You are on page 1of 14

EFEKTIVITAS PENERAPAN

UNDANG-UNDANG ITE TERHADAP PELAKU


PENYEBARAN HOAKS TERKAIT COVID-19 DI MEDIA
SOSIAL 1

THE EFFECTIVENESS OF IMPLEMENTATION ITE LAWS ON


THE PERSONNEL OF THE SPREAD OF RELATED COVID-19
HOAX IN SOCIAL MEDIA

Zulfan, Lestari AKA, dan Dewi Maya Sari2


Email: zulfan.abdullah@unsyiah.ac.id

ABSTRACT
The spread of hoaxes related to COVID-19 is increasingly happening, along with the increase in
cases of the virus in Indonesia. This is confirmed by data from the Ministry of Communication
and Informatics which found around 1,197 hoax issues related to COVID-19 spread across 4
digital platforms. Various efforts have been made by the Indonesian government to reduce the
spread of hoaxes in society. One of them is by trapping the perpetrators of hoax spreading using
the ITE Law. This study aims to determine the Effectiveness of the Implementation of the ITE
Law on the Perpetrators of the Spread of the COVID-19 Hoax on Social Media. The method used
in this research is normative legal research, which is research on examining the application of the
rules or norms in positive law.The type of data used is secondary data. The results of this study
conclude that the Law of the Republic of Indonesia Number 19 of 2016 concerning Electronic
Information and Transactions has not been effective in ensnaring the criminal act of spreading
fake news or hoaxes related to COVID-19 through digital platforms in Indonesia. This law also
does not fully accommodate cases related to false or hoax information.
Keywords : Hoax, COVID-19, ITE Law.

ABSTRAK
Penyebaran hoaks terkait COVID-19 semakin massif terjadi, seiring dengan meningkatnya
kasus virus tersebut di Indonesia. Hal ini dipertegas oleh data Kementerian Komunikasi dan
Informatika yang menemukan sekitar 1.197 isu hoaks terkait COVID-19 yang tersebar di 4
platform digital. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam meredam
penyebaran hoaks di masyarakat. Salah satunya adalah dengan cara menjerat pelaku
penyebaran hoaks menggunakan UU ITE. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas
Penerapan Undang-Undang ITE terhadap Pelaku Penyebaran Hoaks COVID-19 di Media Sosial.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif

1 Diterima 12 Oktober 2020. Direvisi 22 Oktober 2020


2 Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

198
● ZULFAN, LESTARI AKA, DEWI MAYASARI●

(Yuridis Normatif). Yaitu sebuah penelitian yang memfokuskan pengkajian terhadap kaidah-
kaidah atau norma-norma dalam hukum positif. Adapun jenis data yang digunakan adalah data
sekunder. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elekronik belum efektif dalam menjerat
tindak pidana penyebaran berita bohong atau hoaks terkait COVID-19 melalui platform digital
di Indonesia. Undang-Undang ini juga tidak sepenuhnya mengakomodir kasus-kasus terkait
informasi palsu atau hoaks.
Kata kunci : Hoaks, COVID-19, UU ITE.

A. PENDAHULUAN Di samping itu, pertumbuhan


Perkembangan Teknologi pengguna internet dari tahun ke tahun
Informasi dan Telekomunikasi (TIK) mengalami peningkatan yang cukup
yang sudah memasuki era 4.0 signifikan, juga menjadi salah satu
menyebabkan menjamurnya berbagai penyebab terjadinya penyebaran berita
sarana di tengah masyarakat. bohong atau hoaks di kalangan para
Kemudahan dan efisiensi dalam netizen di Indonesia. Berdasarkan survei
mengakses informasi, membuat media yang dilakukan oleh Asosiasi
online menjadi salah satu wadah Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
penyebaran informasi yang sangat (APJII) diperoleh data bahwa sekitar
memiliki pengaruh di kalangan 171,17 juta orang Indonesia telah
masyarakat. Setiap orang yang menggunakan internet, dari total
menggunakan internet dapat dengan populasi sebanyak 264,12 juta orang.
mudah menjadi konsumen, pembuat Hal tersebut menunjukan bahwa sebesar
maupun penyebar suatu informasi. 64,8% orang Indonesia telah terhubung
Namun seiring dengan kemajuan dan mengakses internet. (APJII, 2018).
teknologi itu, banyak pula berita palsu Oknum pelaku yang menyebarkan
atau informasi bohong yang tersebar berita hoaks ini memiliki tujuan
tanpa dapat dipertanggungjawabkan tersendiri, salah satunya adalah untuk
kebenarannya. Informasi tersebut menggiring opini masyarakat dan
dikenal dengan sebutan hoaks. Hoaks kemudian membentuk persepsi yang
merupakan sebuah istilah yang salah terhadap suatu informasi yang
digunakan untuk menggambarkan sebenarnya. Dampak negatif yang dapat
suatu berita palsu, fitnah, atau ditimbulkan oleh adanya informasi
sejenisnya yang kemudian palsu tentu sangat merugikan berbagai
disebarluaskan secara sengaja oleh pihak. Setidaknya ada empat bahaya
pihak tertentu dan dengan yang dapat ditimbulkan oleh berita
dilatarbelakangi oleh tujuan tertentu hoaks atau informasi palsu, yaitu : (1)
pula. Penyebaran berita yang membuang waktu dan uang. Dilansir
mengandung hoaks tersebut semakin dari situs cmsconnect.com diketahui
mudah dan cepat dengan keberadaan bahwa membaca berita bohong (hoaks)
teknologi informasi yang semakin dapat menimbulkan kerugian yang
mewabah di seluruh lapisan masyarakat cukup besar bagi personal atau kantor
(Priatna, 2018). tempatnya berkerja. Hal tersebut terjadi
199
JURNAL TRANSFORMASI ADMINISTRASI ● VOLUME 10 ● NOMOR 02 ● TAHUN 2020
● EFEKTIVITAS PENERAPAN UNDANG-UNDANG ITE TERHADAP PELAKU PENYEBARAN HOAKS
TERKAIT COVID-19 DI MEDIA SOSIAL●

karena menurunnya produktivitas yang berita yang disampaikan memicu


disebabkan oleh efek kabar bohong. kepanikan masyarakat (Bramy, 2016).
Berdasarkan perhitungan yang Demikian halnya dengan isu
dilakukan oleh situs tersebut dirincikan terkait COVID-19. Penyebaran hoaks
juga kerugian yang dialami perusahaan terkait COVID-19 semakin massif
minimal bisa mencapai Rp 10 juta per terjadi, seiring dengan meningkatnya
tahun, sementara kerugian personal bisa kasus virus tersebut di Indonesia.
Rp 200 ribu per tahun. Hal tersebut Banyaknya informasi palsu atau berita
terjadi karena setiap pekerja bohong yang tersebar tentu saja
menghabiskan waktu sekitar 10 detik menimbulkan keresahan di kalangan
saja dalam sehari untuk membaca pesan masyarakat. Hal ini diperkuat oleh data
maupun kabar hoaks di social media; (2) Kementerian Komunikasi dan
sebagai pengalih isu yang sengaja Informatika (Kominfo) yang
diciptakan oleh pembuat hoaks demi menemukan sekitar 1.197 isu hoaks
memuluskan tujuan sebenarnya. Pelaku terkait COVID-19 -19 yang tersebar di 4
cyber crime (Kejahatan dunia maya) platform digital, di Facebook sebanyak
biasanya memanfaatkan isu hoaks 1.497, di Instagram sebanyak 20, di
sebagai sarana dalam memuluskan aksi Twitter sebanyak 482, dan di Youtube
ilegal mereka. Dalam hal ini biasanya sekitar 21. Adapun isu hoaks yang
pelaku sengaja menyertakan sebuah sudah ditakedown dan diblokir sebanyak
tautan tertentu untuk diklik namun 1.759, di Facebook 1.300, Instagram 15,
justru berisi virus yang dapat membajak Twitter 424, dan YouTube 20 (Zunita,
akun email maupun media sosial 2020).
seseorang; (3) hoaks dijadikan sebagai Seiring dengan meluapnya kasus
sarana untuk melakukan penipuan hoaks, World Health Organization (WHO)
publik. Hal ini pernah dialami oleh mencetuskan sebuah istilah baru yaitu
Lembaga Kanker Amerika, sebuah infodemi. Infodemi merupakan masalah
pesan hoaks tersebar dan berisi tentang baru yang harus diatasi selain COVID-
seseorang yang mengaku membutuhkan 19 yang juga masih menjangkit
bantuan uang dari 500 orang demi masyarakat dunia. Kominfo
membantu operasi seorang penderita mengidentifikasi bahwa ada sekitar tiga
kanker. Banyak orang dilaporkan tertipu jenis infodemi yang beredar di
kabar ini dan akhirnya mengirimkan Indonesia yakni yang pertama, berupa
sejumlah uang pada rekening yang disinformasi, yaitu sebuah informasi
dicantumkan pada pesan hoaks; (4) yang sengaja dibuat dengan tujuan
hoaks dapat menjadi pemicu kepanikan mendestruksi informasi yang beredar.
publik. Dalam menyebarkan berita Adapun yang kedua adalah
informasi palsu, sering kali para pihak malinformasi, yaitu sebuah informasi
yang tidak bertanggung jawab itu yang sesuai dengan fakta namun dibuat
melakukan suatu kebohongan dan untuk orang tertentu dan dengan tujuan
menyebarkan informasi yang tidak tertentu pula. Dan yang terakhir adalah
benar tersebut dengan sengaja sehingga infodemi yang berupa misinformasi,
200
JURNAL TRANSFORMASI ADMINISTRASI ● VOLUME 10 ● NOMOR 02 ● TAHUN 2020
● ZULFAN, LESTARI AKA, DEWI MAYASARI●

yakni sebuah informasi yang tidak tepat negatif yang sangat luas. Hal tersebut
namun dibuat tanpa unsur kesengajaan bisa menyebabkan terjadinya
(Natisha, 2020). ketidakpercayaan publik menimbulkan
Contoh hoaks yang beredar kerugian bagi pihak tertentu. Jika hal
tentang COVID-19 yang juga tersebut terus berkembang di dalam
menimbulkan menimbulkan kerugian masyarakat maka sangat dikhawatirkan
beberapa pihak adalah ketika akan menyebabkan kesulitan dalam
beredarnya tangkapan layar sebuah mengatasi penyebaran COVID-19.
whatsapp grup yang memberikan sebuah Berbagai upaya telah dilakukan
peringatan untuk tidak membeli roti oleh pemerintah Indonesia dalam
breadlight yang ada di seputaran daerah meredam penyebaran hoaks di
Peunayong, Banda Aceh karena masyarakat. Salah satunya adalah
menurut penyebar pesan ada tetangga dengan cara menindak tegas pelaku
pemilik toko roti yang sedang terinfeksi penyebaran hoaks tersebut dengan
COVID-19. Faktanya informasi tersebut denda hingga 1 miliar. Pengaturan
menimbulkan keresahan sebagian hukum terkait tindak pidana
masyarakat Banda Aceh, dan setelah penyebaran hoaks atau berita bohong di
diklarifikasi ternyata informasi yang Indonesia juga telah diatur dalam Kitab
beredar di beberapa media sosial Undang-undang Hukum Pidana
tersebut adalah kabar bohong atau (KUHP), Undang-undang Nomor 1
hoaks. Pihak breadlight juga sudah Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum
melaporkan perkara tersebut ke Polda Pidana, dan Undang-undang Republik
Aceh. Selanjutnya pihak yang Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang
berwenang melakukan penyelidikan Perubahan atas Undang-undang Nomor
terhadap pelaku penyebar berita bohong 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
tersebut. Transaksi Elektonik (ITE). Dengan
Selain informasi palsu mengenai demikian peraturan dan Undang-
penyebaran virus corona, beredar pula Undang tersebut memiliki fungsi
sebuah unggahan di facebook yang sebagai alat kontrol negara terhadap
bermuatan video dan tangkapan layar sistem informasi dan transaksi
yang mengklaim bahwa pemakaian elektronik yang bebas. Namun tidak
masker yang terlalu lama dapat dapat dipungkiri bahwa sebesar apapun
menyebabkan penurunan oksigen upaya yang telah dilakukan pemerintah
dalam darah (hypoxia) dan dapat dalam mengkonfimasi kebenaran suatu
menyebabkan kematian karena hoaks, tidak sedikit pula masyarakat
keracunan karbondioksida. Dan setelah yang masih mempercayai berita palsu
dilakukan penelusuran lebih lanjut, tersebut. Hal ini tentu akan
ternyata informasi tersebut tidak benar menimbulkan permasalahan baru dalam
(Kominfo, 2020). menanggulangi dan mencegah
Berita hoaks yang disebarkan penyebaran COVID-19 di Indonesia.
dalam upaya menyesatkan informasi Berdasarkan latar belakang masalah di
publik ini tentu memiliki dampak atas, maka yang menjadi rumusan masalah

201
JURNAL TRANSFORMASI ADMINISTRASI ● VOLUME 10 ● NOMOR 02 ● TAHUN 2020
● EFEKTIVITAS PENERAPAN UNDANG-UNDANG ITE TERHADAP PELAKU PENYEBARAN HOAKS
TERKAIT COVID-19 DI MEDIA SOSIAL●

dalam penelitian ini adalah apakah UU ITE palsu yang sengaja atau tidak sengaja
dapat diterapkan secara efektif terhadap dibuat oleh berbagai pihak dan
penyebaran hoaks terkait COVID-19 di dimanfaatkan sebagai tindakan yang
Media Sosial? bisa saja merugikan orang lain dan
Adapun tujuan dari penelitian ini membuat keresahan di masyarakat.
adalah untuk mengetahui dan Penelitian terkait hoaks juga
menjelaskan apakah UU ITE dapat pernah dilakukan oleh Christiany (2018)
diterapkan secara efektif terhadap dengan judul “Interaksi Komunikasi
penyebaran hoaks terkait COVID-19 di Hoaks di Media Sosial Serta
Media Sosial. Antisipasinya”. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa pesan yang
1. STUDI PUSTAKA disebarkan dan dikonsumsi oleh
1.1 Pengertian Hoaks pengirim dan penerima adalah pesan
Kata hoax berasal dari bahasa hoaks yang telah diubah sedemikian
Inggris yang memiliki arti menipu, rupa baik redaksi maupun keterangan
tipuan, berita bohong, kabar palsu yang gambarnya, sehingga tidak sesuai
disebarkan oleh pihak-pihak yang tidak dengan informasi yang sebenarnya.
bertanggungjawab. Hoaks juga dapat Konten bermuatan hoaks tersebut
diartikan juga sebagai suatu kata atau berdasarkan kemampuan pelaku baik
istilah yang berarti ketidakbenaran menciptakan, mengubah, memodifikasi,
suatu informasi atau berita bohong yang hingga menyebarkan melalui media
tidak memiliki sumber yang jelas (Idris, sosial. Hal tersebut tentu semakin
2018). memperparah mewabahnya penyebaran
Menurut Chen at.al (2014), hoaks berita palsu di Indonesia, ditambah lagi
adalah informasi sesat dan berbahaya dengan kondisi masyarakat yang
karena informasi tersebut dapat dengan sangat mudah mempercayai
menyesatkan persepsi publik dengan informasi yang beredar.
cara menyampaikan informasi palsu Fenomena berita palsu atau hoaks
sebagai kebenaran. Hoaks juga mampu bukanlah suatu hal baru yang terjadi di
mempengaruhi banyak orang dengan masyarakat. Bahkan hoaks kini
merusak suatu citra dan kredibilitas. menyebar bagaikan virus, sehingga
Hoaks merupakan berita bohong yang banyak orang yang dengan atau tanpa
tidak bisa dipertangung jawabkan sadar ikut-ikutan mengkonsumsi dan
kebenarannya dan berita bohong ini menyebarkan informasi yang tidak
dibuat dengan tujuan tidak baik karena dapat dipertanggungjawabkan
berisi informasi yang memang sengaja kebenarannya itu.
disesatkan lalu kemudian informasi ini Menurut Dewan Pers, adapun
dibuat seolah-olah sebagai kebenaran ciri-ciri dari informasi yang
(Jafar, 2018). mengandung hoaks adalah sebagai
Dari beberapa pengertian di atas berikut :
dapat dipahami bahwa hoaks 1. Menimbulkan kecemasan, kebencian
merupakan suatu informasi atau berita dan permusuhan
202
JURNAL TRANSFORMASI ADMINISTRASI ● VOLUME 10 ● NOMOR 02 ● TAHUN 2020
● ZULFAN, LESTARI AKA, DEWI MAYASARI●

2. Berita hoaks biasanya memiliki Rahayu (2019) memaparkan


sumber informasi yang tidak jelas, bahwa selama rentang waktu Januari
tidak terverifikasi dan cenderung sampai dengan Maret 2020, informasi
mendiskreditkan pihak tertentu hoaks terkait Virus Corona telah
3. Bermuatan fanatisme dan judul yang disebarkan sebanyak 50 kali di media
mengandung kata provokatif dengan sosial. Adapun topik informasi bohong
menyembunyikan fakta dan data yang disebarkan diantaranya mengenai
yang sebenarnya (Simarmata,2019). terjangkitnya COVID-19, pengobatan
dan cara pencegahannya, serta perilaku
1.2 Fenomena Hoaks Terkait COVID-
sosial masyarakat Indonesia dalam
19 di Media Sosial
menghadapi virus itu sendiri.
Berdasarkan hasil riset yang
Berdasarkan data yang dirilis
dilakukan oleh Masyarakat Telematika
oleh Pemerintah melalui Kominfo, ada
Indonesia pada tahun 2017 diketahui
ribuan informasi bohong terkait COVID-
bahwa sosial media menjadi pemegang
19 yang beredar di media sosial. Di
peranan penting terhadap penyebaran
antara informasi yang mengandung
hoaks. Data yang diperoleh dari hasil
berita palsu tersebut adalah mengenai
survei tersebut adalah ada sekitar
pendataan online imunisasi COVID-19
92.40% masyarakat yang menerima
yang diperuntukkan kepada tenaga
berita yang bersumber dari sosial media
medis dan nonmedis yang
(Idris, 2018).
mengatasnamakan Dinkes DKI Jakarta.
Keaktifan seseorang dalam media
Faktanya, setelah dilakukan konfimasi
sosial seperti menulis status di facebook,
kepada Dinas terkait maka diketahui
berkicau di twitter maupun beropini
bahwa informasi tersebut tidak benar.
melalui akun instagram pribadi, jika
Selain itu, disinformasi lain yang tidak
tidak diimbangi dengan literasi yang
kalah berbahayanya juga masih marak
baik dapat menyebabkan seseorang
beredar. Sebuah akun facebook
mudah menerima maupun
menerbitkan postingan yang
menyebarkan informasi yang bersifat
menyatakan bahwa WHO menyebut
hoaks tanpa disertai tindakan
COVID-19 tidak lebih berbahaya dari flu
konfirmasi dan filter (Masrudi, 2019).
biasa. Namun faktanya, setelah
Lebih lanjut dalam penelitian yang
dilakukan verifikasi kepada WHO,
berjudul hoax, media baru dan daya
diperoleh informasi bahwa pihak WHO
literasi kita ini Masrudi menyatakan
tidak pernah memberikan pernyataan
bahwa setidaknya ada dua faktor
demikian. Bahkan terdapat temuan baru
psikologis yang menyebabkan seseorang
yang menyatakan bahwa pasien
untuk menyebarkan informasi palsu,
COVID-19 yang dirawat di rumah sakit,
yang pertama adalah, jika informasi
memiliki 5 kali resiko meninggal dunia
yang diterima dianggap sesuai dengan
dibandingkan dengan pasien yang
sikap dan opini si pelaku, dan yang
hanya menderita flu musiman
kedua adalah karena terbatasnya
(Kominfo.go.id).
pengetahuan.

203
JURNAL TRANSFORMASI ADMINISTRASI ● VOLUME 10 ● NOMOR 02 ● TAHUN 2020
● EFEKTIVITAS PENERAPAN UNDANG-UNDANG ITE TERHADAP PELAKU PENYEBARAN HOAKS
TERKAIT COVID-19 DI MEDIA SOSIAL●

2. UNDANG-UNDANG ITE dan Facebook. Pembentukan BSN oleh


SEBAGAI PENANGKAL HOAKS Pemerintah Indonesia bertujuan untuk
memayungi seluruh kegiatan siber
Menurut Sunggono dalam
nasional dan nantinya diharapkan dapat
Maroni (2015) hukum dapat digunakan
menekan penyebaran berita palsu,
sebagai sarana untuk mencapai tujuan,
meningkatkan pertahanan keamanan
karena secara teknis, hukum dapat
dan menertibkan perdagangan
memberikan dan melakukan beberapa
elektronik. (Siswoko,2017).
hal diantaranya : (1) Hukum merupakan
Dalam menanggulangi
suatu sarana untuk menjamin kepastian
penyebaran hoaks atau berita palsu
dan memberikan prediksi terhadap hal-
melalui media sosial maupun platform
hal tertentu di dalam kehidupan
digital lainnya, Pemerintah Indonesia
masyarakat; (2) Hukum merupakan
melalui beberapa pihak terkait telah
sarana bagi pemerintah untuk
melakukan berbagai upaya. Salah
menerapkan sanksi dan juga sebagai
satunya adalah dengan membentuk
sebagai sarana untuk melindungi
sebuah payung hukum yang dapat
melawan kritik; (3) Hukum dapat
menjerat dan menindak tegas pelaku
digunakan sebagai sarana untuk
pembuat maupun penyebar informasi
mendistribusikan segala sumber daya.
yang tidak dapat dibuktikan
Dalam rangka menghadirkan
kebenarannya. Ada beberapa sanksi
suatu perangkat hukum yang sesuai
hukum yang dapat diberlakukan
dengan perkembangan teknologi
kepada pelaku hoaks, salah satunya
informasi, Pemerintah Indonesia melalui
adalah melalui penerapan Undang-
Kominfo telah membentuk Undang-
Undang Informasi dan Transaksi
Undang yang secara khusus membahas
Elektronik atau Undang-Undang Nomor
terkait informasi dan transaksi
11 tahun 2008 yang kemudian telah
elektronik.
mengalami perubahan menjadi Undang-
Dalam penelitian yang berjudul
Undang Nomor 19 tahun 2016. Undang-
”Kebijakan Pemerintah Menangkal
undang ini adalah payung hukum yang
Penyebaran Hoaks” diketahui bahwa
mengatur tentang informasi serta
dalam mengatasi dan mengantisipasi
transaksi elektronik dan teknologi
penyebaran hoaks, Pemerintah
informasi secara umum dan
Indonesia telah mengambil langkah-
diberlakukan untuk seluruh warga
langkah konkret dalam menangani
Indonesia (Idris, 2018).
penyebaran hoaks. Hal tersebut
Undang-Undang ITE
dilakukan karena pemerintah
menjelaskan bahwa terdapat kebebasan
menyadari bahwa pemblokiran situs
berpendapat, menyatakan pikiran serta
saja tidak efektif dalam meminimalisir
mendapatkan informasi dengan cara
penyebaran hoaks. Adapun langkah-
memanfaatkan teknologi informasi bagi
langkah dimaksud adalah dengan
masyarakat Indonesia. Namun,
membentuk Badan Siber Nasional (BSN)
pemerintah tetap harus membatasi. Di
serta bekerjasama dengan Dewan Pers
dalam Undang-Undang Undang-
204
JURNAL TRANSFORMASI ADMINISTRASI ● VOLUME 10 ● NOMOR 02 ● TAHUN 2020
● ZULFAN, LESTARI AKA, DEWI MAYASARI●

Undang No. 19 Tahun 2016 tentang lama 4 (empat) tahun dan/atau denda
Informasi dan Transaksi Eletronik paling banyak sebesar 750 Juta. Dari
terdapat aturan terhadap penyebar uraian tersebut dapat diketahui bahwa
berita seputar virus corona (COVID-19) perbuatan menyebarkan informasi
yang berdampak pada pencemaran seputar yang bermuatan pencemaran
nama baik yang dilakukan melalui nama baik atau fitnah melalui sistem
sistem elektronik seperti media sosial. elektronik COVID-19 dapat dipidana
Aturan tentang hal ini terdapat di dalam berdasarkan ketentuan UU ITE dan
Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang perubahannya. Ketentuan tersebut
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi merupakan delik aduan. Seseorang
dan Transaksi Elektronik yang berbunyi maupun instansi yang merasa dirugikan
: Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa karena dicemarkan nama baiknya atau
hak mendistribusikan dan/atau difitnah atas penyebaran berita seputar
mentransmisikan dan/atau membuat virus corona (COVID-19) dapat
dapat diaksesnya informasi elektronik mengadukan dugaan tindak pidana
dan/atau dokumen elektronik yang tersebut kepada pihak yang berwajib.
memiliki muatan penghinaan dan/atau Demikian halnya dalam hal tindak
pencemaran nama baik. Lebih lanjut penyebaran berita bohong, di dalam
terkait dengan penyebaran informasi Pasal 45A ayat 1 disebutkan bahwa
bohong di sosial media terdapat pada isi setiap orang yang dengan sengaja dan
pasal 28 ayat (1) disebutkan juga bahwa tanpa hak menyebarkan berita bohong
setiap orang yang dengan sengaja dan dan menyesatkan yang mengakibatkan
tanpa hak menyebarkan berita bohong kerugian konsumen dalam Transaksi
dan menyesatkan yang menyebabkan Elektronik sebagaimana dimaksud
kerugian konsumen dalam transaksi dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan
elektronik. pidana penjara paling lama 6 (enam)
Berdasarkan penjelasan yang tahun dan/atau denda paling banyak
terdapat di dalam Undang-Undang Rp. 1 Milyar (hukumonline.com).
tersebut, seseorang yang melanggar Selain upaya penerapan sanksi
ketentuan Pasal 27 ayat (3) UU ITE pidana, pemerintah berupaya
diancam atas tindak pidana meminimalisir penyebaran disinformasi
berdasarkan pasal 45 ayat (3) UU melalui sanksi-sanksi administratif
19/2016 yang menyatakan bahwa: dengan cara bekerja sama dengan
Setiap orang yang dengan sengaja dan beberapa platform media sosial seperti
tanpa hak mendistribusikan dan/atau Facebook, Twitter dan Youtube agar
mentransmisikan dan/atau membuat menurunkan (takedown) konten-konten
dapat diaksesnya Informasi Elektronik yang bermuatan hoaks terkait COVID-
dan/atau Dokumen Elektronik yang 19 (Farisha,2020). Dalam hal ini, jika
memiliki muatan penghinaan dan/atau platform menolak maka akan dikenakan
pencemaran nama baik sebagaimana sanksi administrasi berupa teguran
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) tertulis, denda administratif, pemutusan
dipidana dengan pidana penjara paling akses dan penghentian atau
205
JURNAL TRANSFORMASI ADMINISTRASI ● VOLUME 10 ● NOMOR 02 ● TAHUN 2020
● EFEKTIVITAS PENERAPAN UNDANG-UNDANG ITE TERHADAP PELAKU PENYEBARAN HOAKS
TERKAIT COVID-19 DI MEDIA SOSIAL●

pemblokiran sementara terhadap Transaksi Elektronik (Lembaran


platform (penyelenggara sistem Negara Tahun 2008 Nomor 58
elektronik), sebagaimana tercantum Tambahan Lembaran Negara
dalam Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 4843)
Nomor 71 Tahun 2019 Tentang b. Undang-Undang Nomor 19 tahun
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi 2016 Tentang Perubahan atas
Elektronik pada pasal 95 dan 96 yang Undang-Undang Nomor 11 tahun
menyebutkan bahwa Pemerintah dapat 2008 Tentang Informasi dan
melakukan tindakan pencegahan, Transaksi Elektronik (Lembaran
penyebarluasan dan penggunaan Negara Tahun 2016 Nomor 251,
informasi elektronik maupun dokumen Tambahan Lembaran Negara
elektronik yang bermuatan informasi Nomor 5952)
yang dilarang atau melanggar ketentuan 2. Bahan hukum sekunder terdiri dari
peraturan perundang-undangan dan buku-buku, surat kabar, majalah,
menimbulkan keresahan masyarakat hasil-hasil penelitian, hasil karya
serta menganggu ketertiban umum. ilmiah, jurnal-jurnal, artikel dan
internet.
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan C. HASIL PENELITIAN
dalam penelitian ini adalah penelitian Meningkatnya penggunaan
hukum normatif (Yuridis Normatif). media sosial yang tidak diiringi dengan
Yaitu sebuah penelitian yang pengetahuan dan literasi media digital
memfokuskan pengkajian terhadap menyebabkan mewabahnya fenomena
kaidah-kaidah atau norma-norma dalam penyebaran berita palsu atau hoaks.
hukum positif. Penelitian ini juga Penyebaran hoaks yang semakin
disebut sebagai penelitian kepustakaan meningkat dan nyaris tidak terbendung
(library research), yaitu sebuah merode ini mengharuskan pemerintah
penelitian yang memanfaatkan sumber berinisiatif melakukan berbagai upaya,
perpustakaan dalam memperoleh data salah satunya melalui penerapan
penelitian (Zed, 2014). undang-undang terkait Informasi dan
Dalam mengumpulkan data, peneliti Transaksi Elektronik (ITE). Dalam
menggunakan kajian terdahulu yang undang-undang ini disebutkan bahwa
terkait, buku-buku referensi, observasi bagi penyebar hoaks atau informasi
dan dokumentasi pemberitaan yang palsu, dapat diancam Pasal 28 ayat 1
mengandung unsur hoaks. Adpun jenis Undang-Undang Informasi dan
data yang digunakan adalah data Transaksi Elektronik atau Undang-
sekunder yang mencakup : Undang ITE yang menyatakan bahwa
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan setiap orang dengan sengaja, dan tanpa
hukum primer yang mengikat dan hak menyebarkan berita bohong dan
terdiri dari : menyesatkan yang mengakibatkan
a. Undang-Undang Nomor 11 tahun kerugian konsumen dalam Transaksi
2008 Tentang Informasi dan Elektronik dapat diancam pidana
206
JURNAL TRANSFORMASI ADMINISTRASI ● VOLUME 10 ● NOMOR 02 ● TAHUN 2020
● ZULFAN, LESTARI AKA, DEWI MAYASARI●

berdasarkan pasal 45A ayat 1 Undang- penanganan terkait penyebaran virus


Undang nomor 19 tahun corona di Indonesia, pelaku hoaks justru
2016, yaitu dipidana dengan pidana semakin memperkeruh suasana di
penjara paling lama 6 (enam) masyarakat. Demikian halnya yang
tahun dan/atau denda paling banyak terjadi di Kabupaten Parigi Moutong
Rp 1 miliar. Dalam rangka menekan Sulawesi Tengah. Seorang oknum
lajur angka terjadinya peningkatan pelaku hoaks menyebarkan informasi
hoaks yang berkaitan dengan COVID- bahwa ada Pasien dalam Pengawasan
19. Pemerintah juga menggenjarkan (PDP) COVID-19 yang melarikan diri
sosialisasi terkait hukuman bagi mereka dari ruang isolasi rumah sakit. Informasi
yang menyebarkan berita palsu melalui ini tentu menimbulkan keresahan di
Undang-Undang tersebut. masyarakat sekitar. Peristiwa tersebut
Namun penerapan Undang- langsung mendapat penanganan dari
Undang Informasi dan Transaksi pihak berwenang dan pelaku
Elektronik belum sepenuhnya efektif penyebaran berita bohong ini diancam
dalam penegakan hukum terhadap dengan pasal 28 ayat (1) dan atau pasal
pelaku penyebar informasi palsu atau 45 ayat (1), UU ITE.
hoaks terkait COVID-19, di mana di Berdasarkan survei yang
dalam undang-undang tersebut hanya dilakukan oleh Lembaga Penelitian,
disebutkan “setiap orang dengan Publikasi, dan Penerbitan The London
sengaja dan tanpa hak menyebarkan School of Public Relations Jakarta,
berita bohong dan menyesatkan yang diketahui bahwa data mengenai
mengakibatkan kerugian konsumen pembahasan terkait COVID-19 di
dalam Transaksi Elektronik, maka akan Indonesia pada website dan media
dipidana dengan hukuman penjara sosial ada sekitar 821 perbincangan.
paling lama enam tahun penjara dan Jumlah tersebut adalah perbincangan
denda paling banyak sebesar 1 Milyar netter tentang corona selama rentang
Rupiah. Dalam undang-undang tersebut waktu 2 Maret sampai dengan 14 Maret
tidak disebutkan secara terperinci 2020. Topik tersebut menjadi hangat
mengenai hukuman minimal, sehingga dibahas setelah diumumkannya
tidak memberikan kepastian hukum informasi tentang adanya penderita
yang jelas bagi pelaku tindak pidana corona di Indonesia oleh Presiden Joko
hoaks terkait COVID-19. Hal tersebut Widodo pada 2 maret 2020. Pada saat
menjadi salah satu penyebab maraknya itu, total Impression tercatat sebesar
penyebaran hoaks di tengah 37,600,765. Hal tersebut menunjukkan
masyarakat. bahwa perbincangan mengenai isu dan
Fenomena penyebaran hoaks informasi COVID-19 di beberapa
terkait COVID-19 sudah sangat platform digital yang ada di Indonesia
memperihatinkan, karena dampaknya bersifat sangat cepat dan menyebar luas,
yang sangat besar terhadap perilaku dari titik awal perbincangannya
publik. Ketika pemerintah sedang (Nurhajati, 2020).
berupaya melakukan pencegahan dan
207
JURNAL TRANSFORMASI ADMINISTRASI ● VOLUME 10 ● NOMOR 02 ● TAHUN 2020
● EFEKTIVITAS PENERAPAN UNDANG-UNDANG ITE TERHADAP PELAKU PENYEBARAN HOAKS
TERKAIT COVID-19 DI MEDIA SOSIAL●

Berdasarkan penelitian yang lainnya dalam penanganan kasus berita


dilakukan oleh Pakpahan (2017) dengan bohong (Veno, 2019). Di dalam
judul “Analisis Fenomena Hoax di penelitian ini disebutkan bahwa
Berbagai Media Sosial dan Cara penanganan tindak pidana hoaks harus
Menanggulangi Hoax. dipaparkan dibarengi dengan undang-undang lain
bahwa maraknya fenomena hoaks yang yaitu Undang-Undang Republik
terjadi di Indoenesia telah menimbulkan Indonesia Nomor 1 Tahun 1946 Tentang
keresahan di masyarakat. Menurut Peraturan Hukum Pidana dalam
Pakpahan hal tersebut dapat diatasi penanganan informasi palsu atau hoaks.
dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Sampai saat ini belum ada undang
Masyarakat Indonesia dituntut untuk undang yang mengatur tentang
lebih cerdas dalam menggunakan pertanggungjawaban pidana akan
teknologi informasi. Salah satunya perbuatan penyebaran berita bohong
adalah dengan cara lebih bijak (hoaks) saja.
menyikapi informasi yang beredar. Di Hasil penelitian tersebut
sisi lain, dalam penelitian ini disebutkan dipertegas dengan adanya data yang
bahwa Pemerintah Indonesia menyebutkan bahwa dalam rentang
seharusnya lebih cepat lagi dalam waktu selama 30 Januari hingga Juni
merespon setiap hoaks atau berita palsu 2020, Polisi telah menetapkan 104
yang beredar di masyarakat sehingga tersangka dari 104 kasus penyebar
dapat meminimalisir dampak negatif hoaks terkait Corona. Pihak kepolisian
yang ditimbulkan dari tersebarnya melalui sub bidang pengaman dan
hoaks tersebut. Pemerintah diharapkan penegakan hukum gugus tugas
harus lebih giat lagi mensosialisasikan percepatan penanganan COVID-19
Undang-Undang tentang Informasi dan menyatakan bahwa hanya 17 tersangka
Transaksi Elektronik agar masyarakat yang sudah ditahan sedangkan 87 orang
lebih teredukasi dan bijaksana dalam lainnya masih dalam proses. Para
menggunakan media sosial. tersangka penyebaran berita palsu
Berdasarkan penelitian yang terkait COVID-19 ini kemudian dijerat
berjudul “Efektivitas Undang-Undang dengan sejumlah pasal, salah satunya
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun adalah melalui Undang-Undang
2016 Tentang Informasi dan Transaksi Informasi dan Transaksi Elektonik (ITE).
Elekronik Terhadap Penanganan Tindah Sementara itu, berdasarkan data yang
Pidana Penyebaran Berita Bohong dirilis oleh Kementerian Komunikasi
(Hoax) diketahui bahwa Undang- dan Informasi Republik Indonesia
Undang ITE yang menjadi payung melalui laman www.kominfo.go.id,
hukum penyebaran hoaks melalui diketahui bahwa per tanggal 4 Oktober
platform digital di Indonesia belum 2020 total isu hoaks terkait virus corona
efektif dan tidak sepenuhnya di Indonesia mencapai 1173 isu.
mengakomodir kasus-kasus terkait Dibentuknnya Undang Undang
informasi palsu atau hoaks. Sejauh ini ITE di Indonesia tidak sepenuhnya
masih diperlukan undang-undang dapat menjinakkan tindak pelanggaran
208
JURNAL TRANSFORMASI ADMINISTRASI ● VOLUME 10 ● NOMOR 02 ● TAHUN 2020
● ZULFAN, LESTARI AKA, DEWI MAYASARI●

hukum di dunia siber. Hal ini Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016


disebabkan karena cyberspace Tentang Informasi dan Transaksi
merupakan dunia maya yang sulit Elektonik dan Peraturan Pemerintah
ditemukan secara nyata tetapi dapat Indonesia Nomor 71 Tahun 2019
dikunjungi oleh berjuta user di seluruh Tentang Penyelenggaraan Sistem dan
dunia. Hal inilah yang menjadi salah Transaksi Elektronik. Di mana di dalam
satu penyebab terkendalanya penerapan pasal 100 dan 101 disebutkan bahwa
Undang-Undang ITE. Berdasarkan sanksi administratif diberikan oleh
beberapa penjelasan dan data yang telah Menteri sesuai dengan ketentuan
dipaparkan diatas dapat disimpulkan peraturan perundang-undangan. Dalam
bahwa Undang-Undang Informasi dan Peraturan Pemerintah ini juga
Transaksi Elektronik (ITE) yaitu disebutkan bahwa pengenaan sanksi
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 administratif tidak menghapuskan
Tentang Informasi dan Transaksi tanggungjawab terhadap pidana dan
Elektronik dan telah mengalami perdata. Adapun sanksi administrasi
perubahan ke Undang-Undang Nomor yang dapat diterapkan kepada
19 tahun 2016 Tentang Perubahan atas pelanggar aturan tersebut adalah berupa
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008, teguran tertulis, denda administratif,
belum optimal dan efektif dalam pemutusan akses dan penghentian atau
menjerat serta menjadi efek jera bagi pemblokiran sementara terhadap
pelaku penyebaran hoaks. Hal tersebut platform (penyelenggara sistem
dapat dilihat dari semakin marak dan elektronik).
meningkatnya kasus-kasus penyebaran
isu corona di tengah masyarakat D. KESIMPULAN DAN SARAN
Indonesia yang tentu saja menimbulkan Undang-Undang Republik
berbagai dampak negatif terhadap Indonesia Nomor 19 Tahun 2016
penanganan virus itu sendiri. Tentang Informasi dan Transaksi
Sementara itu Pemerintah melalui Elekronik belum efektif dalam menjerat
Kementerian Komunikasi dan pelaku penyebaran berita bohong atau
Informatika, akan membentuk Peraturan hoaks terkait COVID-19 melalui
Menteri (Permen) sebagai aturan platform digital di Indonesi. Undang-
turunan dalam Undang-Undang ITE Undang ini juga tidak sepenuhnya
untuk mengatur secara terperinci mengakomodir kasus-kasus terkait
mengenai tahapan maupun langkah- informasi palsu atau hoaks. Sejauh ini
langkah pemblokiran media sosial yang masih diperlukan undang-undang
terdeteksi sebagai sarang penyebaran lainnya dalam penanganan kasus berita
hoaks. Di dalam Permen tersebut juga bohong.
akan dibahas mengenai sanksi-sanksi Pembentukkan Undang Undang
administratif dan kejelasan hukum ITE yang menjadi payung hukum
dalam hal pemblokiran media sosial penyebaran hoaks melalui platform
pelaku. Permen ini disiapkan sebagai digital di Indonesia tidak sepenuhnya
revisi dan mendukung penerapan dapat menjinakkan tindak pelanggaran

209
JURNAL TRANSFORMASI ADMINISTRASI ● VOLUME 10 ● NOMOR 02 ● TAHUN 2020
● EFEKTIVITAS PENERAPAN UNDANG-UNDANG ITE TERHADAP PELAKU PENYEBARAN HOAKS
TERKAIT COVID-19 DI MEDIA SOSIAL●

hukum di dunia siber. Hal tersebut payung hukum yang lebih spesifik
dapat dilihat dari semakin marak dan dalam menjerat pelaku penyebaran isu-
meningkatnya kasus-kasus penyebaran isu atau berita palsu yang memberikan
isu corona di tengah masyarakat dampak negatif terhadap kehidupan
Indonesia yang tentu saja menimbulkan bernegara.
berbagai dampak negatif terhadap
penanganan virus itu sendiri. DAFTAR PUSTAKA
berdasarkan data yang dirilis oleh Asosiasi Pengguna Jasa Internet
Kementerian Komunikasi dan Informasi Indonesia. 2018. Laporan Survei
Republik Indonesia melalui laman Penetrasi dan Profil Prilaku
www.kominfo.go.id, diketahui bahwa Pengguna Internet Indonesia. Di
per tanggal 4 Oktober 2020 total isu https://apjii.or.id (akses 20 Oktober
hoaks terkait virus corona di Indonesia 2020).
mencapai 1173 isu.
Di dalam undang-undang ITE Bramy, Biantoro. 2016. Empat Bahaya
Nomor 19 Tahun 2016 pada pasal 28 Mengintai dari Kabar Hoax di Dunia
ayat 1 dan pasal 45 A ayat 1 hanya Maya. Merdeka.com. Diakses dari
disebutkan “setiap orang dengan https://www.merdeka.com
sengaja dan tanpa hak menyebarkan Chen, Y. Y., Yong, S.-P., & Ishak, A.
berita bohong dan menyesatkan yang 2014. Email Hoax Detection System
mengakibatkan kerugian konsumen Using Levenshtein Distance Method.
dalam Transaksi Elektronik, maka akan Journal of computers, 9 (2).
dipidana dengan hukuman penjara Farisha, Fitria Chusna. 2020.
paling lama enam tahun penjara dan Menkominfo Ingatkan Sanksi
denda paling banyak sebesar 1 Milyar Hukum Bagi Penyebar Hoaks Virus
Rupiah. Dalam undang-undang tersebut Corona. Kompas.com. Diakses dari
tidak disebutkan secara terperinci https://nasional.kompas.com/
mengenai hukuman minimal, sehingga Idris, Idnan A. (2018). Klarifikasi Al-
tidak memberikan kepastian hukum Quran Atas Berita Hoax.
yang jelas bagi pelaku tindak pidana Jakarta:Kompas Gramedia.
hoaks terkait COVID-19 ini. Hal tersebut Jafar, Wahyu Abdul. 2018. Sanksi
tentu menjadi salah satu penyebab Penyebar Hoaks Perspektif Hukum
maraknya penyebaran hoaks di tengah Pidana Islam. Jurnal Ilmiah Mizani
masyarakat. Wacana Hukum, Ekonomi dan
Disarankan bahwa perlu adanya Keagamaan. 5 (2).
kesadaran hukum di tengah masyarakat Juditha, Christiany. 2018. Interaksi
Indonesia. Hal tersebut dapat dilakukan Komunikasi Hoaks di Media Sosial
melalui penyelenggaraan sosialisasi Serta Antisipasinya. Jurnal
terkait dampak yang ditimbulkan oleh Pekommas, 3 (1).
penyebaran informasi palsu itu sendiri. Kominfo. 2020. Laporan Isu Hoaks.
Selain itu pemerintah juga diharapkan Diakses dari
dapat membentuk suatu regulasi atau https://www.kominfo.go.id

210
JURNAL TRANSFORMASI ADMINISTRASI ● VOLUME 10 ● NOMOR 02 ● TAHUN 2020
● ZULFAN, LESTARI AKA, DEWI MAYASARI●

Maroni. (2015). Pengantar Hukum


Pidana Administrasi.
Lampung:Anugrah Utama Raharja.
Masrudi. 2019. Hoax, Media Baru dan
Literasi Kita. Jurnal Dakwah dan
Komunikasi, 10 (2).
Natisha, Andarningtyas. (19 Oktober
2020). Kominfo Jaring Ribuan Hoaks
Soal COVID-19. Antaranews.com.
Diakses dari
https://www.antaranews.com
Nurhajati, Lestari. 2020. Perbincangan
Isu Corona COVID-19 Pada Media
Daring dan Media Sosial di
Indonesia. Diakses
http://lspr.edu/lppm
Pakpahan, Roida. 2017. Analisis
FenomenaHoax di Berbagai Media
Sosial dan Cara Menanggulangi
Hoax. Jurnal KNiST.
Priatna, Yolan 2018. Hoax Sebuah
Tantangan Masyarakat Informasi.
Record and Library Journal, 4 (2), 95.
Simarmata, Janner. (2019). Hoaks dan
Media Sosial : Saring Sebelum
Sharing. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Siswoko, K. H. 2017. Kebijakan
Pemerintah Menangkal Hoax. Jurnal
Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan
Seni, 1 (1).
Zed, Mestika. (2014). Metode Penelitian
Kepustakaan. Jakarta:Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Zunita, Putri. (18 Oktober 2020).
Kominfo Temukan 1.197 Hoax
Terkait Isu Corona di Medsos.
Detiknew.com. Diakses dari
https://news.detik.com

211
JURNAL TRANSFORMASI ADMINISTRASI ● VOLUME 10 ● NOMOR 02 ● TAHUN 2020

You might also like