Professional Documents
Culture Documents
Putu Intan Hartaningrum1, Ni Ketut Sutiari2, Desak Putu Yuli Kurniati3, Vennesa Susanto4
1,4
Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana
2,3
Departemen KMKP, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
email: putuintanhartaningrum@gmail.com1 , k_sutiari@yahoo.com2, yuli_bill@yahoo.co.id3,
vssusanto22@gmail.com4
Abstracts
Adolescents often experience nutritional problems related to the development and growth of
adolescent bodies that require energy and nutrients. The problems experienced by adolescents are not
only diet but also on sedentary lifestyles. This study aimed to determine the correlation between
sedentary lifestyle, sleep duration, fiber, and fat intake with nutritional status in adolescent girls. This
study uses a cross-sectional observational analytic design conducted at two high schools in Buleleng
Regency with 163 respondents. The instruments used in this study were characteristic questionnaire,
Adolescent Sedentary Activities Questionnaire (ASAQ), Quality Time application to measure the
duration of smartphone usage, sleep duration questionnaire, 2x24 hour food recall, bodyweight
measure with a bodyweight scale, body height measure with a mechanical measuring tape, and WHO
AnthroPlus software to calculate z-score. Spearman’s Correlation test was performed for the
bivariate analysis and multiple linear regression for the multivariate analysis. Bivariate analysis
showed 3 variables including sleep duration (p = 0,001), fat intake (p = <0,001) and sedentary
lifestyle (p = 0,027) associated were with z-score. In the multivariate analysis, only 2 variables were
significantly associated with z-score, the percentage of fat intake (β = 0,348, 95% CI = 0,014: 0,033,
p=<0,001), and sleep duration variable (β = -0,206, 95% CI = -0,504: -0,086, p=0,006). Variables
that are predictors of z-score were the percentage of fat intake, sleep duration, sedentary lifestyle,
percentage of fiber intake, frequency of exercise per week, and family income .
Keywords: Nutritional status, sedentary lifestyle, smartphone, nutritional intake, sleep duration
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 128
Volume 6. No. 2 – Oktober 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603
Kebutuhan dan asupan gizi dipengaruhi oleh yang dilakukan pada remaja khususnya yang
perubahan kebiasaan makan dan gaya hidup menggunakan metode observasi melalui
remaja. Perilaku konsumsi tidak seimbang aplikasi ponsel pintar di Indonesia.
yang terjadi pada remaja dikarenakan karena Berdasarkan hal tersebut tujuan dari penelitian
bayak remaja memilih makanan hanya sekedar ini adalah untuk mengetahui hubungan
untuk bersosialisasi dan untuk kesenangan sedentary lifestyle, durasi tidur, asupan serat
semata, tidak didasari oleh kandungan gizi dan lemak dengan status gizi remaja putri.
yang terdapat pada makanan tersebut
(Restuastuti, Jihadi, & Ernalia, 2016).
Perkembangan media elektronik saat ini 2. METODE
juga membuat pola hidup kurang aktif pada Rancangan penelitian ini menggunakan
remaja. Remaja cenderung memanfaatkan crosssectional observasional analitik.
waktu luang sehari-hari dengan menonton Penelitian akan dilakukan pada SMA/SMK di
televisi, bermain dan/atau mengakses internet Kecamatan Buleleng selama bulan Januari-
menggunakan laptop atau komputer, telepon Februari 2020. Sampel penelitian ini remaja
genggam/ponsel pintar, ataupun permainan putri yang bersekolah di SMA/SMK yang
video/video game dibandingkan beraktivitas di terpilih, pada saat penelitian berusia 15-18
luar rumah (The American Academy of tahun, menandatangani lembar persetujuan
Pediatrics, 2013). Pola hidup kurang aktif sebagai tanda bersedia menjadi responden,
tersebut saat ini lebih disebut sebagai mengisi data kuesioner dengan lengkap dan
sedentary lifestyle atau sedentary lifestyle. tidak mengkonsumsi asupan serat tambahan
Penelitian tentang sedentary lifestyle (sumplement). Berdasarkan hasil perhitungan
sudah banyak dilakukan sebelumnya, seperti menggunakan rumus uji hipotesis beda dua
yang dilaporkan oleh Margarita dkk di rerata (α=0,05, power=95%, P1=44%,
Amerika yang menunjukan tingkat sedentary P2=17%), jumlah responden paling sedikit
jauh lebih tinggi pada presentase lemak tubuh yang harus diperoleh adalah 146 responden.
yang tinggi di hari kerja (Bailey, 2012), begitu Penelitian ini menggunakan teknik
juga yang dilakukan oleh Richard Lowry dkk pengambilan sampel secara purposive untuk
yang menunjukkan tidak ada hubungan memilih responden. Responden yang dipilih
signifikan antara menonton TV lebih dari 2 adalah siswi sekolah yang memiliki ponsel
jam / hari dikaitkan dengan kelebihan berat pintar dan bisa mendownload aplikasi Quality
badan, kurang gerak, dan konsumsi buah dan Time. Pemilihan sekolah SMA/SMK
sayuran dengan kelebihan berat badan pada menggunakan purposive sampling yang akan
perempuan kulit hitam namun berhubungan mewakili satu sekolah negeri dan satu sekolah
pada remaja kulit putih. Penelitian tentang swasta. Sampel yang kemudian diwawancara
sedentary lifestyle juga sudah pernah pada penelitian ini adalah 167 sampel, dan
dilaporkan di Indonesia, yaitu oleh Pribadi dkk data yang dianalisis sebanyak 163 sampel.
yang melaporkan adanya hubungan signifikan Alat pengumpulan data yang digunakan
antara sedentary lifestyle dengan status gizi dalam penelitian ini adalah kuesioner
(Pribadi, 2018), dan oleh Putra dkk yang karakteristik untuk mengambil data
menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan karakteristik responden, kuesioner durasi tidur
antara sedentary lifestyle dan overweight pada untuk mengambil data lama tidur responden,
remaja (Putra, 2017). Adolescent Sedentary Activities Questionnaire
Berdasarkan hal tersebut dapat (ASAQ) untuk mengukur sedentary lifestyle
disimpulkan bahwa penelitian tentang responden (1 kali pada hari libur dan 1 kali
sedentary lifestyle masih menunjukkan hasil pada hari sekolah), aplikasi Quality Time
yang tidak konsisten. Knowledge gap dalam untuk mengukur durasi pemakaian smartphone
penelitian ini adalah belum konsistennya hasil dan food recall 2x24 jam untuk mengukur
penelitian tentang sedentary lifestyle dan asupan serat dan lemak. Timbangan berat
belum banyaknya penelitian sedentary lifestyle badan digital Kris EB9-4A Series dengan
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 129
Volume 6. No. 2 – Oktober 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603
ketelitian 0,1 kg untuk mengukur berat badan serat defisit berat (98,8%). Distribusi
responden. Alat pengukur tinggi badan karakteristik responden berdasarkan sekolah.
(microtoise) GEA dengan ketelitian 0,1 cm Persentase obesitas sebagian besar merupakan
untuk mengukur tinggi badan responden. responden dari sekolah B, sedangkan
Analisis data dilakukan dengan perbedaan persentase untuk penghasilan
menggunakan program SPSS, yaitu analisis keluarga diatas sama dengan UMR Kabupaten
deskriptif, bivariat dan multivariat. Hubungan Buleleng, sedentary lifestyle tinggi, persentase
antar variabel dilihat dari nilai p≤0.05. asupan lemak tinggi dan persentase asupan
Korelasi antar variabel dianalisis serat defisit berat untuk masing-masing
menggunakan uji korelasi spearman dan uji sekolah perbedaannya tidak terlalu
normalitas data menggunakan uji Kolmogorov- disignifikan.
Smirnov. Analisis multivariat dilakukan Tabel 1 Status Gizi dan Karakteristik Sosio-
menggunakan uji multiple regresi linier. Demografi Responden
Variabel independen yang masuk dalam model Karakteristik Sosio-
n %
regresi adalah variable yang memiliki korelasi Demografi
p<0.25. Status Gizi
Penelitian ini dilakukan berdasarkan izin Kurus 3 1,8
dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Normal 139 85,3
Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Gemuk 17 10,4
Umum Pusat Sanglah Denpasar No. Obesitas 4 2,5
592/UN14.2.2.VII.14/LP/2020, ijin penelitian Usia (tahun)
dari Dinas Penanaman Modal dan Perijinan 15 69 42,3
Provinsi Bali No. 011/UN14.2.2.v.30/PD/2020 16 71 43,6
dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan 17 22 13,5
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Buleleng No. 18 1 0,6
503/242/REK/DPM Berat Badan Lahir
Normal 159 97,5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tidak Normal 4 2,5
Jumlah siswa eligible sebanyak 167 Genetik Gemuk
orang, responden yang diwawancara dan Ada 55 33,7
dilakukan pengukuran fisik sebanyak 167 Tidak Ada 108 66,3
orang, sedangkan jumlah responden yang Penghasilan Keluarga
dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 163 ≥ UMR 122 74,8
orang. Empat responden (2,4%) dikeluarkan < UMR 41 25,2
dalam penelitian karena 3 responden Durasi Tidur
mengkonsumsi suplemen serat tambahan ≤ 8 Jam 143 87,7
sedangkan beberapa data dalam pengukuran > 8 Jam 20 12,3
atau wawancara pada 1 responden tidak Sedentary Lifestyle
lengkap, karena keterbatasan waktu dan tidak Sedikit Tinggi (8-11 Jam) 13 8,0
bisa di follow-up melalui telepon. Tinggi (>11 Jam) 150 92,0
Tabel 1 menyajikan karakteristik sosio- Persentase Asupan
demografi dan status gizi responden. Lemak
Persentase terbanyak untuk status gizi yaitu Defisit Moderate 1 6
normal (85,3%), usia 16 tahun (43,6%), berat Defisit Ringan 2 1,2
lahir normal (97,5%), tidak ada genetik gemuk Normal 38 23,3
(66,3%), penghasilan keluarga lebih dari sama Tinggi 122 74,8
dengan UMR Kabupaten Buleleng (74,8%), Persentase Asupan Serat
sedentary lifestyle tinggi (92,0%), durasi tidur Defisit Berat 161 98,8
kurang dari 8 jam (87,7%), persentase asupan Defisit Moderate 2 1,2
lemak berlebih (74,8%) dan persentase asupan 163 100,0
Jumlah
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 130
Volume 6. No. 2 – Oktober 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603
Tabel 2 disajikan distribusi durasi tidur dan badan lahir, 4) penghasilan keluarga, 5)
sedentary lifestyle responden, dimana median frekuensi olahraga per minggu, 6) sedentary
untuk durasi tidur adalah 7 jam (IQR:1,0), dan lifestyle, 7) durasi tidur, 8) presentase asupan
median untuk sedentary lifestyle adalah 13,79 serat, 9) presentase asupan serat. Pada Tabel 3
jam (IQR:1,9), dengan kategori terbanyak dapat dilihat hasil uji koefisien korelasi antara
adalah durasi penggunaan smartphone yaitu karakteristik responden, variabel durasi tidur,
5,24 jam (IQR:2,74) yang dihitung sedentary lifestyle, persentase asupan lemak
menggunakan aplikasi Quality Time. median dan serat responden terhadap z-score
persentase asupan lemak adalah 130,6 responden. Berdasarkan tabel tersebut dapat
(IQR:21,3) dengan median asupan serat 91,4 dilihat bahwa variabel yang memiliki koefisien
gram, sedangkan median untuk persentase korelasi yang signifikan dengan z-score
asupan serat adalah 23,1 (IQR:10,0) dengan (p<0,05) adalah variabel durasi tidur, asupan
median asupan serat 23,1 gram. Berdasarkan lemak, dan sedentary lifestyle sedangkan
analisis lanjutan juga didapatkan bahwa umur, berat badan lahir, penghasilan keluarga,
sebagian besar responden mengonsumsi fast frekuensi olahraga/minggu dan persentase
food (74,2%). asupan serat tidak memiliki korelasi yang
Variabel yang dimasukkan untuk analisis signifikan (p>0,05).
hubungan pada penelitian ini adalah variabel
yang memiliki skala numerik, yaitu sebanyak
9 variabel yaitu 1) z-score, 2) umur, 3) berat
Tabel 2 Median Durasi tidur, Sedentary lifestyle, Asupan Serat dan Lemak
Kegiatan Min Max Median IQR
Durasi Tidur (jam) 5,29 8,29 7,0 1,0
Sedentary Lifestyle (Jam) 9,43 15,88 13,83 1,82
Duduk Belajar (D1) 5,18 5,18 5,18 0,0
Nonton Televisi (D2) 0,0 1,36 0,29 0,26
Main Laptop/Komputer (D3) 0,0 2,0 0,55 0,52
Tugas Dengan Laptop (D4) 0,0 2,36 0,6 0,64
Mengerjakan Tugas (D5) 0,0 1,79 0,57 0,71
Membaca (D6) 0,0 0,93 0,32 0,36
Les (D7) 0,0 0,96 0,29 0,75
Berkendara (D8) 0,17 0,64 0,33 0,25
Menggunakan Smartphone (D9) 2,14 6,75 5,24 2,74
Bermasin Musik (D10) 0,0 1,0 0,0 0,14
Duduk Di Perjalanan (D11) 0,07 0,5 0,25 0,07
Duduk Kegiatan Lain (D12) 0,0 0,36 0,0 0,0
Asupan
Persentase Lemak (%) 96,3 159,2 130,6 21,3
Lemak (gram) 49,0 130,6 91,4 14,7
Persentase Serat (%) 11,7 71,7 23,1 10,0
Serat (gram) 3,4 20,8 6,7 2,9
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 131
Volume 6. No. 2 – Oktober 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603
of fit), hal ini terlihat pada hasil significant sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
<0,001. Hasil korelasi dalam uji multiple multikoliniearitas pada semua variabel yang
regresi linier juga menunjukkan nilai r<0,5, diteliti.
Tabel 3 Matriks Koefisien Korelasi antar Variabel
No Variabel 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Z-Score 1.0 .05 .06 .11 -.13 -.24** .17* .31** .11
Nilai p . 0.474 0.432 0.143 0.096 0.001 0.027 <0.001 0.138
2 Umur .05 1.0 .15 -.19* -.04 .13 -.26** .16* .08
Nilai p 0.474 . 0.055 0.015 0.534 0.076 0.001 0.039 0.259
3 Berat Badan Lahir .06 .15 1.0 .10 .05 .00 .01 .00 -.17*
Nilai p 0.432 0.055 . 0.179 0.507 0.935 0.822 0.973 0.025
*
4 Penghasilan Keluarga .11 -.19 .10 1.0 .04 -.09 .01 .00 -.05
Nilai p 0.143 0.015 0.179 . 0.534 0.232 0.168 0.967 0.503
Frekuensi
5 -.13 -.04 .05 .04 1.0 -.05 .06 -.05 .06
Olahraga/Minggu
Nilai p 0.096 0.534 0.507 0.534 . 0.458 0.439 0.496 0.391
**
6 Durasi Tidur -.24 .13 .00 -.09 -.05 1.0 -.26** -.11 -.04
Nilai p 0.001 0.07 0.935 0.232 0.458 . 0.001 0.131 0.538
7 Sedentary Lifestyle .17* -.26** .01 .10 .06 -.26** 1.0 -.01 -.05
Nilai p 0.027 0.001 0.822 0.168 0.439 0.001 . 0.807 0.524
Persentase Asupan
8 .31** .16* .00 .00 -.05 -.11 -.01 1.0 .17*
Lemak
Nilai p <0.001 0.039 0.973 0.967 0.496 0.131 0.807 . 0.024
9 Persentase Asupan Serat .11 .08 -.17* -.05 .06 -.04 -.05 .17* 1.0
Nilai p 0.138 0.259 0.025 0.503 0.391 0.538 0.524 0.024 .
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 132
Volume 6. No. 2 – Oktober 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 133
Volume 6. No. 2 – Oktober 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603
penelitian, cara pengambilan sampel dan dan sekitar 4 jam per hari untuk sedentary
responden dengan penelitian sebelumnya. lifestyle di Semarang (Amini, 2016).
Berdasarkan perbandingan karakteristik Perbedaan tersebut kemungkinan karena
per sekolah didapatkan hasil bahwa status gizi adanya perbedaan pada kriteria responden, dan
yang masuk kriteria gemuk terbanyak berada juga pada penelitian ini peneliti memasukkan
di sekolah A, sedangkan untuk obesitas berada data kegiatan duduk belajar responden di
di sekolah B. Hasil tersebut kemungkinan sekolah (435 menit tambahan/full day school
terjadi karena sekolah A dan B berada pusat untuk weekdays). Data untuk pemakaian
kabupaten Buleleng dan dekat dengan banyak ponsel pintar pada penelitian ini juga
penjual fast food, seperti KFC, dan lain-lain. menggunakan aplikasi Quality Time, sehingga
Sebagian besar responden dalam penelitian ini data pemakaian ponsel pintar lebih akurat.
memiliki pendapatan keluarga yang lebih dari Median sedentary lifestyle terbanyak
UMR kabupaten Buleleng, namun tidak yaitu pemakaian ponsel pintar 5,24 jam,
terdapat perbedaan yang signifikan untuk kemudian diikuti oleh duduk belajar dikelas
masing-masing sekolah. Sekolah B merupakan 5,18 jam, mengerjakan tugas dengan laptop
sekolah swasta yang sebagian besar orang tua 0,73±0,61 jam, mengerjakan tugas dengan
memiliki pendapatan lebih dari UMR, namun laptop 0,6 jam, mengerjakantugas tanpa laptop
hal tersebut tidak bisa ditunjukkan pada hasil 0,57 jam, main laptop/computer 0,55 jam,
pengelompokkan karakteristik UMR pada berkendara 0,33 jam, membaca 0,32 jam,
penelitian ini kemungkinan karena responden menonton TV dan les 0,29 jam, duduk di
pada penelitian ini merupakan responden yang perjalanan 0,25 jam, bermain music dan duduk
memiliki android dan bukan pengguna iPhone. untuk kegiatan lain 0,0 jam. Hasil penelitian
Berdasarkan laporan dari Tribun News dan ini hampir serupa dengan penelitian oleh
Com Score, pengguna iPhone sebagian besar Roberto Amini (2016) yaitu sedentary lifestyle
memiliki pendapatan yang lebih tinggi terbanyak adalah menonton TV 100.55±52.07
dibandingan dengan pengguna ponsel lainnya menit, duduk sambil belajar 44.64±28.27
(Com Score, 2014; Tribun News, 2018). Data menit dan duduk di kendaraan 31.05±17.40
durasi tidur rendah, sedentary lifestyle, menit (Amini, 2016), dan lebih dari 2 jam
persentase asupan lemak dan persentase menghabiskan waktu untuk nonton TV (Kiess,
asupan serat untuk masing-masing sekolah Wabitsch, & Sharma, 2015).
juga tidak memberikan perbedaan yang Proporsi untuk durasi tidur sebagian besar
signifikan. kurang dari 8 jam, yaitu sebanyak 87,7%.
Berdasarkan hasil penelitian ini, proporsi Kebutuhan tidur yang sehat menurut
sedentary lifestyle pada remaja semuanya lebih Kemenkes RI untuk usia 12-18 tahun atau
dari 4 jam per hari (100%) dengan median menjelang remaja membutuhkan 8-9 jam
13,83 jam per hari. Proporsi pada penelitian setiap hari (P2PTM Kemenkes RI, 2018) Pada
kami lebih tinggi dibandingkan penelitian penelitian ini median untuk durasi tidur remaja
yang dilakukan di California pada 3.473 laki- adalah 7 jam. Hasil tersebut lebih rendah
laki dengan proporsi 8,8 (CI95%=1,21-1,48) dibandingkan dengan penelitian sebelumnya di
(Young et al., 2014), 79,2% pada 284 siswa di Yogyakarta pada remaja usia 6-12 tahun
SMP Mojokerto (Pribadi, 2018) dan 80% dengan rata-rata durasi tidur 557.5±60.1. Hal
(CI95%=0,481-46,906) pada 20 siswa SD di ini dimungkinkan karena durasi tidur anak usia
Kota Semarang (Puspasari et al., 2017). Pada 6-12 tahun membutuhkan 10 jam setiap hari,
penelitin ini, rata-rata sedentary lifestyle yang jauh lebih panjang di bandingkan usia 12-18
didapatkan lebih tinggi dibandingkan hasil tahun (Marfuah, Hadi, & Huriyati, 2013).
penelitian yang dilaporkan sebelumnya, yaitu Persentase asupan lemak pada penelitian
5,19 jam per hari untuk screen time pada ini juga menunjukkan hasil yang tinggi yaitu
penelitian di Manado (Kairupan, 2012), 7,5 74,8%. Median untuk asupan lemak per hari
jam per hari pada penelitian di Amerika adalah 91,4 gram (130,6%), lebih tinggi
(Strasburger, Jordan, & Donnerstein, 2012), dibandingkan angka kecukupan lemak yang
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 134
Volume 6. No. 2 – Oktober 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603
dianjurkan menurut PMK No. 28 Tahun 2019 untuk mengalami obesitas (Junaidi &
asupan lemak usia 15-18 tahun yaitu 70 gram Noviyanda, 2016). Analisis lanjutan pada
perhari (Menteri Kesehatan Republik penelitian ini juga didapatkan bahwa sebagian
Indonesia, 2019). Hasil tersebut serupa dengan besar responden mengonsumsi fast food
hasil yang dilapporkan di Jakarta, dimana (74,2%), sehingga perhatian untuk mengurangi
asupan lemak per hari sekitar 78,5 gram konsumsi lemak, khususnya fast food
(Rahayuningtiyas, 2012). diperlukan untuk remaja saat ini.
Persentase asupan serat pada penelitian Persentase asupan lemak sebagai salah
ini sebagian besar adalah defisit berat (98,8%), satu prediktor status gizi juga dilaporkan pada
yaitu sebagian besar responden mengkonsumsi penelitian yang dilakukan di Makasar pada 89
serat kurang dari 70% kebutuhan serat per siswa SMP dengan nilai p=<0,001 (Ardin,
shari yang dianjurkan. Nilai median asupan Kartini, & Lestari, 2018), begitu juga dengan
serat per hari ialah 6,7 gram (23,1%), lebih penelitian yang dilakukan oleh Muchlisa
rendah dibandingkan AKG menurut PMK No. (2013) pada 189 remaja putri di Fakultas
28 Tahun 2019 yaitu sebanyak 29 gram Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, di Makassar dengan nilai p=0,002 (Muchlisa,
2019). Hal sama juga terjadi pada penelitian di Citrakesumasari, & Indriasari, 2013). Hasil
Bengkulu terhadap 70 remaja dengan rata-rata berbeda ditunjukkan pada penelitian yang
asupan serat per hari 14,38±5,69, dimana hasil dilakukan oleh Rahmawati (2017) pada 40
tersebut masih lebih rendah dibandingkan mahasiswa di Surakarta yang menunjukan
dengan asupan serat yang dianjurkan dalam bahwa asupan lemak tidak memiliki hubungan
sehari, yaitu 30 gram per hari berdasarkan yang signifikan dengan status gizi (p=0.218).
PMK No. 75 Tahun 2013 (Maharani, Darwis, Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan
& Suryani, 2017; Menteri Kesehatan Republik oleh Anggit Arifiyanti di Surakarta (2016)
Indonesia, 2013). pada 54 remaja di pondok pesantren
Persentase asupan lemak dan durasi tidur (Arifiyanti, 2016). Perbedaan hasil tersebut
merupakan variabel yang secara statistik kemungkinan karena perbedaan karakteristik
berhubungan dengan z-score. Penelitian ini responden. Penelitian yang dilakukan oleh
menjelaskan bahwa persentase asupan lemak Rahmawati melakukan penelitian pada remaja
merupankan prediktor yang memberikan usia 18-22 tahun (Rahmawati, 2017),
pengaruh paling besar pada z-score (β=0,348, sedangkan penelitian ini dilakukan pada
95%CI=0,014:0,033, p=<0,001). Perubahan rejama usia 15-18 tahun.
era globalisasi memberikan dampak tingginya Variabel kedua yang merupakan prediktor
konsumsi lemak yang dapat mengakibatkan dari z-score adalah durasi tidur (β=-
kegemukan atau obesitas. Penelitian yang 0,206,95%CI=-0,504:-0,086,p=0,006). Hasil
dilakukan oleh M. Angels (2014), melaporkan tersebut sesuai dengan yang dilaporkan pada
bahwa usia 11-15 merupakan usia awal penelitian di Amerika yang menunjukkan
terjadinya gemuk karena pada usia tersebut bahwa durasi tidur kurang dari 7 jam per
nafsu makan akan meningkat (Angels, 2014). malam berisiko memberikan peningkatan pada
Perubahan pola makan pada saat ini juga telah status gizi sebesar 6% (Buxton & Marcelli,
bergeser dari pola makan tradisional ke pola 2010). Durasi tidur sebagai salah satu
makan fast food seperti pizza, kentang goreng, prediktor status gizi juga dilaporkan pada
ayam goreng, hamburger, soft drink dan lain- penelitian yang dilakukan di Yogyakarta dan
lain. Jenis-jenis makanan tersebut memiliki Bondowoso, dimana durasi tidur dilaporkan
manfaat tetapi secara potensial menyebabkan memiliki hubungan yang signifikan dengan
kelebihan kalori (Padmiari & Hadi, 2002). status gizi (Marfuah et al., 2013; Wandansari,
Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian 2015). Hasil yang berbeda dilaporkan pada
yang dilakukan di Aceh pada 64 siswa SD, penelitian di Makassar dan Surakarta, dimana
dilaporkan bahwa konsumsi fast food yang berdasarkan uji analisis tidak ada hubungan
berlebihan menyebabkan 3,667 kali resiko yang signifikan antara durasi tidur dengan
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 135
Volume 6. No. 2 – Oktober 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603
status gizi (Nur, 2012; Saputri, 2018). Hal ini sedentary lifestyle memberikan hasil yang
kemungkinan disebabkan karena proses signifikan pada uji bivariat (r=0,173, p=0,027).
pengambilan data dalam penelitian di Tidak signifikannya hasil pada uji multivariat
Makassar dilakukan saat bulan Ramadhan, dan kemungkinan karena ada variabel lain yang
juga karena teknik pengambilan sampel dan lebih berpengaruh pada z-score. Hasil yang
karakteristik responden yang berbeda. serupa juga dilaporkan pada penelitian yang
Patel dan Hu (2008) dalam penelitiannya dilakukan di Surabaya (2017), dimana
menyatakan bahwa durasi tidur yang pendek di dilaporkan bahwa sedentary lifestyle tidak
malam hari menyebabkan kelelahan yang memberikan korelasi yang signifikan dengan
berlanjut sehingga terjadi penurunan aktifitas kegemukan dengan nilai p=0,635 (Putra,
fisik. Bila hal tersebut terjadi akibatnya 2017).
pembakaran kalori akan menurun sehingga Variabel lain yang kemungkinan memiliki
dapat meningkatkan resiko gizi lebih (Patel & hubungan yang signifikan dengan z-score
Hu, 2008). Hal tersebut didukung dengan dibandingkan sedentary lifestyle, salah satunya
penelitian yang dilakukan di Jakarta terhadap adalah durasi tidur. Hubungan antara
113 siswa SMP, bahwa siswa dengan durasi sedentary lifestyle dan durasi tidur juga
tidur yang kurang 31,875 kali berpeluang dilaporkan berdasarkan hasil penelitian
memiliki status gizi yang berlebih. Hal lanjutan pada uji bivariate penelitian ini,
tersebut disebabkan karena makin lama dimana sedentary lifestyle dan durasi tidur
terbangun akan memberikan potensi anak dan memberikan korelasi yang signifikan (r=-
remaja untuk memiliki waktu untuk makan 0,269, p=0,001). Berdasarkan penelitian di
lebih banyak dan juga meningkatkan sedentary Iran yang dilaporkan oleh Babak Amra (2017),
lifestyle sehingga memicu kenaikan berat salah satu variabel dari sedentary lifestyle
badan (Rahayuningtiyas et al., 2012). yaitu penggunaan ponsel sebelum tidur 1,39
Penelitian yang dilakukan di Chicago juga kali lebih berisiko menyebabkan kualitas tidur
yang menunjukkan bahwa durasi tidur dapat rendah daripada yang tidak (p=<0,001). Pada
mempengaruhi tingkat sirkulasi faktor penelitian tersebut dilaporkan bahwa
neuroendokrin yang mengatur rasa lapar dan penggunaan ponsel setelah jam 9 malam
nafsu makan. Nafsu makan untuk nutrisi padat berhubungan dengan kualitas tidur yang lebih
kalori dengan kandungan karbohidrat tinggi, rendah, bangun terlambat dan tidur
termasuk permen, makanan ringan asin, dan nyeyak.(Amra et al., 2017) Berdasarkan
makanan bertepung, meningkat sebesar 33% penelitian di Iran tersebut, pembatasan
menjadi 45%. Sebaliknya, nafsu makan buah- penggunaan ponsel sebelum waktu tidur atau
buahan, sayuran, dan nutrisi protein tinggi sebelum lewat dari jam 9 malam disarankan
kurang terpengaruh. Hasil pada penelitian itu untuk remaja. Pembatasan pemakaian ponsel
disimpulkan bahwa peningkatan rasa lapar tersebut dapat juga dilakukan menggunakan
dengan durasi tidur yang pendek memiliki aplikasi yang digunakan dalam penelitian ini
korelasi yang signifikan (Spiegel, Tasali, yaitu Quality Time, dimana pada aplikasi
Penev, & Van Cauter, 2004). tersebut pengunduh selain mendapatkan
Sedentary lifestyle merupakan salah satu informasi terkait dengan durasi pemakaian
variable yang tidak menujukkan korelasi yang ponsel, tetapi juga bisa memberi peringatan
signifikan dengan z-score pada uji multivariate jika penggunaan ponsel telah melebihi durasi
namun merupakan salah satu prediktor untuk yang di atur, dan mengatur jadwal istirahat
z-score (β=0,106, p=0,147). Berdasarkan data (MobidaysApps, 2020).
unstandardized beta, sedentary lifestyle Hasil analisis yang berbeda di laporkan
memberikan hasil sebesar 0,07, artinya jika pada penelitian Mandriyarini et al (2017) di
variable sedentary lifestyle naik satu satuan, Semarang yang melaporkan bahwa responden
maka z-score akan naik sebesar 0,07. dengan sedentary lifestyle ≥ 5 jam/hari
Walaupun tidak memberikan hasil yang berpeluang risiko 2,9 kali lebih besar menjadi
signifikan pada uji multivariat, namun obesitas (Mandriyarini, Sulchan, & Nissa,
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 136
Volume 6. No. 2 – Oktober 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603
2017), begitu juga dengan penelitian yang sampel dan juga cara pengambilan data untuk
dilakukan oleh Stettler (2002) dalam asupan zat gizi.
penelitiannya terhadap bayi baru lahir hingga Korelasi negatif antara persentase asupan
usia 7 tahun di Amerika menyebutkan bahwa serat dan z-score pada data unstandardized
sedentary lifestyle pada remaja merupakan beta sesuai dengan hasil penelitian yang
salah satu penyebab pada remaja mengalami dilaporkan di Amerika yang menyebutkan
penyakit seperti obesitas, diabetes mellitus, bahwa asupan serat yang rendah dapat
dan gangguan keseharian yaitu pusing, meningkatkan C-reactive protein sehingga
kesulitan tidur dan terjadinya penuaan menyebabkan remaja berisiko gizi lebih. Hal
dini.(Stettler, Zemel, Kumanyika, & Stallings, tersebut dikarenakan asupan serat yang rendah
2002) Penelitian yang dilakukan di Norwegia dapat membuat asam empedu lebih sedikit
juga melaporkan bahwa terdapat hubungan diekskresi feses. Oleh karena itu, kolesterol
antara sedentary lifestyle dengan status gizi akan banyak direabsorpsi dari hasil sisa
pada anak sekolah (Andersen et al., 2005). empedu sehingga membuat kolesterol banyak
Penyebab terjadinya perbedaan hasil pada beredar dalam darah dan menghambat aliran
penelitian ini kemungkinana terjadi karena darah yang kemudian berdampak pada
adanya penambahan aktifitas duduk belajar peningkatan status gizi (King, Mainous, Egan,
disekolah. Pada penelitian ini aktifitas belajar Woolson, & Geesey, 2005).
disekolah masuk menjadi salah satu variable Serat sangat diperlukan untuk mengikat
yang ditambahkan sebagai sedentary lifestyle, kolesterol supaya tidak mengalir melalui
dan merupakan aktifitas belajar-mengajar yang pembuluh darah dan dapat memberikan efek
masuk dalam kategori sekolah full day (mulai kenyang yang lebih lama sehingga tidak cepat
pukul 07.15 sampai pukul 15.45). Hal tersebut merasa lapar. Asupan tinggi serat membantu
membuat aktifitas belajar dikelas menjadi mengontrol berat badan dengan tidak
aktifitas kedua terbanyak yang dilakukan oleh menyumbang energi berlebih (Sefaya,
responden dalam penelitian ini. Nugraheni, & Rahayuning, 2017). Asupan
Variabel lainnya yang tidak memberikan serat yang cukup dapat membantu dalam
hasil yang signifikan pada uji multivariat mengontrol berat badan karena serat
namun merupakan prediktor dari z-score mempunyai energy density yang rendah
adalah persentase asupan serat (β=-0,020, sehingga rasa kenyang dapat meningkatkan.
p=0,777). Unstandardized beta pada variabel Ketika serat dicerna akan menarik air dan
persentase asupan serat menujukkan nilai - membentuk gel yang dapat memperlambat
0,020, artinya, jika presentase asupan serat proses pencernaan jadi rasa kenyang bertahan
mengalami kenaikan satu satuan, maka z-score lebih lama (Permanasari & Aditianti, 2018).
akan mengalami penurunan sebesar 0,020 Variabel umur pada penelitian ini tidak
(hubungan negatif). Hal tersebut sejalan memberikan hasil yang signifikan terhadap z-
dengan penelitian yang dilakukan di Indonesia score dan bukan merupakan salah satu
terhadap anak usia 5-18 tahun dimana prediktor dari z-score. Berdasarkan hasil uji
didapatkan hasil bahwa asupan serat tidak bivariat didapatkan nilai r=0,057 dan p=0.474
memiliki hubungan yang signifikan terhadap sehingga variabel umur tidak dimasukan
status gizi (r=0.142, p=0.431) (Permanasari & dalam model uji multivariat (p<0,25). Hasil ini
Aditianti, 2018). Penelitian tersebut konsisten dengan penelitian sebelumnya di
menggunakan analisis data yang sama dengan Yogyakarta pada 244 siswa SD bahwa umur
penelitian ini. Namun bedasarkan penelitian tidak memberikan hasil yang signifikan
yang dilakukan oleh Maharani et al (2017) terhadap status gizi (Marfuah et al., 2013).
terhadap 70 siswa SMP di Bengkulu, asupan Berbeda dengan penelitian Sartika (2011) yang
serat memiliki hubungan yang signifikan dilakukan pada anak usia 5-15 tahun di
terhadap status gizi lebih (Maharani et al., Indonesia dimana didapatkan hasil umur
2017). Perbedaan tersebut terjadi memberikan hasil yang signifikan terhadap
kemungkinan karena perbedaan kriteria status gizi (p<0.001) (Sartika, 2011).
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 137
Volume 6. No. 2 – Oktober 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603
Perbedaan hasil kemungkinan terjadi karena penggunaan alat ukur, karakteristik responden
pada penelitian ini dilakukan pada remaja usia dan analisis data yang sama dengan penelitian
15-18 tahun sedangkan pada penelitian ini. (M. Putra et al., 2012; Putra, 2017)
sebelumnya pada anak usia 5-15 tahun. Variabel terakhir yang tidak memiliki
Hasil uji bivariat, berat badan lahir secara hubungan yang signifikan dengan z-score
statistik tidak berhubungan dengan status gizi namun merupakan salah satu prediktor adalah
dengan nilai r=0,062 dan p=0,432 (p>0,25), frekuensi olahraga per minggu (β=-0,137,
sehingga berat badan lahir tidak dimasukan p=0,053). Penelitian ini sejalan dengan
dalam model multivariat dan bukan penelitian di Bondowoso pada remaja usia 14-
merupakan salah satu prediktor z-score. 18 tahun bahwa tidak ada hubungan yang
Penelitian yang dilakukan di Bengkulu signifikan antara olahraga dengan status
terhadap remaja usia 15-19 tahun gizi.(Wandansari, 2015) Walaupun hasil uji
mendapatkan hasil yang sama bahwa berat bivariat dalam penelitian ini tidak terdapat
badan lahir tidak memiliki hubungan yang hubungan, bila dilihat dari nilai unstandardized
signifikan dengan status gizi (Simbolon, beta pada penelitian ini frekuensi
2013). Penelitian tersebut dilakukan pada olahraga/minggu menujukkan nilai -0,008,
remaja usia 15-19 tahun sama dengan artinya, jika frekuensi olahraga per minggu
penelitian ini. Namun penelitian yang mengalami kenaikan satu satuan, maka z-score
dilakukan Gillman et al (2003) menunjukkan akan mengalami penurunan sebesar 0,008
bahwa kelebihan berat badan saat lahir (hubungan negatif). Hal tersebut dapat
memiliki resiko gemuk/obesitas saat usia disimpulkan bahwa frekuensi olahraga
remaja. Gillman et al (2003) menjelaskan memiliki korelasi dengan status gizi namun
berat badan lahir rata-rata 3,4 kg untuk anak kemungkinan terdapat faktor lain yang lebih
perempuan berisiko 14.2% kelebihan berat kuat dari frekuensi olahraga per minggu yang
badan pada remaja awal (Gillman et al., 2003). memberikan pengaruh terhadap z-score. Hasil
Berdasarkan hasil uji bivariat variabel yang berbeda dilaporkan pada penelitian yang
penghasilan keluarga tidak memberikan dilakukan Natalia Sinaga (2016) terhadap 76
hubungan yang signifikan terhadap z-score siswa SMP di Rangkasbitung, dimana variabel
pada penelitian ini, namun merupakan salah olahraga memberikan hasil yang signifikan
satu prediktor untuk z-score (β=0,018, dengan status gizi pada uji bivariat dan
p=0,795). Unstandardized beta untuk variabel multivariat (Sinaga, 2016). Perbedaan hasil
peghasilan keluarga menujukkan nilai kemungkinan karena perbedaan defisini
0,000000000741, artinya, jika penghasilan operasional yang dipakai dalam pengambilan
keluarga mengalami kenaikan satu satuan, data dan juga kriteria responden yang berbeda.
maka IMT/U akan mengalami kenaikan Olahraga merupakan aktivitas fisik yang
sebesar 0,00000000074. Berdasarkan hasil memiliki cara terbaik untuk menjaga
tersebut dapat dilihat bahwa penghasilan kesehatan. Pada penelitian ini minimal dalam
keluarga hanya memberikan hubungan yang satu minggu remaja rutin melakukan olahraga
sangat kecil dengan z-score. Tidak adanya di sekolah. Menurut hasil penelitian Mustelin
hubungan yang signifikan antara penghasilan (2009) di Finlandia menjelaskan bahwa
keluarga dan z-score juga dilaporkan pada responden yang tidak rutin melakukan
penelitian yang dilakukan oleh Cici Octari olahraga memiliki resiko obesitas 1.35 kali
(2014) di Padang, yaitu penghasilan keluarga dibandingkan yang rutin berolahraga
tidak memberikan pengaruh terhadap status (Mustelin, Silventoinen, Pietiläinen, Rissanen,
gizi dengan nilai p=0,396 (Octari & Liputo, & Kaprio, 2009). Penelitian yang dilakukan
2014). Penelitian Oktaviani dkk (2012) dan W. Dewi Sartika (2011) di Indonesia juga
Putra (2017) juga melaporkan hal serupa yaitu menunjukkan perbedaan pada status gizi
penghasilan keluarga tidak memiliki hubungan terhadap responden yang rutin olahraga dan
yang signifikan dengan status gizi. Persamaan tidak rutin olahraga (p<0.001) (Sartika, 2011).
hasil penelitian sebelumnya dikarenakan
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 138
Volume 6. No. 2 – Oktober 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 139
Volume 6. No. 2 – Oktober 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 140
Volume 6. No. 2 – Oktober 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 141
Volume 6. No. 2 – Oktober 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 142
Volume 6. No. 2 – Oktober 2020