You are on page 1of 8

Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No.

2, 2023: 571 - 578

Adsorpsi Ion Besi Pada Lindi Menggunakan Zeolit Alam Teraktivasi


Asam Klorida (HCl)

Wirna Aprilianti, Nelly Wahyuni, dan Titin Anita Zaharah*


*Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Univeritas
Tanjungpura
E-mail : titin.anita.zaharah@chemistry.untan.ac.id

Abstract

Leachate is liquid waste from rainwater percolation with waste cells flowing into the Final Disposal Site
(TPA) located in Batu Layang, which has a high content of iron ions. In this study, the reduction of iron
ions in the leachate of the Batu Layang landfill, West Kalimantan, was carried out using activated natural
zeolite with the adsorption method. Natural zeolite was activated with 1 M HCl to remove impurities and
increase adsorption performance. Characterization of activated natural zeolite adsorbents was studied
using a Gas Sorption Analyzer (GSA) instrument. The decrease in iron ion concentration was measured
using an Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). The optimum conditions for the adsorbent at
various contact times were 60, 90, 120, 150, and 180 minutes, and the mass of the adsorbent was 0.25;
0.5; 0.75; 1, and 1.25 grams. The results showed that the characteristic surface area of natural zeolite
before activation was 0.9808 m2/g and after activation was 2.6398 m2/g. The total pore volume before
activation was 0.0054 cc/g and after activation was 0.0069 cc/g. The absorption effectiveness of iron ions
in leachate with a ratio of 1: 25 (g/mL) by activated natural zeolite adsorbents at the optimum contact
time of 60 minutes and a mass of 1.25 grams adsorbent was 50.61%.

Keywords: leachate, adsorption, natural zeolite, activation, iron ion

Abstrak

Lindi merupakan limbah cair dari perkolasi air hujan dengan sel sampah yang mengalir pada aliran
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) berlokasi di Batu Layang, memiliki kandungan ion besi yang tinggi.
Pada penelitian ini dilakukan penurunan ion besi pada lindi TPA Batu Layang, Kalimantan Barat,
menggunakan zeolit alam teraktivasi dengan metode adsorpsi. Zeolit alam diaktivasi dengan HCl 1 M
untuk menghilangkan zat - zat pengotor dan meningkatkan kinerja adsorpsi. Karakterisasi adsorben
zeolit alam teraktivasi dipelajari dengan menggunakan instrumen Gas Sorption Analyzer (GSA).
Penurunan konsentrasi ion besi diukur menggunakan instrumen Atomic Absorption Spectrophotometer
(AAS). Kondisi optimum adsorben pada variasi waktu kontak 60, 90, 120, 150, dan 180 menit, dan massa
adsorben 0,25; 0,5; 0,75; 1 dan 1,25 gram. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik luas permukaan
zeolit alam sebelum aktivasi sebesar 0,9808 m2/g dan setelah dilakukan aktivasi yaitu sebesar 2,6398
m2/g. Hasil total volume pori sebelum aktivasi sebesar 0,0054 cc/g dan setelah diaktivasi yaitu sebesar
0,0069 cc/g. Efektivitas penyerapan ion besi pada lindi dengan perbandingan 1 : 25 (g/mL) oleh
adsorben zeolit alam teraktivasi pada waktu kontak optimum 60 menit dan massa adsorben 1,25 gram
adalah sebesar 50,61%.

Kata Kunci: lindi, adsorpsi, zeolit alam, aktivasi, ion besi

571
Submitted : 14-06-2023 Revised : 18-06-2023 Accepted : 03-07-2023
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 2, 2023: 571 - 578

PENDAHULUAN
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Batu Layang merupakan TPA yang menampung
sampah dari berbagai wilayah Kota Pontianak. Jenis sampah yang dibuang ke TPA Batu
Layang merupakan campuran dari sampah rumah tangga, pasar dan industri yang dapat
mencemari lingkungan. Sampah – sampah yang ditampung akan mengakibatkan
penumpukan. Tumpukan sampah di TPA akan terbasuh oleh air hujan dan
menimbulkan lindi. Lindi (leachate) adalah larutan yang terjadi akibat bercampurnya air
limpasan hujan dengan sampah yang telah membusuk dan mengandung zat tersuspensi
yang sangat halus serta mikroba pathogen (Soemirat, 1996).
Lindi banyak mengandung senyawa logam berat, garam, senyawa nitrogen, dan
berbagai jenis bahan organik. Logam berat yang terkandung dalam lindi yaitu logam Fe,
Si, Cu, Pb, dan lain-lain. Menurut Tchobanaglous et al (1993), komposisi kimia pada air
lindi memiliki rentang nilai 50 – 600 mg/L kandungan Fe-nya. Hal ini menunjukkan
bahwa kandungan Fe melebihi baku mutu yang telah ditetapkan Peraturan Menteri LH
No. 5 tahun 2014 yaitu sebesar 5 mg/L. Hal ini dapat menyebabkan air menjadi keruh,
warna air yang berubah menjadi kecoklatan dan berbau. Selain itu, besi juga dapat
berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat dan menyebabkan pencemaran
lingkungan.
Salah satu aspek penting dalam upaya pengendalian lingkungan adalah mengurangi
konsentrasi logam – logam berat yang ada dalam lindi. Berdasarkan hal tersebut perlu
dilakukan pengolahan, salah satunya yaitu pengolahan dengan metode adsorpsi.
Pengolahan dengan metode adsorpsi membutuhkan media adsorben untuk
mengadsorpsi logam berat yang terdapat dalam lindi, dalam hal ini lindi yang berasal
dari TPA Batu Layang, Kalimantan Barat.
Salah satu jenis adsorben yang mudah didapat dan memiliki berbagai macam
keunggulan adalah zeolit. Pengggunaan zeolit alam sebagai adsorben tidak dapat
dilakukan secara langsung karena dalam zeolit alam masih banyak mengandung
berbagai unsur- unsur pengotor seperti : Na, K, Ca, Mg dan Fe. Oleh sebab itu,
penggunaan zeolit alam sebagai adsorben dibutuhkan suatu proses aktivasi untuk
meningkatkan sifat khusus zeolit sebagai adsorben dan menghilangkan unsur-unsur
pengotornya (Rosita et al., 2004).
Secara umum, proses aktivasi terhadap zeolit alam dapat dilakukan dengan aktivasi
secara fisika dan kimia. Pada penelitian ini dilakukan aktivasi secara kimia dengan
perendaman zeolit alam dalam larutan asam. Zeolit alam sebelum dan sesudah aktivasi
dikarakterisasi menggunakan instrumen Gas Sorption Analyzer (GSA). Tujuan pada
penelitian ini adalah menentukan kemampuan zeolit alam teraktivasi asam klorida (HCl)
dalam mengadsorpsi ion besi pada lindi di TPA Batu Layang, Kalimantan Barat.

METODE PENELITIAN
A. Preparasi Adsorben
Proses preparasi adsorben mengacu pada penelitian Widianti et al (2022), zeolit
alam sebanyak 1 kg dihaluskan dengan menggunakan mesin Hammer mill, kemudian
direndam dengan akuades selama 24 jam. Hasil rendaman tersebut disaring dan
dikeringkan dalam oven pada temperatur 120 ºC selama ± 3 jam. Zeolit alam yang
sudah dihaluskan diayak dengan ukuran 80 mesh.

B. Proses Aktivasi Zeolit Alam


Proses aktivasi adsorben menggunakan asam merujuk pada penelitian Widianti et al
(2022), zeolit alam yang telah dipreparasi direndam sebanyak 50 g dengan HCl

572
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 2, 2023: 571 - 578

menggunakan konsentrasi 1 M selama 2 jam. Setelah direndam, zeolit alam dicuci dan
disaring hingga netral menggunakan akuades. Setelah sampel zeolit netral, kemudian
dikeringkan dalam oven pada temperatur 120 ºC selama ± 3 jam.

C. Karakterisasi Zeolit Alam dan Lindi


Zeolit alam yang telah dipreparasi sebelum dan sesudah aktivasi dikarakterisasi
dengan menggunakan instrumentasi Gas Sorption Analyzer (GSA). Lindi dilakukan
karakterisasi dengan AAS untuk mengetahui kandungan ion besi dalam lindi.
Adsorpsi ion besi dalam lindi dilakukan menggunakan zeolit teraktivasi HCl 1M
dengan variasi waktu kontak optimum dan massa adsorben. Adsorpsi lindi dengan
variasi waktu optimum mengacu pada penelitian Renni et al (2018). Sebanyak 25 mL
sampel lindi diinteraksikan dengan 1 g zeolit alam teraktivasi HCl 1 M. Kemudian
dishaker pada kecepatan 180 rpm dengan variasi waktu kontak yaitu 60, 90, 120, 150,
dan 180 menit. Setelah itu, disaring dan diambil filtratnya yang dihasilkan. Kemudian
dilakukan destruksi basah mengacu pada SNI 6989.4:2009. Pipet filtrat yang dihasilkan
sebanyak 25 mL dimasukkan ke dalam Erlenmeyer ditambahkan 2,5 mL HNO3 pekat
kemudian tutup menggunakan corong. Panaskan perlahan – lahan sampai sisa 12 mL
atau setengahnya lakukan proses ini hingga larutan jernih. Bilas corong dan masukkan
air bilasan ke dalam gelas piala. Kemudian tepatkan dengan menambahkan akuades
sampai 25 mL dan dihomogenkan. Filtrat kemudian dianalisis kandungan besi
menggunakan instrumentasi AAS.
Berdasarkan hasil variasi waktu optimum untuk adsorpsi ion besi, selanjutnya
dilakukan variasi massa adsorben mengacu pada penelitian Renni et al (2018). Masing –
masing sebanyak 0,25 ; 0,5 ; 0,75 ; 1 dan 1,25 g zeolit alam teraktivasi HCl 1 M
diinteraksikan dengan 25 mL sampel lindi. Kemudian dishaker pada kecepatan 180 rpm
dengan waktu optimum pada prosedur yang dilakukan sebelumnya. Selanjutnya
disaring dan diambil filtratnya yang dihasilkan. Kemudian dilakukan destruksi basah
mengacu pada SNI 6989.4:2009. Pipet filtrat yang dihasilkan sebanyak 25 mL
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer ditambahkan 2,5 mL HNO3 pekat kemudian tutup
menggunakan corong. Panaskan perlahan – lahan sampai sisa volume 12 mL atau
setengahnya lakukan proses ini hingga larutan jernih. Bilas corong dan masukkan air
bilasan ke dalam gelas piala. Kemudian tepatkan dengan menambahkan akuades sampai
25 mL dan dihomogenkan. Filtrat kemudian dianalisis kandungan besi menggunakan
intrumentasi AAS.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Preparasi Adsorben
Penelitian ini mengunakan zeolit alam sebagai adsorben. Preparasi adsorben
dilakukan dengan menghaluskan zeolit alam menggunakan mesin hammer mill sehingga
ukuran partikelnya menjadi lebih kecil. Tujuan dihaluskan menggunakan mesin hammer
mill untuk membuat ukuran partikel menjadi lebih homogen dan memperbesar luas
permukaan sehingga kapasitas adsorpsi pada zeolit maksimal (Ngapa, 2017). Zeolit
alam yang halus kemudian direndam dalam akuades selama 24 jam bertujuan untuk
membersihkan dari zat pengotor yang terbawa oleh penggiling zeolit. Hasil rendaman
kemudian disaring dan dikeringkan bertujuan untuk menguapkan kadar air yang terserap
dalam pori zeolit dari proses pencucian (Widianti et al., 2022).
Zeolit alam yang sudah kering kemudian diayak menggunakan ayakan 80 mesh.
Ukuran partikel semakin halus maka luar permukaan dari zeolit alam akan semakin
besar sehingga proses asorpsi semakin efektif (Purwaningtyas et al., 2020). Zeolit alam
mengandung oksida logam dan zat pengotor lainnya yang menyebabkan kemampuan
adsorpsi zeolit alam menjadi rendah, sehingga untuk meningkatkan kualitas zeolit alam
perlu dilakukan proses aktivasi.
573
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 2, 2023: 571 - 578

B. Proses Aktivasi Zeolit Alam


Proses aktivasi zeolit alam bertujuan untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi dari
adsorben dan membersihkan permukaan pori, membuang zat impurities sehingga luas
permukaannya bertambah. Adanya penambahan asam klorida (HCl) ke dalam zeolit
alam bertujuan untuk melarutkan dan menghilangkan oksida-oksida logam yang
menutupi permukaan zeolit alam sehingga mengakibatkan permukaan bidang kontak
lebih besar dan lebih porous. Proses aktivasi tersebut dilakukan secara kimia dengan
menggunakan HCl yang dapat memperbesar porositas sehingga meningkatkan keaktifan
zeolit alam (Al Muttaqii et al., 2019). Reaksi yang terjadi pada aktivasi zeolit alam
dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Reaksi zeolit alam dengan HCl 1M


Proses aktivasi dilakukan dengan perendaman zeolit alam dalam HCl 1M pada suhu
ruang selama 2 jam. Kemudian zeolit alam dicuci menggunakan akuades hingga pH
netral dan dikeringkan dalam oven pada temperatur 120 °C selama 3 jam. Pada proses
aktivasi, ion H+ yang dihasilkan dari reaksi penguraian HCl dalam medium air akan
melarutkan oksida logam pada atom Al yang berada pada struktur zeolit dan juga
menghilangkan kation-kation penyeimbang pada zeolit alam (Na, Mg, Ca, Br). Ion H+
ini akan berikatan dengan atom oksigen yang terikat pada Si dan Al. Berdasarkan harga
energi dissosiasi ikatan Al-O (116 kkal.mol-1) jauh lebih rendah dibandingkan energi
dissosiasi ikatan Si-O (190 kkal.mol-1), maka ikatan Al-O jauh lebih mudah terputus
dibandingkan Si-O. Selanjutnya pH zeolit dinetralkan dengan cara pencucian
menggunakan akuades. Proses pencucian ini bertujuan untuk membersihkan zeolit dari
pengotornya dan menghilangkan ion klor (Cl-) yang masih terkandung dalam zeolit
tersebut, berdasarkan sifatnya ion klor dapat mudah larut dengan air (Faisal et al.,
2015). Kemudian zeolit aktivasi dikeringkan dalam oven untuk menguapkan kadar air.

C. Karakterisasi Zeolit Alam dan Lindi


Studi penelitian adsorpsi ion besi pada lindi menggunakan zeolit alam teraktivasi
dipelajari dengan luas permukaan, volume pori, dan ukuran pori yang dapat dianalisis
dengan menggunakan alat GSA. Pori-pori dari zeolit dianalisis menggunakan metode
Brunaur, Emmet, and Teller (BET). Metode ini memungkinkan untuk pengukuran pori
dengan metode adsorbsi/desorbsi menggunakan gas nitrogen. Luas permukaan internal
pori-pori dari zeolit dievaluasi dari teori multilayer BET. Sedangkan distribusi pori
dapat diperoleh dengan menggunakan interpretasi Barret-Joyner-Halenda (BJH)
berdasarkan kondensasi kapiler. Struktur pori dicirikan oleh luas permukaan internal
pori, volume pori, dan distribusi ukuran pori (Razak et al., 2020). Hasil pengukuran pori
menggunakan analisis GSA dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis GSA Sampel
Sampel Luas permukaan Total volume pori Rata-rata ukuran
spesifik (m2g-1) (cc/g) pori (nm)
Zeolit alam 0,9808 0,0054 10,9817
sebelum aktivasi
Zeolit alam 2,6398 0,0069 5,2909
setelah aktivasi
Analisis GSA sampel pada Tabel 1 menunjukkan luas permukaan, total volume
pori, dan rata-rata ukuran pori dari sampel zeolit alam teraktivasi masing-masing adalah
2,6398 m2g-1 ; 0,0069 cc/g ; 5,2909 nm. Pada Tabel 1 menunjukkan luas permukaan
574
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 2, 2023: 571 - 578

meningkat 3 kali lipat dari zeolit alam sebelum aktivasi dan total volume pori sedikit
terjadi peningkatan. Pada rata-rata ukuran pori terjadi penurunan 2 kali lipat dari zeolit
alam sebelum aktivasi. Luas permukaan pori dan total diameter pori yang lebih besar
dihasilkan karena adanya penambahan asam klorida (HCl), semakin besar luas
permukaan yang dihasilkan maka semakin terbukanya pori-pori yang dihasilkan serta
menghasilkan diameter pori-pori yang semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa
proses aktivasi secara kimia dengan menggunakan HCl 1 M menyebabkan hilangnya zat
pengotor sehingga mampu meningkatkan luas permukaan spesifik pada zeolit alam.
Hasil kalibrasi menunjukkan nilai absorbansi dari larutan standar Fe. Nilai
absorbansi dan konsentrasi larutan standar Fe dibuat dalam bentuk grafik hubungan
absorbansi terhadap konsentrasi larutan standar Fe, dapat dilihat pada Gambar 2.
0,6

0,5 y = 0,050x + 0,027


R² = 0,992
Absorbansi

0,4

0,3

0,2
0,1

0
0 2 4 6 8 10 12

Konsentrasi Larutan Standar Fe (ppm)

Gambar 2. Konsentrasi Larutan Standar Fe (ppm)


Gambar 2 menunjukkan nilai persamaan regresi yaitu y=0,050x + 0,027 dan
memiliki koefisien korelasi (r) yang mendekati 1, yakni 0,992. Nilai r≥ 0,95
menunjukan adanya korelasi yang menyatakan adanya hubungan X (konsentrasi) dan Y
(absorbansi) yang dimana kurva kalibrasi besi mempunyai garis linear sehingga respon
yang diberikan alat terhadap konsentrasi sampel dapat memenuhi syarat. Garis yang
terbentuk dari kurva sesuai dengan hukum Lambert Beer, dimana absorbansi
berbanding lurus dengan konsentrasi sampel.
Karakteristik lindi awal dilakukan analisis menggunakan instrumen AAS yang
mengacu pada SNI 6989.4:2009 yaitu, diambil 25 mL sampel lindi yang dimasukkan ke
dalam erlenmeyer. Kemudian dilakukan destruksi basah dengan menambahkan asam
nitrat (HNO3) yang berfungsi untuk memutus ikatan senyawa kompleks organologam,
dimana HNO3 mempunyai sifat sebagai oksidator kuat untuk mempercepat pemutusan
ikatan organologam menjadi anorganik. Asam nitrat berfungsi sebagai larutan
pengoksidasi untuk mempercepat proses detruksi (Faqihuddin et al., 2021). Pada saat
penambahan asam nitrat yang disertai dengan proses pemanasan, larutan sampel
menjadi lebih jernih dan terjadi perubahan warna larutan dari jingga menjadi kuning
jernih. Kemudian disaring menggunakan kertas saring dan dilakukan pengukuran kadar
ion besi pada lindi tersebut. Hasil uji karakteristik awal lindi menunjukkan bahwa
konsentrasi ion besi. tidak memenuhi baku mutu serta memilki kondisi pH yang basa.
Berikut hasil uji karakteristik awal lindi dapat terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Karakteristik Awal Lndi
Parameter Satuan Hasil Analisa Baku Mutu
Logam Fe mg/L 6,3059 mg/L 5 mg/L
pH - 8,3 6-9
575
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 2, 2023: 571 - 578

Berdasarkan hasil uji karakteristik awal lindi, bahwa konsentrasi ion besi pada lindi
tidak memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu Air Limbah. Oleh sebab
itu, perlu dilakukan pengolahan sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan
terutama cemaran logam berat pada lindi.
Penentuan waktu kontak optimum dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh
waktu pengadukan menggunakan shaker terhadap hasil adsorspi dengan adsorben zeolit
alam teraktivasi. Hasil analisa ion besi pada sampel menunjukkan nilai konsentrasi besi
pada variasi waktu kontak tidak ada perbedaan yang signifikan dari nilai konsentrasi
besi yang dihasilkan setelah dilakukan uji Anova. Uji Anova (Analysis of Variance)
merupakan metode analisis untuk membandingkan perbedaan rata-rata atau uji
signifikasi pada nilai konsentrasi suatu unsur atau senyawa (Hanifah et al., 2019). Hasil
uji Anova pada variasi waktu kontak optimum menghasilkan nilai signifikan sebesar
0,914. Signifikan hasil uji lebih besar daripada taraf signifikan (0,05) sehingga tidak ada
perbedaan yang signifikan untuk konsentrasi besi tiap variasi waktu. Variasi waktu
kontak optimum ditentukan pada waktu yang lebih singkat yaitu 60 menit dari hasil uji
Anova. Hasil pengukuran ion besi dibuat dalam grafik hubungan efektivitas penyerapan
terhadap waktu (menit), dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
Efektivitas Penyerapan Besi (%)

30
25
20
15
10
5
0
0 30 60 90 120 150 180
t (menit)
Gambar 3. Efektivitas penyerapan ion besi pada variasi waktu kontak optimum
Berdasarkan hasil efektivitas penyerapan ion besi pada Gambar 3 menunjukkan
bahwa setelah waktu 60 menit terjadi penurunan adsorpsi. Menurut Renni et al, 2018,
pada saat waktu optimum dicapai jumlah ion logam yang diadsorpsi pada menit
berikutnya mengalami penurunan. Penurunan tersebut diakibatkan karena seiring
bertambahnya waktu maka proses adsorpsi semakin berkurang karena pori-pori pada
adsorben sudah jenuh dan telah terisi oleh ion besi yang diadsorpsi. Hal ini
menyebabkan pada menit berikutnya adsorben sudah tidak dapat mengadsorpsi ion besi
yang masih tersisa. Waktu optimum tercapai apabila peningkatan persentase adsorbat
yang teradsorpsi mencapai titik maksimal sehingga pada penambahan waktu kontak
adsorben cenderung melepas (desorpsi) ion besi yang teradsorpsi (Nasution et al.,
2015). Berdasarkan penelitian Hasan et al (2021) yang menggunakan manganese zeolit
sebagai adsorben untuk menyerap kandungan besi (Fe) dengan menerapkan proses
adsorpsi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa manganese zeolit dapat mengadsoprsi
ion Fe dengan waktu optimum 60 menit.
Massa adsorben merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas
adsorpsi. Hasil analisa ion besi menunjukkan nilai konsentrasi dari variasi massa
adsorben (0,25; 0,5; 0,75; 1 dan 1,25 gram) pada larutan sampel. Nilai konsentrasi ion
besi yang dihasilkan paling rendah yaitu 3,1140 ppm pada massa adsorben 1,25 gram.
Hal ini terjadi karena semakin banyak massa adsorben maka nilai konsentrasi semakin
576
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 2, 2023: 571 - 578

menurun. Hasil analisa ion besi pada sampel menunjukkan nilai konsentrasi besi pada
variasi massa adsorben ada perbedaan yang signifikan setelah dilakukan uji Anova.
Signifikan hasil uji pada variasi massa adsorben menghasilkan nilai 0,05, hal ini
membuktikan bahwa signifikan hasil uji sesuai dengan taraf signifikan. Nilai
konsentrasi hasil pengukuran ion besi dibuat dalam grafik hubungan efektivitas
penyerapan terhadap massa adsorben, dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.
Efektivitas Penyerapan Besi (%) 60

50

40

30

20

10

0
0 0,25 0,5 0,75 1 1,25
Massa Adsorben (g)
Gambar 4. Efektivitas penyerapan ion besi pada variasi massa adsorben
Berdasarkan hasil efektivitas penyerapan ion besi pada Gambar 4 menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan nilai persentase yang dihasilkan pada massa adsorben 1,25
gram yaitu sebesar 50,61%. Peningkatan tersebut diakibatkan karena semakin banyak
zeolit alam yang digunakan maka semakin besar luas permukaan zeolit alam untuk
mengadsorpsi ion besi sehingga kapasitas penjerapannya lebih besar (Yoesoef et al.,
2018). Tetapi hasil efektivitas penyerapan ion besi pada massa adsorben 1,25 gram
masih belum optimal sehingga perlu dilakukan peningkatan massa adsorben untuk
mencapai efektivitas penyerapan yang optimal. Menurut penelitian Hasan et al (2021),
adsorpsi logam Fe menggunakan manganese zeolit sebagai adsorben memperoleh hasil
terbaik yaitu pada massa adsorben 1,5 gram dengan efesiensi sebesar 51,14%.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa zeolit alam
teraktivasi asam klorida (HCl) 1 M mampu menyerap ion besi yang terlarut pada lindi.
Penelitian ini menggunakan metode adsorpsi melalui proses pengadukan menggunakan
shaker dengan perbandingan 1 : 25 (g/mL) zeolit alam dan lindi. Proses adsorpsi oleh
zeolit alam teraktivasi dilakukan dalam variasi waktu kontak optimum dan massa
adsorben. Efektivitas penyerapan ion besi oleh adsorben zeolit alam teraktivasi HCl 1 M
pada waktu kontak optimum 60 menit dan massa adsorben 1,25 gram adalah sebesar
50,61%.

B. Saran
Berdasarkan hasil dan simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini maka disarankan
perlu dilakukannya penurunan kandungan ion besi pada lindi menggunakan metode
adsorpsi melalui bantuan adsorben zeolit alam teraktivasi HCl 1 M dengan
meningkatkan massa adsorben untuk mencapai efektivitas penyerapan yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Al Muttaqii, M., Birawidha, D.C., Isnugroho, K., Amin, M., Hendronursito, Y.,
Istiqomah, A.D., Dewangga, D.P. 2019. Pengaruh Aktivasi Secara Kimia
577
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, Vol. 11, No. 2, 2023: 571 - 578

Menggunakan Larutan Asam dan Basa Terhadap Karateristik Zolit Alam.


Jurnal Riset Teknologi Industri, 13 (2):266-271.
Faisal,M., Surhartana, dan Pardoyo. 2015. Zeolit Alam Termodifikasi Logam Fe
sebagai Adsorben Fosfat (PO 43-) Pada Air Limbah. Jurnal Kimia Sains dan
Aplikasi, 18 (3):91-5.
Faqihuddin, Ubaydillah, M.I. (2021). Perbandingan Metode Destruksi Kering dan
Destruksi Basah Instrumen Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) untuk
Analisis Logam, Seminar Nasional Hasil Riset dan Pengabdian ke III.
Hanifah, N.N., Rudiyanti, S., dan Ain, C. 2019. Analisis Konsentrasi Logam Berat
Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di Sungai Silandak, Semarang. Journal Of
Maquares, 8 (3):257-264.
Hasan, A., Yerizam, M., dan Yahya, M. H. 2021. Mekanisme Adsorben Zeolit dan
Manganese Zeolit Terhadap Logam Besi (Fe). Jurnal Kinetika, 12 (1): 9-17.
Nasution, H., Mayudendi, dan Siregar, S.H. (2015). Penentuan Waktu Kontak dan pH
Optimum Penyerapan Zat Warna Direct Yellow Menggunakan Abu Terbang
(Fly Ash) Batubara. Prosiding SEMIRATA 2015 Bidang MIPA BKS-PTN
Barat, 747-756.
Ngapa, Y.D. 2017. Kajian Pengaruh Asam Basa Pada Aktivasi Zeolit dan
Karakterisasinya Sebagai Adsorben Pewarna Biru Metilena. Jurnal Kimia dan
Pendidikan Kimia, 2 (2): 90-96.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No.5 Tahun
2014. Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha yang Belum Memiliki Baku Mutu Air
Limbah yang Ditetapkan.
Purwaningtyas, F.Y., Mustakim, Z., Umaminingrum, M.T., dan Ghofar, M.A. (2020).
Pengaruh Ukuran Zeolit Teraktivasi Terhadap salinitas Air Payau di desa
kemudi dengan Metode Adsorpsi. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia
“Kejuangan”, 14-15.
Razak, S.A., Farah, F.Z, Shaiful, R.S. 2020. Effect of Porosity and Water Absorption on
Compressive Strength of Fly Ash based Geopolymer and OPC Paste, IOP
Conf. Series: Materials Science and Engineering 957 (2020) 012035.
Renni, C.P., Mahatmanti, F.W., dan Widiarti, N. 2018. Pemanfaatan Zeolit Alam
Teraktivasi sebagai Adsorben Ion Logam Fe (III) dan Cr (VI). Indonesian
Journal of Chemical Science, 7 (1): 64-70.
Rosita, N dan Erawati, T. 2004. Pengaruh Perbedaan Metode Aktivasi Terhadap
Efektivitas Zeolit sebagai Adsorben. Jurnal Farmasi, 4 (1): 45-46.
SNI 6989.4:2009. (2009). Air dan air limbah – Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) – nyala.
Soemirat, Y. S. (1996). Kesehatan Lingkungan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Tchobanaglous, G., Theisen, H., Vigil, S. (1993). Integrated Solid Waste Management.
McGraw Hill Inc, New York.
Widianti, S., Destiarti, L., dan Wahyuni, N. 2021. Adsorpsi Senyawa Organik Pada
Lindi TPA Batu Layang Menggunakan Zeolit Alam Teraktivasi. Ar-Razi
Jurnal Ilmiah, 10 (1):21-32.
Yoesoef, A., Mulyadi, E., dan Rosariawati, F. 2018. Penggunaan Zeolit Alam Untuk
Adsorpsi Ion Fe (II) dalam Air Tanah dengan Aktivasi Asam Nitrat. Jurnal
Envirotek, 9 (2):1-5.

578

You might also like