You are on page 1of 13

TINJAUAN KEHUJAHAN ‘URF TERHADAP IJAB QABUL

DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM


Azni, Wahidin, Rahmad Kurniawan, Ahmad Jupendri

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau


Jl. Subrantas Km. 15, Kota Pekanbaru, Riau
Email: azni_umar@yahoo.com, wahidin@uin-suska.ac.id, rahmadkurniawan@uin-suska.ac.id,
ahmadjupendri77@gmail.com

Abstract: One of the influences of customary tradition ('urf) in society is


the matter of having to continue the ijab qabul lafaz in one breath. This
started from the interpretation of ancient religious leaders and society in
interpreting the opinion of one expert in Islamic law, namely Imam
Syafi'i. This study aims to analyze the position of customary traditions
('urf) in Islamic law and the blasphemy of customary traditions ('urf)
against Qabul's consent in continuous lafaz and one breath. The research
method used is qualitative based on literature study. Primary data
sources come from books of fiqh studies with the Shafi'i school as the
main reference and secondary data sources come from relevant research
results in the form of journal articles and final assignments, or books. The
results of the study indicate that the validity of the customary tradition
('urf) on the implementation of the Ijab Kabul is still accepted as long as
it does not conflict with Islamic law. Accepted in the sense that the act is
jaiz (permitted) and does not defeat Islamic law, in the sense that it does
not take over the position of the pillars of marriage and does not have to
be forced to become a legal requirement for marriage, because its
position is only a customary tradition ('urf) that has developed in society.
Keywords: Hujah, ‘Urf, Ijab Qabul, Islamic Law
Abstrak: Salah satu pengaruh tradisi adat (‘urf) di dalam masyarakat
ialah perihal harus bersambungnya lafaz ijab qabul dalam satu nafas. Hal
ini berawal dari penafsiran para tokoh agama dan masyarakat zaman
dahulu dalam memaknai pendapat salah seorang pakar hukum Islam,
yaitu Imam Syafi’i. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kedudukan tradisi adat (‘urf) dalam hukum Islam dan kehujahan tradisi
adat (‘urf) terhadap ijab Qabul dalam lafaz bersambung dan satu tarikan
nafas. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif berbasis studi
pustaka. Sumber data primer berasal kitab-kitab kajian Fikih bermazhab
Syafi’i menjadi rujukan utamanya dan sumber data sekunder berasal dari
hasil-hasil penelitian yang relevan dalam bentuk artikel jurnal maupun
tugas akhir, atau juga buku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kehujjahan tradisi adat (‘urf) terhadap pelaksanaan ijab kabul adalah
tetap diterima selama tidak bertentangan dengan hukum Islam. Diterima
dalam arti perbuatan tersebut bersifat jaiz (diperbolehkan) dan tidak
mengalahkan hukum Islam, dalam artian juga tidak mengambil alih
posisi rukun pernikahan dan tidak pula harus dipaksakan menjadi syarat
sah pernikahan, karena kedudukannya hanyalah sebuah tradisi adat
(‘urf) yang sudah berkembang di masyarakat.
Kata Kunci: Hujah, ‘Urf, Ijab Qabul, Hukum Islam

69
Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 16, No. 1, Januari-Juni 2022 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

PENDAHULUAN luar biasa bagi pelakunya. Sedangkan


Ikatan pernikahan adalah sesuatu menurut Undang-undang Perkawinan No.
yang sangat sakral bagi umat manusia 1 Tahun 1974 pasal 1 yang berbunyi
yang tidak dapat terlepas dari ketentuan “perkawinan adalah ikatan lahir batin
syariat Islam karena ada tujuan yang antara seorang pria dengan seorang
sakral di dalamnya. Nilai-nilai luhur wanita sebagai suami istri dengan tujuan
pernikahan tidak hanya sebagai pemuas membentuk keluarga atau rumah tangga
nafsu semata, tetapi sebagai upaya yang bahagia dan kekal berdasarkan
meraih ketenangan, ketenteraman, serta Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sebagaimana
sarana saling mengayomi antara suami ayat Al-Qur’an yang memaparkan tentang
istri berdasarkan landasan cinta dan perkawinan yaitu dalam surah ar-Rum
kasih sayang yang mendalam. Memang ayat 21 yang berbunyi :
tidak dapat dipungkiri laki-laki dan
      
perempuan sudah fitrahnya untuk saling
mempunyai rasa ketertarikan dan hal
     
tersebut kemudian beranjak kepada niat
suci pernikahan, proses ini mengandung
       
dua aspek yaitu aspek biologis agar
manusia bisa berketurunan, dan aspek Artinya: dan di antara tanda-tanda
afeksi agar manusia merasa tenang dan kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
tentram berdasarkan kasih sayang. untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
Dengan cinta dan kasih sayang supaya kamu cenderung dan merasa
tidak hanya menginginkan pasangan tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
tersebut membentuk kehidupan keluarga diantaramu rasa kasih dan sayang.
yang damai dan bahagia, tetapi juga Sesungguhnya pada yang demikian itu
memberikan kekuatan yang dibutuhkan benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
untuk mengutamakan nilai-nilai kaum yang berfikir. (Q.S. ar-Rum: 21).
kebudayaan yang lebih tinggi. Al-Qur’an Sebuah perkawinan hanya
telah menerangkan sasaran tersebut dianggap sah oleh Islam berupa
bahwa dalam pandangan Islam konsep perkawinan yang dalam dilaksanakan
perkawinan merupakan konsep cinta dan sesusai dengan ketentuan yang telah
kasih sayang. ditetapkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah.
Pernikahan merupakan suatu (Utomo, 2013), (Rofiq, 1995). Menurut
perintah yang diberikan Allah kepada ketentuan hukum Islam, sebuah
hamba-hambanya yang bertujuan untuk perkawinan dapat dikatakan sah apabila
menciptakan keluarga yang sakinah telah memenuhi rukun dan syaratnya
mawadah wa rahmah, sehingga Allah yang telah ditetapkan. Adapun rukun
memberikan anugerah dan pahala yang dalam perkawinan itu ada 5 (lima) yaitu

70 | Tinjauan Kehujahan ‘Urf terhadap Ijab Qabul dalam Perspektif Hukum Islam
Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 16, No. 1, Januari-Juni 2022 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

adanya mempelai laki-laki, mempelai pernikahan kecuali jika pelafalan dan


perempuan, wali, dua orang saksi dan ijab pengucapan ijab qabul itu ada yang
qabul. (Ad-Dimyathi., 1992). kurang kata. Namun ada beberapa
Dari ke lima rukun tersebut kalau masyarakat yang sangat fanatik dengan
ijab serta qabul ialah salah satu rukun cara mengucapkan lafaz dan ini (lafaz
yang wajib dipadati dalam suatu nikah) memang dipengaruhi oleh
pernikahan supaya bisa dikatakan legal mazhab, terutama dalam mazhab
bagi hukum Islam. Dalam pasal 14 Syafi’iyah sedikit lebih sulit misalnya
Kompilasi Hukum Islam mengatakan pengucapan lafaz harus menggunakan
rukun nikah terdapat 5 rukun tersebut satu kali nafas padahal itu hanya suatu
ialah calon suami, calon isteri, wali nikah, teknis, yang terpenting bukan satu nafas
2 orang saksi, serta ijab serta qabul. tetapi yang terpenting adalah di tempat
Adapun permasalahan yang sering yang sama. Tetapi masyarakat saat ini
muncul di masyarakat yang berkembang menjadikannya sebagai suatu tradisi
khususnya di bidang hukum Islam, (‘urf) yang harus dijalani, jika tidak maka
seiring dengan perkembangan zaman suatu pernikahan dapat dianggap tidak
yang meluas di masyarakat, prinsip- sah.
prinsip dan fikih munakahat Berdasarkan latar belakang
kontemporer secara kreatif dipraktikkan tersebut, maka dianggap perlu untuk
di masa kekinian. Sehingga perlu melihat mengadakan suatu penelitian berupa
bagaimana realitas pelaksanaan fikih library research (penelitian kepustakaan)
pernikahan terkait ijab qabul dalam untuk mengetahui kehujjahan tinjauan
pelaksanaan saat ini dalam konteks ‘urf terhadap ijab qabul, terutama dalam
hukum Islam dan adat. keharusan ijab qabul dalam satu tarikan
Dalam prosesi akad nikah nafas dan bersambung.
seringkali terdengar bahwa syarat sah Untuk mengetaui distingsi dari
mengucapkan qabul adalah harus dalam penelitian ini maka akan dielaborasi
satu nafas, tentu hal itu sangat beberapa penelitian terdahulu yang
memberatkan bagi calon mempelai pria relevan, di antaranya penelitian tentang
karena selain kalimatnya yang panjang, pelaksanaan ijab qabul dengan sistem
rasa gugup pun menjadi kendala dan perhitungan waktu. Fokus penelitian ini
mengganggu konsentrasi dalam pada adat perhitungan waktu pada saat
mengucapkan qabul sehingga banyak ijab qabul. (Mochammad, 2014).
yang merasa ketakutan sebelum Kemudian penelitian tentang tradisi
pelaksanaan akad nikah tersebut. mahar seperangkat alat shalat dalam
Sebenarnya hal tersebut dalam proses ijab qabul. Fokus penelitian pada
suatu konteks pelafalan bahasa tidak urf masyarakat Batak Angkola Sumatera
mempengaruhi sah atau tidaknya Utara. (Ritonga, 2020). Penelitian lain

Azni, Wahidin, Rahmad Kurniawan, Ahmad Jupendri | 71


Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 16, No. 1, Januari-Juni 2022 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

tentang tradisi pengantin bersanding saat menjadi dasar bagi kajian-kajian ‘urf yang
ijab qabul. Fokus penelitian pada analisis sejenis.
maslahah mursalah terhadap ‘urf Penelitian ini secara umum akan
tersebut. (Mufattihin, 2018). Penelitian menganalisis Kehujahan ‘Urf Terhadap
lain tentang tradisi mbangun nikah dalam Ijab Qabul dalam Perspektif Hukum
tinjauan hukum Islam. Fokus penelitian Islam, namun secara khusus akan
pada kehujahan tradisi mbangun dalam bertujuan untuk menganalisis: (1)
perspektif hukum Islam (Yustafad, 2021). kedudukan ‘urf dalam hukum Islam, (2)
Penelitian lain tentang tradisi ijab qabul kehujjahan ‘urf terhadap ijab qabul dalam
pada masyarakat Samin, Blora. Fokus lafaz bersambung dan satu tarikan nafas.
penelitian pada kehadiran sesepuh
masyarakat samin dalam proses ijab METODE PENELITIAN
qabul. (Listiawati, 2013). Penelitian ini menggunakan
Namun yang berbeda dari metode penelitian kualitatif. Jenis
penelitian ini adalah penelitian ini penelitian ini menggunakan penelitian
mengkaji ‘urf ijab qabul dalam tarikan kepustakaan (library research) yaitu
satu nafas, dan hal ini memang belum suatu penelitian dengan memusatkan
menjadi kajian pada penelitian-penelitian perhatian yang bersumber datanya
terdahulu. Sehingga hal itu jugalah yang diperoleh dari pustaka, buku-buku atau
menjadi novelty dalam penelitian ini. karya-karya tulis yang relevan dengan
Tentu fenomena itu erat kaitannya pokok permasalahan yang diteliti.
dengan hukum Islam baik yang Sumber data utama dalam
bersumber dari Al-Qur’an atau pun Hadis penelitian ini adalah kara-karya fikih
Nabi Saw, maka keduanya menjadi bermazhab imam syafi’i yang membahas
landasan dalam menentukan status tentang ‘urf dalam ijab qabul. Karya
hukum ‘urf ijab qabul dalam tarikan satu utama yang digunakan adalah ‘ianatut
nafas. thalibin yang merupakan kitab Fikih
Penelitian ini tentu memiliki dalam versi Mazhab Syafi’i. Pemilihan
kontribusi bagi umat Islam, khususnya terhadap kitab ini dengan alasan bahwa
bagi mereka yang ingin menikah atau kitab tersebut sering menjadi rujukan
juga yang berprofesi pada bidang masyarakat atau tokoh agama di satu
pernikahan. Dengan temuan penelitian daerah dalam mengambil keputusan, atau
ini masyarakat akan mendapatkan menjawab pertanyaan masyarakat yang
pemahaman tentang status hukum berkitan dengan hukum Islam. Selain itu
tersebut, dan dapat menjadikannya sumber data sekunder juga merujuk pada
sebagai pegangan atu dasar dalam karya-karya penelitian yang membahas
menyelenggarakan ijab qabul. Bahkan tentang hal itu seperti dari artikel jurnal,
tidak menutup kemungkinan juga buku, ataupun tugas akhir mahasiswa.

72 | Tinjauan Kehujahan ‘Urf terhadap Ijab Qabul dalam Perspektif Hukum Islam
Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 16, No. 1, Januari-Juni 2022 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

Teknik pengumpulan data yang HASIL DAN PEMBAHASAN


digunakan tentu saja adalah teknik Sebagaimana telah dikemukakan
dokumentasi. Dalam penelitian ini pada bagian pendahuluan bahwa
seluruh dokumen berbentuk pustaka penelitian ini bertujuan untuk
kemudian di lakukan eksplorasi sesuai menganalisis dua hal yakni (1)
dengan kebutuhan sub-sub topik yang kedudukan ‘urf dalam hukum Islam, (2)
telah ditentukan, untuk kemudian di kehujjahan ‘urf terhadap ijab qabul dalam
analisis, disajikan dan ditarik simpulan. lafaz bersambung dan satu tarikan nafas.
Metode analisis dalam penelitian ini Maka keduanya secara rinci akan
adalah menggunakan metode deskriptif, dijelaskan sebagai berikut:
yaitu suatu metode penelitian yang
Kedudukan ‘Urf dalam Hukum Islam
bertujuan mendeskripsikan secara
Secara kebahasaan (etimologi) al-
sistematik, faktual dan akurat mengenai
‘Urf berasal dari kata yang terdiri dari
fakta-fakta, situasi-situasi atau kejadian-
huruf ‘ain, ra, dan fa yang berarti kenal.
kejadian, suatu gejala, peristiwa yang
Dari kata ini muncul kata ma’rifah (yang
terjadi sekarang, dengan mengambil
dikenal), ta’rif (definisi), kata ma’ruf
masalah atau pusat perhatian pada
(yang dikenal sebagai kebaikan), dan kata
masalah aktual pada saat penelitian ini
‘urf (kebiasaan yang baik). (Dahlan,
dilakukan.
2010). Jika diartikan sebagai “Sesuatu
Alur penelitian yang telah
yang dipandang baik dan diterima oleh
dijelaskan di atas terlihat dalam skema
akal sehat”. (Efendi, 2015). Sedangkan
seperti di bawah ini:
secara istilah (terminologi), kata ‘Urf
Tinjauan Kehujahan ‘Urf Terhadap Ijab mengandung makna “Sesuatu yang
Qabul dalam Perspektif Hukum Islam menjadi kebiasaan manusia, dan mereka
mengikutinya dalam bentuk setiap
perbuatan yang populer di antara
Kedudukan ‘urf kehujjahan ‘urf mereka, ataupun suatu kata yang biasa
dalam perspektif ijab qabul lafaz
hukum Islam bersambung dan mereka kenal dengan pengertian
satu nafas.
tertentu, bukan dalam pengertian
etimologi, dan ketika mendengar kata itu,

Studi Kepustakaan
mereka tidak memahaminya dengan
(Library Research) pengertian lain”.
Menurutuistilahuahli syara’, tidak
adauperbedaan antara ‘urf dan adat.
Analisis Deskriptif Adatuperbuatan, sepertiukebiasaan umat
(descriftive analysis)
manusiauberjual beli denganutukar-
menukar secaraulangsung, tanpaubentuk
Skema 1. Alur proses penelitian
ucapan akad. Adatuucapan, seperti

Azni, Wahidin, Rahmad Kurniawan, Ahmad Jupendri | 73


Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 16, No. 1, Januari-Juni 2022 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

kebiasaanumanusia menyebutkan al- pembeli mengambil barang


walad secaraumutlak berarti anak laki- kemudian membayar di kasir
laki, bukanuanak perempuan.(Khallaf, tanpa adanya suatu akad ucapan
2013). yang dilakukan keduanya.
‘Urf dapat dikatakan kebiasaan Selanjutnya Sebelum membahas
dari perilaku masyarakat dalam tentang ijab-qabul dalam akad nikah.
kehidupan sehari-hari yang kemudian Maka, terlebih dahulu perlu dicermati
menjadi adat istiadat secara turun- tentang kedudukan akad dalam nikah,
temurun baik yang berupa ucapan karena secara khusus akad pernikahan
maupun perbuatan, baik yang umum atau memiliki perbedaan dengan akad jual
pun yang khusus. (Pujiono, 2012). beli, meskipun dalam tataran terminologi
Dinyatakan bahwa setiap masyarakat di secara umum memiliki kesamaan makna
berbagai tempat di dunia ia pasti dan tujuan terhadap suatu hal tertentu.
memiliki ‘urf adat istiadat yang dijadikan Contoh kecil, dalam bentuk sighat saja
sarana atau alat untuk mengatur dan berbeda antara akad nikah dengan akad
menjaga ketertiban hidup untuk jual beli meskipun tujuannya sama yaitu
memudahkan kepentingan mereka. untuk dapat memiliki secara sah di mata
(Romli, 2020). hukum terhadap kepemilikan sesuatu hal
Kalau melihat dari segi objeknya, atau barang tertentu.
‘urf dapat dibagi kepada kebiasaan yang Imam Zainuddin Al-Malibary
menyangkut ungkapan dan kebiasaan berkata “Kedudukan akad dalam
yang berbentuk perbuatan: pernikahan memiliki fungsi yang sangat
1. ‘Urf lafdzi atau Qauli adalah urgen sekali, karena akad merupakan
kebiasaan masyarakat dalam salah satu bentuk dari rangkaian unsur
menggunakan lafal/ungkapan dalam rukun pernikahan.” (Malibary,
tertentu untuk mengungkapkan 2010). Unsur akad dalam pernikahan
sesuatu, usehingga makna yaitu terpenuhi ijab qabul yang
ungkapan itulah yang dipahami menghendaki adanya dua pihak yang
masyarakat, sebagai contoh, berakad.
ungkapan “daging” yang diartikan Ada tiga (3) rukun akad secara
“daging sapi”, padahal arti daging umumnya, yaitu; ‘aqid (subjek), uma’qud
mencakup seluruh jenis daging. ‘alaih (objek) dan shighat. (Subki, 2015).
2. ‘Urf amali adalah kebiasaan Berbeda dengan Hanafiyah yang
masyarakat yang berkaitan menyatakan bahwa rukun akad yaitu
dengan perbuatan biasa atau hanya ijab dan qabul, pendapat ini sesuai
muamalah keperdataan. Seperti dengan definisi rukun menurut ulama
suatu kebiasaan masyarakat kalangan Hanafiyah yaitu sesuatu yang
melakukan jual beli yaitu seorang hadirnya sesuatu yang lain bergantung

74 | Tinjauan Kehujahan ‘Urf terhadap Ijab Qabul dalam Perspektif Hukum Islam
Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 16, No. 1, Januari-Juni 2022 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

kepadanya dan sesuatu tersebut ijab dan qabul di antara mempelai laki-
merupakan bagian dari hakikatnya.(Az- laki dengan mempelai perempuan atau
Zuhaili, 2018). Makna akad secara umum antara pihak yang menggantikannya
berasal dari bahasa Arab berarti ikatan, seperti wakil dan wali, dan dianggap
mengikat. Dan dapat juga diartikan tidak sah semata-mata berdasarkan suka
sebagai sambungan, janji. Dalam istilah sama suka tanpa adanya akad.
hukum Islam makna akad secara khusus Jumhur ulama juga menyepakati
didefinisikan sebagai berikut: “Aqad bahwa nikah itu dianggap sah apabila
adalah pertalian antara ijab dan qabul dilakukan dengan menggunakan redaksi
yang dibenarkan oleh syara’ yang (aku mengawinkan) atau (aku
menimbulkan akibat hukum terhadap menikahkan) dari pihak mempelai
obyeknya.” (Az-Zuhaili, 2018) perempuan (wali) atau orang yang
Di dalam istilah pernikahan itu mewakilinya dan redaksi (aku terima)
sendiri, kata akad berasal dari dua kata, utau (aku ridha/setuju) dari pihak
yaitu akad dan nikah. Akad sendiri mempelai laki-laki. Dari penjelasan dan
artinya ialah perjanjian atau pernyataan, pemahaman tersebut, maka dapat
sedang nikah adalah perkawinan atau disimpulkan bahwa dengan adanya suatu
perjodohan. (Kuzari, 2015). Amir akad khususnya akad di dalam suatu
Syarifuddin mengatakan “Akad nikah pernikahan, maka membolehkan antara
adalah perjanjian yang berlangsung seorang laki-laki dengan seorang
antara dua pihak yang melangsungkan perempuan dalam hal berlaku hukum
perkawinan dalam bentuk ijab dan halalnya hubungan mereka dalam
qabul.” Maka akad pernikahan itu adalah melakukan hubungan suami isteri dari
wujud nyata perikatan antara seorang semulanya tidak dihalalkan atau haram
pria yang menjadi suami dengan seorang mereka melakukannya maka dengan
yang menjadi istri, dilakukan di depan adanya akad nikah maka menjadi halal.
dua orang saksi paling sedikit, dengan Berkaitan dengan ijab qabul dapat
menggunakan sighat ijab dan qabul. didefenisikan padanan dua suku kata
Di antara Ulama ada yang yang terdiri dari kata ijab dan qabul. Ijab
mengemukakan tentang definisi akad yaitu pernyataan pertama yang
nikah, misalnya Muhammad Syatha al dikemukakan oleh salah satu pihak, yang
Dimyathi, dalam kitabnya I’anah at- mengandung keinginan secara pasti
Thalibin “Aqad yang mengandung untuk mengikat diri. Adapun qabul
kebolehan hubungan persetubuhan adalah pernyataan pihak kedua yang
dengan kata inkah atau tazwij.” (Al- mengetahui dirinya menerima
Dimyati, 1992), Para ulama sepakat pernyataan ijab tersebut. Kemudian ijab
bahwa pernikahan baru dianggap sah jika dan qabul yang disebut akad ialah
dilakukan dengan akad, yang mencakup permulaan penjelasan yang keluar dari

Azni, Wahidin, Rahmad Kurniawan, Ahmad Jupendri | 75


Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 16, No. 1, Januari-Juni 2022 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

salah seorang yang berakad sebagai yang mewakilinya untuk dijadikan isteri
gambaran kehendaknya dalam atau teman dalam mengarungi jalan
mengadakan akad, sedangkan qabul ialah kehidupan dikemudian hari dalam ikatan
perkataan yang keluar dari pihak berakad nikah. Sebagai contoh: Ijab dari wali calon
pula, yang diucapkan setelah adanya ijab. mempelai wanita: “Hai Fulan bin Fulen,
(Ghozali, 2017). saya nikahkan Fulanah anak saya dengan
Para ulama menyepakati engkau, dengan mas kawin (mahar) .........”.
pernikahan akan dianggap sah jika Sedangkan qabul di sini adalah sesuatu
dilakukan dengan akad, yang mencakup yang keluarkan (diucapkan) kedua dari
ijab dan qabul di antara mempelai laki- pihak lain (pihak mempelai laki-laki)
laki dengan mempelai perempuan atau sebagai tanda kesepakatan dan kerelaan
antara pihak yang menggantikannya oleh sesuatu yang diwajibkan pihak
seperti wakil dan wali, dan dianggap pertama dengan tujuan mencapai
tidak sah semata-mata berdasarkan suka kesempurnaan akad. Contohnya: Qabul
sama suka tanpa adanya akad. Para dari mempelai laki-laki: “Saya terima
ulama juga sepakat bahwa nikah itu sah nikahnya Fulanah binti ......... dengan
bila dilakukan dengan menggunakan maskawin (mahar)...........”. (Pedoman
redaksi “Zauwajtu” (aku kawinkan) atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah,
“Ankahtu” (aku nikahkan) dari pihak 2004).
mempelai perempuan (wali) atau orang Adapun syarat-syarat shighat
yang mewakilinya dan redaksi “Qabiltu” akad nikah yaitu:
(aku terima) atau “Radhitu” (aku 1. Shighat akad nikah tidak boleh
ridha/setuju) dari pihak mempelai laki- digantungkan dengan sesuatu.
laki. 2. Ijab qabul tidak boleh dibatasi
Ijab dan qabul tidak sah tanpa dengan waktu.
memenuhi beberapa rukun berikut ini: 3. Ijab qabul menggunakan lafaz
1. Pihak calon mempelai yang yang berasal dari kata at-Tazwij
dinikahkan telah baligh. atau an-Nikah.
2. Pelaksanaan ijab-qabul harus pada 4. Antara pengucapan ijab dan qabul
satu tempat. harus bersambung, tidak boleh
3. Lafaz qabul seharusnya tidak dipisah dengan pemisah yang
berbeda dengan lafaz ijab. panjang.
4. Kedua belah pihak saling 5. Antara ijab qabul harus sesuai.
mendengar satu dengan lainnya 6. Ijab qabul dilaksanakan dalam
dan memahami. satu majelis.
Adapun menurut peneliti ijab Mengenai lafaz-lafaz ijab yang
disini yang dimaksudkan oleh peneliti dibenarkan penggunaannya di dalam
adalah ucapan penyerahan oleh wali atau pelaksaan akad pernikahan, ulama

76 | Tinjauan Kehujahan ‘Urf terhadap Ijab Qabul dalam Perspektif Hukum Islam
Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 16, No. 1, Januari-Juni 2022 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

Syafi’iyah hanya membatasi pada dua secara hukum sudah sesuai dengan
lafaz saja, yaitu lafaz yang berasal dari ketentuan yang disyariatkan Islam dan
kata nakaẖa dan lafaz zawwaja. Adanya negara. Akan tetapi, perspektif mereka
pembatasan yang sangat ketat terhadap tentang lafaz nikah dengan satu tarikan
lafaz akad nikah dalam madzhab Syafiʻi nafas dan bersambung masih menjadi
ini disebabkan karena menurut mereka suatu polemik.
hanya kedua lafaz inilah secara pasti Pengucapan ijab qabul dalam satu
menunjukkan makna sebuah pernikahan, nafas dan bersambung memang sudah
sedangkan selain kedua lafaz tersebut menjadi tradisi bagi masyarakat Dumai
tidak menunjukkan suatu maksud dan sebagian besar daerah lain di Riau.
pernikahan, dalam kaitannya dengan Hal ini terjadi karena ada pergeseran
persaksian ijab qabul kalau menggunakan penafsiran dalil dan pendapat Mazhab
selain lafaz yang berasal dari kata nakaẖa oleh tokoh agama dan masyarakat
dan lafaz zawwaja menjadi sebab terdahulu. Dikarenakan mazhab yang
ketidaksahan persaksian akad nikah dianut oleh sebagian besar masyarakat
karena terjadi ketidak jelasan maksud Dumai dan Riau adalah mazhab Syafi’i,
dari kedua belah pihak yang melakukan maka dalam memaknai larangan adanya
akad. (Jaziri, 2008). jeda waktu antara ijab dan qabul oleh
beliau, menimbulkan penafsiran dari para
Keharusan bersambungnya Lafaz Ijab tokoh agama dan masyarakat adat di Riau
Qabul dalam Tradisi di Masyarakat juga beberapa daerah lain di Indonesia-
Peraturan tentang pelafalan ijab untuk mewajibkan tradisi ijab qabul
dan qabul yang berlaku di tengah-tengah dalam satu tarikan nafas dan harus
masyarakat Dumai adalah bahwa bersambung dalam prosesi akad nikah.
pelafalan ijab dan qabul harus (Maulana, 2022).
dilaksanakan dalam satu tarikan nafas Tradisi itu telah diwariskan secara
dan bersambung tanpa jeda. Bila hal itu turun-temurun dari dulu sampai
terpenuhi, akad nikahnya dihukumi sah sekarang. Akibat yang ditimbulkan dari
dan sebaliknya. Hal ini kerap kali adanya ‘urf tersebut, membuatnya
membawa dampak negatif pada prosesi menjadi seolah-olah sebagai perbuatan
akad seperti banyak pengulangan mutlak yang harus ada di dalam akad
pelafalan ijab dan qabul dan ketakutan nikah. Jika tidak dilakukan, maka
serta rasa grogi dari calon mempelai pria. dianggap pernikahannya tidak sah.
Di samping itu, terdapat perbedaan Sehingga dapat dikatakan bahwa posisi
redaksi pelafalan disana walaupun hal itu tradisi tersebut hampir sama dengan
tidak berdampak negatif dengan catatan rukun nikah. Padahal sebenarnya
lafaz tersebut mengandung kata nikah tidaklah demikian. Tentu jika ingin
atau kawin dan dapat saling dipahami merubahnya bukanlah perkara mudah.
maknanya. Prosesi akad nikah di Dumai

Azni, Wahidin, Rahmad Kurniawan, Ahmad Jupendri | 77


Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 16, No. 1, Januari-Juni 2022 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

Kehujjahan ‘Urf Terhadap Ijab Qabul putriku”, kemudian mereka berpisah


Bersambungnya Lafaz Perspektif sebelum calon suami berkata “aku
Hukum Islam terima”, dan kemudian di dalam majelis
Ucapan ijab qabul yang sah dalam yang lain atau di tempat yang berbeda
pernikahan menurut ‘urf di Kota Dumai, barulah dia menyatakan menerima, akad
adalah harus memenuhi syarat-syarat ijab qabul yang seperti ini dihukumi tidak
ijab dan qabul, harus bersambung ijab sah. Apabila proses ijab dilakukan di
dan qabulnya, dan tidak boleh ada sela tempat yang berbeda dengan tempat
antara ijab dan kabul, dan jangan ada pelaksanaan qabul, maka pernikahan
lafaz lain yang tidak bersangkutan tersebut berstatus tidak sah. Hal ini
dengan akad, misalnya “saya nikahkan terjadi di masyarakat di Kota Dumai dan
kau dengan anak wanitaku maka sebagian besar daerah lain di Provinsi
washiatilah dia dengan kebajikan”, maka Riau.
ijab qabul-nya tidak sah, batal Menurut kajian hukum Islam jeda
pelaksanaan ijab qabul-nya. yang terjadi dalam suatu akad
Keabsahan pengucapan ijab qabul pernikahan memiliki perbedaan
terletak pada bersambungnya antara ijab pendapat antara Imam Mazhab. Menurut
dan qabul. Boleh dengan bahasa daerah, pendapat Imam Hanafi dan Hanbali ijab
yang terpenting maksud tujuannya tidak qabul pada pernikahan dengan tenggang
melenceng dari makna pernikahan, ketika waktu tetap sah karena tenggang waktu
pelaksanaan ijab qabul boleh mempunyai antara ijab dan qabul secara mutlak tidak
jeda yang singkat, seperti halnya menelan membatalkan ijab qabul selama tidak
ludah, mengambil nafas, dan bersin diselingi dengan aktivitas atau ṣighat lain.
seketika, qabul-nya itu tetap syah dan Sedangkan berdasarkan pendapat Imam
tidak batal perlaksanaan ijab dan qabul- Maliki ijab qabul pada pernikahan dengan
nya. tenggang waktu sah karena jeda diantara
Keabsahan pelaksanaan ijab dan akad tidak terlalu lama. (Ahmadi, 2019).
qabul harus satu majlis yang seiring, satu Seperti penjelasan sebelumnya
majlis yang dimaksud adalah baik ijab menurut Imam Hanafi berpendapat
maupun qabul harus dilaksanakan pada, pelaksanaan ijab qabul tetap sah jika
tempat, konteks, dan keadaan yang sama. pelaksanaannya berjalan lama dan ada
Misalnya, proses ijab dan qabul yang tenggang waktu namun masih satu majlis
dilaksanakan disatu tempat tertentu dan tidak menghalangi ucapan ijab qabul.
seperti di KUA, maka wali dari wanita dan Selain Imam Hanafi, Imam Hanbali
calon suami harus berada di dalam KUA atau Hanabilah juga berpendapat
pada saat bersamaan. Jika terpisah akad demikian bahwa meski lafaz qabul tidak
tersebut tidak sah. Seandainya wali diucapkan seiring dengan ijab, misalnya
berkata “saya nikahkan kamu dengan sebelum mengucapkan qabul mempelai

78 | Tinjauan Kehujahan ‘Urf terhadap Ijab Qabul dalam Perspektif Hukum Islam
Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 16, No. 1, Januari-Juni 2022 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

lelaki sempat terdiam lama (selang waktu sehingga tidak boleh dihalangi oleh
yang lama) maka tetap sah akad tersebut apapun bentuknya termasuk hal-hal yang
selama tidak diselingi oleh aktivitas atau diperbolehkan dalam agama seperti
kalimat lain. (Fitri, 2021). khutbah nikah dan lain-lain. (Langsa,
Sedangkan Imam Syafi’i memberi 2021).
syarat agar jeda waktu antara ijab dan Adapun hukum orang yang
qabul tidak lama. Jika jedanya lama maka melakukan praktek ijab qabul dengan
dapat merusak akad. Karena jeda yang satu kali tarikan nafas serta harus
lama dapat mengeluarkan kalimat qabul bersambung ini hukumnya menurut
dari koridor sebagai jawaban atas kalimat kajian-kajian ilmiah dari sejumlah tokoh
ijab. Imam Syafi’i memberi contoh agama dan tokoh masyarakat adalah jaiz,
pelaksanaan ijab qabul yang diselingi yaitu boleh dilakukan dan boleh
oleh sesuatu walaupun khutbah nikah ditinggalkan. Namun mereka juga sepakat
dari si wali, umpamanya : “Aku kawinkan bahwa hal semacam ini bukanlah menjadi
kamu”, lalu mempelai laki-laki menjawab: syarat muthlak dalam pelaksanaan ijab
“Bismillah, alhamdulillah, washsholatu qabul yang menentukan sah tidaknya
wassalamu’ ala Rasulillah wa ala alihi akad tersebut. Dengan demikian berarti
wamau walah, aku terima akad hal tersebut menunjukkan bahwa
nikahnya”. Dalam hal ini Imam Syafi’i kehujjahan ‘urf terhadap pelaksanaan
berpendapat bahwa itu tidak sah karena ijab qabul adalah tetap diterima selama
ijab dan qabul sudah diselingi dengan tidak bertentangan dengan hukum Islam.
kegiatan lainnya, walaupun khutbah (Shalawati, 2021).
nikah yang merupakan hal yang positif
dan baik untuk kedua mempelai. Imam SIMPULAN
Syafi’i menambahkan bahwa dalam Berdasarkan penjelasan di atas dapat
pelaksanaan ijab qabul itu disyaratkan disimpulkan bahwa keduduan ijab qabul
harus dilakukan dalam satu tempat dalam pernikahan merupakan sesuatu
sehingga keduanya dituntut untuk saling yang urgen dan keharusan, bahkan tak
berhadapan secara langsung agar dalam sah tanpa ada ijab qabul. Pada tradisi adat
ucapan ijab dan qabul tidak ada masyarakat (‘urf) yang berlaku turun
penyelangan dalam bentuk apapun yang temurun, terdapat keharusan adanya satu
dikhawatirkan dapat merusak nilai tarikan nafas dan bersambung dalam
kesakralan ijab qabul itu sendiri. pengucapan ijab qabul untuk dianggap
Imam Syafi’i memberi alasan bahwa sebagai sahnya pernikahan tersebut. Hal
ijab itu merupakan rangkaian satu ini telah berlaku awam pada masyarakat
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan muslim di Provinsi Riau, khususnya Kota
dengan apapun juga dan dalam Dumai dan beberapa daerah lainnya.
pelaksanaannya harus bersambung Adapun kehujjahan ‘urf terhadap

Azni, Wahidin, Rahmad Kurniawan, Ahmad Jupendri | 79


Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 16, No. 1, Januari-Juni 2022 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

pelaksanaan ijab qabul adalah tetap Jaziri, A. R. al. (2008). Kitab Al Fiqh Al
diterima selama tidak bertentangan Mazahib Al Arba’ah. Dar Al-Fikr.
dengan hukum Islam. Diterima dalam arti Khallaf, A. W. (2013). Ilmu Ushul Fikih
perbuatan tersebut bersifat jaiz dan tidak Kaidah Hukum Islam. Pustaka Amani.
mengalahkan hukum Islam, dalam artian Kuzari, A. (2015). Nikah Sebagai
tidak mengambil alih posisi rukun Perikatan. Raja Grafindo Persada.
pernikahan dan tidak pula harus Langsa, P. U. K. (2021). Sige Tareik Nafah:
dipaksakan menjadi syarat sah Pengucapan Ijab-Qabul dalam Pernikahan.
pernikahan, karena ianya hanyalah Al-Qadha: Jurnal Hukum Islam dan
Perundang-Undangan, 8(1), 127–143.
sebuah ‘urf yang sudah berkembang di https://doi.org/10.32505/qadha.v8i2.336
masyarakat. 7

DAFTAR PUSTAKA Listiawati, L. (2013). Analisis Hukum Islam


Terhadap Ijab Qabul Pada Masyarakat
Ad-Dimyathi., A. B. M. S. (1992). I’anah Suku Samin Di Desa Kutukan Kecamatan
Thalibin. Dar Al-Fikr. Randublatung Kabupaten Blora [UIN
Sunan Ampel Surabaya].
Ahmadi, M. (2019). Studi Komparasi https://digilib.uinsby.ac.id/11285/
Antara Madzhab Hanafi dan Mazhab
Syafi’i Tentang Penggunaan Lafadz Malibary, Z. bin A. A. al. (2010). Fathul
Ijab Qabul dalam Perkawinan. Mu’in. Dar Al-Kutb Islamiyah.
Indonesian Journal of Islamic Law,
2(1). http://jurnalpasca.iain- Maulana, L. N. I. (2022). Tinjauan Keabsahan
jember.ac.id/ejournal/index.php/IJI Ijab Qabul Dan Persaksian Dalam
L/article/view/453 Pernikahan Perspektif Empat Imam
Madhab (Studi Kasus di KUA Kecamatan
Al-Dimyati, A. B. S. (1992). I’anah Thalibin Kauman) (pp. 43–56). IAIN Ponorogo.
(Jilid III). Dar Al-Fikr. http://etheses.iainponorogo.ac.id/1860
6/
Az-Zuhaili, W. (2018). Al Fiqhu Islami Wa
Adillatuh. Dar Al-Fikr. Mochammad, K. A. (2014). Pelaksanaan
Qabul Kabul Pernikahan dengan
Dahlan, A. R. (2010). Ushul Fiqh. Amzah. Sistem Perhitungan Waktu (Studi
Kasus Desa Jetak, Kecamatan
Pedoman Pembantu Pegawai Pencatat
Getasan, Kabupaten Semarang). IAIN
Nikah, (2004).
Salatiga.
Efendi, S. (2015). Ushul Fiqh. Kencana.
Mufattihin, M. N. (2018). Analisis
Fitri, A. B. M. (2021). Tinjauan Kehujjahan maslahah mursalah terhadap tradisi
‘Urf Terhadap Mahar Pernikahan calon pengantin wanita duduk
Perspektif Madzahib Al-Arba’ah. bersanding dengan calon pengantin
Usratuna: Jurnal Hukum Keluarga Islam, pria pada saat Ijab Kabul di Balai
5(1), 19–44. http://ejournal.staida- Kantor Urusan Agama (KUA). UIN
krempyang.ac.id/usratuna/article/view Sunan Ampel Surabaya.
/469
Pujiono. (2012). Hukum Islam Dinamika
Ghozali, A. (2017). Fikih Munakkahat. Perkembangan Masyarakat. Media
Kencana. Pustaka.

80 | Tinjauan Kehujahan ‘Urf terhadap Ijab Qabul dalam Perspektif Hukum Islam
Al-Fikru: Jurnal Ilmiah, Vol. 16, No. 1, Januari-Juni 2022 ●p-ISSN: 1978-1326 ●e- ISSN: 2721-4397

Ritonga, S. K. (2020). MAHAR


Separangkat Alat Shalat Dalam
Tinjauan Hukum Islam; Tradisi
Mahar Pernikahan Pada Masyarakat
Batak Angkola. Jurnal AL-MAQASID:
Jurnal Ilmu Kesyariahan Dan
Keperdataan, 6(1), 127–140.
https://doi.org/10.24952/almaqasi
d.v6i1.2420

Rofiq, A. (1995). Hukum Islam di


Indonesia. Raja Grafindo Persada.

Romli. (2020). Pengantar Ilmu Ushul Fiqh


Metodologi Penetapan Hukum Islam.
Kencana.

Shalawati, S. (2021). Keabsahan Pengucapan


Ijab Kabul Menurut Pandangan Ulama
Aceh Singkil. El-Hadhanah: Indonesian
Journal Of Family Law And Islamic Law,
1(1), 87–102. https://journal.ar-
raniry.ac.id/index.php/Hadhanah/articl
e/view/1617

Subki, A. Y. as. (2015). Fikih Keluarga.


Amzah.

Utomo, S. B. (2013). Fiqih Akmal; Jawaban


Tuntas Masalah Kontemporer. Gema
Insani Press.

Yustafad, M. (2021). Tradisi Mbangun


Nikah dalam Tinjauan Hukum Islam.
Legitima: Jurnal Hukum Keluarga
Islam, 3(2), 111–125.
https://doi.org/10.33367/legitima.v
3i2.1765

Azni, Wahidin, Rahmad Kurniawan, Ahmad Jupendri | 81

You might also like