You are on page 1of 8

ISSN 1978-1059

J. Gizi Pangan, November 2014, 9(3):159-166

KEGEMUKAN, ANEMIA, DAN PRESTASI BELAJAR


SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR
(Overweight, anemia, and academic achievement among
elementary school children in Bogor)

Lilis Heryati1* dan Budi Setiawan1


1
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the correlation between overweight, anemia, and academic
achievement of elementary school students in Bogor District. The design of this study was a cross-
sectional and it was conducted between March to July 2014, at Polisi 1 and At Taufiq elementary school.
Total subjects were 100 students, consisting of 62 students (62%) with normal nutritional status and 38
students (38%) overnutrition (overweight and obese). Mann Whitney test, Independent sample t test,
Spearman and Pearson correlation test were applied to analyze the variables tested. The results showed
that there were a significantly different intake of energy, protein, and fat (p<0.05), but not for anemic
status and academic achievement among normal nutritional status and overnutrition of the subjects.
A significant correlation was found between energy intake and nutritional status (p<0.05), anemic
status and the mean scores of science and Indonesian language subjects (p<0.05). However, there
were no significant correlation among nutritional status with anemic status and academic achievement
(p>0.05).

Keywords: academic achievement, anemia, obesity, overweight

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara kegemukan, anemia, dan prestasi belajar
siswa sekolah dasar di Kota Bogor. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study,
dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2014, di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Polisi 1 dan Sekolah
Dasar Islam Terpadu (SDIT) At Taufiq. Jumlah subjek penelitian adalah 100 siswa, terdiri atas 62 siswa
normal dan 38 siswa kegemukan (overweight dan obes). Analisis statistik yang digunakan adalah uji beda
Mann Whitney dan independent sample t test serta uji korelasi Spearman dan Pearson. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa antara subjek normal dan kegemukan terdapat perbedaan yang signifikan pada
asupan energi, protein, dan lemak (p<0,05), namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada status
anemia dan prestasi belajar (p>0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan
status gizi (p<0,05), status anemia dengan rata-rata nilai mata pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia
(p<0,05). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan anemia dan prestasi belajar
(p>0,05).

Kata kunci: anemia, obesitas, overweight, prestasi belajar

PENDAHULUAN lain itu, 44% dari beban diabetes, 23% dari beban
penyakit jantung iskemik dan 7-41% dari beban
Obesitas di seluruh dunia saat ini telah kanker tertentu diakibatkan oleh overweight dan
hampir dua kali lipatnya dibandingkan tahun obesitas (WHO 2013).
1980. Overweight dan obesitas lebih banyak Overweight dan obesitas saat ini bukan
menjadi penyebab kematian di seluruh dunia hanya merupakan masalah bagi negara berpeng-
dibandingkan dengan underweight. Sedikitnya hasilan tinggi tetapi juga meningkat di negara-
2,8 juta orang dewasa meninggal setiap tahun negara berpenghasilan rendah dan menengah,
sebagai akibat dari overweight dan obesitas. Se- khususnya di daerah perkotaan. Lebih dari 30 juta
*
Korespondensi: Telp: +6285716837993, Surel: lilis.heryati13@gmail.com; lilisdfighter@gmail.com

J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014 159


Heryati & Setiawan

anak overweight hidup di negara-negara berkem- anak yang merupakan salah satu faktor penentu
bang dan 10 juta di negara-negara maju (WHO kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu,
2013). Indonesia sebagai negara berkembang saat penelitian mengenai hubungan antara kegemuk-
ini menghadapi masalah gizi ganda. Disamping an, anemia, dan prestasi belajar pada anak seko-
masih kesulitan mengatasi masalah kurang gizi, lah dasar penting untuk dilaksanakan. Tujuan pe-
sekarang juga dihadapkan pada masalah mening- nelitian ini adalah menganalisis hubungan antara
katnya jumlah penduduk yang mengalami over- status gizi, anemia, dan prestasi belajar pada anak
weight dan obesitas. normal dan kegemukan siswa sekolah dasar di
Menurut Ross et al. (2014), sebagian be- Kota Bogor.
sar kegemukan saat dewasa merupakan lanjutan
dari kegemukan saat anak-anak. Sekitar 30% METODE
anak obes akan menjadi dewasa obes, dan seki-
tar 80% remaja obes akan menjadi dewasa obes. Desain, tempat dan waktu
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Desain penelitian yang digunakan adalah
masalah kegemukan pada anak sangat penting cross sectional, dilaksanakan di dua SD di Kota
untuk mendapat perhatian. Bogor, yaitu SDN Polisi 1 dan SDIT At Taufiq
Di Indonesia, masalah kegemukan pada pada bulan Maret sampai Juli 2014.
anak umur 6-12 tahun tergolong masih tinggi,
yaitu 9,2% atau masih di atas 5,0%. Berdasar- Jumlah dan cara pengambilan subjek
kan tempat tinggal, prevalensi kegemukan lebih Populasi dalam penelitian ini adalah selu-
tinggi di daerah perkotaan dibandingkan dengan ruh siswa kelas V di dua SD yang menjadi tem-
daerah perdesaan. Selain itu, terdapat hubungan pat penelitian. Subjek penelitian adalah siswa SD
keadaan ekonomi rumah tangga dengan preva- kelas V dengan status gizi normal (-2 SD<Z< +1
lensi kegemukan, dimana semakin meningkat SD) dan overweight (+1 SD<Z≤+2 SD) atau obes
keadaan ekonomi rumaht angga, maka semakin (Z>+2 SD), laki-laki atau perempuan berusia
tinggi prevalensi kegemukan pada anak 6-12 ta- 10-12 tahun, bersedia mengikuti penelitian, dan
hun (Kemenkes 2010). mengembalikan lembar informed consent (IC)
Pada anak sekolah, kejadian kegemukan yang telah ditandatangani oleh orangtua.
dan obesitas merupakan masalah yang serius Penarikan subjek dimulai dengan melaku-
karena berisiko berlanjut ke masa dewasa dan kan screening awal, yaitu mengukur status gizi
merupakan faktor risiko terjadinya berbagai pe- secara langsung melalui pengukuran berat badan
nyakit metabolik dan degeneratif, seperti penya- dan tinggi badan siswa. Kemudian, dengan me-
kit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, tode random sampling dipilih 45 siswa dengan
osteoartritis, dan lain-lain (Kemenkes 2012). status gizi normal dan 45 siswa dengan status
Obesitas juga berhubungan dengan terjadinya gizi overweight atau obes dari SDN Polisi 1, dan
inflamasi sistemik yang berdampak negatif pada dipilih 45 siswa dengan status gizi normal dan
regulasi zat besi (Yanoff et al. 2007), yang ke- 36 siswa dengan status gizi overweight atau obes
mudian menyebabkan terjadinya defisiensi zat dari SDIT At-Taufiq.
besi, jika berlangsung lama dapat menyebabkan Sebanyak 171 siswa tersebut kemudian
terjadinya anemia (Clung & Karl 2008). diberi lembar IC untuk ditandatangani oleh
Anemia pada anak sekolah dapat ber- orangtua sebagai bentuk persetujuan bahwa
dampak negatif pada prestasi belajar. Anemia siswa tersebut diperbolehkan menjadi subjek pe-
dapat menurunkan konsentrasi belajar karena nelitian. Siswa yang mengembalikan lembar IC
kurangnya oksigen akibat rendahnya kadar he- yang telah ditandatangani orangtua adalah siswa
moglobin menurunkan oksigenasi pada susunan yang kemudian diambil datanya sebagai subjek
syaraf pusat (Muchtar 2000). Anemia defisiensi penelitian. Total subjek penelitian adalah 100
besi juga dapat menimbulkan gejala mudah le- siswa, 51 siswa dari SDN Polisi 1 (31 normal dan
lah, lesu, dan pusing, menyebabkan gangguan 20 kegemukan) dan 49 siswa dari SDIT At Taufiq
pertumbuhan, menurunkan daya tahan tubuh, (31 normal dan 18 kegemukan).
mengganggu fungsi kognitif dan memperlambat
perkembangan psikomotor (Lubis et al. 2008). Jenis dan cara pengumpulan data
Asupan energi dan zat gizi serta status ane- Data primer meliputi data karakteristik so-
mia merupakan hal penting yang harus diperha- sial ekonomi orangtua, data karakteristik siswa,
tikan pada anak sekolah dasar (SD) karena dapat data antropometri, konsumsi pangan 3x24 jam
memengaruhi performa dan prestasi akademik pada hari sekolah dan hari libur, kadar Hb, dan

160 J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014


Kegemukan, anemia, dan prestasi belajar siswa sekolah dasar

data hasil ujian try out. Data primer diperoleh Rp 7.324±5.879. Berdasarkan uji beda Mann
dengan menggunakan kuesioner dan pengukur- Whitney, tidak terdapat perbedaan yang signifikan
an secara langsung tinggi badan menggunakan antara jenis kelamin, umur dan uang saku berdasar-
stature meter dengan ketelitian 0,1 cm, dan berat kan status gizi subjek. Sebagian besar subjek de-
badan menggunakan timbangan berat badan me- ngan status gizi normal (43,5%), menerima uang
rek Krisbow dengan ketelitian 0,1 kg. Data status saku sebesar Rp 2.000-5.000 per hari, sedangkan
anemia diperoleh dengan mengukur secara lang- sebagian besar subjek dengan status gizi lebih/ke-
sung kadar hemoglobin darah dengan hemocue. gemukan (44,7%), menerima uang saku sebanyak
Rp 5.000-10.000 per hari. Namun berdasarkan
Pengolahan dan analisis data uji korelasi Spearman, tidak terdapat hubungan
Data antropometri diolah dengan meng- yang signifikan antara uang saku dengan status
gunakan WHO Anthro Plus sehingga diperoleh gizi (p>0,05). Hal ini sejalan dengan hasil pene-
nilai Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), ke- litian Oktaviani et al. (2012) yang menunjukkan
mudian dikategorikan menurut Kemenkes (2012) bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
menjadi status gizi normal (-2 SD<Z<+1 SD), uang saku dengan IMT.
status gizi overweight (+1 SD<Z< +2 SD), dan Berdasarkan uji beda independent sample
status gizi obes (Z>+2 SD). Data konsumsi pa- t test, tidak terdapat perbedaan yang signifikan
ngan diperoleh dengan food recall 2x24 jam pada antara status gizi subjek berdasarkan status seko-
hari sekolah dan 1x24 jam pada hari libur, kemu- lah subjek. Namun, berdasarkan uji beda Mann
dian dikonversikan ke dalam energi dan zat gizi Whitney, terdapat perbedaan yang signifikan pada
dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan uang saku berdasarkan status sekolah. Sebagian
Makanan (DKBM). Asupan energi dan zat gizi besar (47,1%) uang saku subjek di SD negeri
per hari merupakan rata-rata dari asupan energi adalah Rp 5.000-10.000 dan tidak ada (0%) sub-
dan zat gizi pada tiga hari recall. Tingkat kecu- jek yang tidak menerima uang saku, sedangkan
kupan energi dan zat gizi merupakan persentase sebagian besar (40,8%) uang saku subjek di SD
asupan energi dan zat gizi per hari dengan Ang- swasta adalah Rp 2.000-5.000 dan terdapat 12,2%
ka Kecukupan Gizi (AKG). Data status anemia subjek tidak menerima uang saku.
diperoleh dengan mengukur secara langsung Karakteristik keluarga yang diamati adalah
kadar hemoglobin darah, kemudian dibanding- pendidikan, pekerjaan, pendapatan orangtua, dan
kan dengan standar (Depkes 1995), yaitu Hb≥12 besar keluarga. Penelitian Pahlevi (2012) menun-
g/dL=tidak anemia dan Hb<12 g/dL=anemia. jukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan
Nilai UTS dan UAS dirata-ratakan untuk menilai status gizi anak diantaranya adalah tingkat penge-
prestasi subjek. tahuan ibu, pendidikan ibu, dan pendapatan ke-
Uji beda Mann Whitney dan independent luarga. Berdasarkan status gizi subjek, sebagian
sample t test digunakan untuk menganalisis per- besar pendidikan ayah pada subjek dengan status
bedaan karakteristik keluarga, karakteristik sub- gizi normal maupun kegemukan adalah sarjana,
jek, asupan energi dan zat gizi, status anemia, pendidikan ayah paling rendah pada subjek nor-
dan prestasi belajar berdasarkan status gizi siswa mal adalah SMP (2,1%) sedangkan pada subjek
(kegemukan dan normal). Uji korelasi Spear- kegemukan adalah SMA (6,9%). Sebagian besar
man dan Pearson digunakan untuk menganalisis pendidikan ibu pada kedua kelompok subjek juga
hubungan karakteristik keluarga, karakteristik sarjana, pendidikan ibu paling rendah pada subjek
subjek, status anemia dan prestasi belajar dengan normal adalah SD (2,1%) sedangkan pada subjek
status gizi, serta hubungan status anemia dengan kegemukan adalah SMA (20,7%). Sebagian besar
prestasi belajar. pekerjaan ayah adalah karyawan swasta dan se-
bagian besar ibu tidak bekerja, baik pada subjek
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan status gizi normal maupun kegemukan.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
Karakteristik subjek dan keluarga pendidikan dan pekerjaan ayah dan ibu pada sub-
Subjek penelitian ini terdiri atas 47 siswa jek normal dan kegemukan.
laki-laki dan 53 siswa perempuan, kisaran Pendapatan orangtua subjek (jum-
umur 10-12 tahun dengan rata-rata 10,9±0,4 lah pendapatan ayah dan ibu), berkisar antara
tahun. Rata-rata status gizi subjek adalah nor- Rp 1-30 juta/bulan, dengan rata-rata pendapatan
mal dengan nilai IMT/U 0,5±1,5 dan kisaran yaitu Rp 8.990.000±6.754.729. Sebagian besar
IMT/U (-1,97) - 4,11. Uang saku subjek berkisar pendapatan orangtua, baik pada subjek dengan
antara Rp 0–50.000 per hari, dengan rata-rata status gizi normal (38,3%) maupun kegemukan

J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014 161


Heryati & Setiawan

(48,3%) adalah Rp 5-10 juta/bulan. Tidak terda- (p<0,05), dimana pendapatan orangtua subjek
pat perbedaan yang signifikan antara pendapatan dari SD swasta cenderung lebih tinggi.
orangtua berdasarkan status gizi. Berdasarkan uji Besar keluarga subjek dari SD negeri se-
korelasi Spearman, tidak menunjukkan adanya bagian besar (61,9%) adalah ≤4 orang sehingga
hubungan yang signifikan antara pendapatan tergolong keluarga kecil, sedangkan besar ke-
orangtua dengan status gizi (p>0,05). luarga subjek dari SD swasta 52,9% adalah 5-7
Subjek normal berasal dari keluarga kecil orang sehingga tergolong keluarga sedang. Na-
dan sedang dengan persentase yang sama yaitu mun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan
48,9%, sedangkan subjek kegemukan sebagian pada besar keluarga berdasarkan status sekolah.
besar berasal dari keluarga kecil (58,6%). Tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara besar Asupan energi dan zat gizi berdasarkan status
keluarga dengan status gizi. gizi
Karakteristik keluarga berdasarkan ka- Asupan energi dan zat gizi subjek diukur
tegori status sekolah, sebagian besar pendidikan dengan menggunakan metode food recall 3x24
ayah baik pada subjek dari SD negeri maupun jam dengan hari acak tanpa pemberitahuan sebe-
swasta adalah sarjana. Tidak terdapat perbedaan lumnya. Rata-rata asupan energi dan zat gizi per
yang signifikan pada pendidikan ayah berdasar- hari subjek berdasarkan status gizi disajikan pada
kan status sekolah. Sedangkan pendidikan ibu, Tabel 1.
sebagian besar (42,9%) adalah SMA pada subjek Terdapat perbedaan yang signifikan antara
dari SD negeri dan sarjana (47,1%) pada subjek asupan energi, protein dan lemak pada subjek
dari SD swasta. Terdapat perbedaan yang signifi- normal dan kegemukan (p<0,05). Hal ini sejalan
kan pada pendidikan ibu berdasarkan status seko- dengan penelitian Pramudita (2011) yang menun-
lah (p<0,05). Pendidikan ibu pada subjek dari SD jukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat
swasta cenderung lebih tinggi dari subjek yang nyata antara asupan energi dan lemak anak obes
berasal dari SD negeri. dan anak berstatus gizi normal di SD Bina Insani
Pekerjaan ayah pada kedua kelompok sub- Bogor. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
jek sebagian besar adalah karyawan swasta. Tidak antara asupan zat besi dan vitamin C pada sub-
terdapat perbedaan yang signifikan pada peker- jek normal dan kegemukan, meskipun rata-rata
jaan ayah berdasarkan status sekolah. Sebagian asupannya lebih tinggi pada subjek kegemuk-
besar ibu pada kedua kelompok subjek tidak be- an. Rata-rata asupan zat besi dan vitamin C pada
kerja, namun persentasenya lebih besar pada sub- kedua kelompok subjek masih tergolong rendah
jek dari SD negeri yaitu 71,4%, sedangkan pada jika dibandingkan dengan AKG. Menurut AKG
subjek dari SD swasta adalah 41,2%. Berdasar- 2013, kebutuhan vitamin C bagi laki-laki dan
kan uji beda Mann Whitney, terdapat perbedaan perempuan umur 10-12 tahun adalah 50 mg/hari.
signifikan pada pekerjaan ibu berdasarkan status Kemudian kebutuhan zat besi bagi anak umur 10-
sekolah (p<0,05), dimana ibu pada subjek dari 12 tahun, laki-laki adalah 13 mg/hari dan perem-
SD swasta lebih banyak yang bekerja dibanding puan 20 mg/hari.
subjek dari SD negeri. Terdapat hubungan yang signifikan antara
Pendapatan orangtua subjek dari SD ne- asupan energi dengan status gizi (p<0,05). Hal ini
geri sebagian besar (47,6%) adalah Rp 1-5 juta, sejalan dengan penelitian Howarth et al. (2007),
sedangkan subjek dari SD swasta sebagian be- yang menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT
sar (52,9%) pendapatan orangtuanya >Rp 5-10 berhubungan dengan semakin tingginya total
juta. Terdapat perbedaan yang signifikan pada asupan energi per hari.
pendapatan orangtua berdasarkan status sekolah

Tabel 1. Rata-rata asupan energi dan zat gizi berdasarkan status gizi

Energi dan zat gizi Normal Kegemukan p


Energi (kkal) 1.656±458 1.854±415 0,003
Protein (g) 43,4±14,2 53,9±18,0 0,000
Lemak (g) 57,3±22,6 66,1±21,6 0,008
Zat Besi (mg) 10,9±4,5 12,0±6,4 0,297
Vitamin C (mg) 14,6±13,8 19,3±15,5 0,054

162 J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014


Kegemukan, anemia, dan prestasi belajar siswa sekolah dasar

Status anemia Tidak terdapat hubungan yang signifikan


Status anemia adalah status subjek yang antara status gizi dengan kadar hemoglobin (sta-
meliputi anemia dan tidak anemia, ditentukan tus anemia) (p>0,05). Penelitian Aeberli et al.
berdasarkan kadar hemoglobin subjek. Di Indo- (2009), memberikan hasil bahwa tidak terdapat
nesia, Kemenkes merekomendasikan batas nilai perbedaan yang signifikan dalam hal asupan atau
hemoglobin normal bagi anak usia sekolah adalah bioavailabilitas zat besi antara anak dengan sta-
12 g/dl, jika kadar Hb kurang dari batas tersebut tus gizi normal dan anak dengan kelebihan berat
berarti anak memiliki status anemia. Beberapa badan. Namun, prevalensi kekurangan zat besi
penelitian menemukan bahwa terdapat hubung- eritropoiesis secara signifikan lebih tinggi pada
an antara obesitas dengan terjadinya anemia de- anak dengan kelebihan berat badan. Kadar hepsi-
fisiensi besi. Selain melalui kadar hemoglobin, din serum secara signifikan juga lebih tinggi pada
menurut Afrianti et al. (2012), pemeriksaan yang anak dengan kelebihan berat badan. Penelitian
cukup sensitif untuk menilai defisiensi besi pada Amato et al. (2010), menunjukkan bahwa pada
tahap awal yaitu memeriksa kadar feritin serum anak obes, penurunan IMT berhubungan dengan
dan reticulocyte hemoglobin content (CHr). Sta- penurunan kadar hepsidin dan berpotensi dapat
tus anemia subjek berdasarkan status gizi disaji- memperbaiki status dan penyerapan zat besi. Da-
kan pada Tabel 2. lam keadaan infeksi maupun terjadi proses in-
flamasi seperti pada keadaan obesitas, produksi
Tabel 2. Status anemia berdasarkan status gizi hepsidin meningkat dan keadaan ini mengham-
Status gizi bat penyerapan zat besi pada saluran cerna serta
Status anemia
Normal Kegemukan menghambat pelepasan zat besi dari makrofag ke
Anemia (%) 21 10,5 dalam plasma. Situasi ini menyebabkan terjadin-
Tidak anemia (%) 79 89,5 ya defisiensi besi dan apabila berlangsung lama
dapat terjadi anemia defisiensi besi (Sidiartha
Ausk dan Ioannou (2008) membuat hipo- 2013).
tesis bahwa obesitas berkaitan dengan kejadian
penyakit anemia kronis, yaitu kadar hemoglobin Prestasi belajar
rendah, zat besi serum dan transferrin satura- Prestasi belajar dalam penelitian ini dini-
tion (TS) rendah, dan peningkatan feritin serum. lai berdasarkan hasil tes belajar pada Ulangan
Berdasarkan uji beda independent sample t test, Tengah Semester (UTS) dan Ulangan Akhir Se-
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mester (UAS) yang diselenggarakan oleh pihak
kadar hemoglobin subjek normal dengan subjek sekolah, juga hasil tes try-out yang diselenggara-
kegemukan (p>0,05). Hal ini berbeda dengan pe- kan oleh pihak peneliti. Mata pelajaran yang di-
nelitian Eftekhari et al. (2008) yang menemukan gunakan sebagai parameter hasil prestasi belajar
bahwa rata-rata kadar hemoglobin dan kadar se- adalah Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA.
rum feritin pada remaja overweight dan remaja Rata-rata nilai mata pelajaran subjek berdasarkan
yang berisiko overweight lebih rendah diban- status anemia disajikan pada Tabel 3.
dingkan dengan remaja normal, dengan perbe- Nilai rataan UTS dan UAS dari mata pela-
daan yang signifikan. jaran Matematika, IPA, dan Bahasa Indonesia
Rata-rata kadar hemoglobin yang lebih pada subjek anemia selalu lebih rendah diban-
tinggi pada subjek kegemukan dibandingkan ding subjek tidak anemia. Begitupun nilai try-out
dengan subjek normal kemungkinan disebab- pada subjek anemia lebih rendah dibanding sub-
kan karena rata-rata asupan zat besi pada subjek jek tidak anemia dengan selisih nilai yang lebih
kegemukan juga lebih tinggi dari subjek normal, tinggi dibanding nilai rataan UTS dan UAS. Hasil
yaitu 12,04±6,4 mg/hari pada subjek kegemukan penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan
sedangkan pada subjek normal adalah 10,9±4,5 subjek anemia semakin lebih rendah ketika harus
mg/hari. Kemudian, rata-rata asupan vitamin C menjawab soal tanpa persiapan seperti ketika
pada subjek kegemukan juga lebih tinggi dari menjawab soal try-out.
subjek normal, yaitu 19,3±15,5 mg/hari pada sub- Walaupun terdapat perbedaan rata-rata
jek kegemukan sedangkan pada subjek normal nilai Matematika, IPA dan Bahasa Indonesia pada
adalah 14,6±13,8 mg/hari. Hal ini sejalan dengan UTS dan UAS, dimana subjek anemia memili-
penelitian Qin et al. (2013) yang menunjukkan ki nilai rata-rata lebih rendah dibanding subjek
bahwa kelompok wanita obes memiliki kadar tidak anemia, perbedaan tersebut tidak signifikan
hemoglobin paling tinggi dibandingkan dengan berdasarkan hasil uji beda Mann Whitney. Hal
kelompok wanita normal dan kurus. ini tidak sejalan dengan penelitian Hidayati et al.

J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014 163


Heryati & Setiawan

Tabel 3. Rata-rata nilai mata pelajaran berdasarkan status anemia


Nilai mata pelajaran Anemia (A) Tidak anemia (TA) Selisih (TA-A) p
Nilai rataan UTS dan UAS:
Matematika 70,7±21,9 73,6±17,6 2,9 0,752
IPA 81,1±11,9 84,1±9,8 3,0 0,313
B. Indonesia 83,9±9,2 86,1±7,5 2,2 0,548
Nilai try out:
Matematika 42,6±16,17 45,0±16,9 2,4 0,955
IPA 47,6±20,9 55,3±18,2 7,7 0,200
B. Indonesia 78,3±15,3 81,9±9,5 3,6 0,627

Tabel 4. Rata-rata nilai mata pelajaran berdasarkan status gizi


Status gizi
Mata pelajaran p
Normal Kegemukan
Matematika 70,7±19,9 77,1±14,6 0,210
IPA 82,5±10,5 85,3±9,6 0,181
B. Indonesia 85,0±8,1 86,9±7,1 0,303

(2010) yang menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang signifikan antara prestasi belajar pada sub-
Matematika, IPA, dan Bahasa Indonesia pada jek normal dan kegemukan di SD Insan Kamil
anak SD yang anemia lebih rendah dibanding dan Bina Insani Bogor. Faktor lain yang mung-
anak sekolah yang tidak anemia dengan perbe- kin berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah
daan yang signifikan. perhatian dan motivasi orangtua, fasilitas belajar,
Terdapat hubungan yang signifikan antara pola belajar, lingkungan belajar, dan lain-lain.
status anemia (kadar Hb) dengan rata-rata nilai
UTS dan UAS mata pelajaran IPA (p<0,05) dan UCAPAN TERIMA KASIH
Bahasa Indonesia (p<0,05). Namun, tidak terda-
pat hubungan yang signifikan antara status ane- Ucapan terima kasih disampaikan kepada
mia (kadar Hb) dengan rata-rata nilai UTS UAS Karina Rahmadia Ekawidyani atas kesempatan-
mata pelajaran Matematika (p>0,05). nya berpartisipasi dalam penelitian payung yang
Faktor lain yang kemungkinan juga ber- berjudul Overweight among school children: It’s
pengaruh terhadap prestasi belajar siswa adalah causes and effects on physical fitness, anemia,
status gizi siswa. Obesitas dapat memengaruhi and academic performance.
struktur dan fungsi otak bagian depan (frontal).
Orang yang mengalami obesitas memiliki vo- KESIMPULAN
lume otak yang lebih rendah. Volume otak bagian
gray matter pada orang yang obesitas lebih ren- Terdapat hubungan yang signifikan antara
dah sehingga kapasitas kerja otak akan menurun asupan energi dengan status gizi, tidak terda-
(Brooks et al. 2013). Rata rata nilai mata pelajar- pat hubungan yang signifikan antara asupan zat
an berdasarkan status gizi disajikan pada Tabel besi dan asupan vitamin C dengan status ane-
4. mia. Tidak ada hubungan yang signifikan antara
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kegemukan (status gizi) dengan status anemia.
antara nilai mata pelajaran pada subjek normal Terdapat hubungan yang signifikan antara status
dan kegemukan dan tidak ada hubungan yang anemia dengan rata-rata nilai mata pelajaran IPA
signifikan antara prestasi belajar (nilai mata dan Bahasa Indonesia. Tidak ada hubungan yang
pelajaran) dengan status gizi (p>0,05). Hal ini signifikan antara status gizi dengan prestasi be-
tidak sejalan dengan penelitian Legi (2012) yang lajar.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sig- Untuk mengetahui kaitan antara kegemuk-
nifikan antara status gizi dengan prestasi belajar an dengan anemia defisiensi besi, sebaiknya
siswa SDN Malalayang. Namun, penelitian ini tidak hanya melalui kadar hemoglobin, tetapi
sejalan dengan penelitian Karimah (2014), yang bisa mengukur parameter lain yang berhubung-
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan an dengan defisiensi besi seperti kadar serum

164 J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014


Kegemukan, anemia, dan prestasi belajar siswa sekolah dasar

feritin, dan lain-lain. Bagi pihak sekolah dan 31:675-684.


orangtua diharapkan meningkatkan perhatian ter- Karimah I. 2014. Physical activity, physical fit-
hadap konsumsi anak karena tingkat kecukupan ness, and academic achievement in normal
energi dan zat gizi, terutama zat besi dan vitamin and overweight elementary school children
C masih sangat kurang. Status anemia anak juga in Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
harus diperhatikan meskipun dari hasil penelitian [Kemenkes] Kementerian Kesehatan RI. 2010.
ini tidak signifikan, namun prestasi belajar anak Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan
anemia lebih rendah daripada anak tidak anemia. Penelitian Pengembangan Kesehatan Ke-
menterian Kesehatan RI.
DAFTAR PUSTAKA [Kemenkes] Kementerian Kesehatan RI. 2012.
Pedoman pencegahan dan penanggulang-
Aeberli, Hurrell RF, Zimmermann MB. 2009. an kegemukan dan obesitas pada anak
Overweight children have higher circula- sekolah. Jakarta: Kementerian Kesehatan
ting hepcidin concentrations and lower RI.
iron status but have dietary iron intakes Legi NN. 2012. Hubungan status gizi dengan
and bioavailability comparable with nor- prestasi belajar siswa Sekolah Dasar Ne-
mal weight children. Int J Obesity 33:1111- geri Malalayang Kecamatan malalayang.
1117. GIZIDO 4(1):321-326.
Afrianti D, Garna H, Idjradinata P. 2012. Per- Lubis B, Saragih RAC, Gunadi D, Rosdiana
bandingan status besi pada remaja perem- N, Andriani E. 2008. Perbedaan respon
puan obes dengan gizi normal. Sari Pedia- hematologi dan perkembangan kognitif
tri 14(2):97-103. pada anak anemia defisiensi besi usia
Amato A, Santoro N, Calabro P, Grandone A, sekolah dasar yang mendapat terapi besi
Swinkels DW, Perrone L, del Giudice EM. satu kali dan tiga kali sehari. Sari Pediatri
2010. Effect of body mass index reduction 10(3):184-9.
on serum hepcidin levels and iron status in Masti SE. 2009. Keragaan status gizi, aktivitas
obese children. Int J Obesity 34(12): 1772- fisik, konsumsi pangan serta tingkat ke-
1774. cukupan energi dan zat gizi anak sekolah
Ausk KJ, Ioannou GN. 2008. Is obesity associ- dasar di Kota Bogor. Bogor: Institut Per-
ated with anemia of chronic disease? A po- tanian Bogor.
pulation-based study. Int J Obesity 16(10): Muchtar M. 2000. Status anemia dan prestasi
2356-2361. belajar siswi SMUN I Kuala Kapuas Ka-
Brooks SJ, Benedict C, Burgos J, Kempton MJ, bupaten Kapuas. Bogor: Institut Pertanian
Kullberg J, Nordenskjold R, Kilander Bogor.
L, Nylander R, Larsson EM et al. 2013. Oktaviani WD, Saraswati LD, Rahfiludin MZ.
Late-life obesity is associated with smaller 2012. Hubungan kebiasaan konsumsi
global and regional grey matter volumes: fast food, aktivitas fisik, pola konsumsi,
a voxel-based morphometric study. Int J karakteristik remaja dan orangtua dengan
Obesity 37(1):230-236. Indeks Masa Tubuh (IMT) (Studi kasus
Clung JP, Karl JP. 2008. Iron deficiency and obe- pada siswa SMA Negeri 9 Semarang Ta-
sity: the contribution of inflammation and hun 2012). Kesmas 1(2):542-553.
diminished iron absorption. Nutr Review Pahlevi AE. 2012. Determinan status gizi pada
67(2):100-104. siswa sekolah dasar. Jurnal Kesehatan
Eftekhari MH, Mozaffari-Khosravi H, Shidfar F. Masyarakat 7(2):122-126.
2008. The relationship between BMI and Pramudita RA. 2011. Faktor risiko obesitas pada
iron status in iron-deficient adolescent Ira- anak sekolah dasar di Kota Bogor. Bogor:
nian girls. Public Health Nutr 12(12):2377- Institut Pertanian Bogor.
2381. Qin Y, Melse-Boonstra A, Pan X, Yuan B, Dai Y,
Hidayati L, Hadi H, Lestariana W, Kumara A. Zhao J, Zimmermann MB, Kok FJ, Zhou
2010. Anemia dan prestasi belajar anak M, Shi Z. 2013. Anemia in relation to
sekolah dasar. Jurnal Kesehatan 3(2):105- body mass index and waist circumference
119. among Chinese women. Nutr J 12(10).
Howarth NC, Huang TT-K, Roberts SB, Lin B-H, Ross AC, Caballero B, Cousins RJ, Tucker KT,
McCrory MA. 2007. Eating patterns and Ziegler TR. 2014. Modern nutrition in
dietary composition in relation to BMI in health and disease. Baltimore: Lippicott
younger and older adults. Int J Obesity Williams & Wilkins.

J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014 165


Heryati & Setiawan

Sidiartha IGL. 2013. Obesitas dan defisiensi besi: Yanoff LB, Menzie CM, Denkinger B, Sebring
beban gizi ganda pada seorang anak. Jur- NG, Hugh TM, Remaley AT, Yanovski JA.
nal Ilmiah Kedokteran 44(4). 2007. Inflammation and iron deficiency in
[WHO] World Health Organization. 2013. Obe- the hypoferremia of obesity. Int J Obesity
sity and overweight. World Health Orga- 31(9):1412-1419.
nization Region.http://www.who.int/me-
diacentre/factsheets/fs311/en/ [diakses 23
Februari 2014].

166 J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014

You might also like