Professional Documents
Culture Documents
Diva - Resume ICCSCP 2023
Diva - Resume ICCSCP 2023
NIM : 201101034
Kelas : B
RESUME ICSCCP DAY 1
Materi 1
Assoc. Prof. Dr. Moohamad Ropaning Sulong, Ph D
Bioprocess
Involves the use of biological agents such as enzymes, microorganisms, or living cellsto
produce, transform, or preserve food. It can encompass various techniques sua as
fermentation, enzymatic, and bioconvertion.
Science perspective
Islam outlines two important standards to ensure foods consumed by mankind especially
the Muslims are Halal (lawful) and Thayyib (wholesome).
Ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang lebih mementingkan suatu industri makanan
yang lebih modern dan kompleks, seperti yang dapat dilihat pada kasus:
Skandal Disodium Inosinate (INS-631): dimana dalam proses pembentukan INS
tersebut, untuk memperoleh hidrolisat protein dari bahan baku dibutuhkan bantuan
enzim pankreas babi.
Vaksin COVID-19 : dibutuhkan tripsin yang salah satunya didapatkan dari babi
Sehingga diperlukan ahli-ahli muslim yang paham akan standarisasi Halal untuk
menentukan status halal pada bahan baku, proses produksi, dan produk jadi.
Proses manufaktur FCP memiliki resiko tinggi akan pemalsuan status haram, sehingga
perlu pedoman infrastrutur yang tepat dalam pembuatan produk FCP. Untuk meningkatkan
‘Halal Trust’ pada konsumen muslim, perlu pemahaman penting tentang prinsip-prinsip
Islam terkait dan literasi produk FCP halal harus dibeikan kepada personel di industri, baik
untuk muslim mauun non-muslim.
Referensi terkait infrastruktur FCP halal dapat ditemukan pada Al-quran surat Al-Baqarah :
168, Yunus : 59, Al-Anbiya: 7, dan Al-kahfi: 60. Selain itu, literasi sains halal juga dapat
ditemukan pada:
Islamic science: ilmu-ilmu agama yang dipraktikkan oleh sarjana islam untuk
membangun dan ,emafsirkan pengetahuan agama islam
Arabic science : pengetahuan yang dikembangkan masyarakat berbahasa arab, baik
orang arab maupun non-Arab pada masa keemasan islam
Halal science : pengetahuan sesuai syariah untuk outcome yang tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip islam
HAL-Q+ (Halal Assurance, Liability-Quality System Plus) didukung oleh GHP (Good
Hygiene Practice) dan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point), dibagi
menjadi 4 tahap, yaitu:
1. Classroom training untuk personel yang bekerja
2. Document & production site inspection, oleh ilmuwan/ahli dan ulama
3. Production site consultation, ada 3 inovasi yang dilakukan antara lain H numbers,
Halal Forensic Laboratory (HAFOLAB), clay liquid untuk najis cleansing
Evaluasi
Materi 3
Prof. Dr. Irwandi Jaswir, M.Sc.
“Food Security and Future Technology Enablers for Halal Traceability”
Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan terjadi ketika semua orang, setiap saat, memiliki akses fisik dan
ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman dan bergizi yang memenuhi kebutuhan
pangan dan preferensi pangan untuk hidup aktif dan sehat
4 Aspek Utama
• Ketersediaan pangan
• Keterjangkauan pangan
• Aksesibilitas pangan
• Kualitas makanan
Pendekatan Integratif
1. Keterkaitan produk halal dan sehat dalam mendukung wisata halal
2. Strategi untuk kolaborasi antara bisnis lokal, lembaga pemerintah, dan dewan
pariwisata
3. Membangun ekosistem holistik untuk pariwisata halal dan sehat di Sumatera Barat.
Bentuk sediaan farmasi secara umum terbentuk menjadi bentuk padat, bentuk semi-padat, dan
bentuk cair. Bentuk padat merupakan bentuk yang paling sering dijumpa di market, ini termasuk
tablet, kapsul, dan bubuk. Bentuk padat mudah dikonsumsi oleh pasien, lebih unggul secara
fisika, kimia, dan mikrobiologi stability, dan mudah diproduksi.
Strategi untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi:
1. Pendekatan formulasi
2. Pendekatan rekayasa partikel
3. Pendekatan rekayasa kristal
Pendekatan co-kristal dan garam multikomponen merupakan strategi yang menjajikan untuk
memodifikasi sifat kristal API.
API dan conformer >>> struktur kristal baru dengan sifat solid state baru.
Ritonavir: contoh polimorfisme Konformasional yang luar biasa
Kemanjuran terapeutik API dalam bentuk sediaan padat oral tergantung pada kelarutan dan laju
disolusi dalam cairan Gl dan permeabilitas dalam membran saluran pencernaan.
Memodifikasi kristal API melalui pembentukan kristal multikomponennya merupakan strategi
yang menjanjikan untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi API yang memiliki kelarutan
dalam air yang rendah.
Kristal API yang dimodifikasi, seperti ko-kristal, mempunyai potensi memberikan nilai
komersial untuk API dan memperpanjang umur hak ciptanya.
Materi 6
Prof. Dr. Hiroshi Kanzaki
“Microbial Conversion of An Olive Leaf Extract Constituent to Create
A Novel Antioxidate Compound B-Olivol as A Cosmetic Material”
Cari senyawa berfungsi tinggi dan penetapan konversi efektifnya dari senyawa berfungsi rendah.
Sumber daya hayati mencari sel enzim yang masuk. Kekuatan mikroba memoles senyawa kasar
untuk menghasilakn produk yang bermanfaat. Sumber daya hayati juga mencari senyawa
bioaktif yang keluar. Senyawa bioaktif melakukan pemeriksaan kedokteran agrokimia lalu
penjelasan mekanisme fenomena kehidupan pemanfaatan untuk pertanian berkelanjutan respon
terhadap masyarakat yang menua.
Buah: untuk makan (minyak, dll)
Daun: untuk kosmetik dan suplemen
1. Konversi struktural oleh mikroba terkenal sebagai metode fungsionalisasi metabolit
sekunder yang tinggi
2. Daun zaitun diketahui kaya akan metabolit sekunder secoiridoid, oleuropein, dengan
struktur unik, namun belum ada laporan konversi mikroba untuk fungsionalisasi tinggi.
Biokonversi untuk fungsi tinggi komponen daun zaitun menggunakan mikroba fermentasi
makanan.
Bahan Novel Berasal dari Zaitun 'B-Olivolj
Nama Senyawa B:Polifenol zaitun yang direduksi secara biologis
Nama Panggilan: B-Olivol
Asal Nama: Namanya, B-Olivol, memiliki tiga arti "pengurangan" sebagai berikut.
1. Pengurangan konstituen daun zaitun yang dikatalisis oleh mikroba
2. Aktivitas antioksidan yang sangat baik = tindakan pereduksi
3. manfaat kembalinya rahmat zaitun kepada dunia
Materi 7
The Recent Progress on Halal Authentication Analysis of Food and
Pharmaceutical Products
Prof. Dr. Abdul Rohman, M.Si., Apt (Director of Institute for Halal Industry &
System Universitas Gadjah Mada, Indonesia)
Sertifikasi halal di Indonesia
1. Pasal 1: Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) adalah lembaga yang
dibentuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan Jaminan Produk halal.
2. Pasal 4: Produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia harus
bersertifikat halal.
3. Pasal 12: Lembaga Pemeriksa Halal Produk (LPH) mempunyai kesempatan yang sama
dalam membantu BPJPH memeriksa dan/atau menguji kehalalan suatu Lembaga
Pemeriksa Halal Produk.
Pangan/farmasi halal adalah produk pangan/farmasi yang mengandung bahan-bahan yang
diperbolehkan menurut hukum syariah dan memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Tidak mengandung bagian atau produk hewan apa pun yang tidak halal menurut hukum
Syariah
atau bagian atau produk hewan apa pun yang tidak disembelih menurut hukum Syariah (turunan
babi).
b. Tidak mengandung najs menurut hukum syariah.
c. Aman dikonsumsi, tidak beracun, tidak memabukkan atau tidak berbahaya bagi kesehatan
sesuai
dengan takaran yang ditentukan.
d. Tidak disiapkan, diproses atau diproduksi dengan menggunakan peralatan yang terkontaminasi
najs menurut hukum Syariah.
e. Tidak mengandung bagian tubuh manusia atau turunannya yang tidak diperbolehkan menurut
hukum Syariah.
f. Selama penyiapan, pengolahan, penanganan, pengemasan, penyimpanan dan distribusi, produk
farmasi halal dipisahkan secara fisik dari produk farmasi lainnya yang tidak memenuhi
persyaratan
sebagaimana dimaksud pada butir a), b), c), d) atau e) atau barang lainnya yang telah ditetapkan
tidak halal dan najs menurut hukum Syariah.
Materi 8 :
Dr. Subandriyah, MM (Expert Policy Analyst)
Pertumbuhan sertifikasi halal pada industri farmasi cukup lambat. Hingga Maret 2021, jumlah
kelompok farmasi (obat dan vaksin) yang bersertifikat halal sebanyak 2.586 produk. Angka
tersebut sangat rendah, yaitu 0,5% dari total produk bersertifikat halal yang berjumlah 575.560
produk dari seluruh golongan.
Keputusan Kementerian Agama No. 748/2021 tentang Jenis Produk yang diperlukan Sertifikat
Halal :
1. Pengobatan tradisional.
2. Suplemen kesehatan.
3. Pengobatan semu.
4. Obat tanpa resep.
5. Obat tanpa resep yang terbatas.
6. Obat resep kecuali narkotika dan psikotropika.
7. Bahan obat.
Jumlah sertifikasi obat halal meningkat signifikan pada tahun 2019, seiring dengan penerapan
UU
No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH). Kemudian pada tahun 2020 terjadi
penurunan seiring dengan terbitnya aturan turunan UU JPH yaitu Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 39 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal. Dari 1.891
produk
obat pada tahun 2019, menjadi 830 produk obat pada tahun 2020.
Produk berupa obat, produk biologi, dan alat kesehatan yang akan disertifikasi halal harus
memenuhi persyaratan keamanan, manfaat/khasiat, dan mutu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.