You are on page 1of 22

o[ oU s}oµu s/// E}u}Œ ïU ^ ‰š u Œ - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

TINDAK PIDANA PENGEDARAN DAN PENYALAHGUNAAN OBAT


FARMASI TANPA IZIN EDAR MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 36
TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

Andin Rusmini
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sultan Adam
Jl. Sultan Adam Banjarmasin
E-mail: andienz99@gmail.com

Abstract

The riseof drug trafficking without marketing authorizationin the societyis very
distressedus as members of society. It shows that the SHRSOH¶V awareness of the law is
still very low that tends to commit criminal offenses including distributing
pharmaceutical preparations without a marketing authorization. This study was
conducted to determine how the rule of law against the crime of distributing
pharmaceutical preparations without a marketing authorization and the efforts made to
overcome them. This research uses normative juridical method using secondary data
through library is conducting research on various sources of literature books, laws and
regulations relating to the crime of distributing pharmaceutical preparations without a
marketing authorization. The result of the research conducted can be concluded that the
crime of distributing pharmaceutical preparations without a marketing authorization as
stipulated in act No. 36 Year 2009 on Health serves as optimizing the criminal act as a
tool in crime prevention efforts. Application of the Act is expected to ensnare the
perpetrators distribute pharmaceutical preparations without a marketing authorization.
As well as the efforts to be made in the handling of this criminal act is done with penal
and non-penal policies.

Keywords: Crime, Authorization, Drug.

Abstrak

Maraknya peredaran obat tanpa izin edar dalam masyarakat sangat memperihatinkan
kita sebagai anggota masyarakat. Hal ini menunjukan tingkat kesadaran masyarakat
akan hukum masih sangat rendah sehingga cendrung melakukan tindak pidana termasuk
mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin edar. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana pengaturan hukum terhadap tindak pidana mengedarkan sediaan
farmasi tanpa izin edar dan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.Penelitian
ini mengunakan metode yuridis normatif dengan menggunakan data-data sekunder
melalui studi pustaka yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai sumber
pustaka buku-buku, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tindak
pidana mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin edar. Hasil penelitian yang dilakukan
dapat ditarik kesimpulan yaitu tindak pidana mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin
edar yang diatur dalam UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan berfungsi sebagai
mengoptimalisasi hukum pidana sebagai sarana dalam upaya pencegah kejahatan.
Penerapan Undang-Undang ini diharapkan dapat menjerat para pelaku tindak pidana

23
o[ dl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin edar.Serta upaya yang dapat dilakukan dalam
penanganan tindak pidana ini dilakukan dengan kebijakan penal dan non penal.

Kata kunci : Tindak Pidana, Izin edar, Obat.

PENDAHULUAN berkembang tersebut.Yang


Seiring dengan berkembangnya menimbulkan gangguan ketenteraman,
ilmu pengetahuan di Indonesia, ketenangan dan sering kali
membawa masyarakat pada suatu menimbulkan kerugian materil maupun
tatanan hidup yang serba cepat dan immateril bagi masyarakat.
praktis.Keberhasilan yang dicapai Tindak pidana merupakan suatu
dalam bidang ilmu pengetahuan dan bentuk perilaku penyimpangan yang
teknologi tentu saja membawa suatu hidup dalam masyarakat, yang artinya
negara pada kesejahteraan dan tindak pidana akan selalu ada selama
kemakmuran bagi rakyatnya.Namun manusia masih ada di muka bumi ini.
tidak dapat dipungkiri kemajuan Hukum sebagai sarana bagi
dibidang teknologi dan ilmu penyelesaian problematika ini
pengetahuan diringi dengan diharapkan dapat memberikan solusi
meningkatnya penyimpangan dan yang tepat.Oleh karena itu
kejahatan dibidang ekonomi dan perkembangan hukum khususnya
sosial.Ini dapat dilihat di Negara maju hukum pidana perlu ditingkatkan
ataupun dinegara yang sedang dandiupayakan secara
berkembang, jenis penyimpangan dan terpadu.Kodifikasi, unifikasi bidang-
kejahatan semakin banyak ragamnya. bidang hukum tertentu serta penyusunan
Semakin tinggi peradaban suatu Undang-undang baru sangat dibutuhkan
bangsa maka semakin maju pula ilmu untuk menjawab semua tantangan dari
pengetahuan yang berkembang dalam semakin meningkatnya perkembangan
bangsa tersebut.Apabila kemajuan ilmu tindak pidana.
pengetahuan tidak diimbangi dengan Ilmu kesehatan adalah salah satu
semangat kemanusiaan, maka bidang ilmu yang mengalami
berpengaruh pada akses yang perkembangan paling cepat saat
negatif.Munculnya tindak pidana baru ini.Begitu pula dengan perkembangan
pada bidang ilmu pengetahuan yang tindak pidana dibidang ilmu

24
o[ oU s}oµu s/// E}u}Œ ïU ^ ‰š u Œ - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

kesehatan.Adapun tindak pidana yang melangsung-kan kehidupanya dengan


terjadi di bidang ilmu kesehatan antara baik.
lain : malapraktek, pemalsuan obat, Hukum kedokteran dan hukum
pengedaran dan penyalah-gunaan obat kesehatan mulai di perkenalkan di
tanpa izin dan transplantasi organ Indonesia dengan terbentuknya
manusia. Masalah kesehatan merupakan kelompok study untuk Hukum
keprihatinan serius di setiap negara, Kedokteran di Universitas Indonesia
baik negara maju maupun sedang pada tanggal 1 November 1982 di
berkembang.karena kesehatan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
merupakan salah satu faktor yang oleh beberapa dokter dan sarjana
menentukan kemajuan suatu negara dan hukum.2
merupakan hak asasi manusia. Negara Hukum kesehatan ini sebenarnya
memiliki kewajiban kepada rakyatnya sudah lama di-perkenalkan, namun
untuk menyediakan layanan kesehatan dalam perkembanganya hukum
dan menetapkan aturan-aturan hukum kesehatan ini masih kurang mendapat
yang terkait dengan kepentingan perhatian oleh para pakar hukum di
perlindungan kesehatan. Indonesia.Ini dapat dilihat dari masih
Secara awam kesehatan dapat jarangnya ditemukan buku-buku yang
diartikan ketiadaan penyakit.Menurut membahas tentang hukum kesehatan.
WHO kesehatan adalah keadaan Salah satu kejahatan dalam
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial hukum kesehatan yang marak terjadi
yang memungkinkan setiap orang hidup pada saat ini adalah kejahatan dibidang
produktif secara sosial dan ekonomis.1 farmasi.Farmasi adalah suatu profesi
Dapat disimpulkan kesehatan itu yang berhubungan dengan seni dan ilmu
sangat penting dalam kelangsungan dalam penyediaan bahan sumber alam
hidup masyarakat.Jadi apabila terjadi dan bahan sintetis yang cocok dan
tindak pidana di bidang kesehatan akan menyenagkan untuk didistribusikan dan
menyerang langsung masyarakat baik digunakan dalam pengobatan dan
secara materil maupun immateril. pencegahan suatu penyakit.3 Masih
Sehingga masyarakat tidak dapat
2
Amri Amir, Bunga Ranpai Hukum
Kesehatan, Jakarta 1997 hal. 2.
1 3
Titon Slamet Kurnia, Hak Atas Drajat Arief, Barda Nawawi. Bunga Rampai
Kesehatan Optimal Sebagai HAM di Kebijakan Hukum Pidana,2008, Kencana,
Indonesia,Bandung, 2007 hal 13 Jakarta, hal. 42.

25
o[ dl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

segar di ingatan,hebohnya kasus kepada konsumen. Konsumen masih


formalin dalam makanan, ditariknya belum sepenuhnya menyadari hak-hak
produk pengusir nyamuk HIT karena mereka, sedangkan pelaku usaha juga
dikhawatirkan mengandung bahan yang belum sepenuhnya memenuhi
berbahaya bagi keamanan dan kewajibannya.Kondisi tersebut
keselamatan konsumen. Juga kasus cenderung untuk mendorong lahirnya
minuman isotonik yang mengandung berbagai bentuk pelanggaran pelaku
zat pengawet berbahaya yang disinyalir usaha terhadap hak konsumen namun
oleh Lembaga Komite Masyarakat Anti pelaku usaha yang bersangkutan tidak
Bahan Pengawet (KOMBET).Adapun memperoleh sanksi hukum yang
zat berbahaya yang terkandung dalam mengikat.Oleh karena itu pemerintah
minuman isitonik tersebut adalah selaku pihak yang berwenang untuk
natrium benzoat dan kalium sorbet yang menegakkan hukum perlindungan
dapat menyebabkan penyakit yang konsumen harus bersifat proaktif dalam
dalam ilmu kedokteran disebut Sytemic melindungi hak-hak konsumen di
Lupus Erythematosus, yaitu penyakit Indonesia. Terkait dengan sediaan
yang mematikan yang dapat menyerang farmasi yang akan dibahas oleh penulis,
seluruh tubuh dan sistem internal upaya pemerintah untuk melindungi
manusia itu sendiri. Sekarang heboh konsumen adalah melalui
jamu berbahaya, kosmetik berbahaya, pembentukkan lembaga yang bertugas
makanan-minuman mengandung susu untuk mengawasi pada suatu produk
produk RRC yang berbahaya, beras serta memberikan perlindungan kepada
mengandung bahan pengawet konsumen.
berbahaya dan seterusnya. Di Indonesia telah dibentuk suatu
Konsumen di Indonesia masih badan yang bertugas untuk mengawasi
cenderung pasif meskipun sudah ada peredaran obat dan makanan, yakni
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Badan Pengawas Obat dan Makanan
tentang Perlindungan Konsumen yang (BPOM). BPOM dibentuk berdasarkan
mengatur tentang hak-hak konsumen, Keputusan Presiden (Keppres) Nomor
kewajiban pelaku usaha serta 166 Tahun 2000 jo Keppres Nomor 103
memberikan bentuk-bentuk Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
perlindungan hukum yang diberikan Fungsi, Kewenangan, Susunan

26
o[ oU s}oµu s/// E}u}Œ ïU ^ ‰š u Œ - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga digunakan dapat menimbulkan penyakit


Pemerintah Non Departemen (LPND) baru bagi penggunanya bahkan dapat
yang mengatur mengenai pembentukan menimbulkan kematian.
lembaga-lembaga pemerintah non- Suatu perbuatan yang dapat
departemen. LPND adalah lembaga menimbulkan sakit pada orang lain atau
pemerintah pusat yang dibentuk untuk bahkan menimbulkan kematian
menjalankan tugas pemerintahan merupakan kejahatan dalam Undang-
tertentu dari presiden serta bertanggung undang. Perbuatan jahat merupakan
jawab langsung pada presiden.BPOM suatu perbuatan yang harus
merupakan salah satu LPND yang dipidana.Dalam hal ini yang
mempunyai tugas yang terkait dengan bertanggung jawab adalah pihak yang
pengawasan obat dan makanan. ditunjuk Undang-undang berhak
Tetapi lembaga yang bertugas mengedarkan obat dan memberikan
mengawasi belum optimal dalam pelayanan kesehatan pada masyarakat.
melakukan tugasnya, ini terbukti Kebutuhan masyarakat atas
dengan masih banyaknya ditemui obat perlindungan kesehatan merupakan hal
dan makanan yang tidak sesuai dengan yang tidak bisa ditawar lagi, Karena
standar kesehatan masih beredar di langsung menyerang kebutuhan
masyarakat.Untuk mencapai masyarakat yang primer. Upaya untuk
kesembuhan jasmani dan rohani dari meningkatkan derajat kesehatan yang
suatu penyakit, tidak bisa lepas dari setinggi-tingginya pada mulanya berupa
suatu pengobatan optimal dan benar. upaya penyembuhan penyakit,
Namun apabila obat yang diedarkan kemudian secara berangsur-angsur
oleh pihak yang di tunjuk oleh Undang- berkembang ke arah keterpaduan upaya
Undang berhak mengedarkan obat, kesehatan untuk seluruh masyarakat
mengedarkan obat dengan melakukan dengan mengikutsertakan masyarakat
penyalahgunaan sudah tentu obat secara luas yang mencakup upaya
tersebut tidak dapat digunakan dalam promotif, preventif, kuratif, dan
proses penyembuhan. Karena mungkin rehabilitatif yang bersifat menyeluruh
saja obat tersebut tidak memenuhi terpadu dan berkesinambungan. Sudah
standar racikan obat, kadaluarsa dan menjadi kewajiban pemerintah untuk
aturan pakai.Obat seperti ini apabila menegakan aturan perundang-undangan

27
o[ dl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

yang ada untuk menanggulangi memenuhi rumusan delik dalam


permasalahan yang semakin kompleks undang-undang, hal ini adalah
dalam hukum kesehatan ini.Selain itu, konsekuensi dari asas legalitas.
sudut pandang para pengambil Rumusan delik ini penting, artinya
kebijakan juga masih belum sebagai prinsip kepastian, undang-
menganggap kesehatan sebagai suatu undang pidana sifatnya harus pasti,
kebutuhan utama dan investasi berharga didalamnya harus dapat diketahui
di dalam menjalankan pembangunan dengan pasti apa yang dilarang atau apa
sehingga alokasi dana kesehatan hingga yang diperintahkan.
kini masih tergolong rendah bila Dalam penulisan jurnalini, penulis
dibandingkan dengan negara lain. mengangkat kasus tentang pengedaran
Oleh sebab itu penulis mencoba dan penyalahgunaanobat farmasi tanpa
mengkaji mengenai tindak pidana izin edar. Dimana beberapa koran,
pengedaran dan penyalahgunaansediaan majalah dan media massa ataupun
farmasi tanpa izin edar untuk media cetak yang menceritakan tentang
mengetahui bagaimana sebenarnya maraknya pengedaran sediaan farmasi
tindak pidana ini.Dalam hal ini penulis tanpa izin edar. Hal ini membuat
mencoba mengkaji pengaturan tindak keresahan di masyarakat, dikarenakan
pidana pengedaran dan penyalahgunaan bahayanya jika mengkonsumsi obat-
sediaan farmasi tanpa izin edar dalam obat yang belum mendapat izin dari
hukum positif Indonesia, faktor-faktor BPOM.
yang melatarbelakangi perbuatan ini Dalam hal ini penulis memberikan
serta upaya penanggulanganya. contoh kasus yang diambil dari koran
Banjarmasin Post Edisi 02 Juni 2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dimana pada tanggal 26 Mei 2010
1. Pengaturan tindak pidana Diadakan razia yang dilakukan oleh
pengedaran dan penyalah- Balai Pengawasan Obat dan Makanan
gunaan farmasitanpa izin edar (BPOM) Banjarmasin di Pasar Kindai
dalam hukum positif Indonesia. Limpuar Gambut, Banjar, ditemukan
Syarat utama memungkinkan jamu dan obat tradisional beredar
adanya penjatuhan pidana adalah dimasyarakat tanpa izin edar dan
adanya perbuatan (manusia) yang mengandung bahan kimia obat (BKO).

28
o[ oU s}oµu s/// E}u}Œ ïU ^ ‰š u Œ - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

Saat razia tersebut ditemukan 1.126 a. Aliran monistis dianut oleh:


bungkus jamu asam Urat dan 1. Simons
Pengapuran cap Raja Tiongkok. Selain Unsur-unsur tindak pidana
itu ditemukan 9 botol jamu cap Putri menurut Simons adalah
Sakti, 11 botol jamu Anggur Kuat sebagaiberikut:4
Spesial cap Orang Tua dan 6 botol jamu a) Perbuatan Manusia (positif atau
tradisional Pria Perkasa, serta 5 botol negatif; berbuat atau tidak berbuat
jamu beras kencur Pria Perkasa. Obat atau membiarkan);
dan jamu tanpa izin edar (BPOM) yang b) Diancam dengan pidana (strafbaar
di jual oleh pedagang di pasar gesteld);
tersebut.Modus penjualannya dilakukan c) Melawan hukum (onrechtmatig);
langsung oleh pelaku (pedagang), d) Dilakukan dengan kesalahan (met
kepada masyarakat yang membeli obat schuld in verband staand);
tradisional ataupun jamu di pasar e) Oleh orang yang mampu
Kindai Limpuar Gambut tersebut. bertanggung jawab
Dalam menindak hal ini kabid (torekeningsvatbaar persoon);
pemeriksaan dan penyidikan merujuk Simon menyebutkan adanya dua
pada Undang-undang No.36 tahun 2009 unsur strafbaarfeit, yakni :
tentang kesehatan, dimana dalam 1. Unsur objektif meliputi dari:
Undang-undang No.36 tahun 2009 a. Perbuatan Orang;
tentang kesehatan tersebut ganjaran b. Akibat yang kelihatan dari
hukuman yang diberikan untuk yang perbuatan itu;
memproduksi obat farmasi tanpa izin c. Mungkin ada keadaan
edar adalah 15 tahun penjara dan denda tertentu yang menyertai
1,5 Milyar Rupiah dan untuk yang perbuatan itu.
mengedarkan di ganjar dengan 2. Unsur subjektif adalah:
hukuman 10 tahun penjara dan denda 1 Orang yang bertanggung jawab
Milyar Rupiah. dan adanya kesalahan (dolus atau
Pandangan tentang unsur-unsur culpa), perbuatan harus dilakukan
tindak pidana dapat dibagi menjadi dua dengan kesalahan, kesalahan ini
aliran, aliran monistis dan aliran
4
Sudarto, Hukum Pidana I, Yayasan
dualistis. Sudarto, Semarang, 1990, hal 44

29
o[ dl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

dapat berhubungan dengan akibat menghilangkan sifat melawan


dari perbuatan atau keadaan-keadaan hukumnya perbuatan tersebut.5Sifat
mana perbuatan itu dilakukan. melawan hukum hapus apabila
Unsur-unsur tindak pidana diterobos dengan adanya alasan
menurut Van Hamel adalah sebagai pembenar dan alasan pemaaf.6
berikut: Sifat melawan hukum
a. Perbuatan manusia yang dibedakan atas empat bagian, yakni
dirumuskan dalam undang- terdiri dari:7
undang; 1. Melawan hukum formil Yaitu
b. Melawan hukum; suatu perbuatan itu bersifat
c. Dilakukan dengan kesalahan; melawan hukum, apabila ada
d. Patut dipidana. perbuatan diancam pidana dan
Salah satu unsur tindak pidana dirumuskan sebagai suatu delik
adalah unsur sifat melawan hukum, dalam undang-undang, sedangkan
unsur ini merupakan penilaian sifat melawan hukumnya
objektif terhadap perbuatan dan perbuatan itu dapat hapus hanya
bukan terhadap si pembuat, suatu berdasrkan suatu ketentuan
perbuatan dikatakan melawan hukum undang-undang, jadi menurut
apabila perbuatan itu masuk dalam ajaran ini melawan hukum sama
rumusan delik sebagaimana dengan melawan atau
dirumuskan dalam undang-undang, bertentangtan dengan undang-
dalam bahasa Jerman ini disebut undang.
³WDWEHVWDQGPDV]LQJ´ WDWEHVWDQG 2. Melawan hukum materil Yaitu
dalam arti sempit adalah unsur suatu perbuatan itu melawan
seluruhnya dari delik sebagaimana hukum atau tidak, tidak hanya
dirumuskan dalam peraturan pidana, yang terdapat dalam undang-
tastbestand dalam arti sempit ialah undang (yang tertulis) saja, akan
masing-masing unsur dari rumusan tetapi harus dilihat berlakunya
delik, perbuatan yang memenuhi 5
Ibid. hal. 76
6
rumusan delik tidak senantiasa Samidjo, Ringkasan Dan Tanya Jawab
Hukum Pidana, Armico, Bandung, 1985, hal.
bersifat melawan hukum, sebab 123.
7
D. Schffmeister et al, dalam J.F.
mungkin ada hal yang Sahetapi (ed), Hukum Pidana, Liberty Edisi
Pertama Cetakan Ke-1, Yogyakarta, hal. 39.

30
o[ oU s}oµu s/// E}u}Œ ïU ^ ‰š u Œ - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

asas-asas hukm yang tidak bertentangan dengan hukum atau


tertulis, sifat melawan hukumnya ukuran-ukuran lain yang ada
perbuatan yang nyata-nyata diluar undang-undang, jadi disini
masuk dalam rumusan delik itu diakui hukum yang tidak tertulis
dapat hapus berdasarkan sebagai sumber hukum yang
ketentuan undang-undang dan positif.
juga berdasarkan aturan-aturan 3. Sifat melawan hukum umum
yang tidak tertulis. Yaitu diartikan sebagai syarat
Pengertian melawan hukum umum untuk dapatdipidannya yang
materil dapat dibedakan menjadi dua tersebut dalam rumusan pengertian
yaitu: sifat melawan hukum materil perbuatan pidana (perbuatan pidana
dalam fungsinya yang positif dan adalah kelakuan manusia yang
sifat melawan hukum materil dalam termasuk dalam rumusan delik,
8
fungsinya yang negatif: bersifat melawan hukum dan dapat
a) Sifat melawan hukum materil dicela).
dalam fungsinya yang negatif 4. Sifat melawan hukum khusus
yaitu Mengakui kemungkinan Yaitu sifat melawan hukum
adanya hal-hal yang ada diluar yang menjadi bagian tertulis dari
undang-undang menghapus sifat rumusan delik.
melawan hukumnya perbuatan Menurut pasal 197 Undang-
yang memenuhi rumusan undang- Undang No.36 tahun 2009 Tentang
undang, jadi alasan tersebut Kesehatan, rumusan yang terdapat
sebagai pengahapus sifat melawan dalam pasal ini adalah setiap orang
hukum. yang dengan sengaja memproduksi
b) Sifat melawan hukum materil atau mengedarkan sediaan farmasi
dalam fungsinya yang positif dan atau/alat kesehatan yang tidak
yaitu menganggap suatu memiliki izin edar sebagaimana
perbuatan tetap sebagai suatu dimaksud dalam pasal 106 ayat (1),
delik, meskipun tidak nyata yaitu Sediaan farmasi dan alat
diancam dengan pidana dalam kesehatan hanya dapat diedarkan
undang-undang, apabila setelah mendapat izin edar.
8
Ibid. hal.81.
1. Unsur-unsur objektif :

31
o[ dl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

a. Setiap orang : terdakwa dengan ketentuan-ketentuan dalam


9
b. Perbuatan : mengedarkan atau Undang-Undang.
memproduksi Pertanggungjawaban pidana
c. Objeknya : sediaan famasi dan adalah pertanggungjawaban orang
atau alat kesehatan terhadap tindak pidana yang
d. Keadaan : tidak memiliki izin dilakukannya.Tegasnya, yang
edar dipertanggungjawabkan orang itu
2. Unsur subjektif : Tindakan adalah tindak pidana yang
dengan sengaja dilakukanya.Pertanggungjawaban
Dari pengamatan penulis pidana pada hakikatnyamerupakan
terhadap kedua rumusan unsur- suatu mekanisme yang dibangun oleh
unsur tindak pidana yang ada hukum pidana untuk bereaksi terhadap
dalam Undang-Undang No. 36 pelanggaran atas kesepakatan menolak
tahun 2009 tidak terdapat suatu perbuatan, diwujudkan dalam
perbedaan, yang membedakan bentuk larangan (dan ancaman dengan
adalah lamanya pidana penjara pidana) atas perbuatan tersebut.10
dan besarnya pidana denda. Pada pasal 42, ketentuan lebih
2. Penerapan Undang-Undang No.36 lanjut mengenai syarat dan tata cara
tentang Kesehatan terhadap penyaluran Narkotika diatur dengan
penegakan tindak pidana Peraturan Menteri. Ketentuan mengenai
pengedaran dan penyalah- tindak pidana pengedaran dan
gunaanobat farmasi tanpa izin penyalahgunaanobat farmasi dalam
edar. Undang-Undang ini diatur menurut
Dalam hukum pidana ada yang golongannya. Ketentuan mengenai
dinamakan pertanggungjawaban tindak pidana mengedarkan narkotika
pidana.Bedanya, makna pepatah tadi golongan I diataur dalam pasal 113 ayat
mengandung suatu pengertian yang (1), rumusan yang terdapat dalam pasal
sangat luas sekali, dalam hukum pidana ini adalah Setiap orang yang tanpa hak
pertanggungjawaban pidana dibatasi 9
E.y Kanter & S. sianturi, Asas-asas
Hukum Pidana di Indonesia Dan Penerapanya,
Storia Grafika, Jakarta, 2002, hal 249
10
Chairul Huda, Tiada Pidana Tanpa
Kesalahan Menuju kepada Tiada
PertanggungJawaba Pidana Tanpa Kesalahan,
Prenada Media, Jakarta, 2006, hal. 47

32
o[ oU s}oµu s/// E}u}Œ ïU ^ ‰š u Œ - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

atau melawan hukum memproduksi, dipidana dengan pidana penjara paling


mengimpor, mengekspor, atau singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama
menyalurkan Narkotika Golongan I, 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda
dipidana dengan pidana penjara paling paling sedikit Rp. 600.000.000,00
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama (enam ratus juta rupiah) dan paling
15 (lima belas) tahun dan pidana denda banyak Rp5.000.000.000,00 (lima
paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
miliar rupiah) dan paling banyak Menurut pasal 197 Undang-
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar Undang No.36 tahun 2009 Tentang
rupiah). Mengenai tindak pidana Kesehatan, rumusan yang terdapat
mengedarkan narkotika golongan II dalam pasal ini adalah setiap orang yang
diatur dalam pasal 118 ayat (1), dengan sengaja memproduksi atau
rumusan yang terdapat dalam pasal ini mengedarkan sediaan farmasi dan
adalah Setiap orang yang tanpa hak atau atau/alat kesehatan yang tidak memiliki
melawan hukum memproduksi, izin edar sebagaimana dimaksud dalam
mengimpor, mengekspor, atau pasal 106 ayat (1), yaitu Sediaan
menyalurkan Narkotika Golongan II, farmasi dan alat kesehatan hanya dapat
dipidana dengan pidana penjara paling diedarkan setelah mendapat izin edar.
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama Dikatakan seseorang mampu
12 (dua belas) tahun dan pidana denda bertanggungjawab
paling sedikit Rp.800.000.000,00 (toerekenigsvatbaar), bilamana pada
(delapan ratus juta rupiah) dan paling umunya :11
banyak Rp.8.000.000.000,00 (delapan 1. Keadaan Jiwanya :
miliar rupiah). a. Tidak tergangu oleh penyakit
Mengenai tindak pidana terus-menerus atau sementara.
mengedarkan narkotika golongan III b. Tidak cacat dalam pertumbuhan
diatur dalam pasal 123 ayat (1), tidak terganggu karena terkejut,
rumusan yang terdapat dalam pasal ini amarah yang meluap, mengigau
adalah setiap orang yang tanpa hak atau karena demam dan lain
melawan hukum memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau
11
E.y Kanter & S. Sianturi, Op. Cit, hal
menyalurkan Narkotika Golongan III, 250

33
o[ dl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

sebagainya. Dengan perkataan bertentangan dengan rasa keadilan


lain dia dalam keadaan sadar. jika ada orang tidak bersalah
2. kemampuan jiwanya : dijatuhi pidana.12
a. Dapat menginsyafi hakekat dari Kesalahan merupakan suatu
tindakanya. pertanggungjawaban pidana.Seseorang
b. Dapat menentukan kehendaknya melakukan kesalahan, jika pada waktu
atas tindakan tersebut, apakah melakukan delik, dilihat dari segi
akan dilaksanakan atau masyarakat patut dicela. Dengan
tidak.Dapat mengetahui demikian seseorang mendapat pidana,
ketercelaan dari tindakan tergantung pada dua hal:13
terebut.Pertanggungjawaban a) Harus ada perbuatan yang
dalam hukum pidana atau yang bertentangan dengan hukum, atau
MXJD GLVHEXW ³criminal dengan kata lain, harus ada perbuatan
UHVSRQVLELOLW\´ artinya adalah melawan hukum. Jadi ada unsur
orang yang telah melakukan suatu objektif.
tindak pidana, belum berarti ia b) Terhadap pelakunya ada unsur
harus dipidana, tetapi dia harus kesalahan dalam bentuk kesengajaan
bertanggungjawab atas perbuatan dan atau kealpaan, sehingga
yang telah diperbuatnya. perbuatan yang melawan hukum
c. Mempertanggungjawabkan suatu tersebut dapat dipertanggung
perbuatan berarti untuk jawabkan padanya, jadi ada unsur
menentukan pelaku salah atau subjektif.
tidak, disamping orang yang telah Suatu perbuatan melawan hukum
melakukan tindak pidana masih belum cukup untuk menjatuhkan
diperlukan kesalahan padanya pidana.Selain perbuatan yang melawan
untuk bisa diminta hukum harus ada seseorang pembuat
pertanggungjawabannya. Asas yang bertanggungjawab atas
pertanggungjawaban pidana perbuatanya, yaitu unsur kesalahan
EHUEXQ\L ³WLGDN DGD SLGDQD WDQSD dalam arti kata bertanggungjawab
NHVDODKDQ´ $VDV LQL ROHK
12
Suharto, Hukum Pidana Materil,
masyarakat indonesia dijunjung Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hal.106
13
Martiman Prodjohamidjojo,
tinggi dan akan dirasakan Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana,
Pradnya Paramita, Jakarta, 1997, hal.31

34
o[ oU s}oµu s/// E}u}Œ ïU ^ ‰š u Œ - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

(strafbaarheid van de dader).Pelaku pembuat.Akibatnya, kesengajaan dan


tindak pidana tidak dipidana jika ada kealpaan kemudian dipandang sebagai
alasan penghapusan kesalahan, karena pertanda adanya suatu kesalahan, bukan
orang yang bersalahlah yang kesalahan itu sendiri konsekuensinya
dipidana.Alasan penghapusan kesalahan adalah, dalam perumusan tindak pidana
atau penghapusan pidana disebut juga tidak perlu dirumuskan dengan sengaja
subjectieve strafuitsluitingsgrounnd atau karena kealpaan. Dengan demikian,
NDUHQD DVDVQ\D µWLDGD SLGDQD WDQSD apabila kesalahan dilihat menurut teori
NHVDODKDQ´ geen straf zonder schuld).14 normatif, terbuka kemungkinan untuk
Pertanggungjawaban dalam mengakui indikator lain untuk
hukum pidana ada yang dilakukan atas menentukan adanya suatu kesalahan,
dasar kesalahan dan ada juga yang selain psikologis pembuat. Selain
dilakukan tanpa harus membuktikan karena kesengajaan dan kealpaan,
adanya kesalahan tersebut (strict pembuat dapat saja dikatakan
liability).Kesalahan dapat dibagi melakukan suatu tindak pidana dengan
menjadi dua macam yaitu kesengajaan kesalahan. Dengan kata lain
dan kealpaan.15Kesengajaan adalah kesengajaan atau kealpaan merupakan
kehendak yang diarahkan pada pertanda adanya
terwujudnya perbuatan seperti yang kesalahan.17Pertanggungjawaban pidana
dirumuskan dalam Undang-Undang, dalam tindak pidana kesehatan hanya
sedangkan kealpaan adalah bentuk dapat diterapkan kepada orang yang
kesalahan yang lebih ringan.Kealpaan melakukan tindak
biasanya terjadi karena pelaku pidanakesahatan.Menurut penulis
melakukan perbuatannya karena kurang terdakwa dapat
16
hati-hati. mempertanggungjawabkan
Pandangan normatif membuka perbuatannya karena, sewaktu
pemahaman yang sempit mengenai pengedaran dan penyalahgunaanobat
kesalahan. Kesalahan bukan hanya farmasi tanpa izin tersebut terdakwa
dipandang sebagai masalah psikologis memenuhi unsur-unsur mampu
bertanggungjawab, adapun unsur-
14
Ibid,hal 42.
15
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas unsurnya adalah :
Hukum Pidan di Indonesia, Refika Aditama,
17
Bandung, 2003, hal.65 Cahirul Huda. Op. Cit., hal 82
16
Sudarto. Op.Cit., hal 124

35
o[ dl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

a) Keadaan jiwa pelaku tidak terganggu terdapat unsur kesalahan berupa


atau tidak dibawah pengaruh apapun, kesengajaan.
tidak terganggu oleh penyakit, tidak Oleh sebab itu, penulis
terganggu karena terkejut atau memandang putusan yang diberikan
amarah yang meluap dan lain majelis hakim kepada terdakwa
sebagainya. sanggatlah pantas untuk
b) Kemampuan jiwa pelaku juga tidak dipertanggungjawabkan terdakwa.
terganggu karena pelaku dapat
3. Upaya Penanggulangan Tindak
menginsyafi perbuatanya dan dapat
Pidana pengedaran dan
mementukan kehendaknya atas
penyalahgunaanobat Farmasi
tindakan tersebut, apakah
Dalam pasal 1 ayat 1 KUHP
dilaksanakan atau tidak.
dikatakan bahwa tiada suatu perbuatan
Menurut penulis, seseorang yang
yang dapat dihukum kecuali apabila
telah melakukan tindak pidana
sudah diatur dalam peratuan perundang-
kesehatan dan telah memenuhi unsur-
undangan.Ini maksudnya bahwa suatu
unsur tindak pidana harus
perbuatan dapat dihukum hanya apabila
dipertanggung jawabkan secara
sudah diatur dalam peraturan
pidana.Orang tersebut harus
perundang-undangan.Oleh sebab itu
bertanggungjawab dengan menerima
jelaslah bahwa kepada pembuat
hukuman yang telah di jatuhkan
delik/tindak pidana harus diancam
kepadanya akibat perbuatan pidana
dengan hukuman pidana.
yang telah di lakukanya, yaitu
Adanya hubungan tersebut karena
mengedarkan sediaan farmasi tanpa izin
memang sifat hukum pidanasendiri
edar.Orang yang telah melakukan
yang mengharuskan adanya suatu
tindak pidana mengedarkan sediaan
ancaman hukuman yang merupakan
farmasi tanpa izin edar ini harus
sanksi yang sifatnya untuk melindungi
bertanggungjawab secara langsung
kepentingan orang banyak atau
terhadap perbuatan yang
kepentingan umum dengan
dilakukanya.Orang tersebut harus
memaksakan suatu penderitaan (Injury).
bertanggungjawab karena dalam
Dalam sistem hukum Indonesia
perbuatan pidana yang dibuatnya
secara garis besarnya ada 2(dua)
tindakan ataupun kebijakan yang dapat

36
o[ oU s}oµu s/// E}u}Œ ïU ^ ‰š u Œ - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

dilakukan terhadap suatu delik yang unsur derita dan berupa pembalasan
terjadi yaitu kebijakan penal dan non masyarakat.Dengan dipenjaranya
penal. pelaku kejahatan berarti pula
kemerdekaannya telah
dirampas.Dengan singkat dapat
1. Kebijakan Penal. dikatakan bahwa tujuan
Kebijakan penal adalah usaha dikenakannya pidana penjara adalah
untuk mewujudkan peraturan- untuk mengadakan pembalasan dan
peraturan yang baik dengan situasi untuk menakuti para pelanggar
atau kondisi tertentu. Secara hukum dan calon pelanggar lainnya
mendalam dikemukakan juga bahwa untuk tidak melakukan
juga bahwa kebijakan penal kejahatan.Pidana penjara ini masuk
merupakan kebijakan negara melalui ke Indonesia melalui pasal 10 KUHP
alat-alat perlengkapanya yang dan sampai sekarang masih berlaku
berwenang utuk menetapkan dan dikenal dengan Lembaga
peraturan-peraturan yang Pemasyarakatan.Untuk menetapkan
dikehendaki dan di perkirakan dapat hukuman penjara peranan hakim
digunakan untuk mengeksperesikan sangat diharapkan, artinya bahwa
apa yang terkandung dalam kearifan dan kepekaan hakim dalam
masyarakat dalam rangka mencapai memeriksa dan mengadili setiap
apa yang di cita-citakan.18Kebijakan peristiwa pidana sangat menentukan
yang paling sering dilakukan adalah sebelum menjatuhkan hukuman.
hukuman penjara.Penekanan Oleh karena itu dalam
pemahaman kepenjaraan adalah penanggulangan kejahatan dengan
semata-mata melihat pada perbuatan menggunakan sarana penal haruslah
jahat atau kejahatan yang dilakukan diperhatikan hal-hal sebagai
oleh terpidana.Oleh karena itu berikut:19
mereka harus menebus kesalahannya a. Penggunaan hukum pidana harus
di penjara. memperhatkan tujuan
Adapun ciri utama pidana
penjara adalah harus lama, terdapat 19
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai
Kebijakan Hukum Pidana, Kencana, Jakarta
18
Soedarto, Hukum Dan Hukum Pidana, 2008,hal 28
Alumni, Bandung 1981, hal 159

37
o[ dl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

pembangunan nasional yaitu badan-badan penegak hukum


mewujudkan masyarakat yang jangan sampai kelebihan beban
adil dan makmur merata materil tugas (overbelasting) yang mana
dan spritual berdasarkan akan mengakibatan efek dari
Pancasila, maka hukum pidana peraturan itu akan menjadi
harus bertugas dan bertujuan kurang.
untuk menanggulangi kejahatan Untuk saat ini atas perubahan
demi kesejahteraan dan Undang-Undang No.23 tahun 1992
pengayoman masyarakat. tentang Kesehatan menjadi Undang-
b. Perbuatan yang diusahakan untuk Undang No.36 tahun 2009 tentang
dicegah atau ditanggulangi oleh Kesehatan, penerapan pasal 197 yang
hukum pidana adalah perbuatan- menerapakan hukuman penjara
perbuatan yang tidak dikehendaki paling lama 15 tahun adalah
yaitu perbuatan yang kebijalan penal yang dapat
mendatangkan kerugian warga diterapkan.
masyarakat. Perbuatan yang tidak
merugikan tidaklah boleh 2. Kebijakan Non Penal.
ditetapkan sebagai perbuatan yang Kebijakan penanggu-langan
tidak dikehendaki, meskipun tidak OHZDW MDOXU ³QRQ SHQDO´ lebih bersifat
semua perbuatan yang merugikan tindakan sebelum terjadinya
perlu dicegah dengan kejahatan.Oleh karena itu sasaran
menggunakan hukum pidana. utamanya adalah menangani faktor-
c. Usaha untuk mencegah suatu faktor kondusif penyebab terjadinya
perbuatan dengan menggunakan kejahatan yang berpusat pada
sarana hukum pidana dengan masalahatau kondisi sosial yang
sanksi yang negatif berupa pidana secara langsung atau tidak langsung
perlu disertai penghitungan biaya dapat menimbulakan atau
yang akan dikeluarkan dan hasil menumbuhsuburkan
yang diharapkan akan tercapai. kejahatan.Dengan demikian dilihat
d. Penggunaaan hukum pidana harus dari kebijakan penanggulanagan
pula memperhatikan kapasitas dan kejahatan, maka usaha-usaha non
kemampuan daya kerja dari penal ini mempunyai kedudukan

38
o[ oU s}oµu s/// E}u}Œ ïU ^ ‰š u Œ - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

yang strategisdan memegang peranan penyalahgunaanobat farmasi


kunci yang harus diintensifkan dan tanpa izin ini harus dilakukan
20
diefektifkan. Kebijakan non penal dengan sifat memberantas,
ini juga diperlukan untuk misalnya untuk mencegah
menanggulangi kejahatan, kebijakan penyakit demam berdarah maka
ini dilakukan dengan tidak nyamuknya harus diberantas juga.
menggunakan sarana hukum pidana d) Dengan cara mencabut izin pabrik
sebagai hukumannya melainkan besar farmasi yang mengedarkan
lebih memperhatikan aspek-aspek obat farmasi yang belum di
lainnya seperti aspek psikologi, registrasi kepada apotik atau toko-
ekonomi, sosiologi tindakan konkret toko obat berizin.
yang paling nyata dilakukan adalah e) Memberikan peringatan keras
tindakan administrasi berupa kepada produsen yang
pencabutan izin. Adapun kebijakan bersangkutan dan memerintahkan
non penal yang dapat dilakukan segera menarik peredaran produk
terhadap pelaku tindak pidana yang belum mendapat izin edar
pengedaran dan serta memusnahkannya.
penyalahgunaanobatfarmasi tanpa f) Pemerintah harus berperan dalam
izin edar adalah sebagai berikut : membina industri maupun
a) Harus dilakukan dengan cara-cara importir/distributor secara
yang sedikit agak lebih bemoral komprehensif, mulai dari
sepertipenyebarluasan ajaran- pembuatan, peredaran serta
ajaran agama. Cara ini bisa distribusi, agar masyarakat
dilakukan oleh tokoh-tokoh terhindar dari penggunaan obat
agama dalam suatu acara ibadah. tanpa izin edar yang berisiko bagi
b) Melalui tindakan administrasi pemeliharaan kesehatan.
dengan melakukan pencabutan
izin apotik atau toko obat. PENUTUP
c) Dalam membasmi kejahatan A. . Kesimpulan
pengedaran dan Setelah melalui pembahasan-
pembahasan yang telah diuraikan pada
20
Barda Nawawi Arief (buku III), Op.
Cit, hal. 33.
bab-bab sebelumnya maka dengan ini

39
o[ dl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

penulis akan mengambil kesimpulan memiliki izin edar sebagaimana


yang merupakan jawaban atas dimaksud dalam pasal 106 ayat (1),
permasalahan yang diajukan sebagai yaitu Sediaan farmasi dan alat
berikut: kesehatan hanya dapat diedarkan
1. Tindak pidana pengedaran dan setelah mendapat izin
penyalahgunaan sediaan farmasi edar.Pertanggungjawaban dalam
tanpa izin edar sebagaimana diatur hukum pidana ada yang dilakukan
dalam Undang-Undang No.36 atas dasar kesalahan dan ada juga
tahun 2009 tentang kesehatan yang dilakukan tanpa harus
adalah tindak pidana pengedaran membuktikan adanya kesalahan
dan penyalahgunaan sediaan tersebut (strict liability). Kesalahan
farmasi yang berupa obat, bahan dapat dibagi menjadi dua macam
obat, obat tradisional dan kosmetik yaitu kesengajaan dan kealpaan.
yg belum diregistrasi oleh Oleh karena itu, perlu dibentuk
pemerintah. Dalam hal ini menteri kebijakan umum kesehatan yang
kesehatan yang berhak memberi dapat dilaksanakan oleh semua
izin edar. Syarat sediaan farmasi pihak dan sekaligus dapat
diberikan izin edar adalah sediaan menjawab tantangan era globalisasi
farmasi tersebut telah lulus uji dari dan dengan semakin kompleksnya
segi mutu, keamanan dan permasalahan kesehatan dalam
kemanfaatan. suatu Undang-Undang Kesehatan
2. Dalam penerapan Undang-Undang yang baru untuk menggantikan
tindak pidana pengedaran dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
penyalahgunaan sediaan farmasi 1992 tentang Kesehatan dengan
tanpa izin edar yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 36 Tahun
pasal 197 Undang-Undang No.36 2009 tentang Kesehatan.
tahun 2009 Tentang Kesehatan, 3. Upaya penanggulangan tindak
rumusan yang terdapat dalam pasal pidana pengedaran dan
ini adalah setiap orang yang dengan penyalahgunaan sediaan farmasi
sengaja memproduksi atau tanpa izin edar dapat dilakukan
mengedarkan sediaan farmasi dan melalui :
atau/alat kesehatan yang tidak a. Kebijakan Penal.

40
o[ oU s}oµu s/// E}u}Œ ïU ^ ‰š u Œ - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

Kebijakan ini dilakukan dengan


menggunakan sarana hukum
pidana yang merupakan sanksi
B. Saran
dari suatu delik, misalnya :
Adapun yang menjadi saran dari
hukuman penjara, hukuman
penulis dalam penulisan skripsi ini
denda, pidana kurungan, dan
adalah:
lainnya.
1. Mengingat masih susahnya
Kebijakan yang paling sering
membedakan obat tanpa izin edar
dilakukan adalah hukuman
dengan obat dengan izin edar,
penjara.Penekanan pemahaman
diharapkan pemerintah memberikan
kepenjaraan adalah semata-mata
penyuluhan kepada masyarakat dan
melihat pada perbuatan jahat
memberikan informasi mengenai
atau kejahatan yang dilakukan
obat yang telah ditarik dari pasar.
oleh terpidana.Oleh karena itu
2. Dalam penanganan tindak pidana
mereka harus menebus
pengedaran dan penyalahgunaan
kesalahannya di penjara.Adapun
sediaan farmasi tanpa izin,
ciri utama pidana penjara adalah
hendaknya dibuat suatu peraturan
harus lama, terdapat unsur derita
yang khusus mengatur mengenai
dan berupa pembalasan
tindak pidana mengedarkan sediaan
masyarakat.
farmasi tanpa izin, sehingga dalam
Dengan dipenjaranya pelaku
menangani tindak pidana ini para
kejahatan berarti pula
aparat hukum dan para pihak yang
kemerdekaannya telah
terkait dapat menindak dengan tegas
dirampas.Dengan singkat dapat
karena payung hukum terhadap
dikatakan bahwa tujuan
kejahatan ini sudah jelas berikut
dikenakannya pidana penjara
dengan seluruh penjelasannya.
adalah untuk mengadakan
Dengan cara ini, mudah-mudahan
pembalasan dan untuk menakuti
dapat meminimalisir terjadinya
para pelanggar hukum dan calon
tindak pidana pengedaran dan
pelanggar lainnya untuk tidak
penyalahgunaan sediaan farmasi
melakukan kejahatan.
tanpa izin edar.

41
o[ dl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

3. Adanya pengawasan dari pemerintah sifatnya sama mulai dari tingkat


dalam hal ini yang berwenang Balai pusat sampai ke daerah.
POM supaya lebih pro aktif dalam
melakukan pengawasan mulai dari
tingkat daerah sampai dengan pusat. DAFTAR PUSTAKA
Yang menjadi objek pengawasan Buku-Buku
adalah pihak-pihak yang terkait, Titon Slamet Kurnia, Hak Atas Drajat
mulai dari produksi sampai Kesehatan Optimal Sebagai
peredaran, dengan lebih HAM di Indonesia,Bandung,
mengoptimalkan Badan Pengawas 2007.
yang ada didaerah baik daerah Tkt II Amri Amir, Bunga Rampai Hukum
(Kab/Kota), daerah Tkt I (Propinsi) Kesehatan, Jakarta 1997.
maupun tingkat pusat dengan Moh. Anief, Farmasetika, Yogyakarta
melibatkan seluruh unsur mulai dari 1993.
masyarakat, aparat penegak hukum Arief, Barda Nawawi. Bunga Rampai
maupun lembaga-lembaga tertentu. Kebijakan Hukum Pidana,2008,
Dengan demikian praktek jual beli obat Kencana, Jakarta.
tanpa izin edar tidak begitu mudah Sudarto, Hukum Pidana I, Yayasan
didapatkan, dan dapat mengurangi Sudarto, Semarang, 1990.
tindak pidana pengedaran dan D. Schffmeister et al, dalam J.F.
penyalahgunaan sediaan farmasi Sahetapi (ed), Hukum Pidana,
tanpa izin edar. Liberty Edisi Pertama Cetakan
4. Agar pemerintah mencoba untuk Ke-1, Yogyakarta.
menganalisa lagi apa-apa saja faktor E.y Kanter & S. sianturi, Asas-asas
yang menjadi penyebab pengedaran Hukum Pidana di IndonesiaDan
dan penyalahgunaan sediaan farmasi Penerapanya, Storia Grafika,
tanpa izin, sehingga ada suatu Jakarta, 2002.
kesamaan persepsi tentang faktor Chairul Huda, Tiada Pidana Tanpa
penyebab pengedaran dan Kesalahan Menuju kepada
penyalahgunaan sediaan farmasi Tiada PertanggungJawaban
tanpa izin. Dengan demikian akan Pidana Tanpa Kesalahan,
ditempuh solusi-solusi yangjuga Prenada Media, Jakarta, 2006.

42
o[ oU s}oµu s/// E}u}Œ ïU ^ ‰š u Œ - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

Suharto, Hukum Pidana Materil, Sinar Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas


Grafika, Jakarta, 2002. Hukum Pidan di Indonesia,
Martiman Prodjohamidjojo, Memahami Refika Aditama, Bandung, 2003.
Dasar-Dasar Hukum Pidana, Soedarto, Hukum Dan Hukum Pidana,
Pradnya Paramita, Jakarta, 1997. Alumni, Bandung 1981, hal 159
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai
Hukum Pidan di Indonesia, Kebijakan Hukum Pidana,
Refika Aditama, Bandung, 2003. Kencana, Jakarta 2008.
Soedarto, Hukum Dan Hukum Pidana, Samidjo, Ringkasan Dan Tanya Jawab
Alumni, Bandung 1981. Hukum Pidana, Armico,
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Bandung, 19
Kebijakan Hukum Pidana,
Kencana, Jakarta 2008.
D. Schffmeister et al, dalam J.F.
Sahetapi (ed), Hukum Pidana,
Liberty Edisi Pertama Cetakan
Ke-1, Yogyakarta.
E.y Kanter & S. sianturi, Asas-asas
Hukum Pidana di Indonesia Dan
Penerapanya, Storia Grafika,
Jakarta, 2002.
Chairul Huda, Tiada Pidana Tanpa
Kesalahan Menuju kepada
Tiada PertanggungJawaba
Pidana Tanpa Kesalahan,
Prenada Media, Jakarta, 2006.
Suharto, Hukum Pidana Materil, Sinar
Grafika, Jakarta, 2002.
Martiman Prodjohamidjojo, Memahami
Dasar-Dasar Hukum Pidana,
Pradnya Paramita, Jakarta, 1997.

43
o[ dl, Volume VIII Nomor 3, September - Desember 2016 ISSN 1979 - 4940

44

You might also like