You are on page 1of 10

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP

PERUBAHAN SKALA NYERI PADA LANSIA DENGAN


OSTEOARTRITIS DI POSYANDU LANSIA DESA KALIANGET
TIMUR KECAMATAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Departemen Keperawatan Orthopedi
Program Profesi Ners A.XV

Disusun Oleh :
Reni Nurazizah, S.Kep
NIM : 4012200017

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERABANJAR


PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN KE-15
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

Jl. MayjenLiliKusumah-Sumanding Wetan No. 33 Kota Banjar


Tlp (0265) 741100 Fax (0265) 744043
web: www.stikesbp.ac.id
PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP
PERUBAHAN SKALA NYERI PADA LANSIA DENGAN
OSTEOARTRITIS DI POSYANDU LANSIA DESA KALIANGET
TIMUR KECAMATAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

Mujib Hannan, Program Studi Ilmu Keperawatan UNIJA Sumenep


e-mail: Mujib@wiraraja.ac.id
Emdat Suprayitno, Program Studi Ners UNIJA Sumenep
e-mail: emdats@yahoo.com

ABSTRACT

Background: Osteoarthritis is a degenerative joint disease in which damage to


the joints of aging been anticipated plays an important role in the development
of osteoarthritis (Stanley, 2006). It forced a decline in activity or
immobilization so it accelerate the prognosis of the disease. This study aimed
to determine the Range of Motion (ROM) exercise influence in changing the
pain scale in elderly with osteoarthritis in the elderly Posyandu Kalianget
Timur Kalianget Sumenep.
Method: This Research design is pre experiment one group pre and post test
design with simple random sampling. The population are 76 people with total
sample of 64 people. Data were analyzed using wilcoxon test.
Result: The results of the study prior to Range of Motion (ROM) exercise pain
scale at nearly half the respondents (48.4%) had moderate pain (scale 4-6).
And after Range of Motion (ROM) exercise pain scale at nearly half the
respondents (46.9%) had mild pain (scale 1-3). Data were analyzed using
wilcoxon test. The results obtained p = 0.000 which means Range of Motion
(ROM) exercise significantly effective in changing the pain scale in
osteoarthritis patients in the elderly Posyandu Kalianget Timur Sumenep.
Conclusion: ROM exercises is non pharmacological therapy that can aplied to
reduce the scale of pain in elderly with osteoarthritis. The result of this study is
expected to increase the knowledge and prevent pain by creating and ROM
maintaining positive habit to avoid degenerative joint stiffness that caused by
pain.

Keywords: Range of Motion (ROM) Exercise, Pain Scale, Osteoarthritis

PENDAHULUAN bersamaan dengan menurunnya


perubahan degeneratif yang sifatnya
Proses penuaan merupakan
cepat dan berangsur terhadap anatomi
fenomena yang terjadi pada semua
dan fisiologi tubuh (Griwijoyo, 2012).
makhluk hidup dan tidak dapat
Permasalahan kesehatan yang selalu
terhindari. Menua dapat menjadi suatu
dialami oleh lansia yaitu osteoartritis
ketakutan sendiri dalam berbagai hal,
(OA) atau biasa dikenal dengan
salah satunya segi kesehatan. Penuaan
rematoid yang menyebabkan nyeri tersebut memaksa terjadinya
sendi. penurunan aktivitas atau imobilisasi.
Osteoartritis juga disebut Ambardini (2011) berpendapat bahwa
penyakit degeneratif sendi, dimana beberapa konsekuensi imobilisasi
terdapat kerusakan dan penurunan adalah hilangnya kekuatan otot dan
fungsi akibat penuaan mempunyai berkurangnya produksi proteoglikan
pengaruh penting dalam pada sendi yang sakit sehingga
perkembangan osteoartritis (Stanley, mempercepat proses penyakit.
2006). Hal Situasi mengenai masalah
kesehatan pada lansia, tidak terlepas
dari proporsi lansia yang tiap tahun
mengalami peningkatan. Data laporan
World Health Organization (WHO)
yang judulnya “The Burden of
Musculoskeletal Conditions at The
Start of The New Millenium”,
menjelaskan jika masalah
muskuloskeletal atau reumatik adalah
sebab terbesar terhadap morbiditas
diseluruh dunia dan memiliki
pengaruh besar pada kesehatan,
kualitas hidup, serta beban biaya
kesehatan yang besar. Lebih dari 150
berbagai kondisi dan sindrom
masalah

55
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 56

tulang diderita oleh seseorang yang Uraian prevelensi osteoartritis di atas,


menyebabkan nyeri, inflamasi dan kecacatan merupakan proses alami pada penuaan yang
fisik. Di atas usia 70 tahun, 40 % diantaranya menyebabkan beberapa situasi, yaitu penurunan
menderita osteoartritis lutut, 80 % pasien tonus otot, kekuatan dan ketahanan sistem
dengan osteoartritis mempunyai keterbatasan muskuloskelatal. Di samping itu, kekakuan dan
gerak, dan 25 % tidak dapat melakukan aktivitas erosi sendi menurunkan pergerakan sendi, serta
pokok harian. penurunan hormon menyebabkan pengeroposan
Lawrence et al. (2008) dalam Guglielmi, tulang dan mempengaruhi kemampuan tulang
Peh, dan Guermazi (2013) berpendapat, untuk melakukan proses penyembuhan. Hal
prevalensi OA tangan dan lutut meningkat tersebut memicu gangguan muskuloskelatal dan
seiring dengan pertambahan usia dan lebih penyakit yang sering dialami lansia yaitu
banyak pada wanita dibandingkan pria, osteoartritis (Dewi, 2014).
khususnya mereka yang berusia ≥ 50 tahun. Keadaan ini akan mengakibatkan adanya
Prevalensi OA yang ditemukan di Eropa sebesar gangguan rasa nyaman (nyeri) dan penurunan
30 % pada individu yang berusia 75 dan lebih. aktivitas. Kemudian Stanley (2006) juga
Sampai hari ini, osteoartritis merupakan berpendapat bahwa mobilitas atau aktivitas
gangguan muskuloskeletal yang paling sering adalah hal yang vital bagi kesehatan total lansia.
pada lansia. Sekitar 43 juta orang di United Vitalnya aktivitas akan memicu terjadi
States dan 15 % dari populasi dunia mengalami penambahan mortalitas atau kesakitan dan
gangguan tersebut. berisiko terjadi gangguan kesehatan pada sistem
Peningkatan jumlah lansia pula terjadi di yang lain. Stanley (2006) memaparkan
Indonesia. Berdasarkan data Kemenkes RI osteoartritis mengalami degenerasi kartilago
(2014) jumlah lansia tertinggi tahun 2012 persendian karena membentuknya tulang baru
adalah Yogyakarta (13,04%), Jawa Timur dibagian tepi sendi.
(10,40%), Jawa Tengah (10,34%). Selain itu, Perubahan degeneratif menyebabkan
disebutkan bahwa jumlah penyakit lansia tahun kartilago yang halus, putih, tembus cahaya
2012 sebesar 26,93%. Data SUSENAS tahun sehingga gelap dan kuning, permukaannya
2012, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia menjadi kasar dan terjadi pelunakan. Pada saat
dikumpulkan informasi mengenai macam lapisan kartilago terjadi penipisan, permukaan
keluhan kesehatan yang umum. Masalah tulang tumbuh bertambah dekat satu dan
kesehatan tertinggi yaitu jenis keluhan lainnya lainnya. Hal tersebut mengakibatkan rasa nyeri,
(32,99%) yaitu keluhan yang diakibatkan oleh kekakuan dan penurunan fungsi yang
penyakit kronis misalnya: darah tinggi, asam dihubungkan dengan tanda peradangan
urat, rematik, diabetes dan darah rendah. misalnya nyeri tekan, kehangatan dan
Data Dinas Kesehatan Kabupaten pembengkakan.
Sumenep didapatkan jumlah lansia sebanyak Dalam artikel ilmiah Ambardini (2011),
80.720 ribu orang, lelaki sejumlah 48.556 orang memaparkan proses penuaan diperkiran menjadi
dan perempuan sejumlah 32.164 orang. Didapat penyebab kelemahan sendi, berkurangnya
pula bahwa prevalensi osteoartritis terbanyak propriosepsi sendi, kalsifikasi kartilago, dan
pada usia lansia, yaitu usia 55-59 tahun 2696 berkurangnya fungsi kondrosit. Range Of
orang penderita osteoartritis, 60-69 tahun 4288 Motion (ROM) merupakan latihan rentang gerak
orang penderita osteoartritis dan >70 tahun pada sendi. Ulliya (2007), juga menyatakan
3083 orang penderita osteoartritis. Berdasarkan bahwa terdapat pengaruh latihan ROM terhadap
data Puskesmas Kalienget mengenai jumlah fleksibilitas sendi lanjut usia. ROM mampu (1)
lansia yang terdaftar dikeseluruhan Posyandu menjaga kekuatan otot, (2) menjaga
sebanyak 164 orang dengan keluhan terbanyak pergerakanpersendian, (3) melancarkan aliran
pada lansia, yaitu osteoartritis, hipertensi, ISPA, darah, (4) menghindari terjadinya kelainan
DM, sesak, batuk, diare dan kusta. Kemudian bentuk. Latihan ROM mengakibatkan
data Posyandu lansia Desa Kalianget Timur peningkatan peredaran darah ke dalam kapsula
didapat jumlah lansia sebanyak 76 orang dengan sendi dan meningkatkan fleksibiltas persendian
osteoartritis. sehingga nyeri dapat berkurang bahkan teratasi
(Suratun, 2008).
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 57

Kemudian, menyadari ada suatu Pain Rating Scale, perlakuan dilakukan selama
perbaikan hasil latihan ROM yang mudah satu minggu dengan minimal 2 kali sehari.
dilakukan baik secara aktif ataupun pasif, dapat
menjadi langkah dalam mengatasi masalah HASIL PENELITIAN
degeneratif pada lansia yang mengalami
osteoartritis. 1. DATA UMUM
Berdasarkan hasil studi pendahuluan Tabel 1.1 Karakteristik responden
pada tanggal 19 Desember 2015 didapatkan berdasarkan usia
bahwa masalah kesehatan osteoartritis sangat
dirasakan pada lansia di Posyandu lansia desa Kategori Jumlah Prosentase
Kalianget Timur. Keluhan utama lansia yaitu
45-59 tahun 22 34.4
nyeri sendi yang memaksa untuk lebih banyak
berdiam diri atau imobilisasi daripada
60-74 tahun 38 59.4
melakukan aktivitas, seperti olahraga, senam,
yoga ataupun rentang gerak lainnya. 75-90 tahun 4 6.2
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti
sangat tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Latihan Range of Motion Tabel 1.1 menggambarkan responden sebagian
(ROM) Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada besar yaitu 60-70 tahun (elderly) sejumlah 38
Lansia Dengan Osteoartritis Di Posyandu orang (59,4%).
Lansia Desa Kalianget Timur Kecamatan
Kalianget Kabupaten Sumenep”. Penelitian ini Tabel 1.2 Karakteristik responden
dilakukan sebagai upaya mengetahui pengaruh berdasarkan jenis kelamin
riil latihan ROM pada lansia terhadap perubahan
skala nyeri sehingga dapat mencegah terjadinya Jenis kelamin Jumlah Prosentase
penurunan aktivitas dan menunjang hidup
khususnya lansia lebih berkualitas. Peningkatan laki-laki 7 10.9
kesehatan pada lansia menjadi kunci suatu
negara dikatakan sehat. perempuan 57 89.1

BAHAN DAN CARA PENELITIAN Tabel 1.2 menggambarkan jenis kelamin


Penelitian ini merupakan jenis pre responden hampir seluruhnya yaitu perempuan
eksperimental dengan one-group pre-test post- sebanyak 57 orang (89,1 %).
test design. Sampel penelitian adalah Sebagian
Lansia Osteoartritis Dengan Nyeri Sendi Dari Tabel 1.3 Karakteristik responden
Populasi Di Posyandu Desa Kalianget Timur berdasarkan tingkat pendidikan
Sebanyak 64 Orang. Simple Random
Sampling.Kriteria inklusi yaitu: Lansia yang Pendidikan Jumlah Prosentase
didiagnosa osteoartritis oleh dokter, Lansia
dengan osteoartritis yang mengalami nyeri SD 64 100
bersedia diteliti, Lansia yang kooperatif, Tidak
SMP 0 0
mengkonsumsi obat penghilang rasa
nyeri/analgesik sebelum latihan Range of
SMA 0 0
Motion (ROM) dilakukan dan bersedia diteliti.
Kriteria eksklusi: Lansia dengan
osteoartritis yang mengalami nyeri,tetapi tidak Tabel 1.3 menggambarkan tingkat pendidikan
bersedia diteliti, Lansia dengan osteoartritis responden seluruhnya yaitu SD (100%).
yang depresi berat. instrument penelitian dengan
kuesioner untuk engukur nyeri osteoartritis,
adapun instrument dalam mengukur nyeri
osteoartritis pada responden menggunakan
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 58

2. data Khusus Tabel 2.3 Skala nyeri setelah dilakukan


Tabel 2.1 Karakteristik nyeri osteoartritis latihan ROM
pada responden
Karakteristik Skala nyeri Jumlah Prosentase
Jumlah Prosentase tidak nyeri 4 6.3
nyeri nyeri ringan 30 46.8
Penyebab nyeri sedang 20 31.3
udara dingin 22 34.4 nyeri berat 10 15.6
Kelelahan 25 39 Total 64 100
Bergerak 17 26.6
Total 64 100 Tabel 2.3 menjelaskan bahwa skala nyeri
Kualitas responden sesudah dilakukan latihan Range of
terus-menerus 31 48.4 Motion (ROM) hampir setengahnya yaitu nyeri
hilang timbul 33 51.6 ringan (skala 1-3) sebanyak 30 orang (46,8 %).
Total 64 100
Lokasi Tabel 2.4 Skala nyeri sebelum dan sesudah
satu persendian 32 50 dilakukan latihan Range of Motion
dua persendian 31 48.4 Sebelum Sesudah
>2 ersendian 1 1.6 Skala nyeri ∑ % ∑ %
Total 64 100 Tidak nyeri 0 0 4 6.3
Waktu Nyeri ringan 11 17.2 30 46.8
1x/hari (10-25 Nyeri sedang 31 48.4 20 31.3
34 53.1
menit) Nyeri berat 22 34.4 10 15.6
2x/hari (25-40 Total 64 100 64 100
30 46.9
menit)
Total 64 100 Tabel 2.4 menunjukkan secara deskriptif
tampak ada perbedaan skala nyeri sebelum dan
Tabel 2.1 menunjukkan bahwa penyebab nyeri sesudah (pre dan post) dilakukan latihan Range
osteoartritis hampir setengahnya yaitu of Motion (ROM). Sebelum dilakukan latihan
kelelahan sebanyak 25 orang (39,0 %). Range of Motion jumlah responden yang
Karakteristik nyeri berdasarkan kualitas mengeluh nyeri berat dengan skala 7-9 awalnya
sebagian besar yaitu hilang-timbul (dipukul- berjumlah 22 responden, setelah itu berkurang
pukul) sebanyak 33 orang (51,6 %). menjadi 10 responden. Selain itu, jumlah
Karakteristik nyeri berdasarkan lokasi responden dengan keluhan nyeri sedang dengan
setengahnya yaitu satu persendian sebanyak 32 skala 4-6 awalnya 31 responden, setekah itu
orang (50 %). Karakteristik nyeri berdasarkan berkurang menjadi 20 responden, dan responden
waktu sebagian besar yaitu 1 kali/hari (10-25 yang mengeluh nyeri ringan dengan skala 1-3
menit) sebanyak 34 orang (53,1 %). awalnya 11 kemudian meningkat menjadi 30
responden serta jumlah responden yang tidak
Tabel 2.2 Skala nyeri sebelum dilakukan mengeluh nyeri awalnya 0 setelah itu menjadi 4
latihan ROM responden.
Skala nyeri Jumlah Prosentase Hal tersebut menggambarkan
nyeri ringan 11 17.2 keberhasilan latihan ROM untuk menurunkan
nyeri sedang 31 48.4 skala nyeri osteoartritis pada lansia. Hasil uji
nyeri berat 22 34.4 analisis statistik Wilcoxon menunjukkan bahwa
Total64 100 Tabel nilai p=0,00. Hasil ini bisa disimpulkan jika H1
2.2 menjelaskan skala nyeri responden sebelum diterima. P= 0,000 yang menunjukkan bahwa
dilakukan latihan Range of latihan ROM memiliki pengaruh pada
Motion(ROM) hampir setengahnya yaitu nyeri perubahan skala nyeri pasien osteoartritis.
sedang (skala 4-6) sebanyak 31 orang (48,4%).
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 59

PEMBAHASAN Karakteristik nyeri berdasarkan kualitas


1. Skala Nyeri Pada Lansia Dengan sebagian besar yaitu hilang-timbul (dipukul-
Osteoartritis Sebelum Dilakukan Latihan pukul), dan karakteristik lokasi setengahnya
Range of Motion (ROM) yaitu satu persendian. Menurut Potter & Perry
Pengukuran skala nyeri lansia dengan (2006) nyeri dapat mengakibatkan berbagai
osteoartritis menggunakan VDS (Verbal respon, yaitu efek fisik, perilaku dan pengaruh
Discriptor Scale) dan kuisioner. Hasil penelitian pada aktifitas sehari-hari. Kemudian, terjadi
berdasarkan karakteristik responden peningkatan respons stress yang terdiri dari
menjelaskan sebagian besar responden berjenis percepatan metabolisme, curah jantung,
kelamin perempuan. Menurut Potter & Perry penurunan respons insulin, bertambahnya
(2006) pada umumnya perempuan dan laki-laki pengeluaran kortisol serta penurunan cairan.
tidak jauh beda jika merespon nyeri. Respons stress juga dapat meningkatkan resiko
Kebudayaan berpengaruh terhadap jenis pasien terhadap gangguan fisiologis.
kelamin dalam memaknai nyeri, sepertil menilai Karakteristik nyeri berdasarkan waktu nyeri
bahwa seorang laki-laki tidak boleh menangis menunjukkan sebagian besar yaitu 1 kali/hari
dan harus berani, perempuan bisa menangis (10-25 menit). Rasa sakit pada persendian di
dalam keadaan yang sama. Keadaan tersebut pagi hari dapat disebabkan karena kekakuan
terus berkembang dan menjadi fenomena sendi sebelum beraktifitas, biasanya nyeri sendi
sendiri. Kemudian situasi tersebut secara tidak akan menurun di siang hari setelah aktifitas.
langsung mempengaruhi koping nyeri untuk Nyeri sendi berhubungan dengan kadar kortisol
setiap individu. Koopman (2007) menjelaskan yang terendah pada pagi hari. Menurut
kejadian arthritis lebih besar diderita American College of Reumathology (ACR)
perempuan, dengan perbandingan 3:1, yang dalam (Ashari, 2009) secara klinis penderita
diperkirakan berkaitan dengan faktor hormon. osteoatritis dikatakan positif, yaitu usia > 50
Karakteristik responden berdasarkan tahun, kekakuan pada pagi hari kurang dari
umur menunjukkan sebagian besar yaitu 60-70 setengah jam, krepitasi, pembesaran tulang,
tahun (elderly). Pamungkas dkk (2010) nyeri tekan pada tulang serta sekitar sendi teraba
menjelaskan jika kemampuan mengatasi pada tidak hangat.
nyeri meningkat sesuai dengan bertambahnya Osteoartritis (OA) merupakan
umur, bertambahnya umur seseorang akan abnormalitas pada kartilago (tulang rawan
semakin bertambah pula pengetahuan pada sendi) dengan gejala klinis perubahan klinis,
nyeri dan cara dalam mengatasinya, orang histology dan radiologis (Kuntono, 2011).
dewasa terkadang memeriksakan keluhan jika Tanda gejala utama terdapat nyeri pada sendi
nyeri telah patologis dan menyebabkan yang yang terserang terutama saat bergerak,
penurunan fungsi. Penanganan kasus lansia sering muncul dengan perlahan, kekakuan lalu
perlu adanya perhatian lebih mengingat lansia muncul rasa nyeri yang menurun ketika
tetap merupakan individu yang memiliki hak istirahat. Adanya gangguan pergerakan sendi,
untuk diobati baik bio-psiko-sosial dan spritual kaku dipagi hari, krepitasi, pembesaran
sehingga proses perawatan berjalan optimal. persendian dan berubahnya cara berjalan
Jika nyeri tidak teratasii akan menyebabkan (Soeroso, 2006). Skala nyeri pada responden
bahaya diluar rasa tidak nyaman yang hampir setengahnya yaitu berada pada skala 4-6
diakibatkannya dan setiap individu memiliki (nyeri sedang) sebelum dilakukan latihan Range
cara yang berbeda dalam mempersepsikan serta of Motion (ROM). Mahon (1994) dalam Potter
terdapat pula perbedaan dalam batasan-batasan (2006), mengartikan nyeri yaitu kondisi lebih
koping nyeri. Berdasarkan hasil penelitian dari hanya rasa tunggal yang diakibatkan
karakteristik responden berdasarkan faktor rangsangan tertentu. Rangsangan nyeri bisa
penyebab nyeri osteoartritis hampir seperti rangsangan terhadap fisik dan psikis
setengahnya yaitu kelelahan. Rasa lelah akan Skala nyeri menentukan respon individu dalam
mengakibatkan rasa nyeri semakin sering dan mempersepsikannya. Semakin tinggi skala
mengurangi koping seseorang. Jika mengalami nyeri, maka berbanding lurus dengan respon
lelah dan insomnia, rasa nyeri akan semakin aktif individu. Hal tersebut, nampak sekali turut
lebih berat (Potter, 2006). dirasakan oleh responden yang berkeluh kesah
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 60

tentang nyeri osteoartritis yang dialami sebelum Latihan Range of Motion (ROM) mampu
dilakukan latihan Range of Motion (ROM) menjaga fleksibilitas dan kekuatan otot,
memelihara gerakan sendi, melancarkan
2. Skala Nyeri Pada Lansia Dengan peredaran darah, menghindari kecacatan dan
Osteoartritis Sesudah Dilakukan Latihan kontraktur. Mempertahankan kesehatan
Range of Motion (ROM) pernapasan serta jantung (Potter, 2006).
Nyeri akibat osteoartritis tidak dapat Kemudian semua aspek tersebut mampu dalam
dihindari oleh sebagian besar lansia. Hal mengurangi skala nyeri bahkan mengatasi nyeri
tersebut tergambar jelas dengan prevelensi yang dirasakan.
kejadian osteoartritis baik dunia maupun di
Indonesia. Keadaan tersebut turut dirasakan 3. Skala Nyeri Pada Lansia Dengan
oleh responden di Posyandu lansia Desa Osteoartritis Sebelum Dan setelah Dilakukan
Kalianget Timur yang memaksa untuk Latihan Range of Motion (ROM)
mengurangi aktivitas atau imobilisasi. Hasil uji analisis statistik Wilcoxon
Kemudian, perlu dilakukan upaya menejemen menunjukkan bahwa latihan ROM memiliki
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah pengaruh dalam menurunkan skala nyeri pada
satunya dari segi nonfarmakologi yaitu terapi pasien osteoartritis. Hasil uji analisis ini
fisik yaitu latihan memperbaiki batas gerak menunjukkan bahwa latihan ROM bisa
sendi dengan pemberian latihan ROM. diterapkan untuk intervensi dalam menangani
Penerapan latihan ROM dilakukan di pasien osteoartritis. Hal tersebut juga
Posyandu lansia Desa Kalianget Timur dipaparkan dari hasil penelitian Petrus (2014)
Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. menyatakan bahwa terdapat pengaruh latihan
Latihan ROM dilakukan dua kali sehari selama ROM pada skala nyeri lutut lansia osteoartritis
satu minggu. Kemudian, didapatkan skala nyeri dan latihan ROM bisa dipakai untuk terapi
pada responden hampir setengahnya yaitu skala selain farmakologis untuk mengurangi nyeri
1-3 (nyeri ringan). Jumlah responden yang lutut penderita osteoartritis. Potter (2006)
mengeluh nyeri dengan skala 7-9 awalnya menjelaskan bahwa ada keadaan yang selalu
berjumlah 22 responden yang berkurang dapat diperbaiki dengan terapi latihan, salah
menjadi 10 responden. Selain itu, jumlah satunya yaitu nyeri.
responden dengan kjeluhan nyeri skala 4-6 Menurut Himpunan Reumatologi
awalnya 31 responden yang berkurang menjadi Indonesia atau IRA (2009) penatalaksanaan
20 responden, responden dengan keluhan nyeri osteoartritis yakni terapi non farmakologi, salah
skala 1-3 awalnya 11 kemudian meningkat satunya yaitu terapi fisik seperti latihan
menjadi 30 responden serta jumlah responden perbaikan lingkup pergerakan persendian,
yang tidak nyeri awalnya 0 menjadi 4 kekuatan otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat
responden. Hal tersebut menggambarkan bantu pergerakan sendi. Penelitian sebelumnya
keberhasilan latihan ROM untuk menurunkan tentang ROM juga pernah dilakukan oleh Ulliya
skala nyeri osteoartritis pada lansia. Dampak (2007) dengan hasil terdapat pengaruh latihan
positif latihan ROM terjadi karena berlandaskan ROM terhadap fleksibilitas sendi lanjut usia.
prinsip dasar pelaksanaan, yaitu: ROM ROM mampu (1) menjaga kemampuan otot, (2)
dilakukan pengulangan sebanyak 8 kali dan menjaga gerakan sendi, (3) melancarkan
dilakukan paling sedikit 2 kali sehari. ROM peredaran darah, (4) menghindari kecacatan.
dilakukan perlahan dan berhati-hati sehingga Latihan ROM meningkatkan aliran darah
tidak membuat lelah pasien. Merencanakan menuju kapsula sendi dan meningkatkan
latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, fleksibiltas persendian sehingga nyeri dapat
tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring. berkurang bahkan teratasi (Suratun, 2008).
Bagian tubuh yang bisa diterapkan latihan ROM Latihan ROM merupakan kegiatan sederhana
yaitu: jari, leher, siku, lengan, bahu, tumit, kaki yang mampu memberikan efek besar terhadap
serta pergelangan kaki. ROM bisa dilakukan perubahan skala nyeri. Di samping itu,
pada seluruh persendian. ROM wajib tepat perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah
waktu misalnya sesudah mandi atau perawatan latihan ROM dapat dijadikan tolak ukur. Dapat
rutin sudah dilakukan (Suratun, 2008). ditarik kesimpulan jika latihan ROM mampu
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 61

mempengaruhi perubahan skala nyeri DAFTAR PUSTAKA


osteoartritis dengan tetap mempertahankan
rentang gerak sendi sehingga terjadi perbaikan Ambardini,R.(2011).Peran Pelatihan Fisik
diarea sendi yang bermasalah. Dalam Manajemen Terpadu
Osteoartritis.
KESIMPULAN Arovah, et al (2007). Fisioterapi Dan Latihan
1. Skala nyeri sebelum dilakukan latihan ROM Fisik Pada Osteoartritis. Medikora
hampir setengahnya lansia mengalami skala Vol.III, No 1. 18-41.
nyeri sedang. Ashari I, (2009). Penatalaksanaan
2. Skala nyeri setelah dilakukan latihan ROM Osteoarthritis. http://www. irwanashari.
hampir setengahnya lansia mengalami skala com/ 2009/ 03/ Penatalaksanaan-
nyeri ringan. Osteoarthritis.html. Diakses tanggal 13
3. Ada pengaruh latihan ROM dengan Desember 2015
perubahan skala nyeri osteoartritis di Posyandu Bell, Petrus Andriyanto. (2014). Pengaruh
lansia Desa Kalianget Timur Kecamatan Latihan ROM Terhadap Intesitas Nyeri
Kalianget Kabupaten Sumenep. Lutut Pada Lansia Yang Mengalami
Osteoartritis. Skripsi. Universitas
SARAN Katolik Widya Mandala Surabaya.
1. Bagi institusi pendidikan Departemen kesehatan RI. (1992). UU
Diharapkan bisa mengaktifkan keterampilan Kesehatan RI No 23 Tentang kesehatan
mahasiswa untuk melakukan pendidikan Departemen Kesehatan RI. (1998). Undang-
kesehatan pada lansia yang menderita Undang Kesehatan RI No 13 tentang
osteoartritis, sehingga dalam praktik di Usia Lanjut
lapangan mahasiswa dapat memberikan Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan
penyuluhan yang baikuntuk menambah Gerontik . Yogyakarta: Deepublish.
pengetahuan tentang pentingnya mengontrol Felson D.T, et al. (2006). The Incidence and
keadaan skala nyeri. Natural History of Knee Osteoarthritis
2. Bagi perawat in the Elderly : The Framingham
Kepada perawat diharapkan dapat menggunakan Osteoarthritis Study. Arthritis
latihan Range of Motion (ROM) sebagai Rheumatology;38:15001505.
intervensi nonfarmakologi pada penyakit Giriwijoyo, H. S. (2012). Ilmu Kesehatan
osteoartritis, sehingga angka kesakitan lansia Olahraga. Bandung: PT Remaja
akibat nyeri osteoartritis berkurang bahkan Rodaskarya. Guglielmi, G., Peh,
teratasi tanpa ada efek samping yang perlu W.C.G.,
dikhawatirkan. Guermazi, A. (Eds.). (2013). Geriatric Imaging.
3. Bagi responden Berlin: Springer
Kepada responden diharapkan dapat Hidayat, Aziz Alimul. (2010). Metode
menggunakan latihan Range of Motion (ROM) Penelitian Kesehatan Paradigma
sebagai pilihan pengobatan nonfarmakologi Kuantitatif. Jakarta : Heath Books.
penyakit osteoartritis, sehingga meningkatkan Kalim, H. (2009). Diagnosis Dan
kualitas hidup lansia. Penatalaksanaan Osteoartritis. Jakarta:
4. Bagi penelitian selanjutnya IRA.
Penelitian lanjutan diharapkan menggunakan Kemenkes RI. (2013). Gambaran Kesehatan
variabel penelitian lainnya yang berkaitan Lanjut Usia Di Indonesia. Jakarta : Pusat
dengan osteoartritis. Misal pengaruh latihan Data Dan Informasi Kementerian
yoga terhadap perubahan skala nyeri pada lansia Kesehatan RI.
osteoartitris. dengan lebih banyak sampelnya Koopman, C, 2007. Reconciling Classical
sehingga hasil lebih baik dan akurat. Pragmatism and Neopragmatism.
Indiana University Press : BuffLo
Kuntono, H. (2011). Nyeri Secara Umum dan
Osteo Arthritis Lutut dari Aspek
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.1 No.2 November 2016 62

Fisioterapi. Surakarta : Perpustakaan Babat Kab Lamongan. Jurnal Sain Med,


Nasional RI. Vol. 5. No. 2. 62–65.
Maleong, Lexy J. (2013). Metode Penelitian Setiadi. (2013). Konsep & Penulisan Riset
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Rodaskarya. Soeroso, J et al. (2006). Buku ajar ilmu penyakit
Maryam, R. S, Ekasari, M. Rosidawati, jubaedi, dalam, Edisi IV. Jakarta: Pusat
A. Batubara, Irwan. (2008). Mengenal Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Usia Lanjut & Perawatannya. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia.
Salemba medika Stanley, M. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Mubarak, Wahid Iqbal, dkk. (2012). Ilmu Gerontik.Jakarta:EGC.
Keperawatan Komunitas 2; konsep dan Suratun. (2008). Klien Gangguan Sistem
aplikasi. Jakarta : Salemba Medika Muskuloskelatal. Jakarta: EGC.
Nugroho, Wahjudi. (2008). Keperawatan Tamher, S. Noorkasiani. (2011). Kesehatan
Gerontik & Geriatrik, Edisi 3. Jakarta : Lanjut Usia dengan Pendekatan Asuhan
EGC Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Tamsuri. (2007). Konsep Dan Penatalaksanaan
Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi Nyeri. Jakarta: EGC
3. Jakarta: Salemba Medika. Ullia, Sarah dkk. (2007). Pengaruh Latihan
Pamungkas et al. 2010. Pengaruh latihan gerak Range of Motion (ROM) Terhadap
kaki (stretching) terhadap penurunan Fleksibilias Sendi Lutut Pada Lansia Di
nyeri sendi ekstrimitas bawah pada Panti Wreda Wening Wardoyo Ungaran.
lansia sejahtera GBI Setia Bakti Kediri. Media Ners, Volume 1, Nomor 2. 49
Vol. 3, Edisi 1, from World Health Organization. (2003). The Burden
Potter, P. A & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar of Musculoskeletal Conditions at The
Fundamental Keperawatan. Jakarta: Start of The New Millenium. Hongkong:
EGC. WHO Library Cataloguing in
Price, A. S., Wilson M. L. (2006). Patofisiologi Publication Data
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit.
Jakarta: EGC
Putra, et al. 2015. Pengaruh Terapi Kompres
Jahe Terhadap Tingkat Nyeri
Osteoartritis Pada Lansia Di UPT
Puskesmas Guluk-Guluk. Skripsi.
Universitas Wiraraja Sumenep.
Safa'ah, N. (2013). Pengaruh Latihan Range of
Motion terhadap Peningkatan Kekuatan
Otot Lanjut Usia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia (Pasuruan) Kec.

You might also like