You are on page 1of 13

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ADVOKAT

AKIBAT SURAT PALSUYANG DIGUNAKAN KETIKA MEMBELA


KEPENTINGAN HUKUM KLIEN
(ANALISIS PUTUSAN NOMOR:618/PID.B/2019/PN.MDN)
Arya Ilham Fauzi Damanik
Fakultas Hukum, Universitas Malikussaleh
Email: arya.200510100@mhs.unimal.ac.id

Abstract Many incidents that occurred in the community against advocates who
were suspected of violating the professional code of ethics were reported to Police
Investigators, ignoring the examination of advocates at the Advocate Honorary
Council, even though advocates have the right of immunity. The author's aim is to
analyze the criminal liability of advocates due to fake letters used when defending
clients' legal interests, and the application of the right of immunity against advocates
when carrying out their profession, as well as the legal considerations of the Panel of
Judges due to fake letters used by advocates when defending clients' legal interests.
The research method used is normative legal research. Based on the results of the
research, it is known that advocates who use fake letters in carrying out their
profession must first be proven to have violated Article 16 of the Advocate Law, in
carrying out their duties to defend their clients it is proven that there is no good faith,
then they can be subject to criminal liability, and the right of immunity for advocates
applies as long as it is carried out in good faith, does not violate the Indonesian
Advocate Code of Ethics, and does not violate statutory regulations when carrying out
professional duties inside or outside the trial court. what he used was fake, as a
suggestion, it would be better if the Law on Advocates contained provisions that
investigators could designate advocates as suspects afer an ethics trial.

Abstrak Banyak peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat terhadap advokat yang
diduga melanggar kode etik profesi dilaporkan ke Penyidik Kepolisian, dengan tidak
menghiraukan pemeriksaan advokat di Dewan Kehormatan Advokat, padahal advokat
memiliki hak imunitas. Tujuan penulis ialah untuk menganalisis pertanggungjawaban
pidana advokat akibat surat palsu yang digunakan ketika membela kepentingan hukum
klien, dan penerapan hak imunitas terhadap advokat ketika menjalankan profesinya,
serta pertimbangan hukum Majelis Hakim akibat surat palsu yang digunakan advokat
ketika membela kepentingan hukum klien. Metode penelitian yang digunakan ialah
penelitian hukum normatif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui advokat yang
menggunakan surat palsu dalam menjalankan profesinya, harus dibuktikan terlebih
dahulu telah melanggar Pasal 16 UU Advokat, dalam menjalankan tugas pembelaan
terhadap klienya terbukti adanya sifat tidak itikad baik, maka dapat dikenakan
pertanggungjawaban pidana, dan hak imunitas advokat berlaku selama dilakukan
dengan iktikad baik, tidak melanggar Kode Etik Advokat Indonesia, dan tidak
melanggar peraturan Perundang-undangan saat menjalankan tugas profesi di dalam
maupun di luar persidangan, serta pertimbangan Majelis Hakim menerangkan orang
yang menggunakan surat palsu itu harus mengetahui benar-benar bahwa surat
yang ia gunakan itu adalah palsu, sebagai saran sebaiknya di dalam UU Advokat ada
tercantum ketentuan Penyidik dapat menetapkan advokat sebagai tersangka setelah
adanya hasil sidang Kode Etik Advokat, oleh Dewan Kehormatan Advokat.

Kata Kunci: advokat, pidana, surat palsu


PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP ADVOKAT
AKIBAT SURAT PALSUYANG DIGUNAKAN KETIKA MEMBELA
KEPENTINGAN HUKUM KLIEN
(ANALISIS PUTUSAN NOMOR:618/PID.B/2019/PN.MDN)
Arya Ilham Fauzi Damanik
Fakultas Hukum, Universitas Malikussaleh
Email: arya.200510100@mhs.unimal.ac.id

Abstract Many incidents that occurred in the community against advocates who
were suspected of violating the professional code of ethics were reported to Police
Investigators, ignoring the examination of advocates at the Advocate Honorary
Council, even though advocates have the right of immunity. The author's aim is to
analyze the criminal liability of advocates due to fake letters used when defending
clients' legal interests, and the application of the right of immunity against advocates
when carrying out their profession, as well as the legal considerations of the Panel of
Judges due to fake letters used by advocates when defending clients' legal interests.
The research method used is normative legal research. Based on the results of the
research, it is known that advocates who use fake letters in carrying out their
profession must first be proven to have violated Article 16 of the Advocate Law, in
carrying out their duties to defend their clients it is proven that there is no good faith,
then they can be subject to criminal liability, and the right of immunity for advocates
applies as long as it is carried out in good faith, does not violate the Indonesian
Advocate Code of Ethics, and does not violate statutory regulations when carrying out
professional duties inside or outside the trial court. what he used was fake, as a
suggestion, it would be better if the Law on Advocates contained provisions that
investigators could designate advocates as suspects afer an ethics trial.

Abstrak Banyak peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat terhadap advokat yang
diduga melanggar kode etik profesi dilaporkan ke Penyidik Kepolisian, dengan tidak
menghiraukan pemeriksaan advokat di Dewan Kehormatan Advokat, padahal advokat
memiliki hak imunitas. Tujuan penulis ialah untuk menganalisis pertanggungjawaban
pidana advokat akibat surat palsu yang digunakan ketika membela kepentingan hukum
klien, dan penerapan hak imunitas terhadap advokat ketika menjalankan profesinya,
serta pertimbangan hukum Majelis Hakim akibat surat palsu yang digunakan advokat
ketika membela kepentingan hukum klien. Metode penelitian yang digunakan ialah
penelitian hukum normatif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui advokat yang
menggunakan surat palsu dalam menjalankan profesinya, harus dibuktikan terlebih
dahulu telah melanggar Pasal 16 UU Advokat, dalam menjalankan tugas pembelaan
terhadap klienya terbukti adanya sifat tidak itikad baik, maka dapat dikenakan
pertanggungjawaban pidana, dan hak imunitas advokat berlaku selama dilakukan
dengan iktikad baik, tidak melanggar Kode Etik Advokat Indonesia, dan tidak
melanggar peraturan Perundang-undangan saat menjalankan tugas profesi di dalam
maupun di luar persidangan, serta pertimbangan Majelis Hakim menerangkan orang
yang menggunakan surat palsu itu harus mengetahui benar-benar bahwa surat
yang ia gunakan itu adalah palsu, sebagai saran sebaiknya di dalam UU Advokat ada
tercantum ketentuan Penyidik dapat menetapkan advokat sebagai tersangka setelah
adanya hasil sidang Kode Etik Advokat, oleh Dewan Kehormatan Advokat.

Kata Kunci: advokat, pidana, surat palsu


I. PENDAHULUAN internal masing-masing lembaga penegak
Advokat sebagai salah satu pilar hukum, maka bagi setiap lembaga penegak
penegak hukum,1 memiliki sifat kemandirian hukum dibentuk suatu kode etik profesi yang
yang bertujuan mendukung penyelenggaraan mengikat setiap anggotanya.
sistem peradilan yang bebas dari intervensi Maka terkait profesi advokat
kekuasaan, maupun politik dalam hal pembentukan kode etik profesi dimaksudkan
penegakan hukum, sehingga dengan sifat untuk menjaga nama baik institusi dan
kemandirian tersebut profesi advokat menjaga perilaku anggota dari institusi
disematkan sebagai profesi yang sangat terkait dalam melaksanakan profesi sebagai
mulia (officium nobile). seorang penegak hukum. Secara langsung,
Seorang advokat diharuskan menjaga kode etik profesi dapat berfungsi sebagai
dan menjunjung tinggi kode etik serta sarana kontrol sosial, berfungsi mencegah
mengamalkan sumpah advokat yang telah pengawasan agar para penegak hukum tidak
diucapkan dihadapan Persidangan Majelis bisa diintervensi dengan campur tangan baik
Hakim Pengadilan Tinggi, maka hal tersebut pemerintah atau masyarakat atau juga mapia
merupakan satu parameter dalam peradilan.2
menjalankan profesi advokat, sebagaimana Advokat merupakan peristilahan
yang tercantum di dalam Undang-undang yang cukup lama, datang lebih dulu
Nomor: 18 Tahun 2003 Tentang Advokat, dibandingkan dengan peristilahan penasihat
sebagai bagian dari penegak hukum advokat hukum maupun badan hukum, sehingga
memiliki tanggung jawab besar dan tidak dapat diragukan lagi
konsekuensi profesi dan sosial di tengah mengistilahkannya sebagai bantuan hukum
masih banyaknya praktik penyimpangan maupun badan hukum lebih relevan
peradilan yang dilakukan oleh oknum- dibanding istilah pembela, karena hanya
oknum penegak hukum. mendampingi Terdakwa maupun Tersangka
Selain profesi advokat empat pilar pada pemeriksaan.3 Selain istilah advokat
penegak hukum lainya seperti Polisi, Jaksa, dimasyarakat juga dikenal dengan istilah
Hakim juga memiliki kode etik profesi di
2
E. Sumaryono, “Etika Profesi Hukum:
Norma-Norma Bagi Penegak Hukum” Kanisius,
Yogyakarta: 1995, hlm. 35-36;
1
Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor: 18 3
Andi Hamzah, “Hukum Acara Pidana
Tahun 2003 Tentang Advokat; Indonesia” Sinar Grafika, Jakarta, 2004. hlm. 86;
pengacara, lawyer, penasihat hukum, para atau tidak pemeriksaan terhadap advokat di
legal, serta pengabdi bantuan hukum, namun Dewan Kehormatan Advokat, kondisi
dengan terbitnya UU Advokat setiap orang tersebut menjadi suatu hal yang sangat
yang memberikan jasa bantuan hukum dilematis bagi para advokat sebagai salah
dengan kriteria yang telah ditentukan oleh satu penegak hukum. Padahal seorang
UU No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat advokat memiliki hak imunitas atau
telah diseragamkan dengan istilah advokat. kekebalan hukum, terkait seorang advokat
Sifat advokat merupakan profesi yang menjalankan tugas profesinya.
yang mandiri, bebas serta bertanggung jawab Hal tersebut tercantum di dalam Pasal
pada urusan penegakkan hukum yang 16 UU Advokat yang berbunyi “Advokat
memang perannya sebagai penegak hukum tidak dapat dituntut baik secara perdata
dan mendapat penjaminan undang-undang. maupun pidana dalam menjalankan tugas
maka dari itu advokat mempunyai hak profesinya dengan itikad baik untuk
kewajiban serta tanggung jawab pembelaan klien dalam sidang pengadilan.”5
sebagaimana diatur di dalam Pasal 17 UU Dalam penjelasan Pasal tersebut
Tahun 2003 Nomor 18 Tentang advokat, diterangkan bahwa yang dimaksud dengan
memberikan hak kepada advokat dalam itikad baik adalah menjalankan tugas profesi
membela klien, yakni hak pemerolehan demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum
informasi, dokumen data atau lainnya, dari untuk membela kepentingan kliennya, yang
kepemerintahaan maupun pihak lain yang dimaksud dengan sidang pengadilan ialah
dibutuhkan dalam rangka membela klien sidang pengadilan dalam setiap tingkat
dengan berdasa pada aturan Undang- pengadilan di semua lingkungan peradilan.
Undang.4 Terkait Pasal 16 UU Advokat juga
Banyak peristiwa yang terjadi di telah diajukan Uji Materil di Mahkamah
tengah masyarakat terhadap advokat yang Kontitusi dan atas Permohonan Uji Materil
diduga melanggar kode etik profesi langsung tersebut telah terbit Putusan MK
dilaporkan ke Penyidik Kepolisian, dan Nomor:26/PUU-XI/2013 terkait pengujian
laporan tersebut langsung berproses dengan Pasal 16 UU Advokat yang pada intinya
tidak menghiraukan terlebih dahulu adanya telah memperluas hak imunitas atau
perlindungan bagi advokat ketika
4
Denny Kailimang, “Mantapkan Persatuan menjalankan tugas profesinya tidak hanya di
dan Profesionalisme Advokat Sebagai Penegak
Hukum dan Profesi Terhormat” Makalah,
5
disampaikan pada Rakernas XII AAI, Pontianak, 18- Pasal 16 Undang-undang Nomor 18 Tahun
19 Mei 2007. hlm. 4; 2003, Tentang Advokat;
dalam persidangan, tetapi juga di luar Negeri Medan dengan Register
persidangan. Nomor:618/Pid.B/2019/PN.Mdn.
Terkait advokat yang sedang
menjalankan tugas profesinya dan berakibat II. RUMUSAN MASALAH
kepada sanksi pidana terhadap advokat Permasalahan dalam penelitian ini
tersebut, sebagai salah satu contoh kasus adalah sebagai berikut:
adalah terkait kasus pemalsuan surat oleh a. Bagaimana pertanggungjawaban pidana
seorang advokat dengan inisial nama (APZ) terhadap advokat akibat surat palsu yang
yang sedang menjalankan profesi advokat digunakan ketika membela kepentingan
dalam membela kliennya untuk mengajukan hukum klien?
upaya hukum Gugatan Perdata di Pengadilan b. Bagaimana penerapan hak imunitas
Negeri Medan. terhadap advokat ketika menjalankan
Kemudian menjadi permasalahan profesinya?
adalah surat jawaban penjelasan klarifikasi c. Bagaimana pertimbangan hukum Majelis
dari BPN Medan yang diterima APZ ternyata Hakim akibat surat palsu yang digunakan
adalah palsu, dan telah digunakan APZ advokat ketika membela kepentingan
kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) hukum klien?
pembebasan Jalan Tol Medan-Binjai untuk III. METODE PENELITIAN
meminta penyelesaian ganti rugi atas tanah Metode penelitian ini menggunakan
yang terkena pembangunan. jenis penelitian penelitian hukum normatif
Kasus tersebut diterima Polda Sumut atau doktrinal yang juga disebut sebagai
pada Oktober 2018, dan selama proses penelitian perpustakaan karena lebih banyak
penyidikan oleh Poldasu tidak ada meminta dilakukan terhadap data sekunder yang ada
terlebih dahulu pemeriksaan hasil Sidang di kepustakaan.6
Kode Etik Advokat, padahal sebagaimana IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pasal 16 UU Advokat memiliki hak Pertanggungjawaban Pidana Terhadap
imunitas. Advokat Akibat Surat Palsu Yang
Akibat surat palsu yang dimaksud Digunakan Ketika Membela Kepentingan
maka APZ yang sedang menjalankan Hukum Klien
profesinya sebagai advokat akhirnya Pertanggungjawaban pidana
berlanjut kepada pertanggunjawaban pidana merupakan penilaian yang dilakukan setelah
yang perkaranya dilimpahkan Ke Pengadilan 6
Ediwarman, “Monograf Metode Penelitian
Hukum (Panduan Penulisan Tesis dan Disertasi),
Genta Publishing, Yogyakarta, 2016, hlm: 29;
dipenuhinya seluruh unsur tindak pidana dan Undang-undang Advokat Nomor 18 Tahun
atau terbuktinya tindak pidana. Penilaian 2003 Pasal 16 berbunyi:8 “Advokat tidak
tersebut dilakukan secara objektif dan dapat dituntut baik secara perdata maupun
subjektif, penilaian secara objektif pidana dalam menjalankan tugas profesinya
berhubungan dengan pembuat dengan norma dengan itikad baik untuk pembelaan klien di
hukum yang dilanggarnya, sehingga dalam maupun diluar sidang Pengadilan”
berkaitan dengan nilai-nilai moral yang Namun apakah dengan adanya hak
dilanggarnya, pada akhirnya, kesalahan imunitas akan membuat advokat kebal
tersebut berionritasi pada nilai-nilai moralitas terhadap hukum secara penuh, karena jika
patut untuk dicela. Penilaian secara subjektif memperhatikan ketentuan Pasal 16 UU
dilakukan terhadap pembuat bahwa keadaan- Advokat di atas telah ada batasan seorang
keadaan psykologis tertentu yang telah advokat yang sedang menjalankan tugas
melanggar moralitas patut dicela atau tidak profesinya tidak dapat di tuntut pidana,
dicela.7 namun pada kenyataanya di Indonesia ada
Dalam hal ini bagaimana dengan juga advokat yang sedang menjalankan tugas
profesi advokat apakah dapat dibebankan profesinya dikenankan sanksi pidana
pertanggungjawaban pidana. Pada intinya dikarenakan ada melakukan upaya
setiap orang yang telah melanggar ketentuan kecurangan seperti membantu membuatkan
pidana maka haruslah dilihat apakah orang surat palsu untuk digunakan menjadi alat
tersebut cukup syarat untuk dimintai bukti dimuka Persidangan, menghalang-
pertanggungjawaban pidana. halangi penyidikan obstruction of justice.
Maka jika memperhatikan UU Batasan advokat dapat dimintai
Advokat Pasal 16 pasca Putusan MK Nomor: pertanggungjawaban pidana ialah harus
26/PUU-XI/2013, Hak Imunitas Advokat dilihat apakah advokat tersebut sedang
telah diperluas cakupannya bukan hanya di menjalankan profesinya, dan apakah dalam
dalam ruang sidang pengadilan tetapi juga di menjalankan porofesinya advokat tersebut
luar ruang sidang pengadilan pada saat telah melakukanya dengan itikad baik dan
menjalankan profesinya advokat diberikan tidak melenggar Kode Etik Advokat.
hak imunitas yang telah dijamin oleh Beberapa kasus yang menjerat
advokat sehingga diberikan sanksi pidana
Agus Rusianto, “Tindak Pidana Dan
7 padahal advokat tersebut sedang
Pertanggungjawaban Pidana (Tinjauan Kritis
Melalui Konsistensi Anata Asas, Teori, Dan 8
Pasal 16 Undang-Undang Nomor 18 Tahun
Penerapannya” Pranamedia Group, Jakarta, 2016 2003 Tentang Advokat, bunyi Pasal Pasca Putusan
hlm: 14; MK Nomor 26/PUU-XI/2013;
menjalankan profesinya sebagai kuasa menerangkan bahwa dalam menjalankan
hukum dari klienya diantaranya adalah profesinya sesungguhnya Terdakwa (APZ)
kasus: menyadari dokumen sejumlah Grant Sultan
1) Kasus suap oleh OC Kaligis; No. 254, 255, 256, 257, 258 dan 259, sama
2) Kasus perintangan penyidikan sekali tidak pernah diperlihatkan kepadanya,
(obstruction of justice) oleh Fredrich dan atau sama sekali tidak dapat dibuktikan
Yunadi; keberadannya, dan amar Putusan Majelis
3) Kasus menggunakan surat palsu oleh Hakim menyatakan Terdakwa (APZ), telah
Aprizon. terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
Sebagai salah satu contoh perkara di melakukan tindak pidana secara bersama-
atas terkait advokat yang sedang sama dan berlanjut menggunakan surat
menjalankan tugas profesinya dan berakibat palsu.
kepada sanksi pidana adalah terkait kasus Bentuk pertanggungjawaban pidana
menggunakan surat palsu yang didakwa merupakan akibat yang harus dialami
terhadap seorang advokat dengan inisial pertanggungjawaban dibebankan kepada
nama (APZ) yang sedang menjalankan pelaku pelanggaran tindak pidana berkaitan
profesi advokat dalam membela kliennya dengan dasar untuk menjatuhkan sanksi
untuk mengajukan upaya hukum Gugatan pidana. Seseorang akan memiliki sifat
Perdata di Pengadilan Negeri Medan, dengan pertanggungjawaban pidana apabila suatu hal
Registrasi No.448/Pdt.G/2017/PN.Mdn. atau perbuatan yang dilakukan olehnya
Kasus tersebut diterima Polda Sumut bersifat melawan hukum, namun seseorang
dan dalam proses penyelidikan pelaku dapat hilang sifat bertaanggungjawabnya
pemalsuan dokumen disangkakan terhadap apabila didalam dirinya ditemukan suatu
Advokat yakni (APZ), akibat surat palsu unsur yang menyebabkan hilangnya
yang dimaksud maka (APZ) yang sedang kemampuan bertanggungjawab seseorang.
menjalankan profesinya sebagai advokat Menurut Chairul Huda dasar adanya
akhirnya berlanjut perkaranya dilimpahkan tindak pidana adalah asas legalitas,
Ke Pengadilan Negeri Medan dengan sedangkan dapat dipidananya pembuat
Register Nomor:618/Pid.B/2019/PN.Mdn. adalah atas dasar kesalahan, hal ini berarti
Pertimbangan hukum Majelis Hakim bahwa seseorang akan mempunya
menerangkan Terdakwa (APZ) selaku pertanggungjawaban pidana bila ia telah
Advokat benar telah menerima Surat Kuasa melakukan perbuatan yang salah dan
Khusus dari klienya, dan Majelis Hakim bertentangan dengan hukum.
Pada hakikatnya pertanggungjawaban Kesalahan (schuld) merupakan unsur
pidana adalah suatu bentuk mekanisme yang pembuat delik, jadi termasuk unsur
diciptakan untuk berekasi atas pelanggaran pertanggungjawaban pidana yang mana
suatu perbuatan tertentu yang telah terkandung makna dapat dicelanya si
disepakat.9 pembuat atas perbuatannya.
Berdasarkan teori penegakkan hukum Penerapan Hak Imunitas Terhadap
maka setiap orang yang melakukan tindak Advokat Ketika Menjalankan Profesinya
pidana harus mempertanggungjawabkan Hak imunitas advokat adalah
perbuatannya melalui proses hukum. kebebasan dari advokat untuk melakukan
Penegakan hukum mengandung makna atau tidak melakukan setiap tindakan dan
bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan mengeluarkan atau tidak mengeluarkan
yang dilarang oleh suatu aturan hukum, di pendapat, keterangan atau dokumen kepada
mana larangan tersebut disertai dengan siapapun dalam menjalankan tugas
ancaman (sanksi) yang berupa pidana profesinya, sehingga dia tidak dapat
tertentu sebagai pertanggungjawabannya. dihukum sebagai konsekuensi dari
Kaitan penegakkan hukum terhadap pelaksanaan tugas profesinya,10 di Indonesia
pertanggungjawaban pidana kepada pelaku hak imunitas advokat ada tersirat di dalam
tindak pidana merupakan suatu bentuk untuk Pasal 16 UU Advokat.
menentukan apakah seorang tersangka atau Walaupun di dalam Pasal 16 UU
terdakwa dipertanggungjawabkan atas suatu Advokat tidak ada mencantumkan istilah hak
tindak pidana yang telah terjadi. Dengan kata imunitas secara terang-benderang, akan
lain pertanggungjawaban pidana adalah suatu tetapi maksud dari isi Pasal 16 UU Advokat
bentuk yang menentukan apakah seseorang tersebut sangat dapat dimengerti merupakan
tersebut dibebaskan atau dipidana. arti secara umum dari hak kekebalan seorang
Dalam penegakkan hukum pidana advokat yang tidak dapat dituntut pidana
suatu perbuatan dikatakan telah melanggar maupun perdata ketika dalam menjalankan
hukum, dan dapat dikenakan sanksi pidana tugas profesinya, namun dengan batasan
maka harus dipenuhi 2 (dua) unsur yakni; adanya ketika menjalankan profesi advokat
adanya unsur perbuatan pidana (actrus reus) haruslah dengan itikad baik, atau dapat agar
dan keadaan sifat batin pembuat (mens rea). dimengerti dengan maksud advokat dalam
menjalankan profesinya tidak boleh
9
Chairul Huda, “Dari Tindak Pidana Tanpa
Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggung jawab
Pidana Tanpa Kesalahan, Cetakan ke-2”, Kencana: 10
V.Harlen Sinaga, “Dasar-dasar Profesi
Jakarta, 2006, hlm: 68; Advokat” Erlangga, Jakarta, 2011, hlm. 120;
melanggar Kode Etik dan ketentuan Akan tetapi di dalam pelaksanaan
Perundang-undangan. upaya penegakan hukum ada ditemukan
Mesadur dari maksud hak imunitas beberapa kasus yang menjadikan seorang
itu sendiri sesuai dengan teori yang advokat menjadi terpidana, padahal advokat
disampaikan oleh Satjipto Rahardjo yang tersebut bertindak dalam menjalankan tugas
menerangkan hukum melindungi profesinya, sehingga menjadi suatu
kepentingan seseorang dengan cara pertanyaan bagaimana pertanggungjawaban
mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya pidana dapat dibebankan kepada seorang
untuk bertindak dalam rangka advokat yang sedang menjalankan
kepentingannya tersebut. Pengalokasian profesinya, padahal ada hak imunitas yang
kekuasaan tersbut dilakukan secara terukur, melekat pada diri sorang advokat.
dalam arti ditentukan keluasan dan Jika memperhatikan bunyi Pasal 16
kedalamannya. Kekuasaan yang demikian UU Advokat menegaskan hak imunitas
itulah yang disebut sebagai hak.11 advokat berlaku selama dijalankan dengan
UU Advokat telah menjelaskan iktikad baik, dapat dipahami itikad baik
seorang yang berprofesi advokat dalam advokat ialah tindakan yang dilakukan oleh
menjalankan tugasnya berada di bawah advokat tidak melanggar ketentuan pedoman
perlindungan hukum, UU dan kode etik, sebagai profesi advokat, maka dari itu
memiliki kebebasan yang didasarkan kepada dikarnekan advokat memiliki wadah
kehormatan dan kepribadian Advokat yang organisasi yakni salah satunya adalah
berpegang teguh kepada kemandirian, PERADI (Persatuan Advokat Indonesia)
kejujuran, kerahasiaan dan keterbukaan, oleh tentunya advokat yang tergabung menjadi
karena itu hak imunitas juga melekat anggota tidak boleh melanggar Kode Etik
terhadap setiap orang yang berprofesi Advokat Indonesia, dan tidak boleh
sebagai advokat dalam menjalankan fungsi melanggar peraturan perundang-undangan
dan tugasnya sebagai aparat penegak hukum saat menjalankan tugas profesi di dalam
demi terciptanya keadilan, kepastian dan maupun luar sidang persidangan.
kemanfaatan.12 Maka walaupun advokat memiliki
hak imunitas atau perlindungan di dalam
11
Satjipto Rahardjo, “Ilmu Hukum” PT. ataupun di luar persidangan saat
Citra Adytia Bhakti, Semarang, 2014, hlm. 53
12
Maya Cahya Dewi, “The Implementation menjalankan profesinya, tapi memiliki
of Advocate’s: Immunity Right in Defending Clients,
The 6th University Research Colloquium 2017 batasan, sehingga sejatinya advokat tidak
Universitas Muhammadiyah Magelang, ISSN 2407- kebal hukum.
9189, Vol. 4, No. 2, (September, 2017), hlm. 367;
Artinya hak imunitas advokat berlaku yang berasal dari pertimbangan hakim
selama dilakukan dengan iktikad baik, tidak tersebut akan dibatalkan oleh Pengadilan
melanggar Kode Etik Advokat Indonesia, Tinggi dan atau Mahkamah Agung (judex
dan tidak melanggar Peraturan Perundang- yuris).13
undangan saat menjalankan tugas profesi di Ada dua indikator yang harus
dalam maupun luar sidang persidangan. diperhatikan hakim yakni bagaimana hakim
Sebaliknya jika terbukti advokat saat dengan rasionya dan hati nuraninya mampu
membela kepentingan klien tidak mengungkap fakta berdasarkan bukti-bukti
menunjukkan iktikad baik, melanggar kode yang diajukan di persidangan mencari,
etik, dan hingga melanggar hukum tentu hak menemukan dan menerapkan hukum yang
imunitas ini tidak berlaku atau gugur, tepat sesuai rasa keadilan individu (pelaku),
sehingga advokat bisa dituntut pidana atau masyarakat (korban), dan negara (undang-
digugat perdata undang).14
Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Dalam prakteknya aspek
Akibat Surat Palsu Yang Digunakan pertimbangan yuridis merupakan konteks
Advokat Ketika Membela Kepentingan dalam Putusan Hakim karena pada
Hukum Klien pertimbangan yuridis merupakan pembuktian
Dalam suatu amar Putusan oleh unsur-unsur dari suatu tindak pidana apakah
Pengadilan Negeri maka Majelis Hakim terdakwa bersalah telah melakukan
yang memeriksa perkara tersebut akan perbuatan seperti yang di dakwakan oleh
menuangkan pertimbangan hukum Jaksa Penuntut Umum atau tidak sama
berdasarkan fakta-fakta persidangan. sekali.15
Pertimbangan hakim merupakan Kasus pemalsuan oleh oknum
salah satu aspek terpenting dalam advokat inisial APZ dilimpahkan ke
menentukan terwujudnya nilai dari suatu Pengadilan Negeri Medan dengan Register
putusan hakim yang mengandung keadilan Perkara Nomor: 618/Pid.B/2019/PN.Mdn,
dan kepastian hukum, kemudian selain dari oknum advokat inisial APZ yang menjadi
itu pertimbangan hakim juga mengandung
manfaat bagi para pihak yang bersangkutan
13
Arto, Mukti, “Praktek Perkara Perdata
pada Pengadilan Agama” Pustaka Pelajar,
sehingga pertimbangan hakim tersebut harus Yogyakarta: 2004, hlm. 140;
14
Wisnubroto, A. L., “Praktik Persidangan
disikapi dengan teliti, baik, dan cermat. Pidana” Penerbit Universitas Atmajaya, Yogyakarta:
2014, hlm. 148;
Apabila pertimbangan hakim tidak 15
Mulyadi, Lilik, “Seraut Wajah Putusan
Hakim dalam Hukum Acara Pidana Indonesia” Citra
teliti, baik, dan cermat, maka Putusan Hakim
Aditya Bakti, Malang: 2014, hlm. 129;
Terdakwa kasus penggunaan surat palsu kepemilikan tanah yang ternyata Grant
Sultan dimaksudkan, sama sekali tidak
yakni surat keterangan BPN Kota Medan, di
pernah diperlihatkan kepadanya, dan atau
dalam pertimbangan Mejelis Hakim telah sama sekali tidak dapat dibuktikan
keberadaannya, namun demikian Terdakwa
menimbang, apakah berdasarkan fakta-fakta
APZ selaku kuasa hukum dari klienya telah
di muka Persidangan Terdakwa APZ dapat mengirimkan surat ke Kantor BPN)Kota
Medan, perihal surat susulan mohon
dinyatakan telah melakukan tindak pidana
penjelasan dan klarifikasi atas Grant
yang didakwakan JPU, dan Mejelis Hakim Sultan.”
Terhadap pertimbangan Majelis
menimbang untuk dapat mempersalahkan
Hakim di atas yang menyatakan Terdakwa
seseorang telah melakukan tindak pidana
APZ, menyadari sejumlah dokumen Grant
yang didakwakan haruslah terbukti secara
Sultan sebagai dokumen dasar untuk
sah dan meyakinkan menurut hukum.
dijadikan alas hak guna melakukan klaim
Di dalam pertimbangan hukum
kepemilikan tanah, yang ternyata Grant
Majelis Hakim ada menerangkan terkait
Sultan dimaksudkan, sama sekali tidak
tugas Terdakwa APZ sebagai advokat:
pernah diperlihatkan kepada Terdakwa APZ,
“Bahwa adapun tugas seorang advokat
adalah wajib berusaha untuk memperoleh dan atau sama sekali tidak dapat dibuktikan
pengetahuan yang sebanyak-banyaknya dan
keberadaannya.
sebaik-baiknya tentang kasus kliennya,
sebelum memberikan nasihat dan bantuan Berkenaan pertimbangan hukum
hukum, dia wajib memberikan pendapatnya
terkait Advokat APZ harus menyadari
secara terus terang tentang untung ruginya
(mengurus) perkara yang akan dilitigasi dan dokumen Grant Sultan yang asli tidak pernah
kemungkinan hasilnya, (duty to give candid
ditunjukan kepadanya, maka jika
advice) dan atau advokat “tidak memberikan
keterangan yang menyesatkan” dan juga memperhatikan UU Advoat dan Kode Etik
“tidak menjamin kepada kliennya bahwa
Advokat, tindakan tersebut tidak termasuk
perkara yang ditanganinya akan menang”.16
kategori perbuatan tidak beritikad baik dalam
Di dalam pertimbangan hukum
menjalankan profesinya, dan tidak juga
Majelis Hakim ada menerangkan terkait
melanggar perundang-undangan yang
Terdakwa sebagai advokat dalam
dilanggar.
menjalankan profesinya:17
Terhadap pertimbangan Majelis
“Dalam menjalankan profesinya
Hakim yang menyatakan surat Terdakwa
sesungguhnya Terdakwa APZ menyadari
sejumlah dokumen Grant Sultan sebagai APZ ke Kantor BPN Medan, jika
dokumen dasar / objek penting untuk
memperhatikan fakta persidangan maka surat
dijadikan alas hak guna melakukan klaim
balasan dari keterangan Kantor BPN Medan
16
Salinan Putusan Register Perkara Nomor:
618/Pid.B/2019/PN.Mdn, hlm: 90; yang menjadi objek surat yang dipalsukan,
17
Ibid hlm: 91;
atas surat yang diklaim Kantor BPN Medan melanggar Kode Etik Advokat dan
telah dikirim kepada Terdakwa APZ tidak ketentuan Perundang-undangan;
pernah ada dibuktikan dimuka persidangan 2) Pasal 16 UU Advokat merupakan dasar
terkait apakah benar surat dimaksud telah hukum advokat memiliki hak imunitas,
dikirim oleh Kantor BPN Medan dan tidak yang menerangkan advokat tidak dapat
ada dibuktikan surat tersebut telah ada dituntut baik secara perdata maupun
diterima oleh Terdakwa APZ. pidana dalam menjalankan tugas
Berdasarkan Yurisprudensi MARI, profesinya dengan itikad baik dan hak
adalah “surat yang isinya bertentangan imunitas sudah berlaku seketika
dengan kebenaran”, baik mengenai tanda menjalankan profesinya sejak advokat
tangannya maupun mengenai isinya, hingga tersebut menerima Surat Kuasa Khusus
sepucuk surat itu baik seluruhnya maupun dari kliennya;
hanya sebagian yang berkenaan dengan 3) Pertimbangan hukum Majelis Hakim di
tanda tangannya saja atau yang berkenaan dalam Putusan No: 618 /Pid.B /2019
dengan isinya, secara palsu telah dibuat /PN.Mdn, menyatakan walaupun
seolah-olah berasal dari orang yang hanya Terdakwa APZ bertindak sebagai kuasa
tertulis di bawah surat tersebut. (Putusan hukum mewakili kliennya, Terdakwa
Mahkamah Agung No. 2050 K/Pid/2009).18 APZ dianggap patut mengetahui surat
V. PENUTUP yang dijadikan bukti dalam membela
Kesimpulan kliennya adalah palsu, sehingga
1) Advokat dapat dibebani Terdakwa APZ di dalam pertimbangan
pertanggungjawaban pidana akibat surat hukum oleh Mejslis Hakim dinyatakan
palsu yang digunakan ketika membela secara bersama-sama terbukti telah
kepentingan hukum klien baik di dalam menggunakan surat palsu dan melanggar
atau pun diluar sidang pengadilan, Pasal 263 ayat 2 KUH Pidana..
dengan ketentuan jika dalam Saran
menjalankan tugas profesinya, terbukti 1) Sebaiknya di dalam UU Advokat ada
melakukan tindakan atau perbuatan tercantum ketentuan Penyidik dapat
dalam menjalankan tugasnya tidak menetapkan advokat sebagai tersangka
berdasarkan itikad baik, seperti setelah ada Surat Putusan Dewan
Kehormatan Organisasi Advokat,
18
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik menyatakan Advokat tersebut terbukti
Indonesia Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2050 melanggar Pasal 16 UU Advokat;
K/Pid/2009;
2) Sebaiknya di dalam UU Advokat ada Huda Chairul, “Dari Tindak Pidana Tanpa
Kesalahan Menuju Kepada Tiada
tercantum ketentuan prinsip kehati-hatian
Pertanggung jawab Pidana Tanpa
dalam menjalankan profesi advokat Kesalahan, Cetakan ke-2”, Kencana:
Jakarta, 2006;
ketika menerima dokumen bukti dari
klien, agar advokat tidak dapat dituntut Kailimang Denny, “Mantapkan Persatuan
dan Profesionalisme Advokat Sebagai
dikemudian hari jika dokumen surat yang
Penegak Hukum dan Profesi
diberikan klien adalah palsu; Terhormat” Makalah, disampaikan pada
Rakernas XII AAI, Pontianak, 18-19
3) Seharusnya di dalam pertimbangan
Mei 2007;
Majelis Hakim terkait kasus pidana yang
Mulyadi, Lilik, “Seraut Wajah Putusan
melibatkan seorang advokat ketika
Hakim dalam Hukum Acara Pidana
menjalankan profesinya, harus Indonesia” Citra Aditya Bakti, Malang:
2014;
memberikan pertimbangan hukum terkait
hak imunitas advokat tersebut telah Rahardjo Satjipto, “Ilmu Hukum” PT. Citra
Adytia Bhakti, Semarang, 2014;
hilang akibat tidak beritikad baik dalam
menjalankan profesinya. Rusianto Agus, “Tindak Pidana Dan
Pertanggungjawaban Pidana (Tinjauan
Kritis Melalui Konsistensi Anata Asas,
DAFTAR PUSTAKA Teori, Dan Penerapannya” Pranamedia
Group, Jakarta, 2016;
Arto, Mukti, “Praktek Perkara Perdata pada
Pengadilan Agama” Pustaka Pelajar,
Sinaga V.Harlen, “Dasar-dasar Profesi
Yogyakarta: 2004;
Advokat” Erlangga, Jakarta, 2011;
A. L Wisnubroto,., “Praktik Persidangan
Sumaryono E., “Etika Profesi Hukum:
Pidana” Penerbit Universitas
Norma-Norma Bagi Penegak Hukum”
Atmajaya, Yogyakarta: 2014;
Kanisius, Yogyakarta: 1995;
Dewi Maya Cahya, “The Implementation of
Undang-undang Nomor: 18 Tahun 2003
Advocate’s: Immunity Right in
th Tentang Advokat;
Defending Clients, The 6 University
Research Colloquium 2017 Universitas
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik
Muhammadiyah Magelang, ISSN 2407-
Indonesia Putusan Mahkamah Agung
9189, Vol. 4, No. 2, (September, 2017);
Nomor: 2050 K/Pid/2009;
Ediwarman, “Monograf Metode Penelitian
Putusan Mahkamah Kintitusi Republik
Hukum (Panduan Penulisan Tesis dan
Indonesia Nomor 26/PUU-XI/2013;
Disertasi), Genta Publishing,
Yogyakarta, 2016;
Salinan Putusan Pengadilan Negeri Medan
Register Perkara Nomor:
Hamzah Andi, “Hukum Acara Pidana
618/Pid.B/2019/PN.Mdn.
Indonesia” Sinar Grafika, Jakarta, 2004;

You might also like