Professional Documents
Culture Documents
Editorial Office:
Editorial Office: IJLDR - Nursyam Centre, Lotus Regency [E8], Surabaya, East Java (60231), Indonesia.
Phone: +6285213246464
E-mail: ijldr.nsc@gmail.com
Mengenal Advokat Dan Penyebab Hilangnya Marwah Lembaga Peradilan Di Indonesia
ialah data yang sebenarnya dan pasti.1 Jenis penelitian kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yang berupa ucapan atau
tulisan dan perilaku yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kualitatif diamati dari data-data yang diperoleh itu sendiri.2
Penelitian ini berdasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan
jenis penelitian untuk menemukan hukum yang tidak konkrit. Karena penelitian
ini memiliki tujuan untuk mengetahui/menguji apakah yang menjadi norma
hukumnya dari suatu peristiwa konkrit tertentu artinya untuk menguji sesuai
atau tidaknya peristiwa yang diteliti dengan norma/doktrin yang ada. Penelitian
ini merupakan termasuk (library research), yaitu penelitian yang dilakukan
berupa data yang berwujud kasus-kasus.3 Penelitian kualitatif ini digunakan
karena beberapa pertimbangan yaitu pertama, metode kualitatif lebih bisa dan
mudah menyesuaikan apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, metode ini
menyajikan hakekat hubungan antara peneliti dan informan secara langsung dan
metode ini lebih peka sehingga dapat menyesuaikan diri dan banyak penajaman
pengaruh terhadap pola-pola nilai yang akan dihadapi oleh peneliti. Pola peneliti
yang digunakan pada studi ini adalah studi tentang sebuah kasus atau (case
study) adalah sebuah metode penelitian untuk memperoleh pengetahuan
selengkap mungkin (mendalam, detail = (in-depth understanding, bukan hanya
sekedar bertanya saja) tentang sebuah proses, program, kejadian, atau
aktivitas.Kedua, data yang diperoleh di lapangan {melalui berita, surat kabar,
majalah, putusan} berupa data dalam bentuk fakta yang perlu adanya analisis
secara mendalam, maka pendekatan kualitatif akan lebih mendorong pada
pencapaian data yang bersifat lebih mendalam terutama dalam keterlibatan
peneliti sendiri di lapangan. Metode Pendekatan adalah suatu pola pemikiran
secara ilmiah dalam suatu penelitian. Metode pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, Pendekatan metode kualitatif
merupakan sebuah pendekatan yang menekankan lebih kepada aspek
pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah, daripada melihat
permasalahan untuk penelitian generalisasi. Biasanya, metode penelitian ini
menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth analysis) yakni melakukan
kajian terhadap masalah secara kasus per kasus.
1
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998) hal. 4
2
Arief Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), Hlm. 21
3
Rianto Adi, Metodologi Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2004), Hlm. 47.
IJLDR
3 International Journal of Law Dynamics Review
Volume 1, Nomor 1, May 2023
Mengenal Advokat Dan Penyebab Hilangnya Marwah Lembaga Peradilan Di Indonesia
Hal tersebut dilakukan karena metode kualitatif ini meyakini bahwa sifat
dari suatu masalah yang satu akan berbeda dengan sifat dari masalah yang
lainnya. Tujuan dilakukannya pendekatan metode kualitatif ini bukan
merupakan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap
suatu masalah. Penelitian kualitatif ini juga memiliki fungsi untuk memberikan
kategori substantif dan juga hipotesis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
ini memiliki lima jenis pendekatan lagi yaitu phenomenological research,
grounded theory, ethnography, case study dan narrative research.
III. PEMBAHASAN
Ruang Lingkup Penegakkan Hukum di Indonesia.
Istilah penegakan hukum sekarang ini menjadi pembicaraan. Penegakkan
hukum sebagai bagian dari reformasi hukum karena dalam pembahsan reformasi
hukum berarti reformasi hukum secara luas tidak hanya peraturan perundang-
undangan saja, tetapi mencakup reformasi sistem hukum secara keseluruhan
yaitu reformasi materi/substansi hukum, struktur hukum dan budaya hukum.
Bahkan secara lebih luas lagi masalah reformasi hukum dan keadilan sebenarnya
bukan semata-mata masalah sistem hukum tetapi terkait dengan keseluruhan
sistem politik dan sistem sosial termasuk sistem ekonomi.4
Reformasi di bidang penegakan hukum dan struktur hukum harus ada
dukungan dari berbagai elemen/unsur pemerintah maupun masyarakat karena
penegakan hukum merupakan rangkaian proses yang cukup panjang dan dapat
melibatkan berbagai kewenangan instansi/aparat penegak hukum lainnya di
bidang penegakan hukum pidana, dengan demikian reformasi penegakan
hukum, bukan semata-mata merupakan tanggung jawab bidang Departemen
Hukum dan Perundang- undangan saja, melainkan perlu dukungan berbagai
komponen lembaga terkait lainnya seperti Mahkamah Agung, Jaksa Agung,
Kepolisian dan lainnya.5 Penegakan hukum ditinjau dari sudut pandang
fungsional atau bekerjanya/berfungsinya sistem pemidanaan dapat diartikan
sebagai keseluruhan sistem peraturan perundang- undangan untuk
fungsionalisasi/operasionalsasi/konkretisasi hukum pidana atau keseluruhan
sistem yang mengatur bagaimana hukum pidana ditegakkan atau
4
Barda Nawawi Arief, Masalah penegakan Hukum dan Kebijakan Penaggulangan Kejahatan, Makalah pada
Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 2000. hlm. 2.
5
Ibid.IJLDR
hlm. 3.
4 International Journal of Law Dynamics Review
Volume 1, Nomor 1, May 2023
Mengenal Advokat Dan Penyebab Hilangnya Marwah Lembaga Peradilan Di Indonesia
10
Widiada Gunakarya, Pendekatan Sistem dan Kebijakan Dalam Penegakkan Hukum di Indonesia, Jurnal
Wawasan Hukum, Vol. 7 No. 1 Maret 2002. hlm. 60.
11
Ibid.
12
Ibid.
IJLDR
6 International Journal of Law Dynamics Review
Volume 1, Nomor 1, May 2023
Mengenal Advokat Dan Penyebab Hilangnya Marwah Lembaga Peradilan Di Indonesia
sistem moral. Menurut Berger bahwa tidak ada masyarakat yang bisa hidup
langgeng tanpa kontrol sosial dari hukum sebagai sarananya.13
Agar hukum dapat mengemban misi sebagai sosial kontrol, Menurut
Talcot Parson, ada empat prasyarat fungsionalisasi dari suatu sistem hukum
yaitu: 1) Masalah dasar legitimasi, yaitu menyangkut ideologi yang menjadi
dasar penataan peraturan hukum; 2) Masalah hak dan kewajiban masyarakat
yang menjadi sasaran regulasi hukum beserta proses hukumnya; 3) Masalah
sanksi dan lembaga yang menerapkan sanksi tersebut; dan 4) Masalah
kewenangan penegakkan aturan hukum. Berkaitan dengan kepatuhan
masyarakat terhadap sistem hukum yang berlaku, menurut Satjipto Rahardjo
bahwa terdapat 4 (empat) syarat utama yang harus dipenuhi, diantaranya: 1)
Penggambaran yang baik dari suatu situasi yang dihadapi; 2) Analisa terhadap
nilai-nilai dan menentukan jenjang nilai-nilai; 3) Verifikasi dari kekuatan sosial
yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari atau disalahgunakan,
dan 4) Budaya hukum yang mendukung, karena tanpa budaya hukum sistem
tidak akan berdaya.14
Maka dari pada itu, situasi institusi hukum akan menjadi hukum yang
benar- benar diterima oleh masyarakat ataupun suatu komunitas tertentu sangat
ditentukan oleh adanya budaya hukum masyarakat atau komunitas yang
bersangkutan. Budaya hukum sebagaimana dikemukakan oleh Lawrence M.
Friedman adalah sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum,
kepercayaan, nilai pemikiran dan harapannya, dengan kata lain, budaya hukum
adalah suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana
hukum digunakan dihindari atau disalahgunakan. Tanpa budaya hukum, sistem
hukum tidak berdaya. Oleh karena itu, situasi institusi hukum akan menajdi
hukum yang benar-benar diterima dan digunakan oleh masyarakat ataupun suatu
komunitas tertentu sangat ditentukan oleh budaya hukum masyarakat atau
komunitas yang bersangkutan.15
16
Lilik Mulyadi, Bunga Rampai Hukum Acara Pidana Perspektif, Teoritis dan Praktek, Alumni : Bandung,
2008, Hlm. 13.
17
Kadafi, Bin Zain (Ed.) , Advokat Indonesia Mencari Legitimasi: Studi tentang Tanggung Jawab Profesi
Hukum di Indonesia, Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia : Jakarta, 2001, Hlm. 97.
IJLDR
8 International Journal of Law Dynamics Review
Volume 1, Nomor 1, May 2023
Mengenal Advokat Dan Penyebab Hilangnya Marwah Lembaga Peradilan Di Indonesia
20
21
22
IJLDR
10 International Journal of Law Dynamics Review
Volume 1, Nomor 1, May 2023
Mengenal Advokat Dan Penyebab Hilangnya Marwah Lembaga Peradilan Di Indonesia
lebih tepat dan sesuai dengan fungsinya sebagai pendamping tersangka atau
terdakwa dalam pemeriksaan daripada istilah pembela. 23 Bagi sebagian orang,
istilah penasehat hukum, bantuan hukum dan pengacara jauh lebih popular dan
memasyarakat. Hal ini terkait dengan pengertian yang lebih sederhana dari
kedua istilah itu di mana sangat mudah untuk mengartikannya.
Selain alasan tersebut, dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
Tentang Kitab Undang undang Hukum Acara Pidana (selanjutnya disebut
KUHAP) juga menggunakan istilah bantuan hukum. Pasal 37 KUHAP dengan
tegas menyebutkan bahwa, “ Dalam perkara pidana seorang tersangka terutama
sejak saat penangkapan dan/atau penahanan berhak menghubungi dan meminta
bantuan hukum”. Istilah advokat telah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu,
dijuluki sebagai officium nobile atau profesi yang mulia, sarat dengan idealism
sebab mengabdikan dirinya kepada kepentingan masyarakat, bukan kepada
dirinya sendiri, membela masyarakat untuk memperjuangkan keadilan dan
kebenaran. Berbeda dengan penegak hukum lain (polisi, jaksa dan hakim),
advokat tidak terikat pada hierarki birokratis sehingga memungkinkan lebih luas
bergerak mengikuti arus social. Advokat lebih akrab berhubungan dengan
masyarakat sehingga lebih jeli melihat masalah hukum maupun hak asasi
manusia yang terjadi di tengah masyarakat. Advokat harus selalu menyuarakan
keadilan dan peka terhadap permasalahan social berdimensi hukum
disekitarnya.24
Advokat merupakan penegak hukum dan sebagai profesi yang bebas,
mandiri dan bertanggung jawab dalam menegakkan hukum yang dijamin oleh
Undang- undang. Itu berarti bahwa advokat memiliki hak, kewajiban dan
tanggung jawab sesuai dengan aturan perundang-undangan advokat. Pasal 17
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat memberikan hak
kepada advokat untuk keperluan pembelaan kliennya, yaitu hak memperoleh
informasi, data dan dokumen lainnya baik dari instansi pemerintah maupun
pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk
pembelaan kepentingan kliennya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.25 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 merupakan Payung hukum
23
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2004. hlm. 86.
24
Denny Kailimang, Mantapkan Persatuan dan Profesionalisme Advokat Sebagai Penegak Hukum dan
Profesi Terhormat, Makalah, disampaikan pada Rakernas XII AAI, Pontianak, 18-19 Mei 2007. hlm. 2.
25
Ibid. hlm. 4.
IJLDR
11 International Journal of Law Dynamics Review
Volume 1, Nomor 1, May 2023
Mengenal Advokat Dan Penyebab Hilangnya Marwah Lembaga Peradilan Di Indonesia
26
Jimly Asshiddiqie, Kitab Advokat Indonesia, PT. Alumni, Bandung, 2007.
27
Indra Sahnun Lubis, Op. Cit. hlm. 4.
IJLDR
12 International Journal of Law Dynamics Review
Volume 1, Nomor 1, May 2023
Mengenal Advokat Dan Penyebab Hilangnya Marwah Lembaga Peradilan Di Indonesia
hukum di masyarakat, maka norma hukum tidak dapat diharapkan dapat ditaati.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan gagasan negara hukum di masa depan, perlu
dikembangkan tugas-tugas peradaban, sistem pemasyarakatan, dan pendidikan
hukum secara terpisah. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah ini adalah:
(a) pengembangan dan pengelolaan sistem dan infrastruktur informasi hukum
berbasis teknologi informasi; (b) memperkuat upaya untuk menerbitkan,
mengkomunikasikan dan mensosialisasikan peraturan perundang-undangan; (c)
Pengembangan pendidikan dan pelatihan hukum. (d) Promosi gambar dan kasus
di bidang hukum.30
30
Sarmadi, Sukris, H.A, Advokat Litigasi dan Non Litiagasi Pengadilan-menjadi advokat Indonesia kini.
Bandung:
IJLDRCV. Mandar Maju. Jakarta: Bina Cipta, 2009
19 International Journal of Law Dynamics Review
Volume 1, Nomor 1, May 2023
Mengenal Advokat Dan Penyebab Hilangnya Marwah Lembaga Peradilan Di Indonesia
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Penegakan hukum sebenarnya merupakan serangkaian proses yang mengolah
nilai, gagasan, dan cita-cita menuju tujuan hukum: keadilan dan kebenaran. Nilai-
nilai yang dikandungnya harus diterjemahkan menjadi kenyataan. Eksistensi
hukum menjadi kenyataan apabila nilai-nilai moral yang terkandung dalam
undang-undang tersebut dilaksanakan dengan baik. Sebagai aturan umum,
penuntutan pidana harus bermanfaat bagi masyarakat atau efektif. Selain itu,
masyarakat juga menginginkan penegakan hukum memberikan keadilan. Namun
tidak dapat dipungkiri bahwa apa yang dianggap bermanfaat (secara sosiologis)
belum tentu adil, dan sebaliknya, apa yang dianggap adil (secara filosofis) belum
tentu bermanfaat bagi masyarakat. Secara hukum dan sosiologis, pengacara
mempunyai peranan yang sangat besar dalam penegakan hukum. Tugas, tugas,
sikap dan tanggung jawab seorang advokat sebagai aparat penegak hukum
semuanya tercakup dalam etika profesi advokat dan menjadi landasan dalam
praktik advokat.
20
Mengenal Advokat Dan Penyebab Hilangnya Marwah Lembaga Peradilan Di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Abdussalam and DPM Sitompul, Criminal Justice System, Restu Agung,
Jakarta, 2007.
A.A.G. Peters (Ed) Law and Social Development, Book II, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1988.
Andi Hamzah, Indonesian Criminal Procedure Law, Sinar Graphics,
Jakarta, 2004.
Arief Sidharta, Implementation of the Code of Ethics for the Legal
Profession in Indonesia, Center for Indonesian Law and Policy
Studies, Jakarta, 2004.
Asshiddiqie, Jimly. 2000. Structuring sources of legal order, Perss.
Jakarta.
Bagir Manan, 2009 Enforcing the Law of a Search, Indonesian Advocates
Association: Jakarta.
Bambang Sunggono and Aries Harianto, 2009. Legal Aid and Human
Rights, Mandal Maju: Bandung.
Daniel S. Lev, Law and Politics in Indonesia, LP3ES Publisher, Jakarta,
1990, Judicial Institutions and Legal Culture in Indonesia,
Feter J. Berger, Invitations to Sociologies' Humanistic (Translated by
Dhakidae), Inti Sarana Aksara, Jakarta, 1985.
Jimly Asshidiqie, Book of Indonesian Advocates, Publisher of the
Indonesian Advocates Association, Jakarta, 2007.
Kadafi, Bin Zain (Ed.), 2001. Indonesian Advocates Seeking Legitimacy:
A Study of the Responsibilities of the Legal Profession in Indonesia,
Center for Indonesian Law & Policy Studies: Jakarta.
Lawrence M Friedman, American Law Introduction, Translation by Wisnu
Basuki, PT. Tata Nusa, Jakarta, 2001.
Lilik Mulyadi, 2008. Bunga Anthology of Criminal Procedure Law
Perspectives, Theoretical and Practical, Alumni: Bandung,.
Muladi, in Petrus Irawan P and Pandapotan Simorangkir, Correctional
Institutions from the Perspective of the Criminal Justice System,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995.
Sarmadi, Sukris, H.A, 2009. Litigation and Non-Litigation Advocates
Pengadilan-menjadi advokat Indonesia kini. Bandung: CV. Mandar Maju.
Jakarta: Bina Cipta.
https://media.neliti.com/media/publications/178384-ID-peranan-advokat-
sebagai-penegak-hukum-da.
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jpp/article/view/835/804
http://e-journal.uajy.ac.id/1778/2/1HK08621.
https://jonedu.org/index.php/joe/article/view/1084
21
Mengenal Advokat Dan Penyebab Hilangnya Marwah Lembaga Peradilan Di Indonesia
https://ojs.ejournalunigoro.com/index.php/JUSTITIABLE/article/
download/37/26/
https://fhukum.unpatti.ac.id/jurnal/sasi/article/view/339
http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/view/
996/985
https://jdihn.go.id/files/2075/2117-4768-1-SM.
https://ejurnal.uniyos.ac.id/index.php/ylj-server/article/download/JP-
6103/pdf/202
https://www.mkri.id/public/content/infoumum/undang/pdf/
Anotasi_108_Anotasi%20Jefri%20UU%2018%20Tahun
%202003%20Advokat.
22