You are on page 1of 15

Hanifa Choirunisa: Komunidifikasi Anak Dalam Program Reality Show...

KOMODIFIKASI ANAK DALAM PROGRAM REALITY SHOW PENCARIAN


BAKAT MENYANYI “IDOLA CILIK” (ANALISIS WACANA KRITIS NORMAN
FAIRCLOUGH)

Hanifa Choirunisa
PUSKAS - Jakarta
Hanifchor6@gmail.com

ABSTRACT: Nowadays, talent search program has been shown on several television
stations. Television utilizing the value of participant’s talent to be converted into exchange
value. Commodification is the term of the practice of changing the use value to be the
exchange value. One of the objects of commodification that used recently by television is
children. Children seem to be an attraction for advertisers on television because they are
easily shaped and influenced by the environment. This purpose of the research is to determine
the forms of commodification in a Reality Show program of singing talent search Idola Cilik.
To find these forms of commodification, this study uses the basic theory of media political
economy owned by Vincent Mosco. This research method using critical discourse analysis
belongs to Norman Firclough. This study used a qualitative approach with descriptive type.
The results of this study discusses forms of commodification of children in the Reality Show
program of singing talent search Idola Cilik based on theory of media political economy,
such as children exploitation, children is required to perform a variety of activities to meet
the content demand of a program . In addition, children are also used as a tool to raise the
rate and share for TV station. The most visible form of commodification is the judging system
with premium SMS poll. This study concludes that there are many forms of commodification
in Reality Show program of singing talent search Idola Cilik. Television "sell" children’s
talent and thire innocence to reap the benefits.

Keywords: Commodification, Reality Show, Political Economy, Critical Discourse Analysis

ABSTRAK: Saat ini, program pencarian bakat telah banyak ditayangkan di beberapa stasiun
televisi. Televisi memanfaatkan nilai bakat peserta untuk dikonversi menjadi nilai tukar.
Komodifikasi adalah istilah praktik mengubah nilai pakai menjadi nilai tukar. Salah satu
objek komodifikasi yang baru-baru ini digunakan oleh televisi adalah anak-anak. Anak-anak
nampaknya menjadi daya tarik bagi pengiklan di televisi karena mudah dibentuk dan
dipengaruhi oleh lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk
komodifikasi dalam program Reality Show dalam menyanyi bakat pencarian Idola Cilik.
Untuk menemukan bentuk komodifikasi ini, penelitian ini menggunakan teori dasar ekonomi
politik media yang dimiliki oleh Vincent Mosco. Metode penelitian ini menggunakan analisis
wacana kritis milik Norman Firclough. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan tipe deskriptif. Hasil penelitian ini membahas bentuk komodifikasi anak dalam
program reality show bernyanyi talent search Idola Cilik berdasarkan teori ekonomi politik
media, seperti eksploitasi anak, anak diwajibkan melakukan berbagai aktivitas untuk
memenuhi permintaan konten. sebuah program . Selain itu, anak juga dijadikan alat untuk
menaikkan tarif dan berbagi untuk stasiun TV. Bentuk komodifikasi yang paling terlihat
adalah sistem penjurian dengan polling SMS premium. Studi ini menyimpulkan bahwa ada
banyak bentuk komodifikasi dalam program reality show menyanyi bakat pencarian Idola
Cilik. Televisi "menjual" bakat anak dan kematian agar bisa menuai keuntungan.

Kata kunci : Komodifikasi, Reality Show, Ekonomi Politik, Critical Discourse Analysis
247
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15, No. 02, November 2016: 247 - 261
Hanifa Choirunisa: Komunidifikasi Anak Dalam Program Reality Show...

PENDAHULUAN pengiklan mau beriklan di RCTI sebagai


pemasukan. Televisi yang semula berlaku
Media massa menurut Wiryanto hanya sebagai institusi sosial dan
(2009:14) merupakan salah satu bentuk karenanya hanya berkutat pada
komunikasi sosial yang memiliki sifat pemahaman bagaimana mempengaruhi
khusus, dikarenakan merupakan khalayak masyarakat secara politis, kini dihadapkan
yang luas, heterogen dan anonim. Media sebagai institusi bisnis yang juga harus
kini selalu ingin mendapatkan keuntungan berpikir bagaimana mendapatkan
dari program acara yang mereka buat. Hal keuntungan (Panjaitan, 2006:8).
ini tidak lepas dari khalayak, yang mana Salah satu objek komodifikasi yang
audien sangat berpengaruh terhadap digunakan media televisi akhir-akhir ini
perekonomian media. Harus adanya kerja adalah anak. Anak seolah menjadi sebuah
sama yang saling menguntungkan bagi daya tarik bagi para pemasang iklan di
pihak media maupun pihak pengiklan. televisi. Hal ini disebabkan karena anak
.Komodifikasi menjadi salah satu dewasa ini dikelilingi oleh beragam media,
upaya televisi untuk mencapai keuntungan. banyak kalangan mengatakan bahwa anak-
Komodifikasi yaitu adanya proses anak saat ini telah hidup dalam era layar
mentransformasi barang dan jasa nilai kaca (screen culture); di mana banyak
guna (nilai yang didasarkan pada waktu tersita atau digunakan untuk
kemampuan memenuhi kebutuhan) berinteraksi dengan media, baik televisi,
menjadi nilai tukar (nilai yang didasarkan radio, internet, video game, handphone,
pada pasar) (Mosco, 1996). Komodifikasi dan sebagainya. Anak-anak pun kian akrab
merupakan istilah baru yang bisa dengan penggunaan media, yang praktis
melakukan pendekatan media massa dalam akan mempengaruhi pembentukan mental
pendekatan ekonomi politik. Pendekatan maupun interaksi sosial dalam kehidupan
ekonomi politik yang dilakukan oleh mereka.
Vincent Mosco dalam bukunya, The RCTI pada tahun 2008
Political Economy Of Communicatin- menawarkan sebuah konsep acara anak
Rethingking and Renewal menyatakan yang bertajuk reality show pencarian bakat
rumusan tentang ekonomi politik menurut menyanyi. Acara ini dinamakan “Idola
Sudibyo (2009:11) adalah kajian tentang Cilik”. Pada season 1 mampu menarik
hubungan-hubungan sosial, khususnya khalayak sehingga pentas Idola Cilik
hubungan kekuasaan, yang bersama-sama season 2 diselenggarkan. Melihat
dalam interaksinya menentukan aspek kesuksesan dari season 1 dan season 2
produksi, distribusi, dan konsumsi dari maka Idola Cilik season 3 pun di
sumber-sumber yang ada. Selain selenggarkan kembali. Hingga saat ini
komodifikasi ada dua aspek yang bisa ajang pencarian bakat menyanyi anak ini
dilakukan untuk melakukan pendekatan sudah diselenggarakan selama 6 musim
seperti spasialisasi (spatialization) dan hingga tahun 2013.
strukturasi (structuration). Dari segi isi acara Idola Cilik
Tidak dapat di pungkiri bahwa mengandung beberapa unsur yaitu
media memiliki motif ekonomis. RCTI menghibur, tempat penyaluran bakat,
salah satu media televisi swasta di pengembang diri dan mental. Program ini
Indonesia yang sudah puluhan tahun mampu memberikan warna lain bagi
mengudara telah menayangkan berbagai program ber genre anak yang sekarang
macam program acara hiburan, informasi jarang ditemui di layar kaca. Idola Cilik
dan berita yang menarik khalayak. RCTI hadir menjawab kehausan pemirsa akan
pun berusaha untuk lebih kreatif dalam tontonan anak-anak yang menghibur.
menyajikan program acara semenarik Disamping itu, program ini dapat menjadi
mungkin kepada khalayak agar para media untuk menyalurkan bakat anak-anak
248
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15, No. 02, November 2016: 247 - 261
Hanifa Choirunisa: Komunidifikasi Anak Dalam Program Reality Show...

Indonesia di bidang tarik suara. Tidak menggunakan empat episode atau tayangan
hanya belajar tentang dunia menyanyi saja, Idola Cilik yaitu babak Pentas 5 besar dan
disini peserta dibekali juga pengalaman Bintang 5 besar Idola Cilik (16 Maret
pengembangan diri untuk menghadapi 2013) dan babak Grand Final Idola Cilik
dunia hiburan yang sebenarnya yakni (13 & 20 April 2013) karena keempat
dengan memupuk mental mereka. Namun, tayangan tersebut mewakili bentuk-bentuk
tidak seharusnya anak-anak kecil ini komodifikasi yang dilakukan oleh media
ijadikan sebagai ladang bisnis. Masih televisi terhadap anak.
kurang pedulinya masyarakat kita terhadap Tujuan penelitian dalam masalah ini
pertumbuhan anak yang menyebabkan adalah untuk mengetahui praktik-praktik
eksploitasi anak kecil masih banyak yang bermuatan komodifikasi isi terhadap
terjadi. Namun, eksploitasi terhadap anak anak dalam program reality show
kini jadi dilirik oleh produsen media massa pencarian bakat menyanyi anak Idola Cilik
sebagai seni yang menarik untuk 2013 di RCTI.
dikaryakan di televisi. Eksploitasi anak Penelitian ini berusaha melihat
yang memiliki nilai seni yang ditampilkan komodifikasi anak dalam praktek media
di televisi merupakan bentuk komodifikasi. dengan analisis wacana kritis secara
Selain tanggapan positif, program khusus terhadap tayangan Idola Cilik 2013.
yang sistem penjuriannya lewat dukungan Selain itu peneliti juga mengaitkannya
SMS terbanyak dari pemirsa ini juga dengan teori media sebagai industri
menuai kritikan dari para pemerhati budaya. Diharapkan hasil penelitian ini
tayangan anak. Jika diamati, memang dapat memberikan sumbangan pemikiran
benar tayangan adu bakat menyanyi anak- yang menambah khasanah ilmu
anak seperti Idola Cilik ini dapat menjadi komunikasi, utamanya kajian media
ajang positif untuk mengasah bakat dan televisi.
prestasi anak. Tayangan ini memang bagus Penelitian ini diharapkan mampu
bagi anak-anak untuk mendapatkan memberikan pengetahuan bagi masyarakat
hiburan sekaligus pengetahuan, serta umum untuk mencurigai adanya
panduan nilai-nilai akan perjuangan hidup. pengeksploitasian dan komodifikasi anak
Namun sangat disayangkan acara ini di bawah umur dalam sebuah tayangan
menjadi sorotan karena para peserta Idola reality show. Sehingga khalayak
Cilik justru menyanyikan lagu-lagu khususnya para orang tua mampu
dewasa. Pemilihan materi lagu dewasa menyeleksi program yang baik atau
yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dan berkualitas untuk perkembangan mental
dengan lirik yang sedikit dirubah ini dan psikologi anak. Selain itu diharapkan
menjadi sah-sah saja untuk dinyanyikan orang tua sadar dan peduli akan hak setiap
anak-anak. anak yaitu menikmati masa bermain,
Beberapa kritik yang bermunculan belajar dan bersosialisasi dengan
seputar acara ini adalah sebagai berikut : lingkungannya.
1) eksploitasi sisi kehidupan personal, 2)
durasi terlalu panjang bagi anak, 3) sistem
penjurian lewat SMS berbayar 4) TINJAUAN PUSTAKA
penggunaan lagu dewasa dalam acara Komodifikasi merupakan istilah
anak-anak. baru yang mulai muncul dan dikenal oleh
Permasalahan dalam penelitian ini para ilmuwan sosial. Komodifikasi
adalah: “Bagaimana bentuk-bentuk mendeskripsikan cara kapitalisme
komodifikasi anak dalam program reality melancarkan tujuannya dengan
show pencarian bakat menyanyi anak Idola mengakumulasi kapital, atau, menyadari
Cilik 2013 dilihat dari Analisis Wacana transformasi nilai guna menjadi nilai tukar.
Kritis Norman Fairclough”. Penelitian ini Komoditas dan komodifikasi adalah dua
249
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15, No. 02, November 2016: 247 - 261
Hanifa Choirunisa: Komunidifikasi Anak Dalam Program Reality Show...

hal yang memiliki hubungan objek dan komodifikasi khalayak ini menjelaskan
proses, dan menjadi salah satu indikator bagaimana sebenarnya khalayak tidak
kapitalisme global yang kini tengah terjadi. secara bebas hanya sebagai penikmat dan
Dalam ekonomi politik media konsumen dari budaya yang
komodifikasi adalah salah satu bentuk didistribusikan melalui media. (c)
penguasaan media selain strukturasi dan Komodifikasi pekerja (Labour), pada
spasialisasi. Komodifikasi menurut komodifikasi ini para pekerja tidak hanya
Vincent Mosco digambarkan sebagai memproduksi konten dan mendapatkan
cara kapitalisme dengan membawa penghargaan terhadap upaya
akumulasi tujuan kapitalnya atau menyenangkan khalayak melalui konten
mudahnya dapat digambarkan sebagai tersebut, melainkan juga menciptakan
sebuah perubahan nilai fungsi atau guna khalayak sebagai sebuah komoditas
menjadi sebuah nilai tukar. Sekarang ini (Mosco, 1996: 158)
telah sangat banyak sekali bentuk Salah satu program acara yang
komodifikasi yang muncul dalam diangkat para kreator televisi adalah acara
perkembangan kehidupan manusia karena reality show. Acara realitas (reality show)
mulai banyak juga yang dijadikan adalah genre acara televisi yang
komoditas oleh manusia (Agung,2013:8). menggambarkan adegan yang seakan-akan
Komodifikasi (commodification) benar-benar berlangsung tanpa skenario,
menurut Mosco, (1996:142) adalah dengan pemain yang umumnya khalayak
transformasi nilai guna (use value) menjadi umum biasa, bukan pemeran atau aktor.
nilai tukar (exchange value). Komodifikasi Meskipun dibuat untuk
merupakan salah satu entry process untuk menggambarkan realitas di lapangan, arti
memahami bagaimana fenomena media “realitas” dalam program ini cenderung
yang ada dimaknai dari perspektif ekonomi fleksibel, karena selama proses produksi
politik kritis. Astuti, (2005:23). Dari program-program tersebut produsen sudah
pemahaman Mosco diatas dapat dimaknai melakukan pemilahan “realitas” mana saja
bahwa media merupakan alat perubahan yang akan ditampilkan kepada penonton,
untuk menjadikan sesuatu hal menjadi hal dan ditambahi proses-proses kreatif
yang dapat diperdagangkan. Dalam hal ini lainnya seperti musik, efek video/gambar,
komersialisasi dalam industri televisi dan lainnya.
terjadi melalui adanya komodifikasi isi Reality Show sesuai dengan
siaran untuk mendapatkan nilai tukar namanya, maka program ini mencoba
finansial melalui kegiatan periklanan. menyajikan suatu situasi seperti konflik,
Terkait dengan komodifikasi persaingan, atau hubungan berdasarkan
Nasrullah (2012:168) yang terjadi di realitas yang sebenarnya. Jadi, menyajikan
media, Mosco memformulasikan tiga situasi sebagaimana apa adanya. Dengan
bentuk komodifikasi yakni: (a) kata lain, program ini mencoba menyajikan
Komodifikasi isi (content) menjelaskan suatu keadaan yang nyata (riil) dengan
bagaimana konten atau isi media yang cara sealamiah mungkin tanpa rekayasa.
diproduksi merupakan komoditas yang Namun, pada dasarnya reality show
ditawarkan. Proses komodifikasi ini merupakan permainan (game). Popularitas
berawal dengan mengubah data-data program reality show sangan menonjol
menjadi sistem makna oleh pelaku media belakangan ini, bahkan beberapa program
menjadi sebuah produk yang akan dijual yang sebenarnya tidak realistis pun ikut-
kepada konsumen, khalayak maupun ikutan menggunakan nama atau jargon
perusahaan pengiklan (1996, 146-147). (b) reality show untuk mendongkrak daya
Komodifikasi Khalayak. Dengan memakai jualnya. Tingkat realitas yang disajikan
wacana yang dipopulerkan oleh Smythe dalam reality show ini bermacam-macam.
(1997) dalam the audience commodity, Mulai dari yang betul-betul realistis
250
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15, No. 02, November 2016: 247 - 261
Hanifa Choirunisa: Komunidifikasi Anak Dalam Program Reality Show...

misalnya hidden camera hingga terlalu Media massa pengelolaannya


banya rekayasa namun tetap menggunakan dikategorikan sebagai sebuah industri. Pola
nama reality show (Morissan,2010:227). manajemen industri secara langsung
Menurut Morissan (2010: 227), ataupun tidak langsung membentuk
terdapat beberapa bentuk reality show, industri budaya media itu sendiri. Industri
yaitu : (a) Hidden camera: Hidden Camera masuk dalam budaya ekonomi. Budaya
atau kamera tersembunyi. Kamera ekonomi mempunyai prinsip dan
ditempatkan secara tersembunyi yang hukumnya sendiri (Garnham dalam
mengamati gerak-gerik atau tingkah laku McQuail, 2008: 82). Tuntutan industri
subjek yang berada di tengah situasi yang menurut Agung, 2010: 18) dengan tuntutan
sudah dipersiapkan sebelumnya moralitas dua posisi yang saling
(direkayasa). Contohnya, program Super berbenturan. Di satu sisi media harus
Trap (Trans TV), Spontan (SCTV), menjunjung moralitasdalam hal ini
Playboy Kabel (SCTV). (b) Competition memegang idealismenya, disisi lain untuk
Show: Program ini melibatkan beberapa tetap eksis media dituntut oleh iklim
orang yang saling bersaing dalam industrialisasi budaya yang
kompetisi yang berlangsung selama mengedepankan persaingan kapital
beberapa hari atau minggu untuk (Marxist).
memenangkan perlombaan, permainan Teori ekonomi politik (political
(game), atau pertanyaan. Setiap peserta economy theory) adalah pendekatan kritik
akan tersingkir satu per satu melaluii sosial yang berfokus pada hubungan antara
pemungutan suara (voting), baik oleh struktur ekonomi dan dinamika industri
peserta sendiri maupun audien. media dan konten ideologis media. Dari
Pemenangnya adalah peserta yang paling sudut pandang ini, lembaga media
akhir bertahan. Contohnya, program dianggap sebagai bagian dari sistem
Indonesian Idol (RCTI), Penghuni ekonomi dengan hubungan erat kepada
Terakhir (ANTV), Big Brother Indonesia sistem politik. Konsekuensinya terlihat
(Trans Tv), AFI (Indosiar), Idola Cilik dalam berkurangnya sumber media yang
(RCTI). (c) Relationship show: Para independen, konsentrasi kepada khalayak
peminat harus bersaing untuk merebut yang lebih besar, menghindari risiko, dan
perhatian kontestasn agar tidak tersingkir mengurangi penanaman modal pada tugas
dari permainan. Pada setiap episode ada media yang kurang menguntungkan
satu peminat yang harus disingkirkan. (misalnya laporan investigasi dan
Contohnya, Joe Millionaire Indonesia pembuatan film dokumenter). Kita juga
(RCTI), Take me out Indonesia (Indosiar). menemukan pengabaian sektor khalayak
(d) Fly on the wall: Program yang potensial yang lebih kecil dan miskin, dan
memperlihatkan kehidupan sehari-hari dari sering kali terdapat media berita yang tidak
seseorang (biasanya orang terkenal) mulai seimbang (McQuail.,2011:05).
dari kegiatan pribadi hingga aktivitas Banyak perspektif yang
profesionalnya. Dalam hal ini, kamera berkembang dalam menempatkan posisi
membuntuti kemana saja orang media massa di dalam masyarakat. Media
bersangkutan pergi. (e) Mistik: Program massa bukan sesuatu yang bebas dalam
yang terkait dengan hal-hal supranatural masyarakat. Namun media masaa selalu
menyajikan tayangan yang terkait dengan terikat dengan berbagai kepentingan
dunia gaib, paranormal, klenik, praktik social-ekonomi dan politik. Perspektif
spiritual magis, mistik, kontak dengan roh yang sangat berkembang diantaranya
dan lain-lain. Contohnya, program Dunia adalah perspektif ekonomi. Kajian
Lain (Trans TV), Masih Dunia Lain (Trans ekonomi plitik media berusaha
7). menampilkan bahwa media massa terkait
dengan proses ekonomi struktural
251
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15, No. 02, November 2016: 247 - 261
Hanifa Choirunisa: Komunidifikasi Anak Dalam Program Reality Show...

masyarakat. Kepentingan ekonomi dan Teori ekonomi politik media dalam


faktor politik selalu melatarbelakangi institusi media harus dinilai sebagai bagian
keberadaan media massa. Namun, dalam dari sistem ekonomi yang juga berkaitan
membahas kajian ekonomi politik media erat dengan sistem politik. Kualitas
sangat terkait dengan kajian kritisme pengetahuan tentang masyarakat yang
media yang memperlihatkan bahwa isi diproduksi oleh media untuk masyarakat,
media menyiratkan pola relasi kekuasaan sebagian besar dapat ditentukan oleh nilai
dalam masyarakat. Pertarungan ekonomi tukar berbagai ragam isi dalam kondisi
politik media tidaklah dipandang secara yang memaksakan perluasan pesan, dan
sederhana. Industrialisasi budaya juga ditentukan oleh kepentingan ekonomi
berkembang jika dukungan dari para pemilik dan penentu kebijakan
masayarakat dan pemerintah dominan. (Garnham dalam McQuail, 1991). Media
Lebih jauh Picard mengemukakan merupakan agen konsumsi pesan
bahwa industri media adalah industri yang bagaimana seserang atau kelompok
unik karena melayani dua pasar yang mempunyai konsumsi dengan pemaknaan
berbedaa sekaligus dengan satu produk yang berbeda atas suatu realitas. Media
(dual product market). Pada pasar yang membingkai peristiwa dan bingkai
pertama yaiu khalayak (pembaca, pemirsa, peristiwa tertentu itu memiliki pengertian
pendengar), industry menjual produk tertentu, memberikan simbol-simbol
berupa ‘goods’. Radio dan TV menjual tertentu pada peristiwa sehingga
program acaranya yang dinilai dlaam memberikan citra tertentu ketika diterima
bentuk rating, sedangkan Koran dan khalayak, dan menentukan apakah
majalah berupa bentuk fisik dari jumlah peristiwa itu penting atau tidak penting.
Koran dan majalah yang dinilai dalam Pada abad pertengahan, muncul
jumlah tiras. Pasar yang keda adalah anggapan bahwa anak adalah orang
pengiklan. Kepada para pengiklan, media dewasa dalam bentuk mini sehingga
menjual “service” berupa ruang atau diperlakukan seperti orang dewasa. Sekitar
waktu siarnya untuk digunakan beriklan abad ketujuh belas atau kedelapan belas
(Picard dalam Albarran, 1996:3). muncullah ide bahwa masa kanak-kanak
Komersialisasi yang dilakukan media merupakan periode perkembangan yang
dalam rangka eksistensi media untuk spesial karena memiliki kebutuhan
memenangkan persaingan. psikologis, pendidikan, serta fisik yang
Keberlangsungan hidup media ditentukan khas. Namun demikian, masih tersisa
oleh capital, content maupun audience. berbagai kontrversi seputar cara
Konten yang menarik akan menambah memahami dan cara menyesuaikan diri
jumlah audience tetap meilih stasiun TV. dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Semakin banyak audiens yang menonton Menurut Rousseau, masa kanak-kanak
program tersebut maka semakin tinggi pula dibagi menjadi dua yaitu masa kanak-
ratingnya. Implikasinya adalah semakin kanak awal dan masa kanak-kanak akhir.
berminat pula pemasang iklan untuk Masa kanak-kanak awal adalah usia 2-12
beriklan pada program acara tersebut. tahun. Masa ini ditandai dengan
Stasiun TV mendapatkan capital yang kemampuan untuk mandiri; mulai berjalan
mampu memproduksi acara (content) yang sendiri, makan sendiri, berbicara, serta
berkualitas dan up to date. Media yang berlari. Pada masa ini anak mulai
sehat dan kuat digunakan oleh para pemilik mengembangkan penalaran yang bersifat
modal guna mempertahankan intuitif karena berhubungan langsung
eksistensinya dalam dominasi di bidang dengan gerakan tubuh dan indera.
ekonomi, kekuasaan maupun politik Sedangkan masa kanak-kanak akhir adalah
(McQuail., 2011:33). usia 12-15 tahun. Masa ini merupakan
transisi dari masa anak-anak menuju
252
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15, No. 02, November 2016: 247 - 261
Hanifa Choirunisa: Komunidifikasi Anak Dalam Program Reality Show...

dewasa. Selama periode ini, anak Secara etimologis, wacana berasal


memperoleh kekuatan fisik yang luar dari vacana (sansekerta), berarti kata-kata,
biasa. Masa ini ditandai oleh cara berkata, ucapan pembicaraan, perintah
perkembangan kognitif (Pratisti,,2011:3) dan nasihat. Discourse, berasal dari kata
Aspek tumbuh kembang pada anak discurrere (latin), berarti gerak maju
dewasa ini adalah salah satu aspek yang mundur (dari dan ke). (Nyoman, 2004:244)
diperhatikan secara serius oleh para pakar, Foucalt mengatakan wacana
karena hal tersebut merupakan aspek yang sebagai bidang dari semua pernyataan
menjelaskan mengenai proses (statement), kadang sebagai individualisasi
pembentukan seseorang, baik secara fisik kelompok pernyataan, dan kadang sebagai
maupun psikososial. Namun, sebagian praktik regulative yang dilihat dari
orang tua belum memahami hal ini, sejumlah pernyataan (Mills, 1997:8).
terutama orang tua yang mempunyai Sementara Eriyanto (2005:5)
tingkat pendidikan dan sosial ekonomi mendefinisikan analisis wacana sebagai
yang relatif rendah. Mereka menganggap suatu upaya pengungkapan maksud
bahwa selama anak tidak sakit, berarti tersembunyi dari sang subjek yang
anak tidak mengalami masalah kesehatan mengemukakan suatu pernyataan. Wacana
termasuk pertumbuhan dan merupakan praktik sosial (mengkonstruksi
perkembangannya. Sering kali para orang realitas) yang menyebabkan sebuah
tua mempunyai pemahaman bahwa hubungan dialektis antara peristiwa yang
pertumbuhan dan perkembangan diwacanakan dengan konteks sosial,
mempunyai pengertian yang sama. budaya, ideologi tertentu. Disini bahasa
dipandang sebagai factor penting untuk
METODE mempresentasikan maksud si pembuat
Tipe penelitian ini menggunakan wacana (Kriyantono, 2004:262)
analisis data secara deskriptif. Penelitian CDA (Critical discourse analisys)
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan merupakan jenis discourse analytical
dimana telah terdapat informasi mengenai research yang terutama mempelajari social
suatu permasalahan atau suatu keadaan power abuse, dominasi, dan
akan tetapi informasi tersebut belum cukup ketidaksetaraan (inequality) yang tebentuk,
terperinci, maka peneliti melakukan diproduksi, dan ditentang oleh teks dan
penggambaran atau deskripsi secara pembicaraan (talks) dalam konteks sosial
terperinci. Penelitian ini mempelajari dan politik. Prinsip-prinsip (tenets) CDA
masalah dalam masyarakat, tata cara yang sudah ditemukan dalam critical theory dari
berlaku dalam masyarakat serta situasi- Frankfurt School sebelum Perang Dunia II
situasi, sikap, pandangan, proses yang (Rasmussen, 1996). Analisis kritis wacana
sedang berlangsung, pengaruh dari suatu melihat wacana sebagai bentuk praktek
fenomena; pengukuran yang cermat sosial. Menggambarkan wacana sebagai
tentang fenomena dalam masyarakat. praktek sosial menyebabkan adanya
Peneliti mengembangkan konsep, sebuah hubungan dialektis di antara
menghimpun fakta, tapi tidak menguji peristiwa diskursif tertentu dengan situasi,
hipotesis (Kriyantono, 2006:23) institusi, dan struktur sosial yang
Metode yang digunakan dalam membentuknya.
penelitian ini adalah analisis wacana kritis. Penulis menggunakan analisis
Dalam studi media, meski masih dalam wacana kritis milik Norman Fairclough
kerangka kerja analisis wacana, paradigma dalam upaya membongkar bentuk-bentuk
kritis mencoba mencari sejumlah komodifikasi anak dalam tayangan Idola
kemungkinan lain yang mempengaruhi Cilik 2013.
proses produksi dan reproduksi makna. Fairclough membangun suatu
model yang menjelaskan wacana sebagai
253
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15, No. 02, November 2016: 247 - 261
Hanifa Choirunisa: Komunidifikasi Anak Dalam Program Reality Show...

perpaduan linguistik dan pemikiran- diproduksi dan dikonsumsi tidak terlepas


pemikiran sosial dan politik yang dari faktor praktek-praktek wacana
memusatkan perhatian pada pemakaian (discourse practice) yang menjadi mediasi
bahasa sebagai praktik sosial ata antara teks itu.
merefleksikan sesuatu. Lebih lanjut model Subyek penelitian dalam tahap
analisisnya adalah : mesostruktur ini adalah Willhelm
Pertama, teks. Intinya adalah teks Tetelepta, yang merupakan produser Idola
bukan hanya menunjukkan bagaimana Cilik Musim 2012-2013. Produser
suatu objek digambarkan tetapi juga memiliki peranan penting dalam proses
bagaimana hubungan antarobjek produksi sebuah program acara dari mulai
didefinisikan. Disini dilakukan analisis pra produksi, produksi hingga pasca
linguistik pada struktur teks untuk produksi.
menjelaskan teks tersebut, yang meliputi Data primer adalah data langsung
kosa kata, kalimat, proposisi, makna yang diperoleh secara langsung dari objek
kalimat dan lainnya. Untuk mempermudah penelitian. Penulis melakukan pengamatan
analisis bias digunakan metode analisis Pentas Idola Cilik 2013 yang dipilih
pembingkaian. menurut kebutuhan penelitian yaitu babak
Kedua, merupakan dimensi yang 5 Besar Pentas dan Bintang Idola Cilik
berkaitan dengan proses produksi dan pada Sabtu. 16 Maret 2013 dan babak
konsumsi teks. Sebuah teks pada dasarnya Grand Final pada Sabtu, 13 & 20 April
dihasilkan lewat proses produksi, seperti 2013. Kemudian penulis menganalisis
pola kerja, bagan kerja dan rutinitas dalam tayangan tersebut yang memiliki informasi
menghasilkan teks. Demikian pula tentang penggambaran komodifikasi anak.
konsumsi teks dapat berbeda dalam Selain itu, penulis melakukan wawancara
konteks yang berbeda. Konsumsi dapat dengan pihak terkait yaitu Produser Idola
dihasilkan secara personal atau kolektif. Cilik, Willhem Tetelepta yang mengetahui
Ketiga, praktik sosial budaya. seluk beluk proses produksi program Idola
Melihat bangunan wacana yang Cilik tersebut.
berkembang dalam masyarakat, dimana Data sekunder adalah data yag
dimensi ini melihat konteks di luar teks, diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi
antara lain sosial, budaya, atau situasi saat berupa publikasi. Dalam hal ini penulis
wacana itu dibuat. mendapatkan sejumlah data yang
Fairclough melihat bagaimana diperlukan dengan cara studi kepustakaan.
penempatan dan fungsi bahasa dalam Dalam penelitian ini, penulis
hubungan sosial khususnya dalam mengumpulkan informasi dari berbagai
kekuatan dominan dan ideologi. Ia bentuk cetakan baik buku, karya tulis,
berpendapat bahwa analisis wacana kritis jurnal, buku, dan data internet yang
adalah bagaimana bahasa menyebabkan berhubungan dengan komodifikasi dan
kelompok sosial yang ada bertarung dan teori ekonomi politik media.
mengajukan ideologinya masing-masing. Analisis data menurut Paton, adalah
Konsep ini mengasumsikan dengan proses mengukur ukuran data,
melihat praktik wacana bisa jadi mengorganisasikannya ke suatu pola pada
menampilkan efek sebuah kepercayaan kategori, dan satuan urutan dasar, ia
(ideologis). Artinya wacana dapat membedakannya dengan penafsiran, yaitu
memproduksi hubungan kekuasaan yang memberikan arti yang signifikan terhadap
tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki analisis, menjelaskan pola uraian, dan
dan wanita, kelompok mayoritas dan mencari hubungan antara dimensi-dimensi
minoritas di mana perbedaan itu uraian. Dari rumusan tersebut dapat kita
direpresentasikan dalam praktik sosial. lihat bahwa analisis data bermaksud
Bagi Fairclough suatu teks yang
254
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15, No. 02, November 2016: 247 - 261
Hanifa Choirunisa: Komunidifikasi Anak Dalam Program Reality Show...

pertama-tama mengorganisasikan data derajat kepercayaan beberapa sumber data


(Moelong, 1998:103). dengan metode yang sama. (3) Teknik
Analisa data dapat dilakukan oleh triangulasi jenis ketiga ini ialah dengan
peneliti untuk dpat menarik kesimpulan- jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat
kesimpulan. Analisa data dalam penelitian lainnya untuk keperluan pengecekan
komunikasi kualitatif pda dasarnya kembali derajat kepercayaan data. (4)
dikembangkan dengan dengan maksud Triangulasi dengan teori, menurut Lincoln
menafsirkan atau mentransformasikan data dan Guba (1981:307), berdasarkan
kedalam bentuk-bentuk narasi yang anggapan bahwa fakta tidak dapat
kemudian mengarah pada temuan yang diperiksa derajat kepercayaannya dengan
memiliki proporsi ilmiah pada kesimpulan- satu atau lebih teori.
kesimpulan final (Pawito, 2007:100). Jadi, triangulasi berarti cara terbaik untuk
Selayaknya diingat bahwa menghilangkan perbedaan-perbedaan
penelitian komunikasi kualitatif lebih konstruksi kenyataan yang ada dalam
bertujuan untuk mengemukakan gambaran konteks suatu studi sewaktu
atau memberikan pemahaman mengenai mengumpulkan data tentang berbagai
bagaimana dan mengapa sehubungan kejadian dan hubungan dari berbagai
realitas atau gejala komunikasi yang pandangan. Dengan kata lain bahwa
diteliti. Karena penelitian komunikasi triangulasi, peneliti dapat me-recheck
kualitatif senantiasa dilakuakn dengan temuannya dengan jalan membandingkan
setting yang bersifat alami. Artinya peneliti dengan berbagai sumber, metode, atau
tidak melakukan manipulasi atau kontrol teori. Untuk itu maka peneliti dapat
terhadap variabel-variabel penelitian melakukannya dengan jalan mengeceknya
tertentu dan juga tidak mengisolasi dengan berbagai sumber data. Hal ini
variable-variabel tertentu terpisahdari dilakukan agar data hasil penelitian
variable lain, tapi memerlukan apa adanya bersifat akurat dan terjadinya kevalidan
sebagai suatu kesatun yang utuh (Pawito, data (Kriyantono :2010::332).
2007:108)..
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan HASIL PENELITIAN
keabsahan data yang memanfaatkan Dengan menggunakan analisis
sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk wacana kritis Norman Fairclough yang
memenuhi kebutuhan pengecekan atau mencakup tiga dimensi utama yaitu teks
sebagai pembanding terhadap data (level mikrostruktur yang meliputi
itu.Teknik triangulasi yang paling banyak representasi, relasi dan identitas),
digunakan ialah pemeriksaan melalui discourse Practice (level mesostruktur)
sumber lainnya. Denzin (1978) dan sociocultural Practice (level
membedakan empat macam triangulasi makrostruktur), maka di temukan hasil
sebagai teknik pemeriksaan yang sebagai berikut:
memanfaatkan penggunaan sumber, Peserta 5 besar Idola Cilik 2013 ini
metode, penyidik, dan teori (Kriyantono direpresentasikan sebagai anak – anak
:2010::330): (1) Triangulasi dengan yang berbakat, tidak hanya dalam
sumber, berarti membandingkan dan bernyanyi, tetapi juga cerdas dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu berwawasan luas. Kelima besar peserta
informasi yang diperoleh melalui waktu Idola Cilik direpresentasikan sebagai anak
dan alat yang berbeda dalam penelitian yang memiliki kepedulian tinggi terhadap
kualitatif. (2) Pada triangulasi metode, lingkungan. Kelima Besar peserta Idola
menurut Patton, terdapat duastrategi, yaitu Cilik 2013 ini direpresentasikan sebagai
: (1) pengecekkan derajat kepercayaan penyanyi cilik berkualitas. Hal ini
penemuan hasil penelitian beberapa teknik dibuktikan dengan lagu yang dibawakan
pengumpulan data dan (2) pengecekkan oleh setiap peserta. Kelima besar peserta
255
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15, No. 02, November 2016: 247 - 261
Hanifa Choirunisa: Komunidifikasi Anak Dalam Program Reality Show...

Idola Cilik 2013 direpresentasikan sebagai Sebagai sebuah institusi bisnis


anak yang memiliki kemauan tinggi untuk penyiaran televisi tentu memiliki orientasi
maju misalnya menerima segala masukan untuk meraih keuntungan sebanyak-
dari dewan komentator dan menjadikannya banyaknya. Salah satu caranya adalah
acuan untuk jauh lebih baik lagi di dengan menjual slot program siar kepada
penampilan selanjutnya. Mereka juga para pengiklan. Iklan merupakan nafas
direpresentasikan sebagai anak-anak yang yang memberikan kehidupan bagi sebuah
berjiwa besar,tegar dan bermental tinggi industri televisi, semakin banyak iklan
dalam sebuah ajang kompetisi adu bakat yang masuk semakin lega televisi dalam
menyanyi. Dimana dalam setiap kompetisi bernafas. Sebaliknya, semakin sedikit iklan
harus ada yang menang dan kalah, harus yang diperoleh maka semakin sesak
ada yang lolos dan pulang. televisi untuk bernafas dan bertahan hidup.
Peserta/ Finalis Idola Cilik 2013 Para pengiklan pun tidak
adalah peserta terbaik dalam kompetisi adu sembarangan dalam memasarkan
menyanyi. Mereka ditonjolkan sebagai produknya di sebuah program televisi.
peserta yang memiliki bakat tinggi. Pastinya mereka akan memilih program-
Komentator Idola Cilik 2013 yang terdiri program unggulan atau banyak ditonton
dari Ira Maya Sofa (Mama Ira) sebagai oleh pemirsa. Salah satu indikator yang
ketua dewan komentator, Winda Viska menjadi pertimbangan para pengiklan
(Indonesian Idol 1), Mike Mohede dan untuk beriklan di sebuh program televisi
Kevin Aprillio ditonjolkan sebagai orang adalah performa rating dan share program.
yang seolah-olah paling ahli (kompeten) Rating dan share masih dianggap sebagai
dalam berbagai aspek. Penonton di studio tolok ukur paling akurat untuk menilai
ditampilkan sebagai pendukung, apakah sebuah program banyak ditonton
penyemangat utama secara emosional yang pemirsa atau tidak. Keberadaanya masih
mampu membangkitkan semangat peserta dianggap sebagai dewa dari sebuah
saat tampil. Para penonton ini meneriakkan program televisi. Jika rating dan share
yel-yel dukungan ke masing-masing sebuah program tinggi atau baik, maka
peserta. Sedangkan penonton di rumah jumlah penonton yang menyaksikan acara
ditampilkan sebagai hakim tertinggi dalam tersebut pun banyak. Sehingga saat
menentukan siapa yang lolos atau pantas pengiklan memasarkan produknya di
menjadi juara Idola Cilik 2013. Hasil program tersebut banyak pula pemirsa
polling SMS penonton ini sangat yang menyaksikannya.
menentukan siapakah yang akan menjadi Untuk meraup keuntungan ini,
juara Idola Cilik. televisi akan menghalalkan berbagai cara.
Identitas yang ingin ditampilkan Seringkali, televisi tidak mengindahkan
pada Pentas Idola Cilik 2013 adalah bahwa aturan-aturan yang telah diterapkan dalam
Idola Cilik 2013 merupakan sarana yang Undang-undang untuk mencapai tujuan ini.
pas bagi anak-anak berbakat Indonesia Motif ekonomi inilah yang kemudian
untuk menunjukkan bakat dan mendorong televisi melakukan berbagai
kemampuannya. Namun, disisi lain Idola pelanggaran baik secara terang-terangan
Cilik juga ingin menampilkan ideologi maupun secara terselubung. Salah satu
RCTI sebagai industri media yang bentuk pelanggaran yang marak sekarang
memiliki kepentingan ekonomi. Hal ini ini adalah tidak adanya perlindungan
dibuktikan melalui ajakan dan himbauan terhadap pemirsa khusunya anak-anak
pembawa acara kepada para pemirsa untuk dalam konten program. Padahal dalam
mendukung para peserta lewt SMS Undang Undang Penyiaran No.32 tahun
sebanyak-banyaknya dan munculnya 2002 pasal 36 disebutkan bahwa ”Isi
tulisan impose untuk mengirmkan SMS di siaran wajib memberikan perlindungan
beberapa segmen. dan pemberdayaan kepada khalayak
256
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15, No. 02, November 2016: 247 - 261
Hanifa Choirunisa: Komunidifikasi Anak Dalam Program Reality Show...

khusus, yaitu anak-anak dan remaja, Kaitan antara komodifikasi dengan


dengan menyiarkan acara pada waktu ekonomi politik media ini terlihat pada
yang tepat,dan lembaga penyiaran wajib tujuan dasar televisi sebagai sebuah
mencantumkan dan/ ata menyebutkan organisasi media yaitu tujuan normatif dan
klasifikasi khalayak sesuai dengan isi tujuan manfaat. Untuk mencapai tujuan
siaran”. Selain pasal tersebut adalagi pasal normatif, televisi akan menyajikan
Pasal 15 ayat 1 pada Bab X P3SPS tentang program-program menarik diantaranya
perlindungan kepada anak yang berbunyi program yang dapat memberikan informasi
”Program siaran wajib memperhatikan tambahan, memberikan edukasi atau
dan melindungi kepentingan anak-anak pengetahuan, memberikan hiburan kepada
dan/atau remaja”. penonton dan memberikan nilai-nilai.
Pasal diatas sudah sangat jelas RCTI berhasil mencapai tujuan normatif
bahwa para pelaku industri harus memberi tersebut. RCTI mampu menyajikan
perlindungan terhadap khalayak khususnya Program reality show bertajuk adu bakat
anak. Anak dalam P3SPS adalah khalayak menyanyi anak dengan sukses. Hal ini
khusus yang terdiri dari anak-anak dan dibuktikan dengan tanggapan positif dari
remaja yang belum berusia 18 (delapan beberapa kalangan ditambah lagi dengan
belas) tahun. Akan tetapi, pemilik media perolehan angka ratig dan share yang
dengan ideologi ingin menguasai pasar, cukup baik. Artinya, penonton cukup
maka semua hal pun dilakukan tanpa terhibur dan menerima program Idola
memperhatikan peraturan yang telah Cilik.
berlaku. Pelaku industri media dilarang Sedangkan untuk mencapai tujuan
melakukan eksploitasi subjek yang disebut manfaat, yaitu tujuan ideologi, politik dan
dalam pasal tersebut yaitu, anak-anak, ekonomi, televisi akan mengupayakan apa
remaja demi mendapatkan keuntungan saja untuk mencapai tujuan tersebut. Salah
semata. Anak dan remaja di perlu satu upaya yang dilakukan televisi adalah
dikedepankan karena masih rentannya komodifikasi. Komodifikasi adalah proses
perkembangan mental dan emosi mereka. trasnformasi nilai guna menjadi nilai tukar.
Mereka dengan mudah meniru sesuatu Dalam hal ini, televisi melakukan bentuk
yang baru mereka lihat atau dengar tanpa komodifikasi program reality show
mempertimbangkan akibat selanjutnya. pencarian bakat menyanyi yang pesertanya
Namun, masih banyak kita temui beberapa adalah anak-anak usia 7-13 tahun. Reality
program yang mengabaikan hak-hak show merupakan jenis program acara yang
perlindungan terhadap anak dan remaja. menampilkan sesuatu seolah-olah real atau
Komodifikasi merupakan praktik nyata di di hadapan pemirsa. Dengan
yang banyak diterapkan di beberapa tambahan cuplikan video yang menarik,
program televisi untuk mencapai tujuan kisah daramatis, efek suara dan grafis yang
ekonomi. Salah satunya adalah dengan mendukung membuat program semacam
memanfaatkan kepolosan anak. Maraknya ini laris di pasaran. Penonton pun tertarik
program pencarian adu bakat anak seperti untuk terus menonton program ini.
menyanyi, memasak, menari dll yang Sejalan dengan perkembangan
mengiming-imingi sebuah ”mimpi semu” sistem ekonomi pasar, televisi kini tidak
banyak mendapat perhatian orang tua sekedar dijadikan agen industri barang dan
untuk mengikutsertakan buah hati mereka jasa tetapi telah berubah menjadi industri
dalam ajang tersebut. Pihak televisi sering budaya di mana melalui program-program
memanfaatkan kepolosan anak-anak untuk yang ditampilkan oleh televisi telah
melakukan hal-hal yang dianggap membawa sebuah bentuk gaya hidup bagi
menguntungkan. Misalnya menggunakan masyarakat yang menontonnya. Melalui
anak untuk menaikkan rating dan share program-program televisi inilah
sebuah program. terkandung berbagai ide dan pemahaman.
257
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15, No. 02, November 2016: 247 - 261
Hanifa Choirunisa: Komunidifikasi Anak Dalam Program Reality Show...

menimbulkan keharuan. Di beberapa


Berdasarkan hasil analisis teks episode program Idola Cilik 2013 ini,
dengan cara melakukan pengamatan kisah hidup menyedihkan dan
terhadap tayangan Pentas dan Bintang mengharukan dari peserta kerap kali
Idola Cilik (16 Maret 2013) , babak Grand ditampilkan untuk menarik perhatian
Final Idola Cilik 2013 (13 & 20 April pemirsa dan juga menaikkan rating dan
2013), discourse practice , melakukan share program.
wawancara dengan produser program Idola Untuk mendapatkan perhatian
Cilik 2013 dan sociocultural discourse, penonton, Idola Cilik menyulap anak
maka penulis dapat menemukan bentuk- menjadi lebih dewasa dari usianya. Hal ini
bentuk komodifikasi isi dalam Program dibuktikan lewat lagu-lagu yang
Idola Cilik 2013. dibawakan oleh peserta yang sebelum
Bentuk komodifikasi yang terlihat sesuai dengan kemampuan dan usia
yaitu waktu anak banyak tersita untuk mereka. Lagu dewasa yang sedang in atau
kebutuhan dan tuntutan kompetisi. hits saat itu lah yang menjadi pilihan untuk
Jalannya kompetisi yang ketat, dibawakan oleh anak-anak. Lagu-lagu
mengharuskan anak-anak ini tersebut jelas tidak sesuai dengan usia
menghabiskan waktu, tenaga dan mereka baik dari segi konten, teknik vokal
pikirannya untuk melakuakan berbagai maupun dinamikanya. Beberapa lagu
aktivitas untuk menunjang penampilan dewasa akan diubah liriknya jika tidak
mereka diatas panggung mulai dari latihan sesuai dengan anak. Misalnya penggunaan
vokal, latihan koreografi, atau syuting kata “cinta, pacar, kekasih” akan diganti
untuk keperluan iklan atau konten dll. Usia dengan kata “sahabat, teman, kakak, ayah,
mereka yang seharusnya bisa menikmati ibu, dll. Namun, dari segi teknis bernyanyi
waktu bermain dan belajar kini harus tetap saja anak-anak ini harus dituntut
tersita untuk kepentingan kompetisi menguasai lagu-lagu orang dewasa yang
program. Hal ini tentu berdampak pada memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dari
perkembangan psikologi dan mental anak. segi nada, tempo, irama, dinamika dll.
Meskipun Idola Cilik 2013 menyediakan Anak juga digunakan sebagai alat
fasilitas homeschooling selama karantina untuk menaikkan rating dan share. Bagi
tetap saja kurang karena anak tidak bisa televisi keberadaan rating dan share sangat
bersosialisasi dengan banyak teman berarti terhadap jumlah iklan yang masuk.
layaknya anak sekolah pada umumnya. Jika perolehan rating dan share baik, maka
Padatnya kegiatan karantina di tidak ada alasan bagi pengiklan untuk tidak
Idola Cilik 2013 mengharuskan para memasarkan produknya di sela-sela
peserta Idola Cilik 2013 kehilangan waktu program Idola Cilik. Berbagai cara akan
atau masa-masa untuk bermain. Mereka diusahakan untuk menaikkan rating dan
disibukkan dengan beberapa latihan, share. Salah satunya adalah menerapkan
syuting,dll. Mereka harus tampil maksimal penjurian lewat SMS. Polling SMS ini
2x seminggu selama 4jam di Pentas dan memegang peranan penting dalam
Bintang Idola Cilik 2013. kompetisi adu bakat menyanyi anak seperti
Selain itu, untuk menunjang konten Idola Cilik 2013 ini. Puluhan ribu bahkan
Program Idola Cilik agar terlihat menarik jutaan SMS yang masuk menjadi salah satu
sering melakukan eksploitasi terhadap sisi barometer akan jumlah penonton yang
kehidupan pribadi peserta di beberapa menonton program tersebut. Penggunaan
episode. Ini merupkan salah satu cara SMS premium bertarif Rp 2200 ini
untuk menarik perhatian pemirsa merupakan bisnis yang cukup
menonton program Idola Cilik 2013 ini menggiurkan bagi pihak industry
adalah dengan membuat konten yang televisi.Dalam hal ini, anak juga digunakan
mampu menguras emosi dan mampu sebagai “alat penghasil rupiah melalui
258
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15, No. 02, November 2016: 247 - 261
Hanifa Choirunisa: Komunidifikasi Anak Dalam Program Reality Show...

SMS”. Peserta Idola Cilik 2013 demographic group, in the survey area
mempunyai hubungan saling sample who view a specific program or
ketergantungan dengan pemirsa sebagai station (Triputra, 2006: 1-6). Rating ini
hakim tertingi yang mempunyai wewenang diperoleh melalui persentase jumlah
untuk memilih mereka. Hubungan yang pemirsa suatu program pada suatu satuan
ditampilkan adalah setiap peserta waktu terhadap suatu target audiens
memerlukan dukungan SMS dari pemirsa tertentu [ (audience : universe) x 100%].
untuk tetap bertahan di Pentas Idola Cilik Share (channel share) adalah persentase
2013. Sementara pemirsa dengan alasan jumlah pemirsa suatu program pada suatu
rasionalnya akan mendukung peserta yang satuan waktu di saluran (channel) tertentu
menjadi favorit mereka. terhadap total pemirsa di semua saluran
Cara lain yang dilakukan untuk (channel) [(channel audience : total
menaikkan rating dan share adalah audience) x 100% ] (Effendi, 2006:1-7).
penguluran pengumuman SMS dan waktu Simpulan: Berdasarkan data penelitian
kompetisi. Pengumuman peserta yang akan diatas dapat disimpulkan bahwa jelas
pulang merupakan “klimaks” yang paling sekali anak dalam program ini dijadikan
ditunggu baik oleh peserta maupun sebagai sebuah barang komoditas untuk
pemirsa. Kecemasan dan kepanikan mendulang rupiah. Dalam proses produksi
peserta saat menanti hasil bintang yang ada upaya-upaya yang ditemukan secara
didapat ini dimanfaatkan untuk menunda- nyata bahwa anak dikomodifikasikan
nunda pengumuman dan menggantinya dalam sebuah ajang pencarian bakat
dengan banyaknya commercial break. menyanyi anak. Bentuk komodifikasi yang
Mental anak-anak ini seolah diuji dengan banyak digunakan dalam proses produksi
penguluran pengumuman hasil SMS Program Idola Cilik ini adalah
karena banyaknya iklan yang masuk. komodifikasi konten atau isi. Anak
Penguluran masa kompetisi dengan dieksploitasi untuk menaikkan rating dan
memberikan wild card pada peserta yang share program sehingga banyak iklan yang
mendapat polling SMS terendah juga masuk. Mereka dibentuk menjadi pribadi
dilakukan untuk memenuhi kepentingan yang lebih dewasa melalui lagu-lagu
ekonomi televisi. dewasa yang mereka bawakan terkadang
Komodifikasi dalam pandangan tidak sesuai dengan kemampuan dan
ekonomi politik Vincent Moscow (1996) usianya. Selain itu, mereka dituntut untuk
merupakan salah satu entry point, bekerja selama 4 jam dalam 2 hari
disamping strukturasi dan spasialisasi berturut-turut. Mereka juga diharuskan
(terdapat tiga proses masuk / three entry melakukan serangkaian aktivitas setiap
processes). Komodifikasi adalah proses minggunya untuk tampil maksimal
mentranformasi nilai guna. Yakni nilai menghibur pemirsa seperti latihan vokal,
yang didasarkan pada kemampuan latihan koreografi, syuting VT kegiatan di
memenuhi kebutuhan menjadi nilai tukar luar, kunjungn ke dll. Tak jarang, mereka
(nilai yang didasarkan pasar). juga diajak untuk menjadi talent untuk
Komersialisasi dalam industri televisi sebuah iklan atau filler produk-produk
terjadi melalui komodifikasi isi siaran pendukung program. Waktu anak pun
untuk mendapatkan nilai tukar financial tergadai. Mereka yang seharusnya bisa
melalui kegiatan periklanan. Rating menikmati masa-masa bermain,
menjadi instrument penting untuk bersosialisasi dan belajar justru harus
mengukur sampai sejauh mana isi siaran mengorbankan waktu mereka demi sebuah
mampu memenuhi kaidah komodifikasi iming-iming menjadi seorang “Idola”.
tersebut. Menurut Beville, a rating is the Bentuk komodifikasi yang paling
estimated percent of all television huse terlihat dalam program adu bakat
holds, or of all people within a menyanyi anak Idola Cilik 2013 adalah
259
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15, No. 02, November 2016: 247 - 261
Hanifa Choirunisa: Komunidifikasi Anak Dalam Program Reality Show...

sistem penjurian yang menggunakan jalur kekanakan mereka. Mental anak-anak usia
SMS berbayar, dengan dalih ingin 7-13 tahun ini masih sangat rentan untuk
mengikutsertakan peran pemirsa sebagai mengikuti sebuah ajang pencarian bakat
hakim tertinggi dalam menentukan “Idola” karena mereka masih sangat polos, mudah
berikutnya. Adanya sistem penjurian SMS dipengaruhi dan dibentuk.
berbayar yang cukup menguntungkan bagi
pihak televisi karena antara peserta dan SUMBER RUJUKAN
pemirsa memiliki hubungan yang saling Machyudin, Agung, Kapitalisme Media
ketergantungan satu sama lain. Dan Diskursus Berita Televisi.
Komodifikasi ini biasanya menjadi Gramedia Pustaka : Jakarta. 2011.
alat utama untuk mengubah relasi sosial
menjadi relasi ekonomi. Dengan demikian Prastiti, Wiwien.Dinar Psikologi Anak
maka kemudian bisa dikatakan bahwa Usia Dini. Jakarta : Indeks. 2010.
komodifikasi isi media berarti mengubah
pesan menjadi produk yang dapat Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Teks
dipasarkan. Nilai (value) komoditas tidak Media. Yogyakarta : LKIS. 2001.
tergantung pada manfaatnya tapi pada
jumlah jam kerja yang telah digunakan Fachrudin, Andi Dan Hidajanto Jamal,
sebagai ukuran nilai. Akibatnya yang Dasar Dasar Penyiaran. Jakarta:
terjadi kemudian media memeprlakuakan Kencana Prenada Media Group.
semua hal sebagai komoditas. Tidak hanya 2011.
cinta, tidak hanya impian, bahkan tubuh,
kecantikan, seni, musik dan suara pun telah J. Phillips, Louise dan Marianne W.
menjadi “komoditi” (Ibrahim, 2000:149). Jorgensen, Analisis Wacana Teori
Ketika produk media telah menjadi dan Wacana. Yogyakarta :
komoditas yang diperjualbelikan maka Pustaka Belajar.2009
perusahaan media memang tidak berbeda
dengan sebuah industri sepatu yang tidak Junaedi, Fajar. Komodifikasi Budaya
punya idealisme untuk mengabdi pada dalam Media Massa, Surakarta:
kepentingan publik namun hanya berpikir Sebelas Maret University Press.
bagaimana memproduksi sepatu yang 2005
disukai konsumen dan laku dijual (Fajar,
2005:23) Kadarwati, Realita Program televisi, PT
Saran: Berdasarkan hasil penelitian diatas, Graha Ilmu, Jakarta : 2009
peneliti menyarankan kepada para pekerja
atau praktisi yang bekerja di bidang Kriyantono, Rachmat, Teknis Praktis Riset
penyiaran untuk selalu memperhatikan Komunikasi, Jakarta : Kencana
setiap detail konten dalam memproduksi Prenada. 2006.
sebuah program. Setiap isi siaran atau
program wajib memperhatikan dan Lash, Scott, The Sociology Of Post
melindungi kepentingan anak-anak. Tak Modernism. London : Rotledge.
semestinya anak digunakan sebagai sebuah 1990.
nilai guna untuk diubah menjadi nilai tukar
yang begitu menggiurkan. Selain itu, para McQuail, Dennis.. Teori Komunikasi
orang tua seharusnya memiliki kesadaran Massa Edisi 6, Jakarta: Salemba
dan kepedulian bahwa setiap anak Humanika. 2011
mempunyai hak untuk bermain, belajar dan
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar Moelong Lexy J, Metode Penelitian
bukannya justru diikutsertakan dalam Kualitatif, Bandung : Remaja
ajang-ajang yang menggadaikan masa Rosdakarya. 1998.
260
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15, No. 02, November 2016: 247 - 261
Hanifa Choirunisa: Komunidifikasi Anak Dalam Program Reality Show...

Morissan.. Manajemen Media Penyiaran Wiryanto, Teori Komunikasi Massa,


Strategi Mengelola Radio Dan Jakarta : Grasindo 2009, hal. 16
Televisi Edisi Revisi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
2011

Naratama, Menjadi Sutradara Televisi.


Jakarta : PT. Gramedia Widya
Sarana Indonesia.2011

Nasrullah, Rulli.. Komunikasi Antar


Budaya Di Era Budaya Siber.
Jakarta : Kencana Prenada Media
Group. 2012

Nursalam, Psikologi Dan Perkembangan


Anak. Jakarta: Erlangga. 2005.

Panjaitan, Erica L dan TM. Dhani Iqbal,


Matinya Rating Televisi Ilusi
Sebuah Netralitas, Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia. 2006.

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif,


Yogyakarta : LKis. 2007.

RM Soenarto, Program Televisi Dari


Penyusunan Sampai Pengaruh
Siaran, Jakarta: Fakultas Film dan
Televisi – Institut Kesenian
Jakarta FFTV-IKJ Press

Astuti, indra Santi, Komunika: Warta


Ilmiah Populer Komunikasi
dalam Pembangunan, Lembaga
Ilmu Penelitian Indonesia 2005

Wahyuningsih, Sri E. 2011. Komodifikasi


Anak dalam jurnal online
“Humaniora Social Science
Universitas Diponegoro”,
No.38419 tahun 2013

Sunarto, Televisi, Kekerasan dan


Perempuan, Jakarta : Kompas,
2009

Wahyuni, Sri.2012. Qualitative Research


Method Theory and Practice,
Jakarta : Salemba Empat
261
Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15, No. 02, November 2016: 247 - 261

You might also like