Professional Documents
Culture Documents
(2024) Blok 9 - DK 7 - Perdarahan SCBA
(2024) Blok 9 - DK 7 - Perdarahan SCBA
Perdarahan SCBA DK 7
2023
1
Berdasarkan data yang didapat dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan lab, apa kemungkinan diagnosis pasien
tersebut? Tanda dan gejala apakah yang mendukung
penegakkan diagnosis pada pasien tersebut? Jelaskan!
Skenario
Skenario Interpretasi
Perdarahan SCBB
4 jam SMRS penderita mengalami muntah darah sebanyak Onset penyakit bersifat akut/tiba-tiba dengan frekuensi
3x sekitar 1 mangkok, berwarna hitam seperti kopi yang cukup sering dan volume yang cukup banyak
bercampur dengan makanan dan terdapat pula bagian Berwarna hitam Proses pencampuran darah dan asam
darah yang bergumpal lambung
Bercampur makanan Keterkaitan dengan
lambung/SCBA
PS: Hematemesis disebut sebagai muntah darah berwarna
hitam seperti bubuk/endapan kopi karena di dalam
muntah darah tersebut terdapat darah yang menggumpal
DD/ Perdarahan SCBA
Diagnosis Klinis Frekuensi
(%)
Perdarahan ulkus Riwayat penggunaan aspirin atau AINS, 62
peptikum makan mengurangi nyeri perut, gejala
pada malam hari, riwayat perdarahan
ulkus peptikum atau infeksi H. pylori
Gastritis dan Sama seperti perdarahan ulkus peptikum 8
duodenitis
Varises esofagus Riwayat sirosis dan hipertensi porta 6
Sebelumnya penderita sejak 2 hari yll Mual Manifestasi klinis Sirosis Hepatis
mengeluh mual yang disertai dengan BAB seperti aspal Melena
adanya BAB seperti aspal sebanyak (merupakan manifestasi dari
2x perdarahan SCBA)
Tidak ada riwayat sakit kuning ataupun transfusi (-) Sakit kuning Pada pasien kemungkinan terjadi
sebelumnya Hepatitis B Kronik (sebagian besar asimptomatik) Faktor
risiko terjadinya Sirosis Hepatis
(-) Riwayat transfusi (-) Hepatitis C
Tidak ada riwayat penggunaan obat atau jamu antinyeri (-) Perdarahan SCBA e.c Ulkus Peptikum/Gastritis Erosiva
sebelumnya
Tidak ada riwayat sebagai peminum alkohol (-) Alcoholic Cirrhosis
Riwayat ibu penderita sakit kuning dan perut besar, sudah Riw serupa pada ibu pasien: Susp. Ensefalopati Hepatikum
meninggal 4 tahun yang lalu karena penurnan kesadaran e.c Perdarahan SCBA e.c Ruptur Varises Esofagus e.c Sirosis
dan muntah darah Hepatis Sirosis Hepatis pada ibu pasien kemungkinan
disebabkan juga karena terdapat Hepatitis B Kronik (dan
kemungkinan penularan dari ibu pasien kepada pasien ini
terjadi secara vertikal saat melahirkan pasien)
Istri penderita saat ini sedang mengandung 6 bulan, pernah Hep B (+) Kemungkinan tertular dari pasien secara
diperiksa HbsAg dan hasilnya positif horizontal (kontak seksual)
Istri pasien sedang mengandung Harus dicegah agar
tidak terjadi penularan kepada bayinya
Skenario
Skenario Interpretasi
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: composmentis, sakit sedang. (-) Komplikasi: Ensefalopati Hepatikum
Tensi: 100/60 mmHg, Nadi: 108/mnt, Hipotensi, Takikardi
Respirasi: 24x/mnt, Suhu: 37,3 C
TB: 165 cm, BB: 40 kg IMT: 14,7 kg/m2 Severe Underweight (<17 kg/m2)
Kepala: konjunctiva anemis, sklera sub ikterik Anemia e.c perdarahan SCBA
Sklera subikterik: Peningkatan bilirubin e.c gangguan
fisiologis hepar
Leher:
Tekanan vena jugularis 5-2 cm H2O, tidak ada pembesaran KGB, Dbn
kelenjar tiroid dbn, tidak ada spider nevi
Thoraks:
Bentuk dan gerak simetris, tidak ada spider nevi, gynecomastia (+) Ginekomastia: Akibat hiperestrogenisme (karena hati
Pada pemeriksaan jantung, konfigurasi jantung tidak membesar, berfungsi untuk metabolisme estrogen. Pada sirosis
bunyi jantung normal, tidak ada gallop maupun murmur hepatis terjadi gagal hati shg metabolisme estrogen
Pada pemeriksaan paru sonor, bunyi nafas vesikuler, tidak ada terganggu dan menyebabkan hiperestrogenisme)
mengi maupun ronkhi Tanda Sirosis Hepatis
Skenario
Skenario Interpretasi
Pemeriksaan Fisik:
Abdomen:
Cembung, tampak venektasi (-) dan caput medusa (-), lembut Cembung Curiga terdapat deposit cairan (asites)
lingkar perut 75 cm, tidak nyeri tekan, hepar tak teraba dan lien Ukuran hati sirotik bisa membesar, normal, atau
teraba SII, terdapat pekak samping dan pekak pindah, tidak mengecil
didapatkan fenomena papan catur, bising usus (+) normal Lien teraba SII Splenomegali (effect of portal
hypertension)
Pekak samping & pekak pindah Tanda asites
(effect of portal hypertension and liver cell failure)
(-) Fenomena papan catur (-) Peritonitis TB
RT: Spingter kuat, ampulla tidak kolap, mukosa licin, massa (-), Melena Merupakan manifestasi dari perdarahan
sarung tangan melena (+) SCBA
Skenario
Skenario Interpretasi
Pemeriksaan Penunjang:
Hb 6,7 g/dL Anemia berat e.c Perdarahan SCBA e.c Ruptur Varises
Esofagus
Leukosit 4500 sel/mm3 Dbn
Trombosit 105.000/mm3 Trombositopenia
Hematokrit 20%
Ureum 6 mg/dL Fungsi ginjal: Dbn (-) Komplikasi sindrom hepatorenal
Kreatinin 0,4 mg/dL
GDS 81 mg/dL GDS: Dbn
Albumin 2,5 gr/dL Menurun (N: 3,5 – 5,5) Inversi albumin-
Globulin 3,7 gr/dL Meningkat (N: 1,3 – 3,3) globulin
Bilirubin direk 3,1 mg/dL Meningkat (N: <0,75 mg/dL) Bilirubin bisa meningkat,
Bilirubin indirek 0,2 mg/dL Normal (N: <0,3 mg/dL) bisa normal
HbsAg positif HbsAg adalah antigen petanda infeksi (bisa positif pada
kasus Hepatitis B Akut ataupun Kronik, namun pada pasien
ini kemungkinan adalah Hepatitis B kronik)
Anemia ringan: 9-10, Anemia sedang: 7-8, Anemia berat: <7 Wajib transfusi!
Diagnosis Banding:
1. Perdarahan SCBA e.c Suspek Ruptur Varises Esofagus e.c Sirosis Hepatis
Dekompensata e.c Hepatitis B Kronik + Asites + Anemia Berat
2. Perdarahan SCBA e.c Suspek Ruptur Varises Esofagus e.c Sirosis Hepatis
Dekompensata e.c Hepatitis B Kronik + Ca Hepar + Asites + Anemia Berat
3. Perdarahan SCBA e.c Ulkus Peptikum
Diagnosis Kerja:
Perdarahan SCBA e.c Suspek Ruptur Varises Esofagus e.c Sirosis Hepatis
Dekompensata e.c Hepatitis B Kronik + Asites + Anemia Berat
AST = SGOT
ALT = SGPT
Usulan Pemeriksaan Penunjang
Serologis Virus Hepatitis
Chronic Hepatitis
Interpretasi Hasil Pemeriksaan Serologis Virus
Hepatitis
3
Apa saja yang dapat menjadi etiologi penyakit tersebut?
Bagaimana klasifikasi penyakit pada kasus berdasarkan
etiologi dan morfologinya?
Etiologi Perdarahan SC
Etiologi Perdarahan SCBA
Etiologi Perdarahan SCBA
Etiologi Varises Esofagus
https://www-ncbi-nlm-nih-
gov.translate.goog/books/NBK448078/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=
id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
Etiologi Sirosis Hepatis
Berdasarkan Etiologi:
https://www-ncbi-nlm-nih-
gov.translate.goog/books/NBK448078/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=
id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
Etiologi Sirosis Hepatis
• Berdasarkan Morfologi:
https://www-ncbi-nlm-nih-
gov.translate.goog/books/NBK448078/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=
id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
4
Bagaimana perjalanan penyakit pada kasus
tersebut hingga menimbulkan tanda dan gejala?
Prinsip Patofisiologi (Pada Pasien)
Ibu pasien terkena Hepatitis B Kronik ( Sirosis Hepatis Peningkatan
Hipertensi Portal Ruptur Varises Esofagus Ensefalopati Hepatikum)
Kemungkinan menularkan kepada anaknya (pasien ini) secara
transversal saat melahirkan Berjalan secara kronik, tidak ketauan oleh
pasien karena mungkin tidak pernah periksa serologis virus hepatitis
dan tidak ada keluhan kuning Hepatitis B Kronik:
Sirosis Hepatis Peningkatan Hipertensi Portal Varises Esofagus
Ruptur Varises Esofagys Perdarahan SCBA.
menular ke istrinya melalui kontak seksual (nah istrinya kan hamil,
pada ibu hamil dilakukan skrining dengan melakukan pemeriksaan
triple eliminasi (Hep B, Sifilis. dan HIV) makanya ketauan HbsAg (+).
Patogenesis dan Patofisiologi
Infeksi: Autoimun: Toxin: Peny. metabolik: Peny. Genetik:
Hepatitis • Autoimun hepatitis Ethanol Non Alcoholic • Hemokromatosis
• Primary Biliary Cirrhosis Fatty Liver Disease herediter
• Primary sclerosing • Wilson disease
cholangitis • Alfa 1 anti-tripsin
Pada hepar dengan scar/jaringan fibrosis akan terbentuk nodul dari sel yang kehilangan
fungsinya mengganggu vascular hepar, ekskresi produk billier dan fungsi lain liver
Sirosis
Sirosis
Hipertensi portal:
↑ Tekanan darah pada ↓ sintesis ↓ sintesis Tidak bisa ↓ konjugasi
sirkulasi hepatik albumin f.pembekuan menetralisir bilirubin
dan protein toksin ↓ sekresi konjugasi
↓ tek. onkotik antikoagulan bilirubin ke ductus
Tidak bisa biliaris
Darah berbalik ke menetralisir ↓ drainase
↓ eksudasi ke ↓ faktor 10, 5, konjugasi bilirubin
system vena toksin seperti
jaringan interstitial 2, protein C, S keluar ductus
kontralateral NH3 sehingga
antitrombin biliaris
bisa melewati
↑ Tekanan Edema blood brain
hidrostatik pada barier
Jika bilirubin >40-50:
kapiler abdomen
Splanchnic jaundice, sklera
Ensefalopati
aterial
vasodilation
Darah berbalik ke ↑ Tekanan Splanchnic
system vena hidrostatik pada aterial
kontralateral kapiler abdomen vasodilation
Penurunan resistensi
Eksudasi cairan ke pembuluh darah
Varises esofagus: peritoneal cavity
bisa terjadi ascites
Penurunan volume
perdarahan saluran darah aterial
cerna atas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan
gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien.
Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Tatalaksana Perdarahan SCBA
Tatalaksana Variseal
● Pemberian vitamin K pada pasien dengan penyakit hati kronis
yang mengalami perdarahan SCBA diperbolehkan.
● Vasopresin dapat menghentikan perdarahan SCBA lewat efek
vasokonstriksi. Pemberian vasopressin dilakukan dengan
mengencerkan sediaan vasopressin 50 unit dalam 100 ml
dextrose 5%, diberikan 0,5-1 mg/menit/iv selama 20-60 menit
dan dapat diulang tiap 3-6 jam; atau setelah pemberian pertama
dilanjutkan per infus 0,1-0,5 U/menit.
● Vasopresin dapat menimbulkan ES insufisiensi coroner
pemberiannya bersamaan dengan nitrat. Misalnya, nitrogliserin
intravena 40 mcg/menit kemudian secara titrasi dinaikkan
sampai maksimal 400 mcg/menit
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed 6. Jakarta: Interna Publishing; 2014
● Somatostatin: diawali dengan bolus 250 mcg/iv, dilanjutkan per infus 250
mcg/jam selama 12-24 jam atau sampai perdarahan berhenti.
● Octreotide (analog somatostatin): dosis bolus 100 mcg/iv dilanjutkan per infus
25 mcg/jam selama 8-24 jam atau sampai perdarahan berhenti.
● Pada perdarahan SCBA karena tukak peptik: PPI omeprazole bolus 80 mg/iv
kemudian dilanjutkan per infus 8 mg/kgBB/jam selama 72 jam.
● Pada perdarahan SCBA antasida, sukralfat, dan antagonis reseptor H2 boleh
diberikan untuk tujuan penyembuhan lesi mukosa penyebab perdarahan.
● Penggunaan balon tamponade (Sengstaken-Blakemore tube): pengembangan
balon sebaiknya tidak >24 jam. Pemasangan dilakukan oleh tenaga medik yang
berpengalaman dan memerlukan observasi ketat.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed 6. Jakarta: Interna Publishing; 2014
TRANSFUSI DARAH PADA PERDARAHAN SCBA
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed 6. Jakarta: Interna Publishing; 2014
TERAPI ENDOSKOPI PADA VARISES
DENGAN PERDARAHAN AKUT
Terapi Endoskopi Lainnya
a) Propanolol
• Terapi profilaksis utama
• Dapat menurunkan gradien tekanan portal, penurunan aliran darah vena
azigos dan tekanan varises.
• Dosis awal = 2 x 20 mg, ditingkatkan sampai 2 x 80 mg jika perlu.
b) Isosorbid Mononitrat (ISMN)
• Efek vasodilator dari nitrat dapat menurunkan tonus vaskular dan
menurunkan resistensi intrahepatik sehingga tekanan portal menurun.
• Dosis 2x20mg/hari
• Tidak direkomendasikan pemakaian secara tunggal.
Pencegahan Sirosis
• Pengobatan Penyakit / Etiologi Secara Adekuat !!!
9
Primafacie: Non-maleficence
Thank Youuu!