You are on page 1of 12

PENETAPAN MAHAR TERHADAP KELANGSUNGAN

PERNIKAHAN DITINJAU MENURUT HUKUM ISLAM

Putra Halomoan
Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimpuan
Jl. H.T. Rizal Nurdin Km. 4,5 Sihitang, Padangsidimpuan 22733
e-mail: putrahsb.halomoan@gmail.com

Abstract: In Islamic marriage system, mahar is one of the prior concern although it is not any of
rules (rukun) of the marriage itself. Etymologically, mahar means dowry.
Terminologically, it refers to something which is given by a husband to his wife as
replacement or guarantee from him from what he takes from her. It can be either in
form of things or sevices (such as setting slaves free, teaching, etc. Basically, mahar is
genuinely the right of a wife. That means it is the wife that determines what and how
many/much she wants it to be given to her. Even if she does not want anything for her
mahar, a husband does not need to force to provide it. However, if his wife requires him
to give her mahar, it should be whole and kind hearted gift to her. This reasonable
since mahar symbolizes deep and true feeling of love and legal evidence of bond between
a husband and a wife. However, in its implementation, mahar is not a simple as it
may seem. Involving traditional and religious leaders in determining and approving
mahar (as in Binabo Julu village) made few marriages postponed, unregistered (siri) or
even cancelled. This also indicates that mahar potentially gives unexpected impacts
toward the marriage it self

Kata kunci: mahar, pernikahan, dan hukum Islam

PENDAHULUAN unsur yuridis yang memberi


legitimasi kepada seorang pria untuk
M enurut
Nomor 1
Undang-undang
tahun 1974,
perkawinan adalah ikatan lahir
menjaga, menuntun dan memelihara
kesejahteraan wanita dan anak-
batin antara seorang pria dengan anaknya secara sah dan bertanggung
wanita sebagai suami istri dengan jawab (Hamka, 2003: 213).
tujuan membentuk keluarga (rumah Perkawinan juga merupakan
tangga) yang bahagia dan kekal manifestasi kecintaan dan kasih
berdasarkan Ketuhanan yang Maha sayang antara sesama manusia.
Esa. Sebagaimana firman Allah SWT:
Dalam Islam, perkawinan ‫َوِم ْن ءَايَتِ ِهۦٓ أَ ْن َخلَ َق لَ ُكم ِم ْن أَن ُف ِس ُك ْم أ َْزَو ًجا‬
disebut sebagai transaksi (‘aqad)
yang mengandung unsur ‫لِتَ ْس ُكنُوا۟ إِلَْي َها َو َج َع َل بَْي نَ ُكم َّم َوَّد ًة َوَر ْْحَةً ۟ إِ َّن‬
pengesahan hubungan suami istri
antara seorang laki-laki dengan
‫ت لَِق ْوٍم يَتَ َف َّكُرو َن‬
ٍ ‫ك َلءاي‬ ِ
َ َ َ ‫ِِف َذل‬
perempuan yang bukan mahramnya. Dan diantara tanda-tanda
Transaksi tersebut memuat unsur- kekuasaannya, Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu
2 JURIS Volume 14, Nomor 2 (Juli-Desember 2015)

sendiri, supaya kamu cenderung dan apabila dimaafkan saja oleh sang
merasa tentram kepada-Nya, dan calon istri maka hilanglah kewajiban
dijadikan-Nya diantaramu rasa suami untuk memberikannya.
kasihsayang. Sesungguhnya pada Maskawin atau mahar tersebut boleh
yang demikian itu terdapat tanda- dimanfa’atkan oleh suami selama itu
tanda bagi kaum yang berpikir. (Q.S. atas izin istri.
ar-Ruum [30]: 21) (Departemen Di dalam buku yang lain
Agama Republik Indonesia, t.th.: dijelaskan ”Seorang laki-laki harus
25). memberikan mahar yang
Dapat dipahami bahwa Allah disukainya. Jika si istri berbaik hati
SWT memberikan rahmat-Nya dengan memberikan mahar atau
dengan perkawinan agar manusia memberikan sebahagiannya, setelah
dapat meneruskan keturunan dan mahar itu disebutkan kuantitasnya,
menyalurkan kebutuhan biologisnya maka suami dapat memakannya
secara baik dan benar dalam rangka sebagai makanan yang halal dan
pengabdian diri kepada Allah SWT. baik”. Sebagaimana firman Allah
Selain itu perkawinan juga bertujuan SWT:
ِ ِ ِ ِ
َ ْ ‫ص ُدقَت ِه َّن ْنلَةً ۟ فَِإن ط‬
untuk memperoleh kedamaian,
‫ْب لَ ُك ْم‬ َ َ‫َوءَاتُوا۟ ٱلن َساء‬
kebahagiaan, dan ikatan kekerabatan
di antara suami istri. Islam ‫َعن َش ْى ٍء ِمْنهُ نَ ْف ًسا فَ ُكلُوهُ َهنِيًا َّم ِريًا‬
menganjurkan bahwa apabila suatu
perkawinan dianggap sah Dan berikanlah kepada perempuan
dilaksanakan oleh seseorang sesuai itu maskawin mereka sebagai
dengan ajaran agama Islam, yaitu pemberian, maka apabila mereka
dengan memenuhi unsur rukun dan berbaik hati kepadamu (rela hatinya)
syarat nikah (Nelli Jumni, 2008: 65). tentang suatu yang kamu berikan itu,
makanlah olehmu harta itu secara
Dalam pelaksanaan
senang hati pula. (Q.S. an-Nisa [4]:
perkawinan Islam mahar merupakan
4) (Departemen Agama Republik
prioritas utama sekalipun mahar
Indonesia, 1989: 46).
tidak termasuk dalam kategori
rukun nikah. Maskawin disebut juga Adapun ketetapan dari
dengan mahar, sadag, nihlah dan Rasulullah tentang mahar ini adalah
faridah. Menurut istilah syarak termaktub dalam kitab Shahih
maskawin artinya suatu yang Bukhari dan Shohih Muslim yang
diberikan oleh laki-laki kepada artinya sebagai berikut :
istrinya sebagai tukaran atau Bahwa Nabi SAW melihat pada diri
jaminan bagi suatu apa yang Abdurrahman bin Auf bekas warna
diterima darinya (Dedi Rohayana, kuning, lalu Nabi bertanya, apa ini?
2008: 35). ia menjawab aku mengawini seorang
Maskawin atau mahar adalah wanita dengan maskawin satu biji
merupakan hak calon istri, banyak Emas, lalu Nabi SAW bersabda
sedikitnya maskawin atau mahar mudah-mudahan Allah SWT
tersebut tergantung pada kehendak memberikan keberkahan kepadamu.
atau kemauaan calon istri itu sendiri, ini adalah ketetapan dari Nabi SAW.
Putra Halomoan, Penetapan Mahar terhadap Kelangsungan Pernikahan… 109

Hal ini adalah kesepakatan berbaik hati kepadamu (rela hatinya)


ulama umat Islam dan perilaku tentang suatu yang kamu berikan itu,
mereka dimana dan kapan saja. makanlah olehmu harta itu secara
Dari hadits Rasulullah di atas senang hati pula. (Q.S. an-Nisa [4]:
dapat kita ambil kesimpulan bahwa 4.) (Departemen Agama Republik
Rasulullah kurang menyukai mahar Indonesia, 1989: 46).
itu terlalu mahal (banyak). Kata shadaq atau shaduqat yang
dari rumpun kata shidiq, shadaq,
TINJAUAN MAHAR MENURUT bercabang juga dengan kata shadaqah
ISLAM yang terkenal. Di dalam maknanya
terkandunglah perasaan jujur, putih
Pengertian Mahar hati. Jadi artinya adalah harta yang
diberikan dengan putih hati, hati
Mahar secara etimologi adalah
suci, muka jernih kepada calon istri
Maskawin. Secara terminogi adalah
yang akan dinikahi. Arti yang
pemberian wajib dari calon suami
mendalam, mahar itu ialah laksana
kepada istri sebagai ketulusan hati
cap atau stempel, bahwa nikah itu
calon suami untuk menimbulkan
telah dimateraikan.
rasa cinta kasih bagi seorang istri
Asal kata hikmah maskawin itu
kepada calon suaminya. Atau suatu
kita jumpai dalam alquran yang
pemberian yang diwajibkan bagi
bersua dalam dua kata, pertama
calon suami kepada calon istri, baik
shaduqat yaitu pemberian dengan
berbentuk benda ataupun jasa
hati yang suci, kedua nihlah yaitu
(memerdekakan, mengajar, dan
laksana madu yang disarikan lebah
sebagainya).
dari berbagai kembang, diserahkan
Mahar hanya diberikan calon
kepada istri sebagai suatu kewajiban.
suami kepada calon istri, bukan
Pemberian mahar ini adalah
kepada wanita lain atau siapapun,
merupakan tanda kasih sayang dan
walaupun sangat dekat dengannya.
menjadi bukti adanya ikatan antara
Orang lain tidak akan boleh
seorang pria dengan wanita untuk
mengambilnya, bahkan suaminya
membangun suatu rumah tangga
sendiripun tidak boleh
(Abdurrahman, Abdullah, bin, al
mengambilnya kecuali atas izin
Bassam, 2006: 72).
istrinya. Akan tetapi bila dibolehkan
Iman Syafi’i juga mengatakan
istrinya tidak ada halangan baginya
bahwa mahar adalah sesuatu yang
untuk memakainya. Hal ini
wajib diberikan seorang laki-laki
dijelaskan dalam al-Quran.
kepada perempuan untuk dapat
ِ ِ ِ ِ
َ ْ ‫ص ُدقَت ِه َّن ْنلَةً ۟ فَِإن ط‬
‫ْب لَ ُك ْم‬ َ َ‫َوءَاتُوا۟ ٱلن َساء‬ menguasai seluruh anggota
badannya. Jika istri telah menerima
‫َعن َش ْى ٍء ِمْنهُ نَ ْف ًسا فَ ُكلُوهُ َهنِيًا َّم ِريًا‬ maharnya, tanpa paksaan dan tipu
Dan berikanlah kepada perempuan muslihat, lalu ia meberikan
itu maskawin mereka sebagai maharnya, maka boleh diterima dan
pemberian, maka apabila mereka tidak disalahkan. Akan tetapi jika
2 JURIS Volume 14, Nomor 2 (Juli-Desember 2015)

istri dalam memberikan maharnya yang isinya: Ketahuilah! Janganlah


karena malu atau takut maka tidak kamu berlebihan dalam memberikan
halal menerimanya. Hal ini sesuai maskawin kepada wanita-wanita,
dengan firman Allah SWT: karena kalaupun maskawin itu adalah
sebagai penghormatan di dunia atau
‫دُّتُ ٱ ْستِْب َد َال َزْو ٍج َّم َكا َن َزْو ٍج َوءَاتَ ْيتُ ْم‬ ‫َوإِ ْن أ ََر م‬ sebagai ketaqwaan disisi Allah SWT,
۟ ‫إِ ْح َدى ُه َّن قِنطَ ًارا فَ ََل تَأْ ُخ ُذوا۟ ِمْنهُ َشْيًا‬ maka orang yang paling mulia di
antara kamu adalah Nabi Shallahu
‫أَتَأْ ُخ ُذونَهۥُ بُ ْهتَنًا َوإِْْثًا مبِينًا‬ ’alaihi wasallam, beliau tidak pernah
memberikan maskawin kepada istri-
Dan jika kamu ingin mengganti istrinya, dan di antara putri-putrinya
istrimu dengan yang lain, sedangkan tidak pernah diberi maskawin lebih
kamu telah memberikan kepada dari dua belas Uqiyyah.
seseorang di antara mereka harta
Dimakruhkan bagi laki-laki
yang banyak, maka janganlah kamu
untuk memberi maskawin kepada
mengambil kembali darinya barang
sedikit pun. Apakah kamu akan istri-istrinya suatu maskawin yang
mengambil dengan tuduhan yang pembayarannya menyusahkannya,
dusta dan dengan ( menanggung ) atau sulit untuk dilunasi jika itu
dosa yang nyata ”. (Q.S. an-Nisa [4]: berupa pinjaman. Dalam
20) pelaksanaan pembayaran mahar ini
juga tidak bisa dipaksakan dengan
Dasar Hukum Mahar kekerasan, maka ketika tidak
mampu untuk membayar maka
Syaikhul Islam Rahimahullahu
dilakukan perundingan.
berkata: ”Termasuk Sunnah,
Alquran menjelaskan tentang
meringankan maskawin dan mas
maskawin pada surah an-Nisa’ : 4.
kawin itu supaya tidak melebihi mas
ِ ِ ِ ِ
kawin istri-istri Nabi Shallahu ’alaihi
wasallam dan putri-putrinya”.
َ ْ ‫ص ُدقَت ِه َّن ْنلَةً ۟ فَِإن ط‬
‫ْب لَ ُك ْم‬ َ َ‫َوءَاتُوا۟ ٱلن َساء‬
Dalam hadits lain Nabi ‫َعن َش ْى ٍء ِمْنهُ نَ ْف ًسا فَ ُكلُوهُ َهنِيًا َّم ِريًا‬
Shallahu ’alaihi wasallam yang artinya Dan berikanlah kepada perempuan
: itu maskawin mereka sebagai
Maskawin yang paling baik adalah pemberian, maka apabila mereka
yang mudah. berbaik hati kepadamu (rela hatinya)
Dalam hadits lain Nabi Shallahu tentang suatu yang kamu berikan itu,
makanlah olehmu harta itu secara
’alaihi wasallam bersabda yang
senang hati pula . (Q.S. an-Nisa [4]:
artinya:
Padukanlah wanita-wanita itu pada 4) (Departemen Agama Republik
para lelaki, dan janganlah berlebihan Indonesia, 1989: 46)
dalam maskawin. Ayat ini memberikan hak yang
Diriwayatkan dari Tirmizi jelas kepada wanita dan hak
dalam sebuah hadits shahih, keperdataan mengenai
Ia berkata: Umar Ibn Khattab pernah maskawinnya. Juga
berkhutbah di hadapan orang banyak menginformasikan realitas yang
terjadi dalam masyarakat jahiliyah,
Putra Halomoan, Penetapan Mahar terhadap Kelangsungan Pernikahan… 111

dimana hak itu dirampas dengan menyegarkan suasana


berbagai macam bentuknya. kehidupannya.
Misalnya pemegang hak maskawin
itu di tangan wali dan ia berhak Syarat Mahar
mengambilnya untuk dirinya, Dalam Islam tentu sudah ada
seakan-akan wanita itu objek jual aturan main yang diatur oleh hukum
beli sedangkan si wali sebagai Islam itu sendiri baik permasalahan
pemiliknya. ibadah, jinayah, siyasah, munakahat
Islam mewajibkan maskawin dan lain sebagainya.
dan memastikannya, untuk dimiliki Dalam fiqh munakahat telah
si wanita sebagai kewajiban dari disebutkan ada beberapa macam
lelaki kepadanya yang tidak boleh syarat sahnya mahar yang diberikan
ditentang. Islam mewajibkan si kepada calon istri, adapun syarat
suami memberikan maskawin tersebut sebagai berikut: (Jaih
sebagai ”nihlah” (pemberian yang Mubarok, 2002: 56)
khusus kepada si wanita) dan harus 1. Harta berharga. Tidak sah mahar
dengan hati yang tulus dan lapang dengan yang tidak berharga
dada, sebagaimana memberikan walaupun tidak ada ketentuan
hibah dan pemberian (Abd. Rahman banyak atau sedikitnya mahar,
Ghazaly, 2006: 45). Apabila mahar sedikit tapi bernilai tetap
kemudian si istri merelakan sah disebut mahar.
maskawinnya itu sebahagian atau 2. Barangnya suci dan bisa diambil
seluruhnya kepada suaminya, maka manfaatnya. Tidak sah mahar
si istri itu mempunyai hak penuh dengan memberikan khamar,
untuk melakukannya dengan senang babi, atau darah, karena semua itu
hati dan rela hati, dan si suami boleh haram dan tidak berharga/suci.
menerima dan memakan apa yang 3. Barangnya bukan barang ghasab.
diberikan istri dengan senang hati. Ghasab artinya mengambil barang
Karena hubungan antara suami istri orang lain tanpa seizinnya namun
seharusnya didasarkan pada tidak bermaksud untuk
kerelaan yang utuh, kebebasan yang memilikinya karena berniat untuk
mutlak, kelapangan dada, dan kasih mengembalikannya kelak.
sayang yang tidak terluka dari Memberikan mahar dengan
kedua belah pihak. barang ghasab tidak sah.
Dengan memperlakukan sistem 4. Bukan barang yang tidak jelas
seperti ini, Islam hendak keadaannya. Tidak sah mahar
menjauhkan sisa-sisa sistem jahiliyah dengan barang yang tidak jelas
mengenai wanita dan maskawinnya, keadaannya, atau tidak
hak-haknya terhadap dirinya dan disebutkan jenisnya.
harta bendanya, kehormatan dan
kedudukannya. Diberikan Macam-macam Mahar
keleluasaan, saling merelakan dan Adapun mahar itu terbagi
kasih sayang untuk mewarnai kepada 2 macam yaitu :
kehidupan bersama dan untuk
2 JURIS Volume 14, Nomor 2 (Juli-Desember 2015)

Mahar musamma. bercampur dengan istri ternyata


Mahar musamma adalah nikahnya tidak sah.
mahar yang disepakati oleh Nikah yang tidak disebutkan
pengantin laki-laki dan pengantin dan tidak ditetapkan maharnya
perempuan yang disebutkan dalam disebut nikah tafwidh. Hal ini
redaksi adat. menurut jumhur Ulama dibolehkan.
Dr. H. Abd. Rahman Ghazali, Firman Allah SWT dalam
MA dalam bukunya mendefenisikan alquran:
bahwa mahar musamma adalah
ِ
mahar yang sudah disebut atau ُ ‫اح َعلَْي ُك ْم إِن طَلَّ ْقتُ ُم ٱلن َساءَ َما ََلْ َتََ مس‬
‫وه َّن‬ َ َ‫ََّّل ُجن‬
ِ
َ ‫ضوا۟ ََلُ َّن فَ ِر‬ ُ ‫أ َْو تَ ْف ِر‬
dijanjikan kadar dan besarnya ketika ‫وه َّن َعلَى‬
akad nikah (Abdurrahman, ُ ‫يضةً ۟ َوَمت ُع‬
‫وس ِع قَ َد ُرهۥُ َو َعلَى ٱلْ ُم ْقِ ِِت قَ َد ُرهۥُ َمتَ ًع۟ا‬ ِ ‫ٱلْم‬
Abdullah, bin, al Bassam, 2006: 44). ُ
Ulama Fiqh sepakat bahwa ِ ِ ِ
dalam pelaksanaannya, mahar َ ‫بِٱلْ َم ْعُروف ۟ َحقًّا َعلَى ٱلْ ُم ْحسن‬
‫ي‬
musamma harus diberikan secara Tidak ada kewajiban membayar
penuh apabila : (mahar) atas kamu, jika kamu
a. Telah bercampur (bersenggama) menceraikan istri-istri kamu sebelum
b. Salah satu dari suami istri kamu bercampur dengan mereka dan
meninggal. Demikian ijma’ ulama. sebelum kamu menentukan
Mahar mitsil (sepadan) maharnya. Dan hendaklah kamu
berikan suatu mut'ah (pemberian)
Mahar mitsil adalah mahar kepada mereka. Bagi yang mampu
yang tidak disebutkan besar menurut kemampuannya dan bagi
kadarnya pada saat sebelum yang tidak mampu menurut
maupun ketika terjadi pernikahan, kemampuannya (pula), yaitu
atau mahar yang diukur (sepadan) pemberian dengan cara yang patut,
dengan mahar yang telah diterima yang merupakan ketentuan bagi
oleh keluarga terdekat, dengan orang-orang yang berbuat ihsan (Q.S.
mengingat status sosial, kecantikan al-Baqarah [2]: 236).
dan sebagainya.
Mahar mitsil ini terjadi dalam Ketentuan Mahar dalam Islam
keadaan sebagai berikut: (Ibnu Mengenai kadar mahar ulama
Taimiyah, Taqiyuddin, Imam al’ mazhab telah sepakat bahwa bagi
Alamah, 1997: 58) mahar itu tidak ada batasan
1. Apabila tidak disebutkan kadar tertinggi. Ulama mazhab mengambil
mahar dan besarnya ketika dalil firman Allah SWT:
berlangsung akad nikah,
kemudian suami telah bercampur ‫دُّتُ ٱ ْستِْب َد َال َزْو ٍج َّم َكا َن َزْو ٍج َوءَاتَ ْيتُ ْم‬ ‫َوإِ ْن أ ََر م‬
۟ ‫إِ ْح َدى ُه َّن قِنطَ ًارا فَ ََل تَأْ ُخ ُذوا۟ ِمْنهُ َشْيًا‬
dengan istri, atau meninggal
sebelum bercampur
(bersenggama). ‫أَتَأْ ُخ ُذونَهۥُ بُ ْهتَنًا َوإِْْثًا مبِينًا‬
2. Jika mahar musamma belum
dibayar sedangkan suami telah
Putra Halomoan, Penetapan Mahar terhadap Kelangsungan Pernikahan… 113

Dan jika kamu ingin mengganti ulama madzhab ada dua macam
istrimu dengan yang lain, sedangkan sebagaimana disebutkan oleh Ibn
kamu telah memberikan kepada Rusyd, yaitu: (Sayyid Quthb, 2001:
seseorang di antara mereka harta 34)
yang banyak, maka janganlah kamu 1. Ketidakjelasan akad nikah itu
mengambil kembali darinya barang sendiri antara kedudukannya
sedikit pun. Apakah kamu akan sebagai salah satu jenis
mengambil dengan tuduhan yang pertukaran, karena yang dijadikan
dusta dan dengan (menanggung) adalah kerelaan menerima ganti,
dosa yang nyata (Q.S. an-Nisa’ [4]: baik sedikit maupun banyak,
20) . seperti halnya dalam jual beli dan
Kemudian ulama mazhab kedudukannya sebagai ibadah
berbeda pendapat dengan yang sudah ada ketentuannya.
rendahnya mahar tersebut. Demikian itu kalau ditinjau dari
Syafi’i, Hambali, dan Imamiyah segi bahwa dengan mahar itu laki-
berpendapat bahwa tidak ada batas laki dapat memiliki jasa wanita itu
minimalnya. Mereka mengambil selamanya, maka perkawinan itu
dalil Hadits Rasulullah SAW. mirip dengan pertukaran. Tetapi
Kawinlah engkau walupun dengan ditinjau dari segi adanya larangan
maskawin cincin dari besi. (HR. al- mengadakan persetujuan untuk
Bukhari). meniadakan mahar, maka mahar
itu mirip dengan ibadah.
Hanafi berpendapat bahwa
2. Adanya pertentangan antara qiyas
jumlah minimal mahar adalah
yang menghendaki adanya
sepuluh dirham. Kalau suatu akad
pembatasan mahar dengan
yang dilakukan dengan mahar
mafhum hadits yang tidak
kurang dari itu, maka akad tetap
menghendaki adanya
sah, dan wajib membayar sepuluh
pembatasan. Qiyas yang
dirham.
menghendaki adanya pembatasan
Maliki mengatakan jumlah
mahar adalah seperti pernikahan
minimal mahar adalah tiga dirham.
itu ibadah, sedangkan ibadah itu
Kalau akad dilakukan dengan mahar
sudah ada ketentuannya.
kurang dari hal tersebut, kemudian
terjadi percampuran, maka suami Penetapan Mahar dalam Islam
harus membayar tiga dirham. Tetapi
apabila belum bercampur maka Penetapan mahar adalah salah
suami boleh memilih antara satu dari adat istiadat, dengan
membayar tiga dirham (dengan demikian hukum Islam mengatur
melanjutkan perkawinan) atau hal tersebut dalam ‘urf (adat istiadat
memfasakh akad, lalu membayar ).
mahar musamma. Kata ’urf secara etimologi
Adapun faktor penyebab adalah sesuatu yang dipandang baik
perbedaan pendapat tentang kadar dan diterima oleh akal sehat.
(ketentuan mahar) di kalangan Sedangkan secara terminologi,
2 JURIS Volume 14, Nomor 2 (Juli-Desember 2015)

seperti dikemukakan oleh Abdul kebiasaan mayoritas penduduk


Karim Zaidan, istilah ’urf berarti : negeri itu.
Sesuatu yang tidak asing lagi bagi 3. ’Urf itu harus sudah ada ketika
satu masyarakat karena telah menjadi sudah terjadinya suatu peristiwa
kebiasaan dan menyatu dengan yang akan dilandaskan kepada
kehidupan mereka baik berupa ’urf itu.
perbuatan maupun perkataan. 4. Tidak ada ketegasan dari pihak-
’Urf baik berupa perbuatan pihak terkait yang berlainan
maupun berupa perkataan, seperti dengan kehendak ’urf tersebut.
dikemukakan Abdul Karim Zaidan, Allah SWT berfirman di dalam
terbagi kepada dua macam (Farid al Quran
Muhammad Washil, Nashr, Abdul
ِ ِ ِ
Aziz Muhammad Azzam, 2009: 35). ‫ي‬ ْ ‫ُخذ ٱلْ َع ْف َو َوأْ ُم ْر بِٱلْعُْرف َوأ َْع ِر‬
َ ‫ض َع ِن ٱ ْلَ ِهل‬
1. al-’Urf al-’Am (adat kebiasaan
Jadilah engkau pema’af dan suruhlah
umum), yaitu adat kebiasaan
orang untuk mengerjakan yang
mayoritas dari berbagai negeri di
ma’ruf (al ’urf ) serta berpalinglah
suatu masa.
dari orang-orang yang bodoh. (Q.S.
2. al-’Urf al-Khas (adat kebiasaan
al-A’raf [7] : 199.)
khusus), yaitu adat istiadat pada
masyarakat atau negeri tertentu. Hadits Rasulullah SAW (Hadits
tentang mahar, www. http//hadist
Di samping pembagian di atas,
tentang mahar//, diakses pada 12
’urf dibagi pula kepada dua macam.
Nopember 2015 ).
1. Adat kebiasaan yang benar, yaitu
1. Dalam satu riwayat Rasulullah
suatu hal yang baik yang menjadi
SAW bersabda yang artinya:
kebiasaan suatu masyarakat,
Apa yang dipandang baik oleh umat
namun tidak sampai
Islam, baik pula di sisi Allah SWT.
menghalalkan yang haram dan
2. Diriwayatkan oleh al Hakim.
tidak pula sebaliknya. Tidak boleh menyulitkan orang lain
2. Adat kebiasaan yang fasid (tidak dan tidak pula dipersulit orang lain.
benar), yaitu suatu yang menjadi Orang yang mempersulit orang lain
adat kebiasaan yang sampai akan dipersulit oleh Allah dan orang
menghalalkan yang diharamkan yang memusuhi orang lain akan
Allah. dimusuhi oleh Allah.
Abdul Karim Zaidan Dalam hal ini ulama fiqh juga
menyebutkan beberapa persyaratan mengatakan sbb :
bagi ’urf yang bisa dijadikan 1. Adat kebiasaan dapat ditetapkan
landasan hukum yaitu: sebagai hukum”.
1. ’Urf itu harus termasuk ’urf yang 2. Menentukan dengan dasar ‘urf
shahih, dalam arti tidak seperti menentukan dengan
bertentangan dengan ajaran al berdasarkan nash”.
quran dan Sunnah Rasulullah. 3. Diambil mudharat yang lebih
2. ’Urf itu harus bersifat umum, ringan di antara dua mudharat”.
dalam arti minimal telah menjadi
Putra Halomoan, Penetapan Mahar terhadap Kelangsungan Pernikahan… 115

Pendapat Ulama tentang Mahar maka Maliki mengatakan apabila


Macam-macam Mahar belum terjadi percampuran akadnya
fasid, tetapi bila telah terjadi
Ulama Madzhab (Ja’fari, percampuran maka akad dinyatakan
Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali) sah dan si istri berhak atas mahar
sepakat mengatakan bahwa mahar mitsil. Sedangkan ulama yang lain
hanya dibagi kepada dua macam mengatakan akad tetap sah dan si
yaitu mahar musamma dan mahar istri berhak atas mahar mitsil.
mitsil (Hajar, Ibnu, al’Asqolani, t.th.: Mengenai mahar musamma
35). berupa harta rampasan, ulama
1. Mahar musamma Malikiyah berpendapat bahwa kalau
Mahar musamma adalah perabot itu adalah barang yang
mahar yang disepakati oleh dikenal keduanya maka akad
pengantin laki-laki dan dinyatakan fasid dan difashk sebelum
perempuan yang disebutkan tejadi percampuran. Tetapi apabila
dalam redaksi adat. sudah terjadi percampuran akad
2. Mahar mitsil (sepadan). dinyatakan sah dengan
Mahar mitsil adalah mahar menggunakan mahar mitsil. Ulama
yang tidak disebutkan besar Syafi’iyah dan Hambaliyah
kadarnya pada saat sebelum menyatakan bahwa akad tetap sah
maupun ketika terjadi dan si istri berhak atas mahar mitsil.
pernikahan. Sedangkan Ulama Imamiyah dan
Syarat Mahar Hanafiyah mengatakan akad tetap
sah, akan halnya mahar, apabila
Seluruh ulama mazhab sepakat
diberikan pada saat itu maka itulah
bahwa mahar boleh berupa uang,
yang menjadi mahar musammanya
perhiasan, perabot rumah tangga,
(maharnya sah), maka apabila tidak
harta perdagangan, atau benda-
diberikan pada saat itu maka si istri
benda lain yang mempunyai harga.
berhak memperoleh pengganti
Menurut seluruh mazhab kecuali
berupa barang yang sama.
Malikiyah disyaratkan bahwa mahar
harus diketahui secara jelas dan ril Tinjauan Hukum Islam terhadap
atau secara global mengenai Penetapan Mahar
jumlahnya, maka apabila tidak,
maka akad tetap sah tetapi mahar Penetapan mahar merupakan
batal. Sedangkan menurut Malikiyah pelaksanaan adat pada masyarakat.
berpendapat akadnya fasid (tidak Penetapan mahar tersebut di
sah) dan difaskh sebelum terjadi laksanakan melalui musyawarah
percampuran, tetapi bila terjadi secara khusus di rumah calon istri
percampuran maka akad dinyatakan yang di hadiri oleh pihak calon istri
sah dengan menggunakan mahar dan calon suami yang dianggap
mitsil. penting, penetapan Mahar adalah
Mengenai mahar musamma bahagian dari ’urf (adat kebiasaan)
yang diberikan berupa barang haram yang berkembang dan dilestarikan
2 JURIS Volume 14, Nomor 2 (Juli-Desember 2015)

masyarakat yang bersangkutan. yang artinya ”maskawin yang paling


Menurut hemat penulis penetapan baik itu adalah yang mudah”.
mahar yang dilakukan merupakan Penulis melihat bahwa dalam
bahagian dari ’urfun shohih yaitu penetapan mahar tersebut terdapat
suatu hal yang baik yang menjadi dua kumudharatan yaitu, Pertama
kebiasaan masyarakat, namun tidak dengan tingginya kadar mahar yang
sampai menghalalkan yang haram diminta pihak calon istri dalam
dan tidak pula sebaliknya. Dalam hal penetapan mahar maka kebanyakan
’urfun shohih Allah SWT dari pihak laki-kaki merasa
memerintahkan untuk selalu keberatan dengan ketentuan
dilaksanakan. Sebagaimana firman- tersebut. Kedua bila kadar mahar itu
Nya di dalam al Quran surah al rendah maka dikhawatirkan akan
A’raf : 199. merajalelanya perceraian. Dalam
ِ ِ ِ kasus seperti ini ulama fiqh
‫ي‬ ْ ‫ُخذ ٱلْ َع ْف َو َوأْ ُم ْر بِٱلْعُْرف َوأ َْع ِر‬
َ ‫ض َع ِن ٱ ْلَ ِهل‬ menjelaskan bahwa apabila ada satu
Jadilah engkau pema’af dan suruhlah perbuatan yang mempunyai dua
orang untuk mengerjakan yang mudharat maka boleh dikerjakan
ma’ruf ( al ’urf ) serta berpalinglah yang lebih sedikit mudharatnya.
dari orang-orang yang bodoh. (Q.S. Dengan qaidah sebagai berikut :
al-A’raf [7]: 199) ”Diambil mudharat yang lebih
ringan diantara dua mudharat”.
Dari penelitian yang penulis
lakukan, penulis melihat bahwa
penetapan mahar di Desa Binabo PENUTUP
Julu mempunyai dampak yang
signifikan terhadap kelangsungan Kesimpulan
pernikahan, seperti : Tertundanya 1. Penetapan mahar merupakan
pelaksanaan akad nikah, terjadinya pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu,
nikah sirri, Adanya rencana di laksanakan dengan
pernikahan yang dibatalkan, musyawarah kedua belah pihak.
Walimatul ’usry yang hanya Dilaksanakan secara khusus di
dilaksanakan oleh satu pihak, dan rumah pihak perempuan dengan
Melonggarnya nikah sesama suku. mengumpulkan famili dari pihak
Namun, penulis melihat, bahwa laki-laki dan perempuan. Dalam
penyebab dari semua hal tersebut penetapan mahar selalu
karena besarnya kadar mahar yang menggunakan bahasa adat.
diminta oleh pihak calon istri itu 2. Tata cara penetapan mahar
sendiri. Dalam hal besarnya kadar merupakan persetujuan dari
mahar tidak ada larangan dalam tokoh adat dan tokoh agama.
alquran maupun sunnah Rasulullah Ketetapan mahar yang di tetapkan
SAW, namun Rasulullah terdapat dampak negatif yang
menganjurkan kepada umatnya sangat signifikan terhadap
untuk memudahkan maskawin. kelangsungan pernikahan, yaitu :
Sebagaimana dijelaskan dalam a. Tertundanya pelaksanaan akad
Haditsnya yang berbunyi sebagai nikah.
Putra Halomoan, Penetapan Mahar terhadap Kelangsungan Pernikahan… 117

b. Terjadinya nikah lari (nikah aturan) dibanding adat istiadat,


sirri). supaya nikah sirri tidak terjadi.
c. Adanya pernikahan yang di 3. Kepada orang tua calon istri agar
batalkan lebih melihat kepada kebahagiaan
d. Walimatul ’ursy hanya anak dan keadaan ekonomi pihak
dilaksanakan satu pihak. calon suami.
e. Melonggarnya nikah sesama 4. Kepada pemuda jangan boros,
suku. mulailah berpikir untuk masa
3. Penetapan mahar yang keputusan depanmu, jangan sampai
didominasi pihak perempuan, menyusahkan kepada orang tua.
banyak dari pihak laki-laki yang 5. Kepada pemudi pelajari syari’at.
merasa keberatan dengan hal Jangan sampai hakmu di rampas
tersebut, karena menyebabkan, oleh orang lain.
bahkan mempengaruhi mahalnya
kadar mahar yang diminta pihak
perempuan dalam prosesi DAFTAR KEPUSTAKAAN
penetapannya. Abdul Karim Amrullah, Abdul
4. Penetapan mahar yang mahal Malik., 2003. ( HAMKA ),Tafsil
dilakukan bertujuan untuk Al-azhar Jilid 2, Singapura :
menghindari terjadinya Pustaka Nasional PTE LTD,
perceraian, terciptanya rasa Cet. Ke-5.
tanggung jawab suami terhadap
istrinya, tanggung jawab orang Agama Republik Indonesia,
tua terhadap anak-anaknya dan Departemen. t.t. Al Qur an dan
terjadinya sifat terhormat kedua Tafsirnya Jilid II, Semarang :
belah pihak. Dengan demikian, Effhar Offset.
penetapan mahar sesuai dengan _____, 1989. al-Qur’an dan
hukum Islam. Terjemahnya, Semarang : CV
Toha Putra, ,Cet. ke-4
Saran
Abdurrahman, Abdullah, bin, al
Setelah melihat, mengamati Bassam, 2006. Syarah Bulughul
dan mencermati penetapan mahar, Marom, Jakarta : Pustaka
penulis dengan berbesar hati
Azzam, Cet. ke-1, jilid 5.
memberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada tokoh adat kiranya untuk Bakry, Hasbullah, 1985. Kumpulan
lebih melihat kepada konteks Lengkap Undang-Undang dan
agama dalam pengaturan Peraturan Perkawinan di
pernikahan khususnya penetapan Indonesia, Jakarta : Djambatan,
mahar. Cet. ke-3.
2. Kepada tokoh agama agar Dalimunte, Marwan,Adat Dalihan
mendahulukan nash dalam Natolu, di unduh dari http://
mengambil keputusan (membuat sirajasonang. wordpress.com.
2 JURIS Volume 14, Nomor 2 (Juli-Desember 2015)

Dedi Rohayana, Ade, 2008. Ilmu Mubarok, Jaih, 2002. Kaidah Fiqh
Qowa’id Fiqhiyyah Kaidah-kaidah Sejarah dan Kaidah Asasi, Jakarta
Hukum Islam, Jakarta : Gaya : Raja Grafindi Persada, ed. 1,
Media Pratama, cet. Ke-1. Cet. Ke-1.
Farid Muhammad Washil, Nashr, Mu’in, A, dkk, 1986. Ushul Fiqh
Abdul Aziz Muhammad Qaidah-qaidah Istinbath dan
Azzam, 2009. Qowa’id Fiqhiyyah, Ijtihad ( Jakarta : Dirjen.
Jakarta : Amzah, Cet. Ke-2. Pembinaan Kelembagaan
Ghazaly, Abd. Rahman, 2006. Fiqh Agama Islam Departemen
Munakahat, Jakarta: Kencana, Agama.
ed. 1, cet. Ke-1 Nasib ar-Rifa’i, 1999. Muhammad,
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,
Hajar, Ibnu, al’Asqolani, tt` Bulughul
Marom min adallatil Ahkam, Jakarta : Gema Insani, Cet ke-1,
Jilid 1.
Jeddah : Alharomaini
Liththoba’ati Wannasyri Nelli Jumni, M. Ag, 2008. Fiqh
Wattauzi’i. Munakahat, Pekanbaru : Suska
Press.
Ibnu Taimiyah, Taqiyuddin, Imam
al’ Alamah, Penerjemah Sayyid Quthb, Syahid, Penerjemah :
Rusnan Yahya, 1997. Hukum- As’ad Yasin, Abdul Aziz Salim
hukum Perkawinan, Jakarta : Basyarahil dan Muchotob
Pustaka Al-Kautsar, Cet. Ke-1 Hasan, 2001. Tafsir Fi Zhilalil
Qur an,( Jakarta : Gema Insani
Jawad Mughniyah, Muhammad,
2001. Fiqih Lima Mazhab, Jakarta Press, Cet.Ke- 1
: PT. Lentara.
Mas’ud, Ibnu, 2000. Fiqih Madzhab
Syafi’i, Bandung : CV. Pustaka
Setia, Cet. ke-1, jilid 2.

You might also like