You are on page 1of 13

Kepanikan Sosial Akibat Munculnya COVID-19 Ririn Purba

Kepanikan Sosial Akibat Munculnya Covid-19


Social Panic Due to the Emergence of Covid-19
Ririn Purba
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Kementerian
Sosial RI. Jl. Kesejahteraan Sosial No.1, Sonosewu, Bantul, Yogyakarta, Indonesia.
Email: ririnpurba2@gmail.com, Telp: 081262392806
Naskah diterima 22 Mei 2020, direvisi 3 Juni 2020, diterima 23 Juni 2020

Abstract
This article discusses the panic caused by Covid-19, especially in Indonesia. Problems occur due to lack
of socialization and education about Covid-19. How is the formation of moral panic that occurs in society today?
How can the communication media reproducenews that actually becomes a source of panic in the community?
How to do good social education and get to the community quickly? The purpose of writing this article is to find
out the cause of moral panic and the process that occurs as a result of the spread of news through the internet
and television media and to find out the right and fast way to conduct social counseling to reduce panic in the
community. This research used a qualitative method with interview techniques and participants observation in
which the writer not only paid attention to the panic but was also one of the people who had experienced events
in the community and on online networks.The results of the study showed that the use of communication media
was one source of panic itself and that of the need to conduct appropriate and quick social counseling to reduce
panic. The recommendations of the results of this study were addressed to BP3S in this case to the Puspensos
under the Indonesian Ministry of Social Affairs so that they were responsive in seeing the situation of media use
and they were able to conduct counseling and to educate the public so that there would be no greater social panic.
Keywords: social panic; Covid-19; digital media

Abstrak
Artikel ini membahas tentang kepanikan yang diakibatkan Covid-19 khususnya di Indonesia.
Permasalahan terjadi akibat kurangnya sosialisasi dan edukasi mengenai Covid-19. Bagaimana pembentukan
kepanikan moral yang terjadi di masyarakat saat ini?; Bagaimana media mereproduksi sebuah berita yang justru
menjadi sumber kepanikan di masyarakat?; Bagaimana cara melakukan penyuluhan sosial yang baik dan bisa
cepat sampai ke masyarakat? Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui penyebab kepanikan
moral dan proses yang terjadi akibat dari penyebaran berita melalui media internet dan televisi serta mengetahui
cara yang tepat dan cepat untuk melakukan penyuluhan sosial dalam meredam kepanikan di masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan tehnik wawancara serta observasi partisipan dimana selain
penulis memperhatikan kepanikan tersebut juga menjadi salah satu orang yang ikut merasakan kejadian di
masyarakat dan di jejaring online. Hasil kajian menunjukkan bahwa penggunaan media komunikasi menjadi salah
satu sumber dari kepanikan itu sendiri dan perlunya melakukan penyuluhan sosial yang tepat dan cepat untuk
meredam kepanikan. Rekomendasi hasil kajian ini ditujukan ke BP3S dalam hal ini kepada Puspensos yang berada
di bawah Kementerian Sosial RI agar responsif dalam melihat situasi penggunaan media sehingga dapat
melakukan penyuluhan dan mengedukasi masyarakat agar tidak terjadi kepanikan sosial yang lebih besar.
Kata kunci: kepanikan sosial; Covid-19; media digital

A. Pendahuluan serius seperti MERS dan SARS.


Covid-19 merupakan coronavirus Penularannya dari hewan ke manusia
jenis baru yang ditemukan pada manusia di (zoonosis) dan penularan dari manusia ke
daerah Wuhan, Provinsi Hubei, China manusia sangat terbatas (Kemenkes RI,
tahun 2019. Diambil dari situs 2020). Menurut World Health Organization
Kemenkes.go.id, coronavirus merupakan (WHO) yang dipublikasikan di situs CNBC
keluarga besar virus yang menyebabkan Indonesia, Covid-19 menular melalui orang
penyakit ringan sampai berat, seperti yang telah terinfeksi virus corona. Penyakit
common cold atau pilek dan penyakit yang dapat menyebar melalui tetesan kecil dari

124
Jurnal PKS Volume 19 Nomor 2 Agustus 2020; 124-136

hidung atau mulut ketika seseorang yang berbagai kepanikan di masyarakat.


terinfeksi virus ini bersin atau batuk. Berbagai cara dilakukan untuk meredam
Tetesan itu mendarat di sebuah benda atau kepanikan namun justru membuat berbagai
permukaan kemudian disentuh dan orang ketimpangan sosial. Masyarakat tidak sadar
sehat tersebut menyentuh mata, hidung atau bahwa mereka menjadi penyumbang dari
mulut mereka. Virus corona juga dapat kepanikan sosial karena mereka sendiri
menyebar ketika tetesan kecil itu dihirup tidak memahami bahwa apa yang dilakukan
oleh seseorang ketika berdekatan dengan mungkin saja sebagai salah satu bentuk
yang terinfeksi corona (Roy, 2020). kepanikan sosial. Salah satu contoh yang
Kementerian Kesehatan RI juga dapat diambil adalah panic buying yaitu
mengeluarkan himbauan bagaimana cara kepanikan yang didasarkan atas ketakutan
pencegahan penularan coronavirus yakni: bahwa mereka tidak akan bisa mendapatkan
(Isbaniah, 2020): 1) Jaga Imunitas, tutup supply makanan atau produk sehingga
hidung ketika batuk; 2) Hindari kontak; 3) membeli secara berlebihan yang
Gunakan masker, buang tisu; dan 4) mengakibatkan kelangkaan makanan atau
Hindari bepergian ke luar rumah. produk tertentu. Hal tersebut dapat
Masyarakat juga dapat mengunjungi menghadirkan oknum nakal yang
situs resmi pemerintah yaitu covid19.go.id menimbun barang-barang langka kemudian
(Gugus Tugas Percepatan Penanganan dilepas ke masyarakat dengan harga yang
Covid-19, 2020) untuk menambah lebih tinggi. Hal ini dapat disamakan
informasi dan fakta yang benar mengenai dengan fase akumulasi (Hartanto, 2017)
Covid-19 ini. Selain situs website tersebut, yakni fase bandar memborong saham saat
pemerintah juga menyediakan akun harga rendah.
whatsapp yang siap sedia memberikan Kepanikan social bukanlah fenomena
informasi mengenai virus ini termasuk baru. Beberapa penelitian terdahulu yang
kabar perkembangan di dunia dan membahas kepanikan sosial diantaranya
Indonesia. Informasi mengenai gejala, adalah Goode dengan teori grassroots,
penanganan dan rumah sakit rujukan di Cohen dengan tulisan folk devilsh dan Hall
Indonesia dapat menghubungi nomor mengenai representasi masyarakat dalam
whatsapp dengan nomor +62-811-3339- melihat suatu peristiwa. Konsep
9000. Selain kedua media tersebut, ada juga pembentukan kepanikan sosial atau teori
aplikasi yang dapat diunduh oleh akar rumput yang dilakukan Goode dalam
masyarakat yang diberi nama menjelaskan fenomena yang terjadi di
PeduliLindungi, hingga per tanggal Orleans, Prancis di tahun 1969. Fenomena
02/04/2020 sudah diunduh oleh lebih dari yang terjadi adalah desas-desus penculikan
100.000 orang. Aplikasi ini dapat diakses yang tersebar yakni tentang “budak seks”.
dengan mengetik www.pedulilindungi.id Ketakutan dan kekhawatiran diakibatkan
(PeduliLindungi, 2020). Situs tersebut akan oleh rumor yang disebarkan lewat mulut ke
mengarahkan ke playstore atau appstore mulut dan bukan berdasar pada kepentingan
pengguna untuk mendownload aplikasi dan beberapa pihak, melainkan berawal dari
mendaftar dengan menggunakan nomor perorangan yang tidak memiliki
handphone. kepentingan apapun dan tidak didukung
Pemerintah sudah memberikan oleh pihak manapun (Goode & Ben-
himbauan, berbagai langkah dan tindakan Yehuda, 2009).
untuk pencegahan penularan Covid-19, Berbeda dengan Goode yang
korban yang tertular virus corona tetap menjelaskan mengenai bagaimana
meningkat tajam. kepanikan dapat terjadi karena berasal dari
Setelah mengetahui bahwa masyarakat itu sendiri, Cohen menjelaskan
coronavirus dapat ditularkan oleh manusia dari sudut pandang yang berbeda.
ke manusia, maka mulailah muncul

125
Kepanikan Sosial Akibat Munculnya COVID-19 Ririn Purba

“Cohen identifies four sets of agents as diserap dari berbagai media, seperti ketika
crucial to the development of a moral individu sedang flu biasa (bukan Covid-19)
panic: the mass media, moral bersin, masyarakat yang melihatnya akan
entrepreneurs, the control culture and memilih menghindar atau bahkan menjauhi
the public. Most important are the mass karena dianggap dapat menularkan
media...”(Critcher, 2008)
penyakit Covid-19.
Cohen mengidentifikasi bahwa ada Stuart Hall menulis mengenai
empat agen yang krusial dalam penggunaan bahasa dan representasi
membangun sebuah kepanikan moral manusia dalam memahami suatu tanda dan
yaitu: media massa, pengusaha, control bahasa di tahun 1997. Menurut Hall,
budaya dan masyarakat. Dari keempat hal manusia memiliki dua sistem representasi
tersebut, medialah yang berperan penting dalam proses pemaknaan suatu peristiwa.
didalamnya. Stanley Cohen dalam Pertama, manusia sendiri membangun
penelitiannya di tahun 1972 tentang Folk serangkaian pemahaman dan
Devilsh and Moral Panics menganalisis korespondensi yang saling berhubungan
mengenai Rocker and Mods di Inggris pada satu sama lain mengenai sebuah objek (dari
tahun 1960-an (Cohen, 2002). Penelitian dalam dirinya sendiri). Kedua adalah
Cohen didasarkan pada kejadian yang korespondensi antara peta koseptual
terjadi antara dua subkultur pemuda yang dengan tanda yang diatur dalam bentuk
berbeda yaitu mods dan rocker di tahun bahasa yang mewakili konsep tersebut
1964. Bentrokan yang terjadi di antara dua (berasal dari luar). Kepanikan sosial dapat
kelompok ini sebenarnya tidak terjadi jika proses pemaknaan suatu
menimbulkan kerusakan ataupun luka kejadian atau fenomena cenderung
serius di antara dua pihak namun ketika mengarah kepada hal-hal negative (Hall,
surat kabar dicetak lalu dibaca oleh Cohen, 1997).
maka dia sadar bahwa ada penyimpangan Berdasarkan beberapa penjabaran di
fakta serta penyajian yang keliru oleh atas, permasalahan yang dibahas dalam
media mengenai kasus tersebut (Cohen, artikel ini adalah bagaimana pembentukan
2011). kepanikan moral yang terjadi di masyarakat
Folk devils atau pengacau masyarakat saat ini? Bagaimana media mereproduksi
merupakan istilah yang digunakan Cohen sebuah berita yang justru menjadi sumber
untuk menggambarkan kelompok, orang, kepanikan di masyarakat? Bagaimana cara
pelaku yang menjadi “musuh media” melakukan penyuluhan sosial yang baik
karena dianggap membahayakan moral dan cepat sampai ke masyarakat? Tujuan
masyarakat (Eriyanto, 2013). Dalam dari penulisan artikel ini adalah untuk
konteks ini Covid-19 adalah virus yang mengetahui penyebab kepanikan moral dan
sangat berbahaya dan dapat membunuh proses yang terjadi akibat dari penyebaran
dalam waktu cepat. berita melalui media internet dan televisi
Media secara aktif menyiarkan berita- serta mengetahui cara yang tepat dan cepat
berita perkembangan tentang Covid-19 untuk melakukan penyuluhan sosial dalam
namun mengkonstruksikannya sebagai meredam kepanikan di masyarakat.
pengacau, orang-orang yang tertular Manfaat teoritis kajian ini adalah untuk
sebagai pengacau di masyarakat karena menambah kepustakaan mengenai
dapat menularkan ke masyarakat yang lebih kepanikan moral sebagai akibat
luas. Teori pelabelan penyimpangan, yang kemunculan Covid-19 dan dapat dijadikan
berasal dari teori sosial interaksionisme sebagai bahan acuan untuk melaksanakan
simbolik adalah teori yang paling penting penelitian lebih mendalam. Manfaat praktis
dari Cohen. Masyarakatlah yang memberi ditujukan pada Badan Pendidikan,
label pada suatu peristiwa namun Penelitian dan Penyuluhan Sosial (BP3S)
berdasarkan informasi yang lebih banyak dalam hal ini Pusat Penyuluhan Sosial

126
Jurnal PKS Volume 19 Nomor 2 Agustus 2020; 124-136

(Puspensos) yang berada di bawah naungan mahasiswa S1 dan S2, guru dan pencari
Kementerian Sosial RI. Untuk dapat kerja yang menurut penulis paling tahu dan
mengambil keputusan dalam menggunakan paham tentang kondisi masyarakatyang
media sosial dan internet guna meredam mengalami kepanikan dan menjadi korban
kepanikan sosial yang terjadi di masyarakat kepanikan.
dan menarik masyarakat kembali percaya Observasi partisipasi atau participant
pada pemerintah. observation (Hermawan, 2019) adalah
metode pengumpulan data yang digunakan
B. Penggunaan Metode Penelitian untuk menghimpun data penelitian melalui
Metode penelitian yang digunakan pengamatan dan penginderaan, di mana
adalah kualitatif-deskriptif dengan teknik peneliti terlibat dalam keseharian informan.
wawancara dan observasi partisipan. Penulis di sini selain mengobservasi juga
Pemilihan informan secara purposive ikut merasakan fenomena yang terjadi
karena pertimbangan tertentu yakni akibat kemunculan Covid-19.
dianggap lebih paham dan mengerti tentang Pendekatan penelitian ini kualitatif,
apa yang diharapkan oleh peneliti. sehingga tidak bersifat tetap (fixed)
Informan berdasarkan purposive ini dapat melainkan dinamis (Creswell, 2002). Ciri
memberikan data yang valid atas wilayah dinamis sangat diperlukan untuk membuka
atau orang-orang yang diwakilinya peluang yang seluas-luasnya bagi
(Tongco, 2007). Informan adalah mereka ‘kenyataan di lapangan’ untuk “bicara”.
yang memiliki pengetahuan, mendalami Karakteristik penelitian kualitatif (Rukajat,
situasi dan mengetahui informasi yang 2018) adalah mengenai pengungkapan
diperlukan. Informan dalam penelitian ini makna (meaning) merupakan hal yang
berasal dari beberapa daerah di Indonesia, esensial, digunakan latar alami (natural
beberapa suku dan berbeda jenis pekerjaan setting) sebagai sumber data langsung
yang merasakan kepanikan karena Covid- dimana peneliti sendiri merupakan
19. Informan memahami betapa besar instrumen kunci (key informant). Setelah
pengaruh media dalam pembentukan data terkumpul, penulis kemudian
ataupun penyebaran kepanikan di menyusun dan mengolahnya secara
masyarakat. sistematis untuk disajikan dalam bentuk
Wawancara dilakukan melalui media narasi.
sosial whatsapp dengan telepon dan
chatting. Format wawancara yang C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
digunakan yakni wawancara tak terstruktur
Kepanikan Sosial
dan teknik ini digunakan untuk menemukan Kepanikan sosial menurut teori
informasi yang tunggal sehingga iramanya Cohen merupakan kondisi, situasi,
lebih bebas. Hasil wawancara menekankan orang/kelompok yang muncul dan
perkecualian, penyimpangan, penafsiran didefenisikan sebagai ancaman bagi
yang tak lazim, penafsiran kembali, nilai/kepentingan masyarakat. Dalam kasus
pendekatan baru, pandangan ahli atau penyebaran Covid-19, media membuat
perspektif tunggal (Anggito & Setiawan, norma yang awalnya berjalan dengan baik
2018). Penulis menggunakan catatan dan dan sesuai dengan tatanan nilai yang
alat perekam saat melakukan wawancara berlaku di masyarakat berubah menjadi
dengan informan. sangat buruk. Pembelian barang secara
Informan dalam penelitian ini adalah berlebihan yang mengakibatkan
masyarakat yang berdomisili di pulau kelangkaan barang di pasar sehingga
Sumatera, Jawa dan Kalimantan dengan menghadirkan oknum nakal yang berusaha
berbagai latar belakang profesi dan meraup keuntungan di tengah bencana
pekerjaan yaitu PNS, polisi, tenaga medis, sosial. Media kerap menggambarkan seolah
karyawan swasta, buruh perusahaan,

127
Kepanikan Sosial Akibat Munculnya COVID-19 Ririn Purba

penyakit ini lebih mematikan dan secara masyarakat. Media menggambarkan pada
tidak sadar masyarakat mengkonsumsi masyarakat tentang bahaya yang
berita yang ditampilkan, mengambil ditimbulkan oleh Covid-19, menyorot
tindakan yang menurutnya dapat kepada hal-hal negatif seperti kelangkaan
menyelamatkan dirinya. produk, kematian dan maraknya kasus
Informan L seorang mahasiswa penipuan di online shoping. Pemberitaan
pascasarjana yang sedang menjalani kuliah yang negatif ini justru membuat masyarakat
di Yogyakarta (01/04/20) menyatakan lebih banyak menyimpulkan ke hal-hal
bahwa tidak ada panic buying akibat yang negatif dengan berbagai
pemberitaan media namun sebagian barang penyimpangan dibanding mencari solusi
yang dibutuhkan seperti vitamin, masker bersama.
dan hand sanitazer sangat sulit ditemukan. Model the deviancy-amplification
Penulis merasakan ketidaksadaran Spiral-Cohen menggambarkan bahwa
informan mengenai lingkungan saat ini masyarakat pada awalnya mendefenisikan
telah mengalami kepanikan moral sebagai Covid-19 berdasar pada pengetahuan dan
akibat dari ketakutan berlebihan atas virus informasi yang dicari sendiri, kemudian
ini. Setelah mengulang menjelaskan dan pemerintah dan WHO mengeluarkan
mencocokkan bentuk dari kepanikan sosial penjelasan resmi beserta himbauan yang
untuk mendapatkan data yang valid dipublikasikan di berbagai media
(triangulasi), informan baru menyadari komunikasi. Namun media lebih berfokus
bahwa memang telah banyak masyarakat memberitakan kasus kematian dan
menjadi korban dari pemberitaan media kelangkaan produk, bukan berita mengenai
yang terlalu berlebihan menyorot virus ini langkah-langkah yang telah dan sedang
sehingga mengakibatkan kelangkaan dilakukan pemerintah dalam
beberapa jenis barang/produk. menanggulangi pandemik Covid-19. Berita
Kepanikan moral ini dapat yang tidak disaring (filter) dan tidak
digambarkan dalam model the deviancy- dianalisis kebenarannya menambah
amplification Spiral-Cohen. Media kepanikan di masyarakat. Masyarakat lebih
memperkuat (amplification) virus yang percaya bahwa corona adalah virus yang
telah menjadi pandemi. Penanganan mematikan. Akibatnya munculkah
penyebaran virus yang sebenarnya penguatan pendapat di masyarakat untuk
sederhana menjadi tampak sangat serius, melakukan penyimpangan dan ingin
akibatnya masyarakat mengangap bahwa menyelamatkan diri. Pro-kontra tentang
mereka harus melakukan langkah yang penggunaan beberapa barang/produkpun
efektif untuk menangani dan muncul. Masyarakat yang merasakan
menindaklanjuti pemberitaan di televisi kepanikan moralpun melakukan pembelian
ataupun media online. barang-barang atau produk secara
Penulis menggunakan teori Cohen berlebihan dan bahkan menimbunnya untuk
dalam menjelaskan bagaimana media kepentingan pribadi. Seperti dalam model
menggambarkan Covid-19 kepada spiral berikut ini:

128
Jurnal PKS Volume 19 Nomor 2 Agustus 2020; 124-136

Skema 1: Kepanikan moral yang diadopsi dari model the deviancy-amplification spiral-Cohen.

Skema 1 menggambarkan bahwa nilai di masyarakat luas atau lingkup kecil


media menjadi instrumen penting untuk berada di bawah ancaman. Ungkapan
penyebarluasan kepanikan sosial yang keprihatinan lain lebih terorganisir,
terjadi di masyarakat menurut teori terspesialisasi media, politisi, aksi
Grassroots-Cohen. Model teori ini kelompok politik dan penegak hukum
menjelaskan bahwa kepanikan berasal dari hanyalah manifestasi dari bentuk perhatian
masyarakat itu sendiri. Sebelumnya, yang lebih luas.
masyarakat sudah memahami apa itu Informan R seorang guru di salah satu
Covid-19, bahkan ketika virus itu belum kabupaten di Sumatera Utara (01/04/20)
terdeteksi hadir di Indonesia. Dengan juga menyatakan bahwa saat ini media
menggunakan internet dan media sosial, lebih berfokus pada kematian akibat
mereka mencari tahu penyebab dan cara penyakit menular ini. Menurutnya, media
penularan. Tetapi kemudian, kesempatan seharusnya lebih banyak menyebarkan
ini dilihat oleh para elit, media penyebar berita kesembuhan, bagaimana kita bekerja
berita sebagai ladang yang tepat untuk sama mwngurangi penyebaran wabah
semakin memperluas kepanikan dengan Covid-19 dengan mengikuti panduan yang
lebih fokus pada hal-hal yang sudah telah dikeluarkan oleh pemerintah sebagai
menjadi ketakutan di masyarakat. Teori langkah preventif. Praktik yang terjadi di
tersebut dikuatkan dengan pendapat Goode masyarakat justru sebaliknya. Masyarakat
berikut: paham dan mengetahui apa itu Covid-19
“The concern the public feels is bahkan saat virus ini belum terdeteksi di
widespread, even if mistakes and is touched off Indonesia, tapi karena penyebaran berita
by a feeling that something of value to the yang meluas tanpa filter justru
society at large, or a wide swath of it, is under menimbulkan kepanikan massal.
threat. The expressions of concern in other, Menurut informan L yang
more organized, more spesialized sectors- the
berdomisili di Kalimantan Barat, kepanikan
media, politicians, political action groups, and
law enforcement-are simply manifestation of masyarakat di daerahnya mulai terlihat
more widespread concern...” (Goode & Ben- setelah ada himbauan dari Gubernur untuk
Yehuda, 2009). Kekhawatiran yang menjaga kebersihan diri dan melaksanakan
dirasakan oleh masyarakat tersebar luas, social distancing. Masyarakat pada saat
jika kesalahan bersentuhan dengan satu awal persebaran tidak terlalu khawatir
perasaan bahwa sesuatu yang memiliki karena lebih banyak terjadi di Pulau Jawa

129
Kepanikan Sosial Akibat Munculnya COVID-19 Ririn Purba

khususnya Jakarta. Pembelian penyuluhan sosial untuk pencegahan dan


barang/produk juga tidak terlalu banyak penanganan Covid-19.
perubahan, masih tetap normal. Sebelum
Media Digital sebagai Penebar
Covid-19 muncul di Indonesia, masyarakat
Kepanikan
di Kalimantan Barat sudah tahu tentang Media digital dewasa ini menjadi
penyakit tersebut, terutama dari berita yang sarana untuk mencari informasi yang paling
ditayangkan di stasiun televisi dan media banyak diminati oleh masyarakat. Berbagai
sosial. Namun sejak muncul di Indonesia akun gosip yang sering melemparkan berita
dan korban yang tertular semakin banyak, di media sosial tidak terlalu memusingkan
pemerintah daerah Kalimantan Barat mulai apakah berita ini sudah disaring dengan
antisipasi dan memberikan berbagai baik atau tidak, yang paling penting adalah
himbauan. Awalnya kekhawatiran masih bahwa berita ataupun informasi yang
menjadi rahasia pribadi masing-masing, dilepas ke masyarakat sangat up to date.
kini seakan meledak dan masyarakat Hall menjelaskan tentang teori
berubah menjadi panik. Barang yang
konsensus media. Menurut Hall, peristiwa
dulunya masih mudah dijumpai di toko- atau kejadian dalam masyarakat hanya akan
toko, sekarang seakan lenyap begitu saja, memiliki makna dan arti apabila
masyarakat yang awalnya bersikap normal ditempatkan dalam sebuah identifikasi
terhadap ‘bersin’ menjadi sangat anti jika kultural dimana berita tersebut hadir (Hall,
seseorang ‘bersin’ di sekitarnya. Chritcher, Jefferson, Clarke, & Roberts,
Panic buying sebagai salah satu 1978). Dari penjabaran tersebut dapat
bentuk kepanikan sosial menyebabkan dilihat bahwa pemilik akun gosip, dalam
barang yang sebenarnya lebih dibutuhkan hal ini disebut sebagai admin yang
oleh tenaga medis seakan hilang dari pasar membagi informasi sudah mengetahui dan
sehingga membuat orang-orang yang memahami bahwa masyarakat Indonesia
berprofesi sebagai tenaga medis lebih lebih tertarik pada berita atau informasi
rawan terkena virus, mengingat mereka yang cepat dan selalu terbarukan. Akun
lebih sering berhadapan dengan orang- gosip di sini memahami nilai yang dianut
orang sakit. Penolakan jenazah yang masyarakat dan dengan tanggap menjaga
hendak dimakamkan oleh warga setempat dan mengontrol bagaimana nilai tersebut
karena khawatir virus tersebar, meski dapat dijalankan oleh msyarakat.
pemakaman sudah berdasarkan SOP yang Media memahami nilai yang
berlaku juga merupakan bentuk kepanikan tertanam dibenak masyarakat sebab
yang menyimpang. dikonsumsi bersama dan disepakati secara
Masyarakat belum dapat bersama sehingga membuat masyarakat
membedakan mana fakta dan mana data, memiliki pandangan yang sama dalam
mana informasi dan mana opini. Melihat mengkonsumsi sebuah berita. Media juga
begitu maraknya orang membagi-bagikan mengerti bahwa ada tindakan, peristiwa,
informasi yang belum dikaji ulang menjadi perilaku manusia yang masih dapat
ladang bagi mereka yang ingin meraup diterima dengan baik karena tidak
keuntungan di tengah wabah seperti saat menyinggung nilai dan budaya yang
ini. Oleh karena itu, sangat diperlukan tertanam di masyarakat. Pandangan ini
media yang dapat menyampaikan makin dikuatkan oleh Hall bahwa inti dari
penyuluhan sosial dengan baik, benar, tepat proses pemaknaan dalam budaya, ada dua
dan cepat sampai kepada masyarakat. Saat 'sistem representasi' yang terkait. Pertama,
ini, media selalu menggambarkan tentang memungkinkan kita untuk memberi makna
Covid-19 ke arah negatif tanpa filter, kepada dunia dengan membangun
sementara yang dibutuhkan adalah berita serangkaian korespondensi atau rantai
positif terutama terkait himbauan atau kesetaraan antara hal-hal (orang, benda,

130
Jurnal PKS Volume 19 Nomor 2 Agustus 2020; 124-136

peristiwa, gagasan, abstrak) dan sistem kebersihan diri, menjaga pola makan dan
konsep kita, peta konseptual kita. Kedua, kesehatan agar terhindar dari virus corona.
tergantung pada pembangunan satu set Namun, media kemudian mulai
korespondensi antara peta konseptual dan memproduksi berbagai hal yang
satu set tanda, disusun atau terorganisir ke berhubungan dengan virus, cara
dalam berbagai bahasa yang mewakili atau pencegahan, berapa jumlah masyarakat
mewakili konsep-konsep itu. Hubungan yang hingga kini sudah positif dan berapa
antara benda, konsep dan tanda terletak di yang sudah meninggal. Berita-berita yang
inti produksi makna dalam bahasa. Proses dipoduksi dan ditampilkan di masyarakat
yang menghubungkan ketiga elemen ini justru lebih banyak menggiring masyarakat
secara bersama adalah apa yang kita sebut yang pada awalnya waspada menjadi panik.
'representasi'. Pada dasarnya, pemahaman Pemaknaan masyarakat dalam memproses
masyarakat dalam memproses sebuah sebuah berita bukan hanya berasal dari
berita, dipengaruhi oleh dua sistem dalam dirinya tetapi juga konsumsi berita
representasi (Hall, 1997). yang dia terima sehari-hari. Berikut ini
Masyarakat sudah lebih dulu mencari adalah gambaran tentang bagaimana
tahu tentang apa itu Covid-19 sejak masyarakat memandang peristiwa Covid-
kemunculannya pertama kali di Wuhan, 19 di Indonesia ke dalam tiga ambang batas
China. Masyarakat pada awalnya memiliki yang diadopsi penulis dari pemikiran Hall.
kekhawatiran, dimulai dengan menjaga

Skema 2: Ambang Batas yang Diadopsi dari Pemikiran Hall.

Skema 2 menjelaskan bahwa terdapat kesehatan dari pemerintah dan kembali ke


tiga ambang peristiwa hadirnya Covid-19 di keluarganya maka masyarakat dapat
Indonesia yang dapat diterima hingga menerima kenyataan bahwa Covid-19 ini
sampai terjadi penyimpangan. Ambang adalah masalah bersama. Muncullah
paling bawah adalah ambang permisivitas kampanye untuk menjaga kebersihan,
yakni peristiwa yang dapat diterima oleh menjaga kesehatan dan cara penanganan
masyarakat Indonesia berdasarkan yang tepat. Ambang terakhir adalah
kesepakatan bersama setelah mengetahui ekstrem. Masyarakat memperoleh fakta
bahwa Covid-19 menjadi pandemi karena bahwa angka kematian akibat Covid-19 di
sudah menyebar hampir ke seluruh dunia. Indonesia masih sangat tinggi dan
Ambang legalitas artinya masyarakat penularan begitu cepat, sehingga muncullah
berada di antara terima atau tidak mengenai kepanikan. Mulai dari membeli produk
Covid-19, namun karena masih ada secara berlebihan hingga penolakan
pemberitaan positif tentang orang-orang jenazah karena takut akan penularan virus.
yang sembuh setelah mengikuti panduan Melalui media komunikasi digital,

131
Kepanikan Sosial Akibat Munculnya COVID-19 Ririn Purba

masyarakat masih dapat dikontrol di informasi dan berita yang dapat menggiring
ambang legalitas untuk mengurangi masyarakat ke arah positif, perlu dijalin
dampak kepanikan sosial itu sendiri. kerjasama yang baik antara pembuat dan
penyebar berita.
Informan S (01/04/2020) domisili di
Sumatera Utara, menyatakan bahwa media Sosial Media sebagai Sarana
sosial saat ini mampu membius masyarakat Penyuluhan Sosial
dalam mencari informasi yang lebih up to Saat ini, media sosial merupakan
date. Akun yang paling sering membagi media bertukar informasi yang paling
informasi kepada masyarakat adalah akun- sering digunakan oleh masyarakat
akun gosip. Masyarakat tahu jika akun Indonesia. Facebook, instagram, twitter,
gosip belum tentu dapat dipercayai, namun whatsapp, telegram hanyalah sebagian
kecepatan mereka untuk membagi kecil dari begitu banyak aplikasi yang
informasi dapat diberi nilai plus karena diciptakan dunia untuk mempermudah
lebih cepat menjangkau berbagai lapisan manusia dalam bertukar informasi.
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari Kemudahan ini sesungguhnya dapat
banyaknya followers mereka di akun dimanfaatkan oleh masyarakat yang ingin
Intagram seperti akun @berita_gosip dan membagi informasi dengan bijaksana. Saat
@lambenyinyir. Media seperti yang disebut ini pemerintah menghimbau melakukan
sering mengambil screenshotberita dari physical distancing agar dapat mengurangi
berbagai koran online dan televisi dan memutus rantai penyebaran virus
kemudian disebar di akunnya. Setelah corona. Namun demikian, masyarakat
disebar dapat dilihat begitu besar masih banyak yang tidak mendengarkan
antusiasme masyarakat untuk arahan tersebut dan justru yang terjadi
mengomentari dan memberikan tanda adalah kepanikan berlebihan. Seperti kasus
‘love’ di setiap postingannya. Kecepatan yang terjadi di Semarang, saat jenazah salah
mereka dalam membagikan informasi seorang perawat yang gugur ketika bertugas
inilah yang harusnya dapat dilihat sebagai melayani pasien Covid-19 sehingga
nilai plus dan juga kemampuan mereka membuatnya tertular dan meninggal dunia
menjangkau berbagai kalangan, bukan hendak dimakamkan, ditolak oleh ketua RT
hanya dari kalangan biasa, bahkan beberapa setempat. Kurangnya sosialisai terhadap
public figure juga kerap meninggalkan masyarakat dan pemahaman yang benar
komentar di beberapa postingan. mengenai virus ini menjadi tanggung jawab
Jika memang ingin memerangi bersama.
kepanikan yang terjadi di masyarakat, maka Media sosial masih sering diisi oleh
perlu penyebaran informasi atau berita yang berita-berita yang justru menggiring opini
benar dan tepat dengan cepat masyarakat menjadi lebih panik dari
sehinggamenjangkau segala lapisan sebelumnya, dengan melihat begitu banyak
masyarakat. Teori Hall mengungkap dua korban meninggal dunia daripada yang
cara masyarakat dalam merepresentasikan sembuh. Puspensos di bawah naungan
sebuah informasi, bukan hanya berasal dari Kemensos RI diharapkan dapat dengan
diri sendiri tapi juga berasal dari tanggap melihat peluang ini. Jika
penggunaan bahasa, konsep dan tanda yang pemerintah memang menghimbau untuk
diterima masyarakat. Memanfaatkan media melakukan physical distancing bukan
digital untuk membagi berbagai berita dan berarti penyuluhan sosial tidak dapat
informasi menggiring ke arah positif. dilaksanakan.
Persepsi masyarakat tentang Covid-19 Saat ini masyarakat lebih banyak
secara perlahan akan berubah dan menjadi tertarik mengikuti akun gosip dibanding
positif. Namun kembali kepada bagaimana akun resmi milik pemerintah untuk
para penyuluh memproduksi sebuah tanda, mendapatkan informasi. Selain menghibur

132
Jurnal PKS Volume 19 Nomor 2 Agustus 2020; 124-136

karena beritanya beragam juga karena kesembuhan pasien hanya 50 banding 50,
sangat up to date. Jika dibandingkan sehingga diperlukan kerjasama antara
dengan jumlah followers akun media sosial masyarakat, pemerintah dan tim medis.
milik Puspensos di Instagram, followers Masyarakat harus diberi edukasi yang baik
akun media sosial gosip jauh lebih banyak mengenai penyebaran Covid-19 melalui
dan menembus berbagai kalangan. media sosial yang dapat di-share oleh
masyarakat agar masyarakat lain juga tahu
Informan R (02/04/2019) saat ditanya dan paham. Jangan hanya berfokus
apakah mengikuti akun resmi milik menggunakan akun media sosial resmi
pemerintah yang menyebarkan informasi pemerintah, perlu juga menjalin kerjasama
seperti Puspensos, R menjawab tidak dan dengan akun-akun gosip yang di-follow
bahkan tidak mengetahui bahwa oleh berbagai kalangan agar kampanye
Kementerian Sosial RI memiliki memerangi kepanikan sosial dan edukasi
Puspensos. Citra yang ditangkap lebih cepat diterima oleh masyarakat dan
masyarakat mengenai Kementerian Sosial langsung viral.
RI adalah bantuan sosial pangan, materi dan Hampir seluruh informan
berbagai jenis bantuan lain yang berbentuk menyatakan bahwa mereka tidak mengikuti
dan dapat dilihat. Bukan hanya informan R, akun resmi pemerintah yang sering
informan lain juga menyatakan bahwa melakukan penyuluhan sosial karena
mereka tidak mengetahui bahwa mereka menganggap bahwa apa yang
Kementerian Sosial RI memiliki Puspensos ditampilkan di akun pemerintah tidak
yang gencar membagi dan memberikan menarik, terlalu monoton dan lebih banyak
berbagai informasi. Beberapa informan pencitraan atas apa yang sedang atau sudah
berpendapat bahwa jika pemerintah ingin dikerjakan, bukan informasi yang
melakukan sosialisasi di tengah pandemik dibutuhkan oleh masyarakat. Akun gosip
ini, sebaiknya memetakan lebih dulu baik di Instagram, Facebook dan Twitter
kepada siapa hendak dilakukan sosialisasi. memiliki berita yang lebih segar, cepat dan
Namun karena saat ini membutuhkan selalu baru. Kekurangan dari akun gosip
kecepatan dan informasi yang diharapkan menyangkut kredibilitas, namun dalam hal
dapat diakses oleh semua pihak, maka akun menyebar sebuah berita, mereka dipercaya
gosip dapat menjadi sarana yang cukup dapat lebih cepat.
bagus untuk membagi informasi. Walau Pandemi ini adalah masalah bersama
akun gosip terkesan negatif karena berita dan sangat diperlukan kerjasama yang baik
yang ditampilkan selalu berhubungan antara masyarakat, pemerintah dan tenaga
dengan artis, tapi yang kita harapkan adalah medis dalam penanggulangannya. Media
berita atau informasi dari pemerintah sebagai penyebar berita diharapkan dapat
sampai kepada masyarakat. Tidak ada menjadi perpanjangan tangan antara
salahnya jika akun pemerintah mengajak pemerintah dan masyarakat.
beberapa akun gosip di Instagram untuk “Digital journalism takes its meaning
menyebar informasi yang telah dikemas from both practice and rhetoric. Its
dan diproduksi oleh Puspensos itu sendiri. practice as news making embodies a set of
Informan B (31/03/2020) seorang expectations, practices, capabilities and
tenaga medis menyatakan bahwa limitations relative to those associated
pemerintah perlu menggerakkan with pre-digital and non-digital forms,
masyarakat agar memahami bahwa reflecting a difference of degree rather
masyarakat sendiri yang menjadi garda than kind. Its rhetoric heralds the hopes
and anxieties associated with sustaining
terdepan dalam penanganan Covid-19.
the journalistic enterprise as worthwhile.
Apabila sudah sampai ke tenaga medis, With the digital comprising the figure to
maka tenaga medis yang menjadi garda journalism’s ground, digital journalism
terbelakang, karena kemungkinan constitutes the most recent of many

133
Kepanikan Sosial Akibat Munculnya COVID-19 Ririn Purba

conduits over time that have allowed us to jurnalisme digital dalam mengambil makna
imagine optimum links between yakni praktik dan retorika menjadi penting.
journalism and its publics..”(Zelizer, Mengingat masyarakat Indonesia
2019) merupakan masyarakat yang senang
Jurnalisme digital mengambil makna menggunakan media sosial untuk mencari
dari praktik dan retorika. Praktik sebagai informasi maka sebaiknya disediakan berita
pembuatan berita yang mewujudkan yang sudah disaring lebih dulu dan
serangkaian harapan, tindakan, merupakan fakta yang mampu menggiring
kemampuan dan keterbatasan relatif terkait masyarakat yang lebih luas ke arah yang
dengan bentuk pra-digital dan non-digital, lebih positif.
yang merefleksikan tingkat perbedaan D. Penutup
berita dibanding jenis beritanya. Retorika
menyatakan harapan dan kecemasan Kesimpulan. Kepanikan terjadi
dengan mempertahankan usaha jurnalistik karena pengaruh media digital dan berita
sebagai hal yang berharga. Dengan digital yang sering ditampilan di televisi.
yang membentuk sosok sebagai dasar Bukannya lebih berfokus kepada
jurnalisme, jurnalisme digital merupakan pemberitaan yang positif dan membangun
saluran terbaru dari banyak waktu yang mental masyarakat namun yang terjadi
memungkinkan kita untuk membayangkan justru lebih berfokus pada angka kematian,
hubungan optimal antara jurnalisme dan kelangkaan produk, kriminalitas hingga
masyarakat. penolakan jenazah. Pemberitaan yang lebih
berfokus kepada hal-hal yang bersifat
Puspensos dapat menggunakan media negatif tentu semakin menggiring pikiran
digital saat ini untuk memberikan masyarakat yang awalnya sudah waspada
sosialisasi kepada masyarakat agar dapat berubah menjadi kepanikan yang
menangkap praktik dan retorikanya. mengakibatkan berbagai penyimpangan
Pembuatan berita ataupun informasi sosial.
mengenai penyuluhan sosial yang hendak
disebar bukan hanya melalui akun resmi Kajian ini menjelaskan bahwa
pemerintah namun juga menggunakan akun kepanikan itu biasanya berasal dari
gosip agar masyarakat dapat menangkap masyarakat itu sendiri. Dengan
makna praktik tentang bagaimana menggunakan internet dan media sosial,
perjuangan pemerintah, tenaga medis di mereka mencari tahu penyebab dan cara
saat menghadapi Covid-19. Bagaimana penularan. Tetapi kemudian, kesempatan
praktik dan kemampuan di tengah ini dilihat oleh para elit, media penyebar
keterbatasan agar dapat dilihat bahwa itu berita sebagai ladang yang tepat untuk
patut dicontoh. Retorika yang baik dan semakin memperluas kepanikan di
benar, dapat menarik rasa simpatik dari masyarakat dengan lebih menyorot ke pada
masyarakat mengenai harapan di tengah hal-hal yang sudah menjadi ketakutan di
kecemasan sosial saat ini akibat pandemi masyarakat.
Covid-19. Penggunaan media digital dapat
dioptimalkan dengan pembuatan konten Media digital menjadi sumber
menarik namun tetap berisi edukasi dan kepanikan itu sendiri dapat dijabarkan
penyuluhan sosial kepada masyarakat yang dengan menggunakan teori konsensus
kemudian dibantu oleh akun-akun gosip media-Hall. Penulis mengadopsi tiga
untuk menyebarluaskan ke masyarakat. ambang pembentukan pemahaman
masyarakat dalam menerima suatu
Menggunakan media saat sebagai peristiwa milik Hall. Berita-berita yang
sarana untuk sosialisasi dan mengedukasi dipoduksi dan ditampilkan di masyarakat
masyarakat dengan mengadopsi nilai justru lebih banyak menggiring masyarakat

134
Jurnal PKS Volume 19 Nomor 2 Agustus 2020; 124-136

yang pada awalnya waspada menjadi panik. Cohen, S. (2011). Whose Side Were We On?
Pemaknaan masyarakat dalam memproses The Undeclared Politics by Moral
sebuah berita bukan hanya berasal dari Panic Theory. Crime Media Culture
dalam dirinya tetapi juga konsumsi berita Journal Vol. VII No. 3, 237-243.
yang dia terima sehari-hari. Creswell, J. W. (2002). Research Design
Hampir semua informan menyatakan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.
bahwa mereka tidak mengikuti akun resmi Jakarta: KIK Press.
milik pemerintah yang sering melakukan
sosialisasi atau membagi informasi Critcher, C. (2008). Moral Panic Analysis: Past,
mengenai pandemi ini. Present and Future. Sociology
Compass, 1127–1144.
Rekomendasi. Rekomendasi dari
kajian ini adalah: 1) Pengoptimalan Eriyanto. (2013). Analisis Naratif: Dasar-
berbagai media sosial milik instansi dalam Dasar dan Penerapannya Dalam
menyebar informasi dan fakta; 2) Menjalin Analisis Teks Berita media. Jakarta:
Kencana.
kerja sama dengan berbagai akun gosip di
jejaring online untuk menyebarkan Goode, E., & Ben-Yehuda, N. (2009). Moral
informasi dan sosialiasasi yang telah dibuat Panics: The Social Costruction of
oleh Puspensos Kementerian Sosial RI agar Deviance. Chichester, Inggris: Wiley-
dapat mencakup masyarakat dari berbagai Blackwell.
kalangan. Akun gosip memiliki lebih
banyak followers dibanding akun resmi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-
19. (2020, 05 27). Retrieved from
pemerintah sehingga cakupan masyarakat
covid19.go.id.
jauh lebih banyak jika ingin membagikan
informasi dan melakukan sosialisasi untuk Hall, S. (1997). Representation: Cultural
berbagai kalangan. Representations And Signifying
Practices. London: Sage.
Ucapan Terimakasih
Hall, S., Chritcher, C., Jefferson, T., Clarke, J.,
Ucapan syukur kepada Tuhan & Roberts, B. (1978). Policing The
Yesus Kristus dan kedua orangtua tercinta Crisis Mugging, The State, and Law
atas terselesaikannya tulisan ini. Ucapan and Order. London: MACMILLAN
terimakasih kepada Ibu Oetami Dewi PRESS LTD .
kepala B2P3KS Yogyakarta yang Hartanto, W. (2017). The Tao Of
memberikan kesempatan kepada penulis Bandarmology. Jakarta: Gramedia.
untuk membuat tulisan ini. Kepada para
informan yang bersedia memberi waktunya Hermawan, I. (2019). Metodologi Penelitian
untuk berbagi informasi dan berdiskusi Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan
serta diwawancarai oleh penulis dan Ibu Mixed Methode. Jakarta: Hidayatul
Tateki Yoga Tursilarini selaku pembimbing Quran Kuningan.
yang selalu memberi support dan Isbaniah, F. d. (2020). Pedoman Pencegahan
bimbingan pada penulis. dan Pengendalian Coronavirus
Disease (Covid-19) Revisi Ke-4.
Jakarta: Kemkes RI.
Pustaka Acuan
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Kemenkes RI. (2020, 03 31). Retrieved from
Penelitian Kualitatif. Jawa Barat: CV. kemkes.go.id:
Jejak. https://covid19.kemkes.go.id

Cohen, S. (2002). Folk Devilsh and Moral PeduliLindungi. (2020, 04 02).


Panic: The Creation of The Mods and pedulilindungi.id. Retrieved from
Rockers. London: Routledge Classics.

135
Kepanikan Sosial Akibat Munculnya COVID-19 Ririn Purba

pedulilindungi.id: Waseso, H. P., & Hidayat, M. S. (2016).


https://pedulilindungi.id Mengaplikasikan Kurikulum Berbasis
KKNI: Pengalaman di Program Studi
Roy. (2020, 03 30). Retrieved from CNBC PGMI UNSIQ Jawa Tengah. Jawa
Indonesia: www.cnbcindonesia.com Tengah: Mangku Bumi.
Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Zelizer, B. (2019). Why Journalism Is About
Kualitatif (Qualitative Research More Than Digital Technology. Digital
Approach). Sleman: Deepublish. Journalism Vol. 7 No. 3, 342-350.
Tongco, M. D. (2007). Purposive Sampling as
a Tool for Informant Selection.
Ethnobotany Research & Applications
Vol. 5, 147-158.

136

You might also like