You are on page 1of 14

KODE ETIK PROFESI ADVOKAT

Muhammad Hilmi Masykur, Fredy Ghandi Midia, Luthfiah Azumarintan Putri,


Ismiwati Intan Soraya, Lintang Rahayu

hilmi21masykur@gmail.com, fredygandhimidia@gmail.com, azumarintan@gmail.com,


ismiwatiintansoraya22@gmail.com, lntngrhy09@gmail.com

ABSTRACT
The Advocate Professional Code of Ethics is a set of norms, values and standards of behavior that regulate legal practice
and the actions of advocates in carrying out their professional duties. This Code of Ethics forms an ethical foundation that
directs advocates to act with integrity, honesty and dedication to client interests and justice. This document covers various
aspects, including relationships with clients, continuity of education, and social responsibilities of advocates. The Advocate
Professional Code of Ethics emphasizes the importance of advocates being involved in law enforcement, protecting human
rights, and promoting justice. This ensures that advocates not only carry out their duties as legal representatives, but also as
agents of change in society. This Code of Ethics also regulates conflicts of interest, confidentiality of information, and
procedures for resolving internal disputes between advocates. By complying with the Code of Ethics for the Advocate
Profession, advocates are expected to be able to build public trust in the justice system and make a positive contribution to
law enforcement. Awareness and compliance with these ethical principles is an integral part of the legal profession which
aims to maintain the honor, dignity and integrity of the legal profession..1

Keywords : Advocates, Code of Ethics

ABSTRAK
kode etik profesi advokat merupakan seperangkat norma, nilai, dan standar perilaku yang mengatur praktik hukum dan
tindakan advokat dalam menjalankan tugas profesinya. kode etik ini membentuk landasan etika yang mengarahkan
advokat untuk bertindak dengan integritas, kejujuran, dan dedikasi terhadap kepentingan klien serta keadilan. dokumen ini
mencakup berbagai aspek, termasuk hubungan dengan klien, keberlanjutan pendidikan, dan tanggung jawab sosial
advokat. kode etik profesi advokat menekankan pentingnya advokat untuk melibatkan diri dalam penegakan hukum,
perlindungan hak asasi manusia, dan promosi keadilan. hal ini memastikan bahwa advokat tidak hanya menjalankan tugas
sebagai perwakilan hukum, tetapi juga sebagai agen perubahan dalam masyarakat. kode etik ini juga mengatur konflik

1
Fransiska Novita Eleanora, “Kode Etik Advokat Sebagai Pedoman Dalam Penegakkan Hukum” 12,
no. 1 (2014): 1.

1
kepentingan, kerahasiaan informasi, dan tata cara penyelesaian sengketa internal di antara advokat. dengan mematuhi kode
etik profesi advokat, advokat diharapkan dapat membangun kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan dan
memberikan kontribusi positif terhadap penegakan hukum. kesadaran dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip etika ini
merupakan bagian integral dari profesi advokat yang bertujuan untuk menjaga kehormatan, martabat, dan integritas profesi
hukum..

Kata Kunci : Advokat, Kode Etik

A. PENDAHULUAN
Profesi advokat memiliki peran krusial dalam menjaga keadilan, melindungi hak
asasi manusia, dan memastikan bahwa sistem hukum berjalan sesuai dengan prinsip-
prinsip moral dan etika. Di tengah kompleksitas dan dinamika sistem hukum, Kode Etik
Profesi Advokat menjadi panduan yang mendasar bagi praktik hukum yang bermoral dan
profesional.2 Kode Etik ini bukan sekadar himpunan aturan, tetapi juga sebuah komitmen
untuk mengintegrasikan nilai-nilai etika dalam setiap aspek tugas advokat.3 Sebagai penjaga
keadilan, advokat bertanggung jawab tidak hanya kepada klien, tetapi juga kepada
masyarakat dan sistem hukum secara keseluruhan.4
Kode Etik Profesi Advokat mencerminkan komitmen untuk menjunjung tinggi
integritas, kejujuran, dan prinsip-prinsip keadilan yang menjadi fondasi sistem
hukum yang adil dan berkeadilan. Dalam konteks ini, penulisan Kode Etik Profesi
Advokat bukan hanya sebagai kewajiban formal, melainkan sebagai langkah kritis
dalam memastikan bahwa advokat menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung
jawab dan mengedepankan nilai-nilai moral yang tinggi. Pendekatan ini bukan hanya
mendefinisikan kembali peran advokat dalam masyarakat, tetapi juga membantu
membangun kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan. 5
Dalam pendahuluan yang melibatkan pemahaman mendalam terhadap
kebutuhan masyarakat akan keadilan, Kode Etik Profesi Advokat menjadi pilar yang
menopang eksistensi dan reputasi profesi advokat. Dengan memahami dan
menghormati Kode Etik ini, advokat tidak hanya melindungi kepentingan klien, tetapi
juga menjaga integritas profesi hukum secara keseluruhan. Oleh karena itu,
2
Mardiana Devi Priyana Puti, “Penerapan Sanksi Kode Etik Terhadap Advokat Yang Melakukan
Pelanggaran Profesi Di Indonesia,” Universitas Semarang 12, no. 1 (2022): 2.
3
Priyana Puti, 2.
4
Priyana Puti, 2.
5
Putu Ary Prastya Ningrum, “HAK IMUNITAS DALAM KODE ETIK PROFESI ADVOKAT
MENURUT UU No. 18 TAHUN 2003,” Pariksa: Jurnal Hukum Agama Hindu 2, no. 1 (2020).

2
penelusuran lebih lanjut terhadap subtansi dan aplikasi Kode Etik Profesi Advokat
menjadi esensial dalam memahami peran advokat dalam sistem hukum yang adil dan
beretika.6

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Profesi Advokat
Profesi advokat merujuk pada sekelompok individu yang secara khusus telah
memperoleh pendidikan hukum dan memenuhi syarat-syarat tertentu untuk diakui
sebagai praktisi hukum yang berlisensi. Advokat, yang juga sering disebut sebagai
pengacara atau lawyer, memiliki peran kunci dalam sistem peradilan untuk
memberikan representasi hukum kepada klien mereka.7
Profesi advokat biasanya membutuhkan pendidikan hukum formal di
perguruan tinggi atau sekolah hukum yang diakui. Ini mungkin melibatkan program
sarjana hukum dan/atau gelar sarjana hukum (S.H. atau LL.B., tergantung pada
sistem hukum negara). Advokat perlu memperoleh lisensi atau pengakuan resmi dari
otoritas hukum setempat atau badan profesi hukum untuk dapat menjalankan praktik
hukum. Lisensi ini menunjukkan bahwa advokat tersebut telah memenuhi
persyaratan tertentu dan diakui sebagai anggota profesi advokat.8
Peran utama advokat adalah memberikan representasi hukum kepada klien
mereka. Ini melibatkan memberikan nasihat hukum, menyusun dokumen hukum, dan
memberikan representasi di pengadilan jika diperlukan. Advokat diharapkan untuk
mengikuti dan mematuhi Kode Etik Profesi Advokat. Kode etik ini mencakup norma-
norma perilaku dan standar etika yang mengatur praktik hukum, termasuk integritas,
kerahasiaan, dan kejujuran. Advokat dapat memilih untuk mengkhususkan diri dalam
bidang-bidang tertentu seperti hukum pidana, hukum perusahaan, hukum keluarga,
atau hukum properti. Keahlian ini memungkinkan mereka untuk memberikan
pelayanan hukum yang lebih terfokus sesuai dengan kebutuhan klien.9

6
Fiska Maulidian Nugroho, “Integritas Advokat Dan Kebebasannya Dalam Berprofesi: Ditinjau Dari
Penegakan Kode Etik Advokat,” Rechtidee 11, no. 1 (2016): 14–29.
7
M Rozi Mumuh, “PERANAN ADVOKAT SEBAGAI PENEGAK HUKUM DALAM SISTEM
PERADILAN PIDANA DIKAJI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG
ADVOKAT,” Mimbar Justitia 8, no. 1 (2015): 12.
8
Junaidi Abdullah, “KODE ETIK PROFESI ADVOKAT,” YUDISIA: Jurnal Pemikiran Hukum Dan
Hukum Islam 4, no. 1 (2015).
9
Mumuh, “PERANAN ADVOKAT SEBAGAI PENEGAK HUKUM DALAM SISTEM
PERADILAN PIDANA DIKAJI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG
ADVOKAT,” 13.

3
Selain peran di pengadilan, advokat juga dapat berperan sebagai mediator atau
fasilitator dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Mereka dapat membantu
klien mencapai kesepakatan tanpa harus melalui proses litigasi. Profesi advokat
melibatkan kewajiban untuk terus-menerus meningkatkan pengetahuan hukum
mereka. Ini dapat dilakukan melalui pendidikan berkelanjutan, seminar, atau
pelatihan yang relevan dengan perkembangan hukum.10
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 menjadi landasan hukum yang
menyelenggarakan dan memberikan payung hukum bagi advokat dalam menjalankan
tanggung jawab profesi mereka. Beberapa konsep utama yang relevan dengan peran
advokat mencakup:11
1. Advokat adalah seseorang yang secara profesional memberikan pelayanan hukum,
baik di dalam maupun di luar ruang sidang, sesuai dengan syarat-syarat yang
ditetapkan oleh peraturan undang-undang.
2. Jasa Hukum merupakan layanan yang diberikan oleh advokat, mencakup
pemberian konsultasi hukum, bantuan hukum, pelaksanaan kuasa, perwakilan,
pendampingan, pembelaan, dan pelaksanaan tindakan hukum lainnya demi
kepentingan klien.
3. Bantuan Hukum adalah pelayanan hukum yang disediakan oleh advokat secara
gratis kepada klien yang tidak mampu.
Sejak zaman dahulu, advokat telah menjadi salah satu profesi tertua. Dalam
perkembangannya, profesi ini dikenal sebagai officum nobile, sebuah gelar yang
mencerminkan kehormatan dan martabat yang tinggi. Pemberian gelar ini dilakukan
karena advokat diakui sebagai wakil yang dipercayakan untuk mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien mereka di forum yang telah ditetapkan.12
Profesi dapat diartikan sebagai pekerjaan tetap di suatu bidang spesifik yang
melibatkan keahlian khusus, dijalankan dengan tanggung jawab, dan bertujuan untuk
mendapatkan penghasilan. Jika profesi tersebut terkait dengan bidang hukum, maka
disebut sebagai profesi hukum, sebagaimana telah dijelaskan di atas. 13 Profesi hukum
adalah salah satu bentuk pekerjaan yang mewajibkan praktisi untuk mematuhi nilai-
10
Mumuh, 13.
11
Harmoko Harmoko, “Kode Etik Profesi Advokat Dalam Menjaga Eksistensi Advokat Sebagai
Profesi Terhormat (Officium Nobile),” IUS: Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum 10, no. 2 (2022): 184–93.
12
Niru Anita Sinaga, “Kode Etik Sebagai Pedoman Pelaksanaan Profesi Hukum Yang Baik,” Jurnal
Ilmiah Hukum Dirgantara 10, no. 2 (2020).
13
Anwar Hafidzi, “EKSISTENSI ADVOKAT SEBAGAI PROFESI TERHORMAT (OFFICIUM
NOBILE) DALAM SISTEM NEGARA HUKUM DI INDONESIA,” KHAZANAH, Jurnal Sudi Islam Dan
Humaniora 13, no. 1 (n.d.): 13.

4
nilai moral, yang menjadi panduan dan dasar untuk tindakan-tindakan yang luhur.
Nilai moral tersebut menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkan sikap dan
perilaku dalam menjalankan profesinya.14 Profesi hukum mencakup berbagai bidang
pekerjaan, termasuk legislator, administrator hukum, konsultan hukum, dosen hukum,
notaris, polisi, jaksa, hakim, dan advokat.15
Alexander Solzhenitsyn, penulis terkenal asal Rusia, mengungkapkan bahwa
"labor est atiam ipse voluptas" (pekerjaan itu juga merupakan kenikmatan),16
Ungkapan tersebut menyiratkan bahwa manusia adalah makhluk yang melakukan
pekerjaan. Dengan bekerja, manusia dapat memperoleh segala sesuatu yang
diinginkannya dan mendapatkan hak-hak yang dimilikinya.17 Melalui aktivitas
bekerja, manusia dapat mewujudkan impian-impian mereka menjadi kenyataan,
seperti proses pengolahan bambu menjadi kursi, dan sejenisnya. Dengan bekerja,
manusia memiliki kemampuan untuk mengubah bentuk alam menjadi suatu bentuk
baru.18
Menurut Thomas Aquinas, sebagaimana dikutip oleh E. Sumaryono, setiap
wujud kerja mempunyai 4 tujuan, yaitu:19
1. Dengan beraktivitas secara produktif, seseorang dapat memenuhi kebutuhan
sehari-harinya.
2. Dengan terciptanya pekerjaan, maka isu pengangguran dapat diminimalkan, yang
juga berarti bahwa dengan rendahnya tingkat pengangguran, risiko kejahatan
dapat dikurangi.
3. Dengan kelebihan hasil kerja, individu dapat memberikan sumbangan atau berbuat
amal untuk sesama.
4. Melalui aktivitas bekerja, seseorang dapat mengendalikan atau mengelola gaya
hidupnya.
Bertolak dari pendapat Thomas Aquinus tersebut dapat disimpulkan:
1. Bekerja Semua orang memerlukan untuk bekerja.
2. Dengan beraktivitas, manusia dapat memenuhi segala kebutuhannya.

14
Hafidzi, 13.
15
Ibid., hlm. 65
16
Budi Sastra Panjaitan, “Profesi Advokat Sebagai Profesi Yang Mulia,” LPPM Universitas Asahan 1,
no. 1 (2019): 2.
17
Panjaitan, 2.
18
Mhd Alwin, Ahmad Irpan, and Fauziah Lubis, “Urgensi Kode Etik Profesi Advokat,” El-Mujtama:
Jurnal Pengabdian Masyarakat 3, no. 3 (2023): 716–21.
19
Panjaitan, “Profesi Advokat Sebagai Profesi Yang Mulia,” 2.

5
Tidak semua pekerjaan menghasilkan imbalan yang serupa; semakin tinggi
kualitas pekerjaan, semakin besar pula imbalannya, sementara pekerjaan yang
berkualitas rendah akan memberikan imbalan yang lebih rendah. Pekerjaan yang
menghasilkan kualitas tinggi memerlukan keahlian profesional, dan melalui
keprofesionalan tersebut, akan tercipta hasil kerja yang memiliki nilai yang tinggi..
Pada dasarnya, pekerjaan, termasuk dalam ranah profesi seperti advokat,
adalah suatu bentuk aktivitas. Namun, istilah "profesi" hanya mencakup segmen kecil
dari pekerjaan secara umum, karena tidak semua individu yang dapat bekerja
memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas-tugas yang terkait dengan profesi
tertentu. Dengan demikian, istilah "pekerjaan" memiliki makna yang lebih inklusif
daripada "profesi".20 Sebuah profesi dapat dianggap sebagai suatu bentuk pekerjaan,
namun tidak semua jenis pekerjaan dapat dikategorikan sebagai profesi.21 Profesi
merupakan sektor pekerjaan yang didasarkan pada pendidikan keterampilan atau
keahlian tertentu..22 Sementara itu, memiliki profesi berarti memiliki keahlian atau
pekerjaan tertentu.23 Pekerjaan profesi merujuk kepada aktivitas yang dijalankan oleh
individu yang memiliki keahlian khusus, memungkinkan mereka untuk bekerja lebih
efektif dibandingkan dengan pekerjaan umum masyarakat. Profesi adalah gelar atau
jabatan yang diberikan kepada individu yang memiliki pengetahuan khusus yang
diperoleh melalui pelatihan atau pengalaman, atau bahkan keduanya. Penyandang
profesi memiliki kemampuan untuk memberikan panduan, nasihat, atau pelayanan
dalam bidang khusus mereka untuk membantu atau melayani orang lain.24

2. Kode Etik Profesi Advokat


Kode Etik merupakan seperangkat norma, aturan, dan nilai-nilai moral yang
mengatur perilaku dan tindakan anggota suatu profesi atau kelompok tertentu. Kode
Etik digunakan sebagai panduan untuk menjaga etika dan integritas dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab dalam suatu bidang atau profesi tertentu.. 25
Kode Etik berfungsi sebagai pedoman perilaku yang mengarahkan anggota profesi
atau kelompok tertentu untuk bertindak dengan integritas, kejujuran, dan tanggung
jawab. Ini menciptakan standar etika yang harus diikuti dalam rangka menjaga
20
Panjaitan, 3.
21
Panjaitan, 3.
22
Panjaitan, 3.
23
Panjaitan, 3.
24
Panjaitan, 3.
25
Eleanora, “Kode Etik Advokat Sebagai Pedoman Dalam Penegakkan Hukum,” 3.

6
profesionalisme. Kode Etik mencakup norma-norma moral yang diterima oleh
anggota profesi atau kelompok tersebut. Hal ini melibatkan prinsip-prinsip moral dan
nilai-nilai yang harus ditegakkan untuk memastikan bahwa tindakan yang diambil
selaras dengan standar etika yang berlaku. Kode Etik menetapkan kewajiban dan
tanggung jawab anggota profesi atau kelompok, baik terhadap klien, masyarakat, atau
pihak terkait lainnya. Ini membantu menggarisbawahi aspek-aspek tertentu yang
harus diutamakan dalam menjalankan tugas dan pelayanan.26
Kode Etik memainkan peran penting dalam menjaga integritas profesi atau
kelompok tertentu. Ini menciptakan fondasi kepercayaan masyarakat dan memastikan
bahwa anggota profesi atau kelompok tersebut menjalankan tugas mereka dengan
penuh dedikasi dan kejujuran. Kode Etik biasanya menyertakan sanksi atau
konsekuensi bagi pelanggaran terhadap norma-norma yang telah ditetapkan. Hal ini
menciptakan mekanisme penegakan untuk menjaga agar anggota profesi atau
kelompok tersebut tetap mematuhi aturan dan nilai-nilai etika yang telah ditetapkan.
Kode Etik juga berfungsi sebagai alat pendidikan, membantu anggota profesi atau
kelompok untuk memahami prinsip-prinsip etika yang harus diikuti selama
melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka.27
Sementara Profesi merujuk pada jenis pekerjaan atau kegiatan yang memerlukan
pendidikan khusus, pelatihan yang mendalam, dan keahlian tertentu dalam suatu
bidang tertentu. Profesi melibatkan penerapan pengetahuan, keterampilan, dan etika
dalam pelayanan atau praktik yang bertujuan memberikan manfaat kepada masyarakat
atau klien. Profesi memerlukan pendidikan atau pelatihan khusus yang melibatkan
pemahaman mendalam terhadap bidang tertentu. Ini dapat mencakup gelar akademis,
sertifikasi, atau lisensi yang menunjukkan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan. Profesi menuntut keahlian dan keterampilan khusus yang
membedakannya dari pekerjaan umum. Anggota profesi harus memiliki kemampuan
teknis dan praktis yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab
mereka. Profesi biasanya memiliki kode etik atau norma-norma perilaku yang
mengatur anggotanya. Etika profesi melibatkan komitmen terhadap integritas,
kejujuran, dan tanggung jawab terhadap klien, masyarakat, atau profesi itu sendiri.28
26
Mita Octaviani, “Prosedur Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Profesi Advokat Oleh Dewan
Kehormatan Organisasi Peradi Kota Medan,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Hukum [JIMHUM] 1, no. 4 (2021).
27
Irham Wandira et al., “Peran Peradi Terhadap Advokat Yang Melakukan Pelanggaran Kode Etik
Profesi Advokat,” El-Mujtama: Jurnal Pengabdian Masyarakat 4, no. 1 (2024): 206–14.
28
Franciscus Xaverius Raditya Wicaksono, “Penegakan Kode Etik Profesi Advokat Dalam
Pendampingan Klien Perkara Pidana Korupsi” (UAJY, 2014).

7
Sebagian besar profesi memiliki tujuan pelayanan masyarakat atau klien.
Anggota profesi diharapkan untuk memberikan manfaat, solusi, atau pelayanan yang
positif dalam bidang khusus mereka. Beberapa profesi mengharuskan anggotanya
untuk memperoleh lisensi atau sertifikasi resmi sebagai tanda bahwa mereka telah
memenuhi standar tertentu dan memiliki kelayakan untuk menjalankan profesi
tersebut. Profesi melibatkan tingkat pertanggungjawaban yang tinggi terhadap klien,
masyarakat, atau pihak yang terlibat. Anggota profesi harus menjalankan tugas
mereka dengan kecermatan dan keandalan. Karena perkembangan dalam bidang
tertentu, anggota profesi diharapkan untuk terus meningkatkan pengetahuan mereka
melalui pendidikan berkelanjutan dan pelatihan agar tetap relevan dan kompeten.
Profesi umumnya memiliki otonomi dan pengaturan internal yang memungkinkan
mereka untuk mengelola dan mengawasi keanggotaannya sendiri, termasuk
penegakan kode etik dan standar profesional.29
Etika profesi pada hakikatnya adalah kesanggupan untuk secara seksama
berupaya memenuhi kebutuhan pelayanan profesional dengan kesungguhan,
kecermatan dan keseksamaan mengupayakan pengerahan keahlian dan kemahiran
berkeilmuan dalam rangka pelaksanaan kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan
terhadap para warga masyarakat yang membutuhkannya, yang bermuatan empat
kaidah pokok.Pertama, profesi harus dipandang dan dihayati sebagai suatu pelayanan
dengan tidak mengacu pamrih (disinterestedness).Kedua, selalu mengacu kepada
kepentingan atau nilai-nilai luhur sebagai norma kritik yang memotivasi sikap dan
tindakan.Ketiga, berorientasi pada masyarakat sebagai keseluruhan.Keempat,
semangat solidaritas antar sesama rekan seprofesi demi menjaga kualitas dan martabat
profesi.
Kode Etik Profesi Advokat adalah seperangkat norma, nilai, dan aturan perilaku
yang mengatur praktik hukum advokat. Kode ini bertujuan untuk memberikan
kerangka kerja etis yang memandu advokat dalam menjalankan tugas-tugas mereka
dengan integritas, kejujuran, dan profesionalisme.. 30 Kode Etik menekankan
pentingnya integritas dan kehormatan dalam setiap aspek pekerjaan advokat. Advokat
diharapkan untuk bertindak dengan jujur, adil, dan tanpa adanya konflik kepentingan
yang dapat merugikan klien atau sistem peradilan. 31 Kode Etik mencakup pedoman
29
Siti Maemunah, “Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Kode Etik Yang Dilakukan Oleh
Advokat,” Jurnal Juristic 2, no. 02 (2021): 178–90.
30
Eleanora, “Kode Etik Advokat Sebagai Pedoman Dalam Penegakkan Hukum,” 4.
31
Panjaitan, “Profesi Advokat Sebagai Profesi Yang Mulia,” 4.

8
mengenai hubungan advokat dengan klien. Ini termasuk kewajiban advokat untuk
menjaga kerahasiaan informasi klien, memberikan representasi hukum yang terbaik,
dan transparan dalam hal biaya dan proses hukum. Advokat diharapkan untuk
menjaga dan meningkatkan keterampilan hukum mereka melalui pendidikan
berkelanjutan. Profesionalisme yang tinggi mencakup perilaku yang menghormati
hak-hak dan martabat semua pihak yang terlibat dalam proses hukum. Kode Etik
dapat mencakup prinsip-prinsip penyelesaian sengketa secara etis dan mendukung
penggunaan mediasi atau metode alternatif penyelesaian sengketa (ADR) untuk
mencapai penyelesaian yang adil dan cepat. Advokat diharapkan untuk memiliki
kewajiban sosial untuk mendukung keadilan dalam masyarakat. Ini mungkin
melibatkan pemberian layanan hukum pro bono atau partisipasi dalam upaya advokasi
untuk hak asasi manusia dan keadilan sosial.
Faktor penyebab pelanggaran kode etik diantaranya adalah:
 Ketidakpahaman atau Ketidakfahaman: Beberapa anggota profesi
mungkin tidak sepenuhnya memahami atau tidak menyadari subtansi
dari kode etik mereka. Ketidakpahaman ini bisa menjadi penyebab
pelanggaran karena kurangnya pengetahuan tentang apa yang
diharapkan dari mereka.
 Tekanan Waktu atau Kinerja: Adanya tekanan waktu yang tinggi atau
tuntutan kinerja yang berlebihan dapat mendorong anggota profesi
untuk mengabaikan atau menyalahi prinsip etika demi mencapai tujuan
atau tenggat waktu.
 Konflik Kepentingan: Situasi di mana kepentingan pribadi
bertentangan dengan kepentingan profesional dapat memicu
pelanggaran kode etik. Kesulitan memisahkan kepentingan pribadi dan
profesional dapat mengarah pada perilaku yang tidak etis. (Sinaga,
2020).
1) Faktor yang dapat mendorong berjalannya kode etik dengan baik antara lain
sebagai berikut:
a) Memberikan pendidikan dan pelatihan etika kepada anggota profesi
atau kelompok dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang nilai-
nilai etika dan prinsip-prinsip kode etik yang harus diikuti.

9
b) Membangun budaya organisasi yang memberikan penekanan pada
integritas, kejujuran, dan nilai-nilai etika dapat menciptakan
lingkungan di mana kode etik dihormati dan diterapkan secara
konsisten.
c) Adanya mekanisme pengawasan dan pengendalian internal dapat
membantu mengidentifikasi potensi pelanggaran kode etik serta
memberikan insentif untuk mematuhi norma-norma etika.
d) Menekankan kesadaran terhadap konsekuensi pelanggaran kode etik
dapat menjadi dorongan bagi anggota profesi atau kelompok untuk
mematuhi aturan etika yang telah ditetapkan.
2) Profesi Advokat
Profesi advokat merupakan salah satu profesi yang sangat penting
dalam sistem hukum suatu negara. Advokat, sering juga disebut sebagai
pengacara atau lawyer, memiliki peran krusial dalam memastikan keadilan dan
memberikan perlindungan hukum kepada individu, kelompok, atau
perusahaan. Mereka merupakan bagian integral dari sistem peradilan dan
memberikan kontribusi signifikan dalam memelihara aturan hukum.
Seorang individu yang ingin menjadi advokat harus menempuh
pendidikan tinggi di bidang hukum. Biasanya, ini melibatkan meraih gelar
sarjana hukum (S.H. atau LL.B) dan kemudian melanjutkan ke program
pendidikan lanjutan seperti program magister hukum (S2) atau program
pendidikan advokat. Di beberapa negara, ada ujian khusus yang harus diambil
untuk memperoleh lisensi sebagai advokat. Selama pendidikan mereka, calon
advokat juga biasanya harus menjalani magang di kantor hukum atau lembaga
hukum untuk mendapatkan pengalaman praktis.
Advokat diharapkan untuk mematuhi standar etika yang tinggi. Mereka
harus menjaga kerahasiaan informasi klien, menghindari konflik kepentingan,
dan bertindak secara jujur dan adil. Banyak negara memiliki organisasi atau
badan pengawas hukum yang mengatur perilaku advokat dan memberlakukan
kode etik profesi. Hukum terus berkembang, dan advokat perlu terus
mengikuti perkembangan hukum dan peraturan terkini. Ini melibatkan
partisipasi dalam pelatihan berkelanjutan, seminar, dan kegiatan
pengembangan profesional lainnya. (Raharjo & Sunarnyo, 2014).

10
Hak dan kewajiban Advokat diatur dalam Pasal 14 sampai dengan
Pasal 20 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Hak
Advokat adalah sebagai berikut:
a. Advokat memiliki hak istimewa (privilege) untuk menjaga kerahasiaan
informasi klien. Mereka tidak dapat dipaksa untuk memberikan informasi
yang mereka terima dari klien, kecuali dalam situasi tertentu yang diatur
oleh hukum.
b. Advokat memiliki hak untuk membentuk asosiasi atau perkumpulan
advokat guna melindungi dan memajukan kepentingan mereka. Kebebasan
berserikat ini mendukung solidaritas dan pertukaran pengetahuan di antara
sesama advokat..32
c. Advokat memiliki hak untuk menyampaikan pendapat dan argumen secara
bebas, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Hak ini melibatkan
kebebasan berbicara dan menulis tanpa takut tekanan atau represi dari
pihak manapun.
d. Advokat memiliki hak untuk mengakses informasi yang diperlukan untuk
membela klien mereka. Mereka juga berhak mengakses pengadilan untuk
menyampaikan argumen hukum dan mewakili klien secara adil..
Atas jasa yang telah dikerjakan advokat berhak mendapat honorarium. Lalu
kewajiban advokat adalah sebagai berikut:
a. Advokat bertanggung jawab untuk mewakili kliennya di pengadilan atau
dalam proses penyelesaian sengketa lainnya. Mereka harus menyusun
argumen hukum, memberikan nasihat hukum kepada klien, dan membela
kepentingan klien di hadapan otoritas hukum.
b. Advokat memberikan nasehat hukum kepada kliennya terkait dengan
berbagai aspek hukum, seperti kontrak, peraturan bisnis, atau masalah
pribadi. Mereka harus memastikan bahwa klien memahami implikasi
hukum dari setiap tindakan atau keputusan yang mereka ambil.
c. Advokat seringkali harus melakukan penelitian hukum mendalam untuk
memahami dan menginterpretasikan undang-undang yang berlaku.
Pengetahuan hukum yang kuat adalah salah satu keterampilan utama yang
dimiliki advokat.

32
Eleanora, “Kode Etik Advokat Sebagai Pedoman Dalam Penegakkan Hukum,” 5.

11
C. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Kode Etik Profesi Advokat memainkan peran sentral dalam membimbing dan
mengatur perilaku advokat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka.
Sebagai panduan etika, kode ini menegaskan nilai-nilai moral, integritas, dan standar
perilaku yang diharapkan dari advokat selama mereka memberikan pelayanan hukum
kepada klien dan berinteraksi dalam sistem peradilan.
Dalam esensinya, Kode Etik Profesi Advokat menekankan prinsip-prinsip
fundamental seperti kewajiban terhadap keadilan, kerahasiaan informasi klien,
integritas, dan kemandirian profesi. Hal ini mencerminkan komitmen advokat untuk
melindungi hak-hak klien, menjaga integritas sistem peradilan, dan mematuhi standar
etika yang tinggi. Pentingnya Kode Etik Profesi Advokat juga tercermin dalam
fungsinya untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap profesi hukum. Kode
ini tidak hanya menciptakan panduan untuk perilaku etis, tetapi juga memberikan
landasan bagi hubungan yang transparan, adil, dan saling menghormati antara advokat,
klien, dan pihak terkait lainnya.
Dalam praktiknya, kesadaran, pemahaman, dan penerapan Kode Etik Profesi
Advokat oleh advokat menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga integritas profesi dan
memberikan pelayanan hukum yang berkualitas. Penegakan kode etik ini melibatkan
tanggung jawab kolektif advokat, lembaga-lembaga pengawas, dan juga masyarakat
untuk memastikan bahwa norma-norma etika dijalankan dengan baik.
Dengan demikian, Kode Etik Profesi Advokat bukan hanya menjadi pedoman
internal bagi advokat, tetapi juga merupakan instrumen penting dalam menjaga
kepercayaan publik, mendukung keadilan, dan memelihara integritas sistem peradilan.
Pematuhan terhadap kode etik ini esensial untuk memastikan bahwa praktik hukum
tetap bermoral, profesional, dan berorientasi pada pelayanan masyarakat.

2. SARAN
Mendorong advokat untuk terus meningkatkan pengetahuan mereka tentang
kode etik, hukum, dan perkembangan terbaru dalam profesi. Pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan dapat membantu advokat tetap relevan dan memahami dengan baik
tuntutan etika yang berkembang.
Melakukan kampanye kesadaran etika untuk memastikan bahwa semua advokat
memahami dan menginternalisasi nilai-nilai etika yang terkandung dalam Kode Etik.

12
Ini dapat melibatkan seminar, workshop, atau pengembangan materi edukatif tentang
etika profesi advokat.
Memastikan adanya mekanisme pengawasan dan penegakan hukum yang
efektif terhadap pelanggaran kode etik. Ini melibatkan lembaga-lembaga pengawas dan
kepatuhan yang berfungsi dengan baik untuk menjamin akuntabilitas dan konsistensi
dalam penanganan pelanggaran etika.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Junaidi. “KODE ETIK PROFESI ADVOKAT.” YUDISIA: Jurnal Pemikiran


Hukum Dan Hukum Islam 4, no. 1 (2015).
Alwin, Mhd, Ahmad Irpan, and Fauziah Lubis. “Urgensi Kode Etik Profesi Advokat.” El-
Mujtama: Jurnal Pengabdian Masyarakat 3, no. 3 (2023): 716–21.
Eleanora, Fransiska Novita. “Kode Etik Advokat Sebagai Pedoman Dalam Penegakkan
Hukum” 12, no. 1 (2014): 8.
Hafidzi, Anwar. “EKSISTENSI ADVOKAT SEBAGAI PROFESI TERHORMAT
(OFFICIUM NOBILE) DALAM SISTEM NEGARA HUKUM DI INDONESIA.”
KHAZANAH, Jurnal Sudi Islam Dan Humaniora 13, no. 1 (n.d.): 25.
Harmoko, Harmoko. “Kode Etik Profesi Advokat Dalam Menjaga Eksistensi Advokat
Sebagai Profesi Terhormat (Officium Nobile).” IUS: Jurnal Ilmiah Fakultas Hukum
10, no. 2 (2022): 184–93.
Maemunah, Siti. “Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Kode Etik Yang Dilakukan Oleh
Advokat.” Jurnal Juristic 2, no. 02 (2021): 178–90.
Mumuh, M Rozi. “PERANAN ADVOKAT SEBAGAI PENEGAK HUKUM DALAM
SISTEM PERADILAN PIDANA DIKAJI MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT.” Mimbar Justitia 8, no. 1
(2015): 20.
Ningrum, Putu Ary Prastya. “HAK IMUNITAS DALAM KODE ETIK PROFESI
ADVOKAT MENURUT UU No. 18 TAHUN 2003.” Pariksa: Jurnal Hukum Agama
Hindu 2, no. 1 (2020).
Nugroho, Fiska Maulidian. “Integritas Advokat Dan Kebebasannya Dalam Berprofesi:
Ditinjau Dari Penegakan Kode Etik Advokat.” Rechtidee 11, no. 1 (2016): 14–29.
Octaviani, Mita. “Prosedur Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Profesi Advokat Oleh
Dewan Kehormatan Organisasi Peradi Kota Medan.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Hukum [JIMHUM] 1, no. 4 (2021).
Panjaitan, Budi Sastra. “Profesi Advokat Sebagai Profesi Yang Mulia.” LPPM Universitas
Asahan 1, no. 1 (2019): 8.
Priyana Puti, Mardiana Devi. “Penerapan Sanksi Kode Etik Terhadap Advokat Yang
Melakukan Pelanggaran Profesi Di Indonesia.” Universitas Semarang 12, no. 1
(2022): 11.
Sinaga, Niru Anita. “Kode Etik Sebagai Pedoman Pelaksanaan Profesi Hukum Yang Baik.”
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara 10, no. 2 (2020).
Wandira, Irham, Muhammad Suheri, Fatimah Zahara, and Fauziah Lubis. “Peran Peradi
Terhadap Advokat Yang Melakukan Pelanggaran Kode Etik Profesi Advokat.” El-
Mujtama: Jurnal Pengabdian Masyarakat 4, no. 1 (2024): 206–14.

13
Wicaksono, Franciscus Xaverius Raditya. “Penegakan Kode Etik Profesi Advokat Dalam
Pendampingan Klien Perkara Pidana Korupsi.” UAJY, 2014.

14

You might also like