You are on page 1of 12

Volume 21 No.

2 September 2021
P-ISSN 1411-8629, E-ISSN: 2579-3314
Akreditasi Ristekdikti No: 21 EKPT/2018
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/cakrawala

Infodemik Covid-19 dalam Perspektif Jean Baudillard


(Studi Kasus Berita Hoaks Covid-19 di Website covid19.go.id)
Ignasius Liliek Senaharjanta1, Shella Fendista2
1,2
Universitas Bunda Mulia
E-mail : isenaharjanta@bundamulia, Shellafendista@gmail.com

Cara Sitasi: Iganisius LS, Shella F (2021) Infodemik Covid-19 dalam Perspektif Jean Baudillard (Studi
Kasus Berita Hoaks Covid-19 di Website covid19.go.id), 2021 21(2), 97-107 Retrieved from
https://doi.org/10.31294/jc.v19i2

Abstract- The development of Information Technology which has impacts on the ease of producing and accessing
information has caused the rapid circulation of information in the community. However, the circulation of this
information does not completely contain the truth. Hoax information is intentionally produced and spread to the
public through various application platforms aimed to distorting the facts so that the information is believed to be
the real truth. This condition can be seen from the ease people share the information they receive through their
smart devices to a number of people closest to them or to groups or community wherr they participate in. This
research is a descriptive qualitative research. The data in this study was carried out by analyzing hoax news
mapping data collected by the covid-19 handling task force through the covid19.go.id website obtained through
the Indonesian Anti-Defamation Society (Mafindo). The news data and hoax information in the form of verbal and
visual were analyzed with a qualitative content analysis approach to analyze how the hoax phenomenon during
this pandemic was deliberately created and spread by the public.Furthermore, the results of the analysis are
examined with the perspective of Jean Baudillard's simulacra and hyperreality. The result shows that information
as the main product of the information society is no longer dominated by information producers such as television
and newspapers, but now anyone who has a device and is connected to the internet can produce information. The
impact of this is that humans are trapped in false reality and dwell on duplication and superficiality.

Keyword: information technology, hoax covid-19, simulacrum jean baudillard

PENDAHULUAN Sementara itu, berdasarkan data diatas rata-rata


masyarakat Indonesia melakukan akses di Internet
Perkembangan informasi digital di era masyarakat selama 7 jam 59 menit. (katadata.co.id).
informasi menunjukkan peningkatan yang signifikan. Besarnya jumlah pengguna internet tersebut
Peningkatan tersebut terjadi akibat terjadinya tentunya sangat berpengaruh pada peredaran
perubahan perilaku masyarakat dalam memproduksi informasi di tanah air. Hal tersebut disebabkan karena
dan mengakses informasi yang beredar. Perubahan setiap pengguna yang memiliki koneksi internet dapat
ditengah masyarakat tersebut tidak lain dipicu oleh diasumsikan memiliki “media komunikasi” sendiri
perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat. dan dapat memproduksi konten berdasarkan orientasi
Pada era sebelumnya, masyarakat mengandalkan masing-masing. Bahkan, perilaku tersebut tidak
media-media tradisional seperti surat kabar dan media sebatas dilakukan pengguna oleh individu saja, tetapi
penyiaran sebagai sumber utama untuk memenuhi lembaga dan institusi baik formal dan non-formal
kebutuhan informasi. Namun, saat ini di era informasi, melakukan hal yang sama, yaitu memproduksi
masyarakat beralih memanfaatkan media baru yang informasi. Kebebasan berekspresi dalam
terkoneksi dengan internet untuk mendapatkan memproduksi dan mengakses informasi ini
informasi secara lebih real time dan cepat. Bahkan, berdampak pada maraknya informasi yang beredar di
perkembangan teknologi informasi memberikan dunia maya. Menurut Wahyuni (2020:38-39),
kesempatan bagi siapa pun yang memiliki koneksi kebebasan berekspresi dalam memproduksi dan
internet untuk memproduksi informasi. mengakses informasi terkait dengan teknologi
Jumlah pengguna internet di Indonesia sendiri informasi dan komunikasi ini dapat ditinjau dari dua
pada Februari 2020 sebesar 175,3 juta atau sekitar 64 sisi, Pertama, dari sisi optimis perkembangan
persen dari total jumlah penduduk di Indonesia. teknologi ini dapat dimaknai sebagai kemudahan bagi
Berdasarkan data tersebut, 171 juta atau sekitar 98 para penggunanya dalam mengoptimalkan akses
persen dari pengguna internet di Indonesia tercatat informasi. Misalnya, akses informasi yang berasal dari
menggunakan gawai pintar untuk melakukan akses pemerintah, maka masyarakat dapat turut serta
internet. Sedangkan, media sosial berbagi video berkontribusi dan mempangaruhi dalam pengambilan
Youtube dan aplikasi chatting Whatsapp menjadi kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Sehingga,
aplikasi yang paling banyak diakses dengan presentasi hal tersebut dapat membantu situasi yang demokratis
persentasi mencapai 88 persen dan 84 persen. dalam pengambilan keputusan.

Diterima: 2021-02-07Direvisi:2021-07-19 Disetujui: 2021-09-07 97


Sedangkan, dari sisi pesimis perkembangan Covid-19 antara lain berkutat pada kebijakan-
teknologi informasi dan komunikasi semakin kebijakan strategis yang diputuskan pemerintah
mengukuhkan dominasi dari para penguasa atau untuk menangani pandemik Covid-19. Sedangkan,
pemilik modal melalui teknologi. Selain itu, terkait dengan data pasien terinfeksi virus corona
kebebasan ekspresi untuk memproduksi informasi akibat penyebaran hoaks, isu yang beredar adalah
memiliki juga dampak negatif yaitu maraknya data pasien meninggal yang diberikan oleh
penyebaran informasi hoaks. Hoaks sendiri mengacu pemerintah bukan data yang sebenarnya.
pada informasi palsu atau bohong yang muncul
melalui internet dan memiliki tujuan tertentu seperti Penyebaran berita bohong atau hoaks ini banyak
membuat kepanikan atau ketakutan massal. memanfaatkan jaringan yang terdapat pada media
Informasi atau kabar palsu ini diproduksi oleh oleh sosial. Berdasarkan data yang dirilis tahun 2019 oleh
oknum yang tidak bertanggung jawab CIGI-“Ipsos Global Survey on Internet and Security
(liputan6.com). Trust”, masyarakat dunia menyatakan bahwa media
sosial Facebook merupakan media sosial dengan
Penyebaran informasi atau berita bohong yang tingkat penyebaran hoaks terbesar. Platform media
marak di media sosial ini tidak mengenal waktu, sosial lainnya, seperti Twitter, Instagram dan lainnya
namun penyebarannya cenderung meningkat pada menempati posisi setelah Facebook (katadata.co.id).
momen-momen tertentu atau ketika ada isu penting Selain itu, berita hoaks juga beredar deras di aplikasi
yang mendapatkan perhatian masyarakat dan chating seperti WhatsApp. Bentuk berita hoaks tidak
menyangkut kepentingan nasional. Isu-isu tersebut saja diproduksi dalam bentuk teks, tetapi juga
misalnya seperti pilkada, pilpres, bencana alam, ditampilkan dalam bentuk gabungan antara teks, foto
maupun kondisi krisis lainnya. Dalam konteks maupun audio visual. Bahkan, tidak jarang visual
politik, hoaks digunakan sebagai propaganda yang baik berupa foto maupun video yang digunakan
memiliki tujuan untuk mempengaruhi opini pemilih sebagai pendamping berita merupakan kejadian
dan membuat citra dari politisi positif atau negatif. yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan
Hoaks dalam politik juga kerap dimanfaatkan untuk informasi yang diberitakan.
membuat citra pemerintah buruk terutama terkait
dengan kebijakan-kebijakan strategis. Berbagai informasi hoaks dalam bentuk artikel
berita maupun bentuk informasi yang lain ini
Penyebaran berita bohong dalam masyarakat tidak mengarah pada infodemik atau peredaran informasi
terbatas pada konteks politik, namun juga menyasar dalam jumlah yang sangat massif. Banyaknya
isu kesehatan seperti pada masa pandemik virus informasi yang beredar dan diterima secara langsung
Covid-19. Dalam kurun waktu Agustus 2018 hingga oleh masyarakat melalui aplikasi yang terdapat
April 2019, hoaks terkait dengan isu kesehatan digawai menyebabkan sejumlah dampak negatif,
menempati urutan ketiga, setelah politik menempati diantaranya memicu kepanikan ditengah publik,
posisi pertama, dan isu pemerintah yang menempati masyarakat kesulitan untuk membedakan informasi
posisi kedua (health.grid.id). Gugus Tugas yang benar dan informasi hoaks. Selain itu, menurut
Percepatan Penanganan Covid-19 (GTTPC19) per para ahli dari sisi individu, penyebaran informasi
Juni 2020 mencatat sedikitnya terdapat 137.829 hoaks dapat menyebabkan depresi dan perasaan
kasus hoaks terkait pandemik covid-19 yang berhasil marah, curiga, cemas, bahkan dapat mendistorsi
diidentifikasi. Dari jumlah tersebut, sebanyak pikiran sehat (health.grid.id).
130.680 kasus saat ini telah dilakukan penyelidikan
oleh Satuan Siber Polri. Pihak Kepolisian pun Pada masa kondisi kritis pandemik covid-19,
berhasil menahan 17 tersangka dan 87 orang masih masyarakat juga dihadapkan pada kondisi yang
dalam proses. serba tidak menentu. Derasnya aliran informasi
covid-19 merupakan salah satu kondisi yang
Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh menambah ketidakpastian di masa pandemik covid-
Kementerian Komunikasi dan Informasi, 19. Berbagai informasi dalam jumlah yang sangat
penyebaran hoaks pada masa pandemik Covid-19 besar “mengepung” masyarakat sehingga
diantaranya terkait dengan informasi yang berkisar menyebabkan masyarakat kesulitan mendapatkan
pada isu penyebaran, penanganan serta data informasi yang benar untuk menghadapi
informasi terkait dengan jumlah pasien positif penyebaran virus covid-19. Berdasarkan data yang
Covid-19. Beberapa hoaks yang pernah beredar dirilis oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia
dimasyarakat memuat tentang melonjaknya jumlah (MAFINDO) informasi hoaks covid-19 menyebar
pasien secara tidak wajar di beberapa rumah sakit dalam berbagai macam tema, diantaranya yang
nasional, bentuk-bentuk penyebaran atau penularan tertinggi kesehatan atau terkait dengan nutrisi,
Covid-19 atau propinsi tertentu yang hampir bencana, agama, etnis dan politik.
disetiap daerahnya berstatus zona merah dan hitam.
Isu hoaks yang beredar mengenai penanganan

103 Infodemik Covid-19 dalam Perspektif Jean Baudillard


98
Cakrawala-Jurnal Humanioran dan Sosial , Vol 21 No. 2 September 2021
P-ISSN 1411-8629 E-ISSN 2579-3314

Langkah pencegahan penyebaran hoaks menjadi diikutinya. Padahal disatu sisi kebenaran dari
tanggung jawab berbagai elemen masyarakat. Peran informasi yang diterimanya masih diragukan atau
pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat belum diverifikasi kebenarannya.
adalah dengan melakukan validasi isi berita melalui
website-website yang memerangi hoaks seperti Perkembangan teknologi informasi yang berdampak
turnbackhoax.id, website resmi kominfo.go.id dan pada kemudahan dalam memproduksi dan
website lain serupa yang disediakan oleh media mengakses informasi, merupakan penyebab
mainstream seperti cekfakta.tempo.id. Selain itu, maraknya peredaran informasi ditengah masyarakat.
langkah pencegahan lainnya juga dapat dilakukan Namun demikian, peredaran informasi tersebut tidak
dengan melaporkan konten tertentu yang dianggap seluruhnya mengandung kebenaran. Informasi hoaks
hoaks ke pengelola media sosial melalui kolom sengaja diproduksi dan disebarkan ke tengah
menu report konten. Media sebagai saluran masyarakat melalui berbagai platform aplikasi
penyampaian informasi juga dapat berperan dalam tersebut bertujuan untuk memutarbalikkan fakta
mencegah penyebaran hoaks. Media dapat sehingga informasi tersebut dipercaya sebagai suatu
melakukan pencerahan dengan melakukan kebenaran yang sesungguhnya. Dari sisi produsen,
klarifikasi terhadap informasi hoaks yang sudah penyebaran informasi hoaks memiliki motif sengaja
terlanjur beredar dan viral ditengah masyarakat. untuk menyesatkan masyarakat (iseng), bercanda
Fenomena infodemik ditengah krisis pandemi covid- dan sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap
19 menjadi fokus kajian komunikasi yang menarik. pemerintah. Sedangkan, dari sisi masyarakat merasa
Hal ini disebabkan karena masyarakat saat ini masih bangga dan senang kalau jadi orang yang pertama
mempercayai informasi atau pesan yang diterimanya kali menyebarkan informasi tersebut. Berdasarkan
sebagai sebuah kebenaran. Kondisi ini dapat dilihat pada latar belakang yang telah dijabarkan diatas,
dari mudahnya masyarakat dalam membagikan maka penelitian ini ingin mengkaji bagaimana
informasi yang diterimanya melalui gawai pintar fenomena infodemik yang terjadi di masa pandemik
yang dimilikinya ke sejumlah orang terdekat covid-19 melalui perspektif atau pandangan dari
maupun ke grup atau kelompok komunitas yang Jean Baudillard.

Infodemik Covid 19 Penyebaran infodemik secara massif didukung oleh


Infodemik merupakan penggabungan dari kata perkambangan internet yang sangat pesat.
informasi dan epidemik, yang secara harafiah Kemudahan berselancar di internet untuk
informasi memiliki pengertian sebagai data yang mendapatkan informasi tertentu justru terkadang
telah diproses sedemikian rupa sehingga berbahaya, mengingat bahwa manusia memiliki
meningkatkan pengetahuan seseorang yang kecenderungan untuk selalu ingin mengetahui segala
menggunakan data tersebut (Kadir, 2002:31); sesuatu yang ada disekitarnya. Perilaku
(McFadden, et.al, 1999). Sedangkan, epidemik keingintahuan tersebut disebabkan karena manusia
sendiri merupakan suatu sebaran wabah yang lebih selalu up to date, dan mencari informasi untuk
besar dan menyebar dengan sangat cepat, sehingga mengatasi masalah. Namun, tidak jarang yang
tindakan untuk pembatasan wabah tersebut tidak didapatkan melalui internet atau media justru
dapat dilakukan lagi karena sudah terlambat informasi yang bersifat simpang siur, disinformasi ,
(theconversation.com). Maka berdasarkan misinformasi. Di satu sisi, perkembangan teknologi
pengertian diatas, infodemik merupakan suatu komunikasi menyebabkan masyarakat saat ini
informasi yang berlaku seperti wabah, dimana memiliki kebiasaan baru berupa menyebarkan
informasi tersebut telah sengaja diproduksi oleh informasi.
seorang individu, kelompok atau institusi tertentu,
entah bersifat benar atau pun salah, menyebar secara Penyebaran informasi tersebut dilakukan karena
meluas hingga tidak dapat dikontrol lagi. masyarakat saat ini memiliki kecenderungan untuk
selalu ingin menjadi yang pertama dalam
Infodemik bisa dikatakan sebagai tsunami informasi. menyebarkan informasi didapatkannya melalui
Hal ini mengacu pada gelombang informasi yang internet. Penyebaran informasi yang dilakukan
besar terhadap suatu masalah baik secara offline secara cepat tersebut tidak disertai dengan
maupun online, sehingga kemunculannya justru melakukan cek dan ricek terlebih dahulu, sehingga
dapat mengganggu usaha pencarian solusi terhadap informasi tersebut menyebabkan masyarakat yang
masalah yang dihadapi tersebut (kominfo.go.id). menerimanya tidak tahu mana yang benar dan salah.
Informasi melimpah tersebut tentunya diproduksi Ditambah lagi, kecenderungan tersebut tidak diikuti
dan disebarkan dengan atau tanpa sengaja oleh dengan budaya literatur, sehingga apa yang diterima
individu, kelompok atau instansi yang pastinya langsung ditelan mentah-mentah tanpa melakukan
memiliki tujuan tertentu. Informasi tersebut cross check terlebih dahulu. Hal ini tentu akan
cenderung mengakibatkan kepanikan, keresahan, berdampak buruk untuk kesehatan fisik maupun
bias informasi, kemarahan bagi publik yang mental dari public (who.int).
menerima informasi tersebut.

Ignasius Liliek Senaharjanta, Shella Fendista


99
Lebih lanjut, terkait dengan penjelasan mengenai Berita Hoaks
infodemik diatas, menurut World Health Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi di
Organization (WHO), terdapat tiga hal utama yang era digital saat ini sangatlah pesat. Berbagai media
tersebar dalam infodemik: bermunculan dan menjadi wadah untuk penyebaran
informasi secara cepat, tanpa mengenal ruang dan
1. Informasi, merupakan suatu hal yang waktu, tidak ada batasan akan siapa yang akan
memang terbukti secara akurat mengenai memproduksi, distribusi, atau mengkonsumsi suatu
suatu hal, dalam kasus ini adalah mengenai informasi. Hal ini pun menjadi salah satu aspek
virus itu sendiri. Misalnya asal muasal virus pendorong untuk berita hoaks dapat tersebar dengan
Covid, bagaimana cara pencegahannya, mudah di internet. Berdasarkan data yang dihimpun
bagaimana tanda ketika seseorang terkena oleh Badan Intelijen Negara (BIN), 60% dari konten-
covid, bagaimana cara mengobatinya. Hal- konten media sosial di Indonesia ternyata
hal ini tentu harus berdasarkan dari uji didominasi informasi bohong atau hoaks.
ilmiah resmi, sehingga informasi yang
tersebar dapat dipertanggungjawabkan. Hoaks dalam Bahasa Indonesia memiliki pengertian
2. Misinformasi, merupakan suatu informasi sebagai berita bohong, informasi palsu, tidak
yang salah. Informasi ini dibuat dan bersumber atau kabar dusta. Sedangkan, definisi
disebarkan tanpa disengaja, dan tidak yang lain menyebutkan bahwa hoaks memiliki arti
dengan tujuan untuk membahayakan orang olok-olok, cerita bohong, dan memperdayakan alias
lain, namun mereka mempercayai bahwa menipu. Dalam Oxford English dictionary, hoaks
informasi tersebut benar adanya dan disebut juga sebagai ‘malicious deception’ atau
dengan tujuan baik agar orang sekitarnya ‘kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat’.
tahu juga. Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan
3. Disinformasi, dalam kamus KBBI rangkaian informasi yang memang sengaja untuk
merupakan suatu informasi yang salah, menyesatkan, tetapi “dijual” sebagai suatu
yang sengaja diproduksi baik oleh individu, kebenaran. Lebih lanjut, hoaks bukan saja sekadar
kelompok, atau suatu institusi, yang misleading alias menyesatkan, informasi dalam fake
memiliki agenda tertentu, dengan tujuan news juga sering kali tidak memiliki landasan
untuk menimbulkan ke bingungan, ke faktual, tetapi disajikan seolah-olah sebagai
panikan, ke marahan di masyarakat. serangkaian fakta. Ahli Komunikasi Universitas
Indonesia Profesor Alwi Dahlan menjelaskan
Pada perkembangannya masayarakat menganggap “hoaks” atau kabar bohong merupakan kabar yang
infodemik lebih berbahaya dibandingkan virus sudah direncanakan oleh penyebarnya, yang
Covid 19 itu sendiri. Has tersebut disebabkan karena merupakan manipulasi berita yang sengaja
penyebarannya dalam terjadi dengan cepat dan dilakukan dan bertujuan untuk memberikan
meluas. Penyebaran infodemik memiliki dampak pengakuan atau pemahaman yang salah.
yang besar ditengah masyarakat, seperti pada aspek
kehidupan, Kesehatan, ekonomi dan politik. Lebih Menurut Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo
lanjut, bahaya lain dari infodemik adalah adanya bahwa terdapat beberapa ciri-ciri berita hoaks:
informasi salah yang menggiring opini publik
kepada pemahaman tertentu dan dapat mengubah 1. Mengakibatkan kecemasan, kebencian, dan
stigma masyarakat, baik mengenai covid 19 dan juga permusuhan.
pemerintah. 2. Sumber berita tidak jelas. Hoaks di media
sosial biasanya pemberitaan media yang
Berdasarkan pada penelitian The American Society tidak terverifikasi, tidak berimbang, dan
of Tropical Medicine and Hygiene yang cenderung menyudutkan pihak tertentu.
dipublikasikan pada 10 Agustus 2020, Indonesia 3. Bermuatan fanatisme atas nama ideologi,
merupakan salah satu negara yang masuk dalam judul, dan pengantarnya provokatif,
enam negara paling banyak menyebarkan informasi memberikan penghukuman serta
hoax. Informasi tersebut mencakup tentang isu menyembunyikan fakta dan data.
konspirasi mengenai covid 19, vaksin, dan rumor- 4. Adanya HURUF KAPITAL, huruf tebal
rumor lain. Peredaran hoax tersebut tersebar melalui (bold), banyak tanda seru, dan tanpa
berbagai platform di media sosial seperti facebook menyebutkan sumber informasi.
dan twitter. Penyebaran hoaks ini tentunya sangat (bulelengkab.go.id)
berdampak terhadap kepercayaan publik kepada
pemerintah, sehingga hal tersebut semakin Covid19.go.id
mempersulit pemerintah dalam menangani krisis Covid19.go.id merupakan situs informasi resmi
akibat dari covid-19. penanggulangan virus corona, yang dibentuk oleh
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada
Rabu 18 Maret 2020. Menurut keterangan dari

103 Infodemik Covid-19 dalam Perspektif Jean Baudillard


100
Cakrawala-Jurnal Humanioran dan Sosial , Vol 21 No. 2 September 2021
P-ISSN 1411-8629 E-ISSN 2579-3314

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),


situs ini menjadi sumber informasi resmi dari Analisis isi kualitatif dapat diterapkan untuk
pemerintah, yang dikembangkan oleh Tim berbagai macam data penelitian baik yang diolah
Komunikasi Risiko dan Pelibatan Masyarakat untuk sendiri maupun data yang didapatkan melalui
Penanggulangan Covid-19, yang bertujuan untuk website, media maupun bentuk rekaman data
memberikan informasi seputar virus tersebut, dan lainnya. Dalam penerapannya sendiri analisis isi
juga untuk mengantisipasi informasi yang beredar di kualitatif merupakan metode yang memiliki tiga
masyarakat. fitur penting yaitu sistematis, fleksibel dan reduksi
data. Fitur sistematis merupakan hal penting dan
Pemerintah menyadari bahwa masyarakat saat ini utama dalam analisis isi kualitatif, pada fase ini
membutuhkan informasi yang akurat dan dapat merupakan tahapan untuk melakukan pemeriksaan
dipertanggungjawabkan. Oleh karena ini Tim Gugus atau penyesuaian data yang dimiliki dengan
Tugas tim Gugus Tugas yang terdiri dari pihak pertanyaan penelitian, pemilihan materi pendukung,
Pemerintah, Badan PBB (UNICEF, WHO, dan membangun kerangka yang terbagi menjadi
lainnya), mitra pembangunan internasional, beberapa kategorisasi dan mengubah data-data
organisasi masyarakat sipil dan dunia usaha, tersebut menjadi informasi untuk ditafsirkan dan
membentuk situs resmi covid19.go.id guna mempresentasikan hasil dari interpretasi yang telah
memberikan informasi satu pintu yang akurat, dilakukan.
seperti data statistik pesebaran virus corona secara
real time, penjelasan protokol kesehatan, vaksinasi Selanjutnya, fitur fleksibel dalam analisis isi
yang akan dilakukan, langkah yang sedang kualitatif memiliki arti bahwa dalam pelaksanaan
pemerintah lakukan dalam penanganan covid, juga penelitian kerangka yang telah disusun telah sesuai
Hoax Buster yang tersebar dimasyarakat. dengan materi yang dimiliki. Hal ini dilakukan
sebagai bagian untuk menjaga bahwa data yang
Dengan adanya situs resmi ini, pemerintah mengajak digunakan valid. Validasi data dianggap valid jika
masyarakat untuk dapat mematuhi protokol kategorisasi yang dilakukan sejalan dengan konsep
kesehatan yang ada, anjuran pemerintah, serta dapat dalam pertanyaan penelitian. Fitur yang terakhir
menjadi sumber informasi utama yang bisa adalah reduksi data, dalam hal ini reduksi data
diandalkan oleh masyarakat. (Kompas.com) dilakukan untuk memfokuskan pada aspek
penelitian yang telah dipilih. Langkah untuk
Analisis Isi Kualitatif melakukan reduksi data ini dilakukan dengan
Analisis isi kualitatif dalam penelitian ini membatasi hanya pada data analisis yang dibutuhkan
berdasarkan pada perspektif dari Margrit Schreier atau yang relevan dengan pertanyaan penelitian yang
(2012), yang menjelaskan bahwa analisis isi dilanjutkan dengan pengklasifikasian secara secara
kualitatif merupakan salah satu metode analisis spesifik.
alternatif untuk mengetahui isi teks media dengan
menjelaskan makna dari data yang telah dimiliki
oleh peneliti. Analisis ini dipergunakan untuk Simulacra dan Hyperrealitas Jean Baudillard
melakukan interpretasi terhadap berbagai data yang Konsep mengenai simulacra atau simulacrum
terdiri dari interview data, tranksip focus group diperkenalkan pertama kali oleh Filsuf Prancis yang
discussion, brosur, website surat kabar, iklan data juga teoritikus sosial-budaya, Jean Baudillard.
grafis yang ditampilkan dalam bentuk verbal Simulacra merupakan kelanjutan dari konsep
maupun visual. Interpretasi yang dilakukan pada simulasi yang telah dirumuskan lebih dulu oleh
analisis isi kualitatif merupakan interpretasi dengan Baudillard. Pemikiran ini muncul berlandaskan pada
pemberian makna berdasarkan pada apa yang pandangan Baudillard yang melihat bahwa ada jarak
didengar, baca dan lihat dari data-data yang dimiliki. yang memisahkan antara budaya dan pemikiran
Sehingga, proses interpretasi dalam analisis ini modern dengan postmodern. Oleh sebab itu, melalui
merupakan proses menyatukan persepsi tentang latar simulacra, Baudillard menawarkan paradigma atau
belakang materi dengan pemahaman atau preferensi cara pandang baru untuk melihat perubahan sosial-
dari diri sendiri. budaya yang terjadi secara drastis antara modern dan
post-modern.
Analisis isi kualitatif memiliki asumsi utama bahwa
makna bukanlah sesuatu yang melekat pada suatu Simulacra secara umum memiliki pengertian sebagai
teks, namun pemberian makna diberikan secara aktif aksi atau tindakan menirukan dengan maksud untuk
oleh penerima dalam mengkonstruksi makna menipu. Lebih lanjut, simulacra juga memiliki
tersebut. Dalam pengertian tersebut maka analisis isi pengertian sebagai penampilan palsu, kemiripan
kualitatif merupakan metode yang dipergunakan permukaan, atau tiruan dari sesuatu (Lubis,
untuk mendeskripsikan materi yang membutuhkan 2014:180). Baudillard membagi pengertian
interpretasi yang mendalam. Langkah deskripsi simulacra tersebut menjadi tiga jenis: pertama,
itulah yang menjadi tujuan dari analisis isi kualitatif. merupakan bentuk pemalsuan yang marak terjadi

Ignasius Liliek Senaharjanta, Shella Fendista


101
pada era zaman klasik dan pencerahan, kedua, yaitu sampai pada masa revolusi industri. Tatanan pertama
tindakan yang berkaitan dengan produksi pada masa ini masyarakat melakukan peniruan dan pemalsuan
era industri. Sedangkan, ketiga merupakan tindakan dari yang asli. Misalnya dengan melakukan
yang terkait dengan kode yang banyak dilakukan pemalsuan, memoles dan membuat replika. Tatanan
oleh masyarakat di era saat ini. kedua, dimulai pada masa era industri yang memiliki
produksi utama berupa rangkaian reproduksi murni
Gambaran mengenai simulacra yang terjadi ditengah dan merupakan bentuk objek yang sama. Contoh
masyarakat itu sendiri tampak pada berbagai macam produksi dari tatanan kedua ini adalah industri
hal yang ditampilkan media, yaitu seperti berbagai mobil, traktor, dan bentuk industri lainnya.
macam tayangan program acara televisi yang banyak
menampilkan berbagai macam simulasi atau citraan, Berbagai gejala yang memperlihatkan bahwa
dan bukan realitas aslinya, pertunjukan taman masyarakat saat ini telah terjebak dalam
hiburan Disneyland yang juga banyak menampilkan hyperrealitas adalah fenomena-fenomena dimana
tiruan kehidupan manusia, hewan maupun membuat masyakat saat ini lebih menyukai untuk membentuk
tiruan dari berbagai macam habitat alam yang justru dirinya sendiri sebagai realitas citraan. Pembentukan
tampak lebih baik dan indah dari bentuk aslinya. diri sebagai realitas citraan ini dilakukan oleh
Menurut Baudillard gambaran ini memperlihatkan masyarakat untuk memberikan makna tertentu
bahwa yang asli dan nyata telah mati, dan kemudian kepada dirinya melalui berbagai barang-barang yang
hal tersebut digantikan dengan berbagai simulasi digunakannya. Hal inilah yang disebut oleh
(Lubis, 2014:181). Baudillard bahwa yang real dibuat menjadi tidak
nyata oleh “hyperreal” dan simulasi menjadi lebih
Pandangan mengenai gambaran simulacra yang benar dari kebenaran (Lubis, 2014:185). Pernyataan
dikemukakan oleh Baudillard tersebut salah satunya tersebut sejalan seperti yang diungkapkan oleh Guy
muncul akibat dari perkembangan teknologi dan Debord bahwa masyarakat saat ini telah menjadi
perkembangan ekonomi yang mengarah pada masyarakat konsumsi dan masyarakat tontonan.
produksi industri elektronik di dunia virtual. Masyarakat tontonan merujuk pada pengertian
Perkembangan teknologi dan perkembangan bahwa sebagian besar waktu yang dimiliki oleh
ekonomi inilah yang menyebabkan masyarakat saat masyarakat dihabiskan didepan televisi dan internet.
ini masuk pada abad informasi. Produksi yang Terpaan media tersebut pada akhirnya
dimaksud disini tidak saja berkaitan dengan mempengaruhi mereka untuk menjadi masyarakat
produksi barang namun juga informasi, makna dan yang konsumtif dan sekaligus berperilaku menjadi
pengetahuan (Edkins, et.al, 2010: 72). Sehingga, masyarakat tontonan (Kaufmann, 2006)
pada akhirnya perkembangan industri di dunia
virtual yang pesat pada era informasi saat ini
menyebabkan peredaran informasi yang beredar METODE PENELITIAN
ditengah masyarakat sangat berlimpah. Maraknya Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata,
produksi informasi ini pada akhirnya menyebabkan kalimat-kalimat, narasi-narasi. Data pada penelitian
masyakat menghadapi kesulitan untuk membedakan ini dilakukan dengan menganalisa terhadap
informasi yang asli dan informasi yang palsu. sejumlah data pemetaan konten informasi hoaks
covid-19 yang dihimpun oleh website covid19.go.id
Lebih lanjut, Baudillard menyebut perkembangan melalui Mafindo. Kumpulan berbagai data informasi
revolusi informasi tersebut disebut juga dengan dan berita hoaks yang dianalisis dengan prosedur
“hyperreality”. Berbagai macam produksi model, analisis isi kualitatif tersebut, kemudian dikaji
makna dan simbol yang dipengaruhi oleh dengan perspektif simulacra dan hiperrealitas dari
hyperreality sangat berdampak pada pikiran dan Jean Baudillard. Prosedur analisa dilakukan dengan
tingkah laku masyarakat. Hal ini terutama menggunakan berbagai referensi yang mendalam
dipengaruhi oleh informasi, iklan maupun produk- dan terkait dengan topik penelitian ini.
produk lain yang diproduksi baik oleh berbagai Pengumpulan data dilakukan dengan
media komunikasi dan informasi serta media mengumpulkan bahan-bahan dokumentasi yang
hiburan. Gelombang informasi yang besar tersebut relevan dengan penelitian ini. Data tersebut
mempengaruhi dan memberi kesan yang kuat merupakan kumpulan berbagai informasi dan berita
kepada setiap individu sehingga dampaknya adalah hoaks dihimpun di website covid19.go.id.
dalam kondisi demikian individu-individu tersebut
mulai meninggalkan realitas yang faktual dan masuk Analisis data pada penelitian ini menggunakan
ke hyperrealitas melalui perantaraan teknologi. pendekatan analisis isi kualitatif. Analisis isi
kualitatif merupakan salah satu cara untuk menggali
Menurut Baudillard produksi kode dan simulasi informasi melalui pendekatan berbagai macam
yang didominasi oleh media saat ini merupakan bentuk literatur seperti jurnal akademik, penelitian,
tahapan simulacrum yang berada pada tatanan buku-buku yang relevan dan dokumentasi video
ketiga. Tatanan pertama yaitu pada masa renaisans maupun foto. Adapun langkah-langkah rencana

103 Infodemik Covid-19 dalam Perspektif Jean Baudillard


102
Cakrawala-Jurnal Humanioran dan Sosial , Vol 21 No. 2 September 2021
P-ISSN 1411-8629 E-ISSN 2579-3314

analisis yang akan dilakukan pada penelitian ini Sumber: Mafindo (2020)
sebagai berikut:
Jumlah rata-rata penyebaran hoaks yang cukup
1. Peneliti mencari dan menyeleksi data banyak tersebut tentunya tidak didominasi hanya
pemetaan informasi hoaks yang terdapat di pada satu tema tertentu saja namun pemetaannya
website covid19.go.id dan dihimpun oleh mencakup sejumlah tema yaitu politik, agama, etnis
Mafindo. Pada tahapan pengumpulan ini atau sara, kesehatan, bencana dan tema lainnya.
peneliti sekaligus akan melakukan Tema kesehatan menjadi tema hoaks yang paling
pengamatan pertama terhadap kumpulan banyak diproduksi yaitu mencapai 40 persen.
kategorisasi data pemetaan hoaks tersebut. Sedangkan, tema lain-lain menempati urutan kedua
Pengamatan elemen konten tersebut yaitu 26 persen, dan berikutnya diikuti oleh tema
mencakup, tema, saluran, bentuk, tipe. bencana 11 persen, agama 10 persen, etnis dan sara
2. Melakukan analisis isi terhadap kumpulan 8 persen, serta politik 3 persen.
kategorisasi data pemetaan hoaks.
Selanjutnya, data pemetaan hoaks tersebut Tabel 2. Saluran Penyebaran Hoaks
dianalisa dan dinterpretasi serta diberikan
makna. Saluran Penyebaran
Persentase
3. Setelah kategorisasi data pemetaan hoaks Hoaks
dianalisa, peneliti kemudian membuat Facebook 43%
interpretasi-interpretasi yang WhatsApp 25%
dielaborasikan dengan referensi, teori yang Twitter 15%
dikemukakan Jean Baudillard serta data News Online Media 7%
dari sumber lain yang dapat mendukung
Instagram 2%
sesuai dengan penelitian ini.
4. Setelah seluruh tahap analisis dan Lain-lain 3%
pembahasan selesai, peneliti membuat Lebih dari satu saluran 3%
kesimpulan dari hasil analisa terhadap TOTAL 100%
informasi hoaks covid-19 tersebut. Sumber: Mafindo (2020)

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pada data pemetaan tema hoaks


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data tersebut diatas, untuk penyebaran informasi hoaks
pemetaan informasi hoaks yang diperoleh dari itu sendiri secara keseluruhan penyebarannya
website covid19.go.id dan dihimpun oleh Mafindo. memanfaatkan berbagai platform teknologi
Data-data pemetaan berupa kategorisasi informasi informasi yang terkoneksi dengan internet.
hoaks tersebut dianalisis dengan menggunakan Facebook masih merupakan media sosial yang
metode analisis isi kualitatif. Analisis isi kualitatif paling tinggi dimanfaatkan sebagai saluran
dilakukan dengan memberikan interpretasi dan penyebaran hoaks yaitu mencapai 43persen.
makna terhadap data pemetaan serta mereduksi data Aplikasi chating WhatsApp menempati posisi kedua
guna menyesuaikan dengan kebutuhan penelitian penyebaran hoaks yang mencapai anka 25 persen.
ini. Selanjutnya, sekitar 30 persen didominasi oleh
Berdasarkan data pemetaan informasi hoaks yang berbagai platform seperti twitter 15 persen, media
diperoleh melalui observasi dan pengamatan melalui online 7 persen, saluran lain dan yang memanfaatkan
audio visual maka pada masa periode awal pandemik lebih dari satu saluran hanya di angka 3 persen.
yaitu Januari sampai dengan Agustus 2020 Instagram menjadi media sosial yang terendah
penyebaran hoaks di masyarakat mencapai angka dalam penyebaran informasi hoaks yaitu hanye
544 hoaks. Berdasarkan data diatas bila dirata-rata berkisar 2 persen.
pada masa periode tersebut penyebaran hoaks setiap
minggunya mencapai 24 hoaks. Tabel 3. Bentuk Hoaks

Tabel 1. Tema Hoaks Covid 19 Bentuk Hoaks Persentase


Teks 32%
Tema Hoaks Covid-19 Persentase Foto 5%
Politik 3% Video 11%
Agama 10% Ilustrasi Grafis 1%
Etnis / Sara 8% Campuran 51%
Kesehatan / Nutrisi 40% TOTAL HOAKS 100%
Bencana 11% Sumber: Mafindo (2020)
Lain-lain 26%
TOTAL 100%

Ignasius Liliek Senaharjanta, Shella Fendista


103
Lebih lanjut, data pemetaan berikutnya dari type hoaks konten salah mengacu pada bentuk type
informasi hoaks terkait dengan bentuk-bentuk hoaks dimana informasi yang asli dihilangkan dan
hoaks. Berdasarkan data pemetaan tersebut, sengaja diganti dengan informasi yang salah.
terdeteksi ada lima bentuk hoaks yang banyak Selanjutnya, untuk type konten palsu merupakan
dimanfaatkan oleh para penyebar hoaks, yaitu teks, informasi yang seluruhnya salah atau bohong yang
foto, video dan illustrasi grafis serta campuran. sengaja dibentuk dan didesain untuk menipu serta
Untuk bentuk campuran merupakan bentuk yang merugikan orang. Untuk konten yang dimanipulasi
paling banyak digunakan yaitu mencapai persentase merupakan type hoaks ketika informasi atau gambar
sebesar 51 persen. Bentuk hoaks campuran itu yang asli dimanipulasi sedemikian rupa untuk
sendiri merujuk pada bentuk dengan memanfaatkan menipu. Beberapa type yang lain seperti koneksi
berbagai bentuk visual dan teks menjadi satu yang salah merupakan informasi hoaks dimana
informasi. Sedangkan, teks merupakan bentuk penulisan judul, penggunaan gambar/visual dan
terbanyak kedua sebesar 32 persen setelah bentuk keterangan pendukung tidak sesuai atau tidak
campuran. Selanjutnya, bentuk audio visual atau mendukung konten dan type terakhir untuk konten
video merupakan bentuk ketiga yang paling tiruan merupakan type hoaks dimana sumber yang
dimanfaatkan untuk hoaks persentase penggunaan asli ditiru.
video sebesar 11 persen. Bentuk yang lain untuk
visual dua dimensi seperti foto dan illustrasi grafis Terkait dengan peredaran informasi hoaks covid 19,
masing-masing mencapai 5 persen untuk foto, serta konten yang menyesatkan (misleading content)
illustrasi grafis 1 persen. merupakan type tertinggi yang mencapai 43.75
persen atau berjumlah 238 informasi hoax.
Tabel 4. Tipe Hoaks Sedangkan, konten salah menjadi type terbanyak
kedua sebesar 167 hoaks atau sekitar 30.70 persen.
Saluran Untuk type terbanyak berikutnya yang marak
Persentase Jumlah
Penyebaran Hoaks beredar di masyarakat adalah type konten palsu yaitu
Konten yang sebesar 94 hoaks atau 17.28 persen. Konten yang
Menyesatkan dimanipulasi tidak terlalu besar dibandingkan
43.75% 238 dengan tiga type sebelumya yaitu berkisar 5.88
(Misleading Content)
persen atau 32 informasi hoaks. Selanjutnya, untuk
Konten Salah koneksi yang salah sebesar 1.47 persen dengan
(False Context) 30.70% 167 jumlah hoaks tidak lebih dari 10 informasi. Konten
tiruan menjadi type yang rendah dengan jumlah
Konten Palsu persentase hanya 0.92 persen atau berjumlah lima
(Fabricated Content) 17.28% 94 informasi hoaks.

Konten yang Menurut hasil analisis isi kualitatif yang dilakukan


Dimanipulasi terhadap data pemetaan informasi hoax covid-19
(Manipulated 5.88% 32 yang beredar pada masa periode awal pandemik
Content) yaitu Januari sampai dengan Agustus 2020
menunjukkan bahwa perkembangan teknologi
Koneksi yang Salah komunikasi memberikan kemudahan bagi siapa pun
(False Connection) 1.47% 8 untuk dapat merancang dan menyebarkan informasi
secara mudah. Hal ini ditunjukkan dengan besaran
Konten Tiruan jumlah informasi hoaks yang beredar di masyarakat
0.92% 5 yang mencapai 544 hoaks atau setara 24 hoaks per
(False Content)
TOTAL 100% 544 minggu. Bahkan, dari jumlah informasi hoaks yang
Sumber: Mafindo (2020) beredar di masyarakat terindikasi sejumlah bentuk
atau tipe hoaks yang berbeda-beda. Berbagai macam
type hoaks ini tentunya memperlihatkan bahwa
Berdasarkan pada beberapa pemetaan kategorisasi produsen konten hoaks tidak saja sekedar
informasi hoax yang telah dijelaskan sebelumnya, memproduksi satu informasi hoaks tertentu, namun
terindikasi beberapa type hoaks yang beredar di didalamnya ada aspek “kreasi” yang dilakukan
masyarakat. Type hoaks tersebut diantaranya adalah dengan menggunakan berbagai multimedia seperti
konten yang menyesatkan, konten salah, konten bentuk teks, visual, maupun audio visual. Aspek
palsu, konten yang dimanipulasi, koneksi yang salah “kreasi” tersebut bisa dilakukan, karena
dan konten tiruan. Sejumlah type hoaks tersebut perkembangan teknologi yang pesat saat ini
merujuk pada pengertian sebagai berikut, konten memungkinkan untuk melakukan hal tersebut.
yang menyesatkan merupakan type informasi sesat
yang dengan sengaja untuk membingkai isu yang Selain itu, kemudahan yang ditawarkan melalui
berkembang atau membingkai individu. Sedangkan, teknologi informasi tidak saja dimanfaatkan dalam

103 Infodemik Covid-19 dalam Perspektif Jean Baudillard


104
Cakrawala-Jurnal Humanioran dan Sosial , Vol 21 No. 2 September 2021
P-ISSN 1411-8629 E-ISSN 2579-3314

hal merancang dan membentuk konten hoaks dengan tidak hanya dipergunakan sebagai alat dagang tetapi
menggunakan berbagai macam bentuk multimedia, telah menjadi produk utama.
namun juga memberikan kemudahan untuk
melakukan penyebaran hoaks secara lebih massif. Bila dikaitkan dengan hoaks covid 19 maka hal ini
Kemudahan tersebut dilakukan dengan tampak pada fenomena peredaran hoaks dimana
memanfaatkan berbagai platform media sebagai masyarakat cenderung ingin dipandang sebagai
saluran untuk mendistribusikannya, seperti media seseorang yang unggul dari yang lain. Rasa bangga
sosial maupun aplikasi percakapan atau chating. dan senang muncul jika menjadi seseorang yang
Melalui berbagai platform saluran yang dijembatani merasa pertama kali menyebarkan informasi
dengan teknologi internet itulah para produsen dikondisi krisis. Sedangkan, dari sisi produsen atau
hoaks dan masyarakat berinteraksi, saling perancang hoaks merasa menjadi seseorang yang
mengirimkan dan menerima pesan. Masyarakat unggul karena berani menentang dan
dibanjiri dengan berbagai informasi tentang berbagai mengekspresikan ketidakpuasannya terhadap
hal termasuk informasi covid 19 yang tidak pemerintah seorang diri melalui akun media sosial
seluruhnya benar. yang dimilikinya. Baudillard menyatakan hal
tersebut dengan realitas semu manusia, bahwa
Berdasarkan perspektif Baudillard hal tersebut masyarakat kontemporer saat ini sangat dipengaruhi
menunjukkan bahwa pada dasarnya penggunaan oleh digitalisasi, jaringan internet, ruang virtual atau
teknologi informasi yang berkembang pesat saat ini, realits simulacra. Berbagai macam informasi yang
manusia telah membuka realitas dunia yang semu tersebar di internet terutama media sosial mampu
bagi dirinya sendiri. Melalui teknologi yang serba mempengaruhi masyarakat maupun individu,
digital saat ini manusia gemar untuk memproduksi bahkan hal tersebut mampu merubah pandangan
berbagai macam simulasi dalam kehidupannya. seseorang, seperti membenci individu maupun
Penggunaan teknologi oleh masyarakat merubah institusi.
perilaku dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.
Bahkan, dalam kondisi krisis pandemik covid 19 KESIMPULAN
saat ini, manusia kehilangan akal sehatnya dan rela Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan
menjerumuskan manusia lain ke dalam kekalutan diatas maka perkembangan teknologi komunikasi
dengan menyebarkan informasi yang menyesatkan. telah merubah produksi utama manusia modern. Jika
Sehingga, akibat dari perbuatannya tersebut manusia dulu produksi utama manusia adalah barang-barang
menjadi sulit untuk membedakan mana yang benar yang sifatnya dapat direplikasi, seperti mobil, traktor
dan salah. dan alat-alat pertanian, saat ini produksi utama
manusia adalah informasi. Informasi sebagai produk
Selain itu, tindakan lain yang sering dilakukan oleh utama masyarakat informasi tidak lagi didominasi
masyarakat saat ini dengan menggunakan teknologi oleh produsen informasi seperti stasiun televisi dan
adalah kecenderungan untuk memanipulasi diri. surat kabar, namun saat ini siapa pun yang memiliki
Bentuk manipulasi yang kerap dilakukan salah gawai dan terkoneksi dengan internet dapat
satunya adalah membuat profil media sosial palsu memproduksi informasi dan membagikannya
dengan memanfaatkan berbagai macam foto, video melalaui berbagai aplikasi yang tersedia.
dan menggunakan informasi identitas milik orang
lain. Tindakan yang kerap disebut dengan catfishing Dampak dari hal tersebut manusia terjebak dalam
tersebut memiliki tujuan-tujuan tertentu seperti realitas semu dan berkutat pada duplikasi,
untuk perundungan siber, menyebarkan hoaks atau kedangkalan dan kepura-puraan semata. Hal tersebut
mencari perhatian dengan memanfaatkan teknologi. berpengaruh pada perilaku masyarakat yang pada
Hal inilah salah satu implikasi dari konsep simulacra akhirnya menyebabkan hilangnya moral dalam
yang dikemukakan oleh Baudillard yaitu hilangnya masyarakat itu sendiri. Bahkan, dalam kondisi kritis
nilai-nilai moral dalam diri manusia. pandemi covid 19 masyarakat cenderung
memanfaatkan situasi ini dengan
Pada level ini, Baudillard melihat hal tersebut akibat mengkomodifikasinya menjadi nilai yang ditujukan
dari terpaan berbagai konten media yang disalurkan untuk kepentingan-kepentingan pribadi, politik
melalui berbagai platform, manusia menjadi terpaku maupun kelompok.
dengan berbagai kebutuhan konsumerisme.
Konsumerisme yang dimaksud oleh Baudillard REFERENSI
disini, masyarakat tidak lagi mengacu pada nilai
guna dan nilai pakai, tetapi lebih kepada nilai simbol Bungin, M. Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif:
(Redana,et.al. 1997:181) Sehingga, pada akhirnya Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
yang tampak pada level tersebut adalah citra atau Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.
image menjadi point penting dan utama bagi Jakarta:Kencana Prenada Media.
masyarakat saat ini. Hal ini termasuk merujuk pada Edkins, Jenny, et.al. (2010). Teori-teori Kritis:
kebutuhan informasi itu sendiri, dimana informasi Menantang Pandangan Utama Studi

Ignasius Liliek Senaharjanta, Shella Fendista


105
Politik Internasional. Yogyakarta: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/
Baca!, 26/indonesia-habiskan-hampir-8-jam-untuk-
Kadir, Abdul. (2002). Pengenalan Sistem Informasi. berinternet, diakses Rabu 1 Juli 2020, jam. 14.38.
Yogyakarta :Andi.
Kaufmann, Vincent. (2006). The Lessons of Guy https://www.who.int/news/item/23-09-2020-
Debord, October Magazine, Ltd and managing-the-covid-19-infodemic-promoting-
Massachusetts Institute of Technology, healthy-behaviours-and-mitigating-the-harm-from-
United States of America. misinformation-and-disinformation, diakses Rabu 6
Kriyantono, Rachmat. (2012).Teknik Praktis Riset Januari 2021, jam 05.41.
Komunikasi. Jakarta:Kencana.
Lubis, Akhyar Yusuf. (2014). Postmodernisme: https://www.who.int/news-room/spotlight/let-s-
Teori dan Metode. Jakarta: Rajawali flatten-the-infodemic-curve, diakses Rabu 6 Januari
Pers. 2021, jam 05.47.
McFadden, et.al. (1999). Konsep dan tuntunan
Praktis Basis Data. Yogyakarta: Andi. https://kominfo.go.id/content/detail/25895/ancaman
Redana, Bre, et.al.(1997). Ecstasy Gaya Hidup. -infodemik-dapat-memperburuk-
Bandung:Mizan, pandemicovid19/0/virus_corona#:~:text=Infodemik
Schreier, Margrit, (2012). Qualitative Content %20ini%20mengarah%20pada%20informasi,penca
Analysis in Practice. London: Sage rian%20solusi%20terhadap%20masalah%20tersebu
Publications. t. diakses Rabu 5 Januari 2021, jam 04.30.
Silverman, Craig.(2015). Journalism: A Tow/Knight
Report."Lies, Damn Lies, https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/tr
and Viral Content". Columbia en/read/2020/09/27/090000665/studi--infodemik-
Journalism Review paling-banyak-di-6-negara-termasuk-indonesia,
Sugiyono.(2017). Metode Penelitian Kualitatif. diakses Rabu 5 Januari 2021, jam 04.40
Bandung: Alfabeta.
Wahyuni, Hermin Indah.(2020). Keriuhann http://www.ajtmh.org/content/journals/10.4269/ajt
Komunikasi. Jakarta: Yayasan Pustaka mh.20-0812, diakses Rabu 5 Januari 2021, jam 04.52
Obor Indonesia.
https://theconversation.com/apa-bedanya-pandemi-
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/06/ epidemi-dan-wabah-133491.
14/survei-cigi-facebook-medsos-yang-banyak- https://www.who.int/news/item/23-09-2020-
digunakan-untuk-menyebar-hoaks, diakses Rabu 22 managing-the-covid-19-infodemic-promoting-
Juli 2020, Jam 14.43 healthy-behaviours-and-mitigating-the-harm-from-
misinformation-and-disinformation, diakses Rabu 6
https://www.liputan6.com/news/read/3867707/hoax Januari 2021, jam 05.41.
-adalah-ciri-ciri-dan-cara-mengatasinya-di-dunia-
maya-dengan-mudah, diakses Senin 6 Juli 2020, jam https://www.who.int/news-room/spotlight/let-s-
15.46 flatten-the-infodemic-curve, diakses Rabu 6 Januari
2021, jam 05.47.
https://www.beritasatu.com/digital/645413-137829-
hoax-covid19-teridentifikasi-gugus-tugas, diakses https://kominfo.go.id/content/detail/25895/ancaman
Rabu 8 Juli 2020, jam 12.33. -infodemik-dapat-memperburu

https://health.grid.id/read/352060470/wabah-virus-
corona-covid-19-mengancam-kesehatan-mental-
juga-akibat-banyaknya-berita-hoax?page=all,
diakses Rabu 8 Juli 2020, jam 14.03

https://health.grid.id/read/352060470/wabah-virus-
corona-covid-19-mengancam-kesehatan-mental-
juga-akibat-banyaknya-berita-hoax?page=all,
diakses Jumat 24 Juli 2020, jam 13.44

https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-
01377073/selama-pandemi-covid-19-jumlah-kasus-
hoaks-alami-peningkatan?page=2, diakses Jumat 17
Juli 2020, jam 15.42

103 Infodemik Covid-19 dalam Perspektif Jean Baudillard


106
pandemiovid19/0/virus_corona#:~:text=Infodemik%
20ini%20mengarah%20pada%20informasi,pencarian
%20solusi%20terhadap%20masalah%20tersebut,
diakses Rabu 5 Januari 2021, jam 04.30.

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/tre
n/read/2020/09/27/090000665/studi--infodemik-
paling-banyak-di-6-negara-termasuk-indonesia,
diakses Rabu 5 Januari 2021, jam 04.40

http://www.ajtmh.org/content/journals/10.4269/ajtmh
.20-0812, diakses Rabu 5 Januari 2021, jam 04.52

https://interaktif.kompas.id/baca/bahaya-infodemik/,
diakses Jumat 8 Januari 2021, jam 04.13.

https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/pengerti
an-hoax-dan-ciri-cirinya-
41?fb_comment_id=1873715239403533_195460199
7981523, diakses Jumat 8 Januari 2021, jam 19.41.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/18/1305
30565/gugus-tugas-luncurkan-covid19goid-apa-saja-
isinya?page=all, diakses Jumat 8 Januari 2021, jam
20.26.

https://www.mafindo.or.id/wp-
content/uploads/2020/11/Executive-
Summary_General-Hoax-Mapping-Semester-1-
2020.pdf, diakses desember 2020, jam 12.00

PROFIL PENULIS
Ignasius Liliek Senaharjanta
Lahir di Jakarta, 20 November 1979, saat ini aktif
sebagai dosen tetap Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu
Sosial dan Humaniora, Universitas Bunda Mulia
dengan fokus kajian pada media studies, komunikasi
visual dan politik.

Shella Fendista
Lahir di Jakarta, 20 September 1998, saat ini sedang
menempuh pendidikan Sarjana Ilmu Komunikasi
di Universitas Bunda Mulia dan sedang
dalam proses menyelesaikan tugas akhir
skrips. Penulis dapat dihubungi melalui
email: shellafendista@gmail.com

103 Infodemik Covid-19 dalam Perspektif Jean Baudillard


107

You might also like