You are on page 1of 10

PROFIL SCATTERGRAM LIMFOSIT PADA LANSIA DENGAN NYERI

TULANG DAN ANEMIA

Oleh:
Taureni Hayati 1)
Delita Prihatni 2)
3)
Nina Tristina
1,2,3)
Fakultas Kedokteran Militer Universitas Pertahanan Republik Indonesia Bogor
E-mail:
1)
taurenihayati@gmail.com
2)
delitapri@yahoo.com
3)
ntristina10@gmail.com

ABSTRACT
According to the World Health Organization in 2017, an elderly person is someone who has
entered the age of 60 years and over. Due to various aging processes that occur in the
elderly, the elderly will experience many complaints, one of which is bone pain and anemia.
Various conditions in the elderly can cause bone pain and anemia, including: osteoporosis,
osteomalacia, renal osteodystrophy, osteonecrosis, malignancy or bone metastases, from
these various circumstances the lymphocyte profile can be seen using a white blood cell
differential scattergram in areas A, B, C , D, and E, according to the purpose of the study,
wanted to know the scattergram profile of lymphocytes in the elderly with bone pain and
anemia. This research is a descriptive observational with a cross-sectional design method.
The study was conducted from February-June 2020. The research subjects were elderly
patients who experienced bone pain and anemia. Bone pain was measured by the Numeric
Rating Scale on a scale of 1-10. Anemia was measured by examining hemoglobin on a
hematology analyzer, then scattergram analysis was performed using WDF using Sysmex
XN 1000. Research Results: From the subjects who met the inclusion and exclusion criteria,
30 subjects were found, aged between 60 - 72 years, 23 male subjects (77%) ), female 7
subjects (23%). Anemia ranged from 8 to 10.9 g/dL, a scattergram profile was obtained in
area B SSC (A2, A3); SFL (B2, C2, D3, E3) as many as 21 subjects (70%) of the study
compared to the scattergram profile in area A SSC (A2, A3); SFL (B2, C2, D3) was found in
9 subjects (30%). Conclusion: The scattergram profile of lymphocytes in most elderly
subjects with bone pain and anemia was in the SSC (A2, A3), SFL (B2, C2, D3, E3) areas,
meaning that many experienced changes in the lymphocyte profile, more atypical lymphocyte
cells. and suspected towards plasma cells or abnormal lymphocytes.
Keywords: White Blood Cell Differential, Elderly, Anemia, Bone Pain

ABSTRAK
Lanjut usia menurut World Health Organization tahun 2017, adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun ke atas. Akibat berbagai proses aging yang terjadi pada lansia,
maka lansia akan mengalami banyak keluhan, salah satunya nyeri tulang dan anemia.
Berbagai keadaan pada lansia dapat menyebabkan nyeri tulang dan anemia antara lain:
osteoporosis, osteomalasia, osteodistrofi renal, osteonekrosis, keganasan atau metastasis
pada tulang, dari berbagai keadaan ini dapat dilihat profil limfosit dengan mengunakan
scattergram white blood cell differential pada area A, B, C, D, dan E, sesuai dengan tujuan
penelitian, ingin mengetahui profil scattergram limfosit pada lansia dengan nyeri tulang dan
anemia. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan observasional deskriptif dengan

JURNAL DARMA AGUNG Volume 30, Nomor 2, Agustus 2022 ;65–74 65


metode rancangan cross-sectional. Penelitian dilakukan dari bulan Februari-Juni 2020.
Subjek penelitian adalah pasien lansia yang mengalami nyeri tulang dan anemia. Nyeri
tulang diukur dengan Numeric Rating Scale skala 1-10. Anemia diukur dengan pemeriksaan
hemoglobin pada alat hematology analyzer, kemudian dilakukan analisis scattergram melalui
WDF menggunakan Sysmex XN 1000. Hasil Penelitian: Dari subjek yang memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi didapatkan 30 subjek, berumur antara 60 - 72 tahun, laki laki 23 subjek
(77%), perempuan 7 subjek (23%). Anemia rentang 8 - 10,9 g/dL, didapatkan profil
scattergram pada area B SSC (A2, A3); SFL (B2, C2, D3, E3) sebanyak 21 subjek (70%)
penelitian dibandingkan profil scattergram pada area A SSC (A2, A3); SFL (B2, C2, D3)
ditemukan sebanyak 9 subjek (30%). Kesimpulan : Profil scattergram limfosit pada sebagian
besar subjek lansia dengan nyeri tulang dan anemia berada pada area SSC (A2, A3), SFL
(B2, C2, D3, E3), artinya adalah banyak yang mengalami perubahan profil limfosit, lebih
banyak sel limfosit atipik dan dicurigai kearah sel plasma ataupun sel limfosit abnormal.
Kata kunci: White Blood Cell Differential , Lanjut Usia, Anemia, Nyeri Tulang.

1. PENDAHULUAN adalah nyeri terus menerus, aktivitas


terganggu, yang hanya hilang apabila
Lanjut usia (lansia) menurut
penderita tidur (skala 4-6). Nyeri berat
World Health Organization (WHO)
adalah nyeri yang berlangsung terus
tahun 2017, adalah seseorang yang
menerus sepanjang hari, penderita tak
telah memasuki usia 60 tahun ke atas.
dapat tidur atau sering terjaga oleh
Penelitian - penelitian mengenai
gangguan nyeri sewaktu tidur (skala
perubahan yang terkait usia
7-10). 3
merupakan area yang menarik dan
penting belakangan ini. Lansia sering Nyeri tulang karena keganasan
mengeluhkan nyeri, nyeri adalah suatu atau metastase pada tulang paling
pengalaman sensorik dan emosional banyak ditemukan pada Multiple
yang tidak menyenangkan yang Myeloma (MM) sebanyak 1% dari
berkaitan dengan kerusakan jaringan semua keganasan dan 10% dari
yang nyata atau yang berpotensi untuk keganasan hematologis. Pasien
menimbulkan kerusakan jaringan. 1,2 dengan MM baru diketahui setelah
muncul pada tahap Monoclonal
Salah satu nyeri yang paling
Gammopathy of Underteminated
banyak dikeluhkan oleh lansia adalah
Significance (MGUS) yaitu kelainan
nyeri tulang. Berbagai keadaan atau
yang terjadi akibat diskrasia sel
penyakit dapat menyebabkan nyeri
plasma dan diketahui sebagai salah
tulang pada lansia antara lain:
satu tumor prekursor MM. Tanda
osteoporosis, osteomalasia,
dan gejala klinik MM dikenal dengan
osteodistrofi renal, osteonekrosis,
istilah CRAB, yaitu singkatan dari
keganasan atau metastasis pada
Hyper-Calcemia (hiperkalsemia),
tulang. Pengukuran derajat nyeri dapat
Renal failure (gagal ginjal), Anemia,
mengunakan Numeric Rating Scale
Bone pain with lytic lesion (nyeri
(NRS) pada orang dewasa (usia
tulang disertai lesi litik).2,3
lanjut). Skala NRS dimulai dari skala
1 – 10, yang terdiri atas kategori Untuk menegakkan diagnosis MM
nyeri ringan, sedang dan nyeri berat. pemeriksaan yang dapat dilakukan
Nyeri ringan adalah nyeri yang hilang antara lain dengan pemeriksaan
timbul, terutama sewaktu melakukan sumsum tulang, elektroforesis protein,
aktivitas sehari-hari dan hilang pada imunophenotyping, dan sitogenetik
waktu tidur (skala 1-3). Nyeri sedang yang mana masing-masing

66 PROFIL SCATTERGRAM LIMFOSIT PADA LANSIA DENGAN NYERI TULANG DAN ANEMIA
3)
Taureni Hayati 1)Delita Prihatni 2) Nina Tristina
pemeriksaan ini mempunyai gelombangnya 380 – 488 nm, yang
keunggulan dan kelemahan. berada pada FL1.8,9
Keganasan pada pasien MM dapat
White blood cell differential
meyebabkan anemia. Pada lansia
(WDF) adalah suatu chanel pada
dikatakan anemia menurut WHO jika
hematology analyzer yang terdapat
nilai hemoglobin kurang dari 12 g/dL
pada alat Sysmex XN-series. WDF
pada wanita dan kurang dari 13 g/dL
dapat membaca leukosit seperti
pada pria. Terdapat 85,3 % anemia
basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit
pada MM dan membutuhkan
dan monosit, dengan mengunakan
transfusi. Anemia pada pasien MM
reagen spesifik yang mengandung
disebabkan oleh terjadinya
detergen (lysercell WDF) dan
penggantian sumsum tulang dan
pewarnaan fluorosens (fluorocell
menginhibisi secara langsung
WDF). Kegunaan reagen lysercell
terhadap proses eritropoiesis,
WDF adalah untuk melisiskan
perubahan ini menyebabkan
eritrosit dan trombosit, memperforasi
terjadinya penurunan produksi
membran leukosit, yang akan
vitamin B12 dan asam folat.4,5,6,7
menyebabkan perubahan struktur
Scattergram merupakan hasil plot eksternal dan internal yang tergantung
dari data-data yang berasal dari hasil pada jenis leukosit. Sedangkan
scatter light yang melewati suatu sel. fluorocell WDF akan mewarnai asam
Forward Scattered lights (FSL) nukleat dan organel sitoplasma
merefleksikan ukuran sel, Side leukosit. Pada WDF ini terjadi
Scattered lights (SSC) merefleksikan separasi antara monosit dan limfosit
kompleksitas sel, Fluorescent light sehingga perhitungan tiap – tiap jenis
(SFL) merefleksikan jumlah leukosit lebih akurat.8,9
kandungan asam nukleat dan organel
Sampel yang disiapkan kemudian
sel. Ketiga sinyal digunakan untuk
dianalisis menggunakan fluorescence
diferesiansi dan penghitungan sel
flow cytometry. Sinyal pengukuran
darah putih, NRBC, retikulosit, dan
yang terkait dengan side scatter (SSC)
PLT-F, serta mendeteksi sel abnormal
dan side fluorescence (SFL) dianalisis
dan sel immature dengan bantuan
dan digambarkan dalam scattergram.
teknologi digital dan algoritma alat.
Sel dengan sifat sitokimia yang serupa
NRBC, retikulosit, dan PLT- F, serta
termasuk dalam area yang sama dalam
mendeteksi sel abnormal dan sel
scattergram dan dapat dipisahkan
immature dengan bantuan teknologi
menggunakan algoritma perangkat
digital dan algoritma alat. Pada lansia
lunak canggih. Scattergram WDF
scattergram limfositnya sama saja
memiliki aksis X atau horizontal yang
dengan scattergram pada umumnya,
disebut Side-Scattered Light (SSC)
dimana posisi limfosit berada pada
yang memberikan informasi mengenai
kurva WDF, ditandai dengan warna
struktur internal sel beserta kontennya
violet, pada scattergram warna dari
(misalnya granula); sedangkan aksis
masing- masing jenis leukosit itu
Y atau vertikal disebut sebagai Side-
ditentukan karena adanya zat
Fluorescence Light (SFL) yang
fluoresen yang ada prinsip alat ini
memberikan informasi mengenai
yaitu flowcytometry, posisi limfosit
jumlah konten asam nukleat yang
berada di bagian bawah dari
dimiliki oleh sel.8,9
scattergram disebabkan karena ukuran
limfosit yang lebih kecil dibandingkan Pada pemeriksaan scattergram
dengan jenis leukosit lain dan panjang perlu dikonfirmasi lagi dengan

JURNAL DARMA AGUNG Volume 30, Nomor 2, Agustus 2022 ;65–74 67


flowcytometry. Sel T dikonfirmasi mengalami peningkatan.10
dengan adanya CD4 dan CD8, pada
Scattegram limfosit pada
lansia nilai CD4 dan CD8 mengalami
lansia sama seperti orang dewasa non
penurunan, memori sel meningkat,
geriatri. Proses pematangan sel T
aktivasi pada proses lansia menurun,
berada di timus. Sel T sangat penting
peningkatan oligoklonal dominan, dan
pada limfosit untuk membunuh
penurunan produksi sitokin serta
bakteri dan membantu tipe sel lain
generasi efektor yang menurun. Pada
dalam sistem imun. Seiring perjalanan
proses penuaan perubahan lambat dan
usia, maka banyak sel T atau limfosit
masa hidup yang panjang dari sel T
T kehilangan fungsi dan
naive dapat dipertahankan, akan tetapi
kemampuannya melawan penyakit.
involusi timus yang terjadi secara
Jumlah sel T akan berkurang sesuai
bertahap menyebabkan
dengan penambahan usia sehingga
ketidakmampuan untuk menggantikan
tubuh kurang mampu mengontrol
sel T naive yang hilang dari sirkulasi.
penyakit dibandingkan dengan masa-
Selain itu, penuaan juga dihubungkan
masa sebelumnya. Selain itu, proses
dengan penurunan fungsi sel T naive.
penuaan juga dihubungkan dengan
Dibandingkan dengan tikus muda,
penurunan fungsi sel T naive.
40% sel T naive CD8+CD28+ tikus
Dibandingkan dengan tikus muda,
tua tidak mengekspresikan CD 62L
40% sel T naive CD8+CD28+ tikus
dan CCR7, reseptor yang berperan
tua tidak mengekspresikan CD62L
dalam migrasi ke jaringan limfe
dan CCR7, reseptor yang berperan
perifer. Sel T naive CD8 tampak lebih
dalam migrasi ke jaringan limfe
rentan terhadap apoptosis yang
perifer. Sel T naive CD8 tampak lebih
diperantarai oleh reseptor dari sel T
rentan terhadap apoptosis yang
CD4. Pada stimulasi poliklonal, sel T
diperantarai reseptor dari sel T CD4.
CD45RA+CD28+CD8+ dari individu
Pada stimulasi poliklonal, sel T
usia lanjut menghasilkan lebih banyak
CD45RA+CD28+CD8+ dari individu
IFN-1 dari pada usia muda. Sel B
usia lanjut menghasilkan lebih banyak
pada lansia ditemukan Sel B
IFN-ı dari pada usia muda. 10
progenitor mengalami diferensiasi dan
maturasi di jaringan limfe sekunder
seperti limpa dan nodus limfe. Usia
lanjut dihubungkan dengan perubahan 2. TINJAUAN PUSTAKA
dalam limpa mencakup penurunan Kelebihan dan kekurangan
arteri, peningkatan sel stroma dan scattergram
infiltrasi fibroblast. Kondisi ini
menyebabkan gangguan dalam jumlah Dalam pengunaan scattergram kita
dan fungsi sel B yang dihasilkan. dapat menemukan kelebihan dan
Penurunan produksi IL-7 memicu kekurangannya, adapun kelebihan
penurunan kemampuan untuk scattergram antara lain; 1). Range
mendukung ekspansi sel B oleh sel data yang jelas, titik minimum dan
stroma sumsum tulang. Jumlah sel B maksimum dapat dilihat. 2). Data
(CD19+) juga menurun pada usia yang ditampilkan akurat karena
lanjut. Proporsi IgG-IgA-IgD+CD27- mengunakan titik. 3). Dapat
menurun sesuai usia dan menampilkan relasi positif dan
menunjukkan penurunan kerentanan. negative. 4). Grafik mudah untuk
Sel B pada pemeriksaan flowsitometri dijelaskan dan dilihat. 5). Metode
dikonfirmasi dengan CD45+, CD3+, pengambaran grafik ynag mudah .
CD56+, CD16+ dan pada lansia Kekurangan dalam mengunakan

68 PROFIL SCATTERGRAM LIMFOSIT PADA LANSIA DENGAN NYERI TULANG DAN ANEMIA
3)
Taureni Hayati 1)Delita Prihatni 2) Nina Tristina
scattergram: 1).Tidak bisa membantu klinisi untuk
menampilkan relasi yang mengunakan mendiagnosis, memberikan terapi, dan
lebih dari 2 variabel. 2). Jumlah data memberikan informasi tambahan
yang bisa diobservasi terbatas, karena mengenai aktivasi sistem imun.
jika menampilkan data yang banyak Parameter RE-LYMP
tidak akan jelas.3). Sulit untuk menggambarkan seluruh populasi
mengakomodasi data yang limfosit yang memiliki intensitas
menggunakan nilai decimal. 4). fluoresens tinggi yang menandakan
Hanya dapat mengunakan variabel adanya populasi limfosit reaktif. 12,
yang datanya bersifat kuantitatif. 5). 13
Tidak dapat mengakomodasi data –
Parameter AS-LYMP memberikan
data external. 6). Tidak ada kriteria
gambaran mengenai limfosit B yang
objek untuk memilih garis terbaik. 11
teraktivasi (sel plasma) yang memiliki
Profil limfosit normal pada fungsi untuk sintesis antibodi.
scattergram White Blood Cell Kombinasi parameter RE-LYMP dan
Differential AS-LYMP mampu memberikan
informasi tambahan mengenai aktivasi
Scattergram pada orang sehat
selular sistem imun innate dan adaptif,
menujukkan limfosit warna violet,
dapat dilihat seperti pada 2 gambar
monosit berwarna hijau, neutrofil +
dibawah ini :
basofil warna biru terang sedangkan
eosinofil warna merah, orang sehat
posisi scattegram limfositnya berada
pada SSC/garis x (A2), SFL/garis y
(B2).

Gambar 2. Sinyal Side Scattered


pada populasi limfosit 14
Keterangan: a. Populasi
Gambar 1. WDF scattergram plot SSC
limfosit reaktif ; b. populasi antibody
dan SFL pada orang sehat 12
synthesizing lymphocytes
Profil scattegram limfosit dapat
Pada penelitian ini didapatkan
juga ditemukan pada berbagai
subjek dengan kategori lansia, anemia
keadaan, seperti untuk membantu
dan nyeri tulang sebanyak 30 orang.
menentukan keadaan inflamasi
Pada penelitian ini yang menjadi
dengan lebih lebih cepat dengan
populasi terjangkau adalah lansia
mengunakan parameter RE-LYMP
dengan keluhan nyeri tulang disertai
(Reactive Lymphocytes) dan AS-
anemia yang datang ke poli geriatri,
LYMP (Antibody-Synthesiszing
poli penyakit dalam RSHS Bandung
Lymphocytes) mampu memberikan
serta RS Karya Bhakti Pratiwi Bogor
penilaian mengenai limfosit
yang memenuhi kriteria inklusi yaitu
teraktivasi. Parameter ini mampu
subjek dengan umur lebih dari 60

JURNAL DARMA AGUNG Volume 30, Nomor 2, Agustus 2022 ;65–74 69


tahun, memiliki keluhan nyeri tulang Penelitian ini merupakan
dan memiliki Nilai hemoglobin observasional deskriptif dengan
kurang dari 12 g/dL pada wanita dan rancangan cross-sectional yaitu ingin
kurang dari 13 g/dL pada pria, serta mengetahui profil pada scattergram
tidak termasuk kriteria eksklusi yaitu limfosit WDF pada lansia dengan
pasien dengan nyeri tulang tidak terus keluhan nyeri tulang disertai anemia.
menerus.
Persiapan Bahan Penelitian
Pada penelitian ini karena nilai p
Darah diambil dengan cara
tidak diketahui diambil nilai p (1-p)
flebotomi vena perifer, darah diambil
yang maksimum yaitu 0,25; dengan
sebanyak 3 cc tanpa subjek puasa,
menetapkan taraf kepercayaan 95%
dimasukkan ke dalam tabung dengan
(Z1-α = 1,96) dan presisi ditetapkan
antikoagulan EDTA. Setelah diambil,
20%, maka diperoleh ukuran sampel n
darah dihomogenisasi secara manual
= 25. Dengan mempertimbangkan
kemudian diperiksa dengan
kemungkinan data loss sebesar 10%,
maka subjek penelitian minimal 28 hematology analyzer untuk melihat
orang. scattergram limfosit.

3. METODE PELAKSANAAN

Gambar 3. Posisi limfosit dalam scattergram WDF.


Keterangan gambar : 1). Pada orang sehat, berada pada area SSC (A2), SFL
(B2). 2). Pada profil A SSC (A2, A3); SFL (B2, C2, D3). 3).Padaprofil B SSC (A2, A3);
SFL (B2, C2, D3, E3).

Analisa Statistik scattergram Uji normalitas untuk


Analisis statistik yang data numerik, yakni usia dan
digunakan adalah uji distribusi hemoglobin dengan Saphiro
data untuk data numerik, yaitu Wilk’s test, karena n = 30 ( < 50).
umur. Data yang terkumpul diolah Dari hasil uji normalitas,
secara deskriptif, untuk data didapatkan usia dan hemoglobin
kategorik dengan menghitung berdistribusi normal, usia (p=
jumlah dan persentase, sedangkan 0,077), hemoglobin (p = 0, 386).
untuk data numerik dengan
menyajikan ukuran statistik rerata, 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
simpang baku, atau median dan
rentang. Untuk mengetahui profil Ditemukan pada lansia dengan
nyeri tulang dan anemia sebagian
limfosit digambarkan melalui
besar adalah laki-laki laki-laki :77% ;

70 PROFIL SCATTERGRAM LIMFOSIT PADA LANSIA DENGAN NYERI TULANG DAN ANEMIA
3)
Taureni Hayati 1)Delita Prihatni 2) Nina Tristina
Perempuan : 23%) , dan berumur dilakukan oleh Birgegard tahun 2006
antara 60 – 72 tahun, rerata di Swedia, anemia sedang pada lansia
hemoglobin termasuk anemia sedang yang nyeri tulang disebabkan oleh
(anemia sedang : 73%, anemia berat pengunaan zat besi yang banyak,
:27%), skala nyeri tulang terbanyak kadar eritopoeitin yang rendah dan
skala 4 (nyeri sedang; 70%); profil respon eritropoetin disumsum tulang
scattergram limfosit WDF berada yang rendah. 17-19
pada area B SSC (A2, A3); SFL (B2, Nyeri tulang yang ditemukan
C2, D3, E3) ditemukan sebanyak 21 pada penelitian ini skala 3, skala 4 dan
subjek (70%). Lebih banyak skala 5 dari skala nyeri 1 – 10. Hasil
ditemukan limfosit atipik yang penelitian menunjukkan skala 3:17%,
dicurigai sel plasma dan limfosit skala 4: 70% dan skala 5: 13%. Skala
abnormal dibandingkan profil 4 dan 5 termasuk kategori nyeri
scattergram pada area A SSC (A2, sedang, yaitu nyeri yang terus
A3); SFL (B2, C2, D3) ditemukan menerus, aktivitas terganggu, dan
sebanyak 9 (30%) subjek penelitian, hanya hilang saat bangun tidur
artinya lebih banyak ditemukan disebabkan karena aktivitas osteoklas
limfosit. yang menekan jaringan, hal ini sesuai
Jenis kelamin mayoritas yang dengan penelitian yang dilakukan oleh
menderita nyeri tulang dan anemia George tentang osteoklas pada pasien
adalah usia lebih dari 60 tahun keatas dengan nyeri tulang tahun 2019 di
(lansia) adalah jenis kelamin laki – Amerika Serikat.20 Perbedaan skala 4
laki. Hal ini sesuai dengan penelitian dan 5 terjadi saat pengukuran derajat
yang dilakukan oleh Laura dkk tahun nyeri, dimana wajah yang ditunjukkan
2015 yang menyatakan sebagian besar saat di anamnesa, wajah subjek
pasien nyeri tulang dan anemia dengan skala 5 lebih menujukkan
terdapat pada laki-laki dengan umur nyeri.21
rata-rata ≥ 60 tahun, karena pada saat Hubungan limfosit dengan
lansia terjadi perubahan struktur rasa nyeri pada tulang; selama hidup
tulang dan jaringan tulang, manusia, tulang akan mengalami
mengakibatkan pada lansia struktur proses pembentukan (yang dilakukan
tulang jadi melemah dan nyeri.34-36 oleh sel osteoblas) dan perusakan
Hal ini disebabkan oleh karena; 1) kembali (yang dilakukan oleh sel
Pada lansia aktivitas kegiatan sudah osteoklas) yang berjalan secara
mulai berkurang, sehingga seimbang pada proses remodeling
mengakibatkan osteoporosis dan nyeri tulang. Akan tetapi oleh karena suatu
tulang 2) Perubahan hormon, pada sebab, maka keseimbangan tersebut
wanita karena menopause menjadi terganggu, dimana dapat
mengakibatkan berkurang ion kalsium terjadi berkurangnya pembentukan,
dan mineral lain, pada laki- laki meningkatnya perusakan, atau
berkurangnya hormon testosteron, kombinasi keduanya. Osteoblas dan
yang mengakibatkan osteoporosis juga osteoklas bereaksi terhadap kadar
pada perkembangannya 3) kalsium dalam darah. Kalsium yang
Berkurangnya kalsium dan mineral beredar dalam darah akan diendapkan
lain.15,16 oleh osteokalsin membentuk kristal
Pemeriksaan hemoglobin, pada hidroksiapatit dalam pembentukan
penelitian ini ditemukan anemia matriks tulang osteoklas adalah sel-sel
sedang, dengan kadar Hb 8 – 10,9 %, raksasa berinti banyak yang berasal
hal ini sesuai dengan penelitian yang dari sel induk hematopoietik pada

JURNAL DARMA AGUNG Volume 30, Nomor 2, Agustus 2022 ;65–74 71


sumsum tulang, percabangan dari mendiagnosis, memberikan terapi, dan
garis keturunan yang menghasilkan memberikan informasi tambahan
makrofag dan neutrofil. Aktivasi mengenai aktivasi sistem imun.
osteoklas diatur oleh bermacam sinyal Parameter RE-LYMP
molekular, dimana salah satunya yaitu menggambarkan seluruh populasi
RANKL yang paling jelas diteliti limfosit yang memiliki intensitas
perannya. RANKL diproduksi oleh fluoresens tinggi yang menandakan
osteoblas dan juga sel lain (misal adanya populasi limfosit reaktif.
limfosit), dan merangsang RANK. Parameter AS-LYMP pada lansia
Osteoprotegerin (OPG) mengikat menunjukkan kadarnya yang rendah,
RANKL, sebelum RANKL berikatan karena produksi antibodi sel B sudah
dengan RANK, dan dengan demikian menurun, kombinasi parameter RE-
menekan kemampuannya melakukan LYMP dan AS- LYMP pada lansia
resorpsi tulang, RANKL, RANK, dan mampu memberikan informasi
OPG memiliki hubungan yang erat tambahan mengenai aktivasi selular
dengan TNF dan reseptor-reseptornya. sistem imun innate dan
Kalau ini terganggu antara osteoblast adaptif.20,22,25
dan osteoklas dapat menimbulkan Keterbatasan dalam penelitian
gangguan pada serabut saraf sensorik ini adalah: tidak dilakukan konfirmasi
tulang dan nosireseptor pada tulang profil limfosit dengan mengunakan
yang terletak disusun saraf pusat sediaan apus darah tepi dan tidak
inilah yang menyebabkan nyeri pada dilakukan konfirmasi penyebab lain
tulang. 22-24 dari nyeri tulang dengan metode
Berdasarkan profil scattegram pemeriksaan penunjang lainnya.
limfosit WDF pada subjek lansia
5. SIMPULAN
dengan nyeri tulang dan anemia,
profil scattegram limfosit WDF Profil scattergram limfosit pada
terbanyak berada pada area SSC (A2, sebagian besar subjek lansia dengan
A3), SFL (B2, C2, D3, E3) hal ini nyeri tulang dan anemia berada pada
sesuai dengan penelitian yang area SSC (A2, A3), SFL (B2, C2, D3,
dilakukan oleh David dkk, E3), profil scattergram limfosit
scattergram limfosit WDF dengan mengalami perluasan area SSC dan
dominasi berwarna violet di area SFL dibandingkan dengan orang
limfosit dan tersebar hingga ke area normal SSC (A2), SFL (B2) yang
yang dicurigai sebagai peningkatan menunjukkan peningkatan jumlah
jumlah limfosit atipik dan dicurigai ke limfosit atipik yang dapat merupakan
arah sel plasma dan limfosit sel plasma ataupun limfosit abnormal.
abnormal, dari alat Sysmex XN 1000,
beberapa jenis parameter yang 6. DAFTAR PUSTAKA
limfositnya berada pada SSC (A2, Kemenkes Republik Indonesia. 2017.
A3), SFL (B2, C2, D3, E3) dikenal Analisis Lansia di Indonesia. Pusat Data
dengan Reactive Lymphocytes (RE- dan Informasi.
LYMP) dan Antibody - Synthesiszing Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcelius
Lymphocytes (AS-LYMP) untuk S, Siti S. 2014. Buku Ajar Ilmu
membantu menentukan keadaan Penyakit Dalam. Dalam Mieloma
inflamasi dengan lebih lebih cepat, Multiple dan Penyakit Gamopati
RE- LYMP dan AS-LYMP mampu Lainnya, hlm 1283-1292. Jakarta ;
memberikan penilaian mengenai Interna Publishing.
limfosit teraktivasi. Parameter ini Marianne JH, Peter MF, Dagny FH. 2011.
membantu klinisi untuk Studies Comparing Numerical

72 PROFIL SCATTERGRAM LIMFOSIT PADA LANSIA DENGAN NYERI TULANG DAN ANEMIA
3)
Taureni Hayati 1)Delita Prihatni 2) Nina Tristina
Rating Scales, Verbal Rating Apoptotic Lymphocytes Through
Scales, and Visual Analogue Scales Sysmex XN-1000 As a Diagnostic
for Assessment of Pain Intensity in Marker for Mononucleosis
Adults: A Systematic Literature Syndrome. Journal of Clinical
Review. Journal of Pain and Laboratory Analysis. 30: 779–793.
Symptom Management. Vol. 41 No. Kawauchi, Takagi, Kono. 2014.
6 June 2011. Comparison of the Leukocyte
GD Roodman. 2009. Pathogenesis of Differentiation Scattergrams
Myeloma Bone Disease. Leukemia 23, Between the XN-Series and the XE-
435– 441. Series of Hematology Analyzers.
Jecko T, Quentin A. 2014. Haematology Sysmex Journal International.
In Critical Care. Dalam Multiple Vol.24 No.1.
Myeloma And Hyperviscosity Sysmex Corporation. 2020. Sysmex
Sindrom, hlm 144 -147. Edisi 1. Lighting The Way With Diagnostic.
USA; John Wiley & Sons. Laura T, Pilar V. 2015. Chronic Iron
Mittelman M. 2003. The Deficiency As An Emerging Risk
Implications of Anemia in Multiple Factor For Osteoporosis: A
Myeloma. Clin Lymphoma. 4:S 23– Hypothesis. Nutrients. (7): 2324-
9. 2344
Stauder, Valent, Theur. 2018. Goodnough, Schrier. 2014. Evaluation
Hematologic Disease at Older Age; and Management of Anemia in The
Anemia at Older Age: Etiologies, Elderly. American Journal of
Clinical Implications, and Hematology, Vol. 89, No. 1
Management. The American Birgegrad, Gascon, Ludwig. 2006.
Society of Hematology. 131(5). Evaluation of Anaemia In Patients
WHO. 2011. Haemoglobin with Multiple Myeloma and
Concentrations for The Diagnosis of Lymphoma: Findings of The
Anaemia and Assessment of European Cancer Anaemia Survey.
Severity. VMNIS. Eur J Haematol (77): 378–386
Sysmex Corporation. 2014. Automated Shin, Misung, Jung, Young. 2013.
Hematology Analyzer XN series Prognostic Significance of Absolute
(XN- 1000) Instructions for Use. Lymphocyte Count/Absolute
Kobe. Japan. Monocyte Count Ratio at Diagnosis
Briggs, Longair, Kumar. 2012. in Patients with Multiple Myeloma.
Performance Evaluation Of The The Korean Journal of Pathology
Sysmex Haematology XN Modular 2013; 47: 526-533
System. J Clin Pathol. 65:1024– Batún-Garrido, Salas-Magaña.
1030 Relationship between the presence
Daniel AK, Ming CH, Umeshwar H. of anemia and the risk of
2010. Generalized scatter plots. osteoporosis in women with
www.palgrave- journals.com/ivs/. rheumatoid arthritis. / Rev
Information Visualization Vol. 9, 4, Osteoporos Metab Miner.
301 – 311. 2018;10(1):15-20
Seghezzi, Manenti, Previtali. 2018. A George, Merav, Susan. 2020.
Specific Abnormal Scattergram of Survivorship after Autologous
Peripheral Blood Leukocytes That Hematopoietic Cell Transplantation
May Suggest Hairy Cell Leukemia. for Lymphoma and Multiple
Clin Chem Lab Med. 56(5): e108– Myeloma: Late Effects and Quality
e111 of Life. American Society For
Sale, Carone, Fumi. 2016. Detection of Transplantation And Cellular

JURNAL DARMA AGUNG Volume 30, Nomor 2, Agustus 2022 ;65–74 73


Terapy. Vol (26): 2
Stauder, Valent, Theur. 2018.
Hematologic Disease at Older Age;
Anemia at Older Age: Etiologies,
Clinical Implications, and
Management. The American
Society of Hematology. 131(5).
Christine A, Jan BW. Reichel’s Care of
the Elderly Clinical Aspects of
Aging. 2009. Edisi ke 6. Cambridge
University Press.
Fleming, Russche, Brouwer. Evaluation
of Sysmex XN-1000 High-Sensitive
Analysis (hsA) Research Mode for
Counting and Differentiating Cells in
Cerebrospinal Fluid. American
Journal of Clinical Pathology.
145(3):299-307.
Longanbach S, Miers MK. Automated
Blood Cell Analysis. Dalam:
Keohane EM, Smith LJ, Walenga
JM, editor. Rodak’s Hematology:
Clinical Principles and Applications.
Edisi ke-5. Missouri: Elsevier
Saunders; 2016. hlm. 208-31.
Ika M, Rini S, Karuniawati. 2017.
Statistik Penduduk Lanjut Usia. Badan
Pusat Statistik. Jakarta

74 PROFIL SCATTERGRAM LIMFOSIT PADA LANSIA DENGAN NYERI TULANG DAN ANEMIA
3)
Taureni Hayati 1)Delita Prihatni 2) Nina Tristina

You might also like