You are on page 1of 16

LAPORAN PRATIKUM

KUNJUNGAN PADA BALAI KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN


HASIL PERIKANAN (BKIPM) MATARAM

Disusun Oleh:

KELOMPOK II

Abd.Syakur Sahlan (2020154246001)


Alfan Hawari (2020154246002)
Dimas Alung Putra Jati (2020154246003)
Ernawati (2020154246004)
Fathurrahman Arizqi (2020154246005)
Isro’ Tantowi (2020154246009)
Dian Saputra (2020154246016)
Maulana Aldian Putra (2020154246011)
Risda (2020154246013)
Ahmad Efendi (2020154246020)
Ardika Permana Agung (2020154246026)

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS 45 MATARAM
2021
I. PENDAHULUAN

A. Ruang Lingkup Mikrobiologi Akuatik

Mikrobiologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari


mikroorganisme. Beberapa ilmu dasar yang diperlukan untuk mendukung pemahaman
mikrobiologi, antara lain ilmu kimia, fisika, dan biokimia. Mikrobiologi juga sering disebut
sebagai ilmu praktik dari biokimia. Ruang lingkup dalam mempelajari mikrobiologi
meliputi pengertian tentang sejarah penemuan mikroorganisme, macam-macam
mikroorganisme di alam, struktur sel mikroorganisme dan fungsinya, metabolisme
mikroorganisme secara umum, pertumbuhan mikroorganisme dan faktor lingkungan, dan
mikrobiologi terapan baik di bidang lingkungan maupun pertanian. Seiring dengan
berjalannya waktu mikrobiologi telah mengalami perkembangan yang pesat menjadi
beragam ilmu, antara lain virologi, bakteriologi, mikologi, mikrobiologi pangan,
mikrobiologi tanah, dan mikrobiologi industri. Ilmu tersebut mempelajari mikroorganisme
secara spesifik, rinci, dan menurut pemanfaatannya. Berbagai sifat mikroorganisme yang
menjadikan dasar seringnya digunakan sebagai model penelitian di bidang genetika adalah
memiliki sifat sangat sederhana, perkembangbiakan sangat cepat, dan adanya berbagai
variasi metabolisme. Pada saat ini penelitian berkaitan dengan mikroorganisme dilakukan
secara intensif untuk mengetahui dasar fenomena biologi.

Mikroorganisme juga dikenal sebagai sumber produk dan proses yang


menguntungkan bagi masyarakat, misalnya: alkohol yang dihasilkan melalui proses
fermentasi dapat digunakan sebagai sumber energi (gasohol). Di samping itu, strain-strain
baru dari mikroorganime yang dihasilkan melalui proses rekayasa genetika dapat
menghasilkan bahan penting bagi kesehatan manusia, seperti insulin. Padahal, sebelumnya
apabila pankreas manusia gagal memproduksi insulin maka hanya insulin hasil ekstraksi
dari pancreas lembu yang dapat diterimanya. Sekarang, insulin manusia dapat diproduksi
dalam jumlah yang tak terhingga oleh bakteri dari hasil rekayasa genetika.
Mikroorganisme juga mempunyai potensi cukup besar dalam membersihkan lingkungan,
misal: dari tumpahan minyak di lautan atau residu herbisida dan insektisida di bidang
pertanian. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya kemampuan mikroorganisme dalam
mendekomposisi/menguraikan senyawa kompleks menjadi senyawa lebih sederhana.
Kemampuan mikroorganisme yang telah direkayasa untuk tujuan tertentu menjadikan
cabang baru dalam mikrobiologi industri yang dikenal dengan bioteknologi.

Air merupakan materi penting dalam kehidupan. Semua makhluk hidup


membutuhkan air. Misalnya sel hidup, baik hewan maupun tumbuhan, sebagian besar
tersusun oleh air, yaitu lebih dari 75% isi sel tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan.
Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata
tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk
kepentingan manusia. Karena dari jumlah 40 juta mil-kubik, 97% terdiri dari air laut dan
jenis air lain yang berkadar-garam tinggi, 2,5% berbentuk salju dan es-abadi yang dalam
keadaan mencair baru dapat dipergunakan secara langsung oleh manusia. Kebutuhan air
untuk keperluan sehari-hari, berbeda untuk setiap tempat dan setiap tingkatan kehidupan.
Biasanya semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat pula jumlah kebutuhan air.
Di Indonesia, berdasarkan catatan dari Departemen Kesehatan, rata-rata keperluan air
adalah 60 liter per kapita.

Kualitas air harus memenuhi 3 persyaratan, yaitu kualitas fisik, kimia, dan biologis.
Kualitas fisik berdasarkan pada kekeruhan, temperatur, warna, bau, dan rasa. Kualitas
kimia adanya senyawa-senyawa kimia yang beracun, perubahan rupa, warna, dan rasa
air, serta reaksi-reaksi yang tidak diharapkan menyebabkan diadakannya standar kualitas
air minum. Standar kualitas air memberikan batas konsentrasi maksimum yang
dianjurkan dan yang diperkenankan bagi berbagai parameter kimia, karena pada
konsentrasi yang berlebihan kehadiran unsur-unsur tersebut dalam air akan memberikan
pengaruh negatif, baik bagi kesehatan maupun dari segi pemakaian lainnya. Kualitas
biologis didasarkan pada kehadiran kelompok-kelompok mikroba tertentu seperti
mikroba patogen (penyakit perut), pencemar (terutama Coli), penghasil toksin dsb.

Indikator kehadiran bakteri coliform merupakan polusi kotoran akibat kondisi


sanitasi yang buruk terhadap air dan makanan. Bakteri coliform ada 2 jenis :
1. Fekal : berasal dari tinja manusia dan mamalia (misal : Escherichia coli)
2. Nonfekal : berasal dari sumber lain (misal : Enterobacter aerogenes, Klebsiella

Kualitas perairan juga dapat ditentukan berdasarkan nilai IPB. Penentuan Nilai
IPB (Indeks Pencemar Biologis) atau Biological Indices of Pollution (BIP) suatu
perairan, pada umumnya dilakukan kalau air dari suatu sumber perairan akan digunakan
sebagai bahan baku untuk kepentingan pabrik/industri (sebagai air proses, air pendingin),
untuk kepentingan rekreasi (berenang). Makin tinggi nilai IPB maka makin tinggi
kemungkinan deteriosasi/korosi materi di dalam sistem pabrik (logam-logam yang
mengandung Fe dan S), atau pun terhadap kemungkinan adanya kontaminasi badan air
oleh organisme patogen. Nilai IPB ditentukan dengan menggunakan rumus :

Nilai IPB = (B/(A+B)) x 100


A : Kandungan mikroba berklorofil
B : Kandungan mikroba tanpa klorofil

B. Peranan Mikrobiologi Dalam Bidang Hasil Perikanan

Mencakup semua aspek yang dapat diperoleh dari mikroba yang menguntungkan
manusia diantaranya mikroba saluran pencernaan yang digunakan untuk memacu
pertumbuhan ikan dan menghasilkan vitamin B12 dan K yang mempunyai peran penting
dalam proses pembekuan darah, mikroba dapat digunakan untuk melawan mikroba yang
tidak diinginkan ( pengawetan dengan mikroba yang menguntung terhadap mikroba yang
merugikan ), mikroba nitrifikasi memiliki kemampuan untuk merombak senyawa amoniak
menjadi nitrat yang dapat di manfaatkan oleh tumbuhan, karena senyawa amoniak dalam
media budidaya dapat menimbulkan keracunan bagi ikan yang di budidaya, mikroba ini
mempunyai kemampuan mengikat nitrogen langsung dari udara kemudian mengubahnya
menjadi komponen yang dapat di serap oleh akar tumbuhan. Dari segi keuntungan bdang
kesehatan pengunaan mikroba sebagai pengawet ikan tidak menimbulkan dampak buruk
( saat ini belum diketahui ), tampa harus menggunakan formalin yang dapat merugikan
kesehatan.

Peran mikrobiologi di bidang pengolahan hasil perikanan bisa berupa suatu pengawetan ,
karna adanya mikroba yang berperan, seperti ikan peda yang di awetkan oleh mikroba agar
tahan lama. Bisa berupa penambah cita rasa dengan peran mikroba seperti kecap dan terasi.
Suatu fermentasi juga terjadi karna peran mikroba.

Fermentasi adalah proses perombakan senyawa yang dilakukan oleh enzim dan
berlangsung secara terkendali. Peranan fermentasi dalam budidaya ikan adalah untuk
menjadi pakan ikan yang sehat untuk ikan tersebut dan karena Ikan menghindari serat bukan
untuk melangsingkan ikan tetapi justru menggemukkan ikan sehingga kadar serat harus
diperhatikan. Fermentasi merupakan jawaban untuk meningkatkan pencernaan dengan
mengurangi kadar serat dan meningkatkan protein. Jadi ikan dapat tumbuh kembang dengan
baik.

Identifikasi mikroba berguna untuk mempelajari secara detail karakter fisik, kimiawi, dan
bologis mikroba sehingga dapat diketahui dan dimanfaatkan secara optimal. Identifikasi
merupakan kegiatan utama dalam kegiatan untuk membuat klasifikasi atau taksonomi.
Berdasarkan klasifikasi dan taksonomi keanekaragaman hayati makhluk hidup dapat
dipelajari dan dipahami dengan lebih mudah dan utuh. Kegiatan identifikasi adalah
menentukan nama hewan atau tumbuhan dengan benar dan menempatkannya di dalam
system klasifikasi hewan dan tumbuhan. Klasifikasi dan identifikasi mikroorganisme
haruslah diketahui terlebih dahulu karakteristik atau ciri-ciri mikroorganisme. Oleh karena
ukurannya yang sangat kecil, tidaklah mungkin bagi kita untuk mempelajari 1
mikroorganisme saja, sehingga yang dipelajari adalah karakteristik suatu biakan yang
merupakan populasi dari suatu mikroorganisme.

Uji-uji biokimia yang biasanya dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri atau
mikroorganisme yaitu antara lain adalah uji koagulase, uji katalase, uji MRVP, uji nitrit,
hidrolisis gelatin, uji H2S dan lain-lain. Salah satu uji yaitu adalah uji hidrolisis urea.

Mikroba antagonis atau probiotik adalah mikroba yang memiliki sifat berlawanan dengan
mikroba merugikan, seperti mikroba patogen dan pembusuk. Dengan sifat demikian, mikroba
antagonis telah digunakan untuk berbagai keperluan manusia. Banyak manfaat telah
diperoleh, baik untuk kesehatan, menghambat aktivitas penyakit atau menghambat proses
pembusukan. berbagai upaya telah dikembangkan untuk mengembangkan dan…
memanfaatkan mikroba antagonis

Peranan mikroba antagonis : Mekanisme bakteri antagonis dala menghambat aktivitas


bakteri pembusuk. Ada 3 mekanisme yang digunakan oleh bakteri antagonis untuk mencegah
bakteri merugikan. Pertama, menimbulkan persaingan makanan sedemikian rupa sehingga
bakteri pembusuk sulit mendapatkan makanan, kedua menurunkan ph lingkungan sehingga
aktivitas bakteri pembusuk terganggu dan tidak dapat bertahan hidup, ketiga menghasilkan
produk metabolit yang bersifat racun bagi bakteri merugikan.

II. TUJUAN KUNJUNGAN

Untuk mengetahui prosedur karantina, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan.

III. KEGIATAN KUNJUNGAN

A. KEGIATAN PELAYANAN

- Layanan Karantina Ikan Eksport (BKIPM)


Layanan Karantina Ikan Ekspor adalah layanan Sertifikasi Kesehatan ikan / hasil
perikanan yang akan diekspor sesuai persyaratan ke / oleh negara tujuan. Sertifikasi
dimaksudkan untuk memastikan bahwa ikan / hasil perikanan yang dikeluarkan dari dalam
wilayah RI bebas dari hama penyakit ikan karantina / penyakit yang dipersyaratkan, sesuai
jenis dan jumlahnya dengan dokumen yang menyertai serta bebas / tidak berpotensi sebagai
media pembawa penyakit ZOONOSIS (bersifat menular ke manusia), sesuai Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan
dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan.

Sertifikasi dilakukan melalui tindakan karantina (8 P : Pemeriksaan, pengasingan,


pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, pembebasan)

Persyaratan

1. Ikan Hidup
a. Dilengkapi SERTIFIKAT KESEHATAN apabila dipersyaratkan oleh negara
tujuan;
b. Melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan;
c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat pemasukan
sebagaimana dimaksud dalam huruf b untuk keperluan tindakan karantina.
d. Dilengkapi ijin / rekomendasi SAT-LN dari Direktorat Jenderal PHKA –
Kementerian Kehutanan, bagi Ikan yang dikategorikan dilindungi / dibatasi sesuai
Appendix CITTIES.
2. Ikan Non Hidup (Segar / Beku)
a. Dilengkapi SERTIFIKAT KESEHATAN; apabila dipersyaratkan oleh negara
tujuan Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan;
b. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat pemasukan
sebagaimana dimaksud dalam huruf b untuk keperluan tindakan karantina.

3. Pakan – Bahan Baku Pakan Ikan


a. Dilengkapi SERTIFIKAT KESEHATAN; apabila dipersyaratkan oleh negara
tujuan ;
b. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan;
c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat pemasukan
sebagaimana dimaksud dalam huruf b untuk keperluan tindakan karantina.
d. Pengenaan ketentuan persyaratan kesehatan / karantina dilakukan terhadap
Ikan / hasil perikanan yang diekspor dalam bentuk :
- Barang Bawaan
- Barang Muatan dalam bentuk ikan hidup;
- Barang muatan dalam bentuk ikan mati;
- Kiriman Pos;
e. Dengan moda lalulintas / pengiriman : udara, laut ataupun darat

- Layanan Karantina Ikan Inport (BKIPM)

Layanan Karantina Ikan Ekspor adalah layanan Sertifikasi Kesehatan ikan / hasil
perikanan yang akan diekspor sesuai persyaratan ke / oleh negara tujuan. Sertifikasi
dimaksudkan untuk memastikan bahwa ikan / hasil perikanan yang dikeluarkan dari dalam
wilayah RI bebas dari hama penyakit ikan karantina / penyakit yang dipersyaratkan, sesuai
jenis dan jumlahnya dengan dokumen yang menyertai serta bebas / tidak berpotensi sebagai
media pembawa penyakit ZOONOSIS (bersifat menular ke manusia), sesuai Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan.

Sertifikasi dilakukan melalui tindakan karantina (8 P : Pemeriksaan, pengasingan,


pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, pembebasan)

Persyaratan

1. Ikan Hidup
a. Dilengkapi SERTIFIKAT KESEHATAN yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang di Negara asal dan Negara transit, kecuali media pembawa yang
tergolong benda lain;
b. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan;
c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat pemasukan
sebagaimana dimaksud dalam huruf b untuk keperluan tindakan karantina.
d. Dilengkapi ijin / rekomendasi pemasukan dari Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya – KKP

2. Ikan Non Hidup (Segar / Beku)


a. Dilengkapi SERTIFIKAT KESEHATAN yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang di Negara asal dan Negara transit, kecuali media pembawa yang
tergolong benda lain;
b. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan;
c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat pemasukan
sebagaimana dimaksud dalam huruf b untuk keperluan tindakan karantina.
d. Dilengkapi ijin / rekomendasi pemasukan dari Direktorat Jenderal Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Perikanan – KKP

3. Pakan – Bahan baku pakan Ikan


a. Dilengkapi Sertifikat Analisis yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang /
lembaga pengujian berkompeten di Negara asal dan Negara transit;
b. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan;
c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat pemasukan
sebagaimana dimaksud dalam huruf b untuk keperluan tindakan karantina.
d. Dilengkapi Surat Keterangan Teknis (SKT) dari Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya – KKP
e. Pengenaan ketentuan persyaratan kesehatan / karantina dilakukan terhadap
Ikan / hasil perikanan yang diimpor dalam bentuk :
- Barang Bawaan
- Barang Muatan dalam bentuk ikan hidup;
- Barang muatan dalam bentuk ikan mati;
- Kiriman Pos;
f. Dengan moda lalulintas / pengiriman : udara, laut ataupun darat

- Layanan Penerbitan Sertifikat Penerapan HACCP – BKIPM

Layanan Sertifikat HACCP adalah layanan sebagai pelaksanaan dari ketentuan


mengenai sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan yang diatur dalam
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER19/MEN/2010 tentang
Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan dan Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP01./MEN/2007 tentang Persyaratan
Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan
Distribusi

Persyaratan

a. Setiap UPI baik yang dimiliki oleh perorangan maupun badan usaha wajib
memiliki Sertifikat Penerapan HACCP;
b. Ruang lingkup UPI meliputi tempat/unit yang melakukan sebagian atau
keseluruhan kegiatan penanganan dan atau pengolahan hasil perikanan;
c. Sertifikat Penerapan HACCP dalam satu unit manajemen dibedakan
berdasarkan jenis olahan, unit proses dan/atau potensi bahaya (hazard) yang
berbeda;
d. Unit Pengolahan Ikan yang belum menerapkan 7 prinsip HACCP akan
diberikan Sertifikat Penerapan Persyaratan Dasar HACCP
e. Mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang penanggung jawab mutu
yang mempunyai sertifikat HACCP di bidang perikanan
f. Untuk memperoleh Sertifikat Penerapan HACCP dimaksud huruf a, UPI
harus Memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Akta Notaris
Pendirian Perusahaan di bidang Pengolahan Hasil Perikanan, Ijin Usaha
Perikanan (IUP); dan/atau Tanda Daftar Usaha Perikanan
g. Mendapat SKP hasil Pembinaan dari Ditjen P2HP, bagi UPI yang pertama
kali mengajukan permohonan Sertifikat Penerapan HACCP;
h. Memiliki dan menerapkan Sistem HACCP secara konsisten sesuai dengan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.01/MEN/2007
tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada
Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi;
i. Melakukan proses produksi secara aktif.

- Layanan Sertifikat Kesehatan (HC) Hasil Perikanan ( BKIPM)

Layanan Sertifikat Kesehatan (Health Certificate) Hasil Perikanan adalah layanan


sebagai pelaksanaan dari ketentuan mengenai sistem jaminan mutu dan keamanan hasil
perikanan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :
PER19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP01./MEN/2007
tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,
Pengolahan dan Distribusi.

Persyaratan

a. Setiap produk perikanan yang dipasarkan untuk konsumsi manusia wajib


disertai dengan sertifikat kesehatan (Health Certificate) yang diterbitkan
berdasarkan hasil inspeksi dan hasil pengujian selama proses produksi atau
In-Process Inspection (IPI);
b. Sertifikat kesehatan dimaksud huruf a hanya dapat diterbitkan terhadap
produk Perikanan yang berasal dari UPI yang telah memenuhi persyaratan
jaminan mutu dan keamanan hasil Perikanan dan telah mendapatkan
Sertifikat Penerapan HACCP dan atau Sertifikat Cara Penanganan Ikan yang
Baik di kapal;
c. Sertifikat kesehatan dimaksud huruf b harus sesuai dengan format yang
ditetapkan oleh Otoritas Kompeten;
d. Sertifikat kesehatan ditandatangani oleh Pejabat Penandatangan yang
ditunjuk oleh Kepala Badan dan distempel dengan menggunakan stempel
Badan ;
e. Sertifikat Kesehatan harus memuat data dan informasi yang sesuai dengan
produk yang disertifikasi;
f. Sertifikat Kesehatan harus diterbitkan sebelum produk dipasarkan.

- Layanan Pengaduan (BKIPM)


a. Pengaduan dapat dipertanggungjawabkan
b. Masukkan Nama Sesuai KTP
c. Pilihlah Kantor Sesuai Pengaduan Yang Di Tuju
d. Pengaduan Layanan Untuk Pengaduan Seputar Layanan
e. Pengaduan Petugas Untuk Pengaduan Seputar Petugas Yang Ingin Di
Adukan

B. PEMERIKSAAN LABOTARIUM

a. Labotarium Nekropsi
Pemeriksaan Makropatologi / Nekropsi
Diagnosa penyakit secara cepat dan akurat sangat diperlukan untuk pengendalian
dan pemberantasan penyakit. Diagnosa penyakit sangat tergantung pada pengetahuan dan
informasi mengenai sejarah penyakit, tanda klinis, perubahan pasca mati, dan pengujian
laboratorium lainnya. Makropatologi atau nekropsi merupakan teknik yang penting dalam
pengukuhan diagnosa dan sebagai pendukung pengujian laboratorium yang lain. Prinsip
dari makropatologi atau nekropsi adalah perubahan-perubahan yang terjadi sebelum
hewan mengalami kematian atau dipotong paksa.

b. Labotarium Organoleptik
Laboratorium organoleptik adalah laboratorium yang digunakan untuk melakukan
pengujian organoleptik/sensori yaitu pengujian menggunakan indera manusia sebagai alat
utama untuk menilai mutu suatu produk makanan/minuman. Penilaian menggunakan alat
indera ini meliputi spesifikasi mutu kenampakan, bau, rasa, dan konsistensi/tekstur
serta beberapa faktor lain yang diperlukan untuk menilai produk tersebut (SNI 01-2346-
2006). Laboratorium organoleptik terdiri atas 2 bagian; yaitu ruang pengujian yang terdiri
dari bilik pencicip dan ruang penyiapan. Bilik pencicip bersekat untuk mencegah
hubungan antar panelis baik secara langsung maupun tidak langsung. Total sebanyak 6
bilik pencicip yang ada pada laboratorium organoleptik. Suhu ruangan dijaga pada suhu
20-250C menggunakan AC. Masing-masing bilik juga dilengkapi dengan meja.

c. Labotarium Parasitoligi
Laboratorium Parasitologi merupakan laboratorium pemeriksaan untuk diagnosa
penyakit hewan yang berasal dari parasit, baik ektoparasit maupun endoparasit.
Pengujian parasit sangat penting dalam mendukung keberhasilan manajemen
peternakan dalam rangka peningkatan produksi

d. Labotarium Kimia (Mikrobiologi)


Laboratorium mikrobiologi adalah laboratorium yang di kembangkan untuk
memfasilitasi penelitian dan analisis mikrobiologi. Laboratorium tersebut di dukung oleh
peralatan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi mikroba dalam sampel. Layanan
tersebut meliputi deteksi bakteri Eschericia coli dan coliform dengan MPN dan TPC.
Laboratorium juga memeriksa jamur dan mikroba lainnya menggunakan mikroskop
canggih.
Laboratorium mikrobiologi adalah laboratorium yang dikhususkan untuk kultur,
pemeriksaan, dan identifikasi mikroorganisme termasuk bakteri, jamur, ragi, dll.
Laboratorium mikrobiologi memiliki peran penting dalam pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI) yang efektif. Isolasi dan karakterisasi mikroorganisme penyebab infeksi
yang dilakukan oleh laboratorium mikrobiologi memainkan dua fungsi penting. Peran
laboratorium mikrobiologi meliputi:
a. Klinis yaitu Mengelola infeksi secara teratur
b. Epidemiologi yaitu Pengetahuan mendalam tentang mikroba infektif yang ada
pada pasien sangat membantu dalam menyelidiki sumber dan cara penularannya.

e. Labotarium Preprasi Alat Dan bahan


Preparasi sampel adalah proses persiapan suatu sampel agar layak untuk di uji di
laboratorium. Maksudnya adalah preparasi disini bertujuan untuk mempersiapkan suatu
zat yang akan di analisis di laboratorium. Hal ini disebabkan, dalam analisa kimia
terkadang terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum sampel tersebut di uji,
antara lain ukuran sampel harus sekian mesh atau mikrometer. Jadi, sampel yang akan di
analisa harus memiliki ukuran yang sesuai dengan standar yang menjadi metode dalam
analisa tersebut, sehingga hasil analisa menjadi akurat dan presisi.
Teknik preparasi sampel bertujuan untuk mempersiapkan sampel agar siap uji.
Berikut merupakan urutan preparasi sampel yang biasa dilakukan dalam melakukan
pengujian/penelitian :
1. Pengambilan sampel
Hal pertama adalah pengambilan sampel. Sampel di ambil dari lokasi yang telah
ditentukan sebelumnya. Contohnya untuk pengambilan sampel daun dapat dilakukan di
hutan koservasi misalnya. Sampel yang di ambil jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan analisa. Kalau untuk pengambilan sampel/contoh daun bisa dilakukan dengan
cara biasa yaitu menggunakan tas plastik sebagai wadah. Berbeda dengan sampel air
yang menggunakan botol tertentu.

2. Pengeringan sampel
Selanjutnya dalam rangkaian penelitian, setelah sampel diambil maka dilakukan
pengeringan. Pengeringan disini dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam sampel.
Pengeringan dilakuka n dengan metode kering angin (di angin-anginkan). Proses ini
diharapkan mampu mengurangi kadar air dalam sampel, sehingga proses selanjutnya
akan berjalan dengan baik. Adapun untuk sampel yang lain, menggunakan oven.

3. Penggilingan sampel

Setelah sampel dirasa kering, dan airnya terlihat sudah menyusut maka dilakukan
penggilingan untuk memperkecil ukuran sampel. Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan dari sampel sehingga mudah di analisa lebih lanjut. Penggilingan
dilakukan menggunakan mesin penggiling.

4. Pengayakan

Setelah digiling maka didapatkan sampel yang telah halus. Namun untuk
memisahkan ukurannya dilakukan pengayakan/screening. Hal ini bertujuan untuk
memisahkan ukuran sampel berdasarkan ukurannya.

Ini merupakan langkah preparasi yang terakhir. Setelah di ayak maka kita akan
mendapatkan sampel dengan ukuran yang sesuai SOP dalam analisa.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H., Susanti, D., Lantiany, D., Supriyanto, D. I., Novianto, H., & Rahman, H. (2020).
Penilaian Resiko Hama dan Penyakit Ikan Karantina Sebagai Upaya Pencegahan
Penyebarannya Melalui Lalu Lintas Komoditas Perikanan Dari Yogyakarta. SIGANUS:
Journal of Fisheries and Marine Science, 2(1), 87-91.

Cappuccino, JG. & Sherman, N. 1987. Microbiology: A Laboratory Manual. The


Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.

Husni, A., & Putra, M. M. P. (2018). Pengendalian mutu hasil perikanan. UGM PRESS.

Meiyasa, F. (2021). Mikrobiologi Hasil Perikanan. Syiah Kuala University Press.

Naiu, A. S., Koniyo, Y., Nursinar, S., & Kasim, F. (2018). Penanganan dan Pengolahan Hasil
Perikanan. CV Athra Samudra Gorontalo.

Pi, H. H. A. M., & JUMARDI, S. Pengawasan Mutu Hasil Perikanan. GUEPEDIA.

PR, S. S., Masfiah, I., Fairwandari, I., & Hidayati, S. N. (2017). Identifikasi bakteri pada ikan air
laut di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan hasil perikanan kelas I
Ngurah Rai Denpasar, Bali. Journal of Aquaculture and Fish Health, 6(3), 135-140.

Sahubawa, L. (2018). Teknologi pengawetan dan pengolahan hasil perikanan. UGM PRESS.

LAMPIRAN

You might also like