You are on page 1of 8

artikel penelitian

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA SISWA


SMPN DI PEKANBARU
Atika Maulida Sari
Yanti Ernalia
Eka Bebasari
email:atikamaulidasari60@gmail.com

ABSTRACT
The prevalence of obesity in Riau Province among early adolescence class above the national
average figure based on data from Health Research (RISKESDAS) 2013. It is a serious problem.
Physical activity is the most dominant factor for increasing the obesity. Regular activity can regulate
body weight and prevent various diseases. This research was an observational analytical. This
research was conducted with the cross-sectional design in which samples were selected with a cluster
sampling method. Physical activity was obtained through a questionnaire of physical activity and the
incidence of obesity was assessed by measuring BMI. Based on this study of 279 samples were
obtained 68.8% of the respondents were female, as many as 55.9% of respondents had obese, and
52% of respondents mild physical activity. From the results of the analysis carried out there was no
significant relationship among physical activity with obesity (p = 0.480). So, there was no significant
relationship among physical activity with obesity at junior high school student’s in Pekanbaru (p>
0.05).

Keywords: Physical activity, obesity, Junior High School Student’s

PENDAHULUAN Obesitas yang tinggi pada remaja akan


Berdasarkan data Riset Kesehatan meningkatkan resiko penyakit degeneratif saat
Dasar (RISKESDAS) 2013 didapatkan dewasanya. Obesitas di pengaruhi oleh faktor
prevalensi status Keywords: Physical
gizi Provinsi cukup obesity, yang
Riauactivity, Student’s
tidakJunior
bisa High School yaitu genetik,
di modifikasi
tinggi diatas angka rata-rata nasional etnik, jenis kelamin dan umur serta faktor
khususnya pada golongan usia 5-12 tahun yang bisa di modifikasi yaitu asupan nutrisi,
yang merupakan golongan usia remaja dini, gaya hidup dan aktivitas fisik.4 Diantara faktor
dimana didapat kan prevalensi kurus 13,7%, yang bisa dimodifikasi aktivitas fisik
1
obesitas 17,8%. Prevalensi obesitas pada merupakan faktor yang paling dominan
remaja dini di daerah perkotaan lebih tinggi terjadinya obesitas.5 Kemajuan teknologi yang
dari daerah pedesaan yaitu sebesar 2,8%. semakin maju dari tahun ketahun memberikan
Sementara remaja dini di kota Pekanbaru kemudahan terhadap gaya hidup remaja serta
sendiri memiliki prevalensi kurus 9,3% menurunkan angka aktivitas fisik dalam
2
obesitas 24,8%. kegiatan sehari-hari.4 Aktivitas fisik yang
Dari data diatas menunjukkan dilakukan tidak teratur dan kurang akan
prevalensi obesitas lebih besar daripada menimbulkan penyakit di kemudian hari
prevalensi kurus pada remaja dini di kota seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes
pekanbaru. Obesitas pada remaja dini jika melitus tipe 2, osteoporosis, obesitas dan
dibiarkan tanpa penatalaksanaan yang jelas penyakit degeneratif saat dewasa.6 Aktivitas
akan berlanjut menjadi masalah kesehatan fisik yang ringan seperti duduk atau
yang serius di kemudian hari. Obesitas harus berbaring, berbicara, membaca, bermain
lah sedini mungkin diatasi jika tidak akan games serta menonton televisi lebih sering
berdampak pada ketersediaan sumber daya menimbulkan resiko penyakit jantung dan
3
manusia (SDM) yang berkualitas kedepannya. pembuluh darah.7

JOM FK Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 1


Kriteria aktivitas fisik Menurut
RISKESDAS 2013 terbagi dua yaitu aktif dan METODE PENELITIAN
kurang aktif, aktif dimana individu melakukan Penelitian ini merupakan penelitian
aktivitas fisik berat atau sedang atau keduanya, observasional analitik dengan desain cross
dan kurang aktif adalah individu yang sectional study yaitu penelitian dengan satu
melakukan aktivitas ringan. Proporsi kali pengamatan sekaligus pengisian lembaran
penduduk Indonesia berumur ≥10 tahun yang data responden dan wawancara untuk
melakukan aktivitas fisik aktif 73,9% dan mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan
kurang aktif 26,1%. Sementara di provinsi kejadian obesitas pada Siswa SMPN di
Riau penduduk usia ≥10 tahun termasuk Pekanbaru.10 Penelitian ini telah dilakukan di
golongan aktivitas fisik kurang aktif diatas SMPN 4 Pekanbaru, SMPN 10 Pekanbaru dan
rata-rata nasional yaitu 30,6%. Penduduk usia SMPN 13 Pekanbaru pada bulan Februari
≥10 tahun di kota Pekanbaru yang aktivitas 2016-April 2016. Populasi target penelitian ini
fisik aktif 63,4% dan kurang aktif 36,6% adalah semua siswa SMPN sederajat di
sementara pada golongan umur 10-14 tahun Pekanbaru. Populasi terjangkau adalah semua
aktif 42,5% dan kurang aktif 57,5%.1,2 siswa SMPN 4 Pekanbaru, SMPN 10
Berdasarkan survey pendahuluan yang Pekanbaru, dan SMPN 13 Pekanbaru.
dilakukan pada SMPN 4 Pekanbaru, SMPN Sampel penelitian ini adalah siswa
10 Pekanbaru, dan SMPN 13 Pekanbaru yang SMPN 4 Pekanbaru, SMPN 10 Pekanbaru, dan
telah dipilih random didapatkan persentase SMPN 13 Pekanbaru berusia 11-13 tahun,
overweight sebesar 20 % dari 60 siswa ini yang memenuhi kriteria inklusi yaitu Siswa
menunjukkan arah obesitas yang cukup jelas. terdiri dari remaja awal yaitu berusia 11-13
Siswa SMP kebanyakan dalam kegiatan tahun,bersedia menjadi responden dengan
sehari-hari melakukan aktivitas dengan gerak menandatangani informed consent dan
yang sedikit seperti bermain gadget, menonton melakukan semua persiapan ketentuan
televisi dan lebih memilih sedikit aktivitas di prosedur pengukuran yang telah ditetapkan
dalam ruangan. Siswa SMP menuntut ilmu dan IMT (Indeks Massa Tubuh) tergolong non
disekolah dengan jam pelajaran 8 kali 45 obesitas dan obesitas. Sedangkan kriteria
menit dengan waktu istirahat 2 kali 15 menit, inklusi nya adalah siswa yang memiliki
sementara jam pendidikan olahraga hanya 2 kelainan tulang belakang yang mengganggu
kali 45 menit per minggu nya, sehingga pengukuran tinggi badan dalam IMT,
terlihat aktivitas sedentary (aktivitas dengan mengalami oedema pada tungkai dan penyakit
sedikit gerak) lebih menarik untuk dilakukan kronis.
remaja saat ini. Variabel bebas pada penelitian ini
Dari hasil penelitian terdahulu oleh adalah aktivitas fisik dan variabel terikatnya
Sherly, terdapat hubungan yang bermakna adalah kejadian obesitas. Data didapat dari
aktivitas fisik dan status gizi pada mahasiswa lembar wawancara untuk mengetahui identitas
selaku remaja akhir (p = 0,000) serta siswa (nama, usia dan jenis kelamin), serta
penelitian yang dilakukan oleh Sorongan pernyataan kesediaan menjadi responden serta
menyatakan hal yang sama.8,9 Berdasarkan pengisian kuesioner aktivitas fisik secara
uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk wawancara individu. Kegiatan atau aktivitas
melakukan penelitian tentang hubungan antara yang biasa dilakukan dari bangun tidur hingga
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada kembali tidur dalam tiga bulan terakhir ini.
siswa SMPN di Pekanbaru dalam hal ini telah Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini
dipilih secara cluster sampling yaitu SMPN 4 adalah International Physical Activity
Pekanbaru, SMPN 10 Pekanbaru dan SMPN Questionnaire (IPAQ) dengan modifikasi
13 Pekanbaru. untuk anak SMP dan telah diadakan diskusi
kelompok terfokus, Indepth interview, serta

JOM FK Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 2


telah diujikan terlebih dahulu pada penelitian komputerisasi. Analisis yang digunakan untuk
sebelumnya.11 data penelitian ini adalah analisis deskriptif
Aktivitas fisik dinyatakan dalam skor atau univariat bertujuan menggambarkan, jenis
yaitu METs-min sebagai jumlah kegiatan kelamin, aktivitas fisik dan kejadian obesitas
setiap menitnya. Perhitungan total dananalisis bivariat untuk menunjukkan
menggunakan rumus IPAQ (International hubungan aktivitas fisik dengan kejadian
Physical Activity Questionnaire) 12 yaitu obesitas yaitu dengan uji chi-square.
METs–min/minggu = METs level (jenis Penyajian data dalam bentuk tabel dan
aktivitas) x jumlah menit aktivitas x jumlah tekstual.
hari/minggu + total mets =…………. METs Penelitian juga memuat lembar
Dengan menggunakan tingkatan level (jenis Informed consent, menjaga kerahasiaan data
aktivitas) : responden serta telah dinyatakan lulus oleh
Berjalan : 3,3 x menit x hari Unit Kaji Etik Fakultas Kedokteran
Sedang : 4,0 x menit x hari Universitas Riau.
Berat : 8,0 x menit x hari
Total MET : Berjalan + Sedang + Berat HASIL PENELITIAN
Maka didapatkan hasil akhir dikatakan 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik siswa
ringan jika nilai total METs < 600 SMPN di Pekanbaru berdasarkan
METs/minggu, sedang nilai total MET jenis kelamin
berkisar antara 600-3000 METs/minggu dan Distribusi frekuensi data pada penelitian
berat nilai total MET > 3000 METs/minggu.9 ini berdasarkan jenis kelamin pada siswa
Setelah data aktivitas didapat, aktivitas SMPN di Pekanbaru dapat dilihat pada tabel
fisik dimasukkan kedalam kategori berjalan, 4.1.
sedang dan berat. Kemudian di masukkan Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden
kedalam rumus IPAQ dengan pengkategorian berdasarkan jenis kelamin pada
level aktivitasnya dan menghasilkan siswa SMPN di Pekanbaru
METs/minggu sebagai nilai akhir.11,12 (n=279)
Selain menggunakan kuesioner alat Frekuensi Persentase
yang digunakan lainnya adalah alat
antropometri yang terdiri dari : Timbangan (f) (%)
berat badan injak merek camry dengan tingkat Jenis
ketelitian 0,1 kg dan pengukuran tinggi badan kelamin
dengan menggunakan microtoise. Pengukuran Laki-laki 87 31,2
tinggi badan dan berat badan responden Perempuan 192 68,8
dilakukan dengan tiga kali pengukuran guna Berdasarkan tabel 4.1, dari 279
meminimalisir kesalahan dibagi tiga diambil responden didapatkan hasil terbanyak yaitu
nilai rata – rata setelah itu disesuaikan dengan 192 (68,8%) responden berjenis kelamin
tabel z–score dengan IMT/U sesuai Keputusan perempuan.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar 4.2 Distribusi frekuensi aktivitas fisik pada
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. siswa SMPN di Pekanbaru
Setelah pengumpulan data selesai, Distribusi frekuensi data pada penelitian
kemudian dilakukan hal-hal sebagai berikut ini berdasarkan aktivitas fisik pada siswa
Pengolahan data diperiksa kembali meliputi SMPN di Pekanbaru dapat dilihat pada tabel
kelengkapan data, kekeliruan pengisian data 4.2
sampel sesuai atau tidak sesuai kemudian Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden
dilakukan pengkodean sehingga memudahkan aktivitas fisik pada siswa SMPN
analisis secara statistik menggunakan di Pekanbaru (n=279)

JOM FK Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 3


Aktivit Kejadian obesitas Total p
Frekuensi Persentase as fisik Obesita Non Value
s obesitas
(f) (%) F % F % f %
Aktivitas Ringan 8 57, 6 42, 14 1 0,480
fisik 4 9 1 1 5 0
Ringan 145 52,0 0
Sedang, 134 48,0 Sedang, 7 53, 6 46, 13 1
berat berat 2 7 2 3 4 0
0
Berdasarkan tabel 4.2, dari didapatkan Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui
hasil terbanyak 145 (52%) responden proporsi responden dengan aktivitas fisik
melakukan aktivitas ringan dari 279 ringan mengalami obesitas sebanyak 57,9%.
responden. Responden dengan aktivitas fisik sedang-berat
mengalami obesitas sebanyak 53,7%.
4.3 Distribusi frekuensi kejadian obesitas Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p
pada siswa SMPN di Pekanbaru = 0,480, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Distribusi frekuensi data pada penelitian tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
ini berdasarkan jenis kelamin, aktivitas fisik, aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada
dan kejadian obesitas pada siswa SMPN di siswa SMPN di Pekanbaru.
Pekanbaru dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden PEMBAHASAN
berdasarkan kejadian obesitas Penelitian ini dilakukan pada tiga
pada siswa SMPN di Pekanbaru SMPN di Pekanbaru yang telah dipilih secara
(n=279) cluster sampling yaitu SMPN 4 Pekanbaru
yang beralamat di jalan Dr. Sutomo No. 110,
Frekuensi Persentase SMPN 10 Pekanbaru di jalan Dr. Sutomo No.
108, dan SMPN 13 Pekanbaru terletak di jalan
(f) (%) Ronggowarsito I No. 15. Ketiga SMP ini
Kejadian terletak di pusat kota Pekanbaru. Masing-
obesitas masing sekolah berada di Provinsi Riau
Obesitas 156 55,9 tepatnya di Ibukota Provinsi yaitu Kota
Non obesitas 123 44,1 Pekanbaru. Keterbatasan dalam penelitian ini
adalah kemungkinan pada saat pengisian
Berdasarkan tabel 4.3, dari 279 kuesioner membutuhkan waktu yang cukup
responden didapatkan hasil terbanyak yaitu lama serta perlu daya ingat yang kuat
156(55,9%) responden mengalami obesitas. mengingat aktivitas yang telah dilakukan.

5.1 Karakteristik responden berdasarkan


4.4 Analisis hubungan aktivitas fisik
jenis kelamin pada siswa SMPN di
dengan kejadian obesitas
Pekanbaru
Analisis hubungan aktivitas fisik dengan
Penelitian ini dilakukan pada seluruh
kejadian obesitas pada penelitian ini dapat
siswa yang menjadi responden baik laki-laki
dilihat pada tabel 4.4
maupun perempuan dengan rentang usia 11-13
Tabel 4.4 Analisis hubungan aktivitas fisik
tahun yang kebanyakan berada di kelas VII
dengan kejadian obesitas pada
dan kelas VIII dengan total keseluruhan
siswa SMPN di Pekanbaru
didapatkan responden sebanyak 279 siswa.
Berdasarkan penelitian ini sebagian besar

JOM FK Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 4


responden didapatkan berjenis kelamin 5.3 Distribusi gambaran aktivitas fisik
perempuan yaitu 68,8%, dan sisanya 31,8% pada siswa SMPN di Pekanbaru
berjenis kelamin laki-laki. Penelitian ini sesuai Dari penelitian ini data responden
dengan jumlah siswa keseluruhan dimasing- didapatkan melalui wawancara melalui
masing SMPN di Pekanbaru ini kebanyakan kuesioner aktivitas fisik secara individu.
lebih banyak siswa perempuan dari pada siswa Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui
laki-laki. bahwa sebanyak lebih dari setengah responden
yaitu 52% memiliki aktivitas fisik yang
5.2 Distribusi gambaran kejadian obesitas ringan. Banyak hal yang menyebabkan masih
pada siswa SMPN di Pekanbaru banyaknya aktivitas fisik ringan terjadi pada
Kejadian obesitas merupakan keadaan siswa salah satunya adalah siswa sekarang ini
seseorang yang diakibatkan oleh asupan serta lebih banyak memilih diantar jemput orang
penyerapan zat gizi dalam waktu dan tuanya menggunakan kendaraan bermotor atau
penggunaan energi yang kurang. Kejadian mobil baik ketika akan pergi sekolah ataupun
obesitas responden ditentukan didapatkan pulang sekolah dari pada berjalan kaki yang
melalui pengukuran Indeks Massa Tubuh lebih menggunakan banyak energi untuk
(IMT). Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat beraktivitas. Hal ini mungkin disebabkan jarak
bahwa dari 279 orang responden didapatkan tempuh dari rumah ke sekolah yang cukup
44,1% responden mengalami non obesitas, memakan waktu jika dilakukan berjalan kaki,
selebihnya 55,9% responden mengalami sehingga siswa lebih mudah dan cenderung
obesitas. tidak peduli dengan aktivitas. Penyebab
Berdasarkan pada hasil penelitian dan lainnya bisa dikarenakan sebagian besar
hasil RISKESDAS 2013 dimana Riau responden adalah siswa yang kebanyakan
termasuk dalam 11 provinsi dengan prevalensi tinggal dengan orang tuanya sehingga semua
gemuk dan sangat gemuk (obesitas) di atas aktivitas lebih mengarah ke aktivitas ringan
nasional terdapat kesesuaian.6,7 Kejadian saja. Hal ini sejalan dengan yang dilakukan
obesitas dipengaruhi oleh berbagai faktor pada remaja SMA, menyatakan bahwa tingkat
diantaranya genetik, nutrisional, sosial ekonomi keluarga menengah keatas
ekonomi dan lain-lain.14,15 Dalam hal ini cenderung mengalami pengeluaran energi
peneliti hanya membahas faktor yang lebih sedikit. 17
mempengaruhi status gizi dilihat dari aktivitas Pada ketiga sekolah ini memiliki
fisik. kegiatan ektrakulikuler yang meliputi aktivitas
Kejadian obesitas dipengaruhi oleh olahraga, study club, dan aktivitas yang
rendahnya tingkat aktivitas fisik yang bertemakan kesenian. Sekolah memberikan
dilakukan remaja dan tinggi nya konsumsi kebebasan kepada siswanya dalam melakukan
asupan makronutrien seperti karbohidrat, aktivitas apapun yang siswa pilih baik didalam
lemak dan protein guna menghasilkan energi.16 maupun diluar sekolah.
Asupan makanan disaat jam istirahat terlihat Aktivitas di sekolah dilakukan selama
tidak terlepas dari penjualan makanan yang enam hari dalam seminggu. Kebanyakan siswa
berada didalam dan diluar pagar sekolah menghabiskan waktunya di sekolah dengan
tersebut cukup banyak variasi. aktivitas yang ringan seperti duduk baik disaat
Kejadian obesitas terjadi seiring jam pelajaran berlangsung ataupun disaat saat
dengan meningkatnya kualitas hidup jam istirahat yang sering digunakan untuk
seseorang dilihat dari segi ekonomi keluarga. berkumpul dan berbagi cerita bersama siswa
Obesitas remaja jika berlanjut kedepannya kan lainnya.
menjadi masalah yang serius yang
memberikan dampak negatif terhadap
kesehatan.16

JOM FK Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 5


5.4 Hubungan aktivitas fisik dengan Tidak terdapatnya hubungan antara
kejadian obesitas pada siswa SMPN di aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada
Pekanbaru siswa SMPN di Pekanbaru ini mungkin
Aktivitas fisik adalah berbagai jenis dikarenakan kebanyakan aktivitas yang
gerakan yang dilakukan sehari - hari yang dilakukan oleh siswa SMPN ini
melibatkan otot - otot skeletal dan pengeluaran kecenderungan sama dari pagi hingga sore
energi dan merupakan suatu bentuk perilaku yang sudah terjadwal seperti wajib mengikuti
rutinitas yang menggerakkan tubuh. Aktiftas jam pelajaran yang telah di sediakan yang
fisik meliputi semua gerakan tubuh dari lebih banyak memakan waktu seperti duduk
gerakan kecil hingga gerakan berat dan cepat disetiap jam pelajaran berlangsung berkisar 45
seperti lari maraton.10 Aktivitas fisik yang menit per jam mata pelajaran.
teratur merupakan penanganan yang baik Selain itu, tidak terdapatnya hubungan
terhadap stress, serta mempengaruhi aktivitas fisik dengan kejadian obesitas
kebugaran sehingga akan memperpanjang dan disebabkan oleh faktor lain seperti pendapatan
meningkatkan kualitas hidup .18,19 Jenis keluarga, dan asupan nutrisi. Pendapatan
aktivitas fisik yang sehari-hari dilakukan keluarga yang memadai atau lebih dari cukup
antara lain seperti berjalan, berolahraga, merupakan faktor yang mendorong terjadinya
belajar, menonton TV, bermain dll. Aktivitas obesitas pada remaja, remaja yang memiliki
fisik yang dilakukan secara teratur terus orang tua berpenghasilan tinggi akan
menerus sesuai umur dan kemampuan akan menghasilkan uang jajan yang tinggi kepada
menurunkan berbagai resiko dan mencegah anaknya dan juga transportasi yang mudah.
serta mengurangi mengurangi lapisan lemak Asupan nutrisi yang dimakan berlebihan akan
tubuh yang menyebabkan obesitas.1,20 Siswa menghasikan obesitas yang cukup signifikan.
yang melakukan aktivitas ringan lebih Penelitian ini tidak sejalan dengan yang
beresiko 6,5 kali terkena obesitas dari pada dilakukan oleh SMPN 1 Manado oleh sawello
siswa yang melakukan aktivitas sedang.19 yang menyatakan terdapat hubungan yang
Berdasarkan uji chi square yang telah bermakna antara aktivitas fisik dengan
dilakukan dalam penelitian ini didapatkan kejadian obesitas.19
bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna
antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas SIMPULAN DAN SARAN
(p =0,480). Sari WI yang menyatakan hal yang 6.1 Simpulan
sama pada siswa SMA di Pekanbaru tidak 1. Berdasarkan hasil penelitian dapat
terdapatnya hubungan aktivitas fisik dengan diketahui 68,8% responden
kejadian obesitas.21 Hasil penelitian ini sejalan merupakan perempuan dan 31,2%
dengan penelitian Adityawarman yang laki-laki.
dilakukan pada siswa SMP Domenico Savio 2. Kategori aktivitas fisik siswa dapat
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan diketahui bahwa 52% siswa
yang bermakna antara aktivitas fisik dengan memiliki aktivitas fisik yang ringan
IMT.22 dan siswa yang memiliki aktivitas
Aktivitas fisik merupakan faktor sedang berat sebanyak 48%
penyebab obesitas yang dapat dimodifikasi 3. Untuk kejadian obesitas pada siswa
dalam kehidupan. Aktivitas fisik memberikan SMPN di Pekanbaru sebanyak
dampak yang positif terhadap kesehatan dan 55,9% siswa berstatus obesitas,
penjagaan berat badan ideal. Aktivitas fisik 44,1% siswa berstatus non obesitas.
dianjurkan oleh WHO pada remaja selama 60 4. Tidak ada hubungan yang
menit meliputi aktivitas sedang berat setiap bermakna antara aktivitas fisik
harinya.19 dengan kejadian obesitas pada
siswa SMPN di Pekanbaru.

JOM FK Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 6


6.2 Saran selaku dosen pembimbing, dr. Sri Wahyuni M.
1. Bagi pihak sekolah, perlu Kes dan dr. Miftah Azrin selaku dosen
mewajibkan seluruh siswanya penguji, dan DR. dr. Ismawati M. Biomed
dalam melakukan kegiatan selaku supervisi yang telah meluangkan
olahraga selain didalam jam waktunya untuk bimbingan serta ilmu, nasehat
pelajaran sekolah misalnya dan motivasi kepada penulis agar secepatnya
mewajibkan siswa mengikuti menyelesaikan skripsi ini hingga skripsi ini
kegiatan ektrakulikuler sedang selesai dilaksanakan.
berat dan Perlunya melakukan
penyuluhan kepada siswa terhadap DAFTAR PUSTAKA
penting nya aktivitas fisik untuk 1. Riset Kesehatan Dasar
pengeluaran energi seperti aktivitas (RISKESDAS) 2013. Badan
sedang berat. Penelitian dan Pengembangan
2. Bagi responden, perlu Kesehatan Kementerian Kesehatan
dilakukannya pengontrolan RI; 2013. [diakses tanggal 20
aktivitas sehari-hari dan januari 2016]. Dikutip dari:
menyeimbangkan asupan makanan http://www.depkes.go.id
sehingga terjadinya penggunaan 2. Riset Kesehatan Dasar
energi yang seimbang. Responden (RISKESDAS) 2013 Provinsi Riau.
diharapkan untuk melakukan [diakses tanggal 25 januari 2016].
kegiatan aktivitas sedang berat Dikutip dari :
selama 60 menit setiap harinya http://terbitan.litbang.depkes.go.id/p
sesuai anjuran WHO, minimal enerbitan/index.php/blp/catalog/boo
dilakukan 3 kali seminggu untuk k/90
pengeluaran energi yang lebih baik 3. Simatupang MR. Pengaruh pola
lagi. Bagi responden yang konsumsi, aktivitas fisik dan
mengalami obesitas dianjurkan keturunan terhadap kejadian
untuk mengurangi berat badannya obesitas pada siswa Sekolah Dasar
dengan melakukan olahraga 60 Swasta di kecamatan Medan Baru
menit minimal setiap hari guna Kota Medan [tesis]. Medan:
mencapai berat badan yang ideal Universitas Sumatera Utara; 2008.
serta perlunya pengaturan pola 4. Budianto. Dasar-dasar ilmu gizi.
makan. Cetakan keempat. Malang:UMM
3. Bagi penelitian selanjutnya Press; 2009. 101-112.
diharapkan mencari faktor lain 5. Subardja D. Obesitas primer pada
yang memiliki hubungan dengan anak. Bandung: Kiblat Buku Utama;
kejadian obesitas pada siswa 2004.
SMPN di Pekanbaru seperti faktor 6. Sari DM. Gambaran praktek
genetik, ekonomi, sosial budaya. pedoman gizi seimbang (PGS) pada
Serta faktor-faktor yang remaja di MTS Pembangunan UIN
menyebabkan siswa tersebut tidak Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
melakukan aktivitas fisik sedang 2013 [skripsi]. Jakarta: FKIK UIN
berat. Syarif Hidayatullah Jakarta; 2014.
7. Herze ARF. Hubungan tingkat
UCAPAN TERIMA KASIH aktivitas dan perilaku makan dengan
Penulis mengucapkan terimakasih kejadian obesitas pada siswa – siswi
yang sebesar-besarnya kepada Yanti Ernalia, Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan
Dietisien, MPH dan dr. Eka Bebasari M. Sc

JOM FK Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 7


Jakarta [skripsi]. Jakarta: FKIK UIN 17. Nurmalina R. Pencegahan dan
Syarif Hidayatullah Jakarta; 2014. management obesitas. Jakarta: PT.
8. Sherly V. Hubungan body image, Gramedia; 2011.
asupan energi dan aktivitas fisik 18. Giriwijoyo S, Sidik DZ. Ilmu
dengan status gizi pada mahasiswa kesehatan olahraga. Cetakan
Fakultas Kedokteran Universitas Pertama. Bandung: Rosda; 2012.
Riau angkatan 2014 [skripsi]. 69-79, 357-69.
Pekanbaru: Universitas Riau; 2015. 19. Sawello MA, Malonda NS. Analisis
9. Sorongan CI. Hubungan antara aktivitas ringan sebagai faktor
aktivitas fisik dengan status gizi resiko terjadinya obesitas pada
pelajar SMP Frater Don Bosco remaja di Sekolah Menengah
Manado [Skripsi]. Manado: FKM Pertama Negeri 1 Manado [artikel
Universitas Sam Ratulangi; 2012. penelitian]. Manado: Universitas
10. Siswanto, Susila, Suyanto. Sam Ratulangi Manado; 2012.
Metodologi penelitian kesehatan dan 20. Guyton C, Hall JE. Fisiologi
kedokteran. Edisi Pertama, cetakan kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC;
kedua. Yogyakarta: Bursa Ilmu; 1997. 1086-118.
2014. 213-227. 21. Sari WI. Hubungan aktivitas fisik
11. Gibney MJ. Gizi kesehatan dengan kejadian obesitas pada
masyarakat. Editor edisi bahasa pelajar SMA Negeri di Kota
Indonesia: Widyastuti P, Hardiyanti Pekanbaru [skripsi]. Pekanbaru:
EA. Alih Bahasa: Hartono A. Universitas Riau; 2015.
Jakarta: EGC; 2009. 22. Adityawarman. Hubungan aktivitas
12. Utami TWW. Hubungan tingkat fisik dengan komposisi tubuh pada
aktivitas fisik dengan kejadian remaja[skripsi]. Semarang:
obesitas pada mahasiswa Fakultas Universitas Diponegoro; 2007.
Kedokteran Universitas Riau
angkatan 2012 & 2013 [skripsi].
Pekanbaru: Universitas Riau; 2015.
13. Tarigan N. Hubungan citra tubuh
dengan status obesitas aktivitas fisik
dan asupan energi remaja SLTP
dikota Yogyakarta dan kabupaten
bantul [Tesis]. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada; 2005.
14. aryati E, Nugroho PS, Susilowaty R,
Julia M. Physical activity, eating
patterns, and insulin resistance in
obesity. Paediatrica Indonesiana.
2014; 54(2): 82-7.
15. Suryaputra K, Nadhiroh SR.
Perbedaan pola makan dan aktivitas
fisik antara remaja obesitas dengan
non obesitas. Makara Journal of
Health research. 2012; 16(1): 45-50.
16. Barasi ME. At a glance ilmu gizi.
Jakarta: Erlangga; 2009. 8-25.

JOM FK Vol. 4 No. 1 Februari 2017 Page 8

You might also like