You are on page 1of 7

Bandung Conference Series: Medical Science https://doi.org/10.29313/bcsms.v3i1.

6253

Kurangnya Aktivitas Fisik dapat Mengakibatkan Obesitas Sentral


Syahrir Zein Rumatumia*, Yuke Adriane, Winni Maharani
Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam
Bandung, Indonesia.
*
Syahrirzein2402@gmail.com, adrianeyuke@gmail.com , winni.md@gmail.com

Abstract. Obesity is a condition that exceeds a person's relative body weight. Obesity
can be caused by a lack of physical activity. Ambon province is one of the provinces
that does less physical activity in Indonesia. Maluku is a district that has relatively
the most problems with central obesity which has a number above the national rate
(24.1%). This study aims to determine the relationship between physical activity
using the IPAQ questionnaire with central obesity in adults in Amantelu Village,
Sirimau District, Ambon City. This research uses observational analytic method with
cross sectional research design. The research sample was the people of Amantelu
Village, Sirimau District, Ambon City who met the criteria, a total of 70 respondents
who were conducted in March - December 2022 using the accidental sampling
method. Data were collected using the IPAQ questionnaire for physical activity and
measuring waist circumference for obesity. Data were analyzed using pearson
statistical analysis. The results showed that 51% of respondents had moderate
physical activity, 46% of respondents had strenuous activity. The results of the
description of obesity found that 74% of respondents did not experience central
obesity. The results showed that there was a positive correlation (r = 0.280) between
physical activity and central obesity in the adult community in Amantelu Village,
Sirimau District, Ambon City. The lower a person's activity, the higher the risk level
of central obesity.
Keywords: Central Obesity, IPAQ, Physical Activity.

Abstrak. Obesitas adalah suatu kondisi yang melebihi berat badan relatif seseorang.
Obesitas dapat disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik. Provinsi Ambon
merupakan salah satu provinsi yang kurang melakukan aktivitas fisik di Indonesia.
Maluku merupakan kabupaten yang relatif paling banyak mengalami masalah
obesitas sentral dengan angka di atas angka nasional (24,1%). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik menggunakan kuesioner IPAQ dengan
obesitas sentral pada orang dewasa di Desa Amantelu Kecamatan Sirimau Kota
Ambon. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain
penelitian cross sectional. Sampel penelitian adalah masyarakat Desa Amantelu
Kecamatan Sirimau Kota Ambon yang memenuhi kriteria sebanyak 70 responden
yang dilakukan pada bulan Maret – Desember 2022 dengan menggunakan metode
accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner
IPAQ untuk aktivitas fisik dan pengukuran lingkar pinggang untuk obesitas. Data
dianalisis dengan menggunakan analisis statistik pearson. Hasil penelitian
menunjukkan 51% responden melakukan aktivitas fisik sedang, 46% responden
melakukan aktivitas berat. Hasil gambaran obesitas didapatkan 74% responden tidak
mengalami obesitas sentral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi
positif (r = 0,280) antara aktivitas fisik dengan obesitas sentral pada masyarakat
dewasa di Desa Amantelu Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Semakin rendah
aktivitas seseorang, semakin tinggi tingkat risiko obesitas sentral.
Kata Kunci: Aktivitas Fisik, IPAQ, Obesitas Sentral.

Corresponding Author
Email: adrianeyuke@gmail.com 460
Kurangnya Aktivitas Fisik dapat Mengakibatkan Obesitas Sentral | 461

A. Pendahuluan
Obesitas adalah suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relatif seseorang, sebagai akibat
penumpukan zat gizi terutama karbohidrat, protein dan lemak (Yosa NurSidiq Fadhilah et al.,
2021). Kondisi tersebut disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan
kebutuhan energi, yaitu konsumsi makanan (yang terlalu banyak) dibandingkan dengan
kebutuhan atau pemakaian energi (yang lebih sedikit). 1
Berdasarkan data dari National Health and Nutrition Examination Survey, prevalensi
berat badan berlebih pada orang dewasa dan anak mengalami peningkatan di seluruh dunia. Di
Amerika sebanyak lebih dari 78 juta orang dewasa dan 12,5 juta anak – anak dan remaja
mengalami obesitas dengan peningkatan prevalensi sebesar 2% per tahun 2016 hingga 2019. 2
Berdasarkan laporan gizi global atau Global Nutrition Report (2014), Indonesia termasuk ke
dalam 17 negara yang memiliki 3 permasalahan gizi sekaligus , yaitu stunting (pendek), wasting
(kurus), dan juga overweight (obesitas).2
Menurut Data Riset Kesehatan Dasar kondisi anak Indonesia sebanyak 8 dari 100 anak
mengalami obesitas. Data tahun 2013 berdasarkan Riskesdas untuk usia >15 tahun sebesar 19,7
% untuk laki-laki dan 32,9 % untuk perempuan. Angka ini meningkat pesat dari tahun-tahun
sebelumnya.2
Jenis Kelamin Prevalensi Obesitas Pada Penduduk Umur > 18 Tahun Menurut Jenis
Kelamin Laki – Laki 26,60 Perempuan 44,40 pad tahun 2018.2
Kelebihan berat badan dan kegemukan (obesitas) merupakan faktor risiko dari berbagai
penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus tipe 2, hipertensi, penyakit jantung, dan kanker.
Asosiasi Jantung Amerika (AJA) mengidentifikasi obesitas sebagai faktor risiko utama dari
penyakit jantung koroner.3 Kenaikan berat badan setelah usia dewasa muda berhubungan
dengan peningkatan risiko kejadian penyakit jantung koroner. Studi kohort pada orang dewasa
muda menunjukkan bahwa mereka yang berat badannya meningkat lebih dari 2,5 kg dalam 15
tahun mengalami peningkatan dalam faktor risiko penyakit jantung koroner dan tingginya angka
kejadian sindrom metabolik dan komponennya, seperti lemak dan tekanan darah. 3
Obesitas sentral yaitu obesitas yang menyerupai apel, yaitu lemak disimpan pada bagian
pinggang dan rongga perut. Penumpukan lemak ini diakibatkan oleh jumlah lemak berlebih pada
jaringan lemak subkutan dan lemak viseral perut. Penumpukan lemak pada jaringan lemak
viseral merupakan bentuk dari tidak berfungsinya jaringan lemak subkutan dalam menghadapi
kelebihan energi akibat konsumsi lemak berlebih. 4
Obesitas sentral dapat diukur menggunakan metode rasio lingkar pinggang dan pinggul
(RLPP). Batasan untuk menyatakan status obesitas sentral untuk laki- laki dengan lingakr
pinggang (LP) > 90 cm dan perempuan lingkar pinggang (LP) > 80 cm. Obesitas sentral salah
satu penyebab terjadinya penyakit-penyakit degeneratif, antara lain diabetes millitus tipe 2,
dislipidemia, penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker dan sindrom metabolik . 4
Obesitas sentral pada usia dewasa di Indonesia tahun 2007 mengalami peningkatan di
tahun 2013 yaitu pada kelompok usia 25-34 tahun (17,9%) menjadi (26,1%), 35- 44 tahun
(24,4%) menjadi (35,1%).4 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 melaporkan
prevalensi obesitas pada dewasa di Indonesia meningkat dari 14,8% di tahun 2013 menjadi
21,8%. Prevalensi obesitas pada perempuan (29,3%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki
(14,5%). Sementara itu, prevalensi obesitas sentral pada usia ≥15 tahun sekitar 31% dengan
prevalensi pada perempuan (46,7%) lebih tinggi daripada laki-laki (15,7%).4
Seiring dengan bertambahnya usia, prevalensi obesitas sentral mengalami peningkatan.
Peningkatan usia akan mengingkatkan kandungan lemak tubuh total, terutama distribusi lemak
pusat. Prevalensi obesitas sentral meningkat sampai dengan usia 44 tahun dan menurun kembali
pada usia 45-54 tahun. Prevalensi obesitas sentral ditemukan lebih tinggi pada sampel dengan
usia lebih tua. Pada usia lebih tua terjadi penurunan massa otot dan perubahan beberapa jenis
hormon yang memicu penumpukan lemak perut.4
Obesitas sentral disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor lingkungan, faktor
perilaku, dan faktor genetik. Faktor lingkungan sebagai komponen yang mempunyai pengaruh
terhadap obesitas, dimaknai sebagai suatu hal yang dapat mendorong seseorang dalam
mengonsumsi makanan sehari-hari yang kemudian akan berdampak pada terjadinya obesitas.

Medical Science
462 | Syahrir Zein Rumatumia, et al.

Faktor lingkungan tersebut dapat ditinjau dari faktor lingkungan sosial dan budaya seseorang.
Faktor lingkungan pula meliputi status sosial ekonomi, pekerjaan, usia, tingkat pendidikan, dan
jenis kelamin.5
Obesitas juga disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko utama
dari kejadian obesitas. Rendahnya prevalensi dari kejadian obesitas berkaitan dengan tingginya
aktivitas fisik. Hasil penelitian dengan adanya hubungan aktivitas fisik dan pola makan dengan
obesitas sentral (Berrington DGA, 2010; Brock DW, 2009)
World Health Organization menyebutkan bahwa aktivitas fisik ialah segala bentuk
pergerakan badan yang diproduksi oleh otot skeletal yang membutuhkan pengeluaran energi.
Tidak melakukan aktivitas fisik diidentifikasi menjadi penyebab tertinggi keempat terhadap
mortalitas global (6% kematian global). Berbagai manfaat didapatkan dari aktivitas fisik
diantaranya ialah dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner, stroke, diabetes,
hipertensi, kanker kolon, kanker payudara dan depresi. Selain itu, aktivitas fisik merupakan
kunci dari pengeluaran energi yang sangat penting dalam rangka menyeimbangkan energi dan
kontrol berat badan bagi seseorang. 6
Salah satu metode yang bisa digunakan untuk memperkirakan Aktifitas fisik sesuai
dengan kalori yang ingin kita bakar atau sebaliknya yaitu MET (Metabolic Equivalent). MET
adalah satuan yang digunakan untuk mengestimasi energi yang dikeluarkan dari setiap
melakukan suatu aktivitas, MET dapat dianggap sebagai indeks dari intensitas kegiatan :
misalanya berjalan lambat (misalnya 3 km / jam) akan membutuhkan dua kali energi yang rata-
rata orang mengkonsumsi saat iistirahat (misalnya, duduk dengan rileks). 7. Untuk menghitung
berapa kalori yang dikeluarkan maka digunakan persamaan :
Kalori = MET (nilai dalam tabel) x Berat Badan x Waktu (menit atau jam) 7
Berdasarkan analisis data pada penelitian ini, diketahui bahwa mereka yang mengalami
obesitas, baik obesitas indeks massa tubuh (IMT) maupun obesitas sentral lebih banyak yang
mengalami ketidak normalan pemeriksaan biomedis. Obesitas dan obesitas sentral dapat
mengidentifikasi individu yang memiliki risiko penyakit kardiovaskular. 6
Karena provinsi ambon merupakan salah satu provinsi yang kurang melakukan
aktiuvitas fisik di indionesia berdasarkan hasil riskesdas kegiatan aktivitas fisik dikategorikan
‘cukup’ apabila kegiatan dilakukan terus menerus sekurangnya 10 menit dalam satu kegiatan
tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama lima hari dalam satu minggu. Hampir
separuh penduduk kota ambon (49.1%) kurang melakukan aktivitas fisik dan Obesitas sentral
dianggap sebagai faktor resiko yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif.
Kabupaten yang relatif paling banyak mempunyai masalah obesitas sentral adalah kabupaten
Maluku, di atas angka nasional (24.1%). Menunjukkan bahwa obesitas sentral menurut
karakteristik di Provinsi Maluku tertinggi pada umur 45-54 tahun (21.9%), lebih banyak terjadi
pada perempuan (25.9%), tertinggi pada mereka dengan pendidikan tinggi (24.7%), status kerja
sebagai ibu rumah tangga (34.4%) dan lebih banyak ditemukan di perkotaan.19
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang
yang berlebih-lebihan.”(QS. AL-A`raf: 31)8
Wahai anak cucu Adam, pastikan diri kalian ketika akan melaksanakan shalat berada
dalam kondisi berhias sesuai yang disyariatkan dengan mengenakan pakaian yang menutup
aurat, memperhatikan kebersihan dan kesucian dan lain sebagainya. Makan dan minumlah dari
barang yang baik-baik yang di karuniakan Allah kepada kalian, dan janganlah kalian melampaui
batas kewajaran dalam hal itu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas dan berlebihan dalam makanan dan minuman dan hal lainna. 9’
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu
1. Mengetahui prevalensi obesitas sentral pada orang dewasa di Kelurahan Amantelu
Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.
2. Mengetahui gambaran tingkat aktivitas fisik mengunakan IPAQ pada orang dewasa di
Kelurahan Amantelu Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.
3. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik menggunakan IPAQ dengan obesitas
sentral pada orang dewasa di Kelurahan Amantelu Kecamatan Sirimaum, Kota Ambon.

Vol. 3 No. 1 (2023), Hal: 460-466 ISSN: 2828-2205


Kurangnya Aktivitas Fisik dapat Mengakibatkan Obesitas Sentral | 463

B. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di
Kelurahan Amantelu Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua masyarakat yang telah memenuhi kriteria dalam penelitian, jumlah responden pada
penelitian ini berjumlah 70 orang.
Variabel independent pada penelitian ini adalah obesitas sentral dengan variabel
dependent adalah Aktivitas fisik. Data obesitas sentral dan aktivitas fisik dikumpulkan dengan
cara melakukan pengisian kuesioner secara online melalui google form oleh responden dan
secara langsung mengukur lingkar pinggang. Kemudian, data dianalisis menggunakan uji Chi
Square untuk melihat hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas sentral pada responden.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil penelitian terhadap 70 responden diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur

Frequency Frekuensi (n) Presentase (%)

<20 tahun 1 1

20-25 tahun 38 54

26-30 tahun 26 3

31-35 tahun 3 4

>35 tahun 2 3

Total 70 100

Tabel 1 menunjukan bahwa distribusi umur responden dalam penelitian paling banyak
20-25 tahun yaitu tepatnya berumur 24 tahun, diketahui umur termuda responden yang
berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu 19 tahun dan paling tua berumur 38 tahun.
Tabel 2. Gambaran Aktivitas Fisik Responden

Minimal-
Presentase
Tingkat Frekuensi (n) Mean Maksimal CI (95%)
(%)
(SD)

Ringan 2 3

Sedang 36 51 440 – 3585 1394.53 –


Berat 32 46 1563.14 (707.130) 1731.75

Total 70 100

Tabel 2 menunjukan bahwa aktivitas fisik responden sebagian besar pada tingkat sedang
yaitu sebanyak 36 orang (51%)

Medical Science
464 | Syahrir Zein Rumatumia, et al.

Tabel 3. Distribusi Skor Aktivitas Fisik

Variabel Mean Minimal – Maksimal (SD) CI (95%)


Aktivitas Fisik 1563.14 440 – 3585 (707.130) 1394.53 – 1731.75

Tabel 3 menunjukkan skor mean kegiatan fisik partisipan sejumlah 1.563,14 MET
menit/minggu (95% CI: 1394,53 – 1731,75) dengan standar deviasi 707,130 MET
menit/minggu. Nilai paling rendah di angka 440 MET menit/minggu, dan paling tinggi di angka
3.585 MET menit/minggu. Estimasi interval mendapati bahwasanya 95% diyakini rata-rata skor
aktivitas fisik partisipan ialah diantara 1394,53 hingga 1731,75 MET menit/minggu atau
termasuk kategori sedang sampai berat

Tabel 4 Gambaran Obesitas Sentral

Tingkat Frekuensi (n) Presentase (%)

Obesitas 18 26

Tidak Obesitas 52 74

Total 70 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak obesitas yakni sejumlah
52 orang (74%). Di bawah ini disajikan data penyebaran obesitas dari partisipan.
Tabel 5. Distribusi Obesitas Sentral

Variabel Mean Minimal – Maksimal (SD) CI (95%)


Obesitas Sentral 87.44 81 – 98 (44.612) 86.38 – 88.51

Tabel 5 menunjukkan Temuan analisis membuktikan skor mean (rata-rata) obesitas


sentral partisipan ialah 87.44 cm (95% CI: 86.38 – 88.51) dengan standar deviasi 44.612.
Tabel 6. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas Sentral

Variabel Mean SD R p
Aktivitas Fisik 1563.14 707.130
0,280 0,019
Obesitas Sentral 87.44 44.612

Tabel 6 menunjukkan korelasi (r) antara aktivitas fisik dengan obesitas sentral sejumlah
0,280 dengan arah positif. Skor koefisien korelasi sejumlah 0,280 dengan tingkat korelasi lemah
sehingga berkemungkinan terdapat variabel lain yang mempunyai korelasi lebih besar seperti
kesalahan pola makan, pola tidur dan lain-lain.
Korelasi antara kedua variabel dianggap signifikan dikarenakan skor p sejumlah 0,019
(p-value < 0,05) dan skor p < α yang menunjukkan temuan studi dengan tingkatan kepercayaan
hingga 95%. Skor p < 0,05 mengindikasikan terdapat korelasi yang signifikan antara kegiatan
fisik dengan obesitas sentral pada masyarakat usia dewasa di Kelurahan Amantelu Kecamatan
Sirimau, Kota Ambon.
Nilai r (0,280) menunjukkan dapat dinyatakan bahwasanya aktivitas fisik berkorelasi
cukup terhadap obesitas sentral pada masyarakat usia dewasa di Kelurahan Amantelu
Kecamatan Sirimau, Kota Ambon dan di luar itu terdapat variabel lain yang tidak termasuk
dalam kajian studi.

Vol. 3 No. 1 (2023), Hal: 460-466 ISSN: 2828-2205


Kurangnya Aktivitas Fisik dapat Mengakibatkan Obesitas Sentral | 465

Temuan studi yang dilaksanakan di Kelurahan Amantelu Kecamatan Sirimau, Kota


Ambon melalui analisis uji statistik pearson mendapati temuan korelasi (r) antara kegiatan fisik
dengan kadar glukosa darah puasa ialah sejumlah 0,280 (arah positif) yang mengindikasikan
bahwasanya apabila terdapat kenaikan dari aktivitas fisik, maka akan terjadi penurunan obesitas
sentral. Hubungan antar variabel tersebut dinyatakan signifikan dikarenakan skor p value
sejumlah 0,019 (p value < 0,05) serta skor p < α. Oleh karena itu, hipotesa studi diterima yang
mengartikan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kegiatan fisik dengan obesitas sentral
pada masyarakat usia dewasa di Kelurahan Amantelu Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.

D. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas sentral pada orang dewasa di
Kelurahan Amantelu Kecamatan Sirimau, Kota Ambon mayoritas partisipan beraktivitas fisik
dalam kategori sedang dan berat. Rata-rata skor kegiatan tersebut sejumlah 1.563,14 MET
menit/minggu dengan skor aktivitas fisik paling rendah ialah 440 MET menit/minggu daserta
paling tinggi ialah 3.585 MET menit/minggu. Sehingga ditemukan adanya hubungan yang
positif antara aktivitas fisik dengan obesitas sentral pada masyarakat usia dewasa di Kelurahan
Amantelu Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.

Acknowledge
Peneliti berterima kasih kepada Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, serta kepada
para responden yang sudah berpartisipasi untuk ikut serta dalam penelitian.

Daftar Pustaka
[1] Nurcahyo F. Kaitan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik. Medikora. (1), 87–96 (2015)
[2] Nurhayati, T. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Lingkar Pinggang Pada Masyarakat
Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran Jawa Barat. Jurnal Pendidikan Jasmani Dan
Olahraga, 3(2), 148–152 (2018).
[3] Sudikno, Herdayati M, Besral. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada
Orang Dewasa di Indonesia. Gizi Indones. 33(1):37–49 (2010).
[4] Puspitasari N. Kejadian Obesitas Sentral pada Usia Dewasa. HIGEIA (Journal Public
Heal Res Dev. 2(2):249-259 (2018).
[5] Septiyanti, Seniwati. Obesitas dan Obesitas Sentral pada Masyarakat Usia Dewasa di
Daerah Perkotaan Indonesia. J Ilm Kesehat. 2(3):118–127 (2020).
[6] Farradika Y, Umniyatun Y, Nurmansyah MI, Jannah M. Perilaku Aktivitas Fisik dan
Determinannya pada Mahasiswa Fakultas Ilmu - Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. ARKESMAS (Arsip Kesehat Masyarakat). 4(1):134-
142 (2019).
[7] Riskesdas, 2007 - Province Report 81 MALUKU
[8] Badan B. MET ( Metabolic Equivalent ). Published online (2013).
[9] https://quran.kemenag.go.id/ (2023)
[10] https://tafsirweb.com/2485-surat-al-araf-ayat-31.html (2008)
[11] Lasabuda T, Wowor PM, Mewo Y. Gambaran Indeks Massa Tubuh (Imt) Jamaah Mesjid
Al- Fatah Malalayang. J e-Biomedik. 3(3):9–12 (2015).
[12] Frisca F, Karjadidjaja I, Santoso AH. Prevalensi Obesitas Sentral Berdasarkan Lingkar
Pinggang Pada Pengemudi Bus Antar Kota. J Muara Sains, Teknol Kedokt dan Ilmu
Kesehat. 3(2):231(2020).
[13] Oktriani, S. Physical Activity in Elderly: An Analysis of Type of Sport Taken by Elderly
in Bandung. Jurnal Pendidikan Jasmani Dan Olahraga, 4(1), 62–67 (2019).
[14] Turege, J. N., Kinasih, A., & Kurniasari, M. D. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan
Obesitas di Puskesmas Tegalrejo, Kota Salatiga. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan, 10(1), 256 (2019).
[15] Kusumo MP. Pemantauan Aktivitas Fisik.; (2020).

Medical Science
466 | Syahrir Zein Rumatumia, et al.

[16] Physical activity guidelines for Americans. Okla Nurse. 53(4):25 2008.
[17] Widiyatmoko F, Hadi H. Tingkat Aktivitas Fisik Siswa Di Kota Semarang. J Sport Area.
[18] Ahmad MH, Salleh R, Mohamad Nor NS, et al. Comparison between self-reported
physical activity (IPAQ-SF) and pedometer among overweight and obese women in the
MyBFF@home study. BMC Womens Health.18 (2018).
[19] FOGELHOLM M, MALMBERG J, SUNI J, et al. International Physical Activity
Questionnaire. Med Sci Sport Exerc. 38(4):753–760 2006.
[20] Forde C. Scoring the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) Exercise
Prescription for the Prevention and Treatment of Disease. Scoring Int Phys Act Quest.
Published online 2–4 (2005).
[21] Lakshminarayanan, S. et al. ‘O riginal Article Effectiveness of physical activity
promotion in blood pressure and blood sugar reduction : A community – based
intervention study in rural south India’, 19(2), pp. 81–87 (2012).
[22] Widodo, C., Tamtomo, D. and Prabandari, A. N. ‘Hubungan Aktifitas Fisik , Kepatuhan
Mengkonsumsi Obat Anti Diabetik dengan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus
di Fasyankes Primer Klaten The Relationship Between of Physical Activity and
Adherence to Take Oral Patient in the Primary Fasilitaty Hea’, 2(36), pp. 63–69 (2016).
[23] WHO (2016) WHO | Physical activity, World Health Organisation Fact Sheet. Available
at: http://www.who.int/topics/physical_activity/en/ (Accessed: 6 November 2017).
[24] Yosa NurSidiq Fadhilah, Suganda Tanuwidjaja, & Asep Saepulloh. (2021). Hubungan
Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar Negeri 113
Banjarsari Kota Bandung Tahun 2019-2020. Jurnal Riset Kedokteran, 1(2), 80–84.
https://doi.org/10.29313/jrk.v1i2.449

Vol. 3 No. 1 (2023), Hal: 460-466 ISSN: 2828-2205

You might also like