Professional Documents
Culture Documents
REPRESENTASI KORBAN
KEKERASAN DALAM TEKS BERITA
DARING TRIBUN TIMUR: ANALISIS
WACANA KRITIS (The
Representation ...
A.Yusdianti Tenriawali
Jurnal Totobuang
PERSPEKT IF MEDIA MASSA DARING (ONLINE) T ERHADAP LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, DAN T RANSGEND…
Umi Farida
A. Yusdianti Tenriawali
Universitas Iqra Buru
Jl. Prof. DR. H. A.R. Bassalamah, SE.,M.Si, Namlea, Kab. Buru
Pos-el: tenriawali@gmail.com
(Diterima: 29 April 2018; Direvisi: 13 Mei 2018; Disetujui: 5 Juni 2018)
Abstract
This study discussed about the representation victims of violence in the online news text of Tribun Timur
online news. The purpose of this study was identifing the form of discourse strategies which was used by
journalists to positioned the victims of violence in the news text on Makassar.tribunnews.com site. This research
wasqualitative research by using descriptive method. this research used critical discourse analysis approach.
Sources of the data in this study was taken from the text of violence news- that represented the victims of
violence- which had written in the online news site Tribun Timur. The data collection in this research were
using documentation and record technique. The results showed that the form of news language was the word
that contained inclusive discourse strategy such asstrategy of nomination and identification. In the news texts,
the nomination strategy appeared in male violance victims as natural while identification strategy appeared in
women violence victims as weakness one.e. Male victims,in the online news text,tended to be more protected
than female . It had indicated that Tribun Timur journalists tended to adhere the ideology of patriarchy.
Keywords: CDA, inclusive, news.
Abstrak
Penelitian ini membahas representasi korban kekerasan dalam teks berita daring Tribun Timur. Tujuan
penelitian ini ialah mengidentifikasi bentuk strategi wacana yang digunakan wartawan untuk memosisikan
korban kekerasan dalam teks berita pada situs Makassar.tribunnews.com. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah
pendekatan analisis wacana kritis. Sumber data dalam penelitian ini ialah teks berita kekerasan, yang dianggap
merepresentasikan korban kekerasan, dalam situs berita daring Tribun Timur. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dan teknik catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk
kebahasaan berita adalah kata yang mengandung strategi wacana inklusif berupa strategi wacana nominasi dan
identifikasi. Pada teks berita, strategi nominasi terlihat pada korban kekerasan laki-laki yang menampilkan
korban apa adanya sedangkan strategi identifikasi lebih terlihat pada korban kekerasan perempuan sebagai
pihak yang tidak berdaya. Korban laki-laki dalam teks berita daring Tribun Timur cenderung lebih dilindungi
dibandingkan korban perempuan. Hal tersebut dapat diindikasikan bahwa wartawan Tribun Timur masih
cenderung menganut ideologi patriarki.
Kata-kata kunci: AWK, inklusif, berita.
1
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 1—15
menyimpang. Hal ini tidak bisa dibenarkan Salah satu wujud ketimpangan sosial
menurut norma-norma sosial. Namun yang sering menjadi sorotan di media massa
fenomena tindakan kekerasan yang dewasa ini adalah ketimpangan sosial yang
dilakukan oleh individu, kelompok, ataupun menimpa para korban kekerasan pada
institusi sosial hingga kini tetap saja pemberitaan di media massa. Tak jarang,
berlangsung. media massa menyuguhkan pemberitaan
Istilah kekerasan digunakan untuk yang berisi penyiksaan, pemerkosaan,
menggambarkan perilaku baik yang terbuka pembunuhan, dan lain-lain, yang
(overt) maupun tertutup (covert), yang menggambarkan bahwa para korban yang
bersifat menyerang (offensive) atau bertahan mengalami kekerasan tersebut pantas
(defensive) yang disertai penggunaan mengalami kekerasan tersebut, ataupun
kekuatan kepada orang lain(Suwarno, kekerasan yang dialami para korban terjadi
2012:48). Ada dua hal mendasar yang perlu karena kesalahan korban sendiri.
kita cermati ketika berbicara tentang Penggambaran media massa akan
kekerasan atau budaya kekerasan dalam sosok korban kekerasan, khususnya pada
masyarakat, yaitu; penggunaan kekerasan perempuan dan anak-anak yang jika dilihat
dalam masyarakat, sebagai contoh: dari perspektif kesetaraan gender, telah
pembunuhan atas nama Negara atau ‘Tuhan terjadi praktik diskriminasi yang dilakukan
atau Agama’, dan legitimasi terhadap oleh media massa. Perempuan dan anak-
penggunaan kekerasan itu (Galtung, anak sebagai sosok yang dianggap lemah,
2002:184). dicitrakan pantas atau sudah biasa menjadi
Kekerasan fisik dan kekerasan korban kekerasan, sehingga pelaku yang
simbolik sudah menjadi bagian kehidupan melakukan tindak kekerasan pada
manusia. Hal tersebut terlihat pada perempuan dan anak-anak dianggap wajar
banyaknya berita yang menunjukkan jika melakukan tindak kekerasan tersebut.
kekerasan dalam media massa, sebagai Namun, realita saat ini, yang menjadi
contoh pada Juni tahun 2015 muncul berita korban kekerasan bukan hanya perempuan
pembunuhan Engeline yang banyak menarik dan anak-anak, tetapi laki-laki pun telah
perhatian masyarakat. Mayat Engeline menjadi korban kekerasan. Banyaknya
ditemukan di sekitar rumah ibu angkatnya. berita dalam media massa yang
Berdasarkan penyelidikan polisi diketahui memberitakan tentang laki-laki yang
bahwa sebelum meninggal, Engeline menjadi korban kekerasan, menjadi bukti
mengalami penganiayaan. Berita bahwa korban kekerasan tidak hanya terjadi
penganiayaan yang menarik perhatian pada perempuan dan anak-anak, tetapi
publik kembali muncul pada tahun 2016. terjadi juga pada laki-laki. Fenomena
Pada akhir tahun 2016, media massa tersebut menjadi menarik, sebab bagaimana
khususnya situs berita daring kembali cara media massa menggambarkan sosok
diramaikan dengan berita penganiayaan laki-laki yang menjadi korban kekerasan
yang dilakukan oleh seorang pegawai kemungkinan besar akan berbeda dengan
Mahkamah Agung pada seorang polisi. cara media massa menggambarkan korban
Penganiayaan tersebut disebabkan karena kekerasan yang dialami perempuan dan
pelaku penganiayaan tidak terima mobilnya anak-anak.
yang telah melanggar jalur lalu lintas Hal tersebut didasari pandangan
diberhentikan oleh polisi. Banyak dan umum bahwa laki-laki tidak mungkin
beragamnya berita yang bertema kekerasan menjadi korban sebab laki-laki dianggap
dalam media massa, menjadikan media memiliki kekuatan, sedangkan perempuan
massa sebagai salah satu sumber informasi dan anak-anak yang dianggap lemah
aktual mengenai peristiwa kekerasan yang sehingga wajar menjadi korban. Bagaimana
terjadi dalam masyarakat. media massa menggambarkan atau
2
Representasi Korban Kekerasan …. (A. Yusdianti Tenriawali)
3
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 1—15
Representasi merupakan salah satu bagian tertentu hilang dalam teks atau tidak
terpenting dalam proses produksi makna. Suatu (Eriyanto, 2003:173). Proses eksklusi
makna diproduksi dan dipertukarkan antar terbagi atas pasifasi, nominalisasi, dan
anggota masyarakat, sehingga representasi penggantian anak kalimat.
merupakan suatu cara untuk memproduksi Pasifasi merupakan Salah satu cara
makna. klasik penghilangan tokoh dalam sebuah
Istilah representasi dalam konteks wacana adalah melalui membentuk kalimat
pemberitaan merujuk pada bagaimana pasif. Lewat pemakaian kalimat pasif, aktor
seseorang, suatu kelompok, gagasan atau tidak dapat hadir dalam teks, sesuatu yang
pendapat tertentu ditampilkan (Eriyanto, tidak mungkin terjadi dalam kalimat.
2001:22). Hal yang perlu diperhatikan yang berstruktur aktif (Eriyanto, 2003:173).
menyangkut hal representasi, yaitu apakah Contoh:
seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut Aktif Polisi menembak mahasiswa yang
ditampilkan sebagaimana mestinya. Apakah berdemonstrasi hingga tewas.
seseorang atau kelompok tersebut diberitakan
apa adanya, ataukah diburukkan. Bagaimana
Pasif Seorang mahasiswa tertembak saat
representasi tersebut ditampilkan. Kata, demonstrasi.
kalimat, tanda apa saja yang digunakan untuk
melakukan representasi tentang sesuatu. Hal Strategi wacana nominalisasiadalah
tersebut sesuai dengan pendapat Van Leeuwen strategi yang sering digunakan untuk
(2008:28) “representations include or exclude menghilangkan kelompok atau aktor sosial
social actors to suit their interests and tertentu dalam wacana. Strategi ini
purposes in relation to the readers for whom berhubungan dengan mengubah kata kerja
they are intended”. Setiap pernyataan dalam menjadi kata benda (Eriyanto, 2003:174).
teks berita merupakan pilihan seorang Contoh:
wartawan berdasarkan tujuan yang Verba Polisi menembak seorang
diinginkannya. mahasiswa yang
Model analisis wacana yang berdemonstasi hingga tewas.
digunakan dalam penelitian ini adalah model Nominalisasi Seorang mahasiswa tewas
analisis Theo Van Leuween. Model analisis akibat penembakan saat
ini digunakan untuk mendeteksi dan demonstrasi.
meneliti bagaimana suatu kelompok atau
seseorang dimarginalkan posisinya dalam
Penggantian subjek juga dapat
suatu wacana. Pemarginalan ini dapat dilihat
dilakukan dengan membangun anak kalimat
dari dihadirkan (inklusi) atau
yang sekaligus berfungsi sebagai pengganti
dikeluarkannya (eksklusi) suatu kelompok
aktor (Eriyanto, 2003:178).
atau seseorang ini dalam teks (Eriyanto,
Contoh:
2003:171).
Tanpa Polisi menembak seorang
Eksklusi adalah suatu isu sentral Anak mahasiswa hingga tewas.
dalam analisis wacana. Pada dasarnya Kal
eksklusi adalah proses bagaimana satu Dengan Untuk mengendalikan demonstrasi
kelompok atau aktor sosial tertentu tidak Anak mahasiswa, tembakan dilepaskan.
dilibatkan dalam suatu proses pembicaraan Kal Akibatnya seorang mahasiswa
atau wacana. Penghilangan aktor sosial ini tewas.
memiliki tujuan tertentu. Menurut Van
Leuween pembaca berita perlu mengkritisi Inklusi merupakan strategi wacana
bagaimana tiap-tiap kelompok itu yang dapat digunakan jika menginginkan
ditampilkan dalam teks, apakah ada pihak sesuatu, seseorang, atau kelompok
atau aktor yang dengan strategi wacana ditampilkan dalam teks. Proses inklusi
4
Representasi Korban Kekerasan …. (A. Yusdianti Tenriawali)
5
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 1—15
6
Representasi Korban Kekerasan …. (A. Yusdianti Tenriawali)
8
Representasi Korban Kekerasan …. (A. Yusdianti Tenriawali)
"Ada dua orang, jadi yang di nominalisasi dalam judul teks berita
belakang itu suruh serahkan dompet tapi menginformasikan peristiwa yang dialami
saya teriak minta tolong. Tapi pelaku korban dengan apa adanya.
langsung menarik tas saya dan saya Pada bagian isi berita, strategi
terseret," katanya. wacana yang digunakan adalah strategi
Tas selempang yang terkait wacana nominalisasi. Hal tersebut terlihat
dilehernya pun ditarik pelaku. Korban dalam kalimat berikut:
terhempas dari motornya dan pelaku 1) Suryana mengatakan, saat kejadian, ada
yang masih sementara mengendarai dua pelaku yang menggunakan sepeda
motor menyeret korban hingga sejauh motor yang memepet motornya dan
lima meter. meminta dompetnya.
Surayna mengaku, tidak alami 2) Korban terhempas dari motornya dan
kerugian pada barang bawaannya. pelaku yang masih sementara
Namun wajah bagian kanan atas mengendarai motor menyeret korban
mengalami bengkak akibat tonjok dari
hingga sejauh lima meter.
salah satu pelaku.
Selain itu, luka gores pada bagian
Kata pelaku dan memepet pada
bawah mata kanan, bibirnya juga alami
kalimat 1 serta kata pelaku dan menyeret
memar dan bagian badan sebelah kanan
pada kalimat 2, menunjukkan peristiwa yang
mengalami memar akibat diseret.
"Jadi pelaku juga memukul wajah
dialami korban. Pelaku yang berjumlah dua
saya sampai saya terjatuh dan lalu orang memepet dan menarik tas korban
diseret, jilbab saya juga sobek," jelas sehingga korban akhirnya terseret sejauh
Suryana yang hingga kini masih terbaring lima meter. Strategi nominalisasi pada
di UGD RS Wahidin Sudirohusodo. kedua kalimat di atas menunjukkan
Secara terpisah, Kapolsek informasi tentang peristiwa yang dialami
Biringkanaya Kompol Dodik mengatakan, korban.
pihaknya akan secepatnya mengungkap
pelaku yang telah melakukan pencurian Teks berita 4
dan kekerasan (Curas) atau begal. Warga Mengaku Dipukul Polisi, Kapolsek
"Yang jelas kami akan ungkap Belawa: Dia Meresahkan
karena yang menyaksikan hanya korban Kamis, 6 Oktober 2016 22:42
sendiri untuk itu kita akan dalami semua TRIBUNWAJO.COM, BELAWA - Kapolsek
ciri-ciri pelaku menurut korban," katanya. Belawa, AKP Andi Bangsawan
Dodik juga berharap ada kerjasama membantah melakukan pemukulan
antara korban, polisi dan masyarakat itu terhadap Supriadi, warga Desa
yang sangat diperlukan dalam ungkap Leppangeng, Kecamatan Belawa, Wajo.
semua permasalahan. Hal itu disampaikan AKP Andi
"Tentunya kerjasama itu bisa Bangsawan kepada tribunwajo.com
ungkap siapa pelakunya pada umumnya "Lelaki Supriadi alias Cupli ini
terkait masalah begal dilingkungan dan sangat meresahkan masyarakat Belawa
wilayah hukum polsek kami," dengan sering melempar anggota polsek
lanjutnya.(*) yang sedang berada di halaman Polsek
Belawa dan rumah warga setempat
Ramli," ujar AKP Andi Bangsawan.
Strategi wacana yang digunakan
"Begitupula melempari pejalan
dalam judul teks berita ‘Suryana Diseret
kaki yang sedang melintas dijalan saat
Pembegal Sejauh Lima Meter di BTP’
itu," sambungnya kepada tribunwajo.com
adalah strategi wacana nominalisasi. Pada
Beberapa korbannya pada saat itu
teks judul, korban diberitakan terseret lanjut Kapolsek yakni, anggota Polsek
pembegal sejauh lima meter di BTP. Strategi Belawa, warga setempat, Ramli, dan
9
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 1—15
10
Representasi Korban Kekerasan …. (A. Yusdianti Tenriawali)
11
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 1—15
12
Representasi Korban Kekerasan …. (A. Yusdianti Tenriawali)
kepada korban. Hal tersebut memberi kesan Korban tewas sekitar pukul 5.00
bahwa pelaku memiliki sifat yang kasar. wita setelah tubuhnya dipenuhi luka
sabetan parang. Saat itu, pelaku
Teks berita 7 menutup dan mengunci rumahnya,
Pria Maros Pembunuh Istri Gara-gara Ditolak sehingga korban tidak bisa melarikan diri.
Nafsunya Divonis 15 Tahun Terdakwa tersebut ditahan di
Rabu, 12 Oktober 2016 16:19 Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Maros. Dia langsung digiring setelah
Lempe proses persidangan selesai.
TRIBUN TIMUR.COM, MAROS - Terdakwa
kasus pembunuhan istri, Amir alias Strategi wacana yang digunakan
Hamiro (60) warga Dusun Berua, Desa dalam judul teks berita ‘Pria Maros
Salenrang, Kecamatan Bontoa, Maros, Pembunuh Istri Gara-gara Ditolak Nafsunya
Sulawesi Selatan, divonis 15 tahun Divonis 15 Tahun’ adalah strategi
penjara oleh Majelis Hakim Syahbuddin nominalisasi. Strategi nominalisasi dalam
didampingi Fifianti dan Jeni Tula, Rabu judul teks ditandai dengan menampilkan
(12/10/2016). pelaku dengan apa adanya dalam
Putusan hakim Pengadilan Negeri pemberitaan, sehingga strategi nominalisasi
(PN) tersebut sama dengan tuntutan dalam judul bertujuan untuk
jaksa penuntut umum (JPU) Kejari Maros, menginformasikan vonis hakim terhadap
Koharuddin. Terdakwa terbukti pelaku.
membunuh istrinya sendiri, Rabiah (51).
Strategi wacana yang digunakan
Kepala Seksi Intelijen (Kasiintel)
dalam isi berita adalah strategi nominalisasi.
Kejari Maros Hari Surahman
Hal tersebut terlihat dalam kalimat di bawah
menyampaikan, terdakwa dijerat pasal
ini:
44 ayat 3 Undang-undang nomor 23
1) Terdakwa kasus pembunuhan istri, Amir
tahun 2014 tentang kekerasan dalan
rumah tangga dengan ancaman 15 tahun
alias Hamiro (60) warga Dusun Berua,
penjara. Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa,
"Pelaku pembunuhan istrinya Maros, Sulawesi Selatan, divonis 15
sendiri, Amir alias Hamiro sudah divonis tahun penjara oleh Majelis Hakim
15 tahun oleh majelis hakim. Putusan ini Syahbuddin didampingi Fifianti dan Jeni
sama dengan tuntutan jaksa," kata Hari. Tula, Rabu (12/10/2016).
Hal yang memberatkan terdakwa 2) Terdakwa terbukti membunuh istrinya
yakni, menghilangkan nyawa orang lain, sendiri, Rabiah (51).
memberikan keterangan berbelit-belit
saat persidangan, meresahkan Kata terdakwa, pembunuhan, dan
masyarakat dan menyalahkan korban. divonis 15 tahun penjara dalam kalimat 1
"Terdakwa ini masih menyalahkan memberikan informasi kepada pembaca
korban, karena istrinya ini tidak mau bahwa pelaku mendapatkan vonis hukuman
melayaninya. Makanya, terdakwa ini 15 tahun penjara. Pada kalimat 2, kata
marah dan menusuk istrinya di rumahnya terdakwa dan membunuh istrinya memberi
sendiri," ujarnya. informasi kepada pembaca bahwa yang
Dalam persidangan, Hamiro menjadi korban dari pembunuhan tersangka
mengaku menghabisi nyawa istrinya adalah istri tersangka. Dalam 2 kalimat di
Rabiah dengan membacok menggunakan atas, pelaku ditampilkan apa adanya,
parang, Sabtu (16/4/2016) lalu, karena sedangkan korban ditampilkan sebagai
korban sudah tiga kali menolak untuk objek dalam pemberitaan.
berhubungan intim.
13
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 1—15
Pada teks berita juga ditemukan strategi wacana eksklusi adalah strategi yang
strategi identifikasi. Hal tersebut terlihat digunakan untuk mengeluarkan atau
dalam kalimat berikut: menghilangkan salah satu aktor sosial, bisa
1) Hal yang memberatkan terdakwa yaitu, berupa kelompok atau seseorang, dari
menghilangkan nyawa orang lain, pemberitaan. Oleh karena itu,
memberikan keterangan berbelit-belit kecenderungan penggunaan strategi wacana
saat persidangan, meresahkan inklusi dalam teks berita daring Tribun
masyarakat dan menyalahkan korban. Timur menunjukkan bahwa pola
2) Terdakwa ini masih menyalahkan pemberitaan teks berita daring Tribun Timur
korban, karena istrinya ini tidak mau selalu menampilkan semua aktor sosial
melayaninya. (korban dan pelaku) yang terlibat dalam
3) Korban tewas sekitar pukul 5.00 wita peristiwa tindak kekerasan.
setelah tubuhnya dipenuhi luka sabetan
parang. Saat itu, pelaku menutup dan PENUTUP
mengunci rumahnya, sehingga korban Berdasarkan hasil analisis teks berita
tidak bisa melarikan diri. daring Tribun Timur yang dianggap
merepresentasikan korban kekerasan terlihat
Kata terdakwa pada kalimat 1 dan 2 bahwa bentuk kebahasaan berita yang
yang diidentifikasikan dengan frasa hal yang merepresentasikan korban kekerasan pada
memberatkan pada kalimat 1 dan frasa situs Makassar.tribunnews.com adalah kata
masih menyalahkan korban pada kalimat 2 dan kalimat yang mengandung strategi
menunjukkan bahwa pelaku yang telah wacana nominasi dan identifikasi yang
terbukti bersalah menganggap dirinya tidak termasuk dalam strategi wacana inklusi.
bersalah dan akhirnya memberi keterangan Penggunaan strategi wacana nominasi untuk
yang berbelit-belit dalam persidangan. Hal merepresentasikan korban kekerasan
tersebut menunjukkan bahwa pelaku menunjukkan bahwa karakteristik
menganggap tindakannya membunuh pemberitaan korban kekerasan dalam teks
istrinya wajar. berita Tribun Timur cenderung
Penggunaan strategi identifikasi menampilkan semua aktor atau korban
dalam kedua kalimat di atas menunjukkan kekerasan. selain itu, tidak ditemukannya
bahwa wartawan Tribun Timur strategi wacana eksklusi dalam data yang
menginformasikan kelakuan buruk dianalisis menunjukkan bahwa teks berita
tersangka (memberikan keterangan berbelit- daring Tribun Timur selalu menampilkan
belit saat persidangan, meresahkan semua aktor sosial yang terlibat dalam
masyarakat dan menyalahkan korban). Pada peristiwa tindak kekerasan, tanpa
kalimat 3, korban diidentifikasikan tidak mengeluarkan salah satu aktor sosial yang
berdaya karena tidak bias melarikan diri. terlibat dalam peristiwa tindak kekerasan
Perbuatan pelaku yang mengunci pintu tersebut.
rumah sehingga korban tidak bias keluar Pada teks berita, korban kekerasan
menunjukkan kekejaman pelaku. laki-laki cenderung ditampilkan dengan
Strategi nominasi dan identifikasi strategi nominasi yang menampilkan korban
yang ditemukan dalam teks berita termasuk dengan apa adanya, namun untuk korban
ke dalam kelompok strategi wacana inklusi, kekerasan perempuan terlihat
sedangkan strategi wacana eksklusi tidak kecenderungan ditampilkan dengan strategi
ditemukan dalam teks berita yang dianalisis. identifikasi yang menampilkan korban
Strategi wacana inklusi adalah strategi sebagai pihak yang tidak berdaya. Korban
wacana yang dapat digunakan jika laki-laki dalam teks berita daring Tribun
menginginkan sesuatu, seseorang, atau Timur cenderung lebih dilindungi
kelompok ditampilkan dalam teks. Adapun dibandingkan korban perempuan. Hal
14
Representasi Korban Kekerasan …. (A. Yusdianti Tenriawali)
15
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 17— 31
Resti Nurfaidah
Balai Bahasa Jawa Barat
Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung 40113
Pos-el: sineneng1973@gmail.com
(Diterima: 28 Mei 2018; Direvisi: 30 Mei 2018; Disetujui: 5 Juni 2018)
Abstrak
This article entitled "The exhaustic Adolescent on Durum Reading". Durum is one of the compulsary scripts
in Festival Drama Sunda Basa 2017. Durum is a massive script - solid in characters and content of the story-.
The script conveys factors that cause conflict in teenagers life and the impact that occurs due the losing
thefamily’s ideality . The identification problem in this artical was just focused on adolencent’s conflict and
family along its impact against himself/herself and their surroundings. The purpose of this study revealed the
background of their conflict through the symbolof each sceneand their psychological aspects This artical used
semiotics of John Fiske and developmental psychology of Hurlock as its theoretical concepts. Anyway, the
research method used qualitative with descriptive analysis. The results showed that there were intergenerational
gap among adolescents with all their contemporary values with the older generation and social values that wer
considered as an old-fashioned; lossing of closeness and harmonious communication between parent and
adolescent, as well as between parents themselves; the high pressure of hedonistic and materialistic life; also an
individualist lifestyle that no longer understood the meaning of understanding and caring among people. The
exhaustic adolescent represented family and environtmental disharmony.
Keywords: Durum, adolescent, conflict, semiotic, phsychology
Abstrak
Artikel ini berjudul “Remaja Kering dalam Pembacaan Durum”. Durum merupakan salah satu naskah
unggulan dalam Festival Drama Basa Sunda 2017. Durum merupakan naskah yang masif (padat dalam
pemeranan dan muatan cerita). Naskah tersebut menyampaikan faktor-faktor penyebab timbulnya konflik dalam
kehidupan remaja dan dampak yang terjadi akibat kehilangan idealitas di dalam lingkungan keluarga.
Identifikasi masalah dalam artikel ini dibatasi pada konflik remaja dan lingkungan keluarganya serta
dampaknya terhadap diri si remaja maupun lingkungan di sekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengungkapkan latar terjadinya konflik remaja melalui telaah pada simbol adegan serta aspek psikologis
remaja. Konsep teoretis yang digunakan dalam artikel ini adalah semiotika John Fiske dan psikologi
perkembangan Hurlock. Metode penelitian yang digunakan ialah kualitatif dengan analisis deskriptif. Hasil
yang diperoleh dalam penelitian tersebut adalah adanya kesenjangan antargenerasi: antara remaja dengan
segala nilai kontemporernya dengan generasi tua dan nilai-nilai sosial yang dianggap kolot; hilangnya
kedekatan dan komunikasi harmonis antara orangtua dan remaja, serta antarorang tua sendiri; tekanan
kehidupan hedonistis dan materialistis yang cukup tinggi; pola hidup individualis yang tidak lagi memahami arti
pengertian dan kepedulian antarsesama manusia. Remaja kering merupakan bukti atas ketidakharmonisan
keluarga dan lingkungan setempat.
Kata-kata kunci:durum, remaja, konflik, semiotika, psikologi
17
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:17—31
pula yang mengatakan bahwa wajah dunia cenderung individualistis, ditambah dengan
seolah dimiripkan dengan segala aspek budaya materialis dan narsistis yang cukup
kehidupan manusianya. Yang paling deras serangannya, semakin memudahkan
dikhawatirkan dengan perubahan tersebut remaja untuk menjadi rapuh. Sisi gelap
adalah kaum muda, yang dengan segala masa remaja itulah yang dimunculkan dalam
keluasan pengetahuannya seolah mampu beberapa naskah Festival Drama Basa Sunda
menaklukan teknologi dengan gawai (FDBS) 2017 yang diselenggarakan oleh
canggihnya. Gawai yang mampu membawa Teater Sunda Kiwari. Lima naskah unggulan
mereka ke dunia yang jauh, menelan dijadikan sebagai naskah pilihan peserta,
mentah-mentah pengaruh Barat, bertahap yaitu Belis, Pasalia, Durum, Salayar Dami,
meninggalkan keribetan pakem tradisi dan dan Pret. Kelima naskah tersebut
menjauhkan dunia yang dekat di antara menunjukkan polemik dalam kehidupan
mereka. Pengaruh-pengaruh nilai baru yang manusia masa kini. Terkecuali Belis, empat
seolah cenderung menjanjikan kebebasan naskah lain berbicara tentang kelamnya
dan kemudahan, yang tidak didasari dengan kehidupan remaja saat ini. Keempat naskah
akar-akar pemahaman akan risiko besar yang tersebut memberikan gambaran kehidupan
ditanggungnya, lalu banyak mendatangkan remaja yang sudah kehilangan idealitas
cobaan yang luar biasa di dalam kehidupan keluarga dan lingkungan sosialnya. Mereka
para remaja. Tentu saja, dalam satu sisi, menjadi kesepian. Dengan dasar sebagai
pengaruh-pengaruh baru Barat juga memiliki makhluk sosial, remaja melampiaskan
sederet nilai positif, di antaranya daya kerinduan akan idealitas tersebut pada
kreativitas remaja yang luar biasa, ditambah berbagai alternatif yang rupanya menjebak
dengan kemajuan dunia digital memudahkan mereka sendiri sebagai korban yang baru.
mereka untuk berkarya dan berprestasi. Sedianya, artikel ini akan membahas
Hanya saja, sungguh disayangkan jika tanpa keempat naskah tersebut, tetapi keterbatasan
didasari pandangan yang luas, dan dasar waktu menyebabkan bahasan ini hanya
pemahaman yang tinggi, remaja seolah diarahkan pada satu naskah, yaitu Durum.
kehilangan kendali. Kehidupan instan seperti Durum ditulis oleh E.D. Jenura.
yang kerap kali ditayangkan dalam sinetron Durum merupakan singkatan dari Dunia
melekat erat dalam-dalam dan lambat laun Rumaja ‘Dunia Remaja’. Dapat dikatakan
menyusutkan daya juang mereka. bahwa Durum merupakan drama yang padat
Remaja tidak pernah lepas dari dengan deretan fragmen masalah dalam
lingkungan keluarganya. Remaja yang kehidupan remaja yang padat. Semua adegan
digandangkan sebagai masa usia labil, berisi, tidak sambung menyambung, plot
pencarian jati diri, penuh ketakutan, tidak naik-turun, dan dialog yang cukup
realistis dan cenderung subjektif, mengaduk-aduk emosi penonton. Durum
ambivalensi tinggi terhadap perubahan dan menyajikan remaja yang lepas dari
risiko yang dihadapi, dan sebagainya. pengawasan orang tua, orang tua yang lepas
Idealnya, remaja yang berada dalam masa dari pakem perkawinan, konsep percintaan
peralihan tersebut tetap berada di dalam yang sudah melenceng jauh, hilangnya
pengawasan kedua orang tuanya, keluarga konsep keteladanan, dan gaya tontonan
besar, dan lingkungan sosialnya. Namun, masyarakat masa kini yang cenderung
tidak semua remaja beruntung mendapatkan hedonis, terangkai dalam
idealitas tersebut. Adakalanya, pada masa ketidaksinambungan antaradegan, serta
remaja itulah mereka terjerumus ke dalam banyaknya karakter yang dihadirkan, tetapi
kegelapan. Lepasnya pengawasan orang tua, memberikan keutuhan tentang pencitraan
renggangnya hubungan dengan saudara, remaja kering saat ini. Durum secara masif
kondisi dan situasi lingkungan sosial yang menyampaikan serangkaian faktor dan
18
Remaja Kering dalam …. (Resti Nurfaidah)
dampak kehilangan idealitas tersebut. nilai dan standar perilaku yang biasanya
Karakter yang ditampilkan dalam drama terjadi dalam perubahan budaya yang sangat
tersebut adalah Dalang, Satu, Dua, Tiga, cepat. Kesenjangan generasi yang paling
Empat, Kesih Sukesih, Aji Kataji, Kutu menonjol adalah di bidang norma sosial.
Buku, Cacing Cau, Suami, Istri, Junkie, Norma sosial yang muncul dalam kehidupan
Penyiar, Aktris, dan Aktor. Latar tempat dan remaja saat ini, misalnya, merupakan tabu
situasi dibuat absurd, tidak disebutkan dalam kehidupan generasi orang tua pada
dengan jelas. Hanya saja, di panggung masa remaja dulu. Konflik akan semakin
tersedia sebuah properti yang meruncing jika ditambahkan dengan
menggambarkan layar monitor, kotak-kotak ketidakmampuan remaja untuk
besi yang menggambarkan remote control berkomunikasi dengan orang tua dan
dan gawai, serta gulungan tambang besar generasi sebelumnya yang lain. Orang tua
yang tersambung pada sebuah. Durum yang banyak yang sulit menerima kenyataan atas
menjadi fokus bahasan dalam artikel ini pembangkangan remaja pada larangan-
adalah yang dipentaskan di Jambore Sastra larangan tertentu, sementara si remaja
2017 di Yogyakarta. Jambore Sastra 2017 memandang orang tuanya tidak bisa
merupakan pagelaran tahunan beberapa mengerti keinginannya. Teja (2016)
anggota tetap di wilayah Indonesia Tengah menyampaikan tujuh pilar pengasuhan anak
yang meliputi balai dan kantor di wilayah Elly Risman sebagai solusi untuk
Jawa, Banten, Bali, NTB, NTT, dan menjembatani kesenjangan antargenerasi
Kalimantan. Sebagai wakil dari Jawa Barat, tersebut, antara lain, orang tua harus
Balai Bahasa Jawa Barat menunjuk Teater sepenuhnya ada untuk anak, membangun
Gawe SMKN 3 Tasikmalaya, salah satu ikatan yang kuat dengan anak, menetapkan
peserta dalam FDBS 2017. tujuan pengasuhan yang jelas, pengaturan
gaya berbicara (tutur kata halus, sopan, baik,
LANDASAN TEORI dan tidak bohong), orang tua harus menjadi
Konsep yang digunakan dalam sekolah religi pertama bagi anak, memiliki
artikel ini adalah semiotika Fiske dan persiapan pola pengasuhan anak saat remaja,
psikologi perkembangan Hurlock. Remaja serta mengajari anak menahan pandangan.
sebagai bagian dari tahapan perkembangan Sementara itu, Hapsari (2012)
manusia dianggap sangat unik, terutama menyampaikan bahwa menghadapi remaja
pada aspek kelabilan (moral dan emosi) serta memerlukan strategi tersendiri. Jika terlalu
kepesatan fisik. Konflik dalam kehidupan keras, remaja akan melampiaskan pencarian
remaja, menurut Hurlock (2013:231—232), oase di luar rumah, sebaliknya, jika terlalu
bermula pada kesalahan kedua belah pihak, longgar, remaja akan mudah terjerus ke
remaja-orang tua. Orang tua sulit dalam kesesatan, seperti pergaulan bebas.
melepaskan sifat naluriahnya, yaitu Hapsari menyampaikan pendapat Risman
menganggap remaja mereka sebagai anak tentang kiat orang tua dalam menghadapi
kecil. Orang tua cenderung memperlakukan remaja, antara lain, memupuk sikap
mereka sebagai anak kecil, tetapi di sisi lain, menerima dan bersahabat dengan remaja,
mereka mengharapkan si remaja untuk mengenali hal-hal yang muncul dalam
bertindak sesuai dengan usianya saat itu. kehidupan remaja, serta membangun
Kesalahan remaja adalah sulit menerima kepercayaan kepada remaja. Kedekatan
perlakuan tersebut. Hal lain yang paling orang tua dan remaja sedemikian penting.
mendasar adalah kesenjangan generasi Jika tidak, remaja akan melarikan diri dan
(Hurlock, 2013:232). Hurlock memandang mencari “orang tua” baru di luar rumah
bahwa kesenjangan tersebut kebanyakan dalam berbagai wujud. Paling ekstrem,
diakibatkan oleh perubahan radikal dalam kerenggangan tersebut akan memunculkan
19
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:17—31
22
Remaja Kering dalam …. (Resti Nurfaidah)
Remaja yang kehilangan kasih laki berpostur padat dengan otot yang
sayang dan berlomba-loba untuk mencari terbentuk, tetapi memiliki kulit dan
oase alternatif. Mereka sama-sama merasa penampilan yang terawat. Konsep tersebut
kehilangan, kesepian, dan kekeringan. mendekati maskulinitas para pemeran drama
Mereka merambah dunia yang terkadang TV Korea, seperti yang tersebut dalam
tidak pernah terpikirkan sebelumnya. penelitian Fribadi pada bagian pendahuluan
Kehilangan demi kehilangan menyebabkan tadi. Aji menjadikan hibriditas tersebut
mereka membangun tembok resistensi sebagai showcase laki-laki ideal yang dapat
sendiri, menaruh rasa benci atau dijadikan sebagai pahlawan bagi kaum
merendahkan kedudukan orang tua, norma perempuan. Perempuan ditaklukan dengan
sosial, atau pakem-pakem budaya timur keunggulan fisik dan idealitas konsep laki-
yang diwakili oleh tokoh dalang. Gaya hidup laki hibrid.
urban yang serba cepat dan serba tergesa Gambar 5
tampak dari adegan hilang sinyal dalam Aji Kataji
dialog berikut.
Dalang: Remaja zaman sekarang,
baru kehilangan sinyal sudah
seperti mau mati saja
(tertawa), Lur. Ayo, lanjutkan
perjalanannya.
YANG LAIN KEMBALI
MEMASUKKAN HPNYA
SAMBIL CEMBERUT,
MENGGOTONG KABEL
BESAR, BERKELILING
SAMBIL TERIAK DURUM…
DURUM…, KEMUDIAN Sumber: koleksi pribadi
BERHENTI DI DEPAN
LAYAR. SEMUA DUDUK DI AJI KATAJI MUNCUL DI LAYAR
DEPAN LAYAR TERLIHAT PERAWAKAN
SENANG.(Janura, 2017) Aji : (Membuka baju) Nah, ini
badanku setelah body
Gaya hidup urban yang tampak dalam building empat bulan. Bagus,
ya? (Nyamping ke kiri,
Durum lainnya adalah narsis, hedonis, dan
meterialistis. Sosok narsis ditampilkan oleh nyamping ke kanan
tokoh Aji Kataji sebagai laki-laki memperlihatkan perut yang
metroseksual. Konsep maskulinitas yang rata terlihat ototnya,
ditampilkan Aji adalah laki-laki yang peduli mempertunjukkan bisep dan
kesehatan dan keindahan tubuhnya, seiring trisep gaya binaraga) Banyak
hadirnya produk-produk kosmetik untuk banget yang bertanya
laki-laki, termasuk peralatan pendukung bagaimana biar bisa seperti
seperti alat gimnastik. Laki-laki yang ini. Pertama, harus niat,
diidamkan oleh kaum hawa pada era modern fokus latihan. Kedua, jangan
merupakan konsep baru dalam telaah ragu-ragu mengeluarkan
gender, khususnya maskulinitas. Konsep uang buat beli steroid, beli
tersebut dapat dikatakan sebagai hibrid dari makanan yang bagus gizinya.
konsep maskulinitas yang ada, yaitu konsep Juga mengeluarkan biaya
maskuinitas tradisional yang menuntut laki- buat daftar jadi member gym.
26
Remaja Kering dalam …. (Resti Nurfaidah)
nafkah cukup besar sehingga ayah tidak mau Keringnya pendidikan moralitas di
menyentuh ranah domestik sedikit pun. lingkungan keluarga memunculkan remaja
Gambar 7 yang agresif. Munculnya adegan bullying
Konflik suami-istri pada karakter Kutu Buku dan Cacing Cau
menunjukkan alternatif pelampiasan emosi
yang terpasung. Remaja pelaku tidak pernah
mendapat penghargaan di dalam rumahnya
sendiri. Ia berharap bahwa kedua korban
tersebut dapat menghormati si pelaku yang
merasa sebagai superior. Hal itu tercantum
dalam adegan penyiar televisi berikut.
Suara
Berita: penyebab perilaku agresivitas
Sumber: koleksi pribadi pada diri remaja bisa berasal
dari dua faktor, yaitu faktor
SEPASANG SUAMI ISTRI BERKELAHI internal dan faktor eksternal.
DI DALAM LAYAR Faktor internal, misalnya
Istri : Bukan kemauan Mamah! perasaan frustrasi, perasaan
Bapaklah yang seperti itu! negative, pikiran atau
Kalau saja Bapak lebih sering kognisi, dan pengalaman
di rumah, mungkin gak masa kecil. Sedangkan faktor
seperti ini! Si Honey tidak eksternal bisa berupa
bakal hamil di luar nikah, Si serangan, pengaruh teman,
Boris disayat samurai! pengaruh kelompok,
Suami : Harus seperti apa? Kurang pengaruh model. Pengaruh
apalagi? Dari pagi buta model yang dimaksudkan
sampai sore bekerja buat adalah anak akan meniru
menyenangkan keluarga! perilaku orang yang
Merangkak dari bawah, suka- dianggapnya dekat selama ini
siku dengan teman, sugak- dengan anak. Meniru perilaku
sogok, sampai sekarang orang lain sebagai modelnya
punya jabatan! Semua ini sesuai dengan teori belajar
untuk siapa? Untuk anak- sosial yang dikemukakan oleh
anak, untuk mamah! psikolog Albert Bandura.
Istri : (Panas) Tidak cukup dengan Sementara data daro
itu! Anak-anak butuh kepolisian menyebutkan 75
perhatian! Mamah juga butuh kasus kekerasan remaja dan
perhatian. 90,3% pelakunya berusia
Suami: Aing cape (Aku capek)! 13—18 tahun. Remaja
Maunya tuh kalau di rumah sebagai pelaku kekerasan
sudah tidak ada masalah apa terus mengalami peningkatan
pun! Di kantor sudah banyak sebesar 5% tiap tahunnya.
urusan. (Janura, 2017)
Iatri : (Menimpali) Aing ge cape!
Capee! Pengarang menyertakan data-data
Dua : Klik! (Janura, 2017) ilmiah dalam drama. Selain sebagai
pengetahuan yang ingin disampaikan pada
penonton, adegan tersebut menunjukkan
28
Remaja Kering dalam …. (Resti Nurfaidah)
bahwa ketertarikan kaum remaja terhadap pilihan, seperti terlihat dalam dialog berikut.
konsep belajar sangat kurang. Terbukti Dalam adegan tersebut, disharmonisasi
dengan sikap mereka pada bagian akhir keluarga juga menyebabkan hilangnya rasa
adegan itu, mereka sibuk mematikan layar hormat pada norma-norma ketimuran, adat
sambil berteriak “klik!” tradisi yang berlangsung selama bertahun-
Selain keluarga, remaja juga telah tahun (atau lebih), atau orang yang lebih tua.
kehilangan keteladanan dari lingkungan Sebaliknya, terlebih ketika orang yang lebih
sekitar. Sosok public figure yang hadir tua dianggap lebih kolot serta memiliki
dalam layar seolah tidak memiliki kualitas kesalahan, sikap mereka akan mengolok atau
keteladanan. Artis-artis broken home, merendahkan, seperti yang muncul dalam
perilaku sex bebas, tercabutnya batas-batas dialog berikut.
rumah tangga, permainan akidah. Hal itu Satu: (Berdiri pelan-pelan)
tercermin dalam adegan berikut. Semuanya menjadi hancur.
Tak ada yang abadi. Ya,
Gambar 8 seperti itu. Awalnya indah.
Penyiar Abal-Abal TV Mamah, Bapak, kakak, dan
Adik. Semuanya bahagia,
penuh dengan senyuman.
Rumah yang awalnya penuh
ketenangan. Secepat kilat
hancur berantakan. Ratih,
namanya, sekretaris cantik
yang merebut hati Bapak.
Lalu, Mamah tidak mau
keluar kamar, matanya yang
teduh berubah jadi beringas.
Hilang, kasih sayang. Hilang
Sumber: koleksi pribadi nikmatnya disayangi, dikasihi
oleh ibu. Ke mana harus
Penyiar: Selamat malam, pemirsa live mencari gantinya, sama
streaming dari Abal-Abal TV, siapa? (Terpuruk dielus yang
mala mini akan lain)
menyampaikan berita tidak Dua: Apa yang kurang? Rumah,
begitu penting untuk orang- mobil, motor, uang, semua
orang yang mudah ada. Cukup untuk bahagia,
dimanipulasi! Ingat harus setiap pagi bangun sambil
reaktif, ya? Berita gembira, mengucap alhamdulillaah.
baru saja anggota dewan Tiap minggu berlibur,
yang tertangkap kamera berkunjung ke bibi,
CCTV sedang pesta sabu di mengunjungi nenek. Pelan-
hotel anu. (Janura, 2017) pelan serakah. ‘Piih, Mamih
pengen liburan ke luar
Keluarga disharmonis menyebabkan negeri. Piihh, masa anak-
timbulnya obsesi para remaja untuk anak tidak tau Singapura?
mendapati figur atau hal-hal yang dapat Piih, Mamih pengen punya
menjadi pemeranan pengganti pemberi kasih bisnis, biar aja anak-anak di
sayang. Namun, terkadang remaja menjadi rumah saja ada Bi Murni.
bingung dan cenderung salah dalam memilih Terus … Kakak mau apa?
29
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:17—31
Gambar 9
Tokoh Satu mempertanyakan fungsi keluarga dan tokoh Dua mengolok keburukan orang
tuanya
Satu Dua
Sumber: koleksi pribadi
menyebabkan remaja kering mencari oasis Janura, E.D. 2017. Durum. Bandung: tidak
lain, yang jika salah memilih, akan diterbitkan.
mengakibatkan penderitaan bagi remaja Janura, E.D. 2017. Durum. Edisi Bahasa
sendiri. Indonesia diterjemahkan oleh
Syamsurijal. Bandung: tidak
diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA Rohisoh, Siti. 2011. “Pengaruh Perhatian
Fiske, John. 2009. Cultural and Orang tua Terhadap Kenakalan
Communication Studies: Sebuah Remaja di MTs Walisongo
Pengantar Paling Komprehensif. Sidowangi Kajoran, Kabupaten
Yogyakarta : Jalasutra. Magelang”. Skripsi. Salatiga: Jurusan
Hapsari, Endah. 2012. “Anak Anda Beranjak Tarbiyah, Prodi PAI, STAIN
Remaja? Ini Cara Berkomunikasi Salatiga.
yang Pas” Safitri, Yuni. 2011. “Penanganan Kenakalan
http://www.republika.co.id/berita/gay Remaja (Stusi Kasus di SMA Negeri
a-hidup/parenting/12/01/26/lye6hs- 2 Boyolali)”. Surakarta: Prodi MMP,
anak-anda-beranjak-remaja-ini-cara- Program Pascasarjana UMY.
berkomunikasi-yang-pas. Diunduh Saripuddin, M. 2009. “Hubungan Kenakalan
10 November 2017. Remaja dengan Fungsi Sosial
Hurlock, Elizabeth B. 2013. Psikologi Keluarga”. Skripsi. Yogyakarta:
Perkembangan; Suatu Pendekatan Prodi Sosiologi Agama, Fakultas
Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga.
Keenam. Jakarta: Erlangga. Teja, Dini. 2016. “7 Pilar Mendidik Anak
Ir. 2011. “10 Penyebab Kenakalan Remaja” Menurut Psikolog Elly Risman”
dalam dalam
https://health.detik.com/read/2011/01 https://gaya.tempo.co/read/774751/7-
/23/100537/1552483/1075/10- pilar-mendidik-anak-menurut-
penyebab-kenakalan-remajadiunduh psikolog-elly-risman diunduh 10
10 November 2017, pukul 04:12 November 2017, pukul 03:15 WIB.
WIB.
31
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 33—45
Abstract
The research analyzes literary stylistics of Seno Gumira Ajidarma’s short story, "Rembulan dalam
Capucino ",by taking advantages of Lyotard’s postmodernismperspectives. By applying andescriptive method,
the writer found postmodern storytelling stylistics involving at least seven postmodern styles, namely
fragmentation, sublim language play, pastiche, parody, kitsch, camp, and schizophrenia. Fragmentation
wasfound in the style of merging separate fragments of rembulan and creating its new meanings.Sublime
language play was seen on SGA trials to change something impossible to be possible. Pastiche style was seen in
the quotation of Pablo Neruda's poem which expressed it took a glance to love someone and it took a very long
time to forget someone. Parodic style was seen inthe exchange of “moon” for “soto Betawi” in Italian
restaurant. Camp appeared in the elimination of characters’ names as in common short stories. Schizophrenia
arose at SGA's story about a“moon”(rembulan) that could serve as a sign or symbol of shifted meaning between
the marker and the mark. When the established meaning of the “moon”(rembulan) referred to the 'celestial
bodies which surround the earth, shine at night by the reflection of the sun' and 'night beauty', SGA shifted its
meaning as a burden of forgetting someone.
Keywords: literary stylistics, short story, Lyotard postmodernism, rembulan, capucino
Abstrak
Penelitian ini menganalisis stilistika sastra Seno Gumira Ajidarma (SGA) dalam cerita pendek “Rembulan
dalam Capucino” dari sudut pandang postmodern Lyotard. Dengan menggunakan metode deskriptif, penulis
menemukan kepostmodernan gaya SGA yang melibatkan sekurang-kurangnya tujuh gaya postmodernisme, yakni
fragmentasi, permainan bahasa yang sublim, pastiche, parodi, kitsch, camp, dan skizofrenia. Gaya fragmentasi
terlihat pada gaya penggabungan sejumlah fragmen terpisah tentang rembulan sehingga menciptakan makna
baru. Permainan bahasa yang sublim tampak pada permainan SGA mengubah sesuatu yang tidak mungkin
menjadi mungkin. Gaya pastiche terlihat pada pengutipan puisi Pablo Neruda yang menceritakan singkatnya
mencintai seseorang dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melupakan seseorang. Gaya parodi terlihat
pada penukaran rembulan dengan soto Betawi di restoran Italia. Gaya kitsch, Gaya camp muncul pada
peniadaan nama-nama tokoh selayaknya cerpen kebanyakan. Gaya skizofrenia muncul pada pengisahan SGA
mengenai rembulan yang dapat dijadikansebagai tanda atau simbol makna yangbergeser antara penanda
danpetandanya. Ketika makna rembulan yang telah mapan mengacu pada ‘benda langit yg mengitari bumi,
bersinar pada malam hari karena pantulan sinar matahari’ dan ‘kecantikan malam’, SGA menggeser maknanya
sebagai sebuah beban melupakan seseorang.
Kata-kata kunci: stilistika sastra, cerpen, postmodern Lyotard, rembulan, capucino
33
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:33—45
dalam novel Negeri Senja yang ditampilkan kaya, baik dibandingkan dengan
melalui simbol-simbol yang terdapat di stilistikalinguistik maupun retorika.
dalam teks dengan menggunakan Semiologi Postmodern menurut Lyotard (dalam
Roland Barthes mengenai fashionsistem. Faisal, R. 2010:396--414) merupakan suatu
pemutusan hubungan total dengan budaya
LANDASAN TEORI modern dan bukan sekadar koreksi atas
Stilistika merupakan objek baik bagi berbagai pemikiran dan budaya modern.
ilmu linguistik maupun ilmu sastra. Postmodernisme diartikan sebagai
Perbedaanya stilistika linguistik terbatas ketidakpercayaan pada berbagai bentuk
pada penelitian gejala bahasa secara metanarasi, ketidakpercayaan pada klaim
deskriptif, yang dalam perkembangan kebenaran ilmu pengetahuan objektif–
kemudian disebut sebagai majas, sedangkan universal. Ketidakpercayaan pada klaim
stilistika sastra melangkah lebih jauh pada kebenaran objektif–universal itu didasarkan
aspek-aspek yang melatarbelakangi atas kesadaran akan adanya keterbatasan dan
sekaligus tujuan yang hendak dicapai, ketidakmampuan dalam melihat realitas dari
sebagai penelitian evaluatif. Menurut Wellek perspektif dan primitiv tertentu. Penolakan
dan Warren (1990:227) untuk meneliti terhadap metanarasi berarti berakhirnya
aspek-aspek stilistika karya seorang penjelasan yang bersifat universal tentang
pengarang di samping memahami kaidah– tingkah laku dalam rasionalitas instrumental.
kaidah linguistiknya perlu juga menelusuri Postmodernisme menurut McHale
penggunaan bahasa pada zamannya, sebab (dalam Pujiharto, 2005:88--97) merupakan
pada dasarnya stilistika adalah perbedaan istilah yang tidak ada acuannya karena
penggunaan karya sastra dengan penggunaan postmodernisme merupakan suatu
bahasa pada zaman tertentu. konstruksi. Oleh sebab itu, terdapat beragam
Karya seni, termasuk sastra, yang pengertian postmodernisme. Hal yang
bersifat imajinatif, personal, dan khas penting menurut McHale adalah bahwa
menjadi bagian dari struktur sosial. Oleh konstruksi postmodernisme yang dibangun
karena itu, sikap dan gaya merupakan memiliki konsistensi dan koherensi internal,
representasi peranan-peranan sosial, baik ruang lingkup yang tidak begitu luas dan
sebagai manifestasi perilaku individual tidak begitu sempit, dan produktif.
maupun komunitas tertentu (Ratna, Endraswara (2013:167) mengutip
2007:251). Perubahan kultural direfleksikan pendapat Lyotarddalam bukunya The
melalui gaya bahasa, sedangkan gaya bahasa Postmodern Condition, postmodern telah
dipengaruhi oleh masyarakat. menentang mitos-mitos modern,
Seluruh aspek kehidupan merupakan menghilangkan batas-batas antara seni dan
tanda, yang digunakan sebagai sistem kehidupan masa kini, antara elit yang
komunikasi. Sebuah tanda akan bermakna hirarkhis dengan budaya populer, antara
jika digunakan dalam proses interaksi dan gabungan stilistik dengan percampuran
komunikasi. Bahasa merupakan salah satu kode, mengubah hal yang tak mungkin
sistem komunikasi terpenting sekaligus menjadi mungkin. Penulis meyakini “RdC”
rumit dan kompleks. Karya seni, melalui ini menarik dikajidengan menggunakan
mekanisme struktur sosial, mengubah pisau postmodern Lyotard. Melalui cerpen
struktur sosiokultural yang statis, stagnasi, ini Seno mencoba menentang mitos-mitos
dan beku, menjadi dinamis, bergerak, dan modern dan mengubah hal yangtak mungkin
cair, yaitu melalui mode, cara, gaya, dan menjadi mungkin dengan menggunakan
gaya bahasa (Ratna, 2007:252). Wellek dan kata-kata yang digeserkan makna-maknanya
Warren (1990:228) menegaskan bahwa bukan makna yang sebenarnya, seperti sifat
stilistika sastra memiliki wilayah yang lebih perahu dan kupu-kupu yang sudah dipahami
35
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:33—45
teks boleh jadi meniru atau mengimitasi (Lyotard dalam Pilliang, 1999: 167). Dalam
karya sastra lain atau karya terdahulu. karya seni, karya skizofrenik dapat dilihat
Parodi merupakan komposisi dalam dari keterputusan dialog di antara elemen-
prosa yang di dalamnya kecenderungan- elemen dalam karya, yaitu tidak
kecenderungan demikiran dan ungkapan berkaitannya elemen-elemen tersebut satu
karakteristik dalam diri seorang pengarang sama lain, sehingga makna karya tersebut
atau kelompok pengarang diimitasi sulit untuk ditafsirkan. Menurut Kamus
sedemikian rupa untuk membuatnya tampak Besar bahasa Indonesia, skizofrenia
absurd, khususnya dengan melibatkan bermakna “penyakit jiwa yang ditandai oleh
subjek-subjek lucu dan janggal, imitasi dari ketidakacuhan, halusinasi, waham untuk
sebuah karya yang dibuat modelnya kurang menghukum, dan merasa berkuasa, tetapi
lebih mendekati aslinya, tetapi disimpangkan daya pikir tidak berkurang” (https://kbbi.
arahnya sehingga menghasilkan efek-efek kemdikbud. go. id/entri/skizofrenia). Ciri
kelucuan (Lyotard dalam Pilliang, “ketidakacuhan” inilah yang menjadi
1999:153). karakteristik pendukung skizofrenia yang
Camp merupakan bentuk seni yang melepaskan hubungan antar unsur dalam
menekankan dekorasi, tekstur, permukaan sebuah karya. Skizofrenia inilah yang juga
sensual dan gaya dengan mengorbankan isi. disebut sebagai pergeseran penanda dan
Pada karya camp objek-objek alam, petanda.
manusia, dan binatang seringkali digunakan, Masalah yang dirumuskan penulis
namun secara ekstrem dideformasikan, dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
misalnya dengan dibuat lebih kurus, gaya penceritaan SGA dalam “RdC”
ramping, jangkung, gendut, besar, dan lebar diltinjau dari postmodernisme Lyotard.
(Lyotard dalam Pilliang, 1999:163). Camp Penelitian ini bertujuan mengungkap gaya
diciptakan sebagai satu jawaban terhadap tersebut. Penulis berharap penelitian ini
“kebosanan” dan sekaligus merupakan satu dapat memberikan kontribusi dalam kajian
reaksi terhadap keangkukan kebudayaan stilistika sastra khususnya dalam ranah
tinggi yang telah memisahkan seni dari kajian postmodernisme.
makna-makna sosial dan fungsi komunikasi
sosial. Camp selalu melibatkan unsur METODE PENELITIAN
duplikasi dan menggunakan manerisme, Data yang digunakan dalam penelitian
seperti bulu mata yang dilentikkan, senyum ini adalah data primer dan datasekunder.
rahasia, jas yang berjumbai, yang Data primer adalah cerpen “RdC” karya
mengundang penafsiran ganda (Lyotard Seno Gumira Ajidarma (dalam Kompas edisi
dalam Pilliang, 1999:165). Skizofrenia Minggu 31 Agustus 2003), sedangkan data
pada awalnya merupakan sebuah istilah sekunder berupa buku-buku dan penelitian
psikoanalisis, yang pada awalnya digunakan ilmiah yang berhubungan dengan
untuk menjelaskan fenomena psikis dalam permasalahan. Secara keseluruhan,
diri manusia. Kini istilah tersebut digunakan penelitian ini tergolong penelitian deskriptif
secara metaforik untuk menjelaskan dengan menggunakan metode kualitatif.
fenomena yang lebih luas, termasuk di Metode kualitatif adalah prosedur penelitian
antaranya fenomena bahasa, sosial-ekonomi, yang berdasarkan danmenghasilkan data-
sosial-politik, dan estetika. Dalam data deskriptif berupa data tertulis (Bogdan
kebudayaan dan seni, skizofrenia digunakan dan Taylor dalam Meleong, 1995:3).
sebagai metafora untuk menggambarkan Menurut Nawawi (2007:66) data kualitatif
kesimpangsiuran penggunaan bahasa. ini adalah data yang hanya dapat
Kekacauan pertandaan terdapat pada diukursecara tidak langsung. Data ini
gambar, teks, objek, dan bahkan kalimat hanyadapat diamati atau diselidiki dengan
37
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:33—45
menggunakan teori yang sesuai dengan fragmen ini dengan pengenalan minuman
permasalahan. capucino. Bahkan, ia melengkapi narasinya
Dalam analisis data, penelitian ini dengan catatan kaki untuk menjelaskan jenis
menggunakan kajian stilistika minuman ini.
postmodernisme Cara kerjateori postmodern
Lyotard ini dimulai dengan melakukan Kopi tradisional Italia, biasanya untuk
analisis mengamati fragmentasi, permainan sarapan-kopi espresso yang dibubuhi susu
bahasa sublim, penggunaan pastiche, parodi, panas dan buih, sering juga ditaburi
kitsch, camp dan skizofrenia yang cokelat, dalam seduhan air panas 80
memungkinkan makna bergeser dari derajat celsius, dihidangkan dengan
cangkir. (Sumber: dari bungkus gula non-
penanda ke petanda. kalori Equal).
PEMBAHASAN Selanjutnya, SGA membawa tokoh-
Fragmentasi tokoh tanpa nama dalam cerpen “RdC”
Lyotard menjelaskanbagaimana untuk dapat ditafsirkan sebagai tokoh yang
postmodernisme mencabut suatu elemen dari perannya tidak untuk menginterpretasi atau
totalitaskonteks kehidupan, mengisolasi, mencocokan kedalam dunia yang di
danmencabut dari fungsinya.Selanjutnya, dalamnya ternyata mereka sendiri hidup,
postmodernis menggabung-gabungkan tetapi justru untuk menunjukan eksistensi
sejumlahfragmen yang saling dari suatu pluralitas. Fragmen kedua ia
terisolasi,sehingga menciptakan makna. perkenalkan sehingga tokoh perempuan
Makna yang dihasilkan tidakberasal dari seakan berada di dunia yang terombang-
konteks awal fragmen-fragmen tersebut. ambing antara dendam akan zaman
Pada awal cerita, SGA menampilkan kegelapan saat pembantaian G30S/PKI,
fragmentasi kehidupan modern dengan seperti dalam kutipan berikut.
munculnya atau maraknya restoran Italia
atau kafe-kafe yang menyediakan makanan Dia berada di suatu tempat tanpa cahaya,
atau minuman yang tentu saja menawarkan kelam, begitu kelam, seperti
nama-nama menu asing. ditenggelamkan malam, sehingga bintang-
bintang yang bertaburan tampak jelas,
Seminggu setelah perceraiannya, terlalu jelas, seperti peta dengan nama-
perempuan itu memasuki sebuah kafe, dan nama kota. Perempuan itu belum lupa,
memesan Rembulan dalam Cappuccino. Ia apalah artinya nasib satu manusia di
datang bersama senja, dan ia harus tengah semesta, nasib yang sebetulnya
menunggu malam tiba untuk mendapatkan jamak pula dialami siapa pun jua di muka
pesanannya. (Ajidarma, Seno G. 2003 bumi yang sebesar merica.Namun, ia
Paragraf ke-1) merasa bagaikan kiamat sudah tiba. Agak
malu juga sebetulnya.
Cappuccino¹ dalam lautan berwarna Banyak orang lain harus hidup dengan
coklat, datang langsung dari tercemplung gambaran bagaimana ayahnya diambil
cangkir, tenggelam sebentar, tapi lantas dari rumahnya di tengah malam buta.
pingpong-tapi bukan bola pingpong, ini Digelandang dan diarak sepanjang kota
rembulan... (Ajidarma, Seno G. 2003 sebelum akhirnya disabet lehernya dengan
Paragraf ke-2) celurit sehingga kepalanya menggelinding
di jalanan dan darahnya menyembur ke
Kehidupan perkotaan sebagai satu atas seperti air mancur deras sekali sampai
fragmen menceritakan kebiasaan orang- menciprati orang-orang yang
orang kota berkunjung ke kafe dan memesan mengaraknya itu. Tidak sedikit orang
makanan atau minuman. SGA menandai yang hidup dengan kutukan betapa ibunya
telah menjadi setan jalang yang
38
Analisis Stilistika Seno…. (Kahar Dwi Prihantono)
40
Analisis Stilistika Seno…. (Kahar Dwi Prihantono)
Song of Despair) karya Pablo Neruda pada sudah ia beli ke rumah makan Italia. Ia
tahun 1924, terjemahan ke dalam bahasa meminta penukaran rembulan dengan soto
Inggris oleh WS Merwin, terbit pertama kali betawi, sebuah parodi yang menarik di akhir
tahun 1969.Puisi karya Pablo Neruda cerita SGA.
tersebut menceritakan kesedihan seseorang
yang berpisah dengan pujaan hatinya. Camp
Perpisahan yang diakibatkan hilangnya rasa Campmerupakan bentuk seni yang
cinta dan keyakinan pujaan hati akan menekankan dekorasi, tekstur, permukaan
menjadi milik orang lain (I no longer love sensual dan gaya dengan mengorbankan isi.
her, that's certain, but how I loved her. My Pada karya camp objek-objek alam,
voice tried to find the wind to touch her manusia, dan binatang seringkali digunakan,
hearing. Another's. She will be another's). namun secara ekstrem dideformasikan,
Puisi Pablo ini juga menegaskan bahwa misalnya dengan dibuat lebih kurus,
mencintai seseorang sangatlah singkat tetapi ramping, jangkung, gendut, besar, dan lebar
melupakan seseorang adalah proses yang (Pilliang, 1999: 163). Camp diciptakan
berkepanjangan, seperti beban rembulan sebagai satu jawaban terhadap “kebosanan”
yang dibawa oleh si perempuan. Adalah dan sekaligus merupakan satu reaksi
sebuah pilihan, apakah si perempuan terus terhadap keangkukan kebudayaan tinggi
akan bergundah gulana menggendong yang telah memisahkan seni dari makna-
rembulan di punggungnya (beban) atau makna sosial dan fungsi komunikasi sosial.
melepaskan diri dari kesedihan dan memilih Camp selalu melibatkan unsur duplikasi dan
untuk menggapai kebahagiaan yang luas menggunakan manerisme, seperti bulu mata
terbentang di depannya dengan yang dilentikkan, senyum rahasia, jas yang
mengembalikan rembulan ke rumah makan berjumbai, yang mengundang penafsiran
Italia. ganda.
Cerpen “RdC” menampilkan tokoh-
Parodi tokoh tanpa nama. Dalam cerpen tersebut
Parodi merupakan komposisi dalam prosa pengarang sengaja menggunakan gaya
atau puisi yang di dalamnya kecenderungan- penceritaan yang baru di tengah konvensi
kecenderungan pemikiran dan ungkapan prosa yang telah ada. Bentuk semacam ini
karakteristik dalam diri seorang pengarang menunjukan kebebasan pengarangnya dalam
diimitasi sedemikian rupa untuk mengekspresikan ide dan gagasannya yang
membuatnya tampak absurd, khususnya tidak mau lagi dibatasi dengan adanya
dengan melibatkan subjek-subjek lucu dan bentuk-bentuk atau konvensi, batasan-
janggal, dan disimpangkan arahnya sehingga batasan atau aturan-aturan penulisan cerpen
menghasilkan efek-efek kelucuan. yang selama ini diikuti oleh pengarang
cerpen yang lainnya. Tokoh perempuan,
Tiga minggu kemudian, pada hari hujan laki-laki, pelayan, kepala dapur, pun ayah si
yang pertama musim ini, perempuan itu wanita tidak ada yang diberi nama. Gaya
muncul lagi di kafe tersebut. penceritaan SGA tersebut masuk dalam gaya
“Saya kembalikan rembulan ini, bisa posmodernisme yang berjenis camp.Camp
diganti soto Betawi?” adalah bentuk seni yang menekankan
Itulah masalahnya.
dekorasi, tekstur, permukaan sensual dan
“Tidak bisa Puan, kami tidak punya soto
Betawi, ini kan restoran Itali? gaya dengan mengorbankan isi. Camp
diciptakan sebagai satu jawaban terhadap
SGA menampilkan parodi di penghujung kebosanan sekaligus merupakan satu reaksi
cerita. Si perempuan pada akhirnya terhadap keangkuhan kebudayaan tinggi
memutuskan mengembalikan rembulan yang yang telah memisahkan makna-makn sosial
42
Analisis Stilistika Seno…. (Kahar Dwi Prihantono)
43
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018:33—45
45
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 47— 58
Abstract
Traditional proverb is a language expression that is used as a tool to legitimize knowledge in a society.
Lombok people have local knowledge that came from proverb and customary law that solved the ecology’s
problem that increase today. Language ass traditional proverbs and customary law are used as the tools to
construct people’s thought toward social awareness through internalization . The study aimed to analyze the
proverb and costumary law which has used as the tools to construct social awareness. The study also discussed
about kinds of traditional proverbs and customary law and their appearance, how the social contruction which
related to ecology could construct people’s awareness in west Nusa Tenggara through proverbs and customary
law, and how individual and society practiced their culture, such as keeping ecology, after internalizing the
values. . The results showed that the change of social structure that caused by the change of dinamical power
had contributed to knowledge and people’s awareness of the environment. Language was the representative of
the symbolical legitimation of the law which was expressed in traditional proverbs and custamry law. These
proverbs and customary law are used to construct people’s awareness from generation to generation through
internalizing the values..
Keywords: Traditional Proverb and Custamary Law, social Construction, ecology
Abstrak
Pepatah tradisional merupakan ekspresi berbahasa yang menjadi sarana dalam legitimasi pengetahuan
masyarakat. Masyarakat Lombok memiliki pengetahuan lokal yang berasal dari pepatah tradisional dan hukum
adat yang dapat mengatasi masalah-masalah ekologi yang kini semakin meningkat . Bahasa dalam ungkapan
tradisional dan hukum adat digunakan sebagai alat untuk mengonstruksi pola pikir masyarakat terhadap
kesadaran sosial melalui proses internalisasi . Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pepatah tradisional
dan hukum adat yang digunakan sebagai alat untuk mengonstruksi kesadaran sosial. Permasalahan yang
dibahas adalah pepatah tradisional dan hukum adat apa saja yang muncul dan bagaimana konteks
kelahirannya, bagaimana konstruksi sosial yang berhubungan dengan ekologi bekerja melalui ungkapan
tradisional dan hukum adat untuk membentuk kesadaran masyarakat Nusa Tenggara Barat, dan bagaimana
praktek budaya, dalam diri individu dan masyarakat, seperti menjaga ekologi di Nusa Tenggara Barat, setelah
nilai-nilai itu terinternalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur sosial yang berubah di masyarakat
sebagai akibat dari dinamika kekuasaan yang berubah telah berkontribusi terhadap pengetahuan dan
membentuk kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup. Bahasa merupakan representasi simbol
legitimasi aturan masyarakat yang muncul dalam pepatah tradisional dan hukum adat. Pepatah tradisional dan
hukum adat digunakan untuk mengonstruksi kesadaran masyarakat dari generasi ke generasi melalui proses
internalisasi nilai.
Kata-Kata Kunci: Pepatah Tradisional dan Hukum Adat, Konstruksi Sosial, Ekologi
47
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 47—58
prosedur yang berupa perlatan tradisi yang sistematikanya oleh pelaku-pelaku yang
dimodelkan dan disebarluaskan. Pengalaman berkepentingan terhadap ritual tersebut
manusia disusun dalam narasi-narasi yang untuk terus diajarkan dan diingat oleh
berbentuk cerita rakyat, mitos, alasan untuk masyarakat. Sedangkan aturan adat bagian
melakukan sesuatu atau tidak, dan dari mekanisme pengontrolan sesuatu yang
sebagainya. dilakukan sebagaimana biasa untuk tujuan
Mengkonstruksi realitas dengan tertentu. Dengan demikian dalam
narasi membutuhkan bahasa. Bruner pelembagaan terdapat dua sisi yaitu tindakan
menekankan bahwa manusia membangun yang dibiasakan dan pelaku yang
ide-ide satu sama lain, mengalami peristiwa mempraktikkan termasuk yang memimpin
bersama, dan memiliki memori dalam atau mengontrol.
kehidupan sehari-hari dalam bentuk narasi. Bentang geografis laut, gunung di
Narasi merupakan versi dari realitas dan tempat hidup masyarakat Sasak di Lombok
instrumen pikiran yang digunakan sebagai menimbulkan kelahiran lembaga adat untuk
alat pengkonstruksian. Konstruksi sosial dan mengatur, dan menyelesaikan persoalan
konstruksi narasi menghubungkan tradisi yang berhubungan dengan bentang alam
lisan dengan realitas dalam kehidupan tersebut. Misalnya, dalam masyarakat
sehari-hari. Lombok pelembagaan terhadap kebiasaan
mensucikan air laut timbul upacara bau
METODE nyale. Pengaturan ritual itu sendiri supaya
Penelitian ini di wilayah field terus menerus bisa dilaksanakan yang
research (riset lapangan) pada tanggal 6—10 kemudian menimbulkan kebutuhan akan
Oktober 2015 di Lombok dengan lembaga yang mengurus tata upacara
pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan keagamaan. Lembaga adat masyarakat
cara melakukan wawancara kepada beberapa Sasak yang setelah kedatangan Islam
jenis informan. Hasil-hasil data mensikretikkan ajaran-ajaran atau aturan
pengumpulan ungkapan tradisional dan yang dikosepsikan dalam pikiran masyarakat
aturan adat kemudian ditranskripsi dan Sasak terdiri dari pemuka adat. Pemuka adat
dianalisis dengan kerangka konstruksi sosial. bertugas mengatur aspek Watu Telu, suatu
Data-data yang didapatkan dari riset kepercayaan sinkretik antara Islam, Hindu
lapangan menjadi data primer, sedangkan dan agama pagan masyarakat. Pemuka adat
sumber data sekunder sebagai sumber data disebut pemangku. Meskipun pemangku
penunjang dalam penelitian ini adalah data- dalam hirarki masyarakat Sasak bukan dari
data yang diperoleh dari studi kepustakaan golongan bangsawan, tetapi pemangku
baik dari buku-buku maupun sumber lain. adalah petugas adat yang penting dalam
. komunitas yang bertugas dalam setiap
PEMBAHASAN upacara.
Struktur sosial budaya Komunitas Pada komunitas Sasak terdapat
Struktur sosial budaya komunitas kelompok-kelompok pemangku di antaranya
mencakup pelembagaan kebiasaan atau pemangku gubug yang mengurusi
habituasi. Pelembagaan bagian dari upaya perumahan komunitas ketika memperantarai
mempertahankan pola-pola yang dianggap hubungan komunitas dengan dunia spritual.
akan memberi keteraturan, dan ketenangan. Pemangku aiq mengurusi pertanian Subak
Pembiasaan merupakan proses yang terus- yaitu proses pengairan dari mata air yang
menerus dijalani, kemudian dibuat aturan membutuhkan tata cara spiritual dalam
dan kontrol terhadap aturan tersebut. Ritual pelaksanaan pengairan dari mata air.
merupakan pola yang diulang-ulang oleh Kelompok pemangku ini menjaga tata cara
masyarakat yang kemudian dibuat yang diajarkan dari sistem kepercayaan yang
51
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 47—58
juga sudah dilembagakan, yaitu Watu Telu. bangsawan Sasak dari kedatuan Selaprang
Pemangku merupakan struktur yang berada belajar ilmu Islam hingga ke negeri Arab di
di bawah para bangsawan. Mekah mereka juga menjadi tokoh-tokoh
Bangsawan dalam lembaga adat perubahan sosial masyarakat Sasak. Tidak
Sasak menempati posisi tertinggi dalam hanya bidang transformasi sosial, peran
keyakinan masyarakat. Masyarakat yang Tuan Guru juga pemimpin peperangan
mempercayai kekuatan supranatural melawan kerajaan Bali yang berkuasa di
melanggengkan pelembagaan sistem sosial wilayah Barat, juga pemimpin perjuangan
bertingkat berdasarkan referensi kosmologi melawan penjajahan Belanda.
sinkretis Watu Telu. Struktur ini juga Salah satu Tuan Guru yang sangat
menentukan kepemilikan tanah. Bangsawan berpengaruh dalam masyarakat Sasak adalah
berhak mengusai tanah-tanah atas nama TGKH Syaikh Muhammad Zainuddin Abdul
adat. Strata ini dilembagakan sebagai suatu Madjid, pendiri Nahdlatul Wathan,
cara menjaga kemurnian bangsawan organisasi massa Islam yang terbesar di
sehingga tetap berada dalam posisi tertiggi provinsi Nusa Tenggara Barat / NTB.
di atas masyarakat biasa. Perkawinan Adawiyah (2009) mencatatkan biografi
endogami atau perkawinan sesama Tuan Guru Zainuddin dalam tesis berjudul
kelompok yang setara merupakan usaha Pendidikan Pesantren Menurut Pemikiran
mempertahankan posisi tertinggi tersebut. Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin
Jika terdapat bangsawan yang melakukan Abdul Madjid. Adawiyah mengatakan
perkawinan eksogami dianggap telah bahwa setelah belajar di Mekah selama 6
mengkhianati leluhur yang akibatnya tahun di Madrasah Ash Shaulatiyah yang
bangsawan tersebut kehilangan kekuatan dipimpin oleh Syaikh Salim Rahmatullah,
supranatural. Dalam struktur komunitas Tuan Guru Zainuddin kembali ke Lombok
tersebut posisi perempuan bangsawan dan mendirikan Madrasah Al Mujahidin
menjadi sangat penting dalam menjaga (1934 M. Madrasah ini kemudian menjadi
kelestarian perkawinan endogami. Akan pokok berdirinya organisasai agama terbesar
tetapi posisi kebangsawan pada masyarakat di NTB yaitu Pondok Pesantren Nahdlatul
Lombok sekarang sudah mengalami Wathan (NW), yang menjadi perintis dan
transformasi sosial seiring dengan masuknya penggerak sosial keagamaan di Lombok dan
ajaran Islam yang tidak mempercayai sistem Sumbawa. Pondok pesantren NW kemudian
kekastaan. melahirkan banyak kalangan yang terdisik di
Struktur sosial budaya komunitas Lombok dan Sumbawa yang menjadi agen
sasak yang menganut Islam awal di Lombok perubahan sosial pada masyarakat Lombok
terdiri dari Tuan Guru yang menjadi panutan saat ini.
bagi masyarakat. Tuan Guru adalah orang Di samping Tuan Guru atau disebut
yang mempunyai keilmuan di bidang agama Lokaq atau Kyai yang danggap pemegang
Islam. Tidak hanya panutan dalam bidang kosmos, struktur sosial masyarakat Sasak
ilmu agama, Suprapto (2015) mengatakan, masa Islam awal dibantu oleh pemegang
Tuan Guru juga memegang peran penting pemegang hukum yaitu Penghulu,
dalam integrasi masyarakat Sasak dan pemegang wilayah yaitu Pembekel, dan
menyelesaikan konflik apabila terjadi Pemegang Keahlian Balian. Di masa
konflik etnik dan agama di P. Lombok. Di sekarang ketika dalam masa administratif
masa awal, Tuan Guru berasal dari kalangan pemerintahan RI, pemerintahan administratif
pedagang yang menyebarkan Islam melalui seperti kepala desa berperan dalam
perdagangan di wilayah pesisir yang memegang pimpinan pemerintahan di
kebanyakan berasal dari kesultanan tingkat desa. Akan tetapi kehidupan sosial
Makasar. Di masa berikutnya ketika banyak masyarakat di masa administrasi modern
52
Konstruksi Sosial Pepatah …. (Dina Amalia Susamto)
wilayah laut dalam. Tingkat biodiveristas Larangan pergi ke laut di hari Jumat
terumbu karang yang tinggi akan menjadi supaya laki-laki menjalankan peribadatan
sumber keanekaragaman genetik dan salat Jumat. Larangan tersebut mempunyai
spesies. Keanekaragaman genetik yang pendasaran keseimbangan bagi manusia
dimaksud di sini banyaknya variasi dalam antara mencari nafkah dan peribadatan.
makhluk hidup sehingga tingkat ketahanan Larangan bertengkar di laut, dan larangan
terhadap penyakit dan kemampuan bertahan menyebut gurita ketika berada di laut. Gurita
hidup suatu makhluk hidup dapat menjadi adalah binatang yang menakutkan bagi
lebih tinggi. Selain itu dengan begitu nelayan Sasak yang dapat membunuh
banyaknya spesies maka akan dapat manusia. Gurita yang dimaksud adalah
dimanfaatkan untuk sebagai sumber pangan bagian dari epen laut atau mahluk halus
dan obat-obatan. dalam laut yang dipercayai sebagai sesuatu
Terumbu karang juga benteng yang menakutkan. Oleh karena itu dianggap
pertama yang melindungi pantai. Terumbu tabu menyebut gurita secara verbal sebagai
karang, padang lamun dan hutan bakau nama panggilannya ketika sedang berada di
merupakan ekosistem yang saling laut. Sedangkan bertengkar di laut
berhubungan. Terumbu karang merupakan menandakan hawa nafsu yang tidak boleh
tumbuhan yang pertama kali menghalau diperturutkan ketika di laut karena akan
ombak besar dari laut, agar tidak merusak berakibat tidak saja ikan yang sedang dicari
daratan. Kemudian ombak tiba di padang akan hilang atau tidak jadi menjadi rezeki
lamun maka energinya akan diperkecil lagi tetapi berakibat merusak hubungan sesama
oleh daun-daun tumbuhan lamun. Ketika manusia atau nelayan yang sedang bersama-
ombak tiba di dekat pantai, maka akar dan sama berangkat mencari ikan di laut.
batang pohon-pohon mangrove akan
memperkecil lagi energi ombak, sehingga 2. Pelindungan Hutan dan alam lingkungan
ombak tidak merusak pantai. Terumbu sekitar
karang bermanfaat dalam menghalangi Hutan di sekitar kawasan Gunung
pengikisan akibat energi ombak dan arus, Rinjani di Sembalun, Lombok Timur
sehingga masalah abrasi pantai yang memiliki tata hukum adat salah satunya
mengikis daratan pulau-pulau akan lebih larangan tidak boleh membawa makanan-
mudah diatasi. Bahkan artikel tersebut juga makanan yang berbumbu. Makanan
menjelaskan bahwa terumbu karang juga berbumbu mengandung hawa panas yang
berfungsi mengurangi pemanasan global dan merusak rumput-rumut di bawah pohon.
seperti hutan hujan tropis, terumbu karang Rumput-rumputan adalah tanaman penutup
menyerap gas CO2 hasil pembakaran permukaan tanah untuk melindungi tanah
sehingga mengurangi pemanasan pada bumi, dari ancaman kerusakan oleh erosi dan /
mencegah perubahan iklim. atau untuk memperbaiki sifat kimia dan sifat
Bagi masyarakat Sasak kosmologi fisik tanah. Tanaman penutup tanah
laut yang dianggap suci dibahasakan dengan berperan: (1) menahan atau mengurangi
ungkapan-ungkapan dan larangan antara lain daya perusak butir-butir hujan yang jatuh
dilarang membuang kotoran manusia di laut, dan aliran air di atas permukaan tanah, (2)
nanti tidak akan melihat kotoranmu lagi. menambah bahan organik tanah melalui
Disucikannya laut bagi orang Sasak juga batang, ranting dan daun mati yang jatuh,
menimbulkan ungkapan-ungkapan atau dan (3) melakukan transpirasi, yang
aturan adat yang dilarang berzina di laut, mengurangi kandungan air tanah. Peranan
dan dilaranag membawa perempuan ke laut tanaman penutup tanah tersebut
ketika menstrusasi. menyebabkan berkurangnya kekuatan
dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta
54
Konstruksi Sosial Pepatah …. (Dina Amalia Susamto)
Cederroth, Sven. 1981. The Spell of The Riyanto, Geger. 2009. Peter L Berger
Ancestors And The Power of Perspektif Metatoeri Pemikiran.
Mekkah A Sasak Community on Jakarta: LP3S
Lombok. Sweden: Vasastadens Suprapto. 2015. “Religious Leaders and
Bokbinderi. Peace Building The Roles of Tuan
Darman, Faradika. 2017. “Representasi Guru and Pedanda in Conflict
Manusia dan Alam dalam Puisi Resolution in Lombok Indonesia”.
Aku, Hutan Jati dan Indonesia Al-Jāmi‘ah: Journal of Islamic
Karya Yacinta Kurniasih”. Studies. Vol. 53, no.1. hlm. 225-
Totobuang, Vol.5, No. 2. hlm. 250. DOI. 10.14421.
243—254. Taena1, La., Sailan, Zalili., Nalefo, La.,
Hardiman. 2015. “Mengkreasi Produk Basri, Ali., Laepe, Ader.,
Kajian Ekolinguistik terhadap Samsul., Helmina, Siti., Miliha,
Tradisi Lisan Kabjanti di Muna: La., Kuasa, Wa. 2016. “The
Menuju ke Arah Penguatan Kajian Cultural Tradition of Falia in
Eco-Oral Tradition dalam Preserving Forest by Munanese
Merayakan Keberagaman Tradisi Ethnic”. Journal of Sustainable
Sebagai Warisan Budaya Development. Vol. 9, No. 5. hlm.
prosiding Seminar Internasional 200-206.
dan Festival Tradisi Lisan IX Wahyudewantoro, Gema. 2018. “The Fish
Wakatobi, 12--15 Juni 2015. Diversity of Mangorove Waters in
Jerome, Brunner. 1991. The Narrative Lombok Island, West Nusa
Construction of Reality. In the Tenggara, Indonesia”.
Critical Inquiry 18. (Autumn Biodiversitas. Vol. 19, no.1. hlm.
1991), The University of Chicago. 71-76.
Lamadira, Asrif. 2015. “Mitos Imbu Pada Zaelani, Kamaluddin. 2007. Satu Agama
Masyarakat Wakatobi”. Tradition Banyak Tuhan. Mataram:
dalam Merayakan Keberagaman Pantheon Media Pressindo.
Tradisi Sebagai Warisan Budaya
prosiding Seminar Internasional Sumber Internet
dan Festival Tradisi Lisan IX Asia Ifada Org. 2012. Kerusakan Ekosistem
Wakatobi, 12--15 Juni 2015. Mangrove dan Upaya
Riggs, Rebecca A., Langston, James D., Pelestariannya di kabupaten
Margules, Chris., Boedhihartono, Lombok Barat.
Agni Klintuni ., She Lim, Han., https://asia.ifad.org/web/indonesia
Sari, Dwi Amalia., Sururi, /home/-/news/6160/newsletter.
Yazid., Sayer, Jeffrey. 2018. Diakses 12 Desember 2015.
“Governance Challenges in an Yayasan Terumbu Karang Indonesia.
Eastern Indonesian Forest Terumbu Karang: Manfaat
Lanscape”. Sustainability, Vol. Ekologi dan Ekonomi, Beserta
10, No. 169 . Faktor Pengancamnya.
doi:10.3390/su10010169. https://www.slideshare.net/terangi
(www.mdpi.com/journal/sustainab 2011/terumbu-karang-manfaat-
ility), diakses tanggal 17 Mei ekologi-dan-ekonomi-beserta-
2018. faktor-pengancamnya. diakses 7
November 2015
58
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 59—68
Rissari Yayuk
Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan
Jln. A. Yani, Lok Tabat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan
Pos-el: yrissariyayuk@yahoo.co.id
(Diterima: 7 Maret 2018; Direvisi 25 Mei 2018; Disetujui: 3 Juni 2018)
Abstract
This research studied about how the mythical meaning of Banyu (water) applyed in Banjar language based
on the lexicon and contextual source. The purpose of this research was describing the myth meaning of Banyu
in Banjar language based on its lexicon source and the function based on its contextl. The research method was
qualitative descriptive.The data collection techniques had used observing-conversation technique. The frame of
work was data collection, data processing, and results of data analysis. The sampling technique that used in this
paper was the purposive sampling, the sampling technique of data source collection with considering. The data
collection that had been takenfrom January to December 2017. The place where data were collectedwas at
Padang Village, Banjar Regency. The data presentation was using ordinary words. The result showed thath
myth meaning of Banyu that applyed in Banjar language based on lexicon source consisted of original source,
material, and pars proto whilee based on contextual were ordinary and magical, or religious. Later, it was used
as regular drinking water, therapy water, and medication
Keywords: meaning, banyu, Banjar
Abstrak
Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana aplikasi makna mitos Banyu pada bahasa banjar berdasarkan
sumber leksikon dan kontekstual. Tujuan penelitian meliputi deskripsi aplikasi makna mitos banyu pada bahasa
banjar berdasarkan sumber leksikon dan fungsi Banyu dalam bahasa Banjar berdasarkan kontekstual. Metode
yang digunakan adalah deskrieptif kualitatif. Teknik pengambilan data adalah simak dan libat cakap. Langkah
kerja adalah pengumpulan data, pengolahan data, dan hasil analisis data. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam tulisan ini adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data yang
mempertimbangan waktu pengambilan data pada bulan Januari sampai bulan desember 2017. Tempat
pengambilan data di Desa Padang, Kabupaten Banjar. Penyajian data menggunakan kata-kata biasa. Hasil
penelitian aplikasi makna mitos banyu pada bahasa banjar berdasarkan sumber leksikonnya terdiri atas sumber
asal, bahan, dan pars proto, sedangkan berdasarkan konstektual bersifat biasa dan magis, atau religi. Ada yang
difungsikan sebagai air minum biasa, terapi, dan pengobatan.
Kata-kata Kunci: makna, banyu, Banjar
59
Totobuang, Vol. 6, No 1, Juni 2018: 59—68
Kajian yang berkaitan dengan makna Kognisi Remaja Banjar. Dia membahas
sebuah kata dan kalimat dalam penelitian tentang makna sayang menurut versi remaja
disebut dengan semantik. Makna akan Banjar. Sitanggang (2013) meneliti Menilik
diketahui apabila diketahui unsur leksikal Realitas Aspek Ekonomi-Sosial Masyarakat
pembentuk kata merefensikan apa saja. Kubu dalam Metafora Bahasa Suku Kubu di
Melalui referensi dapat dikaitkan dengan Jambi.Ketiga penelitian ini memiliki objek
kehidupan masyarakat penutur akan berbeda dengan yang peneliti lakukan.
diketahui lagi makna asosiasinya.Di tambah
dengan penggunaan kata tersebut dalam LANDASAN TEORI
ujaran dengan segala elemen konteks yang Kata banyu dalam tuturan pada
mendukung, maka akan semakin menambah masyarakat Banjar memiliki beragam
pengetahuan tentang makna sesungguhnya makna. Makna tersebut tergantung pada
secara keseluruhan dari kata tersebut. wacana kalimat yang menggunakan kata
Muhajir (2014:245) menyatakan ekspresi banyu tersebut. Lubis 2015:27) menyatakan
linguistik dengan elemen makna yang bahwa wacana adalah kesatuan bahasa lisan
terdapat dalam sebuah tuturan akan dapat atau tulis baik panjang atau pendek.Wacana
diketahui melalui kajian semantik, seperti ini terdiri atas satu kesatuan semantik, ide,
makna leksikal dan gramatikal, kontekstual, dan gramatikal. Jadi, kesatuan ini tidak
dll. hanya lantaran bentuk tetapi kesatuan arti.
Selama ini kajian tentang makna Untuk mengetahui kesatuan tersebut,
dalam bahasa daerah banyak sesesorang kala berinteraksi penting
dilakukan.Namun jelas memiliki objek dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan
sudut pandang yang berbeda berdasarkan sistem bahasa, leksikon, semantik dan latar
teori yang berbeda pula.. Hasil penelitian sosial budaya pembentuk wacana.
tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat Djajasudarma (2009:3--245)
luas untuk memberikan pemahaman tentang menyatakan semantik berkisar pada
makna-makna tertentu dalam kata dan hubungan ilmu makna itu sendiri di dalam
kalimat bahasa daerah. linguistik, meskipun faktor nonlinguistik
Penelitian ini mengkaji tentang 1) ikut mempengaruhi sebagai fungsi bahasa
bagaimana aplikasi makna mitos banyu yang nonsimbolik. Semantik juga adalah
pada bahasa banjar berdasarkan sumber studi tentang ilmu bahasa yang membedakan
leksikonnya.2) bagaimanakah aplikasi bahasa dengan proses mental atau
makna banyu pada bahasa banjar simbolisme dalam aktivitas bicara. semantik
berdasarakan konstektual. Tujuan penelitian merupakan kajian tentang makna yang
meliputi 1) pendeskrepsian aplikasi makna melibatkan tema, ide, atau maksud. Parera
mitos banyu pada bahasa banjar (2014:51) menyatakan bahwa batasan
berdasarkan sumber leksikonnya.2) liputan semantik berhubungan dengan semua
pendeskrepsian aplikasi makna banyu pada ujaran dalam bahasa yang bermakna dan
bahasa banjar berdasarakan konstektual. hubungan-hubungan makna yang dikandung
Penelitian tentang makna pernah oleh ujaran itu. Tarigan (2009:3)
dilakukan oleh Nengsih (2016) berjudul menyatakan bahwa semantik menelaah
Makna Ungkapan Idiomatik dalam Kisdap hubungan tanda dengan objek yang
Julak Ahim karya Jamal T.Suryanata. Dia merupakan wadah penerapan tanda –tanda
membahas tentang makna idiom penuh dan tersebut.
sebagian dengan objek dalam cerita pendek . Terdapat variasi makna yang bisa
Sementara itu, kajian yang menggunakan dikaji dalam tataran semantik seperti makna
teori semantic lainnya adalah Mubarok deskriptif, denotatif, gramatikal, kontekstual,
(2017) dengan judul Metafora Sayang pada Pateda (2010:99-103) menyatakan makna
60
Aplikasi Makna Mitos …. (Rissari Yayuk)
deskriptif disebut pula makna kognitif atau maknanya dapat beralih. Arifin (2009:53)
makna referensial.Artinya makna tersebut menyatakan idiom merupakan ungkapan
terkandung di setiap kata dilambangkan oleh yang mempunyai konstruksi yang khas
bahasa itu sendiri. Contoh kata air memiliki terhadap sebuah bahasa yang salah satu
makna benda cair yang digunakan untuk unsurnya tak bakal dihilangkan atau ditukar.
minum, mandi, mencuci, dan lain-lain.
Makna gramatikal (imbuhan) adalah METODE PENELITIAN
makna fungsional atau makna struktural Selanjutnya, mengingat penelitian ini
yang muncul akibat berfungsinya kata dalam berkaitan dengan makna kata yang bisa
kalimat. Makna ini berhubungan dengan diketahui secara apa dan akurat adanya
imbuhan yang melekati kata dasar. setelah melihat konteks, maka metode yang
Makna asosiasi adalah tautan makna digunakan adalah deskreptif kualitatif.
dalam pikiran seseorang dengan barang Djajasudarma (2010:54) mengatakan bahwa
lain.Terdapat tautan antara gagasan, ingatan, data yang digunakan harus bersifat akurat
dan kegiatan pancaindra.Asosiasi berkaitan dan alamiah. Data yang dihasilkan berupa
dengan kata yang memiliki hubungan deskripsi penggunaaan bahasa penuturnya.
dengan luar bahasa.Makna asosiasi Teknik pengambilan data adalah
berhubungan dengan nilai budaya simak dan libat cakap.langkah kerja adalah
masyarakat setempat dimana bahasa yang pengumpulan data, pengolahan data, dan
diasosiasikan berasal. (Suwandi, 2011:91). hasil analisis data.Teknik pengambilan
Makna berikutnya adalah makna sampel digunakan dalam tulisan ini adalah
kontekstual dan kiasan.Makna yang muncul pengambilan sampel purposive sampling,
akibat hubungan antara ujaran dan yaitu teknik pengambilan sampel sumber
konteks.Konteks di sini meliputi konteks data dengan pertimbangan tertentu
orang, situasi, tujuan, suasana hati, waktu, (Sugiyono, 2009:300). Penetapan sampel
tempat, objek yang dibicarakan,dan konteks tidak didasarkan keterwakilan dalam hal
kebahasaan (Pateda, 2010:119). jumlah responden (besar sampel), tetapi
Berikutnya makna kiasan.Makna ini berdasarkan kualitas atau ciri-ciri responden
berkaitan dengan peribahasa atau ungkapan. yang ingin diwakili.
(Pateda, 2010:108). Kridalaksana (2008:103) Waktu pengambilan data adalah
menyatakan makna kiasan disebut juga bulan Januari 2017 sampai dengan bulan
dengan makna idiom yaitu pemakaian kata Desember 2017. Tempat pengambilan di
yang maknanya tidak sebenarnya. Berkaitan Desa Padang, Kabupaten Banjar.Penyajian
dengan makna idiom, Verhar (2010:393) data dengan menggunakan kata-kata biasa.
menyatakan bahwa idiom adalah makna
kiasan yang disebut dengan nonkanonik
yakni makna yang bukan berasal dari makna PEMBAHASAN
harfiah, artinya makna yang dihasilkan Aplikasi Makna Mitos Banyu pada
bukanlah makna sebenarnya. Menurut Bahasa Banjar berdasarkan sumber
Djajasudarma (2009 : 20), idiomatik yakni leksikonnya
leksikal yang berbentuk dari sekian banyak Aplikasi bentuk makna mitos banyu
kata. Kata-kata yang disusun bersama pada bahasa banjar berdasarkan sumber
kombinasi kata lain sanggup serta leksikonnya dapat diketahui berdasarkan
membuahkan makna yang tidak serupa. analisis semantik. Terdapat sepuluh data
Dengan kata lain gabungan kata tersebut tuturan yang menggunakan kata Banyu
telah mempunyai makna tersendiri yang dalam komunikasi yang dilakukan oleh
berbeda bersama makna kata pembentuknya penutur bahasa Banjar.
dan bila digabung dengan kata lain sehingga
61
Totobuang, Vol. 6, No 1, Juni 2018: 59—68
Konteks terjadi antara ibu dan ayah Konteks tuturan terjadi pada sebuah
Aluh dalam rumah keluarga Banjar. Mereka pasangan suami istri. Petutur adalah ayah
sedang membicarakan tentang fungsi air dari beberapa anaknya. Dia membuat
pada data [1] yang bisa digunakan untuk si kalimat yang menggunakan data [2] sebagai
anak yang bernama Aluh. Aluh kala itu perintah kepada istrinya. Saat perbincangan
sedang hamil menjelang tujuh bulan. terjadi, waktu itu sudah masuk bulan
Suasana rumah kala itu dalam situasi santai Sapar.Sebentar lagi menjelang Ramadhan.
.Keluarga tersebut berasal dari masyarakat di Berdasarkan konteks ini, data [2]
pedesaan Banjar. tidak hanya memiliki makna air yang dibuat
Berdasarkan konteks , Data [1] tidak pada bulan Sapar.Terdapat makna yang
sekedar air yang terdiri atas makna benda lainnya. Makna tersebut berhubungan
cair yang diperoleh dari kegiatan burdah. dengan kebiasaan bagi masyarakat Banjar
Akan tetapi ada makna kontekstual lainnya. untuk membuat air sapar secara
Pada masyarakat Banjar menggunakan air bersamaan.Masyarakat Banjar termasuk
ini sebagai air pelindung bagi janin yang masyarakat yang sebagaian masih
baru tumbuh di rahim perempuan tujuh mempercayai kebiasaan tradisional harus
bulanan. Hal ini dapat dilihat pada tuturan tetap dilaksanakan.
data [1]. Jadi, data [2] memiliki makna secara
Banyu burdah tuh kita pakai gasan kontekstual adalah air sapar biasanya dibuat
si Aluh kalu mandi tujuh bulanan pada bulan sapar dengan cara satu keluarga
“Air burdah itu kita gunakan untuk si atau beramai-ramai membaca ayat-ayat
Aluh ketika mandi tujuh bulanan” penolak bala. Biasanya dibuat pada hari
Rabu menjelang akhir bulan Sapar. Air ini
Dengan demikian berarti, data [1] akan diminum bersama-sama untuk
menjadi bagian dari pengobatan bagi menambah kekbalan tubuh agar terhindar
masyarakat Banjar.Air ini diharapkan akan dari marabahaya di bulan tersebut.
membawa kebaikan baik terhadap ibu yang Di kalangan masyarakat Banjar ada
hamil maupun bayi yang mitos bahwa hari Rabu terakhir di bulan
dikandungnya.Tuturan pada data [1] Safar adalah hari berbahaya. Pada hari itu
menyatakan tentang salah satu makna para pemilik ilmu hitam akan melepas ilmu
banyu”air” dalam kebudayaan tradisional hitamnya. Sehubungan dengan itu, semua
Banjar. orang harus menghindarinya dengan
Jadi, data [1] memiliki makna secara berbagai cara, salah satunya dengan
kontekstual adalah air yang dibuat pada membuat bayu sapar ”air sapar” (Gani,
kegiatan burdah. Kegiatan burdah adalah 2015:11).
kegiatan keagamaan yang berhubungan
dengan pembacaan puji-pujian kepada nabi. Data [3]
Air ini memiliki fungsi antaralain sebagai Banyu sungai tih rigat banar
pelindung bagi janin yang memasuki usia ”Air Sungai lihat kotor sekali”
tujuh bulanan.
Konteks tuturan terjadi pada seorang
kakak kepada adiknya. Saat itu mereka
Data [2] sedang duduk di tepi sungai belakang rumah.
Lakasi kita maulah Banyu Sapar, Sungai yang selama ini mereka gunakan
maka sapar parak hudah sebagai bagian dari ragam aktivitas
“Cepat ya kita membuat Air Sapar, keseharian, saat itu terlihat kotor sekali,
maka sapar dekat sudah” dipenuhi sampah dan warna coklat begitu
64
Aplikasi Makna Mitos …. (Rissari Yayuk)
kental. Penutur, yaitu si kaka mengujarkan anak kecil sehingga sering sakit-sakitan.
kalimat yang mengandung kata sungai . Dalam menangani anak yang seperti itu,
Berdasarkan konteks ini, makna air masyarakat tradisional Banjar akan meminta
sungai adalah air yang mengalir di sungai. banyu buyu kepada orang pintar. Biasanya
Di kalngan masyarakat Banjar pada setelah dimandikan, anak tersebut akan sehat
umumnya terbiasa hidup dengan kembali.
menggunakan air sungai. Sehubungan Jadi, data [4], secara kontekstual
dengan makna air sungai dalam kalimat pada memiliki makna air yang memiliki fungsi
data [3] ini menggunakan makna air sungai sebagai pengobatan tradisional. Air ini
secara langsung. Frasa ini bisa langsung diperoleh dari hasil rendaman ular sanca.
dipahami oleh para pendengar. Penyakit yang mesti disembuhkan dengan
Pada data [3] penutur hanya air ini dianggap berasal dari isapan ular
memberitahukan kepada mitra tutur tentang siluman.
air sungai yang kotor. Dalam kalimat ini
tidak tujuan perintah atau bertanya tentang Data [5]
info yang disampaikan oleh petutur. Mitra Hari ini, mun inya masih panas haja,
tutur juga tidak memberikan tanggapan kita mandii jalah lawan banyu
serius saat itu, dia hanya menganggukan pidara wadah nining Aluh.
kepala saja setelah mendengar apa yang “Hari ini kalau dia masih panas saja,
dinyatakan penutur. kita mandii sajaah dengan air pidara
Jadi, secara kontekstual, data [3] di tempat Nenek Aluh”.
memiliki makna air yang asalnya dari
sungai. Air ini menjadi sumber kehidupan Konteks yang terjadi pada data [5]
bagi masyarakat di sekitar. Air ini bisa untuk adalah penutur seorang ibu . Dia melihat
minum, cuci, dan salah satu jalur cucunya panas terus-terusan sejak tiga hari
transportasi antardesa. yang lalu. Melihat hal tersebut, penutur lalu
mengujarkan kalimat sebagaimana data [5].
Data [4] Mitra tutur pun mengiyakan apa yang
Anak ikam tuh pinanya diisap buyu, disuruh penutur. Penutur memang
mintaakan pang banyu Buyu lawan memberikan perintah kepada mitra tutur
julak Utuh untuk meminta air pidara kepada Nenek
“Anak kamu itu sepertinya diisap Aluh. Nenek Aluh pada masyarakat di sana
Buyu, mintakan dong air Buyu dianggap orang pintar yang bisa membuat
dengan Uak Utuh. air pidara.
Masyarakat tradisional Banjar
Konteks pada data [4] terjadi antara memiliki kepercayaan jika seorang anak
dua orang tetangga. Penutur melihat anak kecil suhu badannya panas secara terus
yang digendong mitra tutur terlihat kurus menerus, hal itu dianggap akibat perbuatan
sekali dan menurut mitra tutur, ketika dia mahluk halus yang jahat. Mahluk halus
memeriksakan ke puskesmas telah tersebut akan mengganggu anak kecil
dinyatakan dokter kurang gizi. Melihat dengan berbagai cara, apakah dengan cara
keadaan tersebut, petutur mengujarkan menampakkan diri atau sekadar menegur si
kalimat seperti data [4]. anak.
Dalam masyarakat Tradisional, ada Anak kecil yang mengalami kondisi
kepercayaan anak yang sering sakit-sakitan tersebut akan ditanggulangi dengan cara
dan terlihat kurus tidak berdaya, maka anak dimintakan air pidara. Air tersebut lalu
tersebut dianggap sebagai Buyu. Buyu dimandikan oleh yang membuat air.
dianggap ular gaib yang senang mengisap
65
Totobuang, Vol. 6, No 1, Juni 2018: 59—68
Biasanya si anak akan sembuh seperti sedia Air ini biasanya dibuat untuk mengobati
kala. seoran perempuan yang memiliki penyakit
Jadi, secara kontekstual data [5] ini perust yang diindapnya. Menurut
memiliki makna air yang memiliki fungsi kepercayaan orang Banjar tradisional,
untuk menyembuhkan anak-anak yang penyakit perempuan tersebut diakibatkan
badannya panas terus menerus. Air ini dibuat hewan gaib bernama singgugut. Untuk
oleh orang pandai membuatnya. Anak yang menanggulangi penyakit tersbut dibuatlah
panas terus menerus dalam masyarakat air penawarnya.
Banjar dikenal dengan “kapidaraan”. Air singgugut dibuat dari air tawar yang
dibuat oleh seorang yang memang pandai
Data [6] membuat air ini melalui bacaan tertentu. Air
Banyu tih nih manis banar tadi kemudian diminumkan kepada si
“Banyu the ini manis sekali” penderita. Biasanya penderita akan
merasakan khasiatnya. Penyakit perutnya
Konteks ini terjadi antara seorang pun sembuh.
suami kepada istrinya. Saat itu dalam Jadi, secara kontekstual data [7]
suasana santai di sore hari. Suami istri memiliki makna air yang digunakan untuk
tersebut duduk di beranda rumah sambil menyembuhkan penyakit singgugut. Air ini
makan camilan. dibuat oleh yang ahlinya. Penyakit ini
Makna dalam frasa ini bersifat langsung dimiliki oleh perempuan yang mendapatkan
dipahami oleh para pendengar pada singgugut tersebut, berupa hewan gaib yang
umumnya. Banyu yang artinya air berasal berbentuk cicak berada dalam perutnya.
dari rendaman teh yang sudah diolah
menjadi serbuk. Bagi masyarakat Banjar Data [8]
meminumteh adalah bagian dari keseharian Banyu Palungsur nih kaina ikam
mereka kala akan menikmati hidangan minumlah
tertentu. “Air pelungsur ini nanti kamu minum
Secara kontekstual data [7] memiliki ya”
makna air tawar yang diberi rendaman daun
teh. Air tersebut bukan untuk pengobatan, Konteks ini terjadi antara seorang
akan tetapi digunakan oleh masyarakat suami dengan istrinya. Suaminya sangat
Banjar sebagai air minum saat makan memperhatikan sang istri yang saat itu
sesuatu. dalam kondisi mengandung. Agar
kelahirannya lancar, sang suami sudah
Data [7] mencarikan air pelancar kelahiran.
Banyu Singgugut nih capati dimnum, Masyarakat Banjar tradisional
nyaman kada sakit parut lagi. mempercayai akan adanya air pelancar.
“Air Singgugut ini cepat diminum, biar Pembuat air tidak orang sembarangan.
tidak sakit perut lagi” Biasanya setelah meminum air tersebut,
kelahiran pun akan lancar.
Konteks yang terjadi pada tuturan ini Makna kontekstual dalam data [8]
adalah ujaran yang keluar dari ucapan adalah air tersebut digunakan untuk
seorang nenek kepada cucunya. Saat itu melancarkan proses kelahiran. Masyarakat
cucunya sedang kesakitan memegang tradisional Banjar sangat akan khasiat air
perutnya. Nenek tersebut memerintahkan tersebut. Air palungsur dibuat oleh
sekaligus menyerahkan botol berisi air seseorang yang ahli di bidang itu.
singgugut kepada cucu perempuannya
tersebut. Data [9]
66
Aplikasi Makna Mitos …. (Rissari Yayuk)
Banyu Yasin nih sudah mama maknanya ini dapat menjadikan materi ini
ulahakan, nginum isuk ulangan nakai sebagai salah satu refrensi.
“Air Yasin ini, sudah mama
bikinkan, minum besok ulangan DAFTAR PUSTAKA
Nak” Arifin, E. Zainal dan Tasai, S.Amran.
2009. Cermat Berbahasa
Konteks ini dituturkan oleh seorang Indonesia.Jakarta: Akademika
ibu kepada anaknya. Saat itu si anak sedang presindo.
belajar sebab besok hari harus mengikuti Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik
ulangan harian. Setelah petutur selesai Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
mebuat air yasin, dia pun memberikan air Cipta.
tersebut kepada anaknya sambil berujar Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik
seperti data [9] Bahasa Indonesia. Jakarta:
Kabiasaan masyarakat Banjar yang Rineka Cipta.
tidak lepas dengan ajaran Islam ini adalah Djajasudarma, T. Fatimah. 2009. Semantik I.
membuat air yasin. Air yasin adalah air yang Bandung:Refik.
dibuat seseorang dengan membacakan ayat- ------------------------------- 2010. Metode
ayat yasin pada segelas atau seteko air tawar. Linguistik; Ancangan Metode
Air ini difungsikan untuk berbagai tujuan. Penelitian dan Kajian. Bandung.
Dalam konteks di atas air yasin PT Eresco.
digunakan untuk membuat si anak terang Kridalaksana Harimurti. 2008. Kamus
hati dan pikirannya. Seorang ibu bisa Linguistik. Jakarta: Gramedia.
membuat air yasin untuk kepentingan Lubis, Hamid Hasan. 2015. Analisis Wacana
anaknya. Melalui air ini harapannya apa Pragmatik. Bandung: Angkasa.
yang diinginkan akan tercapai. Martina dan Febrianti, B.K. 2015.
Jadi, makna kontekstual pada data ”Mengungkap Pemaknaan dalam
[9] adalah air tersebut hasil dari air tawar Tradisi dan Budaya Pernikahan
yang dibacakan ayat yasin oleh siapa saja. Sambas (tinjauan Semantik)”:
Air ini disebut air yasin. Gunanya beragam, Dalam Jurnal Tuah Talino IX (9) :
bisa untuk menyembuhkan penyakit tertentu Hal. . 25--35. Kalimantan Barat.
atau untuk menerangkan pikiran. Mubarok, Ahmad. 20017. Metafora sayang
dalam kognisi remaja Banjar.
PENUTUP Jurnal undas 13 (2). Hal. 154-164
Aplikasi makna mitos banyu pada Banjarbaru. Balai Bahasa
bahasa banjar berdasarkan sumber Kalimantan Selatan.
leksikonnya terdiri atas sumber asal, bahan, Muhajir. 2016. Semantik dan Pragmatik.
dan pars pro toto. Aplikasi makna banyu Pustaka Mandiri: tanggerang
pada bahasa banjar berdasarkan konstektual Nengsih, Sriwahyu. 2016. Makna Ungkapan
dapat bersifat biasa dan magis, atau religi. Ideomatik dalam Kisdap Julak
Ada yang difungsikan sebagai air minum Ahim Karya Jamal T Suryanata.
biasa, air tawar biasa, dan untuk pengobatan. Bunga Rampai Bahasa (hlm. 1--
Penelitian tentang banyu sangat 27). Banjarbaru: Balai Bahasa.
menarik untuk dikaji darai segi maknanya. Parera, J.D. 2014. Teori Semantik.
Alangkah menariknya jika kata banyu ini Erlangga:Jakarta.
biasa diteliti dengan contoh yang lebih Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal.
banyak lagi. Semoga peneliti lain yang Jakarta. Rineka Cipta.
tertarik dengan kata banyu dengan Sitanggang, Natal P. 2013. Menilik Realitas
Aspek Ekonomi-Sosial Masyarakat
67
Totobuang, Vol. 6, No 1, Juni 2018: 59—68
Kubu dalam Metafora Bahasa Suku Suwandi, Sarwiji. 2011. Semantik Pengantar
Kubu di Jambi. Jurnal Jalabahasa. Kajian Makna. Yogyakarta: Media.
9 (2). Hal 37--48). Semarang: Balai Tarigan. Henry Guntur. 2009. Pengajaran
Bahasa Provinsi Jawa Tengah. Semantik. Angkasa:bandung
Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Verhaar, JWM. 2010. Asas-asas Linguistik.
wacana. Bandung:Yrama Widya. Yogyakarta: Gadjah Mada
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian. University Press.
Bandung: Alfabeta
68
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 69—80
Sakila
SMP Negeri 2 Singkawang
Jalan Pahlawan, Kota Singkawang, Indonesia
Pos-el: sakilaspd@yahoo.co.id
(Diterima: 6 Februari 2018; Direvisi 24 Mei 2018; Disetujui: 30 Mei 2018)
Abstract
The purpose of this study commonly described about the background of the Pertemuan Dua Hati novel and
specifically interpreted its physical background and social setting . The research used descriptive method with
qualitative research model. The research approach was using structural approach. The source of the data was
taken from a novel entitled Pertemuan Dua Hati by Nh. Dini which had been published by PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, in 1992, the sixth printing, and consists of 85 pages. Based on the analysis, it
concluded that the physical setting that presented by the author was quite well. This can be seen from the
description of the house and the area. Furthermore, the social background that presented by the author was
good enough. It has been explanated from the conditional economy, the views of life and the attitude of the
character.
Keywords: Novel, Pertemuan Dua Hati, physical setting, social setting.
Abstrak
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan latar dalam novel Pertemuan Dua Hati,
sedangkan secara khusus untuk menginterpretasikan latar fisik dan latar sosial novel tersebut. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan model penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian
yang digunakan adalah pendekatan struktural. Sumber datanya berasal dari novel yang berjudul Pertemuan
Dua Hati karya Nh. Dini yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, tahun 1992, cetakan
keenam, dan terdiri dari 85 halaman. Berdasarkan hasil analisis terhadap novel tersebut, latar fisik yang
disajikan pengarang cukup baik. Hal ini terlihat dari keterangan mengenai rumah dan daerah. Selanjutnya,
latar sosial yang disajikan pengarang cukup baik. Hal ini terlihat dari pemaparan tentang keadaan ekonomi,
pandangan hidup, dan sikap hidup tokoh.
Kata-kata kunci: Novel, Pertemuan Dua Hati, latar fisik, latar sosial.
Latar merupakan salah satu bagian yang mengisahkan tentang perjuangan seorang
berperan penting dalam cerita rekaan. Latar wanita. Seorang istri yang juga seorang ibu
yang digarap dengan baik sangat dari keluarga sederhana, bahkan sering
berpengaruh terhadap imajinasi pembaca. kekurangan dalam memenuhi kebutuhan
Selain itu, latar merupakan unsur karya sehari-hari. Namun, ia tetap menciptakan
sastra yang menjadi latar belakang segala keluarga yang harmonis dan bahagia. Dia
peristiwa yang terjadi dalam karya sastra juga seorang guru yang ikut membantu
(Effendy, 1985:41). Latar juga berkaitan suaminya mengatasi kesulitan ekonomi
dengan nilai-nilai kehidupan manusia seperti keluarganya. Selain itu juga tentang
adat-istiadat, norma, dan tingkah laku yang perjuangannya merawat anak yang
kesemuanya menjadi bagian kehidupan menderita epilepsi kronis. Pada saat pertama
manusia. mengajar, langsung berhadapan dengan
Latar atau seting memiliki fungsi yang salah seorang muridnya yang mengalami
penting bagi sebuah novel. Kelemahan pada kesulitan, murid tersebut bernama Waskito.
latar akan menimbulkan ketimpangan tensi Dalam novel ini dikisahkan tentang
dan emosi tokoh. Dikatakan demikian perjuangan dan keuletan Bu Suci dalam
karena latar atau seting turut memberikan membimbing dan mengembalikan Waskito
nuansa cerita. menjadi anak yang wajar dan normal sampai
Latar dalam novel antara lain terdiri akhirnya ia naik kelas.
dari latar fisik dan latar sosial. Latar fisik Novel Pertemuan Dua Hati menyajikan
meliputi tempat dan daerah, sedangkan latar kisah kehidupan seorang guru dan ibu dalam
sosial meliputi keadaan ekonomi, pandangan mendidik putra-putranya. Dengan membaca
hidup dan sikap hidup. novel Pertemuan Dua Hati, guru dan orang
Novel yang tidak memiliki latar fisik tua akan semakin memahami tentang
membuat pembaca bertanya-tanya di mana pendidikan anak-anaknya. Novel ini cukup
tempat dan daerah terjadinya cerita tersebut. selaras dibaca oleh kalangan pendidik, orang
Begitu pula apabila novel tidak memiliki tua dan seluruh masyarakat.
latar sosial akan menyebabkan pembaca Penulis merasa tertarik untuk meneliti
menjadi bingung tentang sikap hidup sang karya Nh. Dini dengan pertimbangan bahwa:
tokoh atau pembaca berkesimpulan mungkin a) sebagai penulis, Nh. Dini sudah dikenal
pengarang belum mampu menentukan masyarakat sejak tahun 1950-an lewat karya
pandangan hidup seorang tokoh dalam pertamanya yang berjudul Dua Dunia
novel. Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa (kumpulan cerpen, 1956). b) Nh. Dini telah
pengarang yang berpengalaman adalah menulis banyak buku sastra, berupa
pengarang yang mampu melukiskan latar kumpulan cerpen, novel dan memoar. c)
fisik dan latar sosial secara kongkret. Penulis Nh. Dini merupakan penulis watak
Mengingat pentingnya fungsi latar yang baik. Gerak-gerik kecil pelakunya dia
dalam novel, sehingga penelitian ini tangkap dalam upaya memberikan gambaran
difokuskan pada latar, terutama latar fisik watak yang lebih tepat. Pelukisan perasaan
dan latar sosial. Hasil penelitian diharapkan manusi dapat dilukiskan dengan baik. Nh.
dapat memberikan gambaran kongkrit Dini selalu cermat dalam menggambarkan
tentang latar fisik dan latar sosial dalam setiap tokoh, selalu lengkap dan mendalam.
sebuah novel. Selain itu, diharapkan dapat Pembaca diajak ikut dalam jalinan kalimat
memaparkan interpretasi mengenai latar yang kreatif dan tidak klise.
tersebut. Dihubungkan dengan kurikulum
Novel Pertemuan Dua Hati yang Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP,
selanjutnya disingkat PDH karya Nh. Dini penelitian tentang latar dalam novel sesuai
adalah sebuah novel Indonesia modern yang dengan tuntutan KTSP yaitu membahas
70
Kajian Latar Fisik …. (Sakila)
tema, dan latar yang terdapat dalam cerpen, dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
novel, dan drama. pelaku.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, Selanjutnya Sumarjo dalam Sentosa
maka penulis tertarik untuk meneliti novel dan Wahyuningtyas (2010:47) mengatakan
Pertemuan Dua Hati dengan mengkaji latar bahwa novel diartikan sebagai novel adalah
fisik dan latar sosialnya. produk masyarakat. Novel berada di
Berdasarkan latar belakang masalah masyarakat karena novel dibentuk oleh
yang telah disebutkan di atas, maka masalah anggota masyarakat berdasarkan desakan-
dalam penelitian ini adalah bagaimanakah desakan emosional atau rasional dalam
latar fisik dan latar sosial yang tercermin masyarakat.
dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Berdasarkan pengertian tersebut di atas
Dini? dapat disimpulkan bahwa novel adalah salah
Sesuai dengan latar belakang masalah satu bentuk karya sastra yang merupakan
yang telah disebutkan di atas, tujuan ungkapan pribadi pengarangnya berdasarkan
penulisan laporan penelitian ini adalah untuk pengalaman, pemikiran, perasaan, ide,
menginterpretasikan latar fisik dan latar semangat, serta keyakinan dalam suatu
sosial novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. bentuk gambaran kongkret yang
Dini. membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
Adapun manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut : Pengertian Latar (Setting)
1) Sebagai salah satu bahan acuan dalam Menurut Sudjiman (1991:44)
mengajarkan materi apresiasi sastra. mengartikan latar atau setting sebagai segala
Terutama tentang latar dalam sebuah keterangan, petunjuk, pengacuan yang
novel. berkaitan dengan waktu, ruang dan suasana
2) Sebagai bahan penunjang penelitian terjadinya peristiwa dalam suatu karya
yang lain. Penelitian ini dapat membantu sastra. Pendapat ini sejalan dengan pendapat
peneliti lain terutama yang mengkaji Abrams dalam Priyadi (1994:64) yang
sastra novel dan tentang Nh. Dini. mengartikan latar sebagai tempat secara
umum, waktu dan lingkungan sosial tempat
LANDASAN TEORI terjadinya peristiwa. Siswandarti (2009:44)
Pengertian Novel juga menegaskan bahwa latar adalah
Novel berasal dari bahasa Itali, juga pelukisan tempat, waktu, dan situasi atau
dari bahasa Latin yakni novellus yang suasana terjadinya suatu peristiwa.
diturunkan pula dari kata novies yang berarti Robert Stanton dalam Priyadi
baru. Dikatakan baru karena kalau (1994:64) mengatakan bahwa latar atau
dibandingkan dengan jenis-jenis sastra tandas tumpu adalah lingkungan tempat
lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, peristiwa terjadi. Latar tempat atau ruang
maka jenis novel ini muncul kemudian yang diamati (kampus, kapal, kafetaria,
(Tarigan, 1984:164). penjara, Hongkong, Paris, dll) dan orang
Sastra dalam konteks ini novel adalah atau kerumunan orang di sekitar tokoh.
suatu karangan prosa yang bersifat cerita Sementara itu pendapat Jakob
yang menceritakan suatu kejadian yang luar Sumardjo dalam Aeini (1995:25)
biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh mengemukakan bahwa latar adalah tempat
cerita) (Suroto, 1990: 19). bermain sebuah cerita. Latar bukan hanya
Menurut Fuadi (2016:132) novel terbatas pada pengertian geografis, tetapi
adalah cerita atau prosa panjang yang juga antropologis. Lebih lanjut Sumardjo
mengandung rangkaian cerita kehidupan dan Saini (1991:76) mengatakan latar atau
seseorang dan orang-orang di sekelilingnya setting cerita bukan hanya menunjukkan
71
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 69—80
tempat dan waktu tertentu tetapi juga hal-hal mendeskripsikan latar fisik dan latar sosial
yang hakiki dari suatu wilayah, sampai pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.
debu pemikiran rakyatnya, kegilaan mereka, Adapun model penelitian yang
gaya hidup mereka, kecurigaan mereka dan digunakan adalah penelitian kualitatif
sebagainya. Sehingga latar atau setting cerita Bogdan dan Biklen dalam Semi (1993:24)
bukan hanya menunjukkan tempat, waktu menuliskan bahwa penelitian kualitatif
dan sarana dalam cerita seperti yang kita bersifat deskriptif. Hal ini mengandung arti
kira-kira sebelumnya, tetapi mencakup bahwa dalam melakukan kajian tidak
berbagai pola tingkah laku kehidupan menggunakan perhitungan angka-angka
masyarakat tertentu. tetapi dipaparkan dengan menggunakan
kata-kata berdasarkan data penelitian.
Macam-macam latar Selanjutnya sumber data berasal dari
Dari Pengertian latar sebagaimana Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini
disebutkan di atas, Hudson dalam Sudjiman yang berjumlah 85 halaman, diterbitkan oleh
(1991:44) membagi latar menjadi dua yaitu PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta
(1) latar material atau fisik dan (2) latar merupakan cetakan keenam pada bulan
sosial. Latar material atau fisik dikukuhkan Oktober 1992.
oleh hal-hal yang kongkret. Hal-hal yang Pendekatan dalam penelitian ini adalah
kongkret merupakan hal yang visual, pendekatan struktural atau pendekatan
badaniah, teraba. Misalnya tempat tinggal, analitik. Pendekatan ini bertolak dari asumsi
peralatan rumah tangga, bentuk kesenian, dasar bahwa karya sastra sebagai karya
daerah dan lain-lain. Sedangkan latar sosial kreatif memiliki otonomi penuh yang harus
lebih bersifat abstrak. Misalnya konsep nilai dilihat sebagai suatu sosok yang berdiri
dalam masyarakat, adat istiadat, sendiri terlepas dari hal-hal lain yang berada
kepercayaan, sistem politik, ekonomi, sikap di luar darinya (Semi, 1993:67).
hidup, pandangan hidup dan lain-lain Teknik dan alat pengumpul data yang
(Priyadi, 1994:97). digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Menurut Abrams dalam Aeini studi dokumenter. Yaitu dengan membaca
(1995:27) latar dapat dikategorikan menjadi secara berulang dan membuat catatan sesuai
latar sosial, latar tempat atau geografis, dan dengan permasalahan yang dirumuskan.
latar waktu atau historis. Dengan kata lain dalam memecahkan
Dari pendapat Marjorie Boulton, masalah penelitian, peneliti merujuk pada
Lostracco, dan Wilkerson dalam Priyadi literatur-literatur yang relevan dengan
(1994:67) dapat disimpulkan bahwa latar ada permasalahan penelitian.
dua yakni latar dalam pengertian yang Adapun langkah-langkah yang
sempit dan latar dalam pengertian yang luas. ditempuh dalam menganalisis data sebagai
Dalam pengertian yang sempit, yang berikut :
dimaksud dengan latar adalah tempat dan 1) Membaca novel Pertemuan Dua Hati
waktu terjadinya peristiwa. Sedangkan karya Nh. Dini secara berulang-ulang
dalam pengertian yang luas, latar menunjuk untuk melakukan verifikasi.
pada keseluruhan lingkungan fisik, ekonomi, 2) Mendeskripsikan data. Data yang ada
sosial (sistem kekerabatan, sistem religi dan dipaparkan atau digambarkan apa adanya
lain-lain), politik, dan psikologi. dengan menggunakan kata-kata secara
jelas.
METODE PENELITIAN 3) Interpretasi data. Data yang sudah
Metode yang digunakan dalam dideskripsikan kemudian ditafsirkan
penelitian ini adalah metode deskriptif. berdasarkan masalah penelitian. Data
Metode ini digunakan untuk penelitian diinterpretasikan untuk
72
Kajian Latar Fisik …. (Sakila)
mengungkapkan latar fisik dan latar yang lalu jalan itu belum ramai. Ketika kami
sosial novel Pertemuan Dua Hati karya meninggalkannya, lalu lintas sudah sangat
Nh. Dini. padat.
Daerah kami disebut orang daerah
PEMBAHASAN minus. Desa-desa mempunyai sawah, tetapi
Deskripsi Latar Fisik Novel Pertemuan tidak pernah menghasilkan berlimpah-
Dua Hati limpah. Rakyat berduyun-duyun
Novel Pertemuan Dua Hati dimulai meninggalkan kehidupan bercocok tanam.
dari rumah yang dikontrak berukuran besar, Semarang adalah kota yang digemari sebagai
kamarnya hanya ada dua, bentuk ruang sasaran mencari nafkah.
tengah memanjang dengan kamar mandi, Pindah ke Semarang, kami tinggal di
sumur dan kamar kecil ada di dalamnya. daerah pinggiran kota. Dimasa sekolah,
Selanjutnya digunakan nama kota daerah itu masih merupakan pinggiran yang
Purwodadi sebagai tempat aku yang kosong, meskipun mulai berkembang
bernama Bu Suci menjadi guru waktu itu. perlahan menjadi perkampungan liar.
Hamper sepuluh tahun aku mengajar di kota Namanya Mrican. Terletak di kota sebelah
kelahiranku. Sehingga beberapa bulan yang tenggara.
lalu suamiku dipindahkan perusahaannya ke Pada hari-hari tertentu, pasar ini juga
kota besar ini. menjadi pasar hewan. Bermacam-macam
Seperti kota-kota pesisir lain, binatang ternak diperjualbelikan.
Semarang sudah ku kenal ketika aku Setelah dua bulan di rumah baru, kami
bersekolah disana. Kepadatan penduduk mapan. Ruang tengah yang panjang
dikuasai pengaruh golongan Tionghoa. kujadikan ruang keluarga. Di pojok
Sekolahku terletak di bagian kota atas yang kuletakkan televisi. Di dekat dinding yang
dinamakan daerah candi. Untuk pergi ke bertentangan ada seperangkat meja kursi
kota bawah harus naik “daihatsu” sebutan untuk makan. Itu juga kami pergunakan
kendaraan karena lazimnya mobil bermerek sebagai tempat menggarap pekerjaan rumah,
daihatsu. menulis atau menjahit. Di depan televisi
Suamiku mendahului pindah ke kugelar tikar pandan anyaman dua
Semarang. Hal tersebut karena kantor di kota permukaan yang di daerah kami disebut tikar
memerlukan dia sebagai ahli mesin. pasir. Tebal dan lunak, member rasa santai
Semarang sebagai kota pelabuhan bagi yang duduk di atasnya. Pasangan meja
merupakan pintu gerbang berbagai kursi rotan diletakkan di dekat pintu masuk.
pengaruh. Kebiasaan dan tradisi yang Vernisnya harus diperbaharui. Suamiku juga
dipertahankan oleh sekelompok masyarakat, harus membuat rak buku. Hal tersebut akan
dibagian bagian tertentu kota ini bercampur dikerjakan setelah mengambil cuti waktu
dengan kebiasaan baru. Rumah-rumah lebaran kelak.
terlalu berdekatan. Rumah tetangga Hari itu kami naik becak ke sekolah.
menyuarakan kaset-kaset secara bersamaan Bersama anak sulungku, kami berlomba
dengan lagu yang berbeda. mencari pohon mangga yang tumbuh di
Rumah RT itu mentereng. Berhalaman sepanjang jalan. Halaman rumah kota besar
luas. Tetapi itu bukan satu-satunya rumah jarang ditanami buah-buahan. Barangkali
bagus di dalam kampung kami yang baru. karena kami tinggal jauh dari pusat, kami
Sepintas lalu aku sudah melihat tempat masih menemukan lebih dari lima pohon.
kediaman lain yang mewah dan modern. Kemudian kami menerka jenis pohon
Sewaktu tinggal di Purwodadi, kami mangga apa. Warna bunganya pun berlainan.
menempati setengah batu setengah kayu. Ada yang kuning jernih. Ada yang agak
Letaknya di pinggir jalan. Sepuluh tahun kemerah-merahan atau coklat muda. Anakku
73
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 69—80
membandingkan tempat tinggal kami yang kami harus melewati satu atau dua kelompok
sekarang dengan Purwodadi. pemukiman tersebut. Menurut berita,
Setelah melewati pasar, jalan menuju Waskito mempunyai sebuah kamar yang
ke sekolah menurun. Di situ kelihatan bagian kelihatannya rapi terpelihara. Alat-alat
kota yang paling baru. Kebanyakan gedung pertukangan terkumpul di suatu lemari kecil
bergaya sesudah perang. Sehingga banyak lengkap dengan mejanya. Selesai digunakan,
sekolah menonjol kekunoannya. Nampak Waskito segera mengembalikan ke tempat
anggun meskipun warnanya sudah lusuh, semula.
terlalu lama tidak dicat. Sebelum becak Di dalam kamar itu juga bergantungan
berhenti di depannya, aku berkata kepada model-model pesawat. Pesawat-pesawat itu
anak sulungku : “lihat di Purwodadi tidak dibuatnya menuruti gambar di buku.
ada sekolah sebagus ini”. “Apanya yang
bagus?” suara anakku kedengaran lugu. Deskripsi latar sosial Novel Pertemuan
“Perhatikan baik-baik. Atapnya lain dari Dua Hati.
atap di sana itu. Gedungnya demikian pula. Ketika aku lulus SD, orang tuaku
Bentuk tiang dan pintunya. Tidakkah kamu menasehatkan agar masuk ke sekolah guru.
menyukainya? Di zaman sekarang tidak Untuk membujukku ibuku menambahkan
banyak gedung seperti ini.” bahwa libur guru sama panjangnya dengan
Untuk mengatasi masalah murid yang anak sekolah. Melebihi orang yang bekerja
bernama Waskito, aku mengirim surat di kantor.
kepada nenek Waskito. Pada suatu sore yang Aku bercita-cita menjadi seorang
telah ditentukan, aku berkunjung ke rumah sekretaris. Aku sering melihat gadis atau
kakek dan nenek tersebut. Kini setelah wanita muda yang mengetik dan mengurus
duduk, baru beberapa menit berkenalan dan kantor. Mereka selalu berpakaian bagus.
melihat keterbukaan hari wanita itu, aku Tata rambut maupun dandanan baju
merasa kerasan. Kami berada di rumah senantiasa rapi. Mereka kelihatan lebih
bagian belakang. Teras itu kelihatan cantik dan menarik daripada guru yang
ditambahkan setelah rumah selesai mengajarku. Waktu itu umurku masih sangat
dibangun. Sekelilingnya dibatasi oleh muda. Yang kuketahui, pekerjaan sekretaris
dinding setinggi lutut, penuh pot tanaman. hanyalah sebagai juru tulis. Keberesan
Seluruh kebun tidak begitu luas. Dari kantor kukira sama dengan keberesan rumah
kursiku, aku dapat memandang sebagian tangga yang kusaksikan sehari-hari. Setelah
daripadanya. Jauh di sudut, Nampak pohon dewasa, barulah aku mengetahui betapa
pisang menggerombol menabiri tempat rumit dan sukar menjadi sekretaris.
jemuran. Di dekatnya, anyaman bambu Aku anak yang patuh. Aku diantarkan
menyangga jaluran tanaman pare. Buahnya bapak mendaftarkan diri di SPG Semarang.
begantungan hijau muda menyedapkan mata. Kebahagiaan yang kurasa karena baru
Di pinggir ada pohon papaya, dua berjejeran. pertama keluar dari rumah. Tambah lagi,
Agak ketengah, pohon jambu air. Buahnya saat pulang berlibur bertemu orang tua dan
masih muda membentuk kelompok- tempat kelahiran.
kelompok bagaikan lampu tertempel rapi di Lulus SPG aku ingin melanjutkan ke
dahan dan ranting. Sebentar lagi mereka IKIP. Meskipun kemampuan otak memadai
akan menjadi merah kesumba menggiurkan. bapak tidak sanggup membiayai. Adikku ada
Semuanya sederhana di sana. Tetapi kesan tiga orang, sehingga mencari nafkah
kekeluargaan juga besar. ketimbang mengikuti program ikatan dinas
Letak kampung kami bersambungan lebih diharapkan.
dan berdampingan dengan kampung- Aku dididik orang tua agar hidup
kampung lain. Untuk menuju ke jalan besar, sebisa mungkin. Segala perselisihan
74
Kajian Latar Fisik …. (Sakila)
pendapat diselesaikan dengan terbuka dan Selain masalah anak aku juga
terus terang. Tetapi dalam kenyataan hidup menghadapi masalah murid karena tugasku
sehari-hari aku lebih sering mengalah. sebagai pendidik. Hari keempat masuk
Agar biaya hidup tidak terlalu sekolah, aku mencari tahu tentang Waskito.
menekan bahu suamiku, aku harus kembali Seisi kelas seperti bisu. Akhirnya diketahui
mengajar secepat mungkin. Menurut dari penjelasan teman-teman Waskito bahwa
pendapatku, justru pada tingkat sekolah dia sering memukul teman sekelas.
dasar sebaiknya anak- anak menerima Temannya berkata dulu Waskito tinggal
pendidikan sepatutnya. bersama neneknya. Kemudian diambil oleh
Sebagai orang baru dan untuk orang tuanya. Dari keterangan murid-murid
memenuhi tata cara aku memperkenlkan diri kesimpulan yang dapat diambil sementara
ke Rukun Tetangga. Aku bertemu dengan bahwa Waskito tidak berpura-pura dan ada
isteri RT, sebab suaminya sedang mengurus kesulitan yang menggugah perasaanku untuk
keperluan lain. Ramah dan sopan dia mengetahui lebih lanjut.
menyambutku. Dia menjadi anggota Persoalan murid tidak kubawa ke
perkumpulan cukup banyak sehingga rumah. Rumah tempat keluarga dan bukan
mengenal banyak orang. untuk mengeruhkan suasana dengan masalah
Setelah menyelesaikan masalah dari luar rumah.
lingkungan, aku berhadapan dengan tugasku. Aku mengirim surat kepada neneknya
Kepala sekolah usul agar aku masuk dan dan ditanggapi. Pada hari yang ditentukan
mengajar dua kelas. Bagaimanapun besarnya aku mengunjungi nenek Waskito. Dari
cintaku kepada pekerjaan sebagai guru. keterangan neneknya bahwa setelah orang
Tanpa menunggu habisnya bulan itu, aku tuanya tahu tentang keadaan Waskito
mulai mengajar. belakangan sehingga dihajar habis-habisan.
Belum lama mengajar, anakku yang Setengah tahun dititipkan dengan
kecil sakit. Pendapat tetangga kemudian neneknya, rapor Waskito menunjukkan
ditanggapi oleh uwakku bahwa anakku tidak kemajuan. Namun sepertinya Waskito tidak
cocok dengan “penjaga” rumah kami. Dan pernah mendapat kesempatan untuk
cara berpikir uwak hampir berhasil menjalari berpendapat seperti menentukan pilihan dia
suamiku dan aku ketika beberapa hari mulai harus bersama siapa. Dapatkah aku
mengajar anakku tiba-tiba diserang panas menolongnya keluar dari persoalannya?
atau demam keras. Suamiku tidak di rumah. Sampai di rumah aku melupakan
Dengan menyewa Daihatsu anakku dibawa persoalan murid termasuk Waskito. Kami
ke dokter. Setelah diperiksa dokter, namun prihatin melihat anak kedua yang mengidap
tidak dijelaskan mengapa anakku sampai elektroensefalografik yang biasa disebut
kejang-kejang. EEG. Berdasarkan kepercayaan kepada para
Anakku yang kedua terus minum obat ahli, kami berhasil menemukan kembali
dan tidak mau tinggal di rumah. Akhirnya sedikit rasa ketenteraman. Yang disebut
dia masuk sekolah dengan diantar. Kami pasrah dalam filsafat Jawa juga sangat
bertiga naik becak dengan sulungku. membantu. Dua hari terakhir, aku berturut-
Diperjalanan terjadi perbincangan antara aku turut ke dokter perusahaan dan rumah sakit.
dan anakku. “Di Purwodadi, Bapak tidak Untuk sementara selesailah pemeriksaan
pernah pulang terlambat,” tanpa kuduga, anakku. Tinggal berobat jalan atau
anak sulungku menambahkan. mengambil obat jika habis.
Aku agak terkejut. Mungkin telah lama Kemudian aku kembali mengajar.
ditahannya. Ku coba menjelaskan letak Beberapa saat aku berada di kantor. Tiba-
kantor bapaknya yang jauh dari Purwodadi. tiba kulihat Waskito masuk, menuju ke
tempatku. Tanpa berkata sesuatupun, dia
75
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 69—80
76
Kajian Latar Fisik …. (Sakila)
untuk makan. Itu juga kami pergunakan setelah selesai tidak dibiarkan berantakan,
sebagai tempat menggarap pekerjaan tetapi segera dikembalikan ke dalam
rumah, menulis atau menjahit. Di depan kotaknya.
televisi kugelar tikar pandan anyaman dua Waskito selain terampil juga sayang
permukaan yang di daerah kami disebut terhadap alat-alat pertukangannya.
tikar pasir. Tebal dan lunak, member rasa
Penggambaran atau keterangan mengenai
santai bagi yang duduk di atasnya.
Pasangan meja-kursi rotan diletakkan di rumah cukup memadai sehingga dapat
dekat pintu masuk (Dini, 1992:17-18) ditelaah tentang kondisi rumah dalam cerita
novel Pertemuan Dua Hati.
Ternyata kehidupan tokoh mulai
mapan. Semua perlengkapan rumah cukup Keterangan mengenai daerah
bahkan ada televisi. Walaupun tidak Keterangan mengenai daerah dalam
dijelaskan TV warna atau hitam putih. novel PDH sebagai berikut:
Rumah RT juga mentereng dan Purwodadi adalah tempat kelahiran Bu
berhalaman luas. Ternyata cukup banyak Suci sang tokoh. Purwodadi kota kecil,
rumah bagus. Sehingga melihat rumah RT gersang, tanpa daya tarik (Dini, 1992:9).
dan sekitarnya menimbulkan kesan mewah
dan modern. Jika dibandingkan tempat Kota kecil tersebut tetap dikenang sang
tinggal mereka dulu di Purwodadi yang tokoh sebagai kota kelahirannya.
setengah batu dan setengah kayu tentu jauh Penilaiannya bahwa kota tersebut gersang
berbeda. Keterangan rumah tersebut dan tanpa daya tarik.
memberikan kesimpulan bahwa disekitar Daerah yang sering disebut tempat
tempat tinggal sang tokoh kehidupan kehidupan sang tokoh adalah Semarang.
tetangga-tetangganya cukup mewah dan Kota pelabuhan yang merupakan pintu
modern. gerbang berbagai pengaruh. Rumah-rumah
Teras bagian belakang rumah kakek berdekatan. Bagian-bagian tertentu kota ini
dan nenek Waskito dibatasi oleh dinding bercampur dengan kebiasaan baru.
Kepadatan penduduk dikuasai pengaruh
setinggi lutut, penuh pot tanaman. Ada golongan Tionghoa (Dini, 1992:10).
kebun pisang, kebun pare, pohon-pohon
pepaya, dan pohon jambu air. Semuanya Kota ini terbagi dua, yakni kota atas
menimbulkan kesan sederhana. Kakek yang dinamakan kota Candi, dan kota
Waskito yang masih praktik di rumah sakit Bawah yang ditempuh dengan naik
masih sempat berkebun. Walaupun tidak “Daihatsu”. Orang disana tidak berkata naik
dijelaskan dikerjakan oleh tukang kebun atau mobil atau naik oplet. Hal tersebut
memang kakek Waskito. disebabkan merek mobil angkutan umum
Sebetulnya Waskito adalah anak yang adalah Daihatsu.
cukup terampil walaupun sebetulnya Bagian kota yang paling baru yakni
digambarkan sebagai anak yang sukar di setelah melewati pasar menuju sekolah.
sekolah. Kamarnya rapi dan terpelihara. Banyak gedung bergaya sesudah perang. Hal
Bagian ini juga belum dijelaskan tentang yang menonjol adalah kekunoannya.
orang yang merapikan kamar Waskito atau Meskipun catnya sudah lusuh namun terlihat
memang Waskito rajin merapikan kamarnya. anggun.
Keterangan yang memaparkan bahwa Keterangan tersebut di atas rasanya
Waskito mampu membuat model-model cukup untuk dikhayalkan oleh pembaca.
pesawat yang dicontohnya dari gambar. Begitu juga tentang atap sekolah yang lain.
Alat-alat pertukangannya terkumpul dalam Atap tersebut tidak dijelaskan lainnya seperti
lemari kecil lengkap denan mejanya. Jika dia genteng atau seng. Namun pembaca
menggunakan alat-alat pertukangannya
77
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 69—80
mencoba menangkap sebagai bangunan atap Walaupun gaji guru sering terlambat
yang kuno. tetapi sang tokoh adalah orang yang percaya
Letak kampung kami bersambungan dan pada tuhan. Sehingga walau hanya sebagai
berdampingan dengan kampung- guru, sang tokoh telah ikut menopang
kampung lain. Untuk menuju ke jalan perekonomian keluarga sampai mapan.
besar, kami harus melewati satu atau Keadaan ekonomi digambarkan sangat
dua kelompok pemukiman tersebut makmur. Jadi ekonomi tokoh cerita dari
(Dini, 1992:62). sangat sederhana menjadi mapan.
78
Kajian Latar Fisik …. (Sakila)
80
Strategi Respons Pujian …. (Mutmainnah Hasyari)
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 81— 95
Mutmainnah Hasyari
Universitas Hasanuddin Makassar
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan
Pos-el: mutmainnah.hassyari1990@gmail.com
(Diterima: 20 April 2018; Direvisi: 13 Mei 2018; Disetujui: 3 Juni 2018)
Abstract
Americans and Buginese have the strategies to respond the compliment which are different from the
theory that proposed by linguists. The aims of this research were (1) addressing types of strategies used by the
Americans and Buginese to respond the compliments based on gender; and (2) disclosing the effect of
complimentary responses in American and Buginese culture. The research data consist of English and Buginese
language. Data on English language were taken from the you tube that contained the strategies used by
Americans to respond the compliment, while Buginese data were gathered from the field by recording DCT
questionnaire. Both types of data were analyzed by using descriptive qualitative. The result of research showed
that (1) complimentary responded strategies used by American and Buginese were applying the complimentary
responded category of Holmes (1988, 1993). Other wise, the types of the complimetary respond that used by
Buginese, such as joke and social norm did not appeart in this theory. Both American males and females tended
to respond the compliments by acceptance, while females Buginese tended to accept the compliments by
showing solidarity between interlocutor and reject the compliment to avoid self-praise. Males Buginese tended
to accept jokes not compliments in. (2) the exsistance of Culture played important roles to respond the
compliments to nor the Americans orBuginese. The Americans responded the compliments with simple answers
and accepted them as the princip of informality and equality. Buginese prefered to respond the compliments
with other compliment or inferiority because they were leaning on the principle known as ‘sipakatau’,
sipakalebbi’, and ‘sipakainge’.
Keywords: compliments, strategies, gender, culture
Abstrak
Dalam merespons pujian, orang Amerika dan orang Bugis memiliki strategi yang berbeda dengan
teori yang telah diusulkan para ahli. Penelitian ini bertujuan (1) menunjukkan jenis strategi yang digunakan
oleh orang Amerika dan orang Bugis dalam merespons pujian berdasarkan jenis kelamin dan (2)
mengungkapkan pengaruh budaya orang Amerika dan orang Bugis ketika merespons pujian. Data penelitian
terdiri atas bahasa Inggris dan bahasa Bugis. Data bahasa Inggris diambil dari video youtube yang
mengandung kalimat respons pujian oleh orang Amerika. Sementara data bahasa Bugis diambil dari lapangan
melalui proses rekaman dan kuesioner DCT. Kedua data dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) respons pujian oleh orang Amerika dan orang Bugis masih
mengaplikasikan kategori respons pujian dari Holmes (1988, 1993) Namun, di sisi lain terdapat tipe respons
pujian bahasa Bugis yang tidak dijelaskan dalam teori, yaitu tipe bergurau dan norma sosial. Baik laki- laki
maupun perempuan Amerika lebih cenderung merespons pujian dengan tipe menerima, sedangkan perempuan
Bugis lebih cenderung menerima untuk menunjukan solidaritas terhadap mitra tutur dan menolak pujian untuk
menghindari sikap meninggikan diri. Sementara laki- laki Bugis cenderung bergurau daripada menerima
pujian. Laki- laki Bugis juga cenderung menolak pujian. (2) Kehadiran budaya sangat berpengaruh dalam
merespons pujian, baik oleh orang Amerika maupun orang Bugis. Orang Amerika merepons pujian dengan
jawaban sederhana dan cenderung menerima pujian karena mereka berpegang pada prinsip informal dan
kesetaraan, tetapi orang Bugis cenderung merespons pujian dengan kembali memuji atau dengan merendah diri
karena mereka bersandar pada prinsip yang mereka sebut sipakatau, sipakalebbi,dan sipakainge.
Kata-kata kunci : pujian, strategi, jenis kelamin, budaya
81
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 81—95
and illocutionary meaning. For example, response in some countries. The strategies
"The phone is ringing," the propositional of compliment response and some
meaning is what it says about the ringing particular factors affecting compliment
of a telephone. The illocutionary meaning response such as age, gender, education,
is what the speaker intends, for example, a etc become the crucial issues in
request to answer the telephone. conducting research on compliment
Furthermore, someone performs speech response. Lorenzo- Duzin Ebadi& Salman
acts in offering an apology, greeting, (2015), examined a corpus consisting of a
request, complaint, invitation, compliment, thousand compliment responses by British
or refusal. A speech act is also showed in and Spanish male and female
utterance as in "Hey, I really like your tie!" undergraduates. The results showed the
to serve compliment or in sentence “you existence of cross- cultural and cross-
are very kind” to present a praise to gender similarities as well as difference
someone. Speech acts include real- life among four groups of subject. For
interactions and require not only example, Spanish makes tended to upgrade
knowledge of the language but also compliments ironically (a type of
appropriate use of that language within a compliment response absent in the British
given culture. data) more frequently than their female
Compliment is one of the counterparts.
utterances that people often use in Katsuta (2012), did research on
conversation through language. As compliment responses related to topic of
mentioned earlier, compliment is one of compliment. His research investigated the
speech acts which serve expression or role of compliment topic by analyzing
positive evaluation that commonly occurs compliment responses between Japanese
in everyday conversation encounters and American college students. The result
among the interlocutors. Holmes in Wu denoted that compliment responses can be
(2008), defined "A compliment is a speech seen as solutions for maintaining a balance
act which explicitly or implicitly attributes between (1) a preference to avoid self-
credit to somebody other than the speaker, praise and (2) a preference to accept or
usually the person addressed, for some agree with the compliment. Building on
good (possession, characteristic, skill, etc.) studies showed that response strategies can
which is positively valued by the speaker be influenced by compliment content and
and the hearer". Compliment is often context, the study analyzed responses to
found in daily conversation within people compliments on ability, achievement,
in the society. A compliment may be used belongings, appearance, and personal
to open a conversation or to smooth characteristic by determining the subject’s
conversational interaction by building up choices of response strategy categorized as
the links of solidarity among the acceptance, avoidance, or rejection for
interlocutors and as well as a compliments each compliment topic.
used to create a good social relationship. Ibrahim &Riyanto (2011),
Someone used a compliment which relates compared the compliment response
to personal, appearance (e.g., clothes, between American and Indonesian. Their
hair), possessions, skill, or research resulted that both of American
accomplishments. Knapp et al in and Indonesian have different and similar
Shahsavariaet al (2014), defined that way of expressing responses to
Compliment responses mainly give back compliment. The difference might be due
the social-cultural standards and varieties to the different cultural background.
of certain speech communities. Although there were some similarities, the
Some previous researches were frequencies of each type could give a
conducted related to issue of compliment clear insight on the role of those different
82
Strategi Respons Pujian …. (Mutmainnah Hasyari)
83
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 81—95
different compliment response types which used more by the Indonesian and
consist of acceptance, rejection, and American subordinates than by their
indirection. The result of his study denoted superiors. On the other hand, Comment
that the Americans used acceptance type Acceptance were used more often by both
responses significantly more frequent than the Indonesian and American superior.
the Thais. Lorenzo- Duz (2001), had
Nelson et al., (1996), had examined a corpus consisting of a
investigated compliment response concern thousand compliment responses by British
to gender. They analyzed the similarities and Spanish male and female
and differences of compliment responses undergraduates. The results showed the
between the Egyptians and the American existence of cross- cultural and cross-
by interview sessions. One of the purposes gender similarities as well as difference
of the research was concerning the gender among four groups of subject. For
of the compliment giver and the recipients. example, Spanish tended to upgrade
His respondents were 20 American compliments ironically (a type of
students and 20 Egyptian students; which compliment response absent in the British
all of them were men and women students. data) more frequently than their female
The result indicated that their patterns of counterparts (Ebadi and Salman, 2015).
compliments were similar primary Hiba Qusay Abdul Satar and
adjectival and it was being the reason for Salasiah Che Lah (2009), had investigated
the positive meaning. Besides that, the a research concern to compliment
study furthermore showed that the responses in English among Iraqi
Americans produced compliments more Postgraduate at University Sains Malaysia
commonly as to the Egyptians. (USM). He attempted to show whether the
The similar research also respondent will produce compliment
investigated by Ibrahim and Riyanto response in the same time with pragmatic
(2000). They compared compliment transfer process. Their research resulted
response between American and that this certain group had adapted
Indonesian. Their research resulted that differences types of compliment responses.
both of American and Indonesian have Definitely pragmatic transfer was existed
different and similar way of expressing in compliment responses produced by the
responses to compliment. The difference respondent. Both researchers concluded
may be due to the different cultural this might happens due to the respondent’s
background. Although there were some lack of knowledge of different
similarities, the frequencies of each type sociolinguistic rules among cultures.
could give a clear insight on the role of Besides that, it could also because of the
those different cultural backgrounds. Both respondents’ dependence on their mother
the American and Indonesian respondents tongue sociolinguistic norm in presenting
used ten types of compliment responses, speech act in the target language.
eight of which were based on Herbert’s A research under the title “The
categories, the others were used by the Role of Compliment Topic and
Indonesian respondent only. The eight Compliment Response” was conducted by
types were Appreciation Token, Comment Katsuta (2012). His study investigated the
Acceptance, Praise Upgrade, role of compliment topic by analyzing
Reassignment, Return, Scale down, and compliment responses between Japanase
No Acknowledgment. The other two were and American college students. The result
promise and hope. Furthermore, the denoted that compliment responses can be
research found that the status became an seen as solutions for maintaining a balance
important variable in giving response to between (1) a preference to avoid self-
compliments. Appreciation Token was praise and (2) a preference to accept or
84
Strategi Respons Pujian …. (Mutmainnah Hasyari)
85
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 81—95
86
Strategi Respons Pujian …. (Mutmainnah Hasyari)
87
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 81—95
88
Strategi Respons Pujian …. (Mutmainnah Hasyari)
have short and thin vocal folds while men method. According to Sugiyono (2010),
speak at a low pitch (Graddol& Swann, the purpose of the research wasobtaining
1989:15). Spender’s view in terms of an accurate profile of the people, events or
social aspect of voice, mentioned that there situations. So it guided the researcher to
were differences between women and explore the data in comprehensive,
men. Men usually use lower pitched voice extensive and deep waysThrough this
not only because the anatomy but also research, the writer finally analyzed the
their will to use the low pitched voice data andexplained explicitly the strategies
(Graddol& Swann: 1989:18). For men, of compliment response that used by
using the high pitched voices will be American and Buginese based on gender.
regarded as ridicule which will destroy
their images. The lower pitched voices are B. Source of Data
regarded as more confident and dominant There were two kinds of data in
than higher pitched ones in men’s this research. The first data was American
opinions. In society, men are usually the data. It was gained by the conversation of
authoritative group. They are the center of the Americans in video youtube.com. All
the society and the dominance while videos related to the compliment responses
women are usually the subordinate groups which had been downloaded. The second
in the society. bSome differences between data was Buginese data. It was gathered by
men and women in speech act have been using a Discourse Completion Test. DCT
found (Coupland, 2000); questionnaire according to Blum- Kulka in
a. Women are more socially Duan (2011), is designed to get
engaged cooperative and compliments response patterns of the
constructive than men; participants in the questionnaire. It was
b. Women are more silent than carried on to draw out compliment
men in public, so they are a responses based on the topic of
muted group; compliment. Besides that, the Buginese
c. Women ask more questions than data was also gained by recording. The
men in speech pattern; researcher did recording earlier. The
d. Women are interrupted more researcher was recorded the dialogue
than men; which contained of compliments response
e. Women have different choices naturally. Therefore, in this research, the
and frequency of the lexical analyzed data were the data that was
items from men; gained from a DCT of the questionnaire
f. Women use more politeness and observation.
behaviors than men.
89
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 81—95
compared both of the data by the Holmes (1988, 1993) taxonomy. Chen
researcher. (1993) noted that Holme’s taxonomy
reflected the insight Pomerantz’s (1978)
D. Technique of Analyzing Data constraints: the need to agree with the
In technique of analyzing data, the complementer motivated the acceptance of
researcher used some techniques in order a compliment, the need to avoid self-praise
to answer the research questions in the first motivated the rejection of a compliment,
chapter. First, the collected data were and the need to strike a balance between
categorized into three types based on the two constraints led to the utterances
Holmes in Sadeghi&Zarei (2013), that mitigated the compliment by avoiding
Compliment Responses; Accept, Reject it.
and Avoid. Second, the identified data The data presented the compliment
were compared to show the difference responses by female and male Buginese
strategies between American and speakers which were collected by
Buginese. Last, the culture that influences Discourse Completion Test (DCT)
both of groups were identified related to questionnaire.There were some various
the response when they pay a compliment. data of compliment response that were
obtained by the writer. The data were
taken from Buginese society in Pinrang.
FINDINGS AND DISCUSSIONS There were various responses that found in
According to this research, the the data. The first datum was the
result revealed that American in participant who were involving in the
responding the compliment still applyed male’s response to female complementer
the type of compliment response proposed with possession topic of compliment such
in the theory. However, on the other hand, as, “de’, anu masempo iye e (no, it’s
there were two types of Buginese cheap)”. The next datum was the same
compliment response uncovered by theory. kind of participant but different topic. The
They were joke and social norm and topic was appearance topic of
theothersthatcharacterized as Accept compliment. From the six participants,
(appreciation token, agreeing utterance, most of them avoid the compliment as well
downgrading and returning compliment), with the general response “malebbi pi pute
avoid (shift credit, informative comment, ta’ na iya’ (You are brighter than me)”.
request reassurance) and reject These responses showed that the
(disagreeing utterance, question accuracy, participants tended to avoid the
challenge sincerity) which have been compliment in informative comment. It
covered by the theory. was based on Holmes’ (1988, 1993)
This part presented the strategies of taxonomy of compliment response
compliment response that used by the strategies in avoiding and its micro level
speakers of Americans and Buginese was informative comment. In this datum,
people. The findings of the research were the participants was the male who gave
presented in some of tables based on response toward another male as
Holmes’ classification in compliment complimenter. His response was “mmm,
response. Each of the table shows the maccobi- cobi mo tu, Sappo (you’ re
response of speakers and classifies them kidding me,Bro)” . This response tended to
based on the speaker’s perspective accept the compliment in agreeing
(acceptance, avoidance or rejection)in utterance, return compliment and joke.
obviously different topic (appearance, Agreeing utterance and return compliment
possessions, ability and personality traits). was based on Holmes’ (1988, 1993)
The responses of compliment in taxonomy, but joke was not find in
this research were categorized based on Holmes (1988, 1993) taxonomy and it’s
90
Strategi Respons Pujian …. (Mutmainnah Hasyari)
also less in frequently used by American. you”. It showed the acceptance response
The next datum was the female participant as well. Based on the American data, in
who gave response to male who delivered responding to compliment, American tend
compliment or as complimenter. The topic to accept the compliment rather than
of this compliment was personality traits. rejected or avoid. The way they response
her response to the compliment was the compliment was based on Holmes
“makanja tongeng ga? (do you think taxonomy of compliment response. Once,
so?)”. They responsed the compliment by in some case, they avoided or rejected the
using avoid strategy. The other datum was compliment as the researcher found “no, I
the female participant who gave respons don’t think so” or avoiding “you really
toward another female who as think so?”. But it was less rejection
complimenter. The topic of the frequently rather than accepting the
compliment was ability. The female compliment.
participant’s response was “de’to
namakanja ladda bateku (I didn’t do it A compliment is a speech act
well)”. Her response tended to reject the which explicitly or implicitly attributes
compliment that was given to her. This credit to someone other than the speaker,
response was based on Holmes (1988, usually the person addressed, for some
1993) taxonomy. These Bugiese data ‘good’ (possession, characteristic, skill,
showed that the Buginese responses etc) which is positively valued by the
which were uttered by female and male speaker and the hearer ( Holmes’ , 1986:
were appearance, possessions, ability and 485). Compliment response is a verbal
personality traits of topic compliment. In acknowledgement that the recipients of the
Buginese data the result showed varied compliment hear and react to the
responses. A number of data followed the compliment (Nelson et al., 1996).
Holmes taxonomy of compliment and Holmes developed three categories
some of them were not. Such as, when of compliment responses; accept, reject
Buginese responsed the compliment by and avoid. In acceptance, there were four
joking which it wasnot existed in Holmes micro levels, they were appreciation token,
taxonomy. While Americans in responding agreeing utterance, downgrading utterance
the compliment had their own ways. It and returning compliment. In rejection,
could be looked on the data. The first there were three micro levels, they were
datum was between male (recipient of disagreeing utterance, challenge sincerity
compliment) and female (complimenter). and question accuracy. In avoidance, there
The topic of compliment was appearance. were three micro level, they were shift
The response of this datum was “yeah, credit, informative comment and request
thank you” . The next datum was about reassurance.
possession topic of compliment. This Both American and Buginese data
utterance was uttered by male (recipent of were analysed based on Holmes’
compliment) and another male compliment response categories. The
(complimenter). His response showed the result of this research showed that both of
acceptanece as “humm, thanks”. The next speakers Buginese and American used
one was between female and male in three types of compliment responses;
ability topic of compliment. The response accept, avoid and reject. The response
when she got a compliment from another types between two groups were varied.
male was ”smiling and nodding” which According to Holmes (1988), American
indicated acceptance response. The datum tended to response the compliment with
about personality traits topic of simple way such as “thank you” to accept
compliment that the researcher found was the compliment, or “no, thanks” to reject
“ouh, it’s very ice of you to say so, thank the compliment. But in Buginese, most of
91
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 81—95
them used various responses either in compliment. They rejected the compliment
acceptance, avoid or reject the by using disagreeing utterance type. In
compliment. A unique response which appearance topic of compliment, male
was delivered by Buginese when they tended to avoid the compliment. They
were got praised or compliment by their avoided the compliment by using shift
interlocutor. Those responses were joke credit type. In ability topic of compliment,
and social norms. These responses did not male tended to accept the compliment. In
exist in Holmes taxonomy of compliment personality traits topic of compliment,
response categories. Buginese used joke male tended to accept the compliment.
response when they tried to accept the When female Buginese got compliment
compliment but they did not want to be from male, they tended to accept the
considered as a self - praise, therefore, compliment in possession topic of
they preferred to use joke. It could be seen compliment. In appearance topic of
in this data, the compliment was “makanja compliment, female tended to accept the
ladde’ presntasi ta, de’ na sala ko runtu’ki compliment. In ability topic of compliment
nilai matanre (good presentation, you female tended to avoid the compliment. In
deserve to get a good mark)” The response personality traits, male tended to accept
was “hum, maccobi- cobi mo tu’ bro (you the compliment. When female
are kidding me, Man)”. Buginese tended Buginese got compliment from another
to use this response in topic compliment of female, they tended to accept the
appearance. compliment in possession topic. In
Besides that, Buginese also appearance topic of compliment, female
responded the compliment which related to tended to avoid the compliment. In ability
social norms. This response occurred topic, female tended to accept the
mostly in personality traits topic compliment. In personality traits topic of
compliment. It could be seen in the data, compliment, female tended to accept the
“you are very good boy/girl, we do not compliment. Different with Buginese,
know how to thanks to you”. The response Female and Male Americans tended to
was “de’ to na marigaga to pada sitolong accept the compliment almost in every
memang satu pada tta rupa tau (it’s ok, we topics of compliment. It based on the other
help each other). Buginese tended to use compliment response by the other
this response excessively in personality researchers in the past few years.
traits. American tended to accept the compliment
When Buginese Male got and gave simple response. It could be seen
compliment from another Male, they in the data,“hi Josh, nice beard”, and the
tended to reject the compliment in topic of response was “oh, thanks”.
compliment possession. They rejected the In the east culture, especially in
compliment by using disagreeing utterance Buginese, had different way in responding
type. In topic of appearance, male tended the compliment. Most of them responsed
to avoid the compliment. They avoided the the compliment with rejection or avoided
compliment by using shift credit type. In to give respectful or modesty responses
topic of ablity, male tended to accept the and to minimized the praise which was
compliment. They accepted the response given to them. Rejection responses by
by using return compliment type. In topic Buginese didn’t mean that they
of personality traits, male tended to accept disrespectedthe speaker or the one who
the compliment. They accept the gave compliment. It showed that Buginese
compliment by using social norm type. had his/her own way to response the
When Buginese Male got compliment compliment and to honor the speaker.
from female, they tended to reject the The influence of culture is
compliment in possession topic of significantly affected the response of the
92
Strategi Respons Pujian …. (Mutmainnah Hasyari)
93
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 81—95
94
Strategi Respons Pujian …. (Mutmainnah Hasyari)
95
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 97—107
Nanik Indrayani
Universitas Iqra Buru
Jalan Prof. Dr. H.A.R. Bassalamah, SE. M.Si, Namlea
Pos-el: nanikindra83@gmail.com
(Diterima: 18 Mei 2018; Direvisi: 30 Mei 2018; Disetujui: 3 Juni 2018)
Abstract
Writing speech is one of the students’favorite subjects at SMA Negeri 3 Waeapo, Pulau Buru. This study
aimed to describe the students’ capability in writing Indonesia speech. This research was classified as
Classroom Action Research. The population of this study were 44 students of two classes of Class XII. Obtaining
the accurated data, this research used written test suchas writting the speech text by using ‘bahasa Indonesia
yang baik dan benar’ with theme that had been determined by the researcher. Then, the collected data would be
analyzed by using descriptive quantitative. The results showed that only one of 44 students got less then 65.
Thus, it can be concluded that students of Class XII of SMA Negeri 3 Waeapo Pulau Buru had capability to write
the speech texts by using ‘bahasa Indonesia yang baik dan benar’ and achieving the completeness criteria by
reaching more than 67 percent. This also could be seen in the score of other 43 students who got more than 65.
Keywords: Students, Speechtets, Indonesian Language.
Abstrak
Penulisan pidato merupakan salah satu mata pelajaran yang digemari sebagian siswa di SMA Negeri
3 Waeapo, Pulau Buru. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas XII dalam
menulis pidato berbahasa Indonesia. Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Populasi penelitian ini adalah siswa Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo Buru, yang terdiri atas dua
kelas dan berjumlah 44 siswa. Untuk mendapatkan data yang akurat, penelitian ini menggunakan tes tertulis
berupa teks pidato, dengan tema yang ditetapkan oleh peneliti, dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukan bahwa hanya 1 di antara 44 siswa yang dijadikan sampel penelitian memperoleh nilai di bawah 65.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo Pulau Buru telah mampu
menulis pidato dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan mencapai kriteria ketuntasan
yang ditetapkan sebanyak 67 persen. Hal ini juga dibuktikan dengan perolehan nilai yang mencapai 65 ke atas
yang diperoleh 43 siswa.
Kata-Kata Kunci: Siswa, teks pidato, berbahasa Indonesia.
97
Totobuang, Vol.6, No. 1, Juni 2018: 97—107
imajinasi seseorang. Kegiatan tersebut perlu dengan menggunakan bahasa Indonesia yang
diperhatikan oleh para guru khususnya guru baik dan benar. Pemerolehan informasi dan
bahasa Indonesia agar siswa dapat berpikir data dijelaskan apa adanya sesuai dengan
untuk mewujudkan apa yang ada dalam fakta yang ada di lapangan.
pikirannya melalui kegiatan menulis teks Desain penelitian yang digunakan
pidato dengan menggunakan bahasa dalam penelitian ini adalah deskriptif
Indonesia secara baik dan benar. kuantitatif, yakni mengumpulkan,
Sesuai dengan hasil pra-penelitian mengelola, menganalisis, dan menyajikan
peneliti dengan guru Bahasa Indonesia, di data secara objektif mengenai objek
SMA Negeri 3 Waeapo Pulau Buru penelitian, yaitu kemampuan siswa dalam
khususnya kelas XII ditemukan bahwa menulis teks pidato bahasa Indonesia dengan
masih banyak siswa yang belum menyadari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
pentingnya penggunaan bahasa Indonesia benar pada siswa kelas XII SMA Negeri 3
yang baik dan benar dalam menulis teks Waeapo Pulau Buru.
pidato bahasa Indonesia maupun dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas. Banyak Definisi Operasional Variabel
siswa di sekolah tersebut khususnya kelas Untuk menghindari dari penafsiran
XII masih menggunakan bahasa Indonesia yang berlebihan terhadap penulisan ini,
bercampur dengan bahasa daerah ketika penulis memberikan batasan istilah yang
menulis teks pidato dalam mata pelajaran masih berkaitan dengan judul ini, sebagai
Bahasa Indonesia. berikut 1) Kemampuan berarti kesanggupan,
kecakapan, kekuatan untuk melakukan
METODE sesuatu. 2) Kemampuan menulis adalah
Jenis dan Desain Penelitian kemampuan menggunakan bahasa Indonesia
Berdasarkan judul penelitian ini, yang baik dan benar yang dituangkan dalam
yakni Kemampuan Menulis Teks Pidato tulisan atau teks. 3) Pidato adalah salah satu
Berbahasa Indonesia di SMA Negeri 3 ragam berbicara dalam bentuk lisan yang
Waeapo, peneliti ingin mengetahui berapa ditunjukkan kepada khalayak.
banyak jumlah siswa yang masih
menggunakan bahasa Indonesia bercampur Populasi dan Sampel
dengan bahasa daerah dalam menulis teks Populasi disebut juga keseluruhan
pidato. semesta (universal) dan dapat didefinisikan
Penelitian ini digolongkan ke dalam sebagai semua anggota dari satu kesatuan
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom orang. Kejadian atau benda yang kita jadikan
Action Research), yaitu suatu bentuk kajian sasaran generalisasi hasil penelitian kita
yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh menurut Borg dan Gali dalam Suharto
pelaku tindakan untuk meningkatkan (2008:64).
kemantapan rasional dari tindakan- Sampel adalah sebagian atau wakil
tindakannya dalam melaksanakan tugas dan dari populasi yang akan diteliti. Sampel
memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam penelitian ini mengacu pada pendapat
dalam praktik pembelajaran Hopkins dalam Arikunto (2010:43) bahwa apabila populasi
Muslich, (2010:8). Penelitian ini kurang dari 100 maka lebih baik diambil
menggunakan pendekatan kuantitatif. semuanya sehingga penelitiannya
Sementara itu, jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian populasi. Jika jumlah
deskriptif. Jenis penelitian deskriptif dipilih subjeknya lebih dari 100 dapat diambil
karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu antara 10—15% atau 20—25% atau lebih
untuk mendapatkan data mengenai tergantung situasi, kondisi, dan kebutuhan.
kemampuan siswa dalam menulis teks pidato
99
Totobuang, Vol.6, No. 1, Juni 2018: 97—107
N 8. 65 1 2,27
Indonesia yang baik dan benar pada siswa menganalisis data, yaitu membuat daftar
Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo, peneliti skor mentah dan membuat distribusi
dapat menyimpulkan bahwa siswa mampu frekuensi dari skor mentah. Untuk lebih
menulis teks pidato dengan menggunakan jelasnya, pada tabel berikut disajikan skor
bahasa Indonesia yang baik dan benar. kemampuan siwa dalam menulis teks pidato
untuk setiap aspek yang dinilai.
Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini dideskripsikan Tabel 2
secara rinci hasil penelitian tentang Skor Mentah Kemampuan Siswa Menulis
kemampuan menulis teks pidato dengan Teks Pidato dengan Menggunakan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
dan benar pada siswa kelas XII SMA Negeri Kode KJ PE PH D PS KT
3 Waeapo. Hasil penelitian ini merupakan siswa TOTAL
hasil kuantitatif, yaitu uraian yang 0- 0- 0- 0- 0- 0-
menggambarkan kemampuan menulis teks 10 10 10 10 10 10
pidato dengan menggunakan bahasa S1 8 9 9 6 9 7 48
Indonesia yang baik dan benar pada siswa S2 9 7 8 9 9 9 51
Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo yang S3 6 8 9 9 7 9 48
dinyatakan dengan angka. S4 9 9 7 7 6 8 46
S5 6 7 9 9 8 9 48
Data penelitian ini dikumpulkan
S6 8 8 6 6 9 9 46
dengan cara memberikan tugas berupa tes S7 7 7 9 9 8 7 47
tertulis kepada siswa, yaitu tes menulis teks S8 9 9 8 8 9 9 52
pidato dengan tema yang ditetapkan oleh S9 8 8 9 9 6 8 48
peneliti. Setelah kegiatan tersebut selesai, S10 7 7 8 6 9 6 43
pekerjaan siswa dikumpulkan kemudian S11 7 8 9 9 6 8 47
diberi kode. Selanjutnya diadakan penilaian S12 9 9 7 8 9 9 51
S13 8 7 9 9 7 8 48
terhadap pekerjaan siswa. Adapun aspek-
S14 6 9 8 8 9 6 46
aspek yang dinilai meliputi1) kesesuaian S15 5 8 7 9 8 9 46
judul atau tema, 2) penulisan ejaan,3) S16 9 9 6 8 9 7 48
penulisan huruf kapital, 4) diksi atau pilihan S17 8 8 9 6 6 8 45
kata, 5) penulisan struktur, 6) kerapian S18 9 9 8 9 9 8 52
tulisan. S19 7 7 9 6 8 7 44
Setiap aspek tersebut dinilai dengan
S20 8 6 6 7 8 9 44
menggunakan rentang skor yang telah S21 9 8 7 7 6 9 46
ditetapkan dalam bab III, sehingga pada S22 6 9 8 8 9 7 47
akhirnya dapat ditemukan dan ditentukan S23 8 8 6 9 9 8 48
berapa skor siswa untuk setiap aspek serta S24 6 9 9 8 8 9 49
berapa jumlah total skor siswa untuk 25 9 6 7 9 9 6 46
keseluruhan aspek. S26 8 8 7 8 8 9 48
S27 7 6 9 9 8 8 47
Data yang diperoleh dalam penelitian
S28 6 6 8 8 9 8 45
ini diolah dan dianalisis menurut teknik dan S29 9 9 7 6 8 8 47
prosedur yang dikemukakan pada bagian S30 9 9 7 8 9 9 51
sebelumnya. Data yang diolah dan dianalisis S31 6 7 9 9 8 8 47
adalah data skor mentah hasil tes S32 8 8 7 7 6 9 45
kemampuan menulis teks pidato dengan S33 8 9 9 8 7 8 49
menggunakan bahasa Indonesia yang baik S34 8 6 9 9 8 9 49
S35 6 6 8 8 7 8 43
dan benar siswa kelas XII SMA Negeri 3
S36 7 7 9 9 7 9 48
Waeapo. Adapun langkah-langkah dalam S37 7 8 8 9 9 7 48
102
Kemampuan Menulis Teks …. (Nanik Indrayani)
S38 6 9 9 7 7 8 46 7 diperoleh sampel S4, S12, S15, S21, S25,
S39 6 7 7 9 9 7 45 S26, S29, S30, S32, S39, S43. Skor 6
S40 9 9 6 7 7 9 47 diperoleh sampel S6, S16, S20, S23, S40,
S41 8 8 9 9 8 6 48
S42 8 8 7 6 9 9 47
S44. Secara umum untuk skor kemampuan
S43 8 6 9 7 8 8 46 menggunakan huruf kapital diperoleh siswa
S44 9 9 6 8 7 8 47 sampel adalah 347.
Aspek Diksi (D) diperoleh nilai
Jumla 33 34 34 34 34 35 2.07 dengan rentang skor 0—10. Skor tertinggi
h 4 4 7 9 9 4 5 diperoleh siswa sampel adalah skor 9 dan
terendah adalah 6. skor 9 diperoleh sampel
Pada tabel tersebut jelas terlihat S2, S3, S5, S7, S9, S11, S13, S15, S18, S23,
bahwa untuk aspek kesesuaian Judul (KJ) S25, S27, S31, S34, S36, S37, S39, S41.
diperoleh nilai dengan rentang skor 0—10. Skor 8 diperoleh sampel S8, S12, S14, S16,
Skor tertinggi diperoleh siswa adalah skor 9 S22, S24, S26, S28, S30, S33, S35, S44.
dan terendah adalah 5. Skor 9 diperoleh 12 Skor 7 diperoleh sampel S4, S20, S21, S32,
siswa, yakni S2, S4, S8, S12, S16, S18, S21, S38, S40, S43. Skor 6 diperoleh sampel S1,
S25, S29, S30, S40, S44. Skor 8 diperoleh S6, S10, S17, S19, S29, S42. Secara umum
sampel S1, S6, S9, S13, S17, S20, S23, S26, untuk skor kemampuan menggunakan diksi
S32, S33, S34, S41, S42, S43. Skor 7 diperoleh siswa 349.
diperoleh sampel S7, S10, S11, S19, S27, Aspek Penulisan Struktur (PS)
S36, S37. Skor 6 diperoleh sampel S3, S5, diperoleh nilai dengan rentang skor 0—10.
S14, S22, S24, S28, S31, S35, S38, S39. skor tertinggi diperoleh siswa sampel adalah
Skor 5 diperoleh sampel S15. Secara umum skor 9 dan terendah adalah 6. Skor 9
untuk skor kemampuan menggunakan diperoleh sampel S1, S2, S6, S8, S10, S12,
kesesuaian judul diperoleh siswa sampel S14, S16, S18, S22, SS23, S25, S28, S30,
adalah 334. S37, S39, S42. Skor 8 diperoleh sampel S5,
Untuk aspek kesesuaian Penulisan S7, S15, S19, S20, S24, S26, S27, S29, S31,
Ejaan (PE) diperoleh nilai dengan rentang S34, S41, S43. Skor 7 diperoleh sampel S3,
skor 0—10. Skor tertinggi diperoleh siswa S13, S33, S35, S36, S38, S40, S44. Skor 6
sampel adalah skor 9 dan terendah adalah 6. diperoleh sampel S4, S9, S11, S17, S21,
Skor 9 diperoleh sampel S1, S4, S8, S12, S32. Secara umum untuk skor kemampuan
S14, S16, S18, S22, S24, S29, S30, S33, struktur diperoleh siswa sampel adalah 349.
S38, S40, S44. Skor 8 diperoleh sampel S3, Aspek Kerapian Tulisan (KT)
S6, S9, S11, S15, S17, S21, S23, S26, S32, diperoleh nilai dengan rentang skor 0—10.
S37, S41, S42. Skor 7 diperoleh sampel S2, Skor tertinggi diperoleh siswa sampel adalah
S5, S7, S10, S13, S19, S31, S36, S39. Skor 9 dan terendah adalah 6. Skor 9 diperoleh
6 diperoleh sampel S20, S25, S27, S28, S34, sampel S2, S3, S5, S6, S8, S12, S15, S20,
S35, S43. Secara umum untuk skor S21, S24, S26, S30, S32, S34, S36, S40,
kemampuan menggunakan ejaan diperoleh S42. Skor 8 diperoleh sampel S4, S9, S11,
siswa sampel adalah 344. S13, S17, S18, S23, S27, S28, S29, S31,
Aspek Penulisan Huruf (PH) kapital S33, S35, S38, S43, S44. Skor 7 diperoleh
diperoleh nilai dengan rentang skor 0—10. sampel S1, S7, S16, S19, S22, S37, S39.
Skor tertinggi diperoleh siswa sampel adalah Skor 6 diperoleh sampel S10, S14, S25, S41.
skor 9 dan terendah adalah 6. Skor 9 Secara umum untuk skor kemampuan
diperoleh sampel S1, S3, S5, S7, S9, S11, kerapian tulisan diperoleh siswa sampel
S13, S17, S19, S24, S27, S31, S33, S34, adalah 354.
S36, S41, S43. Skor 8 diperoleh sampel S2, Berdasarkan hasil perolehan skor
S8, S10, S14, S18, S22, S28, S35, S37. Skor mentah dalam tes awal siswa kelas XII SMA
103
Totobuang, Vol.6, No. 1, Juni 2018: 97—107
Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil sangat bervariasi. Tidak ada siswa yang
Tes Siswa memeroleh nilai 100, 90, 70, 60, 50, 40, 30,
No. Nilai Frekuensi Persentase 20, dan 10. Siswa yang memperoleh nilai
% 67—80 berjumlah 43 orang (97,77%) dan
1. 80 7 15.91 siswa yang memeroleh nilai 54—65
2. 79 4 9.13 berjumlah 1 orang (2,23%).
3. 78 6 13.64 Berdasarkan distribusi frekuensi dan
4. 75 8 18.18 persentase tes hasil belajar kemampuan
5. 69 6 13.64 menulis teks pidato dengan menggunakan
6. 68 7 15.91 bahasa Indonesia yang baik dan benar pada
7. 67 5 11.36 siswa Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo,
8. 65 1 2.23 dapat diketahui kategori kemampuan siswa.
Jumlah 44 siswa 100% Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tabel
berikut ini.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh
gambaran tentang frekuensi dan persentase Tabel 7
hasil tes siswa Kelas XII SMA Negeri 3 Kategorisasi Tes Tingkat Kemampuan,
Waeapo, sebagai berikut: nilai tertinggi 80 Frekuensi, dan Persentase
yang diperoleh 7 siswa atau (15.91%), nilai No. Interval Tingkat Freku Persen
79 diperoleh 4 siswa atau (9.13%), nilai 78 Nilai Kemampuan ensi tase
diperoleh 6 siswa atau (13.64%), nilai 75 1. 85—100 Sangat tinggi 0 0
diperoleh 8 siswa atau (18.12%), nilai 69 2. 67—84 Tinggi 43 97,7
diperoleh 6 siswa atau (11.36%), nilai 68 3. 54—66 Sedang 0 7
diperoleh 7 siswa atau (15.91%), nilai 67 4. 40—65 Rendah 1 0
diperoleh 5 siswa atau (13.64%), dan nilai 5. 0—35 Sangat rendah 0 2,23
65 diperoleh 1 siswa atau (2.23%). Jumlah 44 100%
Berdasarkan data distribusi frekuensi siswa
dan persentase nilai subjek penelitian
ditransfer ke dalam konversi angka berskala Berdasarkan tabel kategorisasi tes
10—100. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tingkat kemampuan, frekuensi, dan
pada tabel berikut ini. persentase tes hasil belajar kemampuan
menulis teks pidato dengan menggunakan
Tabel 6 bahasa Indonesia yang baik dan benar pada
Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor siswa Kelas XII SMA Negeri 3 Waeapo
Tes Hasil Kemampuan Menulis Teks menunjukkan bahwa, tidak ada siswa yang
Pidato dengan Menggunakan Bahasa berada pada kategori sangat tinggi (0%),
Indonesia yang Baik dan Benar siswa yang berada pada kategori tinggi
No. Rentang Frekuensi Persentase diperoleh 43 siswa (97,77%), dan tidak ada
skor % siswa yang berada pada kategori sedang
1. 10—100 0 0 (0%), siswa yang berada pada kategori
2. 67—80 43 97,77 rendah diperoleh 1 siswa (2.23%), dan tidak
3. 54—65 1 2,23 ada siswa yang berada pada kategori sangat
Jumlah 44 siswa 100% rendah (0%).
Berdasarkan tabel di atas, maka hasil
belajar siswa pada kegiatan tes kemampuan
menulis teks pidato dengan menggunakan
Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahasa Indonesia yang baik dan benar
gambaran bahwa nilai yang diperoleh siswa berada pada kategori tingi.
105
Totobuang, Vol.6, No. 1, Juni 2018: 97—107
107
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 109— 123
Susiati
Universitas Iqra Buru
Jl. Prof. Dr. H. A.R. Basalamah No. 20, Namlea, Buru
Pos-el: kaledupa123@gmail.com
(Diterima: 30 April 2018; Direvisi 30 Mei 2018; Disetujui: 3 Juni 2018)
Abstract
This study aimed to describe the form of word classes that was deeply conformed in the Tukang Besi
Island languange, Kaledupa dialect at Wakatobi Regency. This research method was qualitative descriptive
method. The data source was taken from the native speakers of Tukang Besi Island language, Kaledupa dialect
and it was in oral data. Methods and techniques of data collection were observation methods with participantive
observation techniques, recording , and noting techniques. Data analysis techniques were data selection, data
classification, meaning, and data analysis. The results proved that the form ofhomonimic word class in Tukang
Besi Island languange, Kaledupan dialect were adjectives with nouns, nouns with nouns, verbs with adjectives,
verbs with nouns, nouns with numerals, verbs with verbs, verbs with adverbs, particles with nouns.
Keywords: form, homonym, kaledupa language
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud kelas kata yang berhomonim dalam Bahasa
Kepulauan Tukang Besi Dialek Kaledupa di Kabupaten Wakatobi. Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif. Sumber datanya diambil dari para penutur asli bahasa Kepulauan Tukang Besi Dialek
Kaledupa dan jenis datanya berupa data lisan. Metode dan teknik pengumpulan data, yaitu metode observasi
dengan teknik observasi partisipatif, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik analisis data, yaitu penyeleksian
data, pengklasifikasian data, pemaknaan, dan penganalisisan data. Hasil penelitian membuktikan bahwa wujud
kelas kata yang berhomonim dalam bahasa Kelupauan Tukang Besi Dialek Kaledupa, yaitu adjektiva dengan
nomina, nomina dengan nomina, verba dengan adjektiva, verba dengan nomina, nomina dengan numeralia,
verba dengan verba, verba dengan adverbia, dan partikel dengan nomina.
Kata-kata Kunci: wujud, homonim, bahasa kaledupa
PENDAHULUAN
Bahasa digunakan untuk berbagai Pertentangan makna, ketercakupan makna,
aktivitas dan kepentingan dalam kehidupan kegandaan makna atau juga kelebihan
sehari-hari. Begitu pula dengan makna makna.
bahasa tersebut terlihat beragam dari segi Chaer dan Agustina (1995:82)
pandangan yang berbeda-beda. Bahasa mengungkapkan bahwa dalam relasi makna
sering ditemukan relasi makna. Relasi biasanya dibicarakan sinonim, antonim,
makna dalam bahasaIndonesia meliputi homonimi, polisemi, hiponimi, ambiguitas,
homonim dan polisemi. Kedua relasi makna dan redundansi.
ini sangat berkaitan dengan kata atau frasa. Dalam berkomunikasi sering
Relasi makna artinya hubungan semantik ditemukan kata-kata yang memiliki tulisan
yang terdapat antara satuan bahasa yang dan pelafalan yang sama tetapi makna dari
satu dengan satuan bahasa yang lainnya. kata-kata tersebut berbeda. Dalam
Satuan bahasa dapat berupa kata, frasa berkomunikasi bisa saja terjadi
maupun kalimat dan relasi semantik itu kesalahpahaman pada pihak lawan bicara,
dapat menyatakan kesamaan makna. yang disebabkan oleh kekeliruan si
109
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 109—123
pembicara dalam mengungkapkan sesuatu agar tetap menjadi bagian dari kekayaan
hal yang ingin disampaikan. Untuk budaya Indonesia”. Oleh karena itu, bahasa
menghindari terjadinya kesalahpahaman daerah dan kekayaan budaya harus
tersebut, maka dalam berbahasa kita harus dijagadan dikembangkan agar tidak
mengetahui makna atau arti dari kata mengalami kepunahan.
tersebut. Fenomena ini biasa disebut dengan Fenomena homonimi terlihat pula
homonimi. dalam bahasa Kepulauan Tukang Besi
Homonimi merupakan salah satu Dialek Kaledupa. Keberagaman kosakata
kajian dalam semantik. Aminuddin dalam bahasa Kepulauan Tukang Besi
(2008:124) memaparkan bahwa homonimi Dialek Kaledupa memperlihatkan fungsinya
ialah beberapa kata yang memiliki bentuk sehingga memungkinkan setiap orang untuk
ujaran yang sama, tetapi memiliki makna menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
berbeda-beda. Keraf (2009:36) memberikan fisik dan lingkungan sosial yang
definisi singkat bahwa homonimi adalah memungkinkan setiap orang untuk
dua kata atau lebih, tetapi memiliki bentuk mempelajari kebiasaan, adat istiadat,
yang sama. kebudayaan serta latar belakang masing-
Homonimi bukan hanya terdapat masing. Bahasa Kepulauan Tukang
dalam bahasa Indonesia, tetapi terdapat pula Besiadalah bahasayang digunakan oleh
dalam bahasa Daerah. Sutedi (2003) masyarakat di Kabupaten Wakatobi.
mengemukakan bahwa setiap bahasa daerah Kabupaten Wakatobi merupakan akronim
sering ditemukan hubungan antarmakna dari empat gugus pulau,yaitu Pulau Wangi-
atau relasi semantik antara sebuah kata atau Wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan
satuan bahasa lainnya. Semantik memegang Pulau Binongko. Bahasa Kepulauan Tukang
peranan penting dalam berkomunikasi Besi merupakan bahasa yang digunakan
karena bahasa memiliki fungsi dan tujuan oleh penduduk asli Wakatobi. Bahasa
untuk digunakan dalam berkomunikasi tersebut merupakan bahasa pertama atau
dalam menyampaikan suatu makna. Seperti bahasa Ibu. Kedudukan bahasa Wakatobi
seseorang yang menyampaikan suatu ide sangat penting dalam kehidupan masyarakat
dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan Wakatobi karena dominan masyarakatnya
bicara mampu untuk memahami apayang masih kental menggunakan bahasa Ibu
disampaikan. mereka. Penggunaan bahasa Wakatobi
Keberagaman bahasa daerah di selalu dijumpai penggunaannya dalam ranah
Indonesia merupakan warisan turun temurun keluarga, lingkungan masyarakat, maupun
oleh nenek moyang kita. Hal tersebut lingkungan kerja (sekolah dan kantor).
tercantum dalam Undang-Undang Republik Suku Wakatobi adalah suatu suku asli
Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 pada Bab yang terdapat di Kabupaten Wakatobi
1, pasal 1, ayat 6 yang berbunyi “Bahasa Sulawesi Tenggara. Suku Wakatobi
daerah adalah bahasa yang digunakan secara mencapai persentase 90% dari total jumlah
turun temurun oleh warga negara Indonesia penduduk Kabupaten Wakatobi sebesar
di daerah-daerah di wilayah Negara 90.000 orang. Suku Wakatobi hampir
Kesatuan Republik Indonesia”. Bahasa seluruhnya adalah pemeluk agama
daerah perlu dilestarikan. Anjuran ini Islam.Agama Islam masuk ke dalam
tertuang dalam Undang-Undang Republik kalangan suku Wakatobi diperkirakan sejak
Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 pada Bab beberapa abad yang lalu. Terlihat dengan
III, pasal 42, ayat 1 yang berbunyi berdirinya bangunan-bangunan masjid dan
“Pemerintah daerah wajib mengembangkan, musala di desa-desa pemukiman suku
membina, dan melindungi bahasa dan sastra Wakatobi.
daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan Bahasa Kepulauan Tukang Besi
fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat Dialek Kaledupa memperlihatkan fenomena
sesuai dengan perkembangan zaman dan homonimi, yaitu terdapat kata yang berkelas
110
Homonim Bahasa Kepualauan …. (Susiati)
kata verba berhomonimi dengan kata yang Kepulauan Tukang Besi Dialek Kaledupa
berkelas kata nomina, nomina dengan Kabupaten Wakatobi” (2017).
nomina, adjektiva dengan adverbia dan Berdasarkan uraian di atas, maka
sebagainya. fokuspenelitian ini adalah bagaimanakah
Salah satu contoh temuan dalam wujud kelas kata yang berhomonimi dalam
penelitian ini adalah kata verba hu’u (beri) bahasa Kepulauan Tukang Besi Dialek
berhomonim dengan nomina hu’u (pohon). Kaledupa Kabupaten Wakatobi? Tujuan
Contoh dalam kalimat adalah penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan wujud kelas kata yang
a. U hu’u te ye’e? berhomonimi dalam bahasa Kepulauan
(kamu beri untuk siapa?) Tukang Besi Dialek Kaledupa Kabupaten
b. Hu’u nu kau iso no tobangkamo Wakatobi.
(pohon kayu itu sudah tumbang) Manfaat yang diharapkan dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut (1)
Kedua contoh kalimat di atas terlihat Sebagai sarana pemahaman masyarakat
adanya kata yang tulisan dan pelafalannya terhadap kata-kata yang berhomonimi di
sama, tetapi maknanya berbeda. Kata hu’u Pulau Kaledupa demi pelestarian dan
pada kedua kalimat di atas bersifat dua pemertahanan bahasa daerah Kepulauan
arah.Kalimat pertama yang ditandai dengan Tukang Besi Dialek Kaledupa; (2)Sebagai
kata hu’u merupakan kelas kata verba yang alat atau media sosialisasi dalam upaya
bermakna “beri”, sedangkan kalimat kedua pembinaan dan pengembangan Bahasa
ditandai pula dengan kata hu’u merupakan Kepulauan Tukang Besi Dialek Kaledupa
kelas kata nomina yang bermakna “pohon”. pada masyarakat Pulau Kaledupa.
Kehomoniman suatu kata merupakan hal
yang sah. Artinya, kesamaan tulisan dan LANDASAN TEORI
pelafalan suatu kata adalah hal yang dialami Semantik
juga oleh bahasa-bahasa lain. Makna suatu Semantik memegang peranan penting
kata yang berhomonimi akan terlihat setelah dalam berkomunikasi. Disebabkan bahasa
disisipkan dalam suatu kalimat dengan memiliki fungsi dan tujuan untuk digunakan
konteks yang berbeda-beda. dalam berkomunikasi dalam menyampaikan
Penelitian ini bertumpu pada suatu makna (Sutedi, 2003:2). Seperti
pengategorian wujud kelas kata yang seseorang yang menyampaikan suatu ide
berhomonimi dalam bahasa Kepulauan dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan
Tukang Besi Dialek Kaledupa di Kabupaten bicara mampu untuk memahami apa yang
Wakatobi. disampaikan.
Sudah banyak literatur khusus
tentangbahasa Kaledupa, sehingga dapat Relasi Makna
menunjang peneliti untuk meneliti topik lain Relasi makna artinya hubungan
yang berkaitan dengan bahasa Kepulauan semantik yang terdapat antara satuan bahasa
Tukang Besi Dialek Kaledupa.Beberapa yang satu dengan satuan bahasa
penelitian yang relevan dengan penelitian lainnya.Satuan bahasa dapat berupa kata,
ini, yakni Rafiati (2016) “Preposisi Bahasa frasa, maupun kalimat; dan relasi semantik
Kepulauan Tukang BesiDialek Kaledupa”; itu dapat menyatakan kesamaan makna.
Wa Ode Salmiani Nur (2015) “Tipe- Relasi makna biasanya dibicarakan antara
tipeSemantik Bahasa Kepulauan Tukang lain sinonim, antonim, polisemi, homonimi,
Besi Dialek Kaledupa. Nadir La Djamudi hiponimi, ambiguiti, dan redundansi
(2009) “Deskripsi Fonem Bahasa Keledupa (Suparmin, dkk, 2014).
di Kepulauan Tukang Besi Kabupaten Dalam relasi makna ditemukan dua
Wakatobi” dan “Sistem Reduplikasi Bahasa istilah, yakni homonim dan polisemi. Kedua
istilah tersebut sering ditumpahtindihkan
111
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 109—123
112
Homonim Bahasa Kepualauan …. (Susiati)
(tebu), dan juga kata ‘buku’yang berarti berdasarkan salah satu komponen makna
“tulang atau persendian.” Semua itu yang dimiliki kata atau makna satuan ucap.
mempunyai makna yang berbeda-beda, Polisemi berkaitan dengan kata atau frasa
meskipun bentuk dan ucapannya sama. yang memiliki beberapa makna yang
Untuk dapat mengidentifikasi berhubungan. Di dalam penyusunan kamus,
homonimi dapat dilakukan dengan beberapa kata yang berhomonimi muncul sebagai
cara, yaitu: lema (entri) yang terpisah, sedangkan kata
1. Pahami etimologi atau asal muasal yang berpolisemi muncul sebagai satu lema,
kata tetapi dengan beberapa penjelasan.
2. Pahami konteks pemakaian Contoh kata kepala dapat diartikan
kata/prinsip perluasan kata bermacam-macam walaupun arti utama
3. Pahami makna dasar atau makna inti kepala adalah bagian tubuh manusia yang
dari kata. ada di atas leher. Contohnya kata kepala
Adapun ciri-ciri homonimi sebagai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berikut. muncul sebagai satu lema, tetapi dengan
1. Berupa dua kata atau lebih beberapa penjelasan seperti berikut.
2. Tidak ada hubungan makna Ke.pa.la n 1bagian tubuh dari leher ke
3. Digunakan secara denotatif atas seperti pada manusia
atau hewan
2
Jenis-jenis Homonim pimpinan atau ketua
3
a. Homofon bagian dari sesuatu yang
Homofon artinya pertalian antara dua terletak di atas atau depan
kata atau lebih yang sama pengucapannya, yang merupakan bagian
tetapi maknanya berbeda. yang terpenting atau utama
Contoh: Perhatikan contoh penggunaan kata
(1) Bang Ali baru saja menyimpan kepala dalam kalimat.
uangnya di bank. (1) Kepala sekolah akan memimpin
(2) Hakim menjadi sangsi untuk rapat komite
memberikan sanksi kepada (2) Kepala adik terbentur tembok
terdakwa. (3) Kepala kerta tu sudah tampak tua
113
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 109—123
3. Digunakan secara konotatif kecuali kata) atau merupakan satu kata dengan
kata induknya makna lebih dari satu, tetapi masih
Aminudin (2008) dalam bukunya berhubungan. Studi tentang hubungan dan
‘Semantik’ mengambil pendapat Ullman perbedaan antara homonimi dan polisemi
mengenai unsur yang menyebabkan menuntut studi semantik secara historis
terjadinya polisemi, yaitu (1) spesifikasi (diakronis) dan studi semantik secara
dalam ilmu pengetahuan; (2) spesialisasi sinkronis (Parera, 1990).
pemakaian dalam kehidupan sosial- Jika dua ujaran kata yang sama
masyarakat yang beraneka ragam;(3) bunyinya dan atau sama ejaannya telah
pemakaian dalam gaya bahasa; dan (4) diketahui berasal dari sumber bahasa yang
dalam tuturan lisan maupun penulisan yang berbeda, maka dua kata yang ejaan dan
salah. lafalnya sama itu disebut homonimi. Ini
berarti jika melakukan satu studi semantik
Perbedaan Homonimi dan Polisemi secara historis. Misalnya, kata buku dalam
Perbedaan homonimi dan polisemi bahasa Indonesia masih dapat dibedakan
terlihat dari pengertian dan ciri-cirinya yang atas dua sumber asal, maka dapat dikatakan
telah diulas sebelumnya. Dua relasi makna ada homonim: ‘buku I’ adalah kata
tersebut kadang-kadang menimbulkan Indonesia asli bermakna ‘tulang sendi;
masalah dalam pemaknaan. Parera (1990) bagian yang keras pada pertemuan dua ruas’
mengatakan bahwa masalah yang muncul dan ‘buku II’ yang berasal dari bahasa
dalam relasi makna homonimi dan polisemi Belanda yang bermakna ‘beberapa helai
adalah kapan dikatakan atau ditentukan dua kertas yang telah terjilid untuk ditulisi atau
kata berhubungan secara homonimi dan telah berisi tulisan’.
kapan dua kata itu masuk dalam relasi Palmer (1990) memberikan beberapa
polisemi. kemungkinan jawaban tentang apakah
Perlu diketahui bahwa homonimi dan ujaran itu homonimi atau polisemi.
polisemi tumbuh oleh faktor kesejarahan kemungkinan-kemungkinan jawaban itu
dan faktor perluasan makna (Djajasudarma, dapat berupa (1) penelusuran etimologi; jika
2009). Jadi keduanya tumbuh sesuai dengan ditemukan ujaran itu berasal dari dua
perkembangan masyarakat bahasa itu sumber yang berbeda, maka ujaran itu
sendiri. Keduanya memiliki hubungan yang dianggap sebagai homonimi; dalam kamus
sangat erat karena polisemi dapat saja ujaran itu diperlakukan sebagai dua entri;
menjadi penyebab terjadinya homonimi atau sedangkan jika tidak ditemukan sumber
sebaliknya homonimi justru menyebabkan yang berbeda atau berasal dari satu sumber
adanya polisemi (Aminudin, 2008). (walaupun maknanya berbeda), ujaran itu
Homonimi ialah dua ujaran dalam diperlakukan sebagai polisemi; (2)
bentuk kata yang sama lafalnya dan atau kemungkinan kedua ialah penelitian apakah
sama ejaannya/tulisannya. Polisemi adalah ujaran dan bentuk kata itu dipergunakan
satu ujaran dalam bentuk kata yang dalam makna harfiahnya dan dalam makna
mempunyai makna berbeda-beda, tetapi metaforis; dalam hal ini kita akan dapat
masih ada hubungan dan kaitan antara meramalkan polisemi daripada homonimi;
makna-makna yang berlainan tersebut (3) usaha yang ketiga untuk menentukan
(Parera, 1990). polisemi atau homonimi ialah mencari
Sebagaimana telah diungkapkan sebuah makna inti; memang sulit untuk
masalah homonimi dan polisemi di atas, menentukan makna inti dan makna bukan
adapula masalah yang tengah dihadapi inti; (4) usaha yang keempat ialah
dalam membedakan kedua relasi makna melakukan uji ambiguitas (kedwimaknaan).
tersebut, yakni bagaimana cara menentukan
bahwa satu bentuk ujaran dalam bentuk kata
merupakan homonim (jadi seharusnya dua
114
Homonim Bahasa Kepualauan …. (Susiati)
115
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 109—123
116
Homonim Bahasa Kepualauan …. (Susiati)
117
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 109—123
118
Homonim Bahasa Kepualauan …. (Susiati)
(c) Ragamo tegoraú ƃoka na no ƃoka sama tampak juga pada contoh 2 (c) kata
kita yang berhomonimi, yaitu kata ƃoka. Kata
(tinggal telur busuk yang dia sisakan ƃoka mempunyai tiga makna, yakni ƃoka I
kita) yang bermakna sisa (nomina), ƃoka II yang
bermakna telur busuk (nomina), dan ƃoka III
Contoh 2 (a) terdapat dua kata poso yang berarti seserahan seorang lelaki
yang digunakan dalam kalimat yang sama. kepada calon istrinya yang bisa berupa
Kata poso mempunyai dua makna, yakni ayam atau makanan (nomina). Kata ƃoka
poso I yang bermakna kelapa yang sudah termasuk homonimi karena antara kata ƃoka
tua (nomina) dan poso II yang bermakna I, ƃoka I, dan ƃoka III tidak memiliki
mampus (nomina), termasuk homonimi hubungan makna.
karena antara kata poso I dan kata poso II
tidak memiliki hubungan makna.Terlihat c. Verba Berhomonimi dengan
pula pada contoh 2 (b), yakni kata temba Adjektiva
yang memiliki dua makna, yakni temba I Homonimi dalam bahasa Kepulauan
yang bermakna senapan (nomina) dan Tukang Besi Dialek Kaledupa terlihat pula
temba II yang berarti teras rumah (nomina). pada kata yang berkelas kata verba yang
Kata temba termasuk homonimi karena berhomonimi dengan kelas kata adjektiva.
antara temba I dan temba II tidak Perhatikan contoh data berikut.
mempunyai hubungan makna. Hal yang
Data M1 M2 Kelas Kata
M1 M2
Buri Tulis Warna belang Verba Adjektiva
Pake Pakai Sikap/karakter Verba Adjektiva
Contoh 3 contoh kalimat di atas termasuk homonimi
karena antara kata buri I dan buri II tidak
(a) Anne kuburi di kapeo, nomai na mia memiliki hubungan makna. Pada contoh 3
mosafu tekadole kene kaƌola buri (b), yakni kata pake yang memiliki dua
mia atu’e makna, yakni kata pake I bermakna pakai
(saya masih menulis kemarin, datang yang berkelas kata verbadan kata pake II
orang yang menyabung ayam dengan bermakna sikap/karakter yang berkelas kata
ayam belang-belang itu) adjektiva. Kata pake termasuk homonimi
(b) Pake’e na pake leama kua mia karena antara kata pake I dan kata pake II
(pakailah sikap yang baik kepada tidak memiliki hubungan makna.
orang lain)
d. Verba Berhomonimi dengan Nomina
Contoh 3 (a) terdapat dua kata Homonim dalam bahasa Kepulauan
buriyang digunakan dalam kalimat yang Tukang Besi Dialek Kaledupa terlihat pula
sama. Kata buri mempunyai dua makna, pada kata yang berkelas kata verba yang
yakni kata buri I bermakna tulisyang berhomonimi dengan kelas kata nomina.
berkelas kata verba dan kata buri II yang Perhatikan contoh data berikut.
bermakna warna belang-belang yang
berkelas kata adjektiva. Kata buripada
Data M1 M2 Kelas Kata
M1 M2
Huú Beri Pohon Verba Nomina
Koho Potong Burung bangau Verba Nomina
Tompa Loncat/lompat Teras rumah Verba Nomina
Contoh 4 (a) Huú ako te mia di lepe iso na huú
nukau atué
119
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 109—123
120
Homonim Bahasa Kepualauan …. (Susiati)
tungku/kompor
ita I bermakna lihat (verba) dan kata ita I
bermakna jaga (verba). Kata ita termasuk
homonimi karena antara kata ita I dan kata
ita II tidak memiliki hubungan makna.
Terlihat pula pada contoh 5 (b), yakni kata
langke yang memiliki dua makna, yakni kata
langke I bermakna berangkat (verba) dan
Contoh 6 kata langke II bermakna menurunkan panci
dari tungku atau kompor (verba). Kata
(a) U ita’e namia u mitate kenta di ana langke termasuk homonimi karena antara
baái? kata langke I dan kata langke II tidak
(kamu lihat orang yang jaga ikan di memiliki hubungan makna.
sini tadi?)
(b) Ara boua kulangke ilange, langke’e g. Verba Berhomonimidengan Adverbia
na kekeru mina ƌi ƌalika. Dalam bahasa Kepulauan Tukang
(kalau saya berangkat besok, Besi Dialek Kaledupa fenomena homonim
turunkan panci dari tungku) terlihat pula pada kata yang berkelas kata
verba yang berhomonim dengan kelas kata
Contoh 6 (a) terdapat dua kata ita adverbia. Perhatikan contoh data berikut.
yang digunakan dalam kalimat yang sama.
Kata ita mempunyai dua makna, yakni kata
Data M1 M2 Kelas Kata
M1 M2
Pisi Pencet/tekan Sangat Verba adverbia
Contoh 7
(a) Pisié mempisi na tombolno atué h. Patikel Berhomonimidengan Nomina
(pencet dengan keras tombolnya itu) Dalam bahasa Kepulauan Tukang
Besi Dialek Kaledupa fenomena homonimi
Contoh 7 (a) terdapat dua kata terlihat pula pada kata yang berkelas kata
pisiyang digunakan dalam kalimat yang partikel yang berhomonimi dengan kelas
sama. Kata pisi mempunyai dua makna, kata nomina. Perhatikan contoh data berikut.
yakni kata pisi I bermana pencet/tekan
(verba) dan kata pisi II bermakna sangat
(adverbia). Kata pisi termasuk homonimi
karena antara kata pisi I dan kata pisi II
tidak memiliki hubungan makna.
Data M1 M2 Kelas Kata
M1 M2
Kene Dengan Teman Partikel Nomina
Ara Kalau Arak Partikel Nomina
Mia Yang Orang Partikel Nomina
Contoh 8 (bersikap baik yang membuat orang
(a) Ƌi nggafi kufila-fila kenekene. senang)
(kemarin saya jalan-jalan dengan
teman) Contoh 8 (a) terdapat dua kata kene
(b) Ara di iso anne na ara? yang digunakan dalam kalimat yang sama.
(kalau di sana ada minuman arak?) Kata kene mempunyai dua makna, yakni
(c) Sai leama mia nosannaa na mia kata kene I bermakna dengan
121
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 109—123
122
Homonim Bahasa Kepualauan …. (Susiati)
123
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 125—138
Risman Iye
Universitas Iqra Buru
Jl. Prof. Dr. H. A.R. Basalamah No. 20, Namlea-Kab. Buru
Pos-el: rismaniye@gmail.com
(Diterima: 25 April 2018; Direvisi: 13 Mei 2018 Mei 2018; Disetujui: 5 Juni 2018)
Abstract
The variation of emotional utterances of the demonstrators rose the negative public attachments to
the demonstration. This study aimed to explain: the form and type of emotional speech of Baubau City students
in the realdemonstration. This research wa qualitative research. The Sampling were taken purposively. Oral
data was collected by using the free-of-cognate method, documentation techniques, and notes. Data were
analyzed with Searle's speech-actg theory and Goleman's theory. The result of the research showed that the
form and type of emotional speech of Baubau city students in demonstration were four: words, phrases,
sentences and idoms. Meanwhile, the types of emotional speech of Baubau City students in demonstration were
anger, sadness, fearlessness, pleasure, and annoyance.
Keywords: emotions, students, demontsration.
Abstrak
Variasi tuturan emosi para demonstran memunculkan prasangka negatif masyarakat terhadap
demonstrasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan: bentuk dan jenis tuturan emosi mahasiswa
Kota Baubau dalam ranah demonstrasi; Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Pengambilan
sampel dilakukan secara purposif. Data lisan dikumpullkan menggunakan metode simak bebas cakap, teknik
dokumentasi, dan catat. Data dianalisis dengan teori tindak tutur Searle dan teori Goleman. Hasil penelitian
menunjukan bahwa bentuk tuturan emosi mahasiswa kota Baubau dalam ranah demonstrasi ada empat, yaitu
kata, frasa, kalimat dan ungkapan Selanjutnya, jenis tuturan emosi mahasiswa Kota Baubau dalam ranah
demonstrasi, yakni kemarahan, kesedihan, ketakutan, kenikmatan, dan kejengkelan.
Kata-kata Kunci: tuturan emosi, mahasiswa, demostrasi
PENDAHULUAN
Bahasa yang dihasilkan oleh kebudayaan, serta latar belakang
seseorang akan selalu menjadi cerminan antarpeserta komunikasi masing-masing.
pribadi, derajat sikap, watak atau karakter Melalui bahasa pula, seseorang dapat
mental spiritualnya. Oleh karena itu, bahasa mengungkapkan emosinya, baik emosi
dipandang sebagai identitas yang nyata bagi positif maupun emosi negatif. Salah satu hal
penutur-penuturnya. Kata atau bahasa yang yang berhubungan dengan pengungkapan
digunakan oleh seseorang dalam berturtur emosi negatif, yaitu makian.
disebut dengan istilah pragmatik. Levinson Kata-kata makian sering ditemukan
dalam Tarigan (1990), bahasa mempunyai dalam demontrasi karena mahasiwa
peranan penting dalam kehidupan manusia. cenderung menggunakan bahasa yang kasar
Selain sebagai media komunikasi, bahasa dan tidak ditutup-tutupi. Salah satu bentuk
juga dapat digunakan seseorang untuk pemakaian tuturan emosi ini banyak
mengekspresikan dirinya dan segala hal ditemukan di Kota Baubau.Misalnya tuturan
yang dirasakan untuk diungkapkan kepada para demonstran, yaitu selamat malamKota
orang lain. Menurut Chaer (2012), dengan Baubau.Kata ini apabila diucapkan saat
bahasa memungkinkan tiap orang untuk malam hari tentu tidak dikatakan sebagai
mempelajari kebiasaan, adat istiadat, emosi karena diucapkan sesuai dengan
125
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 125—138
keadaan sebenarnya namun apabila kata berbeda pula. Dengan kata lain, arti dari
tersebut diucapkan siang hari dengan mimik sebuah kata harus disesuaikan dengan
merah dan suara lantang tentu memiliki konteks kalimatnya. Yule (2014),
makna lain bahkan bisa dikatakan sebagai menjelaskan pragmatik adalah studi tentang
emosi. Contoh lain juga pada kata makna yang disampaikan oleh penutur
bantingarti kata banting pada bidangnya (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar
tentu terasa biasa. Kalau orang sedang (pembaca) pendengar berusaha menafsirkan
membicarakan soal-soal ekonomi, tentu tuturan penutur sehingga akan diperoleh
artinya adalah memurahkan harga, dan makna, maksud, tujuan dari penutur. Setelah
apabila diucapkan oleh pemain judo pendengar mengetahui maksud penutur
tentulah banting berarti mengangkat maka akan diketahui jenis tindakan yang
seseorang dan menjatuhkan dengan cepat. harus dilakukan oleh pendengar. Untuk itu
Jadi dapat dikatakan bahwa dalam ilmu yang menjadi pusat perhatian pragmatik
prgmatik pemakain bahasa terikat dengan adalah maksud penutur yang terdapat
konteks. dibalik tuturan yang diutarakan.
Sebagai makhluk hidup, manusia Seiring perkembangan waktu dalam
tentunya tidak lepas dari emosi, baik emosi dunia mahasiswa seringkali kita temukan
positif maupun emosi negatif. Menurut beragam kebiasaan yang tidak terlepas,
Goleman (dalam Susiati, 2017), emosi yaitu demonstrasi yang mana kegiatan ini
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran- merupakan aksi menyampaikan aspirasi di
pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan tempat umum dengan maksud dan tujuan
psikologis serta serangkaian kecenderungan menyuarakan segala macam kebijakan-
untuk bertindak. Emosi positif adalah kebijakan yang diambil oleh pemegang
ungkapan jiwa seseorang untuk menyatakan otoritas (pemimpin atau penguasa) yang
perasaan senang atau gembira. Sebaliknya, tidak prorakyat. Dalam menyampaiakan
emosi negatif adalah ungkapan jiwa aspirasinya orang yang berdemostrasi
seseorang untuk menyatakan perasaan sakit memakai bahasa sebagai perantara dengan
hati, marah, kecewa, sedih, terkejut, kesal, wujud formal hal ini didukung pula
dan sebagainya yang dapat diungkapkan pendapat Rahardi (2005), wujud tuturan
melalui bahasa. Hal ini dipertegas pula oleh adalah jenis atau ragam tuturan yang
Khodijah (2006) bahwa emosi negatif digunakan seorang penutur dalam
didasari oleh terhalangnya keinginan, menyampaikan pesan kepada mitra tutur. Di
sehingga bisa menyebabkan frustasi. Dalam setiap negara demokrasi termasuk Indonesia
menyampaikan maksudnya atau segala bentuk aspirasi rakyat bisa
mengungkapkan emosinya itu, manusia disampaiakan secara bebas dan terbuka.
menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Menurut Savero (2008), demonstrasi adalah
Pemakaian tuturan emosi tidak tindakan untuk menyampaikan penolakan,
terlepas dari beberapa hal yang kritik, ketidakberpihakan, mengajari hal-hal
memengaruhinya yaitu latar atau suasana. yang dianggap sebuah penyimpangan.
Keterkaitan penggunaan bahasa dengan Terlepas dari semua itu seringkali peserta
konteks (situasi tutur) yang menyertai demonstrasi dalam menyampaikan
bahasa tersebut merupakan salah satu hal aspirasinya cenderung menggunakan tuturan
yang menarik dalam kajian pragmatik emosi dalam isi penyampaiannya. Dalam
menurut Baskoro (2014), pragmatik setiap tuturan terlihat penggunaan piranti
mengkaji struktur bahasa secara eksternal, linguistik yang mewujudkan suatu
yakni bagaimana satuan kebahasaan tuturan,termasuk tuturan emosi dalam ranah
digunakan di dalam berkomunikasi. demonstrasi. Bentuk tuturan emosi dalam
Penggunaan bahasa dalam percakapan ranah demonstrasi dapat berwujud kata,
sehari-hari kadang-kadang mengandung frasa, kalimat, maupun ungkapan yang di
makna yang berbeda dalam konteks yang
126
Tuturan Emosi Mahasiswa …. (Risman Iye)
dalamnya disesuaikan dengan jenis tuturan penerapannya tindak tutur digunakan oleh
emosi yang terungkapkan. beberapa disiplin ilmu. Adapun pengertian
Tujuan penelitian ini, yaitu tindak tutur yang dikemukakan oleh para
menganalisis bentuk dan jenis tuturan emosi ahli bahasa, antara lain Austin, Searle,
mahasiswa Kota Baubau dalam ranah Chaer, dan Tarigan.
demonstrasi. Austin (dalam Rusminto, 2010)
pertama kali mengemukakan istilah tindak
LANDASAN TEORI tutur. Austin mengemukakan bahwa
aktivitas bertutur tidak hanya terbatas pada
Pragmatik penuturan sesuatu, tetapi juga melakukan
Levinson (dalam Nababan, 1987) sesuatu atas dasar tuturan itu. Pendapat
menyatakan bahwa pragmatik memiliki dua Austin ini didukung oleh Searle (dalam
pengertian, pertama kajian dari hubungan Rusminto, 2010) dengan mengatakan bahwa
antara bahasa dan konteks yang mendasari unit terkecil komunikasi bukanlah kalimat,
penjelasan dari pengertian bahasa. melainkan tindakan tertentu, seperti
Pengertian bahasa menunjukkan kepada membuat pernyataan, pertanyaan, perintah,
fakta bahwa untuk mengerti suatu ungkapan dan permintaan.
atau ujaran bahasa yang diperwakilkan oleh Berdasarkan uraian beberapa tokoh
pengetahuan di luar makna kata dan di atas dapat disimpulkan bahwa tindak
hubungannya dengan konteks pemakainya. tutur adalah suatu ujaran yang mengandung
Kedua, kajian tentang kemampuan tindakan sebagai suatu fungsional dalam
pemakaian bahasa mengaitkan kalimat- komunikasi yang mempertimbangkan aspek
kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai situasi tutur.
bagi kalimat-kalimat itu.
Menurut Leech (1993), pragmatik Situasi Tutur
adalah studi tentang makna dalam Situasi tutur adalah situasi yang
hubungannya dengan situasi ujar (speech melahirkan tuturan. Pernyataan ini sejalan
situations). Pragmatik diperlukan dengan dengan pandangan bahwa tuturan
menganalisis makna yang dipertuturkan merupakan akibat, sedangkan situasi tutur
antara penutur disesuaikan dengan situasi merupakan sebabnya. Di dalam komunikasi
ujar. tidak ada tuturan tanpa situasi tutur. Situasi
Hal senada juga di ungkapkan oleh tutur sangat penting di dalam pragmatik.
Gusnawaty (2011) pragmatik berfokus Maksud tuturan yang sebenarnya
utama pada dua kunci, yakni penggunaan hanya dapat diidentifikasi melalui situasi
bahasa dan konteksnya; dan makna yang tutur yang mendukungnya. Rustono (1999)
ditimbulkan akibat interaksi sosial yang menyatakan bahwa tidak selamanya tuturan
bergantung pada hubungan solidaritas atau itu secara langsung menggambarkan makna
jarak antara interlokutor. Cahyono (1995) yang dikandung oleh unsur-unsurnya.
menyatakan bahwa pragmatik merupakan Rahardi (2002) membagi aspek-
cabang ilmu bahasa yang mempelajari aspek situasi tutur menjadi lima macam,
tentang makna yang dikehendaki oleh yaitu:
penutur, pendapat tersebut lebih 1) Penutur dan lawan tutur
menekankan pada makna yang dikehendaki Penutur dan lawan tutur di dalam
penutur. beberapa literatur, khususnya dalam Searle
(dalam Rustono, 1999) lazim dilambangkan
Tindak Tutur dengan S (speaker) yang berarti pembicara
Tindak tutur (speech art) merupakan atau penutur, dan H (hearer) yang dapat
unsur pragmatik yang melibatkan diartikan pendengar atau mitra tutur.
pembicara, pendengar atau penulis pembaca Lambang S dan H itu tidak semata-mata
serta yang dibicarakan. Dalam hanya dengan sendirinya membatasi
127
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 125—138
cakupan pragmatik hanya pada bahasa faktor linguistik juga ditentukan oleh
ragam lisan saja, melainkan dapat mencakup faktor-faktor yang bersifat
ragam bahasa tulis. nonlinguistik.Pandangan tersebut beralasan
2) Konteks tuturan bahasa merupakan bagian yang tidak
Konteks tuturan telah diartikan terpisahkan dari sistem sosial. Menurut
beragam oleh para linguis. Konteks dapat Poedjosoedarmo (dalam Rahardi, 2002)
mencakup aspek-aspek tuturan yang relevan faktor luar bahasa (extra linguistic) yang
baik secara fisik maupun nonfisik. Konteks dikatakan sebagai penentu penggunaan
dapat pula diartikan sebagai semua latar bahasa dalam bertutur dapat disebut sebagai
belakang pengetahuan yang diasumsikan komponen tutur (component of speech).
sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur Setiap tuturan atau ujaran manusia dalam
serta yang mendukung interpretasi mitra berkomunikasi selalu berkaitan erat dengan
tutur atas apa yang dimaksudkan penutur komponen tutur. Namun, tidak semua
dalam proses bertutur. komponen tutur muncul sekaligus dalam
sebuah tuturan. Hal ini disebabkan setiap
3) Tujuan tuturan komponen tutur tersebut memiliki peran dan
Tujuan tuturan berkaitan erat dengan fungsi yang berbeda dalam membentuk
bentuk tuturan seseorang. Dikatakan sebuah tuturan.
demikian karena pada dasarnya tuturan itu Sejalan dengan masalah yang diteliti,
terwujud karena dilatarbelakangi oleh dipakai dasar penelitian yang menyatakan
maksud dan tujuan tutur yang jelas dan bahwa wujud ujaran (speech) atau tuturan
tertentu sifatnya. Secara pragmatik, suatu (utterance)itu ditentukan dan dipengaruhi
bentuk tutur dapat memiliki maksud dan oleh beberapa faktor. Hymes (dalam Chaer,
tujuan tutur dapat diwujudkan dengan 2012) membuat formulasi tentang faktor-
bentuk tuturan yang berbeda-beda. faktor penentu sebuah tuturan yang apabila
huruf-huruf pertamanya dirangkaikan
4) Tuturan sebagai tindakan menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan
Tuturan sebagai bentuk tindakan faktor tersebut yaitu:
atau aktivitas merupakan bidang yang 1) Setting berkenaan dengan waktu dan
ditangani pragmatik karena pragmatik tempat tutur berlangsung, sedangkan
mempelajari tindak yang terdapat dalam scene mengacu pada situasi tempat
situasi tutur tertentu. Dapat dikatakan bahwa dan waktu, atau situasi psikologis
yang dibicarakan dalam pragmatik bersifat pembicaraan.
konkret karena jelas keberadaan siapa
peserta tuturannya, di mana tempat 2) Participants adalah pihak-pihak yang
tuturannya, kapan waktu tuturannya, dan terlibat dalam tuturan. Misalnya,
seperti apa konteks situasi tuturnya secara pembicara dan pendengar, penyapa
keseluruhan. dan pesapa, atau pengirim dan
penerima (pesan). Status sosial
5) Tuturan sebagai produk tindak verbal partisipan sangat menentukan ragam
Tuturan dapat dipandang sebagai bahasa yang digunakan petutur.
produk tindak verbal karena pada dasarnya
tuturan yang ada dalam sebuah pertuturan 3) Ends merujuk pada maksud dan tujuan
itu adalah hasil tindak verbal para peserta pertuturan. Peristiwa tutur yang
tutur dengan segala pertimbangan konteks terjadi di ruang pengadilan
yang melingkupi dan mewadahinya. bermaksud untuk menyelesaikan
suatu kasus perkara; namun, para
Komponen Tutur partisipan di dalam peristiwa tutur itu
Pemakaian bahasa dalam mempunyai tujuan yang berbeda.
komunikasi, selain ditentukan oleh faktor- Jaksa ingin membuktikan kesalahan
128
Tuturan Emosi Mahasiswa …. (Risman Iye)
129
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 125—138
Marah adalah tindakan yang timbul mempertahankan hidup, seperti pada hewan.
dari dalam diri seseorang karena tekanan Akan tetapi, emosi juga berfungsi sebagai
dari perasaan. energizer atau pembangkit energi yang
3) Cinta memberikan kegairahan dalam kehidupan
Cinta adalah perasaan manusia manusia. Selain itu, emosi juga merupakan
sebagai pemenuhan kerinduan akan messenger atau pembawa pesan (Khodijah,
kesatuan. 2006).
Goleman (dalam Susiati,2017) Khodijah (2006) membagi tiga
mengemukakan beberapa jenis emosi yang macam fungsi emosi manusia, yaitu:
tidak jauh berbeda dengan ketiga tokoh di 1) Survival
atas, yaitu (a) Amarah adalah salah satu Survivaladalah sarana untuk
bentuk emosi yang di dalamnya meliputi mempertahankan hidup. Emosi memberikan
brutal, mengamuk, benci, marah besar, kekuatan pada manusia untuk membedakan
jengkel, kesal hati, terganggu, rasa dan mempertahankan diri terhadap adanya
pahit, tersinggung, bermusuhan, tindak gangguan atau rintangan. Adanya perasaan
kekerasan dan kebencian patologis; (b) cinta, sayang, cemburu, marah atau benci,
Kesedihan adalah salah satu bentuk emosi membuat manusia dapat menikmati dalam
yang di dalamnya meliputi pedih, sedih, kebersamaan dengan manusia lain.
muram, suram, melankolis, mengasihani
diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan 2) Energizer
depresi; (c) Rasa takut adalah salah satu Energizer yaitu sebagai pembangkit
bentuk emosi yang di dalamnya adalah energi. Emosi dapat memberikan manusia
cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, semangat dalam bekerja bahkan juga
ngeri, kecut, panik, dan fobia; (d) semangat untuk hidup. Contohnya perasaan
Kenikmatan adalah salah satu bentuk emosi cinta dan sayang. Namun, emosi juga dapat
yang di dalamnya adalah bahagia, gembira, memberikan dampak negatif yang membuat
ringan, puas, senang, terhibur, bangga, manusia merasakan hari-hari yang suram
takjub, terpesona, lega, dan girang; (e) Cinta dan nyaris tidak ada semangat untuk hidup.
adalah salah satu bentuk emosi yang di Contohnya perasaan sedih dan benci.
dalamnya meliputi penerimaan,
persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, 3) Messenger
rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan Messenger sebagai pembawa pesan.
kasih sayang; (f) Terkejut adalah salah satu Emosi memberitahu kita bagaimana
bentuk emosi yang meliputi takjub dan keadaan orang-orang yang ada di sekitar
terpana; (g) Jengkel adalah salah satu kita, terutama orang-orang yang kita cintai
bentuk emosi yang meliputi hina, jijik, dan sayangi. Sehingga kita dapat memahami
muak, mual, benci, dan tidak suka; (h) Malu dan melakukan sesuatu yang tepat dengan
adalah salah satu bentuk emosi yang kondisi tersebut.
meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, Berkaitan dengan itu, Goleman dan
menyesal, dan aib. Hammen (dalam Rakhmat, 2001)
Ekman (2008) mengemukakan menyebutkan empat fungsi emosi (a) Emosi
bahwa manusia memiliki enam emosi dasar, adalah pembangkit energi (energizer).
yaitu (a) fear atau takut, (b) anger atau Tanpa emosi, kita tidak sadar atau mati.
marah, (c) sadness atau sedih, (d) happiness Hidup berarti merasai, mengalami, bereaksi,
atau bahagia, (e) disgust atau jijik, dan (f) dan bertindak. Emosi membangkitkan dan
surprise atau terkejut. Emosi dasar ini memobilisasi energi kita, marah
dipercaya dimiliki oleh semua manusia dari menggerakkan kita untuk menyerang. Takut
budaya manapun juga. menggerakkan kita untuk berlari. Dan cinta
Bagi manusia, emosi tidak hanya mendorong kita untuk mendekat dan
berfungsi untuk survival atau sekadar untuk bermesraan; (b) Emosi adalah pembawa
130
Tuturan Emosi Mahasiswa …. (Risman Iye)
131
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 125—138
sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan konteks yang menyertainya memiliki dua
sebagai bentuk yang bebas; (b) satuan kemungkinan makna, yaitu makna denotasi
bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi di dan makna konotasi.
morfem tunggal atau gabungan morfem.
METODE PENELITIAN
2) Kata Kompleks Pendekatan dan Jenis Penelitian
Kata kompleks adalah kata yang Penelitian ini merupakan jenis
sudah mengalami proses morfologis. Kata penelitian deskriptif kualitatif dengan
tersebut dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu menggunakanpendekatan pragmatik.
(a) kata berimbuhan; (b) kata ulang; (c) kata Dengan demikian, pendeskripsian data
majemuk. Kata berimbuhan adalah kata penelitian ini berupa tuturan emosi
yang dibentuk dengan proses afiksasi, mahasiswa Kota Baubau dalam ranah
sedangkan kata ulang adalah kata yang demonstrasi dari segi bentuk dan jenis
dibentuk dengan proses reduplikasi. dengan menggunakan konsep-konsep teori
Menurut Kridalaksana (1993) kata majemuk yang dikembangkan oleh para ahli
adalah gabungan morfem dasar yang pragmatik. Pendekatan pragmatik digunakan
seluruhnya berstatus sebagai kata yang untuk menjelaskan penggunaan tuturan
mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan emosi dari aspek konteks atau situasi tutur.
semantik yang khusus menurut kaidah yang
bersangkutan. Sumber Data dan Jenis Data
Sumber data penilitian ini, yaitu
3) Bentuk Frasa empat bentuk demonstrasi mahasiswa Kota
Menurut Kridalaksana (2008) frasa Baubau 1) Peringatan hari buru; 2)
(phrase) adalah gabungan dua kata atau Perpanjangan izin prodi FKIP Universitas
lebih yang sifatnya tidak predikatif; Dayanu Ikhsanuddin; 3) Tuntutan janji
gabungan itu rapat dapat renggang; kampanye Ketua Yayasan Universitas
misalnya mafia uang, universitas elit. Dayanu Iksanuddin; 4) Aksi damai IMM.
Jenis data pada penelitian ini terbagi atas
4) Bentuk Kalimat dua, yaitu data primer dan data
Kalimat (sentence) adalah (a) satuan sekunder.Data primer adalah data yang
bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, diperoleh atau langsung dikumpulkan di
mempunyai pola intonasi final dan secara lapangan oleh orang yang melakukan
aktual maupun potensial terdiri atas klausa; penelitian. Jadi, dalam penelitian ini yang
(b) klausa bebas yang menjadi bagian menjadi data primer adalah seluruh tuturan
kognitif percakapan; satuan proposisi yang mahasiswa Kota Baubau pada saat
merupakan gabungan klausa atau berdemonstrasi, sedangkan data sekunder
merupakan satu klausa, yang membentuk adalah data yang dikumpulkan oleh orang
satuan yang bebas; jawabanminimal, yang melakukan penelitian dari sumber
seruan, salam, dan sebagainya; (c) yang telah ada.
konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu
atau lebih klausa yang ditata menurut pola Populasi dan Sampel
tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai Populasi merupakan jumlah
satu satuan (Kridalaksana, 2008). keseluruhan pemakaian bahasa tertentu yang
tidak diketahui batas-batasnya akibat dari
5) Ungkapan banyaknya yang memakai (dari ribuan
Ungkapan adalah gabungan dua kata sampai jutaan), lamanya pemakaian
atau lebih yang digunakan seseorang dalam (disepanjang hidup penutur-penuturnya),
situasi tertentu untuk mengiaskan suatu hal. dan luasnya daerah serta lingkungan
Ungkapan terbentuk dari gabungan dua kata pemakaian”. Ringkasnya populasi
atau lebih. Gabungan kata ini jika tidak ada pemakaian bahasa sama dengan jumlah
132
Tuturan Emosi Mahasiswa …. (Risman Iye)
133
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 125—138
134
Tuturan Emosi Mahasiswa …. (Risman Iye)
135
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 125—138
Dalam tuturan contoh (6) di atas Dari contoh (8) di atas tergambar
tampak tuturan emosi yang dituturkan oleh tuturan emosi rasa takut yang berbentuk
orator 1. Hal ini dapat dilihat dari tuturan kalimat deklaratif. Hal ini tampak melalui
Hari Buru adalah hari dimana semua tuturan karena jangan sampai yang kaya
rintihan para pekerja se-Indonesia makin kaya yang dituturkan oleh orator 3.
disuarakan. Kalimat tersebut merupakan Penutur menggunakan bentuk kalimat
kalimat deklatif yang mengandung jenis tersebut tidak sesuai dengan konteks sebab
emosi kesedihan. Pada konteks ini penutur kebenaran tuturannya hanya sebatas asumsi.
menggunakan bentuk kalimat tidak sesuai Hal ini digunakan oleh orator 3 sebagai
dengan keadaan sebenarnya karena kata bentuk kekhawatirannya terhadap nasib
kerja rintihan merupakan bentuk keluhan masyarakat Kota Baubau.
masyarakat yang didenotasikan oleh orator
1. Penutur menggunakan kalimat tersebut 4. Emosi Jengkel
sebagai bentuk kesedihannya terhadap nasib Berikut ini contoh analisis bentuk
buru yang kurang diperhatikan oleh kata, frasa, kalimat, dan ungkapan tuturan
pemerintah. emosi jengkel dalam ranah demonstrasi.
136
Tuturan Emosi Mahasiswa …. (Risman Iye)
orator 2, yaitu tetapi pengelolaannya yang berdasarkan hasil analisis data, penelitian ini
bobrok oleh para elit-elit politik yang menemukan.
kemudian menyebabkan masyarakat jauh 1. Bentuk kata pada jenis emosi tersebut
dari kata sejahtera. Piranti linguistik yang adalah, amarah (huforia, dihipnotis,
menjadi penandanya adalah frasa adjektiva cerita, juga, jadi dan ingat), kesedihan
para elit-elit politik yang mengandung jenis (mengharapkan, susah, dari, korban, dan
emosi Jengkel. Penutur memilih frasa biarlah), rasa takut (mengingatkan,
tersebut sesuai dengan konteks sebenarnya perhatikan, moga dan moga), dan jengkel
sebagai bentuk rasa jengkelnya terhadap (lagi-lagi, katanya, gobrok (goblok),
pemerintah yang dianggap tidak efisien bahkan, menuntut, konon, dan malah).
dalam mengelola sumber daya alam yang di
Kota Baubau. 2. Bentuk frasa dalam jenis emosi amarah,
yaitu rintihan rakyatmu, telah diporak-
5. Emosi Kenikmatan porandakkan, nyata kebohongan, nyata
Berikut ini contoh analisis bentuk korupsi, nyata penindasan, dan bosan
kalimat tuturan emosi kenikmatan dalam sekali. Wujud frasa dalam jenis emosi
ranah demonstrasi. kesedihan adalah saksi sejarah, bahkan
nihil, dan lagi-lagi solusi. Selanjutnya,
Contoh (11) bentuk frasa dalam emosi jengkel, yaitu
Orator 1 : Assalamu alaikum. Kita kembali kata sejahtera, buat apa, kalau toh, janji
mengumandangkan cerita ini lagi, dan ribuan orang.
setiap tahunnya untuk
mengingatkan kembali para 3. Bentuk kalimat dalam jenis emosi
pengambil kebijakan... amarah, yaitu ditandai dengan penanda
lingual kalimat interogatif, kalimat
Melalui contoh (1) di atas tampak deklaratif, dan kalimat imperatif. Bentuk
tuturan emosi yang dituturkan oleh orator 1. kalimat dalam jenis emosi kesedihan
Hal ini dapat dilihat pada tuturan di atas. adalah kalimat deklaratif (buru adalah
Piranti linguistik yang menjadi penandanya pekerja yang ihklas dengan niat
adalah kalimat deklaratif assalamu alaikum berusaha menghidupi sanak familinya
yang mengandung jenis emosi kenikmatan. bahkan rela menahan terik matahari
Kalimat tersebut mempunyai makna leksikal demi tercapainya tujuan hidup yang baik
sebagai ucapan salam kepada lawan bicara. dan (sebagai mahasiswa berikan kami
Penutur menggunakan bentuk kalimat solusi). Selanjutnya, bentuk kalimat
tersebut sebagai bentuk penghargaannya dalam emosi rasa takut (wahai rektor
kepada masyarakat Kota Baubau maupun ribuan teman kami serta orang
mahasiswa yang menyaksikan demonstrasi tuanya khawatir dengan masalah
mereka. Tuturan tersebut diucapkan dengan ini) dan emosi kenikmatan menggunakan
rasa bangga dengan suara karena ucapan penanda lingual kalimat deklaratif
tersebut dapat melahirkan hubungan baik (Assalamu alaikum dan Salam sejahtera)
antara penutur dengan pendengar. serta bentuk kalimat dalam emosi jengkel
menggunakan kalimat interogatif
(apakah dengan demonstrasi sehingga
PENUTUP bisa memicu kinerja bapak dan ibu yang
Berdasarkan hasil kajian bab ada di kampus ini?), kalimat imperatif,
sebelumnya (hasil dan pembahasan), penulis dan kalimat deklaratif (lagi-lagi sudah
dapat menarik beberapa kesimpulan yang terlalu banyak yang menampakkan
selaras dengan tujuan penelitian, yaitu. dirinya untuk menjadi pemimpin di Kota
Bentuk dan jenis tuturan emosi mahasiswa ini layakanya sebuah ajang pencarian
Kota Baubau dalam ranah demonstrasi bakat dalam dunia selebriti).
137
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 125—138
138
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 139—154
Nanik Sumarsih
Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta
Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, kotabaru, Yogyakarta
Pos-el: nanikbudiyantoro@gmail.com
(Diterima: 15 Februari 2018; Direvisi 13 Mei 2018; Disetujui: 3 Juni 2018)
Abstract
This study discussed about the skill level of junior and senior high school teachers at Yogyakarta in
answering the factually UKBI and handled question strategy according to factual question dimension.This
research used descriptive quantitative approach.The research aimed to determine the good or poor language-
level of the educators which had been measured by UKBI. Therefore, the result of this study wa originally
presented by considering its productivity.The research followed several steps, they were: (1) collecting and
classifying of data, (2) analysing data, (3) presenting analysis result.The ability of junior and senior high school
teachers at DIY in answeingr factual question was 81%. Based on the character of factual question,the strategy
that should be used was that applying 5W 1H strategy (who, what, where, when, why, and how)_. This strategy
can be described as follows: Who is asking about a person as doer. What is asking about an event that happens.
Where is asking about where an event takes place. When is asking time when an event happens. Why is asking
about reason why it happens. How is asking how an event happens.
Keywords: Language Proficiency, UKBI, Factual Question
Abstrak
Kajian ini membahas tingkat kemahiran guru SLTP dan SLTA di Yogyakarta dalam menjawab soal
UKBI yang bersifat faktual beserta strategi penanganan soal menurut dimensi soal faktual. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan baik buruk kemampuan
berbahasa pendidik yang diukur berdasarkan UKBI. Oleh karena itu, hasil penelitian ini memaparkan apa
adanya dengan mempertimbangkan produktivitasnya. Langkah penelitian mengikuti tahapan sebagai berikut.
Pertama, pencarian dan klasifikasi data. Kedua, analisis data. Ketiga, penyampaian hasil analisis. Kemampuan
guru SLTP dan SLTA di DIY dalam menjawab soal yang bersifat faktual masing-masing adalah 81%.
Berdasarkan sifat soal faktual, strategi yang dapat digunakan untuk menjawab bentuk penyoalan ini adalah 5W
1H (who, what, where, when, why, dan how)_ Strategi ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Who ialah tentang
siapa? What, apa yang terjadi? Where, di mana peristiwa itu terjadi, when, kapan hal itu terjadi? Why,
mengapa hal itu terjadi? How, bagaimana hal itu terjadi?
Kata Kunci: Kemahiran Berbahasa, UKBI, Soal Faktual
139
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 139—154
menulis siswa. Setidaknya guru harus unsur (kejadian, detail, waktu, tempat,
memperoleh skor pada tingkat unggul agar ukuraan, dan subjek tertentu). Dimensi
dapat berdampak pada pembelajaran bahasa penyoalan yang bersifat konseptual, yaitu
Indonesia yang menyenangkan dan mampu pengetahuan tentang klasifikasi dan
meningkatkan nilai UN bahasa Indonesia, kategori; pengetahuan tentang berbagai
sekaligus mengefektifkan proses prinsip dan generalisasi serta pengetahuan
pembelajaran yang ada. tentang berbagai teori, struktur, dan model.
Selain hasil UN bahasa Indonesia, Dimensi penyoalan yang bersifat prosedural,
isu strategis lain berkaitan dengan hasil yaitu pengetahuan tentang berbagai
PISA (Programme for International Student kecakapan khusus dan logaritma,
Assessment) dalam hal literasi membaca pengetahuan tentang berbagai teknik khusus
yang menyatakan bahwa pada tahun 2015 dan metode, dan pengetahuan tentang
Indonesia meraih peringkat 64 dari 72 kriteria tertentu untuk menentukan kapan
negara. Hal tersebut disebabkan oleh siswa harus menggunakan prosedur yang tepat
Indonesia tidak dapat menjawab soal-soal (Solihah, 2014:27—32).
yang bersifat analitis. Karena memang Dimensi soal yang bersifat faktual
sampai saat ini, belum menjadi bagian dari memiliki ciri jawaban beracuan konkret
proses pembelajaran sekolah-sekolah di (eksplisit di dalam teks atau wacana),
Indonesia. jawaban berupa ingatan atau pemahaman,
Terkait hal tersebut, sistem dan jawaban tidak memerlukan analisis.
penyoalan dalam UKBI menawarkan Dimensi soal yang bersifat konseptual
konsep-konsep pemecahan masalah yang memiliki ciri jawaban beracuan semi abstrak
selama ini belum diterapkan di sekolah- (implisit atau semiimplisit di dalam teks atau
sekolah. Terdapat tiga jenis penyoalan dalam wacana), jawaban berupa penerapan atau
penyusunan soal UKBI. Salah satu jenis jawaban memerlukan analisis, dan jawaban
penyoalan adalah jenis penyoalan yang bukan berupa ingatan atau pahaman.
bersifat faktual. Penyoalan faktual adalah Dimensi soal yang bersifat prosedural
penyoalan mengenai pengetahuan memiliki ciri jawaban beracuan abstrak
tentangterminologi, detail, dan unsur (implisit di dalam teks/wacana), jawaban
(kejadian, detail, waktu, tempat, ukuraan, memerlukan analisis yang kompleks, dan
subjek tertentu). jawaban memerlukan evaluasi.
Kajian mengenai strategi penanganan Selain dimensi penyoalan,
soal UKBI ini perlu dilakukan guna penyusunan soal UKBI juga memperhatikan
memberi wawasan kepada calon peserta uji ranahnya. Ranah adalah lingkungan yang
agar lebih mudah memahami soal saat memungkinkan terjadinya komunikasi,
mengikuti tes UKBI. Kajian penelitian ini misalnya ranah ekonomi, ranah pertanian,
berjudul “Strategi Penanganan Soal UKBI ranah agama, dan ranah politik. Setiap ranah
Menurut Dimensi Soal Faktual”. Penelitian mencerminkan tingkat kerumitan yang
ini bertujuan untuk memperoleh pemetaan berbeda berdasarkan kekhasan peristilahan.
tingkat kemahiran guru di DIY dalam Penyoalan di dalam UKBI tidak dibatasi
menjawab soal yang bersifat faktual beserta pada ranah tertentu, tetapi justru seberagam
strategi penanganan soalnya. mungkin. Terdapat empat ranah yang
LANDASAN TEORI digunakan dalam penyoalan UKBI, yaitu (1)
Terdapat tiga dimensi penyoalan sintas, (2) sosial, (3) vokasional, dan (4)
dalam UKBI, yaitu faktual, konseptual, dan akademik (Solihah, 2014:5—16).
prosedural (Maryanto, 2009:1—2). Dimensi Sintas memperlihatkan kesadaran
penyoalan yang bersifat faktual yaitu berkomunikasi untuk kepentingan personal
pengetahuan tentangterminologi, detail, dan di tempat umum, misalnya komunikasi yang
140
Strategi Penanganan Soal …. (Nanik Sumarsih)
terwujud ketika seseorang membeli sesuatu Pemaparan ketiga tahap tersebut sebagai
di warung atau di perpustakaan. Fokus berikut.
penceritaan pada kebutuhan atau keinginan Data penelitian ini adalah tingkat
orang/individu. Dengan wacana sintas, kemahiran berbahasa Indonesia guru di
sekurang-kurangnya peserta uji dapat Daerah Istimewa Yogyakarta berdasar hasil
memahami bagaimana mengungkapkan diri, UKBI. Mengingat banyaknya guru yang
menyadari eksistensi diri atau potensi diri telah mengikuti UKBI, dalam penelitian ini
sebagai makhluk Tuhan, dan menyadari diri akan dibatasi untuk guru SLTP dan SLTA di
sebagai bagian dari keluarga dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang
lingkungan. mengikuti UKBI pada rentang uji tahun
Sosial memperlihatkan gambaran 2012—2013. Berkaitan dengan itu, data
tentang kesadaran berkomunikasi untuk berupa hasil UKBI didapatkan dari tim
kepentingan interpersonal yang merupakan UKBI Balai Bahasa DIY. Sumber data
komunikasi yang terwujud dalam berupa template-template penilaian yang
mengekspresikan kerja sama, kepedulian, telah dilakukan oleh tim UKBI Balai Bahasa
keperihatinan, dan kepekaan terhadap orang DIY.
lain. Misalnya, ungkapan kepedulian Penelitian ini menggunakan
terhadap dampak bencana alam dan pendekatan kuantitatif deskriptif. Hal ini
ungkapan dalam membangun kerja sama dimaksudkan untuk menentukan baik buruk
dengan orang lain dalam arisan. Fokus kemampuan berbahasa pendidik diukur
penceritaan pada hubungan individu dan berdasarkan UKBI. Oleh karena itu, hasil
sesama anggota masyarakat. Dengan wacana penelitian ini dipaparkan apa adanya dengan
sosial sekurang-kurangnya peserta uji dapat mempertimbangkan produktivitasnya.
memahami bagaimana menjalin komunikasi Analisis data dilakukan dengan
dengan orang lain dalam rangka menjalin metode agih. Metode agih adalah metode
kerja sama, mengungkapkan kepedulian, yang pelaksanaannya menggunakan unsur
mengungkapkan gagasan dalam penentu yang berupa unsur bahasa itu sendiri
meningkatkan hubungan, dan sebagainya. (Sudaryanto 1993:13—15). Pemanfaatkan
Vokasional memperlihatkan metode ini untuk menangani model
kesadaran berkomunikasi mengenai perilaku penyoalan yang memang memanfaatkan
produktif untuk menghasilkan barang atau aspek-aspek kebahasaan, baik secara
jasa, misalnya pembuatan lem, penggunaan semantik, gramatikal, maupun pragmatik.
kamera, cara bertanam, konsultasi Aspek semantik diterapkan apabila
kesehatan, dan konsultasi hukum. penyoalan berupa peristilahan atau pilihan
Akademik memperlihatkan kata; aspek gramatikal diterapkan apabila
kesadaran berkomunikasi mengenai perilaku penyoalan berupa pengalimatan; dan aspek
keilmiahan untuk pengembangan ilmu dan pragmatik diterapkan apabila penyoalan
pengetahuan, misalnya temuan ilmiah, berupa tuturan.
diskusi ilmiah, laporan iptek, dan orasi Metode ini diterapkan dengan cara
ilmiah. mengamati hasil uji yang telah dilakukan.
Hasil uji yang telah dilakukan dipilih yang
benar berdasarkan dimensi penyoalan UKBI.
METODE PENELITIAN Dimensi penyoalan dalam UKBI dibedakan
Ada tiga tahapan dalam pelaksanaan menjadi tiga, yaitu (1) faktual, (2)
penelitian ini, yaitu tahap pengumpulan data, konseptual, dan (3) prosedural.
tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil Penyajian hasil analisis
analisis data (Sudaryanto 1993:5). menggunakan metode formal dan informal.
Metode formal digunakan sebagai alat bantu
141
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 139—154
penjelasan, ditampilkan beberapa tabel dan tersebut dipilah berdasar kelompok guru
bagan. Dengan metode informal, hasil SLTP dan guru SLTA.
penelitian ini dideskripsikan dengan Tingkat Kemahiran Guru SLTP dalam
menggunakan ekspresi tulis bahasa Menjawab Soal yang Bersifat Faktual
Indonesia. Peserta guru Bahasa Indonesia
tingkat SLTP di Daerah Istimewa
PEMBAHASAN Yogyakarta yang mengikuti tes UKBI
Tingkat Kemahiran Guru SLTP dan sebanyak seratus orang. Sejumlah peserta
SLTA di Yogyakarta dalam Menjawab tersebut telah mengerjakan soal UKBI
Soal yang Bersifat Faktual termasuk soal faktual pada tes UKBI ini
Pada bagian ini akan dipaparkan yang berjumlah 22 soal. Jawaban soal
hasil tes UKBI terhadap soal faktual. Hasil faktual peserta UKBI guru Bahasa Indonesia
tes tersebut meliputi jawaban terhadap soal- tingkat SLTP di Daerah Istimewa
soal tes yang berupa soal faktual. Hasil tes Yogyakarta dapat diamati pada tabel 1
berikut.
Tabel 1
Tingkat Kemahiran Guru SLTP di DIY
dalam Menjawab Soal yang Bersifat Faktual
Rerata
Jumlah Peserta
Jumlah Jawaban Persentase Jumlah
No. yang Menjawab
Benar (%) Jawaban
Benar
Benar
1. 11 2 2
2. 12 2 2
3. 13 3 3
4. 14 1 1
5. 15 3 3
6. 16 7 7 18
7. 17 16 16 (1805:100)
8. 18 19 19
9. 19 18 18
10. 20 18 18
11. 21 9 9
12. 22 2 2
142
Strategi Penanganan Soal …. (Nanik Sumarsih)
soal faktual dengan benar sejumlah 9 orang penelitian ini. Rerata yang diperoleh dari
atau 9 persen. Peserta yang mampu jumlah peserta yang mampu menjawab soal
menjawab 22 soal faktual dengan benar faktual dengan benar adalah 18 jawaban
sejumlah 2 orang atau 2 persen. benar.
Kemampuan guru Bahasa Indonesia Dari hasil rerata yang telah
tingkat SLTP di Daerah Istimewa diperoleh tersebut dapat dicari simpangan
Yogyakarta secara umum dalam menjawab baku untuk menentukan batas toleransi
soal faktual dapat diketahui dengan cara peserta yang masih dianggap layak memiliki
menentukan rerata jumlah peserta yang kemampuan rata-rata. Untuk memperoleh
mampu menjawab soal dengan benar. simpangan baku tersebut digunakan rumus
Berdasarkan jumlah jawaban tersebut dapat 2
diketahui rerata dari jumlah jawaban yang yang telah ditentukan yaitu dengan √∑𝑁𝑋 .
benar seluruh peserta UKBI pada data
Tabel 2
Predikat Tingkat Kemahiran Guru SLTP di DIY
dalam Menjawab Soal yang Bersifat Faktual
Berdasar Simpangan Baku
No. Jumlah Jumlah Peserta
Jawaban yang
Nilai X2 Predikat
Benar Menjawab
Benar
1. 11 2 X1=-749
2. 12 2 X2=-636
Sangat tidak Mampu
3. 13 3 X3=-525
4. 14 1 X4= -416
5. 15 3 X5= -39 Tidak Mampu
6. 16 7 X6= -24 Kurang Mampu
7. 17 16 X7= -11 Agak Mampu
8. 18 19 X8= 00 Cukup Mampu
9. 19 18 X9= 11 Mampu
10. 20 18 X10=24
11. 21 9 X11=39 Sangat Mampu
12. 22 2 X12=416
2
∑𝑋 170
∑ 𝑋2 170:100=1,7
𝑁
2 √1,7= 1,3
√∑ 𝑋
𝑁
143
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 139—154
memiliki predikat tidak mampu. Peserta tidak mampu, kurang mampu, dan agak
yang mendapat predikat kurang mampu mampu. Sementara itu, terdapat 47 peserta
adalah peserta yang mengerjakan soal yang meraih predikat di atas rerata, yaitu
dengan benar sebanyak 16 soal. Pada mereka yang mendapat predikat mampu dan
predikat ini terdapat 7 orang yang memiliki sangat mampu. Oleh karena itu, perlu
predikat kurang mampu. Peserta yang dilakukan pelatihan strategi mengerjakan
mendapat predikat agak mampu adalah soal faktual terutama kepada 34 peserta guru
peserta yang mengerjakan soal dengan benar Bahasa Indonesia yang hanya mampu
sebanyak 17 soal. Dalam pengertian ini meraih predikat sangat tidak mampu, tidak
terdapat 16 orang yang memiliki predikat mampu, kurang mampu, dan agak mampu.
agak mampu. Peserta yang mendapat
predikat mampu adalah peserta yang Tingkat Kemahiran Guru SLTA dalam
mengerjakan soal dengan benar sebanyak 19 Menjawab Soal yang Bersifat Faktual
soal. Pada capaian ini terdapat 18 orang Seperti halnya peserta UKBI guru
yang memiliki predikat mampu. Peserta Bahasa Indonesia tingkat SLTP, peserta
yang mendapat predikat sangat mampu UKBI guru Bahasa Indonesia tingkat SLTA
adalah peserta yang mengerjakan soal di Daerah Istimewa Yogyakarta yang
dengan benar sebanyak 20, 21, dan 22 soal. mengikuti tes UKBI pada data penelitian ini
Dalam hal ini terdapat 29 orang yang sebanyak seratus orang. Seluruh peserta
memiliki predikat sangat mampu. tersebut telah mengerjakan soal UKBI
Berdasarkan perolehan predikat termasuk soal faktual pada tes UKBI yang
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat berjumlah 22 soal. Jawaban soal faktual
34 orang peserta yang hanya dapat meraih peserta guru Bahasa Indonesia tingkat SLTA
predikat di bawah rerata, yaitu mereka yang di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat
mendapat predikat sangat tidak mampu, diamati pada tabel berikut ini.
Tabel 3
Tingkat Kemahiran Guru SLTA di DIY
dalam Menjawab Soal yang Bersifat Faktual
Rerata
Jumlah Peserta
Jumlah Jawaban Persentase Jumlah
No. yang Menjawab
Benar (%) Jawaban
Benar
Benar
1. 10 1 1
2. 11 1 1
3. 12 - -
4. 13 3 3
5. 14 3 3
6. 15 6 6
18
7. 16 11 11
(1797:100)
8. 17 16 16
9. 18 9 9
10. 19 19 19
11. 20 20 20
12. 21 8 8
13. 22 3 3
144
Strategi Penanganan Soal …. (Nanik Sumarsih)
Tabel 4
Predikat Tingkat Kemahiran Guru SLTA di DIY
dalam Menjawab Soal yang Bersifat Faktual
Berdasar Simpangan Baku
Jumlah Jumlah Peserta
Jawaban yang
No. Nilai X2 Predikat
Benar Menjawab
Benar
1. 10 1 X1=-864
Sangat tidak Mampu
2. 11 1 X2=-749
3. 12 - X3=-636
Tidak Mampu
4. 13 3 X4=-525
5. 14 3 X5=-416
Kurang Mampu
6. 15 6 X6=-39
145
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 139—154
7. 16 11 X7=-24
Agak Mampu
8. 17 16 X8=-11
9. 18 9 X9=00 Cukup Mampu
10. 19 19 X10=11
Mampu
11. 20 20 X11=24
12. 21 8 X12=39
Sangat Mampu
13. 22 3 X13=416
∑𝑋 2 234
∑ 𝑋2 234:100=2,34
𝑁
2 √2,34= 1,53
√∑ 𝑋
𝑁
146
Strategi Penanganan Soal …. (Nanik Sumarsih)
147
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 139—154
148
Strategi Penanganan Soal …. (Nanik Sumarsih)
149
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 139—154
D : ”Ada hasil pengujian di sejumlah empat opsi jawaban yang tercantum dalam
laboratorium yang bacaan adalah opsi (C) saat memerlukan.
mengungkapkan bahwa bakteri Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk
belum tentu mati, justru semakin pertanyaannya yang menggunakan kata
kuat.” tanya “kapan” dan jawaban yang
P : ”Hmm... Lalu, kapan sebenarnya tercantum dalam dialog adalah saat
kita memerlukan produk-produk memerlukan, yaitu pada dialog berikut.
antikuman ini?” P : ”Hmm... Lalu, kapan sebenarnya
D : ”Sebenarnya tidak semua kuman kita memerlukan produk-produk
merugikan. Pakailah pada saat antikuman ini?”
memerlukan, misalnya memakai D : ”Sebenarnya tidak semua kuman
sabun yang mengandung merugikan. Pakailah pada saat
antiseptik pada saat kita terkena memerlukan, misalnya memakai
penyakit kulit, menggunakan sabun yang mengandung
cairan antiseptik pada saat air antiseptik pada saat kita terkena
yang kita pakai dalam kondisi penyakit kulit, menggunakan
yang tidak baik.” cairan antiseptik pada saat air
P : ”Apakah produk-produk seperti yang kita pakai dalam kondisi
sabun, pasta gigi, atau kosmetik yang tidak baik.”
yang mengandung antiseptik dan
yang tidak mengandung antiseptik Why
mempunyai perbedaan yang Kata tanya why
signifikan?” ‘mengapa’mengandung pertanyaan-
D : ”Menurut hasil penelitian tidak pertanyaan mengenai alasan atau motivasi
ada perbedaan yang signifikan terjadinya sebuah peristiwa. Tidak
penggunaan barang-barang yang selamanya penggunaan kata tanya ini
mengandung antiseptik dan yang menghasilkan soal yang bersifat faktual.
tidak. Yang penting adalah Soal dikatakan bersifat faktual jika opsi
dilakukan dengan benar, seperti jawaban tertera atau eksplisit di dalam
mencuci tangan dengan benar.” bacaan. Contoh pertanyaan yang
P : ”Jadi, yang penting pola hidup menggunakan kata tanya why ‘mengapa’.
sehat ya, Dok?” Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
D : ”Iya, jangan mentang-mentang Mengapa dia melakukan itu? Mengapa dia
sudah memakai cairan antiseptik, pergi ke tempat itu? Mengapa dia
jadi lupa mencuci tangan.” mengatakan seperti itu? Mengapa peristiwa
itu menjadi sangat heboh?
Pilihlah satu jawaban berikut yang
menurut Anda benar dengan menyilang Bacalah bacaan berikut!
huruf A, B, C, atau D. Nama rosella belakangan naik
Kapan kita memerlukan produk-produk daun. Bukan cuma rasanya yang asem-
antikuman? asem segar yang bikin orang rindu untuk
(A) setiap saat mencicipinya lagi dan lagi. Kelopak
(B) sesuka hati bunganya yang merah cabai, diyakini juga
(C) saat memerlukan sebagai obat mujarab pengusir puluhan
(D) kapan pun jenis gangguan tubuh.
Sama seperti pertanyaan yang lain, Nama rosella tiba-tiba menarik
jawaban dari dimensi penyoalan faktual perhatian, tentu karena khasiatnya
bersifat eksplisit. Pada contoh di atas mengusir berbagai keluhan tubuh. Mulai
150
Strategi Penanganan Soal …. (Nanik Sumarsih)
dari yang ringan seperti menjaga stamina, penyebab tuberkulosis. Khasiat lain adalah
menurunkan panas, menurunkan tekanan sebagai penetral alkohol. Uji praklinik
darah, sampai yang lumayan berat seperti pada unggas menunjukkan bahwa ekstrak
menurunkan kadar gula, menghambat rosella menurunkan tingkat penyerapan
tumbuhnya kanker, atau memulihkan alkohol sehingga menurunkan efek alkohol
ketergantungan obat. di dalam tubuh. Di Guatemala malah jadi
Sekitar tahun 80-an serat rosella salah satu obat terapi pecandu narkoba.
digunakan untuk pembuatan karung dan Sumber: Intisari, Agustus 2009, hlm.
pakaian. Tapi kemudian nasibnya 104—110
memburuk digusur pemakaian bahan
plastik untuk karung. Tahun 2004, rosella Pilihlah satu jawaban berikut yang
muncul dan terkenal lagi. Pemunculan ini menurut Anda benar dengan menyilang
rupanya terkait dengan warna bunganya huruf A, B, C, atau D.
yang merah. Di kalangan herbalis, warna Mengapa nama rosella menarik perhatian?
merah bukan cuma berarti berani tapi Karena...
sering dikaitkan dengan khasiat untuk (A) khasiatnya mengusir berbagai
mengobati penyakit. keluhan tubuh.
Tak salah kalau orang (B) warna bunganya merah cabai.
menyebutnya sebagai bunga rosella. (C) dapat digunakan untuk pembuatan
Memang yang dijadikan minuman bukan karung dan pakaian.
keseluruhan bunga, tapi cuma kelopaknya. (D) rasanya yang asem-asem segar.
Kelopak inilah yang mengandung vitamin
C tinggi. Bahkan kandungannya sembilan Pada contoh di atas empat opsi
kali lebih banyak dibandingkan dengan jawaban yang tercantum dalam bacaan
vitamin C di dalam jeruk sitrus dan adalah opsi (A) khasiatnya mengusir
sepuluh kali lipat dibandingkan dengan berbagai keluhan tubuh. Hal tersebut dapat
belimbing. Setiap 100g kelopak rosella dilihat dari bentuk pertanyaannya yang
segar mengandung 260—280mg vitamin menggunakan kata tanya “mengapa” dan
C. Jumlah itu tiga kali lipat kadar vitamin jawaban yang tercantum dalam bacaan
pada anggur hitam. Seperti kita tahu, di adalah khasiatnya mengusir berbagai
dalam tubuh, vitamin C alami ini berfungsi keluhan tubuh, yaitu pada kutipan bacaan
membantu memperbaiki metabolisme dan berikut.
meningkatkan daya tahan tubuh. Nama rosella tiba-tiba menarik
Kelopak bunga rosella juga kaya perhatian, tentu karena khasiatnya
vitamin A, kalsium, kalium, zat besi, mengusir berbagai keluhan tubuh. Mulai
natrium, karbohidrat, serat, dan zat-zat gizi dari yang ringan seperti menjaga stamina,
lain. Kombinasi dari beberapa jenis nutrisi menurunkan panas, menurunkan tekanan
ini digunakan oleh para herbalis untuk darah, sampai yang lumayan berat seperti
membuat resep menurunkan lemak badan. menurunkan kadar gula, menghambat
Juga program diet buat penderita kencing tumbuhnya kanker, atau memulihkan
manis dan mencegah osteoporosis. ketergantungan obat.
Di sejumlah negara di Afrika,
India, dan Meksiko, rosella dikategorikan
sebagai obat tradisional. Kira-kira seperti How
jamu di Indonesia. Ekstrak kelopak bunga Kata tanya how ‘bagaimana’berisi
rosella berkhasiat antikejang, anticacing, pertanyaan-pertanyaan yang mengandung
antibakteri, bahkan bisa mematikan cara atau proses berlangsungnya suatu
mycobacterium tuberculosis, kuman peristiwa. Kata tanya ini sama dengan kata
151
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 139—154
tanya why ‘mengapa’, yaitu tidak juga menyentuh usus besar. Plak pada
selamanya penggunaan kata tanya ini dindingnya mulai melunak dan lepas.
menghasilkan soal yang bersifat faktual. Napas masih bau dan lidah terasa tebal.
Soal dikatakan bersifat faktual jika opsi Seminggu kemudian merupakan
jawaban tertera atau eksplisit di dalam tahap ketiga. Tahap ini ditandai dengan
bacaan. Contoh pertanyaan yang peningkatan energi, pikiran yang lebih
menggunakan kata tanya how ‘bagaimana’. jernih, dan tubuh yang terasa lebih fit.
Bagaimana peristiwa itu bisa terjadi? Luka lama mungkin terasa nyeri kembali
Bagaimana dia melakukan perbuatan itu? karena daya sembuh dari tubuh yang
Bagaimana dia bertemu dengannya meningkat. Sel-sel darah putih
pertama kali? Bagaimana cara mengeluarkan zat yang dapat melarutkan
memecahkan masalah ini? Bagaimana dia sel-sel mati. Zat inilah yang menimbulkan
menyelesaikan semua pekerjaannya? rasa nyeri pada syaraf di sekitar bekas
luka. Nyeri ini menjadi penanda bahwa
Bacalah bacaan berikut! proses penyembuhan hampir berakhir.
“RACUNKELUAR SAAT Nyeri (dan tegang) juga terasa pada otot
BERPUASA” karena iritasi toksin, terutama di kaki
Proses detoksifikasi tidak tempat toksin terkumpul. Persoalan lain
sederhana. Ada lima tahapan yang ialah munculnya sariawan karena bakteri
berlangsung dalam 40 hari. Tahap pertama yang berlebihan di mulut. Atasilah dengan
berlangsung dua hari. Pada tahap ini kadar berkumur air garam.
gula darah turun sampai di bawah 70 Sisa hari sampai tahap detoksifikasi
mg/dl. Untuk menutup kekurangan, selesai merupakan tahap keempat. Tubuh
glikogen dari lever diubah menjadi sudah beradaptasi sehingga energi
glukosa. Glikogen juga diambil dari otot meningkat. Pikiran yang lebih jernih terasa
sehingga tubuh menjadi lemas. Untuk setelah hari ke-20. Emosi menjadi stabil;
menghemat enegi, basal metabolic rate daya ingat dan konsentrasi meningkat.
(BMR) diturunkan sehingga denyut Kerja tubuh dalam mengganti sel-sel yang
jantung melambat dan tekanan darah turun. rusak maksimum. Keseimbangan
Healing crisis terjadi pada tahap ini: sakit homeostatik mencapai tingkat optimal.
kepala, pusing, mual, napas bau, mata Sistem getah bening sudah bersih, tapi
berkabut, dan lidah yang terasa tebal. lendir mungkin masih keluar melalui
Tahap ini mungkin ditandai dengan rasa hidung dan tenggorokan. Napas sudah
lapar yang kuat. normal. Jadi, rasa percaya diri sudah
Tahap kedua berlangsung mulai kembali.
hari ke-3 sampai ke-7. Tubuh mulai Tahap kelima ialah buka puasa.
menyesuaikan diri. Sistem pencernaan Saat berbuka, makanan yang masuk akan
istirahat. Energi dipusatkan untuk melepaskan plak pada dinding usus yang
pembersihan dan pemulihan. Lemak diurai sudah melunak. Toksin masuk ke darah
untuk melepas gliserol yang diubah dan keluar dari tubuh melalui usus besar.
menjadi glukosa. Oksidasi lemak Empedu membuang ampasnya melalui
menghasilkan keton-keton yang menekan cairan empedu dalam jumlah yang besar.
selera makan. Mungkin muncul jerawat Mungkin dengan diikuti diare. Jika tak
atau bisul karena lemak-lemak rusak mulai nyaman, bisa dibantu dengan colon
dikeluarkan dari tubuh. Organ-organ hydrotherapy.
pembersih mulai diperbaiki, termasuk Sumber: Intisari, No. 543, Oktober 2008,
paru-paru. Jadi, kalau paru-paru terasa hlm. 52
nyeri, tidak perlu merasa takut. Perbaikan
152
Strategi Penanganan Soal …. (Nanik Sumarsih)
153
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 139—154
154
TOTOBUANG
Volume 6 Nomor 1, Juni 2018 Halaman 155—167
Taufik
Universitas Iqra Buru
Jl. Prof. Dr. H. A.R. Basalamah No. 20, Namlea, Buru
Pos-el: taufiksalamun@gmail.com
(Diterima: 19 April 2018; Direvisi: 30 Mei 2018; Disetujui: 04 Juni 2018)
Abstract
This study aimed to describe the cognate words based on the determined criterion of relative word and
determine the percentage of kinship towords Hitu, Wakal, Morela, Mamala, and Hila language. This study used
descriptive qualitative and quantitative approach. The data were collected through interview techniques and
field note method. The data that had been obtained were classified and described qualitatively and quantitatively
by using calculational lexicostatistic formula. The results showed that the pair of relative word in the language
of Hitu, Wakal, Morela, Mamala, and Hila could be reviewed by the pairs of identical, correspondences
phonemic, phonetic resemblance, a different phoneme, and deleted phonemes. Based on the calculational
lexicostatistic , the percentage of Hitu-Hila language kinship was in the highest level of kinship, which wa 90%
and had been categorized as a dialect . While the lowest percentage of kinship wasWakal-Morela with the
percentage of kinship about 77% and had been categorized as sub-family language.
Keywords: phonemes, kinship percentage, lexicostatistics
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kata-kata kognat berdasarkan kriteria penentuan kata
kerabat dan menentukan tingkat persentase kekerabatan bahasa Hitu, Wakal, Morela, Mamala, dan Hila. Jenis
penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data dikumpulkan melalui metode
pupuan lapangan dengan teknik wawancara dan catat. Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasi dan
selanjutnya dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan rumus perhitungan
leksikostatistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan kata kerabat pada bahasa Hitu, Wakal, Morela,
Mamala, dan Hila dapat ditinjau berdasarkan pasangan kata identik, korespondensi fonemis, kemiripan secara
fonetis, satu fonem beda, dan pelesapan fonem. Berdasarkan perhitungan leksikostatistik, persentase
kekerabatan bahasa Hitu-Hila menduduki tingkat kekerabatan tertinggi, yaitu 90% dan dikategorikan sebagai
satu bahasa dialek. Sedangkan persentase kekerabatan terendah, yaitu bahasa Wakal-Morela dengan persentase
kekerabatan sebesar 77% dan dikategorikan sebagai subkeluarga bahasa.
Kata-kata kunci: fonem, persentase kekerabatan, leksikostatistik
155
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 155—167
156
Relasi Kekerabatan Bahasa …. (Taufik)
157
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 155—167
pengelompokan bahasa yang lebih setiap 1000 tahun atau sekitar 18—20%
cenderung dan lebih mengutamakan kosakata dasar berubah pada semua bahasa
peneropongan kata-kata (leksikon) secara secara serentak, (2) semua kosakata dasar
statistik, untuk kemudian berusaha yang terdapat pada daftar kosakata dasar
menetapkan pengelompokan itu berdasarkan kemungkinan kata-kata itu terganti secara
persentase kesamaan dan perbedaan suatu serentak, dan (3) ada yang disebut kosakata
bahasa dengan bahasa lain. Sejalan dengan dasar yang dianggap berlaku umum pada
itu, menurut Nothofer (1990) penentuan semua bahasa (Nothofer, 1990).
tingkat kekerabatan bahasa-bahasa yang Menurut Surbakti (2014) dalam
dianalisis dengan menggunakan metode membandingkan kata-kata untuk
leksikostatistik memiliki beberapa menetapkan kata-kata mana yang merupakan
keunggulan jika dibandingkan dengan kata kerabat dan mana yang tidak, maka
metode-metode lain. Keunggulan- perlu dikemukakan lagi suatu asumsi lain
keunggulan tersebut, yaitu (1) sebagai daftar dalam metode perbandingan, yaitu: fonem
kosakata dasar yang cepat dapat menentukan bahasa proto yang sudah berkembang secara
hubungan kekerabatan bahasa yang kerabat, berlainan dalam bahasa-bahasa kerabat, akan
(2) sebagai alat pengelompokan bahasa berkembang terus secara konsisten
(dialek) yang sekerabat yang proto dalamlingkungan linguististiap-tiap bahasa
bahasanya belum begitu tua (kuno), dan (3) kerabat. Oleh sebab itu, penetapan kosakata
sebagai alat (metode) yang dapat dipakai yang dianggap kognat perlu
pada tahap awal menetapkan klasifikasi mempertimbangkan kemungkinan adanya
bahasa. kosakata yang merupakan pinjaman dari
Penetapan kosakata kerabat dapat bahasa-bahasa lain, misalnya bahasa Melayu
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: dan bahasa-bahasa lain yang berpengaruh di
a. Jika sebuah kata terdapat morfem terikat, lokasi sekitar, seperti bahasa Belanda dan
morfem tersebut harus dipisahkan, Portugis.Selain itu, harus
kemudian baru dibandingkan kemiripan mempertimbangkan kata-kata yang
atau kesamaannya. merupakan tiruan bunyi (onomatope), kata
b. Penetapan kosakata kerabat dapat bayi (nursery words), dan kata-kata yang
dilakukan dengan kriteria: (1) pasangan kebetulan mirip dalam penetapan status
kosakata itu identik, (2) pasangan kekognatan kata, sehingga didapatlah kata-
kosakata itu berkorespondensi fonemis, kata yang kognat.
(3) adanya kemiripan secara fonetis, (4) Jumlah kosakata yang kognat
satu fonem berbeda, (5) pelesapan tersebutdapat menentukan persentase tingkat
fonem. kekerabatan antara bahasa-bahasa yang
c. Penyusunan matriks persentase dibandingkan. Penentuan tersebut dilakukan
kekerabatan untuk mempermudah berdasarkan perhitungan dengan
penentuan sub grouping mikro, hasil menggunakan rumus dalam leksikostatistik,
perhitungan kosakata kerabat yaitu rumus untuk mencari tingkat
dimasukan dalam matriks. persentase hubungan kekerabatan bahasa-
Secara garis besar leksikostatistik bahasa yang dianalisis.Setelah diperoleh
memiliki tiga asumsi/pendirian dasar, yaitu persentase kekerabatan, status kekerabatan
(1) kosakata dasar diganti dengan kecepatan antarbahasa ditentukan sesuai dengan
yang sama pada semua bahasa pada waktu kriteria penetapan relasi genetis antarbahasa
yang sama. Asumsi ini beranggapan bahwa yang dikemukakan oleh Crowley (2010).
158
Relasi Kekerabatan Bahasa …. (Taufik)
Tabel 1
Pembagian Tingkatan Persentase Kekerabatan Antarbahasa
Level Pengelompokan PersentaseKognat
Bahasa Dialek (dialect of language) 81—100%
Subkeluarga Bahasa (Language of Subfamily) 61—81 %
Keluarga Bahasa (Language of family) 36—81%
Keturunan Keluarga Bahasa (Family of stock) 12—36%
Keturunan Mikrofilium (stock of Microphylum) 4—12%
Mesofilium 1—4%
Makrofilium 0—1%
159
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 155—167
Tabel 2
Pasangan Kata Identik
Gloss Hitu Wakal Morela Mamala Hila
datang lai lai lai lai lai
jauh lau lau lau lau lau
engkau ale ale ale ale ale
merah kau kau kau kau kau
rambut keul keul keul keul keul
Pada tabel 2 tampak bahwa dari itu sama-sama memiliki bentuk kau yang
kelima bahasa yang dianalisis, kata-kata terdiri atas susunan /k/, /a/, /u/. Kata
tersebut memiliki fonem dan urutan yang selanjutnya yang samaatau identik dari tabel
sama atau identik. Hal itu dapat dilihat pada 2 pada bahasa Hitu, Wakal, Morela, Mamala,
kata datang. Kata ini pada bahasa Hitu, dan Hila adalah rambut. Kata ini pada
Wakal, Morela, Mamala, dan Hila memiliki kelima bahasa tersebut memiliki bentuk
bentuk yang sama, yaitu lai yang terdiri atas yang sama, yaitu keul yang terdiri atas
susunan /l/, /a/, /i/. Selanjutnya kata jauh susunan /k/, /e/, /u/, /l/.
pada kelima bahasa yang dianalisis tersebut
memiliki bentuk yang sama atau identik, 2. Korespondensi Fonemis
yaitu lau yang terdiri atas susunan /l/, /a/, /u/. Bila perubahan fonem antara pasangan
Kata selanjutnya yang bentuknyasama atau kata itu terjadi secara timbal-balik dan
identikdari kelima bahasa yang dianalisis teratur, serta besar frekuensinya, bentuk
adalah kata engkau yang dalam kelima yang berimbang antara pasangan kata
bahasa tersebut sama-sama memiliki bentuk tersebut dianggap berkerabat. Berikut
ale yang terdiri atas susunan /a/, /l/, /e/. Kata pasangan kata pada bahasa Hitu, Wakal,
lainnya yang bentuknyasama atau Morela, Mamala, dan Hila yang
identikdari kelima bahasa tersebut adalah berkorespondensi fonemis.
kata merah. Kata ini dalam kelima bahasa
Tabel 3
Pasangan Kata yang Berkorespondensi Fonemis
Gloss Hitu Wakal Morela Mamala Hila
beberapa yi:la i:la yi:la wai:la waila
tahu kewa ke:wa kewaŋ tewa kewa
160
Relasi Kekerabatan Bahasa …. (Taufik)
Kata pada tabel 3 yang mengalami bahasa Hitu, Wakal, Hila, dan Morela
korespondensi fonem adalah kata beberapa. berkorespondensi dengan /t/ pada bahasa
Kata ini pada bahasa Hitu dan Morela Mamala.
memiliki bentuk yang sama, yaitu yi:layang Pada tabel 3, kata lainnya yang
terdiri atas susunan/y/, /i/, /l/, /a/. Kata yila mengalami korespondensi fonem adalah kata
mengalami korespondensi fonem pada mereka. Kata ini pada bahasa Hitu, Wakal,
bahasa Mamala dan Hila menjadi waila yang Mamala, dan Hila memiliki bentuk yang
terdiri atas susunan /w/, /a/, /i/, /l/, /a/. sama, yaitu sile yang terdiri atas susunan
Korespondensi yang terjadi yaitu /y/ pada fonem /s/, /i/, /l/, /e/. Pada bahasa Morela
bahasa Hitu-Morela berkorespondensi kata sile mengalami korespondensi fonemis
dengan /wa/ pada bahasa Mamala dan Hila. di awal kata menjadi yile yang terdiri atas
Sedangkan pada bahasa Wakal kata yila dan susunan fonem /y/, /i/, /l/, /e/. Korespondensi
waila mengalami pelesapan fonem menjadi yang terjadi pada kelima bahasa tersebut
ila yang terdiri atas susunan /i/, /l/, /a/. adalah /s/ pada kata sile berkorespondensi
Selanjutnya kata yang mengalami dengan /y/ pada kata yile.
korespondensi fonem pada tabel 3 tampak Kata berikutnya yang mengalami
pada kata tahu. Kata tersebut memiliki korespondensi fonem adalah kata air bah.
bentuk yang sama pada bahasa Hitu, Wakal, Kata ini pada bahasa Hitu, Wakal, dan Hila
dan Hila, yakni kewayang terdiri atas memiliki bentuk yang sama, yaitu henel
susunan/k/, /e/, /w/, /a/. Sementara itu, kata yang terdiri atas susunan /h/, /e/, /n/, /e/, /l/.
kewa pada bahasa Morela mendapat Kata tersebut pada bahasa Morela dan
penambahan /ŋ/ di akhir kata menjadi Mamala mengalami korespondensi fonemis
kewaŋyang terdiri atas susunan /k/, /e/, /w/, di akhir kata menjadi heneŋ yang terdiri atas
/a/, /ŋ/. Kata kewa mengalami korespondensi susunan /h/, /e/, /n/, /e/, /ŋ/. Korespondensi
fonem pada bahasa Mamala menjadi tewa yang terjadi, yaitu /l/ pada kata henel
yang terdiri atas susunan /t/, /e/, /w/, /a/. berkorespondensi dengan /ŋ/ pada kata
Berdasarkan penjabaran tersebut heneŋ.
korespondensi yang terjadi, yaitu /k/ pada
bahasa Hitu, Wakal, Hila, dan Morela 3. Kemiripan secara Fonetis
berkorespondensi dengan /t/ pada bahasa Bila tidak dapat dibuktikan bahwa
Mamala. sebuah pasangan kata dalam kedua bahasa
Kata lainnya yang mengalami itu mengandung korespondensi fonemis,
korespondensi fonem pada tabel 3 tampak tetapi pasangan kata itu ternyata
pada kata duduk. Kata tersebut memiliki mengandung kemiripan secara fonetis dalam
bentuk yang sama pada bahasa Hitu, Wakal, posisi artikulatoris yang sama, pasangan itu
Morela, dan Hila, yaitu kolo yang terdiri atas dapat dianggap sebagai kata kerabat. Yang
susunan/k/, /o/, /l/, /o/. Sementara itu, kata dimaksud dengan mirip secara fonetis adalah
kolo mengalami korespondensi fonem di ciri-ciri fanetisnya harus cukup serupa
awal kata pada bahasa Mamala menjadi tolo sehingga dapat dianggap sebagai
yang terdiri atas susunan /t/, /o/, /l/, /o/. alofon.Berikut pasangan kata pada bahasa
Berdasarkan penjabaran tersebut Hitu, Wakal, Morela, Mamala, dan Hila
korespondensi yang terjadi, yaitu /k/ pada yang memiliki kemiripan secara fonetis.
161
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 155—167
Tabel 4
Pasangan Kata yang Mirip secara Fonetis
Gloss Hitu Wakal Morela Mamala Hila
angin anin anin aniŋ aniŋ Aniŋ
itu ɲa ma ŋa ma Ma
lempar keri teri keri keri Keri
bintang ma:lin bintaŋ ma:riŋ ma:riŋ Maliŋ
bapak baba papa?u baba baba Papa
Pada tabel 4 pasangan kata yang memiliki bentuk fonem yang berbeda, yaitu
mirip secara fonetis dapat dilihat pada kata /k/ dan /t/. Meskipun fonem awal kedua kata
angin. Kata tersebut dalam bahasa Hitu dan itu berbeda, namun kedua kata tersebut
Wakal memiliki bentuk yang sama, yaitu masih dikategorikan kerabat karena fonem
anin yang terdiri atas susunan /a/, /n/, /i/, /n/. /k/ dan /t/ masih berada pada posisi cara
Bentuk lain yang sama terdapat pula pada artikulasi yang sama, yaitu hambat (letup).
bahasa Morela, Mamala, dan Hila, yaitu aniŋ Selanjutnya pada tabel 4, kata yang
yang terdiri atas susunan /a/, /n/, /i/, /ŋ/. mirip secara fonetis adalah kata bintang.
Antara bentuk anin dan aniŋ memiliki Kata ini pada bahasa Morela dan Mamala
perbedaan bentuk fonem di akhir kata, yaitu memiliki bentuk yang sama, yaitu ma:riŋ
/n/ dan /ŋ/. Meskipun demikian kedua kata yang terdiri atas susunan fonem /m/, /a/, /r/,
ini masih dikategorikan kerabat karena /i/, /ŋ/. Pada bahasa Hitu memiliki bentuk
kedua fonem yang berbeda tersebut berada ma:linyang terdiri atas susunan /m/, /a/, /l/,
pada posisi cara artikulasi yang sama, yaitu /i/, /n/, bahasa Hila memiliki bentuk maliŋ
nasal. yang terdiri atas susunan /m/, /a/, /l/, /i/, /ŋ/.
Kata selanjutnya pada tabel 4 yang Kata ma:riŋ, ma:lin, dan maliŋ memiliki
mirip secara fonetis dapat dilihat pada bentuk fonem yang berbeda di tengah kata,
kataitu. Kata tersebutpada bahasa Hitu yaitu /r/ dan /l/. Meskipun fonem tengah
memiliki ɲa yang terdiri atas susunan /ɲ/, /a/. ketiga kata tersebut berbeda, namun ketiga
Pada bahasa Morela memiliki bentuk ŋa kata itu masih berkerabat karena /r/ dan /l/
yang terdiri atas susunan /ŋ/, /a/. Sementara berada pada tempat artikulasi yang sama,
itu, pada bahasa Wakal, Mamala, dan Hila yakni apikoalveolar.
memiliki bentuk yang sama, yaituma yang Pada tabel 4kata selanjutnya yang
terdiri atas susunan /m/, /a/. Ketiga bentuk mirip secara fonetis adalah kata bapak. Kata
tersebut memiliki fonem awal yang berbeda, tersebutmemiliki persamaan fonem di tiga
yaitu /ɲ/, /ŋ/, dan /m/. Meskipun demikian bahasa, yaitu bahasa Hitu, Morela, dan
kataɲa,ŋa, dan ma masih berkerabat karena Mamala, yakni kata baba yang terdiri atas
ketiga fonem yang berbeda tersebut berada susunan /b/, /a/, /b/, /a/. Sementara itu, pada
pada posisi cara artikulasi yang sama, yaitu bahasa Wakal memiliki bentukpapa?uyang
nasal. terdiri atas susunan /p/, /a/, /p/, /a/, /?/,
Kata berikutnya yang mirip secara /u/dan bahasa Hila memiliki bentukpapa
fonetis pada tabel 4 adalah kata lempar. Kata yang terdiri atas susunan /p/, /a/, /p/, /a/.
ini dalam bahasa Hitu, Morela, Mamala, dan Kata baba, papa?u, dan papa memiliki
Hila memiliki bentuk yang sama, yaitu keri fonem yang berbeda di awal kata, yaitu /b/
yang terdiri atas susunan fonem /k/, /e/, /r/, dan /p/. Meskipun fonem awal ketiga kata
/i/. Sedangkan pada bahasa Wakal memiliki tersebut berbeda, namun ketiganya masih
bentuk teri yang terdiri atas susunan /t/, /e/, dikategorikan kerabat karena /b/ dan /p/
/r/, /i/. Di awal kata, bentuk keri dan teri
162
Relasi Kekerabatan Bahasa …. (Taufik)
masih berada pada tempat artikulasi yang lingkungan yang dimasukinya, sedangkan
sama, yakni bilabial. dalam bahasa lain pengaruh lingkungan itu
tidak mengubah fonemnya maka pasangan
4. Satu Fonem Berbeda kata tersebut dapat ditetapkan sebagai kata
Bila dalam satu pasangan kata terdapat kerabat. Berikut pasangan kata pada bahasa
perbedaan satu fonem, tetapi perbedaan itu Hitu, Wakal, Morela, Mamala, dan Hila
dapat dijelaskan terjadi karena pengaruh yang satu fonemnya berbeda.
Tabel 5
Pasangan Kata yang Satu Fonemnya Berbeda
Gloss Hitu Wakal Morela Mamala Hila
Berat mahe:la mahela ŋahela mahela Mahela
Besar ne:la ɲela ne:la ne:la ne:la
Hujan u:lan u:lan u:laŋ u:laŋ u:laŋ
telinga tari:na tali:nai tari:na tari:na tari:na
Lain sahan sahan sahaŋ sahaŋ Laeŋ
Kata pada tabel 5 yang satu fonemnya kata, yaitu fonem /n/ pada kata u:landan /ŋ/
berbeda dapat dilihat pada kata berat. Kata pada kata u:laŋ.
ini memiliki bentuk yang sama pada bahasa Kata lainnya yang satu fonemnya
Hitu, Wakal, Mamala, dan Hila, yaitu berbeda pada tabel 5 adalah kata telinga.
mahela yang terdiri atas susunan /m/, /a/, /h/, Kata ini pada bahasa Hitu, Morela, Mamala,
/e/, /l/, /a/. Sementara itu, kata berat pada dan Hila memiliki bentuk yang sama, yaitu
bahasa Morela memiliki bentuk ŋahela yang tari:na yang terdiri atas susunan /t/, /a/, /r/,
terdiri atas susunan /ŋ/, /a/, /h/, /e/, /l/, /a/. /i/, /n/, /a/. Sementara itu, pada bahasa
Kata mahela dan ŋahela memiliki satu Wakal memiliki bentuk ta:linai yang terdiri
fonem yang berbeda di awal kata, yaitu /m/ atas susunan /t/, /a/, /l/, /i/, /n/, /a/, /i/. Kedua
pada kata mehela dan /ŋ/ pada kata ŋahela. kata tersebut memiliki satu fonem yang
Pasangan kata berikutnya pada tabel 5 berbeda di tengah kata, yaitu /r/ pada kata
yang satu fonemnya berbeda adalah kata tarina dan /l/ pada kata talinai.
besar. Kata ini memiliki bentuk yang sama Kata berikutnya pada tabel 5 yang satu
pada bahasa Hitu, Morela, Mamala, dan Hila, fonemnya berbeda adalah kata lain. Kata ini
yaitu ne:la yang terdiri atas susunan /n/, /e/, pada bahasa Hitu dan Wakal memiliki
/l/, /a/. Sementara itu, pada bahasa Wakal bentuk yang sama, yaitu sahan yang terdiri
memiliki bentuk ɲela yang terdiri atas atas susunan /s/, /a/, /h/, /a/, /n/. Sementara
susunan /ɲ/, /e/, /l/, /a/. Kedua kata tersebut itu, bentuk yang sama pula ditunjukkan pada
memiliki satu fonem yang berbeda di awal bahasa Morela dan Mamala, yaitu sahaŋ
kata, yaitu /n/ pada kata nela dan /ɲ/ pada yang terdiri atas susunan /s/, /a/, /h/, /a/, /ŋ/
kata ɲela. sedangkan bentuk yang berbeda terdapat
Selanjutnya kata yang satu fonemnya pada bahasa Hila, yaitu laeŋ yang terdiri atas
berbeda pada tabel 5, yaitu kata hujan. Kata susunan /l/, /a/, e/, /ŋ/. Kata sahan pada
ini pada bahasa Hitu dan Wakal memiliki bahasa Hitu dan Wakal memiliki satu fonem
bentuk yang sama, yaitu u:lan yang terdiri yang berbeda di akhir kata dengan kata
atas susunan /u/, /l/, /a/, /n/. Sementara itu, sahaŋ pada bahasa Morela dan Mamala,
pada bahasa Morela, Mamala, dan Hila yaitu /n/ dan /ŋ/.
memiliki bentuk u:laŋ yang terdiri atas
susunan u/, /l/, /a/, /ŋ/. Kedua kata tersebut
memiliki satu fonem yang berbeda di akhir
163
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 155—167
Tabel 6
Pasangan Kata yang Mengalami Pelesapan Fonem
Gloss Hitu Wakal Morela Mamala Hila
aku yau iyau au au Yau
(ber-) kelahi pahiya pahiya ahiya pahiya Pahiya
cium (bau) pahanisu pani:su? panesu?i pahanisu Pahanisu
gigi ni:ki nikiŋ ni:ki ni:ki Nikiŋ
main pahai pahai pahaeŋ ahai Pahai
Berdasarkan pada tabel 6pelesapan /u/. Pada bahasa Morela selain mengalami
fonem tampak pada kata aku. Kata tersebut pelesapan fonem, terdapat pula perubahan
dalam bahasa Hitu dan Hila memiliki bentuk fonem di tengah kata, yaitu /i/ menjadi /e/
yang sama yaitu yau yang terdiri atas dan terdapat penambahan /i/ di akhir kata
susunan /y/, /a/, /u/. Sedangkan pada bahasa sehingga menjadi panesu?i yang terdiri atas
Wakal mendapat penambahan /i/ di awal susunan /p/, /a/, /n/, /e/, /s/, /u/, /i/.
kata sehingga menjadi iyau yang terdiri atas Selanjutnya, kata yang mengalami
susunan /i/, /y/, /a/, /u/. Kata yau dan iyau pelesapan fonem adalah kata gigi. Kata ini
yang mengalami pelesapan fonem pada pada bahasa Wakal dan Hila memiliki
bahasa Morela dan Mamala adalah /y/ dan /i/ bentuk yang sama, yaitu nikiŋ yang terdiri
sehingga kata tersebut menjadi au yang atas susunan fonem /n/, /i/, /k/, /i/, /ŋ/. Pada
terdiri atas susunan /a/, /u/. bahasa Hitu, Morela, dan Mamala kata nikiŋ
Kata lainnya yang mengalami mengalami pelesepan /ŋ/ pada akhir kata
pelesapan fonem pada tabel 6 adalah (ber-) sehingga menjadi ni:ki yang terdiri atas
kelahi. Kata tersebut pada bahasa Hitu, susunan /n/, /i/, /k/, /i/.
Wakal, Mamala, dan Hila memiliki bentuk Kata lainnya yang mengalami
yang sama, yaitu pahiya yang terdiri atas pelesapan fonem adalah main. Kata ini pada
susunan /p/, /a/, /h/, /i/, /y/, /a/. Pada bahasa bahasa Hitu, Wakal, dan Hila memiliki
Morela kata ini mengalami pelesapan fonem bentuk yang sama, yaitu pahai yang terdiri
di awal kata, yaitu /p/ sehingga menjadi atas susunan fonem /p/, /a/, /h/, /a/, /i/.
ahiya yang terdiri atas susunan /a/, /h/, /i/, Sementara itu, pada bahasa Morela
/y/, /a/. berbentuk pahaeŋ yang terdiri atas susunan
Kata selanjutnya yang mengalami /p/, /a/, /h/, /a/, /e/, /ŋ/. Pada bahasa Mamala,
pelesapan fonem pada tabel 6 adalah cium kata pahai dan pahaeŋmengalami pelesapan
(bau). Kata tersebut memiliki bentuk yang /p/ di awal kata sehingga menjadi ahai yang
sama pada bahasa Hitu, Mamala, dan hila terdiri atas susunan /a/, /h/, /a/, /i/.
yaitu pahanisu yang terdiri atas susunan /p/, Berdasarkan kriteria penentuan kata
/a/, /h/, /a/, /n/, /i/, /s/, /u/. Pada bahasa kerabat/ cognate yang telah dipaparkan dan
Wakal dan Morela kata pahanisu mengalami dengan menggunakan rumus penghitungan
pelesapan fonem di tengah kata, yaitu /h/ leksikostatistik maka persentase kekerabatan
dan /a/ sehingga pada bahasa Wakal menjadi bahasa Hitu, Wakal, Morela, Mamala, dan
pani:su? yang terdiri atas /p/, /a/, /n/, /i/, /s/, Hila dapat dilihat pada tabel berikut ini.
164
Relasi Kekerabatan Bahasa …. (Taufik)
Tabel 7
Matriks Persentase Kekerabatan Bahasa
% Hitu Wakal Morela Mamala Hila
Hitu -
Wakal 84 -
Morela 81 77 -
Mamala 87,5 82,5 86,5 -
Hila 90 82 78,5 84 -
80 PENUTUP
Dari hasil uraian dan analisis kriteria
75
kekerabatan, dapat disimpulkan bahwa
70 kekerabatan bahasa Hitu, Wakal, Morela,
Mamala, dan Hila dapat ditinjau
berdasarkanempat cara, yaitu (1) kata yang
identik atau sama, yaitu kata-kata yang dari
bentuk dan susunan fonem-fonemnya sama;
165
Totobuang, Vol. 6, No. 1, Juni 2018: 155—167
166
Relasi Kekerabatan Bahasa …. (Taufik)
167