Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
One of the solutions to reduce carbon gas emissions that triggered global warming is to utilize coastal
vegetation such as seagrass that known as blue carbon. This research was aimed to determine stock
carbon on seagrass in the east coast of Bintan Regency, Kepulauan Riau Province as an effort to reduce
global warming. The research was conducted in Berakit, Malang Rapat, and Teluk Bakau from January
to July 2017. The parameters measured in this research were biomass, carbon content, and carbon
stock on seagrass. The anylisis of the biomass was obtained from the dry weight per unit area, the
carbon content was obtained by Walkley and black method, the carbon stock was obtained by the
measurement of the biomass and carbon content. Based on the observation, seagrass ecosystem in east
coast of Bintan was palnted by C. rotundata, C. serrulata, E. acoroides, H. uninervis, H. pinifolia, H.
ovalis, T. hemprichii, T. ciliatum, dan S. isoetifolium. The below ground biomass and carbon percentation
were higher that the aboveground parts so when the leaves are released either because of human or
natural actions, seagrass is still able to store carbon. Seagrass beds on the east coast of Bintan
Regency have the potential to absorb and store carbon which is equal to 2431.33 tons C as E.
acoroides being the species which capable of producing the highest biomass and highest carbon
content, although this number cannot be used as a reference whether seagrass has high potential or
no because until now there has been no standard value.
ABSTRAK
Salah satu upaya untuk mengurangi emisi gas karbon pemicu pemanasan global adalah dengan
memanfaatkan vegetasi pesisir seperti lamun yang dikenal dengan istilah blue carbon. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui stok karbon pada padang lamun di Pesisir Timur Kabupaten Bintan,
Kepulauan Riau sebagai upaya dalam mengurangi pemanasan global. Penelitian dilakukan di Berakit,
Malang Rapat, dan Teluk Bakau mulai Januari – Juli 2017. Parameter yang diukur dalam penelitian ini
adalah biomassa, kandungan karbon, dan stok karbon pada lamun. Analisis biomassa diukur dari berat
kering lamun per satuan luas yang dibagi atas bagian atas dan bawah substrat, kandungan karbon
diukur dengan metode Walkley and Black, stok karbon diukur dengan memperhatikan kandungan
karbon dan biomassa lamun. Hasil penelitian menunjukkan ekosistem lamun di pesisir timur
Kabupaten Bintan ditumbuhi oleh C. rotundata, C. serrulata, E. acoroides, H. uninervis, H. pinifolia,
H. ovalis, T. hemprichii, T. ciliatum dan S. isoetifolium dengan kondisi yang relatif baik. Persentase
biomassa dan karbon yang berada di bawah substrat lebih besar dibanding biomassa yang berada di
atas substrat, sehingga ketika bagian pelepah dan daun lamun lepas baik karena tindakan manusia
ataupun alam lamun masih tetap mampu menyimpan karbon. Padang lamun di pesisir sebelah timur
Kabupaten Bintan memiliki potensi dalam menyerap dan menyimpan karbon yakni sebesar 2431.33
ton C dengan E. acoroides sebagai spesies yang mampu menghasilkan biomassa terbesar dan
kandungan karbon tertinggi, meski jumlah tersebut tidak dapat dijadikan acuan apakah lamun
memiliki potensi yang tinggi ataupun tidak karena hingga saat ini belum ada nilai standardnya.
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK-IPB, ISOI, dan HAPPI 639
Estimasi Cadangan Karbon pada Lamun di . . .
640 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Khairunnisa et al.
hamparan padang lamun yang luas seperti pada setiap jenis lamun.
Kabupaten di Bintan sangat layak untuk
dijadikan lokasi penelitian dalam mengukur 2.2. Kerapatan Lamun
potensi penyimpanan karbon sebagai mitigasi Pengambilan data pada setiap stasiun
pemanasan global dan perubahan iklim. dilakukan dengan menggunakan 3 garis
transek yang ditarik hingga 100 m ke arah
II. METODE PENELITIAN laut dengan jarak antar garisnya 25 m. Setiap
garis transek terdapat transek plot berukuran
2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 0,5 x 0,5 m2 yang dimulai dari titik 0 m dan
Penelitian dilaksanakan mulai Januari diulangi setiap 20 m sampai dengan 100 m.
2017 – Juli 2017 di pesisir timur Kabupaten Kerapatan masing-masing jenis pada setiap
Bintan yang mencakup 8 stasiun dengan stasiun dihitung dengan menggunakan
karakteristik dan aktivitas yang berbeda- rumus Azkab (1999) yaitu:
beda. 3 stasiun terdapat di pesisir Desa
Berakit, 3 stasiun di Desa Malang dan 2 $
𝐷= %
……………………………….…. (1)
stasiun di Desa Teluk Bakau. Peta lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Keterangan : D = Kerapatan jenis lamun
Parameter-parameter yang diukur yaitu
(ind/m2), N = Jumlah tegakan (ind), dan A =
kerapatan, biomassa, dan kandungan karbon
Luas area (m2).
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 3, Desember 2018 641
Estimasi Cadangan Karbon pada Lamun di . . .
Jenis Lamun St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8
Enhalus acoroides 48 87 42 46 66 46 71 95
Thalassia hemprichii 54 7 15 - 12 13 29 70
Cymodocea serrulata - 45 32 18 31 39 21 -
Cymodocea rotundata - 23 38 - 22 20 22 54
Halodule univervis - 25 70 - 11 - - -
642 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Khairunnisa et al.
Jenis Lamun St.1 St.2 St.3 St.4 St.5 St.6 St.7 St.8
Halodule pinifolia 38 - 31 195 44 16 6 -
Halophila ovalis - 12 23 - - - - -
Syringodium
- 37 134 - 34 37 - -
isoetifolium
Thalassodendron
- 6 51 - 45 29 3 -
ciliatum
Total 140 242 436 259 265 200 152 219
Data penelitian menunjukkan bahwa dengan jenis substrat yang stabil juga
E. acoroides merupakan jenis yang paling menjadi penyebab jenis ini dapat tumbuh
mendominasi karena ditemukan di semua dengan baik. Sementara itu, E. acoroides
stasiun penelitian. Untuk kerapatan tertinggi merupakan jenis yang mendominasi pada
ditemukan pada jenis H. pinifolia di stasiun 3 seluruh stasiun penelitian karena pada daerah
dengan nilai sebesar 195 ind/m2 dan tropis penyebarannya ditemukan pada
kerapatan terendah ditemukan pada jenis T. seluruh tipe substrat jenis dan bentuk
ciliatum di stasiun 7 dengan nilai sebesar 3 morfologinya yang besar dibanding jenis lain
ind/m2. Sementara itu stasiun 3 merupakan memungkinkannya untuk bertahan hidup
area yang memiliki jenis lamun terbanyak pada berbagai kondisi
dan kerapatan total tertinggi dengan spesies Stasiun 3 merupakan stasiun dengan
terbanyak merupakan area yang memiliki kerapatan jenis tertinggi. Hal ini diduga
nilai kerapatan tertinggi (Gambar 2). karena tidak ada aktifitas dan pemanfaatan
pada wilayah ini sehingga kualitas perairan
masih sangat baik. Meskipun pada wilayah
ini lamun hidup berdampingan dengan
terumbu karang, jumlah terumbu karang
tidak mendominasi dan lebih sedikit
dibanding sebaran lamun yang ada sehingga
persaingan untuk mendapat nutrisi tidak
terlalu tinggi. Selain itu, dengan adanya
terumbu karang, lamun dapat terlindungi dari
arus dan gelombang yang kuat. Jenis lamun
dengan kerapatan tertinggi di stasiun 3
Gambar 2. Tingkat kerapatan (ind/m2) lamun adalah S. isoetifolium yang memiliki daun
di lokasi pengambilan data berbentuk silindris sehingga memungkinkan
Bintan Timur. untuk tumbuh dengan padat dan lebih lentur
saat arus melewatinya. S. isoetifolium
H. pinifolia yang tumbuh pada stasiun biasanya dapat ditemukan di daerah dangkal
4 merupakan jenis lamun dengan kerapatan dengan hamparan terumbu.
jenis tertinggi diantara semua jenis dan
stasiun. Jenis lamun yang berukuran kecil 3.1.2. Biomassa Lamun
seperti H. pinifolia memiliki jumlah tegakan Hasil penelitian menunujukkan
lebih banyak dibandingkan dengan jenis bahwa nilai biomassa yang berada di bawah
lainnya karena dengan ukuran daun dan letak substrat jauh lebih besar dibanding biomassa
pertumbuhan daunnya yang ke atas yang berada di atas substrat dari berat
memungkinkan untuk tumbuh memadati keseluruhan (Gambar 3) dan stasiun
suatu area dan hidup di sela-sela lamun penelitian yang memiliki biomassa tertinggi
berukuran besar. Kondisi lokasi penelitian adalah stasiun 8 yang didominasi oleh lamun
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 3, Desember 2018 643
Estimasi Cadangan Karbon pada Lamun di . . .
644 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Khairunnisa et al.
kandungan karbon yang terdapat pada H. kecil yang memiliki proses pergantian yang
pinifolia. Lamun yang berukuran besar lebih cepat sehingga tidak dapat menyerap
tersebut menurut Pendleton et al. (2012) karbon dalam jumlah besar dan menyimpan-
memiliki kemampuan yang lebih baik untuk nya dalam jangka waktu yang karma.
memyimpan karbon pada lapisan sedimen Contohnya seperti H. ovalis pada penelitian
yang lebih dalam dibanding lamun yang Kaewsrikhwa et al. (2016) bahwa H. ovalis
berukuran kecil sehingga pada padang lamun yang memiliki tingkat produksi daun yang
yang mayoritas ditumbuhi oleh spesies tinggi yaitu 2,10±0,10 hari per pasang daun
berukuran besar cenderung memiliki sedimen membuatnya tumbuh lebih cepat sehingga
dengan kandungan organik tinggi. Hal menurunkan kemampuannya dalam meng-
tersebut berbeda dengan lamun berukuran akumulasi karbon.
50 46.51
44,79
40.71
Kandungan Karbon (%)
40 42.48 36.83
39.80 35.73 35.71 35.38
33.04
36.05 30.75
30 34.17
31.97 31.00 31.66
28.52
26.95
20
10
0
E. arcoides T. C. C. H. H. pinifolia H. ovalis S. T. cilliatum
hemprichii serrulata rotundata uninervis isotefolium
2000 1765.24
1800
1600
1400
1200
g C/m2
1000 829.64
800
600
400 245.08 244.49 200.32 163.85 95.28
200 73.64 45.37
0
m
m
a
lia
es
ii
is
ta
vi
ich
at
al
liu
tu
id
fo
la
er
nd
ov
ia
ro
pr
ifo
ni
rru
in
cil
tu
co
pi
ila
un
et
se
ro
he
sa
le
ph
iso
le
ro
ea
du
ea
sia
lu
lo
du
nd
um
oc
ha
lo
oc
Ha
as
lo
de
od
Ha
od
di
En
Ha
al
so
m
go
m
Th
as
Cy
rin
Cy
al
Sy
Th
Gambar 6. Stok karbon (g C/m2) spesies lamun di lokasi pengambilan data Bintan Timur.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 3, Desember 2018 645
Estimasi Cadangan Karbon pada Lamun di . . .
646 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Khairunnisa et al.
Besarnya kandungan karbon yang Menurut Chmura et al. (2016) karena terletak
terdapat pada E. acoroides hampir dua kali di antara darat dan laut, ekosistem pesisir
lipat dari kandungan karbon yang terdapat seperti mangrove dan lamun semakin
pada H. pinifolia. Lamun yang berukuran mengalami degradasi dan eksploitasi baik
besar tersebut menurut Pendleton et al. karena pencemaran dan perubahan fungsi
(2012) memiliki kemampuan yang lebih lahan melalui drainase, pengerukan dan
baik untuk memyimpan karbon pada lapisan dialihkan ke bentuk lainnya. Melalui
sedimen yang lebih dalam dibanding lamun pendekatan yang didapat dari hasil rata-rata
yang berukuran kecil sehingga pada padang karbon tersimpan pada penelitian ini,
lamun yang mayoritas ditumbuhi oleh estimasi kemampuan serapan karbon yang
spesies berukuran besar cenderung memiliki hilang dari 2012 hingga 2017 adalah adalah
sedimen dengan kandungan organik tinggi. sebesar 104252,85 ton C. Rusaknya padang
Hal tersebut berbeda dengan lamun ber- lamun tidak hanya akan menghilangkan
ukuran kecil yang memiliki proses per- fungsi dan jasa-jasa lingkungannya tetapi
gantian yang lebih cepat shingga tidak dapat juga turut melepaskan emisi karbon dioksida
menyerap karbon dalam jumlah besar dan ke udara (Lovelock et al., 2017). Efek yang
menyimannya dalam jangka waktu yang terjadi saat lamun hilang adalah karbon yang
karma. Contohnya seperti H. ovalis pada tersimpan pada jaringan dan sedimennya
penelitian Kaewsrikhwa et al. (2016) bahwa akan terpapar langsung oleh kolom air dan
H. ovalis yang memiliki tingkat produksi berikatan dengan oksigen sehingga
daun yang tinggi yaitu 2,10±0,10 hari per membentuk CO2 yang kemudian akan lepas
pasang daun membuatnya tumbuh lebih ke laut dan udara bebas (Yu et al., 2016).
cepat sehingga menurunkan kemampuannya Penelitian sebelumnya pada 2013
dalam mengakumulasi karbon. Secara teori mengenai estimasi stok karbon pada
total karbon tersimpan lamun dipengaruhi ekosistem mangrove di pesisir timur
luas padang lamun, luas area padang lamun, Kabupaten Bintan dan didpat hasil rata-rata
dan biomassa kandungan karbon yang sebesar 1223,98 – 4020,25 Mg C/ha.
terdapat di dalamnya. Berdasarkan hasil penelitian Sifleet et al.
Penelitian ini dilakukan pada saat (2011) karbon yang diserap dan tersimpan
periode angin musim barat sehingga terdapat dalam substrat mangrove berkisar 570-4712
kemungkinan jumlah karbon yang diserap Mg CO2/ha dengan perkiraan paling rendah
lebih kecil dibanding pada saat periode antara 800 dan 3000 Mg CO2/ha dan padang
angina musim timur meski hal tersebut lamun, karbon berkisar 0-13 Mg CO2/ha
belum benar-benar dapat dipastikan karena sementara rentang karbon di sedimennya
hingga saat ini belum ada penelitian mencapai 880-6000 Mg CO2/ha. Hasil ini
mengenai karbon lamun di Kabupaten Bintan memang lebih besar daripada simpanan
yang dilakukan pada saat periode angin karbon pada lamun, namun mengingat
musim timur. Supriadi et al. (2014) kondisi mangrove yang saat ini semakin
menyatakan bahwa rendahnya karbon yang terdegradasi, blue carbon pada lamun
dapat disimpan pada musim penghujan dianggap sebagai yang paling efektif. Bahkan
disebabkan tingginya serasah yang dihasilkan ketika bagian pelepah dan daun lamun lepas
akibat tingginya gelombang. Sementara pada baik karena tindakan manusia ataupun alam,
musim kemarau, padang lamun lebih lamun masih tetap mampu menyimpan
terpapar pada siang hari karena surut yang karbon hal ini dibuktikan dengan tingginya
rendah. Penurunan simpanan karbon diduga persentase biomassa dan karbon yang berada
juga terjadi di pesisir timur Kabupaten di bawah substrat lebih besar dibanding
Bintan karena pada tahun 2012 luas lamun di biomassa yang berada di atas substrat.
Kabupaten Bintan mencapai 2918,26 ha. Berdasarkan penelitian Murray et al. (2010)
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 3, Desember 2018 647
Estimasi Cadangan Karbon pada Lamun di . . .
648 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Khairunnisa et al.
Lavery, P.S., M.A. Mateo, O. Serrano, and storage and its recent loss in an
M. Rozaimi. 2013. Variability of the estuarine Posidonia australis meadow
carbon storage of seagrass habitats (Albany, Western Australia). J.
and its implications for global Estuar. Coast. Shelf Sci., 171:58-65.
estimates of blue carbon ecosystem http://dx.doi.org/10.1016/j.ecss.2016.
service. J. Plus One, 8(9):1-12. Russel, B.D., D.S. Connel, S. Uthike, N.
http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone Muehlehnerr, and J.M. Hal-Spencer.
.0073748. 2013. Future seagrass beds: can
Lovelock, C.E., T. Atwood, J. Baldock, C.M increased productivity lead to
Duarte, S. Hickey, P.S Lavery, P. increased carbon storage. J. Marine
Masque, P.I Macreadie, A.M. Ricart, Pol. 73(2):463-469. http://dx.doi.org/
O. Serrano, and A. Steven. 2017. 10.1016/j.marpolbul.2013.01.031.
Assessing the risk of carbon dioxide Short, F.T. and R.G. Coles. 2001. Global
emissions from blue carbon seagrass research methods. Elsevier.
ecosystems. J. Front. Mar. Sci. 482 p.
15:257–265. http://dx.doi.org/10.1002/ Sifleet, S., L. Pendleton, and B.C. Murray.
fee.1491. 2011. State of the science on coastal
Murray, B.C., L. Pendleton, and S. Sifleet. blue carbon: science summary for
2011. State of the science of costal policy-makers. Duke University.
blue carbon: a summary for policy Durham (USA). 42 p.
makers. Nicholas Institute for Supriadi, R.F. Kaswadji, D.G. Bengen, and
Environmental Policy Solutions M. Hutomo. 2014. Carbon stock of
Report. 43 p. seagrass community in Barranglompo
Ondiviela, B., I.J. Losada, J.L. Lara, M. Island, Makassar. IJMS., 19(1):1-10.
Maza, C. Galvan, T.J. Bouma, and J. https://doi.org/10.14710/ik.ijms.19.1.
van Belzen. 2014. The role of 1-10.
seagrasses in coastal protection in a Tasabaramo, I.A., M. Kawaroe, dan R.A.
changing climate. J. Coast. Engineer., Rappe. 2015. Laju pertumbuhan,
87:158-168. http://dx.doi.org/10.10 penutupan, dan tingkat kelangsungan
16/j.coastaleng.2013.11.005. hidup Enhalus acroides yang
Pendleton, L., D.C Donato, B.C. Murray, S. ditransplantasi secara monospesies
Crooks, W.A. Jenkins, S. Sifleet, C. dan multispesies. J. Ilmu dan
Craft, J.W. Fourqurean, J.B. Teknologi Kelautan Tropis, 7(2):757-
Kauffman, N. Marbà, P. Megonigal, 770. http://dx.doi.org/10.29244/jitkt.
E. Pidgeon, D. Herr, D. Gordon, and v7i2.
A. Baldera. 2012. Estimating global Wahyudi, A.J., S. Rahmawati, B. Prayudha,
“blue carbon” emissions from M.R. Iskandar, and T. Arfianti. 2016.
conversion and degradation of Vertical carbon flux of marine snow
vegetated coastal ecosystems. J. Plus in Enhalus acroides dominated
One, 7(9):1-7. http://dx.doi.org/10. seagrass meadows. J. Reg. stud. Mar.
1371/journal.pone.0043542. Sci., 5: 27-34.
Rahmawati, S. 2011. Estimasi cadangan Wawo, M., Y. Wardiatno, L. Adrianto,
karbon pada komunitas lamun di Bengen, D.G. 2014. Carbon stored on
Pulau Pari, Taman Nasional seagrass community in marine nature
Kepulauan Seribu, Jakarta. J. Segara, tourism park of Kotania Bay, Western
7(1):1-12. Seram, Indonesia. J. Manaj Hut Trop,
Rozaimi, M., P.S. Lavery, O. Serrano, and D. 20(1):51-57. http://dx.doi.org/10.72
Kyrwood. 2016. Long-term carbon 26/jtfm.20.1.51.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 3, Desember 2018 649
Estimasi Cadangan Karbon pada Lamun di . . .
Yu, O. and Chmura, G.L. 2009. Soil carbon Diterima : 25 Juni 2018
may be manintaned under grazing in a Direview : 28 Juni 2018
St. Lawrence estuary tidal marsh. J. Disetujui : 23 November 2018
Environ. Conserv., 36(04):312–320.
http://dx.doi.org/10.1017/S03768929
10000184.
650 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt