Professional Documents
Culture Documents
Abstract
One of the physical declines that occur in the elderly is musculoskeletal due to reduced
muscle mass. As a result of the physical decline, it was finding that the physical
problems often experienced by the elderly on a daily basis such as the risk of falling. The
risk of falling occurs due to weakening of the muscles in the elderly. Fall prevention is
one of the important things in the elderly who are at risk of falling. Fall prevention
measures are generally more directed at preventing environmental factors that can
encourage falls. Various interventions to improve balance and reduce the risk of falls in
the elderly have been developing through several studies, including foot exercises, foot
massage and joint range of motion exercises. A case study to describe the results of
nursing care for the risk of falling in the elderly in Singosari Village, Ambal District.
This case study uses a descriptive method. The data were obtaining from the results of
interview observations, physical examinations, and study documentation. Subjects
consisted of 3 elderly people with nursing problems at the risk of falling. After 5 days of
nursing care, all three patients showed a decreased risk of falling with a decreased TUG
Test score. Foot massage is effective in reducing the risk of falls in the elderly.
Keywords: foot massage; falls ; elderly
16
e-ISSN: 2621-0584
1. Pendahuluan
Seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup penduduk usia lanjut di
Indonesia menjadi penyebab peningkatan populasi penduduk pada lanjut usia.
Meningkatnya populasi lansia ini merupakan fenomena yang terjadi secara global.
WHO memperkirakan pada tahun 2025 lansia di diseluruh dunia jumlahnya mencapai
1,2 miliar orang yang akan terus- terus bertambah hingga sampai 2 miliar orang [18].
Bertambahnya jumlah penduduk lansia di Indonesia sebagai dampak dari
keberhasilan pembangunan sehingga menyebabkan meningkatnya permasalahan
pada kelompok lansia. Usia lanjut dalam perjalanan hidupnya secara alamiah akan
mengalami masa masa tua dengan segala keterbatasan yang ada utamanya dalam
masalah kesehatan. Hal itu diperkuat dengan kenyataan bahwa kelompok lansia lebih
banyak menderita penyakit sehingga dapat menurunnya kemampuan dalam
melakukan aktivitas. Keadaan itu diperparah lagi dengan lansia yang menderita
berbagai macam gangguan fisiologi yang sifatnya kronik. Peningkatan usia harapan
hidup pada dasarnya sangat berpengaruh terhadap usia lanjut dari tahun-tahun.
Peningkatan usia lanjut akan berdampak pada populasi lanjut usia yang bertambah
banyak. Masalah yang terjadi sebab peningkatan jumlah jumlah populasi lansia
seperti kemunduran fisik,psikologis serta sosial.
Salah satu kemunduran fisik yang terjadi yaitu muskuloskeletal karena
berkurangnya massa otot.Akibat kemunduran fisik itu ditemukan masalah fisik yang
sering dialami lansia sehari –hari seperti resiko jatuh. Resiko jatuh yaitu terjadi
akibat melemahnya otot-otot pada lansia. Jatuh merupakan kejadian yang tidak
disadari dimana seseorang itu terjatuh dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Jatuh bisa disebabkan karena hilangnya kesadaran, stroke ataupun kekuatan
yang berlebihan. Berdasarkan survei masyarakat di Amerika Serikat bahwa sekitar
30% lansia yang berumur lebih dari 65 tahun setiap tahunnya mengalami
jatuh.Separuh dari angka tersebut itu mengalami jatuh berulang [12]
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia berkisar 28-35% pada lansia mengalami
jatuh tiap tahun secara global.Jumlah angka kasus jatuh meningkat seiring
bertambah usia.Lansia dengan jatuh cedera memiliki tingkatan keparahan yang
berbeda beda tiap individu.Tingkat 40-60% jatuh dapat menyebabkan laserasi
utama,patah tulang/fraktur maupun cedera pada otak [1]
Kejadian jatuh tersebut sering ditemukan pada lansia –lansia yang memiliki
faktor resiko jatuh. Resiko jatuh adalah peluang seseorang untuk jatuh yang bisa
menyebabkan cedera fisik.Faktor dari risiko jatuh yaitu faktor intrinsik,faktor
ektrinsik dan faktor situasional.Faktor intrinsik (dari dalam tubuh) misalnya adanya
gangguan sistem pada tubuh atau riwayat penyakit.Faktor ektrinsik(dari luar
tubuh/lingkungan )misalnya disekitar tempat tinggalnya terdapat lingkungan yang
berbahaya [4]. Adapun faktor situasional (bisa ada atau tidak ada)seperti riwayat
penyakit dahulu atau enam bulan terakhir yang diderita,kegiatan sehari-hari lansia
yang biasa dilakukan lansia dan status gizi pada lansia [14]
Pada angka kejadian jatuh lansia di Indonesia setiap tahunnya sebesar 30%
pada usia 65 tahun sedangkan 50% untuk usia lebih dari 80 tahun. Komplikasi dari
jatuh seperti kecemasan,luka-luka ,patah pada tulang serta penurunan status
fungsional lansia atau penurunan pada kemandirian lansia.Bahkan dalam beberapa
kasus lansia meninggal dunia. Sutomo pada tahun2012 dalam penelitiannya
mendapatkan hasil bahwa jatuh karena faktor intrinsik,ektrinsik,lingkungan.Pada
faktor intrinsik terjadi pada lansia dengan gangguan jantung sebesar 59,1%,gangguan
gerakan sebesar 56,8%,gangguan syaraf pusat sebesar 63,6% dan gangguan pada
penglihatan sekitar 75%.Faktor ektrinsik yang terjadi yaitu penggunaan alat berjalan
sebesar 54,5%.Faktor lingkungan sebesar 56,8% [4]
Lansia tersebut selain mengalami penurunan fungsi tubuh juga diperberat
dengan proses perjalanan penyakit yang dapat menyebabkan berkurangnya kontrol
keseimbangan, kekuatan otot, dan kemampuan berjalan [16], yang akhirnya dapat
meningkatkan risiko jatuh [5]. Dampak dari perubahan tersebut, aktifitas lansia akan
mengalami penurunan akhirnya menyebabkan kelambanan bergerak, langkah
pendek-pendek, penurunan irama, kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan
cenderung tidak dapat mempertahankan keseimbangannya sehingga lansia beresiko
mengalami jatuh [9].
Pencegahan jatuh merupakan salah satu hal yang penting pada lansia yang
memiliki risiko jatuh (Holt, Haavik, & Elley, 2012). Pencegahan yang dapat dilakukan
yaitu menargetkan faktor risiko jatuh yang dapat dimodifikasi misalnya
keseimbangan dan gaya berjalan serta faktor lingkungan [9]. Tindakan pencegahan
resiko jatuh pada umumnya lebih diarahkan kepada pencegahan faktor lingkungan
yang dapat mendorong terjadinya jatuh [14]. Berbagai Intervensi untuk
meningkatkan keseimbangan dan mengurangi resiko jatuh pada lansia telah banyak
dikembangkan melalui beberapa penelitian yaitu diantaranya Intervensi senam kaki,
pijat kaki serta latihan rentang gerak sendi (range of motion exercise) [2].
Pijat kaki merupakan suatu praktik memijat titik-titik tertentu pada kaki
yang memberi manfaat untuk kesehatan dengan mengurangi rasa sakit pada tubuh,
mencegah berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi
stress, meringankan gejala migrain, membantu penyembuhan penyakit kronis, dan
mengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan [17]. Beberapa penelitian
sebelumnya menjelaskan pijat kaki terbukti menurunkan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi sebagai pengobatan alternatif untuk menjaga keseimbangan, ROM
kaki, dan sensasi kaki pada klien DM dengan neuropati perifer [2].
Dari uraian diatas perlu dilakukan pencegahan jatuh untuk mengantisipasi
jatuh. Pencegahan yang bisa dilakukan dengan menargetkan faktor resiko jatuh yang
bisa dimodifikasi untuk keseimbangan,gaya berjalan dan faktor lingkungan [9]. Telah
banyak intervensi dengan tujuan meningkatkan keseimbangan sehingga mengurangi
resiko jatuh sudah dikembangkan melalui penelitian. Intervensinya seperti senam
kaki,kemudian pijat kaki serta latihan gerak pada sendi/range of motion exercise
Dalam pengertiannya terapi pijat kaki adalah suatu praktik/terapi dengan
teknik memijat titik titik tertentu pada kaki. Manfaat pijat kaki yaitu mengurangi
nyeri ,membuat tubuh rileks atau meningkatkan sirkulasi darah.Pijat kaki akan
memberikan rangsangan berupa tekanan pada syaraf pada telapak kaki.Rangsangan
selanjutnya diterima oleh reseptor syaraf.Rangsangan yang sudah diterima kemudian
diubah tubuh menjadi aliran listrik lalu dikirim langsung ke otak.Sinyal yang dikirim
bisa melepaskan ketegangan dan dapat memulihkan keseimbangan ke seluruh tubuh
[6].
Beberapa dari penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa pijat kaki terbukti
bisa menurunkan tekanan darah pada lansia yang mengalami penyakit hipertensi
untuk menjaga keseimbangan sebagai pengobatan alternatif,ROM pada kaki serta
untuk sensasi kaki pada klien Diabetes Mellitus dengan neuropati perifer [2].
Berdasarkan kasus yang ada dan latar belakang tersebut maka perlunya
dilakukan pemberian asuhan keperawatan yang baik pada lansia dengan cara
melakukan pijat kaki sehingga masalah resiko jatuh berkurang. Tujuan dari
penulisan studi kasus ini adalah menggambarkan bagaimana asuhan keperawatan
resiko jatuh pada lansia dengan pemberian tindakan pijat kaki.
2. Metode
Studi kasus ini menggunakan metode analisis-deskriptif. Data diperoleh dari hasil
observasi wawancara, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Tempat
pengambilan data di Desa Singosari Kecamatan Ambal pada tanggal 20-24 Juni 2021.
Subyek terdiri dari 3 klien mengalami masalah keperawatan resiko jatuh dengan
kriteria klien mempunyai Riwayat jatuh, klien dewasa (60-65 tahun) dan kooperatif.
pijat kaki menjadi 32,18 detik. Pada hari kedua tanggal 21 Juni 2021 pukul 11.00
memberikan penerapan terapi pijat kaki dan cek Tug test terlebih dahulu. Tug test
Ny.S sebelum dilakukan terapi pijat kaki adalah 30,42 detik Dan setelah dilakukan
terapi pijat kaki dengan durasi 20 menit ,Tug test klien berkurang menjadi 27,15
detik. Pada hari ketiga tanggal 22 Juni 2021 pukul 11.00 memberikan penerapan
terapi pijat kaki dan cek Tug test terlebih dahulu. Tug test Ny.S sebelum
dilakukan terapi pijat kaki adalah 25,90 detik Dan setelah dilakukan terapi pijat
kaki dengan durasi 20 menit ,Tug test klien berkurang menjadi 22,50 detik. Pada
hari keempat tanggal 23 Juni 2021 pukul 11.00 memberikan penerapan terapi pijat
kaki dan terapi pijat kaki dan cek Tug test terlebih dahulu. Tug test Ny.S sebelum
dilakukan terapi pijat kaki adalah 24,85 detik dan setelah dilakukan terapi pijat
kaki dengan durasi 20 menit ,Tug test klien berkurang menjadi 21,62 detik. Pada
hari kelima tanggal 24 Juni 2021 pukul 11.00 memberikan penerapan terapi pijat
kaki dan cek Tug test. Tug test Ny.S sebelum dilakukan terapi pijat kaki adalah
22,76 detik Dan setelah dilakukan terapi pijat kaki dengan durasi 20 menit ,Tug
test klien berkurang menjadi 19,50 detik.
Implementasi pada klien II (Ny. P) 20 Juni 2021 jam 13.00 penulis
melakukan terapi pijat kaki dan cek keseimbangan/Tug test dengan menggunakan
stopwatch sebelum dilakukan terapi pijat kaki. Pengukuran Tug test klien sebelum
dilakukan terapi pijat kaki adalah 45,01 detik. Kemudian klien diberikan terapi
pijat kaki dengan menggunakan minyak kelapa dengan posisi terbaring.Setelah
diberikan terapi pijat kaki selama 20 menit ,penulis kembali melakukan Tug test
klien dan hasil Tug test setelah dilakukan terapi pijat kaki menjadi 42,29 detik.
Pada hari kedua tanggal 21 Juni 2021 pukul 13.00 memberikan penerapan terapi
pijat kaki dan cek Tug test. Tug test Ny.P sebelum dilakukan terapi pijat kaki
adalah 43,26 detik Dan setelah dilakukan terapi pijat kaki dengan durasi 20 menit
,Tug test klien berkurang menjadi 39,85 detik. Pada hari ketiga tanggal 22 Juni
2021 pukul 13.00 memberikan penerapan terapi pijat kaki dan cek Tug test
terlebih dahulu. Tug test Ny.P sebelum dilakukan terapi pijat kaki adalah 39,21
detik Dan setelah dilakukan terapi pijat kaki dengan durasi 20 menit ,Tug test
klien berkurang menjadi 36,18 detik. Pada hari keempat tanggal 23 Juni 2021
pukul 13.00 memberikan penerapan terapi pijat dan cek Tug tes. Tug test Ny.P
sebelum dilakukan terapi pijat kaki adalah 35,50 detik Dan setelah dilakukan
terapi pijat kaki dengan durasi 20 menit ,Tug test klien berkurang menjadi 29,75
detik. Pada hari kelima tanggal 24 Juni 2021 pukul 13.00 memberikan penerapan
terapi pijat kaki dan cek Tug test terlebih dahulu. Tug test Ny.P sebelum
dilakukan terapi pijat kaki adalah 29,10 detik Dan setelah dilakukan terapi pijat
kaki dengan durasi 20 menit ,Tug test klien berkurang menjadi 26,06 detik.
Tabel 1 : Nilai TUG Test sebelum dan sesudah dilakukan pijat kaki
NO Inisial Klien Nilai TUG Test sebelum Nilai TUG Test setelah
dilakukan Pijat Kaki dilakukan pijat kaki
(Hari ke 1) (Hari ke 5)
1 Ny. W 33,18 detik 16,21 detik
2 Ny. S 35,01 detik 19,50 detik
3 Ny. P 45,01 detik 26,06 detik
3.2. Pembahasan
3.2.1. Resiko jatuh lansia sebelum diberikan terapi pijat kaki
Berdasarkan data hasil pengkajian Tug test Ny.W selama 5 hari berturut–
turut di wilayah Desa Singosari yang dilaksanakan pada 20 Juni 2021 pukul 09.00
WIB sebelum dilakukan terapi pijat kaki tug test Ny.W 33,18 detik,Pada tanggal
21 Juni 2021 pukul 09.00 WIB tug test Ny.W 30,10 detik,pada tanggal 22 Juni 2021
pukul 09.00 WIB tug test Ny.W 25,15 detik, pada tanggal 23 Juni 2021 pukul 09.00
WIB tug test Ny.W 22,29 detik, dan pada tanggal 24 Juni 2021 pukul 09.00 WIB
tug test Ny.W 19,52 detik.
Kemudian data hasil pengkajian Ny.S selama 5 hari berturut –turut di
wilayah Desa Singosari yang dilaksanakan pada 20 Juni 2021 pukul 11.00 WIB
sebelum dilakukan terapi pijat kaki tug test Ny.S 35,01 detik,Pada tanggal 21 Juni
2021 pukul 11.00 WIB tug test Ny.S 30,42 detik,pada tanggal 22 Juni 2021 pukul
11.00 WIB tug test Ny.S 25,90 detik, pada tanggal 23 Juni 2021 pukul 11.00 WIB
tug test Ny.S 24,85 detik,dan pada tanggal 24 Juni 2021 pukul 11.00 WIB tug test
Ny.S 22,76 detik.
Sedangkan data hasil pengkajian Ny.P selama 5 hari berturut –turut di
wilayah Desa Singosari yang dilaksanakan pada 20 Juni 2021 pukul 13.00 WIB
sebelum dilakukan terapi pijat kaki tug test Ny.P 45,01 detik,Pada tanggal 21 Juni
2021 pukul 13.00 WIB tug test Ny.P 43,26 detik,pada tanggal 22 Juni 2021 pukul
13.00 WIB tug test Ny.P 39,21 detik, pada tanggal 23 Juni 2021 pukul 13.00 WIB
tug test Ny.P 35,50 detik,dan pada tanggal 24 Juni 2021 pukul 13.00 WIB tug test
Ny.P 29,10 detik. Berdasarkan hasil pengkajian Tug test Ny.W, Ny.S dan Ny.P
tersebut sebelum diberikan terapi pijat kaki ,menunjukan bahwa Tug test Ny.W,
Ny.S dan Ny.P tergolong ke klasifikasi dengan resiko tinggi.
Tug test bisa digunakan untuk mengukur antara lain mobilitas, keseimbangan
serta pergerakan pada lansia. Dimana diukur dari berapa detik waktu yang
diperlukan berjalan 3 meter bangkit dari kursi kemudian berjalan kembali ke
tempat semula.
Mobilitas,gaya berjalan ,kecepatan berjalan serta keseimbangan yang dapat
dilihat juga dapat diukur dengan tug test bisa dijadikan alat skrining awal dalam
upaya pencegahan jatuh pada lansia tersebut sehingga komplikasi yang terjadi
akibat peristiwa jatuh bisa dicegah agar meningkatkan kualitas hidup lansia.
Terjadinya instabilitas dan jatuh pada orang dengan usia lanjut disebabkan
oleh beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut dapat meliputi faktor instrinsik dan
faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik yaitu faktor risiko yang ada pada klien, seperti
lemah, gangguan penglihatan maupun tekanan darah tinggi yang bisa
mengakibatkan nyeri kepala, dan adanya gangguan muskuloskeletal yang dapat
mengakibatkan gangguan gaya berjalan. Sedangkan faktor ekstrinsik yaitu faktor
yang terdapat pada lingkungan atau faktor dari luar, misalnya pencahayaan
ruangan yang kurang, kondisi lantai yang licin, tersandung benda, obat-obatan
yang dikonsumsi, dan alat bantu berjalan .
Ada pula keseimbangan yang berperan penting dalam mobilitas.
Keseimbangan juga berkaitan erat dengan jatuh. Keseimbangan yaitu keadaan
mampu mempertahankan tubuh tetap tegak serta kuat ketika dalam posisi tetap
seperti pada saat berdiri, duduk maupun selama bergerak (Howe et al.,2012).
Keseimbangan ialah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada
bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak (Mekayanti et al,2015).
Keseimbangan statis ialah keseimbangan yang dibutuhkan pada saat aktivitas
atau selama melakukan pergerakan (Sari,2016). Sedangkan keseimbangan dinamis
ialah pemeliharaan keseimbangan pada saat tubuh melakukan gerakan ataupun
saat berdiri diatas landasan yang bergerak yang akan menempatkannya dalm
kondisi tidak stabil. Pada keadaan ini kebutuhan akan adanya kontrol
keseimbangan postural semakin meningkat ,contoh berjalan diatas perahu,berlari
[11].
Dalam studi kasus ini penulis memberikan terapi non farmakologis yaitu
menggunakan terapi pijat kaki pada klien lansia yang bisa dibuktikan dapat
meningkatkan keseimbangan sehingga mengurangi resiko jatuh yang signifikan
dibandingkan dengan klien yang tidak diberikan terapi tersebut. Dalam studi ini
penulis memberikan terapi pijat kaki menggunakan minyak kelapa selama 20
menit agar klien bisa menikmati sensasi pijat dan memberikan relaksasi agar klien
nyaman sehingga dapat meningkatkan keseimbangan berjalan pada lansia.
4.2.2 Resiko jatuh pada lansia sesudah diberikan terapi pijat kaki
Hasil studi kasus menunjukan bahwa berdasarkan pengkajian tug test pada
Ny.W ,Ny.S dan Ny.P yang telah dilakukan selama 5 hari di Desa Singosari,respon
klien sesudah diberi terapi pijat kaki selama kurang lebih 20 menit.
Pada tanggal 20 Juni 2021 setelah diberikan terapi pijat kaki tug test Ny.W
turun dari 33,18 detik menjadi 30,62 detik.Pada tanggal 21 Juni 2021 setelah
diberikan terapi pijat kaki tug test Ny.W turun dari 30,10 detik menjadi 26,87
detik. Pada tanggal 22 Juni 2021 setelah diberikan terapi pijat kaki tug test Ny.W
turun dari 25,15 detik menjadi 23,05 detik.Pada tanggal 23 Juni 2021 setelah
diberikan terapi pijat kaki tug test Ny.W turun dari 22,29 detik menjadi 19,53
detik. Pada tanggal 24 Juni 2021 setelah diberikan terapi pijat kaki tug test Ny.W
turun dari 19,52 detik menjadi 16,21 detik.
Pada tanggal 20 Juni 2021 setelah diberikan terapi pijat kaki tug test Ny.S
turun dari 35,01 detik menjadi 302,18 detik.Pada tanggal 21 Juni 2021 setelah
diberikan terapi pijat kaki tug test Ny.S turun dari 30,42 detik menjadi 27,15 detik.
Pada tanggal 22 Juni 2021 setelah diberikan terapi pijat kaki tug test Ny.S turun
dari 25,90 detik menjadi 22,50 detik. Pada tanggal 23 Juni 2021 setelah diberikan
terapi pijat kaki tug test Ny.S turun dari 24,85 detik menjadi 21,62 detik.Pada
tanggal 24 Juni 2021 setelah diberikan terapi pijat kaki tug test Ny.S turun dari
22,76 detik menjadi 19,50 detik.
Pada tanggal 20 Juni 2021 setelah diberikan terapi pijat kaki tug test Ny.P
turun dari 45,01 detik menjadi 42,29 detik.Pada tanggal 21 Juni 2021 setelah
diberikan terapi pijat kaki tug test Ny.P turun dari 43,26 detik menjadi 39,85
detik. Pada tanggal 22 Juni 2021 setelah diberikan terapi pijat kaki tug test Ny.P
turun dari 39,21 detik menjadi 36,18 detik.Pada tanggal 23 Juni 2021 setelah
diberikan terapi pijat kaki tug test Ny.P turun dari 35,50 detik menjadi 29,75
detik.Pada tanggal 24 Juni 2021 setelah diberikan terapi pijat kaki tug test Ny.P
turun dari 29,10 detik menjadi 26,06 detik. Berdasarkan hasil pengkajian setelah
diberikan terapi pijat kaki ,menunjukan bahwa Tug test Ny.W, Ny.S dan Ny.P
mengalami penurunan pada hari ke 5 setelah dilakukan pijat kaki.
Studi kasus ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Selamat Ginting
dan Siti Marlina (2018) .Penelitian dengan judul “Hubungan tes time up and go
dengan frekuensi jatuh pada lansia.Bahwa berdasarkan dari hasil penelitiannya
didapatkan bahwa ada hubungan tug test dengan frekuensi jatuh dengan nilai p-
value 0,0002. Pada penelitian lain terdapat hasil analisis juga diperoleh nilai p (sig)
= 0,0001 tingkat signifikasi yang ditentukan yaitu p <0,05 menyatakan bahwa
terdapat tingkat signifikasi antara keseimbangan tubuh dengan riwayat jatuh
pada lansia.
Risiko jatuh berdasarkan American Nursing Association(ANA) ,2006 yang
mendefinisikan sebagai peningkatan kemungkinan terjadinya jatuh yang bisa
mengakibatkan cidera fisik.Jatuh ialah suatu kondisi dimana seseorang tidak
sengaja tergeletak di lantai,tanah atau tempat yang lebih rendah.Hal tersebut
tidak termasuk pada orang yang sengaja berpindah posisi ketika tidur
(WHO,2012).
Pada lansia terjadi penurunan kemampuan pada berjalan,baik atau kekuatan
otot atau kecepatan berjalan serta kelancaran pergerakan. Postur lansia juga
mengalami adanya perubahan badan seperti membungkuk ,posisi kaki melebar
dan langkah dengan menunduk. Selain itu fungsi koordinasi juga menurun
sehingga akan lebih mudah untuk jatuh. Pada keseimbangan, kekuatan serta
fleksibilitas adalah komponen utama yang mendukung seseorang untuk
mewujudkan pola berjalan yang baik,sehingga gangguan pada sistem
muskuloskeletal dan sistem saraf akan mengakibatkan gangguan pada pola
berjalan lansia. Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
keseimbangan pada pola berjalan lansia salah satunya dengan terapi pijat kaki.
4. Kesimpulan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan penerapan pijat kaki untuk
mengurangi resiko jatuh pada lansia Di Desa Singosari Kecamatan Ambal Kabupaten
Kebumen maka dapat ditarik kesimpulan : hasil tug test klien sebelum dilakukan
terapi pijat kaki di wilayah Desa Singosari pada klien 1 mendapatkan nilai 33,18 detik
termasuk dalam kategori risiko jatuh tinggi.Pada klien 2 mendapatkan nilai 35,01
detik yang termasuk dalam kategori risiko jatuh tinggi.Sedangkan pada klien 3
mendapatkan nilai 45,01 detik termasuk ke dalam risiko jatuh tinggi. Hasil tug test
klien setelah dilakukan terapi pijat di wilayah Desa Singosari.Pada klien 1
mendapatkan nilai menjadi 16,21 detik termasuk kedalam risiko ringan .Pada klien 2
Referensi
[1] Alekna, V., Stukas, R., Tamulaityte, M. I., Šurkiene, G., & Tamulaitiene, M. (2015).
Konsekuensi Yang Dilaporkan Dan Perawatan Kesehatan Pasca Jatuh Pada Wanita
Lansia.Pengobatan (Lithuania), 57–62
[2] Chatchawan, U. (2015). Effects of Thai Foot Massage on Balance Performance in
Diabetic Patients with Peripheral Neuropathy: A Randomized Parallel-Controlled
Trial. Medical Science Monitor Basic Research, 21, 68–75.
https://doi.org/10.12659/MSMBR.894 163
[3] Coban, A. & Sirin, A., (2010).Efek Pijat Kaki Untuk Mengurangi Edema Tungkai
Bawah Fisiologis Pada Ibu Hamil. Jurnal Internasional Praktik Keperawatan,454–
460.
[4] Dady, F., Memah, H. P., & Kolompoy, J. A. (2020). Hubungan Bahaya Lingkungan
dengan Risiko Jatuh Lanjut Usia di BPLU Senja Cerah Manado. Jurnal Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (JPPNI), 149-156.
[5] Dewanti, M. (2017). Hubungan Lamanya Menderita Diabetes dengan Risiko Jatuh
pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Grha Diabetika Surakarta.
[6] Dewi & Hartati ( 2015). Pijat Refleksi + Obat Herbal. Yogyakarta : MediaBook
[7] Ginting, S & Marlina, Siti. (2018). Hubungan Tes “Timed Up and Go” dengan
Frekuensi Jatuh pada Lansia. Jurnal Penelitian Keperawatan Medik Volume 1 No 1
tahun 2018.
[8] Holt, K. R., Haavik, H., & Elley, C. R. (2012). The effects of manual therapy on balance
and falls: A systematic review. Journal of Manipulative and Physiological
Therapeutics, 35(3), 227–234. https://doi.org/10.1016/j.jmpt.2012.01. 007
[9] Lee, Y. H., & Song, G. G. (2018). Interventions to prevent falls in older adults. JAMA -
Journal of the American Medical Association, 319(13), 1382.
https://doi.org/10.1001/jama.2018.020 4
[10]McGowan, S. K., Espejo, E. P., Balliett, N. & Werdowatz, E. A. (2016).Efek CBT
Kelompok Transdiagnostik Untuk Kecemasan Pada Gejala Insomnia.Terapi Perilaku
Kognitif, 163-75.
[11]Masitoh, I. (2013). Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Postural pada
Lanjut Usia di Posyandu Abadi Sembilan Gonilan Sukoharjo. Skripsi tidak
diterbitkan. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan
[12]Nugroho, W. (2012). Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta. EGC
[13]Pijpers, E., Ferreira, I., De jongh, R. T., Deeg, D. J., Lips, P., Stehouwer, C. D. A., &
Nieuwenhuijzen Kruseman, A. C. (2012). Older individuals with diabetes have an
increased risk of recurrent falls: Analysis of potential mediating factors: The
Longitudinal Ageing Study Amsterdam. Age and Ageing, 41(3), 358–365.
https://doi.org/10.1093/ageing/afr145
[14]Rohima, V., Rusdi, I., & Karota, E. (2020). Faktor Resiko Jatuh pada Lansia di Unit
Pelayanan Primer Puskesmas Medan Johor. Jurnal Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (JPPNI), 108-114.
[15]Sari, S. 2016. Peranan Gender dalam Mempertahankan Keseimbangan Statis dan
Dinamis Pada Mahasiswa STKIP PGRI Pontianak. Jurnal Pendidikan Olahraga,195-
203.
[16]Schwartz, A., Hiller, T., & Selemeyer, D. (2002). Older women with diabetes have a
higher risk of falls: a prospective study. Diabetes Care.
[17]Wahyuni, S. (2014). Pijat refleksi untuk kesehatan. Jakarta Timur: Dunia Sehat
[18]World Health Organization. World Health Statistics. (2012