You are on page 1of 42

Laporan Kasus

Benign Paroxismal Positional Vertigo (BPPV)

Disusun Oleh:

Almamira Oktarama

2211901005

Pembimbing:

dr. Edy Irwanto, Sp.N

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR STASE ILMU NEUROLOGI

RSUD TENGKU RAFI’AN SIAK

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ABDURRA

PEKANBARU

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul
“Benign Paroxismal Positional Vertigo (BPPV)’’. Journal Reading ini diajukan
sebagai persyaratan untuk mengikuti KKS pada Ilmu Penyakit Dalam di RSUD
Dumai.

Selain itu penulis juga mengucapkan Terima kasih dr. Edy Irwanto, Sp.
N atas bimbingan dan pertolongannya selama menjalani kepanitraan klinik bagian
Ilmu neurologi , dan dapat menyelasaikan penulisan dan pembahasan Laporan
Kasus ini.

Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih
jauh dari kesempurnaan, penulis mohon maaf atas segala kesalahan, sehingga
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk
kesempurnaan penulisan journal reading berikutnya.

Siak, 26 Februari 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2
ABSTRAK....................................................................................................................4
1. PENDAHULUAN.................................................................................................5
2. METODE..............................................................................................................7
3. HASIL...................................................................................................................9
5. DISKUSI.............................................................................................................15
6. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh
seperti rotasi (memutar) tanpa sensasi peputaran yang sebenarnya, dapat
sekelilingnya terasa berputar atau badan yang berputar. Keluhan yang paling
sering dijumpai dalam praktek. Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere”
yaitu memutar. Vertigo termasuk ke dalam gangguan keseimbangan yang
dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyongan, rasa seperti melayang atau
dunia seperti berjungkir balik. Vertigo paling sering ditemukan adalah
Benign Proxysmal Positional Vertigo (BPPV).
Vertigo perifer didefinisikan sebagai sensasi berputar dengan provokasi
perubahan posisi disertai mual, muntah dan gangguan keseimbangan. Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV), sedangkan Meniere disease selain
pusing berputar, juga disertai adanya tinitus, dan kehilangan pendengaran.
Dizziness dan vertigo menempati urutan ketiga tersering. Vertigo mengenai
semua golongan umur, insidensi 25% pada pasien usia lebih dari 25 tahun,
dan 40% pada pasien usia lebih dari 40 tahun, dizziness dilaporkan sekitar
30% pada populasi berusia lebih dari 65 tahun. Prevalensi vertigo tergantung
faktor usia. Kelainan vestibuler perifer yang sering adalah BPPV, vestibular
neuritis, Meniere's disease dan vestibulopati. Insidensi vertigo perifer di
malaysia berkisar 38-64,7%.
Cukup banyak penyebab vertigo, baik vertigo tipe perifer maupun tipe
sentral. Kelainan anatomi dan atau fisiologi vertigo terletak pada alat
keseimbangan tubuh, penyebabnya dapat meliputi degenerasi, vaskuler,
tumor, infeksi, inflamasi, kongenital, dan trauma.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)


2.1.1 Definisi
BPPV adalah gangguan klinis yang sering terjadi dengan karakteristik
serangan vertigo di perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan dengan
perubahan posisi kepala dari tidur, melihat ke atas, kemudian memutar kepala.1
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan gangguan
klinis dengan karakteristik berupa serangan rasa berputar yang hebat berulang,
singkat(<30 detik), dan bertambah berat dengan perubahan posisi kepala baik dari
tidur keduduk, duduk ke berdiri dan kemudian memutar kepala ke kiri kanan
ataupun atas bawah sehingga keseimbangan pasien bisa menjadi menurun.2
2.1.2 Epidemiologi
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan salah satu
gangguan Neurologi dimana 17% pasien datang dengan keluhan pusing. Pada
populasi umum prevalensi Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) yaitu
antara 11 sampai 64 per 100.000 (prevalensi 2,4%). Dari kunjungan 5,6 miliar
orang ke rumah sakit dan klinik di United State dengan keluhan pusing didapatkan
prevalensi 17% - 42% pasien didiagnosis Benign Paroxysmal Positional Vertigo
(BPPV). Dari segi onset Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) biasanya
diderita pada usia 50-70 tahun. Proporsi antara wanita lebih besar dibandingkan
dengan laki-laki yaitu 2,2 : 1,5. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
merupakan bentuk dari vertigo posisional. Menurut dr. Badrul Munir, Sp.S (2015)
usia rata-rata penderita Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah 54
tahun dengan rentang usia 11 – 84 tahun, wanita : pria : 16:11.2
Insidensi yang terjadi dari BPPV ini adalah 64/100.000 yang pada
umumnya melibatkan kanalis semisirkularis posterior dengan angka resolusi lebih
dari 85% setelah terapi reposisi kanalith. Pasien dengan keluhan dan gejala yang
sesuai dengan BPPV, harus disesuaikan dengan kriteria diagnostik BPPV kanalis
posterior itu sendiri. Sekitar 50%, penyebab BPPV adalah idiopatik, selain

4
idiopatik, penyebab terbanyak adalah trauma kepala diikuti dengan neuritis
vestibularis, migrain, implantasi gigi dan operasi telinga, ataupun mastoiditis
kronis.2
2.1.3 Etiologi
Penyebab pasti dari BPPV belum banyak diketahui. Kemungkinan
penyebab lainnya antara lain adalah trauma kepala atau perubahan
hormonal.BPPV dapat terjadi setelah otitis media atau otitis media serosa dan
setelah stapedektomi.3
Sekitar 50%, penyebab BPPV adalah idiopatik, selain idiopatik, penyebab
terbanyak adalah trauma kepala (17%) diikuti dengan neuritis vestibularis (15%),
migraine, implantasi gigi dan operasi telinga, dapat juga sebagai akibat dari posisi
tidur yang lama pada pasien post operasi atau bed rest total lama.4

2.1.4 Patofisiologi dan Manifestasi Klinis 2,5


Aparatus vestibularis adalah komponen khusus pada telinga yang dapat
memberikan informasi mengenai sensasi keseimbangan serta koordinasi gerakan-
gerakan kepala, mata dan posisi tubuh. Bagian vestibuler dari membran labirin ini
terdiri atas 3 kanalis semisirkularis yaitu, anterior, horizontal dan posterior.
Kanalis semisirkularis mendeteksi gerakan berputar. Labirin ini juga terdiri atas
dua struktur otolit yaitu sakulus dan utrikulus yang mampu mendeteksi akselerasi
linear termasuk pengaruh gravitasi bumi. Organ vestibular berada dalam aktivitas
tonik simetris, bila tereksitasi akan menstimulasi sistem vestibular sentral.
Pada keadaan normal, sistem saraf pusat memberikan respons terhadap
setiap perbedaan aktivitas dari kedua kompleks nucleus vestibular. Dalam
keadaan statis (tidak ada pergerakan kepala), aktivitas neural pada kedua nukleus
vestibular simetris. Bila kepala digerakkan, terjadi aktivitas asimetris pada
nukleus vestibular, yang diinterpretasikan oleh sistem saraf pusat sebagai gerakan
kepala. Adanya proses patologis juga akan diinterpretasikan sebagai aktivitas
asimetris oleh sistem saraf pusat.
Makula pada utrikulus diduga menjadi sumber partikel –partikel kalsium
yang dapat menyebabkan BPPV berupa kalsium karbonat (otokonia) yang

5
berbentuk matriks gelatinosa. Kristal kalsium karbonat ini memiliki densitas dua
kali lipat dari endolimfe sehingga berespon terhadap perubahan gravitasi dan
gerakan akselerasi yang lain. Adanya debris otokonia yang terlepas dari makula
utrikulus yang berdegenerasi, melekat di permukaan kupula (sensor gerakan)
kanalis semisirkularis posterior yang letaknya paling bawah. Ketika otokonia
lepas dari membran otolith tersebut maka yang terjadi adalah otokonia akan
bergerak bebas di kanalis semisirkularis, inilah yang menyebabkan pusing, mual,
muntah dan menurunnya keseimbangan pada pasien tersebut.

Gambar 1. Push-Pull Theory pada Refleks Vestibular-okular Horizontal 5

6
Lokasi tersering BPPV ialah pada kanalis semisirkularis posterior, yaitu
kanal yang paling dipengaruhi oleh perbedaan gravitasi. Lepasnya otokonia juga
cukup sering terjadi pada kanalis semisirkularis horizontal, namun keluhan
umumnya akan spontan membaik dibandingkan dengan kanalis semisirkularis
posterior. BPPV jarang terjadi pada kanalis semisirkularis anterior, dapat
disebabkan karena posisi kana! Yang paling atas, sehingga otokonia jarang masuk
ke dalamnya.5
Vertigo timbul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu
sisi pada waktu berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk atau menegakkan
Kembali badan, menunduk atau menengadah. Serangan berlangsung dalam waktu
singkat, biasanya kurang dari 10-30 detik. Vertigo pada BPPV dirasakan berputar,
bisa disertai rasa mual, kadang-kadang muntah. Setelah rasa berputar menghilang,
pasien bisa merasa melayang dan diikuti disekulibrium selama beberapa hari
sampai minggu. BPPV dapat muncul kembali.1

2.1.5 Penegakan Diagnosis


A. Anamnesis
Pasien dengan BPPV sering mengeluhkan rasa pusing berputar diikuti
oleh mual, muntah dan keringat dingin sewaktu merubah posisi kepala
terhadap gravitasi, dengan periode vertigo yang episodik dan berlangsung
selama satu menit atau kurang. Pasien akan memodifikasi atau membatasi
gerakan untuk menghindari episode vertigo. Dalam anamnesis, harus
ditanyakan faktor-faktor yang merupakan etiologi atau yang dapat
mempengaruhi keberhasilan terapi, seperti riwayat stroke, diabetes,
hipertensi, trauma kepala, migrain dan riwayat gangguan keseimbangan
sebelumnya atau riwayat gangguan saraf pusat.6
Seperti semua pasien vestibular, riwayat klinis yang terperinci sangat
penting. Dokter harus berhati-hati untuk membedakan keluhan utama dari
bentuk lain dari "pusing", seperti ketidakseimbangan dan pra-sinkop.
Penyebab lain dari vertigo episodik juga harus disingkirkan, termasuk
penyakit Meniere, migrain, dan dehiscence kanal setengah lingkaran. Pasien

7
dengan BPPV sering merasakan lingkungan berputar di bidang pitch.
Serangan vertigo ini biasanya berlangsung kurang dari 20 detik (lebih lama
untuk saluran horizontal) tetapi dapat disertai dengan ketidakseimbangan
nonspesifik yang menetap, sehingga pasien sering melebih-lebihkan lamanya
serangan. Selanjutnya, timbulnya gejala pusing di BPPV tiba-tiba dan dipicu
oleh gerakan kepala tertentu seperti menjulurkan leher, membungkuk ke
depan, atau berguling di tempat tidur. Pada BPPV kanal posterior, sisi yang
memprovokasi di mana kepala diputar dalam posisi terlentang biasanya
memprediksi telinga yang terkena. Ada subset pasien yang menggambarkan
riwayat atipikal.4
Hal-hal yang perlu digali dalam anamnesis :7
1. Bentuk serangan vertigo:
a. Pusing berputar
b. Rasa goyang atau melayang
2. Sifat serangan vertigo:
a. Periodik
b. Kontinu
c. Ringan atau berat
3. Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa:
a. Perubahan gerakan kepala atau posisi
b. Situasi keramaian dan emosional
c. Suara
4. Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo:
a. Mual, muntah, keringat dingin
b. Gejala otonom berat atau ringan
5. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendengaran seperti : tinnitus atau tuli
6. Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti
streptomisin,gentamisin, kemoterapi
7. Penyakit yang diderita pasien : DM, Hipertensi, kelainan jantung
8. Defisit neurologis : hemipestesi, baal wajah satu sisi, perioral numbness,
disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda, dan ataksia serebelaris

8
Gambaran Klinis BPPV:7
Vertigo pada BPPV timbul mendadak pada perubahan posisi, misalnya
miring ke satu sisi pada waktu berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk,
atau menegakkan kembali badan, menunduk atau menengadah. Serangan
berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 10-30 detik. Vertigo
pada BPPV dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual, kadang-kadang
muntah. Setelah rasa berputar menghilang, pasien bisa merasa melayang dan
diikuti disekulibrium selama beberapa hari sampai minggu. BPPV dapat
muncul kembali.

B. Pemeriksaan Fisik1
1. Pemeriksaan umum
2. Pemeriksaan sistem kardiovaskuler yang meliputi pemeriksaan tekanan
darah
3. Pemeriksaan neurologis :
a). Kesadaran : kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo
non vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo vestibuler
sentral
b). Nervus kranialis : pada vertigo vestibularis sentral dapat mengalami
gangguan pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII,
VIII, IX, X, XI, XI
4. Motorik : kelumpuhan satu sisi (hemiparesis)
5. Sensorik : gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi)
6. Keseimbangan (pemeriksaan khusus neurologi)
 Tes nystagmus : tes nystagmus posisi dianjurkan oleh hallpike dan
cara ini disebut Perasat Hallpike. Caranya adalah, mula-mula pasien
duduk, kemudian tidur terlentang sampai kepala menggantung di
pinggir meja periksa, lalu kepala diputar ke kiri, dan setelah it uke
kanan. Pada setiap posisi nystagmus diperhatikan, terutama pada
posisi akhir. Nystagmus yang terjadi dicatat masa laten, dan

9
intensitasnya. Dengan tes posisi ini dapat diketahui kelainan sentral
atau perifer. Pada kelainan perfier akan ditemukan masa laten dan
terdapat kelainan sentral atau perifer. Pada kelainan perifer akan
ditemukan masa laten dan terdapat kelelahan dan vertigo biasanya
berat. Pada kelainan sentral sebaliknya, yaitu tidak ada masa laten
dan tidak ada kelehahan dan vertigo ringan saja.8
 Tes Romberg : tes Romberg dan tes Romberg dipertajam dengan
cara pasien berdiri tegak dengan kedua telapak kaki dirapatkan dan
kedua tangan di dada atau kedua lengan lurus kedepan. Pasien
diminta untuk mempertahankan posisi tersebut dengan mata terbuka
selama 30 detik. Selanjutnya pasien menutup mata dan diamati
selama 30 detik apakah dapat mempertahankan posisi tersebut tanpa
terjatuh atau tidak. Pemeriksaan Romberg dipertajam dilakukan
pasien dengan berdiri tegak dengan tumit pasien berada didepan ibu
jari kaki yang lainnya, dengan kedua tangan di dada. Pasien diminta
untuk mempertahankan posisi tersebut dengan mata terbuka selama
30 detik, selanjutnya menutup mata selama 30 detik dan diamati
apakah pasien dapat mempertahankan posisi tersebut atau terjatuh.
Hasil normal jika pasien dapat mempertahankan keseimbangan
dengan mata tertutup dan hasil abnormal jika pasien mengalami
deviasi/ jatuh dengan mata tertutup.9
 Tes jalan tandem : pasien diminta berjalan sebanyak 10 langkah,
tumit ke ujung kaki tanpa ada jarak diantara langkah, dalam dua
kondisi: mata terbuka dan mata tertutup.10
 Tes Fukuda : pada pemeriksaan ini pemeriksa berada dibelakang
atau disamping pasien. Pasien menutup mata dan kedua lengan
pasien dijulurkan luru kedepan. Pemeriksa meminta pasien berjalan
ditempat sebanyak 50 hitungan dan mengamati respon posisi pasien
setelah berjalan di tempat. Tes Fukuda dianggap anormal jika deviasi
ke satu sisi lebih dari 30o dan atau bergeser lebih dari 1 meter. Tes
ini menunjukkan adanya gangguan vestibular.9

10
 Tes past pointing : dilakukan dengan merentangkan tangan diangkat
tinggi, kemudian telunjuk menyentuk telunjuk yang lain dengan
mata tertutp. Tes jari hidung, dilakukan dalam posisi duduk pasien di
minta menunjuk hidung dengan jari dalam keadaan mata terbuka dan
tertutup.8

C. Manuver diagnostik
Anamnesis BPPV dikonfirmasi dengan melakukan manuver provokasi untuk
memastikan adanya keterlibatan kanalis semisirkularis. Sebelum melakukan
manuver provokasi, haruslah diinformasikan kepada pasien bahwa tindakan yang
dilakukan bertujuan untuk memprovokasi serangan vertigo.6
1) Manuver Dix Hallpike
Manuver Dix-Hallpike adalah tes definitif untuk BPPV kanal
posterior. Manuver dimulai dengan pasien duduk dan kepala diputar 45
derajat ke sisi yang diuji untuk mengisolasi dan mengorientasikan secara
vertikal kanal posterior sisi tersebut. Pasien kemudian dibaringkan kembali ke
posisi terlentang dengan telinga yang diuji di bawah.4

Pengajaran klasik menyarankan untuk menggantung kepala ke


belakang di tepi tempat tidur, tetapi ini tidak diperlukan saat melakukan tes
Dix-Hallpike saja. Ekstensi leher yang berlebihan bahkan dapat menimbulkan
respons positif palsu dari sisi kontralateral. Dokter juga harus berhati-hati
pada pasien dengan masalah leher, punggung, perut, dan pinggul karena ini
mungkin memerlukan perawatan khusus selama manuver diagnostik.4

11
Gambar 2. Manuver Dix Hallpike (telinga kenan). A, pasien duduk dengan kepala diputar
45 derajat. B, pasien dengan cepat diturunkan ke posisi terlentang dengan leher
diperpanjang di bawah tingkat meja. Dengan kepala ekstensi, pemeriksa mengamati
pasien untuk nystagmus4

Dengan riwayat klinis yang meyakinkan, diagnosis BPPV dibuat jika


manuver Dix-Hallpike memicu nistagmus yang sesuai. Fitur karakteristik
nistagmus termasuk latensi onset, durasi terbatas, arah torsional dan optimis,
reversibilitas, dan kelelahan. Latensi yang diamati antara awal Dix-Hallpike dan
timbulnya vertigo atau nistagmus disebabkan oleh inersia partikel endolimfe. Ini
biasanya sekitar 2 hingga 5 detik. Setelah partikel bermigrasi ke posisi yang
paling tergantung, nistagmus dan vertigo berakhir. Aktivasi oblik inferior
ipsilateral dan rektus superior kontralateral selama Dix-Hallpike menyebabkan
nistagmus torsional (kutub atas mata berdenyut ke arah telinga paling bawah)
bersama dengan komponen detak ke atas. Nistagmus membalikkan arah ketika
pasien dikembalikan ke posisi tegak. Dengan pengujian berulang, nistagmus harus
lelah karena dispersi kanalit yang mengurangi efek massanya. Intensitas
nistagmus biasanya berkorelasi dengan tingkat keparahan vertigo pasien.4

2). Tes Kalori

Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick & Hallpike. Pada cara ini dipakai 2
macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30 derajat C, sedangkan suhu
air panas adalah 44 derajat C. Volume air yang dialirkan ke dalam liang telinga
masing-masing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama

12
nystagmus yang timbul. Setelag telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa
telinga kanan dengan air dingin juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air panas,
lalu telinga kanan. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau
air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit (untuk
menghilangkan pusingnya).8
3). Tes Supine Roll

Pasien diminta berbaring terlentang dengan kepala dalam posisi lurus. Kepala
diputar ke sisi kanan dan amati nystagmus dan kemudian luruskan kepala
kembali. Kemudian kepala diputar ke sisi kiri. Arah nystagmus pada masing-
masing posisi adalah geotropic jika berdenyut kea rah telinga atas. Untuk
nystagmus geotropik, sisi yang terkait dengan nystagmus yang lebih kuat
kemungkinan adalah telinga yang terkena. Untuk nystagmus ageotropic, sisi yang
terkait dengan nystagmus yang lebih lemah adalah kemungkinan telinga yang
terkena.11

D. Kriteria Diagnosis

1. Diagnosis BPPV Tipe Kanal Posterior12

Dokter dapat mendiagnosis BPPV tipe kanal posterior ketika vertigo yang
beruhubungan dengan torsional, nystagmus yang dipicu oleh manuver Dix-
Hallpike. Manuver ini dilakukan dengan menempatkan pasien dari posisi berdiri
ke posiis terlentang dengan kepala menoleh 45o ke 1 sisi dan leher ekstensi 20o
dengan telinga yang sakit dibawah. Komponen cepat nistagmus yang dipicu oleh
manuver Dix-Hallpike menunjukkan karakteristik gerakan torsi dan vertikal
campuran (sering digambarkan sebagai upbeating-torsional) dengan kutub atas
mata bergerak ke arah telinga yang bergantung dan komponen vertikal bergerak
ke arah dahi (ketika mata diposisikan tampak lurus di midorbit ketika posisi
memprovokasi diasumsikan; Untuk sementara, kecepatan nistagmus biasanya
dimulai dengan perlahan, intensitasnya meningkat, dan kemudian intensitasnya
menurun saat menghilang. Ini telah disebut crescendo-decrescendo nystagmus.

13
Nistagmus yang dihasilkan oleh manuver Dix-Hallpike di BPPV kanal
posterior biasanya menampilkan 2 karakteristik diagnostik penting. Pertama, ada
periode laten antara penyelesaian manuver dan onset vertigo rotasi subjektif dan
nistagmus objektif. Periode latensi untuk onset nystagmus dengan manuver ini
sebagian besar tidak ditentukan dalam literatur, tetapi panel merasa bahwa latensi
tipikal periode akan berkisar dari 5 sampai 20 detik. Dalam kasus yang jarang
terjadi, periode latensi mungkin selama 1 menit.5 Kedua, vertigo subjektif yang
diprovokasi dan nistagmus meningkat dan kemudian sembuh dalam waktu 60
detik dari onset nistagmus.

2. Diagnosis BPPV Tipe Kanal Lateral12

Jika pasien memiliki riwayat yang sesuai dengan BPPV dan tes Dix-Hallpike
menunjukkan horizontal atau tidak ada nistagmus, dokter harus melakukan, atau
merujuk ke dokter yang dapat melakukan, roll terlentang tes untuk menilai BPPV
kanalis semisirkularis lateral.

BPPV kanalis semisirkularis lateral berbeda dari BPPV kanalis semisirkularis


posterior yang lebih umum dalam 2 hal penting. Pertama, nistagmus yang
ditimbulkan oleh uji gulungan terlentang di BPPV kanalis semisirkularis lateral
didominasi horizontal, sedangkan nistagmus dari uji Dix-Hallpike di BPPV
kanalis semisirkularis posterior bersifat optimis dan torsional. Kedua, vertigo dan
nistagmus ditimbulkan dengan memutar kepala ke samping saat terlentang (uji
guling kepala terlentang, sedangkan vertigo dan nistagmus diinduksi oleh
manuver Dix-Hallpike pada kasus BPPV kanalis semisirkularis posterior. Pasien
dengan riwayat yang sesuai dengan BPPV (yaitu, episode berulang dari vertigo
yang disebabkan oleh perubahan posisi kepala relatif terhadap gravitasi) yang
tampaknya tidak memiliki BPPV kanalis semisirkularis posterior oleh posisi Dix-
Hallpike harus diuji untuk BPPV kanalis semisirkularis lateral. Keluhan pasien
yang menunjukkan gejala pusing posisi karena BPPV kanalis semisirkularis
lateral sering tidak dapat dibedakan dari BPPV kanalis semisirkularis posterior.

14
Dua temuan nystagmus yang potensial dapat terjadi pada manuver ini,
menunjukkan dua tipe dari BPPV kanal lateral:12
a. Tipe geotropik
Pada kebanyakan kasus kanalis semisirkularis lateral BPPV, ketika
pasien berguling ke sisi patologis (terkena), ada nistagmus horizontal yang
sangat intens yang berdetak ke arah telinga paling bawah (yang terkena).
Nistagmus berdenyut ke arah bumi dan karena itu nistagmus geotropik.
Ketika pasien digulingkan ke sisi yang sehat (tidak terpengaruh), ada
nistagmus horizontal yang kurang intens lagi berdetak ke arah telinga
paling bawah (lagi geotropic tetapi arah nistagmus sekarang telah
berubah). Tampaknya mungkin bahwa ketika BPPV kanal lateral
menunjukkan bentuk nistagmus ini, puing-puing kalsium karbonat terletak
di lengan panjang kanal setengah lingkaran.
b. Tiper apogeotropik
Lebih jarang, hasil tes gulungan dalam nistagmus horizontal
berdenyut ke arah telinga paling atas (nistagmus apogeotropik). Saat
berguling ke sisi yang berlawanan, nistagmus akan berubah arah, sekali
lagi berdetak ke arah telinga paling atas. Tampaknya ketika BPPV kanalis
semisirkularis lateral menunjukkan bentuk nistagmus apogeotropik, puing-
puing kalsium karbonat terletak melekat (cupulolithiasis) atau dekat
dengan ampula kanalis semisirkularis

2.4.6 Diagnosis Banding


1. Gangguan Otologi 12
a). Penyakit Meniere

15
Penyakit Ménière ditandai dengan serangan episodik diskrit, setiap
serangan menunjukkan konstelasi klinis karakteristik vertigo berkelanjutan
dengan gangguan pendengaran yang berfluktuasi, kepenuhan aural, dan tinitus
di telinga yang terkena.5 Berbeda dengan BPPV, durasi vertigo dalam episode
penyakit Ménière biasanya berlangsung lebih lama (biasanya dalam hitungan
jam), biasanya lebih melumpuhkan karena tingkat keparahan dan durasi, dan
tidak dipicu oleh perubahan posisi kepala. Selain itu, penurunan pendengaran
sensorineural pada saat yang bersamaan diperlukan untuk diagnosis serangan
Ménière, sedangkan gangguan pendengaran akut tidak boleh terjadi dengan
episode BPPV. Mual dan muntah yang berkepanjangan juga lebih sering terjadi
selama serangan penyakit Ménière. Penyakit Ménière akan dikategorikan
sebagai sindrom vestibular episodik spontan.

2). Neuritis Vestibular & Labirintis


Sindrom disfungsi vestibular perifer akut (ditandai sebagai sindrom
vestibular akut di atas), seperti neuritis vestibular atau labirinitis, muncul
dengan tiba-tiba, tak terduga, vertigo parah dengan sensasi subjektif dari
gerakan rotasi (ruang berputar). Jika bagian pendengaran dari telinga bagian
dalam terpengaruh, gangguan pendengaran dan tinitus juga dapat terjadi, dan
secara klinis ini konsisten dengan labirinitis.92 Sindrom ini biasanya didahului
oleh prodromal virus. Perjalanan waktu vertigo seringkali merupakan pembeda
terbaik antara BPPV dan neuritis vestibular atau labirinitis. Pada neuritis
vestibular atau labirinitis, vertigo timbul secara bertahap, berkembang selama
beberapa jam, diikuti dengan tingkat vertigo yang menetap yang berlangsung
berhari-hari hingga berminggu-minggu. Vertigo hadir saat istirahat (tidak
memerlukan perubahan posisi untuk onsetnya), tetapi mungkin secara subjektif
diperburuk oleh perubahan posisi. Sindrom vestibular perifer akut ini juga
dapat disertai dengan tingkat mual, muntah, berkeringat, dan pucat yang parah
yang juga biasanya berkelanjutan bersama dengan vertigo. Meskipun mereka
adalah entitas yang berbeda, BPPV mungkin lebih umum setelah sindrom
vestibular akut.

16
2. Gangguan Neurologis12
a) Vertigo posisi sentral
Salah satu masalah utama yang dihadapi dokter yang mencoba
mendiagnosis etiologi vertigo adalah perbedaan antara penyebab vertigo perifer
(penyebab yang timbul dari telinga atau aparatus vestibular) dan penyebab vertigo
SSP. Meskipun kadang-kadang ini mungkin sulit, beberapa gambaran klinis
mungkin menunjukkan penyebab sentral dari vertigo daripada BPPV. Temuan
nistagmus yang lebih kuat menunjukkan penyebab neurologis untuk vertigo
daripada penyebab perifer seperti BPPV termasuk nistagmus yang melemahkan
pada manuver Dix-Hallpike (terutama tanpa komponen torsional dan terutama jika
tidak dimodifikasi atau dipulihkan dengan manuver posisional), perubahan arah
nistagmus yang terjadi tanpa perubahan posisi kepala (yaitu, nistagmus bergantian
secara periodik), menahan pandangan, nistagmus yang mengubah arah (misalnya,
berdetak ke kanan dengan pandangan kanan dan ke kiri dengan pandangan kiri),
atau nistagmus awal yang bermanifestasi tanpa manuver provokatif (yang juga
bisa menjadi manifestasi neuritis vestibular selain dari penyebab neurologis).

Tabel 1. Perbedaan vertigo perifer dengan vertigo sentral1


Gejala Perifer Sentral

Bangkitan Lebih mendadak Lebih lambat

Beratnya vertigo Berat Ringan

Pengaruh gerakan kepala ++ +/-

Mual/muntah/keringatan ++ +

Gangguan pendengaran +/- -

Tanda fokal otak - +/-

b) Migrain Vestibular

17
Migrain vestibular (atau vertigo terkait migrain) sangat umum, dengan
prevalensi seumur hidup 3,2%,103 dan dapat menyebabkan sebanyak 14% kasus
vertigo. Kriteria diagnostik meliputi: (1) 5 episode gejala vestibular yang
berlangsung 5 menit hingga 72 jam, (2) saat ini atau riwayat migrain menurut
Kriteria International Headache Society, (3) 1 gejala migrain selama setidaknya
50% dari episode pusing (sakit kepala migrain, fotofobia, fonofobia, visual atau
aura lainnya), dan (4) penyebab lain yang disingkirkan dengan pemeriksaan yang
sesuai.104 Hal ini dapat dibedakan dari BPPV berdasarkan komponen diagnostik
yang disebutkan di atas, yang tidak terkait dengan BPPV klasik. Selanjutnya,
migrain vestibular akan ditandai sebagai sindrom vestibular episodik spontan.
3. Entitas lain12
Beberapa gangguan nonotologis dan nonneurologis lainnya dapat muncul
serupa dengan BPPV. Pasien dengan gangguan panik atau kecemasan mungkin
mengeluhkan gejala pusing dan pusing. Meskipun gejala ini biasanya dikaitkan
dengan hiperventilasi, penelitian lain menunjukkan prevalensi disfungsi vestibular
yang tinggi pada pasien ini. Beberapa obat-seperti Mysoline, carbamazepine,
fenitoin, obat penenang, dan obat antihipertensi dan kardiovaskular-dapat
menghasilkan efek samping pusing dan / atau vertigo dan harus dipertimbangkan
dalam diagnosis banding.

2.1.7 Penatalaksanaan
1. Non Farmakologi13
Perawatan BPPV didasarkan pada kinerja manuver pembebasan atau
prosedur reposisi kanalit, dengan tujuan mengembalikan partikel yang
dipindahkan ke lokasi semula: makula utrikular. Ini adalah prosedur non-invasif
yang terbukti efektif jangka panjang untuk BPPV.
Efektivitas reposisi dan manuver pembebasan bervariasi dari 70% hingga
100%. Keberhasilan pengobatan didasarkan pada identifikasi kanalis
semisirkularis yang terkena, perbedaan antara cupulolithiasis dan canalithiasis,
pilihan yang tepat dari manuver yang paling diindikasikan. Setelah prosedur
reposisi, penting untuk menjaga pasien dalam posisi duduk, selama 10 menit,

18
untuk menghindari jatuh. Manuver reposisi dikaitkan dengan efek samping ringan
dan terbatas pada sekitar 12 persen pasien yang dirawat8. Komplikasi yang paling
sering ditemui adalah mual dan muntah.
a. Manuver Epley13

Gambar 3. Manuver Eplay13

Manuver Epley adalah manuver reposisi saluran vertikal yang


paling sering dilakukan. Pasien ditempatkan dalam posisi tegak dengan
kepala menoleh 45 derajat ke kiri ketika telinga kiri terpengaruh. Pasien
dengan cepat dibaringkan kembali dalam posisi kepala terlentang, yang
dipertahankan selama 1 hingga 2 menit. Selanjutnya, kepala diputar 90
derajat, ke kanan (biasanya mengharuskan tubuh pasien untuk berpindah
dari posisi terlentang ke posisi dekubitus lateral). Dengan demikian,
kepala pasien hampir dalam posisi telungkup. Posisi ini ditahan selama 30
hingga 60 detik. Kemudian pasien diminta untuk mengistirahatkan dagu di
bahu dan duduk perlahan, Kepala harus tetap dalam posisi itu untuk
beberapa saat, sebelum kembali ke posisi normal.

b. Manuver Semont13

19
Gambar 4. Manuver Semont13

Manuver yang dijelaskan oleh Semont diindikasikan untuk


pengobatan cupulolithiasis kanal posterior. Jika kanal posterior terkena,
pasien duduk dalam posisi tegak; kemudian kepala pasien diputar 45
derajat ke arah sisi yang tidak terpengaruh, dan kemudian dengan cepat
dipindahkan ke posisi berbaring miring. Nistagmus dan vertigo dapat
diamati. Posisi ini ditahan selama 1 sampai 3 menit. Pasien dengan cepat
dipindahkan ke posisi berbaring miring yang berlawanan tanpa berhenti
pada posisi duduk dan tanpa mengubah posisi kepala relatif terhadap bahu.
Secara bertahap pasien kembali ke posisi duduk tegak8. Jika kanalis
semisirkularis superior terkena, gerakan dilakukan dalam arah yang
berlawanan dengan prosedur untuk kanalis semisirkularis posterior.
c. Manuver lempert13

Gambar 5. Manuver Lempert13

20
Lempert menggambarkan manuver (Manuver Barbekyu atau
Manuver Roll) yang merupakan manuver yang paling umum digunakan
untuk pengobatan BPPV kanal lateral. Manuver ini melibatkan
penggulingan pasien 360 derajat dalam serangkaian langkah untuk
mempengaruhi reposisi partikel8. Pasien dalam posisi terlentang; kepala
pasien diputar 90 derajat perlahan ke arah sisi yang tidak terpengaruh.
Kepala dipegang dalam posisi ini, dan tubuh diputar ke dekubitus lateral.
Kemudian, kepala diputar ke posisi telungkup dan tubuh dipindahkan ke
dekubitus ventral. Kemudian kepala pasien diputar 90 derajat, dan tubuh
diletakkan pada dekubitus lateral. Secara bertahap, pasien kembali ke
posisi terlentang. Setiap langkah dipertahankan selama 15 detik – untuk
migrasi partikel yang lambat, sebagai respons terhadap gravitasi. Untuk
menyelesaikan manuver, pasien dibawa ke posisi duduk tegak dengan
kepala tertunduk pada 30 derajat
d. Brandt-Daroff exercise13

Gambar 6. Brandt-Daroff exercise13

Latihan Brandt-Daroff dikembangkan untuk pemberian sendiri di


rumah, sebagai terapi tambahan untuk pasien yang bergejala, bahkan
setelah manuver Epley atau Semont. Beberapa penulis menunjukkan
mereka satu minggu sebelum manuver terapeutik, yang bertujuan untuk
meningkatkan tolerabilitas pasien. Latihan Brandt-Daroff adalah latihan
penentuan posisi yang, secara teoritis, mendorong pembiasaan.

21
Langkah-langkah latihan ini ialah:5
1. Latihan dilakukan dengan kedua mata terbuka.
2. Pasien duduk tegak di tepi tempat ti dur; dengan kedua kaki tergantung.
3. Kepala diarahkan 45° ke kiri, lalu baringkan tubuh dengan cepat ke arah
kanan, pertahankan posisi selama 30 detik
4. Duduk kern bali seperti posisi awal selama 30 detik.
5. Kepala kembali diarahkan 45° ke kanan, lalu baringkan tubuh dengan
cepat ke arab kiri, pertahankan posisi selama 30 detik.
6. Pasien duduk kern bali.
7. Latihan ini dilakukan 3 setjhari, masing- masing 5 siklus ke kiri dan ke
kanan selama 2 minggu.
2. Farmakologi7
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering kali merasa sangat
terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan
simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat
dihentikan setelah beberapa minggu.
Beberapa golongan obat yang sering digunakan:7
a. Antihistamin (Dimenhidrinat, Difenhidramin, Meksilin, Siklisin)
1) Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4-6 jam. Obat dapat diberi per
oral atau parenteral (suntikan intramuscular dan intravena) dengan
dosis 25 mg-50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
2) Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4-6 jam, diberikan
dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral.
3) Senyawa Betahistin (suatu analog histamin):
a) Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral.
b) Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6
tablet dibagi dalam beberapa dosis.
b. Kalsium Antagonis
Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat
mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya
ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1x75 mg sehari.

22
Terapi BPPV : 13
1. Komunikasi dan informasi
2. Pasien perlu diberikan penjelasan bahwa BPPV bukan sesuatu yang
berbahaya dan prognosisnya baik serta hilang spontan setelah beebrapa
waktu, namun kadang-kadang dapat berlangsung lama dan dapat kambuh
kembali.
3. Obat antivertigo seringkali tidak diperlukan, namun apabila terjadi
disekuilibrium pasca BPPV, pemberian betahistin akan berguna untuk
mempercepat kompensasi.

2.4.7 Prognosis
Pada umumnya, vertigo perifer terutama BPPV memiliki prognosis baik
dengan kekambuhan 2 tahun sekitar 27% bila latihan Brandt-Daroff dikerjakan
secara rutin. Rekurensi tersering terjadi pada 6 bulan pertama. Bila rekurensi
vertigo sangat sering dengan derajat yang makin berat, maka perlu dipikirkan
diagnosis banding vertigo lainnya.5

BAB III
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN

23
Nama : Ny. N
Umur : 59 tahun
Alamat : Pangkalan pisang,koto gasib
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal masuk : 14 Februari 2023

B. ANAMNESIS : Autoanamnesis
I. Keluhan Utama
Pusing disertai rasa berputar sejak 3 hari yang lalu
II. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Tengku Rafi’an dengan keluhan
pusing disertai berputar sejak 3 hari yang lalu, dan terasa berat sejak 3 jam
SMRS. Pusing dirasakan hilang timbul dan terasa berat ketika pasien
bangun tidur dan merubah posisi pasien merasa ringan keluhannya saat
pasien memejamkan mata. Keluhan sangat mengganggu aktivitas pasien
sampai pasien tidak bisa berdiri sendiri, kemudian pasien juga
mengeluhkan mual (+) muntah (+) ketika di puskesmas pandangan ganda
(-) lemas (+) trauma (-) telinga berdenging (-) Infeksi telinga (-) demam (-)
III. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama.
Riwayat HT(+) sejak 5 tahun yang lalu, tapi tidak control rutin
Riwayat Dm tipe 2 (-)
IV. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada mengalami hal yang serupa.
Riwayat HT(-)
Riwayat Dm tipe 2 (-)

V. Riwayat Pribadi dan Sosial

24
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien makan teratur, 3x
sehari tetapi pasien jarang minum air putih. Riwayat merokok (-), dan
alkohol (-).

VI. Riwayat Pengobatan


Pasien berobat ke puskesmas 5 hari yang lalu dan dirawat tapi keluhan
tidak berkurang sehingga dibawa ke RS

C. PEMERIKSAAN FISIK
I. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
GCS : E4V5M6
Tinggi Badan :-
Berat Badan :-
Tanda Vital
- Tekanan darah : 180/90 mmHg
- Frekuensi nadi : 94 x/menit.
- Frekuensi Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 35,9 oC
II. Status Generalisata
Rambut : Hitam dan sebagian putih
Kelenjar Getah Bening
- Leher : Tidak ada pembesaran
- Aksila : Tidak ada pembesaran
- Inguinal : Tidak ada pembesaran

Thoraks
a. Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : Gerak dinding dada simetris

25
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : vesikuler +/+, Ronkhi -/-, wheezing -/-
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba di linea midclavicularis sinistra.
Perkusi : Redup
Auskultasi : Bunyi jantung I & II reguler, gallop (-), Murmur (-)

Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut datar, distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), tidak ada pembesaran hepar dan
lien
Perkusi : Timpani.
Korpus Vertebra
inspeksi : tidak tampak kelainan
palpasi : tidak teraba kelainan

III. Status Neurologis


A. Tanda Rangsang Selaput Otak:
Kaku Kuduk : Negatif
Brudzinski I : Negatif
Brudzinski II : Negatif
Kernig Sign : Negatif
Lasegue sign : Negatif

B. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial:


Pupil : Isokor
Kanan (± 3mm), Kiri (± 3 mm)
Refleks cahaya langsung : +/+
Refleks cahaya tidak langsung : +/+

26
C. Pemeriksaan Saraf Kranial:
N.I (N. Olfactorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subyektif DBN DBN
Obyektif dengan bahan DBN DBN

N.II (N. Optikus)


Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Normal Normal
Lapang pandang Normal Normal
Melihat warna Normal Normal
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N.III (N. Okulomotorius)


Kanan Kiri
Bola mata Normal Normal
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Gerakan bulbus Normal Normal
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Ekso/Endophtalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil :
 Bentuk Bulat Bulat
 Refleks cahaya Normal Normal
 Refleks akomodasi Tidak Fokus Tidak fokus
 Refleks Tidak fokus
konvergensi Tidak fokus

N. IV (N. Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Normal Normal
Sikap bulbus Normal Normal
Diplopia Normal Normal

N. V (N. Trigeminus)

27
Kanan Kiri
Motorik :
 Membuka mulut Normal Normal
 Menggerakkan rahang Normal Normal
 Menggigit Normal Normal
 Mengunyah Normal Normal

Sensorik :
Divisi Optalmika
 Refleks kornea Normal Normal
 Sensibilitas Normal Normal

Divisi Maksila
 Refleks masseter Tidak dinilai Tidak dinilai
 Sensibilitas Tidak dinilai Tidak dinilai

Divisi Mandibula
 Sensibilitas Normal Normal

N. VI (N. Abduscen)
Kanan Kiri
Gerakan mata lateral Normal Normal
Sikap bulbus Normal Normal
Diplopia Normal Normal

N. VII (N. Facialis)


Kanan Kiri
Raut wajah Simetris Simetris
Sekresi air mata Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai

Fisura palpebral Normal Normal

Menggerakkan dahi Normal Normal

Menutup mata Normal Normal

Mencibir/bersiul Normal Normal


Memperlihatkan gigi Normal Normal
Sensasi lidah 2/3 depan Normal Normal

N. VIII (N. Vestibulocochlearis)

28
Kanan Kiri
Suara berbisik Normal Normal
Detik arloji Normal Normal
Rinne test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Scwabach test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Webber test : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Memanjang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Memendek Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nistagmus :
 Pendular Tidak ada Tidak ada
 Vertikal Tidak ada Tidak ada
 Siklikal Tidak ada Tidak ada

Hiperakusis Tidak ada Tidak ada

N. IX (Glossopharingeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Normal Normal
Refleks muntah/Gag reflek + +

N. X (N. Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Normal Normal
Uvula Normal Normal
Menelan Normal Normal
Artikulasi Normal Normal
Suara Normal Normal
Nadi 64x/menit 64x/menit

N. XI (N. Assesorius)
Menoleh ke kanan Normal
Menoleh ke kiri Normal
Mengangkat bahu ke kanan Normal
Mengangkat bahu ke kiri Normal

N. XII (N. Hipoglossus)

29
Kanan Kiri
Kedudukan lidah di dalam Normal Normal
Kedudukan lidah dijulurkan Normal Normal
Tremor Tidak ada Tidak ada
Fasikulasi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada

D. Pemeriksaan Keseimbangan dan Koordinasi:


Keseimbangan Koordinasi
Cara berjalan Tidak seimbang Tes jari – hidung Normal
Romberg tes Jatuh ke kiri Tes jari – jari Normal
Stepping tes Tes tumit lutut Tidak
Jatuh ke kiri
dilakukam
Tandem Walking Disgrafia
Jatuh ke kiri -
tes
Ataksia Tidak ada Supinasi-pronasi Normal
Rebound phenomen Tidak ada

E. Pemeriksaan Fungsi Motorik


A. Berdiri dan Berjalan Kanan Kiri
 Gerakan spontan Tidak ada Tidak ada
 Tremor Tidak ada Tidak ada
 Atetosis Tidak ada Tidak ada
 Mioklonik Tidak ada Tidak ada
 Khorea Tidak ada Tidak ada

Ekstremitas Superior Inferior


Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal Normal Normal Normal
Kekuatan 555 555 555 555
Trofi Normotrofi Normotrofi Normotrofi Normotrofi
Tonus Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus

30
F. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil Normal
Sensibilitas nyeri Normal
Sensibilitas termis Normal
Sensibilitas kortikal Normal
Stereognosis
Pengenalan 2 titik Normal
Pengenalan rabaan Normal

G. Sistem Refleks
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Kornea Normal Normal
Masseter Normal Normal
Dinding perut
Atas Normal Normal
Bawah Normal Normal
Tengah Normal Normal
Biseps ++ ++
Triseps ++ ++
APR ++ ++
KPR ++ ++
Bulbokavernosus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kremaster Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sfingter Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks Patologis Kanan Kiri


Lengan
Hoffman-Tromner Negatif Negatif

31
Tungkai
Babinski Negatif Negatif
Chaddoks Negatif Negatif
Oppenheim Negatif Negatif
Gordon Negatif Negatif
Schaeffer Negatif Negatif
Klonus kaki Negatif Negatif

IV. Fungsi Otonom


Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Sekresi keringat : Normal
V. Fungsi Luhur
Kesadaran Tanda Demensia

 Reaksi bicara Normal  Reflek glabella Tidak ada

 Fungsi intelek Normal  Reflek snout Tidak ada

 Reaksi emosi Normal  Reflek menghisap Tidak ada

 Reflek memegang Tidak ada

 Refleks palmomental Tidak ada

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Darah Rutin
12 g/dl
Hemoglobin 12-15

32
Hematokrit 34,5-45,0
38,6 %
Kimia Klinik <200

Glukosa sewaktu 132 mg/dL

Ureum 10-50
28 mg/dL
Keratinin 0,6-1,1
1,1 mg/dL
Elektrolit

Kalium 3,5-5,3
3,9 mmol/L
Klorida 97-111
106 mmol/L
Natrium 136-145
mmol/L

2. Imaging
Tidak dilakukan

E. DIAGNOSIS
 Diagnosis Klinis : Pusing berputar,
 Diagnosis Topik : Canalis semicircularis
 Diagnosis Etiologi : BPPV Idiopatik
 Diagnosis Sekunder : Hipertensi
 Diagnosis Banding : Meniere Deasese

F.PEMECAHAN MASALAH
I. Terapi Umum/Suportif
 IVFD RL 20 tpm
 Inj.Omeprazol 40mg
 Betahistine tab 2 x 12mg

33
 Dimenhidrinat tab 2x50mg
 Mecobalamin 3x500mg
 Candesartan 1x8mg
II. Terapi Khusus
 Keluarga turut mendukung dan memotivasi pasien
 Istirahat dan perlahan dalam merubah posisi
 Mendorong pasien melakukan Latihan Brand-Daroff secara
mandiri

G.PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo Ad Sanationam : ad bonam

FOLLOW UP
Hari/Tanggal Perkembangan Terapi dan Tanda
Tangan

15 Februari 2023 S : pusing berputar (+) IVFD RL 20 tpm


mual (-) Muntah (-)dan
Inj.omeprazol 2x1
nyeri ulu hati (+)
Betahistine tab 2x12mg
O :
Dimenhidrinat tab
GCS: 15
2x50mg
TD : 160/90 mmHg
Mecobalamin 3x500mg
HR : 90 x/menit
Candesartan 1x8mg
RR : 18 x/menit

T : 35,7 o C

34
16 Februari 2023 S : pusing berputar (+) IVFD RL 20 tpm
sudah mulai berkurang dan
Inj.omeprazol 2x1
nyeri ulu hati (-)
Betahistine tab 2x12mg
O :
Dimenhidrinat tab
GCS: 15
2x50mg
TD : 150/80 mmHg
Mecobalamin 3x500mg
HR : 95 x/menit
Candesartan 1x8mg
RR : 18 x/menit

T :36o C

IVFD RL 20 tpm
S : Kondisi sudah
Inj.omeprazol 2x1
17 Februari 2023 membaik
Betahistine tab 2x12mg
O :
Dimenhidrinat tab
GCS: 15
2x50mg
TD : 119/81 mmHg
Mecobalamin 3x500mg
HR : 79 x/menit
Candesartan 1x16mg
RR : 20 x/menit
Flunarizin 1x10mg
T : 36,1o C

35
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Dasar Diagnosis Klinik

Pasien datang ke IGD RSUD Tengku Rafi’an dengan keluhan


pusing disertai berputar sejak 3 hari yang lalu, dan terasa berat sejak 3
jam SMRS. Pusing dirasakan hilang timbul dan terasa berat ketika
pasien bangun tidur dan merubah posisi pasien merasa ringan
keluhannya saat pasien memejamkan mata. Keluhan sangat
mengganggu aktivitas pasien sampai pasien tidak bisa berdiri sendiri,
kemudian pasien juga mengeluhkan mual (+) muntah (+) ketika di
puskesmas pandangan ganda (-) lemas (+) trauma (-) telinga
berdenging (-) Infeksi telinga (-) demam (-)
Berdasarkan hasil anamnesa, keluhan pasien memiliki
gambaran yang sesuai dengan Benign Paroxysmal Positional Vertigo
(BPPV), yaitu keluhan timbul mendadak, dengan didahului penyebab

36
seperti perubahan posisi, misalnya dari bangkit tidur, pusing dirasakan
berputar dengan disertai rasa mual, dan kadang- kadang muntah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dengan menggunakan
manuver dix hallpike, pasien merasakan pusing. Pemeriksaan
keseimbangan didapatkan bahwa cara berjalan masi membutuhkan
bantuan, Romberg test dengan mata tertutup ada penyimpangan,
stepping test terdapat penyimpangan, tandem walking test dengan mata
terbuka dan tertutp ada penyimpangan. Pemeriksaan koordinasi yaitu
tes jari-hidung, tes jari-jari, tes tumit lutut, dalam keadaan normal.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik pasien, setelah rasa pusing
berputar pasien menghilang, pasien bisa merasa melayang dan oyong
minggu.

2. Dasar Diagnosis Topik


Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan pusing
berputar sampai tidak bias berdiri yang menunjukkan adanya gangguan
pada kanalis semicircularis
3. Dasar Diagnosis Etiologi
Diagnosis etiologi BPPV pada pasien ini didapatkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan pusing
berputar timbul secara tiba,tiba,dan pasien mengeluhkan mual muntah dan
pusing saat perpindahan posisi kepala. Hal ini dapat menyingkirkan
diagnosis menier syndrome karena menier syndrome didapatkan tanda-
tanda tinnitus dan gangguan pendengaran
4. Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada pasien ini adalah menier syndrome. Pada
menier syndrome juga menunjukan gejala yang sama seperti pusing
berputar, mual, muntah, nystagmus, posisi kepala,
5. Dasar Usulan Pemeriksaan Penunjang

37
o Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk mendeteksi faktor
risiko
6. Dasar Diagnosis Akhir
Diagnosis akhir pasien ini adalah BPPV. Diagnosis ini ditegakan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dari anamnesis diketahui
bahwa gejala yang dialami pasien yaitu pusing berputar, mual, muntah,
Riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak 1 tahun yang lalu. Pada riwayat
keluarga pasien tidak didapatkan Riwayat tekanan darah tinggi dan
keluarga pasien yang mengalami hal yang seperti pasien keluhkan tidak
ada riwayat keluarga pasien yang mengalami hal yang seperti pasien
keluhkan tidak ada. Dari pemeriksaan fisik . didapatkan kesadaran
komposmentis (GCS 15), tekanan darah pasien 130/70 mmHg, dan pada
pemeriksaan keseimbangan didapatkan bahwa cara berjalan masi
membutuhkan bantuan, Romberg test dengan mata tertutup ada
penyimpangan, stepping test terdapat penyimpangan, tandem walking test
dengan mata terbuka dan tertutp ada penyimpangan, sehingga dapat
disimpulkan pasien mengalami stroke BPPV
7. Dasar Penatalaksanaan
A. Umum
- Tirah baring
- Observasi tanda-tanda vital dan status neurologis untuk
memantau perkembangan penyakit
B. Khusus
Pasien dapat diberikan oksigen 1-2 Liter permenit, IVFD, Betahistine
1 tab 3 x 6 mg, Flunarizine 1 tab, dan diazepam 1 x 5 mg, serta pasien
dianjurkan untuk melakukan Latihan Brand-Daroff secara mandiri

38
BAB V

KESIMPULAN

BPPV adalah gangguan klinis yang sering terjadi dengan karakteristik


serangan vertigo di perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan dengan
perubahan posisi kepala dari tidur, melihat ke atas, kemudian memutar kepala.
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan gangguan klinis
dengan karakteristik berupa serangan berulang, singkat, dan berkaitan dengan
perubahan posisi kepala baik dari tidur keduduk, duduk ke berdiri dan kemudian
memutar kepala ke kiri kanan ataupun atas bawah sehingga keseimbangan pasien
bisa menjadi menurun.
Penegakan diagnosis BPPV dapat dilakukan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, kriteria diagnosis BPPV berdasarkan kanal dan dikonfirmasi
dengan melakukan manuver provokasi yaitu manuver dix-hallpike.
Penatalaksanaan diberikan oksigen 1-2 Liter permenit, IVFD, Betahistine 1 tab 3
x 6 mg, Flunarizine 1 tab, dan diazepam 1 x 5 mg, serta pasien dianjurkan untuk

39
melakukan Latihan Brand-Daroff secara mandiri. Pada umumnya, vertigo perifer
terutama BPPV memiliki prognosis baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Marsis IO. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan Tingkat Pertama. 2017;II.

2. Sugeng GR, Wulandari R. Pengaruh Pemberian Brandt Daroff Exercise


Untuk Meningkatkan Keseimbangan Pada Benign Paroxysmal Positional
Vertigo : Metode Narrative Review. J Phys Ther UNISA. 2021;1(1):23-32.
doi:10.31101/jitu.2016

3. Threenesia A, Iyos RN. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV).


2016;5(5).

4. You P, Instrum R, Parnes L. Benign paroxysmal positional vertigo. NCBI.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6383320/. Published 2018.
Accessed November 28, 2021.

5. Aninditha T, Wiratman W. Buku Ajar Neurologi. 1st ed. Jakarta: FKUI;


2017.

6. Edward Y, Roza Y. Diagnosis dan Tatalaksana Benign Paroxysmal


Positional Vertigo (BPPV) Horizontal Berdasarkan Head Roll Test. J
Kesehat Andalas. 2014;3(1):77-82. doi:10.25077/jka.v3i1.31

7. Taher A. Panduan Praktik Klinis Bagi DOkter DI Fasilitas Pelayanan


Kesehatan Primer. Revisi. Jakarta: IDI; 2014.

40
8. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokkan Kepala Dan Leher. 6th ed.
Jakarta: FKUI; 2007.

9. Desy FW, Melke J T. Characteristics Of Patients With Balance Disorders


At Neurootology And Neuroophatalmology Clinic In Prof . DR . RD
Kandou Hospital Manado Karakteristik Pasien Dengan Gangguan
Keseimbangan. J Sinaps. 2020;3(2):58-65.

10. Cohen HS, Mulavara AP, Peters BT, Sangi-Haghpeykar H, Bloomberg JJ.
Tests of walking balance for screening vestibular disorders. J Vestib Res
Equilib Orientat. 2012;22(2-3):95-104. doi:10.3233/VES-2012-0443

11. Nguyen-Huynh AT. Evidence-Based Practice. Management of Vertigo.


Otolaryngol Clin North Am. 2012;45(5):925-940.
doi:10.1016/j.otc.2012.06.001

12. Bhattacharyya N, Gubbels SP, Schwartz SR, et al. Clinical Practice


Guideline: Benign Paroxysmal Positional Vertigo (Update). Otolaryngol -
Head Neck Surg (United States). 2017;156(3_suppl):S1-S47.
doi:10.1177/0194599816689667

13. Zoe Gkoritsa E. Handbook of benign paroxysmal positional vertigo:


Diagnosis and treatment. Handb Benign Paroxysmal Positional Vertigo
Diagnosis Treat. 2016;16(2):1-142.

41

You might also like