Professional Documents
Culture Documents
DK 1: OBESITAS
1. Overview case
Skenario Keterangan
Mr. Fatty, a 40-year-old man, consults a doctor Faktor insidensi: usia, jenis kelamin
because his weight increases.
DD/
- Obesitas
- Cushing Syndrome
- Hipotiroid
Weight in March (8 months ago) was 98 Kg; IMT = 110/(1,55)2 = 45,8 kg obesitas II
currently, the patient's weight is 110 Kg. Faktor resiko beberapa penyakit (sindroma metabolic)
Mr. Fatty works as an office worker and comes Pekerja kantoran kurang aktivitas fisik aktivitas
and sits all day. He has felt that his usual eating rendah (sedentary lifestyle)
portions do not satisfy him, so his snacking
portions are becoming more frequent. Waktu, frekuensi, dan pola makan salah
menyebabkan gangguang pada hormone pasien
selalu lapar
When the doctor asked about his physical Jarang olahraga faktor resiko yang dapat dimodifikasi
activity, he said he plays tennis once a month (olahraga minimal dilakukan 3-5x/minggu (30-45
menit/hari)
The patient visited the doctor with laboratory Terjadi peningkatan GDP, Kolesterol, trigliserida.
results: FBG 135 mg/dL, Cholesterol 256 mg/dL,
Triglyceride 300 mg/dL. GDP (N: <126 mg/dL)
Kolesterol (N: <200 mg/dL)
trigliserida (N: <150 mg/dL)
The doctor conducted a 24-hour food recall on Roti, makanan yang digoreng, coklat, minuman manis
the patient, finding that the amount of tinggi kalori asupan gizi tidak seimbang faktor risiko
energy/calories consumed by the patient the yang dapat dimodifikasi
previous day was 3100 kcal with snacks
consisting of bread, fried foods, chocolate, and
sweet drinks.
The patient's daily activities are typing and Aktivitas ringan AF: 1,65
watching TV.
Physical examination showed a height of 155 BBI = (TB-100) – 10%
cm, weight of 110 kg, and abdominal = (155-100) – 10%
circumference of 101 cm. = 55 – 5,5
= 49,5 kg
KET:
AMB = 66 + (13,7 x 49,5) + (5 x 155) – (6,8 x 40)
=66 + (13,7 x 49,5) + (5 x 155) – (6,8 x 40)
= 66 + 678,15 + 775 – 272
= 1.247 kkal
AF = 1.247 kkal x 1,65
= 2057,55
TEF = 2057,55 x 10 %
= 205,755 kkal
KET = 2057,55 + 205,755
= 2263,305 2200 kkal yang seharusnya dikonsumsi
The doctor explained that Mr. Fatty needs to 4 pilar ↓ BB:
change the amount and type of food and a) Edukasi
physical activity so that weight loss can occur. b) Terapii gizi medis
Mr. Fatty asked if there was any medicine that c) Olahraga
could help him achieve the weight loss target d) Intervensi farmakologis
the hoped to achieve and whether it was Obat-obatan / pembedahan untuk ↓ BB? dilema
confirmed that there was surgery that needed etik mengenai tatalaksana pada pasien
to be done so he could lose weight.
Impression of mild illness, compos mentis. IMT = 45,8 kg obesitas II
Nutritional status: Height 155 cm Weight110 kg.
Abdominal circumference 101 cm. Lingkar perut > 90cm pada laki-laki obesitas sentral
- Lemak coklat:
Terdapat di daerah leher dan interscapular pada fetus dan bayi
Memiliki vakuola kecil, berukuran multilokuler, sedikit pada orang
dewasa
Berfungsi sebagai termoregulator
1. Overview case
Skenario Keterangan
Anak Perempuan usia 14 tahun Insidensi terjadi pada anak-anak
- Terjadi pada anak usia <15 tahun
- Terdapat 2 puncak insidensi DM tipe 1 usia 5-
6 tahun dan 11 tahun
KU: tidak sadarkan diri sejak 1 jam yang lalu KU: akut (1 jam)
Penyebab penurunan kesadaran:
Intracranial: subdural hematoma
Extracranial: sistemik gangguan metabolic:
- Hipoglikemia
- Hiperglikemia:
1) DM tipe 1 + kompli KAD
2) DM tipe 1 + kompli HHNK
- Gangguan saluran pencernaan (diare)
Dehidrasi berat
Trauma
Menurut orang tua pasien terdapat nyeri perut, Tanda gejala kegawatan hiperglikemia
mual, dan muntah berkali-kali (10 kali) Gejala tidak khas pada DM:
Mual
Muntah
Nyeri abdomen
Mereka tidka melihat adanya kelainan dalam Kronik 3 bulan
buang air besa. Sejak 3 bulan yang lalu pasien Gejala khas pada DM: 4P
sering buang air kecil dan terlihat kurus, Polyuria: sekresi urin yang berlebihan
meskipun pasien sering makan dan merasa Polydipsia: rasa haus dan pemasukan cairan
haus. Pasien juga sering merasa lelah berlebihan dan kronik
Polyphagia: makan berlebih
Penurunan BB terlihat kurus dan lemah
Gejala tidak khas pada DM:
Lemas
BAB normal menyangkal gastroentritis
DD/
1) DM tipe 1
2) DM tipe 2
3) Hipertiroid
4) Gastroenteritis
5) Hipoglikemia
Riwayat keluhan serupa sebelumnya: tidak Menyangkal keluhan serupa sebelumnya, tidak rekuren
pernah
Riwayat keluarga serupa: tidak pernah dirawat Menyingkirkan DD DM tipe 2
Pemeriksaan fisik: Somnolen kesadaran menurun
Terlihat sakit Nafas bau keton (bau mirip buah-buahan) tanda
Kesadaran: somnolen ketoasidosis
Aroma nafas: bau aseton
Tanda vital: Hipotensi tanda ketoasidosis pada anak yang
BP: 98/60 mmHg biasanya muncul terlambat
Respiratory rate 40x/min Takipnea N: 18-24x/menit
Kussmaul type Kussmaul (nafas cepat dan dalam) tanda pada
Pulse rate 167x/min ketoasidosis metabolic
Temperature: 37°C Takikardi N: 60-100x/menit tanda hampir
syok dimana tekanan darah turun tetapi nadi naik
Suhu normal N: 36,5 – 37o C
Kepala: normocephalic, mata: kelopak mata Kepala: normal
sangat cekung, konjungtiva tidak anemik, sclera Kelopak mata cekung tanda dehidrasi (keadaan
tidak ikterik gawat darurat)
Menyingkirkan DD hipertiroid
Leher: JVP dalam batas normal, kelenjar getah Konjunctiva dan sklera: normal
bening tidak teraba Leher: normal
Retraksi suprasternal tanda adanya masalah
Dada: simteris, retraksi suprasternal, bunyi pernapasan yang serius
jantung S1, S2, VBS paru kanan = paru kiri, tidak Turgor kembali dengan sangat lambat tanda
ada bunyi nafas tambahan pasien mengalami dehidrasi
CRT: normal dehirasi > 2 menit
Perut: datar, bising usus normal, turgor kembali
dengan sangat lambat, hepar dan limfe tidak
teraba
2. IKD
Embriologi: dibentuk oleh 2 tunas yang berasal dari lapisan endoderm duodenum:
Tunas pankreas dorsal terletak dalam mesentrium dorsal.
Tunas pankreas ventral dekat duktus koledokus → bergeser ke belakang mengelilingi
duodenum ke arah tunas dorsal → bersatu.
Topografi
Struktur luar:
Caput (retroperitoneal): dalam suatu cekungan bentuk C duodenum
Corpus (retroperitoneal): memanjang dan terbentang dari collum hingga cauda
Cauda (intraperitoneal): melintas diantara lapisan-lapisan ligamentum splenorenale
Struktur dalam:
Ductus pankreaticus primer (Wirsungi) major
Ductus pankreaticus sekunder (Santorini)
Pulau Langerhans: Insulin (sel β), glukagon (sel α)
Kelenjar eksokrin: bicnat, tripsin, amylase, lipase
Vaskularisasi
Arteri:
A. pancreaticoduodenale superior
A. pancreaticoduodenale inferior
A. pancreatica mayor
A. pancreatica caudalis
Vena:
Parallel dengan arteri
Via v. retzius baranostomose dengan v. cafa inferior
Inervasi
Parasimpatis: n. vagus
Simpatis: toracal 7-11, ganglion coleacus
Afferent: via serabut simpatis
Reffered pain: regio dermatome 7-11
Histologi
Eksokrin mengeluarkan enzim pencernaan (amilase, lipase, dan tripsin)
Endokrin terdiri dari pulau Langerhans, mengeluarkan hormon ke dalam aliran darah
Sel a menghasilkan glukagon dan terletak di bagian perifer.
Sel β menghasilkan insulin dan terletak di bagian sentral.
Sel δ menghasilkan somatostatin dan terletak di antara sentral ~ perifer.
Sel PP menghasilkan polipeptida pankreas untuk pencernaan di usus dan terletak di
bagian perifer pars caput pankreas.
Insulin beredar di dalam darah. Insulin tidak bisa masuk jika tidak terdapat GLUT di dalam
membran sel. Ada 4 jenis GLUT:
GLUT 1→ banyak di vaskular otak, afinitas yang tinggi terhadap glukosa.
GLUT 2 → banyak di hepar, afinitas rendah pada glukosa jadi berperan saat kadar gula
dalam darah relatif tinggi.
GLUT 3→ banyak di sel saraf.
GLUT 4 → berperan di otot, jantung, dan jaringan adiposa. Ditemukan pada jaringan
yang sensitif insulin. Insulin → menstimulus translokasi GLUT 4 di sitoplasma →
membran plasma → menyebabkan glukosa intravaskular → masuk ke intraselular.
Fisiologi
Kelenjar eksokrin penghasil hormon pencernaan (amilase, lipase, tripsin)
Kelenjar endokrin
Sel a produksi glukagon → menaikkan kadar glukosa darah
Sel β produksi insulin → menurunkan kadar glukosa darah
Sel δ produksi somatostatin → berperan dalam pengaturan sekresi sel pulau
Sel PP → produksi polipeptide pankreas → menghambat sekresi bikarbonatdan protein
pankreas, berfungsi untuk mengurangi nafsu makan
Pengaruh insulin terhadap metabolisme
Meningkatkan uptake glukosa ke jaringan
Menginduksi glukoneogenesis
Menginduksi lipogenesis
Menginduksi sintesis protein
Menghambat lipolisis sel lemak dan gluconeogenesis
Biokimia
Sekresi insulin
3. Patfis dan patgen
4. Pemeriksaan penunjang
GDP: kadar gula darah yang diukur setelah menjalani puasa sekitar 10-12 jam. Normalnya
<126 mg/dL. Apabila >126 mg/dL maka diagnosis DM dapat ditegakan
GDS: kadar glukosa darah sewaktu. Normalnya <200 mg/dL. Apabila >200 mg/dL maka
diagnosis DM dapat ditegakan
Analisis gas darah
pH <7,3 atau HCO3 < 15mEq/L → ketoasidosis ringan
pH <7,2 atau HCO3 <10 mEq/L → ketoasidosis sedang
pH <7,1 atau HCO3 <5mEq/L → ketoasidosis berat
Periksa keton
Periksa keton melalui urin (ketonuria) atau melalui darah (ketonemia)
Normal keton darah: < 0,6 mmol/L
C-peptide
C - peptide sebagai penanda insulin, begitu insulin disekresikan C-peptide juga akan
disekresikan. Maka, C-peptide dapat digunakan untuk mengukur berapa banyak insulin
yang di sekresikan oleh tubuh
Pada DM tipe 1, C-peptide akan ditemukan dalam level yang rendah atau bahkan tidak
ada sama sekali. Karena sel b pankreas tidak menghasilkan insulin
5. Tatalaksana
UMUM:
Edukasi: meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap, perilaku, meningkatkan
kepatuhan, dan kualitas hidup pasien
Terapi gizi: pengaturan pola makan, ditekankan pada jumlah, jenis, jadwal sesuai
kebutuhan kalori perharinya dengan memperhitungkan kebutuhan gizi
Latihan jasmani: lakukan olahran minimal 30 menit/ hari lakukan selama
4-5kali/minggu
Terapi farmakologi: terapi insulin. Dosis insulin harian, tergantung pada: Umur, berat
badan, status pubertas, lama menderita, fase diabetes, asupan makanan, pola
olahraga, aktifitas harian, hasil monitoring glukosa darah dan HbA1c, serta ada
tidaknya komorbiditas.
o Rapid acting (cepat) novorapid
o Short acting (pendek)
o Intermediate (menengah)
o Long acting (Panjang)
KHUSUS:
Amankan airway, breathing, circulation
Airway: amankan jalan napas. Jika perlu kosongkan isi lambung
Breathing: berikan oksigen pada pasien dengan dehidrasi berat atau syok
Circulation: pemantauan jantung sebaiknya dengan EKG untuk mengevaluasi adanya
kemungkinan hiperkalemia atau hopikalemia. Dan sebaiknya dipasang dua keteter
intravena
Disability: nilai kesadaran menggunakan GCS (glasglow coma scale)
Timbang berat badan gunakan berat badan actual untuk menghitung kebutuhan
cairan maupun kebutuhan insulin
Nilai derajat dehidrasi, tanda – tanda dehidrasi: capillary refill memanjang, turgor
menurun, membrane mukosa yang kering, mata cekung, dan tidak ada air mata.
Dehidrasi dianggap lebih dari 10%/berat jika terdapat nadi yang lemah, hipotensi,
dan oliguria
6. Komplikasi dan prognosis
Prognosis
Quo Ad Vitam: dubia ad bonam
Quo Ad Functionam: dubia ad bonam
7. Epidemiologi, PBHL
Epidemiologi
Insidensi DM tipe 1 meningkat 3-5% per tahun di seluruh dunia
Prevalensi DM tipe 1 di seluruh dunia 9,5% dengan kejadian 15 per 100.000 orang
Lebih dari 50% penderita baru DM tipe 1 berusia >20 tahun
PBHL
DK 3: DM TIPE 2
1. Overview case
Skenario Keterangan
Ny. Sweety 25 tahun Identitas pasien (usia dewasa DM tipe 2)
KU: lemah badan DD/
Hematologi
Anemia
Keganasan hematologic
Thalassemia
Non-hematologi
Hipoglikemia
Hiperglikemia: DM tipe 1 atau DM tipe 2
Gagal ginjal kronik
Gangguan hepar
Gangguan nutrisis
Kelainan sistem kardiorespirasi
Pasien mengeluhkan poliuri, polidipsi, dan polifagi Gejala klasik DM
Poliuri banyak pipis
Polidipsi banyak minum
Polifagi banyak makan
Pasien tergolong overweight, tidak pernah Faktor risiko yang dapat diubah: overweight dan kurang
olahraga, dan pekerjaannya sebagai sekretaris yang olahraga
selalu standby di depan komputer untuk membuat
laporan harian Sedentary lifestyle (energi yang dikeluarkan sedikit) menjadi
faktor risiko untuk terjadinya obesitas dapat menjadi
faktor risiko penyakit lain
Ibu pasien menderita penyakit yang sama dan Faktor genetic faktor risiko yang tidak dapat diubah
menjalani pengobatan Insulin
Pemeriksaan dokter menunjukkan keadaan pasien Overweight (IMT: 23-24,9 kg/m2)
dengan kesan sakit ringan, kesadaran compos Leher: normal
mentis. Toraks: normal
Pasien tampak gemuk, Tinggi badan: 158 cm. Berat Abdomen: normal
badan 60 kg (BMI 24,03Kg/m2) Tidak ada komplikasi DM Makroangiopati
Tanda-tanda vital: tekanan darah 120/80 mmHg, (penyempitan pembuluh darah besar)
nadi 80x/menit teratur, seimbang, kandungan Ada komplikasi DM Mikroangiopati: Neuropati Perifer
cukup, pernapasan 16x/menit, suhu 36,6oC.
Leher: tidak teraba lifonodi
Toraks: simetris, batas jantung tidak membesar,
bunyi jantung murni pulmo sonor teratur, ronki (-)
Abdomen: hati dan limpa tidak teraba, asites (-),
murmur vaskular (-) Ekstremitas: Dorsalis pedis dan
denyut arteri tibialis posterior teraba
Hasil laboratorium pasien: ↑ (GDP ≥126 mg/dL)
o GDP: 140 mg/dL ↑ (GD2PP ≥200 mg/dL)
o GD2PP: 190 mg/dL ↑ (HbA1C ≥6,5%)
o HbA1C: 8% Glukosuria (+)
o Urin reduksi (+)
Dokter menjelaskan diagnosisnya kepada Ny. 4 pilar tatalaksana DM:
Sweety, dan juga menjelaskan bahwa terapi Edukasi
farmakologis perlu segera dimulai bersamaan Terapi nutrisi medis
dengan terapi lain yang menurut dokter Aktivitas fisik
merupakan komponen dari 4 pilar Farmakologis
penatalaksanaan penyakit ini
Dokter juga menjelaskan kepada Ny. Sweetheart Komplikasi DM tipe 2: akut dan kronis
bahwa jika terapi tidak dilakukan dengan baik, ada
kemungkinan terjadi komplikasi akut dan kronik,
serta dapat menjadi komorbid untuk berbagai
penyakit lain
DD/
1) Diabetes Melitus type 1
2) Diabetes melitus type 2 dengan komplikasi neuropati perifer
DK/ Diabetes melitus type 2 dengan komplikasi neuropati perifer
Dasar diagnosis
- Pasien berusia > 30 tahun, keluhan utama penurunan berat badan disertai gejala klasik
diabetes melitus (poliuri, polifagi, polidipsi).
- Memiliki riwayat overweight/obesitas kemudian ibu pasien juga memiliki penyakit yang sama
(genetik) dan menggunakan insulin.
- Dalam pemeriksaan fisik didapatkan rangsang sensori pada kedua tungkai berkurang yang
merupakan komplikasi mikroangiopati (neuropati)
2. Patfis dan Patgen
3. IKD
Embriologi: dibentuk oleh 2 tunas yang berasal dari lapisan endoderm duodenum:
Tunas pankreas dorsal terletak dalam mesentrium dorsal.
Tunas pankreas ventral dekat duktus koledokus → bergeser ke belakang mengelilingi
duodenum ke arah tunas dorsal → bersatu.
Topografi
Struktur luar:
Caput (retroperitoneal): dalam suatu cekungan bentuk C duodenum
Corpus (retroperitoneal): memanjang dan terbentang dari collum hingga cauda
Cauda (intraperitoneal): melintas diantara lapisan-lapisan ligamentum splenorenale
Struktur dalam:
Ductus pankreaticus primer (Wirsungi) major
Ductus pankreaticus sekunder (Santorini)
Pulau Langerhans: Insulin (sel β), glukagon (sel α)
Kelenjar eksokrin: bicnat, tripsin, amylase, lipase
Vaskularisasi
Arteri:
A. pancreaticoduodenale superior
A. pancreaticoduodenale inferior
A. pancreatica mayor
A. pancreatica caudalis
Vena:
Parallel dengan arteri
Via v. retzius baranostomose dengan v. cafa inferior
Inervasi
Parasimpatis: n. vagus
Simpatis: toracal 7-11, ganglion coleacus
Afferent: via serabut simpatis
Reffered pain: regio dermatome 7-11
Histologi
Eksokrin mengeluarkan enzim pencernaan (amilase, lipase, dan tripsin)
Endokrin terdiri dari pulau Langerhans, mengeluarkan hormon ke dalam aliran darah
Sel a menghasilkan glukagon dan terletak di bagian perifer.
Sel β menghasilkan insulin dan terletak di bagian sentral.
Sel δ menghasilkan somatostatin dan terletak di antara sentral ~ perifer.
Sel PP menghasilkan polipeptida pankreas untuk pencernaan di usus dan terletak di
bagian perifer pars caput pankreas.
Insulin beredar di dalam darah. Insulin tidak bisa masuk jika tidak terdapat GLUT di dalam
membran sel. Ada 4 jenis GLUT:
GLUT 1→ banyak di vaskular otak, afinitas yang tinggi terhadap glukosa.
GLUT 2 → banyak di hepar, afinitas rendah pada glukosa jadi berperan saat kadar gula
dalam darah relatif tinggi.
GLUT 3→ banyak di sel saraf.
GLUT 4 → berperan di otot, jantung, dan jaringan adiposa. Ditemukan pada jaringan
yang sensitif insulin. Insulin → menstimulus translokasi GLUT 4 di sitoplasma →
membran plasma → menyebabkan glukosa intravaskular → masuk ke intraselular.
Fisiologi
Kelenjar eksokrin penghasil hormon pencernaan (amilase, lipase, tripsin)
Kelenjar endokrin
Sel a produksi glukagon → menaikkan kadar glukosa darah
Sel β produksi insulin → menurunkan kadar glukosa darah
Sel δ produksi somatostatin → berperan dalam pengaturan sekresi sel pulau
Sel PP → produksi polipeptide pankreas → menghambat sekresi bikarbonatdan protein
pankreas, berfungsi untuk mengurangi nafsu makan
Efek insulin terhadap metabolisme lemak
“Fat sparer” – tabungan lemak
Faktor yang meningkatkan sintesa asam lemak dalam hepar
Meningkatkan transport glukosa kedalam sel hepar
Pembentukan trigliserida dalam hepar lipoprotein dalam darah, insulin mengaktifkan
lipoprotein lipase pada dinding kapiler jar. Lemak absorpsi asam lemak ke dalam sel
lemak trigliserida (energi cadangan tubuh)
Efek insulin dalam penimbunan lemak dalam sel lemak
Insulin menginhibisi aktivitas hormon sensitive lipase
Insulin meningkatkan transport glukosa
Efek insulin dalam metabolisme protein
Meningkatkan sintesa dan penimbunan protein
Merangsang transport asam amino ke dalam sel
Meningkatkan tranlasi m RNA
Inhibisi katabolisme protein
Menekan gluconeogenesis dalam hepar
Efek insulin dalam metabolisme karbohidrat
Mempermudah transport glukosa ke dalam sebagian besar sel
Merangsang glikogenesis pembentukan glikogen dari glukosa di otot rangka dan hati
Menghambat glikogenesis, penguraian glikogen menjadi glukosa
Biokimia
4. Tatalaksana
UMUM:
Edukasi: meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap, perilaku, meningkatkan
kepatuhan, cara pemantauan glukosa secara mandiri, dan perlunya pengendalian
dan pemantauan DM
Terapi gizi: pengaturan pola makan, ditekankan pada jumlah, jenis, jadwal sesuai
kebutuhan kalori perharinya dengan memperhitungkan kebutuhan gizi
Latihan jasmani: lakukan olahran minimal 30 menit/ hari lakukan selama
4-5kali/minggu
Terapi farmakologi:
Komplikasi kronis
Makroangiopati
o Penyakit jantung coroner
o Ulkus iskemik pada kaki
o Stroke iskemik atau stroke hemoragik
Mikroangiopati
o Retinopati diabetic
o Nefropati diabetic
o Neuropati
o Kardiomepati
Prognosis
quo ad vitam: dubia ad bonam
quo ad functionam: dubia ad bonam
6. Epidemiologi, PBHL
Epidemiologi
Pada tahun2012, DM penyebab kematian ke-8
DM tipe 2 terjadi usia 30 th (lifestyle)
Perempuan > laki-laki
PBHL
DK 5: HIPOGLIKEMIA
1. Overview case
Skenario Keterangan
Seorang pasien berusia 60 tahun dibawa oleh keluarganya Identitas pasien
ke IGD dengan keluhan utama penurunan kesadaran sejak Insidensi: DM tipe 2 penurunan kesadaran, usia
8 jam sebelum masuk rumah sakit. lanjut
DD/
o Hipoglikemia
o Hiperglikemia (DM tipe 2)
o Asma
o Hipertensi dengan HHD
Awalnya, pasien mengeluh lemas, pasien masih bisa diajak Penurunan kesadaran: lemah badan suspek
komunikasi namun sering tidak nyambung dan sekarang hipoglikemia
tampak tertidur
Tanda Neuroglikopenik Hipoglikemia: lemas, lesu,
penurunan kesadaran dan konsentrasi perubahan
sikap gangguan kognitif
Pasien mempunyai riwayat DM dan Hipertensi sejak 10 Riwayat DM dan hipertensi yang tidak terkontrol
tahun yang lalu, jarang kontrol dan lebih sering membeli faktor resiko
obat sendiri untuk mengatasi DM
Obat terakhir yang sering digunakan adalah glibenklamid 5 Glibenklamid: Gol. Sulfonilurea (meningkatkan
mg dan amlodipine 5 mg. Selain itu, sejak 4 bulan terakhir, sekresi insulin oleh beta pancreas) → Mempunyai
pasien sering merasakan mual dan kadang disertai muntah efek samping
hipoglikemia berat
Insulin beredar di dalam darah. Insulin tidak bisa masuk jika tidak terdapat GLUT di dalam
membran sel. Ada 4 jenis GLUT:
GLUT 1→ banyak di vaskular otak, afinitas yang tinggi terhadap glukosa.
GLUT 2 → banyak di hepar, afinitas rendah pada glukosa jadi berperan saat kadar gula
dalam darah relatif tinggi.
GLUT 3→ banyak di sel saraf.
GLUT 4 → berperan di otot, jantung, dan jaringan adiposa. Ditemukan pada jaringan
yang sensitif insulin. Insulin → menstimulus translokasi GLUT 4 di sitoplasma →
membran plasma → menyebabkan glukosa intravaskular → masuk ke intraselular.
Fisiologi
Kelenjar eksokrin penghasil hormon pencernaan (amilase, lipase, tripsin)
Kelenjar endokrin
Sel a produksi glukagon → menaikkan kadar glukosa darah
Sel β produksi insulin → menurunkan kadar glukosa darah
Sel δ produksi somatostatin → berperan dalam pengaturan sekresi sel pulau
Sel PP → produksi polipeptide pankreas → menghambat sekresi bikarbonatdan protein
pankreas, berfungsi untuk mengurangi nafsu makan
Efek insulin terhadap metabolisme lemak
“Fat sparer” – tabungan lemak
Faktor yang meningkatkan sintesa asam lemak dalam hepar
Meningkatkan transport glukosa kedalam sel hepar
Pembentukan trigliserida dalam hepar lipoprotein dalam darah, insulin mengaktifkan
lipoprotein lipase pada dinding kapiler jar. Lemak absorpsi asam lemak ke dalam sel
lemak trigliserida (energi cadangan tubuh)
Efek insulin dalam penimbunan lemak dalam sel lemak
Insulin menginhibisi aktivitas hormon sensitive lipase
Insulin meningkatkan transport glukosa
Efek insulin dalam metabolisme protein
Meningkatkan sintesa dan penimbunan protein
Merangsang transport asam amino ke dalam sel
Meningkatkan tranlasi m RNA
Inhibisi katabolisme protein
Menekan gluconeogenesis dalam hepar
Efek insulin dalam metabolisme karbohidrat
Mempermudah transport glukosa ke dalam sebagian besar sel
Merangsang glikogenesis pembentukan glikogen dari glukosa di otot rangka dan hati
Menghambat glikogenesis, penguraian glikogen menjadi glukosa
Biokimia
Otak
Topografi
Terletak dalam rongga cranium, terdiri atas semua bagian sistem saraf pusat (SSP) diatas
korda spinalis. Secara anatomis terdiri dari cerebrum, cerebellum, brainstem, dan limbic
system
Vaskularisasi
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan arteri karotis
interna. Alirana darah vena dari otak terutama ke dalam sinussinus durameter
Otak terdiri dari 3 bagian
o Otak besar (cerebrum)
Bagian terbesar dari otak, dibagi menjadi 4 bagian:
a) Lobus frontal (bagian depan) mengendalikan Gerakan, ucapan, perilaku,
memori, emosi, dan kepribadian
b) Lobus parietal (atas) mengendalikan sensasi, seperti sentuhan, tekanan,
nyeri, dan suhu
c) Lobus temporal (samping) mengendalikan indra pendengaran, ingatan, dan
emosi, lobus temporal sinistra berperan dalam fungsi bicara
d) Lobus oksipital (belakang) mengendalikan fungsi penglihatan
o Otak kecil (cerebellum)
Terletak dibawah otak besar pada bagian belakang otak, tepatnya di bawah lobus
oksipital. Bertanggung jawab dalam mengendalikan gerakan, menjaga
keseimbangan, serta mengatur posisi dan koordinasi gerakan tubuh
o Batang otak (brainstem)
Seikat jaringan saraf yang terdiri dari 3 bagian, yaitu otak tengah, pons, dan
medulla oblongata
4. Tatalaksana
Kegawatdaruratan hipoglikemia
1) Amankan airway, breathing, circulation
- Airway: amankan jalan napas
- Breathing: berikan oksigen pada pasien dengan dehidrasi berat atau syok
- Circulation: pemantauan jantung dengan EKG dan sebaiknya pasang kateter
intravena
- Disability: nilai GCS (Glasgow Coma Scale)
- Timbang berat badan pasien
2) Farmakologi
Prinsip: mengembalikan dengan cepat level glukosa darah ke rentang normal
5. Pemeriksaan penunjang
GDS untuk memantau kadar gula darah
GDR untuk melihat anemia
GDP tes pertama untuk mendiagnosa DM
2 jam setelah makan (post prandial) menggambarkan kemampuan tubuh dalam
mengontrol kadar gula dalam darah, yang terkait dengan jumlah sensitivitas insulin di
dalam tubuh
Tes elektrolit gangguan elektrolit bisa menyebabkan penurunan kesadaran
Tes urine pretinin untuk mengetahui fungsi ginjal dan yang menyebabkan gangguan
kesadaran
Tes rontgen karena pd skenario adanya pembesaran jantung
Kronik 1 tahun
DD/
1. Cushing syndrome
2. Hipotiroid
3. Obesitas
Nafsu makannya menurun DD Obesitas disangkal ➔ asupan makanan pada
pasien obesitas meningkat
Pakaian pasien dirasa semakin sempit terutama pada area Tanda dan gejala cushing syndrome:
perut Obesitas dengan distribusi lemak di abdomen
→ obesitas sentral
Pasien merasa lemah otot, mudah lelah, tumbuh rambut di Otot menjadi lemah
wajah (hirsutisme), dan berjerawat. Hirsutisme → peningkatan androgen
Timbul jerawat
Pasien juga mengeluh susah tidur, iritabilitas (emosian), dan Insomnia
mens tidak teratur. Gangguan emosi
Gangguan menstruasi
Sejak 5 tahun yang lalu, pasien meminumnya obat yang Obat beli sendiri tanpa resep dokter
dibeli sendiri di apotek untuk mengurangi nyeri sendi
terutama pada lutut dan jari. Untuk mengurangi nyeri sendi kemungkinan
obat kortikosteroid hiperkortikolism cushing
syndrom
Sejak 4 tahun yang lalu wajah tampak lebih bulat, disertai Wajah bulat moon face
rambut wajah dan kemerahan, itu perut menjadi buncit
dengan garis kemerahan pada kulit.
Pemeriksaan Fisik Hipertensi menyangkal DD hipertiroid
Penyakit sedang
Tekanan darah: 160/100mmHg, Obesitas I (25-29,9)
Denyut nadi 88/menit teratur, seimbang, isi cukup, Respirasi
20 kali/menit, Suhu 37,2°C, Tinggi 165 cm Berat 80 kg (BMI
29,4)
Kepala: muka bulan (+) fasies berlimpah (+) Tanda cushing syndrome
3. IKD
Embriologi
Terbentuk minggu ke-4 sampai 7
Berasal dari mesoderm (korteks) dan ectoderm (medulla)
Topografi
Glandula adrenal dextra
- Berbentuk pyramid
- Menutupi kutub atas ginjal dextra
- Dibelakang lobus dextra hepar ke medial – posterior vena cava inferior
Glandula adrenal sinistra
- Bentuk bulan sabit, meluas sepanjang pinggir medial renal sinistra
- Dibelakang pancreas, bursa omentalis gaster
Terdapat 2 lapisan: korteks dan medulla
Vaskularisasi
Arteri
- A. phremica a. suprarenal superior
- Aorta a. suprarenal media
- A. renalis a. suprarenal inferior
Vena
- Vena dextra v. cava inferior
- Vena sinistra v. renalis
HISTOLOGI
Korteks
Zona glomerulosa
- Penghasil aldosteron
Zona fasciculata
- Penghasil kortisol
Zona retikularis
- Penghasil androgen
Medulla
Sel kromafin penghasil katekolamin (epinefrin dan norepinefrin)
FISIOLOGI
4. Pemeriksaan penunjang
5. Tatalaksana
6. Komplikasi, prognosis, epidemiologi, PBHL
Komplikasi
Serangan jantung dan stroke
Tekanan darah tinggi
Infeksi
Diabetes tipe 2
Kesulitan berkonsentrasi
Prognosis
Quo ad vitam: dubia ad bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam
Epidemiologi
PBHL
DK 8: HIPOTIROID
1. Overview case
Skenario Keterangan
Dwarfism
Keluhan disertai dengan frekuensi rendah berak. dia Gejala hipotiroid (constipation)
buang air besar setiap lima hari sekali.
Anaknya terlihat kurang aktif bermain, malah lebih Gejala hipotiroid (decreased energy) dan (cold
nyaman di ruangan yang hangat, dan tidak suka intolerance)
menginap lama di ruangan ber-AC.
Pada masa ini anak sudah dapat berbicara dalam kalimat Perkembangan tidak terganggu
lengkap, bermain bola tetapi tidak aktif, dan membuat
lingkaran tetapi terputus.
Menyangkal DD/Dwarfism
Riwayat makan: 3x sehari 3⁄4, dari porsinya habis, lauk Kesan asupan protein hewani kurang
pauk tahu tempe, kurang suka telur atau makanan
mengandung protein hewani, tidak menyukai makanan Kesan asupan yodium kurang etiologi
asin (memiliki garam secukupnya), tidak diketahui
kegunaan garam beryodium, ibu masak menggunakan
garam tidak bermerek.
BB/TB: >3SD
Kesadaran: waspada, Waspada
DD/
Embriologi:
o Terbentuk pada minggu ke-empat
o Berasal dari lekukan faring antara kantung faring pertama dan kedua
Topografi:
o Terdiri dari 2 lobus: dextra & sinistra
o Isthmus terdapat diantara kedua lobus
Letak: cartilage trachea 2-3, anterolateral laring dan trachea
o Dilapisi oleh capsula yang melekat pada cartilage cricoidea & cincin trachea teratas
Vaskularisasi:
Arteri
o A. thyroidea superior
o A. thyroidea inferior
o A. thyroidea ima
Vena
o V. thyroidea superior
o V. thyroidea inferior
o V. thyroidea media
Inervasi:
Ganglion sympaticus cervicalis superior, media, dan inferior, via:
o Plexus cardiacus
o Plexus thyroid superior dan inferior
Histologi
Tersusun membentuk bola-bola berongga, yang masing-masing membentuk satu unit fungsional
yang dinaim folikel. Pada kelenjar tiroid terdapat:
Sel folikel
- Menghasilkan hormon T3 dan T4
- Fungsi hormon: meningkatkan laju metabolism tubuh
Sel parafolikuler
- Menghasilkan hormon kalsitonin
- Fungsi hormon: menurunkan kada Ca2+ dalam darah
Fisiologi
Efek hormon tiroid terhadap tubuh:
Menstimulasi metabolisme karbohidrat.
Menstimulasi metabolisme lemak.
Efek pada plasma dan lemak hati.
Peningkatan laju metabolisme basal.
Penurunan berat badan.
Peningkatan aliran darah dan curah jantung (vascular)
4. Pemeriksaan penunjang
TSH: memiliki peningkatan (normal: 0,5-5 mu/l)
T4: mengalami penurunan (normal: 12-26 pmol/L)
T3: mengalami penurunan (normal: 1,4 -2,5 nmol/L)
Tes urin: kekurangan yodium jika kadar yodium di urine <100 mcg/L
Tes patch yodium (mengoleskan yodium pada kulit penderita dan memeriksa warnanya
dalam 24 jam): olesan yodium akan cepat memudar pada orang yang mengalami kekurangan
yodium
5. Tatalaksana