indonesia merupakan seorang Dosen IPB yang
agar solusi tersebut mudah di melanjutkan post-doctoral di Tufts
implementasikan dalam dunia pendidikan. University, Massachussets Amerika
Indonesia belum mempunyai Serikat dengan memfokuskan
pendidikan karakter yang efektif untuk penelitiannya pada family and child
menjadikan bangsa yang berkarakter development yang penelitiannya ini terkait
dengan tercermin dari tingkah lakunya. pada pengembangan keluarga, anak,
Padahal ada beberapa mata pelajaran yang karakter, dan hal-hal yang berhubungan
berisikan pesan-pesan moral, misalnya tentang anak dan keluarga. Dengan
pelajaran agama, kewarganegaraan dan pengetahuan yang dimilikinya, maka
Pancasila. Namun proses pembelajaran beliau tertarik untuk memperbaiki karakter
yang dilakukan adalah dengan pendekatan bangsa setelah melihat rusaknya karakter
penghafalan yang mengarah pada bangsa Indonesia. Model pendidikan yang
kemampuan secara kognitif semata. Para digagas Ibu Ratna Megawangi ialah
murid tersebut hanya diharapkan dapat sebuah model Pendidikan Holistik
menguasai materi yang keberhasilannya Berbasis Karakter (PHBK), model PHBK
diukur hanya dengan kemampuan anak merupakan model pendekatan yang di
menjawab soal ujian. Karena orientasinya percaya bahwa karakter seseorang dapat
hanya untuk memperoleh nilai bagus, terbentuk dengan baik.
maka pelajaran tersebut tidak akan Secara historis, model pendidikan
berdampak kepada perubahan perilaku holistik sebenarnya bukan suatu hal yang
siswa. sehingga yang terjadi kesenjangan baru, beberapa tokoh klasik yang dianggap
antara pengetahuan moral (cognition) dan sebagai perintis pendidikan holistik,
perilaku (action) (Megawangi, 2016, hlm. diantaranya: Jean Rousseau, Ralp Waldo
92). Semisal setiap orang mengetahui Emerson, Henry Thoreau, Bronson Alcott,
bahwa mencontek adalah perbuatan salah Johann Pestalozzi, Friedrich Froebel, dan
dan melanggar ketentuan, akan tetapi Fransisco Ferrer. Selain itu, terdapat pula
banyak sekali siswa yang tetap tokoh lain yang dianggap sebagai
melakukannya. Problematika tersebut pendukung pendidikan holistik, yaitu
menjadi dasar pembuktian bahwa terdapat Rudolf Steiner, Maria Montessori, Francis
kesenjangan antara pengetahuan yang Parker, John Dewey, John Caldeww Holt,
dimiliki dengan tindakan. Hal tersebut George Dennison, Kieran Egan, Howard
menjadi perhatian para pakar pendidikan Gardner, Jiddu Khrinamurti, Carl Jung,
untuk memberikan solusi yang nyata Abraham Maslow, Carl Rogers, Paul
dalam memperbaiki karakter bangsa, Goodman, Ivan Illich, dan Paulo Freire
terutama di Indonesia. (Rubiyanto & Haryanto, 2010, hlm. 32).
Membangun kembali karakter baik Model Pendidikan Holistik Berbasis
seseorang bukanlah hal yang mudah, Karakter adalah salah satu program yang
berdasarkan hasil wawancara dengan digaungkan oleh lembaga Indonesia
Direktur Sekolah Karakter mengemukakan Heritage Foundation (IHF) yang diyakini
bahwa bangsa Indonesia mengalami dapat mengembalikan karakter bangsa
degradasi moral yang menyebabkan Indonesia. Model PHBK merupakan

20 EduHumaniora: Vol. 12 No. 1, Januari 2020


sebuah filosofi pendidikan yang percaya dasar bahwa setiap anak memiliki
bahwa setiap manusia dapat menjadi insan kebaikan yang tertanam sehingga dalam
berkarakter, cerdas, kreatif, pembelajar upaya membentuk karakter baik, maka
sejati serta dapat menemukan identitas, aspek tersebut harus dikembangkan.
makna dan tujuannya hidupnya. Tujuan Dalam proses pengajarannya, model
model Pendidikan Holistik Berbasis Pendidikan Holistik Berbasis Karakter di
Karakter adalah membentuk manusia SD Karakter menggunakan dua bentuk
secara utuh (holistik) yang berkarakter, pengaliran karakter yang dilakukan agar
yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi, pendidikan karakter terinternalisasi dalam
sosial, kreatifitas, spiritual, dan inteletual diri anak, yaitu dengan pengaliran secara
siswa secara optimal, serta membentuk formal (pengaliran pilar-pilar karakter) dan
manusia yang life long leaners (pembelajar pengaliran secara non-formal (terintegrasi
sejati) (Muslich, 2011, hlm. 33). dengan mata pelajaran).
Beberapa hasil penelitian Pengaliran karakter secara formal
menunjukkan bahwa ada kaitan erat antara yaitu dengan memfokuskan anak agar
keberhasilan pendidikan karakter dengan memahami makna dan tujuan dari setiap
keberhasilan akademik, serta perilaku pro- nilai-nilai karakter yang diajarkan.
sosial anak, sehingga dapat membuat Lickona juga menjelaskan bahwa
suasana sekolah dapat begitu pendidikan karakter tidak hanya sekedar
menyenangkan dan kondusif untuk proses dipahami sebagai pengetahuan kognitif
belajar mengajar yang efektif (Megawangi, saja (moral knowing), tetapi juga harus
2016, hlm. 43). Pendidikan karakter akan dirasakan dan disadari bahwa nilai-nilai
menjadi sebuah teori jika tidak dipahami karakter itu penting (moral feeling),
secara utuh dalam pandangan kurikulum kemudian di implementasikan dalam
pendidikan nasional (Muslich, 2011, hlm. kehidupan sehari-hari hingga dirinya
70). Artinya, pendidikan karakter tidak terbiasa melakukan hal-hal kebaikan
hanya sebagai wacana dalam dunia (moral action).
pendidikan. Tetapi menjadi sebuah bentuk Khusus kurikulum 9 Pilar karakter,
yang direalisasikan oleh sekolah melalui pola pengajarannya adalah student active
pengajaran guru di kelas. learning dimana anak dilibatkan aktif
IHF mengharuskan bagi para guru dalam diskusi maupun dalam aktifitas.
yang akan mengajar di Sekolah Karakter Guru lebih ditekankan untuk bertanya
untuk mengikuti pelatihan terlebih dahulu. kepada anak, dan anak lebih aktif untuk
Karena IHF menginginkan bahwa tidak memberikan jawaban dan komentar.
hanya siswa saja yang diajarkan nilai-nilai Filosofi dari cara ini adalah bahwa fungsi
karakter, akan tetapi juga nilai-nilai pendidikan adalah “to bring forth”
karakter harus terbentuk lebih dahulu (mengaktualkan dari dalam diri anak)
dalam diri gurunya. Di pelatihan ini, para (Megawangi, 2016, hlm. 156). Pengaliran
guru akan diberitahukan terlebih dahulu pilar karakter dilakukan di pagi hari
mengenai model PHBK, dan bentuk- dengan durasi waktu 15-20 menit dalam
bentuk pengajaran yang digunakan agar pengaliran pilar karakter. Waktu refleksi
dapat menciptakan suasana belajar yang ini memberikan kesempatan kepada para
menyenangkan dan juga memberikan rasa siswa agar mengekspresikan secara verbal
aman, sehingga guru mampu membangun pengetahuan mereka, kecintaan/perasaan,
karakter positif siswa. Pendidikan karakter dan bagaimana tindakan yang dilakukan
menekankan berbagai aspek potensi dalam kehidupannya. Pengajaran 9 pilar
manusia, yaitu aspek fisik, aspek karakter ditambah K4 dilakukan selama
akademik, aspek sosial dan budaya, aspek setahun sekolah, dimana setiap pilar
kreatifitas, aspek spiritual, dan aspek diajarkan setiap dua atau tiga minggu
emosi. Semua aspek tersebut menjadi sekali sesuai dengan base on case, artinya

Yuliana, M. Dahlan, Muhammad Fahri: Pendidikan Holistik Berbasis Karakter Di Sekolah Karakter Indonesia Heritage Foundation 21
pilar karakter akan dibahas sesuai waktu dalam membentuk karakter sudah terlihat
yang ditentukan. Adapun pilar-pilar dalam diri anak yang mengekspresikannya
karakternya yaitu: melalui tingkah lakunya. Ketika di kelas,
1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya anak mampu menghormati temannya,
2. Mandiri, disiplin, tanggung jawab menghargai perbedaan yang ada,
3. Jujur, amanah, dan berkata bijak perkataannya santun ketika bertemu
4. Hormat, santun, dan pendengar yang dengan orang lain, berani bertanya tentang
baik sesuatu yang ia ingin ketahui, mau
5. Dermawan, suka menolong, dan kerja meminta maaf ketika melakukan
sama kesalahan, menjadi problem solver bagi
6. Percaya diri, kreatif, dan pantang sekitarnya. Ketika di luar kelas, anak-anak
menyerah ramah terhadap lingkungan artinya mampu
7. Pemimpin yang baik dan adil menjaga kebersihan dengan membuang
8. Baik dan rendah hati sampah pada tempatnya, mentaati
9. Toleran, cinta damai, dan bersatu. peraturan yang ada seperti meletakkan
Selanjutnya pengaliran karakter sepatu pada lemarinya, dan lain
secara non-formal yaitu terintegrasi sebagainya. Ini membuktikan bahwa
dengan mata pelajaran. Artinya, dengan model PHBK ini karakter anak
pendidikan karakter tidak hanya menjadi dapat terbentuk dan tentu dengan proses
tanggung jawab mata pelajaran Agama dan pembelajaran yang memberikan rasa aman
(PKn) Pendidikan Kewarganegaraan dan menyenangkan bagi anak.
semata. Dalam proses pelaksanaannya,
nilai-nilai karakter harus di integrasikan ke 2. Peluang dan Tantangan Model
dalam setiap mata pelajaran dan juga pada Pendidikan Holistik Berbasis Karakter
setiap pokok bahasan yang ada di sekolah. (PHBK)
Dengan terintegrasi, pendidikan karakter Dalam penerapan model pendidikan
menjadi tanggung jawab seluruh holistik berbasis karakter menjanjikan
komponen yang ada di sekolah. peluang dan tantangan bagi pembentukan
Berdasarkan hasil wawancara dari karakter anak. Di satu sisi, dunia teknologi
beberapa informan sebelumnya, pola yang semakin canggih dan terus
penerapan pendidikan karakter secara berkembang pesat menjadi tuntutan bagi
terintegrasi dengan mata pelajaran, antara sekolah untuk mempersiapkan generasi-
lain dengan menyebutkan nilai-nilai generasi yang unggul dalam segala bidang.
karakter yang terkandung di dalamnya, maka yang diperlukan adalah manusia-
mengintegrasikan nilai-nilai karakter manusia yang kreatif dan berdaya pikir
secara langsung ke dalam mata pelajaran, tinggi. Dalam upaya menyiapkan manusia-
dimasukkan ke dalam soal-soal yang manusia yang berkompeten tentunya
diberikan oleh guru, ketika memberikan melalui pengalaman belajar yang
pujian, menggunakan perumpamaan menyenangkan.
dengan kejadian-kejadian yang dialami Indonesia saat ini sedang
siswa, menggunakan cerita untuk menghadapi dua tantangan besar, yaitu
memunculkan nilai-nilai karakternya, desentralisasi atau otonomi daerah yang
mengintegrasikan nilai-nilai karakter saat ini sudah dimulai, dan era globalisasi
dengan menggunakan kegiatan-kegiatan total akan terjadi pada tahun 2020
seperti bakti sosial, field trip, home visit, (Muslich, 2011, hlm. 35). Solusi untuk
outbond, dan kegiatan-kegiatan yang menghadapi tantangan tersebut ialah
berpotensi memunculkan nilai-nilai mempersiapkan sumberdaya manusia
kemanusiaan. (SDM) yang berkualitas, kreatif, dan
Keberhasilan dari sebuah model mampu berpikir tingkat tinggi. Dalam hal
pendidikan holistik berbasis karakter pengembangan SDM, pendidikan memiliki

22 EduHumaniora: Vol. 12 No. 1, Januari 2020


nilai strategis dan mempunyai peran Proses pembentukan karakter
penting sebagai suatu investasi di masa memiliki tantangan tersendiri dalam
depan. Karena secara teoritis, pendidikan pelaksanaannya terutama dalam
adalah dasar dari pertumbuhan ekonomi, penggunaan modelnya apakah sesuai atau
dasar dari perkembangan sains dan tidak. Model PHBK di Sekolah Karakter
teknologi, mengurangi kemiskinan dan menjadi model yang digaungkan oleh IHF,
peningkatan kualitas peradaban manusia dengan peluncuran model tersebut yang
pada umumnya (Dahlan, 2015, hlm. 57) telah diuji coba melalui SBB telah
Sekolah memang berperan dalam dipercaya bahwa karakter positif anak
menyiapkan manusia-manusia yang dapat terbangun. Tapi di sisi lain, model
unggul, akan tetapi hal tersebut juga PHBK ini juga memiliki tantangan dalam
membutuhkan berbagai pihak yang penerapannya. Tantangan utama model
mendukung serta menunjang dalam pendidikan holistik berbasis karakter
membentuk karakter anak adalah peran (PHBK) adalah ketika proses
orang tua siswa. Peran orang tua dalam pelaksanaannya tidak sejalan antara visi
memberikan pemahaman kepada anak dan misi sekolah dengan orang tua,
mengenai pendidikan karakter harus sehingga perilaku yang dimunculkan anak
dipahami secara utuh, sebagaimana yang kadang tidak sesuai dengan apa yang di
dijelaskan oleh Ratna Megawangi bahwa inginkan oleh sekolah. Misalnya ketika
segala perilaku orang tua dan pola asuh pengaliran pilar karakter di sekolahnya
yang diterapkan di dalam keluarga pasti tentang mandiri, anak diberikan
berpengaruh dalam pembentukan pengetahuan, pemahaman, dan aktifitas
kepribadian atau karakter seorang anak yang dikerjakannya harus secara mandiri.
(Megawangi, 2016, hlm. 74). Di zaman Tetapi ketika di rumah, hal-hal yang bisa
modern ini, para orang tua sering gagal dikerjakan anak terutama untuk dirinya
dalam membentuk karakter anak-anaknya, sendiri ternyata masih dibantu oleh orang
sehingga pendidikan karakter di sekolah tuanya ataupun pengasuhnya, dan anggota
adalah solusi yang tepat, apalagi kalau keluarga lainnya. Hal ini yang menjadi
anak-anak tidak mendapatkan pendidikan sulit dalam pembentukan karakter anak
karakter di rumahnya. Masa kanak-kanak dengan cepat.
banyak dihabiskan di sekolah, dan apa Para orang tua memiliki cara
yang terekam dalam memori anak-anak tersendiri dalam proses pengajarannya,
mengenai pengalaman di sekolah akan artinya setiap orang tua menginginkan
mempengaruhi kepribadian anak ketika anaknya yang terbaik dalam segala hal.
dewasa (Megawangi, 2016, hlm. 90). Jika peran orang tua tidak mampu
Untuk itu penanaman nilai karakter memberikan contoh keteladanan yang baik
tidak hanya dalam pelajaran tertentu saja, bagi anaknya, maka pendidikan karakter di
melainkan harus terintegrasi dengan setiap sekolah akan sia-sia. Padahal menurut
mata pelajaran, dan di setiap kegiatan anak Thomas Lickona dalam membentuk
di sekolah. Pembentukan karakter itu karakter anak harus menekankan tiga
tentunya dengan menggunakan pendekatan komponen karakter yang baik (components
yang memang dikhususkan untuk fokus of good character) yaitu moral knowing
dalam pengembangan karakter. Oleh sebab atau pengetahuan tentang moral, moral
itu, model pendidikan holistik berbasis feeling atau perasaan tentang moral, dan
karakter digagas karena memang diyakini moral action atau perbuatan bermoral.
bahwa model ini dapat membangun Akan tetapi, sejak awal pihak
karakter positif anak untuk sekolah sudah melakukan sosialisasi
mempersiapkan generasi-generasi yang kepada calon orang tua yang mendaftar di
unggul. SD Karakter. Pada tahapan ini, orang tua
diberikan pemahaman mengenai

Yuliana, M. Dahlan, Muhammad Fahri: Pendidikan Holistik Berbasis Karakter Di Sekolah Karakter Indonesia Heritage Foundation 23
pendidikan karakter yang ditanamkan di Dahlan, M. (2015). Membangun Manusia
SD Karakter dan bagaimana metode yang Berkualitas Melalui Pendidikan.
digunakan dalam pengajarannya. Jika Jurnal Pendidikan Agama Islam
orang tua sepakat dengan visi dan misi Fikrah, 58.
sekolah karakter, maka tahap selanjutnya Dahlan, M. (2016). Konsep Pembelajaran
adalah proses penerimaan anak sebagai Aqidah Akhlak (1 ed.). Yogyakarta:
siswa baru kemudian dilanjutkan pada Deepublish.
tahap trial. Trial akan dilakukan sebanyak Dahlan, M. (2018, Desember 12).
dua kali, yang pertama anak akan diamati Relevansi Pemahaman Agama
kegiatannya selama di Sekolah Karakter, dengan Interaksi Sosial Siswa.
yang kedua anak dicoba untuk menjalani Penamas, 31.
aktifitas sehari-hari di Sekolah Karakter. Dharma, dkk. (2011). Pendidikan
Setelah resmi diterima sebagai siswa, para Karakter: Kajian Teori dan Praktik
orang tua kembali diberikan pengarahan di Sekolah (1 ed.). Bandung: Remaja
mengenai pendidikan karakter yang ingin Rosdakarya.
ditanamkan di sekolah melalui pengaliran Majid, A., & Andayani, D. (2011).
9 Pilar Karakter dan K4, metode Pendidikan Karakter Perspektif
pengajaran pendidikan karakter, serta Islam (1 ed.). Bandung: Remaja
urgensi pendidikan karakter saat ini. Rosdakarya.
Megawangi, R. (2016). Pendidikan
KESIMPULAN Karakter: Solusi yang Tepat untuk
Model pendidikan holistik berbasis Membangun Bangsa (5 ed.). Depok:
karakter (PHBK) merupakan sebuah Indonesia Heritage Foundation.
filosofi pendidikan yang percaya bahwa Momonika. (2014, 12 9). Brainly. Dipetik
setiap manusia dapat menjadi insan 3 4, 2019, dari http://brainly.co.id
berkarakter, cerdas, kreatif, pembelajar Mulyasa, E. (2011). Manajemen
sejati serta dapat menemukan identitas, Pendidikan Karakter (1 ed.). Jakarta:
makna dan tujuannya hidupnya. Dengan 2 Bumi Aksara.
bentuk pengajaran yaitu: terintegrasi Musfah, J. (2012). Pendidikan Holistik (1
dengan mata pelajaran serta kegiatan ed.). Jakarta: Kencana Prenada
proses pembelajaran, dan secara khusus Media.
melalui pengaliran Pilar Karakter yang Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter:
dilakukan sebelum pembelajaran selama Menjawab Tantangan Krisis
15-20 menit. Adapun peluang yang Multidimensional (2 ed.). Jakarta:
dimiliki model ini cukup besar, karena Bumi Aksara.
belum ada model pendidikan yang tepat Rubiyanto, N., & Haryanto, D. (2010).
dalam penerapan pendidikan karakter Strategi Pembelajaran Holistik di
sehingga model ini dipilih dan diyakini Sekolah (1 ed.). Jakarta: Prestasi cc.
dapat membentuk karakter anak. (2010). Model Pembinaan
Sedangkan tantangannya ialah setiap orang Pendidikan Karakter di Lingkungan
tua pasti memiliki model pengasuhan Sekolah (1 ed.). Bandung: Remaja
tersendiri, artinya karakter anak akan sulit Rosdakarya.
terbentuk jika tidak sejalan antara Undang-Undang Republik Indonesia.
pengasuhan orang tua dengan sekolah. Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.
Wikipedia. (2019). Ensiklopedia Bebas.
DAFTAR PUSTAKA Dipetik Februari 24, 2019, dari
Arifin, M. (2012). Filsafat Pendidikan Ensiklopedia Bebas:
Islam (12 ed.). Jakarta: Bumi https://id.wikipedia.org/wiki/Holism
Aksara. e

24 EduHumaniora: Vol. 12 No. 1, Januari 2020

You might also like