You are on page 1of 11
PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO DINAS KESEHATAN UPTD. PUSKESMAS BA’A JL-Bhayangkara-Ba’a, No. Telp. 081338998463 Email :puskesmasbaa@gmail.com SURAT KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS BA’A Nomor : 445/025/SK/1/2022 TENTANG KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSIDI UPTD PUSKESMAS BA’A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. KEPALA UPTD PUSKESMAS BA’A Menimbang : a. Bahwa tugas Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah membantu Kepala Puskesmas untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan klinis Puskesmas melalui pencegahan dan pengendalian infeksi b, Bahwa dalam rangka melaksanakan tugasnya, Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berkolaborasi dengan Tim Manajemen Mutu guna mengendalikan kejadian Healthcare Associated Infection (HAs) di Puskesmas; ¢. Bahwa dalam rangka pemenuhan Akreditasi Puskesmas, dimana Puskesmas diharapkan dapat memenuhi kegiatan standar pelayanan pengendalian infeksi di Puskesmas; d. Bahwa Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas Ba’a agar dapat berperan dalam upaya - upaya preventif, promotif, dan sebagainya; e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Puskesmas Ba’a Mengingat : 1, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 ‘Tahun 2023 tentang Kesehatan; Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 tahun 2019, tentang Puskesmas; 3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 165 tahun 2023, tentang Standar Akreditasi Puskesmas; 4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017, tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Kesehatan; @ Dipindai dengan CamScanner 5. Peraturan Menteri Keschatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2022, tentang Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan Tempat Praktir Mandiri Dokter Dan Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit, Laboratorium Kesehatan, Dan Unit Transfusi Darah MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS BA’A KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI UPTD PUSKESMAS BA'A KESATU : Kebijakan Pelaksanaan_-—-Pencegahan = dan Pengendalian Infeksi UPTD Puskesmas Ba’a KEDUA : Kebijakan Pelaksanaan__—Pencegahan = dan Pengendalian Infeksi UPTD Puskesmas Ba’a sebagaimana tercantum dalam lampiran Surat Keputusan ini KETIGA : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya Ditetapkan di :Ba’a Pada Tanggal : 10 Januari 2022 Kepala UPTD. Puskesmas Ba’a otf Gevilawati Pandie NIP, 19880614 2017905 2 003 @ Dipindai dengan CamScanner LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS TENTANG KEBIJAKAN —PELAKSANAAN —_—PENCEGAHAN = DAN. PENGENDAIAN INFEKSI DI UPTD PUSKESMAS BA’A Nomor 2 445/025/SK/1/2022 Tanggal 10/01/2022 Tentang —:_Kebijakan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di UPTD Puskesmas Ba’a KEBIJAKAN ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PUSKESMAS 1. Kepala Puskesmas membentuk Tim PPI Puskesmas sesuai dengan SK Kepala Puskesmas yang mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai dengan Pedoman Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. 2. Tim PPI merupakan unit kerja non struktural langsung di bawah Kepala Puskesmas, yang disusun terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota. 3. Anggota Tim PPI terdiri dari dokter umum, dokter gigi, petugas laboratorium, perawat, bidan, petugas farmasi, abli gizi, dan abli sanitasi. 4. Tim PPI dalam menyusun regulasi, wajib mengacu pada Pedoman ‘Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. 5. Semua unit kerja di Puskesmas harus melaksanakan kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). 6. Tim PPI mengadakan rapat tiap bulan untuk mengevaluasi hasil surveilans, kinerja tim dan menentukan tindak lanjut. 7. Tim PPI harus melaporkan hasil rapat bulanan kepada Kepala Puskesmas, manajemen, staf medis, staf penunjang medis dan umum. 8. Tim PPI harus mengevaluasi kembali tindak lanjut yang telah dilakukan pada bulan berikutnya. 9, Puskesmas mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang dimasukkan dalam anggaran PPI. B, PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI UPTD PUSKESMAS BA’A Pelaksanaan kewaspadaan isolasi Pendidikan dan pelatihan staf Penerapan Bundles HAIs Penerapan PPI pada penggunaan alat keschatan Penggunaan antibiotika rasional untuk profilaksis dan terapeutik Surveilans PPI OAs ENE C, KEBIJAKAN UMUM KEWASPADAAN ISOLASI 1. Kewaspadaaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi yang harus diterapkan di fasilitas kesehatan dengan maksud untuk menurunkan risiko transmisi penyakit dari pasien ke petugas Kesehatan, pengunjung, masyarakat sekitarnya atau sebaliknya. 2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas setiap petugas harus menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari dua lapis yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi. @ Dipindai dengan CamScanner 3. Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang untuk diterapkan secara rutin dan berkelanjutan dalam perawatan seluruh pasien di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, yang meliputi: kebersihan tangan, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), pengendalian lingkungan, pengelolaan limbah hasil pelayanan keschatan, pengelolan peralatan perawatan pasien dan alat medis lainnya, pengelolaan linen, penyuntikan yang aman, Kebersihan pernapasan atau etika batuk, penempatan pasien, dan perlindungan keschatan petugas. 4, Kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan kewaspadaan lapis Kedua dari kewaspadaan isolasi yaitu tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan pada saat memberikan pelayanan baik pada kasus yang belum maupun yang sudah terdiagnosis penyakit infeksinya. Kewaspadaan ini diterapkan untuk mencegah dan memutus rantai penularan penyakit lewat kontak, droplet, udara, vehikulum dan vektor (serangga dan binatang pengerat). 5. Penyelenggaraan kewaspadaan isolasi di UPTD Puskesmas Ba’a selengkapnya diatur dalam pedoman dan prosedur, sesuai kebijakan Kepala UPTD Puskemas Ba’a. D, KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR 1. Kebersihan Tangan/ Hand Hygine a, Semua karyawan Puskesmas, pasien dan pengunjung harus menjaga kebersihan tangan dengan melakukan cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun atau handrub berbasis alkohol. b. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 momen yaitu: sebelum Kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah menyentuh cairan tubuh pasien, setelah menyentuh pasien, setelah kontak dengan lingkungan pasien. c. Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Bila tangan tidak tampak kotor, cuci tangan dengan handrub berbasis alkohol. d. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40-60 detik dengan prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO. e. Cuci tangan dengan handrub berbasis alkohol dilakukan selama 20-30 detik, sesuai dengan prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO. {. Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan kebersihan tangan melalui survey terhadap seluruh petugas. g. Apabila hasil survey kepatuhan kebersihan tangan dari unit kerja belum memenuhi standar, maka dilakukan sosialisasi/training ulang mengenai kebersihan tangan pada unit tersebut. 2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) a. Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang dirancang sebagai penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit. b. Semua petugas yang melakukan Kontak dengan pasien yang berisiko menularkan penyakit infeksius wajib memakai APD sesuai dengan prosedur yang benar dan sesuai indikasi c. Serna petugas yang melakukan tindakan septik aseptik harus memakai APD sesuai dengan prosedur yang benar dan sesuai indikasi. d. Jenis-jenis APD, yaitu: sarung tangan, masker, pelindung kepala (topi), kacamata dan pelindung wajah,gaun/apron, sepatu. ¢. Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi pemakaian. @ Dipindai dengan CamScanner f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai langsung dibuang di tempat sampah infeksius yang telah disediakan, sedangkan untuk APD yang akan dipakai kembali, dilakukan penatalaksanaan sesuai prosedur. 3. Pengendalian Lingkungan a. Pengendalian — lingkungan —fasilitas pelayanan —_keschatan merupakan salah satu upaya pencegahan pengendalian infeksi di UPTD Puskesmas Ba’a. b, Untuk mencegah transmisi mikroorganisme dari pasien atau pengguna layanan ke petugas atau sebaliknya akibat pengelolaan dan pengendalian lingkungan yang tidak sesuai dengan standar PPI maka harus diminimalkan dengan pembersihan lingkungan, disinfeksi_ permukaan lingkungan yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan tepat, mempertahankan mutu air bersih, dan mempertahankan ventilasi udara yang baik. 4, Pengelolaan Limbah Hasil Pelayanan Kesehatan a. Puskesmas berkewajiban menurunkan isiko infeksi salah ‘satunya dengan cara pengelolaan limbah yang tepat. b. Pengelolaan limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi, pemisahan, labeling, packing, penyimpanan, pengangkutan dan penanganan sesuai jenis limbah. 5. Pengelolaan Linen a. Puskesmas berupaya menjamin manajemen laundry dan linen yang benar. b. Puskesmas berupaya mencegeh terjadinya kontaminasi pada pakaian atau lingkungan. c. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasulkkan ke dalam kantong/wadah yang tidak rusak saat diangkut. d. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah digunakan. ¢. Area pencucian linen kotor dan penempatan linen bersih berada pada tempat dengan pintu yang berbeda yang dibuat dalam satu arah. { Petugas wajib menggunakan APD yang sesuai standar untuk ‘melindungi kontaminasi dari paparan cairan atau percikan yang mengenai pakaian dan tubuh petugas. 6. Penyuntikan Yang Aman a. Penyuntikan yang aman dilaksanakan dengan prinsip satu spuit, satu jenis obat dan satu prosedur penyuntikan, b. Petugas wajib memastikan persiapan penyuntikan menggunakan teknik aseptik, untuk menghindari kontaminasi pada peralatan penyuntikan, ¢. Jangan memanipulasi jarum suntik (me-recaping, mematahkan, menekuk) dan segera buang ke dalam safety box jika sudah dipakai. d. Tidak memberikan obat single dose kepada lebih dari satu pasien atau mencampur obat-obat sisa dari vial atau ampul untuk pemberian berikutnya. ¢. Bila menggunakan vialmultidose, sebaiknya tetap digunakan sckali pakai karena jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien lain. 7. Kebersihan Pernapasan/Ftika Batuk a. Kebersihan pernapasan atau ctika batuk adalah tata cara batuk atau bersin yang baik dan benar schingga bakteri tidak menyebar @ Dipindai dengan CamScanner ke udara, tidak mengkontaminasi barang atau benda sekitarnya agar tidak menular ke orang lain. b. Pastikan dan ajarkan petugas, pasien, dan _pengunjung melakukan kebersihan pernapasan/ etika batuk apabila mengalami gangguan pernapasan, batuk, flu atau bersin. c. Lakukan langkah etika batuk yang baik dan benar, yaitu: menutup mulut dengan tisu jika batuk atau bersin, segera buang tisu yang sudah dipakai kedalam tempat sampah, lakukan kebersihan tangan setelah membuang tisu bekas pakai tersebut, saat batuk dan flu gunakanlah masker agar orang lain tidak tertular, jika tidak ada tisu maka gunakanlah lengan baju atas bagian dalam. 8. Penempatan Pasien a. Penempatan pasien bertujuan untuk mencegah infeksi silang antara pasien, pengunjung dan petugas. b. Penempatan pasien di ruang triase harus diberi jarak minimal 1 meter antara satu pasien dengan yang lainnya. cc. Ruangan pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa pasien harus berventilasi baik dengan sirkulasi yang baik. d. Pasien ditempatkan pada kamar yang terpisah bila dikhawatirkan terjadinya kontaminasi Iuas terhadap lingkungan, misalnya pada luka yang luas, diare, perdarahan yang tidak terkontrol. ¢. Kamar terpisah dengan pintu tertutup pada kondisi yang diwaspadai terjadi transmisi melalui udara dan kontak. f. Kamar terpisah dengan exhaust fan ke area yang tidak ada orang yang lalu lalang, misalnya pasien TB. g. Bila kamar terpisah tidak memungkinkan, maka dapat dilakukan dengan sistem kohorting (penggabungan pasien dengan jenis penyakit yang sama). Bila pasien terinfeksi dicampur dengan non infeksi maka pasien, petugas, dan pengunjung harus menjaga kewaspadaan standar dan transmisi, 9, Perlindungan Kesehatan Petugas a. Petugas Puskesmas Ba’a wajib menerapkan prinsip-prinsip PPI yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi ‘sesuai dengan indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari- hari b. Dilakukan pemeriksaan berkala terhadap semua petugas kesehatan terutama pada area risiko tinggi (misalnya: ruang TB, VCT, dan lain-lain) yang dapat terpapar penyakit menular infeksi sehingga perlu diberikan imunisasi sesuai risiko paparan pada petugas yang dihadapi termasuk hasil konsultasi profesional Kesehatan, misalnya Hepatitis B. ¢, Tersedianya kebijakan penatalaksanaan akibat tusukan jarum/ benda tajam bekas pakai pasien, sebagai berikut: - Prosedur pemeriksaan, alur penanganan pasca pajanan dan pemberian imunisasi _ Tersedianya obat-obatan terkait penanganan pasca pajanan dan tim kesehatan yang ditunjuk untuk menangani = Mekanisme pelaporan kebijakan = Sistem pendokumentasikan kejadian pasca pajanan 10. Pemrosesan Peralatan Perawatan Pasien ‘a. Pemrosesan peralatan perawatan pasien yang dianjurkan untuk mengurangi penularan penyakit dari instrumen yang kotor, sarung tangan bedah, dan barang-barang habis pakai lainnya (precleaning/prabilas), pencucian dan pembersihan, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi. @ Dipindai dengan CamScanner b. Precleaning dimulai pada tahap awal pembersihan dengan penyemprotan menggunakan air mengalir atau direndam dengan larutan detergen, atau dengan larutan enzymatik 0,8% atau glutaraldehyde 2% atau sestiai instruksi pabrik sclama 10-15 menit untuk menghilangkan noda darah dan cairan tubuh. c. Pembersihan atau pencucian dapat dilakukan menggunakan sikat (sesuai kebutuhan) atau yang disarankan oleh produsen alat, Jalu bilas dengan air mengalir dengan suhu 40 0- 50 0, lebih disarankan menggunakan air deionisasi atau air sulingan. Selanjutnya dicuci, dibilas dengan air mengalir kemudian tiriskan (Keringkan) untuk proses selanjutnya. d. Prosedur sterilisasi pada peralatan kritikal dapat menggunakan autoklaf atau panas kering, jika menggunakan sterilisasi dengan pemanasan uap pastikan temperatur uap maksimum, yaitu 250 oF (121 0) dengan tekanan 15 Psi (Pounds per Square Inch) dalam waktu 15-20 menit atau dalam suhu 273 °F (134 0) dengan tekanan 30 Psi dalam waktu 3-5 menit. e. Jika menggunakan sterilisasi panas kering (dry heat sterilization) dilakukan pada temperatur 340 °F (170 0) dalam waktu 1 jam atau temperatur 320 oF (160 0) dalam waktu 2 jam. {. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) dilakukan pada peralatan semi Keritikal dengan melakukan perendaman dengan cairan desinfektan (natrium hypochlorite 5,25%) atau Glutaraldehyde 2% atau Peroxide hydrogen 6% selama 15-20 menit. Pastikan semua peralatan terendam dalam cairan tersebut. Pada peralatan non kritikal, cukup didisinfeksi menggunakan alkohol swab 70% atau menggunakan kain bersih yang sudah dilembabkan dengan cairan klorin 0,05%. E, KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN ‘TRANSMISI 1. Kewaspadaan Transmisi Kontak a. Penempatan Pasien Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, bila tidak memungkinkan tempatkan sesuai kategorinya (kohorting). Tempatkan dengan jarak minimal 1 meter. b. Transport Pasien Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja. Bila diperlukan pasien keluar ruangan perlu kewaspadaan agar risiko minimal transmisi ke pasien lain atau lingkungan. c. Penggunaan APD Petugas 1) Petugas menggunakan sarung tangan bersih non steril, lateks saat masuk ke ruang pasien, ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius (feses, cairan drain), lepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan lakukan kebersihan tangan. 2) Petugas menggunakan gaun bersih, tidak steril saat masuk ke ruang pasien untuk melindungi baju dari kontak dengan pasien, lingkungan pasien, permukaan lingkungan, barang diruang pasien, cairan drain pasien, ileostomy, colostomy, luka terbuka. Lepaskan gaun sebelum keluar ruangan. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain. d. Pengelolaan Peralatan Perawatan Pasien Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien dengan infeksi mikroba yang sama. Bersihkan dan disinfeksi sebelum dipakai untuk pasien lain. @ Dipindai dengan CamScanner 2. Kewaspadaan Transmisi Droplet a, Penempatan Pasien Tempatkan pasion di ruang rawat terpisah, bila tidak memungkinkan tempatkan sesuai kategorinya (kohorting). Tempatkan dengan jarak minimal 1 meter. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlt penanganan khusus terhadap udara dan ventilasi. b. Transport Pasien Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien dengan mengenakan masker pada pasien dan menerapkan hygine respirasi atau ctika batuk. c. Penggunaan APD Petugas Gunakan masker dan harus menutupi hidung dan mulut. d. Pengelolaan Peralatan Perawatan Pasien Tidak perlu penanganan secara khusus, 3. Kewaspadaan Transmisi Udara (airbone) a. Penempatan Pasien Tempatkan pasien di ruang terpisah yang mempunyai: tekanan negatif, pertukaran udara 6-12x/jam sebelum udara mengalir keruang atau tempat lain di Puskesmas. Usahakan pintu ruang pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan pasien lain dengan kategori yang sama (kohorting) dengan jarak minimal 1 meter. b. Transport Pasien Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan saja. Bila perlu pasien diberikan masker bedah saat petugas akan melakukan pemeriksaan. c. Penggunaan APD Petugas Kenakan masker respiratorik (N95), kacamata atau pelindung wajah, gaun dan sarung tangan terutama jika melakukan tindakan yang menimbulkan aerosol, petugas, pasien dan pengunjung wajib melakukan kebersihan tangan. d. Pengelolaan Peralatan Perawatan Pasien Pembersihan dan desinfeksi ruangan dilakukan setelah pemulangan pasien. F. KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KARYAWAN 1. Anggota Tim PPI wajib memiliki sertifikat Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tingkat Dasar. 2, Semua pegawai baru Puskesmas Ba’a baik tenaga medis maupun non medis wajib menjalani program orientasi baik orientasi umum maupun khusus salah satunya adalah pelatihan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi yang diselanggarakan oleh Tim PPI. 3, Semua pegawai wajib’ mengikuti pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dasar (bagi yang belum pernah mengikuti pelatihan) secara bertahap oleh Tim PPI. 4, Tim PPI harus mengembangkan program PPI yang mengikutsertakan seluruh petugas, pasien dan keluarga, serta pengunjung lainnya. 5, Tim PPI harus memberikan pendidikan tentang PPI kepada karyawan Puskesmas, pasien dan keluarga, serta pengunjung lainnya. @ Dipindai dengan CamScanner A G. KEBIJAKAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI DENGAN BUNDLES HAIs 1, Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) terkait pemasangan katcter (CAUTI/ Catheter Associated Urinary Tract infection) a) Pemasangan kateter dilakukan jika betul-betul diperlukan seperti pada retensi urine, obstruksi kemih, kandung kemih neurogenik, pasca bedah urologi, dan untuk memonitor output urin. b) Pemasangan harus dilakukan oleh petugas yang terlatih ©) Wajib melakukan kebersihan tangan 4) Gunakan teknik aseptik saat pemasangan kateter (sarung tangan steril dan peralatan steril sekali pakai). ©) Kantong urin diletakkan lebih rendah dari kandung kemuh dan buang urine setiap 8 jam atau jika sudah penuh. 2. Kebijakan Upaya Pencegahan Phiebitis terkait pemasangan infus (PLABSI/ Peripheral Line Associated Blood Stream Infection) a) Pemasangan infus dilakukan oleh petugas yang terlatih b) Pastikan petugas melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah insersi, perawatan, dan pelepasan infus. ¢) Sebelum melakukan insersi pada area pemasangan kateter intra vena maka lakukan disinfeksi permukaan kulit dengan alkohol swab 70% sclanjutnya tunggu sampai kering tanpa menyentuh area insersi kembali. d) Lakukan penutupan area insersi kateter intra vena menggunakan kasa steril atau penutup transparan steril (dressing ster jika memungkinkan, ©) Perangkat transfusi set harus diganti setiap 24 jam kecuali ditemukan tanda-tanda bekuan atau tidak mengalir. ) Perangkat infus set harus diganti setiap 24 jam dan jika penggunaannya mengandung infus dextrose maka diganti maksimal 72 jam. 3. Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Daerah Operasi (IDO) terkait tindakan Superficial Incision Surgical Site Infection a) Pasien yang akan menjalani pembedahan disarankan untuk mandi atau menjaga personal hygine sebelum tindakan operasi. b) Pastikan ruang tindakan bersih, tertata baik, sirkulasi udara baik. ©) Petugas tidak menggunakan assesoris di di tangan (cincin, jam tangan, gelang, cat kuku atau berkuku panjang) d) Sebelum tindakan harus melakukan kebersihan tangan, ) Gunakan APD sesuai indikasi dan jenis pajanan, f) Batasi jumlah orang didalam ruang tindakan. g) Antiseptik permukaan kulit dilakukan dengan menggunakan alkohol 70% atau Iodine tincture 2% atau clorhexidine 2-4%, h) Jangan memberikan bubuk antimikroba ke daerah sayatan untuk mencegah infeksi daerah operasi. i) Melepaskan dressing luka<48 jam untuk mempercepat proses oksigenasi untuk penyembuhan luka. Jika diperluka gunakan dressing yang tipis. H.KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL UNTUK PROFILAKSIS DAN TERAPEUTIK 1. Pembatasan penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan menerapkan panduan penggunaan —antibiotik, _penerapan Penggunaan antibiotik secara terbatas, dan penerapan kewenangan @ Dipindai dengan CamScanner dalam penggunaan antibiotik tertentu. 2. Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan menegakkan diagnosis penyakit infeksi, menggunakan informasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium. Antibiotik tidak diberikan pada penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau penyakit yang dapat sembuh sendiri (self limited disease} contoh ISPA atau diare nonspesifik. 3. Meningkatkan pelayanan farmasi_ ki dalam memantau penggunaan antibiotik. KEBIJAKAN PELAKSANAAN SURVEILANS 1, Surveilans merupakan proses yang dinamis, sistematis terus- menerus, dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan interpretasi dari data keschatan yang penting pada suatu populasi spesifik yang didiseminasikan sccara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan, penetapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan dalam upaya penilaian risiko HAls. 2. Sasaran surveilans difokuskan pada kejadian HAls yang berhubungan erat dengan proses pelayanan medis dan keperawatan di Puskesmas 3. Surveilans dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu perencanaan, pengumpulan data, analisis, interpretasi, laporan dan rekomendasi. 4. Tahapan perencanaan memerlukan panduan, SOP, metode, formulir serta waktu pelaksanaan surveilans. 5. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan oleh tim PPI yang berada di unit masing-masing atau orang yang ditunjuk sebagai pengumpul data. 6. Sumber data bisa berasal dari sistem pencatatan dan pelaporan unit kerja, sistem pencatatan dan pelaporan terpadu,pencatatan pelaporan kesakitan dan kematian serta catatan medical record pasien/ catatan tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya. 7. Analisis data dicatat secara manual dalam formulir surveilans atau jika memungkinkan dicatat dalam sistem informasi fasilitas pelayanan keschatan berbasis komputer, kemudian dihitung besaran masalah infeksi dengan perhitungan insiden rate. 8. Laporan hasil surveilans dilaporkan oleh Ketua Tim PPI kepada pimpinan FKTP secara periodik sesuai kebijakan FKTP (setiap bulan, triwulan, tahunan) untuk dilakukan tindak lanjut sesuai rekomendasi. 9. Hasil laporan data surveilans dilakukan diseminasi_ dan dikomunikasikan kepada unit terkait untuk dilakukan tindak lanjut perbaikan. J. KEBIJAKAN PENGADAAN BAHAN DAN ALAT UNTUK PPI 1. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas tentang pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman bagi yang menggunakan, XK. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN FISIK DAN SARANA TERKAIT PPI 1. Tim PPI memberikan masukan kepada Kepala Puskesmas yang menyangkut konstruksi bangunan, renovasi ruangan, cara Pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai dengan prinsip 2. Untuk pemeliharaan fisik dan sarana bekerjasama dengan Penanggung jawab pemeliharaan sarana dan prasarana Puskesmas. 3. Tim PPI Puskesmas harus melakukan kualitas udara secara berkala untuk mengurangi risiko infeksi selama pembangunan/ renovasi. @ Dipindai dengan CamScanner L. KEBIJAKAN KESEHATAN KARYAWAN 1, Semua petugas Puskesmas Ba’a diwajibkan menerapkan prinsip - prinsip PPI yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasi transmisi_ sesuai dengan indikasi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. 2. Petugas yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur pasca pajanan, kemudian Tim PP! menindaklanjuti dan mengevaluasi. 3. Jika petugas terpajan oleh jarum suntik bekas pakai, harus dilakukan penclusuran apakah pasien terpapar HIV, Hepatitis B atau lainnya. Jika pasien negatif maka kasus tidak dilanjutkan, petugas diberikan konseling kesehatan, Jika pasien positif maka pastikan status petugas tidak terpapar dari HIV, Hepatitis dengan pemeriksaan laboratorium, jika negatif maka petugas diberikan konseling saja dan imunisasi sesuai ketentuan. 6. Setelah diberikan imunisasi kepada petugas dilakukan pengawasann 3, 6, 12 bulan atau sesuai standar yang ditetapkan olch fasilitas pelayanan kesehatan. - a M. KEBIJAKAN PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) 1, Penerapan PPI bertujuan membatasi, meminimalisisr atau memutus rantai penularan penyakit agar proses KLB tidak meluas. 2. Tim PPI melakukan investigasi masalah atau KLB. 3. Tim PPI segera melaporkan addanya KLB kepada Kepala Puskesmas. 4. Tim PPI melakukan upaya mencari sumber infeksi dengan pemeriksaan mikrobiologik, 5. Tim PPI mengusulkan kepasa Kepala Puskesmas untuk menutup ruangan rawat bila diperlukan karena potensial menyebarkan infeksi. 6. Bila memungkinkan pasien yang mengalami KLB infeksi nosokomial dirawat di ruang isolasi, bila tidak memungkinkan maka dilakukan kohorting, 7. Petugas yang merawat pasien tersebut wajib menggunakan APD sesuai dengan kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi. 8. Apabila terjadi outbreak bencana alam, Tim PPI harus sigap melakukan pencegahan infeksi, misalnya membagian masker, menutup ruangan, pembersihan ruangan secara berkala, dll, Ditetapkan di; Ba’a Pada Tanggal 10 Januari 2022 Kepala UPTD. Puskesmas Ba’a NIP. 19880614 2017905 2 003 @ Dipindai dengan CamScanner

You might also like