You are on page 1of 12

JGK-vol.9, no.

21 Januari 2017

THE CORRELATION BETWEEN ENERGY AND FAT OF STREET FOOD TOWARDS


THE NUTRITIONAL STATUS OF STUDENTS AGED 13-15 YEARS OLD IN WEST
UNGARAN

Shintya Fika Harvi, Sugeng Maryanto, Galeh Septiar Pontang


Nutrition Study Program, Health Science Faculty, University of Ngudi Waluyo
E-mail : shintya_fika12@yahoo.com

ABSTRACT
The consumption of street food contributes to the adequacy of energy and fat as well as the
nutrition which affects someones nutritional status. Adolescents is one of the most susceptible
group to the influence of street food consumption.Purposethe study is knowingthe correlation
between energy and fat intake from street food with nutritional status of students aged 13-15
years old in West Ungaran.
The correlation study used cross sectional approach. The population was all 13-15 years old
students in West Ungaran, obtaining 335 students with proportional random sampling
technique. Method of data taking used microtoice, digital scale and FFQ Semi Kuantitatif.
Bivariate analysis used Spearman Rank test (α=0.05).
Based on Body Mass Index (BMI) the students have normal nutritional status (70,7%), while
the rest have fat nutritional status (12,8%), Obesity (10,1%), very thin (6%), and thin (5,7%),
with an average intake of energy from the street food is 40,50% and intake of fat from the
street food is 44,80%. There isa correlationbetween energy intake from street food
consumption toward nutritional status of students aged 13-15 years old in West Ungaran
(p=0,003). There isa correlationbetween fat intake from street food consumption toward
nutritional status of students aged 13-15 years old in West Ungaran (p=0,017).
There isa correlationbetween energy and fat intake from street food consumption toward
nutritional status of students aged 13-15 years old in West Ungaran.

Keywords: Energy intake, fat intake, street food, nutritional status

Jurnal Gizi dan Kesehatan 11


JGK-vol.9, no.21 Januari 2017

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN LEMAK DARI MAKANAN


JAJANAN DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA
USIA 13-15 TAHUN DI KECAMATAN UNGARAN BARAT

Shintya Fika Harvi, Sugeng Maryanto, Galeh Septiar Pontang


Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo
E-mail :shintya_fika12@yahoo.com

ABSTRAK
Konsumsi makanan jajanan turut berkontribusi dalam kecukupan energi dan lemak serta
kandungan gizinya yang berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Remaja merupakan salah
satu golongan rentan terhadap pengaruh makanan jajanan. Tujuanpenelitian ini yaitu
mengetahui hubungan antara asupan energi dan lemak dari makanan jajanan dengan status
gizi pada siswa usia 13-15 tahun di Kecamatan Ungaran Barat.
Studi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa usia 13-15 tahun di kecamatan Ungaran Barat, sampel didapat 335 siswa
dengan metode proportional random sampling. Instrumen penelitian menggunakan
microtoice, timbangan injak digital, dan FFQ Semi Kuantitatif. Analisis bivariat
menggunakan uji Spearman Rank (α=0.05).
Berdasarkan IMT/Ustatus gizi siswa kategori normal yaitu (70,7%),gemuk (12,8%), obesitas
(10,1%), sangat kurus (6%), dan kurus (5,7%) dengan rata-rata asupan energi dari makanan
jajanan 40,50% dan asupan lemak dari makanan jajanan 44,80%. Ada hubungan antara
asupan energi dari makanan jajanan dengan status gizi pada siswa usia 13-15 tahun di
Kecamatan Ungaran Barat (p=0,003). Ada hubungan antara asupan lemak dari makanan
jajanan dengan status gizi pada siswa usia 13-15 tahun di Kecamatan Ungaran Barat
(p=0,017).
Ada hubungan antara asupan energi dan lemak dari makanan jajanan dengan status gizi pada
siswa usia 13-15 tahun di Kecamatan Ungaran Barat.

Kata Kunci: Asupan energi, asupan lemak, makanan jajanan, status gizi.

Jurnal Gizi dan Kesehatan 12


JGK-vol.9, no.21 Januari 2017

PENDAHULUAN jajanan dan aktivitas fisik merupakan


Makanan jajanan merupakan faktorresiko kejadian obesitas pada remaja.
bagian yang tidak terpisah dari kehidupan Kontribusi makanan jajanan terhadap
masyarakat baik diperkotaan maupun konsumsi sehari siswa berkisar antara 10-
dipedesaan. Konsumsi makanan jajanan 20%. Kontribusi makanan jajanan yang
terus meningkat mengingat dengan makin lebih dari 300 kkal/hari dan aktifitas fisik
terbatasnya waktu anggota keluarga untuk ringan, masing-masing mempunyai resiko
mengolah makanan sendiri. Keunggulan 3,2 kali dan 5,1 kali lebih besar untuk
makanan jajan tersebut yaitu lebihmudah mengalami obesitas dibandingkan remaja
didapat, murah, enak,serta cita rasa yang yang mengonsumsi makanan jajanan
sesuai dengan selera masyarakat. kurang dari 300 kkal/hari dan melakukan
Konsumsi dan kebiasaan jajan turut aktivitas fisik sedang. Sedangkan menurut
berkontribusi dalam kecukupan energi penelitian Yanti Mariza (2012)
serta kandungan zat gizinya yang menyatakan bahwa subjek yang asupan
berpengaruh terhadap status gizi seseorang jajanannya mengandung energi>10% dan
(Dwi adhi, 2012). frekuensi > 5x dalam seminggu memiliki
Makanan jajanan (fast food dan resiko 7x terhadap status gizi lebih.
junk food) cenderung mengandung tinggi Gizi lebih atau obesitas pada masa
kalori, gula, lemak, dan garam namun anak atau remaja dapat meningkatkan
rendah mengandung protein, serat, vitamin, kejadian diabetes mellitus (DM) tipe 2,
dan mineral sehingga asupan dari makanan Selain itu juga beresiko menjadi obesitas
jajanan dapat mempengaruhi status gizi pada saat dewasa dan berpotensi
seseorang (Suryaputra,2012). Siswa atau mengakibatkan gangguan metabolisme
remaja usia sekolah merupakan salah satu glukosa dan penyakit degeneratif seperti
kelompok yang harus diperhatikan dalam penyakit jantung, penyumbatan pembuluh
pola konsumsi makanannya. Selain masih darah dan lain-lain (Sartika , 2011 dan
dalam proses pertumbuhan dan pengenalan Pramono, 2014).
lingkungan serta dirinya, mereka rentan Salah satu metode dalam
terhadap pengaruh makanan modern. menentukan status gizi pada golongan
Remaja lebih memilih makanan jajanan remaja yaitu dengan pengukuran
serta makanan yang tinggi energi dan antropometri IMT/U dimana parameter
lemak seperti fast fooddan junk fooduntuk yang digunakan adalah tinggi badan, berat
menciptakan citra diri yang modern dalam badan, dan umur. IMT/U merupakan
komunitasnya, mereka beranggapan indikatoryang dapat dipercaya untuk
dengan mengkonsumsi fast food dapat mengukur lemak tubuh pada usia remaja
menaikkan status sosial, menaikkan gengsi (Simbolon, 2013).Remaja yang sering
dan tidak ketinggalan globalitas di antara mengonsumsi makanan cepat saji atau fast
teman sebayanya (Sinaga, 2012). Selain food cenderung memiliki IMT/U lebih
rentan terhadap pengaruhmakanan cepat tinggi dibanding dengan remaja yang tidak
saji, golongan remaja juga memiliki pola secara periodik makan makanan cepat saji
makan yang tidak teratur, seringjajan, sehingga mereka rentan mengalami
sering tidak makan pagi, dan bahkan sama masalah gizi lebih terutama overweight dan
sekali tidak makan siang sehingga remaja obesitas. (Frazer et.all., 2011).
rentan terhadap masalah gizi (Adriani dan Di Indonesia menurut data
Wirjatmadi, 2012). Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa
Hasil penelitian Pramono (2014) prevalensi status gizi lebih atau gemuk
yang dilakukan di Semarang, remaja pada remaja usia 13-15 tahun berdasarkan
mendapatkan asupan energi jajanan cukup IMT/U yaitu 8,7% pada remaja laki-laki
tinggi dan kontribusi energi dari makanan dan 7,8% pada remaja perempuan,

Jurnal Gizi dan Kesehatan 13


JGK-vol.9, no.21 Januari 2017

sedangkan prevalensi obesitas sebesar jajanan dengan status gizi pada siswausia
2,8% pada remaja laki-laki dan 2,3% pada 13-15 tahun dengan menggunakan siswa
remaja perempuan. Selain itu untuk SMP di kecamatan Ungaran Barat.
prevalensi sangat kurus sebesar2,7% pada Penelitian ini bertujuan untuk
remaja laki-laki dan 4% pada remaja putri, mengetahui hubungan antara asupan energi
serta prevalensi kurus untuk remaja putra dan lemak dari makanan jajanan dengan
yaitu sebesar 9,1% dan remaja putri status pada siswa usia 13-15 tahun di
sebesar 6,4%. Sedangkan prevalensi di kecamatan Ungaran Barat.
Jawa Tengah yaitu status gizi normal 79%,
kurus 7,9%, gemuk 7,1%, sangat kurus METODE PENELITIAN
3,5%, dan obesitas 2,4%. Penelitian ini menggunakan desain
Berdasarkan hasil studi penelitian studi korelasi dengan
pendahuluan yang telah peneliti lakukan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
pada tanggal 12 Februari 2016 di SMPN 1 penelitian ini adalah seluruh siswa usia 13-
Ungaran didapatkan data bahwa 45% (9 15 tahun di kecamatan Ungaran Barat,
dari 20 ) responden memiliki IMT/U yang sampel didapat 335 siswa dengan metode
termasuk dalam kategori obesitas, 38% (8 proportional random sampling.
dari 20) responden memiliki IMT/U yang Variabel terikat dalam penelitian
termasuk gemuk, dan 15% (3 dari 20) ini adalah status gizi siswa, serta variable
responden memiliki IMT/U yang termasuk bebas adalah asupan energi dan lemak dari
normal. Konsumsi makanan jajanan yang makanan jajanan. Data yang dikumpulkan
dilihat berdasarkan survei konsumsi antara lain identitas responden, tinggi
menggunakan FFQ Semi Kuantitatif, badan siswa yang dilakukan dengan
kontribusi energi dari makanan jajanan pengukuran menggunakan microtoice
yaitu sebanyak 45,29%, dan lemak 47,41% dengan ketelitian 0,1 cm, berat
dari total kebutuhan energi sehari. penimbangan berat badan
Makanan jajanan yang sering menggunakantimbangan injak digital
dikonsumsi remaja tersebut seperti dengan ketelitian 0,1 kg, serta asupan
minuman kemasan, softdrink, minuman energi dan lemak dari makanan jajanan
bubuk instan, mie ayam, mie instan, yang diambil menggunakan formulir Food
burger, bakso, seblak, gorengan, sosis, dan Frequency Semi Kuantitatif kemudian
kue manis yang hampir di konsumsi setiap diolah menggunakan nutrisurvey.
hari dengan frekuensi 1-2x per hari. Uji Statistik untuk hubungan antara
Berdasarkan uraian tersebut peneliti asupan energi dan lemak dari makanan
tertarik untuk mengkaji hubungan antara jajanan menggunakan uji Spearman Rank
asupan energi dan lemak dari makanan (α=0.05).

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Kategori Asupan Energi dari Makanan Jajanan pada Siswa Usia 13-15 Tahun di
Kecamatan Ungaran Barat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kategori Asupan Energi dari Makanan Jajanan
Kategori Asupan Frekuensi (n) Persentase (%)
Kurang(<25% AKG) 81 24,2
Baik(25-50% AKG) 165 49,2
Lebih(>50% AKG) 89 26,6
Total 335 100
Pada penelitian ini, pengkategorian 49,9% siswa memiliki asupan energi dari
asupan didapatkan dari hasil perhitungan makanan jajanan kategori baik yaitu 25-
nilai kuartil menggunakan SPSS. Sebanyak 50% dari kebutuhan energi dibanding

Jurnal Gizi dan Kesehatan 14


JGK-vol.9, no.21 Januari 2017

AKG. Siswa tersebut rata-rata memiliki 4-6 kali/minggu. Makanan jajanan yang
status gizi normal serta mempunyai dikonsumsi diantaranya yaitu sosis bakar,
kebiasaan sarapan pagi. Makanan jajanan mie instan, gorengan, cilok, siomay, kue
yang dikonsumsi diantaranya nasi pecel, manis, dan minuman manis. Selain itu,
puding, jagung serut, nasi goreng, keripik, sebanyak 24,2% siswa memiliki asupan
chiki, biskuit, dan aneka minuman energi dari makanan jajanan yang
kemasan dengan masing-masing porsi 2- tergolong kurang hal ini dikarenakan total
3x/minggu. Sedangkan 26,6% siswa asupan energi siswa yang lebih banyak
memiliki asupan energi dari makanan dibanding asupan energi dari makanan
jajanan termasuk lebih hal ini dikarenakan jajanan selain itu siswa juga menyukai
siswa mengonsumsi makanan yang tinggi makanan jajanan golongan minum-
energi, karbohidrat dan lemak dengan porsi minuman yang mengandung rendah kalori.

2. Kategori Asupan Lemak dari Makanan Jajanan pada Siswa Usia 13-15 Tahun di
Kecamatan Ungaran Barat
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kategori Asupan Lemak dari Makanan Jajanan
Kategori Asupan Frekuensi (n) Persentase (%)
Kurang (<24% AKG) 167 49,9
Baik(24-60% AKG) 168 50,1
Lebih (>60% AKG) 0 0,0
Total 335 100,0
Lemak merupakan salah satu zat dikonsumi yaitu makanan jajanan
gizi makro yang merupakan sumber energi golongan makanan utama seperti nasi
paling padat yang menghasilkan 9 kkal tiap goreng, soto, nasi rames. Serta makanan
gramnya, yaitu 2 ½ kali lebih besar energi jajanan golongan snack dan minuman
yang dihasilkan dibanding karbohidrat. seperti gorengan, kue manis, es teh, es
Pada penelitian ini, 50,1% siswa marimas, aneka keripik dan lain-lain.
memiliki asupan lemak dari makanan Sedangkan sebnayak 49,9% siswa
jajanan yang baik yaitu 24-60% dari AKG. memiliki asupan lemak dari makanan
Namun berdasarkan hasil wawancara jajanan yang termasuk kurang hal ini
asupan makanan dalam satu bulan terakhir, dikarenakan siswa mengonsumsi makanan
asupan lemak siswa lebih banyak pada jajanan dari golongan minuman yang
total asupan lemak sehari dimana mengandung rendah lemak selain itu,
komposisi lemak yang dibutuhkan remaja siswa juga memiliki kebiasaan sarapan
usia 13-15 tahun yaitu 20-30% dari total setiap hari.
energi sehari. Makanan jajanan yang

3. Asupan Energidari Makanan Jajananpada Siswa Usia 13-15 Tahun di Kecamatan


Ungaran Barat
Tabel 3 Deskripsi Asupan Energi dari Makanan Jajanan pada Siswa Usia 13-15 Tahun
di Kecamatan Ungaran Barat
Variabel (n) Mean Median Min Max SD

Jurnal Gizi dan Kesehatan 15


JGK-vol.9, no.21 Januari 2017

Asupan
EnergiJajanan

a. Dalam kkal 335 931 866,2 140 2592 ± 449,58


b. Dalam %/AKG
335 40,5 37,49 5,69 121,9 ± 19,87
Berdasarkan hasil penelitian asupan Asupan energi dari makanan jajan
energi dari makanan jajanan yang yang termasuk tinggi yaitu 121,90%AKG
dikonsumsi oleh siswa, sebagian besar dengan total asupan energi sehari
siswa mempunyai asupan energi dari 2592,00%. Berdasarkan hasil dari FFQ
makanan jajanan rata-rata 40,50% dari yang telah didapat, kebiasaan siswa
AKG. Asupan energi dari makanan jajanan tersebut mengonsumsi makanan jajan yang
paling rendah yaitu 5,69%AKG karena termasuk makanan utama yang bersumber
memiliki asupan energi jajan yang dari karbohidrat (mie ayam, nasi goreng,
bersumber karbohidrat namun dengan soto), menyukai makanan yang
porsi 2-3 dalam satu minggu.Berdasarkan mengandung gula sederhana (es krim, teh
hasil wawancara asupan makanan dengan manis, kopi, sirup, kue manis) yang rata-
menggunakan FFQ Semi Kuantitatif untuk rata dikonsumsi 2-3 porsi/minggu.
satu bulan terakhir yaitu asupan energi dari Konsumsi 1 gram karbohidrat dapat
makanan jajan terendah yaitu sebesar menyumbang energi sebesar 4 kkal dan
140,99 kkal. Makanan jajanan siswi konsumsi 1 gram lemak menyumbang
tersebut yaitu mengonsumsi minuman energi sebanyak 9 kkal (Almatsier, 2009).
manis (teh, sirup, susu kental manis) satu Uang saku siswa tersebut Rp. 10.000 per
kali per minggu, gorengan, soto, dan nasi hari.uang saku ini dua kali lipat lebih
goreng masing-masing 1 potong/bulan banyak dari uang saku dari siswa yang
serta memiliki kebiasaan membawa bekal memiliki asupan energi terendah. Dengan
dan sarapan setiap hari Kebisaan sarapan uang saku Rp. 10.000 siswa dapat membeli
pagi bermanfaat untuk menyediakan energi 2-3 porsi makanan jajanan utama, 2 porsi
bagi tubuh sehingga dapat mengurangi minuman, dan 3-4 makanan jajan golongan
mengkonsumsi makanan jajanan (Aprillia, snack.
2011). Uang saku siswa tersebut yaitu Rp. Rata-rata asupan energi dari
5000,00/hari. Hasil penelitian Yuflida makanan jajanan berdasarkan penelitian ini
(2001) diketahui bahwa besar uang saku yaitu 40,50%AKG dimana rata-rata ini
berhubungan dengan frekuensi jajan anak. melebihi rata-rata hasil penelitian Pramono
Semakin banyak uang saku maka semakin (2013) yaitu 20-30% dari kebutuhan
meningkat frekuensi jajan anak tersebut. sehari. Jika dilihat dari hasil wawancara
Dengan uang saku Rp. 5.000, siswa dapat FFQ, hal ini salah satunya disebabkan
membeli 1 makanan jajanan utama, 1 karena porsi dan jenis makanan jajan yang
minuman, dan makanan jajanan golongan dikonsumsi siswa bersumber tinggi energi,
snack seperti gorengan, keripik, martabak, karbohidrat, dan lemak seperti mi instan,
dan lain sebagainya. cilok, sosis bakar, kue manis, soft drink
dan lain sebagainya.

4. Asupan Lemak dari Makanan Jajanandan Total Asupan Lemak pada Siswa Usia
13-15 Tahun di kecamatan Ungaran Barat
Tabel 4 Deskripsi Asupan Lemak dari Makanan Jajanan dan Total Asupan Lemak
pada Siswa Usia 13-15 Tahun di Kecamatan Ungaran Barat
Variabel (n) Mean Median Min Max SD

Jurnal Gizi dan Kesehatan 16


JGK-vol.9, no.21 Januari 2017

Asupan Lemak
Jajanan

a. Dalam Gr 335 34,46 30,56 1,76 116 ± 20,52


b. Dalam %/AKG
335 44,8 38,53 1,76 148,4 ± 27

Berdasarkan hasil penelitian ini Salah satu faktor yang


rata-rata asupan lemak dari makanan mempengaruhi pemilihan makanan jajanan
jajanan 44,80%. Persentase tersebut yaitu ketersediaan makanan jajanan.
melebihi kebutuhan lemak pada anak >3 Ketersediaan makanan jajanan merupakan
tahun yaitu 25-30% dari total energi sehari akses untuk mendapatkan makanan di
(Utama, 2014). lingkungan sekolah maupun dilingkungan
Asupan lemak dari makanan jajan rumah anak. Dari pengamatan yang
yang terendah yaitu 1,76%AKG menyukai dilakukan di kantin-kantin sekolah,
makanan jajanan golongan minum- sebagian besar kantin menyediakan
minuman manis yang rendah lemak dengan makanan jajanan yang tinggi energi,
jumlah dan frekuensi yang jarang (1-2 lemak, karbohidrat, dan gula, seperti nasi
porsi/minggu). Sedangkan untuk Siswa goreng, gorengan, minuman manis
yang memiliki asupan lemak dari makanan kemasan, kue manis, keripik, gulali, dan
jajan yang termasuk tinggi yaitu lain sebagainya. Sehingga siswa membeli
148,40%AKGmenyukai makanan jajanan makanan jajanan yang tersedian dikantin
cepat saji dan mengandung tinggilemak sekolah. Lemak yang berlebih didalam
seperti gorengan roti bakar, sosis bakar, tubuh akan tertimbun di dalam dinding
keripik, ayam chiken dan kue manis 1- pembuluh darah dan menimbulkan
5x/minggu, soft drink, aneka gorengan, ateroklerosis yaitu penyempitan atau
kue dan minuman manis, dengan porsi 2-4 pengerasan pembuluh darah. Kondisi
sehari. inimerupakan cikal bakal terjadinya
penyakit jantung dan stroke (LIPI, 2009).

5. Status Gizi Siswa


Tabel 5 Distribusi Frekuensi Status Gizi Siswa Berdasarkan Z-Score pada Siswa Usia
13-15 Tahun di Kecamatan Ungaran Barat
Kategori Status Gizi Frekuensi (n) Persentase (%)
Sangat Kurus ( < -3 SD) 2 0.6
Kurus ( -3 SD s/d < -2 SD) 19 5,7
Normal ( -2 SD s/d 1 SD) 237 70,7
Gemuk ( > 1 SD s/d 2 SD) 43 12.8
Obesitas ( >2 SD) 34 10,2
Total 335 100.0

Tabel 6 Deskripsi Status Gizi Siswa Berdasarkan Z-Score Menurut IMT/U pada Siswa
Usia 13-15 Tahun di Kecamatan Ungaran Barat
Variabel (n) Min Max Mean SD
(SD) (SD) (SD)
Status Gizi (IMT/U) 335 -3,97 4,07 0,054 ± 1,36

Jurnal Gizi dan Kesehatan 17


JGK-vol.9, no.21 Januari 2017

Berdasarkan hasil penelitian gizi gemuk dan obesitas juga melebihi


terhadap 335 siswa di kecamatan Ungaran hasil prevalensi status gizi di Jawa Tengah.
Barat mengenai kontribusi asupan energi Menurut Indra (2010) remaja yang
dan lemak dari makanan jajanan dengan mengalami obesitas akan mempengaruhi
status gizi pada siswa usia 13-15 tahun perkembangan psikologis salah satunya
diketahui bahwa sebagian besar siswa yaitu rasa percaya diri. Apabila seseorang
memiliki status gizi normal sebanyak tidak memiliki rasa percaya diri akan
70,7%, 12,8% termasuk gemuk, 10,1% timbul masalah karena percaya diri
termasuk obesitas, 5,7% termasuk kurus merupakan aspek kepribadian dari
dan 6% termasuk sangat kurus. seseorang yang berfungsi mengaktualisasi
Jika dibedakan berdasarkan jenis potensi yang dimiliki. Selain itu juga dapat
kelamin, status gizi normal pada siswa menyebabkan rasa putus asa karena merasa
laki-laki 35,2%, gemuk 7,14%, obesitas berbeda atau dibedakan dari kelompoknya.
6,23%, kurus 4,2%, dan sangat kurus 6%. Sedangkan untuk jangka panjang,
Sedangkan persentase status gizi normal remaja yang mengalami obesitas dapat
pada perempuan yaitu 35,5%, gemuk meningkatkan kejadian diabetes mellitus
5,65%, obesitas 3,87%, dan kurus 1,5%. (DM) tipe 2, Selain itu juga beresiko
Persentase status gizi remaja usia 13-15 menjadi obesitas pada saat dewasa dan
tahun untuk status gizi obesitas dan sangat berpotensi mengakibatkan gangguan
kurus telah melebihi hasil prevalensi jika metabolisme glukosa dan penyakit
dibandingkan dengan hasil prevalensi degeneratif seperti penyakit jantung,
Nasional Riskesdas 2013. Selain itu status penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain
(Sartika , 2011 dan Pramono, 2014).

6. Hubungan antara Asupan Energi dari Makanan Jajanan dengan Status Gizi Siswa
Usia 13-15 Tahun di Kecamaan Ungaran Barat
Tabel6 Hubungan antara Asupan Energi dari MakananJajanan dengan Status Gizi
Siswa Usia 13-15 Tahun di KecamatanUngaran Barat
Variabel n Mean SD r p value
Asupan Energi Jajan/AKG 335 40,50 ± 19,87 0,160 0,003
Status Gizi Remaja 335 0,054 ± 1,36
Berdasarkan hasil penelitian yang arah korelasi positif dengan kekuatan
telah peneliti lakukan pada 335 siswa di lemah, artinya semakin tinggi asupan
SMP negeri dan swasta yang berada di energi dari makanan jajanan maka z-score
wilayah kecamatan Ungaran Barat semakin tinggi yang artinya gemuk
menunjukkan bahwa asupan energi dari maupun obesitas.
makanan jajanan rata-rata siswa yaitu Asupan energi dari makanan jajan
40,50%AKG dengan rata-rat total asupan paling tinggi yaitu 121,90% dari AKG, dan
energi dari makanan jajanan 931,49 kkal berkontribusi sebesar 37,87% dari asupan
dan rata-rata total asupan sehari2396,94 energi sehari. Asupan energi dari makanan
kkal serta status gizi siswa rata-rata 0,056 jajan yang diperoleh sebagian besar berasal
SD. Hasil analisis uji statistik dari makanan yang cenderung
menggunakan Spearman Rankdiperoleh mengandung tinggi energi dan karbohidrat
nilai p=0,003(p ≤ 0,05) yang berarti sederhana sebagai sumber energi. Selain
terdapat hubungan antara kontribusi itu juga dikarenakan siswa gemar
asupan energi dari makanan jajanan mengkonsumsi makanan jajanan di kantin
dengan status gizi pada siswa usia 13-15 dan di luar rumah dibandingkan
tahun di kecamatan Ungaran Barat, dengan mengkonsumsi makanan dari rumah,
nilai korelasi 0,160 yang menunjukkan jarang sarapan pagi sebelum berangkat

Jurnal Gizi dan Kesehatan 18


JGK-vol.9, no.21 Januari 2017

sekolah serta tidak pernah membawa bekal dari makanan jajanan lebih dari 300 kkal
makanan dari rumah. /hari beresiko 3,2 kali lebih besar untuk
Kelebihan asupan energi atau mengalami obesitas. Selain itu penelitian
karbohidrat akan disimpan dalam bentuk Aninditya (2011)juga menyatakan bahwa
glikogen dan lemak. Glikogen akan konsumsi makanan jajanan dengan energi
disimpan di hati dan otot. lemak akan ≥30% dari asupan energi sehari memiliki
disimpan disekitar perut, ginjal, dan bawah resiko 3,24 kali menjadi obesitas.
kulit. Oleh karena itu kelebihan energi dan Kurangnya aktifitas fisik juga
karbohidrat dapat menyebabkan obesitas. merupakan faktor penyebab terjadinya
Obesitas pada anak beresiko tinggi menjadi kegemukan dan obeitas pada kalangan
obestas dimasa dewasa dan berpotensi anak sekolah. Kemajuan teknologi berupa
mengalami penyakit degeratif dikemudian alat elektronik seperti vidio games,
hari (WHO, 2000). playstation, televisi, dan komputer
Pada penelitian ini siswa memiliki menyebabkan anak malas untuk
asupan karbohidrat sederhana yang melakukan aktifitas fisik. Kurang aktifitas
berlebih seperti minuman kemasan, kue fisik menyebabkan jumlah kalori yang
manis, dan es krim. Asupan energi yang dibaar lebih sedikit dibanding kalori yang
berasal dari lemak, karbohidrat, dan yang diperoleh dari makanan sehingga
protein yang melebihi kebutuhan tubuh menimbulkan penimbunan lemak berlebih
akan disimpan dalam bentuk lemak dan didalam tubuh (Kemenkes, 2012).
glikogen yang disimpan di jaringan Selain itu, kejadian obesitas pada
adipose, proses ini dinamakan lipogenesis anak sering dikaitkan dengan kejadian
yaitu proses pembentukan lemak dari non obesitas pada orang tuanya. Genetik
lemak. Semakain banyak asupan energi memegang peranan penting dalam
dari non lemak maka simpanan lemak pada mempengaruhi berat dan komposisi tubuh
jaringan adipose semakin banyak seseorang. Jika kedua orang tua mengalami
(Gallagher, 2008). obesitas, kemungkinan bahwa anak-anak
Hasil penelitian ini sejalan dengan mereka menderita obesitas 75-80%. Jika
penelitian Pramono (2013) yang salah satu orang tuanya yang mengalami
menunjukkan terdapat hubungan antara obesitas kemungkinan tersebut hanya 40%.
kontribusi makanan jajan dan aktifitas fisik Sedangkan jika tidak seorangpun dari
terhadap kejadian obesitas pada remaja orangtuanya mengalami obesitas,
yang menjelaskan bahwa remaja yang peluangnya relatif lebih kecil (kurang dari
mendapatkan asupan energi dari makanan 10%) (Manurung, 2009).
jajan cukup tinggi dengan kontribusi energi

7. Hubungan antara Asupan Lemak dari Makanan Jajanan dengan Status Gizi Siswa
Usia 13-15 Tahun di Kecamaan Ungaran Barat
Tabel 4.12 Hubungan antara Asupan Lemak dariMakanan Jajanan dengan Status Gizi
pada Siswa Usia 13-15 Tahun di Kecamatan Ungaran Barat
Variabel N Mean SD r p value
Asupan Lemak Jajan/AKG 335 44,80 ± 27 0,131 0,017
Status Gizi Remaja 335 0,054 ± 1,36
Berdasarkan hasil penelitian yang wilayah kecamatan Ungaran Barat
telah peneliti lakukan pada 335 siswa di menunjukkan bahwa asupan lemak dari
SMP negeri dan swasta yang berada di makanan jajanan rata-rata siswa yaitu

Jurnal Gizi dan Kesehatan 19


JGK-vol.9, no.21 Januari 2017

44,80%AKG dengan rata-rata total asupan lainnya. Lemak mengandung 38 kj/g


lemak dari makanan jajanan 34,46gram energi, sedangkan energi dari karbohidrat
dan rata-rata total asupan lemak sehari dan protein berkisar 17 kj/g. Tiap gram
65,75gram serta status gizi siswa rata-rata lemak mengandung 9 Kkal, dibanding
0,054 SD. Hasil analisis uji statistik karbohidrat dan protein yang menghasilkan
menggunakan Spearman Rankdiperoleh 4 Kkal per gram (Depkes, 2002).
nilai p=0,017(p≤0,05) yang berarti ada Mekanisme makanan berlemak
hubungan antara kontribusi asupan lemak menyebabkan penimbunan lemak diduga
dari makanan jajanan dengan status gizi karena tingginya kontribusi energi dari
pada siswa usia 13-15 tahun di kecamatan makanan berlemak. Mekanisme fisiologi
Ungaran Barat. Status gizi tidak hanya yang menjelaskan mengapa konsumsi
dipengaruhi oleh asupan lemak saja, tetapi makanan berlemak berperan dalam
juga dipengaruhi oleh asupan energi, peningkatan lemak tubuh adalah densitas
protein, karbohidrat, aktifitas fisik, energi yang tinggi, rasa lezat makanan
pengetahuan orangtua, penyakit dan infeksi berlemak, tingginya efisiensi metabolik,
(Supariasa, 2009). dan lemahnya kekuatan rasa kenyang
Lemak diperlukan tubuh untuk (Drewnowski, 2007).
kelangsungan proses-proses didalam tubuh Makanan yang mengandung lemak
seperti sebagai sumber energi, alat angkut setelah dikonsumsi, sesampainya didalam
vitamin dan mineral, memberi rasa saluran cerna dapat langsung diserap oleh
kenyang, memelihara suhu tubuh, dan tubuh melalui dinding usus tanpa harus
sebagai pelindung organ tubuh (Almatsier, melalui proses hidrolisa dan enzimatika.
2009). Asupan lemak yang kurang adekuat Penumpukan lemak yang berlebih pada
akan terjadi gambaran klinis defisiensi penderita obesitas mengakibatkan
asam lemak esensial dan zat gizi yang larut meningkatnya jumlah asam lemak bebas
di dalam lemak serta pertumbuhan yang yang dihidrolisis oleh lipoprotein
buruk. Sebaliknya kelebihan asupan lemak lipase.Peningkatan ini memicu produksi
berisiko kelebihan berat badan, obesitas, oksidan yang berefek negative terhadap
serta meningkatkan resiko mengalami reticulum endoplasma dan mitokondria.
penyakit kardiovaskuler dikemudian hari Asam lemak bebas tersebut akan dilepas
(Soetjiningsih, 2007). karena adanya penumpukan lemak
Penelitian ini sejalan dengan sehingga menyebabkan lipogenesis yang
Aninditya (2011) yang menyatakan bahwa mengakibatkan kandungan trigliserida
konsumsi lemak dari makanan jajan yang menjadi tinggi didalam darah (Syarif,
≥20% dari asupan lemak sehari memiliki 2011). Kandungan trigliserida yang tinggi
risiko 3,7 kali untuk menjadi obesitas. didalam darah atau plasma dapat memicu
Hasil wawancara FFQ yang telah terjadinya penyakit jantung koroner. Kadar
dilakukan dapat diketahui bahwa sumber triglliserida dalam plasma dipengaruhi oleh
lemak pada responden sebagian besar tidak kandungan karbohidrat dalam makanan
bervariasi hanya berasal minyak dari dan kegemukan (Almatsier, 2009).
makanan yang digoreng dan ditumis saja, Berdasarkan hasil FFQ semi
hanya sebagian kecil responden yang Kuantitatif, dapat diketahui bahwa baik
mengkonsumsi sumber lemak dari bahan dari asupan energi maupun lemak dari
makanan lain seperti pada kacang- makanan jajanan terdapat siswa dengan
kacangan dan biji-bijian. Sumber lemak asupan energi/lemak dari jajan yang lebih
yang tinggi terdapat pada makanan junk dari 100% namun memiliki status gizi
food atau fast food. yang normal, hal ini dikarenakan mereka
Lemak merupakan penyumbang memiliki asupan energi/lemak sehari yang
energi terbesar dibanding zat gizi makro lebih rendah dan rata-rata memiliki

Jurnal Gizi dan Kesehatan 20


JGK-vol.9, no.21 Januari 2017

kebiasaan sarapan setiap hari. Sebaliknya Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan &
terdapat asupan lemak dari makanan jajan Kesehatan.2009.Gaya Hidup
sedikit namun memiliki status gizi lebih Sehat.Http://www.Bit.Lipi.Go.Id/Pan
hal ini dikarenakan asupan lemak sehari gankesehatan/Documents/Artikel_Ko
yang lebih tinggi. lesterol/Gaya_Hidup_Sehat.Pdf [14
Maret 2016]
SIMPULAN Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar
1. Asupan rata-rata energi dari makanan (Riskesdas). Depkes 2013, Jakarta.
jajanan pada siswa sebanyak 40,50% Drenowski A. 2007. The Real Contribution
dengan standar deviasi 19,87%. of added Sugars and Fats to Obesity.
2. Asupan rata-rata lemak dari makanan Epidemiol Rev.29:160-171.
jajanan pada siswa sebanyak 44,80% Dwi Adhi. 2012. Hubungan Tingkat
dengan standar deviasi 27%. Pengetahuan Dengan Perilaku Siswa
3. Status Gizi pada siswa sebagian besar Kelas Sekolah Dasar. Unnes Journal
dalam kategori normal 237 siswa of Publik Health (1) (2012).
(70,7%), kategori gemuk 43 siswa Frazer LK, dkk. 2011. Fast Food, Other
(12,8%), kategori obesitas 34 siswa Food Choices And Body Mass Index
(10,2%), kategori kurus 19 siswa In Teenagers In The United
(5,7%), dan kategori sangat kurus 2 Kingkom (ALSPAC) A Structural
siswa (0,6%). Equation Modeling Approach. In. J
4. Ada hubungan antara asupan energi Obes (Lond). 2011;35 (10) : 1325-
dari makanan jajanan dengan status 1330.
gizi pada siswa usia 13-15 tahun di Gallagher ML.2008. The Nutrients and
kecamatan Ungaran Barat. Their Metabolism in : Krause’s
5. Ada hubungan antara asupan Lemak Food, Nutritional and Diet Therapy
dari makanan jajanan dengan status 12th ed. Saunders, Philadelpia.
gizi pada siswa usia 13-15 tahun di IndraR. 2010. Hubungan Tingkat
kecamatan Ungaran Barat. Kepercayaan Diri Dengan Obesitas
pada Siswa
DAFTAR PUSTAKA SMA.rexmanado.http://ejournal.unsr
Adrian M; Wiratmadji B. 2012. Peran Gizi at.ac.id/index.php/ebiomedik/article/
Dalam Siklus Kehidupan. Penerbit viewFile/4371/3900 [Diakses 20 Juli
Kencana Prenada Media Group, 2016).
Jakarta. Kementrian Kesehatan Republik
AlmatsierS. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Indonesia.2012.
Gizi.Penerbit PT Zgramedia Pustaka PedomanPencegahan dan
Utama, Jakarta. PenanggulanganKegemukan dan
Aninditya I.K.2011. Peran Zat Gizi Makro Obesitaspada Anak
Dalam Makanan Jajanan Di Sekolah.http://www.gizi.depkes.go.i
Lingkungan Sekolah Terhadap d/download/Pedoman%20Gizi/Obesi
Kejadian Obesitas pada Anak. tas.pdf [23 Maret 2016].
[Artikel Penelitian], Universitas Manurung, Nelly K. 2009. pengaruh
Diponegoro, Semarang. Karakterisitik Remaja, Genetika,
Aprillia AB. 2011. Faktor Yang Pendapatan Keluarga, Pendidikan
Berhubungan Dengan Pemilihan Ibu, Pola Makan, dan Aktifitas Fisik
Makanan Jajanan Pada Anak Sekolah Terhadap kejadian Obesitas di SMU
Dasar. [Artikel Penelitian]. RK Tri Sakti Medan. [Tesis].
Universitas Diponegoro, Jakarta. Universitas Sumatra Utara, Medan.

Jurnal Gizi dan Kesehatan 21


JGK-vol.9, no.21 Januari 2017

PramonoA; SulchanM. 2014. Kontribusi Syahputra K, dkk. 2012. Perbedaan Pola


Makanan Jajan Dan Aktifitas Fisik Makan dan Aktifitas Fisik Antara
Terhadap Kejadian Obesitas Pada Remaja Obesitas Dengan Non
Remaja Di Kota Semarang. Jurnal Obesitas. Makara, Kesehatan, Vol.
Gizi Indonesia Vol. 2, No. 2, Juni 16, No. 1, Juni 2012: 45-50.
2014:59-65. Syarif; Fatimah. 2011. Efek Suplementasi
Sartika RAD. Faktor Resiko Obesitas Pada Serat Chitosan dengan Omega 3 dala
Anak 5-15 Tahun di Indonesia. Minyak Ikan Terhadap Trigliserida
MakaraKesehatan. 2011;15(1):1-2. Plasma dan Kolesterol Total pada
SimbolonD. 2013. Model Prediksi Indeks Pekerja Obesitas. Jurnal kedokteran
Masa Tubuh Remaja Berdasarkan Indonesia. 2011;2(1):23-19.
Riwayat Lahir dan Status Gizi Anak. Utama H; Herqutanto. 2014.Penuntun Diet
Jurnal Kesehatan Masyarakat Anak. Badan Penerbit FKUI, Jakarta.
Nasional Vol. 8, No.1. WHO.Obesity : Preventing And Managing
Sinaga T.R; Dkk. 2012. Faktor Yang The Global Epidemic, WHO
Berhubungan Dengan Kejadian Technical\ Report Series 2000; 894,
Obesitas Pada Remaja Di Sma Negeri 1 Geneva.
MedanTahun 2012. Jurnal Obesitas. http://www.Who.Int/Nutrition/Public
Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang ations/Obesity_Executive_Summary.
Remaja Dan Permasalahannya. Pdf [15 Maret 2016].
Sagung Seto, Jakarta. Yanti M. 2012. Hubungan Antara
Soetjiningsih. 2009. Tumbuh Kembang Kebiasaan Sarapan Dan Kebiasaan
Anak. EGC, Jakarta. Jajan Dengan Status Gizi Pada Anak
Supariasa IDN. 2012. Penilaian Status SD Di Kecamatan Pedurungan Kota
Gizi. Penerbit Buku Kedokteran. Semarang. Journal Of Nutrition
EGC, Jakarta. College 2012.
Yuflida, 2001. Pengetahuan, Sikap serta
Praktek Konsumsi Sarapan Pagi dan
Makanan Jajanan Anak Sekolah di
SD PMT-AS dan Non PMT-AS.
[Skripsi].Gizi Masyarakat dan
Sumber Daya KeluargaFakultas
Pertanian.IPB, Bogor.

Jurnal Gizi dan Kesehatan 22

You might also like