You are on page 1of 12

Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 39 No. 2, Desember 2021: 137-148 DOI: http://dx.doi.org/10.21082/fae.v39n2.2021.

137-148 137

TINJAUAN KRITIS TERHADAP PEMBOROSAN PANGAN: BESARAN,


PENYEBAB, DAMPAK, DAN STRATEGI KEBIJAKAN

Critical Review of Food Waste: The Magnitude, Causes, Impacts, and


Policy Strategies

Mewa Ariani1*, Herlina Tarigan1, Achmad Suryana2


1Pusat
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Jalan Tentara Pelajar No. 3B, Bogor 16111, Jawa Barat, Indonesia
2Forum Komunikasi Profesor Riset, Kementerian Pertanian

Jalan Merdeka No. 147, Bogor 16111, Jawa Barat, Indonesia


*Korespondensi penulis. E-mail: mewa_0202@gmail.com

Naskah diterima: 1 Desember 2021 Direvisi: 30 Desember 2021 Disetujui terbit: 3 Januari 2022

ABSTRACT

Food loss and waste is one of the indicators of Sustainable Development Goals (SDGs), namely goal 12: ensure
sustainable food consumption and production patterns. Indonesia is committed to achieving the targets set out in
the SDGs, one of which is target 12.3: to reduce food loss and waste by half by 2030. Achieving this target is
beneficial for achieving national food and nutrition security, and environmental sustainability. This paper is a
scientific review aimed at analyzing the magnitude, causes, impacts, and policy strategies for reducing food waste.
The results of the analysis show that the percentage of food waste in the last two decades tends to increase. The
largest proportion of food waste occurs at the household level. The main cause is the behavior of household food
consumption patterns, ranging from planning, purchasing, processing up to consumption, which do not aware that
food waste has impacts not only on individuals but also on society in the form of economic, social and environmental
losses. Therefore, efforts to reduce food waste need to be carried out comprehensively and sustainably, considering
that changing people's food consumption behavior takes a relatively long time. Another effort that needs to be done
is to change the mindset of each individual towards the value of food through formal education from an early age
and non-formal or socialization by utilizing various communication media.
Keywords: SDGs target 12.3, food waste, household food preference, food spending patterns and consumption

ABSTRAK

Kehilangan dan pemborosan pangan menjadi salah satu indikator Sustainable Development Goals (SDGs)
tujuan 12: menjamin pola konsumsi dan produksi pangan secara berkelanjutan. Indonesia berkomitmen untuk
mencapai target-target yang ditetapkan dalam SDGs, yang salah satunya adalah target 12.3: menurunkan
kehilangan dan pemborosan pangan sampai setengahnya pada tahun 2030. Pencapaian target ini bermanfaat bagi
pencapaian ketahanan pangan dan gizi nasional dan kelestarian lingkungan. Tulisan ini merupakan tinjauan
(review) ilmiah bertujuan untuk menganalisis besaran, penyebab, dampak, dan strategi kebijakan penurunan
pemborosan pangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase besaran pemborosan pangan dalam dua
dekade terakhir cenderung meningkat. Pemborosan pangan paling besar terjadi pada tahap konsumsi di tingkat
rumah tangga. Penyebab utamanya adalah perilaku pola konsumsi pangan rumah tangga, mulai dari perencanaan,
pembelian, pengolahan, sampai konsumsi. Pemborosan pangan berdampak bukan hanya pada perseorangan saja,
tetapi juga pada masyarakat, berupa kerugian ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, upaya penurunan
pemborosan pangan perlu dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan, mengingat mengubah perilaku
konsumsi pangan masyarakat membutuhkan waktu yang relatif lama. Upaya lain yang perlu dilakukan adalah
mengubah mindset setiap individu terhadap nilai pangan melalui pendidikan formal sejak usia dini dan nonformal
ataupun sosialisasi dengan memanfaatkan berbagai media komunikasi.
Kata kunci: SDGs target 12.3, limbah pangan, preferensi pangan rumah tangga, pola belanja dan konsumsi
pangan

agar produksi pangan dapat meningkat dengan


PENDAHULUAN
harapan angka kelaparan, prevalensi kurang gizi,
dan angka kemiskinan dapat ditekan (Bappenas
Bangsa-bangsa di dunia secara berkelanjutan 2021a; Zuckerman 2020). Ketersediaan pangan
berusaha mencukupi kebutuhan pangan dinilai menjadi salah satu ukuran dalam upaya
warganya dengan introduksi aneka teknologi penanggulangan kelaparan, kerawanan pangan,
dan kemiskinan.
138 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 39 No. 2, Desember 2021: 137-148

Lembaga pangan dunia Food and Agriculture 14 konservasi dan pemanfaatan secara
Organization (FAO) memperkirakan jumlah berkelanjutan ekosistem lautan, dan tujuan 15
penduduk dunia mencapai hampir 10 miliar pada melindungi dan memulihkan ekosistem daratan
tahun 2050. Peningkatan penduduk ini (United Nations 2021).
berdampak pada permintaan pangan yang
Penurunan kehilangan dan pemborosan
diperkirakan meningkat sekitar 50%
pangan menjadi salah satu target dari SDGs
dibandingkan kondisi tahun 2013. Pada saat ini,
tujuan 12, yaitu target 12.3. Pada tahun 2030,
hampir 800 juta orang mengalami kelaparan
mengurangi separuh limbah makanan global per
kronis dan dua miliar menderita kekurangan zat
kapita di tingkat ritel dan konsumen serta
gizi mikro. Jika pembangunan tidak diarahkan
mengurangi kehilangan makanan di sepanjang
pada masyarakat miskin, diperkirakan pada
rantai produksi dan pasokan, termasuk
tahun 2030 masih ada 653 juta orang yang
kehilangan pascapanen (United Nations 2021).
kekurangan gizi. Disisi lain, pertumbuhan
Kehilangan dan pemborosan pangan ini terjadi
produktivitas pertanian terhambat oleh degradasi
sepanjang rantai makanan mulai di tingkat
sumber daya alam, penurunan keanekaragaman
produksi sampai hilir di tingkat konsumen.
hayati, penyebaran hama dan penyakit tanaman,
Penurunan kehilangan dan pemborosan pangan
dan hewan lintas batas. Sekitar 33% lahan
ini diupayakan dengan pemanfaatan teknologi
pertanian di dunia dalam kategori degradasi
penanganan pangan sepanjang rantai pasok,
sedang sampai tinggi (FAO 2017).
pemanfaatan bahan pangan yang lebih baik, dan
Namun, upaya meningkatkan produksi peningkatan kesadaran masyarakat akan
pangan saja tidak banyak membantu pada total pentingnya pengurangan pemborosan pangan
penyediaan pangan, apabila proporsi kehilangan bagi kelestarian lingkungan.
dan pemborosan pangan yang besar tidak
Kondisi di Indonesia hampir sama dengan
ditekan. FAO mencatat pemborosan makanan
gambaran dunia di atas. Jumlah penduduk terus
terjadi pada semua negara di dunia. Lembaga
bertambah dari tahun ke tahun yang berdampak
pangan dunia ini sekaligus mengingatkan bahwa
pada peningkatan permintaan total pangan.
ketersediaan sumber daya alam terbatas
Disisi lain, sumber daya alam diperkirakan
sehingga untuk peningkatan penyediaan pangan
mengalami degradasi berat yang lebih luas
akan lebih efektif dengan mengurangi
mengingat lahan terlantar makin luas dan
pemborosan pangan daripada hanya terfokus
produktivitas lahan kering yang makin menurun
pada upaya meningkatkan produksi pangan
(Pasandaran 2015). Laporan the Economict
dengan mengekploitasi sumber daya alam.
Intelligence Unit (2016) mengemukakan bahwa
Sekitar 25% dari semua makanan yang terbuang
kehilangan dan pemborosan pangan Indonesia
secara global cukup untuk memenuhi kebutuhan
menduduki nomer dua terbesar di dunia, yaitu
pangan sekitar 800 juta orang yang kelaparan di
300 kilogram/kapita/tahun, setelah negara Arab
seluruh dunia setiap tahunnya (FAO 2019).
Saudi (427 kg).
Pengurangan kehilangan dan pemborosan
Indonesia menunjukkan berkomitmen tinggi
pangan (food lost and waste) merupakan salah
untuk berpartisipasi aktif dalam pencapaian
satu tujuan dari agenda Sustainable
target SDGs. Pemerintah telah menerbitkan
Development Goals (SDGs) atau Tujuan
Peraturan Presiden (Perpres No. 59 tahun 2017
Pembangunan Berkelanjutan (TPB). SDGs yang
tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
dideklarasikan pada tahun 2015 di kantor
Pembangunan Berkelanjutan. Pemerintah
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York,
secara aktif melaporkan ke PBB, pencapaian
sebagai komitmen bersama semua negara di
setiap target dari SDGs, terakhir pada tahun
dunia untuk mewujudkan pembangunan
2021 (Bappenas 2021a). Dalam laporan tersebut
berkelanjutan secara global dengan
dipelajari bahwa masih banyak pekerjaan yang
memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan
harus dilaksanakan untuk mempercepat
ekonomi. Dari 17 tujuan SDGs, ada sembilan
pengurangan kehilangan pangan karena aspek
yang terkait dengan pengelolaan sistem pangan,
ini menyangkut dua sisi, yaitu pemenuhan
khususnya aspek produksi dan konsumsi: Tujuan
pangan bagi seluruh penduduk (food for all) dan
1 mengentaskan kemiskinan, tujuan 2
sekaligus menyumbang pada upaya untuk
mengakhiri kelaparan, tujuan 3 menjamin
melestarikan lingkungan hidup.
kehidupan sehat dan kesejahteraan, tujuan 5
kesetaraan gender dengan memberdayakan Tujuan penulisan makalah ini adalah
perempuan, tujuan 6 menjamin ketersediaan air melakukan review dan menyusun alternatif
yang berkelanjutan, tujuan 12 menjamin pola kebijakan yang perlu dilakukan untuk menekan
konsumsi dan produksi secara berkelanjutan, atau mengurangi pemborosan pangan di
tujuan 13 penanganan perubahan iklim, tujuan Indonesia. Alur tulisan dimulai membahas
TINJAUAN KRITIS TERHADAP PEMBOROSAN PANGAN: BESARAN, PENYEBAB, DAMPAK, DAN 139
STRATEGI KEBIJAKAN
Mewa Ariani, Herlina Tarigan, Achmad Suryana

besaran pemborosan pangan secara nasional data pemborosan pangan dilakukan ekstrapolasi
dan kasus-kasus hasil penelitian, dilanjutkan dengan mempertimbangkan jumlah penduduk
dengan faktor penyebab dan dampak yang serta pola dan perilaku konsumsi rumah tangga
ditimbulkan akibat pemborosan pangan, serta pada negara tersebut. Pada tahap akhir, tim
strategi kebijakannya. peneliti UNEP menetapkan tingkat kepercayaan
perkiraan data pemborosan pangan. Hal ini
dilakukan karena penelitian pemborosan pangan
BESARAN PEMBOROSAN PANGAN masih sangat terbatas mengingat cakupan dan
jenis pangan yang banyak sehingga memerlukan
sumber daya termasuk anggaran yang cukup
Pemborosan Pangan di Tingkat Global memadai.
Definisi internasional yang banyak diacu Laporan UNEP (2021) mengemukakan pada
mengenai kehilangan dan pemborosan pangan tahun 2021 secara global rata-rata pemborosan
adalah kehilangan pangan (food loss) yang pangan per kapita pada sebesar 121 kg/tahun
didefinisikan sebagai penurunan kuantitas dan atau secara global sebanyak 931 juta ton,
kualitas makanan yang dihasilkan dari keputusan dengan rincian yang dihasilkan dari rumah
dan tindakan para pelaku usaha di sepanjang tangga, jasa pangan, dan pengecer masing-
rantai pasok pangan; tidak termasuk ritel, masing sebesar 74 kg, 32 kg, dan 15 kg per
layanan makanan, dan konsumen. Oleh karena kapita/tahun. Selanjutnya UNEP melaporkan
itu, kehilangan pangan terjadi pada tahap lebih rinci untuk setiap negara pemborosan
produksi, pascapanen, dan pengolahan di pangan yang dihasilkan oleh rumah tangga, yang
sepanjang rantai pangan. Pembororan pangan besarnya mencapai 61% dari rotal pemborosan
atau disebut juga limbah makanan (food waste), pangan. Pada Tabel 1 disajikan pemborosan
di sisi lain, mengacu pada penurunan kuantitas pangan untuk negara di Asia Tenggara agar
dan kualitas makanan yang dihasilkan dari diperoleh gambaran posisi Indonesia diantara
keputusan dan tindakan pengecer, penyedia negara lainnya. Dari tabel tersebut, terlihat
layanan makanan, dan konsumen (FAO 2019). bahwa besaran estimasi pemborosan pangan
Dengan pengertian itu, pemborosan pangan per kapita per tahun rumah tangga di Indonesia
terjadi mulai dari proses distribusi, pemasaran, yang paling rendah dibandingkan negara lain di
pembelian pangan, pemasakan, sampai Asia Tenggara. Sumbangan pemborosan
konsumsi pangan oleh masyarakat (FAO 2018; pangan rumah tangga dari Indonesia paling
BAPPENAS 2021). Definisi praktis dari besar (39,3%) di Asia Tenggara karena jumlah
pemborosan pangan adalah sebagai seluruh penduduk Indonesia paling banyak dibandingkan
pangan yang layak dikonsumsi tetapi terbuang negara lain. Analisis Kariyasa dan Suryana
sia-sia (Hidayat et al. 2020; Parfitt et al. 2010). (2012) pada kelompok negara berkembang
Berdasarkan pengertian di atas, pemborosan menemukan rata-rata tingkat pemborosan
makanan adalah sisa makanan dan minuman pangan mencapai 11,6% dari total produksi.
berupa bahan mentah, makanan setengah jadi, Setelah dipilah menurut kelompok pangan,
atau makanan siap konsumsi yang dihasilkan kehilangan dan pemborosan pangan tertinggi
oleh pengecer, restoran atau rumah makan, dan terjadi pada kelompok pangan buah dan sayuran
rumah tangga. Ada dua jenis sisa makanan, yaitu sebesar 69,5%, diikuti kelompok pangan umbi-
bagian yang dapat dimakan oleh manusia dan umbian sebesar 47,0%.
bagian yang tidak dapat dimakan seperti tulang, FAO (2011) melaporkan besaran kehilangan
kulit, dan lainnya. Dengan konsep tersebut, dan pemborosan pangan di berbagai wilayah di
United Nations Environment Programme/UNEP dunia menurut kelompok pangan. Untuk Asia
(2021) menyusun besaran pemborosan Selatan dan Tenggara, yang dapat dipakai untuk
makanan di setiap negara dengan memperkirakan kondisi Indonesia, persentase
mengumpulkan data hasil penelitian pemborosan kehilangan dan pemborosan pangan paling
pangan dari setiap negara. besar terjadi pada kelompok pangan buah dan
Data tersebut kemudian dijadikan data dasar sayuran sebesar 52%, diikuti oleh aneka umbi
untuk didalami lagi guna menentukan ruang 41%, ikan dan makanan laut 29%. Untuk produk
lingkup penelitian lebih lanjut, yaitu persentase susu, sereal, dan daging masing-masing sebesar
bagian yang tidak dapat dimakan untuk setiap 22%, 20%, dan 19%.
jenis pangan atau makanan dan perilaku Rumah tangga merupakan penyumbang
perempuan dalam pengelolaan pangan. Langkah terbesar pemborosan pangan. Sebagai
berikutnya adalah melakukan validasi data dari gambaran, hasil penelitian yang dilakukan oleh
setiap negara untuk melihat konsistensi, Stenmarck et al. (2016) menunjukkan di Eropa,
sedangkan untuk negara yang tidak mempunyai 53% dari pemborosan pangan dihasilkan oleh
140 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 39 No. 2, Desember 2021: 137-148

Tabel 1. Perkiraan besaran pemborosan pangan rumah tangga di Negara Asia Tenggara, 2021
Estimasi pemborosan rumah tangga Kepercayaan diri dalam
No. Negara
Kg/kapita/tahun Ton/tahun mengestimasi

1 Brunei Darussalam 80 34.742 sangat rendah


2 Kamboja 86 1.423.397 sangat rendah
3 Indonesia 77 20.938.252 sedang
4 Laos 86 618.994 sangat rendah
5 Malaysia 91 2.912.577 sedang
6 Myanmar 86 4.666.125 sangat rendah
7 Filipina 86 9.334.477 sangat rendah
8 Singapura 80 465.385 sangat rendah
9 Thailand 79 5.478.532 sangat rendah
10 Timor-Leste 86 111.643 sangat rendah
11 Vietnam 76 7.346.717 sedang

Sumber: UNEP (2021)

rumah tangga. Rumah tangga di Swiss Hasil analisis sebagai berikut (Bappenas
menghasilkan limbah makanan sekitar 89,4 kg 2021b): (1) kehilangan pangan dan pemborosan
per kapita per tahun (Delley dan Brunner 2018). pangan di Indonesia pada periode 2000–2019
Hasil penelitian tingkat rumah tangga yang sebesar 115–184 kg/kapita/tahun; (2) persentase
dilakukan oleh Sassi et al. (2016) di negara besaran kehilangan pangan cenderung menurun
Tunisia menunjukkan 50% responden yaitu dari 61% pada tahun 2000 menjadi 45%
melakukan pemborosan pangan. Jenis makanan pada tahun 2019, dengan rata-rata sebesar 56%;
yang paling banyak diboroskan adalah buah- sebaliknya, persentase besaran pemborosan
buahan, sayuran, sereal, dan produk roti. pangan cenderung meningkat, dari 39% menjadi
Demikian pula kasus di Malaysia (Jereme et al. 55%, dengan rata-rata sebesar 44%; (3) dari 146
2016), pemborosan makanan paling besar komoditas pangan yang diteliti, pemborosan
berasal dari rumah tangga (38,3%), diikuti oleh pangan paling besar terjadi pada tahap konsumsi
pasar tradisional/pasar malam (24,5%), dan (5–19 juta ton/tahun) yang dihasilkan oleh rumah
pujasera/restoran (23,4%). Jenis makanan sisa tangga (80%) dan sisanya 20% berasal dari
yang paling dominan berupa nasi dan buah- sektor nonrumah tangga. Sebesar 44% dari
buahan. pemborosan merupakan sisa makanan yang
layak makan. Hasil ini mengisyaratkan teknologi
panen dan pascapanen komoditas pertanian
Pemborosan Pangan di Tingkat Nasional yang digunakan oleh petani sudah makin baik.
Data besaran pemborosan pangan tingkat Pemerintah, melalui Kementerian Pertanian,
nasional diperoleh dari hasil penelitian Bappenas setiap tahun memberi dukungan fasilitas kepada
tahun 2021. Laporan tersebut menyajikan data petani, melalui kelompok tani, berupa aneka alat
secara total, tidak memisahkan besaran mesin pertanian untuk mengurangi tingkat
kehilangan dan pemborosan pangan. Ada lima kehilangan hasil. Dari hasil ini juga memperkuat
tahap rantai pasok pangan yang memungkinkan temuan dari UNEP bahwa rumah tangga menjadi
terjadi kehilangan pangan dan pemborosan pelaku utama pemborosan pangan.
pangan, yaitu pada tahap produksi, pemrosesan
Padi/beras merupakan komoditas penting
dan pengemasan, pascapanen dan
dalam sistem ekonomi dan politik nasional
penyimpanan, distribusi dan pemasaran, serta
sehingga kecukupan dan stabilitas ketersediaan
konsumsi. Aktivitas pada tahap 1 sampai 3
dan harganya selalu dijaga oleh pemerintah. Hal
menggambarkan kehilangan pangan, sedangkan ini dilakukan karena beras menjadi makanan
pada tahap 4 dan 5 digolongkan sebagai pokok utama masyarakat dengan tingkat
pemborosan pangan. Data yang digunakan
konsumsi yang masih relatif tinggi. Pemerintah
untuk menghitung kehilangan pangan dan
setiap tahun berupaya untuk meningkatkan
pemborosan pangan adalah data series selama
produksi padi melalui terobosan teknologi budi
20 tahun, dari tahun 2000 sampai dengan tahun daya, seperti penggunaan benih padi varietas
2019.
TINJAUAN KRITIS TERHADAP PEMBOROSAN PANGAN: BESARAN, PENYEBAB, DAMPAK, DAN 141
STRATEGI KEBIJAKAN
Mewa Ariani, Herlina Tarigan, Achmad Suryana

unggul, mengatur sistem tanam, dan makanan pokok, lauk-pauk, minyak dan lemak,
meningkatkan indeks pertanamannya. Pada sisi sayuran, dan buah-buahan, yang akhirnya
hilir, untuk menekan kehilangan hasil, panen padi menjadi pola umum bagi individu dan rumah
diharapkan menggunakan combine harvester tangga dalam memilih dan mengonsumsi
atau merontok dengan mesin perontok padi makanan sehari-hari. Oleh karena itu, makanan
(thresher). Namun, upaya tersebut tidak efektif yang dikonsumsi harus mempertimbangkan
apabila masih banyak beras yang terbuang sia- kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.
sia yang pada akhirnya akan berdampak pada Hal ini menjadi pedoman bagi semua orang
pemborosan sumber daya alam dan lingkungan dalam menentukan volume dan jenis bahan
yang makin terbatas. pangan yang disediakan, yang pada akhirnya
akan menentukan seberapa banyak bahan
Mulyo (2016) menghitung besaran kehilangan
pangan yang akan dimasak. Namun, dalam
dan pemborosan pada beras dengan
kenyataannya, dari hasil-hasil penelitian
menggunakan data series selama lima tahun
menunjukkan individu atau rumah tangga masih
(2010–2014). Hasil kajian menunjukkan bahwa
banyak melakukan pemborosan makanan, baik
rata-rata kehilangan dan pemborosan beras di
yang dilakukan di rumah maupun di tempat
Indonesia mencapai 9,9 juta ton per tahun atau
umum, seperti rumah makan/restoran/kantin.
sekitar 22,9% dari rata-rata produksi padi pada
periode yang sama. Sebagian besar kejadian Makanan yang dikonsumsi oleh seluruh
tersebut pada tahap kehilangan hasil terutama anggota rumah tangga berasal dari berbagai
pada saat panen dan perontokan (Tabel 2). Oleh sumber, yaitu produksi sendiri, pemberian dari
karena itu, upaya untuk menekan kehilangan orang atau lembaga lain, maupun dari
hasil pada beras terus menjadi prioritas karena pembelian. Namun demikian, sikap rumah
untuk efisiensi pemanfatan sumber daya tangga dalam proses pembelian makanan ini
lingkungan terutama lahan dan air. sering kali berpotensi terjadi pemborosan
pangan, seperti ditunjukkan oleh hasil penelitian
Untuk menjalankan fungsi organ tubuh,
Bappenas (2021b) di atas. Beberapa penelitian
manusia memerlukan zat gizi yang diperoleh dari
lain menemukan pemborosan pangan yang
makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Untuk
nilainya cukup besar terjadi pada saat
memenuhi kebutuhan tubuh manusia diperlukan
pengolahan, baik pengolahan bahan setengah
sekitar 40 jenis zat gizi dan kesemua zat gizi
jadi (tepung tapioka, mie, gula) dan pengolahan
tersebut dapat dipenuhi dari enam golongan
menjadi barang siap dikonsumsi, seperti
makanan, yaitu karbohidrat, lemak, protein,
pengolahan di rumah tangga, restoran/warung
mineral, vitamin, dan air (Soedarmo dan
nasi, hotel, dan katering (Hidayat et al. 2020;
Sediaoetomo 1974). Mengacu pada pemenuhan
Ratnanengsih et al. 2020; Rahman 2017;
hal tersebut, makanan dibedakan menjadi
Megasari et al. 2015).

Tabel 2. Rata-rata perkiraan volume kehilangan dan pemborosan beras per tahun pada periode
2010–2014
Volume
No. Tahapan kehilangan dan pemborosan
Ribu ton %
1 Kehilangan 9.062 91,49
a) Panen 4.120 41,59
b) Perontokan 2.068 20,88
c) Pengeringan 790 7,98
d) Penggilingan 946 9,55
e) Distribusi 1.138 11,49
2 Pemborosan 843 8,51
a) Rumah tangga 841,9 8,50
b) Restoran 0,52 0,001
c) Rumah sakit 0,63 0,001
3 Total 9.905 100

Sumber: Mulyo (2016), diolah


142 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 39 No. 2, Desember 2021: 137-148

Hasil survei yang dilakukan oleh Badan FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK
Ketahanan Pangan (2019) dengan responden PEMBOROSAN PANGAN
sebanyak 250 rumah tangga yang berada di
wilayah Jabotabek memperlihatkan rata-rata
Penyebab Pemborosan Pangan
pemborosan pangan dalam bentuk bahan
mentah dan makanan yang sudah dimasak untuk Penyebab utama pemborosan pangan adalah
setiap anggota rumah tangga per tahun sebesar perilaku konsumsi yang dilakukan oleh aktor atau
28 kg yang berasal dari beragam jenis makanan. lembaga pada rantai pangan, seperti pedagang,
Pemborosan tersebut meliputi jenis pangan pengangkut, rumah makan, hotel, hingga rumah
beras (2,7 kg), umbi dan jagung (2,4 kg), sayuran tangga, dan anggota rumah tangga. Pemborosan
(7,3 kg), buah (5 kg), ikan dan seafood (1,5 kg), pangan pada kegiatan konsumsi bersifat lebih
daging (1,6 kg), telur (1 kg), tempe-tahu-oncom kompleks dengan pelaku yang lebih beragam
(2,8 kg), susu (1,7 kg), kacang-kacangan (0,4 meliputi pengolah, pedagang/penjual makanan
kg), dan lain-lainnya (1,8 kg). jadi, hotel, hingga konsumen rumah tangga.
Perilaku konsumsi meliputi etika makan, jumlah
Hasil penelitian ini memperlihatkan hampir
porsi makan, penampilan makanan, pemilihan
setiap jenis pangan yang dikonsumsi rumah
menu, dan pengaruh kebiasaan makan bersama
tangga memberi peluang terjadi pemborosan
berpengaruh pada pemborosan pangan
pangan dalam bentuk bahan mentah dan masak.
Penyediaan pangan yang dimasak berlebihan (Rahman 2021). Faktor perilaku pemborosan
yang mungkin dikarenakan perencanaan menu pangan yang didasarkan pada budaya
masyarakat Indonesia, antara lain kebiasaan
makanan yang kurang mempertimbangkan
makan bersama, penyediaan pangan untuk
aktivitas dan fisiologis tubuh anggota rumah
sebuah acara berlebihan karena ada perasaan
tangga. Pola ini telah menjadi kebiasaan rumah
malu bila terjadi kekurangan konsumsi, budaya
tangga sehingga pemborosan pangan terjadi
sepanjang hari, tidak hanya pada saat hari kerja yang menyertakan makan bersama dalam
(weekdays), namun juga hari libur/akhir pekan berbagai kegiatan seperti rapat/musyawarah,
(weekends). Demikian pula, tidak hanya reuni, lamaran, syukuran, dan sebagainya.
dilakukan di rumah tangga, namun perilaku Kebiasaan rumah tangga yang membeli
pemborosan pangan juga dilakukan pada saat bahan pangan dan pangan olahan dalam jumlah
mengonsumsi makanan di luar rumah, seperti di berlebihan dari kebutuhannya dalam periode
restoran atau rumah makan lainnya (Tabel 3). tertentu (mingguan atau bulanan), kemudian
Pemborosan pangan terjadi hampir pada semua disimpan dalam lemari es atau tempat lain
kategori jasa makanan, seperti kantin di sekolah sebagai cadangan makanan yang dapat
dan kantor, rumah makan dan restoran yang digunakan sewaktu-waktu. Namun, tidak semua
berada di hotel-hotel. bahan pangan tersebut dimasak sesuai masa
kesegarannya yang menyebabkan makanan
tidak layak untuk dimakan dan akhirnya dibuang.
Mengambil makanan melebihi kebutuhan yang
mengakibatkan tidak termanfaatkan juga
dilaporkan dalam beberapa kajian (Suryana dan

Tabel 3. Besaran pemborosan pangan pada jasa makanan (hasil penelitian)

No. Pustaka Wilayah penelitian Jenis pangan Estimasi pemborosan pangan per tahun

1 Syaukat et al. 6 restoran sederhana, 4 nasi dan lauk Beras: 29.743 kg, daging sapi:14.780 kg,
(2021) untuk menengah, 3 untuk pauk daging ayam: 28.500 kg, ikan: 8.460 kg.
mewah, di Bogor

2 BKP (2019) 34 Restoran /rumah nasi dan lauk Beras: 205,14 kg, sayuran: 738,43 ton,
makan, di Jakarta pauk ayam: 125,76 kg, daging:102,42 kg, ikan
dan seafood: 70,01 kg, buah: 17,14 kg,
dan tahu/tempe:7,80 kg.

3 Fachrunnisa 13 rumah makan, di Kec. nasi dan lauk Total se-Kec.Dramaga: 7.787,91 kg
et al. (2020) Dramaga, Kab.Bogor. pauk (90,11% berupa sayuran).
TINJAUAN KRITIS TERHADAP PEMBOROSAN PANGAN: BESARAN, PENYEBAB, DAMPAK, DAN 143
STRATEGI KEBIJAKAN
Mewa Ariani, Herlina Tarigan, Achmad Suryana

Ariani 2018; Rahman 2021). Sikap ini barang dalam waktu lama. Kualitas tempat
dipengaruhi oleh pengetahuan dan pendidikan, penyimpanan yang rendah mengakibatkan
pemahaman terhadap agama, pendapatan, gaya terjadi kerusakan pangan. Akibatnya, seringkali
hidup, jenis kelamin, dan rendahnya stigma dilakukan pemusnahan produk akibat
masyarakat terhadap limbah makanan sehingga pemesanan yang berlebihan dan kadaluarsa
gagal melekatkan nilai hemat pangan. Tindakan (Zuckerman 2020). Bappenas (2021b)
ini menyebabkan kehilangan nilai ekonomi mengidentifikasi terdapat 10 faktor penyebab
pangan (Hidayat 2020; Kariyasa dan Suryana langsung terjadinya kehilangan dan pemborosan
2012). pangan di Indonesia, yaitu (1) kurangnya
implementasi good handling practice (GHP), (2)
Berdasarkan pengamatan khusus terhadap
kualitas ruang simpan yang kurang optimal, (3)
perilaku konsumen, Ruwayari (2021)
kelebihan porsi dan perilaku konsumen, (4)
menemukan penyebab pemborosan pangan
keterbatasan teknologi, (5) teknik pemanenan
adalah:
yang kurang baik, (6) kualitas kemasan atau
1) membeli dan menyiapkan makanan terlalu wadah yang buruk, (7) misinterpretasi waktu
banyak dan kurang memperhitungkan kadaluarsa, (8) penyiapan bahan pangan yang
kebutuhan sehingga berpeluang menyisakan belum optimal, (9) waktu panen yang kurang
bahkan membuang makanan; tepat, dan (10) produksi berlebih.
2) kesalahan dalam proses industri dan
Faktor penyebab (3), (6), (7), (8) dan (10)
kepatuhan terhadap kebijakan keamanan
terkait erat dan langsung dengan pemborosan
makanan mengakibatkan kualitas keamanan
pangan. Sementara itu, faktor tidak langsung
pangan tidak terpenuhi dan akhirnya pangan
adalah standar kualitas pasar dan preferensi
banyak dibuang;
konsumen, (2) kurangnya informasi/edukasi
3) kendala manajerial berupa teknis yang
pekerja pangan dan konsumen, (3) persaingan
kurang tepat, keuangan yang tidak memadai
pasar dan keterbatasan daya beli konsumen, (4)
dan kesulitan teknis dalam hal metode
keterbatasan infrastruktur, dan (5) kurangnya
panen, penyimpanan, dan masalah
regulasi sampah makanan. Faktor ini mencakup
pendinginan dalam kondisi cuaca buruk,
kondisi ekonomi, budaya, dan politik dari sistem
pemrosesan, pengemasan, infrastruktur, dan
pangan yang memengaruhi aktor di rantai pasok
sistem pemasaran yang menyebabkan
pangan dalam beroperasi.
kerusakan dan pembuangan pangan;
4) penyiapan makanan yang berlebihan di Mengamati berbagai faktor penyebab
restoran, hotel, dan industri jasa makanan pemborosan pangan di atas, titik kritis
sebagai bentuk antisipasi pelanggan yang pemborosan terdapat pada proses pemasaran
tinggi dan pertimbangan economic of scale, oleh pedagang makanan; baik di pasar (eceran
yakni skala produksi yang besar akan dan grosir), toko, restoran, hotel, warung,
menghasilkan biaya produksi per satuan maupun katering. Pemborosan terjadi pada
menjadi lebih rendah; upaya meningkatkan volume pemasaran dan
5) over-merchandising dan over-ordering di kualitas pelayanan. Penyimpanan pangan yang
toko makanan dan supermarket dalam diproduksi maupun yang tersisa banyak berakhir
rangka display yang tinggi dengan berbagai dengan pembuangan pangan yang merugikan;
item untuk menarik pelanggan baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan.
mengakibatkan makanan berpotensi besar Demikian pula pemborosan pangan yang
kadaluarsa, sedangkan penyimpanan di toko dilakukan oleh rumah tangga dipengaruhi oleh
atau supermarket dengan masa simpan banyak faktor yang terkait dengan aspek teknis,
terbatas sehingga beberapa di antaranya ekonomi, sosial, dan budaya. Pengenalan titik
akan tetap tidak terjual. Selain itu, perilaku kritis ini menjadi kunci strategis dalam upaya
konsumen yang cenderung memilih-milih menekan pemborosan pangan.
makanan yang berpenampilan dan kualitas
baik mengakibatkan makanan yang kurang
menarik dan dinilai kurang berkualitas akan Dampak Pemborosan Pangan
dibuang. Pemborosan pangan dengan limbah pangan
yang dihasilkan berdampak pada aspek
Pemborosan pangan pada proses distribusi
terjadi akibat penggunaan peralatan yang rusak, ekonomi, sosial, maupun lingkungan yang
penyimpanan yang terlalu lama pada satu sangat berbahaya bagi keberlanjutan sumber
daya alam maupun kehidupan manusia (WWF
tempat, packing yang kurang aman, dan
2017). Global Commision on the Economy and
transportasi yang jauh dan sulit. Pada proses
Climate, salah satu organisasi internasional yang
pemasaran, pemborosan pangan terjadi akibat
prihatin terhadap pemborosan pangan dan
penyediaan yang berlebih dan penyimpanan
144 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 39 No. 2, Desember 2021: 137-148

melakukan perhitungan ekonomi secara global Mengacu pada Bappenas tersebut, dampak
menyebutkan makanan yang terbuang apabila yang ditimbulkan dari kehilangan dan
diuangkan mencapai US$ 400 miliar per tahun. pemborosan pangan bagi ekonomi, sosial, dan
Nilai pemborosan pangan ini diprediksi akan lingkungan sebagai berikut. Besarnya volume
meningkat mencapai US$ 600 miliar. Apabila kehilangan dan pemborosan pangan di
jumlah limbah makanan yang terbuang dapat Indonesia pada tahun 2000 – 2019 mencapai 23–
ditekan 20 sampai 50% sehingga ada 48 juta ton/tahun berdampak pada kehilangan
penghematan US$200 sampai US$300 miliar. ekonomi sebesar 213 sampai 551 triliun
rupiah/tahun atau setara dengan 4%–5% Produk
Kondisi sangat ironis dikemukakan FAO
Domestik Bruto (PDB) Indonesia/tahun.
(2019) pada tahun 2018, sebanyak 1,3 miliar ton
Kehilangan ekonomi terbesar terdapat pada
atau sepertiga dari makanan yang ada di seluruh
tahapan pemborosan pangan, yaitu sebesar
dunia terbuang, padahal lebih dari 820 juta orang
107–346 triliun rupiah/tahun. Dari segi jenis
di dunia mengalami masalah kelaparan. Jejak
pangan, sektor tanaman pangan, khususnya
karbon dari makanan yang diproduksi dan tidak
padi-padian, memiliki nilai kehilangan ekonomi
dimakan diperkirakan 3,3 juta ton setara dengan
paling besar, namun jenis ini telah memiliki
CO2, sedangkan jumlah air yang sia-sia sekitar
efisiensi proses yang baik sehingga proporsi
250 km3 dan hampir 1,4 miliar hektar lahan yang
padi-padian terbuang lebih kecil daripada
digunakan untuk memproduksi makanan yang
proporsi padi-padian yang terkonsumsi.
terbuang tersebut.
Sebaliknya, nilai kehilangan ekonomi
Pemborosan pangan juga berdampak pada hortikultura, khusus untuk sayur-sayuran, tidak
pemborosan penggunaan sumber daya dan sebesar tanaman pangan/padi-padian, namun
lingkungan. Proses memproduksi pangan adalah efisiensi prosesnya masih kurang baik karena
proses mengonsumsi sumber daya sekaligus proporsi sayur-sayuran yang terbuang sangat
menekan lingkungan, seperti emisi gas rumah tinggi dibandingkan dengan sayur-sayuran yang
kaca, penggunaan lahan, air, dan energi. Berapa terkonsumsi.
penggunaan sumber daya alam untuk proses
Kehilangan dan pemborosan pangan
produksi setiap komoditas adalah berbeda
berdampak pada kehilangan kandungan zat gizi,
sehingga jenis dan volume pangan yang
seperti energi, protein, vitamin A, dan zat besi.
dikonsumsi oleh masyarakat akan menentukan
Kandungan energi yang hilang sebesar 618–989
seberapa besar tingkat penggunaan sumber
kkal/kapita/hari atau setara dengan kebutuhan
daya alam dan sekaligus seberapa besar
energi sekitar 61–125 juta orang Indonesia.
dampak negatif yang ditimbulkannya (Suhartini
Dengan besaran kehilangan dan pemborosan
et al. 2021). Pangan berbasis hewani
pangan tersebut, dapat mencukupi 62–100%
memerlukan sumber daya lahan, energi, dan
populasi defisit kandungan energi yang masih
jejak karbon lebih tinggi dibandingkan dengan
mencapai 45,7%. Kandungan protein yang hilang
pangan berbasis sayuran dan buah-buahan
sebesar 18–32 gram/kapita/hari atau setara
(Almendros et al. 2013)
dengan kebutuhan protein 68–149 juta rata-rata
Di Indonesia, berdasarkan laporan Bappenas orang per tahun. Jumlah orang defisit protein
(2021b), dari lima sektor pangan (tanaman sebesar 36,1% dari jumlah penduduk yang 95–
pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, 100% dapat dicukupi kandungan proteinnya dari
perikanan), sektor dengan proporsi rata-rata kehilangan dan pemborosan yang terjadi.
kehilangan dan pemborosan tertinggi adalah Kehilangan vitamin A mencapai 360–953 Ug
sektor tanaman pangan (46,2% setara 14–24 RE/kapita/hari yang setara dengan kebutuhan
juta ton per tahun), sedangkan dari 11 kategori vitamin A 134–441 juta orang per tahun (63-66%
pangan (padi-padian, makanan berpati, buah biji penduduk). Kandungan zat besi yang hilang
berminyak, minyak dan lemak, gula, daging, mencapai 4–7 mg/kapita/hari atau setara dengan
telur, susu, ikan, sayuran, buah-buahan), kebutuhan zat besi 96–189 juta orang per tahun,
komoditas padi-padian berkontribusi paling besar yakni 46–72% penduduk. Jumlah ibu hamil defisit
(44,3% atau sekitar 12–21 juta ton per tahun). zat besi di Indonesia sebesar 40,9%. Hal ini
Perbandingan antara jumlah kehilangan dan berarti 100% populasi ibu hamil defisit
pemborosan dengan total suplai, proporsi kandungan zat besi dapat dicukupi kandungan
kehilangan terbesar adalah sektor tanaman zat besinya dari besaran kehilangan dan
hortikultura (31,8% suplai domestik yang tersedia pemborosan pangan.
hilang), sedangkan kategori pangan pada sayur-
Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari
sayuran (62,8% dari suplai domestik yang
kehilangan dan pemborosan pangan, potensi
tersedia hilang).
dampak pemanasan global dari Indonesia
selama 20 tahun terakhir diestimasikan sebesar
TINJAUAN KRITIS TERHADAP PEMBOROSAN PANGAN: BESARAN, PENYEBAB, DAMPAK, DAN 145
STRATEGI KEBIJAKAN
Mewa Ariani, Herlina Tarigan, Achmad Suryana

1.702,9 Mton CO2-ek atau setara dengan 7,29% Karena pentingnya penanganan aspek
rata-rata emisi GRK. Penyumbang dampak tersebut, upaya penurunan pemborosan pangan
pemanasan global terbesar terjadi pada tahun ini merupakan suatu keharusan bagi setiap
2018 yang dihasilkan pada tahap konsumsi. pemerintahan, mengingat usaha ini tidak hanya
Kontribusi emisi utama berasal dari komoditas positif bagi pencapaian ketahanan pangan dan
tanaman pangan, perikanan, dan hortikultura, gizi, tetapi juga untuk kelestarian lingkungan.
masing-masing sekitar 39,67%, 22,32% dan Target SDGs untuk mengurangi pemborosan
20,21%. pangan menjadi setengahnya pada tahun 2030
harus menjadi pegangan setiap pemerintah
Mencermati pemborosan pangan yang
untuk menyusun kebijakan dan memastikan
sangat besar, apabila tidak ada intervensi dari
implementasinya. Pemerintah Indonesia sudah
pemerintah dengan melibatkan masyarakat,
menyatakan komitmen tersebut dalam Perpres
swasta, dan lembaga lainnya untuk mengelola
No. 59 tahun 2017 tentang Pelaksanaan
pemborosan pangan yang terjadi, diperkirakan
Pencapaian Tujuan Pembangunan
pada tahun 2050 jumlah kalori global yang
Berkelanjutan.
terbuang sebagai akibat pemborosan pangan
bisa mencapai 2 kali lipat kondisi saat ini (Barrera Dengan menggunakan data kehilangan dan
and Hertel 2021). Secara bersamaan, pemborosan pangan tingkat nasional (Bappenas
pertambahan penduduk yang perlu dicukupi 2021b), diperkirakan pemborosan pangan per
pangannya terus meningkat dan berakibat pada kapita tahun 2021 sebesar 59,8 kg. Dengan
ancaman bahaya kelaparan. Tantangan risiko di mengacu pada target SDGs, besaran
atas saling menguatkan betapa pentingnya pemborosan pangan Indonesia pada tahun 2030
menangani pemborosan pangan secara serius. diharapkan menurun menjadi sekitar 30
kg/kapita, atau target penurunan pemborosan
pangan sekitar 3,0 kg/kapita per tahun selama
STRATEGI KEBIJAKAN PENURUNAN periode 2021–2030. Mengingat pemborosan
PEMBOROSAN PANGAN pangan banyak terjadi pada tahapan konsumsi,
prioritas utama untuk mengurangi pemborosan
pangan pada aspek konsumsi dengan
Pengurangan pemborosan pangan adalah mengurangi besaran pemborosan pangan di
penting untuk keberlanjutan kehidupan manusia tingkat rumah tangga. Perubahan perilaku ini
dan lingkungan karena dapat memberikan dilakukan untuk mengatasi berbagai perilaku dan
kontribusi besar untuk membuat sistem pangan motivasi untuk melakukan pemborosan (Thyberg
yang lebih berkelanjutan. Pengurangan dan Tonjes 2016), secara perseorangan maupun
pemborosan pangan berdampak pada kolektif (BioIntelligence Service 2011), dengan
peningkatan ketahanan pangan, mengatasi melibatkan kaum perempuan (Painter et al. 2016;
perubahan iklim, menghemat keuangan, Kumari 2018, Onah et al. 2021). Konsumen
menjaga keanekaragaman hayati, dan harus menyadari bahwa mengurangi
mengurangi tekanan pada sistem pengelolaan pemborosan pangan adalah tugas mulia yang
lahan dan air (Cattaneo et al. 2021). Sejalan harus dilakukan untuk keberlanjutan penyediaan
dengan itu, Nicastro dan Carillo (2021) pangan dan melestarikan lingkungan untuk
mengemukakan manfaat dari pencegahan atau generasi berikutnya. Sebaliknya, melakukan
mengurangi kehilangan dan pemborosan pangan pemborosan pangan termasuk perbuatan tercela
tidak hanya terbatas pada keuntungan yang yang harus dihindari. Prioritas berikutnya
diperoleh oleh masing masing perseorangan mengurangi volume pemborosan pangan yang
atau rumah tangga, tetapi juga kepada dihasilkan dari pelaku usaha pangan yang
masyarakat secara keseluruhan. Ada tiga hal menyediakan dan melayani makanan dan
manfaat yang dapat diidentifikasi dari minuman yang sering disebut dengan akronim
pengurangan kehilangan dan pemborosan horeka (hotel, restoran, katering). Strategi
pangan ini, yaitu (1) perbaikan pada ketahanan kebijakan penurunan pemborosan pangan yang
pangan dan status gizi perseorangan dan diusulkan seperti pada Tabel 4. Kompleksitas ini
masyarakat, (2) pengurangan dampak terhadap membutuhkan upaya penanggulangan yang
lingkungan dalam bentuk penurunan emisi gas lebih komprehensip dan keterlibatan banyak
rumah kaca dan tekanan untuk pemanfaatan pihak. Pada tingkat negara, langkah
sumber daya air dan lahan, dan (3) memperbaiki penanggulangan diperlukan kemauan politik dan
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. dukungan regulasi yang dilaksanakan secara
terintegrasi dan bertanggung jawab.
146 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 39 No. 2, Desember 2021: 137-148

Tabel 4. Strategi, langkah operasional, dan institusi pelaksana upaya pencegahan dan pemanfaatan
limbah makanan
No. Strategi Langkah operasional Pelaksana
1 Mengubah mindset dan 1. Memasukkan kurikulum nilai pangan bagi Kemendikbud-Ristek
perilaku masyarakat terhadap kesehatan, ketahanan pangan, Kemendagri
nilai pangan untuk mencegah perekonomian, dan kelestarian lingkungan
Kemkominfo
pemborosan pangan pada pendidikan formal
2. Sosialisasi dan advokasi kepada Kemenkes
masyarakat, khusus kaum perempuan dan KemenKopUKM
pelaku usaha pangan; secara Kemenag
berkelanjutan dengan pendekatan
program, keagamaan, dan kearifan lokal. Kemen PPPA
3. Sosialisasi dan advokasi kepada Kementan
masyarakat melalui media sosial, media Pemerintah Daerah
cetak, influencer, dan media lainnya
(seperti banner)
2 Mengubah bentuk produk 1. Pelatihan keterampilan manajemen Kemenparekraf
olahan di restoran, kafe, makanan kepada pelaku usaha KemenkopUKM
rumah makan 2. Menyajikan nasi atau produk olahannya
dengan ukuran kecil dan sedang sehingga
pembeli diberi pilihan sesuai dengan
kebutuhan.
3. Meningkatkan kualitas kemasan produk
yang dihasilkan untuk memperpanjang
umur simpan atau melindungi produk
makanan.
3 Menyusun peraturan 1. Menetapkan peraturan dari pemerintah Lembaga legislatif
(pusat/daerah) tentang upaya pusat dan daerah terkait upaya (pusat/daerah)
pencegahan dan pencegahan pemborosan pangan Pemerintah daerah
pemanfaatan limbah 2. Memberi insentif (pengurangan pajak (prop/kab/kota)
makanan usaha) kepada pelaku usaha yang mampu
secara signifikan mencegah pemborosan
pangan. Sebaliknya, dikenakan biaya
mahal untuk pembuangan limbah yang
melebihi dari ketentuan.
3. Bagi konsumen, dikenakan biaya untuk
makanan yang tersisa (tidak dihabiskan)
pada saat mengonsumsi makanan di
restoran, kafe, atau rumah makan tertentu.
4. Peraturan keharusan bagi pelaku usaha
untuk mengolah limbah makanan yang
dihasilkannya
4 Pemanfaatan limbah 1. Memilah dan memilih makanan yang Kemensos
makanan dengan masih layak dan tidak layak Kemen LHK
mengumpulkan surplus 2. Mengolah makanan yang masih layak Lembaga Swadaya
makanan dari pedagang, untuk meningkatkan kualitas makanan dan Masyarakat (LSM)
restoran, kebun, dan pasar mendistribusikannya kepada masyarakat Filantropi sosial
petani yang memerlukan Masyarakat
3. Mengolah limbah makanan untuk pupuk
organik, pakan ternak, dan lainnya.
5 Mencatat data limbah 1. BPS melakukan pencatatan limbah BPS
makanan sebagai bahan makanan dari rumah tangga, pelaku
evaluasi kebijakan dan usaha, dan usaha lainnya secara
program pemborosan pangan berkelanjutan
TINJAUAN KRITIS TERHADAP PEMBOROSAN PANGAN: BESARAN, PENYEBAB, DAMPAK, DAN 147
STRATEGI KEBIJAKAN
Mewa Ariani, Herlina Tarigan, Achmad Suryana

(ID): Kementerian Perencanaan Pembangunan


PENUTUP Nasional.
Barrera EL, Hertel T. 2021. Global food waste across
Pemborosan pangan banyak terjadi pada the income spectrum: Implications for food prices,
tahapan konsumsi yang dilakukan oleh rumah production and resource use. Food Policy
tangga dan pelaku usaha pangan. Oleh karena 98(101874):1-16
itu, upaya penurunan pemborosan pangan perlu BioIntelligence Service. 2011. Guidelines on the
dilakukan secara komprehensif dan preparation of 711 food waste prevention
berkelanjutan, mengingat mengubah perilaku programmes. Paris (FR) : BioIntelligence Service
konsumsi pangan masyarakat membutuhkan
Cattaneo A, Federighi G, Vaz S. 2021. The
waktu yang relatif lama. Ibu rumah tangga sangat Environmental impact of reducing food loss and
berperan untuk mengubah perilaku konsumsi waste: a critical assessment. Food Policy
pangan anggota keluarganya. Upaya lain yang 98(101890):1-16
perlu dilakukan adalah mengubah mindset setiap
individu terhadap nilai pangan melalui pendidikan Delley M, BrunnerTA. 2018. Household food waste
quantification: comparison of two methods. British
formal sejak usia dini dan nonformal ataupun Food J. [Internet]. [cited 2020 Jun 19];
sosialisasi dengan memanfaatkan berbagai 120(7):1504-1515. Available from:
media (surat kabar, media online, pelatihan, dan https://doi.org/10.1108/BFJ-09-2017-0486
lainnya). Kebijakan lain dilakukan melalui
penerbitan peraturan pemerintah yang Fachrunnisa I. 2020. Estimasi nilai kehilangan dan
upaya mengurangi potensi sampah makan dari sisi
mendorong upaya pengurangan pemborosan
produsen. Studi kasus: rumah makan di
pangan dengan memberi insentif dan disinsentif Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. [Tesis].
bagi konsumen dan pelaku usaha yang [Bogor (ID)]: Institut Pertanian Bogor.
melakukan pemborosan pangan. Di sisi lain,
limbah makanan dioptimalkan pemanfaatannya [FAO] Food Agriculture Organization. 2011. Global
food losses and food waste. extent, causes and
seperti langsung didonasikan kepada yang
prevention. Rome, Italy [Internet]. [cited 2021 Oct
membutuhkan, diolah menjadi makanan lain, 5]. Available from: http://www.fao.org/3/a-
dibuat pupuk organik, dan lainnya. i2697e.pdf.
[FAO] Food Agriculture Organization. 2017. The future
of food and agriculture. Trend and challenges.
UCAPAN TERIMA KASIH Food and Agriculture Organization of the United
Nations. Rome [Internet]. [cited 2021 May 23].
Terima kasih kami sampaikan kepada Kepala Available from:. www.fao.org/3/a-i6583e.pdf
Pusat PSEKP Dr Sudi Mardianto yang telah [FAO] Food Agriculture Organization. 2018. Metadata
memberikan kesempatan kepada para penulis of indicator 12.3.1 global food loss index [Internet].
untuk menuangkan isu penting bagi pencapaian [cited 2021 Feb 15]. Available from:
ketahanan pangan dan gizi nasional serta https://www.fao.org/3/CA2593EN/ca2593en.pdf
kelestarian lingkungan. [FAO] Food Agriculture Organization. 2019. The State
of food and agriculture—moving forward on food
loss and waste reduction [Internet]. [cited 2021 Jul
DAFTAR PUSTAKA 10]. Available from: http://www.fao.org/3/
ca6030en/ca6030en.pdf.

Almendros SA, Obrador B, Bach-Faig A, Serra-Majem Hidayat SI, Ardhany YH, Nurhadi E. 2020. Kajian food
L. 2013. Environmental footprints of mediterranean waste untuk mendukung ketahanan pangan.
versus western dietary patterns: beyond the health Agriekonomika [Internet]. [diunduh 2021 Nov 2];
benefits of the mediterranean diet. Environmental 9(2):171-182. Tersedia dari: https://doi.org/10.
Health. 12(118):1-8 21107/agriekonomika.v9i2.8787

[BKP] Badan Ketahanan Pangan. 2019. Laporan Jereme IA, Siwar C, Begum RA, Talib BA. 2016.
pelaksanaan survei food waste rumah tangga dan Addressing the problems of food waste generation
restoran. Jakarta (ID): Badan Ketahanan Pangan in Malaysia. International J. Advanced Applied Sci.
3(8):68‐77.
[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional. 2021a. Indonesia’s Voluntary National Kariyasa K, Suryana A. 2012. Memperkuat ketahanan
Review (VNR) 2021. Jakarta (ID): Kementerian pangan melalui pengurangan pemborosan
Perencanaan Pembangunan Nasional. pangan. Anal Kebijak Pertan. 10(3):269-288

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Kumari V. 2018. Women selfhelp group: a tool for
Nasional. 2021b. Food loss dan waste di Indonesia improving decision making in agriculture activities
dalam rangka mendukung penerapan ekonomi and household food consumption pattern.
sirkular dan pembangunan rendah karbon. Jakarta
148 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 39 No. 2, Desember 2021: 137-148

International J Curr Microbiol Appl Sci. Special 5fd12d8bd541df3208124382/sampah-makanan-


Issue-7:3914-3922. penyebab-efek-dan-solusi?page=all
Megasari A, Saroyo P, Suharno. 2015. Potensi Sassi K, Capone R, Abid G, Debs P, El Bilali H, Daaloul
pengurangan pemborosan menggunakan value B. 2016. Food wastage by Tunisian households.
mapping dengan konsep lean manufacturing AgroFor International J. 1: 172-181. DOI:
[Internet]. [cited 2021 August 8]. Yogyakarta (ID): doi.org/10.7251/agreng1601172s
Universitas Gadjah Mada. Tersedia dari
http://etd.repository.ugm.ac.id/ Soedarmo P, Sediaoetama AD. 1974. Ilmu gizi.
Masalah gizi indonesia dan perbaikannya. Jakarta
Mulyo RA. 2016. Perkiraan kehilangan pangan (food (ID): Dian Rakyat.
loss dan food waste) komoditas beras di Indonesia.
Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Stenmarck Å, Jensen C, Quested T, Moates G, Cseh,
Ekonomi Manusia. IPB B, Juul S, Parry A, Politano A, Redlingshofer B,
Scherhaufer S, 2016. Fusions: estimates of
Nicastro R, Carill P. 2021. Food loss and waste European food waste levels. Stockholm (SWE):
prevention strategies from farm to fork [Internet]. IVL Swedish Environmental Research Institute.
[cited 2020 Dec 10]; Sustainability 2021, 13(5443).
Available from: https://doi.org/10.3390/ Suhartini SH, Ariani M, Suryana A. 2021. Menuju pola
su13105443. konsumsi pangan di era pertanian modern
berkelanjutan. Dalam: Djufry F, Soeparno H,
Onah MN, Horton S, Hoddinott J. 2021. What Heriawan R, Suryana A, Pasandaran E, Rohmani
empowerment indicators are important for food SA, Ariani M, editors. Pengelolaan sumberdaya
consumption for women? Evidence from 5 sub- menuju pertanian modern berkelanjutan. Jakarta
Sahara African countries. Plos One [Internet]. (ID): IAARD Press.
[cited 2021 Jun 30]; Available
from:https://doi.org/10.1371/journal.pone.0250014 Suryana A, Ariani M. 2018. Faktor yang
mempengaruhi dan arah perubahan pola konsumsi
Painter K, Thondhlana G, Kua HW. 2016. Food waste pangan berkelanjutan. Dalam: Sudaryanto T,
generation and potential interventions at Rhodes Inounu I, Las I, Karnawati E, Bahri S, Husin BA,
University, South Africa. Waste Manag. 56:491- Rusastra IW, editors. Mewujudkan pertanian
497. berkelanjutan. Agenda inovasi teknologi dan
kebijakan. Jakarta (ID): IAARD Press.
Parfitt J, Barthel M, Macnaughton, S. 2010. Food
waste within food supply chains: quantification and Syaukat Y, Falatehan AF, Nasrullah N, Hastuti,
potential for change to 2050. Philosophical Raswatie FD, Amanda D, Hardjanto A. 2021. The
transactions of the Royal Society of London. Series Economic value of restaurant food waste in Bogor
B, Biological sci. 365(1554):3065–3081. [Internet]. [cited 2021 Nov 12]. Conference Paper.
International Conference on Entrepreneurship
Pasandaran E. 2015. Politik pembangunan pertanian (ICOEN). Available from: https://knepublishing.
inovatif berwawasan ekoregion. Dalam: com/index.php/KnE-Social/article/view/8856
Pasandaran E, Nursyamsi D, Suradisastra K, Sudi
Mardianto S, Haryono, editors. Pembangunan Thyberg KL, Tonjes DJ. 2016. Drivers of food waste
Pertanian Berbasis Ekoregion. Jakarta (ID): IAARD and their implications for sustainable policy
Press. development. Technol Soc Faculty Publ [Internet].
[cited 2021 Nov 29] 11. Available from:
Rahman A. 2017. Analisis nilai ekonomi dan faktor- https://commons.library.stonybrook.edu/techsoc-
faktor yang mempengaruhi pangan tak articles/11
terkonsumsi (food waste) pada kantin tempat kerja
di Kota Palembang [Skripsi]. [Palembang (ID)]: United Nations. 2021. Sustainable development goals-
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, SDGs metadata repository (as of September 2021)
Universitas Sriwijaya. Skripsi. [Internet]. [cited 2020 Oct 10]. Available from:
https://unstats.un.org/sdgs/metadata/
Rahman A. 2021. 8 Tradisi makan-makan bersama
yang ada di Indonesia, kamu pernah coba yang [UNEP] United Nations Environment Programme.
mana? [Internet]. [diunduh 2021 Okt 29]. Tersedia 2021. Food waste index report 2021. Nairobi
dari: https://www.hipwee.com/travel/tradisi-makan- (KEN): UNEP.
bersama-indonesia.
[WWF] World Wide Fund. 2017. Food loss and waste:
Ratnanengsih D, Risyahadi ST, Wijaya H. 2020. facts and futures. [Internet]. [cited 2020 Jun 19].
Penerapan lean production pada penggilingan Available from: https://www.oneplanetnetwork.
bahan tepung tapioka untuk mereduksi org/sites/default/files/wwf_food_waste_and_l
pemborosan di Kelurahan Cimahpar. J Pus Inov oss_final.pdf.
Masy. 2(2) 2020:187–197.
Zuckerman A. 2020. Food waste statistics 2020/2021:
Ruwayari D. 2021. Sampah makanan: penyebab, efek causes, impact & solutions [Internet]. [cited 2020
dan solusi [Internet]. [diunduh 2021 Nov 16]. Oct 10]. Available from: https://comparecamp.
Tersedia dari: https://www.kompasiana.com/ com/food-waste-statistics/.
deanruwayari7727/

You might also like