You are on page 1of 17

PENEGAKAN HUKUM PENGATURAN MINUMAN BERALKOHOL

Harris Y. P. Sibuea
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI,
Komplek MPR/DPR/DPD Gedung Nusantara I Lantai 2,
Jl. Jenderal Gatot Subroto Jakarta,
E-mail: harris_sibuea@yahoo.com, harris.sibuea@dpr.go.id

Naskah diterima: 12 Maret 2016


Naskah direvisi: 25 Mei 2016
Naskah diterbitkan: 17 Juni 2016

Abstract
The series of events of deaths from alcohol abuse is still common. Indonesia as a state of law, in its
constitution has guaranteed that every person has the right physically and mentally prosperous life, a home
and get a good environment and healthy and receive medical care. Two opposites illustrates the maximum
effectiveness of the law have not been implemented in the legislation relating to the control of alcoholic
beverages. This study intends to discuss the question of how regulation of alcoholic beverages in Indonesia
and how law enforcement regulation of alcoholic beverages in Indonesia. This issue becomes important to
be studied considering the hitherto regulations concerning alcoholic beverages sector are still scattered in
various laws and regulations. The Bill on Prohibition of Alcoholic Beverages is expected to accommodate
all of the legal issues ranging from the control of alcoholic beverages to the limits consumption of alcoholic
beverages. Law enforcement regulation of alcoholic beverages is not optimal realized in Indonesia. This is
due to several factors the effectiveness of the law have not been met to the fullest.
Keywords: alcoholic beverages, law enforcement, the effectiveness of the law, a Bill on Prohibition of
Alcoholic Beverages

Abstrak
Rentetan peristiwa kematian akibat penyalahgunaan minuman beralkohol sampai saat ini masih
sering terjadi. Indonesia sebagai negara hukum dalam konstitusinya telah menjamin bahwa
setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Dua hal yang bertolak
belakang tersebut menggambarkan efektifitas hukum belum maksimal diterapkan dalam peraturan
perundang-undangan berkaitan dengan pengendalian minuman beralkohol. Kajian ini bermaksud
untuk membahas mengenai permasalahan bagaimana pengaturan minuman beralkohol di Indonesia
serta bagaimana penegakan hukum pengaturan minuman beralkohol di Indonesia. Masalah ini
menjadi penting untuk dikaji mengingat sampai sekarang pengaturan mengenai minuman beralkohol
masih tersebar secara sektoral di berbagai peraturan perundang-undangan. RUU tentang Larangan
Minuman Beralkohol diharapkan dapat mengakomodir semua permasalahan hukum mulai dari
pengendalian minuman beralkohol sampai pada batasan konsumsi minuman beralkohol. Penegakan
hukum pengaturan minuman beralkohol belum optimal terealisasi di Indonesia. Hal ini disebabkan
beberapa faktor efektivitas hukum belum terpenuhi secara maksimal.
Kata kunci: minuman beralkohol, penegakan hukum, efektifitas hukum, RUU tentang Larangan
Minuman Beralkohol

I. PENDAHULUAN kegiatan masyarakat yang merupakan


A. Latar Belakang aktifitas kehidupan masyarakat tersebut harus
Indonesia merupakan negara yang berdasarkan pada peraturan yang ada dan
berdasarkan atas hukum, sehingga setiap

HARRIS Y. P. SIBUEA: Penegakan Hukum Pengaturan Minuman Beralkohol... 127


norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. didik pemasyarakatan (narapidana anak) yang
Hukum tidak lepas dari kehidupan manusia, ditahan di lembaga permasyarakatan (lapas)
karena hukum merupakan aturan untuk anak Tangerang, lapas anak Palembang, lapas
mengatur tingkah laku manusia. Norma hukum anak Bandung, lapas anak Kutoarjo, dan lapas
yang berlaku di masyarakat saat ini seringkali anak Tomohon. Penelitian ini ditemukan bahwa
tidak dipatuhi, sehingga banyak sekali dari 43 responden sebesar 34,9% (15 orang
pelanggaran hukum yang dilakukan. anak) mengkonsumsi alkohol saat melakukan
Eksistensi hukum di tengah masyarakat pembunuhan. Penelitian ini menyimpulkan
memang tidak berdiri sendiri. Hukum memiliki akses mendapatkan minuman berlakohol
keterkaitan yang erat dengan kehidupan yang terlalu mudah merupakan alasan utama
masyarakat. Hukum sering disebut sebagai mengapa remaja berada dalam pengaruh
gejala sosial, dimana ada masyarakat, disitu minuman berlakohol pada saat melakukan
ada hukum. Keberadaan hukum merupakan tindak kriminal dalam hal ini pembunuhan. Hal
suatu kebutuhan masyarakat, baik kebutuhan ini didukung dengan data dari Dinas Penelitian
masyarakat secara individu maupun dalam dan Pengembangan Kepolisian Republik
berinteraksi dengan orang lain dalam Indonesia (Dislitbang Polri) tahun 2012.
pergaulannya. Hukum bahkan dibutuhkan Dislitbang Polri menemukan pelajar Sekolah
dalam pergaulan yang sederhana sampai Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
pergaulan yang luas antar-bangsa, karena Atas (SMA) dan mahasiswa menduduki jumlah
hukumlah yang menjadi landasan aturan tertinggi penggunaan narkoba dan minuman
permainan dalam tata kehidupan.1 beralkohol yaitu sebanyak 70% pengguna.
Berbagai media massa Indonesia, baik Pengguna minuman beralkohol remaja mulai
televisi maupun media elektronik sampai dari usia 14–16 tahun sebanyak 47,7%, 17–20
media cetak, memberikan informasi berita tahun sebanyak 51,1% dan 21–24 tahun 31%.2
kepada khalayak masyarakat tentang rentetan Informasi dari media massa dan data
peristiwa kematian akibat konsumsi minuman tersebut bertolak belakang dari tujuan Pasal
beralkohol. Dampak terhadap masyarakat yang 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
tidak mengkonsumsi minuman beralkohol juga Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun
terasa, yaitu menjadi korban dari si peminum 1945) yang menyatakan bahwa setiap orang
minuman beralkohol mulai dari meningkatnya berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat
kasus kriminal sampai kemiskinan yang tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
semakin bertambah. Semakin lama hal tersebut yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh
menyebabkan terjadinya perubahan nilai pelayanan kesehatan. Pasal konstitusi tersebut
terhadap minuman beralkohol di masyarakat. menggambarkan bahwa hak setiap warga negara
Perubahan nilai baik secara hukum maupun indonesia tidak boleh dilanggar oleh siapapun
agama dianggap merupakan hal yang tidak baik dan harus dihormati, agar setiap warga negara
menjadi sesuatu yang dianggap lumrah dan indonesia dapat menikmati kehidupan yang
wajar untuk dilakukan. sejahtera lahir dan batin. Negara berkewajiban
Penelitian Pusat Kajian Kriminologi mengatur masyarakat melalui peraturan
Universitas Indonesia tahun 2013 mengenai perundang-undangan, khususnya peredaran
kasus pembunuhan oleh anak memberikan data dan penggunaan minuman beralkohol.
atau informasi yang dapat menjelaskan lebih jauh Berbagai peraturan perundang-undangan
akibat konsumsi minuman beralkohol terhadap terkait peredaran minuman beralkohol dibuat
kejahatan kekerasan. Penelitian ini dilakukan untuk mengakomodir tujuan dari Pasal 28H
terhadap 43 responden yang merupakan anak 2
FX. Joko Priyono, “Urgensi Pengaturan Peredaran
Minuman Beralkohol Melalui Peraturan Daerah di Kota
1
Hasim Purba, Suatu Pedoman Memahami Ilmu Hukum, Salatiga,” Jurnal Masalah-Masalah Hukum No. 2, Jilid 43,
Medan: Cahaya Ilmu, 2006, hal. 2. April 2014, hal. 260.

128 NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 1, Juni 2016


ayat (1) UUD Tahun 1945 tersebut. Namun Terkait minuman beralkohol di Indonesia,
kenyataannya peraturan perundang-undangan diperlukan perbuatan hukum dari pemerintah
yang ada saling membatalkan, dengan tidak untuk membentuk suatu regulasi apakah
memikirkan masyarakat yang berhak hidup itu pengendalian, pengawasan sampai pada
sejahtera lahir dan batin di lingkungan yang pelarangan. Sampai sekarang ini dasar
baik dan sehat. peredaran minuman beralkohol di Indonesia
Peraturan Presiden No. 74 Tahun 2013 berdasarkan Peraturan Presiden No. 74 Tahun
tentang Pengendalian dan Pengawasan 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan
Minuman Beralkohol yang menjadi dasar hukum Minuman Beralkohol, kemudian dilanjutkan
tertinggi dalam hal pengawasan peredaran dengan peraturan pelaksana yakni Permendag
minuman beralkohol di Indonesia, dibuat No. 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
karena Mahkamah Agung dengan Putusan atas Permendag No. 20 Tahun 2014 tentang
No. 42 P/HUM/2012 tertanggal 18 Juni 2013 Pengendalian dan Pengawasan terhadap
menyatakan Keputusan Presiden No. 3 Tahun Pengadaan, Peredaran, dan Perizinan Minuman
1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Beralkohol.
Minuman Beralkohol tidak sah dan tidak Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun
mempunyai kekuatan hukum. Perpres No. 74 daerah, sudah sepatutnya bertanggung
Tahun 2013 tersebut bertentangan dengan UU jawab dalam menangani masalah minuman
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, UU No. beralkohol. Tanggung jawab pemerintah
8 Tahun 1999 tentang Pelindungan Konsumen, seharusnya tidak hanya sekedar mengeluarkan
dan UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan. peraturan dan kebijakan atau melakukan
Perpres No. 74 Tahun 2013 berbenturan pengawasan dan pengendalian atas peredaran
dengan sejumlah peraturan daerah yang minuman beralkohol, namun juga yang tidak
melarang total peredaran minuman beralkohol. kalah penting adalah melakukan pengawasan
Seharusnya, Perpres memberikan ruang pada sekaligus penegakan hukum (law enforcement)
peraturan daerah untuk membatasi secara secara tegas atas peraturan dan kebijakan yang
total peredaran minuman beralkohol di telah dikeluarkan dan melakukan sosialisasi
wilayahnya. Inti subtansi hukum dari Perpres kepada masyarakat mengenai dampak
No. 74 Tahun 2013 adalah menetapkan bahwa mengkonsumsi minuman beralkohol.
minuman beralkohol boleh beredar kembali
dengan pengawasan. Dalam Perpres tersebut, B. Permasalahan
minuman beralkohol dikelompokkan dalam 3 Berdasarkan paparan tersebut, maka
(tiga) golongan. Pertama, golongan A adalah permasalahan dalam tulisan ini adalah
minuman yang mengandung etil alkohol bagaimana pengaturan minuman beralkohol
atau etanol (C2H5OH) dengan kadar sampai dan penegakan hukum pengaturan minuman
dengan 5 persen. Kedua, golongan B adalah beralkohol di Indonesia. Kedua pokok
minuman yang mengandung etil alkohol atau permasalahan tersebut menjadi penting
etanol dengan kadar lebih dari lima sampai 20 untuk dikaji mengingat pengaturan minuman
persen. Ketiga, golongan C, yaitu minuman yang beralkohol yang telah ada belum mampu
mengandung etil alkohol atau etanol dengan untuk mengatasi dampak dari penyalahgunaan
kadar lebih dari 20-55 persen. Pasal 7 Perpres minuman beralkohol.
No. 74 Tahun 2013 menegaskan, minuman
beralkohol golongan A, B, dan C hanya boleh C. Tujuan dan Kegunaan
dijual di sejumlah tempat di antaranya hotel, Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui
bar, dan restoran yang memenuhi persyaratan. pengaturan minuman beralkohol di Indonesia
Selain itu, minuman beralkohol juga bisa dan penegakan hukum pengaturan minuman
diperjualbelikan di toko bebas bea. beralkohol di Indonesia. Tulisan ini diharapkan

HARRIS Y. P. SIBUEA: Penegakan Hukum Pengaturan Minuman Beralkohol... 129


akan memberikan kegunaan atau manfaat, baik ukuran pengadilan, serta yurisdiksinya (yaitu
secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, jenis kasus yang mereka periksa dan bagaimana
tulisan ini dapat digunakan untuk memperkuat serta mengapa); (b) cara naik banding dari
pengetahuan hukum dalam penegakan hukum suatu pengadilan ke pengadilan lainnya; dan (c)
pengaturan minuman beralkohol di Indonesia. bagaimana badan legislatif ditata, berapa banyak
Secara praktis, tulisan ini dapat digunakan orang yang duduk di Komisi Dagang Federal, apa
untuk kepentingan pembahasan Rancangan yang boleh dan tidak boleh dilakukan prosedur
Undang-Undang tentang Larangan Minuman yang harus diikuti.5 Pengertian substansi sistem
Beralkohol yang tercantum dalam Progam hukum meliputi: (a) aturan, norma, dan perilaku
Legislasi Nasional Tahun 2014-2019. nyata manusia yang berada dalam sistem hukum;
(b) produk yang dihasilkan oleh orang yang
II. KERANGKA PEMIKIRAN berada di dalam sistem hukum itu keputusan
1. Teori Efektifitas Hukum yang mereka keluarkan, aturan baru yang mereka
Bronislaw Malinowski memaparkan teori susun. Budaya hukum sebagai sikap dan nilai
efektifitas pengendalian sosial atas hukum yang yang ada hubungan dengan hukum dan sistem
tercermin dalam 3 (tiga), masalah yakni (1) dalam hukum serta sikap dan nilai yang memberikan
masyarakat modern, tata tertib kemasyarakatan pengaruh baik positif maupun negatif kepada
dijaga antara lain oleh suatu sistem pengendalian tingkah laku yang berkaitan dengan hukum.
sosial yang bersifat memaksa, yaitu hukum; Ada 2 (dua) macam budaya hukum, yakni (a)
untuk melaksanakannya, hukum didukung oleh kultur hukum eksternal, kultur hukum yang ada
suatu sistem alat-alat kekuasaan (kepolisian, pada populasi umum; (b) kultur hukum internal,
pengadilan dan sebagainya) yang diorganisasi kultur hukum para anggota masyarakat yang
oleh suatu negara; (2) dalam masyarakat primitif menjalankan tugas hukum yang terspesialisasi.
alat-alat kekuasaan serupa itu kadang-kadang Sehubungan dengan budaya hukum, Esmi
tidak ada; (3) dengan demikian apakah dalam Warassih Pujirahayu, mengemukakan bahwa
masyarakat primitif tidak ada hukum.3 Bronislaw budaya hukum seorang hakim (internal legal
Malinowski menganalisis efektifitas hukum dalam culture) akan berbeda dengan budaya hukum
masyarakat dibedakan menjadi 2 (dua) macam masyarakat (external legal culture). Bahkan
yaitu masyarakat modern dan masyarakat primitif. perbedaan pendidikan, jenis kelamin, suku,
Masyarakat modern merupakan masyarakat yang kebangsaan, pendapatan, dan lain-lain dapat
perekonomiannya berdasarkan pasar secara luas, merupakan faktor yang memengaruhi budaya
spesialisasi di bidang industri, dan pemakaian hukum seseorang.6 Budaya hukum merupakan
teknologi canggih. Dalam masyarakat modern, kunci untuk memahami perbedaan-perbedaan
hukum yang dibuat dan ditetapkan oleh pejabat yang terdapat di dalam sistem hukum yang lain.7
yang berwenang itu ditegakkan oleh kepolisian, Soerjono Soekamto mengemukakan bahwa
pengadilan, dan sebagainya. Masyarakat primitif efektifitas hukum mempunyai 5 (lima) faktor yang
merupakan masyarakat yang mempunyai sistem saling berkaitan dengan erat karena merupakan
ekonomi yang sederhana. Dalam masyarakat esensi dari proses penegakan hukum serta juga
primitif tidak mengenal alat-alat kekuasaan.4 merupakan tolak ukur daripada efektifitas
Lawrence M. Friedman mengemukakan penegakan hukum. Kelima faktor efektifitas
3 (tiga) unsur yang harus diperhatikan dalam hukum menurut Soerjono Soekanto antara
penegakan hukum, yaitu meliputi struktur, lain: pertama, faktor hukum sendiri, masalah
substansi, dan budaya hukum. Struktur sistem yang terjadi atau gangguan terhadap penegakan
hukum terdiri dari: (a) unsur-unsur jumlah dan hukum yang berasal dari hukum/undang-undang
3
H. Halim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan 5
Ibid., hal. 305-305.
Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi, Jakarta: 6
Ibid., hal. 305-305.
Rajawali Pers, 2013, hal. 304-305. 7
Ibid., hal. 305-305.
4
Ibid., hal. 304-305.

130 NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 1, Juni 2016


disebabkan karena (a) tidak diikutinya asas-asas ada: diadakan yang baru betul; (b) yang rusak
berlakunya undang-undang; (b) belum adanya atau salah: diperbaiki atau dibetulkan; (c) yang
peraturan pelaksana yang sangat dibutuhkan kurang: ditambah; (d) yang macet: dilancarkan;
untuk menerapkan undang-undang; (c) (e) yang mundur atau merosot: dimajukan atau
ketidakjelasan arti kata-kata di dalam undang- ditingkatkan.12
undang yang mengakibatkan kesimpangsiuran di Keempat, faktor masyarakat, penegakan
dalam penafsiran serta penerapannya.8 hukum berasal dari masyarakat bertujuan untuk
Kedua, faktor penegak hukum, ruang lingkup mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh
dari istilah penegak hukum luas sekali. Di dalam karena itu, masyarakat dapat mempengaruhi
tulisan ini yang dimaksudkan dengan penegak penegakan hukum.13 Apabila masyarakat sudah
hukum akan dibatasi pada penegak hukum yang mengetahui hak dan kewajiban mereka, mereka
secara langsung berkecimpung di dalam bidang juga akan mengetahui aktifitas penggunaan
penegakan hukum yang tidak hanya mencakup law upaya hukum untuk melindungi, memenuhi dan
enforcement, tetapi juga peace maintenance. Penegak mengembangkan kebutuhuan mereka dengan
hukum tersebut mencakup mereka yang bertugas aturan yang ada. Hal itu semua biasanya dinamakan
di bidang kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kompetensi hukum yang tidak mungkin ada apabila
pengacara dan permasyarakatan.9 Penegak hukum warga masyarakat: (a) tidak mengetahui atau tidak
merupakan golongan panutan dalam masyarakat menyadari apabila hak mereka dilanggar atau
yang hendaknya mempunyai kemampuan terganggu; (b) tidak mengetahui akan adanya upaya
tertentu sesuai dengan aspirasi masyarakat. hukum untuk melindungi kepentingannya; (c)
Penegak hukum harus dapat berkomunikasi dan tidak berdaya untuk memanfaatkan upaya hukum
mendapatkan pengertian dari masyarakat dan karena faktor keuangan, psikis, sosial atau politik;
juga mampu membawakan peranan yang dapat (d) tidak mempunyai pengalaman menjadi anggota
diterima oleh mereka. Penegak hukum harus organisasi yang memperjuangkan kepentingannya;
dapat memanfaatkan unsur pola tradisional (e) mempunyai pengalaman kurang baik di dalam
tertentu sehingga menggairahkan partisipasi proses interaksi dengan berbagai unsur kalangan
masyarakat. Penegak hukum juga harus dapat hukum formal.14
memilih waktu dan lingkungan yang tepat di dalam Kelima, faktor kebudayaan, kebudayaan
memperkenalkan norma-norma hukum yang baru, hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang
serta memberikan keteladanan yang baik.10 mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang
Ketiga, faktor sarana dan fasilitas yang merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang
mendukung penegakan hukum, tanpa adanya dianggap baik (sehingga dianut) dan apa yang
sarana atau fasilitas tertentu maka tidak mungkin dianggap buruk (sehingga dihindari). Nilai-nilai
penegakan hukum akan berlangsung dengan tersebut lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai
lancar. Sarana atau fasilitas tersebut antara yang mencerminkan 2 (dua) keadaan ekstrim
lain tenaga manusia yang berpendidikan dan yang harus diserasikan.15
terampil, organisasi yang baik, peralatan yang Pandangan lain tentang efektifitas hukum
memadai, keuangan yang cukup dan seterusnya. dikemukakan oleh Clerence J. Dias dengan 5
Jika hal tersebut tidak terpenuhi maka mustahil (lima) syarat bagi efektif tidaknya suatu sistem
penegakan hukum akan mencapai tujuannya.11 hukum, yakni:16
Oleh karena itu, sarana atau fasilitas tersebut
sebaiknya dianuti pola pikir: (a) yang tidak
12
Ibid., hal. 44.
8
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi 13
Ibid., hal. 45.
Penegakan Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, 14
Ibid., hal. 56-57.
hal. 17-18. 15
Ibid., hal. 59-60.
9
Ibid., hal. 19. 16
Clarence J. Dias, “Research on Legal Services and Poverty:
10
Ibid., hal. 34. Its Relevance to the Design of Legal Services Programs in
11
Ibid., hal. 37. Developing Countries”, 1975, hal 150.

HARRIS Y. P. SIBUEA: Penegakan Hukum Pengaturan Minuman Beralkohol... 131


Kesadaran hukum menurut Paul Scholten,
An effective legal system may be descirbed as one
in which there exists a high degree of congruence
adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia
between legal rules and human conduct. Thus,
tentang apa hukum itu atau apa seharusnya
an effective legal system will be characterized by
hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup
minimal disparity between the formal legal system
kejiwaan kita dengan mana kita membedakan
and the operative legal system. Arguably, the
antara hukum dan tidak hukum, antara yang
effectiveness of a legal system is secured by: (a) The
seyogyanya dilakukan dan tidak dilakukan.19
intelligibility of its legal rules; (b) A high level of
Kesadaran tentang apa hukum itu berarti
public knowledge of the content of the legal rules; (c)
kesadaran bahwa hukum itu merupakan
efficient and effective mobilization of the legal rules
pelindungan kepentingan manusia. Karena
through: a commited administration and citizen
jumlah manusia banyak maka kepentingannya
involvement and participation in the mobilization
pun banyak dan beraneka ragam pula serta
process; (d) Dispute settlement mechanisms that
bersifat dinamis. Manusia memerlukan
are both easily accessible to the public and effective
pelindungan terhadap kepentingannya masing-
in their resolution of disputes; and (e) A widely
masing. Salah satu pelindungan kepentingan
shared perception by individuals of the effectiveness
of the legal rules and institutions. itu adalah hukum.20
Sudikono Mertokusumo juga mempunyai
2. Teori Kesadaran Hukum pendapat tentang pengertian kesadaran hukum,
Proses terbentuknya kaidah-kaidah hukum, yakni kesadaran tentang apa yang seyogyanya
yakni kemampuan membedakan benar salah, kita lakukan atau perbuat atau yang seyogyanya
baik buruk, adil tidak adil, manusiawi tidak tidak kita lakukan atau perbuat terutama
manusiawi yang menyebabkannya timbul dalam terhadap orang lain. Ini berarti kesadaran akan
kesadaran manusia keyakinan bahwa dalam kewajiban hukum kita masing-masing terhadap
situasi konkret tertentu orang seharusnya orang lain.
21

berperilaku dengan cara tertentu karena hal Kesadaran hukum menurut Soerjono
itu adalah adil. Kesadaran bahwa dalam situasi Soekamto adalah kesadaran atau nilai-nilai yang
tertentu orang seyogianya berperilaku atau terdapat di dalam diri manusia tentang hukum
tidak berperilaku dengan cara tertentu karena yang ada atau tentang hukum yang diharapkan
tuntutan keadilan disebut kesadaran hukum.17 ada. Sebenarnya yang ditekankan adalah
Kesadaran hukum dengan hukum nilai-nilai tentang fungsi hukum dan bukan
mempunyai kaitan yang erat sekali. Kesadaran suatu penilaian hukum terhadap kejadian-
hukum merupakan faktor dalam penemuan kejadian yang konkrit dalam masyarakat yang
hukum. Bahkan Krabbe mengatakan bahwa bersangkutan.
22

sumber dari segala hukum adalah kesadaran


hukum. Krabbe berpendapat hukum hanyalah III. PEMBAHASAN
yang memenuhi kesadaran hukum kebanyakan 1. Pengaturan Minuman Beralkohol
orang maka undang-undang yang tidak sesuai Minuman beralkohol mengandung alkohol
dengan kesadaran hukum kebanyakan orang dengan berbagai golongan terutama etanol
akan kehilangan kekuatan mengikat.18 (CH3CH2OH) dengan kadar tertentu yang
mampu membuat peminumnya menjadi mabuk
19
Sudikno Mertokusumo, Meningkatkan Kesadaran Hukum
17
Bernard Arief Sidharta, Ilmu Hukum Indonesia: Upaya
Masyarakat, Cet. 1, Ed. 1, Yogyakarta: Liberty, 1981,
Pengembangan Ilmu Hukum Sistematik yang Responsif
hal. 3. Lihat juga Paul Scholten, Algemeen Deen, N.V.
terhadap Perubahan Masyarakat, Yogyakarta: Genta
Uitgeversmaatschappij W.E.J. Tjeenk Wilink 1954, hal. 166.
Publishing, 2013, hal. 8. 20
Sudikno Mertokusumo, Op.cit.
18
Sudikno Mertokusumo, ”Sudikno Mertokusumo, 21
Sudikno Mertokusumo, Op.cit, hal. 3.
Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat,” http:// 22
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan
sudiknoartikel.blogspot.co.id/2008/03/meningkatkan-
Hukum, Ed. 1, Jakarta: CV. Rajawali, 1982, hal. 152.
kesadaran-hukum-masyarakat.html, diakses 5 April 2016.

132 NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 1, Juni 2016


atau kehilangan kesadaran jika diminum orang menambahkan obat-obatan ke dalam
dalam julmlah yang berlebihan. Secara kimia minuman beralkohol. Muali dari obat tetes
alkohol adalah zat yang pada gugus fungsinya mata, obat sakit kepala, hingga obat nyamuk.23
mengandung gugus -OH. Alkohol diperoleh dari Adapun kronologi pengaturan minuman
proses peragian zat yang mengandung senyawa beralkohol di Indonesia sebagai berikut:
karbohidrat seperti gula, madu, gandum, sari a. Keputusan Presiden No. 3 Tahun 1997
buah atau umbi-umbian. Jenis serta golongan tentang Pengawasan dan Pengendalian
dari alkohol yang akan dihasilkan tergantung Minuman Beralkohol;
pada bahan serta proses peragian. Dari peragian b. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009
tersebut didapat alhokol sampai berkadar 15%, tentang Kesehatan (Pasal 111 dan 112)
tetapi melalui proses destilasi memungkinkan Pasal 111 (1) makanan dan minuman yang
didapatnya alkohol dengan kadar yang lebih dipergunakan untuk masyarakat harus
tinggi bahkan sampai 100%. didasarkan pada standard an/atau persyaratan
Ada juga minuman beralkohol oplosan yang kesehatan; (2) makanan dan minuman
muncul di pemberitaan mengakibatkan dampak hanya dapat diedarkan setelah mendapat
keracunan dan kematian. Minuman beralkohol izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan
oplosan adalah minuman keras beralkohol jenis perundang-undangan; (3) setiap makanan dan
vodka, anggur merah beralkohol, anggur putih minuman yang dikemas wajib diberi tanda atau
beralkohol atau bir yang dicampur dengan label yang berisi nama produk, daftar bahan
berbagai bahan lainnya, diantaranya dengan: yang digunakan, berat bersih atau isi bersih,
(1) minuman berenergi, untuk mendapatkan nama dan alamat pihak yang memproduksi
cita rasa yang lebih baik, penggemar minuman atau memasukan makanan dan minuman ke
beralkohol sering nemambahkan suplemen dalam wilayah Indonesia, dan tanggal bulan
minuman berenergi ke dalam minumannya. dan tahun kadaluarsa; (4) pemberian tanda
Oplosan ini ering disebut sunrise dan bisa atau label sebagaimana dimaksud pada ayat
mengurangi rasa pahit pada bir atau rasa (1) harus dilakukan secara benar dan akurat;
menyengat pada alkohol yang kadarnya lebih (5) ketentuan lebih lanjut mengenai tata
tinggi; (2) susu, salah satu jenis oplosan yang cara pemberian label sebagaimana dimaksud
sering menyebabkan korban tewas adalah susu pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan
macan (lapen) yakni campuran minuman keras ketentuan peraturan perundang-undangan;
yang dicampur dengan susu. Jenis minuman (6) makanan dan minuman yang tidak
ini banyak dijual di warung-warung miras memenuhi ketentuan standar, persyaratan
tradisional; (3) cola atau minuman bersoda, kesehatan, dan/atau membahayakan
salah satu oplosan yang cukup populer adalah kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
mansion cola terdiri dari vodka dicampur (1) dilarang untuk diedarkan, ditarik dari
dengan minuman bersoda. Tujuannya semata- peredaran, dicabut izin edar dan disita untuk
mata untuk memberikan cita rasa atau dimusnahkan sesuai dengan ketentuan
menutupi rasa tidak enak pada minuman peraturan perundang-undangan. Pasal 112
beralkohol; (4) spiritus atau jenis miras yang pemerintah berwenang dan bertanggung
lain, di warung-warung tradisional, pengoplosan jawab mengatur dan mengawasi produksi,
beberapa jenis minuman beralkohol dilakukan pengolahan, pendistribusian makanan, dan
untuk mendapatkan harga yang lebih murah. minuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Minuman yang harganya mahal seperti vodka 109, Pasal 110, dan Pasal 111.
dicampur dengan spiritus, atau jenis minuman c. Undang-Undang No. 18 Tahun 2012
beralkohol lain yang tidak jelas kandungan tentang Pangan (Pasal 86, Pasal 89, Pasal
alkoholnya; (5) obat-obatan, dengan anggapan
23
Mohammad Mulyadi, “Darurat Miras Oplosan,” Info
akan mendongkrak efek alkohol, beberapa
Singkat Vol. VI, No. 24/II/P3DI/Desember/2014, hal. 10.

HARRIS Y. P. SIBUEA: Penegakan Hukum Pengaturan Minuman Beralkohol... 133


90, Pasal 91, Pasal 97, Pasal 99, dan Pasal diproduksi dengan cara yang dilarang;
104) dan/atau sudah kadaluarsa.
Pasal 86 Pasal 91
(1) Pemerintah menetapkan standar (1) Dalam hal pengawasan kemananan,
Keamanan Pangan dan Mutu Pangan; mutu, dan Gizi, setiap Pangan Olahan
(2) Setiap Orang yang memproduksi dan yang dibuat di dalam negeri atau yang
memperdagangkan Pangan wajib diimpor untuk diperdagangkan dalam
memenuhi standar Keamanan Pangan kemasan eceran, Pelaku Usaha Pangan
dan Mutu Pangan; wajib memilliki izin edar;
(3) Pemenuhan standar Keamanan (2) Kewajiban memiliki izin edar
Pangan dan Mutu Pangan sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksud pada ayat (2) dilakukan dikecualikan terhadap Pangan Olahan
melalui penerapan sistem kaminan tertentu yang diproduksi oleh industri
Kemananan Pangan dan Mutu P rumah tangga;
(4) Pemerintah dan/atau lembaga sertifikasi (3) Ketentuan mengenai kewajiban
yang terakreditasi oleh Pemerintah memiliki izin edar sebagaimana
dapat memberikan sertifikat Jaminan dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
Keamanan Pangan dan Mutu Pangan; dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
(5) Pemberian sertifikat sebagaimana peraturan perundang-undangan.
dimaksud pada ayat (4) dilakukan
secara bertahap sesuai dengan jenis Pasal 97
Pangan dan/atau skala usaha; (1) Setiap Orang yang memproduksi
(6) Ketentuan mengenai standar Pangan di dalam negeri untuk
Keamanan Pangan dan Mutu Pangan diperdagangkan wajib mencamtumkan
diatur dalam Peraturan Pemerintah. label di dalam dan/atau pada Kemasan
Pangan;
Pasal 89 (2) Setiap Orang yang mengimpor
Setiap Orang dilarang memperdagangkan pangan untuk diperdagangkan wajib
Pangan yang tidak sesuai dengan Keamanan mencamtumkan label di dalam dan/
Pangan dan Mutu Pangan yang tercantum atau pada Kemasan Pangan pada saat
dalam label Kemasan Pangan. memasuki wailayah Negara Kesatuan
Pasal 90 Republik Indonesia;
(1) Setiap Orang dilarang mengedarkan (3) Pencantumanlabeldidalamdan/ataupada
Pangan tercemar; Kemasan Pangan sebagaimana dimaksud
(2) Pangan tercemar sebagaimana pada ayat (1) dan ayat (2) ditulis atau
dimaksud pada ayat (1) berupa dicetak dengan menggunakan bahasa
Pangan yang: mengandung bahan Indonesia serta memuat paling sedikit
beracun, berbahaya, atau yang dapat keterangan mengenai: nama produk,
membahayakan kesehatan atau jiwa daftar bahan yang digunakan, berat
manusia; mengandung cemaran yang bersih atau isi bersih, nama dan alamat
melampaui ambang batas maksimal yang memproduksi atau mengimpor,
yang ditetapkan; mengandung bahan halal bagi yang dipersyaratkan, tanggal
yang dilarang digunakan dalam dan kode produksi, tanggal bulan dan
kegiatan atau proses Produksi Pangan; tahun kadaluarsa, nomor izin edar bagi
mengandung bahan yang kotor, busuk, Pangan Olahan, da nasal usul bahan
tengik, terurai, atau mengandung Pangan tertentu;
bahan nabati atau hewani yang (4) Keterangan pada label sebagaimana
berpenyakit atau bersal dari bangkai; dimaksud pada ayat (3) ditulis, dicetak,

134 NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 1, Juni 2016


atau ditampilkan secara tegas dan a. Penggolongan: Golongan A s/d 5%;
jelas sehingga mudah dimengerti oleh Golongan B: 5%-20%; Golongan C: 20%-
masyarakat. 55 %
Pasal 99 b. Pedagang Minuman Beralkohol: (a)
Setiap Orang dilarang, menghapus, importir terdaftar minuman beralkohol/
mencabut, menutup, mengganti label, produsen dalam negeri golongan A, B, C;
melabel kembali, dan/atau menukar (b) distributor, sub distributor Golongan A,
tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa B, C; (c) penjual langsung antara lain hotel,
Pangan yang diedarkan. bar dan restoran Golongan A, B, C; (d)
d. Keputusan Mahkamah Agung No. pengecer antara lain: toko bebas bea (A,
42P/Hum/2012 Tanggal 18 Juni 2013 B, C), supermarket dan hypermarket (A),
menyatakan bahwa Keputusan Presiden koperasi, badan usaha daerah, kelompok
No. 3 Tahun 1997 tidak sah dan tidak usaha bersama khusus di kawasan pariwisata
mempunyai kekuatan hukum; (A); (e) penjual langsung minuman
e. Peraturan Presiden No. 74 Tahun 2013 beralkohol Golongan A di kawasan objek
tentang Pengendalian dan Pengawasan pariwisata; (f) tempat lain yang ditetapkan
Minuman Beralkohol; bupati/walikota atau Gubernur DKI untuk
f. Dalam rangka melaksanakan Pasal 9 dari wilayah DKI.
Peraturan Presiden No. 74 Tahun 2013 c. Tempat yang dilarang: (a) minimarket
dibuat Peraturan Menteri Perdagangan dan toko pengecer lainnya (sesuai dengan
No. 20/M-DAG/PER/4/2014 tentang Peraturan Menteri Perdagangan No.
Pengendalian dan Pengawasan terhadap 6/M-DAG/PER/1/2015); (b) berdekatan
Pengadaan, Peredaran dan Penjualan dengan: gelanggang remaja, kaki lima,
Minuman Beralkohol; terminal, stasiun, kios kecil, penginapan
g. Peraturan Menteri Perdagangan No. remaja bumi perkemahan, tempat ibadah,
6/M-DAG/PER/1/2015 tentang Perubahan sekolah, rumah sakit; (c) tempat lain yang
ke 2 atas Peraturan Permendag No. 20 ditetapkan bupati/walikota atau Gubernur
Tahun 2014 DKI untuk wilayah DKI.
h. Peraturan Dirjen Perdagangan Dalam d. Perizinan: (a) kemendag: IT-MB, SIUP-
Negeri No. 04/PDN/PER/4/2015 tentang MB untuk IT-MB, SIUP-MB Distributor;
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peredaran SIUP-MB sub Distributor; SKP-A dan
dan Penjualan Minuman Beralkohol SKPL-A; (b) provinsi: SIUP-MB untuk
Golongan A: menyatakan bahwa Minuman TBB sebagai pengecer; (c) kab/kota: SIUP-
beralkohol hanya boleh dijual di daerah MB untuk penjual langsung dan pengecer
wisata dengan pengaturan lokasinya oleh golongan B dan C
bupati yang diatur melalui perda. e. Pengawasan: terhadap peredaran dan
penjualan minuman beralkohol dilakukan
Peraturan Presiden No. 74 Tahun 2013, terhadap IT-MB, Distributor, Sub-
Peraturan Menteri Perdagangan No. 6/M-DAG/ Distributor, Pengecer dan penjual langsung
PER/1/2015, Peraturan Menteri Perdagangan dilakukan oleh tim terpadu yang diketuai
No. 20/M-DAG/PER/4/2014, dan Peraturan oleh kepala dinas di bidang perdagangan
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 04/ dengan mengikutsertakan aparat kepolisian
PDN/PER/4/2015 tersebut merupakan dasar sebagai unsur pendukung.
hukum untuk pengawasan dan pengendalian
minuman beralkohol. Secara umum inti dari Beberapa pemerintah daerah (kabupaten/
keempat peraturan perundang-undangan kota) telah mengatur pengendalian dan
tersebut yakni: pengawasan minuman beralkohol. Beberapa
peraturan daerah terkait pengaturan minuman

HARRIS Y. P. SIBUEA: Penegakan Hukum Pengaturan Minuman Beralkohol... 135


beralkohol misalnya Perda Denpasar No. 11 daerah untuk membatasi secara total peredaran
Tahun 2002 tentang Usaha Perdagangan miras di wilayahnya. Inti subtansi hukum dari
Minuman Beralkohol; Perda Magelang No Perpres No. 74 Tahun 2013 adalah menetapkan
2 Tahun 2012 tentang Pengawasan dan bahwa minuman beralkohol boleh beredar
Pengendalian Minuman Beralkohol; Perda kembali dengan pengawasan. Dalam Perpres
Madiun No. 2 Tahun 2012 tentang Distribusi tersebut, minuman beralkohol dikelompokkan
Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; dalam 3 (tiga) golongan. Pertama, golongan
Perda Buleleng No 15 tahun 2011 tentang A adalah minuman yang mengandung etil
Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar
Beralkohol; Perda Sumbawa No. 22 tahun sampai dengan 5%. Kedua, golongan B adalah
2005 tentang minuman beralkohol; Perda Kab. minuman yang mengandung etil alkohol atau
Sleman No. 8 Tahun 2007 tentang Minuman etanol dengan kadar lebih dari lima sampai
Beralkohol; Perda Kabupaten Kendal No. 4 20%. Ketiga, golongan C, yaitu minuman yang
Tahun 2009 tentang Minuman Keras; Perda mengandung etil alkohol atau etanol dengan
Salatiga No. 15 Tahun 1998 Tentang Retribusi kadar lebih dari 20% s.d 55%. Pasal 7 Perpres
Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol. No. 74 Tahun 2013 menegaskan, minuman
Kesemua peraturan daerah tersebut bersifat beralkohol golongan A, B, dan C hanya boleh
mengawasi, mengatur, dan mengendalikan dijual di sejumlah tempat di antaranya hotel,
peredaran minuman beralkohol, namun bar, dan restoran yang memenuhi persyaratan.
tidak mengatur batasan seseorang dapat Selain itu, minuman beralkohol juga bisa
mengkonsumsi minuman beralkohol yang diperjualbelikan di toko bebas bea.
pada akhirnya memungkinkan menimbulkan Berdasarkan teori efektifitas hukum
pelanggaran hukum bagi masyarakat sekitarnya. yang telah dipaparkan Soerjono Soekamto,
Beberapa peraturan daerah tersebut dengan faktor yang pertama yakni hukum
mengacu pada peraturan perundang-undangan itu sendiri kesemua faktor dari hukum
yang lebih tinggi kedudukannya dalam hierarki seperti asas-asas yang berasal dari peraturan
peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan sudah diikuti, peraturan
perundang-undangan itu adalah Peraturan pelaksana sudah ada yakni Peraturan Menteri
Presiden No. 74 Tahun 2013 tentang Perdagangan No. 20/M-DAG/PER/4/2014
Pengendalian dan Pengawasan Minuman dan Peraturan Menteri Perdagangan No.
Beralkohol yang menjadi dasar hukum 6/M-DAG/PER/1/2015, arti kata-kata di dalam
tertinggi dalam hal pengawasan peredaran peraturan perundang-undangan sangat jelas
minuman beralkohol di Indonesia, dibuat sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran
karena Mahkamah Agung dengan Putusan di dalam penafsiran. Secara hukum pengaturan
No. 42 P/HUM/2012 tertanggal 18 Juni 2013 minuman beralkohol untuk pengawasan dan
menyatakan Keputusan Presiden No. 3 Tahun pengendalian minuman beralkohol sudah
1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian terpenuhi, namun masih terdapat kekosongan
Minuman Beralkohol tidak sah dan tidak hukum dalam hal pengaturan minuman
mempunyai kekuatan hukum. Perpres No. 74 beralkohol yakni belum adanya pengaturan
Tahun 2013 tersebut bertentangan dengan UU mengenai pengguna minuman beralkohol yang
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, UU No. mengkonsumsi minuman beralkohol secara
8 Tahun 1999 tentang Pelindungan Konsumen, berlebihan dan bahkan memberikan dampak
dan UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan. kepada masyarakat di sekitarnya.
Perpres No. 74 Tahun 2013 berbenturan Pengaturan minuman mengandung alkohol
dengan sejumlah peraturan daerah yang yang sudah terdapat dalam berbagai peraturan
melarang total peredaran miras. Seharusnya, perundang-undangan masih menimbulkan
perpres memberikan ruang pada peraturan persoalan yaitu pengaturan, pengendalian, dan

136 NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 1, Juni 2016


pengawasan terhadap penggunaan minuman dari keracunan sampai pada kematian. Hal lain
beralkohol masih bersifat sektoral, dan parsial, yang juga merupakan permasalahan hukum
sedangkan kebutuhan yang sangat mendesak yakni adanya kekosongan hukum tidak adanya
adalah adanya undang-undang yang menjadi pengaturan bagi pengguna minuman beralkohol
dasar bagi semua peraturan perundang- yang menyalahgunakan atau berlebihan
undangan yang ada, yaitu Peraturan Pemerintah mengkonsumsi minuman beralkohol. Penegakan
dan Peraturan Daerah di beberapa Propinsi dan hukum pengaturan minuman beralkohol sangat
Kabupaten/Kota di Indonesia. lemah yang utamanya tidak memberikan sanksi
Pasal 113 UU No. 36 Tahun 2009 tentang hukuman pidana kepada penjual minuman
Kesehatan menyatakan bahwa: (1) Pengamanan beralkohol tidak resmi atau illegal, hanya barang
penggunaan bahan yang mengandung zat saja yang diambil untuk dijadikan barang bukti.
adiktif diarahkan agar tidak mengganggu dan Untuk mengakomodir semua permasalahan
membahayakan kesehatan perseorangan, berkaitan dengan minuman beralkohol, baik dari
keluarga, masyarakat, dan lingkungan; (2) Zat sisi peraturan perundang-undangan yang masih
adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat sektoral, peraturan daerah yang masih
meliputi tembakau, produk yang mengandung tidak seragam, maupun sampai pada penegakan
tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat hukum oleh pelaksana hukum akan dibuat
adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan rancangan undang-undang berkaitan dengan
kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat minuman beralkohol. RUU ini diharapkan dapat
sekelilingnya; (3) Produksi, peredaran, dan menjadi solusi dari pengaturan norma hukum
penggunaan bahan yang mengandung zat terkait minuman beralkohol yang masih bersifat
adiktif harus memenuhi standar dan/atau sektoral sehingga RUU ini dapat menjadi dasar
persyaratan yang ditetapkan. Dalam penjelasan hukum yang kemudian diterapkan di masing-
Pasal 113 ayat (3) dikatakan penetapan standar masing daerah.
diarahkan agar zat adiktif yang dikandung oleh Oleh karena itu, diperlukan konsep norma
bahan tersebut dapat ditekan untuk mencegah hukum yang dapat dipertimbangkan agar norma
beredarnya bahan palsu. Penetapan persyaratan hukum berkaitan dengan pengaturan minuman
penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif beralkohol dapat diterapkan di masyarakat.
ditujukan untuk menekan dan mencegah Howard dan Mummers mengemukakan 8
penggunaan yang mengganggu atau merugikan (delapan) syarat agar hukum dapat berlaku
kesehatan. Pasal tersebut sudah memberikan secara efektif yakni:24
batasan penggunaan minuman beralkohol a. undang-undang harus dirancang dengan
agar tidak mengganggu dan membahayakan baik, kaidah-kaidah yang mematoki
kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, harus dirumuskan dengan jelas dan dapat
dan lingkungan. Namun kenyataannya masih dipahami dengan penuh kepastian. Tanpa
terdapat peristiwa meninggalnya atau dampak patokan yang jelas, orang akan sulit untuk
dari penggunaan minuman beralkohol yang mengetahui apa yang sesungguhnya
terjadi di masyarakat. diharuskan, sehingga undang-undang tidak
Semua peraturan perundang-undangan akan efektif;
tersebut sifatnya pengendalian dan pengawasan b. undang-undang itu, di manapun, seyogianya
yang terjadi di masyarakat peredaran minuman bersifat melarang, dan bukannya bersifat
beralkohol tidak terkendali, baik minuman mengharuskan. Dapat dikatakan bahwa
beralkohol legal maupun minuman beralkohol hukum prohibitur itu pada umumnya lebih
yang illegal. Minuman oplosan atau campuran mudah dilaksanakan ketimbang hukum
dari berbagai minuman alkohol dengan zat mandatur;
campuran beraneka ragam juga menjadi
masalah terbesar sehingga korban yang timbul
24
H. Halim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan
Teori Hukum…, hal. 308-310.

HARRIS Y. P. SIBUEA: Penegakan Hukum Pengaturan Minuman Beralkohol... 137


c. sanksi yang diancamkan dalam undang- yang mungkin juga dicoba dilakukan oleh
undang itu haruslah berpadanan dengan warga masyarakat yang terkena. Aparat
sifat undang-undang yang dilanggar. penegak hukum harus juga bekerja keras
Suatu sanksi yang mungkin tepat untuk tanpa mengenal jemu untuk menyidik dan
suatu tujuan tertentu, mungkin saja akan menuntut pelanggar-pelanggar;
dianggap tidak tepat untuk tujuan lain; h. akhirnya, agar suatu undang-udang
d. berat sanksi yang diancamkan kepada si dapat efektif, suatu standar hidup sosio-
pelanggar tidak boleh terlalu berat. Sanksi ekonomi yang minimal harus ada di dalam
yang terlalu berat dan tidak sebanding masyarakat. Di dalam masyarakat ini,
dengan macam pelanggarannya akan ketertiban umum sedikit atau banyak harus
menimbulkan keengganan dalam hati para mudah terjaga.
penegak hukum (khususnya para juri) untuk Dari kedelapan syarat efektif hukum
menerapkan sanksi itu secara konsekuen tersebut, dapat dijadikan tiga inti syarat
terhadap orang golongan tertentu; efektifnya suatu hukum yakni (a) undang-
e. kemungkinan untuk mengamati dan undangnya, RUU berkaitan dengan pengaturan
menyidik perbuatan yang dikaidahi dalam minuman beralkohol jika disahkan nantinya
undang-undang harus ada. Hukum yang akan menjadi satu-satunya dasar hukum
dibuat untuk melarang perbuatan yang sulit yang mengatur apakah minuman beralkohol
dideteksi, tentulah tidak mungkin efektif. diperketat pengawasan dan pengendaliannya
Itulah sebabnya hukum berkehendak atau dilarang sama sekali dengan berbagai
mengontrol kepercayaan atau keyakinan pengecualiannya; (b) adanya pelaksana
orang tidak mungkin akan efektif; hukum, aparat yang melaksanakan hukum
f. hukum yang mengandung larangan moral itu sendiri seperti kepolisian, kejaksaan,
akan jauh lebih efektif ketimbang hukum dan pengadilan. Dalam RUU tersebut yang
yang tak selaras dengan kaidah moral, atau sangat berperan adalah kepolisian. Kepolisian
yang netral. Seringkali kita menjumpai sebagai salah satu pelaksana hukum tersebut
hukum yang demikian efektifnya, sehingga diharuskan melaksanakan tugasnya dengan
seolah-olah kehadirannya tak diperlukan baik; (c) kondisi sosio-ekonomi masyarakat,
lagi, karena perbuatan yang tak dikehendaki semakin tinggi pendidikan dan pengetahuan
itu juga sudah dicegah oleh daya kekuatan hukum masyarakat maka akan semakin
moral dan norma sosial. Akan tetapi, efektif UU tersebut diterapkan. RUU tersebut
ada juga hukum yang mencoba melarang seharusnya juga mempertimbangkan kondisi
perbuatan tertentu sekalipun kaidah moral masyarakat lokal yang memproduksi minuman
tak berbicara apa-apa tentang perbuatan beralkohol tradisional. Sebaliknya semakin
itu, misalnya larangan menunggak pajak. rendah pendidikan dan pengetahuan hukum
Hukum seperti itu jelas kalah efektif masyarakat maka akan semakin rendah efektif
jika dibandingkan dengan hukum yang suatu hukum.
mengandung paham dan pandangan moral
di dalamnya; 2. Penegakan Hukum Pengaturan Minuman
g. agar hukum itu bisa berlaku secara efektif, Beralkohol
mereka yang bekerja sebagai pelaksana Minuman beralkohol jika dikonsumsi
hukum harus menunaikan tugas dengan dapat memberikan manfaat, namun juga
baik. Mereka harus mengumumkan memberikan dampak yang sangat fatal bagi
undang-undang secara luas. Mereka kesehatan tubuh. Minuman beralkohol
harus menafsirkannya secara seragam dan dapat memberikan manfaat jika diminum
konsisten, serta sedapat mungkin senapas dalam dosis yang sesuai dan tidak berlebihan.
atau senada dengan bunyi penafsiran Permasalahannya seringkali masyarakat yang

138 NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 1, Juni 2016


biasa mengkonsumsi minuman beralkohol metanol lebih dari 30%.26 Kondisi ini didukung
tidak dapat mengendalikan diri untuk tidak oleh pernyataan Kapolres Sleman, AKBP
menambah jumlah takaran minumnya atau Yulianto, yang menyampaikan keseluruhan nilai
seringkali disebut dengan ketagihan. miras yang dimusnahkan sekitar Rp 210 juta.
Fakta empiris bahwa minuman beralkohol Lebih lanjut dikemukakan, para pecandu miras
merupakan komoditas yang biasa dikonsumsi rawan melakukan tindakan kriminal, sebab
oleh masyarakat dunia. Pangsa pasarnya pun minuman terlarang tersebut mampu merusak
menjanjikan mengingat konsumen telah fungsi otak, mampu mengganggu kesehatan, dan
tersedia sehingga pelaku pasar tinggal berusaha bisa menyebabkan kematian jika dioplos dengan
mencari strategi bagaimana komoditas tersebut zat lain.27
dipasarkan dan bagaimana pula menguasai Menghadapi permasalahan tersebut
pasaran dengan harga bersaing. Nuansa diperlukan suatu koordinasi dari semua instansi
persaingan akan menciptakan kondisi sosial terkait untuk lebih tegas dalam pengendalian
dimana antara satu pelaku dengan pelaku dan pengawasan peredaran minuman
lainnya bertukar sistem nilai untuk mengeruk beralkohol. Koordinasi instansi pemerintah
keuntungan sebanyak-banyaknya dengan dalam hal pengawasan dan pengendalian
usaha seminimal mungkin. Aroma persaingan peredaran minuman beralkohol di Indonesia
tidak sehat pada akhirnya merupakan pilihan yakni:
rasional (rational choice) bagi pelaku distribusi a. Kementerian Perdagangan bertanggung
alkohol. Adapun persaingan tidak sehat di jawab terhadap pengawasan dan
Indonesia, khususnya produksi dan distribusi pengendalian terhadap pengadaan,
alkohol, terkonsentrasi di kawasan otoritas pengedaran dan penjualan minuman
Batam. Pelaku melakukan transaksi ekonomi beralkohol;
ala Macchiavelli, yakni dengan menghalalkan b. Kementerian Perindustrian bertanggung
berbagai cara, persaingan tidak sehat, jawab terhadap ketentuan izin usaha
saling merekayasa, pembunuhan karakter, industri minuman beralkohol;
menggunakan backing, memperalat penegak c. Kementerian Keuangan bertanggung jawab
hukum, dan sejumlah tindakan penyimpangan terhadap penetapan pajak, bea masuk dan
sosial lainnya. Lemahnya kontrol sosial, seperti cukai untuk minuman beralkohol;
terbatasnya akses pengaduan, liputan media d. Kementerian Kesehatan bertanggung jawab
massa dan pengaruh geografis, telah menjadikan terhadap penetapan standar mutu/izin edar
Batam sebagai sarang empuk yang membuat minuman beralkohol dalam negeri maupun
pelaku betah melakukan praktik pelanggaran impor; dan
hukum (law disobedience).25 e. Kementerian Dalam Negeri bertanggung
Selain itu, peredaran minuman keras (miras) jawab terhadap pengawasan peredaran
telah menelan banyak korban meninggal. Sebagai minuman beralkohol di daerah masing-
contoh yang terjadi di Kabupaten Sleman, masing serta pengawasan terhadap usaha
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bupati pembuatan minuman beralkohol secara
Sleman, Sri Purnomo, menetapkan status darurat tradisional.
miras di wilayahnya, karena yang meninggal Dari sisi pemasukan terhadap negara
sudah 26 orang, ditemukan 9.000 botol miras di minuman beralkohol dapat dikatakan hanya
salah satu gudang yang terletak di Kecamatan sebagian kecil yakni dari sisi cukai. Cukai
Berbah. Berdasarkan uji laboratorium, miras yang adalah pungutan yang dikenakan atas barang-
menyebabkan korban jiwa tersebut mengandung
26
Republika, ”Sleman Darurat Miras,” http://nasional.
25
Chairil A. Adjis, “Alkohol, TKI, dan Perdagangan Anak:
republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/02/18/
Perspektif Kejahatan Transnasional,” Jurnal Kriminologi
o2qaa4384-sleman-darurat-miras, diakses 6 April 2016.
Indonesia, Vol. 4 No 1, September 2005, hal. 78. 27
Ibid.

HARRIS Y. P. SIBUEA: Penegakan Hukum Pengaturan Minuman Beralkohol... 139


barang tertentu berdasarkan tarif yang sudah tahun 1931), hasil tembakau (ordonansi tahun
ditetapkan untuk masing-masing jenis barang 1932), gula (ordonansi tahun 1933), dan setelah
tertentu. Cukai tidak dikenakan atas semua Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya
barang. Barang-barang yang dikenakan cukai, beberapa produk tersebut tidak lagi dikenakan
antara lain tembakau, gula, bensin, dan pungutan cukai.
minuman keras.28 Cukai merupakan salah satu Sejalan dengan pemberlakuan Undang-
komponen penerimaan pajak dalam negeri Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai,
yang memiliki ciri khusus dan berbeda dengan maka saat ini pemerintah Indonesia hanya
pungutan lainnya yang dilakukan oleh negara. menetapkan tiga komoditi yang dikenakan
Dengan adanya cukai yang dilakukan oleh pungutan cukai yaitu: hasil tembakau, etil
negera maka peredaran minuman berlakohol alkohol, dan minuman mengandung etil
dapat dibatasi. alkohol. Selain Indonesia, negara-negara yang
Pengertian cukai berdasarkan UU No. 39 mengenakan cukai secara terbatas terhadap tiga
Tahun 2007 sebagai berikut: “cukai adalah jenis komoditi adalah sebagian besar negara-
pungutan negara yang dikenakan terhadap negara yang tergabung dalam Organization for
barang-barang tertentu yang mempunyai sifat Economic Cooperation and Development (OECD)
atau karakteristik yang ditetapkan dalam yaitu Japan, Australia, Germany, United
undang-undang ini”. Barang-barang tertentu Kingdom, Korea Selatan, dan sebagainya. Pada
yang mempunyai sifat atau karakteristik umumnya pemerintah di setiap negara sepakat
tersebut disebut barang kena cukai. bahwa konsumsi terhadap produk rokok dan
Barang kena cukai (objek cukai) yang minuman beralkohol haruslah dibatasi dengan
dipungut cukainya terdiri atas: pengenaan cukai. Alasan utamanya adalah
a. Etil alkohol atau etanol, dengan tidak bahwa dampak eksternal yang ditimbulkan oleh
mengindahkan bahan yang digunakan dan hasil tembakau dan minuman beralkohol.
proses pembuatannya. Data realisasi penerimaan pajak dari sektor
b. Minuman yang mengandung etil alkohol industri dan perdagangan minuman beralkohol
dalam kadar berapapun, dengan tidak sebagai berikut: (a) penerimaan pajak sekor
mengindahkan bahan pembuatannya, industri minuman beralkohol berasal dari 5 (lima)
termasuk konsentrat yang mengandung etil jenis lapangan usaha. Penyumbang penerimaan
alkohol. terbesar berasal dari Industri Minuman Keras
c. Hasil tembakau, yang meliputi: sigaret, Dari Malt (KLU 11030) dan berasal dari
cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan Perdagangan Besar Minuman Beralkohol (KLU
hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan 46333); (b) rata-rata penerimaan pajak per-
tidak mengindahkan digunakan atau tidak tahun dari sektor ini adalah sebesar kurang lebih
bahan pengganti atau bahan pembantu Rp. 1,5 triliun per-tahun; (c) sepanjang periode
dalam pembuatannya. tahun 2012-November 2015, penerimaan
Pungutan cukai yang dipungut oleh tertinggi terjadi pada tahun 2014 dengan total
pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bea penerimaan sebesar 1,7 triliun; (d) tahun 2015
dan Cukai termasuk dalam kategori pajak sampai dengan November, penerimaan pajak
tidak langsung, karena unsur subjek pajak sektor industri minuman beralkohol telah
sebagaimana uraian pengkategorian diatas mencapai Rp. 1,18 triliun; (e) data penerimaan
berada lebih dari satu orang. Adapun objek pajak yang berasal dari transaksi impor dapat
cukai yang dikenakan pada saat itu meliputi: dilihat dari jumlah setoran penerimaan PPN
minyak tanah (ordonasi tahun 1886), alkohol impor yang besarnya rata-rata per tahun
sulingan (ordonansi tahun 1898), bir (ordonansi 106,42 miliar. Untuk penerimaan pajak yang
berasal dari transaksi dalam negeri dapat
28
H. Bosari, Pengantar Hukum Pajak, Cet. 10, Jakarta: dilihat dari jumlah setoran penerimaan PPN
Rajawali Pers, 2014, hal. 13.

140 NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 1, Juni 2016


dalam negeri yang rata-rata per tahun kurang berkeyakinan minuman beralkohol sebagai
lebih sebesar 695, 76 miliar; (f) penerimaan minuman terlarang. Provinsi Bali bangga
PPN yang diperoleh dari transaksi impor pada dengan arak tradisional buatan mereka, begitu
sektor Industri Minuman beralkohol sebagian juga minuman beralkohol tradisional cap tikus
besar dari impor bahan baku dan/atau bahan produk Provinsi Sulawesi. Oleh karena itu,
pembantu. Selain itu, penerimaan PPN impor pengaturan minuman beralkohol harus bersifat
pada sektor perdagangan minuman beralkohol nasional tidak berdasarkan budaya masing-
sebagian besar berasal dari impor barang jadi masing daerah.
minuman beralkohol yang siap dikonsumsi.29
Berdasarkan teori efektivitas hukum IV. PENUTUP
dengan faktor penegak hukum, dapat dikatakan A. Kesimpulan
penegak hukum seperti kepolisian dalam hal 1. Pengaturan minuman beralkohol di
pengawasan dan pengendalian minuman Indonesia sampai saat ini hanya mengatur
beralkohol hanya sebagai unsur pendukung saja pengendalian dan pengawasan peredaran
dan tidak dilibatkan secara langsung. Apabila minuman beralkohol. Masih banyak
terjadi tindak pidana akibat si peminum terjadi korban keracunan dan kematian,
minuman berlakohol yang mengakibatkan sisi baik peminum maupun dampak terhadap
pidana terhadap orang lain baru kepolisian masyarakat dari peminum mengkonsumsi
bertindak. Hal ini sangat menghambat minuman beralkohol. Berdasarkan teori
efektifnya hukum. efektifitas hukum dengan faktor yang
Faktor masyarakat, penegakan hukum pertama, yakni hukum itu sendiri kesemua
berasal dari masyarakat bertujuan untuk faktor dari hukum seperti asas-asas yang
mencapai kedamaian di dalam masyarakat. berasal dari peraturan perundang-undangan
Kesadaran hukum bagi masyarakat sangat sudah diikuti, peraturan pelaksana
penting dalam hal pengendalian minuman sudah ada yakni Peraturan Menteri
beralkohol. Namun terkait hal tersebut, Perdagangan No. 20/M-DAG/PER/4/2014
masyarakat sendirilah yang mengetahui tingkat dan Peraturan Menteri Perdagangan
kesadaran hukumnya. Jika kesadaran hukum No. 6/M-DAG/PER/1/2015, arti kata-
masyarakat tinggi terhadap bahaya konsumsi kata di dalam peraturan perundang-
minuman beralkohol maka pengaturan undangan sangat jelas sehingga tidak
pengendalian minuman beralkohol akan menimbulkan kesimpangsiuran di dalam
mudah untuk diterapkan karena sumber dari penafsiran. Secara hukum, pengaturan
segala hukum adalah kesadaran hukum. minuman beralkohol untuk pengawasan
Faktor kebudayaan, kebudayaan hukum dan pengendalian minuman beralkohol
pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang sudah terpenuhi, namun masih terdapat
mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai kekosongan hukum dalam hal pengaturan
yang merupakan konsepsi abstrak mengenai minuman beralkohol yakni belum adanya
apa yang dianggap baik sehingga dianuti dan pengaturan mengenai peminum minuman
apa yang dianggap buruk sehingga dihindari. beralkohol yang mengkonsumsi minuman
Tidak dapat dipungkiri bahwa lain budaya lain beralkohol secara berlebihan dan bahkan
juga masyarakatnya. Masyarakat di Provinsi memberikan dampak kepada masyarakat
Bali dan Provinsi Sulawesi sudah tentu sangat di sekitarnya. RUU tentang Larangan
berbeda dengan masyarakat di Aceh yang Minuman Beralkohol diharapkan dapat
mengakomodir semua permasalahan
29
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat
hukum mulai dari pengendalian minuman
Kenderal Pajak, Masukan terhadap RUU Larangan
Minuman Beralkohol, disampaikan sebagai makalah beralkohol sampai pada batasan konsumsi
RDPU RUU Larangan Minuman Beralkohol, Jakarta, 19 minuman beralkohol.
November 2015.

HARRIS Y. P. SIBUEA: Penegakan Hukum Pengaturan Minuman Beralkohol... 141


2. Penegakan hukum pengaturan minuman 2. Dapat dipertimbangkan Kepolisian sebagai
beralkohol belum optimal terealisasi di salah satu pelaksana hukum dalam rangka
Indonesia. Hal ini disebabkan beberapa meningkatkan penegakan hukum untuk
faktor efektivitas hukum belum terpenuhi masuk sebagai unsur utama bukan sebagai
secara maksimal. Penegak hukum seperti unsur pendukung dalam pengawasan dan
kepolisian dalam hal pengawasan dan pengendalian minuman beralkohol.
pengendalian minuman beralkohol hanya
sebagai unsur pendukung saja dan tidak
dilibatkan secara langsung. Apabila terjadi
tindak pidana akibat si peminum minuman DAFTAR PUSTAKA
berlakohol yang mengakibatkan sisi pidana
terhadap orang lain baru kepolisian bertindak.
Faktor masyarakat, penegakan hukum
berasal dari masyarakat bertujuan untuk Buku
mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Bosari, H. Pengantar Hukum Pajak. Cet. 10.
Kesadaran hukum bagi masyarakat sangat Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
penting dalam hal pengendalina minuman Dias, Clarence J. “Research on Legal Services and
beralkohol. Namun, hal tersebut hanya Poverty: Its Relevance to the Design of Legal
diketahui oleh masyarakat itu sendiri tentang Services Programs in Developing Countries”.
tingkat kesadaran hukumnya. Jika kesadaran 1975.
hukum masyarakat tinggi terhadap bahaya
konsumsi minuman beralkohol, pengaturan HS, H. Halim dan Erlies Septiana Nurbani.
pengendalian minuman beralkohol akan Penerapan Teori Hukum pada Penelitian
mudah untuk diterapkan karena sumber Tesis dan Disertasi. Jakarta: Rajawali Pers,
dari segala hukum adalah kesadaran hukum. 2013.
Faktor kebudayaan, kebudayaan hukum Mertokusumo, Sudikno. Meningkatkan
pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang Kesadaran Hukum Masyarakat. Cet. 1. Ed.
mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai 1. Yogyakarta: Liberty, 1981.
yang merupakan konsepsi abstrak mengenai
Purba, Hasim. Suatu Pedoman Memahami Ilmu
apa yang dianggap baik sehingga dianuti dan
Hukum. Medan: Cahaya Ilmu, 2006.
apa yang dianggap buruk sehingga dihindari.
Budaya masyarakat setempat yang berbeda- Sidharta, Bernard Arief. Ilmu Hukum Indonesia:
beda mempengaruhi sikap masyarakat Upaya Pengembangan Ilmu Hukum
terhadap minuman beralkohol. Oleh karena Sistematik yang Responsif terhadap Perubahan
itu, pengaturan minuman beralkohol harus Masyarakat. Yogyakarta: Genta Publishing,
bersifat nasional tidak berdasarkan budaya 2013.
masing-masing daerah. Soekanto, Soerjono. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta:
B. Saran Raja Grafindo Persada, 2007.
1. Dapat dipertimbangkan untuk membuat
peraturan perundang-undangan yang lebih Soekanto, Soerjono. Kesadaran Hukum dan
tinggi yakni rancangan undang-undang Kepatuhan Hukum. Ed. 1. Jakarta: CV.
berkaitan dengan pengaturan peredaran Rajawali, 1982.
pengawasan pengendalian, atau pelarangan
minuman beralkohol secara tegas, baik
secara substansi maupun sanksi, sehingga
hukum dapat berjalan dengan efektif.

142 NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 1, Juni 2016


Jurnal Mulyadi, Mohammad. “Darurat Miras
Adjis, Chairil A. “Alkohol, TKI, dan Oplosan.” Info Singkat Vol. VI. No. 24/II/
Perdagangan Anak: Perspektif Kejahatan P3DI/Desember/2014.
Transnasional.” Jurnal Kriminologi Indonesia.
Vol. 4. No 1. September 2005. Internet
Priyono, FX. Joko. “Urgensi Pengaturan Mertokusumo, Sudikno. “Meningkatkan
Peredaran Minuman Beralkohol Melalui Kesadaran Hukum Masyarakat.” http://
Peraturan Daerah di Kota Salatiga.” Jurnal sudiknoartikel.blogspot.co.id/2008/03/
Masalah-Masalah Hukum No. 2. Jilid 43. meningkatkan-kesadaran-hukum-
April 2014. masyarakat.html, diakses 5 April 2016.
BBC. ”Korban Meninggal Akibat Miras
Makalah Oplosan di Yogyakarta Mencapai 24 orang.”
Aliansi Pengusaha Minuman Beralkohol http://www.bbc.com/indonesia/berita_
Indonesia (APMBI). “Minuman indonesia/2016/02/160207_indonesia_
Beralkohol Tradisonal sebagai Warisan yogya_mirasoplosan, diakses 6 April 2016.
Budaya Bangsa,” disampaikan sebagai Sindonews. “Tenggak Miras Oplosan Dicampur Pil
makalah RDPU RUU Larangan Minuman Dextro Pemuda Meragang Nyawa.” http://
Beralkohol. Jakarta, 10 Februari 2016. daerah.sindonews.com/read/1091924/21/
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, tenggak-miras-oplosan-dicampur-pil-dextro-
Direktorat Kenderal Pajak. Masukan pemuda-meregang-nyawa-1457611118,
terhadap RUU Larangan Minuman diakses 6 April 2016
Beralkohol. disampaikan sebagai makalah Republika, Sleman Draurat Miras.” http://
RDPU RUU Larangan Minuman nasional.republika.co.id/berita/nasional/
Beralkohol. Jakarta, 19 November 2015. daerah/16/02/18/o2qaa4384-sleman-
darurat-miras, diakses 6 April 2016.

HARRIS Y. P. SIBUEA: Penegakan Hukum Pengaturan Minuman Beralkohol... 143

You might also like