You are on page 1of 22

HUBUNGAN BODY IMAGE, AKTIVITAS FISIK,

ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN


STATUS GIZI PADA SISWI SMA

Artikel Penelitian ditujukan sebagai salah satu syarat untuk


menyelesaikan pendidikan strata S1 Gizi

Disusun oleh:

FILLAH FITHRA DIENY


G2C003246

PROGRAM STUDI ILMU GIZI S1 FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2007

HALAMAN PENGESAHAN

Artikel penelitian dengan judul “Hubungan Body Image, Aktivitas Fisik, Asupan
Energi dan Protein dengan Status Gizi pada Siswi SMA” telah dipertahankan di
depan penguji dan telah direvisi.

Nama : Fillah Fithra Dieny


NIM : G2C003246
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Ilmu Gizi
Universitas : Kedokteran
Judul Skripsi : Hubungan Body Image, Aktivitas Fisik, Asupan Energi dan
Protein dengan Status Gizi pada Siswi SMA

Semarang, Maret 2007

Pembimbing

Ir.Enik Sulistyowati,Mkes.
NIP 140288344
The Association Between Body Image, Physical Activity,
Energi and Protein Intake with Nutritional Status
among the High School Female Students

Fillah Fithra Dieny * Enik Sulistyowati **


ABSTRACT

Background: The globalization is affects life style and eating pattern of adolescents. The prevalence
of body image dissatisfaction is increasing among the female adolescents. Body image, physical
activity, energi and protein intake are some of factors wich influence nutritional status. The aim of
study was to measure association between body image, physical activity,energi and protein intake with
nutritional status among the high school female students.
Method: The study was an explanative study using cross sectional approach. The study was carried
out during February 2007 in SMAN 1 Semarang. The subjects were 47 female students in the first
year. The cluster random sampling was used in this study. The inclusion criteria were the female
students agreed to participate in the study, they were healthy, did not under go spesific diet. The data
collected were age, weight, height, body mass index (BMI), body image by questionnaire, physical
activity by activity record form 3x24 ours, energi and protein intake by 3 times 24 hour record. The
data were analyzed by kolmogorov smirnove test, simple linier regression and multiple linier
regression.
Result : there were significant association between body image with nutritional status (r = - 0,430 p =
0,003), there were significant association between phycical activity with nutritional status (r = - 0,305
p = 0,037),there were significant association between energy intake with nutritional status (r = 0,710 p
= 0,000), there were significant association between protein intake with nutritional status (r = 0,631 p
= 0,000), body image and energy intake had asociation with nutritional status (r = 0,760 R 2 = 55,8 %
and p = 0,000).
Conclusion : Body image and energy intake were associated with nutritional status

Keyword : Female student, Nutritional Status, Body Image, Physical Activity, Energi and Protein
Intake.

*
Student, Nutritional Science Study Programme, Medical Faculty, Diponegoro Univercity
Semarang
** Lecturer, Nutritional Programme, Polytechnic of Health Semarang.
Hubungan Antara Body Image, Aktivitas Fisik, Asupan Energi dan Protein
dengan Status Gizi pada Siswi SMA

Fillah Fithra Dieny * Enik Sulistyowati **


ABSTRAK

Latar Belakang : globalisasi yang masuk mempengaruhi gaya hidup dan pola makan kelompok
remaja. Ketidakpuasan body image semakin sering dijumpai di kalangan remaja putri. Body image,
aktivitas fisik, asupan energi dan protein adalah faktor yang mempengaruhi status gizi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi status gizi seperti : body image, aktivitas fisik,
asupan energi dan protein.
Metoda : Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari 2007 di SMA Negeri 1 Semarang. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 47 anak. Sampel diambil dengan tehnik sampel klaster. Kriteria inklusi adalah
subyek bersedia menjadi sampel, sehat jasmani dan rohani, tidak sedang menjalankan diet khusus.
Data yang dikumpulkan adalah usia, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT), body
image melalui kuesioner, aktivitas fisik menggunakan formulir record aktivitas 3x24 jam, asupan
energi dan protein menggunakan formulir record asupan makanan 3x 24 jam. Analisis data dengan tes
kolmogorov smirnov, regresi linier sederhana dan regresi linier ganda.
Hasil: Didapatkan hubungan yang signifikan antara body image dengan status gizi (r = -0,430 p =
0,003), ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi (r = - 0,305 p = 0,037),
ada hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan status gizi (r = 0,710 p = 0,000), ada
hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan status gizi (r = 0,631 p = 0,000), body image
dan asupan energi berhubungan dengan status gizi (r = 0,760 R2 = 55,8 % and p = 0,000).
Simpulan : body image dan asupan energi berhubungan dengan status gizi.

Kata kunci : Siswi, Status Gizi, Body Image, Aktivitas Fisik, Asupan Energi dan Protein.

* Mahasiswa, Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.
** Pembimbing, Program Gizi, Politeknik Kesehatan Semarang.
PENDAHULUAN
Di Indonesia prevalensi obesitas berdasarkan SUSENAS pada anak remaja 12-18
tahun sebesar 6,2 % dan pada umur 17-18 tahun 11,4 %. Kasus obesitas pada
remaja lebih banyak ditemukan pada wanita (10,2%) dibandingkan laki-laki
(3,1%).1

Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Pada usia remaja banyak perubahan yang terjadi. Selain perubahan fisik
karena bertambahnya massa otot, bertambahnya jaringan lemak dalam tubuh, juga
terjadi perubahan hormonal. Perubahan-perubahan itu mempengaruhi kebutuhan
gizi dan makanan mereka.2 Pada masa remaja, kesehatan dan gizi dipengaruhi
oleh perubahan biologi, sosial, psikologi dan pengetahuan. Secara biologi
pertumbuhan yang cepat akan meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi lain.3

Menurut pandangan Erikson, seorang remaja berada pada tahap masa krisis
identitas, hal ini mendorong remaja untuk mencari jati diri, caranya dengan
mewujudkan keinginanya agar menjadi seseorang individu yang “sempurna”
secara intelektual, kepribadian, maupun dalam penampilan fisiknya. Untuk dapat
tampil menawan dan menarik hati bagi lawan jenis, maka salah satu upayanya
adalah berusaha memiliki bentuk tubuh yang ideal, misalnya dengan mengatur
pola makan.4 Tumbuhnya sifat ingin bebas dan makan di luar rumah, perhatian
yang mendalam dari penampilan dan berat badan, kebutuhan untuk dapat diterima
oleh kelompok usia sebaya yang menjadi panutan (peer) dan aktivitas gaya hidup
remaja semuanya akan berakibat pada pola makan dan pilihan jenis makanan.3

Body image menjadi sensasi yang terus-menerus dikejar untuk meraih bentuk
tubuh yang sebaik-baiknya. Penelitian yang dilakukan Sri Adiningsih, mengenai
Body Image remaja dalam konsep bio-psikologi diperoleh hasil yaitu, remaja putri
mayoritas berpendapat tubuh idaman mereka adalah tinggi langsing sebesar 63,2%
dan tinggi sepadan berat badan sebesar 21,4%. Tingkat kepuasan perasaan belum
mencapai tubuh yang ideal juga menunjukkan bahwa remaja putri lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki yaitu 87,4% dan laki-laki 81,3%. 3
Tidak ada golongan umur lain yang begitu sensitif memperhatikan bentuk tubuh
kecuali para remaja. Mereka membatasi konsumsi makanannya, bahkan banyak
yang berdiit tanpa nasihat atau pengawasan dari seorang ahli kesehatan atau gizi,
sehingga pola konsumsinya sangat menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi. Akibat
dari perilaku yang kurang tepat ini maka dapat timbul masalah gizi pada remaja
seperti terlalu kurus, anemia gizi besi, kekurangan kalsium ataupun defisiensi
mikronutrien yang lain.5,6.

Body image sangat berpengaruh pada sikap seseorang dalam menurunkan berat
badan. Umumnya upaya penurunan berat badan dilakukan karena adanya body
image negatif, sedangkan body image positif adalah rasa percaya diri seseorang
karena merasa nyaman atau tidak masalah dengan keadaan tubuhnya .7

Aktivitas fisik adalah kegiatan-kegiatan sadar yang dilakukan sehari-hari


yang diukur dengan energi dalam kalori yang digunakan. Pengeluaran energi setiap
individu berbeda-beda sesuai dengan aktivitas yang dilakukan.8 Peningkatan
teknologi merubah gaya hidup yang tanpa membutuhkan banyak aktivitas tubuh
sehingga dapat menjadi penyebab masalah gizi lebih.3.
Asupan makanan yang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh langsung
terhadap keadaan gizi seseorang, karena asupan makanan yang tidak memadai
dengan kebutuhan tubuh baik kualitas maupun kuantitas akan menimbulkan
masalah gizi.9 Keadaan gizi optimal akan tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal
terpenuhi. Untuk dapat memenuhi kebutuhan zat gizi, diperlukan konsumsi
makanan yang seimbang dalam hal kuantitas dan kualitas.10

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan


antara Body Image, Aktivitas Fisik, Asupan Energi dan Protein dengan Status
Gizi pada Siswi SMA Negeri 1 Semarang.

METODA
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Semarang Kelurahan Mugas Sari
Kecamatan Semarang Selatan pada bulan Februari 2007. Penelitian termasuk
penelitian gizi masyarakat, bersifat explanatif dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian adalah siswi kelas X berjumlah 246 anak di
SMA Negeri 1 Semarang Kelurahan Mugas Sari Kecamatan Semarang Selatan.
Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus estimasi proporsi didapatkan
subyek minimal adalah 34 subyek, dan dalam penelitian ini diperoleh 47 subyek
dengan menggunakan tehnik cluster random sampling, yang sebelumnya telah
dipilih sesuai dengan kriteria inklusi yaitu siswi tercatat sebagai siswi kelas 1
(kelas X) SMAN 1 Semarang tahun ajaran 2006/2007, sehat jasmani dan rohani
(tidak sakit/tidak absen selama pengambilan data), bersedia menjadi responden
dan tidak sedang menjalankan diet khusus.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah identitas sampel, status gizi
(variabel terikat), body image (variabel bebas), aktivitas fisik (variabel kontrol),
asupan energi dan protein (variabel kontrol). Status gizi adalah gambaran keadaan
gizi seseorang yang ditentukan berdasarkan perhitungan IMT yaitu berat badan dibagi
tinggi badan dalam meter dikuadratkan. Penimbangan berat badan dengan
menggunakan timbangan injak digital (kapasitas 120 Kg dengan ketelitian 0,1 kg).
Pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise (kapasitas 200 cm dengan
ketelitian 0,1 cm).
Body image adalah persepsi, imajinasi, emosi dan sensasi fisik tentang bentuk
dan ukuran tubuhnya (kepuasan/ketidakpuasan terhadap ukuran dan bentuk
11
tubuhnya), yang diketahui melalui kuesioner body image sebanyak 21 pertanyaan.
Pada setiap pertanyaan, responden diberi skor sesuai dengan nilai kategori jawaban
yang diberikannya. Nilai jawaban persepsi body image soal nomor 1-5 antara 5-4-3-
2-1-0, soal nomor 6-21 nilai jawaban antara 0-1-2-3-4-5. Perhitungan skor
menggunakan metode rating atau skala rating (Method of summeted rating). Suatu
cara untuk memberi interpretasi terhadap skor individu dalam skala rating yang
dijumlahkan dengan cara membandingkan skor tersebut dengan rata-rata skor
kelompok. Perbandingan relatif akan menghasilkan interpretasi skor standar (skor_T)
lebih atau kurang favorable dibandingkan mean kelompoknya.12 Apabila skor standar
lebih dari mean kelompoknya maka subyek memiliki kepuasan (body image positif)
dan bila kurang dari mean kelompoknya maka subyek memiliki ketidakpuasan (body
image negatif).
Aktivitas fisik adalah rerata besarnya energi dalam satuan kkal, yang
dikeluarkan dalam 24 jam. Perhitungan Aktivitas fisik berdasarkan jenis dan lama
kegiatan yang dilakukan dengan menaksir nilai total pengeluaran energi sehari-hari
(diary method). Aktivitas fisik diperoleh melalui formulir record aktivitas 3 x 24 jam
(dalam kisaran waktu 5 menit). Pengeluaran energi rata-rata sehari diperoleh dari
rata-rata pengeluaran energi untuk aktivitas fisik 3 hari (hari biasa dan libur). Energi
yang dikeluarkan untuk beraktivitas selama 24 jam dihitung menggunakan rumus 3,5
x BB x 5/1000 x Kelipatan EMB x W, dimana kelipatan EMB adalah kelipatan
energi metabolisme basal masing-masing aktivitas dan W adalah waktu.13,14
Asupan energi adalah jumlah rerata makanan dan minuman sumber energi
yang dikonsumsi setiap hari, dan dinyatakan dalam satuan kalori (kkal). Asupan
energi diperoleh melalui food record 3x24 jam, yaitu hari biasa dan hari libur.
Asupan protein adalah jumlah rerata makanan dan minuman sumber protein yang
dikonsumsi setiap hari, dan dinyatakan dalam satuan gram (gr), diperoleh melalui
food record 3x24 jam. Sebelum memberikan formulir record, Subyek diberikan
penjelasan menggunakan food models dan penukar serta contoh cara mengisi dan hal-
hal yang berhubungan dengan pengisian formulir record asupan. Hasil analisa
konsumsi kemudian dibandingkan dengan tingkat kecukupan energi individu yang
diperoleh dari perbandingan BB aktual dan BB pada Angka Kecukupan Gizi (AKG)
2004 dikalikan Angka Kecukupan Gizi energi ataupun protein. Hasil perbandingan
rerata asupan dengan angka kecukupan individu dikalikan 100 % maka akan
didapatkan persen tingkat kecukupan asupan energi atau protein.
Analisa data menggunakan program Statistic Package For The Social Science
(SPSS). Analisa univariat untuk mengetahui nilai minimum dan maksimum, rerata,
standar deviasi serta tabel distribusi frekuensi umur responden dan variabel status
gizi, body image, aktivitas fisik, asupan energi dan protein. Sebelum uji hipotesis,
dilakukan uji kenormalan dengan kolmogorov Smirnov kemudian dilanjutkan dengan
analisis bivariat yaitu melihat hubungan body image dengan status gizi , aktivitas
fisik dengan status gizi, asupan energi dan protein dengan status gizi menggunakan
uji regresi linier sederhana. Analisis multivariat untuk mengetahui variabel yang
paling berhubungan dengan status gizi menggunakan uji regresi linier ganda.

HASIL PENELITIAN
Karakteristik subyek
Usia sampel dalam penelitian berkisar 15-16 tahun. Frekuensi terbanyak yaitu

subyek yang berumur 15 tahun yaitu sebanyak 25 anak atau 53,2 %. Distribusi

frekuensi subyek menurut umur dapat dilihat pada tabel 1.


Tabel 1. Distribusi frekuensi subyek menurut umur

Umur Frekuensi Persen (%)


15 tahun 25 53.2
16 tahun 22 46.8
Total 47 100.0

Status Gizi
Hasil pengukuran status gizi menunjukkan rerata IMT sebesar 18,9
kg/m2 + 2,67. Nilai IMT terendah yaitu 13,51 kg/m2 dan IMT tertinggi 26,36
kg/m2. Kategori status gizi diperoleh berdasarkan nilai persentil yang
didapatkan dari nilai IMT yang diplotkan pada grafik pertumbuhan CDC BMI
untuk anak perempuan usia 2-20 tahun.15 Sebagian besar subyek mempunyai
status gizi normal yaitu sebanyak 35 anak atau 74,5 %. Distribusi frekuensi
subyek menurut kategori status gizi dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi frekuensi subyek menurut kategori status gizi
Kategori status gizi Frekuensi Persen (%)
Overweight 2 4,3
Normal 35 74,5
Kurang 10 21,3
Total 47 100,0
1,15
Keterangan :
Overweight : > persentil 85
Normal : > persentil 5 < persentil 85
Kurang : < persentil 5

Body Image
Berdasarkan hasil pengukuran body image menggunakan Method of
summeted rating yang menghasilkan skor standar (skor_T), diperoleh nilai skor
standar body image berkisar antara 29,0 - 68,3 dengan rerata 50,0 + 9,99.
Sebagian besar subyek mempunyai body image yang hampir sama yaitu body
image negatif sebanyak 24 anak atau 51,1 % dan subyek yang mempunyai body
image positif yaitu sebanyak 23 anak atau 48,9 %. Distribusi frekuensi subyek
menurut kategori body image dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Distribusi frekuensi subyek menurut kategori body image
Kategori body image Frekuensi Persen (%)
Body image positif 23 48,9
Body image negatif 24 51,1
Total 47 100,0
Keterangan :
Body image positif (puas) : nilai skor > mean skor _T (>50,0)
Body image negatif (tidak puas) : nilai skor < mean skor _T (<50,0) 12

Aktivitas Fisik
Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan aktivitas fisik yang dilakukan
subyek berkisar anatara 2684,8 kkal - 1732,6 kkal dengan rerata 2158,2 kkal +
232,27. Sebagian besar subyek mempunyai aktivitas fisik sedang sebanyak 26 anak
atau 55,3 %. Distribusi frekuensi subyek menurut kategori aktivitas fisik dapat dilihat pada
tabel 4

Tabel 4. Distribusi frekuensi subyek menurut kategori aktivitas fisik


Kategori aktivitas fisik Frekuensi Persen (%)
Ringan 13 27,7
Sedang 26 55,3
Berat 8 17,0
Total 47 100,0
16
Keterangan:
Ringan : < 2000 kkal
Sedang : 2001-2400 kkal
Berat : 2401-2600 kkal

Asupan Energi
Asupan energi Subyek berkisar antara 1193 kkal-3120 kkal, dengan
rerata sebesar 2002 kkal + 490,91. Nilai % tingkat kecukupan energi berkisar
antara 74,2 % -113 %, dengan rerata sebesar 90,9 % + 11,25. Sebagian besar
subyek mempunyai asupan energi sedang sebanyak 19 anak atau 40,4 %.
Distribusi frekuensi subyek menurut kategori asupan energi dapat dilihat pada
tabel 5.
Tabel 5. Distribusi frekuensi subyek menurut kategori % tingkat kecukupan energi
Kategori asupan energi Frekuensi Persen (%)
Baik 15 31,9
Sedang 19 40,4
Kurang 13 27,7
Total 47 100,0
Keterangan : 17
Baik : > 100 % AKG
Sedang : 81-99 % AKG
Kurang : 70-80 % AKG

Asupan Protein
Asupan protein Subyek berkisar antara 30,7 gram - 94,5 gram, dengan
rerata sebesar 52,1 gram + 13,63. Nilai % tingkat kecukupan asupan protein
berkisar antara 70,5 % - 116 % , dengan rerata % tingkat kecukupan asupan
protein sebesar 94,4 % + 12,19. Sebagian besar subyek mempunyai asupan
protein sedang sebanyak 21 anak atau 44,7 %. Distribusi frekuensi subyek
menurut kategori asupan protein dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6.Distribusi frekuensi subyek menurut kategori % tingkat


kecukupan protein
Kategori asupan protein Frekuensi Persen (%)
Baik 19 40,4
Sedang 21 44,7
Kurang 7 14,9
Total 47 100,0
Keterangan : 17
Baik : > 100 % AKG
Sedang : 81-99 % AKG
Kurang : 70-80 % AKG
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Siswi SMA
Berdasarkan uji kolmogorof Smirnov, variabel status gizi, body image,
aktivitas fisik, asupan energi dan protein berdistribusi normal. Analisa bivariat
menggunakan uji regresi linier sederhana, menunjukkan gambar 1 semakin
tinggi kepuasaan body image maka status gizinya semakin rendah, sedangkan
gambar 2 menunjukkan semakin tinggi aktivitas sampel maka status gizinya
semakin rendah. Gambar 8 dan 9 menunjukkan semakin baik % tingkat
kecukupan energi maupun protein maka status gizinya semakin baik
28 28

26 26

24 24

22 22

20 20

18 18
status gi zi ( IMT)

status gi zi ( IMT)
16 16

14 14

12 12
20 30 40 50 60 70 1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800

persepsi body image (dengan skor T) besar aktivitas fi si k

r = - 0,430 dan p= 0,003 r = - 0,305 dan p = 0,037


Gambar 1. Gambar 2.
Hubungan Persepsi Body Image dengan Hubungan Aktivitas Fisik dengan
Status Gizi Status Gizi
28
28

26
26

24 24

22 22

20 20

18 18
status gizi (IMT)

status gizi (IMT)

16 16

14 14

12 12
70 80 90 100 110 120 70 80 90 100 110 120

persen kecukupan energi persen kecukupan protein

r = 0,710 dan p = 0,000 r = 0,631 dan p = 0,000


Gambar 3. Gambar 4.
Hubungan Asupan Energi Hubungan Asupan Protein
dengan Status Gizi dengan Status Gizi
Hasil analisis multivariat menggunakan uji regresi linier ganda menunjukkan
bahwa faktor yang berhubungan dengan status gizi adalah body image dan asupan
energi. Koefisien korelasi 0,760 dan adjusted R2 = 55,8 %, sehingga variasi status
gizi dapat dijelaskan 55,8 % oleh body image dan asupan energi, sedangkan 44,2
% dijelaskan oleh variabel lain. Persamaan regresinya, status gizi siswi = 8,690 -
0,074 body image siswi + 0,153 asupan energi siswi, yang artinya setiap kenaikan
1 skor body image maka akan mengurangi status gizi sebesar 0,074 satuan setelah
dikontrol dengan asupan energi. Setiap kenaikan 1 % asupan energi maka akan
meningkatkan status gizi pada siswi sebesar 0,153 satuan setelah dikontrol
dengan body image.
PEMBAHASAN
Karakteristik sampel
Sebagian besar sampel yaitu siswi dengan usia 15 tahun sebanyak 25 anak
atau 53,2 %, sedangkan usia 16 tahun sebanyak 22 anak atau 46,8 %. Pada masa
tersebut remaja mengalami periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar serta
konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial
yang baru.18 Dimana pada usia-usia tersebut seorang remaja mulai serius
memperhatikan bentuk tubuh dan body image mereka. Hal seperti itu mendorong
mereka untuk mencoba sesuatu yang dapat membuat dirinya terlihat lebih baik
dengan mengubah body image mereka. Pada usia tersebut pengaruh teman sebaya
lebih besar daripada orang tua atau orang dewasa lainnya.18,19.

Status Gizi
Status gizi merupakan gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan
antara asupan dan kebutuhan zat gizi seseorang untuk berbagai proses biologis,
diantaranya untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak, kecerdasan,
pemeliharaan kesehatan serta melakukan kegiatan sehari-hari.20

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa Subyek yang memiliki status gizi


kurang sebanyak 10 anak atau 21,3 %, status gizi normal 35 anak atau 74,5 % dan
status gizi overweight sebanyak 2 anak atau 4,3 %. Keadaan ini hampir sama dengan
penelitian yang dilakukan Adiningsih, menunjukkan dari 137 siswi, hanya 14 anak
atau 10,2 % yang mempunyai status gizi lebih.3 Tidak heran jika sampel
menginginkan tubuh yang langsing dikarenakan kegemukan merupakan salah satu hal
yang ditakuti oleh sebagian besar wanita, terutama remaja putri. Kegemukan
dianggap menjadikan badan tidak menarik sehingga bisa membuat seseorang menjadi
rendah diri. 21 Disamping itu tren mode dan gaya berpakaian sekarang lebih memihak
pada tubuh yang langsing, sehingga mendorong remaja untuk berusaha
mempertahankan berat badan yang ideal atau menurunkan berat badannya sehingga
akan menjadi gizi kurang. 3
Subyek yang mempunyai nilai IMT terendah yaitu 13,51 merupakan salah
satu Subyek dengan berat badan 33,3 kg dan tinggi badan 157,0 cm. Subyek memiliki
berat badan yang jauh dari nilai BB pada AKG (Angka Kecukupan Gizi) usia tersebut
yaitu sekitar 49-50 kg. Subyek mempunyai pengeluaran energi yang lebih besar
dibandingkan dengan asupannya. Pengeluaran energi untuk aktivitas sebesar 2064,0
kkal sedangkan asupan energinya hanya sebesar 1193 kkal. Hal ini akan
menyebabkan tubuh mengalami keseimbangan energi negatif. Akibatnya berat badan
kurang dari berat badan seharusnya (berat badan ideal).19

Body Image
Body image atau citra tubuh yaitu 1) persepsi ukuran tubuh (kebenaran
mengenai persepsi ukuran tubuh seseorang seperti keyakinan bahwa ukuran tubuhnya
lebih besar daripada ukuran tubuhnya yang sebenarnya. 2) komponen subyektif
(kepuasan terhadap ukuran tubuh seseorang, kegelisahan dan perhatian mengenai
ukuran tubuhnya atau bagian tubuh tertentu, 3) aspek perilaku (menghindar dari
situasi yang dapat menyebabkan kegelisahan terhadap citra tubuhnya ) 11
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Subyek mempunyai
persepsi body image hampir sama, yaitu body image negatif (ketidakpuasan pada
bentuk/ukuran tubuhnya) sebanyak 24 anak atau 51,1 % dan body image positif
(kepuasan bentuk/ukuran tubuhnya) sebanyak 23 anak atau 48,9 %. Hal yang sama
juga ditunjukkan oleh penelitian adiningsih bahwa remaja putri mayoritas
berpendapat tubuh idaman mereka adalah tinggi langsing sebesar 63,2 % dan tinggi
sepadan berat badan sebesar 21,4 %.3 Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan
Novriani Tarigan di Kota Yogyakarta 87 anak obes atau 67 % dan 43 anak tidak obes
atau 33 % menyatakan ketidakpuasan body image.22 Hal ini terjadi pada usia tersebut
dimana remaja merupakan golongan individu yang sedang mencari identitas diri.
Banyak remaja yang merasa tidak puas dengan penampilannya sendiri dan merasa
kawatir apabila bentuk badannya tidak sebagus teman sebayanya. Ketidakpuasan
body image disebabkan karena katidaksesuaian antara ukuran tubuhnya dengan
ukuran tubuh yang diinginkan.21,23
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa body image berhubungan dengan
status gizi dengan r = - 0,43 , p = 0,003 artinya semakin tinggi kepuasan body image
maka status gizinya semakin rendah. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan
Novriani Tarigan yang menyatakan ada hubungan body image dengan status gizi
pada siswi SMP dengan p = 0,001.23 Hal tersebut terjadi karena pada remaja wanita
terdapat masalah ketidakpuasan tidak hanya pada tinggi badan dan berat badannya,
melainkan juga bentuk tubuhnya yakni pada ukuran lingkar tubuh (dada, pinggang
dan panggul). Kepuasan postur tubuh dalam masa pertumbuhan dapat mengganggu
perkembangan psikologis remaja sehingga remaja yang belum mencapai berat badan
ideal akan selalu berupaya untuk mencapainya. 3
Sebagian besar Subyek yang mempunyai persepsi body image positif mempunyai
status gizi normal bahkan ada yang kurang, hal ini dikarenakan seseorang yang
telah mempunyai tubuh langsing akan terus menjaga berat badannya dengan
mengontrol pola makan agar tidak berlebihan atau melakukan aktivitas fisik . 4

Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah kegiatan-kegiatan sadar yang dilakukan sehari-hari yang
diukur dengan energi dalam kalori yang digunakan. Pengeluaran energi setiap
individu berbeda-beda sesuai dengan aktivitas yang dilakukan.8
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Subyek yang mempunyai aktivitas
ringan sebanyak 13 anak atau 27,7 %, hal ini dikarenakan kegiatan yang dilakukan
Subyek tidak terlalu banyak dan kegiatan tersebut selalu rutin dilakukan seperti
duduk santai di rumah, mengobrol, menonton televisi, mendengarkan radio sambil
tiduran, membaca komik. Subyek yang memiliki aktivitas sedang sebanyak 26 anak
atau 55,3 %. Selain kegiatan-kegiatan ringan, Subyek biasanya juga melakukan
pekerjaan rumah yang rutin selama 1-3 jam seperti menyapu, mencuci piring,
mencuci baju dengan tangan, mencuci motor, memasak pada hari libur, mengikuti les
pelajaran dan les musik atau berjalan kaki setiap hari. Subyek dengan aktivitas berat
sebanyak 8 anak atau 17,0 %, hal ini disebabkan Subyek mengikuti kegiatan-kegiatan
lain yang rutin dilakukan di luar jam sekolah misalnya, basket, latihan cheerleaders,
les dance, latihan pecinta alam, renang dan latihan taekwondo.
Analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan
status gizi pada Subyek dengan r = - 0,305 dan p = 0,037, artinya semakin tinggi
aktivitas fisik Subyek, maka status gizinya semakin rendah. Sebagian besar
Subyek dengan aktivitas fisik yang cukup mempunyai status gizi normal, hal ini
dikarenakan dengan beraktivitas fisik dapat membantu dalam meningkatkan
metabolisme tubuh yang menyebabkan cadangan energi yang tertimbun dalam
tubuh berupa zat lemak dapat terbakar sebagai kalori. Lain halnya dengan Subyek
yang mempunyai status gizi lebih terkadang tidak ada waktu untuk melakukan
kegiatan aktivitas atau berolahraga, hal ini disebabkan karena meningkatnya
rutinitas kegiatan, sehingga waktu luang lebih digunakan untuk melakukan
aktivitas ringan seperti tiduran, duduk santai atau menonton televisi. Disamping
itu sarana transportasi seperti antar jemput mobil atau motor akan memudahkan
Subyek sehingga jarang berjalan kaki atau bersepeda ke suatu tempat.24

Asupan Energi

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan
suhu dan kegiatan fisik. 25 Dari hasil record makanan didapatkan Subyek dengan
kategori asupan energi baik sebanyak 15 anak atau 31,9 %, asupan energi sedang
sebanyak 19 anak atau 40,4 % dan asupan energi kurang sebanyak 13 anak atau (
27,7 %). Makanan sumber karbohidrat yang banyak dikonsumsi Subyek adalah
nasi, roti, biskuit, gula dan minuman-minuman manis seperti sirup. Selain sumber
karbohidrat adalah sumber lemak yang diperoleh dari makanan jajanan seperti
gorengan (pisang goreng, mendoan atau bakwan), mentega, dan makanan
bersantan.

Subyek yang mempunyai asupan energi terendah sebesar 1193 kkal. Jika
dibandingkan dengan Angka Kecukupan Energi tahun 2004 untuk usia 15-16
tahun yaitu sekitar 2200-2350 kkal, maka asupan energi tersebut terlihat jauh dari
Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan. Namun karena Subyek
mempunyai postur tubuh kurus dengan berat badan 33,3 kg maka AKE individu
yang didapatpun menjadi kecil yaitu 1597 kkal. Meskipun akhirnya angka asupan
energi tersebut masih tergolong kategori kurang bila dibandingkan dengan AKE
Individu yaitu dengan % tingkat kecukupan energi 74,7 % . Beberapa Subyek
yang mempunyai asupan energi kurang dikarenakan sering meninggalkan
kebiasaan sarapan, atau berkurangnya porsi makan (seperti nasi, lauk pauk)
maupun frekuensi makan (hanya 1-2 x sehari), dan lebih senang mengkonsumsi
snack ringan yang rendah kalori. Sedangkan Subyek yang memiliki asupan energi
lebih yaitu mencapai 3120 kkal mempunyai AKE individu yang besar yaitu 2882
kkal. Asupan yang berlebih ini dikarenakan Subyek memiliki kebiasaan makan
utama maupun makan selingan dalam jumlah yang cukup besar.

Analisi bivariat menunjukkan asupan energi berhubungan dengan status gizi,


dengan r = 0,710 dan p = 0,000, artinya semakin baik tingkat asupan energi ,
maka status gizinya semakin baik. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian
Novitasari tahun 2003 bahwa ada hubungan antara asupan energi dengan status
gizi.26 Apabila asupan energi kurang dari jumlah yang diperlukan tubuh, maka
akan mengakibatkan penurunan berat badan, tetapi bila asupan energi melebihi
kebutuhan, maka energi akan diubah menjadi cadangan lemak tubuh yang akan
menyebabkan peningkatan berat badan. Asupan makanan yang tidak memadai
kebutuhan , baik kualitas maupun kuantitas akan menimbulkan masalah gizi.27

Asupan Protein

Dari hasil record makanan selama 3 hari didapatkan bahwa Subyek


mempunyai asupan protein baik sebanyak 19 anak atau 40,4 %, asupan protein
sedang sebanyak 21 anak atau 44,7 % dan asupan protein kurang sebanyak 7 anak
atau 14,9 %. Asupan protein pada Subyek sebagian besar diperoleh dari susu,
ayam, telur, ikan, tempe dan tahu. Protein terdiri dari asam-asam amino.
Disamping menyediakan asam amino essensial, protein juga mensuplai energi
dalam keadaan energi terbatas dari karbohidrat dan lemak.25

Subyek yang mempunyai asupan protein terendah sebesar 30,7 gram. Jika
dibandingkan dengan angka kecukupan protein tahun 2004 untuk usia 15-16
tahun yaitu sekitar 55-57 gram, maka asupan protein tersebut terlihat jauh dari
Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan. Namun karena Subyek
mempunyai postur tubuh kurus dengan berat badan 39,6 kg maka AKP individu
yang didapatpun menjadi kecil yaitu 43,6 gram. Meskipun akhirnya angka
asupan protein tersebut masih tergolong kategori kurang yaitu dengan % tingkat
kecukupan protein 70,5 % bila dibandingkan dengan AKP Individunya. Beberapa
Subyek yang mempunyai asupan protein rendah disebabkan karena pola makan
pada sampel khususnya protein hewani maupun nabati kurang memenuhi standar
yaitu 10-15 % dari total energi. Subyek juga jarang/tidak mempunyai kebiasaan
mengkonsumi susu atau olahannya.

Analisis bivariat menunjukkan asupan protein berhubungan dengan status gizi


dengan r = 0,631 dan p = 0,000, artinya semakin baik asupan protein maka status
gizinya semakin baik. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Nur Izah bahwa
ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi. 28 Kebutuhan protein
meningkat pada usia remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang terjadi
dengan cepat. Apabila asupan energi terbatas atau kurang, protein akan digunakan
untuk menghasilkan energi. Oleh sebab itu dibutuhkan konsumsi karbohidrat dan
lemak yang cukup, sehingga protein dapat digunakan sesuai fungsi utamanya,
yaitu pembentukan sel tubuh atau mengganti jaringan yang rusak.29 Berdasarkan
Widya Karya Pangan Nasional dan Gizi/WNPG tahun 2004 dianjurkan pada anak
perempuan usia 13-15 tahun kebutuhan protein 50 gram/hari dan usia 16-18 tahun
55 gram/hari.21

Hubungan Body Image, Aktivitas Fisik, Asupan Energi dan Protein dengan
Status Gizi.

Analisis statistik menggunakan regresi linier ganda didapatkan variabel yang


berhubungan dengan status gizi adalah body image dan asupan energi dengan r =
0,760, R2 = 0,558 (55,8 % variasi status gizi ditentukan oleh body image dan
asupan energi, dan 44,2 % dipengaruhi oleh variabel lain ). Persamaan status gizi
= 8,690-0,074 body image + 0,153 asupan energi, yang artinya, setiap kenaikan 1
skor body image maka akan mengurangi status gizi sebesar 0,074 satuan setelah
dikontrol dengan asupan energi. Setiap kenaikan 1 % asupan energi maka akan
meningkatkan status gizi pada siswi sebesar 0,153 satuan, setelah dikontrol
dengan body image.

Gangguan akan perasaan kurang puas terhadap pertumbuhan berat badan ataupun
tinggi badan akan mempengaruhi konsep diri yang menggangu kepercayaan diri
seorang remaja.3 Pemahaman body image yang keliru tentang tubuh yang
langsing “ kurus itu indah” menjadi idaman bagi remaja terutama remaja putri.
Hal ini sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara kelangsingan
tubuhnya, mereka menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara keliru,
sehingga kebutuhan gizinya tidak terpenuhi.2

Bentuk atau ukuran tubuh yang baik adalah bila mempunyai bentuk tubuh yang
ideal. Seseorang dapat mencapai tubuh yang ideal apabila keseimbangan energi
dalam tubuh terpenuhi, yaitu bila energi yang masuk kedalam tubuh melalui
makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Salah satu cara untuk menilai
berat badan yang ideal pada remaja adalah dengan menggunakan perhitungan
Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu berat badan dibagi tinggi badan dalam meter
dikuadratkan. Status gizi kurang apabila remaja mempunyai nilai IMT < 18,5
kg/m2, status gizi baik bila nilai IMT berkisar 18,5 kg/m2–22,9 kg/m2, dan status
gizi lebih apabila nilai IMT > 23,0 kg/m 2. 30,31

SIMPULAN DAN SARAN


Pada penelitian ini dapat disimpulkan:

1. Hasil penelitian menunjukkan, semakin tinggi kepuasan body image maka status
gizi semakin rendah. Semakin tinggi aktivitas fisik yang dilakukan Subyek maka
status gizinya semakin rendah dan semakin baik asupan energi maupun protein
pada Subyek maka status gizinya akan semakin baik
2. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan Regresi Linier Ganda
didapatkan variabel yang berhubungan dengan status gizi adalah body image dan
asupan energi dengan persamaan regresinya status gizi = 8,690-0,074 persepsi
body image + 0,153 asupan energi.
Saran

1. Perlu adanya penyuluhan tentang gizi dan kesehatan khususnya tentang faktor-
faktor yang berhubungan dengan status gizi bagi siswi SMA diantaranya
mengembangkan body image yang positif, aktivitas fisik yang cukup akan
menghasilkan status gizi yang baik. Asupan makanan yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh secara kualitas maupun kuantitas akan menghasilkan status gizi
yang baik.
2. Untuk remaja putri yang menghadapi body image negatif perlu adanya bimbingan
dan pengawasan, sehingga tidak menimbulkan masalah gizi kurang. Bagi remaja
putri yang mempunyai body image yang positif agar dikembangkan karena
bermanfaat pada perkembangan kepribadian yang positif, sehingga menjadi
individu yang percaya diri.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan status gizi yang belum terjangkau dalam penelitian ini antara lain
pendapatan, pengetahuan, ketersediaan pangan dan pola makan pada remaja.

UCAPAN TERIMAKASIH

Dr.H.M.Sulchan,MSc,SpGK dan Dr.dr.Hertanto.W.S,MS,SpGK yang telah


memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian. Ir.Enik
Sulistyowati,Mkes selaku pembimbing, terimakasih atas bimbingan, masukan,
nasehat dan motivasinya sehingga penelitian ini dapat selesai dengan baik.
dr.Niken Puruhita, MMed,Sc,SpGK selaku reviewer 1 dan dr. Yekti Wirawanni
selaku reviewer 2, terimakasih atas semua masukan, saran, dan ilmunya. Keluarga
besar Drs. H. Mizany Sudja` (ayah, ummi,kakak, adik) terimakasih untuk doa,
kesabaran dan motivasinya. Ibu Sri Margiyati, Bapak Adib dan Bapak Hardiman,
serta keluarga besar SMAN 1 Semarang terimakasih atas izin dan kemudahan
selama penelitian berlangsung. Ahmed Fahmy Arif Tsani terimakasih untuk doa,
motivasi dan bantuannya selama peneliti mencari sumber pustaka di Universitas
Gajah Mada Yogyakarta. Teman-teman angkatan 2003, 2004, 2005 dan 2006,
jangan pernah putus asa, dan terus berusaha.

DAFTAR PUSTAKA

1. D.R Sjarief. Childhood Obesity Evaluation And Management National Obesity


Symposium II. Pusat Diabetes dan Nutrisi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. RSUD. Dr. Soetomo: Surabaya ; 2003.
2. Sjahmien Moehji . Ilmu Gizi 2. Jakarta : PT Bhatara Niaga ; 2003.
3. Sri Adiningsih. Body Image Remaja Dalam Konsep Bio-Psikologi. Makassar.
Dalam Pangan Dan Gizi : Masalah, Program Intervensi Dan Teknologi Tepat
Guna DPP Pergizi Pangan Indonesia Bekerjasama Dengan Pusat Pangan, Gizi
dan Kesehatan UNHAS ; 2002.
4. Ali Khomsan. Pola makan kaum remaja. Dalam Pangan dan Gizi untuk
Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada ; 2003.
5. Ali Khomsan. Peranan Pangan Dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta: PT
Grasindo ; 2004
6. A. Djaeni. Ilmu Gizi jilid 1. Jakarta: Dian rakyat ; 2000. 201-241
7. Mulawitri. Body image remaja putri. [Online]. 5 Maret 2005 [Cited 27 Juli 2006]
; Available from: URL : http: // www.gizi.net.
8. Hunt P. Changing Eating and Exercise Behaviour. Australia : Black Well Saint ;
1996.
9. M. Khumaidi. Gizi Masyarakat. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia ; 1994.
10. F.G. Winarno. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta : Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.1998.
11. Heinberg L.J. Katherine C.W, J. Kevin. Body Image. Rickert VI. Adolescent
Nutrition Assesment And Management : Chapman And Hall ; 1996. 136-156
12. Saifuddin Azwar. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka
Pelajar; 1997.
13. Syafrie Guricci. Gizi Olahraga dalam Gizi Olah raga sehat dan bugar dan
Berprestasi.Jakarta: Depkes;1992.
14. Sharkey,B.J. Efficiency And Body Size. Physiology of Fitness Champaign III:
Human Kinetics Publisher; 2000.
15. Mexitalia. Tatalaksana Obesitas Pada Anak. Seminar Peran Gizi dan Psikologi
pada Anak Obesitas. Program Studi S1 Gizi Fakultas Kedokteran UNDIP; 2006.
16. H. Marsetyo dan Kartasapoetra. Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas
Kerja. Jakarta: Rineka Cipta ; 1995.
17. Supariasa, Ibnu Fajar, dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Badan Penerbit
Kedokteran EGC; 2001.
18. Hurlock E. Psikologi perkembangan.Edisi ke-5.Jakarta:Penerbit Erlangga ;1980.
19. Spear B. Nutrition in Adolescent. Krause’s Food, Nutrition and Diet Therapy.
Philadelphia : Saunders ; 2004.
20. Kongres Nasional Persagi dan Temu Ilmiah XII : Jakarta ; 8-10 juli ; 2002.
21. Ali Khomsan. Obesitas, Bahaya dan Cara Mengatasinya. Dalam Pangan dan Gizi
untuk Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada ; 2003.
22. Novriani,Tarigan. Hubungan Citra Tubuh dengan Status Obesitas, Aktifitas Fisik
dan Asupan Energi Remaja SLTP di Kota Yogyakarta dan Kabupaten
Bantul.Yogyakarta. Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada; 2005.
23. Williamson, N.L Zucker, M.A White, D.C Blouin. Body Image of Assesment for
Obesity. Development of a New Procedure. Internasional Journal Obesity. 24; 26-
32
24. Emma Wirakusumah. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama ; 2001.
25. Hardiansyah, Tambunan V. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Serat
Makanan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII : Jakarta ;17-19 Mei 2004.
26. Novitasari. Hubungan Antara Asupan Energi dan Aktivitas Fisik dengan Status
Gizi pada Mahasiswa Akademi Maritim Nasional Indonesia. Semarang.
Politeknik Kesehatan Semarang; 2003.
27. Kusharto. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi .Bogor. Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi IPB; 1992.
28. Nur Izah. Hubungan Asupan Energi, Protein dan Aktivitas Fisik dengan Status
Gizi siswa SMK Pelayaran. Semarang. Politeknik Kesehatan Semarang; 2006.
29. Savitri Sayogo. Gizi Remaja Putri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta; 2006.
30. Sunita Almatsier. Prinsip dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama;
2002.
31. WHO. The Asia Pasific Perspective. Redefining Obesity Treatment . Australia:
2000

You might also like