You are on page 1of 10

GIZIDO Vol 14 N0 1 Mei 2022 Gambaran Asupan Fast Food Nadifa Febriyanti,dkk

GAMBARAN ASUPAN FAST FOOD, AKTIVITAS FISIK, DAN SCREEN


TIME DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA DI SMP HANG TUAH 2
JAKARTA SELATAN
Nadifa Febriyanti1, Titus Priyo Harjatmo2, Trina Astuti 3, Moch. Rachmat 4
1,2,3,4,
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Jakarta II
Penulis Korespondensi: titoespriyo@yahoo.co.id

ABSTRACT

The nutritional problems that most often occur inadolescents are lack of nutritional intake and excess
nutritional intake that can lead to obesity. The purpose of this study was to determine the description of fast
food intake, phsycal activity and screen time on nutritional status of students at Hang Tuah 2 Junior High
School, South Jakarta. This research was conducted at Hang Tuah 2 Junior High School, South Jakarta
for 2 weeks in a row. This research is descriptive with a cross sectional approach. Sampling was done by
using a simple random sampling method and the number of samples was 70 people. The results of this
study showed that stundents with obese nutritional status (22.8%) and overweigth nutritional (57.2%) were
found to be more than students with normal nutritional status (20%). Based on the intake of fast food,
students have more frequent consumption of fast food, which is 74.3% of students. Based on phsycal
activity, most of the students did physical activity which was classified into the light activity category (85.7%).
Based on the duration of screen time, students who have overweight and obese nutritional status are more
likely to have screen time duration always compared to students who have normal nutritional status.

Keywords: Nutritional Status, Fast Food Intake, Physical Activity, Screen Time

Menurut Call dan Levinson bahwa status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
konsumsi makanan dan tingkat kesehatan, terutama adanya penyakit infeksi, kedua faktor ini
adalah penyebab langsung. Sedangkan faktor tidak langsung yang mempengaruhi pola
konsumsi, pola konsumsi adalah zat gizi dalam makanan, ada tidaknya program pemberian
makan di luar keluarga, kebiasaan makan, dan faktor tidak langsung yang mempengaruhi
penyakit infeksi adalah daya beli keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan,
lingkungan fisik dan sosial (Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, 2016).
Masalah gizi yang paling sering terjadi pada remaja adalah kurangnya asupan gizi yang
mengakibatkan kurang gizi yaitu terlalu kurus dan dapat terkena anemia karena kekurangan zat
besi. Selain itu masalah gizi yang sering muncul adalah kelebihan asupan gizi yang dapat
menyebabkan obesitas.
Para remaja sebagai generasi muda sekaligus aset bangsa unggul di masa yang akan
datang memerlukan perhatian khusus dalam gaya hidup sehat. Aktivitas yang padat, kehidupan
sosial dan kesibukan remaja sangat mempengaruhi gaya hidup masing-masing. Bukan hanya
merokok, gaya hidup remaja dalam pola makan belum seimbang. Para remaja lebih memilih
mengonsumsi makanan kecil dan kopi di malam hari dibandingkan mengonsumsi buah-buahan
dan sayuran. Gaya hidup masing-masing remaja dalam melakukan akitivitas fisik masih sangat
rendah.Di kalangan remaja perkotaan, mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) sudah
menjadi kebiasaan atau trend. Hal ini disebabkan harganya yang terjangkau oleh remaja dan
promosi yang menarik (Indriawati and Soraya, 2009). Restoran siap saji (fast food) menyajikan
jumlah menu makanan yang relatif banyak mengandung garam dan kadar lemak yang cukup
tinggi. Sehingga, remaja yang sering mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) akan
berdampak negatif bagi remaja salah satunya mengalami kelebihan berat badan (Indah
Armadani 2017).

15
GIZIDO Vol 14 N0 1 Mei 2022 Gambaran Asupan Fast Food Nadifa Febriyanti,dkk

Berdasarkan Riskesdas 2018, status gizi pada remaja di wilayah DKI Jakarta usia ≥ 15
tahun sebanyak 1,9% memiliki status gizi sangat kurus, sebanyak 6,8% memiliki status gizi
kurus, sebanyak 75,3% memiliki status gizi normal, sebanyak 11,2% memiliki status gizi berlebih
dan sebanyak 4.8% memiliki status gizi obesitas. Prevalensi penduduk laki-laki dewasa yang
memiliki status gizi obesitas usia > 18 tahun pada tahun 2018 sebanyak 19,7%, lebih tinggi
dibandingkan pada tahun 2013 sebesar 13,9% dan pada tahun 2010 sebesar 7,8%. Pada tahun
2018 prevalensi perempuan dewasa yang memiliki status gizi obesitas dengan usia > 18 tahun
sebanyak 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2013 sebesar 13,9% dan pada tahun 2010 sebesar
15,5% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2018).
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi diantaranya yaitu asupan zat gizi makro
dan aktivitas fisik. Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi kurang aktivitas fisik pada penduduk
DKI Jakarta tercatat sebesar 47,8% . Asupan energi yang berlebih dan tidak diimbangi dengan
pengeluaran energi yang seimbang (kurang melakukan aktivitas fisik) serta kurang
mengkonsumsi serat akan menyebabkan terjadinya penambahan berat badan khususnya yaitu
lemak pada tubuh (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2018).
Di era modern ini terjadi banyak perubahan atau kemajuan serta berbagai bentuk
kemudahan yang mengarah pada penurunan aktivitas fisik dikalangan anak-anak usia remaja,
seperti ke sekolah menggunakan kendaraan, kebiasaan bermain komputer atau smarthphone
dan menonton televisi (Andiny Sawerlo and S. Malonda, 2012). Tiga dari lima remaja biasa
menghabiskan waktu untuk menonton televisi, menggunakan komputer, bermain game melebihi
screen time yang direkomendasikan. Screen time adalah waktu yang digunakan remaja selama
terpapar media elektronik, seperti televisi, gadget, smartphone, dan komputer. Menurut
American Academy of Pediatrics, screen time perlu dibatasi yaitu kurang dari 2 jam per hari.
Screen time yang melebihi >2 jam dapat meningkatkan 50% risiko mengalami peningkatan IMT
(Indeks Masa Tubuh) dan kegemukan (Temple et al., 2007). Perkembangan teknologi yang
sedang digemari yaitu gadget yang besarnya membawa perkembangan teknologi dapat
berdampak pada perkembangan anak dan remaja (Asif and Rahmadi, 2017). Intensitas screen
time pada responden cenderung kategori lebih, yaitu >2 jam/hari. Dari screen time yang
berlebihan pada remaja berkaitan dengan status gizi, screen time yang tinggi maka tingkat
aktivitas rendah, membuat pola makan menjadi kurang sesuai sehingga dapat mempengaruhi
status gizi. Bermain gadget merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang tidak aktif yang
dapat meningkatkan asupan kalori selama penggunaan gadget (Kumala, Rahadiyanti and
Margawati, 2019).
Peneliti tertarik untuk mengambil masalah ini, karena peneliti ingin melihat bagaimana
gambaran asupan fast food apa saja yang memberikan sumbangan lebih terhadap risiko
menimbunnya kalori dan lemak pada tubuh yang diikuti pula dengan tingkat aktivitas fisik dan
screen time seseorang yang menjadi faktor pendukungnya. Peneliti memilih lokasi penelitian di
SMP Hang Tuah 2, berdasarkan hasil survey lapangan sebagian besar siswa di sekolah ini
memiliki status gizi berlebih yang berisiko mengarah pada obesitas. Dan lokasi ini merupakan
lokasi yang mudah di jangkau oleh peneliti saat masa pandemi ini. Di samping itu, pengukuran
ini dapat dijadikan sebagai alat deteksi dini bagi para siswa untuk menyadari tentang perilaku
yang tidak sehat, sehingga dengan kata lain hal ini dapat dijadikan sebagai metode bagi para
siswa untuk mencegah dan meminimalisir risiko terjadinya penyakit degeneratif pada usia
dewasa nanti.

METODE

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2021 di SMP Hang Tuah 2 Jakarta Selatan pada
siswa/i kelas 8. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan fast food,
aktivitas fisik dan screen time terhadap status gizi remaja di SMP Hang Tuah 2 Jakarta Selatan.

16
GIZIDO Vol 14 N0 1 Mei 2022 Gambaran Asupan Fast Food Nadifa Febriyanti,dkk

Penelitian ini dapat dikatagorikan sebagai penelitian survey yang merupakan penelitian cross
sectional karena variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan. Penelitian ini
juga bersifat deskriptif analitik, yaitu penelitian yang menjelaskan karakteristik responden
menurut variabel tertentu. Hasil penelitian ini dianalisa dengan analisa univariat dan analisa
bivariat

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Karakteristik Subjek
Pada penelitian ini sebanyak 70 siswa kelas 8 di SMP Hang Tuah 2 Jakarta menjadi
sampel dan mempunyai usia yang bervariasi, yaitu 13 – 15 tahun. Kemudian, peneliti akan
mengelompokkan karakteristik subjek menurut jenis kelamin menjadi 2 kategori, yaitu laki – laki
dan perempuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek
Di Smp Hang Tuah 2 Jakarta
(n=70)
Karakteristik Subjek n %

Usia
 14 tahun 57 81.4
 15 tahun 13 18.6
Jenis Kelamin
 Laki - Laki 35 50
 Perempuan 35 50

Dari tabel diatas, dapat terlihat bahwa dari 70 siswa dengan usia 14 tahun sebanyak 57
orang (81.4%) dan untuk siswa yang berusia 15 tahun sebanyak (18.6%). Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan, didapatkan hasil usia termuda adalah 14 tahun dan usia tertua adalah 15
tahun. Berdasarkan kategori jenis kelamin subjek penelitian di SMP Hang Tuah 2 Jakarta,
menunjukan bahwa subjek yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 70 siswa, yang
terdiri dari 35 siswa (50%) berjenis kelamin laki-laki dan 35 siswa (50%) berjenis kelamin
perempuan.

b. Status Gizi
Data status gizi berdasarkan indeks antropometri IMT/U diklasifikasikan menjadi 5
kategori, yaitu sangat kurus, kurus, normal, gemuk dan obesitas. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel berikut.

17
GIZIDO Vol 14 N0 1 Mei 2022 Gambaran Asupan Fast Food Nadifa Febriyanti,dkk

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Siswa Menurut Status Gizi
Status Gizi n %
Normal 14 20
Gemuk 40 57.2
Obesitas 16 22.8
Total 70 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 70 siswa yang mengikuti
penelitian, yang memiliki status gizi gemuk yaitu sebanyak 40 siswa (57.2%), yang memiliki
status gizi obesitas yaitu sebanyak 16 siswa (22.8%), dan yang memiliki status gizi normal
yaitu sebanyak 14 siswa (20%).

c. Asupan Fast Food


Data asupan fast food subjek dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tidak sering dan
sering. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Asupan Fast Food Subjek
Di Smp Hang Tuah 2 Jakarta
(N=70)
Asupan Fast Food n %
Tidak Sering 18 25.7

Sering 52 74.3
Total 70 100

Data tabel diatas, menunjukkan bahwa dari 70 siswa sebagian besar sering
mengkonsumsi fast food yaitu sebanyak 52 siswa (74.3%). Sedangkan sisanya yang tidak sering
mengkonsumsi fast food yaitu sebanyak 18 siswa (25.7%). Dan berdasarkan hasil survey yang
dilakukan dengan menggunakan kuesioner, diperoleh hasil jenis fast food yang paling banyak
dan sering dikonsumsi oleh siswa yaitu mie instant, mie ayam, nasi goreng, seblak, dan bubble
(boba).

d. Aktivitas Fisik
Data aktivitas fisik subjek diklasifikasi menjadi 3 kategori, yaitu ringan, sedang dan
berat. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Subjek
Di Smp Hang Tuah 2 Jakarta
(N=70)
Aktivitas Fisik n %
Ringan (< 5,6) 60 85.7
Sedang (5,6 – 7,9) 10 14.3
Berat (>7,9) 0 0
Total 70 100

18
GIZIDO Vol 14 N0 1 Mei 2022 Gambaran Asupan Fast Food Nadifa Febriyanti,dkk

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Menurut Mean, Median, Standar Deviasi,
Minimum Dan Maksimum
Jumlah Mean Median SD Minimum Maksimum (Skor)
Siswa (Skor) (Skor) (Skor) (Skor)
70 3.8 3.5 0.95 3 6

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 70 siswa sebagian besar memiliki
aktivitas fisik ringan yaitu sebanyak 60 siswa (85.7%) dan sisanya memiliki aktivitas fisik sedang

e. Screen time
Data screen time subjek dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu tidak pernah, jarang,
sering dan selalu. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Durasi Screen Time Subjek Di SMP Hang Tuah 2
Jakarta

Durasi Screen Time N %


Tidak Sering (0 – 20 Menit) 0 0
Jarang (21 – 40 Menit) 14 20
Sering (41 – 60 Menit) 0 0
Selalu (> 60 Menit) 56 80
Total 70 100

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Durasi Screen Time Menurut Mean, Median,


Standar Deviasi, Minimum Dan Maksimum

Jumlah Mean Median SD Minimum Maksimum


Siswa (Menit) (Menit) (Menit) (Menit) (Menit)
70 169.4 120 141.6 40 1091

Berdasarkan tabel diatas, menujukkan bahwa dari 70 siswa ditemukan sebanyak 56 siswa
(80%) memiliki durasi screen time yang termasuk kategori selalu, dengan durasi yaitu > 60 menit/
hari. Sedangkan sisanya 14 siswa (20%) memiliki durasi screen time jarang yaitu < 60 menit/
hari. Kemudian berdasarkan distribusi frekuensi aktivitas fisik menurut mean, median, standar
deviasi, minimum dan maksimum, dari 70 siswa memiliki nilai rata – rata durasi screen time
sebesar 169.4 menit, memiliki nilai tengah durasi screen time sebesar 120 menit, memiliki nilai
standar devisiasi sebesar 141.6 menit, memiliki nilai minimum sebesar 40 menit, serta memiliki
nilai maksimum 1091 menit

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat kecenderungan dari dua variabel yang diduga ada
hubungannya dan dilakukan uji statistik. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan
antara karakteristik berdasarkan jenis kelamin, asupan fast food, aktivitas fisik, dan durasi screen
time dengan status gizi para remaja yang diteliti.

a. Hubungan Karakteristik Subjek dengan Status Gizi

19
GIZIDO Vol 14 N0 1 Mei 2022 Gambaran Asupan Fast Food Nadifa Febriyanti,dkk

Tabel 8 Status Gizi Berdasarkan Karakteristik Subjek di SMP Hang Tuah 2


Jakarta

Status Gizi
Total
Jenis Kelamin Normal Gemuk Obesitas P
n % n % n % n %
Laki-Laki 10 28.6 18 51.4 7 20 35 100
0.006
Perempuan 4 11.4 22 62.9 9 25.7 35 100

Pada tabel diatas, dapat diketahui dari 70 siswa ditemukan sebanyak sebanyak 9 siswa
(25.7%) memiliki status gizi obesitas, 22 siswa (62.9%) memiliki status gizi gemuk dan sebanyak
4 siswa (11.4%) memiliki status gizi normal pada siswa yang berjenis kelamin perempuan.
Sedangkan ditemukan sebanyak 7 siswa (20%) memiliki status gizi obesitas, sebanyak 18 siswa
(51.4%) memiliki status gizi gemuk dan sebanyak 10 siswa (28.6%) pada siswa yang berjenis
kelamin laki – laki. Hal ini membuktikan bahwa status gizi gemuk dan obesitas lebih banyak
dijumpai pada siswa yang berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan siswa yang berjenis
kelamin laki – laki

b. Hubungan Asupan Fast Food dengan Status Gizi

Tabel 9 Status Gizi Berdasarkan Asupan Fast Food di Smp Hang Tuah 2 Jakarta

Status Gizi
Asupan Total
Normal Lebih P
Fast Food
n % n % n %
Tidak Sering 14 77.8 4 22.2 18 100
0.028
Sering 0 0 52 100 52 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari 70 siswa yang menjadi responden dalam
penelitian ini ditemukan sebanyak 52 siswa (100%) yang memiliki status gizi lebih (gemuk dan
obesitas) lebih sering mengkonsumsi fast food dibandingkan dengan siswa yang memiliki status
gizi normal yaitu sebanyak 14 siswa (77.8%). Yang dimaksud dalam kategori sering ini adalah
siswa yang memiliki frekuensi konsumsi sering dan jenis makanan yang dikonsumsi banyak.

c. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi

Tabel 10 Status Gizi Berdasarkan Aktivitas Fisik Di SMP Hang Tuah 2


Jakarta
Status Gizi
Total
Aktivitas Fisik Normal Gemuk Obesitas
n % N % N % n %
Ringan 0 0 43 76.8 13 23.2 56 100
Sedang 14 100 0 0 0 0 14 100
Berat 0 0 0 0 0 0 0 0

20
GIZIDO Vol 14 N0 1 Mei 2022 Gambaran Asupan Fast Food Nadifa Febriyanti,dkk

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa dari 70 siswa, ditemukan sebanyak 43 siswa
(76.8%) yang memiliki status gizi gemuk dan sebanyak 15 siswa (23.2%) yang memiliki status
gizi obesitas seluruhnya memiliki aktivitas fisik yang sama. Aktivitas fisik yang dimiliki oleh para
siswa tergolong ke dalam kategori aktivitas fisik ringan. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 10
siswa yang berstatus gizi normal memiliki aktivitas fisik sedang

d. Hubungan Screen time dengan Status Gizi

Tabel 11 Status Gizi Berdasarkan Screen Time di Smp Hang Tuah 2


Jakarta

Status Gizi
Durasi Total
Normal Gemuk Obesitas
Screen Time
n % n % N % N %
Jarang 14 100 0 0 0 0 14 100
Selalu 0 0 43 76.8 13 23.2 56 100

Berdasarkan tabel diatas, menujukkan bahwa dari 70 siswa ditemukan sebanyak 43 siswa
(76.8%) yang memiliki status gizi gemuk dan sebanyak 13 siswa (23.2%) yang memiliki status
gizi obesitas, seluruhnya memiliki durasi screen time yang termasuk pada kategori selalu
dengan durasi yaitu > 60 menit/ hari. Sedangkan sisanya 10 siswa yang berstatus gizi normal
memiliki durasi screen time jarang yaitu < 60 menit/ hari.
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan zat gizi untuk anak, yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa terjadinya obesitas pada siswa sebagian besar
disebabkan oleh faktor tidak langsung, yaitu pola makan yang tidak baik, seperti pola makan
siswa yang berlebihan baik frekuensi maupun jumlah jenis makanan yang dikonsumsi. Pola
makan yang berlebih dapat menjadi faktor risiko terjadinya obesitas.
Obesitas terjadi jika seseorang mengkonsumsi kalori yang melebihi jumlah kalori yang
dibakar. Pada hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan hidup dan
aktivitas fisik. Namun, untuk menjaga berat badan perlu adanya keseimbangan antara asupan
energi dengan energi yang dikeluarkan. Ketidakseimbangan energi yang terjadi dapat mengarah
pada kelebihan berat badan (gemuk) dan obesitas.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa
penyebab obesitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu asupan makanan yang
berlebih. Dan terjadinya obesitas, karena adanya ketidakseimbangan antara asupan energi
dengan energi yang dikeluarkan atau digunakan untuk melakukan aktivitas. Hal tersebut
menunjukkan bahwa remaja lebih sering mengkonsumsi makanan dnegan karbohidrat dan lemak
yang tinggi, serta jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian di Padang Sidempuan, dilaporkan bahwa
berdasarkan frekuensi konsumsi makanan cepat saji remaja bahwa makanan cepat saji yang
sering (3-5 kali seminggu) dikonsumsi adalah gorengan sebesar 59,8%, kemudian bakso sebesar
48,3% dan fried chicken sebesar 47,1% sedangkan makanan cepat saji yang jarang (1-2 kali
sebulan) adalah pecel. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja lebih sering mengonsumsi
makanan dengan karbohidrat dan lemak yang tinggi dan jarang mengonsumsi makanan yang
mengandung banyak serat.

21
GIZIDO Vol 14 N0 1 Mei 2022 Gambaran Asupan Fast Food Nadifa Febriyanti,dkk

Sebagian siswa melakukan aktivitas fisik dengan jenis aktivitas yang dilakukan hampir sama
satu dengan yang lain setiap harinya. Lalu berdasarkan distribusi frekuensi aktivitas fisik menurut
mean, median, standar deviasi, minimum dan maksimum, dari 70 siswa memiliki nilai rata – rata
aktivitas fisik sebesar 3.8, memiliki nilai tengah aktivitas fisik sebesar 3.5, memiliki nilai standar
deviasi sebesar 0.95, memiliki nilai minimum sebesar 3, serta memiliki nilai maksimum sebesar
6. Sebab lain karena sistem pembelajaran para siswa yang berubah tidak lagi pembelajaran tatap
muka, melainkan menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dilakukan secara luring (online)
dari rumah masing-masing selama masa pandemi.
Selain itu, pada masa pandemi saat ini juga membuat para siswa terbatas untuk melakukan
aktivitas di luar rumah, seperti bermain dan berkumpul bersama dengan teman sebayanya, serta
malas untuk membantu orang tua dalam melakukan pekerjaan rumah sehingga lebih memilih
berdiam diri di kamar dan bermain game online yang dapat diakses secara jarak jauh bersama
dengan teman-temannya tanpa harus berkumpul secara langsung.
Hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi – Square diperoleh nilai p value sebesar
0.006 dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0.05) yang artinya p value < 0.05, maka hipotesis
alternatif (Ha) dapat diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara
signifikan antara karakteristik subjek yaitu jenis kelamin dengan kejadian obesitas pada siswa di
SMP Hang Tuah 2 Jakarta. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi
mendatang yang lebih baik. Masa remaja adalah waktu terjadinya perubahan-perubahan yang
berlangsung cepat dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial atau tingkah laku.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan, dapat diketahui status gizi gemuk
dan obesitas lebih banyak ditemukan pada siswa yang berjenis kelamin perempuan dibandingkan
dengan siswa yang berjenis kelamin laki-laki. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
menemukan bahwa dalam periode pubertas, proporsi lemak dan otot anak perempuan cenderung
serupa dengan anak laki-laki tetapi tidak sama persis. Selama pubertas, terjadi penambahan
lemak lebih banyak pada remaja putri hingga dewasa, lemak tubuh perempuan kurang lebih 22%
dan 15 % pada laki-laki dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa remaja perempuan akan lebih
berisiko mengalami kelebihan berat badan.
Hasil uji statistik dengan menggunakan Uji Chi – Square, diperoleh nilai p value sebesar
0.028 dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0.05) yang artinya p value < 0.05, maka hipotesis
alternatif (Ha) dapat diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara
signifikan antara frekuensi asupan fast food dengan kejadian obesitas pada siswa di SMP Hang
Tuah 2 Jakarta. Di kota besar misalnya DKI Jakarta, sering kita melihat banyak remaja yang lebih
memilih untuk mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang dipesan melalui aplikasi online
yang pada umumnya mengandung tinggi lemak dan kalori. Fast Food adalah makanan cepat saji,
yang sebelumnya sudah dilakukan proses pengolahan tahap awal sehingga pada saat ada
pesanan hanya dibutuhkan proses pengolahan lanjutan yang waktunya relatif lebih cepat.
Hasil penelitian yang diperoleh, bahwa siswa di SMP Hang Tuah 2 Jakarta yang memiliki
status gizi gemuk maupun obesitas, lebih dominan memiliki pola kebiasaan konsumsi fast food
dengan frekuensi konsumsi sering dan jenis makanan yang dikonsumsi banyak. Hal ini dibuktikan
dengan jumlah siswa yang memiliki frekuensi konsumsi sering dan jenis makanan yang
dikonsumsi banyak lebih besar dibandingkan dengan jumlah siswa yang memiliki frekuensi
konsumsi tidak sering dan jenis makanan yang dikonsumsi sedikit. Dikarenakan sebagian besar
siswa dalam kehidupan sehari-hari selama ini banyak yang orang tuanya, terutama ibu sibuk
bekerja di luar rumah dan jarang memasak makanan untuk keluarganya sehingga siswa lebih
sering membeli makanan jenis fast food melalui aplikasi online dengan promosi harga makanan
yang menarik untuk dikonsumsi. Lalu jenis fast food yang paling diminati untuk dikonsumsi oleh
para siswa diantaranya, yaitu mie instant, nasi goreng, mie ayam, seblak, sate ayam dan bobba/
bubble. Dan dari jenis fast food tersebut, menunjukkan bahwa siswa lebih sering mengkonsumsi

22
GIZIDO Vol 14 N0 1 Mei 2022 Gambaran Asupan Fast Food Nadifa Febriyanti,dkk

makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang tinggi, serta jarang mengkonsumsi
makanan yang mengandung banyak serat.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa
berdasarkan frekuensi konsumsi makanan cepat saji, remaja lebih sering mengonsumsi makanan
dengan karbohidrat dan lemak yang tinggi (seperti gorengan, bakso dan fried chicken), serta
jarang mengonsumsi makanan yang mengandung banyak serat. Selain itu, di kalangan remaja
perkotaan mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) sudah menjadi kebiasaan atau trend yang
disebabkan harganya yang terjangkau oleh remaja dan promosi yang menarik (3). Dan apabila
remaja sering mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) setiap hari dalam jumlah yang
banyak, maka tidak diragukan lagi hal ini akan berdampak negatif bagi remaja salah satunya
mengalami kelebihan berat badan (Indah Armadani, 2017).
Berdasarkan yang telah di peroleh, bahwa siswa di SMP Hang Tuah 2 Jakarta baik yang
memiliki status gizi gemuk maupun obesitas, seluruhnya memiliki aktivitas fisik yang sama.
Aktivitas fisik yang dimiliki oleh para siswa tergolong ke dalam kategori aktivitas fisik ringan. Hal
ini dikarenakan semua siswa melakukan aktivitas fisik dengan jenis aktivitas yang dilakukan
hampir sama satu dengan yang lain setiap harinya. Selain itu dari hasil survey dengan
menggunakan kuesioner, para siswa juga lebih sering menghabiskan waktu dengan duduk
berjam-jam memainkan smartphone, main komputer dan juga menonton TV sehingga kurangnya
melakukan aktivitas lainya seperti bermain sepak bola atau olahraga lainnya.
Hal ini dapat berisiko menyebabkan terjadinya kelebihan berat badan hingga obesitas.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa remaja
dengan aktivitas ringan memiliki faktor risiko lebih tinggi untuk mengalami kegemukan
dibandingkan dengan aktivitas sedang. Dan hasil pengukuran aktivitas fisik dari penelitian
sebelumnya juga, menunjukkan bahwa remaja yang memiliki status gizi obesitas sebagian besar
melakukan aktiivtas ringan.
Screen time adalah waktu yang digunakan remaja selama terpapar media elektronik seperti
TV, gadget, smartphone, dan komputer. Menurut American Academy of Pediatrics, screen time
perlu dibatasi yaitu kurang dari dua jam per hari.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa dari 70 siswa,
baik yang memiliki status gizi gemuk maupun obesitas seluruhnya memiliki durasi screen time
yang termasuk pada kategori selalu dengan durasi yaitu > 60 menit/ hari. Hal ini pengaruhi oleh
sistem pembelajaran para siswa yang berubah tidak lagi pembelajaran tatap muka, melainkan
menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dilakukan secara luring (online) dari rumah masing-
masing selama masa pandemi. Lalu, pada masa pandemi saat ini juga membuat para siswa
terbatas untuk melakukan aktivitas di luar rumah, seperti bermain dan berkumpul bersama
dengan teman sebaya, serta malas untuk membantu orang tua dalam melakukan pekerjaan
rumah sehingga lebih memilih berdiam diri di kamar dan bermain game online yang dapat diakses
secara jarak jauh bersama dengan teman-temannya tanpa harus berkumpul secara langsung.
Kemudian, siswa yang melakukan screen time cenderung lebih merasa lapar dari
sebelumnya dan frekuensi mengemil mengalami peningkatan sejalan dengan hasil penelitian
sebelumnya yang menemukan bahwa screen time merupakan salah satu faktor yang dapat
menimbulkan menurunnya aktivitas fisik dan meningkatkan jumlah asupan yang dikonsumsi
seseorang sehingga cenderung merasa lapar dan akan meningkatkan konsumsi makanan ringan
serta minuman bersoda atau bisa kita sebut mengemil (Temple et al., 2007). Selain itu, penelitian
ini juga sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh American Academy of
Pediatrics menemukan bahwa screen time yang melebihi dari 2 jam dapat meningkatkan 50%
risiko mengalami peningkatan IMT (Indeks Masa Tubuh) dan kegemukan.

23
GIZIDO Vol 14 N0 1 Mei 2022 Gambaran Asupan Fast Food Nadifa Febriyanti,dkk

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada siswa yang memiliki status gizi gemuk dan obesitas lebih cenderung sering
mengkonsumsi fast food dengan frekuensi makan > 3 kali per minggu dan jenis fast food yang
dikonsumsi banyak.Pada siswa yang memiliki status gizi gemuk dan obesitas lebih cenderung
melakukan aktivitas fisik yang sama. Aktivitas fisik yang dilakukan tergolong ke dalam kategori
ringan. Sedangkan pada siswa yang memiliki status gizi normal lebih cenderung memiliki aktivitas
fisik yang termasuk ke dalam kategori sedang.
Pada siswa yang memiliki status gizi gemuk dan obesitas lebih cenderung memiliki durasi
screen time selalu yaitu > 60 menit dalam sehari. Sedangkan siswa yang memiliki status gizi
normal lebih cenderung memiliki durasi screen time jarang yaitu 21 – 40 menit dalam sehari.
Disarankan edukasi konsumsi sehat bagi remaja di sekolah-sekolah oleh tenaga kesehatan.

24

You might also like