You are on page 1of 10

PENGARUH KONFLIK KERJA DAN STRES KERJA

TERHADAP KEPUASAN KERJA


(Studi pada Karyawan PT. TASPEN (PERSERO) Cabang Malang)

Poundra Rizky Afrizal


Mochammad Al Musadieq
Ika Ruhana
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
E-mail: poundra.rizky@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of work conflict and job stress simultaneously and partially on job
satisfaction of employees of PT. TASPEN (Persero) Malang. This type of research used in this research is
the explanation (explanatory research) with a quantitative approach to describe the relationships between
variables through hypothesis testing. This study used a questionnaire as a data collection tool that is
distributed to 36 respondents from PT. TASPEN (Persero) Malang. Based on the results of research
conducted, there is a significant effect simultaneously between the variables Work Conflict and Job Stress
affects the variable job satisfaction. This is proved by obtaining the Fcalculation of 41.986 is greater than the F
table of 3,275. In addition, it is known that partially Work Conflict (X1) and a significant negative effect on job
satisfaction (Y). This is evidenced by the acquisition of the tcalculation greater than ttable (-2.772> 2.034) and a
coefficient of -0.300 and the value is negative. Job Stress (X2) has a significant negative and negative effect
on Job Satisfaction (Y). This is evidenced by the acquisition of the tcalculation greater than ttable (-6.231>
2.034) and a coefficient of -0.312 and the value is negative.

Keyword: recruitment process, selection process, employee competencies, employee performance


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konflik kerja dan stres kerja secara simultan dan
parsial terhadap kepuasan kerja karyawan PT. TASPEN (PERSERO) Cabang Malang. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research) dengan
pendekatan kuantitatif untuk menjelaskan hubungan antar variabel-variabel melalui uji hipotesis. Penelitian
ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang disebarkan kepada 36 responden dari
karyawan PT. TASPEN (PERSERO) Cabang Malang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan (bersama-sama) antara variabel bebas (Konflik Kerja
dan Stres Kerja) mempengaruhi variabel terikat (Kepuasan Kerja). Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya
nilai Fhitung sebesar 41,986 yang lebih besar dari nilai Ftabel sebesar 3,275. Selain itu, secara parsial
diketahui bahwa Konflik Kerja (X1) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja (Y). Hal
ini dibuktikan dengan didapatkannya nilai thitung yang lebih besar dari ttabel (-2,772>2,034) dan nilai
koefisien sebesar -0,300 dan bertanda negatif. Stres Kerja (X2) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Kepuasan Kerja (Y). Hal ini dibuktikan dengan didapatkannya nilai thitung yang lebih besar dari ttabel (-
6,231>2,034) dan nilai koefisien sebesar -0,312 dan bertanda negatif.
Kata kunci: konflik kerja, stres kerja, kepuasan kerja karyawan

1. PENDAHULUAN berstatus sebagai anggota dalam perusahaan yang


Sumber daya manusia merupakan salah satu masing-masing memiliki peran dan fungsi.
faktor yang penting dalam suatu perusahaan. Sumber daya manusia harus dikelola dengan baik
Sumber daya manusia meliputi semua orang yang untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 1


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
perusahaan, sehingga perusahaan pun dapat seorang karyawan terhadap pekerjaannya. Dalam
mencapai tujuannya. Sumber daya manusia menjalankan tugas, pimpinan perusahaan tentu
mempunyai dampak yang lebih besar terhadap saja tidak terlepas dari permasalahan yang
efektifitas perusahaan dibanding dengan sumber berkaitan dengan kepuasan pegawai. Kepuasan
daya yang lain. Seberapa baik sumber daya kerja karyawan merupakan faktor yang sangat
manusia dikelola, akan menentukan kesuksesan diperhatikan. Maka dari itu, dilakukan suatu
perusahaan di masa mendatang. Pada prinsipnya, kegiatan penilaian kepuasan kerja karyawan, yang
sumber daya manusia adalah satu-satunya sumber diukur dari hubungan antara pimpinan dengan
daya yang menentukan perusahaan. Perusahaan karyawan, pembagian tugas dan kesamaan atau
yang memiliki tujuan yang bagus dilengkapi kesesuaian program kerja.
dengan fasilitas, sarana dan prasarana yang TASPEN merupakan Badan Usaha Milik
canggih, tetapi tanpa sumber daya manusia yang Negara (BUMN) yang diberi tugas pemerintah
baik, kemungkinan besar perusahaan akan sulit untuk mengelola program asuransi sosial yang
untuk mencapai tujuan. Sumber daya manusia terdiri dari program dana pensiun dan Tabungan
dipahami sebagai kekuatan yang bersumber pada Hari Tua (THT). PT. TASPEN (PERSERO)
potensi manusia yang ada dalam perusahaan dan Cabang Malang dibentuk dalam rangka
merupakan modal dasar perusahaan untuk pelaksanaan tugas dari pemerintah untuk
melakukan aktifitas dalam mencapai tujuan. pembayaran pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil
Namun, mengelola karyawan bukan hal yang Pusat dan daerah otonomi sesuai keputusan
mudah, karena mereka mempunyai keinginan, Menteri Keuangan RI No: 812/KMK.03/1988
pikiran, perasaan, status, dan latar belakang yang tanggal 23 Agustus 1988 dan keputusan Menteri
dibawa ke dalam organisasi. Adanya perbedaan Dalam Negeri RI No: 842.1-755 tanggal 27
kepribadian pada diri manusia memungkinkan September tentang penugasan PT. TASPEN
terjadinya konflik dalam suatu organisasi dan hal (PERSERO) untuk melaksanakan pembayaran
ini merupakan sesuatu yang yang tidak dapat pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil dan Daerah
dihindari. Otonomi di Pulau Jawa dan Madura. Sebagai
Konflik dalam perusahaan terjadi dalam salah satu BUMN yang diberi tugas pemerintah
berbagai bentuk dan corak, yang merintangi untuk mengelola program asuransi sosial yang
hubungan individu dengan kelompok atau terdiri dari program dana pensiun dan Tabungan
kelompok yang lebih besar. Berhadapan dengan Hari Tua (THT), tidak dapat dipungkiri bahwa
orang-orang yang mempunyai pandangan yang perusahan pasti mengalami konflik kerja dan stres
berbeda, sering berpotensi terjadinya pergesekan, kerja yang dialami para karyawannya. Oleh sebab
sakit hati, dan lain-lain. Konflik dapat juga itu, tentunya perusahaan harus bisa mengatasi
berakibat stres yang secara tidak langsung akan konflik kerja dan stres kerja yang terjadi pada para
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan, karyawannya agar nantinya dapat meningkatkan
tujuan serta kinerja karyawan di dalam suatu kepuasan kerja karyawannya.
organisasi. Stres atau tekanan dalam jiwa seorang Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
karyawan akan berdampak pada kepuasan deskripsi Konflik Kerja, Stres Kerja, dan
kerjanya. Manusia sebagai karyawan dalam suatu Kepuasan Kerja dan untuk menjelaskan pengaruh
organisasi harus dapat mengatasi stres, baik variabel Konflik Kerja (X1) dan Stres Kerja (X2)
melalui pihak lain maupun dari diri karyawan itu terhadap Kepuasan Kerja (Y) baik secara simultan
sendiri. Karyawan yang stres cenderung maupun parsial.
menganggap suatu pekerjaan bukanlah sesuatu
yang penting bagi mereka, sehingga tidak mampu 2. KAJIAN PUSTAKA
menyelesaikan suatu pekerjaan tersebut sesuai 2.1. Konflik Kerja
target yang telah ditetapkan. Akan tetapi, tidak Menurut Winardi ³.RQIOLN
semua karyawan yang mengalami tekanan dalam merupakan suatu situasi, dimana terdapat berbagai
pekerjaannya tidak mampu menyelesaikan tujuan atau berbagai emosi yang tidak sesuai satu
pekerjaan tepat waktu dan sesuai dengan target sama lain, pada diri beberapa individu atau antara
yang telah ditetapkan. Stres yang dialami oleh beberapa individu yang kemudian menyebabkan
karyawan akibat lingkungan yang dihadapinya WLPEXOQ\D SHUWHQWDQJDQ´. Sunyoto (2012:218)
akan mempengaruhi kinerja dan kepuasan menjelaskan bahwa, ³.onflik adalah
kerjanya. Kepuasan kerja mencerminkan sikap ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 2


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
organisasi atau kelompok-kelompok dalam pekerjaan. Stres merupakan konsekuensi setiap
organisasi yang timbul karena mereka harus tindakan dan situasi lingkungan yang
menggunakan sumber daya yang langka secara menimbulkan tuntutan psikologis dan fisik yang
bersama-sama atau menjalankan kegiatan berlebihan pada seseorang. Menurut Handoko
bersama-sama atau karena mereka mempunyai ³6WUHV NHUMD DGDODK VXDWX NRQGLVL
status, tujuan, nilai-nilai dan persepsi yang ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
berbeda´. Anggota-anggota organisasi yang berpikir, dan kondisi seseorang dalam
mengalami ketidaksepakatan tersebut mencoba PHODNVDQDNDQ SHNHUMDDQ´ Sedangkan Rivai
untuk menjelaskan duduk persoalan dari PHQJHPXNDNDQ EDKZD ³6WUHV NHUMD
pandangan mereka. Perlu disadari bahwa konflik adalah suatu kondisi ketegangan yang
berbeda dengan persaingan. Dalam persaingan, menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan
dua pihak tersebut tidak bisa mencapai tujuan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir
serentak, dan mereka tidak bisa saling GDQ NRQGLVL VHRUDQJ NDU\DZDQ´
mengganggu. Davis dan Newstrom dalam Mulyani
Menurut Ivancevich (2007:43) beberapa (2008:21) menyatakan bahwa stres kerja
bentuk konflik berdasarkan akibatnya terhadap disebabkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut:
perusahaan dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Adanya tugas yang terlalu banyak. Banyaknya
a. Konflik fungsional (functional conflict), adalah tugas tidak selalu menjadi penyebab stres,
konfrontasi antarkelompok yang dapat tetapi akan menjadi sumber stres bila
meningkatkan dan menguntungkan kinerja banyaknya tugas tidak sebanding dengan
organisasi. Konflik fungsional dapat kemampuan baik fisik maupun keahlian dan
meningkatkan kesadaran organisasi akan waktu yang tersedia bagi karyawan.
masalah-masalah yang harus diatasi, b. Supervisor yang kurang pandai. Seorang
mendorong pencarian solusi-solusi secara lebih karyawan dalam menjalankan tugas sehari-
luas dan lebih produktif, dan lazimnya harinya biasanya di bawah bimbingan sekaligus
memfasilitasi perubahan yang positif, adaptif mempertanggungjawabkan kepada supervisor.
dan inovatif. c. Terbatasnya waktu dalam mengerjakan
b. Konflik disfungsional (dysfunctional conflict), pekerjaan. Karyawan biasanya mempunyai
adalah setiap konfrontasi atau interaksi kemampuan normal menyelesaikan tugas
antarkelompok yang membahayakan organisasi kantor/perusahaan yang dibebankan
atau menghambat organisasi dalam mencapai kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan
tujuan-tujuannya. Manajemen harus mencari keahlian, pengalaman, dan waktu yang
cara untuk menghilangkan konflik dimiliki.
disfungsional. d. Kurang mendapat tanggungjawab yang
Feldman dan Arnold dalam Wahyudi dan memadai. Faktor ini berkaitan dengan hak dan
Akdon (2005:36) membagi sumber-sumber kewajiban karyawan.
konflik organisasi menjadi 2 bagian, yaitu: e. Ambiguitas peran. Agar menghasilkan
a. Koordinasi kerja, meliputi: saling performa yang baik, karyawan perlu
ketergantungan pekerjaan, keraguan dalam mengetahui tujuan dan pekerjaan, apa yang
menjalankan tugas karena tidak terstruktur diharapkan untuk dikerjakan dan tanggung
dalam rincian tugas, dan perbedaan orientasi jawab dari pekerjaan mereka.
tugas. f. Perbedaan nilai dengan perusahaan. Situasi ini
b. Sistem kontrol organisasi, meliputi: kelemahan biasanya terjadi pada para karyawan atau
manajer dalam merealisasikan sistem penilaian manajer yang mempunyai prinsip yang
kinerja, kurang koordinasi antar unit atau berkaitan dengan profesi yang digeluti maupun
bagian, aturan tidak dapat berjalan secara baik, prinsip kemanusiaan yang dijunjung tinggi.
dan terjadi persaingan yang tidak sehat dalam g. Frustasi. Dalam lingkungan kerja, perasaan
memperoleh penghargaan. frustasi memang bisa disebabkan banyak
faktor. Faktor yang diduga berkaitan dengan
2.2. Stres Kerja frustasi kerja adalah terhambatnya promosi,
Masalah stres dalam perusahaan menjadi ketidakjelasan tugas dan wewenang serta
gejala yang penting sejak mulai timbulnya penilaian/evaluasi staf, dan ketidakpuasan gaji
tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu yang diterima.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 3


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
h. Perubahan tipe pekerjaan, khususnya jika hal pekerja harian dengan berpedoman atas
tersebut tidak umum. Situasi ini bisa timbul perjanjian yang disepakati. Bila kompensasi
alibat mutasi yang tidak sesuai dengan keahlian dalam bentuk gaji dan upah diberikan
dan jenjang karir yang dilalui atau mutasi pada secara benar, para karyawan akan
perusahaan lain, meskipun dalam satu grup terpuaskan dan termotivasi untuk mencapai
namun lokasinya dan status jabatan serta status sasaran-sasaran organisasi.
perusahaan berada di bawah perusahaan 2. Promosi. Promosi merupakan proses
pertama. pemindahan karyawan dari satu jabatan ke
i. Konflik peran. Terdapat dua tipe umum konflik jabatan lain yang lebih tinggi. Dengan
peran, yaitu konflik peran intersender, dimana demikian, promosi akan selalu diikuti
pegawai berhadapan dengan harapan organisasi tugas., tanggung jawab dan wewenang yang
terhadapnya yang tidak konsisten dan tidak lebih tinggi. Pada umumnya, promosi juga
sesuai. Konflik peran intrasender, konflik diikuti oleh peningkatan income dan
peran ini kebanyakan terjadi pada karyawan fasilitas-fasilitas lain. Promosi juga
atau manajer yang menduduki jabatan di dua mempunyai nilai lain karena promosi
struktur. merupakan pengakuan terhadap kinerja
karyawan.
2.3. Kepuasan Kerja c. Kepuasan terhadap Kondisi Kerja. Kondisi
Menurut Rivai (2010:475), menyatakan kerja sangat berpengaruh terhadap semangat
³.HSXDVDQ PHUXSDNDQ HYDOXDVL \DQJ kerja dan gairah kerja dalam melaksanakan
menggambarkan seseorang atas perasaan tugas. Kondisi yang menyenangkan akan
sikapnya, senang atau tidak senang, puas atau mendorong seseorang untuk bekerja lebih giat.
WLGDN SXDV GDODP EHNHUMD´ Kreitner (2001:224) Kondisi kerja yang tidak terbatas hanya pada
PHQJHPXNDNDQ EDKZD ³.HSXDVDQ NHUMD kondisi kerja ditempat pekerjaan masing-
merupakan respon affective atau emosional masing seperti nyamannya tempat kerja,
WHUKDGDS EHUEDJDL VHQL SHNHUMDDQ VHVHRUDQJ´ ventilasi yang cukup, penerangan lampu yang
Kepuasan kerja dapat terjadi dalam pekerjaan, luar memadai, kebersihan tempat pekerjaan,
pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar keamanan, dll.
pekerjaan. Mengukur kepuasan kinerja menurut
Faktor-faktor kepuasan kerja menurut Robbins (2003:101), yaitu: Dua pendekatan yang
Hasibuan (2009:118): paling banyak digunakan adalah angka nilai global
a. Kepuasan Terhadap Pekerjaan. Pekerjaan yang tunggal (Single Global Rating) dan skor
tidak menarik dan tidak lagi menuntut penjumlahan (summation score) yang tersusun
imajinasi, inovasi dan kreatifitas dalam atas sejumlah fased (aspek) kerja. Metode angka
pekerjaannya merupakan salah satu sumber nilai global tunggal tidak lebih dari meminta
ketidakpuasan yang tercermin pada tingkat individu-individu untuk menjawab 1 pertanyaan,
kebosanan. Karyawan cenderung menyukai seperti misaOQ\D ³ELOD VHPXD KDO GLSHUWLPEDQJNDQ
dengan pekerjaan-pekerjaan yang memberi VHEHUDSD SXDVNDK $QGD GHQJDQ SHNHUMDDQ $QGD"´
mereka kesempatan untuk menggunakan Kemudian responden menjawab dengan
ketrampilan dan kemampuan mereka dan melingkari dua suatu bilangan 1-5 yang
menawarkan beragam tugas, kebebasan dan EHUSDGDQDQ GHQJDQ MDZDEDQ GDUL ³VDQJDW
umpan balik mengenai betapa baiknya GLSXDVNDQ´ VDPSDL ³VDQJDW WLGDN GLSXDVNDQ´
pekerjaan mereka. Hal ini merupakan kepuasan Pendekatan lain penjumlahan fased pekerjaan
karyawan terhadap tugas atau beban kerja yang lebih canggih, metode ini mengenali unsur-unsur
diberikan kepadanya. utama dalam suatu pekerjaan dan menanyakan
b. Kepuasan Kepada Sistem Penghargaan. perasaan karyawan mengenai setiap unsur. Faktor-
Kepuasan kepada sistem pekerjaan dikaitkan faktor yang lazim yang akan dicakup adalah sifat
dengan beberapa hal, yaitu: dasar pekerjaan, penyeliaan, upah sekarang,
1. Pengupahan dan Penggajian. Gaji adalah kesempatan promosi, dan hubungan rekan sekerja.
balas jasa yang harus dibayar secara
periodik kepada karyawan tetap serta 2.4. Hipotesis
mempunyai jaminan pasti, sedangkan upah H1 : Diduga terdapat pengaruh simultan yang
adalah balas jasa yang dibayarkan kepada signifikan dari Konflik Kerja (X1) dan Stres

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 4


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Kerja (X2) terhadap Kepuasan Kerja (Y) 4.2. Analisis Regresi Linier Berganda
karyawan pada PT. TASPEN (PERSERO)
Cabang Malang. Untuk proses pengolahan data adalah
H2 : Diduga terdapat pengaruh parsial yang dengan menggunakan analisis regresi linier
signifikan dari Konflik Kerja (X1) dan Stres berganda, karena analisis ini dapat digunakan
Kerja (X2) terhadap Kepuasan Kerja (Y) untuk mengetahui pengaruh lebih dari satu
karyawan pada PT. TASPEN (PERSERO) variabel bebas terhadap satu variabel terikat yaitu
Cabang Malang. antara Konflik Kerja (X1) dan Stres Kerja (X2)
terhadap Kepuasan Kerja (Y). Berikut ini
3. METODE PENELITIAN ringkasan hasil analisis regresi linier berganda
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian melalui bantuan program SPSS Statistics 17.0
penjelasan (explanatory research) dengan pada Tabel 2.
pendekatan kuantitatif. Faisal (2008:21),
Tabel 2. Ringkasan Hasil Analisis Regresi
³SHQHOLWLDQ SHQMHODVDQ explanatory research)
Linier Berganda
adalah untuk menguji hubungan antarvariabel
\DQJ GLKLSRWHVLVNDQ´ 'DODP SHQHOLWLDQ LQL DNDQ Variabel Koefisien B Sig.
diketahui bahwa konflik kerja dan stres kerja Konstan 43,300 0,000
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap X1 -0,300 0,009
kepuasan kerja karyawan pada PT. TASPEN X2 -0,312 0,000
(PERSERO) Cabang Malang. Teknik analisis D = 0,05
yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, R = 0,847
analisis regresi linier berganda, uji F (uji R Square = 0,718
simultan), dan uji t (uji parsial). Adjusted R Square = 0,701
Jumlah Data = 36
(Observasi)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Variabel Dependent Y, *signifikan pada level 5%
4.1. Analisis Deskriptif Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2013

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Berdasarkan tabel 2, perhitungan program SPSS


Konflik Kerja (X1), Stres Kerja (X2), Statistics 17.0 diketahui persamaan regresi:
dan Kepuasan Kerja (Y) Y = 43,300 ± 0,300 X1 ± 0,312 X2
Variabel Indikator Rata-rata Keterangan:
1. Koordinasi Y = Kepuasan Kerja Karyawan
2,49 X1 = Konflik Kerja
Kerja
Konflik Kerja (X1)
2. Sistem Kontrol X2 = Stres Kerja
3,57
Organisasi
1. Konflik Peran 2,35 Diketahui besarnya koefisien regresi
2. Ambiguitas Konflik Kerja (X1) diperoleh sebesar -0,300
2,45 bernilai negatif. Hasil tersebut menunjukkan
Peran
3. Beban Tugas bahwa setiap terjadi peningkatan Konflik Kerja
3,71
Stres Kerja (X2) Berlebih (X1) sebesar satu satuan maka akan diikuti oleh
4. Tanggung penurunan Kepuasan Kerja (Y) sebesar -0,300
3,87
Jawab satuan, atau sebaliknya apabila terjadi penurunan
5. Pengembangan Konflik Kerja (X1) sebesar satu satuan maka akan
2,83
Karir diikuti oleh peningkatan Kepuasan Kerja (Y)
1. Kepuasan sebesar -0,300 satuan.
terhadap 3,56
Diketahui besarnya koefisien regresi Stres
Pekerjaan
Kerja (X2) diperoleh sebesar -0,312 bernilai
2. Kepuasan
Kepuasan Kerja negatif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setiap
Kepada Sistem 3,75
Karyawan (Y) terjadi peningkatan Stres Kerja (X2) sebesar satu
Penghargaan
3. Kepuasan satuan maka akan diikuti oleh penurunan
Aspek Kondisi 3,55 Kepuasan Kerja (Y) sebesar -0,312 satuan, dan
Kerja sebaliknya apabila terjadi penurunan Stres Kerja
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2013 (X2) sebesar satu satuan maka akan diikuti oleh

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 5


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
peningkatan Kepuasan Kerja (Y) sebesar -0,312 adalah sebesar 3,275. Didapatkan juga nilai Fhitung
satuan. sebesar 41,986 dan nilai signifikansi sebesar
Koefisien korelasi termasuk kategori Sangat 0,000. Karena nilai Fhitung lebih besar dari nilai
Kuat karena memiliki nilai R sebesar 0,847. Yaitu Ftabel (41,986 > 3,275) atau nilai signifikansi lebih
terdapat hubungan Sangat Kuat antara variabel kecil dari D (alpha) 0,050 (0,000 < 0,050), maka
independen atau bebas variabel Konflik Kerja (X1) hipotesis H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa
dan Stres Kerja (X2) dengan variabel dependen secara bersama-sama terdapat pengaruh yang
atau terikat variabel Kepuasan Kerja (Y). nyata dari variabel Konflik Kerja (X1) dan Stres
Dari hasil analisis regresi linier berganda di Kerja (X2) terhadap variabel Kepuasan Kerja (Y)
atas memiliki adjusted R Square sebesar 0,701. dengan tingkat batas kesalahan 0,050.
Hal ini berarti besarnya pengaruh total variabel
Konflik Kerja (X1) dan Stres Kerja (X2) terhadap 4.4. Hasil Uji Parsial (Uji t)
variabel Kepuasan Kerja (Y) adalah sebesar 0,701 Uji parsial digunakan untuk mengetahui
atau 70,1%, dan sisanya sebesar 29,9% apakah masing-masing variabel Konflik Kerja
dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam (X1) dan variabel Stres Kerja (X2) memiliki
penelitian ini seperti kondisi kerja, motivasi, pengaruh yang signifikan terhadap variabel
budaya organisasi, lingkungan kerja, dan perilaku Kepuasan Kerja (Y). Pengujian hipotesis regresi
pemimpin. secara parsial menggunakan statistik uji t dengan
D = 0,05. Ttabel didapatkan dari Microsoft Excel
4.3. Hasil Uji Simultan (Uji F) dengan rumus =TINV(0.05, 33) dengan D yang
Pengujian secara simultan dilakukan dengan digunakan 0,05 dan degrees of freedom (df) yaitu
menggunakan uji F. Pengujian ini dilakukan untuk bernilai 33 dan ttabel yang didapatkan adalah
mengetahui ada tidaknya pengaruh dari seluruh sebesar 2,034. Variabel penjelas dikatakan
variabel bebas terhadap variabel terikat. Ketentuan berpengaruh signifikan jika thitung > ttabel atau Sig t
uji simultan (uji F) adalah dengan membandingan < D = 0,05.
nilai Fhitung dengan nilai Ftabel, atau dapat pula
dengan membandingkan nilai signifikansi Tabel 4. Uji Hipotesis Koefisien Regresi
(probabilitas) dengan batas tingkat kesalahan Variabel Konflik Kerja (X1) Secara
pengambilan keputusan (D) yang ditetapkan. Parsial
Apabila nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel atau Hipotesis Nilai Keputusan
nilai signifikansi lebih kecil dari D maka
Hipotesis Nul (H0): ttabel = H0 ditolak
keputusan yang diambil adalah menolak hipotesis tidak terdapat pengaruh 2,034 H1 diterima
H0, yaitu terdapat pengaruh secara simultan dari parsial yang signifikan thitung =
seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. antara Konflik Kerja -2,772
(X1) terhadap Kepuasan Sig t =
Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis Simultan Kerja (Y). 0,009
Variabel Variabel Sig. D = 0,05
Fhitung Keterangan
Bebas Terikat F Hipotesis Alternatif
(H1): terdapat pengaruh
Konflik
parsial yang signifikan
Kerja
Kepuasan antara Konflik Kerja
(X1)
Kerja 41,986 0,000 Berpengaruh (X1) terhadap Kepuasan
Stres
(Y) Kerja (Y).
Kerja
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2013
(X2)

Ftabel = 3,275 Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui apabila


D = 0,05 variabel Konflik Kerja (X1) berpengaruh terhadap
variabel Kepuasan Kerja (Y), maka digunakan
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2013 statistik uji t. Dengan menggunakan program
SPSS Statistics 17.0, nilai thitung yang didapatkan
Pada tabel 3, nilai Ftabel didapatkan dari
sebesar -2,772. Melalui perbandingan thitung
Microsoft Excel dengan rumus =FINV(0.05, 2, 34)
dengan ttabel didapatkan bahwa thitung dengan nilai -
dengan D yang digunakan 0.05, df1 sebesar 2, dan
2,772 lebih besar dari ttabel dengan nilai 2,034 atau
df2 sebesar 34 sehingga ttabel yang didapatkan
melalui perbandingan Sig t sebesar 0,009 dengan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 6


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
D sebesar 0,05 didapatkan bahwa Sig t kurang dari (Y) pada PT. TASPEN (PERSERO) Cabang
D, maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel Malang.
Konflik Kerja (X1) berpengaruh signifikan
terhadap variabel Kepuasan Kerja (Y). Dengan 4.5. Pembahasan
nilai thitung yang bernilai negatif, maka hal tersebut 4.5.1. Analisis Deskriptif
juga menunjukkan bahwa semakin rendah Konflik Berdasarkan analisis deskriptif dapat
Kerja (X1) yang dialami karyawan, maka semakin diketahui bahwa mayoritas responden
tinggi Kepuasan Kerja (Y) pada PT. TASPEN memberikan jawaban cenderung cukup/sedang
(PERSERO) Cabang Malang, atau sebaliknya atau menilai bahwa Konflik Kerja (X1) yang
semakin tinggi Konflik Kerja (X1) yang dialami dialami karyawan berada pada tingkat sedang.
karyawan, maka semakin rendah Kepuasan Kerja Rata-rata responden untuk Konflik Kerja (X1)
(Y) pada PT. TASPEN (PERSERO) Cabang adalah sebesar 3,14. Variabel Stres Kerja (X2)
Malang. yang dialami karyawan juga berada pada tingkat
sedang. Rata-rata responden untuk Stres Kerja
Tabel 5. Uji Hipotesis Koefisien Regresi (X2) adalah sebesar 3,04. Variabel Kepuasan
Variabel Stres Kerja (X2) Secara Kerja (Y) terdiri dari 8 item pernyataan. Rata-rata
Parsial responden untuk Kepuasan Kerja (Y) adalah
Hipotesis Nilai Keputusan sebesar 3,63.
Hipotesis Nul (H0): ttabel = H0 ditolak 4.5.2. Pengaruh Simultan Konflik Kerja (X1)
tidak terdapat 2,034 H1 diterima dan Stres Kerja (X2) terhadap
pengaruh parsial yang thitung =
Kepuasan Kerja (Y)
signifikan antara Stres -6,231
Kerja (X2) terhadap Sig t = Dari hasil analisis statistik dengan
Kepuasan Kerja (Y). 0,000 menggunakan analisis regresi linier berganda,
D = 0,05 maka hipotesis alternatif yang pertama
Hipotesis Alternatif
menyatakan terdapat pengaruh secara simultan
(H1): terdapat
pengaruh parsial yang yang signifikan variabel Konflik Kerja (X1) dan
signifikan antara Stres Stres Kerja (X2) terhadap Kepuasan Kerja (Y)
Kerja (X2) terhadap terbukti atau dapat diterima. Hal ini dapat
Kepuasan Kerja (Y). dijelaskan dengan nilai signifikansi F yaitu
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2013 0,000<D dan nilai Adjusted R Square yaitu sebesar
0,701 atau 70,1%. Hal ini menunjukkan bahwa
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui apabila kontribusi variabel Konflik Kerja (X1) dan Stres
variabel Stres Kerja (X2) berpengaruh terhadap Kerja (X2) adalah sebesar 70,1% dan sisanya
variabel Kepuasan Kerja (Y), maka digunakan sebesar 29,9% dipengaruhi variabel lain yang
statistik uji t. Dengan menggunakan program tidak diteliti dalam penelitian ini, seperti kondisi
SPSS Statistics 17.0, nilai thitung yang didapatkan kerja, motivasi, budaya organisasi, lingkungan
adalah sebesar -6,231. Melalui perbandingan thitung kerja, dan perilaku pemimpin. Selain itu juga
dengan ttabel didapatkan bahwa thitung dengan nilai diketahui bahwa Fhitung mempunyain nilai sebesar
sebesar -6,231 lebih besar dari ttabel dengan nilai 41,986 dengan perbandingan Ftabel 3,275 lebih
sebesar 1,690 atau melalui perbandingan Sig t kecil yaitu (41,986>3,275) dengan Sig F sebesar
sebesar 0,000 dengan D sebesar 0,05 didapatkan 0,000 lebih kecil dari D sebesar 0,05.
bahwa Sig t kurang dari D, maka H0 ditolak. Hal Nilai adjusted R Square sebesar 0,701. Hal
ini berarti bahwa variabel Stres Kerja (X2) ini berarti besarnya pengaruh total variabel
berpengaruh signifikan terhadap variabel Konflik Kerja (X1) dan Stres Kerja (X2) terhadap
Kepuasan Kerja (Y). Dengan nilai thitung yang variabel Kepuasan Kerja (Y) adalah sebesar 0,701
bernilai negatif, maka hal tersebut juga atau 70,1%, dan sisanya sebesar 29,9%
menunjukkan bahwa semakin rendah Stres Kerja dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti
(X2) yang dialami karyawan, maka semakin tinggi dalam penelitian ini. Variabel lain yang
Kepuasan Kerja (Y) pada PT. TASPEN berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan
(PERSERO) Cabang Malang, atau sebaliknya yang tidak diteliti dalam penelitian ini
semakin tinggi Stres Kerja (X2) yang dialami sebagaimana pendapat Milton dalam Sigit
karyawan, maka semakin rendah Kepuasan Kerja

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 7


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
(2003:120), yang menyebut dimensi-dimensi Kepuasan Kerja (Y). Hal ini berarti konflik yang
kepuasan kerja dipengaruhi oleh kerja, bayaran, terjadi pada karyawan akan menyebabkan
promosi, pengakuan, kondisi kerja, teman sekerja, penurunan kepuasan kerja karyawan yang
penyeliaan, perusahaan dan manajemen. bersangkutan dan ini didukung oleh pendapat dari
Selanjutnya, dapat disimpulkan bahwa jika De Dreu dalam Alfiah (2013:197) yang
variabel Konflik Kerja (X1) dan Stres Kerja (X2) menyatakan bahwa konflik yang terjadi dalam
jika bersama-sama (simultan) meningkat, maka perusahaan dapat berpengaruh negatif dengan
akan menurunkan Kepuasan Kerja (Y). Demikian kepuasan kerja.
juga sebaliknya, apabila variabel Konflik Kerja
(X1) dan Stres Kerja (X2) jika bersama-sama Konflik kerja yang dialami karyawan pada
(simultan) menurun, maka akan meningkatkan PT. TASPEN (PERSERO) Cabang Malang harus
Kepuasan Kerja (Y). lebih diperhatikan lagi. Hal ini dikarenakan jika
konflik kerja yang terjadi di perusahaan rendah,
4.5.3. Pengaruh Parsial Konflik Kerja (X1) maka kepuasan kerja karyawan akan meningkat.
dan Stres Kerja (X2) terhadap Kepuasan Maka dari itu diperlukan pengelolaan konflik yang
Kerja (Y) baikn dengan cara metode manajemen konflik.
Gitosudarmo (2000:118) menjelaskan bahwa ada
1. Variabel Konflik Kerja (X1) beberapa strategi untuk mengelola konflik dalam
organisasi. Strategi tersebut adalah dengan cara
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan
penghindaran, intervensi kekuatan,
menggunakan analisis regresi linier berganda,
penggembosan, dan resolusi. Dengan menerapkan
variabel Konflik Keja (X1) memiliki koefisien
strategi-strategi tersebut, kepuasan kerja karyawan
sebesar -0,300, nilai thitung sebesar -2,772 dengan
akan menjadi lebih baik dan perusahaan pun dapat
nilai signifikansi sebesar 0,009, sehingga variabel
mencapai tujuannya.
Konflik Keja (X1) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Kepuasan Kerja (Y). hal ini 2. Variabel Stres Kerja (X2)
berdasarkan nilai signifikansi yang lebih kecil dari
alpha yang digunakan yaitu sebesar 0,050. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan
menggunakan analisis regresi berganda, variabel
Koordinasi kerja yang meliputi bergantung Stres Kerja (X2) memiliki koefisien sebesar -
kepada teman sekerja dalam bekerja dan keraguan 0,312, nilai thitung sebesar -6,231 dengan nilai
dalam menjalankan tugas karena tidak terstruktur signifikansi sebesar 0,000, sehingga variabel Stres
dalam rincian tugas dapat membuat penurunan Kerja (X2) memiliki pengaruh yang signifikan
kepuasan kerja karyawan. Sistem kontrol terhadap Kepuasan Kerja (Y). Hal ini berdasarkan
organisasi yang meliputi kelemahan manajer nilai signifikansi yang lebih kecil dari alpha yang
dalam melaksanakan sistem penilaian kinerja, digunakan yaitu sebesar 0,050.
kurang koordinasi antar bagian, dan persaingan
tidak sehat dalam memperoleh penghargaan juga Tekanan dalam hal kebebasan berbicara
dapat menurunkan kepuasan kerja karyawan dengan rekan-rekan sekerja dan terbandingkan
dalam perusahaan. dengan hasil kerja rekan-rekan yang lain dapat
mempengaruhi kondisi psikis karyawan. Bingung
Berdasarkan hasil analisis regresi linier dalam memahami batas-batas tugas dan
berganda, variabel Konflik Kerja (X1) merupakan tanggungjawab dan bingung dalam memahami
salah satu faktor yang berpengaruh signifikan kepada siapa pertanggungjawaban tugas harus
terhadap Kepuasan Kerja (Y). Hasil penelitian ini dilakukan juga mempengaruhi stres yang dialami
sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan karyawan. Dengan beban tugas semakin berat
oleh Hartanti (2010) dan Herdianita (2011) yang dibanding dengan standar yang telah ditentukan,
menunjukkan Konflik Kerja (X1) secara parsial beban tugas terlalu berlebihan dibandingkan
berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja dengan rekan-rekan sekerja mengakibatkan
(Y). Dari hasil analisis regresi linier berganda juga karyawan merasa diperlakukan tidak adil oleh
didapatkan bahwa Konflik Kerja (X1) memiliki perusahaan yang dapat mempengaruhi kepuasan
pengaruh signifikan negatif terhadap Kepuasan karyawan.
Kerja (Y), artinya semakin tinggi Konflik Kerja
(X1) Karyawan, maka akan semakin rendah

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 8


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Berdasarkan hasil analisis regresi linier Kerja Karyawan sebesar 3,63, yang berarti
berganda, variabel Stres Kerja (X2) merupakan bahwa variabel Konflik Kerja dan Stres Kerja
salah satu faktor yang berpengaruh signifikan di PT. TASPEN (PERSERO) Cabang Malang
terhadap Kepuasan Kerja (Y). Hasil penelitian ini berada pada tingkat sedang, yang artinya
sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Konflik Kerja dan Stres Kerja yang terjadi di
oleh Lubis (2011) yang menunjukkan bahwa PT. TASPEN (PERSERO) Cabang Malang
secara parsial, variabel Stres Kerja (X2) masih dalam keadaan yang wajar dan dalam
berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja kondisi aman. Sedangkan variabel Kepuasan
(Y). Dari hasil analisis regresi linier berganda juga Kerja Karyawan di PT. TASPEN
didapatkan bahwa Stres Kerja (X2) memiliki (PERSERO) Cabang Malang berada pada
pengaruh signifikan negatif terhadap Kepuasan tingkat tinggi, yang artinya Kepuasan Kerja
Kerja (Y), artinya semakin tinggi Stres Kerja (X2) Karyawan di PT. TASPEN (PERSERO)
Karyawan, maka akan semakin rendah Kepuasan Cabang Malang sudah tercapai.
Kerja (Y). Hal ini berarti stres yang terjadi pada 2. Konflik Kerja (X1) dan Stres Kerja (X2)
karyawan akan menyebabkan penurunan kepuasan berpengaruh simultan dan signifikan terhadap
kerja karyawan yang bersangkutan dan ini Kepuasan Kerja (Y) karyawan pada PT.
didukung oleh pendapat dari Robbins dalam TASPEN (PERSERO) Cabang Malang,
Tunjungsari (2011:2) yang mengemukakan bahwa mengacu pada nilai Fhitung sebesar 41,986
dampak stres pada kepuasan kerja dapat langsung yang lebih besar dari Ftabel sebesar 3,275, dan
terjadi. Ketegangan yang terkait dengan pekerjaan signifikansi F sebesar 0,000 lebih kecil dari D
cenderung mengurangi kepuasan kerja karyawan. (0,05).
3. Konflik Kerja (X1) dan Stres Kerja (X2)
Stres yang dialami para karyawan harus memberikan pengaruh negatif secara parsial
segera diatasi karena apabila dibiarkan terus- dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja (Y)
menerus akan menurunkan kepuasan kerja karyawan pada PT. TASPEN (PERSERO)
karyawan. Oleh karena itu, PT. TASPEN Cabang Malang, mengacu pada nilai thitung
(PERSERO) Cabang Malang harus menciptakan untuk masing-masing variabel tersebut.
situasi yang kondusif terutama pada beban kerja,
komunikasi, dan keselarasan tujuan dengan 5.2. Saran
manajemen stres kerja berupa pendekatan- Berkaitan dengan hasil penelitian yang telah
pendekatan terhadap stres kerja. Davis dalam dilakukan tentang Konflik Kerja dan Stres Kerja,
Mangkunegara (2007:157-159), mengemukakan terdapat beberapa saran yang dapat diberikan:
bahwa pendekatan untuk manajemen stres kerja
adalah pendekatan dukungan sosial, pendekatan 1. Untuk membuat Kepuasan Kerja (Y)
melalui meditasi, pendekatan melalui biofeedback, karyawan pada PT. TASPEN (PERSERO)
dan pendekatan kesehatan pribadi. Dengan Cabang Malang menjadi meningkat,
dilakukannya manajemen stres kerja tersebut, sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan
diharapkan kepuasan kerja karyawan akan Konflik Kerja (X1) dan Stres Kerja (X2) yang
meningkat dan tujuan karyawan dapat tercapai dialami karyawan. Hal ini dilakukan untuk
secara efektif dan efisien. sebisa mungkin Konflik Kerja (X1) dan Stres
Kerja (X2) yang dialami karyawan tetap dapat
5. KESIMPULAN DAN SARAN dikontrol agar tetap berada pada tingkat
5.1. Kesimpulan sedang atau bisa juga menurunkan tingkat
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis Konflik Kerja (X1) dan Stres Kerja (X2) para
data yang telah dilakukan baik menggunakan karyawannya.
analisis deskriptif, analisis regresi linier berganda 2. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa
serta uji simultan (uji F) dan uji parsial (uji t), variabel Stres Kerja (X2) mempunyai
maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai pengaruh yang lebih dominan dalam
berikut: mempengaruhi Kepuasan Kerja (Y)
karyawan. Maka hendaknya perusahaan lebih
1. Berdasarkan hasil analisis deskriptif memperhatikan sumber-sumber Stres Kerja
menunjukkan bahwa nilai mean variabel (X2) yang terkait dengan konflik peran,
Konflik Kerja sebesar 3,14, variabel Stres ambiguitas peran, beban tugas berlebih,
Kerja sebesar 3,04, dan variabel Kepuasan tanggungjawab, dan pengembangan karir.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 9


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Karena jika sumber-sumber Stres Kerja (X2) kesembilan. Bandung: PT. Remaja
karyawan meningkat, maka Kepuasan Kerja Rodaskarya Offset.
(Y) karyawan akan menurun dan dapat Mulyani, S. 2008. Pengaruh Stres Kerja terhadap
mempengaruhi kinerja perusahaan. Afektivitas Negatif, Pemberdayaan
3. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa Psikologis, Kepuasan Kerja dan Kinerja.
kontribusi variabel Konflik Kerja (X1) dan Disertasi; Malang, Universitas Brawijaya.
Stres Kerja (X2) terdapat sisa 29,9% yaitu Rivai, V. dan E.J. Sagala. 2010. Manajemen
variabel lain yang tidak diteliti dalam Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan:
penelitian ini dimana variabel lain tersebut Dari Teori ke Praktik. Edisi 2. Jakarta:
bisa mempengaruhi Kepuasan Kerja Rajawali Pers.
Karyawan. Secara teori, variabel lain terdapat Robbins, S.P. dan T.A. Judge. 2003. Perilaku
pada kerja, bayaran, promosi, pengakuan, Organisasi. Edisi ke-12. Jakarta: Salemba
kondisi kerja, teman sekerja, penyeliaan, Empat.
perusahaan dan manajemen. Sangat Sunyoto, D. 2012. Manajemen Sumber Daya
diharapkan dalam penelitian selanjutnya Manusia. Cetakan 1. Yogyakarta: CAPS
untuk meneliti variabel tersebut karena (Center for Academic Publishing Service).
kemungkinan adanya pengaruh terhadap Tunjungsari, P. 2011. Pengaruh Stres Kerja
Kepuasan Kerja Karyawan. Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada
Kantor Pusat PT. Pos Indonesia (Persero)
DAFTAR PUSTAKA Bandung. Jurnal Fakultas Ekonomi
Alfiah, J. 2013. Pengaruh Konflik Terhadap Universitas Komputer Indonesia, Vol. 1 No.
Kepuasan Kerja Melalui Kepercayaan. 1:1-14.
Jurnal Ilmu Manajemen, 1(1):197-208. Wahyudi dan Akdon. 2005. Manajemen Konflik
Faisal, S. 2008. Format-format Penelitian Sosial. dalam Organisasi. Bandung: Alfabeta.
Edisi 1. Jakarta: Rajawali Pers. Winardi. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi.
Gitosudarmo, I. dan I. N. Sudita. 2000. Perilaku Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Organisasi. Edisi Pertama. Cetakan Kedua.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Handoko, T. H. 2001. Manajemen Personalia dan
Sumber Daya Manusia. Edisi 2. Cetakan
kelimabelas. Yogyakarta: BPFE.
Hasibuan, M.S.P. 2009. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Edisi Revisi. Cetakan ketigabelas.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ivancevich, J.M., R. Konopaske, dan M.T.
Matteson. 2007. Perilaku dan Manajemen
Organisasi. Alih Bahasa Gina Gania. Edisi
Ketujuh. Jilid Kedua. Jakarta: Gelora Aksara
Pratama.
Keputusan Menteri Keuangan RI No:
812/KMK.03/1988 tanggal 23 Agustus 1988
dan keputusan Menteri Dalam Negeri RI
No: 842.1-755 tanggal 27 September
tentang penugasan PT. TASPEN
(PERSERO) untuk melaksanakan
pembayaran pensiun bagi Pegawai Negeri
Sipil dan Daerah Otonomi di Pulau Jawa
dan Madura
Kreitner, R. dan A. Kinicki. 2001. Organizational
Behavior. Fifth Edition. New York: Mc.
Graw Hill Education.
Mangkunegara, A.A.P. 2007. Manajemen Sumber
Daya Manusia Perusahaan. Cetakan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014| 10


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

You might also like