You are on page 1of 17

PENGARUH PEMIKIRAN KALAM IMAM SYAFI’I DAN IMAM HAMBALI

TERHADAP FENOMENA ALIRAN AKIDAH LEMBAGA KEAGAMAAN


DI DESA GAMBYOK
Abduzzaki Amrulloh(22103003), Muhammad Nailul Hamam(22103007), Muhammad Khoiru
Rosyadi(22103010)
Abduzzaki@gmail.com, mnailul834@gmail.com
muhammad.khoirurosyadi27@gmail.com
Fakultas Ushuludin dan Dakwah, Prodi Komunikasi & Penyiaran Islam
Institut Agama Islam Negeri Kediri

Abstract

Imam Shafi'i and Imam Hambali are important figures in the history of Islamic thought. These two
imams have contributed significantly to the understanding of religion and the spread of Islamic
teachings in various regions. The thoughts of the two kalam have a deep influence on social
institutions in Indonesia. and in this article it will be more specific to explain the influence of the
thoughts of the Shafi'i and Hambali priests on the phenomenon of the aqida flow of religious
institutions in the village of Gambyok. Imam Shafi'i is known as one of the founders of the school
of fiqh and also an influential scholar of theology. The thought of Imam Shafi'i's kalam focuses on
the use of logic and rationality in understanding religious principles. He emphasized the
importance of correct understanding of Islamic concepts of aqidah (belief). Imam Shafi'i is known
as one of the founders of the school of fiqh and also an influential scholar of theology. The thought
of Imam Shafi'i's kalam focuses on the use of logic and rationality in understanding religious
principles. He emphasized the importance of correct understanding of Islamic concepts of aqidah
(belief). It is hoped that this scientific article will contribute to our understanding of the influence
of the thoughts of Imam Syafi'i and Imam Hambali on the phenomenon of the flow of aqidah in
religious institutions. These findings can become the basis for religious institutions and other
researchers in understanding the dynamics and challenges associated with the flow of faith in the
Gambyok Village community..

Keyword : Aqidah, Phenomena, Hambali, Islam, Institutions, Syafi'I, Theology


Abstrak

Imam Syafi'i dan Imam Hambali merupakan tokoh-tokoh penting dalam sejarah pemikiran kalam
dalam Islam. Kedua imam ini memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman agama
dan penyebaran ajaran Islam di berbagai wilayah. Pemikiran kalam keduanya memiliki pengaruh
yang mendalam terhadap lembaga kemasyarakatan di Indonesia. dan pada artikel ini akan lebih
spesifik menjelaskan pengaruh pemikiran imam Syafi'i dan imam Hambali terhadap fenomena
aliran akida lembaga keaagamaan di desa gambyok. Imam Syafi'i dikenal sebagai salah satu
pendiri mazhab fiqh dan juga seorang ahli kalam yang berpengaruh. Pemikiran kalam Imam Syafi'i
berfokus pada penggunaan logika dan rasionalitas dalam memahami prinsip-prinsip agama. Ia
menekankan pentingnya pemahaman yang benar terhadap konsep-konsep aqidah (keyakinan)
Islam. Imam Syafi'i dikenal sebagai salah satu pendiri mazhab fiqh dan juga seorang ahli kalam
yang berpengaruh. Pemikiran kalam Imam Syafi'i berfokus pada penggunaan logika dan
rasionalitas dalam memahami prinsip-prinsip agama. Ia menekankan pentingnya pemahaman yang
benar terhadap konsep-konsep aqidah (keyakinan) Islam. Artikel ilmiah ini diharapkan
memberikan kontribusi pada pemahaman kita tentang pengaruh pemikiran kalam Imam Syafi'i dan
Imam Hambali terhadap fenomena aliran akidah di lembaga keagamaan. Temuan-temuan ini dapat
menjadi dasar bagi lembaga keagamaan dan peneliti lainnya dalam memahami dinamika dan
tantangan yang terkait dengan aliran akidah di masyarakat Desa Gambyok.

Kata Kunci : Akidah, Fenomena, Hambali, Islam, Lembaga, Syafi’I, Teologi

A. PENDAHULUAN

Imam Syafi'i (767-820 M) dan Imam Hambali (780-855 M) merupakan tokoh-tokoh penting
dalam sejarah pemikiran kalam dalam Islam. Kedua imam ini memiliki kontribusi yang signifikan
terhadap pemahaman agama dan penyebaran ajaran Islam di berbagai wilayah, termasuk di
Indonesia. Pemikiran kalam keduanya memiliki pengaruh yang mendalam terhadap lembaga
kemasyarakatan di Indonesia. Imam Syafi'i dikenal sebagai salah satu pendiri mazhab fiqh dan juga
seorang ahli kalam yang berpengaruh. Pemikiran kalam Imam Syafi'i berfokus pada penggunaan
logika dan rasionalitas dalam memahami prinsip-prinsip agama. Ia menekankan pentingnya
pemahaman yang benar terhadap konsep-konsep aqidah (keyakinan) Islam. Pemikiran kalam Imam
Syafi'i memberikan landasan teoretis yang kuat bagi lembaga-lembaga kemasyarakatan Islam di
Indonesia. Hal ini terlihat dalam pendidikan agama yang diberikan di madrasah-madrasah dan
pesantren-pesantren di Indonesia, di mana ajaran Imam Syafi'i menjadi salah satu pijakan utama
dalam pengajaran aqidah. 1

Imam Hambali, seorang ulama dan ahli kalam dari abad ke-9, juga memiliki pengaruh yang
besar terhadap lembaga kemasyarakatan di Indonesia. Pemikiran kalam Imam Hambali
menekankan pada ketaatan kepada Al-Quran dan Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam. Ia
mengedepankan pendekatan tekstual dan tradisional dalam pemahaman agama. Pemikiran kalam
Imam Hambali sangat memengaruhi struktur dan pengorganisasian lembaga kemasyarakatan Islam
di Indonesia, termasuk sistem hukum Islam dan pendidikan agama. 2

Pengaruh pemikiran kalam Imam Syafi'i dan Imam Hambali terhadap lembaga kemasyarakatan
di Indonesia terlihat dalam beberapa aspek, pertama Sistem Hukum Islam. Pemikiran kalam
keduanya memberikan kontribusi pada pengembangan sistem hukum Islam yang berlaku di
Indonesia, terutama dalam hal pembentukan fatwa, hukum waris, perkawinan, dan hukum pidana.
Kedua Pendidikan Agama. Pemikiran kalam Imam Syafi'i dan Imam Hambali menjadi pijakan
utama dalam pengajaran aqidah dan pemahaman agama di madrasah-madrasah dan pesantren-
pesantren di Indonesia. Prinsip-prinsip dan metodologi kalam yang mereka ajarkan telah
membentuk landasan penting dalam kurikulum pendidikan agama. Ketiga Organisasi Keagamaan:
Pengaruh pemikiran kalam Imam Syafi'i dan Imam Hambali tercermin dalam struktur dan
pengorganisasian lembaga kemasyarakatan Islam di Indonesia, seperti Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Nahdlatul Ulama (NU). Prinsip-prinsip yang mereka ajarkan mengenai aqidah dan
kepatuhan terhadap ajaran agama menjadi landasan organisasi-organisasi tersebut.

Desa Gambyok adalah desa yang terletak di kecamatan Grogol kabupaten Kediri. Di desa
Gambyok masyarakat nya secara keseluruhan memeluk agama islam. Islam merupakan agama
mayoritas di desa Gambyok. Ada beberapa organiasasi islam yang menjadi penyokong dan yang

1
Mahmood Zuhdi Haji Abdul Majid, BIOGRAFI AGUNG IMAM SYAFI’I (Alaf 21, 2014).
2
Muhammad Qomarullah, “MENGENAL KUTUB TIS’AH DAN BIOGRAFI PENGARANGYA (Imam Malik,
Imam Ahmad Ibn Hambal Dan Al-Damiri),” El-Ghiroh : Jurnal Studi Keislaman 12, no. 1 (March 12, 2017): 15–27,
https://doi.org/10.37092/el-ghiroh.v12i1.25.
memelihara masyarakat islam di desa Gambyok. Organisasi itu adalah Nahdlatul Ulama,
Muhammadiyah dan LDII. Beberapa organisasi tersebut terbukti saling menghormati dan saling
menjaga keharmonisan islam di desa Gambyok. Dapat dibuktikan kekuatan tiga organisasi tersebut
sangat berdampak bagi masyarakat di desa Gambyok baik dalam bidang keagamaan yang selalu
terkordinasi dan saling menghormati keputusan satu sama lain serta dalam bidang sosial
kemasyarakatan yang bergerak Bersama dalam mensejahterkan masyarakat di desa Gambyok. Di
karenakan tiga ormas keaagamaan tersebut sangat kuat pengaruhnya di desa Gambyok, maka dari
itu pengaruh paham paham ekstrim seperti pemikiran pemikiran ekstrim tidak bisa berkembang
ataupun hanya sekedar masuk di desa Gambyok. Sebegitu kuatnya kekuatan ke dua ormas tersebut
sehingga dapat menjaga masyarakat islam di desa Gambyok dari pengaruh pengaruh ekstrim,
sehingga dapatlah tercipta lingkungan islam yang ideal dan harmonis.

Masyarakat desa Gambyok mayoritas adalah petani. Para petani biasanya menanam jagung,
padi, kangkung, bunga dan tembakau. Di karenakan mayoritas adalah petani, maka setiap di
penghujung panen setiap warga akan dilimpahi rasa syukur yang teramat banyak kepada tuhan
yang maha memberi rezeki dan kasih sayangnya, meskipun kadang panen hasilnya tidak
memuaskan, tetapi rasa syukur selalu Nampak pada wajah wajah masyarakat Gambyok. Meskipun
mayoritas mata pencaharian utama warga desa Gambyok adalah petani, bukan berarti tidak ada
profesi lain di desa Gambyok. Selain petani masih ada profesi seperti Pegawai negeri sipil, guru,
dan ada juga yang merantau jauh keluar negeri untuk mengadu Nasib di negeri orang. Pengetahuan
dan pemikiran ilmu Imam Syafii dan Hambali di desa Gambyok tidak terlepas dari Lembaga
keagamaan yang ada di dalamnya. Di artikel ilmiah ini akan dibahas lebih lanjut tentang pemikiran
imam syafii dan hambali dalam Lembaga keagamaan tdi desa Gambyok, yang tentunya akan
menarik untuk di bahas. Di Desa Gambyok, kondisi lingkungan pemuda sangat dinamis dan aktif
dalam berbagai kegiatan organisasi dan olahraga. Para pemuda di desa ini memiliki semangat tinggi
dalam berpartisipasi dalam kegiatan yang membantu pengembangan diri mereka dan memperkuat
hubungan sosial di komunitas mereka. Dalam hal organisasi, pemuda Desa Gambyok terlibat
dalam berbagai jenis organisasi seperti karang taruna, remaja masjid, IPPNU, dan kelompok
pemuda lainnya. Organisasi-organisasi ini memberikan wadah bagi pemuda untuk berkolaborasi,
berbagi ide, dan berkontribusi dalam membangun masyarakat desa. Mereka aktif dalam
merencanakan dan melaksanakan berbagai kegiatan sosial, seperti penggalangan dana untuk
kegiatan sosial, kampanye kebersihan, dan bakti sosial untuk masyarakat yang membutuhkan.
Melalui keterlibatan dalam organisasi, pemuda di Desa Gambyok dapat mengasah keterampilan
kepemimpinan, kerjasama tim, dan tanggung jawab sosial. Selain itu, olahraga juga menjadi bagian
penting dalam kehidupan pemuda Desa Gambyok. Mereka tergabung dalam klub sepak bola, bulu
tangkis, voli, atau olahraga lainnya. Kegiatan olahraga ini tidak hanya membantu menjaga
kebugaran fisik, tetapi juga memperkuat ikatan sosial antar pemuda. Mereka berpartisipasi dalam
turnamen atau kompetisi olahraga di tingkat desa, kecamatan, maupun kabupaten, yang menjadi
ajang untuk menunjukkan kemampuan dan semangat juang mereka. Melalui olahraga, pemuda di
Desa Gambyok dapat belajar tentang kerjasama tim, disiplin, komitmen, dan mengembangkan rasa
persaingan yang sehat. Kondisi lingkungan pemuda yang aktif berorganisasi dan olahraga di Desa
Gambyok menunjukkan adanya semangat kebersamaan dan kesadaran akan pentingnya partisipasi
dalam kegiatan yang membawa dampak positif bagi masyarakat. Pemuda di desa ini menunjukkan
dedikasi yang tinggi dalam mengembangkan diri mereka sendiri, memperkuat hubungan sosial,
dan berkontribusi dalam membangun komunitas mereka. Keaktifan pemuda dalam organisasi dan
olahraga juga dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya dan berpotensi menciptakan
perubahan yang positif dalam lingkungan desa yang lebih luas. Pemuda adalah calon penerus
peradaban, pentinglah pemahaman teologi di ajarkan agar para pemuda yang penuh semangat di
desa Gambyok tidak muda terjerumus oleh pemahaman teologi yang menyesatkan. Untuk itu
adanya Lembaga keaagamaan berperan dalam meneyebarkan pemahaman teologi, dimana yang
akan di bahas lebih lanjut adalah mengenai pemikiran kalam imam Syafii dan Imam Hambali yang
ada di Lembaga keaagaman di desa Gambyok. Dimana untuk mengetahui pengaruh Pemikiran
Imam Syafii dan Hambali terhadap Lembaga keaagamaan di desa Gambyok diperlukan Observasi
dan Wawancara secara mendalam terhadap warganya secara langsung. Sehingga mengetahui
hubungan pemikiran Imam Syafii dan Hambali dan pengaruhnya terhadap fenomena lembaga
keaagamaan di desa Gambyok.

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan dan persamaan pemikiran antara
Imam Syafi'i dan Imam Hambali terhadap fenomena aliran akidah di lembaga keagamaan di Desa
Gambyok. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian lapangan "field reserch"
untuk mengumpulkan data secara langsung dari lingkungan penelitian. Data yang diperoleh
melalui observasi dan wawancara dan dibandingkan untuk memahami pandangan kedua imam
terhadap aliran akidah yang muncul di desa tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan
komparatif untuk membandingkan pandangan Imam Syafi'i dan Imam Hambali terhadap fenomena
aliran akidah. Rancangan penelitian mencakup pemilihan lembaga keagamaan di Desa Gambyok
sebagai lokasi penelitian. Data akan dikumpulkan melalui beberapa langkah, termasuk:
a) Observasi: Peneliti akan mengamati kegiatan dan praktik keagamaan yang terkait
dengan aliran akidah di lembaga keagamaan Desa Gambyok. Observasi dilakukan
secara langsung di lapangan dengan memperhatikan berbagai aspek seperti ritual,
pengajaran, dan interaksi antara anggota lembaga.
b) Wawancara: Peneliti akan melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh penting dan
anggota lembaga keagamaan untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang
pandangan mereka terhadap aliran akidah yang ada.
Data yang terkumpul akan dianalisis secara komparatif dengan membandingkan pandangan
Imam Syafi'i dan Imam Hambali terhadap aliran akidah. Persamaan dan perbedaan dalam
pendekatan, argumen, dan pandangan keduanya akan diidentifikasi dan dikaji. Temuan penelitian
akan disimpulkan dan dirangkum dalam hasil penelitian yang mencakup pemahaman tentang
perbedaan dan persamaan pemikiran Imam Syafi'i dan Imam Hambali terhadap fenomena aliran
akidah di lembaga keagamaan Desa Gambyok. Laporan penelitian juga akan mencakup
rekomendasi yang relevan bagi pengembangan kegiatan keagamaan di desa tersebut.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan
dan persamaan dalam pemikiran Imam Syafi'i dan Imam Hambali terhadap aliran akidah. Hasil
penelitian ini dapat

C. KAJIAN TEORITIS
Imam Syafi'I mempertanyakan beberapa praktik dalam ilmu kalam pada masanya. Ada
beberapa alasan mengapa Imam Syafi'i tampaknya tidak begitu menyukai ilmu kalam pada
masanya, alasanya yaitu kare kelebihan bahasa dan teori, Imam Syafi'i merasa bahwa ilmu kalam
pada masanya terlalu berkutat pada penggunaan bahasa dan teori tanpa memberikan manfaat yang
jelas bagi umat Islam dalam pemahaman ajaran agama. Dia lebih memilih untuk memfokuskan
pada pemahaman Al-Quran dan Sunnah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta
ilmu kalam berpotensi membuat kontroversi. 3 Imam Syafi'i juga merasa bahwa ilmu kalam dapat
memunculkan potensi kontroversi dan perdebatan yang tidak perlu dalam pemahaman agama. Dia
lebih memilih untuk menghindari potensi perselisihan dan konflik dalam masyarakat Islam dan
lebih memilih pendekatan yang lebih sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat umum. Jadi
Imam Syafi'i mempertanyakan beberapa praktik dalam ilmu kalam pada masanya, tetapi tidak
sepenuhnya menolak ilmu kalam itu sendiri. 4 Meskipun tidak menyukai ilmu kalam berikut
pemikiran pemikiran imam Syafi’I yang menjadi landasannya atau patokannya dalam berpikir:

1) Pendekatan Metodologi: Imam Syafi'i adalah seorang mujtahid yang dikenal


dengan pendekatan metodologisnya yang ketat. Dia menekankan pentingnya
menggunakan dalil-dalil yang sahih dari Al-Qur'an dan hadis dalam membuat
keputusan hukum. Pemikiran kalam Imam Syafi'i sangat terpengaruh oleh
metodologi fiqh.
2) Tawhid: Imam Syafi'i sangat menekankan konsep Tawhid (keesaan Allah).
Menurutnya, pemahaman yang benar tentang Tawhid adalah dasar dari pemahaman
agama secara keseluruhan. Dia menentang pemikiran-pemikiran spekulatif dan
filosofis yang bertentangan dengan konsep Tawhid.
3) Ta'wil: Imam Syafi'i mengakui pentingnya ta'wil (penafsiran) dalam memahami
beberapa ayat Al-Qur'an yang bersifat metaforis atau ambigu. Namun, dia
menekankan bahwa ta'wil harus didasarkan pada dalil-dalil yang jelas dan tidak
boleh bertentangan dengan nash (teks) yang jelas.
4) Akal: Imam Syafi'i mengakui pentingnya peran akal dalam memahami ajaran
agama, namun dia menempatkan akal sebagai alat untuk memahami dalil-dalil

3
DR Ahmad Nahrawi Abdus Salam Al-Indunisi, Ensiklopedia Imam Syafi’i (Hikmah, 2008).
4
“Pemikiran Kalam Imam Syafi’i: Kritis terhadap Mutakallim,” IBTimes.ID (blog), December 1, 2020,
https://ibtimes.id/mengenal-pemikiran-kalam-imam-syafii/.
agama, bukan sebagai otoritas yang independen. Bagi Imam Syafi'i, akal harus
tunduk pada wahyu dan tidak boleh bertentangan dengan teks-teks agama yang
jelas.

Imam Hambali memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap umat Islam, diantara
adalah; Beliau mengumpulkan dan menyusun hadist secara rapi dan sempurna mengikutkan nama-
nama sahabat Nabi Muhammad SAW yang meriwayatkannya satu persatu dalam kitab Musnadnya.
Imam Hanbali pun menekankan semangat anti ar ra’yu (pemikiran atau filsafat dengan landasan
logik). Dalam memandang al Quran dan as sunnah sebagai sumber hukum Islam, Imam Ahmad
bin Hanbal sependapat dengan gurunya yakni Imam Syafi’i, Imam Ahmad memandang as sunnah
memiliki kedudukan yang sama kuat disamping al-Quran, sehingga tidak jarang beliau
menyebutkan bahwa sumber hukum Islam itu adalah Nash, tanpa menyebutkan al Quran dahulu
ataupun as sunnah dahulu, tetapi yang dimaksud olehnya sebagai Nash adalah al Quran dan as
sunnah. Dalam bidang teologi, pemikiran Ahmad bin Hanbal tentang ayat ayat mutasyabihat, lebih
suka menerapkan pendekatan lafdzi / tekstual daripada pendekatan ta’wil, terutama yang berkaitan
dengan sifat-sifat Tuhan dan ayat-ayat mutasyabihat. Imam Ahmad bersikap menyerahkan/ tafwidh
makna-makna ayat dan hadith Mutasyabihat kepada Allah dan Rosul-Nya, dan mensucikan-Nya
dari keserupaan dengan makhluk, ia sama sekali tidak mentakwilkan pengertian lahirnya. Salah
satu pemikiran yang dilontarkan adalah tentang status alQuran yang sampai menghantarkannya ke
penjara. Yang mana apakah alQuran diciptakan (makhluk) yang karenanya hadith (baru) ataukah
tidak diciptakan yang karenanya qodim? Ibnu hambal tidak mau membahas lanjut tentang status
al-Quran, ia hanya mengatakan bahwa al-Quran tidak diciptakan, hal ini sejalan dengan pola
pikirnya yang menyerahkan ayatayat yang berhubungan dengan sifat Allah kepada Allah dan
Rosul-Nya. Dalam beristinbath hukum, imam Ahmad bin Hanbal menggunakan metode ahlul
hadith, dengan dasar-dasar nash Al Qur-an atau nash hadith, fatwa sebagian Sahabat, Hadith
Mursal dan Hadith dho’if, dan Qiyas. Beliau menggunakan qiyas bila sudah dalam keadaan
terpaksa karena tidak didapatkan dalam hadith mursal ataupun dlo’if dan juga fatwa para sahabat.
Imam Hanbali disebut sebagai Imam yang wara’ (berhati-hati dan menjaga diri). Imam Ahmad
juga berhati-hati dalam menerima pendapat, pemikiran orang, atau logika orang. Ia lebih memilih
hadith dho’if kalau tidak ada kaitannya dengan halal dan haram.27 Kalau ada kaitannya, ia lebih
memilih hadith shahih yang kuat. 5 Imam Ahmad juga menolak ijma’ kecuali yang dilakukan oleh
para sahabat Nabi. Untuk lebih jelasnya berikut pemikiran kalam imam hambali :

1) Pendekatan Metodologi: Imam Hambali menekankan pentingnya mengikuti al-


Qur'an, hadis, dan pemahaman para sahabat dalam membuat keputusan hukum. Dia
menganggap bahwa dalil-dalil yang jelas harus diutamakan dan pemahaman para
sahabat sebagai otoritas dalam menafsirkan ajaran agama.
2) Tawhid: Imam Hambali menganggap konsep Tawhid sebagai inti ajaran Islam dan
menolak bentuk-bentuk kesyirikan dan bid'ah. Dia menekankan pentingnya
menyembah Allah semata dan menolak segala bentuk asosiasi atau perantara antara
Allah dan manusia.
3) Sunnah: Imam Hambali sangat menekankan pentingnya mengikuti sunnah Nabi
Muhammad sebagai sumber hukum yang penting. Dia memandang hadis-hadis
sebagai sumber otoritatif dalam menetapkan hukum-hukum agama.
4) Akal: Imam Hambali mengakui pentingnya peran akal dalam memahami ajaran
agama, namun dia menempatkan akal sebagai alat untuk memahami nash-nash
agama dengan mempertimbangkan konteks dan tujuan hukum tersebut. Baginya,
akal tidak boleh bertentangan dengan nash yang jelas, namun juga tidak boleh
diabaikan dalam memahami ajaran agama.

Pemikiran Kalam Imam Syafi'i dan Hambali memiliki beberapa perbedaan yang
mencerminkan pendekatan metodologis dan pandangan mereka dalam memahami ajaran agama
Islam. Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara keduanya:

● Pendekatan Metodologis:

- Imam Syafi'i: Imam Syafi'i memiliki pendekatan metodologis yang lebih fleksibel dan
cenderung mempertimbangkan metode fiqh dalam pendekatannya. Dia menggabungkan aspek-
aspek dari ilmu kalam, fiqh, dan ushul fiqh untuk mencapai pemahaman yang lebih komprehensif.

5
Husnul Khatimah, “SEJARAH PEMIKIRAN HUKUM AHMAD BIN HANBAL,” LISAN AL-HAL: Jurnal
Pengembangan Pemikiran Dan Kebudayaan 11, no. 1 (June 10, 2017): 157–70,
https://doi.org/10.35316/lisanalhal.v11i1.166.
- Imam Hambali: Imam Hambali memiliki pendekatan metodologis yang lebih konservatif dan
berpegang pada metode tradisional. Dia menekankan pentingnya mengacu pada sunnah dan
pemahaman para sahabat sebagai landasan utama dalam menetapkan hukum-hukum agama.

● Penggunaan Ta'wil (Penafsiran):

- Imam Syafi'i: Imam Syafi'i cenderung lebih terbuka terhadap penggunaan ta'wil, yaitu
penafsiran metaforis atau ambigu terhadap ayat-ayat Al-Qur'an. Dia mengakui bahwa ta'wil dapat
digunakan untuk memahami ayat-ayat yang tidak jelas, namun dengan syarat bahwa ta'wil tersebut
tidak bertentangan dengan dalil-dalil yang jelas.

- Imam Hambali: Imam Hambali lebih berhati-hati dalam menggunakan ta'wil. Dia cenderung
lebih memprioritaskan dalil-dalil yang jelas dan pemahaman para sahabat sebagai otoritas dalam
menafsirkan ajaran agama. Imam Hambali menganggap ta'wil hanya dapat digunakan dalam batas-
batas yang ditetapkan oleh dalil-dalil yang jelas.

● Pemikiran Spekulatif:

- Imam Syafi'i: Imam Syafi'i relatif lebih terbuka terhadap pemikiran spekulatif dan filosofis
dalam kalam Islam. Dia mengakui bahwa akal dapat digunakan sebagai alat untuk memahami
ajaran agama, asalkan tidak bertentangan dengan teks-teks agama yang jelas.

- Imam Hambali: Imam Hambali cenderung lebih konservatif dalam pendekatannya dan kurang
menerima pemikiran spekulatif. Dia menempatkan akal sebagai alat yang penting dalam
memahami ajaran agama, tetapi dengan syarat bahwa akal harus tunduk pada wahyu dan tidak
bertentangan dengan teks-teks agama yang jelas.

Perbedaan-perbedaan ini mencerminkan perbedaan dalam pendekatan metodologis,


fleksibilitas dalam penggunaan ta'wil, dan sikap terhadap pemikiran spekulatif dalam pemikiran
kalam Imam Syafi'i dan Hambali. Meskipun demikian, kedua pemikiran ini tetap memberikan
kontribusi penting dalam pengembangan kalam Islam.

D. HASIL PENELITIAN

Imam Syafi'i dan Imam Hambali merupakan dua tokoh ulama besar dalam tradisi Islam
yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pemikiran dan metodologi pengajaran
agama. pengaruh umum yang mungkin berasal dari pemikiran kedua imam tersebut. Berikut adalah
pemikiran kalam Imam Syafi'i dan Imam Hambali yang dapat mempengaruhi pendekatan dan
metode pengajaran agama seperti ijtihad, Imam Syafi'i merupakan salah satu pendiri mazhab syafi'i
yang menekankan pentingnya ijtihad (penafsiran hukum berdasarkan dalil-dalil agama) sebagai
metode pengambilan keputusan dalam hukum Islam. Pendekatan ini mungkin mempengaruhi
lembaga keagamaan di Desa Gambyok dengan memberikan penekanan pada keterampilan
interpretasi dan analisis terhadap sumber-sumber agama. Penekanan pada Dalil. Imam Syafi'i
sangat menekankan penggunaan dalil-dalil agama sebagai dasar pengambilan keputusan hukum.
Pendekatan ini mungkin berdampak pada metode pengajaran di lembaga keagamaan di Desa
Gambyok dengan mengajarkan siswa untuk memahami dan menggunakan dalil-dalil agama secara
lebih terperinci. Untuk Imam Hambali Konservatismenya mungkin mempengaruhi. Imam Hambali
dikenal sebagai seorang ulama yang konservatif dalam pendekatannya terhadap hukum Islam.
Beliau menekankan pentingnya mengikuti dan mematuhi ajaran-ajaran yang telah ditetapkan oleh
Nabi Muhammad SAW dan generasi salafusshalih (generasi awal umat Islam). Pengaruh ini
mungkin tercermin dalam pendekatan pengajaran di lembaga keagamaan di Desa Gambyok dengan
penekanan pada pemeliharaan tradisi dan nilai-nilai Islam yang telah mapan. Penggunaan Hadis:
Imam Hambali memandang hadis (ucapan dan tindakan Nabi Muhammad SAW) sebagai sumber
hukum yang sangat penting. Oleh karena itu, metode pengajaran di lembaga keagamaan di Desa
Gambyok mungkin menekankan pentingnya mempelajari, memahami, dan menerapkan hadis-
hadis dalam pemahaman agama sehari-hari. Dalam kombinasi, pemikiran kalam Imam Syafi'i dan
Imam Hambali dapat memberikan dasar bagi pendekatan pengajaran agama yang komprehensif
dan konservatif. Pendekatan tersebut mungkin mengedepankan keterampilan ijtihad dalam
interpretasi agama, penekanan pada dalil-dalil agama, pemeliharaan tradisi Islam, serta
penggunaan hadis sebagai sumber hukum. Namun, perlu dicatat bahwa pengaruh konkretnya pada
lembaga keagamaan di Desa Gambyok dapat berbeda-beda tergantung pada konteks, praktik lokal,
dan interpretasi ulama setempat. Imam Syafi'i dan Imam Hambali bukanlah tokoh-tokoh kalam,
tetapi mereka adalah tokoh-tokoh mazhab fiqih dalam tradisi Islam. Oleh karena itu, pengaruh
pemikiran kalam Imam Syafi'i dan Imam Hambali dalam memahami dan menafsirkan konsep
Tawhid di kalangan aliran akidah tidak terlalu signifikan, karena kalam dan akidah adalah dua
bidang yang berbeda dalam tradisi Islam. Dalam hal memahami dan menafsirkan konsep Tawhid
di kalangan aliran akidah di Desa Gambyok, pengaruh lebih besar diperoleh dari para ulama dan
tokoh akidah yang berfokus pada ilmu kalam (teologi) Islam. Mereka mempelajari dan
mengembangkan argumen-argumen rasional dalam pemahaman tentang Tawhid dan konsep-
konsep teologis lainnya. Pemahaman dan penafsiran konsep Tawhid di aliran akidah di Desa
Gambyok dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tradisi lokal, interpretasi ulama setempat, serta
warisan intelektual dan pendidikan agama yang diterima oleh komunitas tersebut. Oleh karena itu,
untuk memahami pengaruh konkret dalam memahami dan menafsirkan konsep Tawhid di kalangan
aliran akidah di Desa Gambyok, penting untuk mempelajari ulama dan tokoh akidah lokal yang
diikuti di daerah tersebut. Untuk pengaruh pemikiran kalam Imam Syafi'i dan Imam Hambali dapat
terlihat dalam pendekatan lembaga keagamaan di Desa Gambyok terkait penggunaan hadis sebagai
sumber hukum dan otoritas dalam menetapkan ajaran agama. Kedua imam ini memiliki pandangan
yang kuat tentang pentingnya hadis dalam memahami hukum dan praktek agama. Imam Syafi'i dan
Imam Hambali memandang hadis sebagai salah satu sumber utama hukum Islam setelah Al-Quran.
Mereka menganggap hadis sebagai pernyataan dan tindakan Nabi Muhammad SAW yang memiliki
otoritas untuk mengarahkan umat Islam dalam beragama. Dalam pemikiran mereka, hadis dapat
memberikan penjelasan, interpretasi, dan rincian lebih lanjut terkait pelaksanaan ibadah, hukum,
dan etika. Dalam lembaga keagamaan di Desa Gambyok, pendekatan pengajaran agama mungkin
didasarkan pada penekanan penggunaan hadis sebagai sumber hukum dan otoritas dalam
menetapkan ajaran agama. Pengajaran agama dapat melibatkan mempelajari, memahami, dan
mengaplikasikan hadis-hadis yang berkaitan dengan praktik ibadah, etika, dan hukum Islam.
Hadis-hadis tersebut digunakan untuk memberikan penjelasan dan panduan dalam memahami
tuntunan agama yang berlaku dalam masyarakat setempat. Pengaruh pemikiran kalam Imam Syafi'i
dan Imam Hambali dalam penggunaan hadis sebagai sumber hukum dan otoritas juga dapat
tercermin dalam metodologi penelitian dan interpretasi hadis yang diajarkan dan diterapkan di
lembaga keagamaan. Metode-metode yang dikembangkan oleh kedua imam ini, seperti ilmu hadis
dan ilmu ushul al-hadis, dapat menjadi dasar bagi pendekatan akademis dalam memahami,
mengkritisi, dan menganalisis hadis-hadis dalam konteks pengajaran agama di Desa Gambyok.
Namun, perlu diingat bahwa implementasi konkret dari pemikiran ini dapat bervariasi di lembaga
keagamaan di Desa Gambyok tergantung pada praktik dan interpretasi lokal, serta peran ulama dan
tokoh agama setempat dalam menafsirkan dan mengaplikasikan hadis sebagai sumber otoritas
dalam menetapkan ajaran agama.
Pemikiran kalam Imam Syafi'i dan Imam Hambali memiliki pengaruh terhadap pandangan
lembaga keagamaan di Desa Gambyok terkait peran akal dalam memahami ajaran agama. Kedua
imam ini memiliki sikap yang berbeda dalam memandang peran akal dalam pemahaman agama.
Imam Syafi'i menganut pendekatan yang memperhatikan peran akal dalam memahami ajaran
agama. Beliau mengakui pentingnya akal sebagai alat untuk memahami Al-Quran dan hadis,
namun dengan syarat bahwa akal harus tunduk kepada wahyu dan panduan agama. Imam Syafi'i
berpendapat bahwa akal dapat digunakan untuk memahami dan menafsirkan teks-teks agama,
namun jika ada konflik antara akal dan nash (teks agama), maka nash-lah yang harus diikuti. Imam
Hambali cenderung memiliki sikap yang lebih konservatif terkait peran akal dalam memahami
agama. Beliau memandang bahwa akal memiliki peran yang terbatas dalam memahami ajaran
agama. Imam Hambali menganggap bahwa akal harus tunduk sepenuhnya kepada Al-Quran dan
hadis, dan tidak boleh digunakan untuk meragukan atau menafsirkan kembali teks-teks agama yang
sudah jelas. Dalam lembaga keagamaan di Desa Gambyok, pengaruh pemikiran kalam Imam
Syafi'i dan Imam Hambali terhadap peran akal dalam memahami ajaran agama mungkin akan
bervariasi tergantung pada interpretasi dan pendekatan ulama dan tokoh agama setempat. Beberapa
lembaga keagamaan mungkin mengadopsi pendekatan yang lebih inklusif, di mana akal digunakan
sebagai alat untuk memahami dan menafsirkan ajaran agama, tetapi tetap tunduk kepada nash.
Sementara itu, yang lain mungkin mengadopsi pendekatan yang lebih konservatif, di mana akal
memiliki peran yang terbatas dan hanya dianggap relevan dalam hal-hal yang tidak bertentangan
dengan teks-teks agama. Penting untuk diingat bahwa interpretasi dan implementasi pemikiran ini
dapat berbeda di lembaga keagamaan yang berbeda di Desa Gambyok. Di Desa Gambyok yang
lebih cenderung mengadopsi pemikiran kalam Imam Syafi'i adalah NU (Nahdlatul Ulama) NU di
desa Gambyok sejarahnya sendiri dibawah oleh seorang kyai yang narasumber sendiri lupa
Namanya. Kiyai tersebut mendirikan masjid dan mengajak warga desa di sana mengajak kegiatan
kegiatan keaagamaan yang bermahzhabkan imam syafi’i. Dari sana NU terus berkembang hingga
sekarang. Jadi untuk fenomena akidah yang terjadi, desa Gambyok sangat terpengaruhi oleh
pemikiran kalam imam syafi’i . Untuk yang condong pada pemikiran imam hanbali bisa dikatakan
tidak ada, karena tidak ada Lembaga yang mengklaim atau mengproklamirkan condong pada
mahzhab hambali di desa gambyok bahkan di Indonesia. Alasan utama mengapa mahzab Hanbali
tidak banyak dianut di Indonesia adalah sejarah dan perkembangan Islam di wilayah ini. Sejak
zaman penyebaran Islam di Indonesia pada abad ke-13, mayoritas masyarakat Muslim di Indonesia
telah mengikuti mahzab Syafi'i. Berikut beberapa faktor yang menyebabkan mahzab Hanbali tidak
berkembang secara signifikan di Indonesia:

● Sejarah Penyebaran Islam: Islam masuk ke Indonesia melalui pengaruh perdagangan


dengan dunia Arab dan India. Penyebaran awal Islam di wilayah ini didominasi oleh
pedagang dan ulama dari India dan Persia yang mengikuti mahzab Syafi'i. Oleh karena itu,
tradisi dan ajaran Syafi'i menjadi kuat dan mengakar di masyarakat.
● Peran NU dan Muhammadiyah: Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, dua
organisasi Islam terbesar di Indonesia, secara historis mengikuti mahzab Syafi'i. Kedua
organisasi ini memiliki pengaruh yang kuat dalam menentukan arah dan praktik
keagamaan di Indonesia. Dalam pengajaran dan lembaga-lembaga pendidikan mereka,
mereka lebih menekankan ajaran dan prinsip-prinsip Syafi'i.
● Penyesuaian dengan Budaya Lokal: Di Indonesia, Islam telah mengalami sinkretisme
dengan budaya lokal yang kuat. Tradisi-tradisi seperti adat istiadat, kesenian, dan kearifan
lokal memiliki pengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Mahzab Syafi'i,
dengan penekanannya pada masalah fiqh dan adat istiadat yang terkait, telah lebih mudah
disesuaikan dengan budaya lokal Indonesia daripada mahzab Hanbali yang lebih
konservatif dan kaku dalam pendekatan hukum.

Secara keseluruhan, faktor sejarah, pengaruh organisasi Islam, dan adaptasi dengan budaya
lokal telah menyebabkan dominasi mahzab Syafi'i di Indonesia. Meskipun ada individu atau
kelompok yang mengikuti mahzab Hanbali di Indonesia, tetapi secara luas, mereka merupakan
pengecualian dan bukan merupakan arus utama dalam praktik keagamaan.

E. KESIMPULAN

Dalam kesimpulan, Imam Syafi'i dan Imam Hambali merupakan dua tokoh ulama besar
dalam tradisi Islam yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pemikiran dan metodologi
pengajaran agama. Pengaruh umum dari pemikiran keduanya yang mungkin terlihat adalah Imam
Syafi'i menekankan pentingnya ijtihad sebagai metode pengambilan keputusan dalam hukum
Islam. Pendekatan ini mungkin mempengaruhi lembaga keagamaan di Desa Gambyok dengan
memberikan penekanan pada keterampilan interpretasi dan analisis terhadap sumber-sumber
agama. Imam Syafi'i sangat menekankan penggunaan dalil-dalil agama sebagai dasar pengambilan
keputusan hukum. Pendekatan ini mungkin berdampak pada metode pengajaran di lembaga
keagamaan di Desa Gambyok dengan mengajarkan siswa untuk memahami dan menggunakan
dalil-dalil agama secara lebih terperinci. Imam Hambali dikenal sebagai seorang ulama yang
konservatif dalam pendekatannya terhadap hukum Islam. Beliau menekankan pentingnya
mengikuti dan mematuhi ajaran-ajaran yang telah ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW dan
generasi salafusshalih (generasi awal umat Islam). Pengaruh ini mungkin tercermin dalam
pendekatan pengajaran di lembaga keagamaan di Desa Gambyok dengan penekanan pada
pemeliharaan tradisi dan nilai-nilai Islam yang telah mapan. Imam Hambali juga menekankan
pentingnya hadis sebagai sumber hukum yang otoritatif. Pendekatan ini mungkin berdampak pada
metode pengajaran di lembaga keagamaan di Desa Gambyok dengan menekankan pentingnya
mempelajari, memahami, dan menerapkan hadis-hadis dalam pemahaman agama sehari-hari.
Dalam kombinasi, pemikiran Imam Syafi'i dan Imam Hambali memberikan dasar bagi pendekatan
pengajaran agama yang komprehensif dan konservatif. Pendekatan tersebut mungkin
mengedepankan keterampilan ijtihad dalam interpretasi agama, penekanan pada dalil-dalil agama,
pemeliharaan tradisi Islam, serta penggunaan hadis sebagai sumber hukum. Namun, perlu dicatat
bahwa implementasi konkret dari pemikiran ini dapat bervariasi tergantung pada konteks, praktik
lokal, dan interpretasi ulama setempat. Dalam konteks lembaga keagamaan di Desa Gambyok,
pemikiran kalam Imam Syafi'i dan Imam Hambali memiliki pengaruh terhadap pandangan tentang
peran akal dalam memahami ajaran agama. Imam Syafi'i memperhatikan peran akal dalam
pemahaman agama dengan mengakui pentingnya sebagai alat untuk memahami teks-teks agama,
tetapi dengan syarat bahwa akal harus tunduk pada wahyu dan panduan agama. Di sisi lain, Imam
Hambali memiliki sikap yang lebih konservatif, di mana akal memiliki peran yang terbatas dan
harus sepenuhnya tunduk pada Al-Quran dan hadis. Pengaruh pemikiran ini dalam lembaga
keagamaan di Desa Gambyok dapat bervariasi tergantung pada interpretasi dan pendekatan ulama
dan tokoh agama setempat. Beberapa lembaga keagamaan mungkin mengadopsi pendekatan yang
lebih inklusif, di mana akal digunakan sebagai alat untuk memahami dan menafsirkan ajaran
agama, tetapi tetap tunduk kepada nash. Sementara itu, yang lain mungkin mengadopsi pendekatan
yang lebih konservatif, di mana akal memiliki peran yang terbatas dan hanya dianggap relevan
dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan teks-teks agama.

Dalam konteks Desa Gambyok, lembaga keagamaan yang condong pada pemikiran kalam
Imam Syafi'i adalah Nahdlatul Ulama (NU). NU memiliki sejarah yang mengikuti mazhab Syafi'i
dan telah mempengaruhi pendekatan agama di desa tersebut. Namun, tidak ada lembaga yang
secara khusus mengklaim atau mengadopsi mazhab Hambali di Desa Gambyok atau di Indonesia
secara umum. Faktor-faktor seperti sejarah penyebaran Islam, peran NU dan Muhammadiyah, serta
penyesuaian dengan budaya lokal, telah menyebabkan dominasi mazhab Syafi'i di Indonesia.
Mazhab Hambali, dengan pendekatannya yang lebih konservatif, tidak berkembang secara
signifikan di Indonesia. Meskipun ada individu atau kelompok yang mengikuti mazhab Hambali
di Indonesia, mereka merupakan pengecualian dan bukan merupakan arus utama dalam praktik
keagamaan. Dalam kesimpulannya, pemikiran kalam Imam Syafi'i dan Imam Hambali memiliki
pengaruh terhadap pandangan lembaga keagamaan di Desa Gambyok terkait peran akal dalam
memahami ajaran agama. Pengaruh ini dapat bervariasi tergantung pada interpretasi dan
pendekatan ulama dan tokoh agama setempat. Mazhab Syafi'i dominan di Indonesia, sementara
mazhab Hambali tidak berkembang secara signifikan di negara ini.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Indunisi, DR Ahmad Nahrawi Abdus Salam. Ensiklopedia Imam Syafi’i. Hikmah, 2008.

Aizid, Ustadz Rizem. Kitab Terlengkap Biografi Empat Imam Mazhab. SAUFA, n.d.

Majid, Mahmood Zuhdi Haji Abdul. BIOGRAFI AGUNG IMAM SYAFI’I. Alaf 21, 2014.

IBTimes.ID. “Pemikiran Kalam Imam Syafi’i: Kritis terhadap Mutakallim,” December 1, 2020.
https://ibtimes.id/mengenal-pemikiran-kalam-imam-syafii/.
Khatimah, Husnul. “SEJARAH PEMIKIRAN HUKUM AHMAD BIN HANBAL.” LISAN AL-
HAL: Jurnal Pengembangan Pemikiran Dan Kebudayaan 11, no. 1 (June 10, 2017): 157–70.
https://doi.org/10.35316/lisanalhal.v11i1.166.

Qomarullah, Muhammad. “MENGENAL KUTUB TIS’AH DAN BIOGRAFI PENGARANGYA


(Imam Malik, Imam Ahmad Ibn Hambal Dan Al-Damiri).” El-Ghiroh : Jurnal Studi Keislaman
12, no. 1 (March 12, 2017): 15–27. https://doi.org/10.37092/el-ghiroh.v12i1.25.

You might also like