You are on page 1of 13

TEORI KEKUASAAN DALAM NEGARA : TEORI PERJANJIAN

Jurnal Ilmu Negara

Disusun Oleh :

Nicho Candra 2301919334

Universitas Bina Nusantara


Jakarta
2019/2020
BAB 1

PENDAHULUAN

Pada dasarnya negara yang ada saat ini tentu tidak muncul secara tiba-tiba. Terdapat proses-proses
dalam pembentukan suatu negara. Sesuatu dapat disebut menjadi sebuah negara apabila ia memiliki
empat unsur yang diantaranya adalah memiliki wilayah, memiliki rakyat, pemerintahan yang
berdaulat, dan pengakuan dari negara lain.Dalam hal ini ketika negara sudah terbentuk, tentu perlu
kekuasaan sebagai dasar dari kekuatan suatu negara untuk menjaga dan mempertahankan
kedaulatan negaranya Munculnya negara di dunia ternyata juga dilandasi oleh teori-teori kekuasaan
negara oleh para ahli, hal ini dikarenakan setiap manusia memiliki pemahaman dan pandangannya
sendiri terhadap segala sesuatu hal di dunia ini, begitu juga dengan teori terbentuknya negara yang
dikemukakan oleh para ahli seperti teori perjanjian, teori theokrasi, teori kedaulatan hukum, dan
lain sebagainya. Pada awal mula pembentukannya ada negara yang menganggap bahwa negarnya
dibentuk oleh Tuhan sehingga manusia hanyalah sebagai perantara atau yang dipercaya oleh Tuhan
untuk memerintah negaranya. Selain itu, ada juga negara yang dibentuk atas dasar kesepakatan
berupa perjanjian sebagai keputusan untuk bersatu menjadi sebuah negara, ataupun negara yang
muncul karena keharusan dari sebuah keadaan yang tidak teratur. Dalam kondisi ini munculnya
keberadaan dan kekuasaan suatu negara dikaji dalam ruang lingkup ilmu negara. Negara ada karena
dipengaruhi oleh ahli-ahli yang hidup pada zaman yang berbeda. Dan dalam hal ini kekuasaan dari
suatu negara biasanya terdapat dua subjek yang saling memiliki hubungan timbak balik. Dimana
ada pemerintah yang berfungsi sebagai pembuat kebijakan dan mengatur ketertiban dalam
masyarakat. Dan masyarakat sebagai subjek yang diatur oleh pemerintah, karena pada dasarnya
pemerrintah membuat suatu kebijakan untuk kebaiknya rakyat dan negaranya. Oleh karena itu teori
kekuasaan negara inilah yang akan saya kaji lebih lanjut karena penting rasanya bagaimana kita
tahu dasar-dasar dari keberadaan suatu negara dan bagaimana kronologi terciptanya suatu negara itu
sendiri karena kekuasaan merupakan masalah yang sentral di dalam suatu negara. Dalam jurnal ini
penulis akan memaparkan lebih lanjut dan spesifik mengenai teori kekuasaan negara, khususnya
teori perjanjian yang menyatakan munculnya suatu negara atas dasar perjanjian yang menarik untuk
dikaji lebih lanjut.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kekuasaan Negara;


Definisi kekuasaan secara umum merupakan kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku. Yaitu kemampuan seseorang untuk memberikan pengaruh terhadap perilaku
seseorang sehingga sesusai dengan keinginan atau tujuan pelaku yang memiliki kekuasaan
akan suatu hal. Kekuasaan bisa juga diartikan sebagai kemampuan seseorang atau
sekelompok orang dalam mempengaruhi tingkah laku orang lain agar mereka dapat menuruti
bahkan mengikuti keinginan dari pelaku yang memiliki kekuasaan. Dalam hal ini, kekuasaan
dapat diperoleh melalui pengaruh pribadi, jabatan pribadi, atau diperoleh keduanya.
Seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain karena jabatan
organisasi, maka ia memiliki kekuasaan jabatan. Menurut Max Weber, pengertian kekuasaan
adalah kemampuan dalam suatu hubungan sosial melaksanakan kemauan sendiri sekalipun
mengalami perlawanan apapun dasar kemampuan ini. Menurut Barbara Goodwin pengertian
kekuasaan adalah kemampuan untuk mengakibatkan seseorang bertindak dengan cara yang
oleh yang bersangkutan, dan tidak akan dipilih seandainya ia tidak dilibatkan. Dengan kata
lain memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan
kehendaknya.1Pada dasarnya kekuasaan negara adalah wewenang yang diberikan kepada
pemerintah atau penguasa untuk menjaga dan mengatur dan menjaga wilayahnya dari
penguasaan negara lain. Kekuasaan negara dapat kita lihat dengan adanya pembatasan seperti
daerah teritorial yang dilakukan oleh setiap negara dalam rangka mencegah ancaman dari
negara luar. Kemudian bentuk dari kekuasaan negara juga dapat kita lihat dari Kelainan sifat
pada kekuasaan negara ini tampak dalam kekuasaannya untuk menangkap, menahan,
mengadili serta kemudian memasukan orang ke dalam penjara, kekuasaan negara dengan

1Zakky, “ Pengertian kekuasaan menurut para ahli secara umum ” (on-line) Tersedia di WWW:
https://www.zonareferensi.com/pengertian-kekuasaan/ (20 Desember 2019).
kekerasan menyelesaikan sesuatu pemberontakan, kekuasaan negara untuk mengadakan milisi
dan lain-lain.2

2.2 Pembagian Kekuaaan Negara Menurut Para Ahli;


Dalam suatu sistem pemerintahan tentu terdapat pembagian kekuasaan yang dimana
setiap bagian memiliki fungsi dan tugasnya tersendiri. Karena sistem pemerintahan merupakan
suatu komponen yang terdiri dari legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Dari penjelasan tersebut,
berikut pembagian kekuasaan yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya :

2.2.1 Pembagian kekuasaan menurut John Locke


John Locke, dalam bukunya yang berjudul “Two treaties of Government” mengusulkan agar
kekuasaan dalam negara itu dibagi dalam organ-organ negara yang memiliki fungsi yang berbeda-
beda.3 Menurutnya, agar pemerintah tidak bertindak sewenang-wenang, maka perlu pembagian
kekuasaan yang terdiri dari tiga macam kekuasaan, yaitu :
1. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat undang-undang.
2. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang- undang, termasuk
kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang- undang,
3. Kekuasaan federatif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan hubungan luar negeri.
Pendapat John Locke ini yang menjadi dasar munculnya teori pembagian kekuasaan negara untuk
menghindari adanya pemusatan kekuasaan yang absolut.

2.2.2 Pembagian Kekuasaan menurut Montesquie


Menurut Montesquie, seorang pemikir berkebangsaan Prancis mengemukakan teorinya yang
dikenal dengan Trias Politica di dalam bukunya L’Espirit des Lois pada tahun 1748 menawarkan
alternatif yang berbeda. Berbeda dengan Locke yang memasukkan kekuasaan yudikatif ke dalam

2No Name, “ Kekuasaan Negara ” (on-line) tersedia di WWW: http://wawai.id/pendidikan/


makalah/kekuasaan-negara/ (20 Desember 2019).
3Risa Putri, “Trias Politika” (on-line) tersedia di WWW: https://www.academia.edu/9573035/
TRIAS_POLITIKA (21 Desember 2019).
kekuasaan eksekutif, maka Montesquieu memasukkan kekuasaan yudikatif sebagai kekuasaan
tersendiri.4 Yang terdiri dari :
1. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-undang.
2. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang- undang.
3. Kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan undang-undang, termasuk
kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang-undang.

2.2.3 Pembagian kekuasaan negara menurut Van Vollenhoven


Menurut Van Vollenhoven, kekuasaan negara dapat dibagi dalam empat fungsi yang oleh
Wongsonegoro dipergunakan istilah “caturpraja” yaitu:
1. Bestuurrecht ( Hukum Keprajaan ).
2. Politierecht ( Hukum Kepolisian ).
3. Justitierecht ( Hukum Peradilan ).
4. Regelaarsrecht ( Hukum Perundang-Undangan ).

2.2.4 Pembagian kekuasaan negara menurut Donner


Menurut Donner, semua kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh penguasa hanya meliputi
dua bidang saja yang berbeda, yaitu;
1. Bidang yang menentukan tujuan yang akan dicapai atau tugas yang akan dilakukan;
2. Bidang yang menentukan perwujudan atau pelaksanaan dari tujuan atau tugas yang ditetapkan
itu.
2.2.5 Pembagian kekuasaan negara menurut Goodnow
Goodnow mengembangkan ajaran yang biasa diistilahkan dengan Dwipraja, yaitu
1. Policy Making Function ( fungsi pembuatan kebijakan).
2. Policy Executing Function ( fungsi pelaksana kebijakan).

2.3 Legitimasi Kekuasaan Negara ( Teori terjadinya negara );

2.3.1 Teori Theokrasi


Teori ini dipakai pada abad pertengahan, menganggap bahwa seorang raja bertahta atas
kehendak dari Tuhan yang dipercayakan kepadanya. Pelanggaran terhadap kekuasaan raja

4Cahayaku, “Pembagian kekuasaan menurut para ahli” (on-line) tersedia di WWW: https://
www.belajartanpaguru.com/pembagian-kekuasaan-menurut-para-ahli.html (21 Desember 2019).
merupakan pelanggaran terhadap Tuhan. Raja beserta pemimpin lainnya hanya bertanggungjawab
kepada Tuhan. Penganut teori ini adalah Agustinus, F.J, Stahl, Thomas Aquinos, Ludwig Von
Halver, dan F.hegel.5

2.3.2 Teori Perjanjian


Teori ini dikemukakan oleh Thomas Hobbes, ia beranggapan bahwa manusia adalah
“Homo Homini Lupus” yaitu manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya yang jika
didefinisikan seperti permusuhan, namun karena manusia memiliki akal sehat dan tidak ingin
mengalami kepunahan dan ingin kehidupan yang tertib dan tentram, maka mengadakan perjanjian
masyarakat (Contract Social). Lalu perjanjian antara kelompok manusia (Pactum Unions)
melahirkan negara yaitu berupa penyerahan hak-hak manusia kepada penguasa dan berjanji untuk
taat kepadanya. •Kemudian terjadi perjanjian yang kedua (PACTUM SUBIECTIONIS) antara
kelompok manusia itu dengan Penguasa. Dengan demikian, menurut Thomas Hobbes, Negara
seharusnya berbentuk Kerajaan mutlak / Monarkhi Absolut dalam Pactum Unionis (rakyat telah
menyerahkan seluruh haknya kepada Raja)

2.3.3 Teori Kedaulatan Rakyat


Maksud dari teori ini adalah kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, dimana semua
kekuasaan yang dipegang oleh pemerintah harus dipergunaka untuk kepentingan rakyat. Dalam
kedaulatan ini, kekuasaan dibatasi oleh hukum alam, dan karena raja mendapatkan kekuasaan dari
rakyat maka yang mempunyai kekuasaan tertinggi adalah rakyat. Pemerintahan harus dipegang oleh
rakyat atau rakyat memiliki perwakilan dalam pemerintahan agar kehendak umum dapat tercapai

2.3.4 Teori Kedaulatan Raja


Menurut Menurut teori ini, adanya negara merupakan kodrat alam. Kekuasaan yang
tertinggi dimiliki oleh pemimpin/ penyelenggara negara dianggap berasal dari kodrat alam. Dengan
kata lain kodrat alam merupakan satu-satunya sumber dari kedaulatan. Setiap hukum akan
mengikat karena dikehendaki oleh negara menurut kodrat alam. Oleh karena itu segala kebijakan
negara adalah kebijakan yang benar dan berguna bagi rakyat. Rakyat tidak dapat berbuat apa-apa,
seluruh kemauan dan kehendak dari rakyat sudah menjadi milik penguasa.

5Ekky Al Hakim, “Asal mula negara berdasarkan teori riwayat pembentukannya” (on-line) tersedia
di WWW: https://www.academia.edu/6842303/
Asal_mula_negara_berdasarkan_teori_riwayat_pembentukannya (22 Desember 2019)
Ajaran kedaulatan raja yang pada mulanya masih diterima oleh rakyat, lama kelamaan dibenci
karena sifat raja yang sewenang-wenang. Rakyat tidak mendapat tempat perlidungan lagi dari raja
dan di sana sini rakyat mulai sadar bahwa keadaan semacam itu tidak dapat dipertahankan lagi.6

2.3.5 Teori Kedaulatan Negara


Teori kedaulatan negara adalah tidak lain merupakan kelanjutan dari ajaran kedaulatan
raja dalam susunan kedaulatan rakyat, yang berkembang di Jerman dalam rangka mempertahankan
kedudukan raja yang didukung oleh golongan bagsawan (junkertum), golongan angkatan perang
(militair), golongan alat-alat pemerintah (birokrasi). Dalam ajaran ini rakyat dianggap sebagai
elemen negara yang membentuk diri menjadi negara. Rakyat adalah negara. Rakyat berdaulat
otomatis juga negara berdaulat.
2.3.6 Teori Kedaulatan Hukum
Teori ini mengajarkan, bahwa pemerintahan memperoleh kekuasaannya bukanlah dari
Tuhan, raja, negara, maupun rakyat, akan tetapi berasal dari hukum. Ajaran ini sebenarnya sudah
lama diungkapkan oleh filsuf Aristoteles, bahwa tak akan bisa diketemukan seorang bijak (baca:
filsuf) yang dapat menjadi pemimpin, maka yang harus memimpin adalah hukum, seorang yang
menjadi pemimpin harus bertindak berdasarkan hukum. Dalam kedaulatan hukum bahwa seluruh
kesadaran hukum universal hukum dari masyarakat adalah bersifat memaksa (imperatif).

2.4. Teori Perjanjian (Kontrak Sosial)

2.4.1 Teori perjanjian oleh Thomas Hobbes


Sebuah teori muncul pada abad pencerahan yang menjelaskan bagaimana suatu negara
terbentuk serta darimana kekuasaan tersebut muncul. Teori ini yang paling relevan untuk
menjelaskan bagaimana kronologis suatu negara dapat terbentuk. Teori ini menjelaskan bagaimana
perolehan kedaulatan dan legitimasi rakyat yang didapat atas dasar perjanjian kepada penguasa
demi terciptanya suatu negara yang aman dan tentram. Pemikiran Thomas Hobbes (1588-1679)
tentang teori kontrak sosial sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial Inggris semasa ia hidup yang
penuh dengan perang saudara yang disebabkan oleh agama, sipil, serta pertentangan antara pihak

6Damang Averroes Al-Khawarizmi, “Teori Kedaulatan” (On-line) tersedia di WWW: http://


birthdaysparty.co (22 Desember 2019).
kerajaan dan parlemen.7 Menurut Hobbes, pada dasarnya sebelum terbentuk kekuasaan dan suatu
negara, manusia cenderung bertindak sebebas mungkin dan berusaha mempertahankan diri dengan
menguasai orang lain. Kehendak untuk dapat mempertahankan kebebasan mereka didorong oleh
kehendak untuk menyelamatkan diri masing-masing. Dengan adanya usaha untuk menyelamatkan
diri masing-masing, maka konflikpun tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu menurut Hobbes,
kondisi manusia secara alami tidak ada yang namanya kepemilikan dan keadilan karena yang ada
hanyalah perperangan, kekuatan, dan penipuan untuk menyelamatkan diri masing-masing. Dengan
semakin kompleksnya persaingan yang terjadi, semakin meningkatkan keengganan manusia untuk
sengsara dan mati. Sehingga pada akalnya, manusia saling berusaha untuk menghindari
perperangan yang terjadi akibat benturan kepentingan dan kekuatan. Lalu sebagai suatu solusi,
setiap anggota masyarakat saling membuat kesepakatan untuk melepaskan hak-hak mereka kemudia
n disalurkan pada beberapa orang atau lembaga untuk dapat dijalankan dengan baik serta terhindar
dari benturan. Dengan kondisi seperti itu, sekarang beberapa orang atau lembaga yang memegang
sepenuhnya kedaulatan rakyat untuk menciptakan serta menjaga keselamatan rakyat. Pada intinya
Hobbes menyatakan kekuasaan yang kuat ialah kekuasaan yang berada pada satu orang yang
diberikan kedaulatan oleh rakyatnya. Dimana setelah rakyat memberikan hak-haknya, maka rakyat
tidak dapat menarik hak tersebut kembali kecuali diberikan oleh penguasa. Dengan kondisi yang
demikian, rakyat akan tertib karena takut dengan kekuasaan yang berada di luar kontrak.

2.4.2 Teori perjanjian menurut John Locke


Berbeda dengan kondisi alamiah yang disebutkan oleh Hobbes, menurut John Locke
manusia sudah terlahir dalam keadaan kodrati yang mampu hidup dengan manusia lain secara
damai karena manusia mempunyai akal sebagai pembeda mana yang baik dan mana yang buruk
dari pergaulan antar sesamanya. Namun , permasalahan pasti akan muncul dengan adanya salah
satu manusia yang bertindak menyimpang dan mengacaukan pergaulan hidup tersebut. Seperti
halnya Hobbes, akan terjadi kondisi tidak aman sepenuhnya karena pemegang kekuasaan belum
tentu bisa menjaga keamanan. Lalu John Locke menjelaskan bagaimana cara agar manusia bisa
keluar dari permasalahan ini dengan menciptakan kondisi artifiial ( buatan) dengan cara
diadakannya kontrak sosial. Dimana dalam kontrak sosial Locke, pemegang kewenangan tidak
diberikan sepenuhnya, melainkan hanya sebagian hak yang tidak sebatas hubungan konraktual,

7M.Isnan Affandi, “Teori Kontrak Sosial Thomas Hobbes dan John Locke Isnan” (on-line) tersedia
di WWW: https://www.academia.edu/4652137/
Teori_Kontrak_Sosial_Thomas_Hobbes_dan_John_Locke_Isnan (23 Desember 2019)
melainkan menyangkut hubungan kepercayaan. Dalam kontrak sosial ini, John Locke mulai
memahami bahwa yang dibutuhkan manusia dalam menjalani hubungan hidup. Keterpenuhan hak
asasi manusia dan suatu sistem yang menjamin adanya hak asasi tersebut adalah inti dari teori
kontrak sosial Locke.8 Menurut Wijaya (2013), hak-hak yang terampas dari kehidupan manusia
adalah hak untuk memiliki hidup, bebas, properti, dan kesehatan. Kontrak sosial yang dijalankan
oleh suatu pemerintahan harus melindungi hak-hak tersebut. Dalam Pactum Subectionis, tidak
semua hak diserahkan kepada Raja, ada 3 hak (hak dasar / hak kodrat) yg tetap melekat padanya, yg
justru harus dilindungi oleh Raja & dijamin dalam UUD: yaitu hak hidup, hak milik, dan hak
kebebasan. Karena teorinya tersebut, John Locke dianggap sebagai pendasar teori hak asasi
manusia. Dalam kontrak sosial Locke terdapat beberapa sifat kontrak sosial yang disampaikan oleh
John Locke. Pertama, prinsip dibalik menggerakan persetujuan masyarakat bukanlah rasa takut
akan kehancuran, melainkan keinginan menghindari dari gangguan keadaan alamiah, kedua,
individu tidak menyerahkan hak-hak substansial,melainkan hanya hak yang terkait dengan hukum
alam, ketiga, hak diserahkan kepada komunitas, bukan individu tertentu.9

2.5 Implementasi Teori Perjanjian dalam Negara;


Dalam kehidupan bernegara, pendapat Hobbes yang menyatakan bahwa kehidupan politik
rakyat hanya ditandai dengan kewajiban untuk taat dan tunduk pada penguasa, sementara penguasa
akan bertindak tanpa memikirkan aspirasi dari rakyatnya sangat bertentangan dengan konsep dasar
negara Indonesia dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan pendapat dan aspirasi
adalah hak setiap individu. Di lain sisi, pemikiran John Locke atas tiga pembagian kekuasaan
memiliki ciri yang khas, seperti pemerintah berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya, parlemen
yang sangat vokal dalam berpolitik, dan rakyat yang tidak segan untuk melakukan kritik.
Kewenangan dan kekuasaan pemerintah dibatasi oleh rakyat dan pelaksanaan pemerintah tanpa
rakyat juga tidak berarti. Selain itu, John Locke juga bapak peletak dasar Hak Asasi Manusia,
dimana inti dari teorinya ketika pemimpin negara diangkat dan dipercaya untuk berkuasa oleh
rakyat, maka pemimpin tersebut juga harus mewujudkan dan melindungi kepentingan rakyatnya

8Daya Negeri Wijaya, “KONTRAK SOSIAL MENURUT THOMAS HOBBES DAN JOHN
LOCKE” (on-line) tersedia di WWW: KONTRAK SOSIAL MENURUT THOMAS HOBBES
DAN ...journal2.um.ac.id › index.php › jsph › article › download (22 Desember 2019).

9M.Isnan Affandi, “Teori Kontrak Sosial Thomas Hobbes dan John Locke Isnan” (on-line) tersedia
di WWW: https://www.academia.edu/4652137/
Teori_Kontrak_Sosial_Thomas_Hobbes_dan_John_Locke_Isnan (23 Desember 2019)
tanpa mengabaikan hak-hak dasar sebagai umat manusia. Teori John Locke yang paling sesuai
dalam penerapan di Indonesia karena rakyatnya sangat menghargai dan menghormati Hak Asasi
Manusia.10 Indonesia mengadopsi bentuk negara demokrasi, yaitu bentuk atau mekanisme
kekuasaan dengan mewujudkan kedaulatan rakyat. Kekuasaan warga negara ini berbentuk suara
dalam pemilihan umum (pemilu) untuk menentukan para pemimpinnya. Adapun maksud dari
demokrasi itu sendiri adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kemauan rakyat, dan
bertujuan untuk kepentingan rakyat. Dalam kaitannya dengan Indonesia, dapat dilihat dari landasan
dan latar belakang berdirinya negara ini, dalam alinea ke-empat yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

10Fitri Haryanti, “NUANSA KEHIDUPAN BERNEGARA DALAM TEORI KONTRAK SOSIAL


(THEORY SOCIAL CONTRACT” (on-line) tersedia di WWW: https://www.academia.edu/
12314090/
NUANSA_KEHIDUPAN_BERNEGARA_DALAM_TEORI_KONTRAK_SOSIAL_THEORY_S
OCIAL_CONTRACT_ (23 Desember 2019)
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan;
Teori kontrak sosial yang dikemukakan oleh Thomas Hobbes dan John Locke pada
dasarnya sama-sama menghasilkan keseimbangan dalam otoritas pemerintahan dan kewajiban dari
rakyat. Dalam hal ini, Thomas Hobbes melihat manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya,
dimana terjadi persaingan demi tercapainya keselamatan dan kesejahteraan akan kepentingan
masing-masing. Sedangkan John Locke menyatakan tidak semua hak diserahkan kepada penguasa.
dan justru ada hak yang harus dilindungi oleh penguasa yaitu: hak untuk hidup, hak kebebasan, dan
hak milik yang menjadikannya sebagai pendasar teori tentang Hak Asasi Manusia. Persamaan dari
pemikiran tentang teori ini ialah sebagai solusi menuju jalan perdamaian dimana negara akan
menjamin keadilan dan kesejahteraan rakyat. Dimana Hobbes menginginkan kekuasaan mutlak,
sedangkan Locke pemisahan kekuasaan.

3.2 Daftar Pustaka;

Cahayaku. “Pembagian Kekuasaan Menurut Para Ahli,”


<https://www.belajartanpaguru.com/pembagian-kekuasaan-menurut-para-ahli.html> Diakses pada
tanggal 21 Desember 2019.

No Name. “Kekuasaan Negara,”


<http://wawai.id/pendidikan/makalah/kekuasaan-negara/> Diakses pada tanggal 21 Desember 2019.

Zakky. “Pengertian Kekuasaan Menurut Para Ahli dan Secara Umum,”


<https://www.zonareferensi.com/pengertian-kekuasaan/> Diakses pada tanggal 21 Desember 2019

Putri,Risa. “Trias Politika,”


<https://www.academia.edu/9573035/TRIAS_POLITIKA> Diakses pada tanggal 21 Desember
2019.

Hakim,Ekky El. “Asal mula negara berdasarkan teori riwayat pembentukannya,”


< h t t p s : / / w w w . a c a d e m i a . e d u / 6 8 4 2 3 0 3 /
Asal_mula_negara_berdasarkan_teori_riwayat_pembentukannya> Diakses pada tanggal 22
Desember 2019.
Ratna,Dewi. “Kata para ahli, inilah 5 teori pembentukan negara,”
<https://www.merdeka.com/pendidikan/kata-para-ahli-inilah-5-teori-pembentukan-negara.html>
Diakses pada tanggal 22 Desember 2019.

Affandi, Isnan. “Teori Kontrak Sosial Thomas Hobbes dan John Locke”
< h t t p s : / / w w w . a c a d e m i a . e d u / 4 6 5 2 1 3 7 /
Teori_Kontrak_Sosial_Thomas_Hobbes_dan_John_Locke_Isnan> Diakses pada 23 Desember
2019.

Al-Khawarizmi, Damang Averroes. “Teori Kedaulatan,”


<http://birthdaysparty.co/> Diakses pada tanggal 22 Desember 2019.

Wijaya, Daya Negeri. “KONTRAK SOSIAL MENURUT THOMAS HOBBES DAN JOHN
LOCKE ,”
<KONTRAK SOSIAL MENURUT THOMAS HOBBES DAN ...journal2.um.ac.id › index.php ›
jsph › article › download> Diakses pada tanggal 24 Desember 2019.

Pangestu, Rizky Aji. “Kontrak Sosial,”


<https://www.kompasiana.com/rizkyaji/57052f64117b616a0beeff42/kontrak-sosial?
page=all#sectionall> Diakses pada tanggal 25 Desember 2019.

Haryanti, Fitri. “NUANSA KEHIDUPAN BERNEGARA DALAM TEORI KONTRAK SOSIAL


(THEORY SOCIAL CONTRACT ),”
< h t t p s : / / w w w . a c a d e m i a . e d u / 1 2 3 1 4 0 9 0 /
NUANSA_KEHIDUPAN_BERNEGARA_DALAM_TEORI_KONTRAK_SOSIAL_THEORY_S
OCIAL_CONTRACT_> Diakses pada tanggal 26 Desember 2019.

You might also like