Professional Documents
Culture Documents
b011181028 Nandini Aulia Faradilla Skripsi
b011181028 Nandini Aulia Faradilla Skripsi
OLEH
SKRIPSI
i
ii
iii
ABSTRAK
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) bukti hak yang dimiliki oleh
sebagian masyarakat Kelurahan Jawi-Jawi dalam melakukan penguasaan
terhadap tanah perhutanan sosial di Bulukumpa adalah berupa sertifikat
hak milik. Sertifikat hak milik telah diterbitkan sebanyak 35 kepada
sebagian masyarakat yang menduduki wilayah perhuatanan sosial
tersebut. (2) Status hukum tanah perhutanan sosial Bulukumpa yang
dikuasai oleh masyarakat Kelurahan Jawi-Jawi adalah terjadi dualisme
hak yakni berstatus sebagai hak milik oleh 35 (tiga puluh lima orang) yang
diterbitkan pada tahun 1991 dan sekaligus pada objek yang sama juga
berstatus sebagai tanah hutan yang ditetapkan pada tahun 2009. Tanah
tersebut seharusnya tidak dapat ditetapkan sebagai wilayah hutan pada
tahun 2009 karena sudah terlebih dahulu diterbitkan SHM atas nama 35
(tiga puluh lima) orang.
iv
DAFTAR ISI
v
C. Status Hukum Tanah Perhutanan Sosial Kecamatan Bulukumpa
yang Dikuasai Oleh Masyarakat Kelurahan Jawi-Jawi .................. 63
BAB V PENUTUP .................................................................................... 74
A. Kesimpulan.................................................................................... 74
B. Saran ............................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 76
LAMPIRAN .............................................................................................. 79
vi
BAB I
PENDAHULUAN
oleh Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 diamanatkan bahwa “Bumi
terhadap sumber daya alam (bumi, air, serta kekayaan alam yang
pengelolaan terhadap bumi, air, dan kekayaan alam ini akan dapat
tercapai.2
1
mengungkapkan bahwa “kata kuasai dalam hal ini diartikan sebagai diatur
3
Syamsuddin Pasamai. 2010. Hukum Agraria dan Hukum Tanah Indonesia.
Makassar. Umitoha Ukhuwah Grafika. Hal. 57.
4
Ibid.
5
Muhammad Ilham Arisaputra. Op. cit. Hal. 83.
2
adalah tempat bermukim dari sebagian besar umat manusia di
samping sebagai sumber penghidupan bagi mereka yang mencari
nafkah melalui usaha pertanian dan atau perkebunan sehingga pada
akhirnya tanah pula lah yang menjadi tempat peristirahatan terakhir
bagi manusia.6
Penyelenggaraan Kehutanan:
sejak Tahun 1960, khususnya pada hutan di Pulau Jawa yang dikelola
6
Ibid. Hal. 55.
7
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Kehutanan. Pasal 1 angka 64.
3
Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat/PHBM sejak 2001 hingga saat
ini.8
(HKm) yang dikenalkan pertama kali pada Tahun 1995 melalui Keputusan
Kehuatanan).9
8
Rosadi. Perkembagan Kebijakan Perhutanan Sosial di Indonesia.
http://prcfindonesia.org/perkembangan-kebijakan-perhutanan-sosial-di-indonesia/.
diakses pada tanggal 31 Januari 2022 Pukul 10.00 WITA.
9
Ibid.
4
menggunakan istilah “Perhutanan Sosial”. Ketentuan yang mengatur
Kehutanan.10
Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja),
10
Lihat Ketentuan Pasal 1 angka 64 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Kehutanan.
5
(1) Pemanfaatan hutan lindung dan hutan produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 dan Pasal 28 dapat dilakukan
kegiatan Perhutanan sosial.
(2) Perhutanan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diberikan kepada:
a. perseorangan;
b. kelompok tani hutan; dan
c. koperasi.
meliputi:
2021 bahwa:
6
Pengelolaan Perhutanan Sosial (Permen LHK No. 9 Tahun 2021).
Kelurahan Jawi-Jawi.
7
yang telah diuraiakan di atas pengelolaan tanah perhutanan bukan
sosial tersebut sebagian memiliki sertifikat hak milik dan sebagian pula
8
B. Rumusan Masalah
masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
sosial di Bulukumpa?
C. Tujuan Penelitian
Jawi.
D. Kegunaan Penelitian
9
1. Kegunaan Teoretis
2. Kegunaan Praktis
E. Keaslian Penelitian
Jawi-Jawi. Berkaitan dengan tema judul skripsi yang penulis teliti, maka
10
pengadaan tanah pembangunan bendungan Paselloreng di Gilireng,
Kabupaten Wajo.
tanah yang tidak dikuasai secara fisik oleh pemilik tanah, batas-batas
11
ini membahas terkait (1) Bagaimanakah dasar pemberian hak milik
Nomor 9 tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian Hak atas Tanah
Hak Atas Tanah Negara dan Hak pengelolaan, serta tidak adanya
12
perlindungan hukum terhadap masyarakat yang menguasai tanah di
hutan masih belum dapat diredam. Saran dalam skripsi ini adalah
13
dalam melakukan penguasaan terhadap tanah perhutanan sosial di
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
subjek hukum, dalam hal ini “negara” untuk melakukan perbuatan hukum
terhadap sumber daya alam (bumi, air, serta kekayaan alam yang
dasar, yaitu:
11
Muhammad Ilham Arisaputra. Op.cit. Hal. 92.
12
Ibid. Hal. 94.
15
pemerintah dengan bantuan kapital pinjaman luar negeri. Apabila siasat
ini tidak berhasil, perlu juga diberi kesempatan kepada pengusaha asing
daya alam (bumi, air, dan ruang angkasa) dikuasai oleh negara dan
alam tidak boleh dikuasai oleh orang perorangan, badan hukum atau
alam secara umum, hal tersebut tetap berlaku. Dalam hal ini perlu
penegasan lebih lanjut, sumber daya alam mana yang tidak dapat
13
Ibid. Hal. 83.
16
adalah berupa penegasan mengenai bentuk hak-hak penguasaan
sumber daya alam yang tidak memungkinkan konsep “hak milik”, seperti
Di dalam batang tubuh UUD 1945, tidak ada satu Pasal pun yang
Akan tetapi asas hukum ini tersurat dalam Pasal 2 ayat (1) UUPA, yang
asas bahwa tanah pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara sebagai
14
Ibid. Hal. 92.
15
Syamsuddin Pasamai. Op.cit. Hal. 56.
17
mengenai tanah serta mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,
dalam Pasal 2 ayat (2) UUPA. Semua itu ditujukan untuk mencapai
Pasal 2 ayat (1) UUPA ditentukan ada bermacam-macam hak atas tanah
yang dapat diberikan dan dipunyai oleh orang atau badan hukum dengan
16
Muhammad Ilham Arisaputra. Op.cit. Hal. 93.
17
Ibid. Hal. 94.
18
Pada hakikatnya tanah memang memiliki nilai-nilai filosofis yang
sangat bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak apabila dikelola secara
baik, adil, dan merata. Untuk mengelola nilai tanah yang meliputi nilai
produksi, nilai ekonomi, nilai sosial, nilai budaya, nilai lokasi, nilai politik,
masyarakat sesuai yang diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.
a. Nilai Produksi
Nilai Produksi pada tanah merupakan nilai yang dapat berupa
sumber daya alam, seperti minyak bumi, batu bara dan lain
sebagainya yang dihasilkan dari dalam tanah.
b. Nilai Lokasi
Lokasi merupakan suatu tempat di mana terjadi interaksi antar
manusia di tempat tersebut dan lokasi ini tidak akan lepas dari
tanah.
c. Nilai Ekonomi
Secara ekonomi tanah merupakan sumber mata pencaharian
karena di atas tanah tersebut merupakan sumber penghidupan
sehari-hari, sehingga kehilangan tanah dapat diartikan sebagai
kehilangan mata pencahariannya. Dengan kehilangan mata
pencaharian tersebut, maka dapat mempengaruhi
perekonomian seseorang.
d. Nilai Sosial
Secara sosial, tanah bagi pemiliknya memiliki nilai sosial seperti
ikatan dengan leluhur mereka yang harus dijaga, identitas
sosial yang harus dipertahankan, serta sudah lama, nyaman,
atau aman dengan lingkungan sekitarnya karena bagi para
pemiliknya mereka dilahirkan di tanah tersebut dan besar di
tanah tersebut, sehingga mereka dengan lingkungan di
sekitarnya sudah biasa berinteraksi.
e. Nilai Budaya
Tanah memiliki nilai budaya, yaitu tempat lahirnya suatu
kebudayaan dari masyarakat setempat.
18
Ibid. Hal. 87-90.
19
f. Nilai Politik
Politik pada dasarnya identik dengan kekuasaan. Kekuasaan
tersebut memerlukan adanya suatu wilayah untuk mendukung
kekuasaan tersebut.
g. Nilai Hukum
Tanah memiliki nilai hukum karena berkaitan erat terhadap
kepemilikan atas tanah tersebut.
h. Nilai Pertahanan dan Keamanan
Tanah juga memiliki nilai pertanahan dan keamanan, seperti
kegiatan pembangunan pertanahan dan keamanan dengan
menjaga lingkungan sekitar yang pada dasarnya harus
memberikan kesempatan kepada setiap warga negara untuk
berperan aktif karena kegiatan tersebut merupakan kewajiban
setiap warga negara, seperti memelihara tempat tinggal,
memelihara lingkungan, meningkatkan kemampuan disiplin,
dan mendukung upaya keamanan.
sekali.19 Pada ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi,
salah satu aspeknya, yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang disebut
hak.20 Hak atas tanah merupakan hak penguasaan atas tanah yang
Sesuatu yang boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat, yang merupakan
isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriteria atau tolok pembeda
19
Mohamad Hatta. 2005. Hukum Tanah Nasional Dalam Perspektif Negara
Kesatuan. Media Abadi. Yogyakarta. Hal. 24.
20
Urip Santoso (selanjutnya disebut Urip Santoso I). 2012. Hukum Agraria: Kajian
Komprehensif. Kencana Prenamedia Group. Jakarta. Hal. 9.
20
diantara hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam hukum
tanah.21
Hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi,
demikian maka yang dipunyai dengan hak atas tanah itu adalah tanahnya,
meliputi juga penggunaan sebagian tubuh bumi yang ada dibawahnya dan
air serta ruang yang ada diatasnya. Hak atas tanah merupakan hak yang
rakyat. Hal tersebut didasarkan pada ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3)
UUD NRI Tahun 1945. Oleh karena itu, pemerintah memiliki tugas untuk
Selanjutnya diatur lebih lanjut dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2)
UUPA bahwa:
Atas dasar ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 juncto
Pasal 1 UU Nomor 5 Tahun 1960 bermaksud bumi, air dan ruang
angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu
pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara, sebagai organisasi
kekuasaan seluruh rakyat.
21
Boedi Harsono. 2007. Hukum Agrarian Indonesia Sejarah Pembentukan
Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaanya. Jakarta. Djambatan. Hal. 283.
22
Urip Santoso (selanjutnya disebut Urip Santoso II). 2010. Pendaftaran dan
Peralihan Hak Atas Tanah. Jakarta. Kencana Prenamedia Group. Hal. 49.
21
Hak menguasai dari negara ini memberi wewenang kepada Negara
UUPA yakni:23
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) UUPA dapat
dikatakan bahwa hak menguasai tanah oleh negara bukan berarti memiliki
perbuatan hukum mengenai tanah. Lebih lanjut Pasal 4 ayat (1) dan (2)
23
Ibid.
22
menyelenggarakannya, artinya menyelenggarakan penggunaan dan
saja yang dapat dikembangkan dari hak menguasai negara tersebut dan
antara orang atau badan hukum dengan bumi, air, ruang angkasa yang
terkandung di dalamnya.24
sertipikat, akan tetapi dalam proses penerbitan sertipikat ada alat bukti
tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat
mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya. Selain
sertipikat terdapat pula bukti surat lainnya yang biasa dikenal dengan
23
diberikan hak atas tanah. Bukti kepemilikan tanah sebelum UUPA dikenal
tanah yang kuat. “Di Indonesia, sertipikat hak atas tanah berlaku sebagai
(2) huruf c UUPA dan Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24
24
Pengertian sertifikat juga diatur dalam Peraturan Menteri Agraria Dan Tata
Sertipikat Hak atas Tanah adalah surat tanda bukti hak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria untuk
Hak atas Tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, yang masing-masing
sudah dibukukan dala m buku tanah yang bersangkutan.
Lurah ataupun Kepala Desa. Surat letter C Desa yang memiliki fungsi
kepemilikan tanah. Data-data tanah yang diperoleh dalam buku letter C ini
hati-hati.27
ataupun Desa yang mencatat peristiwa hukum yang terjadi pada tanah,
misalnya dalam melakukan jual beli, ahli waris, bagi hasil, hibah dan
27
Maziyyatul Fitria. 2021. Bukti Kepemilikan Sertifikat Tanah Dalam Putusan
Nomor 23/PDT.G/2017/ Pengadilan Negeri Mejayan Berdasarkan PP Nomor 24 Tahun
1997 Dan Konsep Tamlik. Malang. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Hal. 33.
25
seterusnya. Proses pembuatan sertifikat, maka harus memiliki surat
untuk memperoleh tanda bukti hak atas tanah secara yuridis yaitu
sertifikat.28
1. Nama pemilik
2. Nomor urut pemilik
3. Nomor bagian persil
4. Kelas desa yaitu kelas tanah yang dapat membedakan antara
darat dan tanah sawah yang produktif dan non produktif yang
terjadi pada saat menentukan pajak yang akan dipungut.
5. Menurut daftar pajak bumi yang terdiri atas:
a. Luas tanah, hektare (Ha) dan are (da);
b. Pajak, R (Rupiah) dan S (Sen)
28
Maziyyatul Fitria. 2021. Bukti Kepemilikan Sertifikat Tanah Dalam Putusan
Nomor 23/PDT.G/2017/ Pengadilan Negeri Mejayan Berdasarkan PP Nomor 24 Tahun
1997 Dan Konsep Tamlik. Malang. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Hal. 33.
29
Adrian Sutedi. Op.cit. Hal. 98.
26
6. Sebab dan hal perubahan
7. Mengenai Kepala Desa/Kelurahan yaitu, tanda tangan dan
stempel desa.
terbit sebelum Tahun 1960 masih merupakan bukti kepemilikan yang sah),
bisa dijadikan sebagai Alat Bukti tunggal harus ada bukti-bukti yang lain
sebagai berikut:30
1. Patok Tanah
hutan rimba disebut jungle. Tetapi pada umumnya persepsi umum tentang
merupakan karunia dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa, merupakan
umat manusia, oleh sebab itu wajib dijaga, ditangani dan digunakan
30
Ibid.
27
kehidupan dan sumber kesejahteraan rakyat, semakin menurun
menerus, agar tetap abadi, dan ditangani dengan budi pekerti yang luhur,
jawab.31
dengan manusia, oleh sebab itu kita wajib untuk menjaga dan
tempat hidup binatang liar dan sumber plasma nutfah yang semuanya
bangunan dan kayu bakar dan juga menikmati manfaat adanya pengaruh
dari hutan yaitu iklim mikro serta mencegah erosi dan memelihara
manfaat lainya.32
31
Abdul Muis Yusuf. 2011. Hukum Kehutanan di Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.
Hal. 1.
32
Aman Gane. “Penegakan Hukum Secara Integratif Alih Fungsi Lahan Dalam
Tindak Pidana Kehutanan”. Jurnal Poros Hukum Padjajaran. Volume 1. Nomor 2. Mei
2020. Hal. 317.
28
berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
masyarakat.33
Irian Jaya (Papua). Indonesia juga memiliki hutan mangrove yang terluas
di dunia. Luasnya diperkirakan 4.25 Juta haktare pada awal tahun 1990-
an. walaupun luas daratan Indonesia hanya 1.3 persen dari luas
33
Jimmy Henry. “Aspek Hukum Perlindungan Hutan Dan Masyarakat Adat
Terhadap Pertambangan Batu Bara Di Kampung Tukul Kecamatan Tering Kabupaten
Kutai Barat Kalimantan Timur”. Jurnal Serviens In Lumine Vertatis Fakultas Hukum
Universitas Atmajaya Yogyakarta. Maret 2015. Hal. 4.
29
biasa tinggi meliputi 11 persen spesies tumbuhan dunia, 10 persen
hutan mencapai kurang lebih 120 juta Ha. Artinya hampir 70% wilayah
dan (4) Hutan berdasarkan pengaturan iklim mikro, estetika, dan resapan
34
Abdul Muis Yusuf. Op.cit., Hal. 11.
35
Aman Gane. Op.cit., Hal. 317.
36
Salim H.S. 2003. Dasar-dasar Hukum Kehutanan. Sinar Grafika. Jakarta. Hal.
46.
30
air.37 Adapun uraian terkait jenis-jenis hutan tersebut di atas adalah
sebagai berikut:
31
dalam perkembangannya masyarakat hukum adat yang
b. Hutan hak yang berada pada tanah yang dibebani hak milik
39
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Pasal 6 ayat (2)
dan Pasal 1 angka 7, 8 dan 9.
40
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Pasal 8 dan
Penjelasan Pasal 8.
32
Untuk kepentingan pengaturan iklim mikro estetika, dan resapan air,
kota dapat berada pada tanah negara maupun tanah hak di wilayah
41
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Pasal 9 dan
Penjelasan Pasal 9.
42
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Pasal 9 dan
Penjelasan Pasal 9.
33
D. Perhutanan Sosial
1. Perseorangan;
3. Koperasi.
43
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Kehutanan. Pasal 1 angka 64.
44
Ibid. Pasal 209.
34
Perhutanan Sosial atau social forestry adalah satu jenis program
pembangunan dan pengamanan hutan yang khas, baik ditinjau dari sudut
secara umum, yaitu begitu berat tekanan sosial dan ekonomi yang
45
Muslimin. 2020. Perhutanan Sosial: Respons Dan Dampak Sosial Budaya
Masyarakat Desa Kahayya Terhadap Perubahan Pengelolaan Hutan Di Kabupaten
Bulukumba. Skripsi. Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal. 18.
35
negara akan hutan. Program perhutanan sosial di Indonesia
yaitu:46
juga dapat disebabkan oleh fakta historis pengelolaan hutan di pulau jawa
maupun di luar pulau jawa seperti klaim lahan ulayat, kelangkaan sumber
daya alam serta adanya perbedaan kepentingan antara aktor yang terlibat
46
Ibid. Hal. 19.
47
Ibid.
48
Ibid. Hal. 19-20.
36
Program pemberdayaan melalui skema perhutanan sosial pada
tidak, serta aturan dan penetapan stakeholders hingga saat ini belum juga
49
Ibid. Hal. 20.
37
menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian
sumber daya Hutan (Pasal 1 angka 67 PP No. 23 Tahun 2021).
4. Hutan Adat adalah Hutan yang berada dalam wilayah
Masyarakat Hukum Adat (Pasal 1 angka 7 PP No. 23 Tahun
2021).
5. Kemitraan Kehutanan diberikan dalam bentuk kemitraan
konservasi [Pasal 204 ayat (2) PP No. 23 Tahun 2021].
diberikan paling lama 35 (tiga puluh lima) tahun dan dapat diperpanjang.
38
Pemegang persetujuan Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, dan
Alfitri setidaknya melibatkan tiga unsur yaitu, (1) pemerintah desa dan
50
Muslimin. Op.cit. Hal. 20-21.
39
1. Kelola kawasan merupakan kegiatan prakondisi yang dilakukan
sebagai rangkaian untuk mendukung pelaksanaan program
perhutanan sosial dengan tujuan optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya hutan dengan tetap menjaga kelestariannya.
2. Kelola kelembagaan yang bertujuan untuk mengoptimalisasi
pelaksanaan program perhutanan sosial melalui serangkaian
kegiatan seperti penguatan peran organisasi, peningkatan
kapasitas sumber daya manusia (SDM) serta penetapan aturan
yang ketat.
3. Kelola usaha dalam areal kerja perhutanan sosial dimaksudkan
untuk mendukung pertumbuhan dan pengembangan usaha
untuk kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar
kawasan hutan melalui kemitraan dengan tetap bertanggung
jawab terhadap kesejahteraan masyarakat.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
ialah suatu mtode penelitian yang berfungsi untuk dapat melihat hukum
B. Lokasi Penelitian
51
Irwansyah. 2020. Penelitian Hukum. Pilhan Metode & Prktik Penulisan Artikel.
Edisi Revisi. Yogyakarta. Mirra Buana Media. Hal. 174.
52
Amiruddin dan Zainal Asikin. 2014. Pengantar Metode Penelitian Hukum.
Jakarta. Rajawali Pers. Hal. 25.
41
C. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
pertama.53
2. Data Sekunder
1. Populasi
2. Sampel
53
Ibid. Hal. 30.
54
Ibid.
42
2) Pejabat Pemerintah Kelurahan Jawi-jawi, Kecamatan
lindung.
research).
43
dan kajian-kajian ilmiah serta buku-buku yang berhubungan dengan
F. Analisis Data
Data-data yang diperoleh baik itu data primer maupun data sekunder
44
BAB IV
Ha, hutan lindung Sungai Bijawang 337,48 Ha, Hutan Lindung Balang
45
153 Ha pada kawasan Hutan Lindung di Kelurahan Jawi-Jawi Kecamatan
Namun, pada kawasan hutan lindung dengan izin HKm ini, terdapat
berjumlah 300 jiwa, yang terdiri dari 100 kepala keluarga. Masyarakat
merupakan pajak yang dipungut atas tanah dan atau bangunan karena
adanya kedudukan sosial ekonomi atau badan yang mempunyai hak atas
56
Aqila. 2022. “Pengenaan Pajak Bumi Dan Bangunan Terhadap Hutan
Kemasyarakatan (Studi Kasus Di Kecamatan Bulukumpa)”. Skripsi. Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal. 74.
57
Nanik Ermawati dan Amin Kuncoro. “Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Jember”. Jurnal STIE Semarang. Vol. 9. Nomor 1 Februari
2017. Hal. 83.
46
saat ini telah dilebur ke Badan Pengelolaan Keuangan daerah pada
Gambar 1.
58
Aqila, 2022, “Pengenaan Pajak Bumi Dan Bangunan Terhadap Hutan
Kemasyarakatan (Studi Kasus Di Kecamatan Bulukumpa)”, Skripsi, Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin Makassar, Hal. 74.
59
Ibid. Hal 74.
47
B. Alas Hak Masyarakat Kelurahan Jawi-Jawi Dalam Melakukan
Bulukumpa
tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak.60 Hak atas tanah adalah
hak atas bagian tertentu permukaan bumi, yang terbatas, berdimensi dua
dengan ukuran panjang dan lebar. Dengan demikian, maka yang dipunyai
dengan hak atas tanah itu adalah tanahnya, dalam arti bagian tertentu dari
yang ada di bawahnya, air dan ruang yang ada di atasnya. Hak atas tanah
Sesuatu yang boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat, yang merupakan
isi hak penguasaan itulah yang menjadi kriteria atau tolok pembeda
60
Urip Santoso I. Op.cit. Hal. 9.
61
Urip Santoso II. Op.cit. Hal. 49.
48
tanah.62 Untuk dapat membuktikan hak atas tanah, maka diperlukan suatu
Bukti hak atas suatu tanah adalah hal yang sangat penting bagi
a. Hak milik;
b. Hak guna-usaha;
c. Hak guna-bangunan;
d. Hak pakai;
e. Hak sewa;
f. Hak membuka tanah;
g. Hak memungut hasil hutan;
h. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di
atas yang akan ditetapkan dengan Undang-undang serta hak-
hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam
Pasal 53.
62
Boedi Harsono. 2007. Hukum Agrarian Indonesia Sejarah Pembentukan
Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaanya. Djambatan. Jakarta. Hal. 283.
49
Berdasarkan ketentuan Pasal 54 ayat (1) Peraturan Menteri Agraria
No. 18 Tahun 2021 tenang Tata Cara Penetapan Hak Pengelolaan Dan
Hak Atas Tanah diatur terkait syarat permohonan hak milik yang berasal
1. Mengenai pemohon:
a. Identitas pemohon, atau identitas pemohon dan kuasanya
serta surat kuasa apabila dikuasakan;
b. Dalam hal pemohon badan hukum yang ditetapkan oleh
pemerintah:
1) Akta pendirian dan perubahan terakhir beserta
pengesahannya dari instansi yang berwenang atau
peraturan pendirian perusahaan;
2) Nomor induk berusaha dari online single submission
(oss)/tanda daftar perusahaan (tdp)/tanda daftar
yayasan (tdy);
3) Surat keputusan penunjukan sebagai badan hukum
yang dapat mempunyai hak milik, untuk badan
keagamaan dan badan sosial yang ditunjuk oleh
pemerintah; dan/atau
4) Izin perolehan tanah;
2. Mengenai tanahnya:
a. Dasar penguasaan atau bukti haknya berupa:
1) Sertipikat, akta pemindahan hak, akta/surat bukti
pelepasan hak, surat penunjukan atau pembelian
kaveling, surat bukti pelunasan tanah dan rumah
dan/atau tanah yang telah dibeli dari pemerintah,
risalah lelang, putusan pengadilan atau surat bukti
perolehan tanah lainnya; atau
2) Dalam hal bukti kepemilikan tanah sebagaimana
dimaksud dalam huruf
3) Tidak ada maka penguasaan fisik atas tanah dimuat
dalam surat pernyataan penguasaan fisik bidang
tanah yang disaksikan paling sedikit 2 (dua) orang
saksi dari lingkungan setempat yang mengetahui
riwayat tanah dan tidak mempunyai hubungan
keluarga serta diketahui kepala desa/lurah setempat
atau nama lain yang serupa dengan itu;
b. Peta bidang tanah;
c. Bukti perpajakan yang berkaitan dengan tanah yang
dimohon, apabila ada;
50
d. Surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah dan
bertanggung jawab secara perdata dan pidana yang
menyatakan bahwa:
1) Tanah tersebut adalah benar milik yang
bersangkutan bukan milik orang lain dan statusnya
merupakan tanah negara;
2) Tanah tersebut telah dikuasai secara fisik;
3) Penguasaan tanah dilakukan dengan iktikad baik
dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai
yang berhak atas tanah;
4) Perolehan tanah dibuat sesuai data yang
sebenarnya dan apabila ternyata di kemudian hari
terjadi permasalahan menjadi tanggung jawab
sepenuhnya yang bersangkutan dan tidak akan
melibatkan kementerian;
5) Tidak terdapat keberatan dari pihak lain atas tanah
yang dimiliki atau tidak dalam keadaan sengketa;
6) Tidak terdapat keberatan dari pihak kreditur dalam
hal tanah dijadikan/menjadi jaminan sesuatu utang;
7) Tanah tersebut bukan aset Pemerintah Pusat/
Pemerintah Daerah atau aset BUMN/BUMD;
8) Tanah yang dimohon berada di luar kawasan hutan
dan/atau di luar areal yang dihentikan perizinannya
pada hutan alam primer dan lahan gambut;
9) Bersedia untuk tidak mengurung/menutup
pekarangan atau bidang tanah lain dari lalu lintas
umum, akses publik dan/atau jalan air; dan bersedia
melepaskan tanah untuk kepentingan umum baik
sebagian atau seluruhnya.
tanah yang telah dibeli dari pemerintah, risalah lelang. Bukti hak dalam hal
ini menjadi alat bukti dasar seseorang terkait hubungan hukum antara
dirinya dengan hak yang melekat atas tanah. Oleh karenanya sebuah
51
antara subjek hak (individu atau badan hukum) dengan suatu objek hak
(satu atau beberapa bidang tanah) yang dikuasai secara jelas agar tidak
terjadi ketimpangan antara bukti hak yang satu dengan bukti hak lain.
Seperti yang banyak terjadi saat ini, yakni dalam suatu objek tanah
terhadap subjek hukum selaku pemilik bukti hak. Dalam artian sebuah
bukti hak sudah seharusnya dapat menceritakan secara lugas, jelas, dan
tanah tersebut.63
nama pemegang hak pada waktu berlakunya UUPA dan apabila hak
tangan pemegang hak pada waktu dilakukan pembukuan hak. Bukti hak
bukti hak atas tanah adalah Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997
No. 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan
63
Nadika Riski Afiah. 2022. “Alas Hak Pemanfaatan Pulau Khayangan Di Kota
Makassar Oleh PT Putra Putra Nusantara”. Skripsi. Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin. Hal. 17.
64
Ibid.
52
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Penulis berpandangan
bahwa bukti hak merupakan dasar yang dimiliki setiap subjek hukum
untuk dapat melakukan perbuatan hukum terhadap objek tanah. bukti hak
oleh subjek hukum baik orang perorangan maupun badan hukum serta
Pada penelitian ini, bukti hak merupakan objek kajian utama, yakni
berkaitan dengan bukti hak yang dimiliki oleh masyarakat Kelurahan Jawi-
beberapa masyarakat yang telah membuat sertifikat hak milik atas tanah
53
merupakan hak kepemilikan tetapi hanya pengelolaan untuk
dimanfaatkan.
Kelompok Tani Hutan Bunga Harapan yang berada pada Kelurahan Jawi-
Jawi, dan Kepala Kelurahan Jawi-Jawi. Pada penelitian tersebut, Muh. Ali
dengan saat ini telah terdapat 100 kepala keluarga yang bermukim di atas
hak milik atas bagian tanah hutan tersebut. Pembuatan sertifikat hak milik
tersebut dilakukan oleh 35 (tiga puluh lima) pemohon di atas bagian tanah
kawasan hutan seluas 153 Ha. Oleh karena itu, saat ini telah ada 35 (tiga
puluh lima) sertifikat hak milik yang diterbitkan pada tahun 1991 di atas
54
Agraria (PRONA).67 PRONA adalah legalisasi aset tanah atau proses
Kepemilikan sertifikat hak milik oleh 35 (tiga puluh lima) orang di atas
juga merupakan salah satu dari 35 (tiga puluh lima) orang yang memiliki
Bunga Harapan telah sepakat agar tidak ada pihak yang mengungkapkan
sertifikat yang telah dibuat secara bersama melalui program PRONA pada
tahun 1991.
dan Kehutanan) terhadap sertifikat hak milik yang telah terbit di atas tanah
67
Ibid.
68
CNN Indonesia. Mengenal Perbedaan Prona dan PTSL.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211001114159-537-701986/mengenal-
perbedaan-prona-dan-ptsl. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2022.
69
Wawancara. Nurul Muhlisah MS selaku Koordinator Subseksi Pemeliharaan
Data Hak Tanah & Pembinaan PPAT Kantor Pertanahan Nasional Bulukumba. 14 Mei
2022.
55
tujuan dari 35 (tiga puluh lima) masyarakat Kelurahan Jawi-Jawi tidak
Jawi yang telah memiliki sertifikat hak milik juga masih ikut
(tiga puluh lima) orang telah memiliki alas berupa sertifikat hak milik di
±153 Ha (Seratus Lima Puluh Tiga) pada Kawasan Hutan Lindung (HL) di
56
PKPS/PSL.0/8/2019 terdaftar sebanyak 67 (enam puluh tujuh) orang
67 (enam puluh tujuh) orang tersebut telah memiliki sertifikat hak milik di
Adapun salah satu sertifikat hak milik atas tanah dalam wilayah
Sertifikat Hak Milik No. 801 atas nama Mappiare yang diterbitkan pada
salah satu bukti nyata bahwa di atas tanah hutan, sebagian wilayah
benar-benar telah diterbitkan sertifikat hak milik. Sertifikat Hak Milik No.
hak yang dimiliki oleh 35 (tiga puluh lima) masyarakat Kelurahan Jawi-
hutan kemasyarakatan.
57
Jika ditinjau dari kasus tersebut, maka hal ini merupakan konflik yang
hak milik atas nama 35 (tiga puluh lima) masyarakat Kelurahan Jawi-Jawi
pada tahun 1991, sementara itu, pada objek yang sama yakni pada tahun
seluas 3.879.771 Ha (tiga juta delapan ratus tujuh puluh sembilan ribu
tujuh ratus tujuh puluh satu hektare) termasuk wilayah hutan di Kelurahan
hutan pada Kelurahan Jawi-Jawi. Oleh karena itu masyarakat yang pada
saat itu telah membuka hutan pada tahun 1979, kemudian menduduki
pada tahun 1980, mengajukan pendaftaran hak milik atas tanah wilayah
milik atas tanah dilakukan oleh 35 (tiga puluh lima) masyarakat pada
70
Ibid.
58
penulis akan melakukan analisis berdasarkan regulasi yang berlaku pada
secara serentak atau bersama-sama dalam 1 (satu) wilayah desa. Hal ini
sejalan dengan keterangan dari Muh. Ali bahwa pendaftaran tanah yang
59
(sebagaimana yang termuat pada sertifikat hak milik atas nama Mappiare
Artinya, penerbitan sertifikat hak milik pada lahan hutan yang telah
oleh masyarakat. Dalam hal ini sebelum sertifikat tersebut diterbitkan pada
1961 bahwa:
tanah dalam desa Tanete (saat ini menjadi Kelurahan Jawi-Jawi) untuk
60
tanah yang didaftarkan tersebut. Hal tersebut diatur dalam Pasal 6 PP No.
tersedia waktu selama tiga bulan yang diberikan kepada pihak yang
membidangi kehutanan pada saat itu, untuk mengklaim bahwa tanah yang
hak milik atas nama 35 (tiga puluh lima) orang masyarakat Kelurahan
Jawi-Jawi.
61
secara bersama-sama dalam satu desa. Namun, karena pada saat itu,
saat ini, yakni tanah tersebut telah didaftarkan sebagai wilayah hutan.
Hal ini tentu berbeda jika disandingkan dengan regulasi yang ada
saat ini bahwa tanah perhutanan sosial yang memperoleh izin pemafaatan
Kehutanan adalah tidak dapat didaftarkan sebagai hak milik, karena izin
62
pada dasarnya hanya diperuntukkan untuk meningkatkan kesejahteraan,
berkelanjutan.
lainnya, seperti pekarangan, tegalan, atau kebun. Oleh karena itu, tujuan
63
pengembangan perhutanan sosial adalah melibatkan masyarakat yang
71
Muslimin. 2020. “Perhutanan Sosial: Respons Dan Dampak Sosial Budaya
Masyarakat Desa Kahayya Terhadap Perubahan Pengelolaan Hutan Di Kabupaten
Bulukumba”. Skripsi. Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal. 18.
72
Muslimin. Op.cit. Hal. 20-21.
73
Ibid.
64
kawasan hutan melalui kemitraan dengan tetap bertanggung
jawab terhadap kesejahteraan masyarakat.
perseorangan, (2) kelompok tani hutan, dan (3) koperasi.74 Pada konteks
Sulawesi Selatan, seluas 3.879.771 Ha (tiga juta delapan ratus tujuh puluh
Sulawesi Selatan.75
74
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Kehutanan. Pasal 209.
75
Wawancara. Nurul Muhlisah MS selaku Koordinator Subseksi Pemeliharaan
Data Hak Tanah & Pembinaan PPAT Tata Kantor Pertanahan Nasional Bulukumba. 12
Mei 2022.
65
menerbitkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Seluas ± 153 Ha (Seratus Lima Puluh Tiga hektare) pada Kawasan Hutan
sertifikat hak milik di atas tanah tersebut yang diterbitkan pada tahun
1991.
Memutuskan:
Menetapkan:
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia tentang Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hutan
Kemasyarakatan Kepada Kelompok Tani Hutan Bunga Harapan
Seluas ± 153 (Seratus Lima Puluh Tiga) Ha Pada Kawasan Hitan
Lindung (HL) di Kelurahan Jawi-Jawi Kecamatan Bulukumpa
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan.
76
Terlampir Surat Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
menerbitkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor: SK. 6877/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/8/2019 tentang Pemberian Izin
Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan Kepada Kelompok Tani Hutan Bunga
Harapan Seluas ± 153 (Seratus Lima Puluh Tiga) Ha Pada Kawasan Hutan Lindung (HL)
di Kelurahan Jawi-Jawi Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi
Selatan.
66
Kesatu:
Memberikan izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan
(IUPHKm) kepada Kelompok Tani Hutan Bunga Harapan seluas ±
153 (seratus lima puluh tiga) Ha pada kawasan Hutan Lindung (HL)
di Kelurahan Jawi-Jawi Kecamatan Bulukumpa Kabupaten
Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan, untuk 67 (enam puluh tujuh)
kepala keluarga terdiri dari laki-laki sebanyak 51 (lima puluh satu)
orang dan perempuan sebanyak 16 (enam belas) orang
sebagaimana daftar anggota terlampir.
Kedua:
Letak dan batas areal kerja izin usaha pemanfaatan hutan
kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam amar Kesatu
tergambar pada lampiran Keputusan Menteri ini.
Ketiga:
Pemberian izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan
sebagaimana dimaksud dalam Amar Kesatu dengan ketentuan:
1. Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan tidak dapat
diwariskan;
2. Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan bukan
merupakan hak kepemilikan atas kawasan hutan;
3. Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan dilarang
dipindahtangankan;
4. Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan tidak boleh
mengubah status dan fungsi kawasan hutan;
5. Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan dilarang
digunakan untuk kepentingan lai diluar rencana usaha
pemanfaatan;
6. Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatantidak dapat
diagunkan kecuali tanamannya;
7. Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan tidak
melakukan usaha pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan
kayu dan/atau kegiatan yang bertengtangan dengan fungsi
kawasan hutan; dan
8. Dilarang menanam sawit di areal Izin usaha pemanfaatan hutan
kemasyarakatan.
Keempat:
Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan sebagaimana
dimaksud dalam Amar Kesatu meliputi:
1) Usaha pemanfaatan kawasan;
2) Usaha pemungutan dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu;
dan
3) Usaha pemanfaatan jasa lingkungan.
67
Kelima:
Terhadap areal kerja Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan
yang berada dalam wilayah peta indikatif penundaan pemberian izin
baru dan di kawasan hutan lindung dilarang melakukan usaha
pemungutan dan pemanfaatan hasil hutan kayu.
Keenam:
Setelah diberikan Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan
berhak:
1) Mendapat perlindungan dari gangguan perusahakan dan
pencemaran lingkungan atau pengambilalihan secara sepihak
oleh pihak lain;
2) Melaksanakan usaha pemanfaatan sebagaimana dimaksud
dalam amar Keempat sesuai dengan kearifan lokal;
3) Mendapat manfaat dari sumber daya genetic yang ada di dalam
areal Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan;
4) Mengembangkan ekonomi produktif berbasis kehutanan;
5) Mendapat pendampingan dalam pengelolaan hutan
kemasyarakatan serta penyelesaian konflik;
6) Mendapat pendampingan kemitraan dalam pengembangan
usahanya;
7) Mendapat pendampingan penyusunan rencana kerja usaha
hutan kemasyarakatan dan rencana kerja tahunan; dan
8) Mendapat perlakuan yang adil atas dasar gender ataupun
bentuk lainnya.
Ketujuh:
Setelah diberikan Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan
berkewajiban:
1) Menjaga arealnya dari perusakan dan pencemaran lingkungan;
2) Memberi tanda batas areal kerjanya;
3) Menyusun rencana kerja usaha dan rencana kerja tahunan;
4) Menyampaikan laporan pelaksanaannya kepada pemberi hak
atau izin;
5) Melakukan penanaman dan pemeliharaan hutan di areal
kerjanya;
6) Melaksanakan tata usaha hasil hutan;
7) Membayar provisi sumber daya hutan;
8) Mempertahankan fungsi hutan; dan
9) Melaksanakan perlindungan hutan.
Kedelapan:
Terhadap areal kerja Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan
sebagaimana dimaksud dalam amar Kedua yang terdapat tanaman
sawit masyarakat, dapat dilakukan pengelolaannya sampai berumur
12 (dua belas) tahun sejak masa tanam dan diantara tanaman sawit
68
ditanam pohon berkayu paling sedikit 100 (seratus) pohon per Ha
dan dilarang menambah atau memperluas tanaman sawit di areal
IUPHKm.
Kesembilan:
Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan diberikan untuk
jangka waktu 35 (tiga puluh lima) tahun dan dievaluasi setiap 5 (lima)
tahun.
Kesepuluh:
Dalam hal pemanfaatan hutan dilarang melakukan aktivitas dengan
metode pembakaran.
Kesebelas:
Apabila pemegang Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan
melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam amar Ketujuh
dikenakan sanksi sesuai ketentuan Peraturan Perundang-Undangan
yang berlaku.
Keduabelas:
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diperbaiki sebagaimana mestinya.
Jawi telah memiliki sertifikat hak milik, maka pada dasarnya hal tersebut
69
telah bertentangan dengan SK. 6877/MENLHK-
surut, yakni diketahui bahwa sertifikat hak milik tersebut diterbitkan pada
Selain itu, penerbitan sertifikat hak milik atas nama 35 (tiga puluh
10 Tahun 1961. Oleh karena itu, menurut Penulis saat ini telah terjadi
status hak yang paling valid atas tanah tersebut maka harus diajukan
sertifikat hak milik yang telah dimiliki oleh 35 (tiga puluh lima) orang
70
Terkait dengan pengajuan gugatan pembatalan sertifikat kepada
tersebut merupakan kekayaan negara yang tidak dapat diberikan hak milik
diwariskan;
dipindahtangankan;
71
5. Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan dilarang digunakan
kemasyarakatan.
tanah hutan, justru lebih dahulu memiliki sertifikat hak milik. Artinya
selama ini terjadi komunikasi yang tidak efektif antara Badan Pertanahan
tidak seharusnya terdapat dua status hak atas tanah tersebut, yakni
berstatus hak milik 35 (tiga puluh lima) orang masyarakat dan sekaligus
hak milik tersebut diterbitkan lebih dahulu pada tahun 1991, sedangkan
penetapan wilayah hutan baru diterbitkan pada tahun 2009. Oleh karena
itu, jika didasarkan pada waktu penerbitan SHM, maka SHM tersebut
72
lima) orang masyarakat terhadap kepemilikan tanah. Artinya, tanah yang
telah diterbitkan SHM tidak dapat ditetapkan sebagai wilayah hutan, atau
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
yakni berstatus sebagai hak milik oleh 35 (tiga puluh lima orang)
yang diterbitkan pada tahun 1991 dan sekaligus pada objek yang
B. Saran
74
kordinasi dengan baik agar tidak terjadi peristiwa yang serupa yakni
75
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
76
Salim H.S. 2003. Dasar-dasar Hukum Kehutanan. Sinar Grafika. Jakarta.
Urip Santoso. 2006. Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah. Jakarta.
Kencana.
77
Peraturan Perundang-Undangan
Wawancara:
Wawancara. Muh. Ali selaku Ketua Kelompok Tani Hutan Bunga Harapan
Pada Kelurahan Jawi-Jawi. 12 Mei 2022.
78
LAMPIRAN
79
Lampiran 2: Surat Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hutan
Kemasyarakatan kepada Kelompok Tani Hutan Bunga Harapan
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Lampiran 3 : Surat keterangan Wawancara dan Persetujuan menjadi
informan
89
90
91
92
93
94
95
96
Lampiran 4 : Dokumentasi Penelitian
97
98