You are on page 1of 168

Accelerat ing t he world's research.

REPRESENTASI KORBAN
KEKERASAN DALAM TEKS BERITA
DARING TRIBUN TIMUR: ANALISIS
WACANA KRITIS (The
Representation ...
A.Yusdianti Tenriawali

Jurnal Totobuang

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

KEMAMPUAN MEMBACA ANAK BERDASARKAN GENDER DAN PREFERENSI GAWAI


Tot ok Suhardijant o, Zahroh Nuriah, Fierenziana Get ruida Junus

PERSPEKT IF MEDIA MASSA DARING (ONLINE) T ERHADAP LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, DAN T RANSGEND…
Umi Farida

KOLITA KOLITA KOLITA KOLITA 1 1 1 14 4 4 4


Rudi Hart ono
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 1— 15

REPRESENTASI KORBAN KEKERASAN DALAM TEKS BERITA DARING


TRIBUN TIMUR: ANALISIS WACANA KRITIS
(The Representation Victims of Violence in Tribun Timur Online News Text: Critical
Discourse Analysis)

A. Yusdianti Tenriawali
Universitas Iqra Buru
Jl. Prof. DR. H. A.R. Bassalamah, SE.,M.Si, Namlea, Kab. Buru
Pos-el: tenriawali@gmail.com
(Diterima: 29 April 2018; Direvisi: 13 Mei 2018; Disetujui: 5 Juni 2018)

Abstract
This study discussed about the representation victims of violence in the online news text of Tribun Timur
online news. The purpose of this study was identifing the form of discourse strategies which was used by
journalists to positioned the victims of violence in the news text on Makassar.tribunnews.com site. This research
wasqualitative research by using descriptive method. this research used critical discourse analysis approach.
Sources of the data in this study was taken from the text of violence news- that represented the victims of
violence- which had written in the online news site Tribun Timur. The data collection in this research were
using documentation and record technique. The results showed that the form of news language was the word
that contained inclusive discourse strategy such asstrategy of nomination and identification. In the news texts,
the nomination strategy appeared in male violance victims as natural while identification strategy appeared in
women violence victims as weakness one.e. Male victims,in the online news text,tended to be more protected
than female . It had indicated that Tribun Timur journalists tended to adhere the ideology of patriarchy.
Keywords: CDA, inclusive, news.

Abstrak
Penelitian ini membahas representasi korban kekerasan dalam teks berita daring Tribun Timur. Tujuan
penelitian ini ialah mengidentifikasi bentuk strategi wacana yang digunakan wartawan untuk memosisikan
korban kekerasan dalam teks berita pada situs Makassar.tribunnews.com. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah
pendekatan analisis wacana kritis. Sumber data dalam penelitian ini ialah teks berita kekerasan, yang dianggap
merepresentasikan korban kekerasan, dalam situs berita daring Tribun Timur. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dan teknik catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk
kebahasaan berita adalah kata yang mengandung strategi wacana inklusif berupa strategi wacana nominasi dan
identifikasi. Pada teks berita, strategi nominasi terlihat pada korban kekerasan laki-laki yang menampilkan
korban apa adanya sedangkan strategi identifikasi lebih terlihat pada korban kekerasan perempuan sebagai
pihak yang tidak berdaya. Korban laki-laki dalam teks berita daring Tribun Timur cenderung lebih dilindungi
dibandingkan korban perempuan. Hal tersebut dapat diindikasikan bahwa wartawan Tribun Timur masih
cenderung menganut ideologi patriarki.
Kata-kata kunci: AWK, inklusif, berita.

PENDAHULUAN segala bentuk tindakan kekerasan mestinya


Secara faktual fenomena tindak tidak perlu terjadi atau disengaja muncul
kekerasan masih saja terjadi dalam (violence by design), sebab segala bentuk
kehidupan masyarakat, padahal apa pun tindakan kekerasan tidak mencerminkan
ajaran agama dan kepercayaan yang ada di tindakan manusia yang berbudaya (Hufad,
dunia ini tidak akan pernah memberikan 2003:1). Bentuk tindakan kekerasan dari
legitimasi pada tindak kekerasan. Sejalan seseorang kepada orang lain, dari suatu
dengan dinamika perkembangan peradaban kelompok kepada kelompok lainnya dengan
manusia yang semakin maju, seyogyanya motif apapun tergolong sebagai perilaku

1
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 1—15

menyimpang. Hal ini tidak bisa dibenarkan Salah satu wujud ketimpangan sosial
menurut norma-norma sosial. Namun yang sering menjadi sorotan di media massa
fenomena tindakan kekerasan yang dewasa ini adalah ketimpangan sosial yang
dilakukan oleh individu, kelompok, ataupun menimpa para korban kekerasan pada
institusi sosial hingga kini tetap saja pemberitaan di media massa. Tak jarang,
berlangsung. media massa menyuguhkan pemberitaan
Istilah kekerasan digunakan untuk yang berisi penyiksaan, pemerkosaan,
menggambarkan perilaku baik yang terbuka pembunuhan, dan lain-lain, yang
(overt) maupun tertutup (covert), yang menggambarkan bahwa para korban yang
bersifat menyerang (offensive) atau bertahan mengalami kekerasan tersebut pantas
(defensive) yang disertai penggunaan mengalami kekerasan tersebut, ataupun
kekuatan kepada orang lain(Suwarno, kekerasan yang dialami para korban terjadi
2012:48). Ada dua hal mendasar yang perlu karena kesalahan korban sendiri.
kita cermati ketika berbicara tentang Penggambaran media massa akan
kekerasan atau budaya kekerasan dalam sosok korban kekerasan, khususnya pada
masyarakat, yaitu; penggunaan kekerasan perempuan dan anak-anak yang jika dilihat
dalam masyarakat, sebagai contoh: dari perspektif kesetaraan gender, telah
pembunuhan atas nama Negara atau ‘Tuhan terjadi praktik diskriminasi yang dilakukan
atau Agama’, dan legitimasi terhadap oleh media massa. Perempuan dan anak-
penggunaan kekerasan itu (Galtung, anak sebagai sosok yang dianggap lemah,
2002:184). dicitrakan pantas atau sudah biasa menjadi
Kekerasan fisik dan kekerasan korban kekerasan, sehingga pelaku yang
simbolik sudah menjadi bagian kehidupan melakukan tindak kekerasan pada
manusia. Hal tersebut terlihat pada perempuan dan anak-anak dianggap wajar
banyaknya berita yang menunjukkan jika melakukan tindak kekerasan tersebut.
kekerasan dalam media massa, sebagai Namun, realita saat ini, yang menjadi
contoh pada Juni tahun 2015 muncul berita korban kekerasan bukan hanya perempuan
pembunuhan Engeline yang banyak menarik dan anak-anak, tetapi laki-laki pun telah
perhatian masyarakat. Mayat Engeline menjadi korban kekerasan. Banyaknya
ditemukan di sekitar rumah ibu angkatnya. berita dalam media massa yang
Berdasarkan penyelidikan polisi diketahui memberitakan tentang laki-laki yang
bahwa sebelum meninggal, Engeline menjadi korban kekerasan, menjadi bukti
mengalami penganiayaan. Berita bahwa korban kekerasan tidak hanya terjadi
penganiayaan yang menarik perhatian pada perempuan dan anak-anak, tetapi
publik kembali muncul pada tahun 2016. terjadi juga pada laki-laki. Fenomena
Pada akhir tahun 2016, media massa tersebut menjadi menarik, sebab bagaimana
khususnya situs berita daring kembali cara media massa menggambarkan sosok
diramaikan dengan berita penganiayaan laki-laki yang menjadi korban kekerasan
yang dilakukan oleh seorang pegawai kemungkinan besar akan berbeda dengan
Mahkamah Agung pada seorang polisi. cara media massa menggambarkan korban
Penganiayaan tersebut disebabkan karena kekerasan yang dialami perempuan dan
pelaku penganiayaan tidak terima mobilnya anak-anak.
yang telah melanggar jalur lalu lintas Hal tersebut didasari pandangan
diberhentikan oleh polisi. Banyak dan umum bahwa laki-laki tidak mungkin
beragamnya berita yang bertema kekerasan menjadi korban sebab laki-laki dianggap
dalam media massa, menjadikan media memiliki kekuatan, sedangkan perempuan
massa sebagai salah satu sumber informasi dan anak-anak yang dianggap lemah
aktual mengenai peristiwa kekerasan yang sehingga wajar menjadi korban. Bagaimana
terjadi dalam masyarakat. media massa menggambarkan atau

2
Representasi Korban Kekerasan …. (A. Yusdianti Tenriawali)

merepresentasikan korban kekerasan dalam bahkan memicu konflik yang


berita pada berita. Bagaimana cara media berkepanjangan. Serta Fauziah & Tamampil
massa, khususnya dalam situs berita daring (2015:131) yang meneliti tentang
koran Tribun Timur merepresentasikan representasi perempuan dalam pemberitaan
korban kekerasan yang dialami oleh KDRT di media massa pada masyarakat di
perempuan dan laki-laki, apakah terdapat wilayah jakarta. Dari hasil penelitian dapat
perbedaan representasi jika korban disimpulkan bahwa dalam berita yang
kekerasan tersebut perempuan atau laki-laki terkait dengan KDRT merepresentasikan
merupakan fokus penelitian ini. perempuan (istri) sebagai objek. Teks berita
Untuk melihat bagaimana tersebut menjadi bias dalam
representasi korban kekerasan pada situs merepresentasikan perempuan karena dalam
berita daring Tribun Timur, maka peneliti teks berita tersebut suara perempuan (istri)
menggunakan analisis wacana kritis dengan tidak benar-benar ditunjukkan.
model Theo Van Leeuwen. Analisis wacana Dari berbagai penelitian di atas,
kritis dengan model Theo Van Leeuwen terlihat bahwa yang menjadi fokus
yang digunakan dalam penelitian ini penelitian pada hampir semua penelitian
merupakan model yang telah dikembangkan terdahulu korban perempuan. Mengingat
oleh Eriyanto. bahwa yang menjadi korban kekerasan tidak
Penelitian mengenai representasi hanya perempuan namun juga laki-laki,
korban kekerasan telah banyak dilakukan, maka penelitian ini akan melihat bagaimana
diantaranya Suganda, dkk. (2007:5) yang representasi laki-laki dan perempuan
menunjukkan bahwa media massa nasional sebagai korban kekerasan dalam situs berita
merepresentasikan sosok Tenaga Kerja daring Tribun Timur.
Wanita Indonesia sebagai sosok yang Berdasarkan latar belakang tersebut,
marginal, tidak mempunyai kekuatan dan pokok permasalahan dalam penelitian ini
kekuasaan, kampungan, tak berpendidikan, adalah Bagaimanakah bentuk strategi
miskin, bodoh, dan lain-lain. Setiawan wacana berita yang digunakan dalam
(2011:14) yang meneliti pemberitaan merepresentasikan korban kekerasan pada
kekerasan berbasis gender di surat kabar situs makassar.tribunnews.com? tujuan
harian suara merdeka menyimpulkan bahwa penelitian ini untuk mengidentifikasi bentuk
surat kabar Harian Suara Merdeka telah kebahasaan strategi wacana yang digunakan
secara tidak adil menginformasikan berita wartawan dalam memosisikan korban
kekerasan terhadap perempuan dengan kekerasan dalam teks berita pada situs
menempatkan perempuan sebagai objek makassar.tribunnews.com.
penderita. Hasanah (2013:159) yang Melalui penelitian ini, peneliti
meneliti kekerasan terhadap perempuan dan berupaya melengkapi berbagai penelitian
anak dalam rumah tangga perspektif tentang korban kekerasan di media massa
pemberitaan media menunjukkan bahwa yang telah dilakukan peneliti sebelumnya
opini dan peran media dirasa cukup besar dengan memasukkan korban laki-laki
dalam mengonstruksi realitas secara sosial. sebagai objek penelitian tindak kekerasan.
Juditha (2015:15) meneliti tentang Penelitian ini belum mencakup analisis
Dilematis Media dalam Pemberitaan tentang efek teks berita yang ditimbulkan
Konflik dan Kekerasan. Hasil penelitian atau dihasilkan dalam masyarakat.
menunjukkan bahwa Media massa dinilai
memiliki potensi fungsional karena LANDASAN TEORI
berpotensi untuk menebar semangat Hall (2003:17) mendefiniskan
perdamaian dan meredakan konflik. ‘representasi’ sebagai “...an essential part of
Sebaliknya media massa juga dinilai the process by which meaning is produced and
memiliki potensi untuk memperkeruh atau exchanged between members of culture”.

3
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 1—15

Representasi merupakan salah satu bagian tertentu hilang dalam teks atau tidak
terpenting dalam proses produksi makna. Suatu (Eriyanto, 2003:173). Proses eksklusi
makna diproduksi dan dipertukarkan antar terbagi atas pasifasi, nominalisasi, dan
anggota masyarakat, sehingga representasi penggantian anak kalimat.
merupakan suatu cara untuk memproduksi Pasifasi merupakan Salah satu cara
makna. klasik penghilangan tokoh dalam sebuah
Istilah representasi dalam konteks wacana adalah melalui membentuk kalimat
pemberitaan merujuk pada bagaimana pasif. Lewat pemakaian kalimat pasif, aktor
seseorang, suatu kelompok, gagasan atau tidak dapat hadir dalam teks, sesuatu yang
pendapat tertentu ditampilkan (Eriyanto, tidak mungkin terjadi dalam kalimat.
2001:22). Hal yang perlu diperhatikan yang berstruktur aktif (Eriyanto, 2003:173).
menyangkut hal representasi, yaitu apakah Contoh:
seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut Aktif Polisi menembak mahasiswa yang
ditampilkan sebagaimana mestinya. Apakah berdemonstrasi hingga tewas.
seseorang atau kelompok tersebut diberitakan
apa adanya, ataukah diburukkan. Bagaimana
Pasif Seorang mahasiswa tertembak saat
representasi tersebut ditampilkan. Kata, demonstrasi.
kalimat, tanda apa saja yang digunakan untuk
melakukan representasi tentang sesuatu. Hal Strategi wacana nominalisasiadalah
tersebut sesuai dengan pendapat Van Leeuwen strategi yang sering digunakan untuk
(2008:28) “representations include or exclude menghilangkan kelompok atau aktor sosial
social actors to suit their interests and tertentu dalam wacana. Strategi ini
purposes in relation to the readers for whom berhubungan dengan mengubah kata kerja
they are intended”. Setiap pernyataan dalam menjadi kata benda (Eriyanto, 2003:174).
teks berita merupakan pilihan seorang Contoh:
wartawan berdasarkan tujuan yang Verba Polisi menembak seorang
diinginkannya. mahasiswa yang
Model analisis wacana yang berdemonstasi hingga tewas.
digunakan dalam penelitian ini adalah model Nominalisasi Seorang mahasiswa tewas
analisis Theo Van Leuween. Model analisis akibat penembakan saat
ini digunakan untuk mendeteksi dan demonstrasi.
meneliti bagaimana suatu kelompok atau
seseorang dimarginalkan posisinya dalam
Penggantian subjek juga dapat
suatu wacana. Pemarginalan ini dapat dilihat
dilakukan dengan membangun anak kalimat
dari dihadirkan (inklusi) atau
yang sekaligus berfungsi sebagai pengganti
dikeluarkannya (eksklusi) suatu kelompok
aktor (Eriyanto, 2003:178).
atau seseorang ini dalam teks (Eriyanto,
Contoh:
2003:171).
Tanpa Polisi menembak seorang
Eksklusi adalah suatu isu sentral Anak mahasiswa hingga tewas.
dalam analisis wacana. Pada dasarnya Kal
eksklusi adalah proses bagaimana satu Dengan Untuk mengendalikan demonstrasi
kelompok atau aktor sosial tertentu tidak Anak mahasiswa, tembakan dilepaskan.
dilibatkan dalam suatu proses pembicaraan Kal Akibatnya seorang mahasiswa
atau wacana. Penghilangan aktor sosial ini tewas.
memiliki tujuan tertentu. Menurut Van
Leuween pembaca berita perlu mengkritisi Inklusi merupakan strategi wacana
bagaimana tiap-tiap kelompok itu yang dapat digunakan jika menginginkan
ditampilkan dalam teks, apakah ada pihak sesuatu, seseorang, atau kelompok
atau aktor yang dengan strategi wacana ditampilkan dalam teks. Proses inklusi

4
Representasi Korban Kekerasan …. (A. Yusdianti Tenriawali)

terbagi menjadi diferensiasi dan Kategorisasi Seorang ditemukan


indeferensiasi, objektivasi dan abstraksi, wanita tak tewas, diduga
nominalisasi dan kategorisasi, nominalisasi dikenal sebelumnya
dan identifikasi, determinasi dan diperkosa
indeterminasi, asimilasi, dan individualisasi, Seorang ditemukan
wanita tewas, diduga
serta asosiasi dan disasosiasi.
muda sebelumnya
Diferensiasi dan indeferensiasi diperkosa
merupakan strategi wacana untuk Seorang ditemukan
menampilkan suatu kelompok yang wanita tewas, diduga
disudutkan dengan menghadirkan kelompok malam sebelumnya
atau wacana lain yang dipandang lebih diperkosa
dominan atau lebih bagus. Seorang ditemukan
Contoh: janda tewas, diduga
Indiferensiasi Buruh pabrik Maspion sebelumnya
sampai kemarin masih diperkosa
melanjutkan mogok.
Diferensiasi Buruh pabrik Maspion Strategi wacana nominalisasi-
sampai kemarin masih identifikasi hampir mirip dengan
melanjutkan mogok. ketegorisasi, yaitu bagaimana suatu
Sementara tawaran direksi kelompok, peristiwa, atau tindakan tertentu
yang menawarkan
didefinisikan. Bedanya, dalam strategi
perundingan tidak
ditanggapi buruh.
indentifikasi, proses pendefinisian itu
dilakukan dengan memberi anak kalimat
Objektivasi dan abstraksi merupakan sebagai penjelas. Bentuk konstruksi
strategi wacana yang berhubungan dengan pemberitaan dalam identifikasi terdiri atas
pertanyaan apakah informasi mengenai ada dua proposisi, dalam hal ini proposisi
suatu peristiwa atau aktor sosial ditampilkan kedua adalah penjelas atau keterangan dari
dengan memberi petunjuk konkret ataukah proposisi pertama. Umumnya bentuk
yang ditampilkan adalah abstraksi (Eriyanto, identifikasi dihubungkan dengan kata
2003:181). hubung sepertiyang, di mana (Eriyanto,
Contoh: 2003:184).
Objektivasi PKI telah dua kali melakukan
Contoh:
pemberontakan Nominalisasi Seorang wanita tewas, diduga
Abstraksi PKI telah berulang-ulang sebelumnya diperkosa.
melakukan pemberontakan. Identifikasi Seorang wanita, yang sering
keluar malam, ditemukan
tewas. Diduga sebelumnya
Dalam suatu pemberitaan yang diperkosa.
menggunakan strategi nominalisasi dan
kategorisasi, aktor sosial seringkali Strategi determinasi-indeterminasi
dimunculkan dengan kategori yang seringkali menampilkan atau menyebutkan
dimilikinya. Kategori ini bermacam-macam, aktor atau peritiwa secara jelas, namun
misalnya menunjukkan ciri penting dari sering kali juga disebutkan secara tidak jelas
seseorang: bisa agama, status, bentuk fisik, (anonim). Anonimitas ini bisa jadi karena
dan sebagainya (Eriyanto, 2003:182). wartawan belum mendapatkan bukti yang
Contoh: cukup untuk menulis atau akibat ketakutan
Nominalisasi Seorang ditemukan
struktural jika mengungkapkan aktor sosial
wanita tewas, diduga
sebelumnya itu dalam teks. Menurut Van Leuween,
diperkosa anonimitas justru membuat suatu

5
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 1—15

generalisasi menjadi tidak spesifik Disasosiasi Sebanyak 40 orang muslim


(Eriyanto, 2003:186). meninggal dalam kasus Tobelo,
Contoh: Galela, dan Jailolo.
Determinasi Menlu Alwi Shihab disebut-
sebut terlibat skandal bulog. METODE
Indeterminasi Orang dekat Gus Dur Penelitian ini merupakan penelitian
disebut-sebut terlibat dalam kualitatif dengan menggunakan metode
skandal Bulog. deskriptif.Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan
Strategi wacana individualisasi— analisis wacana kritis. Penelitian kualitatif
asimilasi berhubungan dengan pertanyaan dengan metode deskriptif adalah penelitian
apakah aktor sosial yang diberitakan yang mengidentifikasi, mengklarifikasi,
ditunjukkan dengan jelas ketegorinya atau menganalisis data yang telah diperoleh.
tidak. Asimilasi terjadi apabila dalam Pendeskripsiannya berupa penggambaran
pemberitaan, bukan ketegori sosial yang bahasa sebagaimana adanya (Sudaryanto,
spesifik yang disebut dalam berita, 1993:62). Dengan demikian, data dalam
melainkan komunitas atau kelompok sosial penelitian ini berupa teks berita, akan
dimana seseorang tersebut berada (Eriyanto, diidentifikasi, diklasifikasikan, dan
2003:190). dianalisis berdasarkan teori strategi wacana
Contoh: Van Leuween untuk menngetahui
Individualisasi Adi, representasi korban kekerasan pada situs
seorangmahasiswaTrisakti, berita daring Tribun Timur.
tewas ditembak Parman, Sumber data penelitian ini adalah
seorang polisi dalam situs berita daring
demonstrasi di Cendana makassar.tribunnews.com., sedangkan jenis
kemarin. data dalam penelitian ini adalah data tertulis,
Asimilasi Mahasiswa tewas ditembak
yaitu teks berita yang merepresentasikan
polisi dalam demonstasi di
Cendana kemarin.
tindak kekerasan yang dimuat pada situs
berita daring Tribun Timur pada Oktober,
tahun 2016.Metode pengumpulan data pada
Strategi wacana asosiasi—disasosiasi
penelitian ini adalah metode simak. Teks
berhubungan dengan pertanyaan apakah
dalam berita pada situs berita daring Tribun
aktor suatu pihak ditampilkan sendiri
Timur disimak. Teks yang disimak tersebut
ataukah dihubungkan dengan kelompok lain
dikhususkan pada teks yang
yang lebih besar. Dalam sebuah teks,
merepresentasikan tindak kekerasan,
asosiasi berkaitan dengan aktor sosial yang
kemudian ditandai, serta didokumentasikan
dihubungkan dengan kelompok yang lebih
untuk diinventarisasikan sebagai data dalam
besar, atau tempat aktor itu berada.
penelitian ini.
Sebaliknya, disasosiasi berkaitan dengan
Analisis data dalam penelitian ini
aktor sosial dalam suatu teks yang tidak
terdiri atas; identifikasi data, klasifikasi data,
dihubungkan dengan kelompok yang lebih
analisis data, dan penyimpulan hasil analisis
besar (Eriyanto, 2003:194).
data. Data yang telah dianalisis selanjutnya
Contoh:
Asosiasi Umat Islam di mana-mana
diinterpretasikan dan dijelaskan bentuk dan
selalu menjadi sasaran makna teks berita yang merepresentasikan
pembantaian. Setelah Bosnia, korban kekerasan pada situs berita daring
sekarang Ambon. Sebanyak 40 Tribun Timur sehingga pada akhirnya
orang meninggal dalam kasus terungkap perepresentasian korban
Tobelo, Galela, dan Jailolo. kekerasan dalam teks berita.

6
Representasi Korban Kekerasan …. (A. Yusdianti Tenriawali)

PEMBAHASAN Pelaku yang tidak terima disorot


Berdasarkan hasil analisis data yang kamera, langsung melakukan pemukulan
telah dilakukan. Bentuk strategi wacana terhadap Sulaiman dengan
yang digunakan adalah strategi nominalisasi menggunakan botol mineral.
dan identifikasi. Kecenderungan Akibatnya, Sulaiman pun
penggunaan strategi nominalisasi dan mengalami luka merah pada perut dan
identifikasi menjadi ciri khas teks berita kameranya basah terkena cipratan air.
yang merepresentasikan korban kekerasan "Ini merah perutku dipukul pakai
dalam situs Makassar.tribunnews.com. botol dan basahki juga kameraku," ujar
Secara umum bahasa yang Sulaiman yang diintrogasi penyidik
digunakan dalam surat kabar daring Tribun Reskrim Polres Jeneponto.
Timur cenderung netral dan merekam Sulaiman pun berharap agar
realitas yang terjadi dengan apa adanya. Hal oknum yang mengaku wartawan
tersebut dibuktikan dengan penggunaan sekaligus pengacara terduga kasus calo
polisi di Polres Jeneponto segera
strategi wacana nominalisasi. Strategi
diamankan.
wacana nominalisasi adalah strategi wacana
"Saya harap Polres tindak tegas
yang digunakan wartawan untuk
pelaku tersebut karena telah mencoreng
menggambarkan aktor sosial dengan apa
kerja Jurnalis yang juga dilindungin
adanya tanpa menunjukkan ciri tertentu
dengan undang - undang, "tuturnya.
yang melekat pada aktor sosial tersebut,
misalnya status sosial atau ciri fisik.
Strategi wacana yang digunakan
Ditemukannya data strategi wacana
dalam judul teks berita ‘Pukul Wartawan,
nominalisasi menunjukkan bahwa bahasa
Oknum Pengacara Kasus Calo Polisi
yang digunakan wartawan Tribun Timur
Dilapor Ke Polres Jeneponto’ adalah
dalam memberitakan korban kekerasan
strategi wacana nominalisasi. Aktor sosial
cenderung apa adanya. Berikut hasil analisis
baik korban maupun pelaku pemukulan
data strategi wacana dalam teks berita
ditampilkan apa adanya dalam teks. Strategi
daring Tribun Timur.
nominalisasi yang digunakan wartawan
Tribun Timur dalam judul teks berita
Teks berita 1
berfungsi untuk memberitahukan informasi
Pukul Wartawan, Oknum Pengacara Kasus Calo
Polisi Dilapor Ke Polres Jeneponto
tentang peristiwa pemukulan.
Kamis, 13 Oktober 2016 20:38 Pada bagian isi teks berita 1, strategi
TRIBUNJENEPONTO.COM, BINAMU - wacana yang digunakan adalah strategi
Kontributor Metro TV Jeneponto, identifikasi yang terdapat dalam kalimat
Sulaiman Nai melaporkan dugaan berikut:
penganiayaan yang dilakukan Upa 1) "Kejadiannya waktu kita coba
Labuhari yang mengaku wartawan dari wawancara duagaan kasus penipuan,
Jakarta. namun waktu diliput dia marah -marah
Penganiayaan terjadi saat dan sedikit arogan," ujar Sulaiman Nai.
Sulaiman Nai bersama awak media 2) Pelaku yang tidak terima di sorot
lainnya mencoba mewawancarai Upa kamera, langsung melakukan pemukulan
Labuhari yang telah menjalani terhadap Sulaiman dengan menggunakan
pemeriksaan di Satreskrim Polres botol mineral.
Jeneponto. Kata marah-marah dan arogan pada
"Kejadiannya waktu kita coba kalimat 1, serta frasa tidak terima pada
wawancara duagaan kasus penipuan, kalimat 2 menunjukkan identifikasi yang
namun waktu diliput dia marah-marah menunjukkan bahwa perilaku pelaku
dan sedikit arogan," ujar Sulaiman Nai. pemukulan bersifat kasar (karena marah-
marah) dan angkuh (arogan dan tidak terima
7
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 1—15

disorot kamera). Penggunaan strategi terhadap korban adalah perbuatan yang


identifikasi pada isi teks berita tidak hanya sadis.
bermaksud untuk menunjukkan informasi Pada bagian isi berita, strategi
mengenai peristiwa pemukulan dan juga wacana yang digunakan adalah strategi
bermaksud untuk memengaruhi pendapat identifikasi. Strategi identifikasi tersebut
pembaca tentang perilaku pelaku. terlihat dalam kalimat berikut:
1) Upa diduga dibunuh warga
Teks berita 2 sekampungnya sendiri, Syamsuddin
Sadis, Syamsuddin Tega Gorok Leher Upa (35).
Hingga Meninggal di Tolo Timur Jeneponto 2) Syamsuddin tega menghabisi nyawa
Minggu, 16 Oktober 2016 09:26 Upa secara sadis.
TRIBUNJENEPONTO.COM, BINAMU - 3) Dugaan sementara, motif pembunuhan
Upa (35) warga Sapaloe, Kelurahan Tolo karena kesalahpahaman.
Timur, Kecamatan Kelara, Kabupaten
Jeneponto, menjadi korban pembunuhan, Pada Kalimat 1, penggunaan frasa
Sabtu (15/10/2016) malam. warga sekampung memberikan identifikasi
Upa diduga dibunuh warga
bahwa yang membunuh korban adalah
sekampungnya sendiri, Syamsuddin (35).
warga sekampungnya sendiri atau orang
Syamsuddin tega menghabisi nyawa
dekat korban. Pada kalimat 2, penggunaan
Upa secara sadis.
kata sadis mengidentifikasi bahwa tindakan
Degan menggunakan senjata tajam
pelaku tersebut merupakan tindakan sadis.
jenis parang, Syamsuddin menggorok
leher dan sejumlah bagian tubuh korban.
Pada kalimat 3, penggunaan kata
Akibatnya, korban pun meninggal
kesalahapahaman mengidentifikasi motif
dunia dengan beberapa luka di bagian atau alasan terjadinya peristiwa
tubuhnya. pembunuhan. Strategi identifikasi pada
Mulai dari pergelangan tangan perut kalimat 1, 2, dan 3 di atas berfungsi untuk
hingga leher terdapat luka menganga menunjukkan bahwa pelaku merupakan
bekas sabetan senjata tajam. orang sadis yang tega membunuh
Dugaan sementara, motif tetangganya sendiri hanya karena salah
pembunuhan karena kesalahpahaman. paham.
Korban Upun saat ini telah
disemayamkan di rumah duka. Teks berita 3
Sementara pelaku Syamsuddin beserta Suryana Diseret Pembegal Sejauh Lima Meter di
barang bukti yang diduga alat yang BTP
digunakan membunuh, telah diamankan Selasa, 11 Oktober 2016 21:34
di Mapolres Jeneponto, Jl Pelita, Laporan Wartawan Tribun Timur, Darul
Kecamatan Binamu, Kabupaten Amri
Jeneponto. TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -
Suryana Anas, wartawati Tribun Timur
Strategi wacana yang digunakan terseret lima meter dari motornya saat
dibegal di Jl Keberkahan, Bumi
dalam judul teks berita ‘Sadis, Syamsuddin
Tamalanrea Permai, Kecamatan
Tega Gorok Leher Upa Hingga Meninggal
Biringkanaya, Selasa (11/10/2016) dini
di Tolo Timur Jeneponto’ adalah strategi
hari.
identifikasi. Strategi identifikasi dalam judul
Suryana mengatakan, saat
teks ditandai dengan penggunaan kata sadis
kejadian, ada dua pelaku yang
untuk menunjukkan perbuatan pelaku. Pada menggunakan sepeda motor yang
judul teks, wartawan Tribun Timur memepet motornya dan meminta
menunjukkan bahwa perbuatan pelaku dompetnya.

8
Representasi Korban Kekerasan …. (A. Yusdianti Tenriawali)

"Ada dua orang, jadi yang di nominalisasi dalam judul teks berita
belakang itu suruh serahkan dompet tapi menginformasikan peristiwa yang dialami
saya teriak minta tolong. Tapi pelaku korban dengan apa adanya.
langsung menarik tas saya dan saya Pada bagian isi berita, strategi
terseret," katanya. wacana yang digunakan adalah strategi
Tas selempang yang terkait wacana nominalisasi. Hal tersebut terlihat
dilehernya pun ditarik pelaku. Korban dalam kalimat berikut:
terhempas dari motornya dan pelaku 1) Suryana mengatakan, saat kejadian, ada
yang masih sementara mengendarai dua pelaku yang menggunakan sepeda
motor menyeret korban hingga sejauh motor yang memepet motornya dan
lima meter. meminta dompetnya.
Surayna mengaku, tidak alami 2) Korban terhempas dari motornya dan
kerugian pada barang bawaannya. pelaku yang masih sementara
Namun wajah bagian kanan atas mengendarai motor menyeret korban
mengalami bengkak akibat tonjok dari
hingga sejauh lima meter.
salah satu pelaku.
Selain itu, luka gores pada bagian
Kata pelaku dan memepet pada
bawah mata kanan, bibirnya juga alami
kalimat 1 serta kata pelaku dan menyeret
memar dan bagian badan sebelah kanan
pada kalimat 2, menunjukkan peristiwa yang
mengalami memar akibat diseret.
"Jadi pelaku juga memukul wajah
dialami korban. Pelaku yang berjumlah dua
saya sampai saya terjatuh dan lalu orang memepet dan menarik tas korban
diseret, jilbab saya juga sobek," jelas sehingga korban akhirnya terseret sejauh
Suryana yang hingga kini masih terbaring lima meter. Strategi nominalisasi pada
di UGD RS Wahidin Sudirohusodo. kedua kalimat di atas menunjukkan
Secara terpisah, Kapolsek informasi tentang peristiwa yang dialami
Biringkanaya Kompol Dodik mengatakan, korban.
pihaknya akan secepatnya mengungkap
pelaku yang telah melakukan pencurian Teks berita 4
dan kekerasan (Curas) atau begal. Warga Mengaku Dipukul Polisi, Kapolsek
"Yang jelas kami akan ungkap Belawa: Dia Meresahkan
karena yang menyaksikan hanya korban Kamis, 6 Oktober 2016 22:42
sendiri untuk itu kita akan dalami semua TRIBUNWAJO.COM, BELAWA - Kapolsek
ciri-ciri pelaku menurut korban," katanya. Belawa, AKP Andi Bangsawan
Dodik juga berharap ada kerjasama membantah melakukan pemukulan
antara korban, polisi dan masyarakat itu terhadap Supriadi, warga Desa
yang sangat diperlukan dalam ungkap Leppangeng, Kecamatan Belawa, Wajo.
semua permasalahan. Hal itu disampaikan AKP Andi
"Tentunya kerjasama itu bisa Bangsawan kepada tribunwajo.com
ungkap siapa pelakunya pada umumnya "Lelaki Supriadi alias Cupli ini
terkait masalah begal dilingkungan dan sangat meresahkan masyarakat Belawa
wilayah hukum polsek kami," dengan sering melempar anggota polsek
lanjutnya.(*) yang sedang berada di halaman Polsek
Belawa dan rumah warga setempat
Ramli," ujar AKP Andi Bangsawan.
Strategi wacana yang digunakan
"Begitupula melempari pejalan
dalam judul teks berita ‘Suryana Diseret
kaki yang sedang melintas dijalan saat
Pembegal Sejauh Lima Meter di BTP’
itu," sambungnya kepada tribunwajo.com
adalah strategi wacana nominalisasi. Pada
Beberapa korbannya pada saat itu
teks judul, korban diberitakan terseret lanjut Kapolsek yakni, anggota Polsek
pembegal sejauh lima meter di BTP. Strategi Belawa, warga setempat, Ramli, dan

9
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 1—15

pejalan kaki, Ancu dan Caddi, meresahkan tersebut menjadikan posisi


(3/10/2016). korban dalam judul teks berita
AKP Andi Bangsawan juga termarginalkan.
menambahkan pelaku diamankan karena Pada bagian isi berita, strategi
permintaan kedua orang tuanya. wacana yang digunakan adalah strategi
"Atas permintaan keluarganya wacana identifikasi. Strategi identifikasi
Jumadi dan Imani datang di Polsek dalam isi teks berita terdapat dalam kalimat
Belawa meminta bantuan untuk berikut:
menangkap Supriadi, jadi Upaya yang 1) Lelaki Supriadi alias Cupli ini sangat
saya lakukan bersama 3 orang anggota meresahkan masyarakat Belawa dengan
datang ke rumah pelaku," sering melempar anggota polsek yang
"Namun saat itu Supriadi sedang berada di halaman Polsek
melakukan perlawanan memegang Batu Belawa dan rumah warga setempat
dan kayu, tetapi 2 orang anggota Ramli.
memegang tangannya dan 1 orang
2) Beberapa korbannya pada saat itu lanjut
anggota memegang kakinya, kemudian
Kapolsek yaitu, anggota Polsek Belawa,
saya mengikat tangan dan kakinya
warga setempat, Ramli, dan pejalan
dengan tali karena memberontak terus
kaki, Ancu dan Caddi.
dan mengangkat masuk dirumah untuk
3) "Atas permintaan keluarganya Jumadi
menyerahkan sama keluarganya,"
dan Imani datang di Polsek Belawa
lanjutnya.
Akibat ulah Supriadi tersebut, Ia
meminta bantuan untuk menangkap
diduga mengalami gangguan jiwa. Supriadi, jadi Upaya yang saya lakukan
"Pada saat itu disampaikan pada bersama 3 orang anggota datang ke
orang tuanya dan keluarganya agar rumah pelaku".
dibawa untuk berobat, namun orang
tuanya tidak ada upaya dibawa berobat Frasa sangat meresahkan, sering
anaknya," tutupnya. melempar pada kalimat 1, kata korbannya
Sebelumnya, Supriadi(28) Warga pada kalimat 2, serta kata permintaan
Desa Lappangeng Kecamatan Belawa keluarga dan menangkap pada kalimat 3,
Kabupaten Wajo mengaku dianiaya oleh menunjukkan identifikasi terhadap perilaku
oknum polisi di daerahnya. korban yang meresahkan. Korban (Supriadi)
Hal tersebut diungkapkan SP saat dianggap meresahkan karena sering
menceritakan kasus yang dialaminya saat melempari aparat dan warga setempat yang
melapor di kantor Lembaga Bantuan mengakibatkan keluarganya meminta
Hukum (LBH) Makassar Jl Pelita Raya kepada polisi agar korban ditangkap.
kota Makassar, Kamis (6/10/2016). Identifikasi tentang perilaku korban yang
"Waktu itu kapolsek yang ikat meresahkan pada kalimat 1 menunjukkan
saya, tiga anggotanya datang langsung bahwa korban dimarginalkan dalam teks
pukul saya di bagian telinga, dada dan di berita.
bagian wajah," cerita Supriadi didepan
staf LBH dan beberapa wartawan. Teks berita 5
Wartawan Media Online di Gowa jadi Korban
Strategi wacana yang digunakan Pengeroyokan Debt Collector
dalam judul teks berita ‘Warga Mengaku Rabu, 5 Oktober 2016 18:45
Dipukul Polisi, Kapolsek Belawa: Dia Laporan Wartawan Tribun Timur Wa Ode
Meresahkan’ adalah strategi identifikasi. Nurmin
Korban yang mengaku telah dipukul polisi, TRIBUN-TIMUR.COM,
diidentifikasi oleh polisi sebagai orang yang SUNGGUMINASA- Wartawan media
meresahkan. Identifikasi sebagai orang yang online di Gowa, Muhammad Dahlan (23),

10
Representasi Korban Kekerasan …. (A. Yusdianti Tenriawali)

menjadi korban pengeroyokan dari motor Bank Sampoerna yang beralamat


beberapa pria yang diketahui debt di Jl Veteran Selatan, Makassar.
Collector di depan kantornya, Jl. 2) "Memang motor ku menunggak satu
Tumanurung, Rabu (5/10). bulan, tapi saya bilang saya bayar besok.
Dari keterangan Dahlan saat Saya juga siap tulis pernyataan. Tidak
melaporkan kejadian itu di Mapolres mau juga, dia paksa tarik dan ambil itu
Gowa, dia dikeroyok Collector dari motor".
pembiayaan motor Bank Sampoerna 3) Saat Dahlan mencoba mempertahankan
yang beralamat di Jl Veteran Selatan, motor itu, para pria yang berjumlah lima
Makassar. orang tersebut langsung memukul dan
"Memang motor ku menunggak menginjak tangan dan menendang
satu bulan, tapi saya bilang saya bayar kakinya.
besok. Saya juga siap tulis pernyataan.
Tidak mau juga, dia paksa tarik dan ambil Kata dikeroyok, collector pada
itu motor, " katanya.
kalimat 1, kata menunggak, siap tulis
Saat Dahlan mencoba
penyataan pada kalimat 2, serta kata
mempertahankan motor itu, para pria
memukul dan menginjak
yang berjumlah lima orang tersebut
mengidentifikasikan bahwa pelaku telah
langsung memukul dan menginjak
melakukan penganiayaan pada korban.
tangan dan menendang kakinya.
Akhirnya motor Yamaha Hino yang
Kalimat 1 memberi informasi bahwa yang
baru dua bulan dia kredit itu disita.
melakukan pengeroyokan adalah debt
Namun Dahlan meyayangkan sebab ada collector. Kalimat 2 memberi informasi
kamera yang dia simpan di sadel motor. bahwa motor korban memang menunggak
Sementara itu Kanit, Ipda Marsuni sehingga korban berjanji membayar
Ago mengatakan, saat ini korban sudah tunggakannya keesokan harinya bahkan
dimintai keterangannya di SPKT. bersedia menulis surat pernyataan. Kalimat
"Dari keterangan korban awalnya 3 memberi informasi tentang perlakukan
satu orang yang datang menanyakan pelaku pada korban yang memukul dan
identitasnya, setelah itu beberapa lagi menginjak. Kalimat 1, 2, dan 3 di atas
datang sambil membawa mobil pickup. memberi kesan bahwa pelaku telah berbuat
Yang pasti Kita sudah terima salah karena telah memukul dan menginjak
keterangannya,"katanya lagi.(*) korban, padahal korban telah berjanji untuk
melunasi tunggakan. Strategi identifikasi
Pada judul teks berita ‘Wartawan dalam teks berita bertujuan untuk
Media Online di Gowa jadi Korban menunjukkan perilaku kasar pelaku dalam
Pengeroyokan Debt Collector’ strategi peristiwa pengeroyokan tersebut.
wacana yang digunakan adalah strategi
nominalisasi. Strategi nominalisasi dalam Teks berita 6
judul teks berita ditandai dengan Gara-Gara Bertanya Kapan Dinikahi, Gadis Asal
pemberitaan tentang peristiwa pengeroyokan Jl Veteran Makassar Ini Dianianya Pacar
dengan menampilkan korban apa adanya. Kamis, 27 Oktober 2016 08:19
Pada bagian isi berita, strategi Laporan wartawan Tribun Timur Hasan
Basri
wacana yang digunakan adalah strategi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR --AS
identifikasi. Strategi identifikasi dalam teks
(29), seorang perempuan asal JL Veteran
terdapat dalam kalimat berikut:
Makassar melaporkan kekasihnya IS ke
1) Dari keterangan Dahlan saat melaporkan
Polsek Tamalate Makassar. Isi laporanya,
kejadian itu di Mapolres Gowa, dia
ia mendapatkan tindakan kekerasan yang
dikeroyok Collector dari pembiayaan dilakukan kekasihnya itu.

11
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 1—15

IS menceritakan ihkwal yang wartawan Tribun Timur memberi informasi


menimpa dirinya, ketika menpertanyakan bahwa penganiayaan yang diterima korban
keseriusan IS untuk melamarnya, sejak 20 merupakan akibat dari pertanyaan korban.
September 2016 lalu. Namun naasnya, Penggunaan strategi identifikasi oleh
niat baik AS justru mendapat perlakuan wartawan Tribun Timur memberi kesan
kasar. memarginalkan posisi korban dalam judul
“Datangka di rumahnya baik-baik teks berita.
pak hanya mengingatkan janjinya untuk Pada bagian isi berita, strategi
melamarku sesuai janjinya. Tapi malah wacana yang digunakan adalah strategi
dia menganiaya saya,"kata As kepada nominalisasi, seperti yang terlihat dalam
wartawan, Rabu (26/10/2016). kalimat berikut:
Kekasihnya langsung menonjok 1) AS (29), seorang perempuan asal JL
wajahnya. Penganiayaan kekasihnya itu Veteran Makassar melaporkan
mengakibatkan korban mengalami kekasihnya IS ke Polsek Tamalate
memar pada bagian dahi sebelah kiri,
Makassar.
dagu sebelah kiri, perut dan bahu sebelah
2) Isi laporannya, ia mendapatkan tindakan
kiri.
kekerasan yang dilakukan kekasihnya
AS mengaku mendatangi lelaki itu,
itu.
hanya untuk memperjelas perjanjian
3) AS mengaku mendatangi lelaki itu,
yang telah mereka sepakati dengan
keluarganya untuk melamarnya bulan ini.
hanya untuk memperjelas perjanjian
Musabahnya, As merasa malu dengan yang telah mereka sepakati dengan
keluarganya yang sudah diketahui para keluarganya untuk melamarnya bulan
tetangganya. ini.
"Alasanya, karena uang panai.
Tapi saya sudah sampaikan kalau Kalimat 1 menampilkan korban apa
keluarga saya tidak akan adanya dengan memberi informasi kepada
mempemasalahkan itu, cukup Rp 5 juta pembaca bahwa seorang perempuan asal Jl
saja. Namun, masih saja mengaku tidak Veteran melaporkan kekasihnya ke polisi.
punya uang,"paparnya. Kalimat 2 menginformasikan alasan korban
Atas perlakuan IS, gadis inipun melaporkan pacar korban ke polisi, dan
langsung melaporkan ke Polisi pasca kalimat 3 menginformasikan kepada
setelah kejadian. Sekedar diketahui, pembaca alasan korban mendatangi pelaku
kasus ini telah dalam penyelidikan di rumahnya. Strategi nominalisasi dalam
Kepolisian. Beberapa saksi dari keluarga ketiga kalimat di atas menampilkan korban
IS telah dimintai keterangan seputar apa adanya tanpa kesan negatif.
insiden penganiayaan itu. (*) Strategi identifikasi pada bagian isi
berita dapat ditemukan dalam kalimat
Strategi wacana yang digunakan berikut:
pada judul teks berita ‘Gara-Gara Bertanya 1) Namun naasnya, niat baik AS justru
Kapan Dinikahi, Gadis Asal Jl Veteran mendapat perlakuan kasar.
Makassar Ini Dianianya Pacar’ adalah 2) Penganiayaan kekasihnya itu
strategi identifikasi. Strategi identifikasi mengakibatkan korban mengalami
ditunjukkan dalam kalimat Gara-gara memar pada bagian dahi sebelah kiri,
Bertanya Kapan Dinikahi. Konstruksi dagu sebelah kiri, perut dan bahu
kalimat pertama pada judul teks sebelah kiri.
menjelaskan konstruksi kalimat selanjutnya
yang menunjukkan akibat dari pertanyaan Kalimat 1 dan 2 menginformasikan
korban (Gadis Asal Jl. Veteran Makassar Ini kepada pembaca tentang perlakuan pelaku
Dianiaya Pacar). Dalam judul teks,

12
Representasi Korban Kekerasan …. (A. Yusdianti Tenriawali)

kepada korban. Hal tersebut memberi kesan Korban tewas sekitar pukul 5.00
bahwa pelaku memiliki sifat yang kasar. wita setelah tubuhnya dipenuhi luka
sabetan parang. Saat itu, pelaku
Teks berita 7 menutup dan mengunci rumahnya,
Pria Maros Pembunuh Istri Gara-gara Ditolak sehingga korban tidak bisa melarikan diri.
Nafsunya Divonis 15 Tahun Terdakwa tersebut ditahan di
Rabu, 12 Oktober 2016 16:19 Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Maros. Dia langsung digiring setelah
Lempe proses persidangan selesai.
TRIBUN TIMUR.COM, MAROS - Terdakwa
kasus pembunuhan istri, Amir alias Strategi wacana yang digunakan
Hamiro (60) warga Dusun Berua, Desa dalam judul teks berita ‘Pria Maros
Salenrang, Kecamatan Bontoa, Maros, Pembunuh Istri Gara-gara Ditolak Nafsunya
Sulawesi Selatan, divonis 15 tahun Divonis 15 Tahun’ adalah strategi
penjara oleh Majelis Hakim Syahbuddin nominalisasi. Strategi nominalisasi dalam
didampingi Fifianti dan Jeni Tula, Rabu judul teks ditandai dengan menampilkan
(12/10/2016). pelaku dengan apa adanya dalam
Putusan hakim Pengadilan Negeri pemberitaan, sehingga strategi nominalisasi
(PN) tersebut sama dengan tuntutan dalam judul bertujuan untuk
jaksa penuntut umum (JPU) Kejari Maros, menginformasikan vonis hakim terhadap
Koharuddin. Terdakwa terbukti pelaku.
membunuh istrinya sendiri, Rabiah (51).
Strategi wacana yang digunakan
Kepala Seksi Intelijen (Kasiintel)
dalam isi berita adalah strategi nominalisasi.
Kejari Maros Hari Surahman
Hal tersebut terlihat dalam kalimat di bawah
menyampaikan, terdakwa dijerat pasal
ini:
44 ayat 3 Undang-undang nomor 23
1) Terdakwa kasus pembunuhan istri, Amir
tahun 2014 tentang kekerasan dalan
rumah tangga dengan ancaman 15 tahun
alias Hamiro (60) warga Dusun Berua,
penjara. Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa,
"Pelaku pembunuhan istrinya Maros, Sulawesi Selatan, divonis 15
sendiri, Amir alias Hamiro sudah divonis tahun penjara oleh Majelis Hakim
15 tahun oleh majelis hakim. Putusan ini Syahbuddin didampingi Fifianti dan Jeni
sama dengan tuntutan jaksa," kata Hari. Tula, Rabu (12/10/2016).
Hal yang memberatkan terdakwa 2) Terdakwa terbukti membunuh istrinya
yakni, menghilangkan nyawa orang lain, sendiri, Rabiah (51).
memberikan keterangan berbelit-belit
saat persidangan, meresahkan Kata terdakwa, pembunuhan, dan
masyarakat dan menyalahkan korban. divonis 15 tahun penjara dalam kalimat 1
"Terdakwa ini masih menyalahkan memberikan informasi kepada pembaca
korban, karena istrinya ini tidak mau bahwa pelaku mendapatkan vonis hukuman
melayaninya. Makanya, terdakwa ini 15 tahun penjara. Pada kalimat 2, kata
marah dan menusuk istrinya di rumahnya terdakwa dan membunuh istrinya memberi
sendiri," ujarnya. informasi kepada pembaca bahwa yang
Dalam persidangan, Hamiro menjadi korban dari pembunuhan tersangka
mengaku menghabisi nyawa istrinya adalah istri tersangka. Dalam 2 kalimat di
Rabiah dengan membacok menggunakan atas, pelaku ditampilkan apa adanya,
parang, Sabtu (16/4/2016) lalu, karena sedangkan korban ditampilkan sebagai
korban sudah tiga kali menolak untuk objek dalam pemberitaan.
berhubungan intim.

13
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 1—15

Pada teks berita juga ditemukan strategi wacana eksklusi adalah strategi yang
strategi identifikasi. Hal tersebut terlihat digunakan untuk mengeluarkan atau
dalam kalimat berikut: menghilangkan salah satu aktor sosial, bisa
1) Hal yang memberatkan terdakwa yaitu, berupa kelompok atau seseorang, dari
menghilangkan nyawa orang lain, pemberitaan. Oleh karena itu,
memberikan keterangan berbelit-belit kecenderungan penggunaan strategi wacana
saat persidangan, meresahkan inklusi dalam teks berita daring Tribun
masyarakat dan menyalahkan korban. Timur menunjukkan bahwa pola
2) Terdakwa ini masih menyalahkan pemberitaan teks berita daring Tribun Timur
korban, karena istrinya ini tidak mau selalu menampilkan semua aktor sosial
melayaninya. (korban dan pelaku) yang terlibat dalam
3) Korban tewas sekitar pukul 5.00 wita peristiwa tindak kekerasan.
setelah tubuhnya dipenuhi luka sabetan
parang. Saat itu, pelaku menutup dan PENUTUP
mengunci rumahnya, sehingga korban Berdasarkan hasil analisis teks berita
tidak bisa melarikan diri. daring Tribun Timur yang dianggap
merepresentasikan korban kekerasan terlihat
Kata terdakwa pada kalimat 1 dan 2 bahwa bentuk kebahasaan berita yang
yang diidentifikasikan dengan frasa hal yang merepresentasikan korban kekerasan pada
memberatkan pada kalimat 1 dan frasa situs Makassar.tribunnews.com adalah kata
masih menyalahkan korban pada kalimat 2 dan kalimat yang mengandung strategi
menunjukkan bahwa pelaku yang telah wacana nominasi dan identifikasi yang
terbukti bersalah menganggap dirinya tidak termasuk dalam strategi wacana inklusi.
bersalah dan akhirnya memberi keterangan Penggunaan strategi wacana nominasi untuk
yang berbelit-belit dalam persidangan. Hal merepresentasikan korban kekerasan
tersebut menunjukkan bahwa pelaku menunjukkan bahwa karakteristik
menganggap tindakannya membunuh pemberitaan korban kekerasan dalam teks
istrinya wajar. berita Tribun Timur cenderung
Penggunaan strategi identifikasi menampilkan semua aktor atau korban
dalam kedua kalimat di atas menunjukkan kekerasan. selain itu, tidak ditemukannya
bahwa wartawan Tribun Timur strategi wacana eksklusi dalam data yang
menginformasikan kelakuan buruk dianalisis menunjukkan bahwa teks berita
tersangka (memberikan keterangan berbelit- daring Tribun Timur selalu menampilkan
belit saat persidangan, meresahkan semua aktor sosial yang terlibat dalam
masyarakat dan menyalahkan korban). Pada peristiwa tindak kekerasan, tanpa
kalimat 3, korban diidentifikasikan tidak mengeluarkan salah satu aktor sosial yang
berdaya karena tidak bias melarikan diri. terlibat dalam peristiwa tindak kekerasan
Perbuatan pelaku yang mengunci pintu tersebut.
rumah sehingga korban tidak bias keluar Pada teks berita, korban kekerasan
menunjukkan kekejaman pelaku. laki-laki cenderung ditampilkan dengan
Strategi nominasi dan identifikasi strategi nominasi yang menampilkan korban
yang ditemukan dalam teks berita termasuk dengan apa adanya, namun untuk korban
ke dalam kelompok strategi wacana inklusi, kekerasan perempuan terlihat
sedangkan strategi wacana eksklusi tidak kecenderungan ditampilkan dengan strategi
ditemukan dalam teks berita yang dianalisis. identifikasi yang menampilkan korban
Strategi wacana inklusi adalah strategi sebagai pihak yang tidak berdaya. Korban
wacana yang dapat digunakan jika laki-laki dalam teks berita daring Tribun
menginginkan sesuatu, seseorang, atau Timur cenderung lebih dilindungi
kelompok ditampilkan dalam teks. Adapun dibandingkan korban perempuan. Hal

14
Representasi Korban Kekerasan …. (A. Yusdianti Tenriawali)

tersebut dapat mengindikasikan bahwa Juditha, Christianty. 2015. “Dilematis Media


wartawan Tribun Timur masih cenderung dalam Pemberitaan Konflik dan
menganut ideologi patriarki, namun di sisi Kekerasan”. Acta diurnA, Vol. 11,
lain dengan adanya kecenderungan No. 1: 15—34.
pemfokusan korban perempuan sebagai Leeuwen, Theo Van. 2008. Discourse and
pihak yang tidak berdaya juga dapat Practice; New Tools For Critical
mengindikasikan bahwa wartawan Tribun Discourse Analysis. New York:
Timur ingin agar korban kekerasan Oxford University Press.
perempuan lebih diperhatikan nasibnya. Setiawan, Yuliyanto Budi. 2011. “Analisis
Wacana Kritis Pemberitaan
Kekerasan Berbasis Gender Di Surat
DAFTAR PUSTAKA Kabar Harian Suara Merdeka”. Jurnal
Eriyanto. 2003. Analisis Wacana; Ilmiah Komunikasi/MAKNA, Vol. 2,
Pengantar Analisis Teks Media. No. 1:13—20.
Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik
Fauziah, & Tamampil, Armis. 2015. Analisis Bahasa: Pengantar
“Representasi Perempuan Dalam Penelitian Wahana Kebudayaan
Pemberitaan KDRT di Media Massa Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta
Pada Masyarakat di Wilayah Jakarta Wacana University Press.
(Studi Pemberitaan Kekerasan Dalam Suwarno. 2012. “Analisis Perilaku
Rumah Tangga di Merdeka.com dan Kekerasan Massa dan Upaya
Kompas.com)”. PROMEDIA, Vol.1, Penanggulangannya”. Seminar Hasil
No. 1:131—158. Penelitian dan Pengabdian Kepada
Galtung, Johan. 2002. Kekerasan Budaya. Masyarakat FISIP Unila (pp. 46—
Jakarta: Ghalia Indonesia. 57). Lampung: Unila.
Hall, Stuart. 2003. Representation: Cultural Suganda, Dadang, dkk. 2007. “Representasi
Representation and Signifying Sosok Tenaga Kerja Wanita (TKW)
Practices. London: Sage Publication. Indonesia dalam Wacana Berita Pada
Hasanah, Hasanah. 2013. “Kekerasan Harian Umum Utusan Malaysia dan
Terhadap Perempuan dan Anak dalam Harian Umum Kompas Indonesia
Rumah Tangga Perspektif (Kajian Analisis Wacana Kritis)”.
Pemberitaan Media”. SAWWA, Vol. Simposium Kebudayaan Indonesia
9, No. 1:159—178. Malaysia X (pp. 1—55). Selangor,
Hufad, Ahmad. 2003. “Perilaku Kekerasan: Malaysia: Fakultas Sastra Universitas
Analisis Menurut Sistem Budaya dan Padjadjaran.
Implikasi Edukatif”. Mimbar http://www. makassar.tribunnews.com//
Pendidikan, Vol. 2, No. XXI:52—61.

15
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 17— 31

REMAJA KERING DALAM PEMBACAAN DURUM


(Lonely Teenagers in “Durum” Reading)

Resti Nurfaidah
Balai Bahasa Jawa Barat
Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung 40113
Pos-el: sineneng1973@gmail.com
(Diterima: 28 Mei 2018; Direvisi: 30 Mei 2018; Disetujui: 5 Juni 2018)

Abstrak
This article entitled "The exhaustic Adolescent on Durum Reading". Durum is one of the compulsary scripts
in Festival Drama Sunda Basa 2017. Durum is a massive script - solid in characters and content of the story-.
The script conveys factors that cause conflict in teenagers life and the impact that occurs due the losing
thefamily’s ideality . The identification problem in this artical was just focused on adolencent’s conflict and
family along its impact against himself/herself and their surroundings. The purpose of this study revealed the
background of their conflict through the symbolof each sceneand their psychological aspects This artical used
semiotics of John Fiske and developmental psychology of Hurlock as its theoretical concepts. Anyway, the
research method used qualitative with descriptive analysis. The results showed that there were intergenerational
gap among adolescents with all their contemporary values with the older generation and social values that wer
considered as an old-fashioned; lossing of closeness and harmonious communication between parent and
adolescent, as well as between parents themselves; the high pressure of hedonistic and materialistic life; also an
individualist lifestyle that no longer understood the meaning of understanding and caring among people. The
exhaustic adolescent represented family and environtmental disharmony.
Keywords: Durum, adolescent, conflict, semiotic, phsychology

Abstrak
Artikel ini berjudul “Remaja Kering dalam Pembacaan Durum”. Durum merupakan salah satu naskah
unggulan dalam Festival Drama Basa Sunda 2017. Durum merupakan naskah yang masif (padat dalam
pemeranan dan muatan cerita). Naskah tersebut menyampaikan faktor-faktor penyebab timbulnya konflik dalam
kehidupan remaja dan dampak yang terjadi akibat kehilangan idealitas di dalam lingkungan keluarga.
Identifikasi masalah dalam artikel ini dibatasi pada konflik remaja dan lingkungan keluarganya serta
dampaknya terhadap diri si remaja maupun lingkungan di sekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengungkapkan latar terjadinya konflik remaja melalui telaah pada simbol adegan serta aspek psikologis
remaja. Konsep teoretis yang digunakan dalam artikel ini adalah semiotika John Fiske dan psikologi
perkembangan Hurlock. Metode penelitian yang digunakan ialah kualitatif dengan analisis deskriptif. Hasil
yang diperoleh dalam penelitian tersebut adalah adanya kesenjangan antargenerasi: antara remaja dengan
segala nilai kontemporernya dengan generasi tua dan nilai-nilai sosial yang dianggap kolot; hilangnya
kedekatan dan komunikasi harmonis antara orangtua dan remaja, serta antarorang tua sendiri; tekanan
kehidupan hedonistis dan materialistis yang cukup tinggi; pola hidup individualis yang tidak lagi memahami arti
pengertian dan kepedulian antarsesama manusia. Remaja kering merupakan bukti atas ketidakharmonisan
keluarga dan lingkungan setempat.
Kata-kata kunci:durum, remaja, konflik, semiotika, psikologi

PENDAHULUAN tersebut. Diibaratkan seperti arus yang deras,


Zaman bergerak secepat pergerakan globalisasi menjadi malaikat kematian
angin, bahkan dapat dikatakan tidak terukur. terhadap serangkaian batas-batas wilayah,
Munculnya serangkaian fenomena baru batas-batas etika dan norma sosial, batas-
seakan mewarnai peradaban manusia. batas adat dan tradisi, tetapi meninggalkan
Globalisasi ditenggarai sebagai sumber dari sekaligus menebarkan jejak keragaman,
segala sumber perubahan yang cepat sebaran etika dan norma yang baru. Banyak

17
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:17—31

pula yang mengatakan bahwa wajah dunia cenderung individualistis, ditambah dengan
seolah dimiripkan dengan segala aspek budaya materialis dan narsistis yang cukup
kehidupan manusianya. Yang paling deras serangannya, semakin memudahkan
dikhawatirkan dengan perubahan tersebut remaja untuk menjadi rapuh. Sisi gelap
adalah kaum muda, yang dengan segala masa remaja itulah yang dimunculkan dalam
keluasan pengetahuannya seolah mampu beberapa naskah Festival Drama Basa Sunda
menaklukan teknologi dengan gawai (FDBS) 2017 yang diselenggarakan oleh
canggihnya. Gawai yang mampu membawa Teater Sunda Kiwari. Lima naskah unggulan
mereka ke dunia yang jauh, menelan dijadikan sebagai naskah pilihan peserta,
mentah-mentah pengaruh Barat, bertahap yaitu Belis, Pasalia, Durum, Salayar Dami,
meninggalkan keribetan pakem tradisi dan dan Pret. Kelima naskah tersebut
menjauhkan dunia yang dekat di antara menunjukkan polemik dalam kehidupan
mereka. Pengaruh-pengaruh nilai baru yang manusia masa kini. Terkecuali Belis, empat
seolah cenderung menjanjikan kebebasan naskah lain berbicara tentang kelamnya
dan kemudahan, yang tidak didasari dengan kehidupan remaja saat ini. Keempat naskah
akar-akar pemahaman akan risiko besar yang tersebut memberikan gambaran kehidupan
ditanggungnya, lalu banyak mendatangkan remaja yang sudah kehilangan idealitas
cobaan yang luar biasa di dalam kehidupan keluarga dan lingkungan sosialnya. Mereka
para remaja. Tentu saja, dalam satu sisi, menjadi kesepian. Dengan dasar sebagai
pengaruh-pengaruh baru Barat juga memiliki makhluk sosial, remaja melampiaskan
sederet nilai positif, di antaranya daya kerinduan akan idealitas tersebut pada
kreativitas remaja yang luar biasa, ditambah berbagai alternatif yang rupanya menjebak
dengan kemajuan dunia digital memudahkan mereka sendiri sebagai korban yang baru.
mereka untuk berkarya dan berprestasi. Sedianya, artikel ini akan membahas
Hanya saja, sungguh disayangkan jika tanpa keempat naskah tersebut, tetapi keterbatasan
didasari pandangan yang luas, dan dasar waktu menyebabkan bahasan ini hanya
pemahaman yang tinggi, remaja seolah diarahkan pada satu naskah, yaitu Durum.
kehilangan kendali. Kehidupan instan seperti Durum ditulis oleh E.D. Jenura.
yang kerap kali ditayangkan dalam sinetron Durum merupakan singkatan dari Dunia
melekat erat dalam-dalam dan lambat laun Rumaja ‘Dunia Remaja’. Dapat dikatakan
menyusutkan daya juang mereka. bahwa Durum merupakan drama yang padat
Remaja tidak pernah lepas dari dengan deretan fragmen masalah dalam
lingkungan keluarganya. Remaja yang kehidupan remaja yang padat. Semua adegan
digandangkan sebagai masa usia labil, berisi, tidak sambung menyambung, plot
pencarian jati diri, penuh ketakutan, tidak naik-turun, dan dialog yang cukup
realistis dan cenderung subjektif, mengaduk-aduk emosi penonton. Durum
ambivalensi tinggi terhadap perubahan dan menyajikan remaja yang lepas dari
risiko yang dihadapi, dan sebagainya. pengawasan orang tua, orang tua yang lepas
Idealnya, remaja yang berada dalam masa dari pakem perkawinan, konsep percintaan
peralihan tersebut tetap berada di dalam yang sudah melenceng jauh, hilangnya
pengawasan kedua orang tuanya, keluarga konsep keteladanan, dan gaya tontonan
besar, dan lingkungan sosialnya. Namun, masyarakat masa kini yang cenderung
tidak semua remaja beruntung mendapatkan hedonis, terangkai dalam
idealitas tersebut. Adakalanya, pada masa ketidaksinambungan antaradegan, serta
remaja itulah mereka terjerumus ke dalam banyaknya karakter yang dihadirkan, tetapi
kegelapan. Lepasnya pengawasan orang tua, memberikan keutuhan tentang pencitraan
renggangnya hubungan dengan saudara, remaja kering saat ini. Durum secara masif
kondisi dan situasi lingkungan sosial yang menyampaikan serangkaian faktor dan
18
Remaja Kering dalam …. (Resti Nurfaidah)

dampak kehilangan idealitas tersebut. nilai dan standar perilaku yang biasanya
Karakter yang ditampilkan dalam drama terjadi dalam perubahan budaya yang sangat
tersebut adalah Dalang, Satu, Dua, Tiga, cepat. Kesenjangan generasi yang paling
Empat, Kesih Sukesih, Aji Kataji, Kutu menonjol adalah di bidang norma sosial.
Buku, Cacing Cau, Suami, Istri, Junkie, Norma sosial yang muncul dalam kehidupan
Penyiar, Aktris, dan Aktor. Latar tempat dan remaja saat ini, misalnya, merupakan tabu
situasi dibuat absurd, tidak disebutkan dalam kehidupan generasi orang tua pada
dengan jelas. Hanya saja, di panggung masa remaja dulu. Konflik akan semakin
tersedia sebuah properti yang meruncing jika ditambahkan dengan
menggambarkan layar monitor, kotak-kotak ketidakmampuan remaja untuk
besi yang menggambarkan remote control berkomunikasi dengan orang tua dan
dan gawai, serta gulungan tambang besar generasi sebelumnya yang lain. Orang tua
yang tersambung pada sebuah. Durum yang banyak yang sulit menerima kenyataan atas
menjadi fokus bahasan dalam artikel ini pembangkangan remaja pada larangan-
adalah yang dipentaskan di Jambore Sastra larangan tertentu, sementara si remaja
2017 di Yogyakarta. Jambore Sastra 2017 memandang orang tuanya tidak bisa
merupakan pagelaran tahunan beberapa mengerti keinginannya. Teja (2016)
anggota tetap di wilayah Indonesia Tengah menyampaikan tujuh pilar pengasuhan anak
yang meliputi balai dan kantor di wilayah Elly Risman sebagai solusi untuk
Jawa, Banten, Bali, NTB, NTT, dan menjembatani kesenjangan antargenerasi
Kalimantan. Sebagai wakil dari Jawa Barat, tersebut, antara lain, orang tua harus
Balai Bahasa Jawa Barat menunjuk Teater sepenuhnya ada untuk anak, membangun
Gawe SMKN 3 Tasikmalaya, salah satu ikatan yang kuat dengan anak, menetapkan
peserta dalam FDBS 2017. tujuan pengasuhan yang jelas, pengaturan
gaya berbicara (tutur kata halus, sopan, baik,
LANDASAN TEORI dan tidak bohong), orang tua harus menjadi
Konsep yang digunakan dalam sekolah religi pertama bagi anak, memiliki
artikel ini adalah semiotika Fiske dan persiapan pola pengasuhan anak saat remaja,
psikologi perkembangan Hurlock. Remaja serta mengajari anak menahan pandangan.
sebagai bagian dari tahapan perkembangan Sementara itu, Hapsari (2012)
manusia dianggap sangat unik, terutama menyampaikan bahwa menghadapi remaja
pada aspek kelabilan (moral dan emosi) serta memerlukan strategi tersendiri. Jika terlalu
kepesatan fisik. Konflik dalam kehidupan keras, remaja akan melampiaskan pencarian
remaja, menurut Hurlock (2013:231—232), oase di luar rumah, sebaliknya, jika terlalu
bermula pada kesalahan kedua belah pihak, longgar, remaja akan mudah terjerus ke
remaja-orang tua. Orang tua sulit dalam kesesatan, seperti pergaulan bebas.
melepaskan sifat naluriahnya, yaitu Hapsari menyampaikan pendapat Risman
menganggap remaja mereka sebagai anak tentang kiat orang tua dalam menghadapi
kecil. Orang tua cenderung memperlakukan remaja, antara lain, memupuk sikap
mereka sebagai anak kecil, tetapi di sisi lain, menerima dan bersahabat dengan remaja,
mereka mengharapkan si remaja untuk mengenali hal-hal yang muncul dalam
bertindak sesuai dengan usianya saat itu. kehidupan remaja, serta membangun
Kesalahan remaja adalah sulit menerima kepercayaan kepada remaja. Kedekatan
perlakuan tersebut. Hal lain yang paling orang tua dan remaja sedemikian penting.
mendasar adalah kesenjangan generasi Jika tidak, remaja akan melarikan diri dan
(Hurlock, 2013:232). Hurlock memandang mencari “orang tua” baru di luar rumah
bahwa kesenjangan tersebut kebanyakan dalam berbagai wujud. Paling ekstrem,
diakibatkan oleh perubahan radikal dalam kerenggangan tersebut akan memunculkan
19
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:17—31

kenakalan remaja. Ir (2011) memberikan pedoman interprestasi koefisien korelasi


gambaran penyebab kenakalan remaja diketahui pengaruh perhatian orang tua
berikut, yaitu (1) kurangnya sosialisasi dari terhadap kenakalan remaja dalam kategori
orang tua ke anak mengenai nilai-nilai moral kuat. Saripuddin (2009:vi) dalam skripsi
dan sosial; (2) contoh perilaku yang berjudul “Hubungan Kenakalan Remaja
ditampilkan orang tua (modeling) di rumah dengan Fungsi Sosial Keluarga”
terhadap perilaku dan nilai-nilai anti-sosial; menyampaikan bahwa terdapat hubungan
(3) kurangnya pengawasan terhadap anak negatif antara fungsi sosial keluarga dan
(baik aktivitas, pertemanan di sekolah kenakalan remaja. Semakin tinggi fungsi
ataupun di luar sekolah, dan lainnya); (4) sosial keluarga semakin rendah kenakalan
kurangnya disiplin yang diterapkan orang remaja, sebaliknya semakin rendah fungsi
tua pada anak; (5) rendahnya kualitas sosial keluarga semakin tinggi kenakalan
hubungan orang tua-anak; (6) tingginya remaja. Safitri (2011:ix) dalam tesis berjudul
konflik dan perilaku agresif yang terjadi “Penanganan Kenakalan Remaja (Studi
dalam lingkungan keluarga; (7) kemiskinan Kasus Di SMA Negeri 2 Boyolali)”
dan kekerasan dalam lingkungan keluarga; mendapati dua cara penanganan yang
(8) anak tinggal jauh dari orang tua dan tidak dilakukan guru Bimbingan dan Konseling di
ada pengawasan dari figur otoritas lain; (9) sekolah tersebut, yaitu (1) cara kuratif atau
perbedaan budaya tempat tinggal anak, penyembuhan bagi siswa yang terlibat
misalnya pindah ke kota lain atau kenakalan remaja ringan berupa
lingkungan baru; dan (10) adanya saudara pemanggilan serta pemberian penringatan
kandung atau tiri yang menggunakan obat- pertama, dan (2) cara represif atau
obat terlarang atau melakukan kenakalan pembinaan bagi siswa yang terlibat dalam
remaja. Ir juga menambahkan bahwa kenakalan remaja berat. Jika kenakalan
lingkungan pergaulan rema serta aturan tersebut berulang, pihak sekolah melakukan
sekolah yang kurang tegas juga dapat turut cara yang ketiga, yaitu pengembalian siswa
memicu kenakalan remaja tersebut. kepada pihak orang tua. Artikel ini juga
Penelitian tentang konflik remaja telah berkaitan dengan penelitian terhadap
banyak dilakukan. Rohisoh (2011:ix) dalam kenakalan remaja berupa konflik remaja
skripsi berjudul “Pengaruh Perhatian Orang dengan lingkungan keluarga inti dan
tua Terhadap Kenakalan Remaja di MTs. lingkungan di sekitarnya, berbeda dengan
Walisongo Sidowangi Kajoran, Kabupaten kebanyakan penelitian serupa berupa studi
Magelang” menyampaikan hasil penelitian kasus pada satu institusi, yang disajikan
kualitatif dalam analisis deskriptif bahwa dalam bentuk drama. Berdasarkan pada hasil
perhatian orang tua di sekolah tersebut pembacaan pada kajian pustaka, kesemuanya
berada pada kategori tinggi (54 anak atau mengaitkan kenakalan remaja dengan
90%), kategori sedang (3 anak atau 5%), dan kondisi dan situasi keluarga yang tidak
kategori rendah (3 anak atau 3%). Sementara harmonis. Landasan Teori dapat dituliskan
itu, tingkat kenakalan remaja di sekolah dalam subbab dengan tetap mempertimbangkan
tersebut terdiri atas kategori tinggi (2 anak kuota 15% dari keseluruhan badan naskah.
atau 3.33%), kategori sedang (12 anak atau Semua sumber yang dirujuk atau dikutip harus
20%), dan ketegori rendah (46 anak atau dituliskan di dalam daftar pustaka.
76%). Berdasarkan penelitian kualitatif
dalam hasil analisis korelasi produk METODE PENELITIAN
momentsignifikan didapati adanya korelasi Artikel ini merupakan penelitian
yang besar dari “Y” tabel. Pada taraf rxy kualitatif dengan metode analisis deskriptif.
0,728 lebih 0,250 pada taraf 1% adalah Pembahasan dibatasi faktor dan dampak
0,325. Kemudian dihubungkan dengan pengaruh zaman terhadap kehidupan remaja
20
Remaja Kering dalam …. (Resti Nurfaidah)

yang rapuh. Sementara itu, tahapan PEMBAHASAN


penelitian yang dilakukan dalam penyusunan Analisis terhadap naskah Durum dibagi ke
artikel ini adalah pembacaan dan dalam tiga level Fiske, yaitu level reality,
pengamatan cermat pada sumber data level representation, dan level ideology.
maupun pada pementasan; pembacaan
literatur pendukung; pengolahan data Durum dalam Semiotika Fiske
berdasarkan konsep teoretis yang relevan Pembahasan Semiotika Fiske dalam
dengan topik penelitian; dan penyampaian pementasan Durum tersebut dibagi ke dalam
hasil analisis dalam bentuk artikel ilmiah. tahapan berikut: Level Reality, level
Konsep teoretis yang digunakan dalam representation, dan level ideology.
artikel ini adalah semiotika John Fiske dan
psikologi perkembangan Hurlock. Menurut Level Reality
John Fiske, semiotika adalah studi tentang Naskah Durum menampilkan sosok
pertanda danmakna dari sistem tanda; ilmu remaja yang tampil apa adanya. Dalam
tentang tanda, tentang bagaimana tanda dan pementasan drama Durum, Teater Gawe
maknadibangun dalam “teks” media; atau menampilkan remaja yang dari segi tampilan
studi tentang bagaimana tanda dari jenis hamper sama, konsep kostum sama. Hal itu
karyaapapun dalam masyarakat yang dilakukan untuk menonjolkan persamaan
mengkomunikasikan makna. Dalam nasib pada sosok remaja kering. Pada sisi
semiotika (ilmu tentang tanda) terdapat dua lain, tata rias panggung dibuat senatural
perhatian utama, yakni hubungan antara mungkin untuk menampilkan kesan remaja
tanda denganmaknanya dan bagaimana suatu yang polos dan belum bisa berpikir dengan
tanda dikombinasikan menjadi suatu kode. jernih dan mendalam. Tata panggung dibuat
Semiotik yang dikaji oleh John Fiske antara sangat sederhana. Sebuah bilah kayu
lain: level reality (realitas), yakni peristiwa dibentuk sebagai cerminan sebuah layar
yang ditandakan (encoded) sebagai realitas, monitor, sebagai wakil dari mata manusia,
berupa tampilan, pakaian, lingkungan, mata masyarakat, tempat hadirnya tayangan
perilaku, gestur, suara. Selanjutnya, level show case yang mampu mencuci otak
representation(representasi), realitas yang penontonnya. Kemudian, setiap pemain
terkode dalam encoded electronically harus memegang sebuah kota besi yang
ditampakkan pada technical codes, seperti multifungsi dalam pemaknaan. Kotak besi
kamera, pencahayaan, penyuntingan, musik, itu berfungsi sebagai gawai atau remote
dan suara. Dalam bahasa tulisada kata, control, benda yang kini seolah menjadi
kalimat, proposisi, foto, grafik, dan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia.
sebagainya, sedangkan dalam bahasa gambar Tata lampu disesuaikan dengan konflik pada
atau televisi ada kamera, tata cahaya, atau setiap adegan. Tipe pemeranan setiap
musik. Elemen-elemen ini ditransmisikan karakter nyaris seragam, yaitu semua
kedalam kode representasional yang dapat karakter tampak emosional dengan
mengaktualisasikan, antara lain, karakter, penyampaian dialog yang lantang.
narasi, latar, dan sebagainya. Terakhir, level Gambar 1
ideology (ideologi), semua elemen Pementasan Drama Durum
diorganisasikan dan dikategorikan dalam
kode-kode ideologis, seperti patriakhi,
individualisme, atau ras. Ketika kita
melakukan representasi atassuatu realitas,
menurut Fiske, tidak dapat dihindari adanya
kemungkinan memasukkan ideologi dalam
konstruksi realitas. Sumber: koleksi pribadi
21
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:17—31

waktunya selalu tercurah untuk belajar.


Tokoh Dalang ditampilkan dengan Tokoh Cacing Cau ditampilkan sangat
sosok yang cenderung bergaya feodal, ketakutan dalam menghadapi tekanan dari
bingung, dan mudah kecewa dalam teman-temannya. Tokoh Suami dan Istri
menghadapi perubahan, tetapi ia tidak digambarkan sangat emosional. Masing-
pernah berhenti untuk membimbing anak- masing berkutat dengan masalah yang tidak
anak remaja yang mengikutinya. Tokoh terselesaikan. Junkie ditampilkan sekilas
Kesih Sukesih digambarkan sebagai remaja sebagai sosok yang meluapkan frustrasi
matre yang manja dan genit. Tokoh Aji dengan merokok sambil mendengarkan
Kataji digambarkan sebagai sosok laki-laki musik fungki. Tokoh penyiar digambarkan
yang metroseksual, lelaki yang memiliki ciri sangat polos. Tokoh Aktris dan Aktor
tubuh laki-laki tradisional, tetapi memiliki digambarkan bersikap sangat berlebihan.
kepedulian yang tinggi terhadap kesehatan Tokoh Satu-Dua-Tiga-Empat digambarkan
dan keindahan tubuhnya. Tokoh Kutu Buku sebagai tokoh yang rata dengan gaya bicara
digambarkan tidak mengenali keadaan yang saling bersahutan.
sekeliling. Perhatiannya hanya tertuju pada
bahan bacaan yang dibawanya dan
Gambar 2
Sebagian Karakter dalam Durum

Aktris Empat Dua

Aktor-Aktris Dalang Kesih Sukesih

Aji Kataji Suami-Istri Satu


Sumber: koleksi Teater Gawe

22
Remaja Kering dalam …. (Resti Nurfaidah)

Level Representation ucapkan. Ia menyampaikan berita kematian


Durum menyampaikan nuansa hidup berikut.
keluarga modern kebanyakan berlatar Dalang: Tidak tahu. Tapi harus
budaya urban. Pola hidup serba instan, ada yang mati malam
hilangnya toleransi, lemahnya koneksi ini. Begitulah, sejatinya
antarsesama manusia, sempitnya waktu, perjalanan hidup. Coba
menyebabkan kehidupan manusia modern saja perhatikan, film,
serial, atau pun buku
cenderung tergesa-gesa. Meninggalkan
bagus, pasti harus ada
tradisi, nilai-nilai, dan norma sosial, manusia karakter yang mati.
modern cenderung menanggalkan etika. Tidak mati, tidak seru!
Hubungan antara generasi muda-tua ibarat Sejatinya keindahan
oposisi. Jurang di antara terbentang lebar. hidup bersembunyi di
Generasi muda tampak asyik sendiri dengan balik kematian. (Janura,
gawai-gawai canggih. Kesemrawutan 2017)
kehidupan urban, kota metropolitan, menjadi
pembuka drama tersebut. Para tokoh Dalang lalu menunjuk perumpamaan calon
berperanan ganda sebagai penduduk wilayah si mati kepada para remaja. mereka yang
urban yang sibuk dengan gawai sambil ditunjuk tampak ketakutan dan
berjalan bolak-balik dengan tergesa-gesa. mengemukakan berbagai alasan untuk
Tenggelamnya mereka dalam keasyikan dihindari dari kematian. Kemudian,
kecanggihan gawai tampak dari cara mereka ketidakpedulian muncul, para remaja itu
memegang kotak besi itu. Seolah mereka kembali menari dan menyanyi lagu yang
tidak mau lepas dari alat itu. Kemudian, sama durum…duruuummmm… durummm….
terdengar suara Durum… durum… durum… Para remaja itu sibuk dengan masalah sinyal
Para tokoh semua hadir dan berperanan yang melemah. Lalu, menaruh kecewa pada
sebagai anak muda yang tenggelam dalam gawai dan memasukkan gawai itu ke dalam
dunia maya. Dunia maya yang mereka saku, lalu menari lagi sambil bernyanyi
anggap sebagai surga yang semu. durummm… durum…duruummm. Salah satu
Gambar 3 kotak besi beralih fungsi sebagai remote
Generasi Gawai control. Di layar yang besar, muncul tokoh
dunia maya bernama Kesih Sukaesih. Ia
menyampaikan gaya hidup hedonis dengan
segala kesenangan semunya. Dalang tidak
menyukai tayangan itu, tetapi para remaja
sebaliknya justru menikmati gaya hidup
bintang dunia maya itu. Dalang tetap
menyampaikan ketidaksetujuannya terhadap
pola pikir Kesih. Para remaja melancarkan
protes dan mengalihkan jalur. Tayangan
Sumber: koleksi pribadi berpindah pada sesosok laki-laki bertubuh
kekar, Aji Kataji. Ia memamerkan ototnya
Langkah mereka dihentikan Dalang. yang membuat para remaja wanita terhanyut.
Dalang menyampaikan akhir kehidupan, Aji Kataji sangat memperhatikan bentuk
kematian. Ia menyampaikan bahwa ada yang serta kesehatan tubuhnya. Ia menyampaikan
mati malam itu. Dalang bertindak sebagai tips-tips yang memikat kepada para
Aku Sang Mahatahu. Kesan “kolot” pada penonton agar mereka mengikuti jejaknya.
tokoh Dalang terlihat pada dialog yang ia Dalang kembali menegur para remaja agar
tidak terlalu yakin dengan hal-hal yang
23
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:17—31

disampaikan oleh Aji Kataji. Di layar Dalang: Kenapa dimatikan?


munncul Aktor-Aktris dalam sebuah Semua: GAk seru…!
sinetron. Tema sinetron itu adalah daun Dalang: Nasionalisme itu
muda. Seorang pemuda gencar mengejar penting banget buat
perempuan berusia dewasa. Perempuan itu remaja seperti kita!
bersikukuh untuk tidak menerima pinangan Empat: Ini Dalang! Dari tadi
si pemuda karena ia sudah menikah. Si terus aja harus ini,
pemuda ngotot untuk mendapatkan cinta harus itu, ini itu. Sok
perempuan itu. Cerita itu terus berlanjut bener sendiri.
tiada akhir. Dalang kembali menyatakan Dalang: Nasionalisme itu
ketidaksetujuannya dan kesenjangannya penting!
dengan para remaja tersebut. Namun, ia Dua: Buat apa
tidak dapat meninggalkan mereka dan tetap nasionalisme? Mobil
berteman. bikinan Jepang!
Para tokoh lalu kembali menyanyi Ponsel bikinan Cina!
dan menari keliling panggung: durum… Demokrasi dari
durum… durum…. Kemudian, muncullah Yunani! Angka-angka
tokoh Kutu Buku yang menjadi korban dari Arab! Nonton
bullying para remaja lainnya. Adegan film /amerika! Makan
bullying lain ditujukan pada tokoh Cacing pizza dan spageti dari
Cau yang juga tampak tidak berkutik ketika Italia! Baju dijahit di
para remaja memerasnya. Setelah itu, Thailand! Musik dari
seorang informan dihadirkan untuk Inggris! Kenapa kita
menyampaikan latar terjadinya kasus harus nasionalisme?
kekerasan pada kaum remaja. Menghindari Satu: Sudahlah jangan
situasi serius, para remaja memindahkan banyak bicara, Lang!
jalur tayangan. Muncullah tayangan Empat: (Mengepalkan tangan
pertengkaran hebat antara tokoh Suami-Istri. kea rah Dalang) Aku
Pertengakran tersebut berbasis konflik gak mau lagi
gender. Kemudian, muncullah tokoh Satu mendengarkan
yang menyampaikan dampak dari keluarga omongan si Dalang.
yang tidak harmonis terhadap kehidupan Huruf-huruf bikin
kaum remaja dan anak-anak. Selain itu, pusing, aku mau lihat
tumbuh pula sikap rasa tidak hormat si anak gambar!
yang berbalik menertawakan kesulitan yang Dalang: Pemalas! Manja!
dihadapi oleh orang tuanya yang diperankan Dengerin, Lur! Orang
oleh tokoh Dua. Berganti adegan, tampil yang suka membaca
penyiar TV lainnya yang menyampaikan dan orang yang suka
kebobrokan moral seorang pejabat publik. nonton, jauh banget
Para remaja menunjukkan sikap tidak intelektualnya!
simpati pada tayangan tersebut, sebaliknya, Membaca itu baik
Dalang menyenangi hal itu. Para remaja untuk memperluas
protes, lalu, kembali melontarkan kisruh imajinasi. Kalau kita
masalah sosial di negeri ini, di antranya, suka baca buku, kita
konflik nasionalisme, rendahnya tingkat bakal dibawa
keterbacaan di kalangan penduduk negeri, berkeliling kea lam
sempitnya ruang untuk pengembangan yang belum tentu
imajinasi para remaja. terjangkau oleh
24
Remaja Kering dalam …. (Resti Nurfaidah)

langkah kita. Kita bisa Satu: Tapi! Tapi! Mana


berhenti sejenak, kita tombol jempol
bisa merasakan jungkir? Nanti setiap
keindahan isi buku, Si Dalang komen, mau
kemudian di jempol jungkir!
mengembara lagi, Rujit! Perusak
balik lagi, berangkat kesenangan orang
lagi… lain!
Empat: Kalau nonton film Empat: (Menarik satu
juga, kita bisa pause menjauhi yang lain)
dulu, ke WC buat Ssssttt… tapi
kencing, lalu nonton kayaknya, kita juga
lagi, Lang? Kamu perlu Si Dalang! Di
sehat? saat hati panas, kita
Dalang: Bedalah, kalau kepala butuh omongan Si
kita sudah dipenuhi Dalang yang membuat
gambar visual, kita dingin.
imajinasi kita Satu: Berisik! Diam kamu!
terbatasi oleh… Empat: Siap laksanakan!
Dua: Imajinasi! Imajinasi! (Janura, 2017)
Buat apa imajinasi?
Imajinasi kita sudah Konflik antargenerasi mencapai puncaknya.
dibunuh oleh guru, Mereka ingin menyingkirkan Dalang. Junkie
oleh orang tua, oleh lalu muncul lalu menyanyikan lagu dugem
kenyataan yang yang diikuti oleh para remaja. Pencahayaan
membuat sakit hati diarahkan pada gaya diskotik dengan
dan mata! Harus pergantian warna lampu merah-hijau-biru
realistis, katanya! dengan cepat, seiring irama lagu. Lagu
Cita-cita jadi dokter terhenti. Remaja marah. Mereka menuding
harus realistis! Cita- Dalang sebagai biang keladinya. Dalang lalu
cita jadi astronot dikepung dan dieksekusi.
harus realistis! Cita-
cita jadi presiden Gambar 4
harus realistis! Mau Akhir Durum
jadi Bandar narkoba
juga harus realistis,
katanya! RE-A-LIS-
TIS! Jadi apa gunanya
imajinasi kalau belum
apa-apa sudah
disuruh realistis?
Bunuh Imajinasi
sekarang juga! Gak
ada gunanya! Sumber: koleksi pribadi
Semua: Bunuh…!
Dua: Bunuh komen sombong! Level Ideology
Semua: Bunuh!
Dalang: Tapi…
25
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:17—31

Remaja yang kehilangan kasih laki berpostur padat dengan otot yang
sayang dan berlomba-loba untuk mencari terbentuk, tetapi memiliki kulit dan
oase alternatif. Mereka sama-sama merasa penampilan yang terawat. Konsep tersebut
kehilangan, kesepian, dan kekeringan. mendekati maskulinitas para pemeran drama
Mereka merambah dunia yang terkadang TV Korea, seperti yang tersebut dalam
tidak pernah terpikirkan sebelumnya. penelitian Fribadi pada bagian pendahuluan
Kehilangan demi kehilangan menyebabkan tadi. Aji menjadikan hibriditas tersebut
mereka membangun tembok resistensi sebagai showcase laki-laki ideal yang dapat
sendiri, menaruh rasa benci atau dijadikan sebagai pahlawan bagi kaum
merendahkan kedudukan orang tua, norma perempuan. Perempuan ditaklukan dengan
sosial, atau pakem-pakem budaya timur keunggulan fisik dan idealitas konsep laki-
yang diwakili oleh tokoh dalang. Gaya hidup laki hibrid.
urban yang serba cepat dan serba tergesa Gambar 5
tampak dari adegan hilang sinyal dalam Aji Kataji
dialog berikut.
Dalang: Remaja zaman sekarang,
baru kehilangan sinyal sudah
seperti mau mati saja
(tertawa), Lur. Ayo, lanjutkan
perjalanannya.
YANG LAIN KEMBALI
MEMASUKKAN HPNYA
SAMBIL CEMBERUT,
MENGGOTONG KABEL
BESAR, BERKELILING
SAMBIL TERIAK DURUM…
DURUM…, KEMUDIAN Sumber: koleksi pribadi
BERHENTI DI DEPAN
LAYAR. SEMUA DUDUK DI AJI KATAJI MUNCUL DI LAYAR
DEPAN LAYAR TERLIHAT PERAWAKAN
SENANG.(Janura, 2017) Aji : (Membuka baju) Nah, ini
badanku setelah body
Gaya hidup urban yang tampak dalam building empat bulan. Bagus,
ya? (Nyamping ke kiri,
Durum lainnya adalah narsis, hedonis, dan
meterialistis. Sosok narsis ditampilkan oleh nyamping ke kanan
tokoh Aji Kataji sebagai laki-laki memperlihatkan perut yang
metroseksual. Konsep maskulinitas yang rata terlihat ototnya,
ditampilkan Aji adalah laki-laki yang peduli mempertunjukkan bisep dan
kesehatan dan keindahan tubuhnya, seiring trisep gaya binaraga) Banyak
hadirnya produk-produk kosmetik untuk banget yang bertanya
laki-laki, termasuk peralatan pendukung bagaimana biar bisa seperti
seperti alat gimnastik. Laki-laki yang ini. Pertama, harus niat,
diidamkan oleh kaum hawa pada era modern fokus latihan. Kedua, jangan
merupakan konsep baru dalam telaah ragu-ragu mengeluarkan
gender, khususnya maskulinitas. Konsep uang buat beli steroid, beli
tersebut dapat dikatakan sebagai hibrid dari makanan yang bagus gizinya.
konsep maskulinitas yang ada, yaitu konsep Juga mengeluarkan biaya
maskuinitas tradisional yang menuntut laki- buat daftar jadi member gym.

26
Remaja Kering dalam …. (Resti Nurfaidah)

Yang dongeng, dimanja Si Om


lain : Waaaaahh (terpesona, kesayangan Kesih. Silahkan
mengeluarkan ponsel masing- katanya, Kesih mau apa,
masing), jempol! Jempol! nanti dibelikan Om. Aduh …
Jempol! baik banget sih Om.
Dua : Ganteng, seksi, duuuuhhh…. Celengak, celengok,
Aji : Ada juga yang bertanya baragadal. Hihihihi.
kenapa aku ikutan body […]
building (tersenyum sinis). Kesih: Pokoknya, Kesih sayang
Begini. Berdasarkan hasil banget sama Si Om, Si om
survey, orang fit dan ganteng, juga sayang banget sama
ehmmm (sok ganteng) lebih Kesih. Panggilannya Cassie
gampang hidupnya, masa seperti nama bule. Naaaah,
depan dijamin cerah, cari sepatu ini juga pemberian Si
kerja lebih mudah, cari Om, makasih ya Om,
pacar? Gampang, pokoknya mmmuaach! Sepatu ini mau
semua gampang. (Janura, Kesih pakai buat Promt
2017) minggu depan. Apa?? Tidak
tau promt? Aduh keterlaluan.
Gambar 6 Kasihan banget sih. Prompt
Kesih Sukesih itu pesta dansa sekolah
sayang …. (Janura, 2017)

Durum dalam Psikologi Perkembangan


Hurlock
Remaja yang digambarkan di dalam
drama Durum merupakan remaja kering.
Mereka mengalami kehilangan kedekatan
dengan kedua orang tua, orang tua yang
tidak harmonis, tekanan kebutuhan materi
Sumber: koleksi pribadi yang berat, korban bullying, dan
kesenjangan nilai antargenerasi. Perseteruan
Gaya hidup hedonis dan materialistis karakter dengan Dalang mencerminkan
ditampilkan dalam peran tokoh Kesih kesenjangan yang sudah sangat lebar
Sukesih. Ia menjadi simpanan seorang Om sehingga berakhir pada ekseskusi Dalang.
yang mampu memenuhi kebutuhannya. Eksekusi tersebut menunjukkan bahwa
Kesih: Hello, hello, hello… Bertemu remaja lebih memilih nilai dan norma Barat
kembali dengan Kesih yang baru yang menurut mereka lebih benar
Sukesih, si mencrang dan menjanjikan kebebasan. Tekanan
ngoncrang, di chanel kebutuhan materi terlihat pada karakter
kesayangan kita. Hari ini, Kesih dan karakter Salaki. Kesih menjadi
Kesih baru saja belanja simpanan seorang pria matang yang mampu
sepatu, asik (mengeluarkan memanjakannya dengan materi yang
sepatu dari kardus) lihat ini, berlimpah. Sementara itu, karakter Salaki
ini sepatu bukan sembarang merupakan ayah patriarkis yang menjalanan
sepatu tapi Cinderella, eh? peranan gender yang kaku, yaitu sebagai
Salah, ya? Terkadang Kesih pencari nafkah. Beban sebagai pencari
ini berasa jadi putri di negeri
27
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:17—31

nafkah cukup besar sehingga ayah tidak mau Keringnya pendidikan moralitas di
menyentuh ranah domestik sedikit pun. lingkungan keluarga memunculkan remaja
Gambar 7 yang agresif. Munculnya adegan bullying
Konflik suami-istri pada karakter Kutu Buku dan Cacing Cau
menunjukkan alternatif pelampiasan emosi
yang terpasung. Remaja pelaku tidak pernah
mendapat penghargaan di dalam rumahnya
sendiri. Ia berharap bahwa kedua korban
tersebut dapat menghormati si pelaku yang
merasa sebagai superior. Hal itu tercantum
dalam adegan penyiar televisi berikut.
Suara
Berita: penyebab perilaku agresivitas
Sumber: koleksi pribadi pada diri remaja bisa berasal
dari dua faktor, yaitu faktor
SEPASANG SUAMI ISTRI BERKELAHI internal dan faktor eksternal.
DI DALAM LAYAR Faktor internal, misalnya
Istri : Bukan kemauan Mamah! perasaan frustrasi, perasaan
Bapaklah yang seperti itu! negative, pikiran atau
Kalau saja Bapak lebih sering kognisi, dan pengalaman
di rumah, mungkin gak masa kecil. Sedangkan faktor
seperti ini! Si Honey tidak eksternal bisa berupa
bakal hamil di luar nikah, Si serangan, pengaruh teman,
Boris disayat samurai! pengaruh kelompok,
Suami : Harus seperti apa? Kurang pengaruh model. Pengaruh
apalagi? Dari pagi buta model yang dimaksudkan
sampai sore bekerja buat adalah anak akan meniru
menyenangkan keluarga! perilaku orang yang
Merangkak dari bawah, suka- dianggapnya dekat selama ini
siku dengan teman, sugak- dengan anak. Meniru perilaku
sogok, sampai sekarang orang lain sebagai modelnya
punya jabatan! Semua ini sesuai dengan teori belajar
untuk siapa? Untuk anak- sosial yang dikemukakan oleh
anak, untuk mamah! psikolog Albert Bandura.
Istri : (Panas) Tidak cukup dengan Sementara data daro
itu! Anak-anak butuh kepolisian menyebutkan 75
perhatian! Mamah juga butuh kasus kekerasan remaja dan
perhatian. 90,3% pelakunya berusia
Suami: Aing cape (Aku capek)! 13—18 tahun. Remaja
Maunya tuh kalau di rumah sebagai pelaku kekerasan
sudah tidak ada masalah apa terus mengalami peningkatan
pun! Di kantor sudah banyak sebesar 5% tiap tahunnya.
urusan. (Janura, 2017)
Iatri : (Menimpali) Aing ge cape!
Capee! Pengarang menyertakan data-data
Dua : Klik! (Janura, 2017) ilmiah dalam drama. Selain sebagai
pengetahuan yang ingin disampaikan pada
penonton, adegan tersebut menunjukkan
28
Remaja Kering dalam …. (Resti Nurfaidah)

bahwa ketertarikan kaum remaja terhadap pilihan, seperti terlihat dalam dialog berikut.
konsep belajar sangat kurang. Terbukti Dalam adegan tersebut, disharmonisasi
dengan sikap mereka pada bagian akhir keluarga juga menyebabkan hilangnya rasa
adegan itu, mereka sibuk mematikan layar hormat pada norma-norma ketimuran, adat
sambil berteriak “klik!” tradisi yang berlangsung selama bertahun-
Selain keluarga, remaja juga telah tahun (atau lebih), atau orang yang lebih tua.
kehilangan keteladanan dari lingkungan Sebaliknya, terlebih ketika orang yang lebih
sekitar. Sosok public figure yang hadir tua dianggap lebih kolot serta memiliki
dalam layar seolah tidak memiliki kualitas kesalahan, sikap mereka akan mengolok atau
keteladanan. Artis-artis broken home, merendahkan, seperti yang muncul dalam
perilaku sex bebas, tercabutnya batas-batas dialog berikut.
rumah tangga, permainan akidah. Hal itu Satu: (Berdiri pelan-pelan)
tercermin dalam adegan berikut. Semuanya menjadi hancur.
Tak ada yang abadi. Ya,
Gambar 8 seperti itu. Awalnya indah.
Penyiar Abal-Abal TV Mamah, Bapak, kakak, dan
Adik. Semuanya bahagia,
penuh dengan senyuman.
Rumah yang awalnya penuh
ketenangan. Secepat kilat
hancur berantakan. Ratih,
namanya, sekretaris cantik
yang merebut hati Bapak.
Lalu, Mamah tidak mau
keluar kamar, matanya yang
teduh berubah jadi beringas.
Hilang, kasih sayang. Hilang
Sumber: koleksi pribadi nikmatnya disayangi, dikasihi
oleh ibu. Ke mana harus
Penyiar: Selamat malam, pemirsa live mencari gantinya, sama
streaming dari Abal-Abal TV, siapa? (Terpuruk dielus yang
mala mini akan lain)
menyampaikan berita tidak Dua: Apa yang kurang? Rumah,
begitu penting untuk orang- mobil, motor, uang, semua
orang yang mudah ada. Cukup untuk bahagia,
dimanipulasi! Ingat harus setiap pagi bangun sambil
reaktif, ya? Berita gembira, mengucap alhamdulillaah.
baru saja anggota dewan Tiap minggu berlibur,
yang tertangkap kamera berkunjung ke bibi,
CCTV sedang pesta sabu di mengunjungi nenek. Pelan-
hotel anu. (Janura, 2017) pelan serakah. ‘Piih, Mamih
pengen liburan ke luar
Keluarga disharmonis menyebabkan negeri. Piihh, masa anak-
timbulnya obsesi para remaja untuk anak tidak tau Singapura?
mendapati figur atau hal-hal yang dapat Piih, Mamih pengen punya
menjadi pemeranan pengganti pemberi kasih bisnis, biar aja anak-anak di
sayang. Namun, terkadang remaja menjadi rumah saja ada Bi Murni.
bingung dan cenderung salah dalam memilih Terus … Kakak mau apa?
29
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:17—31

Ade mau apa? Mobil baru, korupsi. Katanya,


villa, perusahaan, berlian, hahahahhah! Puas!
brangkas besar, mainan Semua: Puass…! (Tertawa)
setan! Mamih ngablu, Papih Dua: Rasa hormat itu harus
ngaberung. Nah 6 bulan yang diusahakan, Papih! Kalau
lalu merupakan puncak Papih koplok, nyanggakeun
kegembiraan., foto Papih tah imbit nyungcung!
terpampang di Koran. Pelaku (Memberi pantat)
Semua: Taaaaahhhh…. (Janura, 2017)

Gambar 9
Tokoh Satu mempertanyakan fungsi keluarga dan tokoh Dua mengolok keburukan orang
tuanya

Satu Dua
Sumber: koleksi pribadi

PENUTUP pemeranan tergolong padat dengan sederet


Durum menyampaikan konflik konflik remaja yang silih berganti dan
remaja dengan lingkungan terdekat bertubi-tubi. Konsep tersebut menunjukkan
(keluarga) dan lingkungan sekitarnya. bahwa konflik remaja sudah sampai pada
Konflik tersebut menyebabkan para remaja tahapan yang cukup parah. Pada tahapan
kekeringan dari kasih sayang dan ideologi, kehidupan urban yang tidak
keteladanan. Penelusuran remaja kering terkendali dapat memutuskan koneksi para
tersebut dilakukan dengan konsep semiotika remaja pada nilai-nilai ketimuran, sebaliknya
Fiske dan psikologi perkembangan Hurlock. hal itu menimbulkan gaya hidup narsistis,
Dalam Fiske, eksplorasi terdiri atas tiga hedonistis, dan materialistis. Sementara itu,
bagian, yaitu level reality, level berdasarkan psikologi perkembangan
representation, dan level ideology. Pada Hurlock, kehidupan keluarga telah terlepas
tahapan realitas, konsep pementasan Durum dari tupoksi kewajiban dan hak antaranggota
ditampilkan apa adanya tanpa mengenakan keluarga. Hal itu menyebabkan kehidupan
kostum dan tata rias yang berlebihan. perkawinan dan kekeluargaan menjadi retak.
Properti dan latar panggung juga tidak rumit. Terlebih sulitnya mencari konsep
Pada tahapan representasi, konsep keteladanan, terutama pada public figure,
30
Remaja Kering dalam …. (Resti Nurfaidah)

menyebabkan remaja kering mencari oasis Janura, E.D. 2017. Durum. Bandung: tidak
lain, yang jika salah memilih, akan diterbitkan.
mengakibatkan penderitaan bagi remaja Janura, E.D. 2017. Durum. Edisi Bahasa
sendiri. Indonesia diterjemahkan oleh
Syamsurijal. Bandung: tidak
diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA Rohisoh, Siti. 2011. “Pengaruh Perhatian
Fiske, John. 2009. Cultural and Orang tua Terhadap Kenakalan
Communication Studies: Sebuah Remaja di MTs Walisongo
Pengantar Paling Komprehensif. Sidowangi Kajoran, Kabupaten
Yogyakarta : Jalasutra. Magelang”. Skripsi. Salatiga: Jurusan
Hapsari, Endah. 2012. “Anak Anda Beranjak Tarbiyah, Prodi PAI, STAIN
Remaja? Ini Cara Berkomunikasi Salatiga.
yang Pas” Safitri, Yuni. 2011. “Penanganan Kenakalan
http://www.republika.co.id/berita/gay Remaja (Stusi Kasus di SMA Negeri
a-hidup/parenting/12/01/26/lye6hs- 2 Boyolali)”. Surakarta: Prodi MMP,
anak-anda-beranjak-remaja-ini-cara- Program Pascasarjana UMY.
berkomunikasi-yang-pas. Diunduh Saripuddin, M. 2009. “Hubungan Kenakalan
10 November 2017. Remaja dengan Fungsi Sosial
Hurlock, Elizabeth B. 2013. Psikologi Keluarga”. Skripsi. Yogyakarta:
Perkembangan; Suatu Pendekatan Prodi Sosiologi Agama, Fakultas
Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga.
Keenam. Jakarta: Erlangga. Teja, Dini. 2016. “7 Pilar Mendidik Anak
Ir. 2011. “10 Penyebab Kenakalan Remaja” Menurut Psikolog Elly Risman”
dalam dalam
https://health.detik.com/read/2011/01 https://gaya.tempo.co/read/774751/7-
/23/100537/1552483/1075/10- pilar-mendidik-anak-menurut-
penyebab-kenakalan-remajadiunduh psikolog-elly-risman diunduh 10
10 November 2017, pukul 04:12 November 2017, pukul 03:15 WIB.
WIB.

31
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 33—45

ANALISIS STILISTIKA SENO GUMIRA AJIDARMA DALAM CERPEN


REMBULAN DALAM CAPUCINO: KAJIAN POSTMODERNISME JEAN FRANCOIS
LYOTARD
(Seno Gumira Ajidarma’s Literary Stylistics in “A Short Story Rembulan dalam
Capucino”: A Study of Jean Francois Lyotard Postmodernism)

Kahar Dwi Prihantono


Universitas Diponegoro
Jalan Prof Soedarto, S.H. Tembalang Semarang
Pos-el: akanghaar@gmail.com
(Diterima: 28 Mei 2018; Direvisi: 30 Mei 2018; Disetujui: 5 Juni 2018)

Abstract
The research analyzes literary stylistics of Seno Gumira Ajidarma’s short story, "Rembulan dalam
Capucino ",by taking advantages of Lyotard’s postmodernismperspectives. By applying andescriptive method,
the writer found postmodern storytelling stylistics involving at least seven postmodern styles, namely
fragmentation, sublim language play, pastiche, parody, kitsch, camp, and schizophrenia. Fragmentation
wasfound in the style of merging separate fragments of rembulan and creating its new meanings.Sublime
language play was seen on SGA trials to change something impossible to be possible. Pastiche style was seen in
the quotation of Pablo Neruda's poem which expressed it took a glance to love someone and it took a very long
time to forget someone. Parodic style was seen inthe exchange of “moon” for “soto Betawi” in Italian
restaurant. Camp appeared in the elimination of characters’ names as in common short stories. Schizophrenia
arose at SGA's story about a“moon”(rembulan) that could serve as a sign or symbol of shifted meaning between
the marker and the mark. When the established meaning of the “moon”(rembulan) referred to the 'celestial
bodies which surround the earth, shine at night by the reflection of the sun' and 'night beauty', SGA shifted its
meaning as a burden of forgetting someone.
Keywords: literary stylistics, short story, Lyotard postmodernism, rembulan, capucino

Abstrak
Penelitian ini menganalisis stilistika sastra Seno Gumira Ajidarma (SGA) dalam cerita pendek “Rembulan
dalam Capucino” dari sudut pandang postmodern Lyotard. Dengan menggunakan metode deskriptif, penulis
menemukan kepostmodernan gaya SGA yang melibatkan sekurang-kurangnya tujuh gaya postmodernisme, yakni
fragmentasi, permainan bahasa yang sublim, pastiche, parodi, kitsch, camp, dan skizofrenia. Gaya fragmentasi
terlihat pada gaya penggabungan sejumlah fragmen terpisah tentang rembulan sehingga menciptakan makna
baru. Permainan bahasa yang sublim tampak pada permainan SGA mengubah sesuatu yang tidak mungkin
menjadi mungkin. Gaya pastiche terlihat pada pengutipan puisi Pablo Neruda yang menceritakan singkatnya
mencintai seseorang dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melupakan seseorang. Gaya parodi terlihat
pada penukaran rembulan dengan soto Betawi di restoran Italia. Gaya kitsch, Gaya camp muncul pada
peniadaan nama-nama tokoh selayaknya cerpen kebanyakan. Gaya skizofrenia muncul pada pengisahan SGA
mengenai rembulan yang dapat dijadikansebagai tanda atau simbol makna yangbergeser antara penanda
danpetandanya. Ketika makna rembulan yang telah mapan mengacu pada ‘benda langit yg mengitari bumi,
bersinar pada malam hari karena pantulan sinar matahari’ dan ‘kecantikan malam’, SGA menggeser maknanya
sebagai sebuah beban melupakan seseorang.
Kata-kata kunci: stilistika sastra, cerpen, postmodern Lyotard, rembulan, capucino

PENDAHULUAN dilakukan. Pemilihan cerpen “Rembulan


Karya sastra terus berkembang dari dalam Capucino” (RdC) karya Seno Gumira
zaman ke zaman. Perkembangan tersebut Ajidarma (SGA) sebagai objek kajian
menjadikan kajian postmodernisme dalam dilatarbelakangi oleh uniknya gaya
karya sastra semakin menarik untuk pengisahan SGA yang menjadikan cerpen ini

33
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:33—45

menarik untuk dikaji melalui perspektif menciprati orang-orang yang mengarak


postmodernisme. ayahnya itu. Rembulan itu berada di
Cerpen “RdC” menceritakan seorang punggungnya sekarang, terbungkus dan
perempuan yang baru seminggu bercerai tersimpan dalam ranselnya. Ia ragu akan ia
memasuki sebuah kafe dan memesan menu berikan kepada bekas suaminya atau dibuang
Rembulan dalam Cappuccino. Semenjak saja rembulan itu ke sungai, seperti
kafe itu berdiri sepuluh tahun lalu, baru kali membuang suatu masalah agar pergi
ini ada yang memesan rembulan dalam menjauh selamanya dan tidak pernah
cappuccino. Kafe itu memang kembali? Dalam kegelapan tanpa rembulan,
menyediakannya dan minuman itu memang perempuan itu tidak bisa melihat senyuman
hanya bisa dipesan satu kali, karena maupun air matanya sendiri di permukaan
rembulan memang hanya satu.Seminggu sungai yang mengalir perlahan dan ia tak
kemudian, seorang lelaki memasuki kafe tahu apakah masih harus mengutip Pablo
yang sama, dan memesan minuman yang Neruda, Tonight I can write the saddest
sama, “RdC”. Pelayan menjawab minuman lines…Tiga minggu kemudian, si perempuan
itu sudah tidak lagi ada dan seorang mengembalikan rembulan dan minta diganti
perempuan telah memesannya minggu lalu. soto Betawi.
Pelayan meyakinkan bahwa minuman telah Beberapa penelitian tentang cerpen
dibeli dan tidakada lagi di dalam daftar SGA pernah dilakukan sebelumya. Beberapa
menu, ia juga meyakinkan sudah tidak ada di antaranya adalah penelitian yang
rembulan lagi dalam seminggu ini. Pelayan dilakukan oleh Supena (2013) yang
kemudian menceritakan bahwa perempuan menyelidiki novel Kitab Omong Kosong
tersebut tidak memakannya dan dia minta karya SGA yang melihat repertoar strategi-
rembulan itu dibungkus setelah tidak strategi pengedepanan sifat antologis
menyentuhnya sama sekali, hanya postmodernisme. Pluralitasontologisme itu
memandanginya saja berjam-jam sambil dikelompokkan kedalam beberapa kategori
mengusap air mata. Ketika si perempuan di antaranya,yaitu (1) dunia-dunia, (2)
meminta rembulan itu dibungkus. Ketika konstruksi, (3) kata-kata, dan (4)
dibungkus, rembulan sebesar bola pingpong pendasaran. Persinggungan antara
yang semula terapung-apung di dalam fiksipostmodernisme dengan fiksi fantasi
cangkir itu berubah menjadi sebesar bola melihat bahwa antara teks yang satudengan
basket. Kepala dapur bereaksi dan meminta teks yang lain bisa saling melintas juga
agar pencoretan “RdC” dari daftar menu menjadi dasar bagi terjadinya persinggungan
ditunda. Ia mengatakan rembulan itu belum antara fiksipostmodenisme dan fiksi
hilang dan ia berandai siapa tahu perempuan fantastik. Hal ini terjadi sebagaimana
itu mengembalikannya.Lelaki itu berpesan persinggungan antara fiksi postmodernis dan
kalau dia muncul lagi, ia juga mau rembulan fiksi ilmiah, yang dominan pada kedua
itu. jenisfiksi tersebut adalah sifat ontologisnya.
Si perempuan berada di suatu tempat Selain itu, ”Analisis Hegemoni pada cerpen
tanpa cahaya, kelam, begitu kelam, seperti Iblis Tidak Pernah Mati Karya Seno Gumira
ditenggelamkan malam. Ia teringat Ajidarma” juga pernah dilakukan oleh
gambaran bagaimana ayahnya diambil dari Nurhadi (2004) yang melihat formasi
rumahnya di tengah malam buta. ideologi dalam masyarakat, dan hubungan
Digelandang dan diarak sepanjang kota historis Iblis Tidak Pernah Mati sebagai
sebelum akhirnya disabet lehernya dengan bagian dari negosiasi ideologi yang terjadi
celurit sehingga kepalanya menggelinding di dalam masyarakat. Kemudian Swaratyagita
jalanan dan darahnya menyembur ke atas (2005) pernah melakukan penelitianuntuk
seperti air mancur deras sekali sampai mengungkap bentuk hegemoni penguasa
34
Analisis Stilistika Seno…. (Kahar Dwi Prihantono)

dalam novel Negeri Senja yang ditampilkan kaya, baik dibandingkan dengan
melalui simbol-simbol yang terdapat di stilistikalinguistik maupun retorika.
dalam teks dengan menggunakan Semiologi Postmodern menurut Lyotard (dalam
Roland Barthes mengenai fashionsistem. Faisal, R. 2010:396--414) merupakan suatu
pemutusan hubungan total dengan budaya
LANDASAN TEORI modern dan bukan sekadar koreksi atas
Stilistika merupakan objek baik bagi berbagai pemikiran dan budaya modern.
ilmu linguistik maupun ilmu sastra. Postmodernisme diartikan sebagai
Perbedaanya stilistika linguistik terbatas ketidakpercayaan pada berbagai bentuk
pada penelitian gejala bahasa secara metanarasi, ketidakpercayaan pada klaim
deskriptif, yang dalam perkembangan kebenaran ilmu pengetahuan objektif–
kemudian disebut sebagai majas, sedangkan universal. Ketidakpercayaan pada klaim
stilistika sastra melangkah lebih jauh pada kebenaran objektif–universal itu didasarkan
aspek-aspek yang melatarbelakangi atas kesadaran akan adanya keterbatasan dan
sekaligus tujuan yang hendak dicapai, ketidakmampuan dalam melihat realitas dari
sebagai penelitian evaluatif. Menurut Wellek perspektif dan primitiv tertentu. Penolakan
dan Warren (1990:227) untuk meneliti terhadap metanarasi berarti berakhirnya
aspek-aspek stilistika karya seorang penjelasan yang bersifat universal tentang
pengarang di samping memahami kaidah– tingkah laku dalam rasionalitas instrumental.
kaidah linguistiknya perlu juga menelusuri Postmodernisme menurut McHale
penggunaan bahasa pada zamannya, sebab (dalam Pujiharto, 2005:88--97) merupakan
pada dasarnya stilistika adalah perbedaan istilah yang tidak ada acuannya karena
penggunaan karya sastra dengan penggunaan postmodernisme merupakan suatu
bahasa pada zaman tertentu. konstruksi. Oleh sebab itu, terdapat beragam
Karya seni, termasuk sastra, yang pengertian postmodernisme. Hal yang
bersifat imajinatif, personal, dan khas penting menurut McHale adalah bahwa
menjadi bagian dari struktur sosial. Oleh konstruksi postmodernisme yang dibangun
karena itu, sikap dan gaya merupakan memiliki konsistensi dan koherensi internal,
representasi peranan-peranan sosial, baik ruang lingkup yang tidak begitu luas dan
sebagai manifestasi perilaku individual tidak begitu sempit, dan produktif.
maupun komunitas tertentu (Ratna, Endraswara (2013:167) mengutip
2007:251). Perubahan kultural direfleksikan pendapat Lyotarddalam bukunya The
melalui gaya bahasa, sedangkan gaya bahasa Postmodern Condition, postmodern telah
dipengaruhi oleh masyarakat. menentang mitos-mitos modern,
Seluruh aspek kehidupan merupakan menghilangkan batas-batas antara seni dan
tanda, yang digunakan sebagai sistem kehidupan masa kini, antara elit yang
komunikasi. Sebuah tanda akan bermakna hirarkhis dengan budaya populer, antara
jika digunakan dalam proses interaksi dan gabungan stilistik dengan percampuran
komunikasi. Bahasa merupakan salah satu kode, mengubah hal yang tak mungkin
sistem komunikasi terpenting sekaligus menjadi mungkin. Penulis meyakini “RdC”
rumit dan kompleks. Karya seni, melalui ini menarik dikajidengan menggunakan
mekanisme struktur sosial, mengubah pisau postmodern Lyotard. Melalui cerpen
struktur sosiokultural yang statis, stagnasi, ini Seno mencoba menentang mitos-mitos
dan beku, menjadi dinamis, bergerak, dan modern dan mengubah hal yangtak mungkin
cair, yaitu melalui mode, cara, gaya, dan menjadi mungkin dengan menggunakan
gaya bahasa (Ratna, 2007:252). Wellek dan kata-kata yang digeserkan makna-maknanya
Warren (1990:228) menegaskan bahwa bukan makna yang sebenarnya, seperti sifat
stilistika sastra memiliki wilayah yang lebih perahu dan kupu-kupu yang sudah dipahami
35
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:33—45

secara total telah difragmentasikan oleh pengambilan langkah dalam permainan,


Seno. Hal inilah yang diamati dan dianalisis pengambilan peran tertentu, dan partisipasi
dalam penelitian ini dengan masalah dalam pelbagai macam permainan bahasa.
penelitian, bagaimanakah gaya penceritaan Dalam pengertian tersebut, Lyotard melihat
Seno Gumira Ajidarma dalam cerpen “RdC” diri sebagai interaksi semua permainan
ditinjau dari posmodernisme Lyotard? bahasa yang diikuti.
Selanjutnya, tujuan penelitian ini adalah Konsep permainan bahasa ini
mengungkap gaya penceritaan SGA dalam dilakukan dengan cara bahwa masing
cerpen “RdC”. masing pernyataan dapat didefinisikan
Ciri pertama stilistika postmodern menurut aturan-aturan yang menentukan
Lyotard adalah fragmentasi. Dalam sifat dan nilai gunanya. Menurut Lyotard,
karyaseni organik, materi seni dipandang permainan bahasa yang sublim telah
sebagai suatu keutuhan, sementara dalam membawa kita melampaui batas pemikiran
karya seni garda depan, bahan seni di mana penilaian harus mengakui
dipisahkan dari totalitas hidup dan diisolasi. ketidakmemadaian sumber dayanya, atau
Fragmen garda depan estetik menantang ketiadaan kriteria yang disepakati bersama,
orang untuk menjadikannya sebagai bagian untuk menghadapi kasus-kasus yang
integral realitas dan menghubungkannya melampaui semua pembatasan penilaian
dengan pengalaman mereka (Lyotard, 1984). ‘rasional’ yang telah diatur (Lyotard dalam
Stilistika postmodern memainkan Lubis, A.Y. 2014).
permainan bahasa yang sublim. Sublim tidak Gaya posmodern juga dapat kita temui
hanya berhubungan dengan kepedihan, dalam ranah sastra terlebih kita dapat
kekelaman, kesunyian, bahaya, kedalaman, memahami bahwa sastra adalah bagian dari
kekosongan, tetapi juga kemegahan, seni. Dalam bukunya yang berjudul
kemahaluasan, ketakterhinggaan. Dibanding Hiperrealitas Kebudayaan: Semiotika,
bahasa yang indah, sublim jauh lebih mampu Estetika, Posmodernisme, Yasraf Amir
membangkitkan emosi terkuat yang ada Pilliang (1999:149) mengungkapkan
dalam diri seseorang yang melampaui semua pendapat Lyotard “paling tidak terdapat lima
pembatasan penilaian ‘rasional’ yang telah idiom yang cukup dominan mencirikan
diatur. Stilistika postmodernisme melakukan estetika posmodern, yaitu (1) pastiche, (2)
yang sebaliknya: memandang sesuatu yang parodi, (3) kitsch, (4) camp, dan (5)
di anggap tidak benar oleh kebanyakan skizofrenia” (Lyotard dalam Pilliang,
orang di angkat dan di dekonstruksi 1999:149). Kelima idiom yang diungkap
sehingga sesuatu yang dianggap tidak benar oleh Lyotard (dalam Pilliang 1999) ini
bisa menjadi sesuatu yang dimaklumi karena merupakan rangkuman dari berbagai ahli
memandang sesuatu dari sudut pandang yang memiliki pandangan yang berbeda-
yang berbeda. Stilistika postmodern juga beda, satu diantaranya adalah Baldick.
memandang sesuatu yang di anggap tidak Piliang merangkum penjelasan para ahli
benar oleh kebannyakan orang dan di sembari membubuhkan pendapatnya sendiri
dekonstruksi, sehingga sesuatu yang sehingga ia berhasil merumuskan kelima
dianggap tidak benar bisa menjadi sesuatu idiom tersebut sebagai ciri estetika
yang dimaklumi karena memandang sesuatu postmodernisme. Ia menjelaskan “pastiche”
dari sudut pandang yang berbeda (Lyotard, sebagai pinjaman yang disusun dari elemen-
1984). elemen yang dipinjam dari berbagai penulis
Bagi Lyotard (Lyotard, 1984), lain, atau dari penulis tertentu di masa lalu
permainan bahasa adalah ikatan sosial yang (Lyotard dalam Pilliang, 1999:149).
mempersatukan masyarakat, interaksi sosial Karakteristik pastiche muncul ketika sebuah
terlihat terutama dalam pengertian
36
Analisis Stilistika Seno…. (Kahar Dwi Prihantono)

teks boleh jadi meniru atau mengimitasi (Lyotard dalam Pilliang, 1999: 167). Dalam
karya sastra lain atau karya terdahulu. karya seni, karya skizofrenik dapat dilihat
Parodi merupakan komposisi dalam dari keterputusan dialog di antara elemen-
prosa yang di dalamnya kecenderungan- elemen dalam karya, yaitu tidak
kecenderungan demikiran dan ungkapan berkaitannya elemen-elemen tersebut satu
karakteristik dalam diri seorang pengarang sama lain, sehingga makna karya tersebut
atau kelompok pengarang diimitasi sulit untuk ditafsirkan. Menurut Kamus
sedemikian rupa untuk membuatnya tampak Besar bahasa Indonesia, skizofrenia
absurd, khususnya dengan melibatkan bermakna “penyakit jiwa yang ditandai oleh
subjek-subjek lucu dan janggal, imitasi dari ketidakacuhan, halusinasi, waham untuk
sebuah karya yang dibuat modelnya kurang menghukum, dan merasa berkuasa, tetapi
lebih mendekati aslinya, tetapi disimpangkan daya pikir tidak berkurang” (https://kbbi.
arahnya sehingga menghasilkan efek-efek kemdikbud. go. id/entri/skizofrenia). Ciri
kelucuan (Lyotard dalam Pilliang, “ketidakacuhan” inilah yang menjadi
1999:153). karakteristik pendukung skizofrenia yang
Camp merupakan bentuk seni yang melepaskan hubungan antar unsur dalam
menekankan dekorasi, tekstur, permukaan sebuah karya. Skizofrenia inilah yang juga
sensual dan gaya dengan mengorbankan isi. disebut sebagai pergeseran penanda dan
Pada karya camp objek-objek alam, petanda.
manusia, dan binatang seringkali digunakan, Masalah yang dirumuskan penulis
namun secara ekstrem dideformasikan, dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
misalnya dengan dibuat lebih kurus, gaya penceritaan SGA dalam “RdC”
ramping, jangkung, gendut, besar, dan lebar diltinjau dari postmodernisme Lyotard.
(Lyotard dalam Pilliang, 1999:163). Camp Penelitian ini bertujuan mengungkap gaya
diciptakan sebagai satu jawaban terhadap tersebut. Penulis berharap penelitian ini
“kebosanan” dan sekaligus merupakan satu dapat memberikan kontribusi dalam kajian
reaksi terhadap keangkukan kebudayaan stilistika sastra khususnya dalam ranah
tinggi yang telah memisahkan seni dari kajian postmodernisme.
makna-makna sosial dan fungsi komunikasi
sosial. Camp selalu melibatkan unsur METODE PENELITIAN
duplikasi dan menggunakan manerisme, Data yang digunakan dalam penelitian
seperti bulu mata yang dilentikkan, senyum ini adalah data primer dan datasekunder.
rahasia, jas yang berjumbai, yang Data primer adalah cerpen “RdC” karya
mengundang penafsiran ganda (Lyotard Seno Gumira Ajidarma (dalam Kompas edisi
dalam Pilliang, 1999:165). Skizofrenia Minggu 31 Agustus 2003), sedangkan data
pada awalnya merupakan sebuah istilah sekunder berupa buku-buku dan penelitian
psikoanalisis, yang pada awalnya digunakan ilmiah yang berhubungan dengan
untuk menjelaskan fenomena psikis dalam permasalahan. Secara keseluruhan,
diri manusia. Kini istilah tersebut digunakan penelitian ini tergolong penelitian deskriptif
secara metaforik untuk menjelaskan dengan menggunakan metode kualitatif.
fenomena yang lebih luas, termasuk di Metode kualitatif adalah prosedur penelitian
antaranya fenomena bahasa, sosial-ekonomi, yang berdasarkan danmenghasilkan data-
sosial-politik, dan estetika. Dalam data deskriptif berupa data tertulis (Bogdan
kebudayaan dan seni, skizofrenia digunakan dan Taylor dalam Meleong, 1995:3).
sebagai metafora untuk menggambarkan Menurut Nawawi (2007:66) data kualitatif
kesimpangsiuran penggunaan bahasa. ini adalah data yang hanya dapat
Kekacauan pertandaan terdapat pada diukursecara tidak langsung. Data ini
gambar, teks, objek, dan bahkan kalimat hanyadapat diamati atau diselidiki dengan
37
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:33—45

menggunakan teori yang sesuai dengan fragmen ini dengan pengenalan minuman
permasalahan. capucino. Bahkan, ia melengkapi narasinya
Dalam analisis data, penelitian ini dengan catatan kaki untuk menjelaskan jenis
menggunakan kajian stilistika minuman ini.
postmodernisme Cara kerjateori postmodern
Lyotard ini dimulai dengan melakukan Kopi tradisional Italia, biasanya untuk
analisis mengamati fragmentasi, permainan sarapan-kopi espresso yang dibubuhi susu
bahasa sublim, penggunaan pastiche, parodi, panas dan buih, sering juga ditaburi
kitsch, camp dan skizofrenia yang cokelat, dalam seduhan air panas 80
memungkinkan makna bergeser dari derajat celsius, dihidangkan dengan
cangkir. (Sumber: dari bungkus gula non-
penanda ke petanda. kalori Equal).
PEMBAHASAN Selanjutnya, SGA membawa tokoh-
Fragmentasi tokoh tanpa nama dalam cerpen “RdC”
Lyotard menjelaskanbagaimana untuk dapat ditafsirkan sebagai tokoh yang
postmodernisme mencabut suatu elemen dari perannya tidak untuk menginterpretasi atau
totalitaskonteks kehidupan, mengisolasi, mencocokan kedalam dunia yang di
danmencabut dari fungsinya.Selanjutnya, dalamnya ternyata mereka sendiri hidup,
postmodernis menggabung-gabungkan tetapi justru untuk menunjukan eksistensi
sejumlahfragmen yang saling dari suatu pluralitas. Fragmen kedua ia
terisolasi,sehingga menciptakan makna. perkenalkan sehingga tokoh perempuan
Makna yang dihasilkan tidakberasal dari seakan berada di dunia yang terombang-
konteks awal fragmen-fragmen tersebut. ambing antara dendam akan zaman
Pada awal cerita, SGA menampilkan kegelapan saat pembantaian G30S/PKI,
fragmentasi kehidupan modern dengan seperti dalam kutipan berikut.
munculnya atau maraknya restoran Italia
atau kafe-kafe yang menyediakan makanan Dia berada di suatu tempat tanpa cahaya,
atau minuman yang tentu saja menawarkan kelam, begitu kelam, seperti
nama-nama menu asing. ditenggelamkan malam, sehingga bintang-
bintang yang bertaburan tampak jelas,
Seminggu setelah perceraiannya, terlalu jelas, seperti peta dengan nama-
perempuan itu memasuki sebuah kafe, dan nama kota. Perempuan itu belum lupa,
memesan Rembulan dalam Cappuccino. Ia apalah artinya nasib satu manusia di
datang bersama senja, dan ia harus tengah semesta, nasib yang sebetulnya
menunggu malam tiba untuk mendapatkan jamak pula dialami siapa pun jua di muka
pesanannya. (Ajidarma, Seno G. 2003 bumi yang sebesar merica.Namun, ia
Paragraf ke-1) merasa bagaikan kiamat sudah tiba. Agak
malu juga sebetulnya.
Cappuccino¹ dalam lautan berwarna Banyak orang lain harus hidup dengan
coklat, datang langsung dari tercemplung gambaran bagaimana ayahnya diambil
cangkir, tenggelam sebentar, tapi lantas dari rumahnya di tengah malam buta.
pingpong-tapi bukan bola pingpong, ini Digelandang dan diarak sepanjang kota
rembulan... (Ajidarma, Seno G. 2003 sebelum akhirnya disabet lehernya dengan
Paragraf ke-2) celurit sehingga kepalanya menggelinding
di jalanan dan darahnya menyembur ke
Kehidupan perkotaan sebagai satu atas seperti air mancur deras sekali sampai
fragmen menceritakan kebiasaan orang- menciprati orang-orang yang
orang kota berkunjung ke kafe dan memesan mengaraknya itu. Tidak sedikit orang
makanan atau minuman. SGA menandai yang hidup dengan kutukan betapa ibunya
telah menjadi setan jalang yang
38
Analisis Stilistika Seno…. (Kahar Dwi Prihantono)

memotong-motong alat kelamin lelaki kemampuan tersebut. Selain itu yangsublim


sambil menyanyi dan menari, dan karena merupakan sarana menyatakan(dengan
itu berhak disiksa dan diperkosa, padahal analogi) apa yang sama sekalitidak dapat
semua itu merupakan kebohongan terbesar diungkapkan. SGA di dalam cerpen “RdC”
di muka bumi. Hidup ini bisa begitu buruk ini menyertakan banyak hal yangdapat
bagi orang baik-baik meskipuntidak
dikategorikan yang sublim. Konsep
mempunyaikesalahan samasekali. Tanpa
pembelaan sama sekali.² Tanpa permainan bahasa iniditemukan dalam
pembelaan. Tanpa… cerpen, dimulai darikonsep “rembulan”.
(Ajidarma, Seno G. 2003 paragraf 12) Rembulan selama ini bermakna ‘benda
langit yang mengitari bumi, bersinar pada
SGA memperkuat fragmennya dengan malam hari karena pantulan sinar matahari’
menyertakan catatan kaki pada penghujung telah dimainkan oleh SGA sebagai bagian
cerpen “RdC” sebagai berikut. dari menu minuman yang terapung dalam
minuman capucino. Rembulan tersebut
Tentang penyiksaan sesama manusia “menghilang” dari langit segera setelah
Indonesia, bisa dilacak dalam sejumlah dipesan oleh si perempuan, seperti dalam
dokumen, antara lain, Pipit Rochijat, “Am kutipan paragraf ke-4, ke-5, dan ke-6
I PKI or Non PKI?” dalam Indonesia edisi berikut.
40 (Oktober 1985); A Latief, Pleidoi Kol.
A. Latief: Soeharto Terlibat G 30 S “Rembulan dalam Cappuccino, satu!”
(2000); Sulami, Perempuan-Kebenaran Teriak pelayan ke dapur, dan kepala
dan Penjara (1999); Sudjinah, Terempas bagian dapur memijit-mijit nomor hp,
Gelombang Pasang (2003), dan tentu saja seolah-olah ada persiapan khusus.
Pramoedya Ananta Toer, Nyanyi Tunggal “Akhirnya tiba juga pesanan ini,”
Seorang Bisu (1995). katanya, “aku sudah bosan melihatnya di
daftar menu tanpa pernah ada yang
Fragmentasi postmodernisme pesan.”
menyebabkan karya sastra cenderung Kepala dapur itu bicara dengan entah
memiliki beberapa sudut pandang dari tokoh siapa melalui hp.
yang ada didalam cerita, terdapat istilah “Iyalah, turunin aja, sudah tidak ada lagi
wacana dalam wacana. Sudut pandang si yang membutuhkan rembulan.”
perempuan dan si pria tentang rembulan. (Ajidarma, Seno G. 2003 paragraf 4)
Karakteristik tersebut ditemukan dalam
Perempuan itu bukan tidak tahu kalau
cerpen “RdC” yang berbeda dengan alur
orang-orang memperhatikannya. Apakah
prosa modern. Di dalam cerpen ini perempuan itu akan memakan rembulan
setidaknyaditemukan mitos-mitos yang itu, menyendoknya sedikit demi sedikit
cobadiangkat dan dipercaya oleh seperti menyendok es krim, ataukah akan
banyakorang. menelannya begitu saja seperti Dewa
Waktu menelan matahari? (Ajidarma,
Permainan Bahasa dan Yang Sublim Seno G. 2003 paragraf 5)
Konsep “bahasa yang sublim” menurut
Lyotard (1984) adalah bahasa yang Ia memperhatikan rembulan yang
melampaui semua kekuatan representasi terapung-apung di cangkirnya, permukaan
kita, pengalaman yang tidak dapat cappuccino masih dipenuhi busa putih,
seperti pemandangan Kutub Utara-tapi
dinyatakan dengan mode pemahaman
cappuccino itu panas, bagaikan masih
konseptual atau indrawi secara memadai, mendidih. Ia senang dengan penampakan
dan yang berbeda dengan yang indah sejauh itu, dingin tapi panas, panas tapi dingin,
tidak menghasilkan keseimbangan atau segala sesuatu tidak selalu seperti
kesesuaian yang harmonis antara kedua
39
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:33—45

tampaknya. (Ajidarma, Seno G. 2003 mengungkap beberapa hal. Pertama, restoran


paragraf 6) Italia memasang menu satu kali saja dan
setelah dipesan menu akan dihapus. Kedua,
Menu minuman ”rembulan dalam capucino” rembulan dapat disajikan terapung di
yang hanya disediakan sekali telah dipesan permukaan minuman capucino di dalam
oleh si perempuan. Rembulan tersebut dapat cangkir. Ketiga, rembulan di langit
terapung-apung dalam secangkir capucino menghilang dan berpindah di atas capucino.
yang ia pesan. Dalam hal ini, permainan Keempat, minuman “rembulan dalam
bahasa sublim SGA telah mengubah sesuatu capucino” dapat dibungkus untuk dibawa
yang tidak mungkin menjadi mungkin. Hal pulang si perempuan. Keenam, rembulan
ini diperkuat oleh narasi SGA pada paragraf sebesar bola pingpong yang semula
ke-7 dan ke-8 yang mengungkapkan terapung-apung di dalam cangkir itu berubah
kedatangan seorang pria (mantan suami si menjadi sebesar bola basket.
perempuan) yang memesan menu yang Permainan bahasa yangsublim, yang
sama. Pelayan menjawab bahwa menu memperlihatkan petunjukadanya
tersebut telah dipesan mantan istrinya heterogenitas radikal dalamwacana
minggu lalu dan ia meyakinkan si pria untuk kebenaran dan nilai. Permainanbahasa yang
melihat rembulan yang telah hilang dari sublim ini telah membawakita melampaui
langit. batas pemikiran dimana penilaian harus
mengakuiketidakmemadainya sumber daya,
Seminggu kemudian, seorang lelaki atauketiadaan kriteria yang
memasuki kafe itu, dan memesan
minuman yang sama
disepakatibersama, untuk menghadapi
... kasus-kasus yang melampaui
“Apakah Tuan tidak memperhatikan, semuapembatasan penilaian ‘rasional’
sudah tidak ada rembulan lagi dalam (Lyotard, Jean Francois. 1984 hlm 82).
seminggu ini?” Permainan bahasa ini berlanjut ketika
Lelaki itu tersentak. rembulan dapat menempel di punggung si
“Seorang perempuan? Istri saya? Eh, perempuan dan terus menghilang dari langit
maaf, bekas istri saya?” malam sehingga malam terus gelap tanpa
Para pelayan saling berpandangan. Salah kehadiran rembulan, seperti pada kutipan
seorang pelayan menjelaskan ciri-ciri paragraf ke-14 berikut.
perempuan yang telah memesan
Rembulan dalam Cappuccino itu.
Rembulan itu berada di punggungnya
“Ah, pasti dia! Dasar! Apa sih yang tidak
sekarang, terbungkus dan tersimpan dalam
ingin ditelannya dari dunia ini? Apakah
ransel-apakah ia berikan saja kepada
dia makan rembulan itu?”
bekas suaminya, yang diketahuinya selalu
Para pelayan saling berpandangan lagi.
bercita-cita memesan Rembulan dalam
...
Cappuccino? Kalau mau kan banyak
(Ajidarma, Seno G. 2003 paragraf ke-7)
cappuccino instant di lemari dapur (ia
lebih tahu tempat itu daripada suaminya)
Kemudian dia meminta rembulan itu dan meski rembulan di punggungnya
dibungkus. Ketika dibungkus, rembulan sekarang sebesar bola basket, nanti kalau
sebesar bola pingpong yang semula mau dimasukkan cangkir akan
terapung-apung di dalam cangkir itu menyesuaikan diri menjadi sebesar bola
berubah menjadi sebesar bola basket. pingpong. ... (Op Cit Ajidarma. 2003
(Ajidarma, Seno G. 2003 paragraf ke-7) paragraf ke-14)
SGA telah menjadikan sesuatu yang
Pastiche
tidak mungkin menjadi mungkin dengan

40
Analisis Stilistika Seno…. (Kahar Dwi Prihantono)

Gejala atau kecenderungan posmodern


lain juga dapat kita temui dalam cerpen Tonight I can write the saddest lines.
“RdC”. Ia menjelaskan “pastiche” sebagai To think that I do not have her. To feel
pinjaman yang disusun dari elemen-elemen that I have lost her.
yang dipinjam dari berbagai penulis lain, To hear the immense night, still more
immense without her.
atau dari penulis tertentu di masa lalu
And the verse falls to the soul like dew to
(Lyotard, Jean Francois. 1984:149). the pasture.
Karakteristik pastiche muncul ketika sebuah What does it matter that my love could not
teks boleh jadi meniru atau mengimitasi keep her.
karya sastra lain atau karya terdahulu. The night is shattered and she is not with
Pastiche didefinisikan sebagai karya sastra me.
yang disusun dari elemen-elemen yang This is all. In the distance someone is
dipinjam dari berbagai penulis lain, atau singing. In the distance.
penis lain di masa lalu. Fenomena My soul is not satisfied that it has lost her.
pasticheditemukan dalam paragraf ke-4 My sight searches for her as though to go
“RdC”. to her.
My heart looks for her, and she is not with
Dalam kegelapan tanpa rembulan,
me.
perempuan itu tidak bisa melihat senyuman The same night whitening the same trees.
maupun air matanya sendiri di permukaan We, of that time, are no longer the same.
sungai yang mengalir perlahan- dan ia tak I no longer love her, that's certain, but
tahu apakah masih harus mengutip Pablo how I loved her.
Neruda. My voice tried to find the wind to touch
her hearing.
Tonight I can write the saddest lines…. Another's. She will be another's. Like my
(Ajidarma, Seno G. 2003 paragraf ke-14) kisses before.
Her voide. Her bright body. Her inifinite
Elemen yang dipinjam SGA dari Pablo eyes.
Neruda berfungsi sebagai pembangun I no longer love her, that's certain, but
suasana hati si perempuan. Dia dan bekas maybe I love her.
Love is so short, forgetting is so long.
suaminya sama-sama tahu betul mengenai Because through nights like this one I held
rembulan itu, ia bahkan sempat berpikir her in my arms
untuk membuang rembulan itu ke sungai, my sould is not satisfied that it has lost
seperti membuang suatu masalah agar pergi her.
menjauh selamanya dan tidak pernah Though this be the last pain that she
kembali. Ia kemudian merasa bahwa ia yang makes me suffer
mewajibkan dirinya berduka, karena and these the last verses that I write for
selayaknyalah seorang istri yang diceraikan her.
dengan semena-mena merasa terbuang,
padahal perpisahan itu membuat peluangnya Pablo Neruda ini merupakan bagian
untuk bahagia terbuka luas. dari gaya postmodernisme, yakni pastiche
atau pinjaman dari karya lain. SGA juga
Tonight I can write the saddest lines. menyertakan catatan kaki yang menerangkan
Pablo Neruda. puisi karya Pablo Neruda ini dalam paragraf
kutipan atau paragraf ke-16. Puisi “Tonight I
Write, for example,'The night is shattered Can Write” ini bersumber pada puisi
and the blue stars shiver in the distance.' berbahasa Spanyol “Puedo Escribir” dalam
The night wind revolves in the sky and 20 Puemas de amor y una Cancion
sings. desesperada (Twenty Love Poems and a
Tonight I can write the saddest lines.
41
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:33—45

Song of Despair) karya Pablo Neruda pada sudah ia beli ke rumah makan Italia. Ia
tahun 1924, terjemahan ke dalam bahasa meminta penukaran rembulan dengan soto
Inggris oleh WS Merwin, terbit pertama kali betawi, sebuah parodi yang menarik di akhir
tahun 1969.Puisi karya Pablo Neruda cerita SGA.
tersebut menceritakan kesedihan seseorang
yang berpisah dengan pujaan hatinya. Camp
Perpisahan yang diakibatkan hilangnya rasa Campmerupakan bentuk seni yang
cinta dan keyakinan pujaan hati akan menekankan dekorasi, tekstur, permukaan
menjadi milik orang lain (I no longer love sensual dan gaya dengan mengorbankan isi.
her, that's certain, but how I loved her. My Pada karya camp objek-objek alam,
voice tried to find the wind to touch her manusia, dan binatang seringkali digunakan,
hearing. Another's. She will be another's). namun secara ekstrem dideformasikan,
Puisi Pablo ini juga menegaskan bahwa misalnya dengan dibuat lebih kurus,
mencintai seseorang sangatlah singkat tetapi ramping, jangkung, gendut, besar, dan lebar
melupakan seseorang adalah proses yang (Pilliang, 1999: 163). Camp diciptakan
berkepanjangan, seperti beban rembulan sebagai satu jawaban terhadap “kebosanan”
yang dibawa oleh si perempuan. Adalah dan sekaligus merupakan satu reaksi
sebuah pilihan, apakah si perempuan terus terhadap keangkukan kebudayaan tinggi
akan bergundah gulana menggendong yang telah memisahkan seni dari makna-
rembulan di punggungnya (beban) atau makna sosial dan fungsi komunikasi sosial.
melepaskan diri dari kesedihan dan memilih Camp selalu melibatkan unsur duplikasi dan
untuk menggapai kebahagiaan yang luas menggunakan manerisme, seperti bulu mata
terbentang di depannya dengan yang dilentikkan, senyum rahasia, jas yang
mengembalikan rembulan ke rumah makan berjumbai, yang mengundang penafsiran
Italia. ganda.
Cerpen “RdC” menampilkan tokoh-
Parodi tokoh tanpa nama. Dalam cerpen tersebut
Parodi merupakan komposisi dalam prosa pengarang sengaja menggunakan gaya
atau puisi yang di dalamnya kecenderungan- penceritaan yang baru di tengah konvensi
kecenderungan pemikiran dan ungkapan prosa yang telah ada. Bentuk semacam ini
karakteristik dalam diri seorang pengarang menunjukan kebebasan pengarangnya dalam
diimitasi sedemikian rupa untuk mengekspresikan ide dan gagasannya yang
membuatnya tampak absurd, khususnya tidak mau lagi dibatasi dengan adanya
dengan melibatkan subjek-subjek lucu dan bentuk-bentuk atau konvensi, batasan-
janggal, dan disimpangkan arahnya sehingga batasan atau aturan-aturan penulisan cerpen
menghasilkan efek-efek kelucuan. yang selama ini diikuti oleh pengarang
cerpen yang lainnya. Tokoh perempuan,
Tiga minggu kemudian, pada hari hujan laki-laki, pelayan, kepala dapur, pun ayah si
yang pertama musim ini, perempuan itu wanita tidak ada yang diberi nama. Gaya
muncul lagi di kafe tersebut. penceritaan SGA tersebut masuk dalam gaya
“Saya kembalikan rembulan ini, bisa posmodernisme yang berjenis camp.Camp
diganti soto Betawi?” adalah bentuk seni yang menekankan
Itulah masalahnya.
dekorasi, tekstur, permukaan sensual dan
“Tidak bisa Puan, kami tidak punya soto
Betawi, ini kan restoran Itali? gaya dengan mengorbankan isi. Camp
diciptakan sebagai satu jawaban terhadap
SGA menampilkan parodi di penghujung kebosanan sekaligus merupakan satu reaksi
cerita. Si perempuan pada akhirnya terhadap keangkuhan kebudayaan tinggi
memutuskan mengembalikan rembulan yang yang telah memisahkan makna-makn sosial
42
Analisis Stilistika Seno…. (Kahar Dwi Prihantono)

dan fungsi komunikasi sosial, seperti dalam “Bekas….”


kutipan-kutipan berikut. “Maaf, bekas istri Tuan, mungkin Tuan
masih bisa mendapatkan rembulan itu.”
Seminggu setelah perceraiannya, “Maksudmu?”
perempuan itu memasuki sebuah kafe, “Dia tidak memakannya Tuan, dia minta
dan memesan Rembulan dalam rembulan itu dibungkus.”
Cappuccino. Ia datang bersama senja, dan “Dibungkus?”
ia harus menunggu malam tiba untuk “Ya Tuan, ia tidak menyentuhnya sama
mendapatkan pesanannya. (Ajidarma, sekali, hanya memandanginya saja
Seno G. 2003 paragraf 1) berjam-jam.”
(Ajidarma, Seno G. 2003 paragraf 7)
“Rembulan dalam Cappuccino, satu!”
Teriak pelayan ke dapur, dan kepala Tokoh tanpa nama dalam sebuah prosa
bagian dapur memijit-mijit nomor hp, sangat jarang dijumpai. Seluruh tokoh dalam
seolah-olah ada persiapan khusus. “RdC” tidak diberi nama oleh SGA
menunjukkan gaya perlawanan terhadap
“Akhirnya tiba juga pesanan ini,” katanya, “narasi besar” dalam prosa Indonesia.
“aku sudah bosan melihatnya di daftar
menu tanpa pernah ada yang pesan.”
Skizofrenia
Kepala dapur itu bicara dengan entah
SGA menggunakan skizofrenia digunakan
siapa melalui hp.
“Iyalah, turunin aja, sudah tidak ada lagi sebagai metafora untuk menggambarkan
yang membutuhkan rembulan.” kesimpangsiuran penggunaan bahasa.
(Ajidarma, Seno G. 2003 paragraf 4) Kekacauan pertandaan atau pergeseran
penanda dan petanda terdapat pada
Seminggu kemudian, seorang lelaki penggambaran rembulan dan capucino.
memasuki kafe itu, dan memesan
minuman yang sama. Cappuccino dalam lautan berwarna coklat,
“Rembulan dalam Cappuccino,” katanya. datang langsung dari tercemplung cangkir,
Para pelayan saling berpandangan. tenggelam sebentar, tapi lantas pingpong-
“Oh, minuman itu sudah tidak lagi ada tapi bukan bola pingpong, ini rembulan.
Tuan, seorang perempuan telah Semua orang berada dalam kafe diam-
memesannya minggu lalu.” diam melangkah keluar, menengok ke
Lelaki itu terpana. langit, ingin membuktikan dengan mata
“Apakah Tuan tidak memperhatikan, kepala sendiri bahwa terapung-apung
sudah tidak ada rembulan lagi dalam cangkir perempuan sebenarnya, seperti
seminggu ini?” telah pelajari semenjak di sekolah dasar,
Lelaki itu tersentak. yakni yang tiada pernah mereka saksikan
“Seorang perempuan? Istri saya? Eh, sisi gelapnya, dan rembulan itu memang
maaf, bekas istri saya?” sudah tidak ada. Paragraf ke-2)
Para pelayan saling berpandangan. Salah
seorang pelayan menjelaskan ciri-ciri Di dalam “RdC” SGA memutus dialog
perempuan yang telah memesan di antara elemen-elemen dalam cerita, yaitu
Rembulan dalam Cappuccino itu. tidak berkaitannya elemen-elemen tersebut
“Ah, pasti dia! Dasar! Apa sih yang tidak satu sama lain, sehingga makna karya
ingin ditelannya dari dunia ini? Apakah tersebut sulit untuk ditafsirkan. Ciri
dia makan rembulan itu?”
“ketidakacuhan” inilah yang menjadi
Para pelayan saling berpandangan lagi.
“Tidak Tuan…” karakteristik pendukung skizofrenia yang
“Jadi?” melepaskan hubungan antar unsur dalam
“Kalau memang perempuan itu istri sebuah karya. Skizofrenia inilah yang juga
Tuan…” disebut sebagai pergeseran penanda dan

43
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:33—45

petanda. Capucino adalah kopi tradisional terbuka seluas semesta…(Op Cit


Italia, biasanya untuk sarapan-kopi espresso Ajidarma. 2003. Paragraf ke-14)
yang dibubuhi susu panas dan buih, sering
juga ditaburi cokelat, dalam seduhan air Tiga minggu kemudian, pada hari hujan
yang pertama musim ini, perempuan itu
panas 80 derajat celsius, dihidangkan dengan
muncul lagi di kafe tersebut.
cangkir. Rembulan adalah ‘benda langit yg “Saya kembalikan rembulan ini, bisa
mengitari bumi, bersinar pada malam hari diganti soto Betawi?”
karena pantulan sinar matahari’. Oleh SGA, (Op Cit Ajidarma. 2003. Paragraf ke-15)
konsep penanda rembulan dancapucino yang
terdapat dalam cerpenini bergeser dari Fenomena di atas mencerminkan
makna referensinya.Hal ini dikarenakan kesimpangsiuran penggunaan bahasa.
rembulan dalam cerpen tersebut tidakseperti Lyotard memandang bahwa, di dalam
rembulan yang secara umum telahdiketahui bahasa tidak ada keutuhan, yang ada
sebagai salah satu bagian tata surya. Pun hanyalah pulau-pulau bahasa, yang masing-
capucino dalam cerpen tersebut hanya masing diatur oleh sebuah system aturan
sebagaisebuah entertainer yang yang tak bisa diterjemah kan ke dalam
memunculkanfenomena dan menghibur sistem yang lain. Ketika makna rembulan
orang. yang telah mapan mengacu pada ‘benda
SGA menggeser makna rembulan langit yg mengitari bumi, bersinar pd malam
menjadi sebuah beban yang terus menempel hari karena pantulan sinar matahari’ dan
pada punggung si wanita dan menjadikan ‘kecantikan malam’, SGA menggeser
malam-malamnya benar-benar gelap setelah maknanya sebagai sebuah beban hidup.
perceraian dengan suaminya. Dia sebenarnya Secara tersirat, SGA mengusung anti
tahu mengenai rembulan itu, ia bahkan kemapanan, tidak percaya lagi pada
sempat berpikir untuk membuang rembulan sesuatu yang telah menjadi pakem atau
itu ke sungai, seperti membuang suatu ketetapan bersama.
masalah agar pergi menjauh selamanya dan
tidak pernah kembali. Ia kemudian merasa PENUTUP
bahwa ia yang mewajibkan dirinya berduka, Dari pembahasan di atas
karena selayaknyalah seorang istri yang dapatdisimpulkan bahwa cerpen “RdC”
diceraikan dengan semena-mena merasa karya SGA merupakan salahsatu cerpen
terbuang, padahal perpisahan itu membuat yang bergaya posmodernisme Lyotard.
peluangnya untuk bahagia terbuka luas. Kepostmodernan cerpen initerletak pada
gaya pengisahan SGA yang melibatkan
sekarang ia berada di sebuah jembatan dan sekurang-kurangnya tujuh stilistika
sedang berpikir, apakah akan dibuangnya postmodernisme, yakni fragmentasi,
saja rembulan itu ke sungai, seperti permainan bahasayang sublim, pastiche,
membuang suatu masalah agar pergi parodi, kitsch, camp, dan skizofrenia.
menjauh selamanya dan tidak pernah
Gaya fragmentasi terlihat pada gaya
kembali? Setiap orang mempunyai
peluang bernasib malang, kenapa dirinya penggabungan sejumlahfragmen terpisah
harus menjadi perkecualian? Ia seperti tentang rembulan sehingga menciptakan
sedang mencurigai dirinya sendiri, jangan- makna baru. Permainan bahasayang sublim
jangan ia hanya mewajibkan dirinya tampak pada permainan SGA mengubah
berduka, karena selayaknyalah seorang sesuatu yang tidak mungkin menjadi
istri yang diceraikan dengan semena-mena mungkin. Gaya pastiche terlihat pada
merasa terbuang, padahal perpisahan itu pengutipan puisi Pablo Neruda yang
membuat peluangnya untuk bahagia menceritakan singkatnya mencintai
seseorang dan lamanya waktu yang
44
Analisis Stilistika Seno…. (Kahar Dwi Prihantono)

dibutuhkan untuk melupakan seseorang. Perancis oleh Geoff Bennington dan


Gaya parodi terlihat pada penukaran Brian Massumi. Manchester:
rembulan dengan soto Betawi di restoran Manchester University Press
Italia. Gaya camp muncul pada peniadaan Meleong, L. J. 2002. MetodePenelitian
nama-nama tokoh selayaknya cerpen Kualitatif. Bandung:Remaja Rosda
kebanyakan. Gaya skizofrenia muncul pada Karya.
pengisahan SGA mengenai rembulan yang Nawawi, H. 2007. Metode Penelitian Bidang
dapat dijadikansebagai tanda atau simbol Sosial. Yogyakarta:Gadjah Mada
makna yangbergeser antara penanda University Press.
danpetandanya. Ketika makna rembulan Nurhadi. 2004. “Analisis Hegemonipada
yang telah mapan mengacu pada ‘benda Iblis Tidak Pernah Matikarya Seno
langit yg mengitari bumi, bersinar pd malam Gumira Ajidarma”.Tesis. Yogyakarta:
hari krn pantulan sinar matahari’ dan Program StudiIlmu Sastra Program
‘kecantikan malam’, SGA menggeser Pascasarjana Universitas Gadjah
maknanya sebagai sebuah beban melupakan Mada.
seseorang. Piliang, Y. A. 2003. Hipersemiotika:Tafsir
Cultural Studies atas ”Matinya
DAFTAR PUSTAKA Makna”. Bandung:Jalasutra.
Ajidarma, Seno G. 2003. “Rembulan dalam Pujiharto. 2005. Konstruksi Postmodern
Capucino” cerpen Harian Kompas dalam Cerpen Larung”. Litera, 4, 88–
edisi Minggu 31 Agustus 2003 97.
paragraf 1 s.d 16. Ratna, N. K. 2010. Metode Penelitian
Faisal, R. 2010. Kajian Postmodernisme Sastra. Yogyakara: Pustaka Pelajar.
pada Cerpen “Maryamah Karpov” Supena, A. 2013. “PuitikaPostmodernisme
Karya Andrea Hirata. Jurnal dalam Novel Kitab Omong Kosong”
Artikulasi, 7(1), 396–414. karyaSeno Gumira Ajidarma.
Hariyanto. 2004. Fenomena ParoIklan Tesis.Yogyakarta: Program Studi
Televisi Indonesia. Dalam Jurnal IlmuSastra Program
Bahasa dan Seni, 32(1), 112–126. PascasarjanaUniversitas Gadjah Mada.
Lubis, A.Y. 2014. Postmodernisme:Teori Swaratyagita, G. 2005. “RomanNegeri Senja
dan Metode. Jakarta:RajaGrafindo karya Seno Gumira Ajidarma: Dari
Persada. Simbolisasi Hingga Hegemoni”.Tesis.
Lyotard, Jean Francois. 1984. The Program Pascasarjana Universitas
Postmodern Condition: A Report On Airlangga.
Knoeledge. Diterjemahkan dari bahasa

45
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 47— 58

KONSTRUKSI SOSIAL PEPATAH TRADISIONAL DAN ATURAN ADAT UNTUK


KESEIMBANGAN EKOLOGI
(Social Construction of Traditional Proverb and Customary Law For Balancing Ecology)

Dina Amalia Susamto


Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun Jakarta Timur
Pos-el: dina.susamto@gmail.com
(Diterima: 28 Mei 2018; Direvisi 30 Mei 2018; Disetujui: 5 Juni 2018)

Abstract
Traditional proverb is a language expression that is used as a tool to legitimize knowledge in a society.
Lombok people have local knowledge that came from proverb and customary law that solved the ecology’s
problem that increase today. Language ass traditional proverbs and customary law are used as the tools to
construct people’s thought toward social awareness through internalization . The study aimed to analyze the
proverb and costumary law which has used as the tools to construct social awareness. The study also discussed
about kinds of traditional proverbs and customary law and their appearance, how the social contruction which
related to ecology could construct people’s awareness in west Nusa Tenggara through proverbs and customary
law, and how individual and society practiced their culture, such as keeping ecology, after internalizing the
values. . The results showed that the change of social structure that caused by the change of dinamical power
had contributed to knowledge and people’s awareness of the environment. Language was the representative of
the symbolical legitimation of the law which was expressed in traditional proverbs and custamry law. These
proverbs and customary law are used to construct people’s awareness from generation to generation through
internalizing the values..
Keywords: Traditional Proverb and Custamary Law, social Construction, ecology

Abstrak
Pepatah tradisional merupakan ekspresi berbahasa yang menjadi sarana dalam legitimasi pengetahuan
masyarakat. Masyarakat Lombok memiliki pengetahuan lokal yang berasal dari pepatah tradisional dan hukum
adat yang dapat mengatasi masalah-masalah ekologi yang kini semakin meningkat . Bahasa dalam ungkapan
tradisional dan hukum adat digunakan sebagai alat untuk mengonstruksi pola pikir masyarakat terhadap
kesadaran sosial melalui proses internalisasi . Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pepatah tradisional
dan hukum adat yang digunakan sebagai alat untuk mengonstruksi kesadaran sosial. Permasalahan yang
dibahas adalah pepatah tradisional dan hukum adat apa saja yang muncul dan bagaimana konteks
kelahirannya, bagaimana konstruksi sosial yang berhubungan dengan ekologi bekerja melalui ungkapan
tradisional dan hukum adat untuk membentuk kesadaran masyarakat Nusa Tenggara Barat, dan bagaimana
praktek budaya, dalam diri individu dan masyarakat, seperti menjaga ekologi di Nusa Tenggara Barat, setelah
nilai-nilai itu terinternalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur sosial yang berubah di masyarakat
sebagai akibat dari dinamika kekuasaan yang berubah telah berkontribusi terhadap pengetahuan dan
membentuk kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup. Bahasa merupakan representasi simbol
legitimasi aturan masyarakat yang muncul dalam pepatah tradisional dan hukum adat. Pepatah tradisional dan
hukum adat digunakan untuk mengonstruksi kesadaran masyarakat dari generasi ke generasi melalui proses
internalisasi nilai.
Kata-Kata Kunci: Pepatah Tradisional dan Hukum Adat, Konstruksi Sosial, Ekologi

PENDAHULUAN masalah-masalah ekologi, bahasa digunakan


Bahasa sampai saat ini masih kuat sebagai sarana legitimasi pengetahuan yang
sebagai representasi dari realitas yang paling telah dilembagakan oleh masyarakat.
dasar. Ketika sebagian masyarakat memiliki Sementara, pengetahuan yang hadir dalam
pengetahuan tertentu untuk mengatasi masyarakat berubah dari waktu ke waktu

47
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 47—58

seiring dengan konteks kesejarahan bagaimana nalar masyarakat memandang


masyarakat. Perjumpaan masyarakat dengan lingkungannya dan termanifestasi dalam
negara, agama, dan sistem ekonomi bahasa dan tindakan atau praktik budaya
kapitalisme mengubah nalar masyarakat dalam hidup sehari-hari. Di beberapa daerah
termasuk cara pandang masyarakat terhadap di Indonesia, pola pikir tentang
ekologi. keseimbangan ekologi muncul dalam narasi-
Isu bencana ekologi merupakan narasi seperti mitos, legenda, pepatah
salah satu isu terhangat di dunia ketika tradisional bahkan dalam bahasa yang
masyarakat modern dengan pola pikir denotatif seperti hukum adat yang semuanya
rasionalitas instrumental telah berjarak merupakan bagian dari tradisi lisan.
dengan alam, menganggap alam sebagai Pepatah tradisional dan hukum adat
objek yang dapat dieksploitasi untuk yang menjadi subjek penelitian ini ranah
keuntungan sebesar-besarnya manusia tanpa bahasa dan sastra yang mengandung nilai-
memikirkan keseimbangan. Bencana ekologi nilai kemanusiaan, sosial dan budaya juga
telah mematikan sendi-sendi kehidupan terdapat pesan moral, anjuran serta harapan
mendasar manusia dengan akibat kerugian. untuk menjaga kelestarian alam dan
Di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat lingkungan, termasuk bencana ekologi yang
sebagai salah satu daerah pengamatan disinggung pada pernyataan sebelumnya.
penelitian, kerusakan ekologi terjadi pada Darman (2017:244) menyatakan sastra
penyempitan lahan hutan mangrove. merupakan cabang ilmu yang sangat dekat
Wahyudewantoro (2018) mengatakan bahwa dengan manusia sebagai subjek yang
berkurangnya jumlah lahan mangrove mengambil peran penting dalam hal
disebabkan oleh meningkatnya penyelamatan lingkungan. Menurutnya,
pembangunan di daerah pantai, turisme, dan penyelamatan lingkungan bukan hanya
budidaya air laut. Laman Asia Ifad.org pada masalah perlindungan lingkungan secara
12 Desember 2012 memberitakan pola fisik tetapi juga berkaitan dengan etika hidup
penyusutan luasan ekosistem mangrove di manusia.
Kabupaten Lombok Barat yang seharusnya Penelitian tentang pepatah
memiliki potensi mangrove seluas 606,81 tradisional dan hukum adat mendiskusikan
ha, berdasarkan hasil pendataan terlihat empat hal yaitu ungkapan tradisional dan
bahwa kategori kondisi mangrove rusak hukum adat apa sajakah yang digunakan
berat seluas 487,98 ha, dan rusak ringan sebagai alat legitimasi institusi, bagaimana
118,83 ha. Riggs, dkk. (2018) mengatakan konteks kemunculan pribahasa tradisional
sejak tahun 1990 hutan-hutan di Lombok dan hukum adat yang berhubungan dengan
telah beralih fungsi 28.6%. Masyarakat perlindungan ekologi di daerah Nusa
bergantung pada hutan untuk Tenggara Barat, bagaimana konstruksi
keberlangsungan air, kayu bakar, kayu, dan sosial yang berhubungan dengan ekologi
produk hutan nonkayu. Layanan regulasi bekerja dalam membentuk kesadaran
ekosistem di dalamnya termasuk pencegahan masyarakat di Nusa Tenggara Barat melalui
banjir, pengendalian erosi, dan penyerbukan ungkapan tradisional dan tata aturan adat,
tanaman inti. Masyarakat juga menetapkan dan bagaimanakah praktik budaya dalam diri
nilai-nilai adat untuk tujuan seremoni di individu dan masyaraskat setelah proses
hutan dan juga mendapat pendapatan dari internalisasi nilai-nilai menjaga ekologi di
peariwisata atas keberadaan hutan tersebut. Nusa Tenggara Barat.
Masalah ekologi bersumber dari pola Penelitian kajian sastra lisan di
pikir masyarakat yang menempati suatu beberapa daerah di Indonesia, khususnya di
wilayah atau bentang alam. Bentang alam Nusa Tenggara memiliki tujuan untuk
yang telah rusak bisa ditelusuri dari mendeskripsikan bahasa sebagai alat
48
Konstruksi Sosial Pepatah …. (Dina Amalia Susamto)

legitimasi institusi dalam ungkapan Hardiman mengatakan bahwa perubahan


tradisional dan hukum adat dan menjelaskan bahasa dalam kabhanti menggambarkan
konteks kemunculan ungkapan tradisional perubahan ekologi baik alamiah maupun
dan hukum adat yang berhubungan dengan ekologi manusia dan budaya secara luas.
perlindungan ekologi di daerah Nusa Kabhanti sangat khas dengan penggunaan
Tenggara Barat, menjelaskan proses leksikon, frasa dan wacana yang mewadahi
konstruksi sosial yang berhubungan dengan keberagaman hayati, flora dan fauna. Taena
ekologi bekerja dalam membentuk dkk. dalam pembahasan tradisi Falia pada
kesadaran masyarakat di Nusa Tenggara suku Muna mengatakan bahwa tradisi falia
Barat melalui ungkapan tradisional dan mengontrol prilaku masyarakat Muna
hukum adat, serta mendeskripsikan praktik terhadap dalam memperlakukan hutan
budaya dalam diri individu dan masyaraskat dengan keyakinan bahwa siapa pun yang
setelah proses internalisasi nilai-nilai merusak hutan akan mendapat hukuman
menjaga ekologi di Nusa Tenggara Barat. secara supranatural salah satunya datangnya
Penelitian-penelitian sebelumnya berbagai penyakit dan malapetaka lain.
antara lain, Asrif La Madira (2015) tentang Penelitian-penelitian di atas
Wacana Mitos Imbu terhadap Pelindungan menunjukkan sumbangan tradisi lisan pada
Alam laut Masyarakat Kepulauan Wakatobi. penjagaan lingkungan hidup. Akan tetapi
Andi Achdian (2015) Leuwung Hejo keseluruhan penelitian tersebut belum
Masyarakat Ngejo (Hutan Hijau Masyarakat membahas bagaimana proses penumbuhan
Sejahtera): Konstruksi Politik Hijau dan kesadaran masyarakat melalui bahasa
Siasat Politik Kontemporer dalam Tradisi sebagai alat konstruksi sosial yang
Lisan Masyarakat Kasepuhan Kawasan diwujudkan dalam pepatah tradisional dan
Hutan Lindung Gunung Halimun, hukum adat. Penelitian ungkapan bahasa
Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. termasuk di dalamnya tata aturan adat
Hadirman (2015) dalam Mengkreasi Produk bagian dari tradisi lisan yang memiliki
Kajian Ekolinguistik terhadap Tradisi Lisan pesan verbal yang disampaikan dan
Kabjanti di Muna: Menuju ke Arah dimaknai oleh anggota masyarakat. Dengan
Penguatan Kajian Eco-Oral Tradition dan menggunakan kerangka teori konstruksi
Taena dkk (2016) tentang tradisi Falia yang sosial, peneliti melihat bahwa pepatah
dimiliki etnik Muna dalam menjaga hutan. tradisional, mitos dan larangan adat,
Asrif dalam tulisan tersebut termasuk hal-hal yang tabu merupakan
mengangkat isu keefektifan mitos gurita pengetahuan yang hidup di tengah
raksasa berlengan sembilan yang mampu masyarakat. Proses pengetahuan yang
membunuh siapapun yang merusak berhubungan dengan penjagaan lingkungan
lingkungan laut yang masih diyakini hidup berada dalam masyarakat merupakan
masyarakat hingga hari ini. Ingatan masalah yang didiskusikan dalam penelitian
masyarakat pada mitos yang menjadi ini melalui bahasa sebagai alat pengonstruksi
pengawas masyarakat kemudian nalar masyarakat. Bahasa memberikan
menciptakan relasi keseimbangan yang legitimasi langsung untuk mempertahankan
positif antara manusia dan alam laut. institusi seperti lembaga adat yang
Andi Achdian mengungkap aspek- membakukan aktivitas-aktivitas budaya
aspek ritual, aturan lisan hingga klaim masyarakat seperti ritual-ritual untuk
sejarah berabda-abad sebagai usaha menjaga lingkungan hidup.
melindungi diri ketika masyarakat Pesan-pesan yang dinarasikan
kasepuhan di kawasan hutan lindung menggunakan bahasa dalam bentuk pepatah,
Gunung Halimun harus berhadapan dengan tabu, aturan adat diinternalisasikan ke dalam
kekuatan negara dan pasar, sedangkan diri masyarakat, yang berujung pada usaha
49
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 47—58

membentuk pola pikir, keyakinan dan internalisasi. Pembentukan institusi ini


menjaga prilaku masyarakat dan terus disebut ekternalisasi, sedangkan internalisasi
diwariskan. Aturan adat dan ungkapan adalah proses ketika manusia dibentuk atau
bekerja sebagai pengawas dalam individu produk dari masyarakat. Internalisasi ini
dan masyarakat. Satu sisi, pesan tersebut memiliki fungsi mentransmisikan intitusi
kemudian direspon oleh masyarakat kepada anggota masyarakat agar institusi
setempat dalam bentuk praktik-praktik tersebut (dan perangkat aturannya) tetap
budaya seperti melakukan ritual untuk tetap bertahan dari waktu ke waktu. Manusia yang
seimbang dengan alam, mematuhi tabu-tabu mengonsepsikan institusi tersebut juga terus
dalam tindak tutur dan prilaku sehari-hari. mengalami internalisasi agar status
objektivitas institusi yang dikonsepkan
LANDASAN TEORI dalam kesadaran tetap kukuh. Dengan
Kontruksi sosial, sebuah konsep yang demikian hubungan dialog manusia dan
dipinjam dari ilmu sosial yang masyarakat adalah manusia membentuk
dikembangkan oleh Berger dan Luckmann masyarakat dan manusia dibentuk oleh
(1967) menyatakan bahwa realitas adalah masyarakat.
konstruksi sosial. Realitas dalam pandangan Institusi yang hadir membutuhkan
Berger dibagi dalam realitas yang objektif legitimasi atau pengesahan untuk
dan subjektif. Pertama, realitas yang objektif menjelaskan secara kognitif alasan adanya
di dalamnya terdapat struktur sosial yang institusi itu. Legitimasi memiliki empat
merupakan ranah yang membuat kehidupan tingkatan yang semakin tinggi tingkatannya
manusia teratur dan tentram, diantaranya menunjukkan legitimasi tersebut bersifat
terdapat institusi dan tindakan sosial. koheren dan teoritis. Tingkatan pertama
Struktur sosial menjadi patokan manusia legitimasi adalah bahasa. Bahasa merupakan
dalam berpikir dan bertindak meskipun tidak representasi dari realitas yang paling dasar.
membatasi tindakan manusia yang subjektif. Bahasa memberikan legitimasi langsung
Kemudian kedua, realitas subjektif, yaitu isi untuk mempertahankan institusi. Tingkatan
atau makna struktur sosial yang dapat kedua, bahasa yang diwujudkan dalam
dipahami dari sudut pandang anggota pepatah atau ungkapan yang konotatif.
masyarakat yang berada di bawah Tingkatan legitimasi ketiga adalah teori yang
naungannya. dirumuskan masyarakat yang sudah sangat
Proses konstruksi sosial berlangsung memahami masalah-masalah terkait,
dalam cara bagaimana suatu pengetahuan misalnya pemimpin spiritual yang
bisa berada di tengah masyarakat. Berger memahami diadakannya ritual. Legitimasi
menjelaskan proses pembentukan realitas teoritis ini disebut tatanan simbolik atau
sosial berada di dalam kesadaran manusia. symbolic order yang dicontohkan dengan
Realitas dibentuk oleh kesadaran manusia agama (keyakinan) atau melalui paradigma
dengan merujuk pada relasi logis fakta-fakta ilmu pengetahuan. (Berger dalam Riyanto,
yang dialaminya. Salah satu fakta yang 2009)
dialami manusia adalah kebutuhan hidup. Selain Berger dan Luckmann, pada
Kebutuhan tersebut repetitif hingga tahun 1991 Bruner megemukakan konsep
terbentuknya kaidah atau institusi untuk konstruksi narasi. Antara konstruksi narasi
mengorganisasi pemerolehan kebutuhan dan konstruksi sosial mempunyai titik temu
tersebut sehingga tercipta rasa aman. Berger pada hubungan antara konstruksi sosial
dalam Riyanto (2009) mengatakan dalam terhadap realitas dan interaksi manusia
pemenuhan kebutuhan terjadi interaksi sebagai subjek yang melakukan konstruksi
individu dengan masyarakat yang prosesnya terhadap realitas. Menurut Bruner konstruksi
melalui ekternalisasi (objektivikasi) dan realitas disokong oleh prinsip-prisip dan
50
Konstruksi Sosial Pepatah …. (Dina Amalia Susamto)

prosedur yang berupa perlatan tradisi yang sistematikanya oleh pelaku-pelaku yang
dimodelkan dan disebarluaskan. Pengalaman berkepentingan terhadap ritual tersebut
manusia disusun dalam narasi-narasi yang untuk terus diajarkan dan diingat oleh
berbentuk cerita rakyat, mitos, alasan untuk masyarakat. Sedangkan aturan adat bagian
melakukan sesuatu atau tidak, dan dari mekanisme pengontrolan sesuatu yang
sebagainya. dilakukan sebagaimana biasa untuk tujuan
Mengkonstruksi realitas dengan tertentu. Dengan demikian dalam
narasi membutuhkan bahasa. Bruner pelembagaan terdapat dua sisi yaitu tindakan
menekankan bahwa manusia membangun yang dibiasakan dan pelaku yang
ide-ide satu sama lain, mengalami peristiwa mempraktikkan termasuk yang memimpin
bersama, dan memiliki memori dalam atau mengontrol.
kehidupan sehari-hari dalam bentuk narasi. Bentang geografis laut, gunung di
Narasi merupakan versi dari realitas dan tempat hidup masyarakat Sasak di Lombok
instrumen pikiran yang digunakan sebagai menimbulkan kelahiran lembaga adat untuk
alat pengkonstruksian. Konstruksi sosial dan mengatur, dan menyelesaikan persoalan
konstruksi narasi menghubungkan tradisi yang berhubungan dengan bentang alam
lisan dengan realitas dalam kehidupan tersebut. Misalnya, dalam masyarakat
sehari-hari. Lombok pelembagaan terhadap kebiasaan
mensucikan air laut timbul upacara bau
METODE nyale. Pengaturan ritual itu sendiri supaya
Penelitian ini di wilayah field terus menerus bisa dilaksanakan yang
research (riset lapangan) pada tanggal 6—10 kemudian menimbulkan kebutuhan akan
Oktober 2015 di Lombok dengan lembaga yang mengurus tata upacara
pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan keagamaan. Lembaga adat masyarakat
cara melakukan wawancara kepada beberapa Sasak yang setelah kedatangan Islam
jenis informan. Hasil-hasil data mensikretikkan ajaran-ajaran atau aturan
pengumpulan ungkapan tradisional dan yang dikosepsikan dalam pikiran masyarakat
aturan adat kemudian ditranskripsi dan Sasak terdiri dari pemuka adat. Pemuka adat
dianalisis dengan kerangka konstruksi sosial. bertugas mengatur aspek Watu Telu, suatu
Data-data yang didapatkan dari riset kepercayaan sinkretik antara Islam, Hindu
lapangan menjadi data primer, sedangkan dan agama pagan masyarakat. Pemuka adat
sumber data sekunder sebagai sumber data disebut pemangku. Meskipun pemangku
penunjang dalam penelitian ini adalah data- dalam hirarki masyarakat Sasak bukan dari
data yang diperoleh dari studi kepustakaan golongan bangsawan, tetapi pemangku
baik dari buku-buku maupun sumber lain. adalah petugas adat yang penting dalam
. komunitas yang bertugas dalam setiap
PEMBAHASAN upacara.
Struktur sosial budaya Komunitas Pada komunitas Sasak terdapat
Struktur sosial budaya komunitas kelompok-kelompok pemangku di antaranya
mencakup pelembagaan kebiasaan atau pemangku gubug yang mengurusi
habituasi. Pelembagaan bagian dari upaya perumahan komunitas ketika memperantarai
mempertahankan pola-pola yang dianggap hubungan komunitas dengan dunia spritual.
akan memberi keteraturan, dan ketenangan. Pemangku aiq mengurusi pertanian Subak
Pembiasaan merupakan proses yang terus- yaitu proses pengairan dari mata air yang
menerus dijalani, kemudian dibuat aturan membutuhkan tata cara spiritual dalam
dan kontrol terhadap aturan tersebut. Ritual pelaksanaan pengairan dari mata air.
merupakan pola yang diulang-ulang oleh Kelompok pemangku ini menjaga tata cara
masyarakat yang kemudian dibuat yang diajarkan dari sistem kepercayaan yang
51
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 47—58

juga sudah dilembagakan, yaitu Watu Telu. bangsawan Sasak dari kedatuan Selaprang
Pemangku merupakan struktur yang berada belajar ilmu Islam hingga ke negeri Arab di
di bawah para bangsawan. Mekah mereka juga menjadi tokoh-tokoh
Bangsawan dalam lembaga adat perubahan sosial masyarakat Sasak. Tidak
Sasak menempati posisi tertinggi dalam hanya bidang transformasi sosial, peran
keyakinan masyarakat. Masyarakat yang Tuan Guru juga pemimpin peperangan
mempercayai kekuatan supranatural melawan kerajaan Bali yang berkuasa di
melanggengkan pelembagaan sistem sosial wilayah Barat, juga pemimpin perjuangan
bertingkat berdasarkan referensi kosmologi melawan penjajahan Belanda.
sinkretis Watu Telu. Struktur ini juga Salah satu Tuan Guru yang sangat
menentukan kepemilikan tanah. Bangsawan berpengaruh dalam masyarakat Sasak adalah
berhak mengusai tanah-tanah atas nama TGKH Syaikh Muhammad Zainuddin Abdul
adat. Strata ini dilembagakan sebagai suatu Madjid, pendiri Nahdlatul Wathan,
cara menjaga kemurnian bangsawan organisasi massa Islam yang terbesar di
sehingga tetap berada dalam posisi tertiggi provinsi Nusa Tenggara Barat / NTB.
di atas masyarakat biasa. Perkawinan Adawiyah (2009) mencatatkan biografi
endogami atau perkawinan sesama Tuan Guru Zainuddin dalam tesis berjudul
kelompok yang setara merupakan usaha Pendidikan Pesantren Menurut Pemikiran
mempertahankan posisi tertinggi tersebut. Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin
Jika terdapat bangsawan yang melakukan Abdul Madjid. Adawiyah mengatakan
perkawinan eksogami dianggap telah bahwa setelah belajar di Mekah selama 6
mengkhianati leluhur yang akibatnya tahun di Madrasah Ash Shaulatiyah yang
bangsawan tersebut kehilangan kekuatan dipimpin oleh Syaikh Salim Rahmatullah,
supranatural. Dalam struktur komunitas Tuan Guru Zainuddin kembali ke Lombok
tersebut posisi perempuan bangsawan dan mendirikan Madrasah Al Mujahidin
menjadi sangat penting dalam menjaga (1934 M. Madrasah ini kemudian menjadi
kelestarian perkawinan endogami. Akan pokok berdirinya organisasai agama terbesar
tetapi posisi kebangsawan pada masyarakat di NTB yaitu Pondok Pesantren Nahdlatul
Lombok sekarang sudah mengalami Wathan (NW), yang menjadi perintis dan
transformasi sosial seiring dengan masuknya penggerak sosial keagamaan di Lombok dan
ajaran Islam yang tidak mempercayai sistem Sumbawa. Pondok pesantren NW kemudian
kekastaan. melahirkan banyak kalangan yang terdisik di
Struktur sosial budaya komunitas Lombok dan Sumbawa yang menjadi agen
sasak yang menganut Islam awal di Lombok perubahan sosial pada masyarakat Lombok
terdiri dari Tuan Guru yang menjadi panutan saat ini.
bagi masyarakat. Tuan Guru adalah orang Di samping Tuan Guru atau disebut
yang mempunyai keilmuan di bidang agama Lokaq atau Kyai yang danggap pemegang
Islam. Tidak hanya panutan dalam bidang kosmos, struktur sosial masyarakat Sasak
ilmu agama, Suprapto (2015) mengatakan, masa Islam awal dibantu oleh pemegang
Tuan Guru juga memegang peran penting pemegang hukum yaitu Penghulu,
dalam integrasi masyarakat Sasak dan pemegang wilayah yaitu Pembekel, dan
menyelesaikan konflik apabila terjadi Pemegang Keahlian Balian. Di masa
konflik etnik dan agama di P. Lombok. Di sekarang ketika dalam masa administratif
masa awal, Tuan Guru berasal dari kalangan pemerintahan RI, pemerintahan administratif
pedagang yang menyebarkan Islam melalui seperti kepala desa berperan dalam
perdagangan di wilayah pesisir yang memegang pimpinan pemerintahan di
kebanyakan berasal dari kesultanan tingkat desa. Akan tetapi kehidupan sosial
Makasar. Di masa berikutnya ketika banyak masyarakat di masa administrasi modern
52
Konstruksi Sosial Pepatah …. (Dina Amalia Susamto)

juga banyak dipengaruhi oleh kehidupan dilembagakan disahkan atau dilegitimasi


organisasi politik yang wilayah kerjanya melalui bahasa.
sampai ke desa-desa terutama saat akan Ungkapan atau Tata Aturan Adat
diadakannya pemilihan umum. Struktur merupakan ekspresi peligitimasian pranata-
pemerintahan nasional dalam era media pranata sebagai konsekwensi komitmen
massa dan elektronik menjadi pelaku-pelaku hidup bersama. Komitmen yang muncul dari
transformasi sosial di masa kini. Tuan Guru institusionalisasi kebiasaan hidup sehari-hari
masih memiliki wibawa yang sangat besar dibakukan oleh masyarakat dalam bentuk
sebagai pelaku perubahan, bahkan partai- tata aturan adat dan ungkapan berbahasa.
partai politik berlomba melakukan Dalam bidang ekologi di Lombok terdapat
pendekatan terhadap Tuan-Tuan Guru ungkapan atau tata aturan adat yang
dalam rangka mendapat dukungan dengan mengatur hubungan antara manusia dan
demikian tujuan praktis memenangkan alam. Tata aturan adat ini menghasilkan
pemilihan umum. istilah mali atau tabu untuk dilanggar.
Ajaran-ajaran yang disampaikan
Tuan Guru telah mengubah pola pikir 1. Pelindungan Laut
masyarakat di Lombok termasuk pola pikir Dalam masyarakat Sasak dikenal
terhadap lingkungan hidup. Watu Telu yang dengan ungkapan seda` karangseda` diri.
singkretik dengan budaya masyarakt lokal Ungkapan ini berarti merusak batu karang
memulaikan alam karena sistem itu sama dengan merusak diri sendiri. Selain
kepercayaan bahwa alam mengandung ungkapan itu terdapat juga Dendek pade
kekuatan yang harus ditakuti. Pada masa sedak karang-karang lek segare yang
islam berikutnya yang diajarkan Tuan Guru berarti dilarang merusak terumbu karang di
pada masa awal masih bercorak esoteris, laut dan ungkapan endak lepas jaring elek
yakni islam dengan pendekatan sufisme sedi laun ede karang dekne arak taok mpak
yang membuka keyakinan pada hubungan bebale yang berarti jangan tebar jala di
kedekatan dengan alam. Tetapi masa Tuan pinggir laut nanti tidak ada tempat ikan
Guru akhir pada abad pertengahan 20, Islam bersarang.
dengan pendekatan eksoteris atau hukum Terumbu karang bagian dari habitat
syariah menjadi lebih dominan dan mahluk laut. Terumbu karang merupakan
menghapus kepercayaan-keperayaan yang suatu ekosistem yang menunjang kehidupan
menurut islam ini bid’ah. Islam eksoteris berbagai jenis makhluk hidup yang ada di
membuka pola pikir baru tentang ekologi sekitar terumbu karang. Dengan adanya
yang bersifat penguasaan, karena terumbu karang maka tumbuhan dan hewan
kekuatannya menundukkan alam dan segala laut lainnya dapat tinggal, mencari makan
praktik budaya yang tunduk pada alam. dan berkembang biak di terumbu karang.
Menurut penjelasan yayasan di bidang
Bahasa dalam Ungkapan Tradisional penyelamatan terumbu karang yang
sebagai Representasi Simbolik Legitimasi dipublikasikan dalam laman
Aturan http://www.terangi.or.id, terumbu karang
Bentang alam baik laut, dataran memiliki biodiversitas tertinggi dalam
pegunungan maupun dataran rendah di Pulau tingkatan filum. Terumbu karang juga
Lombok diatur dalam ungkapan atau tata merupakan ekosistem dengan biodiversitas
aturan adat yang merupakan derivasi dari tertinggi dibandingkan ekosistem pesisir dan
konsep kosmologi masyarakat Sasak. Gumi laut lainnya, dalam unit skala tertentu.
Paer yang merupakan lokus geografis bagi Artinya dalam luas 1 km2 di wilayah
masyarakat Sasak yang tinggal di atasnya terumbu karang mengandung lebih banyak
melahirkan pranata–pranata sosial yang spesies dibandingkan dengan 1 km2 di
53
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 47—58

wilayah laut dalam. Tingkat biodiveristas Larangan pergi ke laut di hari Jumat
terumbu karang yang tinggi akan menjadi supaya laki-laki menjalankan peribadatan
sumber keanekaragaman genetik dan salat Jumat. Larangan tersebut mempunyai
spesies. Keanekaragaman genetik yang pendasaran keseimbangan bagi manusia
dimaksud di sini banyaknya variasi dalam antara mencari nafkah dan peribadatan.
makhluk hidup sehingga tingkat ketahanan Larangan bertengkar di laut, dan larangan
terhadap penyakit dan kemampuan bertahan menyebut gurita ketika berada di laut. Gurita
hidup suatu makhluk hidup dapat menjadi adalah binatang yang menakutkan bagi
lebih tinggi. Selain itu dengan begitu nelayan Sasak yang dapat membunuh
banyaknya spesies maka akan dapat manusia. Gurita yang dimaksud adalah
dimanfaatkan untuk sebagai sumber pangan bagian dari epen laut atau mahluk halus
dan obat-obatan. dalam laut yang dipercayai sebagai sesuatu
Terumbu karang juga benteng yang menakutkan. Oleh karena itu dianggap
pertama yang melindungi pantai. Terumbu tabu menyebut gurita secara verbal sebagai
karang, padang lamun dan hutan bakau nama panggilannya ketika sedang berada di
merupakan ekosistem yang saling laut. Sedangkan bertengkar di laut
berhubungan. Terumbu karang merupakan menandakan hawa nafsu yang tidak boleh
tumbuhan yang pertama kali menghalau diperturutkan ketika di laut karena akan
ombak besar dari laut, agar tidak merusak berakibat tidak saja ikan yang sedang dicari
daratan. Kemudian ombak tiba di padang akan hilang atau tidak jadi menjadi rezeki
lamun maka energinya akan diperkecil lagi tetapi berakibat merusak hubungan sesama
oleh daun-daun tumbuhan lamun. Ketika manusia atau nelayan yang sedang bersama-
ombak tiba di dekat pantai, maka akar dan sama berangkat mencari ikan di laut.
batang pohon-pohon mangrove akan
memperkecil lagi energi ombak, sehingga 2. Pelindungan Hutan dan alam lingkungan
ombak tidak merusak pantai. Terumbu sekitar
karang bermanfaat dalam menghalangi Hutan di sekitar kawasan Gunung
pengikisan akibat energi ombak dan arus, Rinjani di Sembalun, Lombok Timur
sehingga masalah abrasi pantai yang memiliki tata hukum adat salah satunya
mengikis daratan pulau-pulau akan lebih larangan tidak boleh membawa makanan-
mudah diatasi. Bahkan artikel tersebut juga makanan yang berbumbu. Makanan
menjelaskan bahwa terumbu karang juga berbumbu mengandung hawa panas yang
berfungsi mengurangi pemanasan global dan merusak rumput-rumut di bawah pohon.
seperti hutan hujan tropis, terumbu karang Rumput-rumputan adalah tanaman penutup
menyerap gas CO2 hasil pembakaran permukaan tanah untuk melindungi tanah
sehingga mengurangi pemanasan pada bumi, dari ancaman kerusakan oleh erosi dan /
mencegah perubahan iklim. atau untuk memperbaiki sifat kimia dan sifat
Bagi masyarakat Sasak kosmologi fisik tanah. Tanaman penutup tanah
laut yang dianggap suci dibahasakan dengan berperan: (1) menahan atau mengurangi
ungkapan-ungkapan dan larangan antara lain daya perusak butir-butir hujan yang jatuh
dilarang membuang kotoran manusia di laut, dan aliran air di atas permukaan tanah, (2)
nanti tidak akan melihat kotoranmu lagi. menambah bahan organik tanah melalui
Disucikannya laut bagi orang Sasak juga batang, ranting dan daun mati yang jatuh,
menimbulkan ungkapan-ungkapan atau dan (3) melakukan transpirasi, yang
aturan adat yang dilarang berzina di laut, mengurangi kandungan air tanah. Peranan
dan dilaranag membawa perempuan ke laut tanaman penutup tanah tersebut
ketika menstrusasi. menyebabkan berkurangnya kekuatan
dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta
54
Konstruksi Sosial Pepatah …. (Dina Amalia Susamto)

kecepatan aliran. Ketika daerah sekitar hidup. Sebelum pelaksanaan upacara


kawasan hutan Rijani menjadi area wisata, masyarakat bekerja bakti membersihkan
pemerintah membantu penjagaan ekologi lingkungan sekitar. Kerja bakti yang
sekitar hutan lindung Rinjani dengan dilakukan rutin ini dan turun temurun ini
menerapkan ekowisata. Bonita dalam memasukkan suatu kebiasaan pad
Sadikin dkk. (2017) mengatakan bahwa masyarakat yang membentuk pola pikir
aktivitas ekowisata berupa lintasan trekking tentang menjaga lingkungan untuk menolak
menuju puncak Gunung Rinjani dan danau bala.
Segara Anak yang melewati zona larangan Selain upacara Metula juga terdapat
karena dapat menggagu flora dan fauna. upacara bau nyale. Kata Nyale berasal dari
Dengan demikian beberapa hal sangat perlu nama sejenis cacing laut yang biasa hidup di
diperhatikan bagi para wisatawan antara dasar laut atau lubang-lubang batu karang.
lain dilarang memasak, membunyikan Masyarakat meyakini Nyale adalah jelmaan
suara-suara dan membuat bebauan. dari rambut Putri Mandalika, seorang putri
raja di Pulau Lombok. Kecantikannya
Internalisasi Ungkapan/Tata Aturan Adat ternyata memukau banyak pangeran di Pulau
Pada Masyarakat Lombok sehingga banyak pinangan yang
Bagian ini membahas pelembagaan menghampiri dirinya. Karena bingung, Sang
nilai-nilai ekologi dilakukan melalui proses Putri memutuskan untuk menceburkan diri
internalisasi dalam pola pikir masyarakat. ke Pantai Selatan. Setelah kejadian tersebut,
Internalisasi ungkapan/tata aturan adat setiap tahun munculah Nyale yang dipercaya
berfungsi mentransmisikan institusi atau sebagai jelmaan dari rambut Putri
kebiasaan yang dilembagakan kepada Mandalika.
anggota masyarakat agar institusi tersebut Bau Nyale merupakan ritual
tetap bertahan.Internalisasi dilakukan menangkap cacing laut yang biasanya keluar
dengan cara sosialisasi suatu kebiasaan. di daerah pantai Kuta pada bulan-bulan
Paparan di bawah ini akan membahas tertentu. Cacing-cacing yang berwarna hijau,
mekanisme sosialisasi nilai-nilai penjagaan coklat, oranye hingga merah ini akan keluar
ekologi di Lombok dalam bentuk ritual. pada tengah malam hingga pagi hari ketika
Ritual adalah salah satu cara pesisir laut mulai surut. Ada 16 titik pantai
internalisasi ungkapan tradisional. Ritual di Selatan Lombok Tengah yang memanjang
atau upacara adat bagian dari sosialisasi sejauh puluhan kilometer dari arah Timur
nilai-nilai dalam hal ini yang berhubungan hingga barat seperti di Pantai Kaliantan,
dengan penjagaan ekologi. Pada masyarakat Pantai Kuta atau Pantai Selong Belanak.
Lombok dikenal upacara Metulak atau Cacing yang ditangkap pada ritual ini
upacara menolak bala. Tulak artinya nantinya akan dikonsumsi warga dengan
kembali. Metulak berarti mengembalikan. dimasak dan dimakan bersama-sama.
Upacara ini dikerjakan oleh masyarakat yang Ritual bau nyale mensosialisasikan
seketurunan berasal dari desa induk yang nilai menjaga lingkungan laut dengan
sama. Pada kesempatan ini upacara demikian tidak hanya cacing-cacing yang
dilaksanakan di desa Pujut. tiap tahun dapat ditangkap dan dikonsumsi
Upacara Metulak diadakan setiap tetapi juga terjagaya terumbu karang dan
empat tahun sekali. Jenis bala atau wabah ikan-ikan dan seluruh habitat pada ekosistem
yang ditolak adalah yang menyerang padi, laut.
ternak, juga wabah yag menimpa manusia. Sosialisasi penjagaan lingkungan
Tujuan upacara ini keselamatan seluruh hidup juga dilakukan oleh pemerintah
manusia maka yang harus dilakukan adalah dengan aturan Sassi. Aturan yang berbentuk
memelihara lingkungan tempat manusia perda tersebut bagian dari internalisasi
55
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 47—58

menjaga laingkungan laut. Sassi merupakan sebagai sarana pelegitimasian pengetahuan


aturan libur menangkap ikan selama tentang ekologi yang telah dilembagakan
beberapa hari yang berguna untuk memberi oleh masyarakat. Pengetahuan membentuk
waktu pada ikan berkembang biak. pola pikir, sedangkan pengetahuan terus
berubah seiring dengan perubahan
Implikasi Konstruksi Sosial kekuasaan atau struktur masyarakat yang
Ungkapan/Tata Aturan Adat Pada menanamkan pengetahuan. Pola pikir
Masyarakat. masyarakat termanifestasi dalam bahasa dan
Bagian ini akan menjelaskan sikap tindakan atau praktik budaya dalam hidup
masyarakat terhadap ungkapan/tata aturan sehari-hari.
adat yang ditanamkan oleh institusi. Pengetahuan masyarakat tentang
Masyarakat baik di Bali dan Lombok saat ini lingkungan hidup juga mengalami
sebagian besar masih meyakini pentingnya perubahan. Pandangan masyarakat tentang
keseimbangan alam terutama pada alam yang semula tunduk terhadap alam
masyarakat yang tinggal di wilayah sebagian telah berubah pada penaklukan
lingkungan geografis pesisir pantai dan terhadap alam. Pandangan alam sebagai
pegunungam, dan masih mengenal tata objek yang ditaklukkan mengakibatkan
aturan adat dalam bentuk tabu. Bagian ini praktik hidup yangsemena-mena terhadap
juga membahas pihak-pihak yang tidak lingkunga hidup dan terjadi yang disebut
menganggap bahwa keseimbangan ekologi dengan bencana ekologi. Isu bencana
itu penting. ekologi kini menjadi isu global yang
Di Lombok masyarakat juga masih membahayakan kesejahteraan umat manusia.
sangat takut melanggar pantangan-pantangan Berdasarkan latar belakang masalah
yang ditetapkan juga takut tidak tersebut terdapat tiga masalah yang
menyelenggarakan ritual-ritual tertentu. didiskusikan antara lain pertama, sebagai
Meskipun ajaran islam eksoteris yang alat legitimasi institusi, ungkapan
menekankan syariah menyebar pada tradisional/tata aturan adat apa saja dan
masyarakat Lombok, tetapi ajaran tersebut bagaimana konteks kemunculan ungkapan
tidak mengurangi kepercayaan mereka pada tradisional/tata aturan adat yang
tabu-tabu tertentu seperti tidak melaut di hari berhubungan dengan perlindungan ekologi
Jumat. Seorang nelayan yang tinggal di di Nusa Tenggara Barat. Kedua bagaimana
Lombok Timur mengatakan bahwa tiap hari konstruksi sosial yang berhubungan dengan
Jumat ia tidak pergi melaut, juga pada saat ekologi bekerja dalam membentuk pola pikir
ditetapkannya sassi. Akan tetapi tidak semua masyarakat di Nusa Tenggara Barat dan Bali
masyaakat di Lombok masih mempercayai melalui ungkapan tradisional dan tata aturan
dan mematuhi tabu-tabu tersebut. Agama adat. Ketiga, bagaimanakah praktik budaya
Islam berperan penting dalam menggeser dalam diri individu dan masyarakat setelah
keyakinan masyarakat pada tabu sehingga proses internalisasi nilai-nilai menjaga
ungkapan tradisional tidak memiliki makna ekologi di Sumatera Barat, Nusa Tenggara
lagi. Dinamika sosial kemunculan penguasa- Barat, dan Bali.
penguasa di Lombok yang berpengaruh Hasil pembahasan masalah-masalah
terhadap masyarakat Lombok. yang dirumuskan di atas antara lain bahwa
struktur sosial yang berubah di masyarakat
PENUTUP sebagai akibat dari dinamika kekuasaan yang
Penelitian tentang ungkapan/tata berubah telah memberikan jejak
aturan adat sebagai konstruksi sosial pengetahuan dan membentuk pola pikir
berbasis lingkungan hidup masyarakat terhadap lingkungan hidup.
mempermasalahkan bahasa yang digunakan Pengetahuan tersebut diamati dari praktik
56
Konstruksi Sosial Pepatah …. (Dina Amalia Susamto)

budaya atau pembiasaan prilaku terhadap dengan korporasi-korporasi swasta belum


lingkungan hidup yang kemudian dibahas dalam penelitian ini yang mungkin
dilembagakan atau diinstitusikan. menjadi sebab kerusakan lingkungan.
Pembiasaan tersebut dilegitimasi melalui Korporasi yang dikembangkan berdasarkan
bahasa yang muncul pada bentuk konotatif bisnis yang meraih keuntungan sebanyak-
yaitu ungkapan dan denotatif yaitu tata banyaknya memiliki pola pikir yang berbeda
aturan adat. terhadap alam dan memiliki legitimasi dalam
Bahasa merupakan representasi bahasa yang berbeda.
Simbolik Legitimasi Aturan Masyarakat
yang muncul dalam nasehat yaitu ungkapan DAFTAR PUSTAKA
juga tabu dan tata aturan adat. Di Lombok Achdian, Andi. 2015. “Leuwung Hejo
aturan adat lebih dipraktikkan dalam Masyarakat Ngejo (Hutan Hijau
kehidupan sehari-hari masyarakat, meskipun Masyarakat Sejahtera):Konstruksi
terdapat juga bahasa konotatif yaitu Politik Hijau dan Siasat Politik
ungkapan. Ungkapan/tata aturan adat Kontemporer dalam Tradisi Lisan
tersebut muncul dengan memiliki konteks Masyarakat Kasepuhan Kawasan
kesejarahan masyarakat, dan sosial budaya. Hutan Lindung Gunung Halimun,
Ungkapan/tata aturan adat sebagai Kabupaten Lebak, Provinsi
alat pengkonstruksi sosial di dalam pola Banten”, dalam Merayakan
pikir masyarakat dilakukan melalui proses Keberagaman Tradisi Sebagai
internalisasi. Bahasa berbentuk Warisan Budaya prosiding
ungkapan/tata aturan adat yang meligitimasi Seminar Internasional dan Festival
suatu lembaga atau intitusi terus menerus Tradisi Lisan IX Wakatobi, 12-15
ditransmisikan atau disosialisasikan pada Juni 2015.
masyarakat dengan cara penanaman Adawiyah, Muazzatun. 2009. Pendidikan
kesadaran. Ritual-ritual merupakan cara Pesantren Menurut Pemikiran
yang rutin yang berfungsi mensosialisasikan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad
tata aturan adat/ungkapan sehingga Zainuddin Abdul Madjid. Tesis
masyarakat selalu mengingat dan Pasca Sarjana UIN Sunan
mempraktikkan aturan menjaga lingkungan Kalijaga, Yogyakarta.
hidup. (http://digilib.uinsuka.ac.id/6932/1
Kerusakan lingkungan hidup tetap /BAB%20I%2C%20V%2C%20D
terjadi daerah penelitian tersebut. Ini AFTAR%20PUSTAKA.pdf)
menunjukkan bahwa di tingkat praktik ada diakses tanggal 17 Mei 2018.
yang tidak sesuai antara ungkapan/tata Berger, Peter L and Luckmann, Thomas.
aturan adat yang ditanamkan oleh struktur 1967. The Social Construction of
sosial kepada masyarakat dengan praktik Reality A Treatise In The
budaya atau pola pikir yang ada di dalam Sociology of Knpowledge. New
masyarakat. Akan tetapi di tingkat York: Penguin Press
masyarakat Lombok masih banyak Bonita MK dalam Sadikin, Pipin Noviati.,
masyarakat yang mempercayai dan mentaati Arifin, Hadi Susilo., Pramudya,
aturan dan sadar pada keseimbangan alam. Bambang., Mulatsih, Sri. 2017.
Pertanyaan yang muncul kembali setelah “Carrying Capacity to Preserve
penelitian ini adalah masyarakat yang mana Biodiversity on Ecotourism in
yang tidak mentaati dan struktur sosial yang Mount Rinjani National Park,
mana yang tidak memperdulikan lagi Indonesia”. Biodiversitas. Vol.18,
ekologi. Persoalan struktur pemerintahan No. 3. hlm. 978—989.
nasional dalam negara dan hubungan negara
57
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 47—58

Cederroth, Sven. 1981. The Spell of The Riyanto, Geger. 2009. Peter L Berger
Ancestors And The Power of Perspektif Metatoeri Pemikiran.
Mekkah A Sasak Community on Jakarta: LP3S
Lombok. Sweden: Vasastadens Suprapto. 2015. “Religious Leaders and
Bokbinderi. Peace Building The Roles of Tuan
Darman, Faradika. 2017. “Representasi Guru and Pedanda in Conflict
Manusia dan Alam dalam Puisi Resolution in Lombok Indonesia”.
Aku, Hutan Jati dan Indonesia Al-Jāmi‘ah: Journal of Islamic
Karya Yacinta Kurniasih”. Studies. Vol. 53, no.1. hlm. 225-
Totobuang, Vol.5, No. 2. hlm. 250. DOI. 10.14421.
243—254. Taena1, La., Sailan, Zalili., Nalefo, La.,
Hardiman. 2015. “Mengkreasi Produk Basri, Ali., Laepe, Ader.,
Kajian Ekolinguistik terhadap Samsul., Helmina, Siti., Miliha,
Tradisi Lisan Kabjanti di Muna: La., Kuasa, Wa. 2016. “The
Menuju ke Arah Penguatan Kajian Cultural Tradition of Falia in
Eco-Oral Tradition dalam Preserving Forest by Munanese
Merayakan Keberagaman Tradisi Ethnic”. Journal of Sustainable
Sebagai Warisan Budaya Development. Vol. 9, No. 5. hlm.
prosiding Seminar Internasional 200-206.
dan Festival Tradisi Lisan IX Wahyudewantoro, Gema. 2018. “The Fish
Wakatobi, 12--15 Juni 2015. Diversity of Mangorove Waters in
Jerome, Brunner. 1991. The Narrative Lombok Island, West Nusa
Construction of Reality. In the Tenggara, Indonesia”.
Critical Inquiry 18. (Autumn Biodiversitas. Vol. 19, no.1. hlm.
1991), The University of Chicago. 71-76.
Lamadira, Asrif. 2015. “Mitos Imbu Pada Zaelani, Kamaluddin. 2007. Satu Agama
Masyarakat Wakatobi”. Tradition Banyak Tuhan. Mataram:
dalam Merayakan Keberagaman Pantheon Media Pressindo.
Tradisi Sebagai Warisan Budaya
prosiding Seminar Internasional Sumber Internet
dan Festival Tradisi Lisan IX Asia Ifada Org. 2012. Kerusakan Ekosistem
Wakatobi, 12--15 Juni 2015. Mangrove dan Upaya
Riggs, Rebecca A., Langston, James D., Pelestariannya di kabupaten
Margules, Chris., Boedhihartono, Lombok Barat.
Agni Klintuni ., She Lim, Han., https://asia.ifad.org/web/indonesia
Sari, Dwi Amalia., Sururi, /home/-/news/6160/newsletter.
Yazid., Sayer, Jeffrey. 2018. Diakses 12 Desember 2015.
“Governance Challenges in an Yayasan Terumbu Karang Indonesia.
Eastern Indonesian Forest Terumbu Karang: Manfaat
Lanscape”. Sustainability, Vol. Ekologi dan Ekonomi, Beserta
10, No. 169 . Faktor Pengancamnya.
doi:10.3390/su10010169. https://www.slideshare.net/terangi
(www.mdpi.com/journal/sustainab 2011/terumbu-karang-manfaat-
ility), diakses tanggal 17 Mei ekologi-dan-ekonomi-beserta-
2018. faktor-pengancamnya. diakses 7
November 2015

58
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 59—68

APLIKASI MAKNA MITOS BANYU DALAM BAHASA BANJAR


(The Application of Mythical Meaning of “Banyu” in Banjar Language)

Rissari Yayuk
Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan
Jln. A. Yani, Lok Tabat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan
Pos-el: yrissariyayuk@yahoo.co.id
(Diterima: 7 Maret 2018; Direvisi 25 Mei 2018; Disetujui: 3 Juni 2018)

Abstract
This research studied about how the mythical meaning of Banyu (water) applyed in Banjar language based
on the lexicon and contextual source. The purpose of this research was describing the myth meaning of Banyu
in Banjar language based on its lexicon source and the function based on its contextl. The research method was
qualitative descriptive.The data collection techniques had used observing-conversation technique. The frame of
work was data collection, data processing, and results of data analysis. The sampling technique that used in this
paper was the purposive sampling, the sampling technique of data source collection with considering. The data
collection that had been takenfrom January to December 2017. The place where data were collectedwas at
Padang Village, Banjar Regency. The data presentation was using ordinary words. The result showed thath
myth meaning of Banyu that applyed in Banjar language based on lexicon source consisted of original source,
material, and pars proto whilee based on contextual were ordinary and magical, or religious. Later, it was used
as regular drinking water, therapy water, and medication
Keywords: meaning, banyu, Banjar

Abstrak
Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana aplikasi makna mitos Banyu pada bahasa banjar berdasarkan
sumber leksikon dan kontekstual. Tujuan penelitian meliputi deskripsi aplikasi makna mitos banyu pada bahasa
banjar berdasarkan sumber leksikon dan fungsi Banyu dalam bahasa Banjar berdasarkan kontekstual. Metode
yang digunakan adalah deskrieptif kualitatif. Teknik pengambilan data adalah simak dan libat cakap. Langkah
kerja adalah pengumpulan data, pengolahan data, dan hasil analisis data. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam tulisan ini adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data yang
mempertimbangan waktu pengambilan data pada bulan Januari sampai bulan desember 2017. Tempat
pengambilan data di Desa Padang, Kabupaten Banjar. Penyajian data menggunakan kata-kata biasa. Hasil
penelitian aplikasi makna mitos banyu pada bahasa banjar berdasarkan sumber leksikonnya terdiri atas sumber
asal, bahan, dan pars proto, sedangkan berdasarkan konstektual bersifat biasa dan magis, atau religi. Ada yang
difungsikan sebagai air minum biasa, terapi, dan pengobatan.
Kata-kata Kunci: makna, banyu, Banjar

PENDAHULUAN banyu. Tim (tim, 2008:19) menyatakan


Air dalam kehidupan sangat banyu adalah air.
berperan penting, termasuk dalam Berdasarkan hal ini, sumber
masyarakat Banjar. Air bisa digunakan pengolahan air yang terdapat dalam
dalam kehidupan sehari seperti untuk masyarakat Banjar beragam namanya. Hal
keperluan rumah tangga maupun ini dapat diketahui lagi secara jelas apabila
pengobatan. Tentu, air untuk keperluan dilihat dari segi fungsinya. Apabila diketahui
rumah tangga berbeda dengan air untuk nama air berdasarkan sumber pengolahan
pengobatan. Dalam artian, air untuk dan fungsi serta kapan ujaran yang
pengobatan harus diolah dengan berbagai mengandung kata air diketahui , maka akan
cara dan dari berbagai sumber yang bersifat mudah pula diketahui makna air secara
magis atau religi. Bahasa Banjar air adalah keseluruhan.

59
Totobuang, Vol. 6, No 1, Juni 2018: 59—68

Kajian yang berkaitan dengan makna Kognisi Remaja Banjar. Dia membahas
sebuah kata dan kalimat dalam penelitian tentang makna sayang menurut versi remaja
disebut dengan semantik. Makna akan Banjar. Sitanggang (2013) meneliti Menilik
diketahui apabila diketahui unsur leksikal Realitas Aspek Ekonomi-Sosial Masyarakat
pembentuk kata merefensikan apa saja. Kubu dalam Metafora Bahasa Suku Kubu di
Melalui referensi dapat dikaitkan dengan Jambi.Ketiga penelitian ini memiliki objek
kehidupan masyarakat penutur akan berbeda dengan yang peneliti lakukan.
diketahui lagi makna asosiasinya.Di tambah
dengan penggunaan kata tersebut dalam LANDASAN TEORI
ujaran dengan segala elemen konteks yang Kata banyu dalam tuturan pada
mendukung, maka akan semakin menambah masyarakat Banjar memiliki beragam
pengetahuan tentang makna sesungguhnya makna. Makna tersebut tergantung pada
secara keseluruhan dari kata tersebut. wacana kalimat yang menggunakan kata
Muhajir (2014:245) menyatakan ekspresi banyu tersebut. Lubis 2015:27) menyatakan
linguistik dengan elemen makna yang bahwa wacana adalah kesatuan bahasa lisan
terdapat dalam sebuah tuturan akan dapat atau tulis baik panjang atau pendek.Wacana
diketahui melalui kajian semantik, seperti ini terdiri atas satu kesatuan semantik, ide,
makna leksikal dan gramatikal, kontekstual, dan gramatikal. Jadi, kesatuan ini tidak
dll. hanya lantaran bentuk tetapi kesatuan arti.
Selama ini kajian tentang makna Untuk mengetahui kesatuan tersebut,
dalam bahasa daerah banyak sesesorang kala berinteraksi penting
dilakukan.Namun jelas memiliki objek dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan
sudut pandang yang berbeda berdasarkan sistem bahasa, leksikon, semantik dan latar
teori yang berbeda pula.. Hasil penelitian sosial budaya pembentuk wacana.
tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat Djajasudarma (2009:3--245)
luas untuk memberikan pemahaman tentang menyatakan semantik berkisar pada
makna-makna tertentu dalam kata dan hubungan ilmu makna itu sendiri di dalam
kalimat bahasa daerah. linguistik, meskipun faktor nonlinguistik
Penelitian ini mengkaji tentang 1) ikut mempengaruhi sebagai fungsi bahasa
bagaimana aplikasi makna mitos banyu yang nonsimbolik. Semantik juga adalah
pada bahasa banjar berdasarkan sumber studi tentang ilmu bahasa yang membedakan
leksikonnya.2) bagaimanakah aplikasi bahasa dengan proses mental atau
makna banyu pada bahasa banjar simbolisme dalam aktivitas bicara. semantik
berdasarakan konstektual. Tujuan penelitian merupakan kajian tentang makna yang
meliputi 1) pendeskrepsian aplikasi makna melibatkan tema, ide, atau maksud. Parera
mitos banyu pada bahasa banjar (2014:51) menyatakan bahwa batasan
berdasarkan sumber leksikonnya.2) liputan semantik berhubungan dengan semua
pendeskrepsian aplikasi makna banyu pada ujaran dalam bahasa yang bermakna dan
bahasa banjar berdasarakan konstektual. hubungan-hubungan makna yang dikandung
Penelitian tentang makna pernah oleh ujaran itu. Tarigan (2009:3)
dilakukan oleh Nengsih (2016) berjudul menyatakan bahwa semantik menelaah
Makna Ungkapan Idiomatik dalam Kisdap hubungan tanda dengan objek yang
Julak Ahim karya Jamal T.Suryanata. Dia merupakan wadah penerapan tanda –tanda
membahas tentang makna idiom penuh dan tersebut.
sebagian dengan objek dalam cerita pendek . Terdapat variasi makna yang bisa
Sementara itu, kajian yang menggunakan dikaji dalam tataran semantik seperti makna
teori semantic lainnya adalah Mubarok deskriptif, denotatif, gramatikal, kontekstual,
(2017) dengan judul Metafora Sayang pada Pateda (2010:99-103) menyatakan makna
60
Aplikasi Makna Mitos …. (Rissari Yayuk)

deskriptif disebut pula makna kognitif atau maknanya dapat beralih. Arifin (2009:53)
makna referensial.Artinya makna tersebut menyatakan idiom merupakan ungkapan
terkandung di setiap kata dilambangkan oleh yang mempunyai konstruksi yang khas
bahasa itu sendiri. Contoh kata air memiliki terhadap sebuah bahasa yang salah satu
makna benda cair yang digunakan untuk unsurnya tak bakal dihilangkan atau ditukar.
minum, mandi, mencuci, dan lain-lain.
Makna gramatikal (imbuhan) adalah METODE PENELITIAN
makna fungsional atau makna struktural Selanjutnya, mengingat penelitian ini
yang muncul akibat berfungsinya kata dalam berkaitan dengan makna kata yang bisa
kalimat. Makna ini berhubungan dengan diketahui secara apa dan akurat adanya
imbuhan yang melekati kata dasar. setelah melihat konteks, maka metode yang
Makna asosiasi adalah tautan makna digunakan adalah deskreptif kualitatif.
dalam pikiran seseorang dengan barang Djajasudarma (2010:54) mengatakan bahwa
lain.Terdapat tautan antara gagasan, ingatan, data yang digunakan harus bersifat akurat
dan kegiatan pancaindra.Asosiasi berkaitan dan alamiah. Data yang dihasilkan berupa
dengan kata yang memiliki hubungan deskripsi penggunaaan bahasa penuturnya.
dengan luar bahasa.Makna asosiasi Teknik pengambilan data adalah
berhubungan dengan nilai budaya simak dan libat cakap.langkah kerja adalah
masyarakat setempat dimana bahasa yang pengumpulan data, pengolahan data, dan
diasosiasikan berasal. (Suwandi, 2011:91). hasil analisis data.Teknik pengambilan
Makna berikutnya adalah makna sampel digunakan dalam tulisan ini adalah
kontekstual dan kiasan.Makna yang muncul pengambilan sampel purposive sampling,
akibat hubungan antara ujaran dan yaitu teknik pengambilan sampel sumber
konteks.Konteks di sini meliputi konteks data dengan pertimbangan tertentu
orang, situasi, tujuan, suasana hati, waktu, (Sugiyono, 2009:300). Penetapan sampel
tempat, objek yang dibicarakan,dan konteks tidak didasarkan keterwakilan dalam hal
kebahasaan (Pateda, 2010:119). jumlah responden (besar sampel), tetapi
Berikutnya makna kiasan.Makna ini berdasarkan kualitas atau ciri-ciri responden
berkaitan dengan peribahasa atau ungkapan. yang ingin diwakili.
(Pateda, 2010:108). Kridalaksana (2008:103) Waktu pengambilan data adalah
menyatakan makna kiasan disebut juga bulan Januari 2017 sampai dengan bulan
dengan makna idiom yaitu pemakaian kata Desember 2017. Tempat pengambilan di
yang maknanya tidak sebenarnya. Berkaitan Desa Padang, Kabupaten Banjar.Penyajian
dengan makna idiom, Verhar (2010:393) data dengan menggunakan kata-kata biasa.
menyatakan bahwa idiom adalah makna
kiasan yang disebut dengan nonkanonik
yakni makna yang bukan berasal dari makna PEMBAHASAN
harfiah, artinya makna yang dihasilkan Aplikasi Makna Mitos Banyu pada
bukanlah makna sebenarnya. Menurut Bahasa Banjar berdasarkan sumber
Djajasudarma (2009 : 20), idiomatik yakni leksikonnya
leksikal yang berbentuk dari sekian banyak Aplikasi bentuk makna mitos banyu
kata. Kata-kata yang disusun bersama pada bahasa banjar berdasarkan sumber
kombinasi kata lain sanggup serta leksikonnya dapat diketahui berdasarkan
membuahkan makna yang tidak serupa. analisis semantik. Terdapat sepuluh data
Dengan kata lain gabungan kata tersebut tuturan yang menggunakan kata Banyu
telah mempunyai makna tersendiri yang dalam komunikasi yang dilakukan oleh
berbeda bersama makna kata pembentuknya penutur bahasa Banjar.
dan bila digabung dengan kata lain sehingga
61
Totobuang, Vol. 6, No 1, Juni 2018: 59—68

a. Bentuk makna banyu yang memiliki makna leksikal , wadah air


berdasarkan asal tempat mengalir di alam secara alami.Dengan
demikian air sungai adalah air yang berasal
[1] Banyu burdah dari tempat air tersebut mengalir yaitu
“Air Burdah” sungai.
Banyu Burdah “Air Burdah” terdiri
atas dua kata pada data [1]. Air memiliki b. Bentuk makna banyu yang
makna leksikal benda cair . Burdah adalah berdasarkan asal bahan
sebuah aktivitas dalam kehidupan
masyarakat Banjar yang berkaitan dengan [4] Banyu Buyu
pembacaan syair-syair puji-pujian untuk “Air Buyu”
nabi.Dengan demikian secara asosiasi air Banyu buyu “Air buyu” dalam
burdah merupakan nama kiasan dari sebuah bahasa Banjar terdiri atas kata banyu ”air”
benda cair yang diperoleh dari asal aktivitas dan buyu ”buyu”. Air memiliki makna
bernama burdah.Menurut kajian semantik, leksikal benda cair. Buyu”Buyu” secara
penyebutan nama yang disandingkan makna asosiasi, dalam kehidupan
dengan asal tempat akan membentuk nama masyarakat Banjar berkaitan dengan siluman
baru dengan makna kiasan. ular pengisap darah yang berasal dari alam
gaib.Dengan demikian arti makna dari
[2] Banyu Sapar Banyu buyu “Air buyu” dibentuk dari kata
“Air Sapar” Banyu “air” yang berasal dari buyu ”Buyu”.
Banyu Sapar “Air Sapar” dalam Meskipun dalam kenyataannya, air tersebut
bahasa Banjar terdiri atas kata banyu ”air” direndam dalam rendaman kullit ular sanca.
dan Sapar ”Sapar”. Air memiliki makna Oleh masyarakat tradisional Banjar, ular
leksikal benda cair. Sapar”Sapar” adalah sanca dianggap sebagai simbol buyu “buyu”
bulan sebelum Ramdhan. Berdasarkan hal yang berasal dari alam gaib.
ini, bentuk makna Banyu sapar ”Air Sapar”
ini berasal dari nama air yang dibuat di [5] Banyu pidara
bulan Sapar. “Air Pidara”
Data [1] dan [2] ini sesuai dengan apa Banyu pidara “Air Pidara” dalam
yang dimaksudkan oleh Sudaryat (2009:78) . masyarakat Banjar terdiri atas kata
Dia menyebutkan, bentuk makna kiasan banyu”air” dan pidara”pidara”. Air
dapat dihasilkan dari penyebutan memiliki makna leksikal benda cair.
berdasarkan tempat dan asal. Penyebutan ini Pidara”pidara” adalah nama salah satu
berupa nama atau sebutan yang berasal dari tumbuhan.Secara asosiasi, apabila
nama tempat.Chaer (2009:48) menyatakan masyarakat Banjar mendengar nama ini
bahwa penyebutan sebuah nama berdasarkan maka logika mereka akan mengatakan
daerah asal akan membentuk makna baru bahwa air tersebut dibuat dari rendaman
dari sebuah kata. daun pidara.Dengan demikian secara
semantik, bentuk nama mitos Banyu pidara
“Air Pidara” artinya air yang berasal dari
daun pidara.

[3] Banyu sungai [6] Banyu tih


”Air Sungai” “Banyu teh”
Banyu sungai ”Air Sungai” terdiri Banyu tih “Banyu teh” terdiri atas kata
atas dua kata dalam tada [3]. Banyu banyu “air” dan tih”teh”. Air memiliki
memiliki makna leksikal benda cai. Sungai makna leksikal benda cair . Teh secara
62
Aplikasi Makna Mitos …. (Rissari Yayuk)

leksikal adalah salah satu nama tanaman.Air “Air Yasin”


the secara asosiasi memiliki makna air yang Banyu Yasin “Air Yasin” terdiri atas
dibuat dari rendaman daun the.Kebiasaan kata Banyu”air” dan Yasin”Yasin”. Banyu
masyarakat Banjar, air ini biasanya secara leksikal memiliki makna benda
disuguhkan kala ada tamu atau saat cair.Yasin secara leksikal buku bernama
menyamil sesuatu.. Yasin.Secara asosiasi, air ini dihasilkan dari
Data [3] dan [4] ini sesuai dengan apa bacaan ayat-ayat yasin.Dengan demikian,
yang dimaksudkan Sudaryat (2009:78). . Dia Bentuk ini dihasilkan dari penggunaan dua
menyetakan penyebutan nama kiasan dapat kata untuk mewakili cerita tentang air
berdasarkan bahan. Nama atau sebutan yang tersebut.
berasal dari bahan benda itu. Chaer Data [7], [8], dan [9] sesuai dengan apa
(2009:49) menyatakan bahwa ada sejumlah yang dimaksudkan Sudaryat (2009:78)..Asal
benda yang namanya diambil dari nama penyebutan idiom pars pro toto adalah
bahan pokok benda itu. untu penyebutan sebagian dari seluruh
anggapan. Gejala ini sering disebut pars pro
c. Bentuk makna banyu yang toto yakni sebagian untuk keseluruhan.
berdasarkan pars pro toto Gejala itu terjadi karena kita tidak mampu
menyebut barang secara keseluruhan dan
[7] Banyu Singgugut terperinci tetapi hanya ciri yang khusus saja.
“Air Singgugut” Contohnya: Gedung gajah dari gedung yang
Banyu Singgugut “Air Singgugut” terdiri didepannya ada patung gajah. Gedung sate
atas dua kata banyu ”air” dan singgugut dari gedung yang atapnya memimiliki hiasan
”singgugut”. Air memiliki makna leksikal seperti tusuk sate, dan baju hijau dari
benda cair. Singgugut ”singgugut” kebiasaan tentara yang suka berbaju hijau
berdasarkan kepercayaan masyarakat (tentara) .
merupakan nama penyakit. Jadi Secara
asosiasi berhubungan dengan air yang sudah Aplikasi Makna Banyu pada Bahasa
dibaca-bacai ayat suci oleh ulama untuk Banjar berdasarakan Konstektual
menghilangkan penyakit singgugut. Makna
pada data [8] diketahui setelah kata kiasan Makna berikutnya adalah makna
tersebut diparafrasakan, menjadi air yang kontekstual dan kiasan.Makna yang muncul
dibuat untuk pengobatan singgugut. akibat hubungan antara ujaran dan
konteks.Konteks di sini meliputi konteks
[8] Banyu Palungsur orang, situasi, tujuan, suasana hati, waktu,
“Air pelungsurr” tempat, objek yang dibicarakan,dan konteks
Banyu Palungsur “Air pelungsur” terdiri kebahasaan.(Pateda,2010:119). Berdasarkan
atas dua kata air dan pelancar. Iar secara hasil analisis data diketahui lebih lanjut
leksikal berkaitan dengan benda tentang makna banyu”air” secara
cair.Palungsur Secara asosiasi berhubungan kontekstual.
dengan kegiatan melancarkan. Berdasarkan
kenyataanya, air ini dibuat oleh ulama yang
memiliki manfaat sebagai air untuk
memperlancar proses bersalin. “Air
pelungsurr” pada data [8] digunakan untuk Data [1]
mewakili cerita tentang air pelancar Banyu burdah tuh kita pakai gasan
melahirkan. si Aluh kalu mandi tujuh bulanan.
“Air burdah itu kita gunakan untuk
[9] Banyu Yasin si Aluh ketika mandi tujuh bulanan”
63
Totobuang, Vol. 6, No 1, Juni 2018: 59—68

Konteks terjadi antara ibu dan ayah Konteks tuturan terjadi pada sebuah
Aluh dalam rumah keluarga Banjar. Mereka pasangan suami istri. Petutur adalah ayah
sedang membicarakan tentang fungsi air dari beberapa anaknya. Dia membuat
pada data [1] yang bisa digunakan untuk si kalimat yang menggunakan data [2] sebagai
anak yang bernama Aluh. Aluh kala itu perintah kepada istrinya. Saat perbincangan
sedang hamil menjelang tujuh bulan. terjadi, waktu itu sudah masuk bulan
Suasana rumah kala itu dalam situasi santai Sapar.Sebentar lagi menjelang Ramadhan.
.Keluarga tersebut berasal dari masyarakat di Berdasarkan konteks ini, data [2]
pedesaan Banjar. tidak hanya memiliki makna air yang dibuat
Berdasarkan konteks , Data [1] tidak pada bulan Sapar.Terdapat makna yang
sekedar air yang terdiri atas makna benda lainnya. Makna tersebut berhubungan
cair yang diperoleh dari kegiatan burdah. dengan kebiasaan bagi masyarakat Banjar
Akan tetapi ada makna kontekstual lainnya. untuk membuat air sapar secara
Pada masyarakat Banjar menggunakan air bersamaan.Masyarakat Banjar termasuk
ini sebagai air pelindung bagi janin yang masyarakat yang sebagaian masih
baru tumbuh di rahim perempuan tujuh mempercayai kebiasaan tradisional harus
bulanan. Hal ini dapat dilihat pada tuturan tetap dilaksanakan.
data [1]. Jadi, data [2] memiliki makna secara
Banyu burdah tuh kita pakai gasan kontekstual adalah air sapar biasanya dibuat
si Aluh kalu mandi tujuh bulanan pada bulan sapar dengan cara satu keluarga
“Air burdah itu kita gunakan untuk si atau beramai-ramai membaca ayat-ayat
Aluh ketika mandi tujuh bulanan” penolak bala. Biasanya dibuat pada hari
Rabu menjelang akhir bulan Sapar. Air ini
Dengan demikian berarti, data [1] akan diminum bersama-sama untuk
menjadi bagian dari pengobatan bagi menambah kekbalan tubuh agar terhindar
masyarakat Banjar.Air ini diharapkan akan dari marabahaya di bulan tersebut.
membawa kebaikan baik terhadap ibu yang Di kalangan masyarakat Banjar ada
hamil maupun bayi yang mitos bahwa hari Rabu terakhir di bulan
dikandungnya.Tuturan pada data [1] Safar adalah hari berbahaya. Pada hari itu
menyatakan tentang salah satu makna para pemilik ilmu hitam akan melepas ilmu
banyu”air” dalam kebudayaan tradisional hitamnya. Sehubungan dengan itu, semua
Banjar. orang harus menghindarinya dengan
Jadi, data [1] memiliki makna secara berbagai cara, salah satunya dengan
kontekstual adalah air yang dibuat pada membuat bayu sapar ”air sapar” (Gani,
kegiatan burdah. Kegiatan burdah adalah 2015:11).
kegiatan keagamaan yang berhubungan
dengan pembacaan puji-pujian kepada nabi. Data [3]
Air ini memiliki fungsi antaralain sebagai Banyu sungai tih rigat banar
pelindung bagi janin yang memasuki usia ”Air Sungai lihat kotor sekali”
tujuh bulanan.
Konteks tuturan terjadi pada seorang
kakak kepada adiknya. Saat itu mereka
Data [2] sedang duduk di tepi sungai belakang rumah.
Lakasi kita maulah Banyu Sapar, Sungai yang selama ini mereka gunakan
maka sapar parak hudah sebagai bagian dari ragam aktivitas
“Cepat ya kita membuat Air Sapar, keseharian, saat itu terlihat kotor sekali,
maka sapar dekat sudah” dipenuhi sampah dan warna coklat begitu
64
Aplikasi Makna Mitos …. (Rissari Yayuk)

kental. Penutur, yaitu si kaka mengujarkan anak kecil sehingga sering sakit-sakitan.
kalimat yang mengandung kata sungai . Dalam menangani anak yang seperti itu,
Berdasarkan konteks ini, makna air masyarakat tradisional Banjar akan meminta
sungai adalah air yang mengalir di sungai. banyu buyu kepada orang pintar. Biasanya
Di kalngan masyarakat Banjar pada setelah dimandikan, anak tersebut akan sehat
umumnya terbiasa hidup dengan kembali.
menggunakan air sungai. Sehubungan Jadi, data [4], secara kontekstual
dengan makna air sungai dalam kalimat pada memiliki makna air yang memiliki fungsi
data [3] ini menggunakan makna air sungai sebagai pengobatan tradisional. Air ini
secara langsung. Frasa ini bisa langsung diperoleh dari hasil rendaman ular sanca.
dipahami oleh para pendengar. Penyakit yang mesti disembuhkan dengan
Pada data [3] penutur hanya air ini dianggap berasal dari isapan ular
memberitahukan kepada mitra tutur tentang siluman.
air sungai yang kotor. Dalam kalimat ini
tidak tujuan perintah atau bertanya tentang Data [5]
info yang disampaikan oleh petutur. Mitra Hari ini, mun inya masih panas haja,
tutur juga tidak memberikan tanggapan kita mandii jalah lawan banyu
serius saat itu, dia hanya menganggukan pidara wadah nining Aluh.
kepala saja setelah mendengar apa yang “Hari ini kalau dia masih panas saja,
dinyatakan penutur. kita mandii sajaah dengan air pidara
Jadi, secara kontekstual, data [3] di tempat Nenek Aluh”.
memiliki makna air yang asalnya dari
sungai. Air ini menjadi sumber kehidupan Konteks yang terjadi pada data [5]
bagi masyarakat di sekitar. Air ini bisa untuk adalah penutur seorang ibu . Dia melihat
minum, cuci, dan salah satu jalur cucunya panas terus-terusan sejak tiga hari
transportasi antardesa. yang lalu. Melihat hal tersebut, penutur lalu
mengujarkan kalimat sebagaimana data [5].
Data [4] Mitra tutur pun mengiyakan apa yang
Anak ikam tuh pinanya diisap buyu, disuruh penutur. Penutur memang
mintaakan pang banyu Buyu lawan memberikan perintah kepada mitra tutur
julak Utuh untuk meminta air pidara kepada Nenek
“Anak kamu itu sepertinya diisap Aluh. Nenek Aluh pada masyarakat di sana
Buyu, mintakan dong air Buyu dianggap orang pintar yang bisa membuat
dengan Uak Utuh. air pidara.
Masyarakat tradisional Banjar
Konteks pada data [4] terjadi antara memiliki kepercayaan jika seorang anak
dua orang tetangga. Penutur melihat anak kecil suhu badannya panas secara terus
yang digendong mitra tutur terlihat kurus menerus, hal itu dianggap akibat perbuatan
sekali dan menurut mitra tutur, ketika dia mahluk halus yang jahat. Mahluk halus
memeriksakan ke puskesmas telah tersebut akan mengganggu anak kecil
dinyatakan dokter kurang gizi. Melihat dengan berbagai cara, apakah dengan cara
keadaan tersebut, petutur mengujarkan menampakkan diri atau sekadar menegur si
kalimat seperti data [4]. anak.
Dalam masyarakat Tradisional, ada Anak kecil yang mengalami kondisi
kepercayaan anak yang sering sakit-sakitan tersebut akan ditanggulangi dengan cara
dan terlihat kurus tidak berdaya, maka anak dimintakan air pidara. Air tersebut lalu
tersebut dianggap sebagai Buyu. Buyu dimandikan oleh yang membuat air.
dianggap ular gaib yang senang mengisap
65
Totobuang, Vol. 6, No 1, Juni 2018: 59—68

Biasanya si anak akan sembuh seperti sedia Air ini biasanya dibuat untuk mengobati
kala. seoran perempuan yang memiliki penyakit
Jadi, secara kontekstual data [5] ini perust yang diindapnya. Menurut
memiliki makna air yang memiliki fungsi kepercayaan orang Banjar tradisional,
untuk menyembuhkan anak-anak yang penyakit perempuan tersebut diakibatkan
badannya panas terus menerus. Air ini dibuat hewan gaib bernama singgugut. Untuk
oleh orang pandai membuatnya. Anak yang menanggulangi penyakit tersbut dibuatlah
panas terus menerus dalam masyarakat air penawarnya.
Banjar dikenal dengan “kapidaraan”. Air singgugut dibuat dari air tawar yang
dibuat oleh seorang yang memang pandai
Data [6] membuat air ini melalui bacaan tertentu. Air
Banyu tih nih manis banar tadi kemudian diminumkan kepada si
“Banyu the ini manis sekali” penderita. Biasanya penderita akan
merasakan khasiatnya. Penyakit perutnya
Konteks ini terjadi antara seorang pun sembuh.
suami kepada istrinya. Saat itu dalam Jadi, secara kontekstual data [7]
suasana santai di sore hari. Suami istri memiliki makna air yang digunakan untuk
tersebut duduk di beranda rumah sambil menyembuhkan penyakit singgugut. Air ini
makan camilan. dibuat oleh yang ahlinya. Penyakit ini
Makna dalam frasa ini bersifat langsung dimiliki oleh perempuan yang mendapatkan
dipahami oleh para pendengar pada singgugut tersebut, berupa hewan gaib yang
umumnya. Banyu yang artinya air berasal berbentuk cicak berada dalam perutnya.
dari rendaman teh yang sudah diolah
menjadi serbuk. Bagi masyarakat Banjar Data [8]
meminumteh adalah bagian dari keseharian Banyu Palungsur nih kaina ikam
mereka kala akan menikmati hidangan minumlah
tertentu. “Air pelungsur ini nanti kamu minum
Secara kontekstual data [7] memiliki ya”
makna air tawar yang diberi rendaman daun
teh. Air tersebut bukan untuk pengobatan, Konteks ini terjadi antara seorang
akan tetapi digunakan oleh masyarakat suami dengan istrinya. Suaminya sangat
Banjar sebagai air minum saat makan memperhatikan sang istri yang saat itu
sesuatu. dalam kondisi mengandung. Agar
kelahirannya lancar, sang suami sudah
Data [7] mencarikan air pelancar kelahiran.
Banyu Singgugut nih capati dimnum, Masyarakat Banjar tradisional
nyaman kada sakit parut lagi. mempercayai akan adanya air pelancar.
“Air Singgugut ini cepat diminum, biar Pembuat air tidak orang sembarangan.
tidak sakit perut lagi” Biasanya setelah meminum air tersebut,
kelahiran pun akan lancar.
Konteks yang terjadi pada tuturan ini Makna kontekstual dalam data [8]
adalah ujaran yang keluar dari ucapan adalah air tersebut digunakan untuk
seorang nenek kepada cucunya. Saat itu melancarkan proses kelahiran. Masyarakat
cucunya sedang kesakitan memegang tradisional Banjar sangat akan khasiat air
perutnya. Nenek tersebut memerintahkan tersebut. Air palungsur dibuat oleh
sekaligus menyerahkan botol berisi air seseorang yang ahli di bidang itu.
singgugut kepada cucu perempuannya
tersebut. Data [9]
66
Aplikasi Makna Mitos …. (Rissari Yayuk)

Banyu Yasin nih sudah mama maknanya ini dapat menjadikan materi ini
ulahakan, nginum isuk ulangan nakai sebagai salah satu refrensi.
“Air Yasin ini, sudah mama
bikinkan, minum besok ulangan DAFTAR PUSTAKA
Nak” Arifin, E. Zainal dan Tasai, S.Amran.
2009. Cermat Berbahasa
Konteks ini dituturkan oleh seorang Indonesia.Jakarta: Akademika
ibu kepada anaknya. Saat itu si anak sedang presindo.
belajar sebab besok hari harus mengikuti Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik
ulangan harian. Setelah petutur selesai Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
mebuat air yasin, dia pun memberikan air Cipta.
tersebut kepada anaknya sambil berujar Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik
seperti data [9] Bahasa Indonesia. Jakarta:
Kabiasaan masyarakat Banjar yang Rineka Cipta.
tidak lepas dengan ajaran Islam ini adalah Djajasudarma, T. Fatimah. 2009. Semantik I.
membuat air yasin. Air yasin adalah air yang Bandung:Refik.
dibuat seseorang dengan membacakan ayat- ------------------------------- 2010. Metode
ayat yasin pada segelas atau seteko air tawar. Linguistik; Ancangan Metode
Air ini difungsikan untuk berbagai tujuan. Penelitian dan Kajian. Bandung.
Dalam konteks di atas air yasin PT Eresco.
digunakan untuk membuat si anak terang Kridalaksana Harimurti. 2008. Kamus
hati dan pikirannya. Seorang ibu bisa Linguistik. Jakarta: Gramedia.
membuat air yasin untuk kepentingan Lubis, Hamid Hasan. 2015. Analisis Wacana
anaknya. Melalui air ini harapannya apa Pragmatik. Bandung: Angkasa.
yang diinginkan akan tercapai. Martina dan Febrianti, B.K. 2015.
Jadi, makna kontekstual pada data ”Mengungkap Pemaknaan dalam
[9] adalah air tersebut hasil dari air tawar Tradisi dan Budaya Pernikahan
yang dibacakan ayat yasin oleh siapa saja. Sambas (tinjauan Semantik)”:
Air ini disebut air yasin. Gunanya beragam, Dalam Jurnal Tuah Talino IX (9) :
bisa untuk menyembuhkan penyakit tertentu Hal. . 25--35. Kalimantan Barat.
atau untuk menerangkan pikiran. Mubarok, Ahmad. 20017. Metafora sayang
dalam kognisi remaja Banjar.
PENUTUP Jurnal undas 13 (2). Hal. 154-164
Aplikasi makna mitos banyu pada Banjarbaru. Balai Bahasa
bahasa banjar berdasarkan sumber Kalimantan Selatan.
leksikonnya terdiri atas sumber asal, bahan, Muhajir. 2016. Semantik dan Pragmatik.
dan pars pro toto. Aplikasi makna banyu Pustaka Mandiri: tanggerang
pada bahasa banjar berdasarkan konstektual Nengsih, Sriwahyu. 2016. Makna Ungkapan
dapat bersifat biasa dan magis, atau religi. Ideomatik dalam Kisdap Julak
Ada yang difungsikan sebagai air minum Ahim Karya Jamal T Suryanata.
biasa, air tawar biasa, dan untuk pengobatan. Bunga Rampai Bahasa (hlm. 1--
Penelitian tentang banyu sangat 27). Banjarbaru: Balai Bahasa.
menarik untuk dikaji darai segi maknanya. Parera, J.D. 2014. Teori Semantik.
Alangkah menariknya jika kata banyu ini Erlangga:Jakarta.
biasa diteliti dengan contoh yang lebih Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal.
banyak lagi. Semoga peneliti lain yang Jakarta. Rineka Cipta.
tertarik dengan kata banyu dengan Sitanggang, Natal P. 2013. Menilik Realitas
Aspek Ekonomi-Sosial Masyarakat
67
Totobuang, Vol. 6, No 1, Juni 2018: 59—68

Kubu dalam Metafora Bahasa Suku Suwandi, Sarwiji. 2011. Semantik Pengantar
Kubu di Jambi. Jurnal Jalabahasa. Kajian Makna. Yogyakarta: Media.
9 (2). Hal 37--48). Semarang: Balai Tarigan. Henry Guntur. 2009. Pengajaran
Bahasa Provinsi Jawa Tengah. Semantik. Angkasa:bandung
Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Verhaar, JWM. 2010. Asas-asas Linguistik.
wacana. Bandung:Yrama Widya. Yogyakarta: Gadjah Mada
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian. University Press.
Bandung: Alfabeta

68
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 69—80

KAJIAN LATAR FISIK DAN LATAR SOSIAL YANG TERCERMIN DALAM


NOVEL PERTEMUAN DUA HATI KARYA NH. DINI
(A review of the physical background and social setting that is reflected in the novel of
"Pertemuan Dua Hati" by NH. DINI)

Sakila
SMP Negeri 2 Singkawang
Jalan Pahlawan, Kota Singkawang, Indonesia
Pos-el: sakilaspd@yahoo.co.id
(Diterima: 6 Februari 2018; Direvisi 24 Mei 2018; Disetujui: 30 Mei 2018)
Abstract
The purpose of this study commonly described about the background of the Pertemuan Dua Hati novel and
specifically interpreted its physical background and social setting . The research used descriptive method with
qualitative research model. The research approach was using structural approach. The source of the data was
taken from a novel entitled Pertemuan Dua Hati by Nh. Dini which had been published by PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, in 1992, the sixth printing, and consists of 85 pages. Based on the analysis, it
concluded that the physical setting that presented by the author was quite well. This can be seen from the
description of the house and the area. Furthermore, the social background that presented by the author was
good enough. It has been explanated from the conditional economy, the views of life and the attitude of the
character.
Keywords: Novel, Pertemuan Dua Hati, physical setting, social setting.

Abstrak
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan latar dalam novel Pertemuan Dua Hati,
sedangkan secara khusus untuk menginterpretasikan latar fisik dan latar sosial novel tersebut. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan model penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian
yang digunakan adalah pendekatan struktural. Sumber datanya berasal dari novel yang berjudul Pertemuan
Dua Hati karya Nh. Dini yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, tahun 1992, cetakan
keenam, dan terdiri dari 85 halaman. Berdasarkan hasil analisis terhadap novel tersebut, latar fisik yang
disajikan pengarang cukup baik. Hal ini terlihat dari keterangan mengenai rumah dan daerah. Selanjutnya,
latar sosial yang disajikan pengarang cukup baik. Hal ini terlihat dari pemaparan tentang keadaan ekonomi,
pandangan hidup, dan sikap hidup tokoh.
Kata-kata kunci: Novel, Pertemuan Dua Hati, latar fisik, latar sosial.

PENDAHULUAN untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera


Sastra adalah ungkapan pribadi (Sumardjo dan Saini, 1986:16).
manusia yang berupa pengalaman, Salah satu bentuk karya sastra yang
pemikiran, perasaan, ide, semangat dapat mewakili seperti dikemukakan di atas
keyakinan dalam suatu bentuk gambaran adalah novel. Novel dapat berisi tentang
kongkrit yang membangkitkan pesona sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak
dengan bahasa sebagai alat (Sumardjo dan sama sekali. Selain itu, novel juga
Saini, 1986:3). merupakan salah satu sarana yang efektif
Sastra sebagai ungkapan pribadi atau media yang tepat untuk memahami
manusia yang bersifat imajinatif, dalam kehidupan. Oleh karena itu, novel dengan
kehidupan sehari-hari dapat berfungsi untuk cepat leluasa merefleksikan kenyataan dari
memperjelas, memperdalam, dan berbagai kehidupan di masyarakat.
memperkaya pengalaman serta penghayatan Bagian dari unsur yang membangun
yang lebih baik itu manusia dapat bersikap karya sastra, seperti novel adalah unsur latar.
69
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 69—80

Latar merupakan salah satu bagian yang mengisahkan tentang perjuangan seorang
berperan penting dalam cerita rekaan. Latar wanita. Seorang istri yang juga seorang ibu
yang digarap dengan baik sangat dari keluarga sederhana, bahkan sering
berpengaruh terhadap imajinasi pembaca. kekurangan dalam memenuhi kebutuhan
Selain itu, latar merupakan unsur karya sehari-hari. Namun, ia tetap menciptakan
sastra yang menjadi latar belakang segala keluarga yang harmonis dan bahagia. Dia
peristiwa yang terjadi dalam karya sastra juga seorang guru yang ikut membantu
(Effendy, 1985:41). Latar juga berkaitan suaminya mengatasi kesulitan ekonomi
dengan nilai-nilai kehidupan manusia seperti keluarganya. Selain itu juga tentang
adat-istiadat, norma, dan tingkah laku yang perjuangannya merawat anak yang
kesemuanya menjadi bagian kehidupan menderita epilepsi kronis. Pada saat pertama
manusia. mengajar, langsung berhadapan dengan
Latar atau seting memiliki fungsi yang salah seorang muridnya yang mengalami
penting bagi sebuah novel. Kelemahan pada kesulitan, murid tersebut bernama Waskito.
latar akan menimbulkan ketimpangan tensi Dalam novel ini dikisahkan tentang
dan emosi tokoh. Dikatakan demikian perjuangan dan keuletan Bu Suci dalam
karena latar atau seting turut memberikan membimbing dan mengembalikan Waskito
nuansa cerita. menjadi anak yang wajar dan normal sampai
Latar dalam novel antara lain terdiri akhirnya ia naik kelas.
dari latar fisik dan latar sosial. Latar fisik Novel Pertemuan Dua Hati menyajikan
meliputi tempat dan daerah, sedangkan latar kisah kehidupan seorang guru dan ibu dalam
sosial meliputi keadaan ekonomi, pandangan mendidik putra-putranya. Dengan membaca
hidup dan sikap hidup. novel Pertemuan Dua Hati, guru dan orang
Novel yang tidak memiliki latar fisik tua akan semakin memahami tentang
membuat pembaca bertanya-tanya di mana pendidikan anak-anaknya. Novel ini cukup
tempat dan daerah terjadinya cerita tersebut. selaras dibaca oleh kalangan pendidik, orang
Begitu pula apabila novel tidak memiliki tua dan seluruh masyarakat.
latar sosial akan menyebabkan pembaca Penulis merasa tertarik untuk meneliti
menjadi bingung tentang sikap hidup sang karya Nh. Dini dengan pertimbangan bahwa:
tokoh atau pembaca berkesimpulan mungkin a) sebagai penulis, Nh. Dini sudah dikenal
pengarang belum mampu menentukan masyarakat sejak tahun 1950-an lewat karya
pandangan hidup seorang tokoh dalam pertamanya yang berjudul Dua Dunia
novel. Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa (kumpulan cerpen, 1956). b) Nh. Dini telah
pengarang yang berpengalaman adalah menulis banyak buku sastra, berupa
pengarang yang mampu melukiskan latar kumpulan cerpen, novel dan memoar. c)
fisik dan latar sosial secara kongkret. Penulis Nh. Dini merupakan penulis watak
Mengingat pentingnya fungsi latar yang baik. Gerak-gerik kecil pelakunya dia
dalam novel, sehingga penelitian ini tangkap dalam upaya memberikan gambaran
difokuskan pada latar, terutama latar fisik watak yang lebih tepat. Pelukisan perasaan
dan latar sosial. Hasil penelitian diharapkan manusi dapat dilukiskan dengan baik. Nh.
dapat memberikan gambaran kongkrit Dini selalu cermat dalam menggambarkan
tentang latar fisik dan latar sosial dalam setiap tokoh, selalu lengkap dan mendalam.
sebuah novel. Selain itu, diharapkan dapat Pembaca diajak ikut dalam jalinan kalimat
memaparkan interpretasi mengenai latar yang kreatif dan tidak klise.
tersebut. Dihubungkan dengan kurikulum
Novel Pertemuan Dua Hati yang Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP,
selanjutnya disingkat PDH karya Nh. Dini penelitian tentang latar dalam novel sesuai
adalah sebuah novel Indonesia modern yang dengan tuntutan KTSP yaitu membahas
70
Kajian Latar Fisik …. (Sakila)

tema, dan latar yang terdapat dalam cerpen, dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
novel, dan drama. pelaku.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, Selanjutnya Sumarjo dalam Sentosa
maka penulis tertarik untuk meneliti novel dan Wahyuningtyas (2010:47) mengatakan
Pertemuan Dua Hati dengan mengkaji latar bahwa novel diartikan sebagai novel adalah
fisik dan latar sosialnya. produk masyarakat. Novel berada di
Berdasarkan latar belakang masalah masyarakat karena novel dibentuk oleh
yang telah disebutkan di atas, maka masalah anggota masyarakat berdasarkan desakan-
dalam penelitian ini adalah bagaimanakah desakan emosional atau rasional dalam
latar fisik dan latar sosial yang tercermin masyarakat.
dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Berdasarkan pengertian tersebut di atas
Dini? dapat disimpulkan bahwa novel adalah salah
Sesuai dengan latar belakang masalah satu bentuk karya sastra yang merupakan
yang telah disebutkan di atas, tujuan ungkapan pribadi pengarangnya berdasarkan
penulisan laporan penelitian ini adalah untuk pengalaman, pemikiran, perasaan, ide,
menginterpretasikan latar fisik dan latar semangat, serta keyakinan dalam suatu
sosial novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. bentuk gambaran kongkret yang
Dini. membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
Adapun manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut : Pengertian Latar (Setting)
1) Sebagai salah satu bahan acuan dalam Menurut Sudjiman (1991:44)
mengajarkan materi apresiasi sastra. mengartikan latar atau setting sebagai segala
Terutama tentang latar dalam sebuah keterangan, petunjuk, pengacuan yang
novel. berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana
2) Sebagai bahan penunjang penelitian terjadinya peristiwa dalam suatu karya
yang lain. Penelitian ini dapat membantu sastra. Pendapat ini sejalan dengan pendapat
peneliti lain terutama yang mengkaji Abrams dalam Priyadi (1994:64) yang
sastra novel dan tentang Nh. Dini. mengartikan latar sebagai tempat secara
umum, waktu dan lingkungan sosial tempat
LANDASAN TEORI terjadinya peristiwa. Siswandarti (2009:44)
Pengertian Novel juga menegaskan bahwa latar adalah
Novel berasal dari bahasa Itali, juga pelukisan tempat, waktu, dan situasi atau
dari bahasa Latin yakni novellus yang suasana terjadinya suatu peristiwa.
diturunkan pula dari kata novies yang berarti Robert Stanton dalam Priyadi
baru. Dikatakan baru karena kalau (1994:64) mengatakan bahwa latar atau
dibandingkan dengan jenis-jenis sastra tandas tumpu adalah lingkungan tempat
lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, peristiwa terjadi. Latar tempat atau ruang
maka jenis novel ini muncul kemudian yang diamati (kampus, kapal, kafetaria,
(Tarigan, 1984:164). penjara, Hongkong, Paris, dll) dan orang
Sastra dalam konteks ini novel adalah atau kerumunan orang di sekitar tokoh.
suatu karangan prosa yang bersifat cerita Sementara itu pendapat Jakob
yang menceritakan suatu kejadian yang luar Sumardjo dalam Aeini (1995:25)
biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh mengemukakan bahwa latar adalah tempat
cerita) (Suroto, 1990: 19). bermain sebuah cerita. Latar bukan hanya
Menurut Fuadi (2016:132) novel terbatas pada pengertian geografis, tetapi
adalah cerita atau prosa panjang yang juga antropologis. Lebih lanjut Sumardjo
mengandung rangkaian cerita kehidupan dan Saini (1991:76) mengatakan latar atau
seseorang dan orang-orang di sekelilingnya setting cerita bukan hanya menunjukkan
71
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 69—80

tempat dan waktu tertentu tetapi juga hal-hal mendeskripsikan latar fisik dan latar sosial
yang hakiki dari suatu wilayah, sampai pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
debu pemikiran rakyatnya, kegilaan mereka, Adapun model penelitian yang
gaya hidup mereka, kecurigaan mereka dan digunakan adalah penelitian kualitatif
sebagainya. Sehingga latar atau setting cerita Bogdan dan Biklen dalam Semi (1993:24)
bukan hanya menunjukkan tempat, waktu menuliskan bahwa penelitian kualitatif
dan sarana dalam cerita seperti yang kita bersifat deskriptif. Hal ini mengandung arti
kira-kira sebelumnya, tetapi mencakup bahwa dalam melakukan kajian tidak
berbagai pola tingkah laku kehidupan menggunakan perhitungan angka-angka
masyarakat tertentu. tetapi dipaparkan dengan menggunakan
kata-kata berdasarkan data penelitian.
Macam-macam latar Selanjutnya sumber data berasal dari
Dari Pengertian latar sebagaimana Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini
disebutkan di atas, Hudson dalam Sudjiman yang berjumlah 85 halaman, diterbitkan oleh
(1991:44) membagi latar menjadi dua yaitu PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta
(1) latar material atau fisik dan (2) latar merupakan cetakan keenam pada bulan
sosial. Latar material atau fisik dikukuhkan Oktober 1992.
oleh hal-hal yang kongkret. Hal-hal yang Pendekatan dalam penelitian ini adalah
kongkret merupakan hal yang visual, pendekatan struktural atau pendekatan
badaniah, teraba. Misalnya tempat tinggal, analitik. Pendekatan ini bertolak dari asumsi
peralatan rumah tangga, bentuk kesenian, dasar bahwa karya sastra sebagai karya
daerah dan lain-lain. Sedangkan latar sosial kreatif memiliki otonomi penuh yang harus
lebih bersifat abstrak. Misalnya konsep nilai dilihat sebagai suatu sosok yang berdiri
dalam masyarakat, adat istiadat, sendiri terlepas dari hal-hal lain yang berada
kepercayaan, sistem politik, ekonomi, sikap di luar darinya (Semi, 1993:67).
hidup, pandangan hidup dan lain-lain Teknik dan alat pengumpul data yang
(Priyadi, 1994:97). digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Menurut Abrams dalam Aeini studi dokumenter. Yaitu dengan membaca
(1995:27) latar dapat dikategorikan menjadi secara berulang dan membuat catatan sesuai
latar sosial, latar tempat atau geografis, dan dengan permasalahan yang dirumuskan.
latar waktu atau historis. Dengan kata lain dalam memecahkan
Dari pendapat Marjorie Boulton, masalah penelitian, peneliti merujuk pada
Lostracco, dan Wilkerson dalam Priyadi literatur-literatur yang relevan dengan
(1994:67) dapat disimpulkan bahwa latar ada permasalahan penelitian.
dua yakni latar dalam pengertian yang Adapun langkah-langkah yang
sempit dan latar dalam pengertian yang luas. ditempuh dalam menganalisis data sebagai
Dalam pengertian yang sempit, yang berikut :
dimaksud dengan latar adalah tempat dan 1) Membaca novel Pertemuan Dua Hati
waktu terjadinya peristiwa. Sedangkan karya Nh. Dini secara berulang-ulang
dalam pengertian yang luas, latar menunjuk untuk melakukan verifikasi.
pada keseluruhan lingkungan fisik, ekonomi, 2) Mendeskripsikan data. Data yang ada
sosial (sistem kekerabatan, sistem religi dan dipaparkan atau digambarkan apa adanya
lain-lain), politik, dan psikologi. dengan menggunakan kata-kata secara
jelas.
METODE PENELITIAN 3) Interpretasi data. Data yang sudah
Metode yang digunakan dalam dideskripsikan kemudian ditafsirkan
penelitian ini adalah metode deskriptif. berdasarkan masalah penelitian. Data
Metode ini digunakan untuk penelitian diinterpretasikan untuk
72
Kajian Latar Fisik …. (Sakila)

mengungkapkan latar fisik dan latar yang lalu jalan itu belum ramai. Ketika kami
sosial novel Pertemuan Dua Hati karya meninggalkannya, lalu lintas sudah sangat
Nh. Dini. padat.
Daerah kami disebut orang daerah
PEMBAHASAN minus. Desa-desa mempunyai sawah, tetapi
Deskripsi Latar Fisik Novel Pertemuan tidak pernah menghasilkan berlimpah-
Dua Hati limpah. Rakyat berduyun-duyun
Novel Pertemuan Dua Hati dimulai meninggalkan kehidupan bercocok tanam.
dari rumah yang dikontrak berukuran besar, Semarang adalah kota yang digemari sebagai
kamarnya hanya ada dua, bentuk ruang sasaran mencari nafkah.
tengah memanjang dengan kamar mandi, Pindah ke Semarang, kami tinggal di
sumur dan kamar kecil ada di dalamnya. daerah pinggiran kota. Dimasa sekolah,
Selanjutnya digunakan nama kota daerah itu masih merupakan pinggiran yang
Purwodadi sebagai tempat aku yang kosong, meskipun mulai berkembang
bernama Bu Suci menjadi guru waktu itu. perlahan menjadi perkampungan liar.
Hamper sepuluh tahun aku mengajar di kota Namanya Mrican. Terletak di kota sebelah
kelahiranku. Sehingga beberapa bulan yang tenggara.
lalu suamiku dipindahkan perusahaannya ke Pada hari-hari tertentu, pasar ini juga
kota besar ini. menjadi pasar hewan. Bermacam-macam
Seperti kota-kota pesisir lain, binatang ternak diperjualbelikan.
Semarang sudah ku kenal ketika aku Setelah dua bulan di rumah baru, kami
bersekolah disana. Kepadatan penduduk mapan. Ruang tengah yang panjang
dikuasai pengaruh golongan Tionghoa. kujadikan ruang keluarga. Di pojok
Sekolahku terletak di bagian kota atas yang kuletakkan televisi. Di dekat dinding yang
dinamakan daerah candi. Untuk pergi ke bertentangan ada seperangkat meja kursi
kota bawah harus naik “daihatsu” sebutan untuk makan. Itu juga kami pergunakan
kendaraan karena lazimnya mobil bermerek sebagai tempat menggarap pekerjaan rumah,
daihatsu. menulis atau menjahit. Di depan televisi
Suamiku mendahului pindah ke kugelar tikar pandan anyaman dua
Semarang. Hal tersebut karena kantor di kota permukaan yang di daerah kami disebut tikar
memerlukan dia sebagai ahli mesin. pasir. Tebal dan lunak, member rasa santai
Semarang sebagai kota pelabuhan bagi yang duduk di atasnya. Pasangan meja
merupakan pintu gerbang berbagai kursi rotan diletakkan di dekat pintu masuk.
pengaruh. Kebiasaan dan tradisi yang Vernisnya harus diperbaharui. Suamiku juga
dipertahankan oleh sekelompok masyarakat, harus membuat rak buku. Hal tersebut akan
dibagian bagian tertentu kota ini bercampur dikerjakan setelah mengambil cuti waktu
dengan kebiasaan baru. Rumah-rumah lebaran kelak.
terlalu berdekatan. Rumah tetangga Hari itu kami naik becak ke sekolah.
menyuarakan kaset-kaset secara bersamaan Bersama anak sulungku, kami berlomba
dengan lagu yang berbeda. mencari pohon mangga yang tumbuh di
Rumah RT itu mentereng. Berhalaman sepanjang jalan. Halaman rumah kota besar
luas. Tetapi itu bukan satu-satunya rumah jarang ditanami buah-buahan. Barangkali
bagus di dalam kampung kami yang baru. karena kami tinggal jauh dari pusat, kami
Sepintas lalu aku sudah melihat tempat masih menemukan lebih dari lima pohon.
kediaman lain yang mewah dan modern. Kemudian kami menerka jenis pohon
Sewaktu tinggal di Purwodadi, kami mangga apa. Warna bunganya pun berlainan.
menempati setengah batu setengah kayu. Ada yang kuning jernih. Ada yang agak
Letaknya di pinggir jalan. Sepuluh tahun kemerah-merahan atau coklat muda. Anakku
73
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 69—80

membandingkan tempat tinggal kami yang kami harus melewati satu atau dua kelompok
sekarang dengan Purwodadi. pemukiman tersebut. Menurut berita,
Setelah melewati pasar, jalan menuju Waskito mempunyai sebuah kamar yang
ke sekolah menurun. Di situ kelihatan bagian kelihatannya rapi terpelihara. Alat-alat
kota yang paling baru. Kebanyakan gedung pertukangan terkumpul di suatu lemari kecil
bergaya sesudah perang. Sehingga banyak lengkap dengan mejanya. Selesai digunakan,
sekolah menonjol kekunoannya. Nampak Waskito segera mengembalikan ke tempat
anggun meskipun warnanya sudah lusuh, semula.
terlalu lama tidak dicat. Sebelum becak Di dalam kamar itu juga bergantungan
berhenti di depannya, aku berkata kepada model-model pesawat. Pesawat-pesawat itu
anak sulungku : “lihat di Purwodadi tidak dibuatnya menuruti gambar di buku.
ada sekolah sebagus ini”. “Apanya yang
bagus?” suara anakku kedengaran lugu. Deskripsi latar sosial Novel Pertemuan
“Perhatikan baik-baik. Atapnya lain dari Dua Hati.
atap di sana itu. Gedungnya demikian pula. Ketika aku lulus SD, orang tuaku
Bentuk tiang dan pintunya. Tidakkah kamu menasehatkan agar masuk ke sekolah guru.
menyukainya? Di zaman sekarang tidak Untuk membujukku ibuku menambahkan
banyak gedung seperti ini.” bahwa libur guru sama panjangnya dengan
Untuk mengatasi masalah murid yang anak sekolah. Melebihi orang yang bekerja
bernama Waskito, aku mengirim surat di kantor.
kepada nenek Waskito. Pada suatu sore yang Aku bercita-cita menjadi seorang
telah ditentukan, aku berkunjung ke rumah sekretaris. Aku sering melihat gadis atau
kakek dan nenek tersebut. Kini setelah wanita muda yang mengetik dan mengurus
duduk, baru beberapa menit berkenalan dan kantor. Mereka selalu berpakaian bagus.
melihat keterbukaan hari wanita itu, aku Tata rambut maupun dandanan baju
merasa kerasan. Kami berada di rumah senantiasa rapi. Mereka kelihatan lebih
bagian belakang. Teras itu kelihatan cantik dan menarik daripada guru yang
ditambahkan setelah rumah selesai mengajarku. Waktu itu umurku masih sangat
dibangun. Sekelilingnya dibatasi oleh muda. Yang kuketahui, pekerjaan sekretaris
dinding setinggi lutut, penuh pot tanaman. hanyalah sebagai juru tulis. Keberesan
Seluruh kebun tidak begitu luas. Dari kantor kukira sama dengan keberesan rumah
kursiku, aku dapat memandang sebagian tangga yang kusaksikan sehari-hari. Setelah
daripadanya. Jauh di sudut, Nampak pohon dewasa, barulah aku mengetahui betapa
pisang menggerombol menabiri tempat rumit dan sukar menjadi sekretaris.
jemuran. Di dekatnya, anyaman bambu Aku anak yang patuh. Aku diantarkan
menyangga jaluran tanaman pare. Buahnya bapak mendaftarkan diri di SPG Semarang.
begantungan hijau muda menyedapkan mata. Kebahagiaan yang kurasa karena baru
Di pinggir ada pohon papaya, dua berjejeran. pertama keluar dari rumah. Tambah lagi,
Agak ketengah, pohon jambu air. Buahnya saat pulang berlibur bertemu orang tua dan
masih muda membentuk kelompok- tempat kelahiran.
kelompok bagaikan lampu tertempel rapi di Lulus SPG aku ingin melanjutkan ke
dahan dan ranting. Sebentar lagi mereka IKIP. Meskipun kemampuan otak memadai
akan menjadi merah kesumba menggiurkan. bapak tidak sanggup membiayai. Adikku ada
Semuanya sederhana di sana. Tetapi kesan tiga orang, sehingga mencari nafkah
kekeluargaan juga besar. ketimbang mengikuti program ikatan dinas
Letak kampung kami bersambungan lebih diharapkan.
dan berdampingan dengan kampung- Aku dididik orang tua agar hidup
kampung lain. Untuk menuju ke jalan besar, sebisa mungkin. Segala perselisihan
74
Kajian Latar Fisik …. (Sakila)

pendapat diselesaikan dengan terbuka dan Selain masalah anak aku juga
terus terang. Tetapi dalam kenyataan hidup menghadapi masalah murid karena tugasku
sehari-hari aku lebih sering mengalah. sebagai pendidik. Hari keempat masuk
Agar biaya hidup tidak terlalu sekolah, aku mencari tahu tentang Waskito.
menekan bahu suamiku, aku harus kembali Seisi kelas seperti bisu. Akhirnya diketahui
mengajar secepat mungkin. Menurut dari penjelasan teman-teman Waskito bahwa
pendapatku, justru pada tingkat sekolah dia sering memukul teman sekelas.
dasar sebaiknya anak- anak menerima Temannya berkata dulu Waskito tinggal
pendidikan sepatutnya. bersama neneknya. Kemudian diambil oleh
Sebagai orang baru dan untuk orang tuanya. Dari keterangan murid-murid
memenuhi tata cara aku memperkenlkan diri kesimpulan yang dapat diambil sementara
ke Rukun Tetangga. Aku bertemu dengan bahwa Waskito tidak berpura-pura dan ada
isteri RT, sebab suaminya sedang mengurus kesulitan yang menggugah perasaanku untuk
keperluan lain. Ramah dan sopan dia mengetahui lebih lanjut.
menyambutku. Dia menjadi anggota Persoalan murid tidak kubawa ke
perkumpulan cukup banyak sehingga rumah. Rumah tempat keluarga dan bukan
mengenal banyak orang. untuk mengeruhkan suasana dengan masalah
Setelah menyelesaikan masalah dari luar rumah.
lingkungan, aku berhadapan dengan tugasku. Aku mengirim surat kepada neneknya
Kepala sekolah usul agar aku masuk dan dan ditanggapi. Pada hari yang ditentukan
mengajar dua kelas. Bagaimanapun besarnya aku mengunjungi nenek Waskito. Dari
cintaku kepada pekerjaan sebagai guru. keterangan neneknya bahwa setelah orang
Tanpa menunggu habisnya bulan itu, aku tuanya tahu tentang keadaan Waskito
mulai mengajar. belakangan sehingga dihajar habis-habisan.
Belum lama mengajar, anakku yang Setengah tahun dititipkan dengan
kecil sakit. Pendapat tetangga kemudian neneknya, rapor Waskito menunjukkan
ditanggapi oleh uwakku bahwa anakku tidak kemajuan. Namun sepertinya Waskito tidak
cocok dengan “penjaga” rumah kami. Dan pernah mendapat kesempatan untuk
cara berpikir uwak hampir berhasil menjalari berpendapat seperti menentukan pilihan dia
suamiku dan aku ketika beberapa hari mulai harus bersama siapa. Dapatkah aku
mengajar anakku tiba-tiba diserang panas menolongnya keluar dari persoalannya?
atau demam keras. Suamiku tidak di rumah. Sampai di rumah aku melupakan
Dengan menyewa Daihatsu anakku dibawa persoalan murid termasuk Waskito. Kami
ke dokter. Setelah diperiksa dokter, namun prihatin melihat anak kedua yang mengidap
tidak dijelaskan mengapa anakku sampai elektroensefalografik yang biasa disebut
kejang-kejang. EEG. Berdasarkan kepercayaan kepada para
Anakku yang kedua terus minum obat ahli, kami berhasil menemukan kembali
dan tidak mau tinggal di rumah. Akhirnya sedikit rasa ketenteraman. Yang disebut
dia masuk sekolah dengan diantar. Kami pasrah dalam filsafat Jawa juga sangat
bertiga naik becak dengan sulungku. membantu. Dua hari terakhir, aku berturut-
Diperjalanan terjadi perbincangan antara aku turut ke dokter perusahaan dan rumah sakit.
dan anakku. “Di Purwodadi, Bapak tidak Untuk sementara selesailah pemeriksaan
pernah pulang terlambat,” tanpa kuduga, anakku. Tinggal berobat jalan atau
anak sulungku menambahkan. mengambil obat jika habis.
Aku agak terkejut. Mungkin telah lama Kemudian aku kembali mengajar.
ditahannya. Ku coba menjelaskan letak Beberapa saat aku berada di kantor. Tiba-
kantor bapaknya yang jauh dari Purwodadi. tiba kulihat Waskito masuk, menuju ke
tempatku. Tanpa berkata sesuatupun, dia
75
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 69—80

meletakkan timbunan buku tugas di Aku kembali ke kelas setelah rapat.


depanku. Kemudian aku mengganti tempat duduk
Aku terpesona. Heran bercampur murid kelasku. Kuberi pengertian tentang
bingung, masih bisa mengucapkan: “terima kedudukanku dan masalah anakku. Hingga
kasih. Nanti akan saya periksa.” Hari-hari waktu pulang, Waskito tetap duduk di
selanjutnya menyusul kejadian-kejadian lain. tempatnya semula.
Waskito masih sering mengganggu Malamnya aku gelisah. Tidurku sangat
temannya. Namun dalam banyak hal mengganggu. Keesokan harinya, ketika
Waskito mengubah sikap menjadi lebih lonceng berbunyi aku masuk kelas. Waskito
patuh. Aku terus menerus mengamati telah berpindah tempat, duduk tepat di depan
perkembangan kelas. Sebulan berlangsung meja guru. Hari itu berlalu dengan tenang.
aku dapat tabah mengalami loncatan- Aku bersyukur menyebut nama tuhan.
loncatan kebiasaan Waskito. Waskito masih suka merusak tanaman
Hatiku mulai agak tenang. Meskipun temannya. Sehingga Waskito perlu diberi
ketenangan itu kesiagaan untuk menghadapi pengertian bahwa merusak tanaman juga
kejutan. Baik itu dari pihak murid sukarku telah membunuh. Waskito tidak masuk
maupun anakku. kelas. Akhirnya kutemukan Waskito di
Karena bukan hanya Waskito yang selokan. Dia mengatakan bahwa temannya
tertarik tentang pabrik rakyat maka aku mengejeknya. Akhirnya mau kembali ke
merencanakan menunjukkan teori bejana kelas. Kejadian itu merupakan tambahan
berhubungan di kelasku. Murid-murid diberi yang melengkapi pertemuan hari Waskito
tugas. Hari pengumpulan tiba, masing- dan hatiku.
masing regu membawa hasil kerja mereka. Akhir tahun pelajaran. Waskito naik
Ternyata pekerjaan regu Waskito yang kelas. Bu Denya datang ke sekolah. Dia
paling baik dan rapi. Keterangan regunya berterima kasih kepada kepala sekolah, para
mengatakan bahwa yang mampu guru, dan kepadaku. Aku menjawab bahwa
mengerjakan hanya Waskito karena aku gembira dapat menolong Waskito.
memiliki peralatan sendiri. Kejadian ini
membesarkan hatiku. Interpretasi latar fisik Novel Pertemuan
Hampir tiga bulan aku bekerja, Dua Hati
keadaan dapat dikatakan dapat dikatakan Keterangan mengenai rumah
tenang. Tiba-tiba keadaan berubah. Seorang Keterangan mengenai rumah dalam
muridku terengah-engah datang, langsung novel PDH Karya Nh. Dini dimulai dengan,
berseru : “Bu Suci. Waskito kambuh, Bu. “rumah yang dikontrak suamiku besar”.
Dia mengamuk. Dia mau membakar kelas”. Selanjutnya dijelaskan bahwa kamarnya
Semua bergerak menuju kelas. Waskito hanya dua, ruang tengah memanjang, ada
memegang gunting. Aku merampas kamar mandi, sumur dan kamar kecil di
guntingnya dan diberikan kepada kepala dalamnya.
sekolah. Rumah tersebut cukup ideal untuk
Semua terjadi begitu cepat bagaikan jumlah keluarga lima orang. Gambaran
kejapan mata. Dengan susah payah aku kongkret mengenai rumah dan isinya yakni
mempertahankan muridku. Guru-guru lain setelah dua bulan tinggal di rumah baru.
ingin mengeluarkannya. Aku memohon Kami mulai mapan. Barang-barang sudah
kepada kepala sekolah untuk diberi waktu. menemukan tempatnya masing-masing.
Walaupun usul tersebut ditanggapi dengan Ruang tengah yang memanjang kujadikan
jengkel seorang guru. Aku meminta waktu ruang keluarga. Di pojok kuletakkan
satu bulan. televisi. Di dekat dinding yang
bertentangan, ada seperangkat meja-kursi

76
Kajian Latar Fisik …. (Sakila)
untuk makan. Itu juga kami pergunakan setelah selesai tidak dibiarkan berantakan,
sebagai tempat menggarap pekerjaan tetapi segera dikembalikan ke dalam
rumah, menulis atau menjahit. Di depan kotaknya.
televisi kugelar tikar pandan anyaman dua Waskito selain terampil juga sayang
permukaan yang di daerah kami disebut terhadap alat-alat pertukangannya.
tikar pasir. Tebal dan lunak, member rasa
Penggambaran atau keterangan mengenai
santai bagi yang duduk di atasnya.
Pasangan meja-kursi rotan diletakkan di rumah cukup memadai sehingga dapat
dekat pintu masuk (Dini, 1992:17-18) ditelaah tentang kondisi rumah dalam cerita
novel Pertemuan Dua Hati.
Ternyata kehidupan tokoh mulai
mapan. Semua perlengkapan rumah cukup Keterangan mengenai daerah
bahkan ada televisi. Walaupun tidak Keterangan mengenai daerah dalam
dijelaskan TV warna atau hitam putih. novel PDH sebagai berikut:
Rumah RT juga mentereng dan Purwodadi adalah tempat kelahiran Bu
berhalaman luas. Ternyata cukup banyak Suci sang tokoh. Purwodadi kota kecil,
rumah bagus. Sehingga melihat rumah RT gersang, tanpa daya tarik (Dini, 1992:9).
dan sekitarnya menimbulkan kesan mewah
dan modern. Jika dibandingkan tempat Kota kecil tersebut tetap dikenang sang
tinggal mereka dulu di Purwodadi yang tokoh sebagai kota kelahirannya.
setengah batu dan setengah kayu tentu jauh Penilaiannya bahwa kota tersebut gersang
berbeda. Keterangan rumah tersebut dan tanpa daya tarik.
memberikan kesimpulan bahwa disekitar Daerah yang sering disebut tempat
tempat tinggal sang tokoh kehidupan kehidupan sang tokoh adalah Semarang.
tetangga-tetangganya cukup mewah dan Kota pelabuhan yang merupakan pintu
modern. gerbang berbagai pengaruh. Rumah-rumah
Teras bagian belakang rumah kakek berdekatan. Bagian-bagian tertentu kota ini
dan nenek Waskito dibatasi oleh dinding bercampur dengan kebiasaan baru.
Kepadatan penduduk dikuasai pengaruh
setinggi lutut, penuh pot tanaman. Ada golongan Tionghoa (Dini, 1992:10).
kebun pisang, kebun pare, pohon-pohon
pepaya, dan pohon jambu air. Semuanya Kota ini terbagi dua, yakni kota atas
menimbulkan kesan sederhana. Kakek yang dinamakan kota Candi, dan kota
Waskito yang masih praktik di rumah sakit Bawah yang ditempuh dengan naik
masih sempat berkebun. Walaupun tidak “Daihatsu”. Orang disana tidak berkata naik
dijelaskan dikerjakan oleh tukang kebun atau mobil atau naik oplet. Hal tersebut
memang kakek Waskito. disebabkan merek mobil angkutan umum
Sebetulnya Waskito adalah anak yang adalah Daihatsu.
cukup terampil walaupun sebetulnya Bagian kota yang paling baru yakni
digambarkan sebagai anak yang sukar di setelah melewati pasar menuju sekolah.
sekolah. Kamarnya rapi dan terpelihara. Banyak gedung bergaya sesudah perang. Hal
Bagian ini juga belum dijelaskan tentang yang menonjol adalah kekunoannya.
orang yang merapikan kamar Waskito atau Meskipun catnya sudah lusuh namun terlihat
memang Waskito rajin merapikan kamarnya. anggun.
Keterangan yang memaparkan bahwa Keterangan tersebut di atas rasanya
Waskito mampu membuat model-model cukup untuk dikhayalkan oleh pembaca.
pesawat yang dicontohnya dari gambar. Begitu juga tentang atap sekolah yang lain.
Alat-alat pertukangannya terkumpul dalam Atap tersebut tidak dijelaskan lainnya seperti
lemari kecil lengkap denan mejanya. Jika dia genteng atau seng. Namun pembaca
menggunakan alat-alat pertukangannya
77
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 69—80

mencoba menangkap sebagai bangunan atap Walaupun gaji guru sering terlambat
yang kuno. tetapi sang tokoh adalah orang yang percaya
Letak kampung kami bersambungan dan pada tuhan. Sehingga walau hanya sebagai
berdampingan dengan kampung- guru, sang tokoh telah ikut menopang
kampung lain. Untuk menuju ke jalan perekonomian keluarga sampai mapan.
besar, kami harus melewati satu atau Keadaan ekonomi digambarkan sangat
dua kelompok pemukiman tersebut makmur. Jadi ekonomi tokoh cerita dari
(Dini, 1992:62). sangat sederhana menjadi mapan.

Keterangan mengenai kampung mudah Pandangan hidup


dipahami karena setiap desa biasanya Aku bercita-cita menjadi sekretaris. (Dini,
berdekatan. Begitu juga mengenai 1992:9).
pemukiman penduduk, lebih sering
berkelompok-kelompok. Sewaktu sang tokoh berumur masih
Keterangan mengenai daerah juga sangat muda, memiliki cita-cita menjadi
bagus. Purwodadi kota kelahiran. Semarang seorang sekretaris. Mereka terlihat sangat
tempat tinggal mereka juga tempat mencari cantik dari guru yang mengajarnya. Rambut
nafkah. Juga tentang kota Semarang yang dan dandanan baju sangat rapi.
terbagi dua yaitu kota atas dan kota bawah Setelah dewasa, barulah aku
dan kebiasaan penduduk. mengetahui betapa rumitnya dan sukar
menjadi sekretaris yang baik (Dini,
Interprestasi latar sosial Novel Pertemuan 1992:9).
Dua Hati
Keadaan Ekonomi Masyarakat Pekerjaan guru bukan pilihan sang
Kondisi ekonomi masyarakat di sekitar tokoh, tetapi pilihan orang tua.
tempat tinggal tokoh yang baru sangat layak. Aku patuh, menuruti nasihat orang tua
Hal tersebut dapat dilihat dari gambaran (Dini, 1992:10).
rumah yang mentereng. Rumah RT ternyata
bukan satu-satunya rumah mewah. Artinya Sang tokoh anak yang patuh sehingga ketika
hamper semua rumah kondisinya mewah dan orang tua mengantar ke Semarang masuk
penghuninya memiliki taraf ekonomi yang SPG, sang tokoh ternyata tidak menyesal.
lebih dari cukup. Rumah sang tokoh walau Ibunya berkata bahwa guru merupakan
cuma dua kamar, tetap terlihat agak besar. pekerjaan yang cocok untuk wanita. Libur
Untuk menanggulangi perekonomian guru sama panjangnya dengan anak sekolah,
keluarga sang tokoh yang kedudukannya ibunya menambahkan.
sebagai isteri juga turut mencari nafkah. Sang tokoh tidak mencampuradukkan
Sehingga dalam dua bulan tinggal di masalah rumah dengan sekolah.
Semarang, kehidupannya mulai mapan. Persoalan murid sukar tidak pernah
Kami mulai mapan(Dini, 1992: 17). Aku kubawa ke rumah (Dini, 1992:34).
memilih menjadi pendidik, bagi anak-
anakku dan murid yang dipasrahkan Ternyata sang tokoh masih mampu
kepadaku. Gaji atau penghargaan memisahkan masalah pekerjaan dengan
seringkali meleset, tidak sesuai dengan masalah rumah. Masalah rumah ialah anak
jasa yang secara rendah hati kami kedua sakit parah. Persoalan pekerjaan
sumbangkan bagi pembangunan watak adalah tentang Waskito, murid sukar. Ketika
tiang masa depan bangsa. (Dini, kedua masalah tersebut memuncak,
1992:85) pandangan tersebut menjadi kabur.

78
Kajian Latar Fisik …. (Sakila)

Aku tidak dapat lagi mempertahankan meminta waktu memperbaiki murid


kebiasaan lamaku memisahkan keluraga sukarnya. Dia tidak peduli dengan cemoohan
dari sekolah (Dini, 1992:74). rekan gurunya. Kembali ke rumah dia
berupaya mengobati anaknya yang sakit
Sebagai manusia biasa pandangan keras.
mengenai kehidupan luar jangan Sang tokoh merupakan tokoh yang
digabungkan dengan kehidupan rumah selalu ingin tahu. Dalam arti sangat
tangga tidak selamanya dipertahankan. bertanggungjawab mencari keterangan
Ada pernyataan akhir bahwa pekerjaan mengenai murid sukarnya. Guru-guru tidak
sebagai guru sebenarnya sesuai dengan hati peduli dengan masalah Waskito, dia tidak
nurani sang tokoh. peduli.
Aku memilih menjadi pendidik, bagi Bu Suci adalah tokoh yang terpesona.
anak-anakku dan murid yang Melihat murid sukarnya mengalami
dipasrahkan kepadaku (Dini, 1992:85). perubahan yakni mau membawa dan
meletakkan buku-buku di atas meja, dia
Kalimat tersebut mengisyaratkan terpesona. Jauh di dalam hatinya berharap
bahwa menjadi guru atau pendidik bahwa murid sukarnya mengalami
merupakan suatu pengabdian tulus bagi perubahan yang lebih berarti atau menjadi
anak-anak bangsa. Artinya sang tokoh normal.
memiliki pandangan bahwa sebagai guru Sang tokoh juga seorang tokoh
merupakan pekerjaan yang mulia. gelisah.
Pandangan hidup sang tokoh cukup Tidurku sangat terganggu (Dini,
jelas yakni bercita-cita menjadi sekretaris. 1992:71).
Menjadi guru pada akhirnya ditekuni karena
memang pantas untuk wanita. Begitu juga Dia sangat memperhatikan dan merasa
pandangan sang tokoh yang tidak ingin paling bertanggungjawab terhadap sikap
mencampuradukkan masalah pribadi atau di
murid sukarnya.
rumah dengan pekerjaan di sekolah.
Dia juga seorang tokoh yang tenang.
Sikap hidup Sikap hidupnya sangat wajar, berusaha
Sang tokoh adalah wanita yang patuh selalu tenang. Meskipun tetap dalam
terhadap orang tua. Juga seorang yang kesiagaan untuk berhadapan dengan sesuatu
menjalankan ibadah sesuai dengan kejutan.
keyakinannya. Bu Suci adalah seorang guru Dalam menghadapi Waskito, sang
yang sangat perhatian terhadap murid- tokoh menganggapnya sebagai anak remaja.
muridnya. Juga sebagai ibu yang Berhadapan dengan dia aku memutuskan
bertanggungjawab terhadap keluarganya. mengambil sikap seolah-olah berhadapan
Menghadapi kenyataan bahwa dengan remaja betul-betul (Dini,
muridnya mengalami kesulitan, ia berusaha 1992:56.)
sebisa mungkin untuk mendidik dan
meluruskan murid-muridnya. Dia tampil Bu Suci adalah sosok guru ideal.
membawa anak-anaknya ke dokter ketika Seorang wanita yang bertanggung jawab.
suaminya tidak di rumah. Dia juga ikut Selain itu juga seorang yang bijaksana dalam
bekerja agar kehidupan mereka menjadi menghadapi setiap persoalan yang dihadapi.
mapan. Sikap hidup sang tokoh yakni
Dia adalah wanita yang sabar menjalankan ibadah, bertanggung-jawab
menghadapi masalah. Ketika murid sukarnya terhadap masalah di rumah dan pekerjaan,
membuat masalah lagi, dia masih memohon mudah terpesona. Walaupun gelisah juga
79
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 69—80

berupaya untuk tetap tenang. Singkatnya DAFTAR PUSTAKA


sikap hidup sang tokoh telah digambarkan Aeini, Sri Nur. 1995. Aspek Penokohan
dengan cermat. Novel Para Priyayi karya Umar
Kayam. Pontianak: FKIP Untan.
PENUTUP Dini, Nh. 1992. Pertemuan Dua Hati.Jakarta
Simpulan : PT Gramedia Pustaka Utama.
Berdasarkan hasil analisis atau kajian Effendy, Chairil. 1985. Novel dan Puisi
terhadap latar fisik dan latar sosial Novel Karya Kontowijoyo sebuah
Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini dapat pembicaraan. Pontianak : FKIP Untan.
disimpulkan bahwa latar fisik yang disajikan Fuadi, Deti Syamrotul Fuadi. 2016. Intisari
meliputi keterangan mengenai rumah dan dan Bank Soal Penunjang Pelajaran
tempat tinggal sang tokoh telah dipaparkan Bahasa Indonesia.Bandung : Yrama
dengan kongkret. Selanjutnya keterangan Widya.
mengenai daerah juga disajikan dengan jelas Priyadi, Anton Totok. 1994. Tinjauan
dan nyata. Sedangkan latar sosial yang Sosiologis Sastra terhadap kumpulan
digambarkan meliputi keadaan ekonomi cerpen senyum karyamin karya Ahmad
masyarakat sekitar tokoh sangat layak dan Tohari.Malang : IKIP Malang.
mewah, sedangkan perekonomian sang Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian
tokoh pas-pasan sehingga sebagai seorang Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka
istri turut mencari nafkah sebagai seorang Utama.
guru. Pandangan hidup atau cita-cita tokoh Sentosa, Wijaya Heru dan Wahyuningtyas,
yang ingin menjadi sekretaris akhirnya Sri. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa.
pupus karena pilihan orang tuanya untuk Surakarta : Yuma Pustaka.
menjadikan dirinya sebagai seorang guru. Siswandarti. 2009. Panduan Belajar Bahasa
Sikap sang tokoh yakni patuh terhadap orang Indonesia untuk SMA Kelas XI.
tua, taat beribadah menjalankan perintah- Yogyakarta : Dinas Pendidikan
Nya, bertanggung jawab terhadap masalah Menengah dan Non Formal Kabupaten
anak di rumah dan anak didik di sekolah. Bantul.
Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami cerita
Saran rekaan. Jakarta : Pustaka Jakarta.
Mengingat masalah penelitian hanya Sumardjo dan Saini, K.M. 1986. Antologi
terbatas tentang latar, sebaiknya untuk Apresiasi Kesusastraan. Jakarta :
penelitian berikutnya ada peneliti yang Gramedia
melanjutkan penelitian ini dari aspek yang Sumardjo dan Saini, K.M. 1991. Apresiasi
lain. Penelitian ini dapat menunjang Kesusasteraan. Jakarta : Gramedia
penelitian sastra lain terutama novel. Pustaka Utama
Suroto. 1990. Teori dan Bimbingan:
Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-
prinsip dasar sastra.Bandung : Angkasa

80
Strategi Respons Pujian …. (Mutmainnah Hasyari)

TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 81— 95

STRATEGI RESPONS PUJIAN YANG DIGUNAKAN ORANG AMERIKA DAN


ORANG BUGIS
(Strategies Used by Americans and Buginese in a Complimentary Respondent)

Mutmainnah Hasyari
Universitas Hasanuddin Makassar
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan
Pos-el: mutmainnah.hassyari1990@gmail.com
(Diterima: 20 April 2018; Direvisi: 13 Mei 2018; Disetujui: 3 Juni 2018)

Abstract
Americans and Buginese have the strategies to respond the compliment which are different from the
theory that proposed by linguists. The aims of this research were (1) addressing types of strategies used by the
Americans and Buginese to respond the compliments based on gender; and (2) disclosing the effect of
complimentary responses in American and Buginese culture. The research data consist of English and Buginese
language. Data on English language were taken from the you tube that contained the strategies used by
Americans to respond the compliment, while Buginese data were gathered from the field by recording DCT
questionnaire. Both types of data were analyzed by using descriptive qualitative. The result of research showed
that (1) complimentary responded strategies used by American and Buginese were applying the complimentary
responded category of Holmes (1988, 1993). Other wise, the types of the complimetary respond that used by
Buginese, such as joke and social norm did not appeart in this theory. Both American males and females tended
to respond the compliments by acceptance, while females Buginese tended to accept the compliments by
showing solidarity between interlocutor and reject the compliment to avoid self-praise. Males Buginese tended
to accept jokes not compliments in. (2) the exsistance of Culture played important roles to respond the
compliments to nor the Americans orBuginese. The Americans responded the compliments with simple answers
and accepted them as the princip of informality and equality. Buginese prefered to respond the compliments
with other compliment or inferiority because they were leaning on the principle known as ‘sipakatau’,
sipakalebbi’, and ‘sipakainge’.
Keywords: compliments, strategies, gender, culture

Abstrak
Dalam merespons pujian, orang Amerika dan orang Bugis memiliki strategi yang berbeda dengan
teori yang telah diusulkan para ahli. Penelitian ini bertujuan (1) menunjukkan jenis strategi yang digunakan
oleh orang Amerika dan orang Bugis dalam merespons pujian berdasarkan jenis kelamin dan (2)
mengungkapkan pengaruh budaya orang Amerika dan orang Bugis ketika merespons pujian. Data penelitian
terdiri atas bahasa Inggris dan bahasa Bugis. Data bahasa Inggris diambil dari video youtube yang
mengandung kalimat respons pujian oleh orang Amerika. Sementara data bahasa Bugis diambil dari lapangan
melalui proses rekaman dan kuesioner DCT. Kedua data dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) respons pujian oleh orang Amerika dan orang Bugis masih
mengaplikasikan kategori respons pujian dari Holmes (1988, 1993) Namun, di sisi lain terdapat tipe respons
pujian bahasa Bugis yang tidak dijelaskan dalam teori, yaitu tipe bergurau dan norma sosial. Baik laki- laki
maupun perempuan Amerika lebih cenderung merespons pujian dengan tipe menerima, sedangkan perempuan
Bugis lebih cenderung menerima untuk menunjukan solidaritas terhadap mitra tutur dan menolak pujian untuk
menghindari sikap meninggikan diri. Sementara laki- laki Bugis cenderung bergurau daripada menerima
pujian. Laki- laki Bugis juga cenderung menolak pujian. (2) Kehadiran budaya sangat berpengaruh dalam
merespons pujian, baik oleh orang Amerika maupun orang Bugis. Orang Amerika merepons pujian dengan
jawaban sederhana dan cenderung menerima pujian karena mereka berpegang pada prinsip informal dan
kesetaraan, tetapi orang Bugis cenderung merespons pujian dengan kembali memuji atau dengan merendah diri
karena mereka bersandar pada prinsip yang mereka sebut sipakatau, sipakalebbi,dan sipakainge.
Kata-kata kunci : pujian, strategi, jenis kelamin, budaya

INTRODUCTION communication. According to Ziaei


The term of a speech act is defined (2012), a speech act has two kinds of
as an utterance as a functional unit in meaning: proposition or locution meaning

81
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 81—95

and illocutionary meaning. For example, response in some countries. The strategies
"The phone is ringing," the propositional of compliment response and some
meaning is what it says about the ringing particular factors affecting compliment
of a telephone. The illocutionary meaning response such as age, gender, education,
is what the speaker intends, for example, a etc become the crucial issues in
request to answer the telephone. conducting research on compliment
Furthermore, someone performs speech response. Lorenzo- Duzin Ebadi& Salman
acts in offering an apology, greeting, (2015), examined a corpus consisting of a
request, complaint, invitation, compliment, thousand compliment responses by British
or refusal. A speech act is also showed in and Spanish male and female
utterance as in "Hey, I really like your tie!" undergraduates. The results showed the
to serve compliment or in sentence “you existence of cross- cultural and cross-
are very kind” to present a praise to gender similarities as well as difference
someone. Speech acts include real- life among four groups of subject. For
interactions and require not only example, Spanish makes tended to upgrade
knowledge of the language but also compliments ironically (a type of
appropriate use of that language within a compliment response absent in the British
given culture. data) more frequently than their female
Compliment is one of the counterparts.
utterances that people often use in Katsuta (2012), did research on
conversation through language. As compliment responses related to topic of
mentioned earlier, compliment is one of compliment. His research investigated the
speech acts which serve expression or role of compliment topic by analyzing
positive evaluation that commonly occurs compliment responses between Japanese
in everyday conversation encounters and American college students. The result
among the interlocutors. Holmes in Wu denoted that compliment responses can be
(2008), defined "A compliment is a speech seen as solutions for maintaining a balance
act which explicitly or implicitly attributes between (1) a preference to avoid self-
credit to somebody other than the speaker, praise and (2) a preference to accept or
usually the person addressed, for some agree with the compliment. Building on
good (possession, characteristic, skill, etc.) studies showed that response strategies can
which is positively valued by the speaker be influenced by compliment content and
and the hearer". Compliment is often context, the study analyzed responses to
found in daily conversation within people compliments on ability, achievement,
in the society. A compliment may be used belongings, appearance, and personal
to open a conversation or to smooth characteristic by determining the subject’s
conversational interaction by building up choices of response strategy categorized as
the links of solidarity among the acceptance, avoidance, or rejection for
interlocutors and as well as a compliments each compliment topic.
used to create a good social relationship. Ibrahim &Riyanto (2011),
Someone used a compliment which relates compared the compliment response
to personal, appearance (e.g., clothes, between American and Indonesian. Their
hair), possessions, skill, or research resulted that both of American
accomplishments. Knapp et al in and Indonesian have different and similar
Shahsavariaet al (2014), defined that way of expressing responses to
Compliment responses mainly give back compliment. The difference might be due
the social-cultural standards and varieties to the different cultural background.
of certain speech communities. Although there were some similarities, the
Some previous researches were frequencies of each type could give a
conducted related to issue of compliment clear insight on the role of those different

82
Strategi Respons Pujian …. (Mutmainnah Hasyari)

cultural backgrounds. Both the American underlying culture’s background related to


and Indonesian respondents used ten types varied topic of compliment.
of compliment responses, eight of them
were based on Herbert’s categories, the
others were the Indonesian respondent LITERATURE REVIEW
only. The eight types were Appreciation This chapter deals with three parts.
Token, Comment Acceptance, Praise First, it concerns with brief reviews of
Upgrade, Reassignment, Return, Scale some related studies previously conducted
down, and No Acknowledgment. The on compliment response. Second, it relates
other two were promise and hope. on the underlying concept that frames as
Furthermore, the research found that the well as some related ideas in this study.
status became an important variable in Third, it presents the theoretical
giving response to compliments. framework which shows how the
Appreciation Token were used more by underlying concept in this study is related
the Indonesian and American subordinates to the questions investigated in this
than by their superiors. On the other hand, research.
Comment Acceptance were used more
often by both the Indonesian and
American superior. A. PREVIOUS STUDIES
Al- Falasi (2007) compared Arabic A number of investigations as
learners of English with English native inspired by Herbert’s extensive research
speaker. His result showed that there was on compliment response had been
no difference culture in the use of conducted comparing compliment
compliment. The difference happened responses. Daikuhara (1986), had collected
when it came to compliment responses. 115 compliments of natural conversations
For instance, according to Ghawi (1993), by 50 native speakers of Japanese. His
in Arabic South Africa, English speakers investigation found that Japanese doing
more frequently accepted the compliment compliment seem to serve the addresser’s
rather than rejected it. On the other hand, compliance to the recipients and this may
Asian non-native speakers of English madedistance between both interlocutors.
prefered to reject the compliment, as they In order to maintain harmony between
difficulted in responding appropriately the them, the recipients tend to reject or
compliments. deflect the compliment.
Chen (1993), compared the Chen (1993), compared the
compliment responses produced between compliment responses produced between
American and Chinese. In his American and Chinese. In his
investigation, He used DCT (Discourse investigation, He used DCT (Discourse
Completion Test) questionnaire to the Completion Test) questionnaire to the
respondents of his research to gain the respondents of his research to gain the
objective of his investigation. His result objective of his investigation. He found
found that Chinese used rejection, higher that Chinese used rejection higher than the
than the Americans. It is about 95.73%.. Americans. It is about 95.73% . On the
On the other hand, the category of other hand, the category of acceptance was
acceptance was only 4.4%.. only 4.4% from the compliment responses.
Based on that topic above, this Later on, Gajaseni (1994), had
research aimed to show various strategies compared the compliment responses
of compliment response used by American produced by American and Thais. He used
and Buginese based on gender. Likewise, Discourse Completion Test (DCT), the
this research alsaimed to reveal the same methodology which was used by
Chen (1993). He conducted an analysis of

83
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 81—95

different compliment response types which used more by the Indonesian and
consist of acceptance, rejection, and American subordinates than by their
indirection. The result of his study denoted superiors. On the other hand, Comment
that the Americans used acceptance type Acceptance were used more often by both
responses significantly more frequent than the Indonesian and American superior.
the Thais. Lorenzo- Duz (2001), had
Nelson et al., (1996), had examined a corpus consisting of a
investigated compliment response concern thousand compliment responses by British
to gender. They analyzed the similarities and Spanish male and female
and differences of compliment responses undergraduates. The results showed the
between the Egyptians and the American existence of cross- cultural and cross-
by interview sessions. One of the purposes gender similarities as well as difference
of the research was concerning the gender among four groups of subject. For
of the compliment giver and the recipients. example, Spanish tended to upgrade
His respondents were 20 American compliments ironically (a type of
students and 20 Egyptian students; which compliment response absent in the British
all of them were men and women students. data) more frequently than their female
The result indicated that their patterns of counterparts (Ebadi and Salman, 2015).
compliments were similar primary Hiba Qusay Abdul Satar and
adjectival and it was being the reason for Salasiah Che Lah (2009), had investigated
the positive meaning. Besides that, the a research concern to compliment
study furthermore showed that the responses in English among Iraqi
Americans produced compliments more Postgraduate at University Sains Malaysia
commonly as to the Egyptians. (USM). He attempted to show whether the
The similar research also respondent will produce compliment
investigated by Ibrahim and Riyanto response in the same time with pragmatic
(2000). They compared compliment transfer process. Their research resulted
response between American and that this certain group had adapted
Indonesian. Their research resulted that differences types of compliment responses.
both of American and Indonesian have Definitely pragmatic transfer was existed
different and similar way of expressing in compliment responses produced by the
responses to compliment. The difference respondent. Both researchers concluded
may be due to the different cultural this might happens due to the respondent’s
background. Although there were some lack of knowledge of different
similarities, the frequencies of each type sociolinguistic rules among cultures.
could give a clear insight on the role of Besides that, it could also because of the
those different cultural backgrounds. Both respondents’ dependence on their mother
the American and Indonesian respondents tongue sociolinguistic norm in presenting
used ten types of compliment responses, speech act in the target language.
eight of which were based on Herbert’s A research under the title “The
categories, the others were used by the Role of Compliment Topic and
Indonesian respondent only. The eight Compliment Response” was conducted by
types were Appreciation Token, Comment Katsuta (2012). His study investigated the
Acceptance, Praise Upgrade, role of compliment topic by analyzing
Reassignment, Return, Scale down, and compliment responses between Japanase
No Acknowledgment. The other two were and American college students. The result
promise and hope. Furthermore, the denoted that compliment responses can be
research found that the status became an seen as solutions for maintaining a balance
important variable in giving response to between (1) a preference to avoid self-
compliments. Appreciation Token was praise and (2) a preference to accept or

84
Strategi Respons Pujian …. (Mutmainnah Hasyari)

agree with the compliment. Building on recognized by the types of evaluative


studies showing that response strategies behavior and the uninformity of abstract
can be influenced by compliment content patterns of variation respect to certain
and context, the study analyzed responses levels of usage. Basically, a speech
to compliments on ability, achievement, community must at least share rules for
belongings, appearance, and personal speaking because members of a speech
characteristic by determining the subject’s community may not use the rules of
choices of response strategy categorized as language in the same way.
acceptance, avoidance, or rejection for Sociolinguistically, Language and
each compliment topic. human kind are related to each other. As
It can be seen that the number of one of important things in communication,
researches or investigations done on language is used by society to interact with
compliment and compliment responses. others. The study of relationship between
Though, none of them was associated and language and society is called
compared it with local language especially sociolinguistics. Several scholars describe
in Buginese language in Pinrang Regency sociolinguistics such as, Hymes (1974: vii)
and based on gender. Hence, this research defined sociolinguistic connected between
attempts to study the comparison of the laguage and society with the aim to make a
Buginese and Americans’ responses to better understanding of the structure of
compliments. The researcher will focus on language and the function of laguage and
the strategies of compliment response from the function language in communication.
two groups in term of their gender. On top Additionally, William Downes (1984: 15)
on that, this research will aim at inferring defined sociolinguistics as the part of
the respondent’s perspective behind the linguistic which studies about properties of
culture’s backgrounds of choosing certain language and languages which require
types of compliment response by virtue of reference to social, including contextual
the topic compliment response. factors on their explanation. Summarily,
sociolinguistics concerned with the use of
language in relation to social dimension
THEORETICAL BACKGROUND that involves the social relationships of
social community. It means that
The term of speech community sociolinguistics is connected with the way
should be advanced. One of the researcher people use language when they interact
denoted that a speech community is a each other so that it can be seen what the
group of people who attribute a set of language patterns are and how they are
norms about the use of a language or used in any situation of communication.
languages (Gumperz in Chaika, 1994: Therefore, investigating the way people
309). Meantime, Fishman (1972), use language in different social contexts
assigned the definition of a speech results a great of information about the
community is all members or group of way language applies, as well as relate to
people who serve a single of variety and the social relationships in any community.
it’snorms appropriately. Summarily, it can Thomas (1995: 22) had defined the
be concluded that a speech community is a term of pragmatics as meaning in
group of speakers which share a single interaction. He emphasized that meaning is
speech variety and has the same rule for not something which inherent in the words
speaking. In addition, Labov’s in alone, nor is it produced by the speaker
Wardaugh, 1998 defined of speech is not neither the hearer. It means that there is a
symbolyzed by any agreement of language changing process including the negotiation
elements. Likewise the participation in a of meaning between speaker and hearer,
set of shared norms. These norms are the context of utterance (physical, social,

85
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 81—95

or linguistic) and the meaning potential of a) To show admiration or approval


one utterance. Furthermore, Yule (1996) of someone’s work/ appearance/
defined that the term of pragmatics studied taste (Herbert, 1986).
about contextual meaning. This type of Example: I like your hat
study includes the interpretation of the This kind of compliment only
way people mean in a certain context and make a compliment to someone
how the context affects of what is said. It appearance and show the
also needs a consideration with who they speaker’s admiration.
are talking to, where, and in what b) To establishconfirm/maintain
circumstances. Thus, the benefit of solidarity (Wolfson, 1989). When
studying language in pragmatics are a stranger comes into a group and
understanding people’s intended meaning, makes the utterance in example
their assumptions, their aims or goals, and above, it also can be regarded as a
kind of actions that they performwhen they method to establish a new
speak to the interlocutor. friendly relationship in the group.
Basically, as Holmes (1992), said c) To replace greetings/gratitude/
that language has two purposes; referential apologies/congratulations
and affective. It denoted objective (Wolfson. 1983). When two
information of a referential kind and it can friends meet with each other, one
also express the feeling of someone. As an of them utters a sentence like;
interlocutor, in conveying something on Example: How are you today!
his or her mind, one has to make sure that This utterance has the same
the aim of the sentences that being used function of the greeting as “How
are relevant with interpretations and are you?”
perceptions about the roles of the d) To soften face threatening act
sentences themselves. This is one of the such as apologies, requests and
comprehensions that making appropriate criticism (Wolfson, 1983), if the
compliment response from one person to speaker makes some offence to
another is important. Holmes (1992) the hearer. He can use a
denoted that social factors have an compliment to change the topic
important role in the use of language in and soften the tense atmosphere.
human interaction. For some reasons, e) To open and sustain conversation
emphasis will be given to the users of the or conversation strategy
language, while others will concern with (Wolfson. 1989). If the
its uses which are the social setting and interlocutors are strangers, they
function of interaction. In particular can begin their conversation from
situations, the speakers and the recipients the compliments to open the
are important factors that need to be dialogues. It describes in
allowed for, whereas in other situations, example below;
the essential aspect is the setting or the Example :Hi, your English is very
social context. Additionally, the objective good, when did you begin to learn
of the communication maybe important, it?
while in other circumstances, the topic has f) To reinforce desired behavior
a control over the choice of language being (Manes, 1981). It is usual in daily
used in a conversation. life.
Wu in 2008, concluded six types of Example: “How nice your ear
compliment based on its’ function, they rings are!” “Where did you buy
were; them?”
Investigation through the topic and
structure of compliments has been done by

86
Strategi Respons Pujian …. (Mutmainnah Hasyari)

Knapp et al., (1984). He denoted that most A compliment is a speech act


compliments are given to interlocutor or to which explicitly or implicitly attributes
the recipients of the same age and social credit to someone other than the speaker,
status. On top of that, according to Herbert usually the person addressed, for some
(1989), in American English, Agreement ‘good’ (possession, characteristic, skill,
responses happen just about one third of etc) which is positively valued by the
the time and generally. Major compliment speaker and the hearer (1986: 485)
topics can be classified into three From the descriptions before, it is
categories based on objet of compliments; easy to see some principles that define
appearance/pessesions, compliments: it is a polite speech act, it
performance/skill/abilities, and personality can be direct or indirect, which means it
traits (Manes &Wolfson, 1981, Knapp et can has an explicit form meaning that
al., 1984, Wolfson, 1989, Herbert, 1998). people can distinguish it quickly, or it can
Compliments in certain situations has not an obvious structure. However,
have different meanings and functions. people still regard it as a compliment, only
Basically, they usually use as a politeness if it can attribute credit to someone
strategy to make other feel comfortable according to its implicit meaning, and the
and maintain the conversation. Talking last, it is given to others, not to the
about the compliments in Asians countries, speakers themselves.
as stated by Kartomihardjo (1978), a Pomerantz (1978) was the first
speaker tend to be careful in performing researcher who studied the compliment
compliments to someon. As Asian people, responses. In her research finding, she
compliments are not quite general. denoted that, in American English, the
According to his perspective, a close addressee of a compliment faces two (2)
relationship between the speaker and the contradiction conditions which pose a tight
recipient is an important condition before spot when responding it; (A) Agree to the
compliment is expressed. The closer speaker, and (B) Avoid self- praise. For
relationship both of them possess, the instance, the addressee agrees with| the
more openness they have in stating their addresser by accepting the compliment
compliments to one and another. praise (condition A), it breaks condition B
Longman Dictionary of in that the response goes against the
Contemporary English (2004), speaker’s sociolinguistic expectations.
Compliments are very important speech However, when the addressee does not
act and cooperative strategy in humans agree to the compliment in order to follow
live. It has three kinds of meanings namely condition B, the response can be
to express admiration of someone or considered as face- threatening since it
something, to show that we trust someone breaks condition A the addressee of the
else and have a good opinion of them, to compliment implements a variety of
express praise, or good wishes (Wu, solutions to overcome this clash,
2008). categorized by Pomerantz as (1)
Acceptance, (2) Rejection, (3) Self- praise
In the free dictionary (2008), Avoidance.
compliments have the same meaning: they Leech (1983) showed his
can be expressions of praise, admiration, compliment response research by
or congratulation; they can be formal act recognized model of politeness. He stated
of civility, courtesy, or respect; or they can that one way for speakers to breach
be good wishes; regards (Wu, 2008). Some conversational principles is to be polite.
researchers have made some definitions Hence, he proposed six maxims to account
about compliments, Among the famous for a variety of response compliments,
and standard one is Holmes’ version: such as accepting, returning, mitigating,

87
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 81—95

primary use of the rejecting by the


Macro Micro level of Examples
Mandarin interlocutors (Chen, 1993).
level of CRs
After analyzing American English
CRs
speaker’s compliment responses, Herbert
Accept  Appreciation  “Thankyou”,
(1986) reform Pomerantz’s taxonomy.
token “yes” Within 3 years, he collected more than a
 Agreeing  “yes, I really thousand samples of compliment
utterance like it”,“I responses of the American college
know” students.
 Downgrading  “It’s not too Similar findings are provided by
bad is it” Holmes (1988). Holmes believes that “a
 Return  “you are compliment not only makes a positive
Compliment looking good assertion, it also attributes credit to the
too” addressee in relation to that assertion”
Reject  Disagreeing  “No, it was (492). Based on this assumption, she
utterance good” developed three categories of compliment
 Question  “Really?” responses.
accuracy
 Challenge  “Don’t lie” Holmes’ (1988, 1993) taxonomy of CR
sincerity strategies
Avoid  Shift Credit  “My mother
knitted it”. Humans can be categorized into
 Invormative  “It was not male and female in terms of biological sex.
Comment hard” It is looked from their sex organs and
 Request  “Do you genes. Besides that, by using gender to
reassurance really think divide humans, it can be adopted a
so?” psychological and cultural term which
and rejecting, by the application of one or involves the subjective feelings of
more than one maxim. For instance, maleness and femaleness. Meanwhile,
accepting compliment can be considered gender also refers to society’s evaluation
as adherence to agreement maxim; of behavior as masculine or feminine
returning compliments can be seen as an (Basow et al., 1992). There are differences
application of the Agreement Maxim and between women’s and men’s voices that
the Approbation Maxim; offering object of have been studied from some aspects. In
compliment or help as application of the terms of biological aspects, men and
Agreement Maxim; deflecting a women have the different physical vocal
compromising strategy between the needs tract, therefore, the voice of women is
to sticks onto the agreement Maxim and various from men. For example, on the
the Modesty Maxim; and rejection as pitch, women usually speak with a high
Adherence to the Modesty maxim. pitch because women have short and thin
Brown and Levinson (1987) also vocal folds while men speak at a low pitch
proposed model of politeness in western (Graddol& Swann, 1989:15).
context, accepting compliment shows the There are differences between
addressee’s face wants because the former women’s and men’s voices have been
anoints the face of the recipients to be studied from some aspects. In terms of
approved and liked. Still, the model which biological aspects, men and women have
proposed by them cannot clarify the the different physical vocal tract, therefore,
implementation of other kinds of the voice of women is various from men.
strategies, such as returning, or deflecting For example, on the pitch, women usually
by English speakers (Holmes, 1988) or the speak with a high pitch because women

88
Strategi Respons Pujian …. (Mutmainnah Hasyari)

have short and thin vocal folds while men method. According to Sugiyono (2010),
speak at a low pitch (Graddol& Swann, the purpose of the research wasobtaining
1989:15). Spender’s view in terms of an accurate profile of the people, events or
social aspect of voice, mentioned that there situations. So it guided the researcher to
were differences between women and explore the data in comprehensive,
men. Men usually use lower pitched voice extensive and deep waysThrough this
not only because the anatomy but also research, the writer finally analyzed the
their will to use the low pitched voice data andexplained explicitly the strategies
(Graddol& Swann: 1989:18). For men, of compliment response that used by
using the high pitched voices will be American and Buginese based on gender.
regarded as ridicule which will destroy
their images. The lower pitched voices are B. Source of Data
regarded as more confident and dominant There were two kinds of data in
than higher pitched ones in men’s this research. The first data was American
opinions. In society, men are usually the data. It was gained by the conversation of
authoritative group. They are the center of the Americans in video youtube.com. All
the society and the dominance while videos related to the compliment responses
women are usually the subordinate groups which had been downloaded. The second
in the society. bSome differences between data was Buginese data. It was gathered by
men and women in speech act have been using a Discourse Completion Test. DCT
found (Coupland, 2000); questionnaire according to Blum- Kulka in
a. Women are more socially Duan (2011), is designed to get
engaged cooperative and compliments response patterns of the
constructive than men; participants in the questionnaire. It was
b. Women are more silent than carried on to draw out compliment
men in public, so they are a responses based on the topic of
muted group; compliment. Besides that, the Buginese
c. Women ask more questions than data was also gained by recording. The
men in speech pattern; researcher did recording earlier. The
d. Women are interrupted more researcher was recorded the dialogue
than men; which contained of compliments response
e. Women have different choices naturally. Therefore, in this research, the
and frequency of the lexical analyzed data were the data that was
items from men; gained from a DCT of the questionnaire
f. Women use more politeness and observation.
behaviors than men.

METHODOLOGY C. Procedures of Collecting Data


In collecting data, first of all, in
A. Research Design Buginese data, the researcher dealt out a
This research aimed to find out the questionnaire to the participants. In this
strategy in responding the compliment in step, the researcher applyed a DCT and
American and Buginese. The researcher recording to draw out data which was
used two sources of data which were related to this research. Meanwhile, the
American compliment responses that was American data was gained by downloaded
found inyou tube video and Buginese all conversation videos dealt with
compliment response carried out by compliment response in video
speakers in the field of social situation and youtube.com. Then it was transcribed. The
Discourse Completion Test (DCT). The topic of compliment should be equal in
writer applyedqualitative descriptive order to make iteasy to be analyzed and

89
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 81—95

compared both of the data by the Holmes (1988, 1993) taxonomy. Chen
researcher. (1993) noted that Holme’s taxonomy
reflected the insight Pomerantz’s (1978)
D. Technique of Analyzing Data constraints: the need to agree with the
In technique of analyzing data, the complementer motivated the acceptance of
researcher used some techniques in order a compliment, the need to avoid self-praise
to answer the research questions in the first motivated the rejection of a compliment,
chapter. First, the collected data were and the need to strike a balance between
categorized into three types based on the two constraints led to the utterances
Holmes in Sadeghi&Zarei (2013), that mitigated the compliment by avoiding
Compliment Responses; Accept, Reject it.
and Avoid. Second, the identified data The data presented the compliment
were compared to show the difference responses by female and male Buginese
strategies between American and speakers which were collected by
Buginese. Last, the culture that influences Discourse Completion Test (DCT)
both of groups were identified related to questionnaire.There were some various
the response when they pay a compliment. data of compliment response that were
obtained by the writer. The data were
taken from Buginese society in Pinrang.
FINDINGS AND DISCUSSIONS There were various responses that found in
According to this research, the the data. The first datum was the
result revealed that American in participant who were involving in the
responding the compliment still applyed male’s response to female complementer
the type of compliment response proposed with possession topic of compliment such
in the theory. However, on the other hand, as, “de’, anu masempo iye e (no, it’s
there were two types of Buginese cheap)”. The next datum was the same
compliment response uncovered by theory. kind of participant but different topic. The
They were joke and social norm and topic was appearance topic of
theothersthatcharacterized as Accept compliment. From the six participants,
(appreciation token, agreeing utterance, most of them avoid the compliment as well
downgrading and returning compliment), with the general response “malebbi pi pute
avoid (shift credit, informative comment, ta’ na iya’ (You are brighter than me)”.
request reassurance) and reject These responses showed that the
(disagreeing utterance, question accuracy, participants tended to avoid the
challenge sincerity) which have been compliment in informative comment. It
covered by the theory. was based on Holmes’ (1988, 1993)
This part presented the strategies of taxonomy of compliment response
compliment response that used by the strategies in avoiding and its micro level
speakers of Americans and Buginese was informative comment. In this datum,
people. The findings of the research were the participants was the male who gave
presented in some of tables based on response toward another male as
Holmes’ classification in compliment complimenter. His response was “mmm,
response. Each of the table shows the maccobi- cobi mo tu, Sappo (you’ re
response of speakers and classifies them kidding me,Bro)” . This response tended to
based on the speaker’s perspective accept the compliment in agreeing
(acceptance, avoidance or rejection)in utterance, return compliment and joke.
obviously different topic (appearance, Agreeing utterance and return compliment
possessions, ability and personality traits). was based on Holmes’ (1988, 1993)
The responses of compliment in taxonomy, but joke was not find in
this research were categorized based on Holmes (1988, 1993) taxonomy and it’s

90
Strategi Respons Pujian …. (Mutmainnah Hasyari)

also less in frequently used by American. you”. It showed the acceptance response
The next datum was the female participant as well. Based on the American data, in
who gave response to male who delivered responding to compliment, American tend
compliment or as complimenter. The topic to accept the compliment rather than
of this compliment was personality traits. rejected or avoid. The way they response
her response to the compliment was the compliment was based on Holmes
“makanja tongeng ga? (do you think taxonomy of compliment response. Once,
so?)”. They responsed the compliment by in some case, they avoided or rejected the
using avoid strategy. The other datum was compliment as the researcher found “no, I
the female participant who gave respons don’t think so” or avoiding “you really
toward another female who as think so?”. But it was less rejection
complimenter. The topic of the frequently rather than accepting the
compliment was ability. The female compliment.
participant’s response was “de’to
namakanja ladda bateku (I didn’t do it A compliment is a speech act
well)”. Her response tended to reject the which explicitly or implicitly attributes
compliment that was given to her. This credit to someone other than the speaker,
response was based on Holmes (1988, usually the person addressed, for some
1993) taxonomy. These Bugiese data ‘good’ (possession, characteristic, skill,
showed that the Buginese responses etc) which is positively valued by the
which were uttered by female and male speaker and the hearer ( Holmes’ , 1986:
were appearance, possessions, ability and 485). Compliment response is a verbal
personality traits of topic compliment. In acknowledgement that the recipients of the
Buginese data the result showed varied compliment hear and react to the
responses. A number of data followed the compliment (Nelson et al., 1996).
Holmes taxonomy of compliment and Holmes developed three categories
some of them were not. Such as, when of compliment responses; accept, reject
Buginese responsed the compliment by and avoid. In acceptance, there were four
joking which it wasnot existed in Holmes micro levels, they were appreciation token,
taxonomy. While Americans in responding agreeing utterance, downgrading utterance
the compliment had their own ways. It and returning compliment. In rejection,
could be looked on the data. The first there were three micro levels, they were
datum was between male (recipient of disagreeing utterance, challenge sincerity
compliment) and female (complimenter). and question accuracy. In avoidance, there
The topic of compliment was appearance. were three micro level, they were shift
The response of this datum was “yeah, credit, informative comment and request
thank you” . The next datum was about reassurance.
possession topic of compliment. This Both American and Buginese data
utterance was uttered by male (recipent of were analysed based on Holmes’
compliment) and another male compliment response categories. The
(complimenter). His response showed the result of this research showed that both of
acceptanece as “humm, thanks”. The next speakers Buginese and American used
one was between female and male in three types of compliment responses;
ability topic of compliment. The response accept, avoid and reject. The response
when she got a compliment from another types between two groups were varied.
male was ”smiling and nodding” which According to Holmes (1988), American
indicated acceptance response. The datum tended to response the compliment with
about personality traits topic of simple way such as “thank you” to accept
compliment that the researcher found was the compliment, or “no, thanks” to reject
“ouh, it’s very ice of you to say so, thank the compliment. But in Buginese, most of

91
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 81—95

them used various responses either in compliment. They rejected the compliment
acceptance, avoid or reject the by using disagreeing utterance type. In
compliment. A unique response which appearance topic of compliment, male
was delivered by Buginese when they tended to avoid the compliment. They
were got praised or compliment by their avoided the compliment by using shift
interlocutor. Those responses were joke credit type. In ability topic of compliment,
and social norms. These responses did not male tended to accept the compliment. In
exist in Holmes taxonomy of compliment personality traits topic of compliment,
response categories. Buginese used joke male tended to accept the compliment.
response when they tried to accept the When female Buginese got compliment
compliment but they did not want to be from male, they tended to accept the
considered as a self - praise, therefore, compliment in possession topic of
they preferred to use joke. It could be seen compliment. In appearance topic of
in this data, the compliment was “makanja compliment, female tended to accept the
ladde’ presntasi ta, de’ na sala ko runtu’ki compliment. In ability topic of compliment
nilai matanre (good presentation, you female tended to avoid the compliment. In
deserve to get a good mark)” The response personality traits, male tended to accept
was “hum, maccobi- cobi mo tu’ bro (you the compliment. When female
are kidding me, Man)”. Buginese tended Buginese got compliment from another
to use this response in topic compliment of female, they tended to accept the
appearance. compliment in possession topic. In
Besides that, Buginese also appearance topic of compliment, female
responded the compliment which related to tended to avoid the compliment. In ability
social norms. This response occurred topic, female tended to accept the
mostly in personality traits topic compliment. In personality traits topic of
compliment. It could be seen in the data, compliment, female tended to accept the
“you are very good boy/girl, we do not compliment. Different with Buginese,
know how to thanks to you”. The response Female and Male Americans tended to
was “de’ to na marigaga to pada sitolong accept the compliment almost in every
memang satu pada tta rupa tau (it’s ok, we topics of compliment. It based on the other
help each other). Buginese tended to use compliment response by the other
this response excessively in personality researchers in the past few years.
traits. American tended to accept the compliment
When Buginese Male got and gave simple response. It could be seen
compliment from another Male, they in the data,“hi Josh, nice beard”, and the
tended to reject the compliment in topic of response was “oh, thanks”.
compliment possession. They rejected the In the east culture, especially in
compliment by using disagreeing utterance Buginese, had different way in responding
type. In topic of appearance, male tended the compliment. Most of them responsed
to avoid the compliment. They avoided the the compliment with rejection or avoided
compliment by using shift credit type. In to give respectful or modesty responses
topic of ablity, male tended to accept the and to minimized the praise which was
compliment. They accepted the response given to them. Rejection responses by
by using return compliment type. In topic Buginese didn’t mean that they
of personality traits, male tended to accept disrespectedthe speaker or the one who
the compliment. They accept the gave compliment. It showed that Buginese
compliment by using social norm type. had his/her own way to response the
When Buginese Male got compliment compliment and to honor the speaker.
from female, they tended to reject the The influence of culture is
compliment in possession topic of significantly affected the response of the

92
Strategi Respons Pujian …. (Mutmainnah Hasyari)

compliment which was delivered by two


groups (American and Buginese). In The CONCLUSIONS AND SUGGESTION
exploration of Buginese ancestor revealed According to previous findings and
some philosophy or value as a basic of discussions, the researcher drew some
Buginese culture. It was bequeathed from conclusions. First, data of American
one generation to the next generation. compliment responses completely worked
They were bequeathed by advising or with the categories of compliment
giving them messages. In Buginese, it was response that proposed by the theory. On
called pasang. In doing social interaction, the other side, the types of compliment
Buginese always hold on to message of responses in Buginese data were also
sipakatau, sipakalebbi, and sipakainge or realized by the category of compliment
3S. These three messages influence responses. However, there were some
theirconversation cultural. Sipakatau types of compliment responses uncovered
means that we as human have to respect by the theory. They were about joke and
each other in any conditions without social norms. Second, data of American
looking their position. Nowadays, the showed that there was no difference
culture was found rarely in the society of response strategies between female and
Buginese. Sipakalebbi means that we have male when theyresponsed the compliment.
to give appreciate to other people. We Both of them used simple response and
have to give praise to someone who has they tended to accept the compliment in
excesses. Sipakainge’ means we have to every topic of compliment. Meanwhile,
remain each other to build a good relation. Buginese female and male used difference
Otherwise, American had a different strategies in responding the compliment.
culture and value with east culture Last, the culture of two groups was very
especially in Buginese. American culture affect in responding the compliment.
differed with Buginese which Buginese American tended to accept and respond the
always pay attention with the politeness, compliment by using simple way because
the face and the feeling of the interlocutor. they leant on their culture which was
Americans didn’t pay attention of that. equality and informality. Meanwhile,
Americans who lean on equality value Buginese leant on their own culture which
believed that everyone is created equal and called sipakatau, sipakalebbi, and
has the same rights. This valued was sipakainge’. Based on the research finding
included women as well as men of all above, there were several points thatcould
ethnic and cultural groups. Therefore in be recommended to the reader such as;
this research, either male or female first,responsed the compliment should
American in responding the compliment properly use according to the situation and
they tended to response the compliment by background of culture. It actually should
simple response such as “thanks”, ”thank not use freely. Second, the readers should
you” or “yes”. It could be seen in the data have good comprehension in analysing
81: “wow, you are great skier” and the context. At last, for the next researchers
response is “thanks”. Besides that, who want to study about compliment
Americans also lean on informality value. response, they can explore more detail
It means that American lifestyle is about compliment response especially in
generally casual, informal and friendly. In other variables such usage, education, and
sum up, every country had unique etc.
strategies in responding the compliment. It
depended on what the background culture BIBLIOGRAPHY
they have whom they speak with and what Al- Falasi H. 2007. “Just Say Thank You:
the conditionin. A Study of Compliment

93
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 81—95

Responses.” The Linguistic Hymes, D. H. 1974. Foundations in


Journal, 2 (1): 28--42. Sociolinguistics: An Ethnographic
Chen R. 1993. “Responding to Approach. Philadelphia: University
Compliments: A Contrastive Study of Pennsylvania Press.
of Politeness Strategies between Ibrahim &Riyanto T. 2011. “A
American English and Chinese Sociolinguistic Study of
Speakers”. Journal of Pragmatics, Compliment Responses Among
20:49--75. Americans and Indonesians and Its
Basowet al.1992. Gender, 3rdedtion. USA: Implications for Teaching
Brooks/ Cole Publishing Company. English.” K@ta, 2 (1): 21- 30.
Brown,P& Levinson, S. 1987. Politeness: Katsuta H. 2012. The role of Compliment
Some Universals in Language Response (Dissertation and
Usage. Cambridge: Cambridge Theses). Japan: Portland State
University Press. University.
Duan Y. 2011. A Pragmatic Research Leech, G. N. 1983. Principles of
Report on Compliment Speech Act. Pragmatics. New York: Longman
Finland: Academy Publishers. Group Limited
Ebadi& Salman. 2015. “Using Lorenzo- Dus. 2001. “Compliment
Compliment Responses in Arabic response among British and
and English: Focusing on Male and Spanish University students: a
Female EFL Learners in Iraq.” contrastive Study”, Journal
Journal of Applied Linguistic and Pragmatics, 33, 107--127.
Language Research, 2 (7): 157- Nelson,G. et al. 1996. “Arabic and English
178. compliment responses: potential
Fishman,J. A. 1972. The Sociology of for pragmatic failure.” Applied
Language. Massachusetts: Linguistics,17(4), 411--432.
Newbury House Publishers Pomerantz, A. 1978. “Compliment
Gajaseni,C. 1994. A contrastive study of Responses, Notes on The Co-
compliment responses in American Operation of Multiple
English and Thai including the Constraints”, in Schenkein, J.
effect of gender and social status. (ed.), Studies in the Organization
Dissertation.University of of Conversational Interaction,
Illinois at Urbana- Champaign. pp.79--112, London: Academic
Ghawi M. 1993. “Pragmatic Transfer in Press.
Arabic Learners of English.” Sadeghi & Zarei. 2013. Investigating the
Journal of Pragmatics, 1 (1): 39-- Use of Compliments in Persian and
52. English: A Case Study of Iranian
Graddol, D. & Swann, J. 1989. Gender EFL Students. Journal of Foreign
Voices. Oxford: Brazil Blackwell. Language Teaching and
Herbert, R.K. 1986. Ay “Say Thank You” Translation Studies, 2 (2): 30--49.
– Or Something, American Speech, Shahsavaria. et al. 2014. “Compliment
61, 76--88. Responses: A Comparative Study
Hiba. Q. &Salasiah C. 2009. A study of of Native English Speakers and
Compliment Responses in English Iranian L2 Speakers”. Journal of
among Iraqi Postgraduates. USM. Pragmatics, 98 (1): 1745--1753.
Holmes J. 1988. “Paying Compliments: A Sugiyono. 2010. Penelitian Kuantitatif,
Sex- Preferential Politeness Kualitatif dan R & D. Bandung:
Strategy.” Journal of Pragmatics, Penerbit Alfabeta.
12 (4): 445--465. Thomas, J. 1995. Meaning in Interaction:
an Introduction to Sociolinguistic,

94
Strategi Respons Pujian …. (Mutmainnah Hasyari)

fifth edition. Massachussetts: Yule, G. 1996. Pragmatics. New York:


Blackwell Publishing Ltd. Oxford University Press
Wardhaugh, R. 1998. An Introduction to Ziaei N. 2012. “Translation on the Basis of
Sociolinguistics, fifth edition. Frequency: Compliment and
Massachusetts: Blackwell Compliment Responses”.
Publishing Ltd. Translation Journal, 16 (3): 40--
Wu L. 2008. Gender-Based Differences in 55. Retrieved on May 18th, 2016.
compliments (Elective Course: Available from
Language and Gender). Sweden: http://translationjournal.net/journal
Kristiantad University. /61compliment.htm

95
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 97—107

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO BERBAHASA INDONESIA DI SMA


NEGERI 3 WAEAPO
(The Ability of Writing Indonesian Speech at SMA Negeri 3 Waeapo)

Nanik Indrayani
Universitas Iqra Buru
Jalan Prof. Dr. H.A.R. Bassalamah, SE. M.Si, Namlea
Pos-el: nanikindra83@gmail.com
(Diterima: 18 Mei 2018; Direvisi: 30 Mei 2018; Disetujui: 3 Juni 2018)

Abstract
Writing speech is one of the students’favorite subjects at SMA Negeri 3 Waeapo, Pulau Buru. This study
aimed to describe the students’ capability in writing Indonesia speech. This research was classified as
Classroom Action Research. The population of this study were 44 students of two classes of Class XII. Obtaining
the accurated data, this research used written test suchas writting the speech text by using ‘bahasa Indonesia
yang baik dan benar’ with theme that had been determined by the researcher. Then, the collected data would be
analyzed by using descriptive quantitative. The results showed that only one of 44 students got less then 65.
Thus, it can be concluded that students of Class XII of SMA Negeri 3 Waeapo Pulau Buru had capability to write
the speech texts by using ‘bahasa Indonesia yang baik dan benar’ and achieving the completeness criteria by
reaching more than 67 percent. This also could be seen in the score of other 43 students who got more than 65.
Keywords: Students, Speechtets, Indonesian Language.

Abstrak
Penulisan pidato merupakan salah satu mata pelajaran yang digemari sebagian siswa di SMA Negeri
3 Waeapo, Pulau Buru. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas XII dalam
menulis pidato berbahasa Indonesia. Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Populasi penelitian ini adalah siswa Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo Buru, yang terdiri atas dua
kelas dan berjumlah 44 siswa. Untuk mendapatkan data yang akurat, penelitian ini menggunakan tes tertulis
berupa teks pidato, dengan tema yang ditetapkan oleh peneliti, dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukan bahwa hanya 1 di antara 44 siswa yang dijadikan sampel penelitian memperoleh nilai di bawah 65.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo Pulau Buru telah mampu
menulis pidato dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan mencapai kriteria ketuntasan
yang ditetapkan sebanyak 67 persen. Hal ini juga dibuktikan dengan perolehan nilai yang mencapai 65 ke atas
yang diperoleh 43 siswa.
Kata-Kata Kunci: Siswa, teks pidato, berbahasa Indonesia.

PENDAHULUAN mendengarkan dengan baik apa yang


Bahasa adalah kunci pokok bagi diakatakan. Untuk itu keseragaman
kehidupan manusia di atas dunia ini, karena berbahasa sangatlah penting, supaya ketika
dengan bahasa orang bisa berinteraksi berkomunikasi berjalan lancar.
dengan sesama dan bahasa merupakan Menurut Tarigan (1986:21), menulis
sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat. adalah suatu usaha menurunkan atau
Adapun bahasa dapat digunakan apabila melukiskan lambang-lambang grafik yang
saling memahami atau saling mengerti, menggambarkan suatu bahasa yang
danerat hubungannya dengan penggunaan dipahami oleh seseorang, sehingga orang
sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita lain dapat membaca lambang-lambang
dapat memahami maksud dan tujuan orang grafik tersebut dan memahami bahasa dalam
lain berbahasa atau berbicara apabila kita grafik itu. Natawijaya (1979:9)

97
Totobuang, Vol.6, No. 1, Juni 2018: 97—107

mendefinisikan menulis sebagai usaha untuk kecakapan dalam menyampaikan kata-kata


menyusun buah pikiran dan perasaan atau kepada orang lain secara lisan. Menulis teks
tanda-tanda informasi yang diperoleh pidato dengan terampil haruslah dengan
melalui organisasi penulisan yang sistematis, tahap pelatihan menulis dengan proses
sehingga tema karangan atau tulisan yang mengekspresikan diri, menyumbangkan
disampaikan mudah dipahami pembaca. kecerdasan, mengembangkan daya inisiatif
Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan kreativitas, mengasah kecerdasan dan
dan ekspresif, dalam kegiatan ini seseorang proses berkomunikasi. Proses tersebut
penulis haruslah terampil memanfaatkan menjadikan keterampilan menulis teks
struktur bahasa. Keterampilan menulis ini pidatopun dapat terlaksana dengan baik.
tidak akan datang secara otomatis melainkan Dari uraian pendapat diatas tentang
haruslah melalui latihan dan praktik yang pidato, dapat disimpulkan bahwa berbicara
banyak. sangat berperan dihadapan suatu kelompok
Pembelajaran bahasa Indonesia masa. Dan seseorang yang memiliki
dalam kurikulum 2006 dijelaskan bahwa keterampilan berbicara akan dapat dengan
salah satu tujuan pengajaran bahasa mudah menyampaikan ide dan gagasannya
Indonesia, menuntut agar siswa mampu kepada orang lain, dan diduga ia akan
mengungkapkan secara sistematis, logis, dan berhasil mengemukakan gagasan itu
kreatif, pengalaman, gagasan, pesan, sehingga dapat diterima oleh orang lain, dan
pendapat, dan perasaan sesuai dengan untuk mewujudkan itu diperlukan langkah-
konteks dan situasi. Untuk mewujudkan langkah yang telah diuraikan diatas.
tujuan tersebut harus didukung oleh Berbahasa Indonesia yang baik
penguasaan bidang kebahasaan seperti adalah menggunakan bahasa Indonesia yang
penguasaan terhadap penggunaan bahasa sesuai konteks (pembicaraan atau penulisan).
Indonesia yang baik dan benar dalam Berbahasa Indonesia yang benar adalah
menulis teks pidato. Siswa diharapkan menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai
mampu menulis teks pidato dengan dengan kaidah (tata bahasa) bahasa
menggunakan bahasa yang baik dan benar, Indonesia. Bahasa Indonesia yang baik dan
baik dalam bentuk tertulis maupun lisan. benar adalah bahasa Indonesia yang
Depdiknas, (2001:2) menyatakan dalam digunakan sesuai dengan situasi
pembelajaran, masalah menulis teks pidato pembicaraan (yakni sesuai dengan lawan
yang sering ditemukan yakni masih banyak bicara, tempat pembicaraan, dan ragam
siswa yang belum mampu menggunakan pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang
bahasa yang baik maupun secara benar, berlaku dalam Bahasa Indonesia (seperti
terutama dalam menulis teks pidato. Pateda sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi,
(Alwi, 1997:30) mengatakan bahwa, “Kita istilah, dan tata bahasa).
berusaha agar dalam situasi resmi kita harus Keraf (1980:318) dalam buku
berbahasa yang baku. Begitu juga dalam komposisi, mengatakan bahwa untuk
situasi yang tidak resmi kita berusaha memiliki kemampuan berpidato yang baik,
menggunakan bahasa yang baku.” diperlukan persiapan sebaik-baiknya dan
Menurut Daryanto (1997:156), “Kata latihan secara teratur. Seseorang berpidato
keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti memberi informasi atau
mendapat imbuhan ke-an membentuk kata menyampaikan suatu pengetahuan kepada
benda yang berarti, kecakapan untuk orang banyak.
menyelesaiakan tugas kecekatan”. Penggunaan bahasa Indonesia yang
Sedangkan pidato adalah menyampaikan baik dan benar, khususnya dalam menulis
pikiran dalam bentuk kata-kata kepada orang teks pidato merupakan salah satu kegiatan
lain. Keterampilan pidato merupakan utama dalam rangka meningkatkan daya
98
Kemampuan Menulis Teks …. (Nanik Indrayani)

imajinasi seseorang. Kegiatan tersebut perlu dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
diperhatikan oleh para guru khususnya guru baik dan benar. Pemerolehan informasi dan
bahasa Indonesia agar siswa dapat berpikir data dijelaskan apa adanya sesuai dengan
untuk mewujudkan apa yang ada dalam fakta yang ada di lapangan.
pikirannya melalui kegiatan menulis teks Desain penelitian yang digunakan
pidato dengan menggunakan bahasa dalam penelitian ini adalah deskriptif
Indonesia secara baik dan benar. kuantitatif, yakni mengumpulkan,
Sesuai dengan hasil pra-penelitian mengelola, menganalisis, dan menyajikan
peneliti dengan guru Bahasa Indonesia, di data secara objektif mengenai objek
SMA Negeri 3 Waeapo Pulau Buru penelitian, yaitu kemampuan siswa dalam
khususnya kelas XII ditemukan bahwa menulis teks pidato bahasa Indonesia dengan
masih banyak siswa yang belum menyadari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
pentingnya penggunaan bahasa Indonesia benar pada siswa kelas XII SMA Negeri 3
yang baik dan benar dalam menulis teks Waeapo Pulau Buru.
pidato bahasa Indonesia maupun dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas. Banyak Definisi Operasional Variabel
siswa di sekolah tersebut khususnya kelas Untuk menghindari dari penafsiran
XII masih menggunakan bahasa Indonesia yang berlebihan terhadap penulisan ini,
bercampur dengan bahasa daerah ketika penulis memberikan batasan istilah yang
menulis teks pidato dalam mata pelajaran masih berkaitan dengan judul ini, sebagai
Bahasa Indonesia. berikut 1) Kemampuan berarti kesanggupan,
kecakapan, kekuatan untuk melakukan
METODE sesuatu. 2) Kemampuan menulis adalah
Jenis dan Desain Penelitian kemampuan menggunakan bahasa Indonesia
Berdasarkan judul penelitian ini, yang baik dan benar yang dituangkan dalam
yakni Kemampuan Menulis Teks Pidato tulisan atau teks. 3) Pidato adalah salah satu
Berbahasa Indonesia di SMA Negeri 3 ragam berbicara dalam bentuk lisan yang
Waeapo, peneliti ingin mengetahui berapa ditunjukkan kepada khalayak.
banyak jumlah siswa yang masih
menggunakan bahasa Indonesia bercampur Populasi dan Sampel
dengan bahasa daerah dalam menulis teks Populasi disebut juga keseluruhan
pidato. semesta (universal) dan dapat didefinisikan
Penelitian ini digolongkan ke dalam sebagai semua anggota dari satu kesatuan
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom orang. Kejadian atau benda yang kita jadikan
Action Research), yaitu suatu bentuk kajian sasaran generalisasi hasil penelitian kita
yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh menurut Borg dan Gali dalam Suharto
pelaku tindakan untuk meningkatkan (2008:64).
kemantapan rasional dari tindakan- Sampel adalah sebagian atau wakil
tindakannya dalam melaksanakan tugas dan dari populasi yang akan diteliti. Sampel
memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam penelitian ini mengacu pada pendapat
dalam praktik pembelajaran Hopkins dalam Arikunto (2010:43) bahwa apabila populasi
Muslich, (2010:8). Penelitian ini kurang dari 100 maka lebih baik diambil
menggunakan pendekatan kuantitatif. semuanya sehingga penelitiannya
Sementara itu, jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian populasi. Jika jumlah
deskriptif. Jenis penelitian deskriptif dipilih subjeknya lebih dari 100 dapat diambil
karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu antara 10—15% atau 20—25% atau lebih
untuk mendapatkan data mengenai tergantung situasi, kondisi, dan kebutuhan.
kemampuan siswa dalam menulis teks pidato
99
Totobuang, Vol.6, No. 1, Juni 2018: 97—107

Berdasarkan pendapat tersebut, maka keadaan seperti biasa ketika dalam


populasi dalam penelitian ini adalah menerima pelajaran.
keseluruhan siswa kelas XII SMA Negeri 3 Maka instrumen yang digunakan
Waeapo Tahun Ajaran 2017/2018. Jumlah dalam penelitian ini adalah berupa tes unjuk
subjek dalam penelitian ini terdiri atas satu kerja yaitu tes kemampuan siswa dalam
kelas yang berjumlah 44 siswa dengan menulis teks pidato, untuk memudahkan
rincian laki-laki 25 orang dan perempuan 19 subjek yang diteliti dalam menulis teks
orang. pidato. Maka instrumen penelitian
Populasi dalam penelitian ini bersifat dilengkapi petunjuk pengerjaan tugas yang
heterogen, yaitu setiap kelas memiliki telah dirumuskan, yaitu buatlah sebuah teks
kemampuan yang berbeda. Pembagian kelas pidato dengan ketentuan sebagai berikut 1.
berdasarkan jumlah kelas yang ada, untuk Tulislah nama dan kelas di kertas yang telah
mendapatkan sampel yang representatif, disediakan. 2. Tulislah salah satu teks pidato
penarikan dengan stratified random dengan topik berikut a) kebersihan
sampling, yakni penarikan sampel dengan lingkungan, b) perpisahan kelulusan sekolah,
memerhatikan tingkat kemampuan siswa. c) penyalahgunaan narkoba. 3. Tulis dengan
Kemampuan yang dimaksud adalah panjang tulisan 4—8 paragraf. 4. Waktu
kemampuan berbahasa Indonesia. menulis 90 menit.
Kemampuan ini diambil dari penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam Teknik Pengumpulan Data
menulis teks pidato, dan diambil dari nilai Untuk memeroleh data yang akurat
rapor khususnya mata pelajaran bahasa tentang kemampuan menulis teks pidato
Indonesia. Dengan demikian penelitian ini dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
termasuk penelitian populasi Arikunto baik dan benar siswa kelas XII SMA Negeri
(2010:43). 3 Waeapo, Hasil pemberian tugas menulis
teks pidato kepada responden itulah data
Instrumen Penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini. penulis
Penelitian ini menggunakan menggunakan tes sebagai instrumen
instrumen tes kemampuan menulis teks penelitian.
pidato. Instrumen yang digunakan adalah
teks berupa pidato kebersihan lingkungan, Teknik Analisis Data
pidato perpisahan kelulusan sekolah, pidato Data yang diperoleh melalui tes akan
penyalahgunaan narkoba. Instrumen tersebut diolah dan dianalisis dengan langkah-
disodorkan kepada siswa untuk menulis. langkah sebagai berikut 1) Membuat daftar
Penilaian merupakan langkah pertama dalam skor mentah. 2) Membuat distribusi
proses pengolahan hasil tes menulis siswa. frekuensi dan skor mentah. 3) menentukan
Dalam hal ini, penilaian adalah suatu proses nilai baku setiap sampel dengan
pengubahan hasil menulis teks menjadi menggunakan rumus
angka. P= Fg x 100
Waktu yang disediakan bagi siswa N
untuk mengerjakan tes adalah 2 jam
pelajaran, yang berarti 2 x 45 menit = 90 Keterangan:
menit. Selama pengumpulan data, peneliti P : Persentase.
memohon bantuan guru Bahasa Indonesia di Fg: Jumlah jawaban benar.
sekolah tempat penelitian. Hal ini dilakukan N: Jumlah skor maksimal 4. menghitung
dengan maksud agar situasi dan kondisi nilai rata-rata yang diperoleh siswa dengan
tetap dalam keadaan wajar, tidak mengalami menggunakan sebagai berikut:
perubahan yang berarti atau sesuai dengan X = ∑X x 100
100
Kemampuan Menulis Teks …. (Nanik Indrayani)

N 8. 65 1 2,27

Keterangan: Jumlah 44 siswa 100%


X = Nilai rata-rata
∑X = Jumlah jawaban keseluruhan Kategorisasi tes tingkat kemampuan,
N = Banyaknya subjek frekuensi dan persentase tes hasil belajar
kemampuan menulis teks pidato pada siswa
PEMBAHASAN Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa, tidak ada siswa yang
Berdasarkan hasil penelitian dan berada pada kategori sangat tinggi (0%),
analisis data diatas, maka dapat diuraikan siswa yang berada pada kategori tinggi
secara rinci tentang kemampuan menulis diperoleh 43 siswa (97.77%), dan tidak ada
teks pidato siswa Kelas XII SMA Negeri 3 siswa yang berada pada kategori sedang
Waeapo. Penelitian ini merupakan penelitian (0%), dan siswa yang berada pada kategori
yang bersifat deskriptif kuantitatif yang rendah diperoleh 1 siswa (2.23%) dan tidak
bertujuan mendeskripsikan kemampuan ada siswa yang berada pada kategori sangat
menyusun teks pidato pada siswa Kelas XII rendah (0%).
SMA Negeri 3 Waeapo. Untuk mengetahui Hasil analisis statistik deskriptif yang
kemampuan menulis teks pidato pada siswa berkaitan dengan nilai tes kemampuan
Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo, siswa menulis teks pidato dengan menggunakan
diberikan tes untuk menulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada
menggunakan bahasa Indonesia yang baik siswa Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo,
dan benar. Hasil tes tersebut diperiksa bahwa dari 44 siswa yang dijadikan sampel
berdasarkan kriteria dan indikator penilaian penelitian untuk pembelajaran menulis teks
teks pidato yang telah dibuat yaitu pidato dengan menggunakan bahasa
kesesuaian judul dengan tema, penulisan Indonesia yang baik dan benar siswa Kelas
ejaan, penulisan huruf kapital, diksi atau XII SMA Negeri 3 Waeapo, nilai ideal 100,
pilihan kata, penulisan struktur, dan kerapian perolehan nilai tertinggi yaitu 80, nilai
tulisan. tengah 68, nilai terendah 65, dan nilai rata-
Kemampuan menulis teks pidato rata kelas 7.75.
pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo Berdasarkan nilai statistik tes hasil
dikategorikan sudah memadai. Perolehan belajar menulis teks pidato dengan
nilai sebagai standar keberhasilan sudah menggunakan bahasa Indonesia yang baik
mencapai standar yang ditetapkan yaitu dan benar pada siswa Kelas XII SMA Negeri
7.75% siswa yang mencapai nilai di atas 67. 3 Waeapo bahwa hasil tes belajar menulis
Berdasarkan hasil tes, skor mentah teks pidato dengan menggunakan bahasa
yang diperoleh siswa sangat bervariasi, Indonesia yang baik dan benar pada siswa
yaitu: kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo yang
Tabel 1 diperoleh nilai 67 ke atas berjumlah 43 siswa
Variasi Skor Perolehan Siswa atau (97.77%) dan sampel yang memperoleh
No. Nilai Frekuensi Persentase nilai di bawah 67 berjumlah 1 siswa
(2.23%). Hal ini membuktikan bahwa nilai
1. 80 7 15,90
yang diperoleh siswa Kelas XII SMA Negeri
2. 79 4 9,01
3 Waeapo sebesar 65 ke atas telah mencapai
3. 78 6 13,63
kriteria tingkat kemampuan siswa yaitu di
4. 75 8 18,18
atas 67.
5. 69 6 13,63 Berdasarkan hasil belajar menulis
6. 68 7 15,90 teks pidato dengan menggunakan bahasa
7. 67 5 11,36
101
Totobuang, Vol.6, No. 1, Juni 2018: 97—107

Indonesia yang baik dan benar pada siswa menganalisis data, yaitu membuat daftar
Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo, peneliti skor mentah dan membuat distribusi
dapat menyimpulkan bahwa siswa mampu frekuensi dari skor mentah. Untuk lebih
menulis teks pidato dengan menggunakan jelasnya, pada tabel berikut disajikan skor
bahasa Indonesia yang baik dan benar. kemampuan siwa dalam menulis teks pidato
untuk setiap aspek yang dinilai.
Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini dideskripsikan Tabel 2
secara rinci hasil penelitian tentang Skor Mentah Kemampuan Siswa Menulis
kemampuan menulis teks pidato dengan Teks Pidato dengan Menggunakan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
dan benar pada siswa kelas XII SMA Negeri Kode KJ PE PH D PS KT
3 Waeapo. Hasil penelitian ini merupakan siswa TOTAL
hasil kuantitatif, yaitu uraian yang 0- 0- 0- 0- 0- 0-
menggambarkan kemampuan menulis teks 10 10 10 10 10 10
pidato dengan menggunakan bahasa S1 8 9 9 6 9 7 48
Indonesia yang baik dan benar pada siswa S2 9 7 8 9 9 9 51
Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo yang S3 6 8 9 9 7 9 48
dinyatakan dengan angka. S4 9 9 7 7 6 8 46
S5 6 7 9 9 8 9 48
Data penelitian ini dikumpulkan
S6 8 8 6 6 9 9 46
dengan cara memberikan tugas berupa tes S7 7 7 9 9 8 7 47
tertulis kepada siswa, yaitu tes menulis teks S8 9 9 8 8 9 9 52
pidato dengan tema yang ditetapkan oleh S9 8 8 9 9 6 8 48
peneliti. Setelah kegiatan tersebut selesai, S10 7 7 8 6 9 6 43
pekerjaan siswa dikumpulkan kemudian S11 7 8 9 9 6 8 47
diberi kode. Selanjutnya diadakan penilaian S12 9 9 7 8 9 9 51
S13 8 7 9 9 7 8 48
terhadap pekerjaan siswa. Adapun aspek-
S14 6 9 8 8 9 6 46
aspek yang dinilai meliputi1) kesesuaian S15 5 8 7 9 8 9 46
judul atau tema, 2) penulisan ejaan,3) S16 9 9 6 8 9 7 48
penulisan huruf kapital, 4) diksi atau pilihan S17 8 8 9 6 6 8 45
kata, 5) penulisan struktur, 6) kerapian S18 9 9 8 9 9 8 52
tulisan. S19 7 7 9 6 8 7 44
Setiap aspek tersebut dinilai dengan
S20 8 6 6 7 8 9 44
menggunakan rentang skor yang telah S21 9 8 7 7 6 9 46
ditetapkan dalam bab III, sehingga pada S22 6 9 8 8 9 7 47
akhirnya dapat ditemukan dan ditentukan S23 8 8 6 9 9 8 48
berapa skor siswa untuk setiap aspek serta S24 6 9 9 8 8 9 49
berapa jumlah total skor siswa untuk 25 9 6 7 9 9 6 46
keseluruhan aspek. S26 8 8 7 8 8 9 48
S27 7 6 9 9 8 8 47
Data yang diperoleh dalam penelitian
S28 6 6 8 8 9 8 45
ini diolah dan dianalisis menurut teknik dan S29 9 9 7 6 8 8 47
prosedur yang dikemukakan pada bagian S30 9 9 7 8 9 9 51
sebelumnya. Data yang diolah dan dianalisis S31 6 7 9 9 8 8 47
adalah data skor mentah hasil tes S32 8 8 7 7 6 9 45
kemampuan menulis teks pidato dengan S33 8 9 9 8 7 8 49
menggunakan bahasa Indonesia yang baik S34 8 6 9 9 8 9 49
S35 6 6 8 8 7 8 43
dan benar siswa kelas XII SMA Negeri 3
S36 7 7 9 9 7 9 48
Waeapo. Adapun langkah-langkah dalam S37 7 8 8 9 9 7 48
102
Kemampuan Menulis Teks …. (Nanik Indrayani)
S38 6 9 9 7 7 8 46 7 diperoleh sampel S4, S12, S15, S21, S25,
S39 6 7 7 9 9 7 45 S26, S29, S30, S32, S39, S43. Skor 6
S40 9 9 6 7 7 9 47 diperoleh sampel S6, S16, S20, S23, S40,
S41 8 8 9 9 8 6 48
S42 8 8 7 6 9 9 47
S44. Secara umum untuk skor kemampuan
S43 8 6 9 7 8 8 46 menggunakan huruf kapital diperoleh siswa
S44 9 9 6 8 7 8 47 sampel adalah 347.
Aspek Diksi (D) diperoleh nilai
Jumla 33 34 34 34 34 35 2.07 dengan rentang skor 0—10. Skor tertinggi
h 4 4 7 9 9 4 5 diperoleh siswa sampel adalah skor 9 dan
terendah adalah 6. skor 9 diperoleh sampel
Pada tabel tersebut jelas terlihat S2, S3, S5, S7, S9, S11, S13, S15, S18, S23,
bahwa untuk aspek kesesuaian Judul (KJ) S25, S27, S31, S34, S36, S37, S39, S41.
diperoleh nilai dengan rentang skor 0—10. Skor 8 diperoleh sampel S8, S12, S14, S16,
Skor tertinggi diperoleh siswa adalah skor 9 S22, S24, S26, S28, S30, S33, S35, S44.
dan terendah adalah 5. Skor 9 diperoleh 12 Skor 7 diperoleh sampel S4, S20, S21, S32,
siswa, yakni S2, S4, S8, S12, S16, S18, S21, S38, S40, S43. Skor 6 diperoleh sampel S1,
S25, S29, S30, S40, S44. Skor 8 diperoleh S6, S10, S17, S19, S29, S42. Secara umum
sampel S1, S6, S9, S13, S17, S20, S23, S26, untuk skor kemampuan menggunakan diksi
S32, S33, S34, S41, S42, S43. Skor 7 diperoleh siswa 349.
diperoleh sampel S7, S10, S11, S19, S27, Aspek Penulisan Struktur (PS)
S36, S37. Skor 6 diperoleh sampel S3, S5, diperoleh nilai dengan rentang skor 0—10.
S14, S22, S24, S28, S31, S35, S38, S39. skor tertinggi diperoleh siswa sampel adalah
Skor 5 diperoleh sampel S15. Secara umum skor 9 dan terendah adalah 6. Skor 9
untuk skor kemampuan menggunakan diperoleh sampel S1, S2, S6, S8, S10, S12,
kesesuaian judul diperoleh siswa sampel S14, S16, S18, S22, SS23, S25, S28, S30,
adalah 334. S37, S39, S42. Skor 8 diperoleh sampel S5,
Untuk aspek kesesuaian Penulisan S7, S15, S19, S20, S24, S26, S27, S29, S31,
Ejaan (PE) diperoleh nilai dengan rentang S34, S41, S43. Skor 7 diperoleh sampel S3,
skor 0—10. Skor tertinggi diperoleh siswa S13, S33, S35, S36, S38, S40, S44. Skor 6
sampel adalah skor 9 dan terendah adalah 6. diperoleh sampel S4, S9, S11, S17, S21,
Skor 9 diperoleh sampel S1, S4, S8, S12, S32. Secara umum untuk skor kemampuan
S14, S16, S18, S22, S24, S29, S30, S33, struktur diperoleh siswa sampel adalah 349.
S38, S40, S44. Skor 8 diperoleh sampel S3, Aspek Kerapian Tulisan (KT)
S6, S9, S11, S15, S17, S21, S23, S26, S32, diperoleh nilai dengan rentang skor 0—10.
S37, S41, S42. Skor 7 diperoleh sampel S2, Skor tertinggi diperoleh siswa sampel adalah
S5, S7, S10, S13, S19, S31, S36, S39. Skor 9 dan terendah adalah 6. Skor 9 diperoleh
6 diperoleh sampel S20, S25, S27, S28, S34, sampel S2, S3, S5, S6, S8, S12, S15, S20,
S35, S43. Secara umum untuk skor S21, S24, S26, S30, S32, S34, S36, S40,
kemampuan menggunakan ejaan diperoleh S42. Skor 8 diperoleh sampel S4, S9, S11,
siswa sampel adalah 344. S13, S17, S18, S23, S27, S28, S29, S31,
Aspek Penulisan Huruf (PH) kapital S33, S35, S38, S43, S44. Skor 7 diperoleh
diperoleh nilai dengan rentang skor 0—10. sampel S1, S7, S16, S19, S22, S37, S39.
Skor tertinggi diperoleh siswa sampel adalah Skor 6 diperoleh sampel S10, S14, S25, S41.
skor 9 dan terendah adalah 6. Skor 9 Secara umum untuk skor kemampuan
diperoleh sampel S1, S3, S5, S7, S9, S11, kerapian tulisan diperoleh siswa sampel
S13, S17, S19, S24, S27, S31, S33, S34, adalah 354.
S36, S41, S43. Skor 8 diperoleh sampel S2, Berdasarkan hasil perolehan skor
S8, S10, S14, S18, S22, S28, S35, S37. Skor mentah dalam tes awal siswa kelas XII SMA
103
Totobuang, Vol.6, No. 1, Juni 2018: 97—107

Negeri 3 Waeapo, maka dapat distribusi ke 4. 12 13 14 10 15 14 78


bentuk frekuensi dan persentase yang tertera 5. 13 10 14 15 13 10 75
pada tabel berikut ini. 6. 14 14 15 14 10 13 80
7. 12 10 11 10 12 10 65
8. 12 13 14 10 15 14 78
Tabel 3 9. 13 11 10 12 11 10 67
Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil 10. 15 14 13 14 10 14 80
Tes Siswa 11. 15 14 13 13 10 14 79
No. Nilai Frekuensi Persentase 12. 15 14 12 13 14 10 78
1. 52 2 4,55 13. 15 13 10 13 10 14 75
14. 13 12 13 10 11 10 69
2. 51 3 6,88 15. 13 10 10 14 10 11 68
3. 49 3 6,88 16. 15 11 14 14 10 12 76
4. 48 11 25 17. 12 11 10 13 11 10 67
5. 47 9 20,4 18. 14 14 15 14 10 13 80
6. 46 8 18,18 19. 13 11 14 10 11 10 69
20. 14 15 13 10 13 10 75
7. 45 4 9,01 21. 14 10 10 13 10 11 68
8. 44 2 4,55 22. 14 15 14 13 13 10 79
23. 14 15 13 13 10 10 75
9. 43 2 4,55 24. 13 10 13 10 13 12 69
Jumlah 44 siswa 100% 25. 15 13 14 14 12 10 78
26. 14 14 15 13 10 12 78
27. 13 12 11 10 11 10 67
Berdasarkan penjabaran tersebut
28. 11 13 10 13 10 12 69
dengan keenam aspek penilaian adalah 29. 15 14 13 10 13 10 75
sebagai berikut, nilai tertinggi 52 diperoleh 2 30. 13 10 11 14 10 10 68
siswa atau (4,55%), nilai 51 diperoleh 3 31. 12 11 13 10 11 10 67
siswa atau (6,88%), nilai 49 diperoleh 3 32. 14 15 14 14 10 13 80
siswa atau (6,88%), nilai 48 diperoleh 11 33. 14 15 13 10 13 10 75
siswa atau (25%), nilai 47 diperoleh 9 siswa 34. 13 10 10 14 10 11 68
35. 15 14 10 13 10 10 75
atau (20,4%), nilai 46 diperoleh 8 siswa atau 36. 13 10 14 15 14 13 79
(18,18%), nilai 45 diperoleh 4 siswa atau 37. 13 13 10 12 11 10 69
(9,01%), nilai 44 diperoleh 2 siswa atau 38. 15 14 13 14 10 14 80
(4,55%), nilai 43 diperoleh 2 siswa atau 39. 14 10 10 10 13 11 68
(4,55%). 40. 15 13 10 14 10 10 75
Berikut ini akan penulis sajikan data 41. 13 12 11 11 10 10 67
42. 14 13 14 15 14 10 80
setelah dilakukan penelitian dan diberikan
43. 13 13 12 10 10 11 69
perlakuan terhadap siswa kelas XII SMA 44. 14 10 10 13 10 11 68
Negeri 3 Waeapo. Jum- 59 51 50 53 48 48 324
lah 0 9 8 9 0 8 3
Tabel 4
Skor Kemampuan Siswa Menulis Teks Berdasarkan hasil perolehan data
Pidato dengan Menggunakan Bahasa setelah dilakukan penelitian dan diberikan
Indonesia yang Baik dan Benar perlakuan terhadap siswa kelas XII SMA
Kode KJ PE PH D PS KT TOTA Negeri 3 Waeapo, maka dapat distribusi ke
Siswa L bentuk frekuensi dan persentase yang tertera
10- 10- 10- 10- 10- 10- pada tabel berikut ini.
15 15 15 15 15 15
1. 15 14 13 14 10 14 80 Tabel 5
2. 14 15 12 14 13 10 78
3. 13 10 14 15 14 13 79
104
Kemampuan Menulis Teks …. (Nanik Indrayani)

Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil sangat bervariasi. Tidak ada siswa yang
Tes Siswa memeroleh nilai 100, 90, 70, 60, 50, 40, 30,
No. Nilai Frekuensi Persentase 20, dan 10. Siswa yang memperoleh nilai
% 67—80 berjumlah 43 orang (97,77%) dan
1. 80 7 15.91 siswa yang memeroleh nilai 54—65
2. 79 4 9.13 berjumlah 1 orang (2,23%).
3. 78 6 13.64 Berdasarkan distribusi frekuensi dan
4. 75 8 18.18 persentase tes hasil belajar kemampuan
5. 69 6 13.64 menulis teks pidato dengan menggunakan
6. 68 7 15.91 bahasa Indonesia yang baik dan benar pada
7. 67 5 11.36 siswa Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo,
8. 65 1 2.23 dapat diketahui kategori kemampuan siswa.
Jumlah 44 siswa 100% Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tabel
berikut ini.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh
gambaran tentang frekuensi dan persentase Tabel 7
hasil tes siswa Kelas XII SMA Negeri 3 Kategorisasi Tes Tingkat Kemampuan,
Waeapo, sebagai berikut: nilai tertinggi 80 Frekuensi, dan Persentase
yang diperoleh 7 siswa atau (15.91%), nilai No. Interval Tingkat Freku Persen
79 diperoleh 4 siswa atau (9.13%), nilai 78 Nilai Kemampuan ensi tase
diperoleh 6 siswa atau (13.64%), nilai 75 1. 85—100 Sangat tinggi 0 0
diperoleh 8 siswa atau (18.12%), nilai 69 2. 67—84 Tinggi 43 97,7
diperoleh 6 siswa atau (11.36%), nilai 68 3. 54—66 Sedang 0 7
diperoleh 7 siswa atau (15.91%), nilai 67 4. 40—65 Rendah 1 0
diperoleh 5 siswa atau (13.64%), dan nilai 5. 0—35 Sangat rendah 0 2,23
65 diperoleh 1 siswa atau (2.23%). Jumlah 44 100%
Berdasarkan data distribusi frekuensi siswa
dan persentase nilai subjek penelitian
ditransfer ke dalam konversi angka berskala Berdasarkan tabel kategorisasi tes
10—100. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tingkat kemampuan, frekuensi, dan
pada tabel berikut ini. persentase tes hasil belajar kemampuan
menulis teks pidato dengan menggunakan
Tabel 6 bahasa Indonesia yang baik dan benar pada
Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor siswa Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo
Tes Hasil Kemampuan Menulis Teks menunjukkan bahwa, tidak ada siswa yang
Pidato dengan Menggunakan Bahasa berada pada kategori sangat tinggi (0%),
Indonesia yang Baik dan Benar siswa yang berada pada kategori tinggi
No. Rentang Frekuensi Persentase diperoleh 43 siswa (97,77%), dan tidak ada
skor % siswa yang berada pada kategori sedang
1. 10—100 0 0 (0%), siswa yang berada pada kategori
2. 67—80 43 97,77 rendah diperoleh 1 siswa (2.23%), dan tidak
3. 54—65 1 2,23 ada siswa yang berada pada kategori sangat
Jumlah 44 siswa 100% rendah (0%).
Berdasarkan tabel di atas, maka hasil
belajar siswa pada kegiatan tes kemampuan
menulis teks pidato dengan menggunakan
Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahasa Indonesia yang baik dan benar
gambaran bahwa nilai yang diperoleh siswa berada pada kategori tingi.
105
Totobuang, Vol.6, No. 1, Juni 2018: 97—107

Hasil analisis statistik deskriptif yang


berkaitan dengan nilai tes kemampuan 100
menulis teks pidato dengan menggunakan 80
bahasa Indonesia yang baik dan benar pada 60
siswa Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo, 40
diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini. 20
0
Tabel 8
Deskripsi Nilai Hasil Tes Siswa Kelas XII
Statistik Nilai Statistik
Subjek penelitian 44
Nilai ideal 100
Nilai tertinggi 80 Berdasarkan diagram diatas, dapat
Nilai tengah 68 digambarkan bahwa dari 44 siswa yang
Nilai terendah 65 dijadikan subjek penelitian untuk
Nilai rata-rata 73,5 pembelajaran menulis teks pidato dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik
Berdasarkan tabel diatas, dapat dan benar pada siswa Kelas XII SMA Negeri
digambarkan bahwa dari 44 siswa yang 3 Waeapo, nilai ideal 100, nilai tertinggi
dijadikan subjek penelitian untuk yaitu 80, nilai tengah 68, nilai rendah 65,
pembelajaran menulis teks pidato dengan nilai rata-rata 73,5.
menggunakan bahasa Indonesia yang baik Berdasarkan nilai statistik tes hasil
dan benar pada siswa Kelas XII SMA Negeri belajar menulis teks pidato dengan
3 Waeapo, nilai ideal 100, nilai tertinggi menggunakan bahasa Indonesia yang baik
yaitu 80, nilai tengah 68, nilai terendah 65, dan benar pada siswa Kelas XII SMA Negeri
dan nilai rata-rata kelas 73,5. Penulis dapat 3 Waeapo dapat diketahui tingkat
menyimpulkan bahwa pada umumnya siswa kemampuan siswa. Untuk lebih jelasnya
kelas XII dalam pembelajaran menulis teks dapat dilihat pada tabel berikut ini.
pidato dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, memiliki Tabel 9
tingkat hasil belajar siswa yang cenderung Klasifikasi Tingkat Kemampuan Tes
tinggi. Hasil Belajar Menulis Teks Pidato dengan
Berdasarkan nilai statistik tes hasil pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 3
belajar menulis teks pidato dengan Waeapo
menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar pada siswa Kelas XII SMA Negeri
No. Perolehan Frekuensi Persentase(%)
3 Waeapo, dapat diketahui tingkat
nilai
kemampuan siswa. Untuk lebih jelasnya
1. Nilai 67— 43 97,77
dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
80
Diagram Hasil Belajar Menulis Teks Pidato 2. Di bawah 1 2.23
dengan Menggunakan Bahasa Indonesia 67
yang Baik dan Benar Siswa Kelas XII SMA Jumlah 44 siswa 100%
Negeri 3 Waeapo.
Berdasarkan tabel diatas, diketahui
bahwa hasil tes belajar menulis teks pidato
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar pada siswa Kelas XII SMA
106
Kemampuan Menulis Teks …. (Nanik Indrayani)

Negeri 3 Waeapo, subjek yang memeroleh Depdiknas. 2001. Pembelajaran


nilai 67—80 berjumlah 43 siswa (97,77%) Keterampilan Masalah Menulis
dan subjek yang memeroleh nilai dibawah Paragraf. Jakarta: Erlangga.
67 berjumlah 1 siswa (2,23%). Hal ini Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia
membuktikan bahwa nilai yang diperoleh untuk Sekolah Lanjutan Atas. Jakarta:
siswa Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo, Nusa Indah.
sebesar 67—80 telah mencapai kriteria ___________. 2010. Diksi dan Gaya
tingkat kemampuan siswa yaitu diatas 67. Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
PENUTUP Muslich. 2010. Melaksanakan PTK Itu
Berdasarkan hasil penelitian belajar Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.
menulis teks pidato berbahasa Indonesia di Natawijaya. 1979. Definisi Menulis. Jakarta:
Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo Pulau Balai Pustaka.
Buru, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Suharto.2008. Buku PenelitianBahasa
siswa mampu menulis teks pidato dengan Indonesia. Bandung: Citra Aditya
menggunakan bahasa Indonesia yang baik Bakti.
dan benar. Sujana, Nana. 2004. Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia.Jakarta:PT
DAFTAR PUSTAKA Gramedia Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Taha. 2008. Pendidikan dan Transformasi
Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara. Nilai-Nilai. Jakarta: PTGramedia
Daryanto 1997.Kamus Bahasa Indonesia Pustaka Utama.
Kontemporer. Keterampilan Berbicara Tarigan. 1986. Tujuan Menulis. Jakarta:
Bahasa Indonesia. Surabaya: Apolo. PTGramedia Pustaka.

107
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 109— 123

HOMONIM BAHASA KEPULAUAN TUKANG BESI DIALEK KALEDUPA DI


KABUPATEN WAKATOBI
(The Homonymon of Tukang Besi Island languange in Kaledupa Dialect at Wakatobi
Regency)

Susiati
Universitas Iqra Buru
Jl. Prof. Dr. H. A.R. Basalamah No. 20, Namlea, Buru
Pos-el: kaledupa123@gmail.com
(Diterima: 30 April 2018; Direvisi 30 Mei 2018; Disetujui: 3 Juni 2018)

Abstract
This study aimed to describe the form of word classes that was deeply conformed in the Tukang Besi
Island languange, Kaledupa dialect at Wakatobi Regency. This research method was qualitative descriptive
method. The data source was taken from the native speakers of Tukang Besi Island language, Kaledupa dialect
and it was in oral data. Methods and techniques of data collection were observation methods with participantive
observation techniques, recording , and noting techniques. Data analysis techniques were data selection, data
classification, meaning, and data analysis. The results proved that the form ofhomonimic word class in Tukang
Besi Island languange, Kaledupan dialect were adjectives with nouns, nouns with nouns, verbs with adjectives,
verbs with nouns, nouns with numerals, verbs with verbs, verbs with adverbs, particles with nouns.
Keywords: form, homonym, kaledupa language

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud kelas kata yang berhomonim dalam Bahasa
Kepulauan Tukang Besi Dialek Kaledupa di Kabupaten Wakatobi. Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif. Sumber datanya diambil dari para penutur asli bahasa Kepulauan Tukang Besi Dialek
Kaledupa dan jenis datanya berupa data lisan. Metode dan teknik pengumpulan data, yaitu metode observasi
dengan teknik observasi partisipatif, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik analisis data, yaitu penyeleksian
data, pengklasifikasian data, pemaknaan, dan penganalisisan data. Hasil penelitian membuktikan bahwa wujud
kelas kata yang berhomonim dalam bahasa Kelupauan Tukang Besi Dialek Kaledupa, yaitu adjektiva dengan
nomina, nomina dengan nomina, verba dengan adjektiva, verba dengan nomina, nomina dengan numeralia,
verba dengan verba, verba dengan adverbia, dan partikel dengan nomina.
Kata-kata Kunci: wujud, homonim, bahasa kaledupa

PENDAHULUAN
Bahasa digunakan untuk berbagai Pertentangan makna, ketercakupan makna,
aktivitas dan kepentingan dalam kehidupan kegandaan makna atau juga kelebihan
sehari-hari. Begitu pula dengan makna makna.
bahasa tersebut terlihat beragam dari segi Chaer dan Agustina (1995:82)
pandangan yang berbeda-beda. Bahasa mengungkapkan bahwa dalam relasi makna
sering ditemukan relasi makna. Relasi biasanya dibicarakan sinonim, antonim,
makna dalam bahasaIndonesia meliputi homonimi, polisemi, hiponimi, ambiguitas,
homonim dan polisemi. Kedua relasi makna dan redundansi.
ini sangat berkaitan dengan kata atau frasa. Dalam berkomunikasi sering
Relasi makna artinya hubungan semantik ditemukan kata-kata yang memiliki tulisan
yang terdapat antara satuan bahasa yang dan pelafalan yang sama tetapi makna dari
satu dengan satuan bahasa yang lainnya. kata-kata tersebut berbeda. Dalam
Satuan bahasa dapat berupa kata, frasa berkomunikasi bisa saja terjadi
maupun kalimat dan relasi semantik itu kesalahpahaman pada pihak lawan bicara,
dapat menyatakan kesamaan makna. yang disebabkan oleh kekeliruan si

109
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 109—123

pembicara dalam mengungkapkan sesuatu agar tetap menjadi bagian dari kekayaan
hal yang ingin disampaikan. Untuk budaya Indonesia”. Oleh karena itu, bahasa
menghindari terjadinya kesalahpahaman daerah dan kekayaan budaya harus
tersebut, maka dalam berbahasa kita harus dijagadan dikembangkan agar tidak
mengetahui makna atau arti dari kata mengalami kepunahan.
tersebut. Fenomena ini biasa disebut dengan Fenomena homonimi terlihat pula
homonimi. dalam bahasa Kepulauan Tukang Besi
Homonimi merupakan salah satu Dialek Kaledupa. Keberagaman kosakata
kajian dalam semantik. Aminuddin dalam bahasa Kepulauan Tukang Besi
(2008:124) memaparkan bahwa homonimi Dialek Kaledupa memperlihatkan fungsinya
ialah beberapa kata yang memiliki bentuk sehingga memungkinkan setiap orang untuk
ujaran yang sama, tetapi memiliki makna menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
berbeda-beda. Keraf (2009:36) memberikan fisik dan lingkungan sosial yang
definisi singkat bahwa homonimi adalah memungkinkan setiap orang untuk
dua kata atau lebih, tetapi memiliki bentuk mempelajari kebiasaan, adat istiadat,
yang sama. kebudayaan serta latar belakang masing-
Homonimi bukan hanya terdapat masing. Bahasa Kepulauan Tukang
dalam bahasa Indonesia, tetapi terdapat pula Besiadalah bahasayang digunakan oleh
dalam bahasa Daerah. Sutedi (2003) masyarakat di Kabupaten Wakatobi.
mengemukakan bahwa setiap bahasa daerah Kabupaten Wakatobi merupakan akronim
sering ditemukan hubungan antarmakna dari empat gugus pulau,yaitu Pulau Wangi-
atau relasi semantik antara sebuah kata atau Wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan
satuan bahasa lainnya. Semantik memegang Pulau Binongko. Bahasa Kepulauan Tukang
peranan penting dalam berkomunikasi Besi merupakan bahasa yang digunakan
karena bahasa memiliki fungsi dan tujuan oleh penduduk asli Wakatobi. Bahasa
untuk digunakan dalam berkomunikasi tersebut merupakan bahasa pertama atau
dalam menyampaikan suatu makna. Seperti bahasa Ibu. Kedudukan bahasa Wakatobi
seseorang yang menyampaikan suatu ide sangat penting dalam kehidupan masyarakat
dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan Wakatobi karena dominan masyarakatnya
bicara mampu untuk memahami apayang masih kental menggunakan bahasa Ibu
disampaikan. mereka. Penggunaan bahasa Wakatobi
Keberagaman bahasa daerah di selalu dijumpai penggunaannya dalam ranah
Indonesia merupakan warisan turun temurun keluarga, lingkungan masyarakat, maupun
oleh nenek moyang kita. Hal tersebut lingkungan kerja (sekolah dan kantor).
tercantum dalam Undang-Undang Republik Suku Wakatobi adalah suatu suku asli
Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 pada Bab yang terdapat di Kabupaten Wakatobi
1, pasal 1, ayat 6 yang berbunyi “Bahasa Sulawesi Tenggara. Suku Wakatobi
daerah adalah bahasa yang digunakan secara mencapai persentase 90% dari total jumlah
turun temurun oleh warga negara Indonesia penduduk Kabupaten Wakatobi sebesar
di daerah-daerah di wilayah Negara 90.000 orang. Suku Wakatobi hampir
Kesatuan Republik Indonesia”. Bahasa seluruhnya adalah pemeluk agama
daerah perlu dilestarikan. Anjuran ini Islam.Agama Islam masuk ke dalam
tertuang dalam Undang-Undang Republik kalangan suku Wakatobi diperkirakan sejak
Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 pada Bab beberapa abad yang lalu. Terlihat dengan
III, pasal 42, ayat 1 yang berbunyi berdirinya bangunan-bangunan masjid dan
“Pemerintah daerah wajib mengembangkan, musala di desa-desa pemukiman suku
membina, dan melindungi bahasa dan sastra Wakatobi.
daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan Bahasa Kepulauan Tukang Besi
fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat Dialek Kaledupa memperlihatkan fenomena
sesuai dengan perkembangan zaman dan homonimi, yaitu terdapat kata yang berkelas

110
Homonim Bahasa Kepualauan …. (Susiati)

kata verba berhomonimi dengan kata yang Kepulauan Tukang Besi Dialek Kaledupa
berkelas kata nomina, nomina dengan Kabupaten Wakatobi” (2017).
nomina, adjektiva dengan adverbia dan Berdasarkan uraian di atas, maka
sebagainya. fokuspenelitian ini adalah bagaimanakah
Salah satu contoh temuan dalam wujud kelas kata yang berhomonimi dalam
penelitian ini adalah kata verba hu’u (beri) bahasa Kepulauan Tukang Besi Dialek
berhomonim dengan nomina hu’u (pohon). Kaledupa Kabupaten Wakatobi? Tujuan
Contoh dalam kalimat adalah penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan wujud kelas kata yang
a. U hu’u te ye’e? berhomonimi dalam bahasa Kepulauan
(kamu beri untuk siapa?) Tukang Besi Dialek Kaledupa Kabupaten
b. Hu’u nu kau iso no tobangkamo Wakatobi.
(pohon kayu itu sudah tumbang) Manfaat yang diharapkan dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut (1)
Kedua contoh kalimat di atas terlihat Sebagai sarana pemahaman masyarakat
adanya kata yang tulisan dan pelafalannya terhadap kata-kata yang berhomonimi di
sama, tetapi maknanya berbeda. Kata hu’u Pulau Kaledupa demi pelestarian dan
pada kedua kalimat di atas bersifat dua pemertahanan bahasa daerah Kepulauan
arah.Kalimat pertama yang ditandai dengan Tukang Besi Dialek Kaledupa; (2)Sebagai
kata hu’u merupakan kelas kata verba yang alat atau media sosialisasi dalam upaya
bermakna “beri”, sedangkan kalimat kedua pembinaan dan pengembangan Bahasa
ditandai pula dengan kata hu’u merupakan Kepulauan Tukang Besi Dialek Kaledupa
kelas kata nomina yang bermakna “pohon”. pada masyarakat Pulau Kaledupa.
Kehomoniman suatu kata merupakan hal
yang sah. Artinya, kesamaan tulisan dan LANDASAN TEORI
pelafalan suatu kata adalah hal yang dialami Semantik
juga oleh bahasa-bahasa lain. Makna suatu Semantik memegang peranan penting
kata yang berhomonimi akan terlihat setelah dalam berkomunikasi. Disebabkan bahasa
disisipkan dalam suatu kalimat dengan memiliki fungsi dan tujuan untuk digunakan
konteks yang berbeda-beda. dalam berkomunikasi dalam menyampaikan
Penelitian ini bertumpu pada suatu makna (Sutedi, 2003:2). Seperti
pengategorian wujud kelas kata yang seseorang yang menyampaikan suatu ide
berhomonimi dalam bahasa Kepulauan dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan
Tukang Besi Dialek Kaledupa di Kabupaten bicara mampu untuk memahami apa yang
Wakatobi. disampaikan.
Sudah banyak literatur khusus
tentangbahasa Kaledupa, sehingga dapat Relasi Makna
menunjang peneliti untuk meneliti topik lain Relasi makna artinya hubungan
yang berkaitan dengan bahasa Kepulauan semantik yang terdapat antara satuan bahasa
Tukang Besi Dialek Kaledupa.Beberapa yang satu dengan satuan bahasa
penelitian yang relevan dengan penelitian lainnya.Satuan bahasa dapat berupa kata,
ini, yakni Rafiati (2016) “Preposisi Bahasa frasa, maupun kalimat; dan relasi semantik
Kepulauan Tukang BesiDialek Kaledupa”; itu dapat menyatakan kesamaan makna.
Wa Ode Salmiani Nur (2015) “Tipe- Relasi makna biasanya dibicarakan antara
tipeSemantik Bahasa Kepulauan Tukang lain sinonim, antonim, polisemi, homonimi,
Besi Dialek Kaledupa. Nadir La Djamudi hiponimi, ambiguiti, dan redundansi
(2009) “Deskripsi Fonem Bahasa Keledupa (Suparmin, dkk, 2014).
di Kepulauan Tukang Besi Kabupaten Dalam relasi makna ditemukan dua
Wakatobi” dan “Sistem Reduplikasi Bahasa istilah, yakni homonim dan polisemi. Kedua
istilah tersebut sering ditumpahtindihkan

111
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 109—123

pengertiannya. Padahal, kedua istilah


tersebut sangat berbeda. Untuk itu,
Baku I Baku II
pemahaman pengertian dan teori dari
homonimi dan polisemi sangat penting.
Berikut ini akan dibahas pengertian dan Kata baku pada contoh di atas
teori homonimi dan polisemi. mempunyai ejaan dan ucapannya yang sama.
Akan tetapi, kedua kata tersebut mempunyai
Homonimi makna yang berbeda. Dari contoh tersebut
Kata homonimi berasal dari bahasa dapat disimpulkan bahwa homonimi adalah
Yunani yang terdiri dari kataanoma berarti dua kata atau frasa yang ejaan atau lafalnya
“nama” dan homo berarti “sama”.Secara sama, tetapi maknanya berbeda.
harfiah nama sama untuk benda atau hal lain. Hal tersebut dipertegas pula oleh
Jadi, homonimi adalah dua kata atau lebih Suparni (1988) yang menjelaskan bahwa
yangsama nama, sama bunyi, tetapi berbeda homonimi adalah beberapa kata yang
makna. masing-masing mengandung arti sendiri
Suparmin dkk (2014) mengungkapkan tetapi secara kebetulan sama bentuknya,
bahwa homonimi adalah pertalian dua kata hanya etimologinya berbeda (sumber
atau lebih yang memiliki makna yang berbeda). Secara semantik Verhaar
berbeda, tetapi pelafalan dan penulisannya (1978:137) memberikan definisi homonimi
sama. Sama halnya juga dengan sebagai ungkapan (berupa kata, frasa, atau
Djajasudarma (2009) yang mengatakan kalimat), tetapi maknanya tidak sama.
bahwa homonimi adalah hubungan makna Homonimi adalah dua ujaran kata
dan bentuk bila dua buah makna atau lebih yang sama bunyi dan sama ejaannya, yang
dinyatakan dengan sebuah bentuk yang telah diketahui berasal dari sumber bahasa
sama. yang berbeda atau berbeda bidang makna.
Wijono (2007) mengungkapkan Analisis homonimi harus bersifat singkronis,
bahwa homonimi adalah dua kata atau lebih maksudnya bersangkutan dengan peristiwa
yang sama nama, sama bunyi, sebunyi, yang terjadi dalam suatu masa terbatas atau
tetapi berbeda makna. Di dalam kamus kata- tertentu dan tidak mengakibatkan
kata yang termasuk homonimi muncul perkembangan historis atau disebut juga
sebagai lema (entri) yang terpisah. Contoh deskriptif.
penulisan kata baku dalam kamus. Di samping itu, ada pula
1
ba.ku n pokok (bahan baku) homonimiyang mengenal istilah homofoni
2
ba.kuv saling (baku hantam) (lafal) dan homografi (tulisan), biasanya
istilah tersebut dibicarakan bersama karena
Kata Makna 1 Makna 2 kesamaan objek pembicaraannya.
Baku Pokok (bahan Saling (baku Homofoni sebenarnya sama dengan
baku) hantam) istilah homonimi karena realisasi bentuk-
bentuk bahasa adalah berupa bunyi. Jadi
Hubungan antara dua kata yang kata ‘bisa’ yang berarti ‘racun ular’ dan kata
berhomonimi bersifat dua arah. Atinya, jika ‘bisa’ yang berarti ‘dapat atau sanggup’
kata baku yang berarti ‘pokok (bahan baku)’ selain merupakan bentuk yang homonimi
berhomonimi dengan kata baku yang berarti adalah juga bentuk homofoni dan juga
‘saling (baku hantam)’ juga berhomonimi homografi karena tulisannya juga sama
dengan kata baku yang berarti ‘pokok (Chaer, 1994). Kata-kata yang berhomonimi
(bahan baku)’. Jika kata baku yang berarti merupakan kata-kata yang berlainan yang
‘pokok (bahan baku)’ disebut baku I dan kebetulan saja bentuknya sama. Oleh karena
kata baku yang berarti ‘saling (baku hantam)’ itu, maknanya juga tidak sama. Contohnya
disebut baku II, diagramnya sebagai berikut. kata “buku” yang berarti “kitab” dengan
kata “buku” yang berarti “ruas pada bambu

112
Homonim Bahasa Kepualauan …. (Susiati)

(tebu), dan juga kata ‘buku’yang berarti berdasarkan salah satu komponen makna
“tulang atau persendian.” Semua itu yang dimiliki kata atau makna satuan ucap.
mempunyai makna yang berbeda-beda, Polisemi berkaitan dengan kata atau frasa
meskipun bentuk dan ucapannya sama. yang memiliki beberapa makna yang
Untuk dapat mengidentifikasi berhubungan. Di dalam penyusunan kamus,
homonimi dapat dilakukan dengan beberapa kata yang berhomonimi muncul sebagai
cara, yaitu: lema (entri) yang terpisah, sedangkan kata
1. Pahami etimologi atau asal muasal yang berpolisemi muncul sebagai satu lema,
kata tetapi dengan beberapa penjelasan.
2. Pahami konteks pemakaian Contoh kata kepala dapat diartikan
kata/prinsip perluasan kata bermacam-macam walaupun arti utama
3. Pahami makna dasar atau makna inti kepala adalah bagian tubuh manusia yang
dari kata. ada di atas leher. Contohnya kata kepala
Adapun ciri-ciri homonimi sebagai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berikut. muncul sebagai satu lema, tetapi dengan
1. Berupa dua kata atau lebih beberapa penjelasan seperti berikut.
2. Tidak ada hubungan makna Ke.pa.la n 1bagian tubuh dari leher ke
3. Digunakan secara denotatif atas seperti pada manusia
atau hewan
2
Jenis-jenis Homonim pimpinan atau ketua
3
a. Homofon bagian dari sesuatu yang
Homofon artinya pertalian antara dua terletak di atas atau depan
kata atau lebih yang sama pengucapannya, yang merupakan bagian
tetapi maknanya berbeda. yang terpenting atau utama
Contoh: Perhatikan contoh penggunaan kata
(1) Bang Ali baru saja menyimpan kepala dalam kalimat.
uangnya di bank. (1) Kepala sekolah akan memimpin
(2) Hakim menjadi sangsi untuk rapat komite
memberikan sanksi kepada (2) Kepala adik terbentur tembok
terdakwa. (3) Kepala kerta tu sudah tampak tua

b. Homograf Kata kepala pada contoh (1), (2), dan


Homograf adalah pertalian antara (3) memiliki makna yang berbeda.Pada
kata-kata yang memiliki kesamaan tulisan, contoh (1) kata kepala bermakna pimpinan
tetapi berbeda dalam pengucapan dan atau ketua. Pada contoh (2) kata kepala
makna yang terkandung. bermakna bagian tubuh dari leher ke atas
Contoh: seperti manusia atau hewan. Pada contoh (3)
(1) Setelah makan buah apel, Arjuna kata kepala bermakna bagian dari sesuatu
langsung berangkat apel di yang terletak di atas atau depan yang
lapangan. merupakan bagian yang terpenting atau
(2) Pejabat teras itu sedang membaca utama.
Koran di teras. Polisemi adalah istilah untuk
penggunaan dua kata atau lebih yang
Polisemi memiliki bentuk yang sama, tetapi masih
Dalam kasus ini biasanya makna memiliki hubungan makna.Polisemi berbeda
pertama (yang didaftarkan di dalam kamus) dengan homonimi, polisemi digunakan
adalah makna sebenarnya, makna secara konotatif (kecuali kata induknya).
leksikalnya, makna denotatifnya, atau Adapun ciri-ciri Polisemi sebagai beikut:
makna konseptualnya. Yang lain adalah 1. Berasal dari satu kata
makna-makna yang dikembangkan 2. Ada hubungan makna

113
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 109—123

3. Digunakan secara konotatif kecuali kata) atau merupakan satu kata dengan
kata induknya makna lebih dari satu, tetapi masih
Aminudin (2008) dalam bukunya berhubungan. Studi tentang hubungan dan
‘Semantik’ mengambil pendapat Ullman perbedaan antara homonimi dan polisemi
mengenai unsur yang menyebabkan menuntut studi semantik secara historis
terjadinya polisemi, yaitu (1) spesifikasi (diakronis) dan studi semantik secara
dalam ilmu pengetahuan; (2) spesialisasi sinkronis (Parera, 1990).
pemakaian dalam kehidupan sosial- Jika dua ujaran kata yang sama
masyarakat yang beraneka ragam;(3) bunyinya dan atau sama ejaannya telah
pemakaian dalam gaya bahasa; dan (4) diketahui berasal dari sumber bahasa yang
dalam tuturan lisan maupun penulisan yang berbeda, maka dua kata yang ejaan dan
salah. lafalnya sama itu disebut homonimi. Ini
berarti jika melakukan satu studi semantik
Perbedaan Homonimi dan Polisemi secara historis. Misalnya, kata buku dalam
Perbedaan homonimi dan polisemi bahasa Indonesia masih dapat dibedakan
terlihat dari pengertian dan ciri-cirinya yang atas dua sumber asal, maka dapat dikatakan
telah diulas sebelumnya. Dua relasi makna ada homonim: ‘buku I’ adalah kata
tersebut kadang-kadang menimbulkan Indonesia asli bermakna ‘tulang sendi;
masalah dalam pemaknaan. Parera (1990) bagian yang keras pada pertemuan dua ruas’
mengatakan bahwa masalah yang muncul dan ‘buku II’ yang berasal dari bahasa
dalam relasi makna homonimi dan polisemi Belanda yang bermakna ‘beberapa helai
adalah kapan dikatakan atau ditentukan dua kertas yang telah terjilid untuk ditulisi atau
kata berhubungan secara homonimi dan telah berisi tulisan’.
kapan dua kata itu masuk dalam relasi Palmer (1990) memberikan beberapa
polisemi. kemungkinan jawaban tentang apakah
Perlu diketahui bahwa homonimi dan ujaran itu homonimi atau polisemi.
polisemi tumbuh oleh faktor kesejarahan kemungkinan-kemungkinan jawaban itu
dan faktor perluasan makna (Djajasudarma, dapat berupa (1) penelusuran etimologi; jika
2009). Jadi keduanya tumbuh sesuai dengan ditemukan ujaran itu berasal dari dua
perkembangan masyarakat bahasa itu sumber yang berbeda, maka ujaran itu
sendiri. Keduanya memiliki hubungan yang dianggap sebagai homonimi; dalam kamus
sangat erat karena polisemi dapat saja ujaran itu diperlakukan sebagai dua entri;
menjadi penyebab terjadinya homonimi atau sedangkan jika tidak ditemukan sumber
sebaliknya homonimi justru menyebabkan yang berbeda atau berasal dari satu sumber
adanya polisemi (Aminudin, 2008). (walaupun maknanya berbeda), ujaran itu
Homonimi ialah dua ujaran dalam diperlakukan sebagai polisemi; (2)
bentuk kata yang sama lafalnya dan atau kemungkinan kedua ialah penelitian apakah
sama ejaannya/tulisannya. Polisemi adalah ujaran dan bentuk kata itu dipergunakan
satu ujaran dalam bentuk kata yang dalam makna harfiahnya dan dalam makna
mempunyai makna berbeda-beda, tetapi metaforis; dalam hal ini kita akan dapat
masih ada hubungan dan kaitan antara meramalkan polisemi daripada homonimi;
makna-makna yang berlainan tersebut (3) usaha yang ketiga untuk menentukan
(Parera, 1990). polisemi atau homonimi ialah mencari
Sebagaimana telah diungkapkan sebuah makna inti; memang sulit untuk
masalah homonimi dan polisemi di atas, menentukan makna inti dan makna bukan
adapula masalah yang tengah dihadapi inti; (4) usaha yang keempat ialah
dalam membedakan kedua relasi makna melakukan uji ambiguitas (kedwimaknaan).
tersebut, yakni bagaimana cara menentukan
bahwa satu bentuk ujaran dalam bentuk kata
merupakan homonim (jadi seharusnya dua

114
Homonim Bahasa Kepualauan …. (Susiati)

Kelas Kata Nomina merupakan kategori yang


Kridalaksana (1986) menggolongkan secara sintaksis tidak dapat bergabung
kelas kata menjadi tiga belas, yaitu dengan kata tidak dan dapat didahului kata
(1)Verba dari. Nomina berdasarkan bentuknya dibagi
Verba merupakan kategori yang menjadi nomina dasar, nomina turunan,
dalam tataran frasa dapat dinegatifkan nomina paduan leksem, dan nomina paduan
dengan kata tidak dan tidak dapat leksem gabungan.
didampingi kata itu, di, ke, dari, agak, lebih,
atau sangat. Verba dibedakan menjadi (4)Pronomina
beberapa bentuk menurut dasar yang Pronomina merupakan kategori yang
berbeda. berfungsi untuk menggantikan nomina.Kata
(a) Jika dilihat dari bentuknya, verba yang digantikan oleh pronomina disebut
dibedakan menjadi verba dasar dan anteseden.
verba turunan.
(b) Jika dilihat dari banyaknya pendamping (5) Numeralia
verba, verba dibedakan menjadi verba Numeralia adalah kategori yang dapat
intransitif dan verba transitif mendampingi nomina dalam konteks
(c) Jika dilihat dari hubungannya dengan sintaksis, dapat mendampingi numeralia
nomina, verba dibagi menjadi verba, yang lain, dan tidak dapat bergabung
aktif, verba pasif, verba antiaktif dengan kata tidak dan sangat. Numeralia
(ergatif), dan verba antipasif. digunakan untuk mewakili bilangan yang
(d) Jika dilihat dari interaksi antara nomina terdapat dalam alam di luar bahasa.
dan pendampingnya, verba dibedakan
menjadi verba resiprokal dan verba (6) Adverbia
nonresiprokal Adverbia merupakan kategori yang
(e) Berdasarkan sudut referensi dapat mendampingi adjektiva, numeralia,
pendamping verba, verba dibagi atau preposisi dalam kontruksi sintaksis.
menjadi verba refleksif dan verba Adverbial dapat berupa bentuk dasar atau
nonrefleksi turunan.Bentuk turunan adverbia dibentuk
(f) Jika dilihat dari sudut pandang dari afiksasi, reduplikasi, gabungan proses,
hubungan identifikasi antara dan gabungan morfem.
pendamping verbanya, verba dibedakan
menjadi verba kopulatif dan verba (7)Interogativa
ekuatif. Interogativa adalah kategori dalam
(g) Jika dilihat dari dapat tidaknya kalimat interogatif yang berfungsi
dipertentangkan dengan awalan meN- menggantikan sesuatu yang ingin diketahui
dan ber-, verba verba telis dan verba atau ditanyakan oleh pembicara.
atelis. Interogativa menurut bentuknya dibagi
menjadi interogativa dasar dan interogativa
(2) Adjektiva turunan.
Adjektiva merupakan kategori yang
dapat bergabung dengan kata tidak, dapat (8)Demonstrativa
didampingi kata lebih, agak, dapat digabung Demonstrativa merupakan kategori
dengan nomina, dapat diubah menjadi yang berfungsi menunjukkan sesuatu di
nomina jika ditambah dengan imbuhan ke- dalam maupun di luar wacana. Menurut
an. Adjektiva jika dilihat dari bentuknya bentuknya demonstrativa dibedakan
dibagi menjadi adjektiva dasar, adjektiva menjadi demonstrativa dasar dan
turunan, dan adjektiva paduan leksem. demonstrativa turunan.

(3) Nomina (9) Artikula

115
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 109—123

Artikula merupakan kategori yang menjelaskan hubungan antarmakna dalam


mendampingi nomina dasar.Artikula tiap leksikon.
merupakan partikel sehingga tidak
berartikulasi.

Sumber Data dan Jenis Data


Sumber data penelitian ini adalah
(10) Preposisi penutur asli, yakni masyarakat Kaledupa.
Preposisi merupakan kategori yang Jenis data adalah data lisan yang diperoleh
terletak di depan kategori lain sehingga dari tuturan penutur asli bahasa Kepulauan
terbentuk frasa eksosentris direktif. Tukang Besi Dialek Kaledupa.
Preposisi dibagi menjadi tiga, yaitu
preposisi dasar, preposisi turunan, dan Metode dan Teknik Pengumpulan Data
preposisi yang berasal dari kategori lain. Metode dalam penelitian ini adalah
metode observasi. Teknik-teknik yang
(11) Konjungsi digunakan untuk melengkapi metode
Konjungsi merupakan kategori yang observasi tersebut antara lain. (a) teknik
berfungsi untuk memperluas satuan lain observasi partisipasi (participant to
dalam konstruksi hipotaksis dan bservation), yaitu teknik pengumpulan data
menggabungkan satuan lain. yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan
(12) Kategori fatis penginderaan, peneliti benar-benar terlibat
Kategori fatis merupakan kategori dalam keseharian responden. Sibarani
yang bertugas memulai, mempertahankan, (2004) metode observasi partisipasi, yakni
atau mengukuhkan pembicaraan antara ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang
pembicara dan lawan bicara. diobservasi, dideskripsi, dan dianalisis.
Stainback (dalam Sugiyono, 2010) dalam
(13) Interjeksi observasi partisipasi, peneliti mengamati
Interjeksi merupakan kategori yang segala kegiatan yang dikerjakan responden,
berfungsi mengungkapkan perasaan mendengarkan yang mereka ucapkan, dan
pembicara dan secara sintaksis tidak berpartisipasi dalam aktivitas mereka; (b)
berhubungan dengan kata-kata lain dalam teknik rekam, yakni digunakan untuk
ujaran. merekam peristiwa-peristiwa yang secara
potensial banyak menggunakan tuturan
METODE PENELITIAN emosi; dan (c) teknik catat, dari hasil
Pendekatan dan Jenis Penelitian rekaman, data-data berupa tuturan yang
Penelitian ini merupakan jenis diucapkan responden dicatat, selanjutnya
penelitian deskriptif kualitatif dengan diseleksi dan diidentifikasi.
menggunakan pendekatan semantik.
Penelitian kualitatif dengan metode Teknik Analisis Data
deskriptif adalah penelitian yang Penerapan langkah-langkah dalam
mengidentifikasi, mengklarifikasi, teknik analisis data sebagai berikut
menganalisis data yang telah diperoleh, dan 1. Penyeleksian data
pendeskripsiannya berupa penggambaran Kata yang berelasi makna dalam
bahasa sebagaimana adanya (Sudaryanto, bahasa Kepulauan Tukang Besi yang telah
1993). Dengan demikian, pendeskripsian diperoleh dari teknik pengumpulan data
data penelitian ini berupa leksikon dari diseleksi yang termasuk kata-kata yang
bahasa Kepulauan Tukang Besi Dialek berhomonimi dengan menggunakan teori
Kaledupa yang berpotensi berhomonimi. Palmer.
Pendekatan semantik digunakan untuk

116
Homonim Bahasa Kepualauan …. (Susiati)

2. Pengklasifikasian dan pemaknaan data Kepulauan Tukang Besi Dialek Kaledupa,


Penggolongan data hasil seleksi sebagai dasar pedoman dalam menganalisis.
diklasifikasidan melalui proses pemaknaan
berdasarkan pada fokus masalah, yakni PEMBAHASAN
wujud kelas kata yang berhomonimi dalam Hasil penelitian, ditemukanwujudkelas
bahasa Kepulauan Tukang Besi Dialek katayang berhomonim dalam bahasa
Kaledupa(teori pembagian kelas kata Kepulauan Tukang BesiDialek Kaledupa.
Kridalaksana). Adapun bentuk kelas kata yang berhominim
Penelitian ini menggunakan beberapa tersebut adalah.
instrumen, seperti catatan lapangan, alat
rekam, kartu data, tabel klasifikasi, dan No. Kelas Kata
lembar observasi. Sementara itu, tabel Kelas Kata 1 Kelas Kata 2
klasifikasi digunakan untuk mempermudah 1. Adjektiva Nomina
analisis wujud kelas kata yang 2. Nomina Nomina
berhomonimi dalam bahasa Kepulauan 3. Verba Adjektiva
Tukang Besi Dialek Kaledupa. Adapun 4. Verba Nomina
tabel yang dimaksud adalah 5. Nomina Numeralia
6. Verba Verba
Data M1 M2 Kelas Kata 7. Verba Adverbia
M1 M2 8. Partikel Nomina

Untuk lebih jelasnya perhatikan


Catatan: M1: Makna 1 (pertama) penjelasan tiap kelas kata yang
M2: Makna 2 (kedua) berhomonimi dalam bahasa Kepulauan
Tukang Besi Dialek Kaledupa.
3. Penganalisisan data
Data yang telah diklasifikasi, a. Adjektiva Berhomonimidengan
kemudian dianalisis dengan Nomina
mendeskripsikan secara mendetail Fenomena homonimi dalam bahasa
permasalahan yang terdapat dalam data yang Kepulauan Tukang Besi Dialek Kaledupa
telah dikumpulkan berdasarkan teori wujud terlihat pada kata yang berkelas kata
kelas kata yang berhomonimi dalam bahasa adjektiva yang berhomonim dengan kelas
kata nomina.Perhatikan contoh data berikut.

Data M1 M2 Kelas Kata


M1 M2
Moƌo Sebentar Air laut pasang Adjektiva Nomina
Songko Ketat Kopiah Adjektiva Nomina
Nihi Tipis Mimpi Adjektiva Nomina
(Kopiah itu pasti sempit kalau untuk
kamu)
Contoh 1 (c) Ƌi nihi kuita te orunguú nihikaƌu, u
sodo?
(a) Moƌo, baraho to inte kua ƌaoa
anneho no moƌo
(dalam mimpiku saya melihatmu
(Sebentar, jangan dulu kita pergi ke
badanmu tipis setipis karung, kamu
pasar karena air laut masih pasang)
sakit?)
(b) Te songko iso no songko ara ako tei
Tiga contoh di atas, terlihat adanya
ko’o
tiga kata yang mempunyai homoniminya

117
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 109—123

masing-masing, yaitu moƌo, songko, dan dan nihi) masing-masing mempunyai


nihi. Ketiga kata tersebut tergolong hubungan yang bersifat dua arah. Artinya,
berhomonimi karena tiap kata itu jika kata moƌo yang bermakna ‘sebentar’
mempunyai pertalian dua kata yang berhomonimi dengan kata moƌo yang
memiliki pelafalan dan penulisan yang bermakna‘air laut pasang’, maka kata moƌo
sama, tetapi makna berbeda. Dilihat pula yang bermakna ‘air laut pasang’ juga
dari wujud kelas kata ketiga kata tersebut berhomonimi dengan kata moƌo yang
(moƌo, songko, dan nihi), dibentuk oleh bermakna ‘sebentar’. Jika kata moƌo yang
kelas kata adjektiva dan kelas kata nomina. bermakna ‘sebentar’ disebut moƌo I dan
Contoh 1 (a) terdapat dua kata moƌo kata moƌo yang bermakna ‘air laut pasang’
yang digunakan dalam kalimat yang sama. disebut moƌo II, diagramnya sebagai
Kata moƌo mempunyai dua arti atau makna, berikut.
yakni sebentar (adjektiva) dan air laut yang
pasang (nomina). Perlu diketahui bahwa
dalam bahasa Kepulauan Tukang Besi Moƌo I Moƌo II
terdapat bunyi huruf implosif, yakni bunyi
huruf ƌ (ƌosa ‘utang’) dan ƃ(ƃosu ‘gusi’).
songko I songko II
Bunyi implosif adalah hentian yang terjadi
dengan aliran udara diisap oleh glotis.
Terlihat pula pada contoh 1 (b), yakni kata nihi I nihi II
songko yang memiliki dua makna, yakni
kata songko I bermakna ketat (adjektiva)
dan kata songko II bermakna kopiah b. Nomina Berhomonimi dengan
(nomina). Hal yang sama tampak juga pada Nomina
contoh 1 (c) kata yang berhomonim, yaitu Fenomena homonimi dalam bahasa
kata nihi. Kata nihi mempunyai dua makna, Kepulauan Tukang Besi Dialek Kaledupa
yakni kata nihi I bermakna tipis (adjektiva) terlihat pada kata yang berkelas kata nomina
dan kata nihi II bermakna mimpi (nomina). yang berhomonim dengan kelas kata
Ketiga contoh kata di atas (moƌo, songko, nomina. Perhatikan contoh data berikut.

Data M1 M2 M3 Kelas Kata


M1 M2 M3
Poso Kelapa Mampus - Nomina Nomina -
yang
sudah tua
Temba Senapan Teras - Nomina Nomina -
rumah
Ƃoka Sisa Telur Seserahan dari Nomina Nomina Nomina
busuk seorang lelaki kepada
calon istrinya (berupa
ayam atau makanan)

Contoh 2 (pindah di situ nanti kamu dijatuhi


sama kelapa tua itu, kamu mampus
(a) Ifa di atué, bara bo’ua norahokko te itu)
poso atué maka uposo (b) Intealaé na temba di temba
(pergi ambil senapan di teras)

118
Homonim Bahasa Kepualauan …. (Susiati)

(c) Ragamo tegoraú ƃoka na no ƃoka sama tampak juga pada contoh 2 (c) kata
kita yang berhomonimi, yaitu kata ƃoka. Kata
(tinggal telur busuk yang dia sisakan ƃoka mempunyai tiga makna, yakni ƃoka I
kita) yang bermakna sisa (nomina), ƃoka II yang
bermakna telur busuk (nomina), dan ƃoka III
Contoh 2 (a) terdapat dua kata poso yang berarti seserahan seorang lelaki
yang digunakan dalam kalimat yang sama. kepada calon istrinya yang bisa berupa
Kata poso mempunyai dua makna, yakni ayam atau makanan (nomina). Kata ƃoka
poso I yang bermakna kelapa yang sudah termasuk homonimi karena antara kata ƃoka
tua (nomina) dan poso II yang bermakna I, ƃoka I, dan ƃoka III tidak memiliki
mampus (nomina), termasuk homonimi hubungan makna.
karena antara kata poso I dan kata poso II
tidak memiliki hubungan makna.Terlihat c. Verba Berhomonimi dengan
pula pada contoh 2 (b), yakni kata temba Adjektiva
yang memiliki dua makna, yakni temba I Homonimi dalam bahasa Kepulauan
yang bermakna senapan (nomina) dan Tukang Besi Dialek Kaledupa terlihat pula
temba II yang berarti teras rumah (nomina). pada kata yang berkelas kata verba yang
Kata temba termasuk homonimi karena berhomonimi dengan kelas kata adjektiva.
antara temba I dan temba II tidak Perhatikan contoh data berikut.
mempunyai hubungan makna. Hal yang
Data M1 M2 Kelas Kata
M1 M2
Buri Tulis Warna belang Verba Adjektiva
Pake Pakai Sikap/karakter Verba Adjektiva
Contoh 3 contoh kalimat di atas termasuk homonimi
karena antara kata buri I dan buri II tidak
(a) Anne kuburi di kapeo, nomai na mia memiliki hubungan makna. Pada contoh 3
mosafu tekadole kene kaƌola buri (b), yakni kata pake yang memiliki dua
mia atu’e makna, yakni kata pake I bermakna pakai
(saya masih menulis kemarin, datang yang berkelas kata verbadan kata pake II
orang yang menyabung ayam dengan bermakna sikap/karakter yang berkelas kata
ayam belang-belang itu) adjektiva. Kata pake termasuk homonimi
(b) Pake’e na pake leama kua mia karena antara kata pake I dan kata pake II
(pakailah sikap yang baik kepada tidak memiliki hubungan makna.
orang lain)
d. Verba Berhomonimi dengan Nomina
Contoh 3 (a) terdapat dua kata Homonim dalam bahasa Kepulauan
buriyang digunakan dalam kalimat yang Tukang Besi Dialek Kaledupa terlihat pula
sama. Kata buri mempunyai dua makna, pada kata yang berkelas kata verba yang
yakni kata buri I bermakna tulisyang berhomonimi dengan kelas kata nomina.
berkelas kata verba dan kata buri II yang Perhatikan contoh data berikut.
bermakna warna belang-belang yang
berkelas kata adjektiva. Kata buripada
Data M1 M2 Kelas Kata
M1 M2
Huú Beri Pohon Verba Nomina
Koho Potong Burung bangau Verba Nomina
Tompa Loncat/lompat Teras rumah Verba Nomina
Contoh 4 (a) Huú ako te mia di lepe iso na huú
nukau atué

119
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 109—123

(beri untuk tetangga pohon itu) (nomina).Kata koho termasuk homonimi


(b) Koho’e na koho di singku afo karena antara kata koho I dan kata koho II
(potongkan burung bangau yang ada tidak memiliki hubungan makna. Hal yang
di dapur sana) sama tampak juga pada contoh 4 (c) kata
(c) Te aeno no toppuge kaliu no tompa yang berhomonimi, yaitu kata tompa. Kata
mina tompa nu sapono tompamempunyai dua makna, yakni kata
(kakinya patah karena dia lompat tompa I bermakna lompat/loncat (verba) dan
dari teras rumahnya) kata tompa II bermakna teras rumah
(nomina). Kata tompa termasuk homonimi
Contoh 4 (a) terdapat dua kata huú karena antara kata tompaI dan kata tompaII
yang digunakan dalam kalimat yang sama. tidak memiliki hubungan makna.
Kata huú mempunyai dua makna, yakni kata
huú I beri (verba)dankata huú II bermakna e. Nomina Berhomonimi dengan
bermakna pohon (nomina).Kata huú Numeralia
termasuk homonimi karena antara kata huú I
dan kata huú II tidak memiliki hubungan Homonimi dalam bahasa Kepulauan
makna. Terlihat pula pada contoh 4 (b), Tukang Besi Dialek Kaledupa terlihat pula
yakni kata koho yang memiliki dua makna, pada kata yang berkelas kata nomina yang
yakni kata koho I bermakna potong (verba) berhomonimi dengan kelas kata numeralia.
dankata koho II bermakna burung bangau Perhatikan contoh data berikut.
Data M1 M2 Kelas Kata
M1 M2
Lima Tangan Angka lima Nomina Numeralia
Ƌua Penjolok Angka dua Nomina Numeralia
Sia Lerai Angka sembilan Nomina Numeralia
Contoh 5 (numeralia). Terlihat pula pada contoh 5
(b), yakni kata ƌua yang memiliki dua
(a) Ƌi limaú mo na kenta lima kau di makna, yaitu kata ƌua I bermakna penjolok
iso? (nomina) dankata ƌua II bermakna angka
(sudah kamu pegang ikan lima ekor dua (numeralia). Hal yang sama tampak
di sana?) juga pada contoh 5 (c) kata yang
(b) Ku’aƌa te ƌua anaé, kuƌumua te berhomonimi, yaitu kata sia. Kata sia
lemo ƌoƌua iso mempunyai dua makna, yakni kata siaI
(saya pinjam penjolok ini, saya mau bermakna lerai (nomina) dan kata siaII
jolok dua buah lemon sana) bermakna angka sembilan (numeralia).
(c) No siate yeé, na mia sia mia atu
ƃaái? f. Verba Berhomonimidengan Verba
(mereka lerai siapa, sembilan orang
tadi?) Fenomena homonimi dalam bahasa
Kepulauan Tukang BesiDialek Kaledupa
Contoh 5 (a) terdapat dua kata lima terlihat pada kata yang berkelas kata verba
yang digunakan dalam kalimat yang sama. yang berhomonimi dengan kelas kata verba.
Kata lima mempunyai dua makna, yakni Perhatikan contoh data berikut.
kata lima I bermakna tangan (nomina)dan
kata lima II bermakna angka lima
Data M1 M2 Kelas Kata
M1 M2
Ita Jaga Lihat Verba Verba
Langke Berangkat Menurunkan Verba Verba
panci dari

120
Homonim Bahasa Kepualauan …. (Susiati)

tungku/kompor
ita I bermakna lihat (verba) dan kata ita I
bermakna jaga (verba). Kata ita termasuk
homonimi karena antara kata ita I dan kata
ita II tidak memiliki hubungan makna.
Terlihat pula pada contoh 5 (b), yakni kata
langke yang memiliki dua makna, yakni kata
langke I bermakna berangkat (verba) dan
Contoh 6 kata langke II bermakna menurunkan panci
dari tungku atau kompor (verba). Kata
(a) U ita’e namia u mitate kenta di ana langke termasuk homonimi karena antara
baái? kata langke I dan kata langke II tidak
(kamu lihat orang yang jaga ikan di memiliki hubungan makna.
sini tadi?)
(b) Ara boua kulangke ilange, langke’e g. Verba Berhomonimidengan Adverbia
na kekeru mina ƌi ƌalika. Dalam bahasa Kepulauan Tukang
(kalau saya berangkat besok, Besi Dialek Kaledupa fenomena homonim
turunkan panci dari tungku) terlihat pula pada kata yang berkelas kata
verba yang berhomonim dengan kelas kata
Contoh 6 (a) terdapat dua kata ita adverbia. Perhatikan contoh data berikut.
yang digunakan dalam kalimat yang sama.
Kata ita mempunyai dua makna, yakni kata
Data M1 M2 Kelas Kata
M1 M2
Pisi Pencet/tekan Sangat Verba adverbia
Contoh 7
(a) Pisié mempisi na tombolno atué h. Patikel Berhomonimidengan Nomina
(pencet dengan keras tombolnya itu) Dalam bahasa Kepulauan Tukang
Besi Dialek Kaledupa fenomena homonimi
Contoh 7 (a) terdapat dua kata terlihat pula pada kata yang berkelas kata
pisiyang digunakan dalam kalimat yang partikel yang berhomonimi dengan kelas
sama. Kata pisi mempunyai dua makna, kata nomina. Perhatikan contoh data berikut.
yakni kata pisi I bermana pencet/tekan
(verba) dan kata pisi II bermakna sangat
(adverbia). Kata pisi termasuk homonimi
karena antara kata pisi I dan kata pisi II
tidak memiliki hubungan makna.
Data M1 M2 Kelas Kata
M1 M2
Kene Dengan Teman Partikel Nomina
Ara Kalau Arak Partikel Nomina
Mia Yang Orang Partikel Nomina
Contoh 8 (bersikap baik yang membuat orang
(a) Ƌi nggafi kufila-fila kenekene. senang)
(kemarin saya jalan-jalan dengan
teman) Contoh 8 (a) terdapat dua kata kene
(b) Ara di iso anne na ara? yang digunakan dalam kalimat yang sama.
(kalau di sana ada minuman arak?) Kata kene mempunyai dua makna, yakni
(c) Sai leama mia nosannaa na mia kata kene I bermakna dengan

121
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 109—123

(partikel)dankata kene I bermakna teman Chaer, Abdul. 1997. Semantik Bahasa


(nomina).Kata kene termasuk homonimi Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
karena antara kata kene I dan kata kene II Chaer, Abdul dan Leonie Agustina.1995.
tidak memiliki hubungan makna.Terlihat Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
pula pada contoh 8 (b), yakni kata ara yang Jakarta: Rineka Cipta.
memiliki dua pertalian makna, yakni kata Djajasudarma, Fatimah. 2009. Semantik 1:
ara I bermakna kalau (partikel) dankata ara Makna Leksikal dan Gramatikal.
II bermakna arak (nomina). Kata ara Bandung: Refika Aditama.
termasuk homonimi karena antara kata araI Djamudi, Nadir La. 2009.“Deskripsi Fonem
dan kata ara II tidak memiliki hubungan Bahasa Kaledupa di
makna. Hal yang sama tampak juga pada KepulauanTukang Besi
contoh 8 (c) kata yang berhomonimi, yaitu Kabupaten Wakatobi” Jurnal
kata mia. Kata mia mempunyai dua makna, Kandai, Vol.5 No. 2 November
yakni kata mia I bermakna yang (partikel) 2009, ISSN 1907-204X)
dan kata mia II bermakna orang (nomina). ________ 2017.“Sistem Reduplikasi Bahasa
Kata mia termasuk homonimi karena antara KepulauanTukang Besi Dialek
kata mia I dan kata mia II tidak memiliki Kaledupa Kabupaten Wakatobi”
hubungan makna. Jurnal Totobuang, Vol.5 No 1Juni
2017)
Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya
PENUTUP Bahasa. Jakarta: PT Gramedia
Berdasarkan hasil penelitian pada Pustaka Utama.
pembahasan, penulis dapat menarik Kridalaksana, Harimurti. 1986. Beberapa
kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian, Prinsip Perpaduan Leksem.
yaitu wujud kelas kata yang berhomonimi Yogyakarta: Kanisius.
dalam bahasa Kepulauan Tukang Besi Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kelas Kata
Dialek Kaledupa terdapat delapan kelas kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
yang saling berhomonimi antara lain: Gramedia.
1. Terdapat kelas kata adjektiva yang Lyons, John. 1968. Introduction to
berhomonimi dengan kelas kata Theoritical Linguistics.
nomina. Cambridge: The University
2. Kelas kata nomina yang berhomonimi Printing House.
dengan kelas kata nomina. Nur, Wa Ode Salmiani. 2015. “Tipe-
3. Kelas kata verba berhomonimi dengan TipeSemantik Bahasa Kepulauan
kelas kata adjektiva. Tukang Besi Dialek Kaledupa”.
4. Kelas kata verba berhomonimi dengan Jurnal Humanika. No. 15 Vol. 3
kelas kata nomina. Desember2015.ISSN 1979-8296.
5. Kelas kata nomina berhomonimi Palmer, F.R. 1981. Semantics.Cambridge:
dengan kelas kata numeralia. University Press.
6. Kelas kata verba berhomonimi dengan Parera, J.D. 1990. Teori Semantik. Jakarta:
kelas kata verba. Erlangga.
7. Kelas kata verba berhomonimi dengan Rafiati. 2016. “Preposisi Bahasa Kepulauan
kelas kata adverbia. Tukang Besi Dialek Kaledupa”.
8. Partikel berhomonimi dengan kelas Jurnal Humanika. No. 16 Vol. 1
kata nomina. Maret 2016.ISSN 1979-8296.
Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik:
DATAR PUSTAKA Antropologi Linguistik, Linguistik
Aminuddin. 2008. Semantik: Pengantar Antropologi. Medan: Poda.
Studi Tentang Makna. Bandung: Sudaryanto.(1993). Metode dan Aneka
Sinar Baru Algesindo. Teknik Analisis Bahasa.

122
Homonim Bahasa Kepualauan …. (Susiati)

Yogyakarta: Duta Wacana Suparni.1988. Penuntun Pelajaran Bahasa


University Press. dan Sastra Indonesia. Bandung:
Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Genica.
Kuantitatif Kualitatif dan RND. Sutedi,Dedi. 2003. Dasar-dasar Linguistik
Bandung: Alfabeta. Bahasa Jepang. Bandug:
Suparmin, dkk. 2014. Bahasa dan Sastra Humaniora Utama Press.
Indonesia Peminatan Ilmu Verhaar, J.W.M. 1978. Pengantar
Bahasa dan Budaya. Surakarta: LinguisticJilid I. Yogyakarta.
Mediatama. Gadjah Mada Universiti Press.

123
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 125—138

TUTURAN EMOSI MAHASISWA KOTA BAUBAU DALAM RANAH


DEMONSTRASI
(Emotional Speech of The Students in Baubau City in The Demonstration)

Risman Iye
Universitas Iqra Buru
Jl. Prof. Dr. H. A.R. Basalamah No. 20, Namlea-Kab. Buru
Pos-el: rismaniye@gmail.com
(Diterima: 25 April 2018; Direvisi: 13 Mei 2018 Mei 2018; Disetujui: 5 Juni 2018)

Abstract
The variation of emotional utterances of the demonstrators rose the negative public attachments to
the demonstration. This study aimed to explain: the form and type of emotional speech of Baubau City students
in the realdemonstration. This research wa qualitative research. The Sampling were taken purposively. Oral
data was collected by using the free-of-cognate method, documentation techniques, and notes. Data were
analyzed with Searle's speech-actg theory and Goleman's theory. The result of the research showed that the
form and type of emotional speech of Baubau city students in demonstration were four: words, phrases,
sentences and idoms. Meanwhile, the types of emotional speech of Baubau City students in demonstration were
anger, sadness, fearlessness, pleasure, and annoyance.
Keywords: emotions, students, demontsration.

Abstrak
Variasi tuturan emosi para demonstran memunculkan prasangka negatif masyarakat terhadap
demonstrasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan: bentuk dan jenis tuturan emosi mahasiswa
Kota Baubau dalam ranah demonstrasi; Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Pengambilan
sampel dilakukan secara purposif. Data lisan dikumpullkan menggunakan metode simak bebas cakap, teknik
dokumentasi, dan catat. Data dianalisis dengan teori tindak tutur Searle dan teori Goleman. Hasil penelitian
menunjukan bahwa bentuk tuturan emosi mahasiswa kota Baubau dalam ranah demonstrasi ada empat, yaitu
kata, frasa, kalimat dan ungkapan Selanjutnya, jenis tuturan emosi mahasiswa Kota Baubau dalam ranah
demonstrasi, yakni kemarahan, kesedihan, ketakutan, kenikmatan, dan kejengkelan.
Kata-kata Kunci: tuturan emosi, mahasiswa, demostrasi

PENDAHULUAN
Bahasa yang dihasilkan oleh kebudayaan, serta latar belakang
seseorang akan selalu menjadi cerminan antarpeserta komunikasi masing-masing.
pribadi, derajat sikap, watak atau karakter Melalui bahasa pula, seseorang dapat
mental spiritualnya. Oleh karena itu, bahasa mengungkapkan emosinya, baik emosi
dipandang sebagai identitas yang nyata bagi positif maupun emosi negatif. Salah satu hal
penutur-penuturnya. Kata atau bahasa yang yang berhubungan dengan pengungkapan
digunakan oleh seseorang dalam berturtur emosi negatif, yaitu makian.
disebut dengan istilah pragmatik. Levinson Kata-kata makian sering ditemukan
dalam Tarigan (1990), bahasa mempunyai dalam demontrasi karena mahasiwa
peranan penting dalam kehidupan manusia. cenderung menggunakan bahasa yang kasar
Selain sebagai media komunikasi, bahasa dan tidak ditutup-tutupi. Salah satu bentuk
juga dapat digunakan seseorang untuk pemakaian tuturan emosi ini banyak
mengekspresikan dirinya dan segala hal ditemukan di Kota Baubau.Misalnya tuturan
yang dirasakan untuk diungkapkan kepada para demonstran, yaitu selamat malamKota
orang lain. Menurut Chaer (2012), dengan Baubau.Kata ini apabila diucapkan saat
bahasa memungkinkan tiap orang untuk malam hari tentu tidak dikatakan sebagai
mempelajari kebiasaan, adat istiadat, emosi karena diucapkan sesuai dengan

125
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 125—138

keadaan sebenarnya namun apabila kata berbeda pula. Dengan kata lain, arti dari
tersebut diucapkan siang hari dengan mimik sebuah kata harus disesuaikan dengan
merah dan suara lantang tentu memiliki konteks kalimatnya. Yule (2014),
makna lain bahkan bisa dikatakan sebagai menjelaskan pragmatik adalah studi tentang
emosi. Contoh lain juga pada kata makna yang disampaikan oleh penutur
bantingarti kata banting pada bidangnya (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar
tentu terasa biasa. Kalau orang sedang (pembaca) pendengar berusaha menafsirkan
membicarakan soal-soal ekonomi, tentu tuturan penutur sehingga akan diperoleh
artinya adalah memurahkan harga, dan makna, maksud, tujuan dari penutur. Setelah
apabila diucapkan oleh pemain judo pendengar mengetahui maksud penutur
tentulah banting berarti mengangkat maka akan diketahui jenis tindakan yang
seseorang dan menjatuhkan dengan cepat. harus dilakukan oleh pendengar. Untuk itu
Jadi dapat dikatakan bahwa dalam ilmu yang menjadi pusat perhatian pragmatik
prgmatik pemakain bahasa terikat dengan adalah maksud penutur yang terdapat
konteks. dibalik tuturan yang diutarakan.
Sebagai makhluk hidup, manusia Seiring perkembangan waktu dalam
tentunya tidak lepas dari emosi, baik emosi dunia mahasiswa seringkali kita temukan
positif maupun emosi negatif. Menurut beragam kebiasaan yang tidak terlepas,
Goleman (dalam Susiati, 2017), emosi yaitu demonstrasi yang mana kegiatan ini
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran- merupakan aksi menyampaikan aspirasi di
pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan tempat umum dengan maksud dan tujuan
psikologis serta serangkaian kecenderungan menyuarakan segala macam kebijakan-
untuk bertindak. Emosi positif adalah kebijakan yang diambil oleh pemegang
ungkapan jiwa seseorang untuk menyatakan otoritas (pemimpin atau penguasa) yang
perasaan senang atau gembira. Sebaliknya, tidak prorakyat. Dalam menyampaiakan
emosi negatif adalah ungkapan jiwa aspirasinya orang yang berdemostrasi
seseorang untuk menyatakan perasaan sakit memakai bahasa sebagai perantara dengan
hati, marah, kecewa, sedih, terkejut, kesal, wujud formal hal ini didukung pula
dan sebagainya yang dapat diungkapkan pendapat Rahardi (2005), wujud tuturan
melalui bahasa. Hal ini dipertegas pula oleh adalah jenis atau ragam tuturan yang
Khodijah (2006) bahwa emosi negatif digunakan seorang penutur dalam
didasari oleh terhalangnya keinginan, menyampaikan pesan kepada mitra tutur. Di
sehingga bisa menyebabkan frustasi. Dalam setiap negara demokrasi termasuk Indonesia
menyampaikan maksudnya atau segala bentuk aspirasi rakyat bisa
mengungkapkan emosinya itu, manusia disampaiakan secara bebas dan terbuka.
menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Menurut Savero (2008), demonstrasi adalah
Pemakaian tuturan emosi tidak tindakan untuk menyampaikan penolakan,
terlepas dari beberapa hal yang kritik, ketidakberpihakan, mengajari hal-hal
memengaruhinya yaitu latar atau suasana. yang dianggap sebuah penyimpangan.
Keterkaitan penggunaan bahasa dengan Terlepas dari semua itu seringkali peserta
konteks (situasi tutur) yang menyertai demonstrasi dalam menyampaikan
bahasa tersebut merupakan salah satu hal aspirasinya cenderung menggunakan tuturan
yang menarik dalam kajian pragmatik emosi dalam isi penyampaiannya. Dalam
menurut Baskoro (2014), pragmatik setiap tuturan terlihat penggunaan piranti
mengkaji struktur bahasa secara eksternal, linguistik yang mewujudkan suatu
yakni bagaimana satuan kebahasaan tuturan,termasuk tuturan emosi dalam ranah
digunakan di dalam berkomunikasi. demonstrasi. Bentuk tuturan emosi dalam
Penggunaan bahasa dalam percakapan ranah demonstrasi dapat berwujud kata,
sehari-hari kadang-kadang mengandung frasa, kalimat, maupun ungkapan yang di
makna yang berbeda dalam konteks yang

126
Tuturan Emosi Mahasiswa …. (Risman Iye)

dalamnya disesuaikan dengan jenis tuturan penerapannya tindak tutur digunakan oleh
emosi yang terungkapkan. beberapa disiplin ilmu. Adapun pengertian
Tujuan penelitian ini, yaitu tindak tutur yang dikemukakan oleh para
menganalisis bentuk dan jenis tuturan emosi ahli bahasa, antara lain Austin, Searle,
mahasiswa Kota Baubau dalam ranah Chaer, dan Tarigan.
demonstrasi. Austin (dalam Rusminto, 2010)
pertama kali mengemukakan istilah tindak
LANDASAN TEORI tutur. Austin mengemukakan bahwa
aktivitas bertutur tidak hanya terbatas pada
Pragmatik penuturan sesuatu, tetapi juga melakukan
Levinson (dalam Nababan, 1987) sesuatu atas dasar tuturan itu. Pendapat
menyatakan bahwa pragmatik memiliki dua Austin ini didukung oleh Searle (dalam
pengertian, pertama kajian dari hubungan Rusminto, 2010) dengan mengatakan bahwa
antara bahasa dan konteks yang mendasari unit terkecil komunikasi bukanlah kalimat,
penjelasan dari pengertian bahasa. melainkan tindakan tertentu, seperti
Pengertian bahasa menunjukkan kepada membuat pernyataan, pertanyaan, perintah,
fakta bahwa untuk mengerti suatu ungkapan dan permintaan.
atau ujaran bahasa yang diperwakilkan oleh Berdasarkan uraian beberapa tokoh
pengetahuan di luar makna kata dan di atas dapat disimpulkan bahwa tindak
hubungannya dengan konteks pemakainya. tutur adalah suatu ujaran yang mengandung
Kedua, kajian tentang kemampuan tindakan sebagai suatu fungsional dalam
pemakaian bahasa mengaitkan kalimat- komunikasi yang mempertimbangkan aspek
kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai situasi tutur.
bagi kalimat-kalimat itu.
Menurut Leech (1993), pragmatik Situasi Tutur
adalah studi tentang makna dalam Situasi tutur adalah situasi yang
hubungannya dengan situasi ujar (speech melahirkan tuturan. Pernyataan ini sejalan
situations). Pragmatik diperlukan dengan dengan pandangan bahwa tuturan
menganalisis makna yang dipertuturkan merupakan akibat, sedangkan situasi tutur
antara penutur disesuaikan dengan situasi merupakan sebabnya. Di dalam komunikasi
ujar. tidak ada tuturan tanpa situasi tutur. Situasi
Hal senada juga di ungkapkan oleh tutur sangat penting di dalam pragmatik.
Gusnawaty (2011) pragmatik berfokus Maksud tuturan yang sebenarnya
utama pada dua kunci, yakni penggunaan hanya dapat diidentifikasi melalui situasi
bahasa dan konteksnya; dan makna yang tutur yang mendukungnya. Rustono (1999)
ditimbulkan akibat interaksi sosial yang menyatakan bahwa tidak selamanya tuturan
bergantung pada hubungan solidaritas atau itu secara langsung menggambarkan makna
jarak antara interlokutor. Cahyono (1995) yang dikandung oleh unsur-unsurnya.
menyatakan bahwa pragmatik merupakan Rahardi (2002) membagi aspek-
cabang ilmu bahasa yang mempelajari aspek situasi tutur menjadi lima macam,
tentang makna yang dikehendaki oleh yaitu:
penutur, pendapat tersebut lebih 1) Penutur dan lawan tutur
menekankan pada makna yang dikehendaki Penutur dan lawan tutur di dalam
penutur. beberapa literatur, khususnya dalam Searle
(dalam Rustono, 1999) lazim dilambangkan
Tindak Tutur dengan S (speaker) yang berarti pembicara
Tindak tutur (speech art) merupakan atau penutur, dan H (hearer) yang dapat
unsur pragmatik yang melibatkan diartikan pendengar atau mitra tutur.
pembicara, pendengar atau penulis pembaca Lambang S dan H itu tidak semata-mata
serta yang dibicarakan. Dalam hanya dengan sendirinya membatasi

127
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 125—138

cakupan pragmatik hanya pada bahasa faktor linguistik juga ditentukan oleh
ragam lisan saja, melainkan dapat mencakup faktor-faktor yang bersifat
ragam bahasa tulis. nonlinguistik.Pandangan tersebut beralasan
2) Konteks tuturan bahasa merupakan bagian yang tidak
Konteks tuturan telah diartikan terpisahkan dari sistem sosial. Menurut
beragam oleh para linguis. Konteks dapat Poedjosoedarmo (dalam Rahardi, 2002)
mencakup aspek-aspek tuturan yang relevan faktor luar bahasa (extra linguistic) yang
baik secara fisik maupun nonfisik. Konteks dikatakan sebagai penentu penggunaan
dapat pula diartikan sebagai semua latar bahasa dalam bertutur dapat disebut sebagai
belakang pengetahuan yang diasumsikan komponen tutur (component of speech).
sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur Setiap tuturan atau ujaran manusia dalam
serta yang mendukung interpretasi mitra berkomunikasi selalu berkaitan erat dengan
tutur atas apa yang dimaksudkan penutur komponen tutur. Namun, tidak semua
dalam proses bertutur. komponen tutur muncul sekaligus dalam
sebuah tuturan. Hal ini disebabkan setiap
3) Tujuan tuturan komponen tutur tersebut memiliki peran dan
Tujuan tuturan berkaitan erat dengan fungsi yang berbeda dalam membentuk
bentuk tuturan seseorang. Dikatakan sebuah tuturan.
demikian karena pada dasarnya tuturan itu Sejalan dengan masalah yang diteliti,
terwujud karena dilatarbelakangi oleh dipakai dasar penelitian yang menyatakan
maksud dan tujuan tutur yang jelas dan bahwa wujud ujaran (speech) atau tuturan
tertentu sifatnya. Secara pragmatik, suatu (utterance)itu ditentukan dan dipengaruhi
bentuk tutur dapat memiliki maksud dan oleh beberapa faktor. Hymes (dalam Chaer,
tujuan tutur dapat diwujudkan dengan 2012) membuat formulasi tentang faktor-
bentuk tuturan yang berbeda-beda. faktor penentu sebuah tuturan yang apabila
huruf-huruf pertamanya dirangkaikan
4) Tuturan sebagai tindakan menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan
Tuturan sebagai bentuk tindakan faktor tersebut yaitu:
atau aktivitas merupakan bidang yang 1) Setting berkenaan dengan waktu dan
ditangani pragmatik karena pragmatik tempat tutur berlangsung, sedangkan
mempelajari tindak yang terdapat dalam scene mengacu pada situasi tempat
situasi tutur tertentu. Dapat dikatakan bahwa dan waktu, atau situasi psikologis
yang dibicarakan dalam pragmatik bersifat pembicaraan.
konkret karena jelas keberadaan siapa
peserta tuturannya, di mana tempat 2) Participants adalah pihak-pihak yang
tuturannya, kapan waktu tuturannya, dan terlibat dalam tuturan. Misalnya,
seperti apa konteks situasi tuturnya secara pembicara dan pendengar, penyapa
keseluruhan. dan pesapa, atau pengirim dan
penerima (pesan). Status sosial
5) Tuturan sebagai produk tindak verbal partisipan sangat menentukan ragam
Tuturan dapat dipandang sebagai bahasa yang digunakan petutur.
produk tindak verbal karena pada dasarnya
tuturan yang ada dalam sebuah pertuturan 3) Ends merujuk pada maksud dan tujuan
itu adalah hasil tindak verbal para peserta pertuturan. Peristiwa tutur yang
tutur dengan segala pertimbangan konteks terjadi di ruang pengadilan
yang melingkupi dan mewadahinya. bermaksud untuk menyelesaikan
suatu kasus perkara; namun, para
Komponen Tutur partisipan di dalam peristiwa tutur itu
Pemakaian bahasa dalam mempunyai tujuan yang berbeda.
komunikasi, selain ditentukan oleh faktor- Jaksa ingin membuktikan kesalahan

128
Tuturan Emosi Mahasiswa …. (Risman Iye)

si terdakwa, pembela berusaha pada umumnya disifatkan sebagai keadaan


membuktikan bahwa si terdakwa (state) yang ada pada individu atau
tidak bersalah, sedangkan hakim organisme pada sesuatu waktu. Misalnya,
berusaha memberikan keputusan seseorang merasa sedih, senang, takut,
yang adil. marah ataupun gejala-gejala yang lain
setelah melihat, mendengar atau merasakan
4) Act sequences mengacu pada bentuk sesuatu.
ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran Menurut Walgito (2003) emosi
ini berkenaan dengan kata-kata yang merupakan reaksi yang kompleks yang
digunakan, bagaimana mengandung aktivitas dengan derajat yang
penggunaannya, dan hubungan antara tinggi dan adanya perubahan dalam
apa yang dikatakan dengan topik kejasmanian serta berkaitan dengan
pembicaraan. perasaan yang kuat. Oleh karena itu, emosi
lebih intens dari pada perasaan, dan sering
5) Key mengacu pada nada, cara, dan terjadi perubahan perilaku, hubungan
semangat yang mana suatu pesan dengan lingkungan kadang-kadang
disampaikan: dengan senang hati, terganggu.
dengan serius, dengan singkat, dengan Nurhayati (2006), mengatakan
sombong, dengan mengejek, dan lain- bahwa perasaan menyangkut keadaan
lain. Hal ini dapat juga ditunjukkan kejiwaan dan keadaan jasmani. Selanjutnya,
dengan gerak tubuh dan isyarat. perasaan ini jika terlalu berlebihan, maka
untuk mengadakan hubungan dengan
6) Instrumentalities mengacu pada jalur sekitarnya terganggu, hal ini akan memasuki
bahasa yang digunakan seperti jalur wilayah emosi.
lisan, tertulis, melalui telegraf atau Dari beberapa pengertian tokoh di
telepon. Instrumentalities ini juga atas, maka dapat didefinisikan bahwa
mengacu pada kode ujaran yang tuturan emosi adalah bentuk bahasa yang
digunakan, seperti bahasa dialek, merupakan hasil dari pengungkapan,
ragam, atau register. pengeluaran, atau pengucapan segala
macam perasaan dari jiwa seseorang.
7) Norm of interaction and interpretation Pengertian tuturan di sini sama sekali tidak
mengacu pada norma atau aturan dihubungkan dengan pengertian tuturan
dalam berinteraksi. Selain itu, juga yang bermakna semacam peribahasa.
mengacu pada norma penafsiran
terhadap ujaran dari lawan bicara. Jenis-jenis Emosi
Beberapa tokoh mengemukakan
8) Genre mengacu pada jenis bentuk tentang jenis-jenis emosi antara lain,
penyampaian, seperti narasi, puisi, Decrates membagi emosi atas enam bentuk
pepatah, doa, dan lain-lain. yaitudesire (hasrat), hate (benci), sorrow
(sedih/duka), wonder (heran), love (cinta)
Emosi dan joy (kegembiraan).
Emosi berasal dari kata emotusatau Watson (dalam Mahmud, 1989:23)
emovere yang artinya ‘mencerca’ (to stir membagi tiga jenis emosi, yaitu:
up), yaitu sesuatu yang mendorong terhadap 1) Takut
sesuatu (Dirgagunarsa, dalam Nurhayati, Rasa takut mempunyai nilai positif
2006). Misalnya, emosi gembira mendorong dan negatif. Positif, karena rasa takut
perubahan suasana hati seseorang yang melindungi individu dalam keadaan yang
menyebabkan orang itu tertawa. Marah, berbahaya.
dilain pihak, merupakan suasana hati untuk
menyerang atau mencerca sesuatu. Emosi 2) Marah

129
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 125—138

Marah adalah tindakan yang timbul mempertahankan hidup, seperti pada hewan.
dari dalam diri seseorang karena tekanan Akan tetapi, emosi juga berfungsi sebagai
dari perasaan. energizer atau pembangkit energi yang
3) Cinta memberikan kegairahan dalam kehidupan
Cinta adalah perasaan manusia manusia. Selain itu, emosi juga merupakan
sebagai pemenuhan kerinduan akan messenger atau pembawa pesan (Khodijah,
kesatuan. 2006).
Goleman (dalam Susiati,2017) Khodijah (2006) membagi tiga
mengemukakan beberapa jenis emosi yang macam fungsi emosi manusia, yaitu:
tidak jauh berbeda dengan ketiga tokoh di 1) Survival
atas, yaitu (a) Amarah adalah salah satu Survivaladalah sarana untuk
bentuk emosi yang di dalamnya meliputi mempertahankan hidup. Emosi memberikan
brutal, mengamuk, benci, marah besar, kekuatan pada manusia untuk membedakan
jengkel, kesal hati, terganggu, rasa dan mempertahankan diri terhadap adanya
pahit, tersinggung, bermusuhan, tindak gangguan atau rintangan. Adanya perasaan
kekerasan dan kebencian patologis; (b) cinta, sayang, cemburu, marah atau benci,
Kesedihan adalah salah satu bentuk emosi membuat manusia dapat menikmati dalam
yang di dalamnya meliputi pedih, sedih, kebersamaan dengan manusia lain.
muram, suram, melankolis, mengasihani
diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan 2) Energizer
depresi; (c) Rasa takut adalah salah satu Energizer yaitu sebagai pembangkit
bentuk emosi yang di dalamnya adalah energi. Emosi dapat memberikan manusia
cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, semangat dalam bekerja bahkan juga
ngeri, kecut, panik, dan fobia; (d) semangat untuk hidup. Contohnya perasaan
Kenikmatan adalah salah satu bentuk emosi cinta dan sayang. Namun, emosi juga dapat
yang di dalamnya adalah bahagia, gembira, memberikan dampak negatif yang membuat
ringan, puas, senang, terhibur, bangga, manusia merasakan hari-hari yang suram
takjub, terpesona, lega, dan girang; (e) Cinta dan nyaris tidak ada semangat untuk hidup.
adalah salah satu bentuk emosi yang di Contohnya perasaan sedih dan benci.
dalamnya meliputi penerimaan,
persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, 3) Messenger
rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan Messenger sebagai pembawa pesan.
kasih sayang; (f) Terkejut adalah salah satu Emosi memberitahu kita bagaimana
bentuk emosi yang meliputi takjub dan keadaan orang-orang yang ada di sekitar
terpana; (g) Jengkel adalah salah satu kita, terutama orang-orang yang kita cintai
bentuk emosi yang meliputi hina, jijik, dan sayangi. Sehingga kita dapat memahami
muak, mual, benci, dan tidak suka; (h) Malu dan melakukan sesuatu yang tepat dengan
adalah salah satu bentuk emosi yang kondisi tersebut.
meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, Berkaitan dengan itu, Goleman dan
menyesal, dan aib. Hammen (dalam Rakhmat, 2001)
Ekman (2008) mengemukakan menyebutkan empat fungsi emosi (a) Emosi
bahwa manusia memiliki enam emosi dasar, adalah pembangkit energi (energizer).
yaitu (a) fear atau takut, (b) anger atau Tanpa emosi, kita tidak sadar atau mati.
marah, (c) sadness atau sedih, (d) happiness Hidup berarti merasai, mengalami, bereaksi,
atau bahagia, (e) disgust atau jijik, dan (f) dan bertindak. Emosi membangkitkan dan
surprise atau terkejut. Emosi dasar ini memobilisasi energi kita, marah
dipercaya dimiliki oleh semua manusia dari menggerakkan kita untuk menyerang. Takut
budaya manapun juga. menggerakkan kita untuk berlari. Dan cinta
Bagi manusia, emosi tidak hanya mendorong kita untuk mendekat dan
berfungsi untuk survival atau sekadar untuk bermesraan; (b) Emosi adalah pembawa

130
Tuturan Emosi Mahasiswa …. (Risman Iye)

informasi (messenger); (c) Emosi bukan 3) Teori emosi Emergency Cannon


hanya membawa informasi dalam Teori ini menyatakan emosi timbul
komunikasi interpersonal; (d) Emosi juga bersama-sama dengan reaksi fisologik.
merupakan sumber informasi tentang Teori Cannon kemudian diperkuat oleh
keberhasilan. Philp Bard, sehingga kemudian lebih
Berdasarkan beberapa pendapat dikenal dengan teori Cannon-Bard atau teori
tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa emergency. Teori ini menjelaskan bahwa
emosi sangat berfungsi dan memengaruhi emosi adalah reaksi yang diberikan oleh
kehidupan manusia. Pengaruh emosi lebih organisme dalam situasi darurat atau
terasa apabila manusia dihadapkan pada emergency. Teori ini didasarkan pada
situasi lingkungan yang ada di sekitarnya pendapat bahwa ada antagonisme pada
dan fungsi dari emosi bisa dijadikan sebagai saraf-saraf simpatis dengan cabang-
pengendalian perilaku. cabangcranial dansacral pada susunan saraf
otonom. Jadi, kalau saraf-saraf simpatis
Teori Emosi aktif, maka secara otomatif saraf-saraf
Para ahli mengemukakan beberapa otonom nonaktif, dan begitu sebaliknya.
teori dalam upaya menjelaskan timbulnya
gejala emosi, beberapa teori tersebut antara Bentuk Tuturan Emosi
lain: Pada dasarnya setiap jenis kata
1) Teori emosi dua-faktor Schacter-Singer apapun bisa menjadi kata emosi. Namun,
Teori ini dikenal sebagai teori yang ada dua hal yang menjadi persyaratan
paling klasik yang berorientasi pada minimal bagi sebuah kata untuk menjadi
rangsangan. Reaksi fisilogik misalnya, hati sebuah tuturan emosi, yaitu intonasi dan
berdebar, tekanan darah naik, napas tujuan. Kedua syarat ini menjadi faktor
bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam pembeda antara sebuah kata emosi dengan
darah. Jika rangsangannya menyenangkan sebuah kata biasa.
dalam hal ini ketika seseorang merasa Nurhayati (2006) bahasa emosi dapat
gembira seperti diterima di perguruan tinggi saja berbentuk satu kata, misalnya kata
idaman, emosi seperti ini disebut emosi awas! Mewakili emosi marah, kata sayang
senang, sebaliknya jika rangsanganya mewakili emosi senang (gembira). Dalam
membahayakan misalnya, melihat ular frasa dapat ditemukan bahasa emosi,
berbisa yang akan timbul dinamakan taktik. misalnya akan sedih, hendak marah, dan
lain-lain. Selain itu, dapat pula berbentuk
2) Teori emosi James-Lange kalimat silakan duduk sayang. Bahasa emosi
Teori ini menjelaskan bahwa emosi dapat pula berbentuk ungkapan misalnya,
adalah hasil persepsi seseorang terhadap lupa kacang akan kulitnya (ungkapan yang
perubahan-perubahan yang terjadi pada bernada mengejek).
tubuh sebagai respons terhadap berbagai Tuturan emosi ini mempunyai
rangsangan yang datang dari luar. Jika variasi bentuk. Tuturan ini dapat berbentuk
misalnya seseorang melihat harimau, kata, frasa, kalimat, dan ungkapan.
reaksinya adalah peredaran darah makin Beragamnya persoalan yangterjadi dalam
cepat memompa udara. Respons tubuh ini lingkup pemerintah dan masyarakat akan
kemudian dipersepsikan timbullah rasa menyebabkan pula keragaman bentuk-
takut. Rasa takut timbul oleh hasil bentuk tuturan emosi yang diigunakan oleh
pengalaman dan proses belajar. Orang mahasiswa saat berdemonstrasi.
bersangkutan dari hasil pengalamannya
telah mengetahui bahwa harimau adalah 1) Kata Tunggal
makhluk yang berbahaya karena itu debaran Menurut Kridalaksana (1993) kata
jantung dipersepsikan sebagai rasa takut. (word) adalah (a) morfem atau kombinasi
morfem yang oleh bahasawan dianggap

131
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 125—138

sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan konteks yang menyertainya memiliki dua
sebagai bentuk yang bebas; (b) satuan kemungkinan makna, yaitu makna denotasi
bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi di dan makna konotasi.
morfem tunggal atau gabungan morfem.
METODE PENELITIAN
2) Kata Kompleks Pendekatan dan Jenis Penelitian
Kata kompleks adalah kata yang Penelitian ini merupakan jenis
sudah mengalami proses morfologis. Kata penelitian deskriptif kualitatif dengan
tersebut dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu menggunakanpendekatan pragmatik.
(a) kata berimbuhan; (b) kata ulang; (c) kata Dengan demikian, pendeskripsian data
majemuk. Kata berimbuhan adalah kata penelitian ini berupa tuturan emosi
yang dibentuk dengan proses afiksasi, mahasiswa Kota Baubau dalam ranah
sedangkan kata ulang adalah kata yang demonstrasi dari segi bentuk dan jenis
dibentuk dengan proses reduplikasi. dengan menggunakan konsep-konsep teori
Menurut Kridalaksana (1993) kata majemuk yang dikembangkan oleh para ahli
adalah gabungan morfem dasar yang pragmatik. Pendekatan pragmatik digunakan
seluruhnya berstatus sebagai kata yang untuk menjelaskan penggunaan tuturan
mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan emosi dari aspek konteks atau situasi tutur.
semantik yang khusus menurut kaidah yang
bersangkutan. Sumber Data dan Jenis Data
Sumber data penilitian ini, yaitu
3) Bentuk Frasa empat bentuk demonstrasi mahasiswa Kota
Menurut Kridalaksana (2008) frasa Baubau 1) Peringatan hari buru; 2)
(phrase) adalah gabungan dua kata atau Perpanjangan izin prodi FKIP Universitas
lebih yang sifatnya tidak predikatif; Dayanu Ikhsanuddin; 3) Tuntutan janji
gabungan itu rapat dapat renggang; kampanye Ketua Yayasan Universitas
misalnya mafia uang, universitas elit. Dayanu Iksanuddin; 4) Aksi damai IMM.
Jenis data pada penelitian ini terbagi atas
4) Bentuk Kalimat dua, yaitu data primer dan data
Kalimat (sentence) adalah (a) satuan sekunder.Data primer adalah data yang
bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, diperoleh atau langsung dikumpulkan di
mempunyai pola intonasi final dan secara lapangan oleh orang yang melakukan
aktual maupun potensial terdiri atas klausa; penelitian. Jadi, dalam penelitian ini yang
(b) klausa bebas yang menjadi bagian menjadi data primer adalah seluruh tuturan
kognitif percakapan; satuan proposisi yang mahasiswa Kota Baubau pada saat
merupakan gabungan klausa atau berdemonstrasi, sedangkan data sekunder
merupakan satu klausa, yang membentuk adalah data yang dikumpulkan oleh orang
satuan yang bebas; jawabanminimal, yang melakukan penelitian dari sumber
seruan, salam, dan sebagainya; (c) yang telah ada.
konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu
atau lebih klausa yang ditata menurut pola Populasi dan Sampel
tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai Populasi merupakan jumlah
satu satuan (Kridalaksana, 2008). keseluruhan pemakaian bahasa tertentu yang
tidak diketahui batas-batasnya akibat dari
5) Ungkapan banyaknya yang memakai (dari ribuan
Ungkapan adalah gabungan dua kata sampai jutaan), lamanya pemakaian
atau lebih yang digunakan seseorang dalam (disepanjang hidup penutur-penuturnya),
situasi tertentu untuk mengiaskan suatu hal. dan luasnya daerah serta lingkungan
Ungkapan terbentuk dari gabungan dua kata pemakaian”. Ringkasnya populasi
atau lebih. Gabungan kata ini jika tidak ada pemakaian bahasa sama dengan jumlah

132
Tuturan Emosi Mahasiswa …. (Risman Iye)

keseluruhan pemakaian bahasa, baik yang menganalisis.Penyimpulan hasil


akan dipilih maupun tidak dipilih untuk analisispenyimpulan terhadap semua fokus
dianalisis. Oleh karena itu, populasi data masalah (bentuk dan jenis) sebagai
penelitian ini adalah keseluruhan tuturan karakteristik tuturan emosi mahasiswa Kota
emosi mahasiswa Kota Baubau dalam ranah Baubau dalam ranah demonstrasi.
demonstrasi.
Penentuan sampel dalam penelitian PEMBAHASAN
ini dilakukan dengan cara purposif.Adapun Berdasarkan hasil penelitian,
sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditemukan empat bentuk piranti linguistik
sebanyak enam puluh empat kalimat yang tuturan emosi mahasiswa Kota Baubau
dituturkan oleh nahasiswa pada empat dalam ranah demonstrasi, yaitu kata, frasa,
bentuk demonstrasi. Enam puluh empat kalimat, dan ungkapan. Selanjutnya, jenis
kalimat tersebut dianalisis berupa bentuk tuturan emosi mahasiswa Kota Baubau
dan jenis penggunaan tuturan emosi dalam ranah demonstrasi, yaitu pada bentuk
tersebut. kata, jenis emosi hanya tampak pada emosi
amarah, kesedihan, rasa takut, dan jengkel.
Teknik Analisis Data Selanjutnya pada bentuk frasa, jenis emosi
Analisis pada penelitian ini adalah terlihat pada emosi amarah, kesedihan, dan
menangani langsung masalah yang jengkel, serta jenis emosi yang ditemukan
terkandung dalam data. Penerapan langkah- pada bentuk kalimat, yaitu emosi amarah,
langkah dalam teknik analisis data pada kesedihan, rasa takut, kenikmatan, dan
penelitian ini sebagai berikut.Persiapan jengkel. Sementara dalam bentuk ungkapan
dilakukan dengan menyiapkan seluruh data hanya tampak pada jenis emosi jengkel.
lapangan, baik berupa rekaman, atau catatan Telah diutarakan pada bagian awal
lapangan. Data berupa rekaman suara tentang hasil penelitian, bahwa penelitian ini
tersebut ditranskrip atau disalin dalam menemukan berbagai bentuk dan jenis
bentuk tulisan.Penyeleksian datatuturan tuturan emosi mahasiswa Kota Baubau
emosi mahasiswa Kota Baubau yang dalam ranah demonstrasi. Bentuk tuturan
terdapat dalam rekaman tersebut diseleksi emosi mahasiswa Kota Baubau dalam ranah
dan ditentukan menurut rumusan masalah demonstrasi diantaranya (1) kata, (2) frasa,
yang diteliti yaitu, bentuk dan jenis tuturan (3) kalimat, dan (4) ungkapan serta jenis
emosi tersebut. tuturan emosi mahasiswa Kota Baubau
Data-data yang diidentifikasi dalam ranah demonstrasi, yaitu amarah,
sebelumnya, diklasifikasikan berdasarkan kesedihan, rasa takut, dan jengkel yang
permasalahan yang ada, yakni bentuk dan hanya tampak pada bentuk kata. Jenis emosi
jenis tuturan emosi mahasiswa Kota Baubau yang ditemukan pada bentuk frasa, yaitu
dalamranah demonstrasi. Dalam penelitian amarah, kesedihan, dan jengkel. Selanjutnya
ini klasifikasi dilakukan dengan pada bentuk kalimat ditemukan emosi
menggunakan data sesuai dengan tujuan amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan
penelitian yang ingin dicapai dan disertakan dan jengkel, serta bentuk ungkapan hanya
dengan nomor urut data.Contoh: nomor urut tampak pada jenis emosi jengkel.
(1) merupakan data satu dan nomor (2) Seperti telah dipaparkan di atas
merupakan data dua dan bahwa wujud tuturan emosi mahasiswa Kota
seterusnya.Penganalisisan data yang telah Baubau dalam bentuk kata hanya tampak
diklasifikasi, kemudian dianalisis dengan pada emosi amarah, kesedihan, rasa takut,
mendeksripsikan secara mendetail dan jengkel. Adapun bentuk kata pada jenis
permasalahan yang terdapat dalam data emosi tersebut adalah, amarah (huforia,
yang telah dikumpulkan berdasarkan teori dihipnotis, cerita, juga, jadi dan ingat),
yang berkaitan dengan bentuk dan jenis kesedihan (mengharapkan, susah, dari,
tuturan emosi sebagai dasar pedoman dalam korban, dan biarlah), rasa takut

133
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 125—138

(mengingatkan, perhatikan, moga dan yang secara tekstual bermakna kegembiraan


moga), dan jengkel (lagi-lagi, katanya, atau kesenangan. Pada situasi ini penutur
gobrok (goblok), bahkan, menuntut, konon, mengungkapkan tuturanya dengan mimik
dan malah). Bentuk frasa dalam jenis emosi merah dan suara keras. Namun apabila kata
amarah, yaitu rintihan rakyatmu, telah ini digunakan pada situasi yang lain
diporak-porandakkan, nyata kebohongan, misalnya pada saat mengajak teman untuk
nyata korupsi, nyata penindasan, dan bosan berlibur tentu tidak termasuk sebagai
sekali. Wujud frasa dalam jenis emosi kategori emosi. Hal ini dapat disimpulkan
kesedihan adalah saksi sejarah, bahkan bahwa secara kontekstual makna kata
nihil, dan lagi-lagi solusi. Selanjutnya, euforia bermakna negatif yang digunakan
bentuk frasa dalam emosi jengkel, yaitu kata oleh penutur untuk menyatakan
sejahtera, buat apa, kalau toh, janji lagi, kekesalannya terhadap pemerintah yang
dan ribuan orang. Bentuk kalimat dalam dianggap oleh orator 1, bahwa mereka
jenis emosi amarah, yaitu ditandai dengan (pemerintah) hanya menjadikan Hari Buruh
penanda lingual kalimat interogatif, kalimat sebagai aksi yang tidak mempunyai
deklaratif, dan kalimat imperatif. Bentuk manfaat.
kalimat dalam jenis emosi kesedihan adalah
kalimat deklaratif dan kalimat imperatif. Contoh (2)
Selanjutnya, bentuk kalimat dalam emosi Orator 2: ... Maka kalau amanah itu kau
rasa takut dan emosi kenikmatan laksanakan maka dengarlah
menggunakan penanda lingual kalimat rintihan rakyatmu ini.
deklaratif serta bentuk kalimat dalam emosi Pemerintah yang konon
jengkel menggunakan kalimat interogatif, memberikan lapangan pekerjaan
kalimat imperatif, dan kalimat yang layak untuk
deklaratif.Pada penelitian ini, penggunaan mensejahterakan rakyatnya
bentuk ungkapan tuturan emosi mahasiswa akan tetapi hari ini Kota Baubau
Kota Baubau dalam ranah demonstrasi telah diporak-porandakan oleh
hanya tampak pada emosi jengkel. Bentuk oknum-oknum yang hanya
ungkapan tersebut menggunakan penanda mementingkan isi perutnya. ...
lingual seperti, isi perutnya, panjang
tangan, pelacur demokrasi, rahim bangsa, Melalui contoh (2) di atas terlihat
dan harga mati. emosi amarah yang dituturkan oleh orator 2.
Bentuk emosi amarah adalah frasa verbal
rintihan rakyatmu. Frasa rintihan rakyatmu
mempunyai makna leksikal, yaitu adanya
1. Emosi Amarah masyarakat yang kesakitan secara fisik.
Berikut ini contoh analisis bentuk Pada situasi ini penutur mengungkapkan
kata, frasa, dan kalimat,tuturan emosi tuturanya dengan suara keras dan lantang.
amarah dalam ranah demonstrasi. Penutur menggunakan bentuk frasa tersebut
tidak sesuai dengan konteks sebenarnya
Contoh (1) karena kata rintihan diasosiasikan dengan
Orator 1: ...Hari buru bukanlah sekadar masyarakat yang kesakitan secara non fisik.
huforia (euphoria) yang Pada konteks ini orator 2 memilih frasa
mengandung kesenangan. rintihan rakyatmu sebagai bentuk
kemarahannya terhadap pemerintah yang
Contoh (1) di atas termasuk tuturan dianggap oleh penutur bahwa pemerintah
emosi yang mengandung emosi amarah. Hal acuh tak acuh terhadap nasib masyarakat
tersebut tampak dari wujud kata tunggal dan kurangnya lapangan pekerjaan yang
huforia (euforia) yang digunakan oleh orator disediakan oleh pemerintah.
1. Kata huforia adalah bentuk ungkapan

134
Tuturan Emosi Mahasiswa …. (Risman Iye)

linguistik yang menjadi penandanya adalah


Contoh (3) kata dari dan korban. Kata dari adalah
Orator 2 : Wahai para pemegang kebijakan bentuk kata yang mempunyai makna
bukankah engkau telah leksikal, yaitu permulaan peristiwa. Kata
dititipkan amanah oleh tersebut dikategorikan sebagai emosi karena
rakyatmu untuk memperbaiki pada saat penutur menungkapkannya dengan
kehidupan masyarakatmu?... nada tinggi disertai dengan muka merah.
Bukan kesejahteraan yang Tuturan di atas dituturkan oleh orator 3
diciptakan tetapi hanyalah sesuai dengan keadaan sebenarnya, yaitu
cerita indah dimasa kampanye. izin program studi selalu menjadi masalah
... tiap tahunnyadan kata korban pada tuturan
tersebut adalah adanya pihak yang
Contoh (3) di atas termasuk tuturan dirugikan. Pada konteks ini penutur
emosi yang dituturkan oleh orator 2. Hal menggunakan bentuk tuturannya sesuai
tersebut tampak dari wujud kalimat wahai dengan keadaan sebenarnya karena pihak
para pemegang kebijakan bukankah engkau yang dirugikan adalah mahasiswa ketika izin
telah dititipkan amanah oleh rakyatmu program studi tidak dapat diselesaikan oleh
untuk memperbaiki kehidupan pihak kampus.
masyarakatmu? Piranti linguistik yang
menjadi penandanya adalah kalimat Contoh (5)
interogatif. Penutur menggunakan kalimat Orator 3: ... Wahai generasi muda apakah
tersebut sebagai bentuk pertanyaan terhadap engkau hanya menjadi saksi
fungsi pemerintah yang disesuaikan dengan sejarah? ...
konteks sebenarnya, yaitu fungsi pemerintah
untuk melayani rakyatnya. Tuturan tersebut Melalui contoh (5) terlihat emosi
apabila disampaikan secara tertulis bukan kesedihan yang dituturkan oleh orator 3,
lisan maka dapat dikatakan bahwa tuturan yaitu wahai generasi mudah apakah engkau
tersebut tidak mengandung emosi. Hal ini hanya menjadi saksi sejarah? Piranti
digunakan oleh orator 2 sebagai bentuk linguistik yang menjadi penandanya adalah
amarahnya terhadap pemerintah yang dinilai frasa nomina saksi sejarah. Frasa saksi
oleh mahasiswa bahwa kinerja pemerintah sejarah berarti orang yang mengetahui
Kota Baubau tidak maksimal. sebuah peristiwa. Hal ini digunakan oleh
penutur tidak sesuai dengan konteks
2. Emosi Kesedihan sebenarnya.Penutur menggunakan tuturan
Berikut ini salah satu contoh analisis tersebut sebagai bukti kepeduliannya
bentuk kata, frasa, dan kalimat tuturan terhadap generasi muda Kota Baubau karena
emosi kesedihan dalam ranah demonstrasi. dianggap oleh orator 3 bahwa generasi muda
hanya diam dalam melihat persoalan
Contoh (4) layaknya saksi dari peristiwa itu.
Orator 3 : ... dari tahun dua ribu sepuluh
yang lalu izin prodi selalu Contoh (6)
menjadi masalah. Fakultas Orator 1 : ... Hari buru adalah hari dimana
Teknik, Fakultas Hukum telah semua rintihan para pekerja
duluan menjadi korban bahkan se-Indonesia disuarakan.Buruh
melalui demonstrasi akhirnya adalah pekerja yang ikhlas
tercapai solusi. dengan niat berusaha
menghidupi sanak familinya
Contoh (4) di atas tampak emosi bahkan rela menahan terik
kesedihan yang dituturkan oleh orator 3. Hal matahari demi tercapainya
ini dapat dilihat pada tuturan di atas. Piranti tujuan hidup yang baik. ...

135
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 125—138

Dalam tuturan contoh (6) di atas Dari contoh (8) di atas tergambar
tampak tuturan emosi yang dituturkan oleh tuturan emosi rasa takut yang berbentuk
orator 1. Hal ini dapat dilihat dari tuturan kalimat deklaratif. Hal ini tampak melalui
Hari Buru adalah hari dimana semua tuturan karena jangan sampai yang kaya
rintihan para pekerja se-Indonesia makin kaya yang dituturkan oleh orator 3.
disuarakan. Kalimat tersebut merupakan Penutur menggunakan bentuk kalimat
kalimat deklatif yang mengandung jenis tersebut tidak sesuai dengan konteks sebab
emosi kesedihan. Pada konteks ini penutur kebenaran tuturannya hanya sebatas asumsi.
menggunakan bentuk kalimat tidak sesuai Hal ini digunakan oleh orator 3 sebagai
dengan keadaan sebenarnya karena kata bentuk kekhawatirannya terhadap nasib
kerja rintihan merupakan bentuk keluhan masyarakat Kota Baubau.
masyarakat yang didenotasikan oleh orator
1. Penutur menggunakan kalimat tersebut 4. Emosi Jengkel
sebagai bentuk kesedihannya terhadap nasib Berikut ini contoh analisis bentuk
buru yang kurang diperhatikan oleh kata, frasa, kalimat, dan ungkapan tuturan
pemerintah. emosi jengkel dalam ranah demonstrasi.

3. Emosi Rasa Takut Contoh (9)


Berikut ini salah satu contoh analisis Orator 1 : ... Karena, lagi-lagi sudah terlalu
bentuk kata dan kalimat tuturan emosi rasa banyak yang menampakkan
takut dalam ranah demonstrasi. dirinya untuk menjadi pemimpin
di Kota ini layaknya sebuah
Contoh (7) ajang pencarian bakat dalam
Orator 1: ... Di sini kami hadir bukanlah dunia selebriti. ...
sebagai pemegang kebijakan
tetapi kami hadir di sini untuk Pada contoh (9) di atas termasuk
mengingatkan kepada seluruh tuturan emosi Jengkel. Hal ini terlihat dari
masyarakat Kota Baubau untuk wujud kata kompleks lagi-lagi yang
tidak salah memilih pemimpin digunakan oleh orator 1. Kata lagi-lagi
yang ada di Kota ini. adalah kata yang mengandung peristiwa
berulang kejadiannya. Pada konteks ini
Dalam contoh (7) di atas tampak penutur menggunakan kata tersebut sebagai
adanya bentuk tuturan emosi yang bentuk kejengkelannya terhadap para calon
dituturkan oleh orator 1. Bentuk emosi rasa walikota yang hanya pintar berjanji. Orator
takut pada tuturan tersebut adalah kata 1 menyesuaikan tuturannya dengan konteks
kompleks mengingatkan. Kata di Kota Baubau, yaitu maraknya
mengingatkan adalah memberitahukan pemasangan baliho para calon Walikota
sesuatu. Penutur menggunakan kata tersebut Baubau yang kejadiannya dianggap oleh
tidak sesuai dengan konteks karena penutur sebagai kebiasaan saat pencalonan
peristiwa yang menjadi kekhawatiran orator kepala daerah di kota itu.
1 belum terbukti. Namun, hal ini penutur
memakai kata tersebut sebagai bentuk rasa Contoh (10)
takut terhadap keputusan yang akan diambil Orator 2 : ...Tetapi pengelolaannya yang
oleh masyarakat di pemilihan walikota bobrok oleh para elit-elit politik
kelak. yang kemudian menyebabkan
masyarakat jauh dari kata
Contoh (8) sejahtera. ...
Orator 3 : ... Karena, jangan sampai yang
kaya makin kaya ... Contoh (10) di atas termasuk tuturan
emosi. Hal tersebut tampak dari tuturan

136
Tuturan Emosi Mahasiswa …. (Risman Iye)

orator 2, yaitu tetapi pengelolaannya yang berdasarkan hasil analisis data, penelitian ini
bobrok oleh para elit-elit politik yang menemukan.
kemudian menyebabkan masyarakat jauh 1. Bentuk kata pada jenis emosi tersebut
dari kata sejahtera. Piranti linguistik yang adalah, amarah (huforia, dihipnotis,
menjadi penandanya adalah frasa adjektiva cerita, juga, jadi dan ingat), kesedihan
para elit-elit politik yang mengandung jenis (mengharapkan, susah, dari, korban, dan
emosi Jengkel. Penutur memilih frasa biarlah), rasa takut (mengingatkan,
tersebut sesuai dengan konteks sebenarnya perhatikan, moga dan moga), dan jengkel
sebagai bentuk rasa jengkelnya terhadap (lagi-lagi, katanya, gobrok (goblok),
pemerintah yang dianggap tidak efisien bahkan, menuntut, konon, dan malah).
dalam mengelola sumber daya alam yang di
Kota Baubau. 2. Bentuk frasa dalam jenis emosi amarah,
yaitu rintihan rakyatmu, telah diporak-
5. Emosi Kenikmatan porandakkan, nyata kebohongan, nyata
Berikut ini contoh analisis bentuk korupsi, nyata penindasan, dan bosan
kalimat tuturan emosi kenikmatan dalam sekali. Wujud frasa dalam jenis emosi
ranah demonstrasi. kesedihan adalah saksi sejarah, bahkan
nihil, dan lagi-lagi solusi. Selanjutnya,
Contoh (11) bentuk frasa dalam emosi jengkel, yaitu
Orator 1 : Assalamu alaikum. Kita kembali kata sejahtera, buat apa, kalau toh, janji
mengumandangkan cerita ini lagi, dan ribuan orang.
setiap tahunnya untuk
mengingatkan kembali para 3. Bentuk kalimat dalam jenis emosi
pengambil kebijakan... amarah, yaitu ditandai dengan penanda
lingual kalimat interogatif, kalimat
Melalui contoh (1) di atas tampak deklaratif, dan kalimat imperatif. Bentuk
tuturan emosi yang dituturkan oleh orator 1. kalimat dalam jenis emosi kesedihan
Hal ini dapat dilihat pada tuturan di atas. adalah kalimat deklaratif (buru adalah
Piranti linguistik yang menjadi penandanya pekerja yang ihklas dengan niat
adalah kalimat deklaratif assalamu alaikum berusaha menghidupi sanak familinya
yang mengandung jenis emosi kenikmatan. bahkan rela menahan terik matahari
Kalimat tersebut mempunyai makna leksikal demi tercapainya tujuan hidup yang baik
sebagai ucapan salam kepada lawan bicara. dan (sebagai mahasiswa berikan kami
Penutur menggunakan bentuk kalimat solusi). Selanjutnya, bentuk kalimat
tersebut sebagai bentuk penghargaannya dalam emosi rasa takut (wahai rektor
kepada masyarakat Kota Baubau maupun ribuan teman kami serta orang
mahasiswa yang menyaksikan demonstrasi tuanya khawatir dengan masalah
mereka. Tuturan tersebut diucapkan dengan ini) dan emosi kenikmatan menggunakan
rasa bangga dengan suara karena ucapan penanda lingual kalimat deklaratif
tersebut dapat melahirkan hubungan baik (Assalamu alaikum dan Salam sejahtera)
antara penutur dengan pendengar. serta bentuk kalimat dalam emosi jengkel
menggunakan kalimat interogatif
(apakah dengan demonstrasi sehingga
PENUTUP bisa memicu kinerja bapak dan ibu yang
Berdasarkan hasil kajian bab ada di kampus ini?), kalimat imperatif,
sebelumnya (hasil dan pembahasan), penulis dan kalimat deklaratif (lagi-lagi sudah
dapat menarik beberapa kesimpulan yang terlalu banyak yang menampakkan
selaras dengan tujuan penelitian, yaitu. dirinya untuk menjadi pemimpin di Kota
Bentuk dan jenis tuturan emosi mahasiswa ini layakanya sebuah ajang pencarian
Kota Baubau dalam ranah demonstrasi bakat dalam dunia selebriti).

137
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 125—138

4. Bentuk ungkapan tuturan emosi Mahmud, M.D. 1989. Psikologi Suatu


mahasiswa Kota Baubau dalam ranah Pengantar. Jakarta: Departemen
demonstrasi hanya tampak pada emosi Pendidikan dan Kebudayaan
jengkel. Bentuk ungkapan tersebut Direktorat Jenderal Pendidikan
menggunakan penanda lingual seperti, isi Tinggi Proyek Pengembangan
perutnya, panjang tangan, pelacur Lembaga Pendidikan Tenaga
demokrasi, rahim bangsa, dan harga Kependidikan.
mati. Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik,
Teori dan Penerapannya. Jakarta:
5. Jenis tuturan emosi mahasiswa Kota Gramedia.
Baubau dalam ranah demonstrasi, yaitu Nurhayati. 2006. “Bahasa Emosi Wanita
amarah, kesedihan, rasa takut, Karier di Kota Makassar Kajian
kenikmatan, dan jengkel. Psikososiolinguistik”.Disertasi.
Makassar: Pascasarjana
DATAR PUSTAKA Universitas Hasanuddin.
Baskoro,S. 2014. “Pragmatik dan Wacana Rahardi. 2005. Sosiolinguistik, Kode, dan
Korupsi”Jurnal Humaniora. Vol. Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka
26, No 1. Yogyakarta: Universitas Pelajar.
Gajah Mada. Rakhmat, Djalaluddin. 2001. Metode
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal- Penelitian. Bandung. Angkasa.
Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Rusminto.2001. Pragmatik Teori dan
Airlangga. Analisis. Surakarta: Pustaka.
Chaer, A. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik.
Rineka Cipta. Semarang: CV. Ikip Semarang
Ekman, Paul. 2008. Membaca Emosi Press.
Orang. Penerjemah: Abdul Savero, B. 2008. “Demonstrasion
Qadir S. Yogyakarta: Think PerjuanganKontekstual”:http//ww
Yogyakarta. w.com (Selasa 26 mei 2008).
Gusnawaty. 2011. “Perilaku Kesantunan Susiati.2017. “Tuturan Emosi Bahasa
dalam Bahasa Bugis Analisis Indonesia Verbal dan Nonverbal
Sosiopragmatik”. Disertasi. Suku Bajo Sampela: Kajian
Psikolinguistik”. Tesis.
Makassar: Pascasarjan Universitas
Universitas Hasanuddin.
Hasanuddin. Tarigan,H.G. 1990. Pengajaran Pragmatik.
Hasan. 2002. Pokok-pokok Materi Bandung: Angkasa
Metodologi Penelitian dan Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi
Aplikasinya. Bogor: Ghalia. Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Khodijah. 2006. Psikologi Pelajar. IAIN. Yule, G. 2014. Pragmatik. Penerjemah:
Raden Fatah Press. Indah Fajar Wahyuni Yogyakarta:
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Pusataka Pelajar.
Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus
Linguistik. Edisi Keempat.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip
Pragmatik. Penerjemah: M.D.D
Oka. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.

138
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 139—154

STRATEGI PENANGANAN SOAL UKBI MENURUT DIMENSI SOAL FAKTUAL


(Strategies of UKBI Question Management Based on Dimension of Factual Question)

Nanik Sumarsih
Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta
Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, kotabaru, Yogyakarta
Pos-el: nanikbudiyantoro@gmail.com
(Diterima: 15 Februari 2018; Direvisi 13 Mei 2018; Disetujui: 3 Juni 2018)

Abstract
This study discussed about the skill level of junior and senior high school teachers at Yogyakarta in
answering the factually UKBI and handled question strategy according to factual question dimension.This
research used descriptive quantitative approach.The research aimed to determine the good or poor language-
level of the educators which had been measured by UKBI. Therefore, the result of this study wa originally
presented by considering its productivity.The research followed several steps, they were: (1) collecting and
classifying of data, (2) analysing data, (3) presenting analysis result.The ability of junior and senior high school
teachers at DIY in answeingr factual question was 81%. Based on the character of factual question,the strategy
that should be used was that applying 5W 1H strategy (who, what, where, when, why, and how)_. This strategy
can be described as follows: Who is asking about a person as doer. What is asking about an event that happens.
Where is asking about where an event takes place. When is asking time when an event happens. Why is asking
about reason why it happens. How is asking how an event happens.
Keywords: Language Proficiency, UKBI, Factual Question

Abstrak
Kajian ini membahas tingkat kemahiran guru SLTP dan SLTA di Yogyakarta dalam menjawab soal
UKBI yang bersifat faktual beserta strategi penanganan soal menurut dimensi soal faktual. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan baik buruk kemampuan
berbahasa pendidik yang diukur berdasarkan UKBI. Oleh karena itu, hasil penelitian ini memaparkan apa
adanya dengan mempertimbangkan produktivitasnya. Langkah penelitian mengikuti tahapan sebagai berikut.
Pertama, pencarian dan klasifikasi data. Kedua, analisis data. Ketiga, penyampaian hasil analisis. Kemampuan
guru SLTP dan SLTA di DIY dalam menjawab soal yang bersifat faktual masing-masing adalah 81%.
Berdasarkan sifat soal faktual, strategi yang dapat digunakan untuk menjawab bentuk penyoalan ini adalah 5W
1H (who, what, where, when, why, dan how)_ Strategi ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Who ialah tentang
siapa? What, apa yang terjadi? Where, di mana peristiwa itu terjadi, when, kapan hal itu terjadi? Why,
mengapa hal itu terjadi? How, bagaimana hal itu terjadi?
Kata Kunci: Kemahiran Berbahasa, UKBI, Soal Faktual

PENDAHULUAN dengan perolehan UN siswa untuk mata


Berdasarkan penelitian terbatas pada pelajaran Bahasa Indonesia. Sehubungan
tahun 2011 yang dilakukan oleh Solihah dengan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa
(2014:5) diketahui bahwa kemahiran guru di guru yang memiliki kemahiran berbahasa
provinsi dengan UN rendah juga Indonesia yang rendah ternyata dapat
memperlihatkan hasil UKBI yang rendah. berimplikasi pada hasil belajar siswanya,
Sebaliknya, kemahiran berbahasa guru di khususnya untuk pelajaran Bahasa
provinsi yang perolehan UN tinggi juga Indonesia.
menunjukkan kemahiran yang baik. Jadi, Rendahnya kemampuan berbahasa
terdapat hubungan yang cukup signifikan Indonesia berdampak pada rendahnya
antara kemahiran berbahasa Indonesia guru kemampuan membaca dan kemampuan

139
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 139—154

menulis siswa. Setidaknya guru harus unsur (kejadian, detail, waktu, tempat,
memperoleh skor pada tingkat unggul agar ukuraan, dan subjek tertentu). Dimensi
dapat berdampak pada pembelajaran bahasa penyoalan yang bersifat konseptual, yaitu
Indonesia yang menyenangkan dan mampu pengetahuan tentang klasifikasi dan
meningkatkan nilai UN bahasa Indonesia, kategori; pengetahuan tentang berbagai
sekaligus mengefektifkan proses prinsip dan generalisasi serta pengetahuan
pembelajaran yang ada. tentang berbagai teori, struktur, dan model.
Selain hasil UN bahasa Indonesia, Dimensi penyoalan yang bersifat prosedural,
isu strategis lain berkaitan dengan hasil yaitu pengetahuan tentang berbagai
PISA (Programme for International Student kecakapan khusus dan logaritma,
Assessment) dalam hal literasi membaca pengetahuan tentang berbagai teknik khusus
yang menyatakan bahwa pada tahun 2015 dan metode, dan pengetahuan tentang
Indonesia meraih peringkat 64 dari 72 kriteria tertentu untuk menentukan kapan
negara. Hal tersebut disebabkan oleh siswa harus menggunakan prosedur yang tepat
Indonesia tidak dapat menjawab soal-soal (Solihah, 2014:27—32).
yang bersifat analitis. Karena memang Dimensi soal yang bersifat faktual
sampai saat ini, belum menjadi bagian dari memiliki ciri jawaban beracuan konkret
proses pembelajaran sekolah-sekolah di (eksplisit di dalam teks atau wacana),
Indonesia. jawaban berupa ingatan atau pemahaman,
Terkait hal tersebut, sistem dan jawaban tidak memerlukan analisis.
penyoalan dalam UKBI menawarkan Dimensi soal yang bersifat konseptual
konsep-konsep pemecahan masalah yang memiliki ciri jawaban beracuan semi abstrak
selama ini belum diterapkan di sekolah- (implisit atau semiimplisit di dalam teks atau
sekolah. Terdapat tiga jenis penyoalan dalam wacana), jawaban berupa penerapan atau
penyusunan soal UKBI. Salah satu jenis jawaban memerlukan analisis, dan jawaban
penyoalan adalah jenis penyoalan yang bukan berupa ingatan atau pahaman.
bersifat faktual. Penyoalan faktual adalah Dimensi soal yang bersifat prosedural
penyoalan mengenai pengetahuan memiliki ciri jawaban beracuan abstrak
tentangterminologi, detail, dan unsur (implisit di dalam teks/wacana), jawaban
(kejadian, detail, waktu, tempat, ukuraan, memerlukan analisis yang kompleks, dan
subjek tertentu). jawaban memerlukan evaluasi.
Kajian mengenai strategi penanganan Selain dimensi penyoalan,
soal UKBI ini perlu dilakukan guna penyusunan soal UKBI juga memperhatikan
memberi wawasan kepada calon peserta uji ranahnya. Ranah adalah lingkungan yang
agar lebih mudah memahami soal saat memungkinkan terjadinya komunikasi,
mengikuti tes UKBI. Kajian penelitian ini misalnya ranah ekonomi, ranah pertanian,
berjudul “Strategi Penanganan Soal UKBI ranah agama, dan ranah politik. Setiap ranah
Menurut Dimensi Soal Faktual”. Penelitian mencerminkan tingkat kerumitan yang
ini bertujuan untuk memperoleh pemetaan berbeda berdasarkan kekhasan peristilahan.
tingkat kemahiran guru di DIY dalam Penyoalan di dalam UKBI tidak dibatasi
menjawab soal yang bersifat faktual beserta pada ranah tertentu, tetapi justru seberagam
strategi penanganan soalnya. mungkin. Terdapat empat ranah yang
LANDASAN TEORI digunakan dalam penyoalan UKBI, yaitu (1)
Terdapat tiga dimensi penyoalan sintas, (2) sosial, (3) vokasional, dan (4)
dalam UKBI, yaitu faktual, konseptual, dan akademik (Solihah, 2014:5—16).
prosedural (Maryanto, 2009:1—2). Dimensi Sintas memperlihatkan kesadaran
penyoalan yang bersifat faktual yaitu berkomunikasi untuk kepentingan personal
pengetahuan tentangterminologi, detail, dan di tempat umum, misalnya komunikasi yang

140
Strategi Penanganan Soal …. (Nanik Sumarsih)

terwujud ketika seseorang membeli sesuatu Pemaparan ketiga tahap tersebut sebagai
di warung atau di perpustakaan. Fokus berikut.
penceritaan pada kebutuhan atau keinginan Data penelitian ini adalah tingkat
orang/individu. Dengan wacana sintas, kemahiran berbahasa Indonesia guru di
sekurang-kurangnya peserta uji dapat Daerah Istimewa Yogyakarta berdasar hasil
memahami bagaimana mengungkapkan diri, UKBI. Mengingat banyaknya guru yang
menyadari eksistensi diri atau potensi diri telah mengikuti UKBI, dalam penelitian ini
sebagai makhluk Tuhan, dan menyadari diri akan dibatasi untuk guru SLTP dan SLTA di
sebagai bagian dari keluarga dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang
lingkungan. mengikuti UKBI pada rentang uji tahun
Sosial memperlihatkan gambaran 2012—2013. Berkaitan dengan itu, data
tentang kesadaran berkomunikasi untuk berupa hasil UKBI didapatkan dari tim
kepentingan interpersonal yang merupakan UKBI Balai Bahasa DIY. Sumber data
komunikasi yang terwujud dalam berupa template-template penilaian yang
mengekspresikan kerja sama, kepedulian, telah dilakukan oleh tim UKBI Balai Bahasa
keperihatinan, dan kepekaan terhadap orang DIY.
lain. Misalnya, ungkapan kepedulian Penelitian ini menggunakan
terhadap dampak bencana alam dan pendekatan kuantitatif deskriptif. Hal ini
ungkapan dalam membangun kerja sama dimaksudkan untuk menentukan baik buruk
dengan orang lain dalam arisan. Fokus kemampuan berbahasa pendidik diukur
penceritaan pada hubungan individu dan berdasarkan UKBI. Oleh karena itu, hasil
sesama anggota masyarakat. Dengan wacana penelitian ini dipaparkan apa adanya dengan
sosial sekurang-kurangnya peserta uji dapat mempertimbangkan produktivitasnya.
memahami bagaimana menjalin komunikasi Analisis data dilakukan dengan
dengan orang lain dalam rangka menjalin metode agih. Metode agih adalah metode
kerja sama, mengungkapkan kepedulian, yang pelaksanaannya menggunakan unsur
mengungkapkan gagasan dalam penentu yang berupa unsur bahasa itu sendiri
meningkatkan hubungan, dan sebagainya. (Sudaryanto 1993:13—15). Pemanfaatkan
Vokasional memperlihatkan metode ini untuk menangani model
kesadaran berkomunikasi mengenai perilaku penyoalan yang memang memanfaatkan
produktif untuk menghasilkan barang atau aspek-aspek kebahasaan, baik secara
jasa, misalnya pembuatan lem, penggunaan semantik, gramatikal, maupun pragmatik.
kamera, cara bertanam, konsultasi Aspek semantik diterapkan apabila
kesehatan, dan konsultasi hukum. penyoalan berupa peristilahan atau pilihan
Akademik memperlihatkan kata; aspek gramatikal diterapkan apabila
kesadaran berkomunikasi mengenai perilaku penyoalan berupa pengalimatan; dan aspek
keilmiahan untuk pengembangan ilmu dan pragmatik diterapkan apabila penyoalan
pengetahuan, misalnya temuan ilmiah, berupa tuturan.
diskusi ilmiah, laporan iptek, dan orasi Metode ini diterapkan dengan cara
ilmiah. mengamati hasil uji yang telah dilakukan.
Hasil uji yang telah dilakukan dipilih yang
benar berdasarkan dimensi penyoalan UKBI.
METODE PENELITIAN Dimensi penyoalan dalam UKBI dibedakan
Ada tiga tahapan dalam pelaksanaan menjadi tiga, yaitu (1) faktual, (2)
penelitian ini, yaitu tahap pengumpulan data, konseptual, dan (3) prosedural.
tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil Penyajian hasil analisis
analisis data (Sudaryanto 1993:5). menggunakan metode formal dan informal.
Metode formal digunakan sebagai alat bantu

141
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 139—154

penjelasan, ditampilkan beberapa tabel dan tersebut dipilah berdasar kelompok guru
bagan. Dengan metode informal, hasil SLTP dan guru SLTA.
penelitian ini dideskripsikan dengan Tingkat Kemahiran Guru SLTP dalam
menggunakan ekspresi tulis bahasa Menjawab Soal yang Bersifat Faktual
Indonesia. Peserta guru Bahasa Indonesia
tingkat SLTP di Daerah Istimewa
PEMBAHASAN Yogyakarta yang mengikuti tes UKBI
Tingkat Kemahiran Guru SLTP dan sebanyak seratus orang. Sejumlah peserta
SLTA di Yogyakarta dalam Menjawab tersebut telah mengerjakan soal UKBI
Soal yang Bersifat Faktual termasuk soal faktual pada tes UKBI ini
Pada bagian ini akan dipaparkan yang berjumlah 22 soal. Jawaban soal
hasil tes UKBI terhadap soal faktual. Hasil faktual peserta UKBI guru Bahasa Indonesia
tes tersebut meliputi jawaban terhadap soal- tingkat SLTP di Daerah Istimewa
soal tes yang berupa soal faktual. Hasil tes Yogyakarta dapat diamati pada tabel 1
berikut.

Tabel 1
Tingkat Kemahiran Guru SLTP di DIY
dalam Menjawab Soal yang Bersifat Faktual
Rerata
Jumlah Peserta
Jumlah Jawaban Persentase Jumlah
No. yang Menjawab
Benar (%) Jawaban
Benar
Benar
1. 11 2 2
2. 12 2 2
3. 13 3 3
4. 14 1 1
5. 15 3 3
6. 16 7 7 18
7. 17 16 16 (1805:100)
8. 18 19 19
9. 19 18 18
10. 20 18 18
11. 21 9 9
12. 22 2 2

Berdasarkan tabel 1 peserta yang mampu menjawab 16 soal faktual dengan


mampu menjawab 11 soal faktual dengan benar sejumlah 7 orang atau 7 persen.
benar adalah 2 orang atau 2 persen. Peserta Peserta yang mampu menjawab 17 soal
yang mampu menjawab 12 soal faktual faktual dengan benar sejumlah 16 orang atau
dengan benar adalah 2 orang atau 2 persen. 16 persen. Peserta yang mampu menjawab
Peserta yang mampu menjawab 13 soal 18 soal faktual dengan benar sejumlah 19
faktual dengan benar adalah 3 orang atau 3 orang atau 19 persen. Peserta yang mampu
persen. Peserta yang mampu menjawab 14 menjawab 19 soal faktual dengan benar
soal faktual dengan benar adalah 1 orang sejumlah 18 orang atau 18 persen. Peserta
atau 1 persen. Peserta yang mampu yang mampu menjawab 20 soal faktual
menjawab 15 soal faktual dengan benar dengan benar sejumlah 18 orang atau 18
adalah 3 orang atau 3 persen. Peserta yang persen. Peserta yang mampu menjawab 21

142
Strategi Penanganan Soal …. (Nanik Sumarsih)

soal faktual dengan benar sejumlah 9 orang penelitian ini. Rerata yang diperoleh dari
atau 9 persen. Peserta yang mampu jumlah peserta yang mampu menjawab soal
menjawab 22 soal faktual dengan benar faktual dengan benar adalah 18 jawaban
sejumlah 2 orang atau 2 persen. benar.
Kemampuan guru Bahasa Indonesia Dari hasil rerata yang telah
tingkat SLTP di Daerah Istimewa diperoleh tersebut dapat dicari simpangan
Yogyakarta secara umum dalam menjawab baku untuk menentukan batas toleransi
soal faktual dapat diketahui dengan cara peserta yang masih dianggap layak memiliki
menentukan rerata jumlah peserta yang kemampuan rata-rata. Untuk memperoleh
mampu menjawab soal dengan benar. simpangan baku tersebut digunakan rumus
Berdasarkan jumlah jawaban tersebut dapat 2
diketahui rerata dari jumlah jawaban yang yang telah ditentukan yaitu dengan √∑𝑁𝑋 .
benar seluruh peserta UKBI pada data

Tabel 2
Predikat Tingkat Kemahiran Guru SLTP di DIY
dalam Menjawab Soal yang Bersifat Faktual
Berdasar Simpangan Baku
No. Jumlah Jumlah Peserta
Jawaban yang
Nilai X2 Predikat
Benar Menjawab
Benar
1. 11 2 X1=-749
2. 12 2 X2=-636
Sangat tidak Mampu
3. 13 3 X3=-525
4. 14 1 X4= -416
5. 15 3 X5= -39 Tidak Mampu
6. 16 7 X6= -24 Kurang Mampu
7. 17 16 X7= -11 Agak Mampu
8. 18 19 X8= 00 Cukup Mampu
9. 19 18 X9= 11 Mampu
10. 20 18 X10=24
11. 21 9 X11=39 Sangat Mampu
12. 22 2 X12=416
2
∑𝑋 170
∑ 𝑋2 170:100=1,7
𝑁
2 √1,7= 1,3
√∑ 𝑋
𝑁

Berdasarkan tabel 2 dapat dinyatakan terdapat 8 orang yang memiliki predikat


bahwa peserta yang mendapat predikat sangat tidak mampu. Peserta yang mendapat
sangat tidak mampu adalah peserta yang predikat tidak mampu adalah peserta yang
mengerjakan soal dengan benar sebanyak mengerjakan soal dengan benar sebanyak 15
11, 12, 13, dan 14 soal. Dalam hal ini soal. Dengan kata lain terdapat 3 orang yang

143
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 139—154

memiliki predikat tidak mampu. Peserta tidak mampu, kurang mampu, dan agak
yang mendapat predikat kurang mampu mampu. Sementara itu, terdapat 47 peserta
adalah peserta yang mengerjakan soal yang meraih predikat di atas rerata, yaitu
dengan benar sebanyak 16 soal. Pada mereka yang mendapat predikat mampu dan
predikat ini terdapat 7 orang yang memiliki sangat mampu. Oleh karena itu, perlu
predikat kurang mampu. Peserta yang dilakukan pelatihan strategi mengerjakan
mendapat predikat agak mampu adalah soal faktual terutama kepada 34 peserta guru
peserta yang mengerjakan soal dengan benar Bahasa Indonesia yang hanya mampu
sebanyak 17 soal. Dalam pengertian ini meraih predikat sangat tidak mampu, tidak
terdapat 16 orang yang memiliki predikat mampu, kurang mampu, dan agak mampu.
agak mampu. Peserta yang mendapat
predikat mampu adalah peserta yang Tingkat Kemahiran Guru SLTA dalam
mengerjakan soal dengan benar sebanyak 19 Menjawab Soal yang Bersifat Faktual
soal. Pada capaian ini terdapat 18 orang Seperti halnya peserta UKBI guru
yang memiliki predikat mampu. Peserta Bahasa Indonesia tingkat SLTP, peserta
yang mendapat predikat sangat mampu UKBI guru Bahasa Indonesia tingkat SLTA
adalah peserta yang mengerjakan soal di Daerah Istimewa Yogyakarta yang
dengan benar sebanyak 20, 21, dan 22 soal. mengikuti tes UKBI pada data penelitian ini
Dalam hal ini terdapat 29 orang yang sebanyak seratus orang. Seluruh peserta
memiliki predikat sangat mampu. tersebut telah mengerjakan soal UKBI
Berdasarkan perolehan predikat termasuk soal faktual pada tes UKBI yang
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat berjumlah 22 soal. Jawaban soal faktual
34 orang peserta yang hanya dapat meraih peserta guru Bahasa Indonesia tingkat SLTA
predikat di bawah rerata, yaitu mereka yang di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat
mendapat predikat sangat tidak mampu, diamati pada tabel berikut ini.

Tabel 3
Tingkat Kemahiran Guru SLTA di DIY
dalam Menjawab Soal yang Bersifat Faktual
Rerata
Jumlah Peserta
Jumlah Jawaban Persentase Jumlah
No. yang Menjawab
Benar (%) Jawaban
Benar
Benar
1. 10 1 1
2. 11 1 1
3. 12 - -
4. 13 3 3
5. 14 3 3
6. 15 6 6
18
7. 16 11 11
(1797:100)
8. 17 16 16
9. 18 9 9
10. 19 19 19
11. 20 20 20
12. 21 8 8
13. 22 3 3

144
Strategi Penanganan Soal …. (Nanik Sumarsih)

Berdasarkan tabel 3 tersebut dapat paling banyak dikerjakan peserta adalah 22


dikatakan bahwa peserta yang mampu jawaban yang benar dari 22 soal faktual.
menjawab 10 soal faktual dengan benar Dari jawaban tersebut, peserta yang
adalah 1 orang atau 1 persen. Peserta yang menjawab 22 soal dengan benar sebanyak 3
mampu menjawab 11 soal faktual dengan orang atau 3 persen. Sementara itu, jumlah
benar adalah1 orang atau 1 persen. Peserta jawaban benar yang paling sedikit
yang mampu menjawab 13 soal faktual dikerjakan oleh peserta adalah 10 jawaban.
dengan benar adalah 3 orang atau 3 persen. Peserta yang menjawab 10 sebanyak 1 orang
Peserta yang mampu menjawab 14 soal atau sebanyak 1 persen.
faktual dengan benar adalah 3 orang atau 3 Kemampuan secara umum untuk
persen. Peserta yang mampu menjawab 15 menjawab soal UKBI guru Bahasa Indonesia
soal faktual dengan benar adalah 6 orang tingkat SLTA di Daerah Istimewa
atau 6 persen. Peserta yang mampu Yogyakarta dapat diketahui dengan cara
menjawab 16 soal faktual dengan benar menentukan rerata jumlah peserta yang
sejumlah 11 orang atau 11 persen. Peserta mampu menjawab soal dengan benar.
yang mampu menjawab 17 soal faktual Berdasarkan jumlah jawaban tersebut dapat
dengan benar sejumlah 16 orang atau 16 diketahui rerata dari jumlah jawaban yang
persen. Peserta yang mampu menjawab 18 benar seluruh peserta UKBI pada data
soal faktual dengan benar sejumlah 9 orang penelitian ini. Rerata yang diperoleh dari
atau 9 persen. Peserta yang mampu jumlah peserta yang mampu menjawab soal
menjawab 19 soal faktual dengan benar UKBI dengan benar adalah 18 jawaban yang
sejumlah 19 orang atau 19 persen. Peserta benar.
yang mampu menjawab 20 soal faktual Dari hasil rerata yang telah diperoleh
dengan benar sejumlah 20 orang atau 20 tersebut dapat dicari simpangan baku untuk
persen. Peserta yang mampu menjawab 21 menentukan batas toleransi peserta yang
soal faktual dengan benar sejumlah 8 orang masih dianggap layak memiliki kemampuan
atau 8 persen. Peserta yang mampu rata-rata. Untuk memperoleh simpangan
menjawab 22 soal faktual dengan benar baku tersebut digunakan rumus yang telah
sejumlah 3 orang atau 3 persen. 2
Berdasarkan tabel tersebut dapat ditentukan yaitu dengan √∑𝑁𝑋 .
disimpulkan bahwa jumlah jawaban benar

Tabel 4
Predikat Tingkat Kemahiran Guru SLTA di DIY
dalam Menjawab Soal yang Bersifat Faktual
Berdasar Simpangan Baku
Jumlah Jumlah Peserta
Jawaban yang
No. Nilai X2 Predikat
Benar Menjawab
Benar
1. 10 1 X1=-864
Sangat tidak Mampu
2. 11 1 X2=-749
3. 12 - X3=-636
Tidak Mampu
4. 13 3 X4=-525
5. 14 3 X5=-416
Kurang Mampu
6. 15 6 X6=-39

145
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 139—154

7. 16 11 X7=-24
Agak Mampu
8. 17 16 X8=-11
9. 18 9 X9=00 Cukup Mampu
10. 19 19 X10=11
Mampu
11. 20 20 X11=24
12. 21 8 X12=39
Sangat Mampu
13. 22 3 X13=416
∑𝑋 2 234
∑ 𝑋2 234:100=2,34
𝑁
2 √2,34= 1,53
√∑ 𝑋
𝑁

Berdasarkan tabel tersebut dapat mendapat predikat sangat mampu adalah


dinyatakan bahwa peserta yang mendapat peserta yang mengerjakan soal dengan
predikat sangat tidak mampu adalah benar sebanyak 21 dan 22 soal. Dalam hal
peserta yang mengerjakan soal dengan ini terdapat 11 orang yang memiliki
benar sebanyak 10 dan 11 soal. Dalam hal predikat sangat mampu.
ini terdapat 2 orang yang memiliki predikat Berdasarkan perolehan predikat
sangat tidak mampu. Peserta yang tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
mendapat predikat tidak mampu adalah 41 peserta yang hanya dapat meraih
peserta yang mengerjakan soal dengan predikat di bawah rerata, yaitu mereka
benar sebanyak 12 dan 13 soal. Dengan yang mendapat predikat sangat tidak
kata lain terdapat 3 orang yang memiliki mampu, tidak mampu, dan kurang mampu.
predikat tidak mampu. Peserta yang Sementara itu, terdapat 50 peserta yang
mendapat predikat kurang mampu adalah meraih predikat di atas rerata, yaitu mereka
peserta yang mengerjakan soal dengan yang mendapat predikat mampu dan sangat
benar sebanyak 14 dan 15 soal. Pada mampu. Oleh karena itu, perlu dilakukan
kondisi ini terdapat 9 orang yang memiliki pelatihan strategi mengerjakan soal faktual
predikat kurang mampu. Peserta yang terutama kepada 41 peserta guru Bahasa
mendapat predikat agak mampu adalah Indonesia tingkat SLTAyang hanya
peserta yang mengerjakan soal dengan mampu meraih predikat sangat tidak
benar sebanyak 16 dan 17 soal. Dalam mampu, tidak mampu, agak mampu, dan
pengertian ini terdapat 27 orang yang kurang mampu.
memiliki predikat agak mampu. Peserta
yang mendapat predikat cukup mampu Strategi Penanganan Soal Menurut
adalah peserta yang mengerjakan soal Dimensi Soal Faktual
dengan benar sebanyak 18 soal. Dalam Dimensi penyoalan dalam UKBI
pengertian ini terdapat 9 orang yang berupa dimensi pengetahuan. Ada tiga
memiliki predikat cukup mampu. Peserta dimensi penyoalan, yaitu faktual,
yang mendapat predikat mampu adalah konseptual, dan prosedural. Faktual adalah
peserta yang mengerjakan soal dengan pengetahuan tentang terminologi, detail,
benar sebanyak 19 dan 20 soal. Pada dan unsur (kejadian, detail, waktu, tempat,
capaian ini terdapat 39 orang yang ukuran, subjek tertentu). Konseptual
memiliki predikat mampu. Peserta yang adalah pengetahuan tentang klasifikasi dan

146
Strategi Penanganan Soal …. (Nanik Sumarsih)

kategori, pengetahuantentang berbagai Berdasar sifat faktual tersebut


prinsip dan generalisasi, strategi yang dapat digunakan untuk
pengetahuantentang berbagai teori, menjawab bentuk penyoalan ini adalah
struktur, dan model. Prosedural adalah dengan menggunakan strategi 5W 1H,
pengetahuan tentang berbagai kecakapan yaitu who, what, where, when, why, dan
khusus dan logaritma, pengetahuan tentang how. Strategi ini dapat dijabarkan sebagai
berbagai teknik khusus dan metode, berikut. Who ialah tentang siapa? What,
pengetahuan tentang kriteria tertentu untuk apa yang terjadi? Where, di mana peristiwa
menentukan kapan harus menggunakan itu terjadi, when, kapan hal itu terjadi?
prosedur yang tepat. Why, mengapa hal itu terjadi? How,
Dimensi pengetahuan tersebut bagaimana hal itu terjadi?
diwujudkan dalam dimensi kognitif yang
berupa mengingat, memahami, Who
menganalisis, dan mengevaluasi (Solihah, Kata tanya who berisi pertanyaan
2014:25). Penyoalan yang menggunakan mengenai siapa. Contoh pertanyaan yang
dimensi mengingat diwujudkan dengan menggunakan kata tanya who. Siapa yang
cara mengungkapkan kembali, rekognisi melakukan perbuatan itu? Siapa yang
(mengidentifikasi/mengenali). Penyoalan menjadi korban dari perbuatan itu? Siapa
yang menggunakan dimensi memahami yang merasa dirugikan olehnya? Siapa
diwujudkan dengan cara menafsirkan, yang menyuruhnya melakukan perbuatan
mengelompokkan, menyimpulkan, itu? Siapa yang terlibat di dalam peristiwa
mengklasifikasi, membuat perbandingan, itu?
memberikan penjelasan. Penyoalan yang
menggunakan dimensi menganalisis Dengarkanlah dialog berikut.
diwujudkan dengan cara membedakan, “MEMILIH TEMPAT TINGAL”
menyusun ulang, melengkapi, Pemain : Pasangan suami istri
menguraikan, mengintegrasikan. muda
Penyoalan yang menggunakan dimensi Lokasi : Ruang pameran
mengevaluasi diwujudkan dengan cara perumahan
memberikan kritik (penilaian), membuat Istri : Jangan tergesa membeli ya.
hipotesis. Berikut paparan lebih lanjut Suami : Kita melihat-lihat dulu! Membeli
mengenai strategi penangan soal UKBI, rumah kan tidak seperti membeli
yang bersifat faktual. pisang goreng. Banyak yang harus
Dimensi penyoalan yang bersifat dipertimbangkan.
faktual merupakan dimensi penyoalan Istri : Menurutku, rumah haruslah
yang paling sederhana. Jawaban dari nyaman, aman, dan tenteram.
dimensi penyoalan ini beracuan konkret Rumah kan tempat melepas lelah
(eksplisit di dalam teks/wacana sehingga sesudah seharian terkuras
jawaban berupa ingatan/pemahaman dan pekerjaan.
tidak memerlukan analisis. Suami : Yang juga perlu diperhatikan,
Pertanyaan faktual dapat berupa yaitu lokasi dan kondisi. Lokasi
nama, identitas (misalnya, pria, wanita, harus mudah dicapai dengan
anak-anak, dewasa, orang tua), profesi transportasi umum. Yang kedua,
(misalnya, mahasiswa, guru), waktu, kondisi. Artinya, kondisi lokasi
lokasi/tempat, bentuk, peristiwa/kejadian, bukan termasuk daerah rawan
jumlah, ukuran (panjang, luas, isi), jenis, banjir, gempa, atau tanah longsor.
alat, cara tindakan. Juga jauh dari pusat industri.

147
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 139—154

Istri : Bagi kita, yang penting untuk


beberapa tahun ke depan, yaitu What
jarak ke fasilitas pendidikan anak, Kata tanya what berisi pertanyaan
minimal TK dan SD. Kalau lebih mengenai permasalahan atau hal yang
dari 1 km, rasanya bisa terjadi pada suatu peristiwa. Selain
merepotkan. Oya, lalu bagaimana peristiwa, kata tanya ini juga dapat
juga dengan jarak ke fasilitas lain, digunakan untuk menanyakan benda,
seperti tempat ibadah, pasar, permasalahan, pendapat, dan lain-lain.
puskemas, lapangan olahraga, Contoh pertanyaan yang menggunakan
atau ruang terbuka hijau. kata tanya what ‘apa’. Apa yang
Suami : Aku setuju saja. Tapi, juga perlu sebenarnya terjadi?; apa yang sedang
kita pertimbangkan, yaitu kondisi dilakukan olehnya?; apa yang dibawa oleh
lahan: datar atau miring. si pelaku ?; apa permasalahannya?; apa
Sebaiknya, kita menghindari yang akan dilakukan olehnya?
lahan miring.
Istri : Masih banyak, lho! Misalnya, Dengarkanlah dialog berikut.
perihal infrastruktur: tersedia Dialog antara guru (G) dan murid (M) di
tidaknya jaringan listrik, telepon, ruang kelas
dan sumber air bersih. G : Ardy, kenapa kamu terlambat
Suami : Yang sepertinya sepele, tapi vital, lagi?
misalnya, lancar tidaknya saluran M : Anu Bu, Ardy tadi di jalan
pembuangan air limbah. Namun, menemukan dompet.
yang juga tidak kalah penting G : Mana dompetnya?
ialah kelengkapan surat, baik M : Sudah saya kembalikan, Bu.
untuk status tanah maupun G : Dikembalikan dimana?
perizinan. Terakhir, tentang M : Pada pemiliknya, karena di dalam
kualitas bangunan. Harus dompet ada alamatnya.
diperiksa apakah kualitas sudah G : Ardy, kamu itu sudah berkali-kali
seperti yang disebutkan di brosur. terlambat dan selalu ada alasan.
Istri : Wah, banyak yang harus kita M : Ini bukan salah Ardy, Bu.
perhatikan, termasuk mengecek G : Ardy, Ardy, sudah banyak alasan
lokasi! Jadi, sepakat tak tergesa yang kau katakan pada Bu guru.
membeli. M : Maafkan Ardy, Bu guru.
Intisari, No. 543, Oktober 2008:42 G : Sebagai hukumannya, sekarang
Pilihlah satu jawaban berikut yang kamu membuat hitungan di
menurut Anda benar dengan menyilang bukumu dariangka satu hingga
huruf A, B, C, atau D. angka seratus.
Siapakah pasangan pelaku dialog? M : Ya, Bu guru.
(A) suami istri G : Itu bel berbunyi, anak-anak boleh
(B) teman bermain pulang, kecuali Ardy.
(C) sahabat karib M : Ada apa Bu guru saya disuruh
(D) kakak adik tinggal?
Jawaban pertanyaan di atas sudah G : Ada yang akan ibu bicarakan
tertera dalam dialog. Pertanyaan tersebut kepadamu.
menanyakan siapakah pasangan yang ada M : Tentang apa Bu?
di dalam dialog. Jawaban dari pertanyaan G : Ardy Bu guru sangat prihatin atas
tersebut adalah opsi (A) suami isteri seperti nilai ulanganmu yang semakin
yang tercantum dalam dialog. menurun.

148
Strategi Penanganan Soal …. (Nanik Sumarsih)

M : Maafkan Ardy Bu. mana dia tertangkap? Di mana


G : Ibu khawatir kamu tidak naik permasalahan itu pertama kali muncul?
kelas.
M : Jangan Bu guru. Dengarkanlah dialog berikut.
G : Ada syaratnya. “MEMILIH TEMPAT TINGAL”
M : Apa Bu guru? Pemain : Pasangan suami istri
G : Mulai sekarang kamu harus rajin, muda
tidak boleh terlambat lagi. Lokasi : Ruang pameran
M : Ya, Bu guru. perumahan
G : Hanya ini yang bisa Ibu katakan. Dialog selanjutnya sama seperti contoh
terserah kamu. di atas
M : Maafkan atas kesalahan Ardy Bu, Pilihlah satu jawaban berikut yang
mulai besok Ardy tidak akan menurut Anda benar dengan menyilang
terlambat lagi. huruf A, B, C, atau D.
Dimanakah dialog tersebut berlangsung?
Pilihlah satu jawaban berikut yang (A) Di teras rumah
menurut Anda benar dengan menyilang (B) Ruang pameran perumahan
huruf A, B, C, atau D. (C) Kantor pemasaran rumah
Apa yang ditemukan Ardy di jalan? (D) Di lahan perumahan
(A) Tas Jawaban pertanyaan di atas sudah
(B) SIM tertera dalam dialog. Pertanyaan tersebut
(C) Dompet menanyakan dimanakah dialog tersebut
(D) STNK berlangsung. Jawaban dari pertanyaan
Jawaban dari dimensi penyoalan tersebut adalah opsi (B) ruang pameran
faktual bersifat eksplisit. Jawaban tertuang perumahan seperti yang tercantum dalam
di dalam bacaan sehingga tidak dialog.
memerlukan analisis. Seperti pada contoh
di atas empat opsi jawaban yang tercantum When
dalam bacaan adalah opsi (C) dompet. Hal Kata tanya when ‘kapan’ berisi
tersebut dapat dilihat dari bentuk pertanyaan-pertanyaan mengenai waktu
pertanyaannya yang menggunakan kata terjadinya peristiwa, berita atau cerita yang
tanya “apa” dan jawaban yang tercantum terjadi. Contoh pertanyaan yang
dalam dialog adalah dompet yaitu pada menggunakan kata tanya kapan. Kapan
dialog berikut. peristiwa itu terjadi? Kapan dia melakukan
G : Ardy, kenapa kamu terlambat perbuatan itu? Kapan dia datang ke tempat
lagi? itu? Kapan dia tiba di lokasi kejadian?
M : Anu Bu, Ardy tadi di jalan Kapan dia kembali ke rumahnya?
menemukan dompet
Dengarkanlah dialog berikut.
Dialog antara seorang dokter (D) dengan
Where seorang penyiar (P) di sebuah stasiun
Kata tanya where ‘di mana’ radio.
mengandung pertanyaan-pertanyaan P : ”Saat ini produk-produk
mengenai tempat atau lokasi sebuah antiseptik kian marak di pasaran.”
peristiwa terjadi. Contoh pertanyaan yang D : ”Ya, masyarakat sekarang ingin
menggunakan kata tanya where. Di mana selalu hidup bersih dan steril.”
peristiwa itu terjadi? Di mana berita itu P : ”Apakah penggunaan antiseptik
dimuat? Di mana dia bersembunyi? Di ini sudah yang terbaik, Dok?”

149
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 139—154

D : ”Ada hasil pengujian di sejumlah empat opsi jawaban yang tercantum dalam
laboratorium yang bacaan adalah opsi (C) saat memerlukan.
mengungkapkan bahwa bakteri Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk
belum tentu mati, justru semakin pertanyaannya yang menggunakan kata
kuat.” tanya “kapan” dan jawaban yang
P : ”Hmm... Lalu, kapan sebenarnya tercantum dalam dialog adalah saat
kita memerlukan produk-produk memerlukan, yaitu pada dialog berikut.
antikuman ini?” P : ”Hmm... Lalu, kapan sebenarnya
D : ”Sebenarnya tidak semua kuman kita memerlukan produk-produk
merugikan. Pakailah pada saat antikuman ini?”
memerlukan, misalnya memakai D : ”Sebenarnya tidak semua kuman
sabun yang mengandung merugikan. Pakailah pada saat
antiseptik pada saat kita terkena memerlukan, misalnya memakai
penyakit kulit, menggunakan sabun yang mengandung
cairan antiseptik pada saat air antiseptik pada saat kita terkena
yang kita pakai dalam kondisi penyakit kulit, menggunakan
yang tidak baik.” cairan antiseptik pada saat air
P : ”Apakah produk-produk seperti yang kita pakai dalam kondisi
sabun, pasta gigi, atau kosmetik yang tidak baik.”
yang mengandung antiseptik dan
yang tidak mengandung antiseptik Why
mempunyai perbedaan yang Kata tanya why
signifikan?” ‘mengapa’mengandung pertanyaan-
D : ”Menurut hasil penelitian tidak pertanyaan mengenai alasan atau motivasi
ada perbedaan yang signifikan terjadinya sebuah peristiwa. Tidak
penggunaan barang-barang yang selamanya penggunaan kata tanya ini
mengandung antiseptik dan yang menghasilkan soal yang bersifat faktual.
tidak. Yang penting adalah Soal dikatakan bersifat faktual jika opsi
dilakukan dengan benar, seperti jawaban tertera atau eksplisit di dalam
mencuci tangan dengan benar.” bacaan. Contoh pertanyaan yang
P : ”Jadi, yang penting pola hidup menggunakan kata tanya why ‘mengapa’.
sehat ya, Dok?” Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
D : ”Iya, jangan mentang-mentang Mengapa dia melakukan itu? Mengapa dia
sudah memakai cairan antiseptik, pergi ke tempat itu? Mengapa dia
jadi lupa mencuci tangan.” mengatakan seperti itu? Mengapa peristiwa
itu menjadi sangat heboh?
Pilihlah satu jawaban berikut yang
menurut Anda benar dengan menyilang Bacalah bacaan berikut!
huruf A, B, C, atau D. Nama rosella belakangan naik
Kapan kita memerlukan produk-produk daun. Bukan cuma rasanya yang asem-
antikuman? asem segar yang bikin orang rindu untuk
(A) setiap saat mencicipinya lagi dan lagi. Kelopak
(B) sesuka hati bunganya yang merah cabai, diyakini juga
(C) saat memerlukan sebagai obat mujarab pengusir puluhan
(D) kapan pun jenis gangguan tubuh.
Sama seperti pertanyaan yang lain, Nama rosella tiba-tiba menarik
jawaban dari dimensi penyoalan faktual perhatian, tentu karena khasiatnya
bersifat eksplisit. Pada contoh di atas mengusir berbagai keluhan tubuh. Mulai

150
Strategi Penanganan Soal …. (Nanik Sumarsih)

dari yang ringan seperti menjaga stamina, penyebab tuberkulosis. Khasiat lain adalah
menurunkan panas, menurunkan tekanan sebagai penetral alkohol. Uji praklinik
darah, sampai yang lumayan berat seperti pada unggas menunjukkan bahwa ekstrak
menurunkan kadar gula, menghambat rosella menurunkan tingkat penyerapan
tumbuhnya kanker, atau memulihkan alkohol sehingga menurunkan efek alkohol
ketergantungan obat. di dalam tubuh. Di Guatemala malah jadi
Sekitar tahun 80-an serat rosella salah satu obat terapi pecandu narkoba.
digunakan untuk pembuatan karung dan Sumber: Intisari, Agustus 2009, hlm.
pakaian. Tapi kemudian nasibnya 104—110
memburuk digusur pemakaian bahan
plastik untuk karung. Tahun 2004, rosella Pilihlah satu jawaban berikut yang
muncul dan terkenal lagi. Pemunculan ini menurut Anda benar dengan menyilang
rupanya terkait dengan warna bunganya huruf A, B, C, atau D.
yang merah. Di kalangan herbalis, warna Mengapa nama rosella menarik perhatian?
merah bukan cuma berarti berani tapi Karena...
sering dikaitkan dengan khasiat untuk (A) khasiatnya mengusir berbagai
mengobati penyakit. keluhan tubuh.
Tak salah kalau orang (B) warna bunganya merah cabai.
menyebutnya sebagai bunga rosella. (C) dapat digunakan untuk pembuatan
Memang yang dijadikan minuman bukan karung dan pakaian.
keseluruhan bunga, tapi cuma kelopaknya. (D) rasanya yang asem-asem segar.
Kelopak inilah yang mengandung vitamin
C tinggi. Bahkan kandungannya sembilan Pada contoh di atas empat opsi
kali lebih banyak dibandingkan dengan jawaban yang tercantum dalam bacaan
vitamin C di dalam jeruk sitrus dan adalah opsi (A) khasiatnya mengusir
sepuluh kali lipat dibandingkan dengan berbagai keluhan tubuh. Hal tersebut dapat
belimbing. Setiap 100g kelopak rosella dilihat dari bentuk pertanyaannya yang
segar mengandung 260—280mg vitamin menggunakan kata tanya “mengapa” dan
C. Jumlah itu tiga kali lipat kadar vitamin jawaban yang tercantum dalam bacaan
pada anggur hitam. Seperti kita tahu, di adalah khasiatnya mengusir berbagai
dalam tubuh, vitamin C alami ini berfungsi keluhan tubuh, yaitu pada kutipan bacaan
membantu memperbaiki metabolisme dan berikut.
meningkatkan daya tahan tubuh. Nama rosella tiba-tiba menarik
Kelopak bunga rosella juga kaya perhatian, tentu karena khasiatnya
vitamin A, kalsium, kalium, zat besi, mengusir berbagai keluhan tubuh. Mulai
natrium, karbohidrat, serat, dan zat-zat gizi dari yang ringan seperti menjaga stamina,
lain. Kombinasi dari beberapa jenis nutrisi menurunkan panas, menurunkan tekanan
ini digunakan oleh para herbalis untuk darah, sampai yang lumayan berat seperti
membuat resep menurunkan lemak badan. menurunkan kadar gula, menghambat
Juga program diet buat penderita kencing tumbuhnya kanker, atau memulihkan
manis dan mencegah osteoporosis. ketergantungan obat.
Di sejumlah negara di Afrika,
India, dan Meksiko, rosella dikategorikan
sebagai obat tradisional. Kira-kira seperti How
jamu di Indonesia. Ekstrak kelopak bunga Kata tanya how ‘bagaimana’berisi
rosella berkhasiat antikejang, anticacing, pertanyaan-pertanyaan yang mengandung
antibakteri, bahkan bisa mematikan cara atau proses berlangsungnya suatu
mycobacterium tuberculosis, kuman peristiwa. Kata tanya ini sama dengan kata

151
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 139—154

tanya why ‘mengapa’, yaitu tidak juga menyentuh usus besar. Plak pada
selamanya penggunaan kata tanya ini dindingnya mulai melunak dan lepas.
menghasilkan soal yang bersifat faktual. Napas masih bau dan lidah terasa tebal.
Soal dikatakan bersifat faktual jika opsi Seminggu kemudian merupakan
jawaban tertera atau eksplisit di dalam tahap ketiga. Tahap ini ditandai dengan
bacaan. Contoh pertanyaan yang peningkatan energi, pikiran yang lebih
menggunakan kata tanya how ‘bagaimana’. jernih, dan tubuh yang terasa lebih fit.
Bagaimana peristiwa itu bisa terjadi? Luka lama mungkin terasa nyeri kembali
Bagaimana dia melakukan perbuatan itu? karena daya sembuh dari tubuh yang
Bagaimana dia bertemu dengannya meningkat. Sel-sel darah putih
pertama kali? Bagaimana cara mengeluarkan zat yang dapat melarutkan
memecahkan masalah ini? Bagaimana dia sel-sel mati. Zat inilah yang menimbulkan
menyelesaikan semua pekerjaannya? rasa nyeri pada syaraf di sekitar bekas
luka. Nyeri ini menjadi penanda bahwa
Bacalah bacaan berikut! proses penyembuhan hampir berakhir.
“RACUNKELUAR SAAT Nyeri (dan tegang) juga terasa pada otot
BERPUASA” karena iritasi toksin, terutama di kaki
Proses detoksifikasi tidak tempat toksin terkumpul. Persoalan lain
sederhana. Ada lima tahapan yang ialah munculnya sariawan karena bakteri
berlangsung dalam 40 hari. Tahap pertama yang berlebihan di mulut. Atasilah dengan
berlangsung dua hari. Pada tahap ini kadar berkumur air garam.
gula darah turun sampai di bawah 70 Sisa hari sampai tahap detoksifikasi
mg/dl. Untuk menutup kekurangan, selesai merupakan tahap keempat. Tubuh
glikogen dari lever diubah menjadi sudah beradaptasi sehingga energi
glukosa. Glikogen juga diambil dari otot meningkat. Pikiran yang lebih jernih terasa
sehingga tubuh menjadi lemas. Untuk setelah hari ke-20. Emosi menjadi stabil;
menghemat enegi, basal metabolic rate daya ingat dan konsentrasi meningkat.
(BMR) diturunkan sehingga denyut Kerja tubuh dalam mengganti sel-sel yang
jantung melambat dan tekanan darah turun. rusak maksimum. Keseimbangan
Healing crisis terjadi pada tahap ini: sakit homeostatik mencapai tingkat optimal.
kepala, pusing, mual, napas bau, mata Sistem getah bening sudah bersih, tapi
berkabut, dan lidah yang terasa tebal. lendir mungkin masih keluar melalui
Tahap ini mungkin ditandai dengan rasa hidung dan tenggorokan. Napas sudah
lapar yang kuat. normal. Jadi, rasa percaya diri sudah
Tahap kedua berlangsung mulai kembali.
hari ke-3 sampai ke-7. Tubuh mulai Tahap kelima ialah buka puasa.
menyesuaikan diri. Sistem pencernaan Saat berbuka, makanan yang masuk akan
istirahat. Energi dipusatkan untuk melepaskan plak pada dinding usus yang
pembersihan dan pemulihan. Lemak diurai sudah melunak. Toksin masuk ke darah
untuk melepas gliserol yang diubah dan keluar dari tubuh melalui usus besar.
menjadi glukosa. Oksidasi lemak Empedu membuang ampasnya melalui
menghasilkan keton-keton yang menekan cairan empedu dalam jumlah yang besar.
selera makan. Mungkin muncul jerawat Mungkin dengan diikuti diare. Jika tak
atau bisul karena lemak-lemak rusak mulai nyaman, bisa dibantu dengan colon
dikeluarkan dari tubuh. Organ-organ hydrotherapy.
pembersih mulai diperbaiki, termasuk Sumber: Intisari, No. 543, Oktober 2008,
paru-paru. Jadi, kalau paru-paru terasa hlm. 52
nyeri, tidak perlu merasa takut. Perbaikan

152
Strategi Penanganan Soal …. (Nanik Sumarsih)

Pilihlah satu jawaban berikut yang diturunkan sehingga denyut jantung


menurut Anda benar dengan menyilang melambat dan tekanan darah turun.
huruf A, B, C, atau D.
Bagaimana proses detoksifikasi tahap Pada contoh di atas empat opsi
kelima berlangsung? jawaban yang tercantum dalam bacaan
(A) Tubuh sudah beradaptasi sehingga adalah opsi (B) Saat berbuka, makanan
energi meningkat. Pikiran yang yang masuk akan melepaskan plak pada
lebih jernih terasa setelah hari ke- dinding usus yang sudah melunak. Toksin
20. Emosi menjadi stabil; daya masuk ke darah dan keluar dari tubuh
ingat dan konsentrasi meningkat. melalui usus besar. Empedu membuang
Kerja tubuh dalam mengganti sel- ampasnya melalui cairan empedu dalam
sel yang rusak maksimum. jumlah yang besar. Mungkin dengan
Keseimbangan homeostatik diikuti diare. Hal tersebut dapat dilihat dari
mencapai tingkat optimal. Sistem bentuk pertanyaannya yang menggunakan
getah bening sudah bersih, tapi kata tanya “bagaimana” dan jawaban yang
lendir mungkin masih keluar tercantum pada kutipan bacaan berikut.
melalui hidung dan tenggorokan. Tahap kelima ialah buka puasa.
(B) Saat berbuka, makanan yang masuk Saat berbuka, makanan yang masuk akan
akan melepaskan plak pada dinding melepaskan plak pada dinding usus yang
usus yang sudah melunak. Toksin sudah melunak. Toksin masuk ke darah
masuk ke darah dan keluar dari dan keluar dari tubuh melalui usus besar.
tubuh melalui usus besar. Empedu Empedu membuang ampasnya melalui
membuang ampasnya melalui cairan empedu dalam jumlah yang besar.
cairan empedu dalam jumlah yang Mungkin dengan diikuti diare. Jika tak
besar. Mungkin dengan diikuti nyaman, bisa dibantu dengan colon
diare hydrotherapy.
(C) Tubuh mulai menyesuaikan diri.
Sistem pencernaan istirahat. Energi PENUTUP
dipusatkan untuk pembersihan dan Kemampuan jawab guru SLTP dan
pemulihan. Lemak diurai untuk SLTA di DIY dalam menjawab soal yang
melepas gliserol yang diubah bersifat faktual masing-masing adalah
menjadi glukosa. Oksidasi lemak 81%. Berdasar sifat soal faktual strategi
menghasilkan keton-keton yang yang dapat digunakan untuk menjawab
menekan selera makan. Mungkin bentuk penyoalan ini adalah dengan
muncul jerawat atau bisul karena menggunakan strategi 5W 1H, yaitu who,
lemak-lemak rusak mulai what, where, when, why, dan how. Strategi
dikeluarkan dari tubuh. Organ- ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Who
organ pembersih mulai diperbaiki, ialah tentang siapa? What, apa yang
termasuk. terjadi? Where, di mana peristiwa itu
(D) paru-paru. terjadi, when, kapan hal itu terjadi? Why,
(E) Pada tahap ini kadar gula darah mengapa hal itu terjadi? How, bagaimana
turun sampai di bawah 70 mg/dl. hal itu terjadi?
Untuk menutup kekurangan,
glikogen dari lever diubah menjadi DAFTAR PUSTAKA
glukosa. Glikogen juga diambil Maryanto. 2009. “Format Penyusunan Soal
dari otot sehingga tubuh menjadi UKBI” (hand out). Jakarta: Badan
lemas. Untuk menghemat enegi, Pengembangan dan Pembinaan
basal metabolic rate (BMR)

153
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 139—154

Bahasa, Kementerian Pendidikan Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka


dan Kebudayaan. Teknik Analisis Bahasa:
Solihah, Atikah. 2014. “Evaluasi Pengantar Penelitian Wahana
Kebijakan Uji Kemahiran
Kebudayaan Secara Linguistis.
Berbahasa Indonesia (UKBI)”.
Jakarta: Badan Pengembangan Yogyakarta: Duta Wacana
dan Pembinaan Bahasa, University Press.
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. SUMBER DATA
-----------------------2014. “Penyusunan Intisari, Oktober 2008, hlm. 42
Soal UKBI” (hand out, PPT). Intisari, Oktober 2008, hlm. 52
Jakarta: Pusat Pengembangan dan Intisari, Agustus 2009, hlm. 104—110
PelindunganBadan
Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa.

154
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 155—167

RELASI KEKERABATAN BAHASA HITU, WAKAL, MORELA, MAMALA, DAN


HILA DI PROVINSI MALUKU
(The Family Relationship Language Hitu, Wakal, Morela, Mamala, and Hila in Maluku
Province)

Taufik
Universitas Iqra Buru
Jl. Prof. Dr. H. A.R. Basalamah No. 20, Namlea, Buru
Pos-el: taufiksalamun@gmail.com
(Diterima: 19 April 2018; Direvisi: 30 Mei 2018; Disetujui: 04 Juni 2018)

Abstract
This study aimed to describe the cognate words based on the determined criterion of relative word and
determine the percentage of kinship towords Hitu, Wakal, Morela, Mamala, and Hila language. This study used
descriptive qualitative and quantitative approach. The data were collected through interview techniques and
field note method. The data that had been obtained were classified and described qualitatively and quantitatively
by using calculational lexicostatistic formula. The results showed that the pair of relative word in the language
of Hitu, Wakal, Morela, Mamala, and Hila could be reviewed by the pairs of identical, correspondences
phonemic, phonetic resemblance, a different phoneme, and deleted phonemes. Based on the calculational
lexicostatistic , the percentage of Hitu-Hila language kinship was in the highest level of kinship, which wa 90%
and had been categorized as a dialect . While the lowest percentage of kinship wasWakal-Morela with the
percentage of kinship about 77% and had been categorized as sub-family language.
Keywords: phonemes, kinship percentage, lexicostatistics

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kata-kata kognat berdasarkan kriteria penentuan kata
kerabat dan menentukan tingkat persentase kekerabatan bahasa Hitu, Wakal, Morela, Mamala, dan Hila. Jenis
penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data dikumpulkan melalui metode
pupuan lapangan dengan teknik wawancara dan catat. Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasi dan
selanjutnya dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan rumus perhitungan
leksikostatistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan kata kerabat pada bahasa Hitu, Wakal, Morela,
Mamala, dan Hila dapat ditinjau berdasarkan pasangan kata identik, korespondensi fonemis, kemiripan secara
fonetis, satu fonem beda, dan pelesapan fonem. Berdasarkan perhitungan leksikostatistik, persentase
kekerabatan bahasa Hitu-Hila menduduki tingkat kekerabatan tertinggi, yaitu 90% dan dikategorikan sebagai
satu bahasa dialek. Sedangkan persentase kekerabatan terendah, yaitu bahasa Wakal-Morela dengan persentase
kekerabatan sebesar 77% dan dikategorikan sebagai subkeluarga bahasa.
Kata-kata kunci: fonem, persentase kekerabatan, leksikostatistik

PENDAHULUAN Hal di atas membuktikan bahwa


Bahasa dapat mengatur berbagai bahasa memiliki peranan yang penting bagi
macam aktivitas kemasyarakatan, kehidupan manusia. Begitu pentingnya
merencanakan dan mengarahkan masa depan bahasa (Taufik, 2017) menyatakan bahwa
seseorang. Meskipun kita tahu bahwa masih ketika seorang pembicara menggunakan
ada alat komunikasi lain seperti gerak tubuh, bahasa yang tidak dipahami dalam
bunyi-bunyian, lukisan-lukisan, dan komunikasi maka pesan yang disampaikan
semacamnya, tetapi bahasa merupakan alat oleh pembicara tidak akan sampai kepada
komunikasi yang lebih tepat dan efektif. pendengar. Hal tersebut Sesuai dengan
pendapat Keraf (2004) yang menuturkan

155
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 155—167

bahwa bahasa merupakan saluran perumusan Maluku yang menggunakan bahasa


maksud kita, melahirkan perasaan kita dan daerahnya dalam berkomunikasi
memungkinkan kita menciptakan kerja sama antarpemakai bahasa yang sama.
dengan sesama warga. Begitupula dengan Bahasa-bahasa daerah di atas
bahasa-bahasa yang tersebar di seluruh merupakan bahasa yang terdapat pada desa
wilayah nusantara. atau negeri yang secara geografis letaknya
Hampir setiap daerah yang ada di saling berdekatan, yakni Negeri Hitu, Wakal,
Indonesia memiliki bahasa daerah dan Morela, Mamala, dan Hila. Kedekatan
dialeknya sendiri. Bahasa dan dialek tersebut negeri-negeri tersebut memungkinkan
digunakan untuk berkomunikasi antarsesama adanya kontak bahasa dan budaya sehingga
masyarakat di tiap daerah tersebut. Oleh dapat saling memengaruhi. Hal itu
sebab itu, bahasa dapat dijadikan sebagai memungkinkan adanya persamaan
salah satu ciri yang menunjukkan identitas antarbahasa-bahasa di atas, utamanya dalam
suatu bangsa atau daerah. Melalui bahasa, bidang fonologi dan leksikon. Dalam bidang
orang dapat mengidentifikasi kelompok fonologi persamaan tersebut dapat berupa
masyarakat tertentu, mengenali perilaku, dan cara artikulasi, misalnya kata jalan. Kata ini
kepribadian masyarakat penuturnya, serta pada bahasa Hitu memiliki bentuk lalan dan
mengenali budayanya. pada bahasa Mamala memiliki bentuk lalaŋ.
Berkaitan dengan hal di atas, Alijah Kedua kata tersebut memiliki fonem akhir
(2016) menyatakan bahwa bahasa-bahasa yang berbeda, yaitu /n/dan /ŋ/. Meskipun
daerah ini merupakan salah satu unsur berbeda, namun kedua fonem tersebut sama-
kebudayaan Indonesia yang perlu terus sama berada pada posisi artikulasi yang
dipelihara dan dilestarikan. Hal ini sesuai sama, yaitu nasal. Sementara itu, dalam
dengan UUD Republik Indonesia Nomor 24 bidang leksikon terdapat bentuk yang sama,
tahun 2009 Pasal 1 ayat 6 yang berbunyi: misalnya kata berjalan. Kata ini pada bahasa
“Bahasa daerah adalah bahasa yang Wakal, Hitu, dan Morela memiliki bentuk
digunakan secara turun temurun oleh warga leksikon yang sama, yaitu oi.
Indonesia di daerah-daerah di wilayah Menurut Sudarno (1994) hampir
Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Oleh semua bahasa di Indonesia memiliki
sebab itu, negara dan warganya wajib kesamaan atau kemiripan bentuk dan makna
memelihara, mengembangkan, dan antarsatu bahasa dengan bahasa yang lain.
melestarikan bahasa-bahasa daerah agar Hal ini menunjukkan adanya hubungan atau
nilai-nilai budaya yang terkandung relasi antarbahasa-bahasa yang dipakai pada
didalamnya tetap utuh dan tetap memainkan desa-desa yang saling berdekatan. Oleh
perannya sebagai salah satu aset kebudayaan sebab itu, analisis kualitatif dengan jalan
nasional. pendeskripsian fenomena kebahasaan dan
Alwi dan Sugono (dalam Simon, analisis kuantitatif dalam linguistik
2015) menyatakan bahwa bahasa daerah komparatif dilakukan dengan menerapkan
adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa teknik leksikostatistik untuk melihat relasi
perhubungan intradaerah atau kekerabatan bahasa Hitu, Wakal, Morela,
intramasyarakat selain bahasa Indonesia Mamala, dan Hila. Johnson (2008)
yang dipakai sebagai sarana pendukung mendeskripsikan metode analisis kuantitatif
sastra serta budaya daerah atau masyarakat dengan teknik leksikostatistik yang
etnik di wilayah Republik Indonesia. digunakan dalam kajian linguistik diakronis
Demikian juga dengan masyarakat pemakai dengan 200 kosakata dasar Swadesh sebagai
bahasa Hitu, Wakal, Morela, Mamala, dan ukuran dari keseluruhan kosakata bahasa
Hilayang tersebardi wilayah Jazirah Leihitu, yang dikaji. Teknik leksikostatistik
Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi merupakan teknik sederhana yang secara

156
Relasi Kekerabatan Bahasa …. (Taufik)

statistik untuk memperkirakan derajat pengelompokkan (sub-grouping) bahasa-


perbedaan linguistik antara bahasa-bahasa bahasa dalam suatu rumpun bahasa. Bahasa
berkerabat (Trask, 2000). dalam satu rumpun sama belum tentu sama
Pemetaan tingkat kekerabatan pada tingkat kekerabatan atau sama tingkat
tersebut merupakan gambaran sebagian kemiripannya satu sama lain.
besar kehidupan sosial dan budaya Kridalaksana (2008) menuturkan
masyarakat Maluku yang multilingual, yang bahwa kekerabatan adalah hubungan antara
secara pasti menimbulkan situasi kebahasaan dua bahasa atau lebih yang diturunkan dari
yang sedikit rumit. Oleh sebab itu, melalui sumber bahasa induk yang sama atau yang
penelitian ini penulis mencoba memecahkan biasa disebut bahasa purba. Bahasa
masalah tersebut dengan menentukan status berkerabat adalah bahasa yang memiliki
(bahasa, dialek, dan subdialek) antara bahasa hubungan antara bahasa yang satu dengan
Hitu, Wakal, Morela, Mamala, dan Hila yang lain. Hubungan ini bisa jadi merupakan
dengan mendeskripsikan kata-kata kognat asal atau induk yang sama sehingga terdapat
yang berdasarkan pada kriteria penentuan kemiripan atau karena adanya ciri-ciri umum
kata-kata kerabat. Tahap selanjutnya adalah yang sama. Dalam hal bahasa kemiripan itu
menentukan tingkat persentase bahasa- terlihat dari segi fonologi, morfologi, dan
bahasa tersebut. Pengamatan kedua hal itu sintaksis.
akan dilakukan dengan pendekatan Lebih lanjut Keraf (1996)
leksikostatistik sebagai salah satu metode menambahkan bahwa bahasa-bahasa kerabat
pengelompokan bahasa yang lebih awal, yang berasal dari proto yang sama selalu
cepat, hemat, dan handal (Langgole, 1997). akan memperlihatkan kesamaan-kesamaan
Selanjutnya, dari penelitian ini berikut:
diharapkan dapat menjadi salah satu sumber 1. Kesamaan sistem bunyi (fonetik) dan
informasi pada bidang kebahasaan, terutama susunan bunyi (fonologis);
yang ada kaitannya dengan bidang 2. Kesamaan morfologis, yaitu kesamaan
pengelompokan bahasa-bahasa tertentu yang dalam bentuk kata dan kesamaan dalam
ada di Provinsi Maluku.Hasil penelitian ini bentuk gramatikal;
juga diharapkan dapat dijadikan sebagai 3. Kesamaan sintaksis, yaitu kesamaan
bahan masukan bagi pihak-pihak yang relasinya antara kata-kata dalam sebuah
berwenang dalam bidang pembinaan dan kalimat.
pengembangan bahasa untuk menyusun Dalam membandingkan dua bahasa
strategi pengembangan dan pembinaan atau lebih dapat digunakan teknik
bahasa di masa mendatang. leksikostatistik, yaitu salah satu metode
pengelompokan bahasa yang banyak dipakai
LANDASAN TEORI oleh para pakar atau peneliti bahasa di dunia.
Salah satu bidang ilmu yang Menurut Sulistyono (2015) teknik
mempersoalkan keadaan atau kondisi leksikostatistik merupakan salah satu alat
bahasa-bahasa di dunia adalah Linguistik analisis dalam penelusuran linguistis yang
Historis Komparatif (LHK). Keraf (1996) memanfaatkan metode komparatif. Metode
mengatakan bahwa Linguistik Bandingan pengelompokan ini mengamati hubungan
Historis (Linguistik Historis Komparatif) kekerabatan dua bahasa atau lebih yang
adalah salah satu cabang dari ilmu bahasa berdasarkan pada kosakatanya. Selanjutnya
yang mempersoalkan bahasa dalam bidang dari kosakata yang berkerabat tersebut
waktu serta perubahan-perubahan unsur dituangkan dalam bentuk statistik yang
bahasa yang terjadi dalam bidang waktu berupa angka-angka.
tersebut. Salah satu kepentingan Linguistik Menurut Wacana (2013)
Historis Komparatif adalah mengadakan leksikostatistik adalah suatu teknik dalam

157
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 155—167

pengelompokan bahasa yang lebih setiap 1000 tahun atau sekitar 18—20%
cenderung dan lebih mengutamakan kosakata dasar berubah pada semua bahasa
peneropongan kata-kata (leksikon) secara secara serentak, (2) semua kosakata dasar
statistik, untuk kemudian berusaha yang terdapat pada daftar kosakata dasar
menetapkan pengelompokan itu berdasarkan kemungkinan kata-kata itu terganti secara
persentase kesamaan dan perbedaan suatu serentak, dan (3) ada yang disebut kosakata
bahasa dengan bahasa lain. Sejalan dengan dasar yang dianggap berlaku umum pada
itu, menurut Nothofer (1990) penentuan semua bahasa (Nothofer, 1990).
tingkat kekerabatan bahasa-bahasa yang Menurut Surbakti (2014) dalam
dianalisis dengan menggunakan metode membandingkan kata-kata untuk
leksikostatistik memiliki beberapa menetapkan kata-kata mana yang merupakan
keunggulan jika dibandingkan dengan kata kerabat dan mana yang tidak, maka
metode-metode lain. Keunggulan- perlu dikemukakan lagi suatu asumsi lain
keunggulan tersebut, yaitu (1) sebagai daftar dalam metode perbandingan, yaitu: fonem
kosakata dasar yang cepat dapat menentukan bahasa proto yang sudah berkembang secara
hubungan kekerabatan bahasa yang kerabat, berlainan dalam bahasa-bahasa kerabat, akan
(2) sebagai alat pengelompokan bahasa berkembang terus secara konsisten
(dialek) yang sekerabat yang proto dalamlingkungan linguististiap-tiap bahasa
bahasanya belum begitu tua (kuno), dan (3) kerabat. Oleh sebab itu, penetapan kosakata
sebagai alat (metode) yang dapat dipakai yang dianggap kognat perlu
pada tahap awal menetapkan klasifikasi mempertimbangkan kemungkinan adanya
bahasa. kosakata yang merupakan pinjaman dari
Penetapan kosakata kerabat dapat bahasa-bahasa lain, misalnya bahasa Melayu
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: dan bahasa-bahasa lain yang berpengaruh di
a. Jika sebuah kata terdapat morfem terikat, lokasi sekitar, seperti bahasa Belanda dan
morfem tersebut harus dipisahkan, Portugis.Selain itu, harus
kemudian baru dibandingkan kemiripan mempertimbangkan kata-kata yang
atau kesamaannya. merupakan tiruan bunyi (onomatope), kata
b. Penetapan kosakata kerabat dapat bayi (nursery words), dan kata-kata yang
dilakukan dengan kriteria: (1) pasangan kebetulan mirip dalam penetapan status
kosakata itu identik, (2) pasangan kekognatan kata, sehingga didapatlah kata-
kosakata itu berkorespondensi fonemis, kata yang kognat.
(3) adanya kemiripan secara fonetis, (4) Jumlah kosakata yang kognat
satu fonem berbeda, (5) pelesapan tersebutdapat menentukan persentase tingkat
fonem. kekerabatan antara bahasa-bahasa yang
c. Penyusunan matriks persentase dibandingkan. Penentuan tersebut dilakukan
kekerabatan untuk mempermudah berdasarkan perhitungan dengan
penentuan sub grouping mikro, hasil menggunakan rumus dalam leksikostatistik,
perhitungan kosakata kerabat yaitu rumus untuk mencari tingkat
dimasukan dalam matriks. persentase hubungan kekerabatan bahasa-
Secara garis besar leksikostatistik bahasa yang dianalisis.Setelah diperoleh
memiliki tiga asumsi/pendirian dasar, yaitu persentase kekerabatan, status kekerabatan
(1) kosakata dasar diganti dengan kecepatan antarbahasa ditentukan sesuai dengan
yang sama pada semua bahasa pada waktu kriteria penetapan relasi genetis antarbahasa
yang sama. Asumsi ini beranggapan bahwa yang dikemukakan oleh Crowley (2010).

158
Relasi Kekerabatan Bahasa …. (Taufik)

Tabel 1
Pembagian Tingkatan Persentase Kekerabatan Antarbahasa
Level Pengelompokan PersentaseKognat
Bahasa Dialek (dialect of language) 81—100%
Subkeluarga Bahasa (Language of Subfamily) 61—81 %
Keluarga Bahasa (Language of family) 36—81%
Keturunan Keluarga Bahasa (Family of stock) 12—36%
Keturunan Mikrofilium (stock of Microphylum) 4—12%
Mesofilium 1—4%
Makrofilium 0—1%

Berdasarkan tabel pengelompokan informan penelitian berdasarkan pada


bahasa di atas,hubungan kekerabatan kriteria: (1) penutur asli dari bahasa yang
antarbahasa dapat diketahui melalui diteliti, (2) berdomisili pada lokasi penelitian,
perhitungan persentase kekerabatan. (3) tidak memiliki cacat pada artikulasinya,
Persentase kekerabatan antarbahasa tersebut (4) berusia antara 30—60 tahun, (5)
dapat dijadikan acuan dalam pengelompokan memiliki waktu yang cukup untuk
bahasa Hitu, Wakal, Morela, Mamala, dan menjawab setiap pertanyaan (Djajasudarma
Hila. dalam Wahyu, 2013).Hasil dari
pengumpulan tersebut selanjutnya dijadikan
METODE PENELITIAN sebagai data penelitian.
Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian ini merupakan penelitian Teknik Analisis Data
deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan Data yang telah diperoleh melalui
kuantitatif.Pendekatan kualitatif digunakan wawancara, dianalisis melalui tahap,
untuk menjelaskan fenomena kebahasaan mengidentifikasi kata-kata yang kognat,
berdasarkan pada kriteria penentuan kata mengklasifikasi data berdasarkan kriteria
kerabat. Sementara itu, pendekatan penentuan kata kerabat yang terdiri atas kata
kuantitatif digunakan untuk menentukan identik, korespondensi fonemis, kemiripan
persentase kekerabatan bahasa Hitu, Wakal, secara fonetis, dan pelesapan fonem. Data
Morela, Mamala, dan Hila dengan yang telah diklasifikasi, dideskripsikan
menerapkan rumus perhitungan berdasarkan kriteria penentuan kekerabatan
leksikostatistik. tersebut. Melalui hasil deskripsi akan
diperoleh jumlah kata kognat dari tiap-tiap
Metode dan Teknik Pengumpulan Data bahasa yang dianalisis, yakni bahasa Hitu,
Metode pengumpulan data yang Wakal, Morela, Mamala, dan Hila.
dipakai pada penelitian ini adalah metode Setelah diperoleh jumlah kata kognat,
pupuan lapangan (metode lapangan tahap selanjutnya adalahdata dianalisis
langsung). Teknik yang dapat digunakan dengan menggunakan metode
untuk menunjang metode pupuan lapangan leksikostatistik. Teknik ini memakai angka-
adalah teknik wawancara dan catat. Dalam angka sebagai dasar pemilihannya. Untuk
penelitian ini digunakan 200 daftar kosakata menghitung persentase kata kognat dapat
dasar Morris Swadesh sebagai instrumen digunakan rumus berikut ini.
penelitian. Selanjutnya, kata-kata tersebut
ditanyakan kepada informan tiap-tiap bahasa g
c= x 100%
yang dianalisis, yaitu bahasa Hitu, Wakal, n
Morela, Mamala, dan Hila. Pemilihan

159
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 155—167

(1996). Selanjutnya dari hasil penentuan


kriteria tersebut dapat ditentukan tingkat
keterangan: persentase bahasa-bahasa yang dianalisis.
C = Persentase kerabat Berikut hasil analisis kekerabatan bahasa
g = Jumlah kata kognat Hitu, Wakal, Morela, Mamala, dan Hila.
n = Total glos
1. Kata Identik
PEMBAHASAN
Berdasarkan pada pemerolehan data Pasangan kata dikatakan identik apabila
maka dapat dideskripsikan kata-kata kerabat semua fonem dari pasangan kata tersebut
bahasa Hitu, Wakal, Morela, Mamala, dan sama betul. Berikut pasangan kata pada
Hila berdasarkan empat kriteria penentuan bahasa Hitu, Wakal, Morela, Mamala, dan
kata kerabat yang dikemukakan oleh Keraf Hila yang memiliki pasangan kata identik.

Tabel 2
Pasangan Kata Identik
Gloss Hitu Wakal Morela Mamala Hila
datang lai lai lai lai lai
jauh lau lau lau lau lau
engkau ale ale ale ale ale
merah kau kau kau kau kau
rambut keul keul keul keul keul

Pada tabel 2 tampak bahwa dari itu sama-sama memiliki bentuk kau yang
kelima bahasa yang dianalisis, kata-kata terdiri atas susunan /k/, /a/, /u/. Kata
tersebut memiliki fonem dan urutan yang selanjutnya yang samaatau identik dari tabel
sama atau identik. Hal itu dapat dilihat pada 2 pada bahasa Hitu, Wakal, Morela, Mamala,
kata datang. Kata ini pada bahasa Hitu, dan Hila adalah rambut. Kata ini pada
Wakal, Morela, Mamala, dan Hila memiliki kelima bahasa tersebut memiliki bentuk
bentuk yang sama, yaitu lai yang terdiri atas yang sama, yaitu keul yang terdiri atas
susunan /l/, /a/, /i/. Selanjutnya kata jauh susunan /k/, /e/, /u/, /l/.
pada kelima bahasa yang dianalisis tersebut
memiliki bentuk yang sama atau identik, 2. Korespondensi Fonemis
yaitu lau yang terdiri atas susunan /l/, /a/, /u/. Bila perubahan fonem antara pasangan
Kata selanjutnya yang bentuknyasama atau kata itu terjadi secara timbal-balik dan
identikdari kelima bahasa yang dianalisis teratur, serta besar frekuensinya, bentuk
adalah kata engkau yang dalam kelima yang berimbang antara pasangan kata
bahasa tersebut sama-sama memiliki bentuk tersebut dianggap berkerabat. Berikut
ale yang terdiri atas susunan /a/, /l/, /e/. Kata pasangan kata pada bahasa Hitu, Wakal,
lainnya yang bentuknyasama atau Morela, Mamala, dan Hila yang
identikdari kelima bahasa tersebut adalah berkorespondensi fonemis.
kata merah. Kata ini dalam kelima bahasa

Tabel 3
Pasangan Kata yang Berkorespondensi Fonemis
Gloss Hitu Wakal Morela Mamala Hila
beberapa yi:la i:la yi:la wai:la waila
tahu kewa ke:wa kewaŋ tewa kewa

160
Relasi Kekerabatan Bahasa …. (Taufik)

duduk ko:lo kolo ko:lo tolo kolo


mereka sile sile yile sile sile
air bah henel henel heneŋ heneŋ henel

Kata pada tabel 3 yang mengalami bahasa Hitu, Wakal, Hila, dan Morela
korespondensi fonem adalah kata beberapa. berkorespondensi dengan /t/ pada bahasa
Kata ini pada bahasa Hitu dan Morela Mamala.
memiliki bentuk yang sama, yaitu yi:layang Pada tabel 3, kata lainnya yang
terdiri atas susunan/y/, /i/, /l/, /a/. Kata yila mengalami korespondensi fonem adalah kata
mengalami korespondensi fonem pada mereka. Kata ini pada bahasa Hitu, Wakal,
bahasa Mamala dan Hila menjadi waila yang Mamala, dan Hila memiliki bentuk yang
terdiri atas susunan /w/, /a/, /i/, /l/, /a/. sama, yaitu sile yang terdiri atas susunan
Korespondensi yang terjadi yaitu /y/ pada fonem /s/, /i/, /l/, /e/. Pada bahasa Morela
bahasa Hitu-Morela berkorespondensi kata sile mengalami korespondensi fonemis
dengan /wa/ pada bahasa Mamala dan Hila. di awal kata menjadi yile yang terdiri atas
Sedangkan pada bahasa Wakal kata yila dan susunan fonem /y/, /i/, /l/, /e/. Korespondensi
waila mengalami pelesapan fonem menjadi yang terjadi pada kelima bahasa tersebut
ila yang terdiri atas susunan /i/, /l/, /a/. adalah /s/ pada kata sile berkorespondensi
Selanjutnya kata yang mengalami dengan /y/ pada kata yile.
korespondensi fonem pada tabel 3 tampak Kata berikutnya yang mengalami
pada kata tahu. Kata tersebut memiliki korespondensi fonem adalah kata air bah.
bentuk yang sama pada bahasa Hitu, Wakal, Kata ini pada bahasa Hitu, Wakal, dan Hila
dan Hila, yakni kewayang terdiri atas memiliki bentuk yang sama, yaitu henel
susunan/k/, /e/, /w/, /a/. Sementara itu, kata yang terdiri atas susunan /h/, /e/, /n/, /e/, /l/.
kewa pada bahasa Morela mendapat Kata tersebut pada bahasa Morela dan
penambahan /ŋ/ di akhir kata menjadi Mamala mengalami korespondensi fonemis
kewaŋyang terdiri atas susunan /k/, /e/, /w/, di akhir kata menjadi heneŋ yang terdiri atas
/a/, /ŋ/. Kata kewa mengalami korespondensi susunan /h/, /e/, /n/, /e/, /ŋ/. Korespondensi
fonem pada bahasa Mamala menjadi tewa yang terjadi, yaitu /l/ pada kata henel
yang terdiri atas susunan /t/, /e/, /w/, /a/. berkorespondensi dengan /ŋ/ pada kata
Berdasarkan penjabaran tersebut heneŋ.
korespondensi yang terjadi, yaitu /k/ pada
bahasa Hitu, Wakal, Hila, dan Morela 3. Kemiripan secara Fonetis
berkorespondensi dengan /t/ pada bahasa Bila tidak dapat dibuktikan bahwa
Mamala. sebuah pasangan kata dalam kedua bahasa
Kata lainnya yang mengalami itu mengandung korespondensi fonemis,
korespondensi fonem pada tabel 3 tampak tetapi pasangan kata itu ternyata
pada kata duduk. Kata tersebut memiliki mengandung kemiripan secara fonetis dalam
bentuk yang sama pada bahasa Hitu, Wakal, posisi artikulatoris yang sama, pasangan itu
Morela, dan Hila, yaitu kolo yang terdiri atas dapat dianggap sebagai kata kerabat. Yang
susunan/k/, /o/, /l/, /o/. Sementara itu, kata dimaksud dengan mirip secara fonetis adalah
kolo mengalami korespondensi fonem di ciri-ciri fanetisnya harus cukup serupa
awal kata pada bahasa Mamala menjadi tolo sehingga dapat dianggap sebagai
yang terdiri atas susunan /t/, /o/, /l/, /o/. alofon.Berikut pasangan kata pada bahasa
Berdasarkan penjabaran tersebut Hitu, Wakal, Morela, Mamala, dan Hila
korespondensi yang terjadi, yaitu /k/ pada yang memiliki kemiripan secara fonetis.

161
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 155—167

Tabel 4
Pasangan Kata yang Mirip secara Fonetis
Gloss Hitu Wakal Morela Mamala Hila
angin anin anin aniŋ aniŋ Aniŋ
itu ɲa ma ŋa ma Ma
lempar keri teri keri keri Keri
bintang ma:lin bintaŋ ma:riŋ ma:riŋ Maliŋ
bapak baba papa?u baba baba Papa

Pada tabel 4 pasangan kata yang memiliki bentuk fonem yang berbeda, yaitu
mirip secara fonetis dapat dilihat pada kata /k/ dan /t/. Meskipun fonem awal kedua kata
angin. Kata tersebut dalam bahasa Hitu dan itu berbeda, namun kedua kata tersebut
Wakal memiliki bentuk yang sama, yaitu masih dikategorikan kerabat karena fonem
anin yang terdiri atas susunan /a/, /n/, /i/, /n/. /k/ dan /t/ masih berada pada posisi cara
Bentuk lain yang sama terdapat pula pada artikulasi yang sama, yaitu hambat (letup).
bahasa Morela, Mamala, dan Hila, yaitu aniŋ Selanjutnya pada tabel 4, kata yang
yang terdiri atas susunan /a/, /n/, /i/, /ŋ/. mirip secara fonetis adalah kata bintang.
Antara bentuk anin dan aniŋ memiliki Kata ini pada bahasa Morela dan Mamala
perbedaan bentuk fonem di akhir kata, yaitu memiliki bentuk yang sama, yaitu ma:riŋ
/n/ dan /ŋ/. Meskipun demikian kedua kata yang terdiri atas susunan fonem /m/, /a/, /r/,
ini masih dikategorikan kerabat karena /i/, /ŋ/. Pada bahasa Hitu memiliki bentuk
kedua fonem yang berbeda tersebut berada ma:linyang terdiri atas susunan /m/, /a/, /l/,
pada posisi cara artikulasi yang sama, yaitu /i/, /n/, bahasa Hila memiliki bentuk maliŋ
nasal. yang terdiri atas susunan /m/, /a/, /l/, /i/, /ŋ/.
Kata selanjutnya pada tabel 4 yang Kata ma:riŋ, ma:lin, dan maliŋ memiliki
mirip secara fonetis dapat dilihat pada bentuk fonem yang berbeda di tengah kata,
kataitu. Kata tersebutpada bahasa Hitu yaitu /r/ dan /l/. Meskipun fonem tengah
memiliki ɲa yang terdiri atas susunan /ɲ/, /a/. ketiga kata tersebut berbeda, namun ketiga
Pada bahasa Morela memiliki bentuk ŋa kata itu masih berkerabat karena /r/ dan /l/
yang terdiri atas susunan /ŋ/, /a/. Sementara berada pada tempat artikulasi yang sama,
itu, pada bahasa Wakal, Mamala, dan Hila yakni apikoalveolar.
memiliki bentuk yang sama, yaituma yang Pada tabel 4kata selanjutnya yang
terdiri atas susunan /m/, /a/. Ketiga bentuk mirip secara fonetis adalah kata bapak. Kata
tersebut memiliki fonem awal yang berbeda, tersebutmemiliki persamaan fonem di tiga
yaitu /ɲ/, /ŋ/, dan /m/. Meskipun demikian bahasa, yaitu bahasa Hitu, Morela, dan
kataɲa,ŋa, dan ma masih berkerabat karena Mamala, yakni kata baba yang terdiri atas
ketiga fonem yang berbeda tersebut berada susunan /b/, /a/, /b/, /a/. Sementara itu, pada
pada posisi cara artikulasi yang sama, yaitu bahasa Wakal memiliki bentukpapa?uyang
nasal. terdiri atas susunan /p/, /a/, /p/, /a/, /?/,
Kata berikutnya yang mirip secara /u/dan bahasa Hila memiliki bentukpapa
fonetis pada tabel 4 adalah kata lempar. Kata yang terdiri atas susunan /p/, /a/, /p/, /a/.
ini dalam bahasa Hitu, Morela, Mamala, dan Kata baba, papa?u, dan papa memiliki
Hila memiliki bentuk yang sama, yaitu keri fonem yang berbeda di awal kata, yaitu /b/
yang terdiri atas susunan fonem /k/, /e/, /r/, dan /p/. Meskipun fonem awal ketiga kata
/i/. Sedangkan pada bahasa Wakal memiliki tersebut berbeda, namun ketiganya masih
bentuk teri yang terdiri atas susunan /t/, /e/, dikategorikan kerabat karena /b/ dan /p/
/r/, /i/. Di awal kata, bentuk keri dan teri

162
Relasi Kekerabatan Bahasa …. (Taufik)

masih berada pada tempat artikulasi yang lingkungan yang dimasukinya, sedangkan
sama, yakni bilabial. dalam bahasa lain pengaruh lingkungan itu
tidak mengubah fonemnya maka pasangan
4. Satu Fonem Berbeda kata tersebut dapat ditetapkan sebagai kata
Bila dalam satu pasangan kata terdapat kerabat. Berikut pasangan kata pada bahasa
perbedaan satu fonem, tetapi perbedaan itu Hitu, Wakal, Morela, Mamala, dan Hila
dapat dijelaskan terjadi karena pengaruh yang satu fonemnya berbeda.

Tabel 5
Pasangan Kata yang Satu Fonemnya Berbeda
Gloss Hitu Wakal Morela Mamala Hila
Berat mahe:la mahela ŋahela mahela Mahela
Besar ne:la ɲela ne:la ne:la ne:la
Hujan u:lan u:lan u:laŋ u:laŋ u:laŋ
telinga tari:na tali:nai tari:na tari:na tari:na
Lain sahan sahan sahaŋ sahaŋ Laeŋ
Kata pada tabel 5 yang satu fonemnya kata, yaitu fonem /n/ pada kata u:landan /ŋ/
berbeda dapat dilihat pada kata berat. Kata pada kata u:laŋ.
ini memiliki bentuk yang sama pada bahasa Kata lainnya yang satu fonemnya
Hitu, Wakal, Mamala, dan Hila, yaitu berbeda pada tabel 5 adalah kata telinga.
mahela yang terdiri atas susunan /m/, /a/, /h/, Kata ini pada bahasa Hitu, Morela, Mamala,
/e/, /l/, /a/. Sementara itu, kata berat pada dan Hila memiliki bentuk yang sama, yaitu
bahasa Morela memiliki bentuk ŋahela yang tari:na yang terdiri atas susunan /t/, /a/, /r/,
terdiri atas susunan /ŋ/, /a/, /h/, /e/, /l/, /a/. /i/, /n/, /a/. Sementara itu, pada bahasa
Kata mahela dan ŋahela memiliki satu Wakal memiliki bentuk ta:linai yang terdiri
fonem yang berbeda di awal kata, yaitu /m/ atas susunan /t/, /a/, /l/, /i/, /n/, /a/, /i/. Kedua
pada kata mehela dan /ŋ/ pada kata ŋahela. kata tersebut memiliki satu fonem yang
Pasangan kata berikutnya pada tabel 5 berbeda di tengah kata, yaitu /r/ pada kata
yang satu fonemnya berbeda adalah kata tarina dan /l/ pada kata talinai.
besar. Kata ini memiliki bentuk yang sama Kata berikutnya pada tabel 5 yang satu
pada bahasa Hitu, Morela, Mamala, dan Hila, fonemnya berbeda adalah kata lain. Kata ini
yaitu ne:la yang terdiri atas susunan /n/, /e/, pada bahasa Hitu dan Wakal memiliki
/l/, /a/. Sementara itu, pada bahasa Wakal bentuk yang sama, yaitu sahan yang terdiri
memiliki bentuk ɲela yang terdiri atas atas susunan /s/, /a/, /h/, /a/, /n/. Sementara
susunan /ɲ/, /e/, /l/, /a/. Kedua kata tersebut itu, bentuk yang sama pula ditunjukkan pada
memiliki satu fonem yang berbeda di awal bahasa Morela dan Mamala, yaitu sahaŋ
kata, yaitu /n/ pada kata nela dan /ɲ/ pada yang terdiri atas susunan /s/, /a/, /h/, /a/, /ŋ/
kata ɲela. sedangkan bentuk yang berbeda terdapat
Selanjutnya kata yang satu fonemnya pada bahasa Hila, yaitu laeŋ yang terdiri atas
berbeda pada tabel 5, yaitu kata hujan. Kata susunan /l/, /a/, e/, /ŋ/. Kata sahan pada
ini pada bahasa Hitu dan Wakal memiliki bahasa Hitu dan Wakal memiliki satu fonem
bentuk yang sama, yaitu u:lan yang terdiri yang berbeda di akhir kata dengan kata
atas susunan /u/, /l/, /a/, /n/. Sementara itu, sahaŋ pada bahasa Morela dan Mamala,
pada bahasa Morela, Mamala, dan Hila yaitu /n/ dan /ŋ/.
memiliki bentuk u:laŋ yang terdiri atas
susunan u/, /l/, /a/, /ŋ/. Kedua kata tersebut
memiliki satu fonem yang berbeda di akhir

163
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 155—167

Berikut pasangan kata pada bahasa Hitu,


5. Pelesapan Fonem Wakal, Morela, Mamala, dan Hila yang
mengalami pelesapan fonem.

Tabel 6
Pasangan Kata yang Mengalami Pelesapan Fonem
Gloss Hitu Wakal Morela Mamala Hila
aku yau iyau au au Yau
(ber-) kelahi pahiya pahiya ahiya pahiya Pahiya
cium (bau) pahanisu pani:su? panesu?i pahanisu Pahanisu
gigi ni:ki nikiŋ ni:ki ni:ki Nikiŋ
main pahai pahai pahaeŋ ahai Pahai

Berdasarkan pada tabel 6pelesapan /u/. Pada bahasa Morela selain mengalami
fonem tampak pada kata aku. Kata tersebut pelesapan fonem, terdapat pula perubahan
dalam bahasa Hitu dan Hila memiliki bentuk fonem di tengah kata, yaitu /i/ menjadi /e/
yang sama yaitu yau yang terdiri atas dan terdapat penambahan /i/ di akhir kata
susunan /y/, /a/, /u/. Sedangkan pada bahasa sehingga menjadi panesu?i yang terdiri atas
Wakal mendapat penambahan /i/ di awal susunan /p/, /a/, /n/, /e/, /s/, /u/, /i/.
kata sehingga menjadi iyau yang terdiri atas Selanjutnya, kata yang mengalami
susunan /i/, /y/, /a/, /u/. Kata yau dan iyau pelesapan fonem adalah kata gigi. Kata ini
yang mengalami pelesapan fonem pada pada bahasa Wakal dan Hila memiliki
bahasa Morela dan Mamala adalah /y/ dan /i/ bentuk yang sama, yaitu nikiŋ yang terdiri
sehingga kata tersebut menjadi au yang atas susunan fonem /n/, /i/, /k/, /i/, /ŋ/. Pada
terdiri atas susunan /a/, /u/. bahasa Hitu, Morela, dan Mamala kata nikiŋ
Kata lainnya yang mengalami mengalami pelesepan /ŋ/ pada akhir kata
pelesapan fonem pada tabel 6 adalah (ber-) sehingga menjadi ni:ki yang terdiri atas
kelahi. Kata tersebut pada bahasa Hitu, susunan /n/, /i/, /k/, /i/.
Wakal, Mamala, dan Hila memiliki bentuk Kata lainnya yang mengalami
yang sama, yaitu pahiya yang terdiri atas pelesapan fonem adalah main. Kata ini pada
susunan /p/, /a/, /h/, /i/, /y/, /a/. Pada bahasa bahasa Hitu, Wakal, dan Hila memiliki
Morela kata ini mengalami pelesapan fonem bentuk yang sama, yaitu pahai yang terdiri
di awal kata, yaitu /p/ sehingga menjadi atas susunan fonem /p/, /a/, /h/, /a/, /i/.
ahiya yang terdiri atas susunan /a/, /h/, /i/, Sementara itu, pada bahasa Morela
/y/, /a/. berbentuk pahaeŋ yang terdiri atas susunan
Kata selanjutnya yang mengalami /p/, /a/, /h/, /a/, /e/, /ŋ/. Pada bahasa Mamala,
pelesapan fonem pada tabel 6 adalah cium kata pahai dan pahaeŋmengalami pelesapan
(bau). Kata tersebut memiliki bentuk yang /p/ di awal kata sehingga menjadi ahai yang
sama pada bahasa Hitu, Mamala, dan hila terdiri atas susunan /a/, /h/, /a/, /i/.
yaitu pahanisu yang terdiri atas susunan /p/, Berdasarkan kriteria penentuan kata
/a/, /h/, /a/, /n/, /i/, /s/, /u/. Pada bahasa kerabat/ cognate yang telah dipaparkan dan
Wakal dan Morela kata pahanisu mengalami dengan menggunakan rumus penghitungan
pelesapan fonem di tengah kata, yaitu /h/ leksikostatistik maka persentase kekerabatan
dan /a/ sehingga pada bahasa Wakal menjadi bahasa Hitu, Wakal, Morela, Mamala, dan
pani:su? yang terdiri atas /p/, /a/, /n/, /i/, /s/, Hila dapat dilihat pada tabel berikut ini.

164
Relasi Kekerabatan Bahasa …. (Taufik)

Tabel 7
Matriks Persentase Kekerabatan Bahasa
% Hitu Wakal Morela Mamala Hila
Hitu -
Wakal 84 -
Morela 81 77 -
Mamala 87,5 82,5 86,5 -
Hila 90 82 78,5 84 -

Di lihat dari tabel 7 di atas maka


dapat diketahui bahwa terdapat sepuluh Dari grafik di atas, terlihat bahwa
pasangan bahasa dengan tingkat persentase tingkat kekerabatan paling dekat hingga jauh
kekerabatan yang berbeda-beda. Kesepuluh berturut-turut adalah bahasa Hitu-Hila
pasangan bahasa tersebut adalah bahasa (1) dengan persentase kekerabatan sebesar 90%,
Hitu-Wakal denganpersentase kekerabatan disusul kekerabatan bahasa Hitu-Mamala
sebesar 84%, (2) Hitu-Morela sebesar 81%, dengan persentase 87,5%. Tingkat
(3) Hitu-Mamala sebesar 87%, (4) Hitu-Hila kekerabatan selanjutnya adalah bahasa
sebesar 90%, (5) Wakal-Morela sebesar 77%, Mamala-Morela 86,5%, bahasa Hitu-Wakal
(6) Wakal-Mamala sebesar 82,5%, (7) dan Hila-Mamala dengan persentase yang
Wakal-Hila sebesar 82%, (8) Morela- sama, yaitu 84%, bahasa Mamala-wakal
Mamala sebesar 86,5%, (9) Morela-Hila 82,5%, bahasa Wakal-Hila 82%, bahasa
sebesar 78,5% dan (10) Mamala-Hila Hitu-Morela 81%, bahasa Hila-Morela
sebesar 84%. 78,5%, dan bahasa dengan tingkat
Berdasarkan penjabaran di atas, persentase terendah berdasarkan tabel 5 di
tingkat kekerabatan kesepuluh pasangan atas adalah bahasa Wakal-Morela dengan
bahasa tersebut dapat diurutkan dari tingkat persentase kekerabatan sebesar 77%.
persentase terbesar hingga yang terkecil. Dari penjabaran di atas dan mengacu
Untuk lebih jelasnya, urutan tingkat pada teori yang dikemukakan oleh Crowley
persentase kekerabatan kesepuluh pasangan (2010), relasi genetis antara bahasa Hitu,
kata tersebut dapat dilihat pada grafik Wakal, Morela, Mamala, dan Hila dapat
persentase kekerabatan berikut ini. ditentukan, yaitu antara bahasa Hitu-Hila,
Hitu-Mamala, Mamala-Morela, Hitu-Wakal,
Grafik 1
Hila-Mamala, Mamala-Wakala, Wakal-Hila,
Persentase Bahasa Kerabat dan Hitu-Morela dapat dikategorikan
Tingkat Persentase sebagai satu bahasa dialek, karena berada
pada posisi 81% ke atas. Sementara itu,
95
bahasa Hila-Morela dan Wakal-Morela
90 dapat dikategorikan sebagai subkeluarga
bahasa karena berada pada posisi 61—81%.
85

80 PENUTUP
Dari hasil uraian dan analisis kriteria
75
kekerabatan, dapat disimpulkan bahwa
70 kekerabatan bahasa Hitu, Wakal, Morela,
Mamala, dan Hila dapat ditinjau
berdasarkanempat cara, yaitu (1) kata yang
identik atau sama, yaitu kata-kata yang dari
bentuk dan susunan fonem-fonemnya sama;

165
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 155—167

(2) korespondensi fonemis, yaitu saling Crowley, Terry. 2010. An Introduction to


bertukarnya fonem-fonem tertentu dalam hal Historical Linguistics. Auckland:
ini /b/-/p/, /y/-/wa/, /k/-/t/, /s/-/y/, dan /l/- Oxford University Press.
/ŋ/;(3) kemiripan secara fonetis, yaitu Johnson, Keith. 2008. Quantitative Methods
fonem-fonem yang berada pada posisi in Linguistics. Malden: Blackwell
artikulatoris yang sama, yakni /n/-/ŋ/, /ɲ/-/ŋ/- Publishing.
/m/ pada posisi nasal, /k/-/t/ pada posisi Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan
hambat (letup), /r/-/l/ pada tempat artikulasi Historis. Jakarta: Gramedia Pustaka
apikoalveolar, /b/-/p/ pada tempat artikulasi Utama.
bilabial; (4) satu fonem beda, yaitu pasangan ___________. 2004. Komposisi: Sebuah
kata yang hanya satu fonemnya berbeda, Pengatar Kemahiran Berbahasa.
yakni /m/-/ŋ/, /n/-/ɲ/, /n/-/ŋ/, /r/-/l/; (5) Flores: Nusa Indah
pelesapan fonem, yaitu ada fonem-fonem Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus
tertentu yang mengalami pelesapan di awal Linguistik. Edisi Keempat. Jakarta:
kata, yakni /y/, /i/, /p/, pelesapan di tengah PT Gramedia Pustaka Utama.
kata, yakni /h/, /a/, dan pelesapan di akhir Langgole, Nurdin. 1996. Leksikostatistik dai
kata, yakni /ŋ/. Dialektometri. Makalah Pada Temu
Selanjutnya dari hasil perhitungan Ilmiah dan Dialog Alumni Fakultas
persentase kata kerabat dengan Sastra Unhas.
menggunakan rumus leksikostatistik, dapat Nothofer, Bernd. 1990. “Tinjauan Sinkronis
disimpulkan bahwadari keseluruhan bahasa danDiakronis Dialek-Dialek Bahasa
yang dianalisis, persentase kekerabatan Jawadi Jawa Barat dan Jawa Tengah
bahasa yang terbesar berada pada bahasa (BagianBarat)”. Tulisan Ceramah
Hitu-Hila dengan persentase kekerabatan dan Diskusioleh Pusat Studi Bahasa-
sebesar 90%. Berdasarkan persentase ini, Bahasa Asia Tenggara-Pasifik.
bahasa Hitu-Hila dikategorikan sebagai satu Yogyakarta: FakultasSastra UGM.
bahasa dialek. Sementara itu, bahasa dengan Simon, Johana Grace,dkk. 2015.
tingkat persentase terendah adalah bahasa “Kekerabatan Bahasa Alune dan
Wakal-Morela dengan tingkat persentase Bahasa Wemale(Kajian Linguistik
sebesar 77%. Berdasarkan persentase ini, Historis Komparatif)”. Jurnal Kajian
bahasa Wakal-Morela dikategorikan sebagai Linguistik. Tahun II, No. 3. Manado:
subkeluarga bahasa. Universitas Samratulangi.
Sudarno, M. Ed. 1994. Perbandingan
DAFTAR PUSTAKA Bahasa Nusantara. Jakarta: Arikha
Alijah, Sitti. 2016. “Kekerabatan Bahasa Medika Cipta.
Bugis dan Muna” Jurnal Humanika. Sulistyono, Yunus dan Inyo Yos Fernandez.
No.16, Vol. 1. Semarang: Fakultas 2015. “Penerapan Teknik
Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Leksikostatistik dalam Studi
Anonim. 2011. Undang-Undang Dasar Komparatif Bahasa Barunusa,
Republik Indoneesia Nomor 24 Kedang, dan Lamaholot di Nusa
Tahun 2009 tentang Bendera, Tenggara Timur. Jurnal Pendidikan
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Humaniora. Vol. 16, No. 1. Malang:
Lagu Kebansaan. Jakarta: Badan Universitas Negeri Malang.
Pengembangan dan Pembinaan Surbakti, Ernawati Br. 2014. Kekerabatan
Bahasa Kementrian Pendidikan dan Bahasa Karo, Minang, dan Melayu:
Kebudayaan. Kajian Linguitik Historis Komparatif.
Jurnal Politeknik Negeri
Lhokseumawe. Vol. 2, No. 1.

166
Relasi Kekerabatan Bahasa …. (Taufik)

Lhokseumawe: Politeknik Negeri Lnguistics. Edinburg: Edinburg


Lhokseumawe. University Press.
Taufik. 2017.“Deiksis Persona Bahasa Wacana, Gitit I.P. 2013. “Relasi
Indonesia dialek Ambon”. Jurnal Kekerabatan Bahasa-Bahasa di
Totobuang. Vol. 5, No. 2. Ambon: Kabupaten Poso”. Jurnal
Kantor Bahasa Maluku. Kependidikan. Vol. 6, No.1. Poso:
Trask, R.L. 2000. The Dictionary of Universitas Sintuwu Maroso Poso.
Historical and Comparative

167

You might also like