You are on page 1of 16

Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Oktober 2014

Hal. 60-74

Perkecambahan Biji Dan Pertumbuhan Bibit Batang Bawah Karet (Havea brasiliensis
Muell Arg.) Dari Klon Dan Media Yang Berbeda

Devi Shara, Munifatul Izzati1, Erma Prihastanti1


1. Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang
50275 Telepon (024) 7474754; Fax. (024) 76480690
Email: devishara92@yahoo.co.id

ABSTRACT

Rubber tree is an economical plant because of its latex production which is used as raw materials in
rubber industries. The most important steps in rubber tree cultivation are germination and nurseries of stock for
the grafting. The aims of the study to investigate seed germination from 3 types of clone and stock growth from
different clone and plant media. The research consists of two steps: 1. to investigate seed germination from 3
types of clone, 2. to investigate growth of stock rubber on different clone and plant media for 30 days. The study
design used completely randomized design (CRD) with 4 repetition. The first factor was plant media (soil, soil +
manure, soil + liquid fertilizer, soil + ash). Second factor was seed clone (PB 260, GT 1, BPM 24). The pameter
measured were germination percentage, stem height, root length, leaf number, leaf area, dry and fresh weight.
Collected data were analyzed by Analysis of Variance (ANOVA) continued by Duncan Multiple Range Test
(DMRT) in 95% significance difference. The study resulted that BPM 24 clone had the highest germination
percentage on 74,9%, while PB 260 is 71% and GT 1 is 63,6%. The types of clone affected on growth of stock
rubber tree. The PB 260 clone had better stem height, root length, leaf number, leaf area, dry and fresh weight
parameter than the other clone. Plant media had no effect on all parameters. There is no interaction between
plant media clone in affecting to growth of stock rubber.

Key Words: Clone, PB 260, GT 1, BPM 24, manure, liquid fertilizer

ABSTRAK

Karet merupakan tanaman yang bernilai ekonomis karena menghasilkan lateks yang diolah menjadi
bahan baku industri karet. Langkah penting dalam budidaya karet adalah perkecambahan dan pembibitan batang
bawah untuk okulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perkecambahan biji dari 3 klon dan pertumbuhan
bibit batang bawah karet dari klon dan media yang berbeda. Penelitian terbagi menjadi 2 tahap: 1.mengkaji
perkecambahan biji karet dari 3 klon, 2.mengkaji pertumbuhan bibit batang bawah karet pada media dan klon
yang berbeda selama 30 hari. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
pola faktorial dengan 4 pengulangan. Faktor pertama yaitu media tanam (tanah, tanah + pupuk kandang, tanah +
pupuk cair, tanah + abu). Faktor kedua adalah klon biji (PB 260, GT 1, BPM 24). Parameter penelitian ini terdiri
dari persentase perkecambahan, tinggi batang, panjang akar, jumlah daun, luas daun, berat kering dan berat
basah tanaman karet. Analisis data yang digunakan adalah Analysis of Variance (ANOVA) yang dilanjutkan
dengan uji beda nyata Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf signifikasi 95%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa klon BPM 24 memiliki persentse perkecambahan tertinggi, yaitu sebesar 74,9%,
sedangkan klon PB 260 71% dan klon GT 1 63,6%. Klon berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit batang
bawah karet. Klon PB 260 mempunyai parameter tinggi batang, panjang akar, jumlah daun, luas daun, berat
basah, dan berat kering yang lebih baik dari klon lainnya. Media tanam tidak berpengaruh terhadap semua
parameter. Interaksi antara media tanam dan klon tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit batang bawah
karet.

Kata Kunci: klon, PB 260, GT 1, BPM 24, pupuk kandang, pupuk cair
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Oktober 2014
Hal. 60-74

Berbeda dengan jenis tanaman perkebunan


lain, pengusahaan tanaman karet sangat
PENDAHULUAN menguntungkan karena adaptasi tanaman
Tanaman karet merupakan tanaman terhadap lingkngan dan iklim sangat baik, dan
yang bernilai ekonomis tinggi. Nilai ekonomis budidayanya sederhana (Indraty, 2004).
karet terletak pada kemampuannya dalam Perkebunan karet di Indonesia masih
menghasilkan lateks. Lateks dapat diolah didominasi oleh perkebunan rakyat yang
menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan mencakup areal sekitar 2,8 juta ha atau 85%
(block rubber), atau karet remah (crumb dari total areal perkebunan karet seluas 3,3 juta
rubber) yang merupakan bahan baku industri ha. Dari luasan tersebut, perkebunan rakyat
karet (Purwanto, 2001). Produk non lateks memberikan kontribusi sekitar 1,2 juta ton
seperti kayu karet pada awalnya dianggap atau 76% dari total produksi karet alam
sebagai hasil samping terutama untuk kayu nasional sebesar 1,6 juta ton pada tahun 2002
bakar. Namun, sejalan dengan berkembangnya (Boerhendy dan Dwi, 2006).
teknologi pengolahan dan pengawetan kayu Secara umum, permasalahan karet di
karet serta makin terbatasnya ketersediaan Indonesia adalah rendahnya produktivitas dan
kayu dari hutan alam, baik untuk memenuhi mutu karet yang dihasilkan, khususnya oleh
permintaan pasar domestik maupun ekspor petani karet rakyat. Sebagai gambaran,
maka permintaan terhadap kayu karet terus produksi karet rakyat hanya 600-650
meningkat setiap tahun untuk memenuhi kg/ha/tahun, padahal produktivitas perkebunan
kebutuhan bahan baku industri meubel dan besar negara atau swasta masing-masing
bahan bangunan. Nilai ekonomi kayu karet mencapai 1.107 kg dan 1.190 kg/ha/tahun.
yang makin tinggi tersebut dapat menjadi (Damanik, dkk, 2010).
tambahan modal bagi petani untuk melakukan Solusi untuk meningkatkan
peremajaan kebun karet dengan menanam produktivitas karet nasional secara signifikan
klon-klon unggul yang produktivitasnya tinggi adalah dengan melakukan peremajaan tanaman
dan pertumbuhannya cepat (Boerhendy dan dengan bahan tanam (bibit) yang berkualitas
Dwi, 2006). dan penerapan teknis budidaya yang baik,
Tanaman karet juga mampu berperan meliputi pemilihan bibit, penanganan bibit,
dalam reboisasi dan rehabilitasi lahan karena persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan,
sifatnya yang mudah beradaptasi terhadap panen, dan pasca panen. Bahan tanam yang
lingkungan dan tidak terlalu memerlukan baik harus memenuhi kriteria mutu genetik,
tanah dengan tingkat kesuburan tinggi.Daya mutu fisiologi, dan mutu fisik. Bibit karet
adaptasi dan keragaman genetik karet yang unggul dihasilkan dengan teknik okulasi antara
tinggi memungkinkan tanaman ini batang atas dan batang bawah yang tumbuh
dikembangkan di lahan marginal dan kritis.
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Oktober 2014
Hal. 60-74

dari biji-biji karet pilihan (Janudianto, dkk, untuk perakaran yang cukup (Gardner et al,
2013) 1991).
Penggunaan biji yang berkualitas akan Media tumbuh tanaman merupakan
menghasilkan pertumbuhan batang bawah salah satu faktor yang harus diperhatikan
yang seragam, sehingga dapat mempersingkat sebab media tumbuh tanaman mempengaruhi
masa tanaman belum menghasilkan (TBM) pertumbuhan dan perkembangan tanaman
sekitar 5−9 bulan (Gan, 1989). Saat ini biji untuk mendapatkan hasil yang optimal.
yang dianjurkan sebagai benih untuk batang Menurut Harjadi (1986) bahwa media yang
bawah berasal dari klon GT 1, AVROS 2037, baik untuk pertumbuhan tanaman harus
BPM 224, PB 260, PB 330, dan RRIC 100 mempunyai sifat fisik yang baik, gembur dan
(Boerhendy dan Khaidir, 2010). mempunyai kemampuan menahan air. Kondisi
Perkecambahan merupakan proses fisik tanah sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil berlangsungnya kehidupan tanaman menjadi
dari perkecambahan adalah munculnya dewasa.
radikula (calon akar) yang memanjang dan ke Persiapan batang bawah adalah suatu
luar menembus kulit biji (Lakitan, 1996). Biji kegiatan untuk memperoleh bibit yang
karet tergolong rekalsitran (peka terhadap perakarannya kuat dan daya serap hara yang
kekeringan) maka biji yang telah dipilih dan baik. Oleh karena itu diperlukan pembibitan
diseleksi harus segera disemai dan paling lama batang bawah yang memenuhi syarat teknis
6 hari setelah biji jatuh (Siagian dan Suhenry, mencakup persiapan tanah pembibitan,
2006). Oleh karena itu, biji karet perlu dikelola penanganan benih, perkecambahan,
secara cepat dan tepat hingga ditanam di lahan penanaman kecambah serta pemeliharaan
pembibitan batang bawah (Sakhibun dan tanaman di pembibitan. Dikarenakan hal
Husin, 1990). itulah perlu dilakukan
Salah satu faktor yang mempengaruhi penelitianperkecambahan biji dan
pertumbuhan bibit selain faktor pertumbuhan bibit batang bawah tanaman
internal/genetik juga faktor eksternal karet dari klon dan media yang berbeda guna
(lingkungan tumbuh). Lingkungan tumbuh memenuhi mutu bibit yang baik. Tujuan
dapat berupa media tumbuh bibit. Media penelitian ini adalah untuk mengetahui
tumbuh yang baik adalah media yang mampu pengaruh klon biji karet terhadap
menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah perkecambahan serta mengetahui pengaruh
cukup bagi pertumbuhan bibit. Hal ini dapat media tanam dan klon biji karet terhadap
ditemukan pada tanah dengan tata udara dan pertumbuhan bibit batang bawah karet.
air yang baik, mempunya agregat mantap,
kemampuan menahan air yang baik, dan ruang METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Oktober 2014
Hal. 60-74

Penelitian dilakukan di visitor plot Balai Persemaian Biji


Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di Persemaian biji karet dilakukan di
Provinsi Jambi, Balai Pengkajian Teknologi bedengan dengan media tanam tanah pasir.
Pertanian(BPTP) Ungaran, Provinsi Jawa Jarak antar bedengan yaitu 10 cm. Biji disemai
Tengah, dan Laboratorium Biologi Struktur sebanyak 1000 biji/klon, jadi jumlah biji yang
dan Fungsi Tumbuhan, Fakultas Sains dan disemai adalah 3000 biji. Sebelum dilakukan
Matematika, Universitas Diponegoro, penanaman biji, tanah harus disiram dengan
Semarang. Waktu penelitian dilakukan dari air sampai basah.
bulan Maret sampai Mei 2014.
Pemeliharaan Persemaian
Bahan dan Alat Persemaian harus dipelihara dengan
Bahan yang digunakan adalah biji karet baik agar benih dapat berkecambah dengan
klon PB 260, GT 1, dan BPM 24 yang baik pula. Pemeliharaan persemaian yang
didatangkan dari Balai Penelitian Sembawa, paling penting adalah penyiraman. Penyiraman
Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera dilakukan secara teratur setiap sore hari agar
Selatan, tanah, pupuk kandang (kotoran bedengan selalu dalam keadaan lembab dan
kambing), abu, dan pupuk cair. Alat-alat yang biji terhindar dari kekeringan. Pemeliharaan
digunakan pada penelitian ini antara lain persemaian biji karet dilakukan sampai
penggaris, milimeter blok, oven, neraca kecambah berumur 21 hari.
digital, gunting, sekop, cangkul, ember,
gunting, polybag, plastik, kertas sampul, dan Persiapan Media Tanam
nampan. Sebelum dilakukan pemindahan bibit,
lahan yang dijadikan sebagai tempat
Pemilihan Biji Karet pertumbuhan bibit batang bawah tanaman
Biji karet didatangkan dari Balai karet terlebih dahulu dibersihkan dari rumput
Penelitian Karet Sembawa, Kabupaten liar. Selanjutnya, tanah dicangkul untuk
Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Biji membuat lubang sebagai tempat diletakkannya
dikemas menggunakan karung yang diisi polybag. Jarak antar lubang yaitu 25 x 50 cm.
dengan serbuk gergaji lembab. Biji karet yang Media tanam polybag yang digunakan ada 4
digunakan terdiri dari 3 klon anjuran, yaitu macam yaitu tanah, tanah + pupuk kandang
klon GT 1, klon PB 260, dan klon BPM 24. 1:1, tanah + abu 1:1, dan tanah + pupuk cair.
Pemilihan biji dilakukan dengan melihat Pencampuran tanah dan media lain tersebut
keadaan biji yang belum berkecambah dan (kecuali tanah + pupuk cair) dilakukan dengan
morfologi biji yang tidak cacat, lalu biji menggunakan cangkul. Pupuk cair
dihitung sebanyak 1000 biji/klon. diaplikasikan 3 hari sekali selama pembibitan
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Oktober 2014
Hal. 60-74

berlangsung. Ukuran polybag yang digunakan berubah warna menjadi hijau maka pupuk cair
yaitu 13 x 48 cm. organik telah siap digunakan dan dapat
a. Pembuatan Pupuk Kandang langsung diaplikasikan ke tanaman.
Bahan-bahan yang digunakan untuk c. Pembuatan Abu
membuat pupuk kandang adalah kotoran Abu dihasilkan dari pembakaran sisa-
kambing yang sudah didiamkan selama 2 sisa kayu yang ada di lahanvisitor plot BPTP
bulan, DSA (Dekomposer Super Aktif), dan Jambi
potongan rumput. Bahan-bahan yang pertama
kali dicampurkan adalah kotoran kambing dan
Pemindahan Bibit
potongan rumput dengan perbandingan 2:1,
Pemindahan bibit dilakukan saat
lalu dicampurkan dengan DSA. Satu liter DSA
tanaman memasuki tahap stadia pancing.
dapat digunakan untuk 1 ton bahan kotoran
Pemindahan pada stadia pancing saat
kambing dan rumput. Selanjutnya semua
kecambah berumur 14 hari akan mengurangi
bahan tersebut diaduk rata dan didiamkan
kemungkinan patahnya lembaga dan akar
selama 2 minggu sambil ditutup dengan plastik
tunggang. Pemindahan setelah kecambah
rapat agar bakteri anaerob dapat bekerja
membentuk daun dapat menghambat
dengan baik. Setelah 2 minggu, plastik dibuka
pertumbuhan bibit di persemaian pembibitan
dan pupuk kandang diaduk rata lalu ditutup
(Setyamidjaja, 2012). Sementara itu,
kembali. 1 minggu kemudian, plastik dibuka
kecambah karet yang tidak dipindahkan tetap
dan pupuk kandang dapat langsung digunakan.
dilanjutkan hingga kecambah berumur 21 hari.
b. Pembuatan Pupuk Cair Organik
Cara memindahkan bibit karet yaitu dengan
Bahan-bahan yang digunakan untuk
mencabut tanaman secara hati-hati dan
membuat pupuk cair organik antara lain
diusahakan agar akarnya tidak putus, lalu
kotoran kambing, abu, daun lamtoro, terasi, 20
tanaman direndam di dalam air. Sebelum
liter urine kambing, air, dan DSA
dilakukan penanaman bibit, terlebih dahulu
(Dekomposer Super Aktif). Cara pembuatan
dilakukan pengukuran tinggi batang, panjang
pupuk organik cair pertama kali adalah dengan
akar, jumlah daun, dan luas daun untuk
memasukkan bahan-bahan tersebut dengan
mendapatkan data awal pembibitan.
membuat lapisan di dalam drum. Lapisan 1=
kotoran kambing, lapisan 2= terasi, lapisan 3=
Penanaman Bibit
daun lamtoro, lapisan 4= abu, lapisan 5= urine
Penanaman bibit batang bawah karet di
kambing, lapisan 6= DSA, lapisan 7= air.
lapangan dilakukan dalam polybag. Bagian
Setiap hari bahan-bahan tersebut diaduk
akar dimasukkan ke dalam polybag dengan
sebanyak 20 kali dan dibiarkan di dalam drum
cara menggali tanah menggunakan tangan
selama 3 minggu sehingga warna air berubah
terlebih dahulu agar akar tidak patah.
menjadi hijau. Jika campuran tersebut telah
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Oktober 2014
Hal. 60-74

Pembibitan batang bawah karet menggunakan


Penyiraman Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola
Penyiraman dilakukan 1x sehari tiap faktorial (factorial ANOVA), yaitu faktor 1
sore. Namun apabila ada hujan tidak perlu media tanam (M0= tanah, M1= tanah+pupuk
dilakukan penyiraman. kandang, M2= tanah+pupuk cair, M3=
tanah+abu) dan faktor 2 klon biji karet (KA=
Penyiangan PB 260, KB= GT 1, KC= BPM 24) masing-
Penyiangan dilakukan terhadap gulma masing perlakuan dengan 4 kali ulangan.
yang tumbuh di polybag dan sekitar tanaman
agar tidak terjadi kompetisi. Selain itu juga
mencegah dari bersarangnya hama dan
penyakit. Penyiangan dilakukan dengan cara Parameter Penelitian
mekanis yaitu menggunakan tangan untuk Persentase perkecambahan (%)
mencabut gulma. Penyiangan dilakukan Persentase perkecambahan dilakukan
seminggu sekali atau tergantung dari kondisi dengan menghitung jumlah kecambah yang
gulma. hidup dari total keseluruhan biji yang ditanam.
Perhitungan persentase perkecambahan
Pengukuran dimulai saat kecambah berumur 7 hari dan
Setelah 30 hari pembibitan, dilakukan dihentikan sampai kecambah berumur 21 hari.
pengukuran tinggi batang, panjang akar, luas Persentase perkecambahan tersebut dihitung
daun, dan jumlah daununtuk mendapatkan data dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
akhir pembibitan. Selanjutnya dilakukan Persentase perkecambahan =
pengukuran berat basah dan berat kering Jumlah benih yang berkecambah x 100%
tanaman dengan cara membongkar polybag Jumlah benih yang ditabur
terlebih dahulu. Berat basah diukur dengan
menggunakan timbangan sesaat setelah Hari mulai berkecambah
dibongkar, sedangkan pengukuran berat kering Hari mulai berkecambah dihitung
dilakukan dengan cara mengeringkan tanaman berdasarkan hari mulainya kecambah muncul
karet terlebih dahulu di dalam oven pada suhu ke atas permukaan tanah.
o
40 C lalu ditimbang.
Tinggi tanaman (cm)
Rancangan Penelitian Tinggi tanaman diukur dari pangkal
Perkecambahan biji karet menggunakan batang sampai titik tumbuh tanaman
faktor tunggal, yaitu faktor klon biji dengan
menggunakan 3 klon biji karet yang berbeda, Jumlah daun (helai)
yaitu klon PB 260, GT 1, dan BPM 24.
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Oktober 2014
Hal. 60-74

Jumlah daun dihitung dari jumlah daun


yang telah membuka sempurna HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Persentase Perkecambahan
Panjang akar (cm) Mutu benih yang baik merupakan dasar
Panjang akar diukur dari leher akar bagi produksi perkebunan yang lebih baik.
sampai ujung akar Mutu benih meliputi mutu genetik, fisiologi,
dan fisik. Salah satu pengujian mutu benih
Luas daun (cm2) secara fisiologi yaitu dengan pengujian daya
Luas daun diukur dengan menggunakan kecambah (viabilitas). Daya kecambah benih
kertas millimeter blok. Menurut Sitompul dan yaitu kemampuan benih untuk dapat
Bambang (1995), perhitungan luas daun diatas berkecambah normal dalam waktu tertentu
kertas millimeter blok menggunakan rumus: yang dinyatakan dalam persen (Ahmaniar,
2014).
LD = n x Lk Keterangan: Rerata persentase perkecambahan biji karet
LD : Luas daun tiap minggunya dapat dilihat melalui Tabel 1.
n : Jumlah kotak berikut ini
Lk : Luas setiap kotak
Tabel 1. Rerata persentase kecambah biji karet
hari ke-7, 14, dan 21 dari perlakuan
Berat basah total tanaman (g) klon yang berbeda (%)
Klon Hari ke-
Berat basah dihitung dengan
7 14 21
menimbang keseluruhan bagian-bagian PB 260 4,3 35,8 71,0
tanaman (akar, batang, daun) yang terlebih GT 1 3,8 25,7 63,6
BPM 24 0,3 21,8 74,9
dahulu dibersihkan dari tanah yang menempel.
Rerata persentase kecambah tertinggi
Berat kering total tanaman (g) pada hari ke-7 dicapai oleh klon PB 260
Berat kering dihitung dengan cara dengan 4,3%, sedangkan persentase terendah
menimbang keseluruhan tanaman (akar, ditunjukkan klon BPM 24 dengan 0,3%. Pada
batang, daun) yang telah di oven pada suhu hari ke-7 perkecambahan, banyak biji yang
40oC sampai mencapai berat konstan masih dalam masa dormansi (belum mampu
untuk berkecambah). Faktor-faktor yang
Analisis Data menyebabkan terjadinya dormansi adalah
Data yang diperoleh dianalisis uji adanya impermeabilitas kulit biji, biji belum
ANOVA, apabila menunjukkan hasil yang mencapai pematangan secara fisiologis, dan
signifikan dilanjutkan dengan uji Duncan struktur kulit biji yang keras (Trenggono,
Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 1998). Dikarenakan biji karet memiliki kulit
kepercayaan 95%. yang keras, maka biji karet memiliki waktu
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Oktober 2014
Hal. 60-74

untuk berkecambah lebih lama dibandingkan cara yang baik. Jika caranya tidak baik, daya
biji yang lainnya. Kulit biji yang keras kecambah akan menurun dari 80% menjadi
menyulitkan proses imbibisi karena air sulit 40% dalam waktu 10 hari. Sedangkan bila
untuk menembus testa (kulit biji) (Sutopo, caranya baik, daya kecambah akan menurun
1993). Pada hari ke-7 perkecambahan, biji dari 80% menjadi 65% dalam waktu 10 hari
karet telah memasuki stadia bintang. Persentse (Tim Penulis PS, 2008).
kecambah tertinggi pada hari ke-14 Biji karet memiliki sifat yang
ditunjukkan oleh klon PB 260 dengan 35,8%, rekalsitran. Biji rekalsitran sangat peka
sedangkan persentase terendah ditunjukkan terhadap pengeringan dan akan mengalami
oleh klon BPM 24 dengan 21,8%. Pada saat kemunduran pada kadar air dan suhu yang
ini, biji telah memasuki stadia pancing. rendah. Saat masa panen, biji memiliki
Pekecambahan biji karet dihentikan kandungan air yang relatif tinggi. Biji tipe
pada hari ke-21. Persentase perkecambahan rekalsitran hanya mampu hidup dalam kadar
tertinggi pada hari ke-21 ditunjukkan oleh klon air tinggi (36-90%). Penurunan kadar air pada
BPM 24 sebesar 74,9% dan persentase biji berakibat pada penurunan viabilitas biji
terendah ditunjukkan oleh klon GT 1 sebesar hingga kematian, sehingga biji rekalsitran
63,6%, pada hari ke-21 biji telah mencapai tidak bisa disimpan dalam kadar air rendah
stadia jarum. (Sukarman dan Rusmin, 2000).
Benih karet yang baik memiliki daya
kecambah diatas 80% (Riyanto, dkk, 2013). b. Hari Mulai Berkecambah
Persentase kecambah dari 3 klon yang kurang Biji karet merupakan biji yang
dari 80% kemungkinan disebabkan oleh cara memerlukan waktu agak lama untuk
penyimpanan biji dan faktor lamanya berkecambah daripada biji lainnya
pengiriman biji. Biji karet dikirim dari Balai dikarenakan kulit bijinya yang keras sehingga
Penelitian Karet Sembawa, Sumatera Selatan air sulit untuk menembus kulit biji dan proses
ke Jambi melalui jalur darat. Biji karet di imbibisi menjadi terhalang (Sutopo, 1993).
tempat penampungan tidak langsung dikirim, Data hari mulai berkecambah dari 3 klon yang
melainkan disimpan sambil menunggu berbeda dapat dilihat pada Tabel 2. berikut ini
tersedianya biji dalam jumlah yang
dibutuhkan. Biji-biji yang harus menunggu Tabel 2. Hari mulai munculnya kecambah dari
3 klon biji karet yang berbeda
dikirim ini harus disimpan dan penyimpanan
Klon Hari Mulai Berkecambah
biji berhubungan dengan pengemasan biji. PB 260 Hari ke- 4
Pengemasan yang salah akan menyebabkan GT 1 Hari ke- 4
BPM 24 Hari ke- 5
berkurangnya daya kecambah. Pengemasan
dalam jumlah besar membuat daya kecambah Data hari mulai berkecambah
biji menurun dengan cepat bila tanpa diikuti menunjukkan klon PB 260 dan klon GT 1
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Oktober 2014
Hal. 60-74

mulai berkecambah pada hari ke-4, dan klon sehingga dapat mengaktifkan sejumlah proses
BPM 24 mulai berkecambah pada hari ke-5. fisiologis dalam embrio seperti pernapasan dan
Menurut Balai Penelitian Karet Sembawa asimilasi. Selain air, hormon juga berperan
(2009) biji karet yang disemai dengan media penting saat perkecambahan berlangsung
tanah pasir dan lahan persemaian yang (Sakhibun dan Husin, 1990).
dipelihara dengan baik akan mengakibatkan
biji mulai berkecambah pada hari kelima, c. Tinggi Batang
sehingga dapat dikatakan proses Berdasarkan hasil analisis statistik,
perkecambahan dari ketiga klon tersebut perlakuan klon yang berbeda berpengaruh
berjalan dengan normal. nyata terhadap pertumbuhan tinggi batang
Biji yang berkecambah akan tumbuh bibit batang bawah tanaman karet (p<0,05).
melalui berbagai stadia yaitu stadia bintang, Perlakuan media tanam dan interaksi antara
stadia jarum, dan stadia pancing. Stadia media tanam dan klon memberikan pengaruh
bintang diperoleh bila biji mulai mentis, tidak nyata terhadap pertumbuhan tinggi
biasanya pada usia 5-7 hari setelah proses batang bibit batang bawah tanaman karet
pengecambahan. Stadia pancing diperoleh bila (p>0,05). Rata-rata pertumbuhan tinggi
tunas sudah mulai tumbuh memanjang batang pada perlakuan klon yang berbeda
membentuk pancing biasa tercapai pada usia dapat dilihat dari Tabel 3 berikut ini
7-14 hari setelah proses pengecambahan, Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan tinggi batang
sedangkan stadia jarum diperoleh bila tunas bibit batang bawah karet setelah
perlakuan klon yang berbeda
sudah mulai tumbuh memanjang membentuk setelah penanaman 30 hari
jarum, biasanya tercapai pada usia 14-21 hari Perlakuan Tinggi Batang (cm)
PB 260 15,89a
setelah proses pengecambahan (Balai GT 1 14,28ab
Penelitian Karet Sembawa, 2009). BPM 24 12,81b
*Angka-angka yang diikuti huruf yang
Air merupakan salah satu syarat penting berbeda menunjukkan perbedaaan yang nyata
bagi berlangsungnya proses perkecambahan berdasarkan uji Duncan pada taraf
kepercayaan 95%.
benih. Fungsi air pada perkecambahan biji
antara lain air yang diserap oleh biji berguna Pada Tabel 3. dapat dilihat bahwa klon

untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan dari PB 260 menunjukkan rata-rata

pengembangan embrio dan endosperma pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan

sehingga kulit biji pecah atau robek. Air juga dengan klon lainnya, yaitu sebesar 15,89 cm.

berfungsi sebagai fasilitas masuknya oksigen Ini menunjukkan bahwa klon PB 260 memiliki

ke dalam biji melalui dinding sel yang kemampuan untuk tumbuh lebih cepat.
diimbibisi oleh air sehingga gas dapat masuk Padahal menurut Woelan, dkk (2007), klon PB

ke dalam sel secara difusi. Selain itu, air juga 260 termasuk ke dalam klon penghasil lateks
berguna untuk mengencerkan protoplasma yang mempunyai pertumbuhan yang tergolong
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Oktober 2014
Hal. 60-74

lambat. Namun pada percobaan didapatkan BPM 24 10,62b


*Angka-angka yang diikuti huruf yang
bahwa klon PB 260 memiliki pertumbuhan
berbeda menunjukkan perbedaaan yang nyata
tinggi batang yang lebih tinggi di pembibitan berdasarkan uji Duncan pada taraf
kepercayaan 95%.
dibandingkan pertumbuhan dari kedua klon
lainnya.
Pada tabel 4. dapat dilihat bahwa
Pembelahan sel yang diikuti
pertumbuhan panjang akar paling baik
pertumbuhan tinggi tanaman pada tanaman
ditunjukkan oleh klon PB 260, yaitu sebesar
karet berjalan sangat cepat pada saat
13,00 cm. Klon PB 260 menghasilkan akar
pembentukan payung tanaman. Akan tetapi
yang lebih panjang karena klon PB 260 diduga
pertambahan tinggi tanaman akan berkurang
dapat menyerap unsur hara lebih baik,
bahkan sampai terhenti setelah pembentukan
khususnya nitrogen dan fosfor. PB 260 juga
payung selesai (Marchino, dkk, 2010). Diduga
mendapatkan hasil tertinggi pada parameter
tanaman karet klon PB 260 membentuk
luas daun dan jumlah daun, sehingga
payung satu lebih dulu dan tinggi batang terus
menyebabkan peningkatan kemampuan klon
bertambah pada saat pembentukan payung
PB 260 dalam berfotosintesis sehingga hasil
dua, sehingga menyebabkan pertumbuhan
fotosintat dapat digunakan untuk pertumbuhan
tinggi batang klon PB 260 lebih baik daripada
pada ujung akar.
klon lainnya.
Akar yang lebih panjang dapat
memudahkan tanaman dalam mencari air dan
d. Panjang Akar
mineral di dalam tanah. Semakin panjang akar,
Berdasarkan hasil analisis statistik,
maka jangkauan akar dalam menyerap unsur
perlakuan klon yang berbeda berpengaruh
hara menjadi lebih besar. Unsur hara yang
nyata terhadap pertumbuhan panjang akar bibit
diserap terdapat dalam tanah, koloid liat, dan
batang bawah tanaman karet (p<0,05).
koloid organik.
Perlakuan media tanam serta interaksi antara
Tanaman karet merupakan tanaman
media tanam dan klon karet memberikan
dikotil yang memiliki sistem perakaran yang
pengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan
terdiri dari akar tunggang, akar lateral yang
panjang akar bibit batang bawah tanaman karet
menempel pada akar tunggang dan serabut
(p>0,05).
akar. Akar tunggang berfungsi untuk
memperkokoh tanaman agar tanaman tidak
Tabel 4. Rata-rata pertumbuhan panjang akar
mudah roboh dan akar tunggang tertancap kuat
bibit batang bawah karet setelah
perlakuan klon yang berbeda setelah masuk ke dalam tanah, sedangkan akar lateral
penanaman 30 hari
dan serabut akar yang menempel pada akar
Perlakuan Panjang Akar (cm) tunggang berfungsi untuk menyerap air dan
PB 260 13,00a
GT 1 9,29ab
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Oktober 2014
Hal. 60-74

mineral dari dalam tanah (Setiawan dan pertumbuhan tinggi tanaman maka daunnya
Andoko, 2005). juga bertambah, karena pada pucuk akan
tumbuh tunas-tunas daun. Jumlah daun yang
e. Jumlah Daun lebih banyak mampu meningkatkan aktivitas
Berdasarkan hasil analisis statistik, fotosintesis pada klon PB 260.
perlakuan klon yang berbeda berpengaruh Pertambahan daun pada saat tanaman
nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun bibit telah membentuk payung tidak mengalami
batang bawah karet (p<0,05). Perlakuan media pertambahan lagi karena telah mencapai batas
tanam serta interaksi antara media tanam dan optimum. Meskipun tanaman masih tetap
klon memberikan pengaruh tidak nyata melakukan fotosintesis dan melakukan
terhadap pertumbuhan jumlah daun bibit penyerapan unsur hara, namun hasilnya
batang bawah tanaman karet (p>0,05). Hasil disimpan sementara untuk pembentukan
pengamatan rata-rata pertumbuhan jumlah payung baru pada waktu pertumbuhan
daun setelah penanaman dengan perlakuan selanjutnya.
klon yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. Daun tanaman karet terdiri dari tangkai
di bawah ini. daun dan helaian daun. Daun karet termasuk
dalam daun majemuk karena dalam satu
tangkai daun terdapat beberapa helaian daun
yang pada umumnya berjumlah 3 helai
Tabel 5. Rata-rata pertumbuhan jumlah daun (Setiawan dan Andoko, 2005). Pembentukan
pada bibit batang bawah karet pada
daun berasal dari pembelahan sel meristematik
perlakuan klon yang berbeda setelah
penanaman 30 hari dan karbohidrat hasil fotosintesis, luas daun
Perlakuan Jumlah Daun (helai)
yang bertambah akan meningkatkan
PB 260 9,98a
GT 1 8,08b penyerapan cahaya matahari yang lebih
BPM 24 8,19b banyak sehingga fotosintesis berjalan dengan
*Angka-angka yang diikuti huruf yang
berbeda menunjukkan perbedaaan yang nyata lancar. (Yusra, 1995).
berdasarkan uji Duncan pada taraf Gardner (1991) menyatakan bahwa
kepercayaan 95%.
jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh
Rerata pertumbuhan jumlah daun genotipe dan lingkungan. Secara matematis,
tertinggi ditunjukkan oleh klon PB 260. Hal ini hubungan penampilan tanaman dengan faktor
disebabkan karena klon PB 260 mampu genetika dan lingkungan dalam suatu
membentuk payung pertama kali terlebih dulu, persamaan P= G+E, dimana P adalah
karena apabila payung terbentuk maka daun penampilan tanaman (phenotipic), G adalah
juga akan ikut terbentuk. Hal ini sejalan genetik dan E adalah lingkungan
dengan pendapat Tohari (1993) yang (environment). Keberadaan faktor genetika
mengatakan bahwa apabila terjadi dalam fungsinya terhadap fenotipe tanaman
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Oktober 2014
Hal. 60-74

adalah tunggal, yaitu hanya susunan gennya


yang ada pada tanaman. Sebaliknya, Perlakuan klon yang berbeda
keberadaan faktor lingkungan adalah jamak. menunjukkan bahwa klon PB 260 mampu
Faktor lingkungan bisa berupa lingkungan menghasilkan luas daun yang paling tinggi
biotik dan lingkungan abiotik. dibandingkan dengan klon GT 1 dan klon
Pembentukan daun oleh faktor internal BPM 24. Hal ini dikarenakanklon PB 260
dipengaruhi faktor genetik dan hormon. Gen membentuk payung pertama lebih dulu
pada tanaman mengendalikan aktivitas dibandingkan dengan klon lainnya. Hal
metabolik yang berlangsung di dalam tersebut secara otomatis juga akan memicu
tumbuhan. Hormon yang memiliki fungsi pembentukan daun terlebih dahulu.
spesifik untuk pembentukan daun adalah Penyerapan unsur hara oleh tanaman karet dari
hormon sitokinin (mengatur pertumbuhan klon PB 260 mampu bekerja secara optimal
daun dan pucuk) dan hormon filokalin sehingga daun yang terbentuk memiliki luas
(mempengaruhi pembentukan daun) (Aryulina, daun yang lebih besar. Aktivitas fotosintesis
dkk, 2007). yang berjalan dengan baik karena dukungan
dari luas daun juga akan menyebabkan
f. Luas Daun
cadangan makanan lebih banyak dihasilkan,
Berdasarkan hasil analisis statistik,
sehingga didapatkan pertumbuhan yang baik
perlakuan klon yang berbeda berpengaruh
secara keseluruhan.
nyata terhadap pertumbuhan luas daun bibit
Luas daun yang besar menyebabkan
batang bawah karet (p<0,05). Perlakuan media
radiasi matahari yang dapat ditangkap oleh
tanam serta interaksi antara media tanam dan
tanaman tersebut dapat diserap secara
klon memberikan pengaruh tidak nyata
maksimal, sehingga berpengaruh pada proses
terhadap pertumbuhan luas daun bibit batang
fotosintesis yang lebih baik. Fotosintesis yang
bawah karet (p>0,05). Berdasarkan uji lanjut
sempurna dapat menghasilkan fotosintat yang
Duncan, klon karet berbeda nyata terhadap
baik pula untuk proses pertumbuhan. Luas
pertumbuhan luas daun.
daun menggambarkan efisiensi dalam
penerimaan sinar matahari. Semakin besar
Tabel 6. Rata-rata pertumbuhan luas daun bibit
batang bawah karet pada perlakuan nilai luas daun maka sinar matahari dapat
klon yang berbeda setelah
secara optimal diserap untuk meningkatkan
penanaman 30 hari
Perlakuan Luas Daun (cm2) laju fotosintesis (Marchino, 2010).
PB 260 910,66a Daun merupakan faktor pendukung
GT 1 726,15b
BPM 24 816,28ab pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan
*Angka-angka yang diikuti huruf yang karena daun sebagai organ utama untuk
berbeda menunjukkan perbedaaan yang nyata
berdasarkan uji Duncan pada taraf menyerap cahaya dan untuk melakukan
kepercayaan 95%. fotosintesis pada tanamana. Daun yang
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Oktober 2014
Hal. 60-74

luasnya besar akan membuat laju fotosintesis klon PB 260 mampu menyerap unsur hara dan
maksimal sedangkan daun yang luasnya kecil air lebih baik daripada klon GT 1 dan klon
menyebabkan fotosintesis rendah, sehingga BPM 24. Lagipula, klon PB 260 juga memiliki
fotosintat yang dihasilkan relatif sedikit, akar yang lebih panjang (Gambar 5) sehingga
terutama untuk mengembangkan luas daun membantu penyerapan air dan mineral dalam
sendiri. Ini menunjukkan bahwa unsur hara tanah. Menurut Purwati (2013) peningkatan
makro (N,P,K) dan unsur hara mikro (Fe, Mg, berat basah dipengaruhi oleh banyaknya
Zn, Cu, Cl, B) dapat diangkut dan digunakan absorbsi air dan penimbunan hasil fotosintesis
dengan optimal untuk proses fotosintesis pada daun untuk ditranslokasikan ke seluruh
dalam daun sehingga tanaman dapat tumbuh bagian tanaman. Jadi, perbedaan kadar air
dengan baik (Marchino, 2010). akan mempengaruhi berat basah tanaman yang
dihasilkan.
g. Berat Basah Berat basah tanaman merupakan berat
Berdasarkan hasil analisis statistik, tanaman saat tanaman masih hidup dan
perlakuan klon yang berbeda berpengaruh ditimbang langsung sesaat setelah panen.
nyata terhadap berat basah bibit batang bawah Biomassa tanaman meliputi semua bahan
tanaman karet (p<0,05). Perlakuan media tanaman yang secara umum berasal dari hasil
tanam dan interaksi antara media tanam dan fotosintesis, serapan unsur hara dan air yang
klon memberikan pengaruh tidak nyata diolah melalui proses biosintesis. Pengukuran
terhadap berat basah bibit batang bawah biomassa total tanaman dengan penimbangan
tanaman karet (p>0,05). Berdasarkan uji lanjut berat basah dan berat kering tanaman
Duncan, klon berpengaruh nyata terhadap merupakan parameter paling baik digunakan
berat basah bibit batang bawah karet. sebagai indikator pertumbuhan (Purwati,
Tabel 7. Rata-rata berat basah bibit batang 2013).
bawah karet pada perlakuan klon
h. Berat Kering
yang berbeda setelah penanaman 30
hari Berdasarkan hasil analisis statistik,
perlakuan klon yang berbeda berpengaruh
Perlakuan Berat Basah (g)
PB 260 6,20a nyata terhadap berat kering pada bibit batang
GT 1 4,69b bawah tanaman karet (p<0,05). Perlakuan
BPM 24 5,69a
*Angka-angka yang diikuti huruf yang media tanam serta interaksi antara media
berbeda menunjukkan perbedaaan yang nyata tanam dan klon memberikan pengaruh tidak
berdasarkan uji Duncan pada taraf
kepercayaan 95%. nyata terhadap berat kering bibit batang bawah
tanaman karet (p>0,05). Berdasarkan uji lanjut
Tabel 7. menunjukkan klon PB 260 Duncan , klon berpengaruh terhadap berat
memiliki rata-rata berat basah yang paling kering tanaman karet.
tinggi. Hal ini mungkin dikarenakan karena
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Oktober 2014
Hal. 60-74

Tabel 8. Rata-rata berat kering bibit batang fotosintat yang terbentuk makin meningkat
bawah karet pada perlakuan klon
pula berat kering tanaman karena 90% bahan
yang berbeda setelah penanaman
30 hari kering tanaman berasal dari fotosintesis
(Setiyowati dan Rini, 2010).
Perlakuan Berat Kering (gram)
PB 260 1,15a
GT 1 0,81b
BPM 24 1,10a KESIMPULAN
*Angka-angka yang diikuti huruf yang
Klon biji karet berpengaruh terhadap
berbeda menunjukkan perbedaaan yang nyata
berdasarkan uji Duncan pada taraf perkecambahan. Persentase perkecambahan
kepercayaan 95%.
tertinggi ditunjukkan oleh biji klon BPM 24
Pada Tabel 8. dapat dilihat bahwa rerata yaitu sebesar 74,9%. Klon biji karet
berat kering yang paling tinggi dihasilkan oleh berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit
klon PB 260. Hal ini sejalan dengan berat batang bawah karet. Klon PB 260 memiliki
basah yang dihasilkan oleh klon PB 260. Klon pertumbuhan palling baik pada seluruh
PB 260 juga menunjukkan hasil jumlah daun parameter. Media tanam dan interaksi antara
dan panjang akar yang lebih baik daripada klon dan media tanam tidak berpengaruh
klon lainnya, sehingga ini mengakibatkan terhadap pertumbuhan bibit batang bawah
fotosintesis dan penyerapan unsur hara dan air karet.
berjalan lebih optimal.
Tingginya nilai berat kering diduga DAFTAR PUSTAKA
berkaitan erat dengan jumlah karbohidrat yang Ahmaniar. 2014. Pengujian Daya Kecambah
Benih Kenaf Dengan Uji Antar Kertas.
dihasilkan dalam proses fotosintesis yang
http://ditjenbun.pertanian.go.id.
berlangsung dalam tanaman. Menurut Diakses 5 Januari 2015
Salisbury dan Ross (1993) kemampuan
Aryulina, D, Choirul, M, Syalfinaf, M, dan
tanaman melakukan fotosintesis dinyatakan Endang W.M. 2006. Biologi. Jakarta:
dengan derajat asimilasi netto, yang nilainya Erlangga.

diukur setiap luas daun. Dengan demikian Balai Penelitian Sembawa. 2009. Pengelolaan
Biji Karet Untuk Bibit. Warta
secara singkat dapat dipahami dengan
Penelitian dan Pengembangan
meningkatnya luas daun maka meningkat pula Pertanian. 31(5):6-9
kemampuan fotosintesis yang pada akhirnya
Boerhendhy, I dan D.S Agustina. 2006.
akan meningkatkan fotosintat. Sebagian Potensi Pemanfaatan Kayu Karet
Untuk Mendukung Peremajaan
fotosintat akan ditranslokasikan ke organ-
Perkebunan Karet Rakyat.Jurnal
organ yang membutuhkan dan kegiatan Litbang Pertanian. 2006(25).
respirasi serta sisanya akan diakumulasikan
___________ dan K. Amypalupy.2011.
sebagai bahan kering dalam komponen- Optimalisasi Produktivitas Karet
Melalui Penggunaan Bahan Tanam,
komponen sel. Dengan semakin meningkatnya
Pemeliharaan, Sistem Eksploitasi, dan
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Oktober 2014
Hal. 60-74

Peremajaan Tanaman. Jurnal Litbang Sakhibun dan Husin, M. 1990. Havea Seed: Its
Pertanian. 2011(30). Characteristics, Collection and
Germination. Planterse Bulletin. 202:
Damanik, S, M. Syakir, M. Tasma, dan 3-8.
Siswanto.2010. Budidaya dan Pasca
Panen Karet. Pusat Penelitian dan Salisbury, F dan C. W. Ross. 1992. Fisiologi
Pengembangan Perkebunan. Tumbuhan Jilid 3. Bandung: ITB.

Gardner, E.P, Pearce, R.B and Mitchell. 1991. Setiawan, D.H dan Andoko, A. 2005. Petunjuk
Physiology of Crop Plants. The Lowa Lengkap Budidaya Karet. Jakarta:
State University Press. Agromedia Pustaka.

Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. Setiyowati, S.H dan Rini, B.H. 2010. Pengaruh
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Perbedaan Konsentrasi Pupuk Organik
Cair Terhadap Produksi Bawang
Indraty, I.S. 2004. Mengenal Teknologi Baru Merah (Allium oscalonicum L.)
Untuk Pengembangan Hutan Karet. BIOMA. 12(2):44-48
Warta Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Indonesia.1(26): 12-14. Setyamidjaja, D. 2008. Budidaya Karet.
Yogyakarta: Kanisius.
Janudianto, A. Prahmono, H. Napitupulu, dan
S. Rahayu. 2013. Panduan Budidaya Sitompul, S.M dan Bambang. G. 1995.
Karet Untuk Petani Skala Kecil. Analisis Pertumbuhan Tanaman.
Lembar Informasi Agfor5. World Yogyakarta: Gadjah Mada University
Agroforestry Centre (ICRAF) Press.
Southeast Asia Regional Program,
Bogor. Sukarman dan Rusmin, D. 2000. Penanganan
Benih Rekalsitran. Buletin Plasma
Marchino, F. Yusrizal, M.Z, dan Irfan, S. Nutfah. 6(1):7-15
2010. Pertumbuhan Stum Mata Tidur
Beberapa Klon Entres Tanaman Karet Sutopo, L. 1993. Teknologi Benih. Jakarta:
(Havea Brasiliensis Muell Arg.) Pada Rajawali.
Batang Bawah PB 260 di Lapangan.
Jerami. 3(3): 167-181. Tim Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap
Karet. Jakarta: Penebar Swadaya.
Purwanto, E. 2001. Berbagai Klon Karet
Pilihan Untuk Sistem Wanatani. Tohari, 1993. Zat Pengatur Tumbuh.
Lembar Informasi Seri: Wanatani Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Karet. Bogor: International Centre for
Research in Agroforestry. Trenggono, R.M.1990. Biologi Benih.
Bandung: ITB.
Purwati, M.S. 2013. Pertumbuhan Bibit Karet
(Havea brasiliensis Muell Arg.) Asal Woelan, S, Irwan, S, dan Aidi, O. 2007.
Okulasi Pada Pemberian Bokashi dan Pengenalan Klon Karet Penghasil
Pupuk Organik Cair Bintang Kuda Lateks dan Lateks-Kayu. Balai
Laut. Jurnal Agrifor. 22(1):35-44. Penelitian Sungei Putih. Pusat
Penelitian Karet Medan.
Riyanto, Y. E, Toekidjo, dan Setyastuti, P.
2013.Korelasi Bobot Benih Dengan Yusra, H. 1995. Pengaruh Pemberian Pupuk
Kejaguran Bibit Batang Bawah Karet Fertimel Terhadap Pertumbuhan Bibit
(Havea Brasiliensis Muell Arg.). Karet (Havea brasiliensis Muell Arg.)
Jurnal Vegetalika.2013(2):31-39. Klon GT 1. Skripsi. Jurusan Budidaya
Jurnal Biologi, Volume 3 No 3, Oktober 2014
Hal. 60-74

Pertanian, Fakultas Pertanian.


Universitas Andalas, Padang.

You might also like