You are on page 1of 15

RHEUMATOID ARTHRITIS

Oleh : Vitrilia Mariana Grasela Seran ( 2007010132)


1. Pengertian

Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya


sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri
dan seringkali akhirnya henyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordonet
al.,2002).
Sedangkan, Menurut American College of Rheumatology (2012), rheumatoid arthritis
adalah penyakit kronis (jangka panjang) yang menyebabkan nnyeri kekakuan,
pembengkakan serta keterbatasan gerak dan fungsi banyak sendi.
2. Epidemiologi

1. Distribusi RA di dunia 2. Distribusi RA di Indonesia 3. Distribusi RA di NTT


Menurut Riskesdas (2018) jumlah penderita Prevalensi rematik di Nusa Tenggara
Didunia semakin meningkat penyakit
rheumatoid arthritis di Indonesia mencapai Timur menurut Riset Kesehatan Dasar
artritis reumatoid pada lansia terutama
7,30% . Prevalensi penyakit di Indonesia (Riskesdas) pada tahun 2007 sebanyak
banyak terjadi pada perempuan. Penelitian
menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 38%.Sedangkan menurut profil kesehatan
dari Mayo Clinic yang dilakukan di tahun 2013 bahwa prevalensi penyakit sendi Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012
Amerika Serikat menunjukkaantara 1995- berdasarkan diagnosis Tenaga Kesehatan data yang didapatkan pada pasien rawat
2005, wanita penderita Artritis Reumatoid (Nakes) di Indonesia 11,9 persen dan berdasar jalan di Puskesmas di Nusa Tenggara
mencapai 54.000 -100.000 orang, diagnosis atau gejala 24,7 persen. Sedangkan Timur pada tahun 2012 bahwa yang
sedangkan pria hanya 29.000 dari 100.000 prevalensi penyakit sendi berdasarkan mengalami penyakit pada sistem otot dan
orang. Angka kejadian rheumatoid diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa jaringan sebesar 103.772 orang atau
arthritis pada tahun 2016 yang Tenggara Timur (33,1%), diikuti Jawa Barat 8,29%.
disampaikan oleh WHO adalah mencapai (32,1%), Bali (30%), Aceh (18,3%), Jawa Barat
20% dari penduduk dunia, 5-10% adalah (17,5%) dan Papua (15,4%).
mereka yangberusia 5-20 tahun dan 20%
adalah mereka yang berusia 55 tahun.
Lanjutan...
Berdasarkan Riskesdas (2018) prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis
pada penduduk berusia lebih dari 15 tahun menurut provinsi, 2013-2018. Pada
tahun 2013 prevalensi penyakit sendi tertinggi berada di provinsi Bali sedangkan
yang terendah terdapat di provinsi DIY (Yogjakarta). Sedangkan di tahun 2018
prevalensi penyakit sendi tertinggi terdapat di provinsi Aceh dan yang terendah
berada di provinsi Sulbar (Sulawesi barat) .
Lanjutan...
Berdasarkan riskesdas (2018) prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk usia
lebih dari 15 tahun, 2018 :
 Menurut usia : penduduk dengan usia 15-24 tahun memiliki potensi terendah terkena penyakit sendi,
sekitar 1,2% saja. Sedangkan penduduk dengan usia 75 keatas memiliki risiko tertinggi terkena
penyakit sendi, yaitu sekitar 18,9%.
 Menurut jenis kelamin : penduduk dengan jenis kelamin perempuan mempunyai risiko terkena
penyakit sendi sekitar 8,5%. Sedangkan penduduk dengan jenis kelamin laki-laki memiliki risiko
terkena penyakit sendi sekitar 6,1%.
 Menurut wilayah : Penduduk yang tinggal di pedesaan memiliki risiko tinggi menderita penyakit sendi
dibandingkan dengan penduduk yg tinggal di wilayah perkotaan. Hal ini dibuktikan dengan data
riskesdas tahun 2018 yang mana prevalensi penyakit sendi pada wilayah pedesaan sebesar 7,8%
sedangkan di wilayah pedesaan sekitar 6,9%.
3. Faktor risiko RA

Faktor risiko yang berhubungan dengan kasus RA dibedakan menjadi dua, yaitu faktor risiko
yang tidak dapat di modifikasi dan faktor risiko yang dapat di modifikasi

Yang tidak dapat di modifikasi : Yang dapat di modifikasi :


 Faktor genetik  Gaya hidup : status sosial ekonomi, merokok, diet,
infeksi dan pekerjaan.
 Usia
 Faktor hormonal
 Jenis kelamin  Bentuk tubuh
4. Klasifikasi Rheumatoid Arthritis

Rheumatoid arthritis dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :


1. Arthritis akut
Pada fase dini gejala sistemik yang terjadi adalah lesu, anoreksia, enurunann berat
badan dan demam. Persendian yang paling seing terkena adalah tangan, lutut, siku,
kaki, bahu dan panggul. Karakteristik distribusi adalah pada pesendian tangan dan
kaki metakarphageal serta ibu jari, telunjuk, jari tengah dan jari manis serta sendi
metakarphalangeal dari keempat jari kaki. Gejala lokal awal yaitu nyeri dan kekakuan
ringan (lebih dari 1 jam) yang dirasakan pada pagi hari dan pada waktu menggerakan
persendian yang meradang (Handriani, 2004).
Lanjutan..

2. Arthtritis kronik
Kerusakan struktur persendian akibat kerusakan rawan sendi atau erosi tulang
periartikular merupakan proses yang tidak dapat diperbaiki lagi dan memerlukan
modifikasi mekanik atau pembedahan rekonstruktif (Handriani, 2004).
5. Gejala Rheumatoid Arthritis

Gejala yang ditimbulkan akibat penyakit rheumatoid arthritis adalah sebagai berikut :
 Kaku di pagi hari di persendian kurang dari 1 jam sebelum ada perbaikan maksimal
 Timbul artiris pada 3 daerah persendian atau lebih yang timbul secara bersamaan dan biasanya
terkena secara simetris atau di kedua pergelangan.
 Dapat ditemukan adanya tanda-tanda peradangan pada persendian seperti kemerahan, bengkak,
panas maupun nyeri.
 Gejala yang tidak khas seperti adanya demam, kelemahan dan penurunan berat badan.
 Dapat ditemukan adanya penonjolan dibawah kulit pada tulang yang menonjol seperti di lutut.
Lanjutan...

Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada
lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari dan
kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada
jari-jari, mulai terlihat bengkak setelahbeberapa bulan, bila diraba akan terasa
hangat, terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat
menyebabkan demam dan terjadi berulang dapat terjadi berulang.
6. Patofisiologi RA

Pada keadaan awal terjadi kerusakan mikrovaskular, edema pada


jaringan di bawah sinovium, poliferasi ringan dari sinovial, infiltrasi
PMN, dan penyumbatan pembuluh darah oleh sel radang dan trombus.
Pada RA yang secara klinis sudah jelas, secara makros akan terlihat
sinovium sangat edema dan menonjol ke ruang sendi dengan
pembentukan vili. Secara mikros terlihat hiperplasia dan hipertropi sel
sinovia dan terlihat kumpulan residual bodies. Terlihat perubahan
pembuluh darah fokal atau segmental berupa distensi vena,
penyumbatan kapiler, daerah trombosis dan pendarahan perivaskuler.
Pada RA kronis terjadi kerusakan menyeluruh dari tulang rawan,
ligamen, tendon dan tulang. Kerusakan ini akibat dua efek yaitu
kehancuran oleh cairan sendi yang mengandung zat penghancur dan
akibat jaringan granulasi serta dipercepat karena adanya Pannus (Putra
dkk,2013).

Gambar 1. Patofisiologi RA
7. Pencegahan RA

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menekan faktor risiko RA, yaitu
 Membiasakan berjemur dibawah sinar matahari pagi untuk mengurangi risiko
peradangan oleh RA.
 Melakukan peregangan setiap pagi untuk memperkuat otot sendi
 Menjaga berat badan
 Mengomsumsi makanan yang kaya kalsium
 Memenuhi kebutuhan air tubuh
 Tidak menjadi perokok aktif maupun pasif
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Z, dkk,. 2018. Arthritis (Makalah Kelompok.


https://id.scribd.com/document/409958708/MAKALAH-KELOMPOK-1-ARTHRITIS-docx.
Universitas Lambung Mangkurat.
Ahmad Fauzi. (2019). Rheumatoid Arthritis.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/view/2222. JK Unila, 3(1).
Masyeni, Ayu. 2018. Rheumatoid Arthritis (PBL). Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana.
Chabib, dkk. (2016). Review Rheumatoid Arthritis : Terapi Farmakologi, Potensi Kurkuim dan
Analognya, serta Pengembangan Sistem Nanopartikel.
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/pharmascience/article/view/5830. Jurnal Pharmascience,
3(1), 10-18.

You might also like